TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Lilialaes (Liliflorae)
Famili
: Liliales
Genus
: Allium
Spesies
: Allium ascalonicum L. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan
perakaran dangkal dan bercabang terpencar menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 15-20 cm. Secara individu jumlah perakaran tanaman bawang dapat mencapai 20-200 akar. Diameter akar bervariasi antara 0,5 mm - 2 mm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Samadi dan Bambang, 2003). Bawang merah memiliki batang semu atau disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat akar dan mata tunas ( titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus). Diantara lapis
Universitas Sumatera Utara
kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa (Tim Bina Karya Tani, 2008). Secara umum tanaman bawang merah mempunyai daun berbentuk bulat kecil dan memanjang antara 50-70 cm, berwarna hijau muda sampai hijau tua, berlubang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak ( Rahayu dan Nur, 2007). Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai yang keluar dari ujung tanaman yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah-olah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Bakal buah ini sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah (carpel) yang membentuk 3 buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 bakal biji ( Wibowo, 2007). Sebagai bunga sempurna (hermaprodit), bawang merah dapat menyerbuk sendiri ataupun silang. Adanya kematangan benang sari yang berbeda menyebabkan bunga bawang merah dapat melakukan penyerbukan antar bunga dalam satu tandan atau antar bunga dari tandan yang berbeda. Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan angin, serangga lebah atau lalat hijau, dapat juga melalui penyerbukan buatan oleh bantuan tangan manusia ( Rukmana, 2005 ). Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium) terbalik atau dikenal dengan istilah anatropus. Oleh karenanya, bakal biji bawang merah
Universitas Sumatera Utara
dekat dengan plasentanya. Bentuk biji bawang merah agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Pitojo, 2007). Syarat Tumbuh Iklim Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah 10-30 m dpl saja. Pada ketinggian 500-1000 m dpl, juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian itu yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik. Untuk pertumbuhannya tanaman bawang merah dapat tumbuh baik pada suhu antara 25-320 C dengan iklim kering serta suhu rata-rata tahunannya 300 C. Bila suhu di atas 320 C maka air tanah cepat menguap sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman ( Wibowo, 2007). Tanaman bawang termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tempat terbuka dengan penyinaran matahari minimum 70% dan dengan kelembapan nisbi sedang 50-70%.Tiupan angin sepoisepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi (www.lablink.or.id, 2008). Tanah Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong
Universitas Sumatera Utara
perkembangan umbi sehingga hasilnya lebih maksimal. Selain itu, bawang merah hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air, aerasinya baik dan tidak boleh ada genangan. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman bawang merah adalah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu ( Rahayu dan Nur, 2007). Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah adalah yang agak asam sampai normal (6,0-6,8). Tanah ber-pH 5,5-7,0 masih dapat digunakan untuk penanaman bawang merah. Tanah yang terlalu asam dengan pH di bawah 5,5 banyak mengandung garam Aluminium (Al). Garam ini bersifat racun sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Di tanah yang terlalu basa dengan pH lebih dari 7, garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap oleh tanaman. Akibatnya umbi yang dihasilkan kecil dan produksi tanaman rendah ( AAK, 2005). Jarak Tanam Dalam sistem jarak tanam terkandung cara pemanfaatan dimensi ruang agar diperoleh kerapatan tanam dan tata letak yang sebaiknya dengan tujuan memperoleh hasil yang baik dengan biaya tertentu. Karena dengan sistem jarak tanam disesuaikan dengan teknik dan biaya pemeliharaan tanaman. Sistem ini juga mempengaruhi jumlah tanaman yang dapat ditanam yang dapat mempengaruhi produksi per satuan luas (Harjadi, 2005). Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kesuburan tanah dan jenis bawang merah (www.fp.uns.ac.id, 2008). Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat antara lain : (a) benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat terkompensasi, sehingga tanaman tidak terlalu jarang, (b) permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan, dan (c) jumlah tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat mempunyai beberapa kerugian yakni : (a) umbi per tanaman menjadi lebih kecil, (b) daun yang tumbuh lebih panjang sehingga tanaman kurang kokoh dan mudah rebah, (c) benih yang dibutuhkan lebih banyak dan (d) penyiangan sukar dilakukan (www.pertanian.uns.ac.id, 2008). Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya persaingan. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan
cahaya,
mempengaruhi
kompetisi
antara
tanaman
dalam
menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi tiap satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada akhirnya, penampilan masingmasing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi
Universitas Sumatera Utara
ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Harjadi, 2005). Kerapatan tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan diikuti oleh meningkatnya produksi tanaman per satuan luas, kemudian lewat titik maksimum akan menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebaliknya produksi persatuan tanaman akan turun secara terus menerus dengan bertambahnya kerapatan tanaman. Keadaan ini terjadi karena pengaruh kompetisi. Adanya persamaan kebutuhan di antara tanaman yang sejenis akan dapat menyebabkan terjadinya kompetisi apabila faktor yang dibutuhkan tersebut dalam keadaan kurang. Dengan demikian tinggi rendahnya populasi merupakan faktor penentu terhadap besar kecilnya kompetisi (Heddy, dkk, 1994). Adanya interaksi di antara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi dari jarak tanam dan besarnya tanaman bersangkutan. Disamping populasi tanaman, pengaturan jarak tanaman menjadi penting dalam mengoptimumkan penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam di lapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yakni Utara-Selatan atau Timur-Barat (Jumin, 2002). Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Suatu tanaman apabila kekurangan cahaya, maka tanaman tersebut akan memanjang ke arah datangnya sinar untuk mendapatkan cahaya
Universitas Sumatera Utara
yang cukup. Hal ini disebabkan terjadinya pemanjangan sel pada bagian sel yang tidak tersinari atau kurang mendapat cahaya karena mengandung auksin yang lebih tinggi. Perbedaan rangsangan (respond) tanaman terhadap penyinaran disebabkan karena tidak samanya penyebaran auksin pada tanaman yang tidak cukup mendapat sinar dengan tanaman yang cukup mendapat sinar. Pada tanaman yang tidak cukup mendapat cahaya konsentrasi auksinnya lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang cukup mendapat cahaya. (www.sugihciptasantosa.com, 2009). Pupuk Anorganik Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, dapat dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu kali aplikasi, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan (Novizan, 2005). Menurut Lingga dan Marsono (2007), ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yaitu sebagai berikut: 1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya memiliki takaran hara yang tepat. 2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan hara yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya selalu tersedia di pasaran. 4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Sehingga biaya angkut pupuk menjadi lebih murah. Pupuk anorganik cair termasuk pupuk buatan yang cara pemberiannya kepada tanaman melalui penyemprotan ke daun. Keuntungan dari pupuk daun ialah didalamnya terkandung unsur hara makro dan mikro. Umumnya tanaman sering kekurangan unsur hara mikro bila hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas berisi unsur hara makro. Dengan pemberian pupuk daun yang berisi unsur hara mikro maka kekurangan tersebut dapat teratasi dan tidak kalah pentingnya adalah dengan pemakaian pupuk daun maka tanah akan terhindar dari kelelahan atau rusak (Lingga dan Marsono, 2007). Petrovita merupakan salah satu pupuk cair lengkap yang mengandung unsur hara makro N, P, dan K serta unsur lainnya seperti S, Mg, Fe, B, Cu, Zn, Mo, Mn, Co, B, dan Cu (www.petrokayaku.com, 2008). Petrovita berguna untuk menyuburkan dan mempercepat pertumbuhan tanaman serta bermanfaat untuk merangsang pembentukan dan pembesaran umbi tanaman dan meningkatkan produksi. Dosis anjuran pupuk Petrovita untuk tanaman bawang merah adalah 2 ml/liter (Petrokimia Kayaku, 2008).
Universitas Sumatera Utara