ASPEK INOVASI DALAM IMPLEMENTAS! JR SAMPAH: KAJIAN DALAM PERSPEKTIF INSTITUSIONAL TESIS
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Oleh
ARIE SKRIPSIANTI NIM : 24006017
Program Magister Studi Pembangunan
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008
ASPEK INOVASI DALAM IMPLEMENTAS! 3R SAMPAH: KAJIAN DALAM PERSPEKTIF INSTITUSIONAL
Oleh
ARIE SKRIPSIANTI -NIM : 24006017 Program Magister Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung
Menyetujui Tanggal ~ Januari 2008 Pembimbing 1
(~1L/ Dr. Ir. Sonny Yuliar
"Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka sendiri." (QS. Ar Ra'ad :13)
Dengan penuh syukur tesis ini ku persembahkan buat orang-orang tercinta, Suamiku, Agung dan My Lovely kids, Dimas dan Imam
ABSTRAK ASPEK INOVASI DALAM IMPLEMENTAS! JR SAMPAH : KAJIAN DALAM PERSPEKTIF INSTITUSIONAL Oleh
Arie Skripsianti NIM : 24006017 Dalam dekade terakhir pemerintah telah memperkenalkan dan menginstruksikan metoda pengelolaan sampah dengan didasarkan pada konsep 3R (reduce, reuse, recycle). Secara implisit konsep 3R mengandung gagasan tentang penambahan nilai baru pada sampah. Akan tetapi pada umumnya program dan kebijakan pemerintah tentang 3R sampah lebih menekankan pada hal-hal teknis, seperti penggunaan teknologi recycle, penyelenggaraan pelatihan teknis, dan pemberian bantuan peralatan. Dalam hal ini yang kurang mendapatkan perhatian adalah aspek inovasi. Permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah Bagaimana agar implementasi praktek 3R sampah di Kota Bandung Iebih inovatifl Untuk membahas permasalahan tersebut pelaksanaan penelitian ini dipandu oleh pertanyaan penelitian sebagai berikut : - Bagaimana proses pertukaran sumber-sumber daya terjadi khususnya sumber pengetahuan antara berbagai elemen dalam menciptakan nilai yang baru atas sampah? - Bagaimana proses pembentukan interaksil/inkage antar elemen dan implikasinya dalam proses inovasi praktek 3R sampah? - Ditinjau dari aspek institusional, apakah sudah terjadi interaksi seperti yang tergambarkan dalam model triple helix? Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif untuk mengungkapkan proses interaksi di antara para aktor terbangun dan melalui interaksi tersebut terjadi proses pertukaran sumber-sumber daya seperti pengetahuan. Dari basil penelitian didapat bahwa interaksi-interaksi yang berkembang masih berbentuk pola bilateral (double helix) yakni baru antara pemerintah-industri, industri-perguruan tinggi/lembaga penelitian dan pemerintah- perguruan tinggi/lembaga penelitian Dari basil penelitian terungkap dikarenakan kurangnya sharing informasi dan pertukaran pengetahuan diantara ketiga institusi sehingga menimbulkan 'gap' dan persepsi yang keliru diantara ketiganya. Kendala kultural dan birokrasi juga menjadi hambatan dalam mewujudkan interaksi antar ke tiga elemen diatas.
II
Upaya untuk memaksimalkan interaksi ketiga elemen pelaku inovasi yakni pemerintah, perguruan tinggi dan industri adalah dengan adanya pertemuan yang difasilitasi oleh pemerintah agar terjadi komunikasi yang intens untuk mengetahui kebutuhan dari masing-masing pihak dan juga sharing informasi di antara ketiga pihak. Forum pengembangan jejaring dalam penguatan Iintas-sektor dan Iembaga seperti seminar, perlu dikembangkan sehingga para pelaku inovasi (industri, Iembaga penelitian, universitas, dan pemerintah) dapat saling melengkapi dan bersinergi. Selain itu perlu adanya kesinergisan kebijakan di bidang industri, iptek dan pendidikan. Kata Kunci : Praktek 3R sampah, Inovasi, interaksi, pertukaran pengetahuan, model triple helix.
l1l
ABSTRACT THE ASPECT OF INNOVATION OF THE IMPLEMENTATION OF JR GARBAGE: A STUDY OF INSTITUTIONAL PERSPECTIVE
By : Arie Skripsianti NIM : 24006017 In recent decades, the government has already socialized and instructed the method of managing garbage based on 3R concept (reduce, reuse, recycle). Implicitly, the concept of 3 R contains a suggestion on giving a new value to the garbage. However, the program and the implementation of 3R garbage suggested by the government generally focus more on technical things, such as using technology of recycle, holding the program for technical training, and giving away necessary equipment for the program, rather than on the aspect of inovation.
This thesis is going to talk about the problems of how to make the implementation of3R garbage in Bandung City more innovative. To talk about the problems, this research is going to answer the following questions : - How is the exchange of sources taken place especially the source of knowledge among various elements in creating the new value to the garbage ? - How is the process of making the interaction/linkage between the elements and its implications in the process of the innovation of 3R garbage practice ? - Based on institutional aspect, has the interaction taken place like suggested by triple helix model ? The method which is going to be used in this research is the descriptive qualitative method to reveal the process of interaction between the actors developed, and by that interaction, the process of exchanging the resources like a knowledge will be materialized. The reserch shows that the on-going interactions are still in the shape of bilateral pattern (double helix) namely only between the government-industry, industryuniversity/research institute and government-university/research institute. The research reveals that since there is a lack of sharing of information and exchanging knowledge among the three institutions, the gap and misperception among the threes occur. The cultural and bureaucracy problems are also as the handicap to materialize the interaction among the three elements above. The effort to maximize the interaction among the three elements of innovators namely the government, university and industry is to hold the meeting facilitated by the government so that the intensive communication can take place among the threes and the sharing information will be materialized as well. The forum for
tv
improving the web to strengthen cooperation of cross-sector and institution such as seminar, is necessary to be developed so that the innovators (industry, research institute, universities and government) can support one another and synergize. Besides, there should be the synergy among the industrial sector, science and technology and education. The key words : 3R garbage practice, innovation, interaction, exchange of knowledge, triple helix modeL
v
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbemya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah setzm Direktur Program Pascasarjana, lnstitut Teknologi Bandung.
VI
KATAPENGANTAR Penuh syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang memberikan segala kemudahan dan hikmah dalam perjalanan panjang penelitian dan penulisan tesis ini sehingga akhimya dapat diselesaikan dengan baik. Kepedulian akan permasalahan sampah yang tak pemah tuntas mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Ketika penulis membaca buku berjudul "Creating System Innovation" karya Hans de Bruijn, maka penulis tertarik untuk memasukan konsep inovasi dalam pengelolaan 3R sampah. Kelancaran dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak Iepas dari bimbingan dan araban semua pihak. Dengan penuh penghargaan, penulis ungkapkan dalam bentuk ucapan terima kasih kepada semua pihak atas kehangatan dan keluhuran budi dalam membantu penulis, terutama untuk: I. Kedua orang tua, kakak-kakak dan adik tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan do' a kepada penulis. 2. Bapak Sonny Yuliar, Phd., selaku pembimbing Tesis, petunjuk dan kecemerlangan berfikir yang berisikan makna-makna Iuhur, tajam dan mendalam akan selalu penulis pahami. 3. Bapak Muhammad Tasrif, Dr., sebagai Sekretasris Program Magister Studi Pembangunan. 4. Bapak Dartoyo selaku Kepala Penelitian dan Pengembangan PD. Kebersihan Kota Bandung atas segala bantuan informasinya.
S. Para narasumber yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan data dan wawancaranya. 6. Sahabat dalam suka maupun duka di Program Magister Studi Pembangunan angkatan 2006. 7. Belahan jiwaku, suami tercinta, Agung Gumilang, SS, M.Si, serta dua jagoan ciliku, Muhammad Dimas Lautan Wahyu AI-amin dan Muhammad Imam Haqul Yaqin yang selalu menjadi pendorong dan penyemangat. Semoga amal kebaikan yang telah semua pihak berikan beserta jerih payah yang penulis Iakukan akan mendapatkan limpahan pahala yang besar.
Vll
Penulis sadar dari segala kekurangan yang membuat tugas akhir ini jauh dari sempuma. Kritikan terhadap pikiran, penjelasan, struktur kalimat, dan lain-
lain yang bersifat continual improvement, selalu penulis harapkan demi terwujudnya suatu tugas akhir yang excellence. Penulis berharap, semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua yang disertai hikmah dan kebaikan.
Bandung,
Januari 2008
Penulis
Vlll
DAFTARISI ABS'fRAK ..................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................. iii PEDOMAN PENGGUNAN TESIS ........................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................... vi DAFTAR IS I. ..............................................................................viii DAFTAR LAMPIR.AN...................................................................... X DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii DAFTARTABEL .......................................................................... xiii Bab I
Bab II
Pendahuluan.............................................................................................. 1 1.1.
Latar Belakang.............................................................................. I
1.2.
Lingkup Permasalahan dan Tujuan Penelitian............................. 2
1.3.
Ruang Lingkup Penelitian ............................................... .3
1.4.
Metode Penelitian dan Kerangka Analisis ............................. 3
1.5.
Sistematika Penulisan. ................................................................ .5
Kerangka Konseptual. .............................................................................. 7 2.1.
Konsep 3R .................................................................................. 7
2.2.
Inovasi. ....................................................................................... 16
2.3.
Konsep Triple Helix/ABG......................................................... 21
2.4.
Kesimpulan Kerangka Teoritik ....................................... 24
2.5.
Teori ANT ............................................................... 26
2.5.1. Fenomena Sosioteknis dalam Pandangan Teori Jejaring Aktor ....................................................................... 27 2.5.2. Proses Pembingkaian (Framing) dan Efek kalkulasional ............................................................ 30 Bab ill
Gambaran Wilayah Studi.. .................................................... 31 3.1.
Persampahan Kota Bandung dan pengelolaannya ................... 31
3.2.
Implementasi Program 3R Sampah Kota Bandung ................. 35
3.3.
Basil Penelitian ......................................................... .41
lX
Bah IV
Pemhahasan ................................ ................................ ...... 60 4.1.
Gamharan Hasil Penelusuran para Aktor. .......................... 60
4.1.1. Penelusuran Interaksi Sektor Informal. ............................. 60 4.1.2. Penelusuran Interaksi PT. Pindad ................................. .. 63 4.1.3. Penelusuran Interaksi PT. Biofarma ................................. 65 4.1.4. Penelusuran Interaksi PD. Kebersihan .............................. 67
Bah V
4.2.
Proses Pertukaran Pengetahuan ................................. ..... 68
4.3.
Analisis Inovasi Sistemik Praktek 3R Sampah. ......................... 79
4.4.
Hasil Diskusi ................................. ............................ 86
Kesimpulan ................................ ................................ ...... 91 5.1.
Kesimpulan ................................. ............................. 91
5.2.
Saran ................................. ................................. ... 95
DAFTAR PUSTAKA................................. ................................. ..... I 01
X
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A
Basil Transkrip Wawancara .................................................... 105
Xl
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. I
Langkah-langkah Penelitian..... .. ........................... .......
5
Gambarll.2
Proses Daur illang Kertas.. ..... .. ......... ........ .......... .......
11
Gambar II.3
Proses Daur Ulang Besi.............................................
12
Gambar II.4
Proses Daur Ulang Plastik............................................
13
Gambar II.5
Proses Daur Ulang Kaca
14
Gambar II.6
Simulasi pembuatan eko semen dari Iimbah rumah tangga .......................................................................... .
15
Gambarii.7
Interaksi dua arena : pemerintah dan Industri .............
20
Gambarll.8
Interaksi dua arena : pemerintah dan Universitas ........
21
Gambar II.9
Interaksi dua arena: Industri dan Universitas .............
21
Gambar II.10.
Interaksi tiga arena: Universitas. industri dan pemerintah ..................................................................
21
Gam bar II. II
Creating Values melalui Jejaring ABG ...................
25
Gambar II.12
Ilustrasi proses (translasi) pembingkaian yang disederhanakan~ relasi antara agen A dengan E. F. G terlepas, dan terbentuk relasi-relasi dengan X. Y, Z. Melalui pembingkaian, agen A mendapatkan kompentensi baru yang terdefinisikan melalui translasi . ...................................................................
31
Gambar III.l3
Timbulan sampah Kota Bandung..............................
36
Gambar III.l4
Proses Aliran materi sampah anorganik. .....................
49
Gambarill.15
Proses AI iran materi sampah organik. ........................
50
Gambar III.16
Pol a relasi sektor informal (plastik dan kertas )..........
56
Gambar III.17
Pola relasi sektor informal (plastik dan kertas )...........
56
Gambar III. IS
Pol a relasi sektor informal (plastik )............................
57
Gambar lli.l9
Pola relasi PD. Kebersihan Kota Bandung..................
57
Xll
Gambar 111.20
Pola relasi PT. PINDAD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
58
Gambar 111.21
Pola relasi PT. Biofanna . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
58
Gambar IV.22
Diagram Jejaring Sektor informal ... ..... ... ..... .. .. ... .... ... .
66
Gam bar IV.23
Diagram Jejaring Sampah anorganik dan organik PT. Pindad ........................................................................ .
68
Gambar IV.24
Diagram Jejaring Sampah anorganik PT. Biofanna.....
69
Gambar IV.25
Diagram Jejaring Sampah PD. Kebersihan .................
71
Gambar IV.26
Interaksi dua arena : pemerintah dan market pada interaksi PD. Kebersihan dengan CV Fajat ................
74
Gambar IV.27
Interaksi dua arena : pemerintah dan Akademisi pada interaksi PD. Kebersihan dengan LP. Unpad..............
75
Gambar IV.28
Interaksi dua arena : Market/industri dan Akademisi pada interaksi PT. Pindad dengan BPPT. ...................
77
Gambar IV.29 Ali ran Barang dan informasi pada sektor informal.. ....
81
Xlll
DAFTAR TABEL Tabel III. I
Sumber dan prosentasi timbulan sampah Kota Bandung ............................................................................... .
35
Tabel III.2
Komposisi Dauran Sampah Kota Bandung ............................ .
37
Tabel ill.3
Harga Jual material daur ulang di tingkat pemulung.............. .
52
Tabel 111.4
Harga Jual material daur ulang di tingkat Lapak ................. .
53
Tabel III.5
Harga Jual material daur ulang di tingkat Bandar.............. .
53
Tabel 111.6
Jenis material daur ulang setelah dipilah ............................... ..
60
1
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sampah pada umumnya dianggap sebagai benda yang tidak berguna, sehingga disikapi dengan kaidah not in my backyard (NIMBY). Pada prinsipnya jumlah sampah akan meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomik. Selain jumlahnya, jenis dan dampak dari sampah juga semakin beragam, ketika dalam aktivitas ekonomik tersebut terlibat teknologi-teknologi baru. Misalnya, produksi bahan-bahan transgenik akan menghasilkan sampah transgeni, produksi bahan radioaktif akan menghasilkan sampah radioaktif Jadi, permasalahan sampah akan cenderung semakin kompleks seiring dengan berkembangnya aktivitas ekonomik.
Sebuah pendekatan pengelolaan sampah yang konvensional, yang masih umum dipraktikkan, adalah yang bersifat pasif, instruksional dengan penekanan pada pengolahan sampah diujung proses produksi ekonomik (dikenal sebagai end-of pipe approach).
Pengelolaan sampah dengan pendekatan seperti ini tidak
mendorong terjadinya inovasi dalam aktivitas ekonomik yang diperlukan untuk memasukkan nilai-nilai lingkungan dan keberlanjutan pembangunan ke dalam aktivitas tersebut. Pengelolaan sampah yang bersifat instruktif (top-down) juga kurang kondusifbagi terjadinya pembelajaran masyarakat.
Dalam dekade terakhir pemerintah telah memperkenalkan dan menginstruksikan metoda pengelolaan sampah dengan didasarkan pada konsep 3R (reduce, reuse, recycle).
Unsur mendasar dalam konsep ini adalah perubahan paradigma dari
'sampah sebagai barang tidak berguna' menjadi 'sampah sebagai barang yang berguna'. Dengan perkataan lain, secara implisit konsep 3R mengandung gagasan tentang penambahan nilai baru pada sampah.
Akan tetapi pada umumnya
program dan kebijakan pemerintah tentang 3R sampah lebih menekankan pada hal-hal teknis, seperti penggunaan teknologi recycle, penyelenggaraan pelatihan teknis, dan pemberian bantuan peralatan. mendapatkan perhatian adalah aspek inovasi.
Dalam hal ini yang kurang
2
Dalam Iaporan Agenda 21 Indonesia, dikemukakan bahwa tingkat pendaurulangan sampah dan composting sampah di Indonesia saat ini baru mencapai 8, I% dari total produksi sampah perkotaan, dan hal tersebut belum cukup untuk mengurangi laju produksi sampah (Agenda 21: Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan, 1998). Dalam laporan tersebut diperkirakan bahwa peluang pendaur ulangan sampah (anorganik) mencapai 15-25% dan untuk pengomposan 30-40%. Sementara itu dari perhitungan teoretis, implementasi 3R berpeluang untuk mengurangi volume sampah sampai menjadi 15 - 20%.
Berdasarkan fakta ini, upaya-upaya untuk mengimplementasikan konsep 3R di Indonesia masih diperlukan. Akan tetapi, dalam hal ini dibutuhkan juga perhatian pada berbagai aspek yang diperlukan dalam suatu praktik 3R, terutama aspek inovasi. Aspek ini penting diperhatikan karena pada dasarnya, keberhasilan praktik 3R bergantung pada keberhasilan berbagai pihak yang terlibat dalam menciptakan nilai yang baru atas sampah, keberhasilan dalam menginovasi sampah.
1.2 Lingkup Permasalahan dan Tujuan Penelitian Konsep-konsep dan model-model inovasi saat ini telah banyak: dikembangkan, terutama untuk tujuan peningkatan daya saing industri-industri swasta. Dalam literatur tentang sistem inovasi, para peneliti bersepa.kat atas pentingnya interak:si antar elemen-elemen dalam sebuah sistem inovasi, agar teijadi pertukaran dan akumulasi sumber-sumber pengetahuan yang diperlukan bagi inovasi. Misalnya dalam model triple helix, perhatian dipusatkan pada bekeijanya suatu jejaring
Academicians, Businessmen, dan Government (ABG) (Etzk:owitz, 2007).. Meskipun secara konseptual, gagasan tentang 3R sampah dan gagasan tentang sistem inovasi terkait dengan erat, tetapi diperlukan pemahaman akan kontekskonteks praktis yang ada, untuk menemukenali peluang dan kendala penerapan model-model inovasi ke dalam praktik 3R.
Sehingga dari pemaparan tersebut di
3
atas dapat dibuat rumusan pennasalahan sebagai berikut : Bagaimana agar implementasi praktek 3R sampah di Kota Bandung Jebih inovatif? Untuk membahas pennasalahan tersebut pelaksanaan penelitian ini dipandu oleh pertanyaan penelitian berikut : Bagaimana proses pertukaran sumber-sumber daya terjadi khususnya sumber pengetahuan antara berbagai elemen dalam menciptakan nilai yang barn atas sampah? Bagaimana proses pembentukan interaksillinkage antar elemen dan implikasinya dalam proses inovasi praktek 3R sampah? Ditinjau dari aspek institusional, apakah sudah terjadi interaksi seperti yang tergambarkan dalam model triple helix?
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitan menjadi lebih terarah dan memberikan kesimpulan yang baik, perlu dilakukan pembatasan masalah. Beberapa pembatasan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut: •
Penelitian ini dibatasi cakupan studinya pada kasus-kasus di mana terjadi proses perubahan pada cara kerja dalam suatu institusi atau Iembaga dengan mengimplementasikan praktek 3R sampah.
•
Program 3R dalam penelitian ini dibatasi pada 3R sampah saja.
•
Penelitian ini belum menggambarkan praktek 3R sampah di Kota Bandung secara keseluruhan. Gambaran praktek 3R sampah diperoleh dari beberapa dokumen pelaksanaan program 3R sampah dan studi empiris pada beberapa institusi seperti PT. Pindad, PT. Biofarma, CV. Fajat, PD. Kebersihan dan sektor informal.
1.4. Metodologi Penelitian dan Kerangka Analisis
Dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian di atas, dilakukan penelusuran dan melihat hubungan (relasi) yang dibangun oleh objek studi. Adapun objek studi tesis
adalah aktor-aktor terkait pengembangan program 3R sampah di Kota
4
Bandung, baik dari pemerintah, industri maupun lembaga-lembaga penelitian. Bijker (1997) mengemukakan pendekatan untuk mendapatkan aktor-aktor terkait tersebut yaitu roll a snowball.
Dengan demikian secara akumulatif akan
teridentifikasi sejumlah aktor terkait. Wawancara dimulai dari aktor yang relatif Iebih mudah diakses.
Tetapi tidak semua aktor yang teridentifikasi dilakukan
wawancara. Pertimbangan yang digunakan adalah keterbatasan waktu penelitian dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik kualitatif dengan pendekatan deskriptif
Dengan menggunakan metode ini
peneliti ingin mendapatkan gambaran bagaimana melalui interaksi
yang
terbangun dapat mendorong adanya proses inovasi. Untuk itu penulis berusaha menggambarkan secara ringkas berbagai interaksi yang dibangun oleh objek studi.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam tanpa menggunakan panduan (guide) tetapi dengan pendekatan penelusuran relasi. Data basil wawancara didokumentasikan dengan menggunakan alat perekam elektronik dan basil rekaman tersebut ditranskripsikan.
Data kualitatatif yang diperoleh
disajikan dalam bentuk kalimat beserta uraian-uraiannya, sehingga dalam menganalisis perlu dilakukan dengan pendekatan studi teks dan hermeneutik (Muhadjir, 2000).
Penelusuaran relasi elemen sosial mendomasi dalam penelitian ini, di mana pendekatan tersebut mengacu pada konsep teoritik dalam payung STS (Science
Technology and Society) yang dikemukakan oleh Michael Calion (1991), John Law (1992) dan Bruno Latour (1992) yaitu actor network theory (ANT). Alasan disertakan ANT dalam analisis karena dalam ANT tidak membedakan keberagaman
(heteregenitas)
elemen-elemen
yang
menjadi
karakteristik
pengembangan program 3R sampah di Kota Bandung.
Dalam menganalisa kasus dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaitkan dengan kerangka teoritik seperti teori inovasi dan konsep triple helix. Tesis ini
5
menganalisis beberapa hal yaitu bagaimana proses terjadinya interaksi dan relasi yang terbangun, bagaimana keterkaitan interaksi yang terbangun dengan proses inovasi dan bagaimana proses penyebaran pengetahuan sebagai sumber inovasi terjadi. Adapun langkah-langkah penelitian diperlihatkan dalam Gambar I. I studi Literatur
.,
P~rumusan
Ma$alahdan Tujuan stlldi
Konsep Teori Yang Relevan
Peng1.1mpulan Data : Observasi dan Wawancara
Analisis dan Pembahasan
I·.·
Kesimpulan dan Saran
Gambar I. I. Langkah-langkah Penelitian
1.5. Sistematika penulisan Untuk dapat memahami tesis ini secara mudah dan sistematis maka peneliti mencoba menyusunnya sebagai berikut : Bab.I Pendahuluan, bab ini mengemukakan Pendahuluan Bab.II Kerangka Konseptual, bab ini menyebutkan beberapa teori yang peneliti kutip dari para pakar.
6
Bab III. Gambaran Wilayab Studi, menggambarkan secara umum pengelolaan dan pennasalaban sampab di Kota Bandung sebagai lokasi penelitian, serta menggambarkan basil penelitian.
Bab IV Analisis dan Pembabasan Pada bab ini peneliti melakukan analisis terbadap basil penelitian yang telab digambarkan pada Bab III. Dari basil analisis ini peneliti bisa mendapatkan jawaban terbadap rumusan permasalaban yang telab dikemukakan sebelumnya.
Bab. V. Kesimpulan dan Saran Dalam bab V ini peneliti membuat suatu kesimpulan terhadap basil penelitian yang diperoleh, juga menyampaikan rekomendasi dan saran terhadap pentingnya konsep inovasi diterapkan dalam implementasi 3R sebagai perubahan dalam pengelolaan sampah.
7
BAB ll Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sekumpulan konsep-konsep yang digunakan dalam menjalankan penelitian.
ll.l Konsep 3R Sampah sering dianggap sebagai benda yang tidak berguna yang secara ekonomis merupakan komoditas yang bemilai negatif karena untuk menanganinya diperlukan biaya yang relatifbesar. Menurut Azwar (1990) sampah adalah bagian yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan konsumsi dan produksi manusia dan umurnnya bersifat padat.
Murtadho (1988) membedakan sampah atas sampah organik yang mudah lapuk (garbage) dan sampah anorganik yang tidak mudah lapuk (rubbish).
Sampah
organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari pertanian. Sampah ini mempunyai sifat mudah terurai oleh mikroorganisma dan mudah membusuk karena mempunyai rantai karbon yang pendek. Sampah anorganik adalah sampah padat bersifat kering dan sulit terurai oleh mikroorganisma karena memiliki rantai karbon yang panjang dan komplek seperti kaca, besi, plastik dan sebagainya.
Pendekatan yang umum dilakukan dalam menyelesaikan masalah persampahan adalah pendekatan yang konvensional yang bersifat pasif dan instruksional dengan lebih menekankan kepada penanganan dan pengolahan sampah yang dibuang
(end-off pipe approach). Kebijakan pengelolaan sampah lebih menekankan kepada bagaimana sampah dikumpulkan, diangkut dan di buang ke suatu tempat karena dianggap sebagai barang sisa yang sudah tidak ada manfaatnya.
Filosofis pengelolaan sampah selama ini adalah dikumpulkan, ditampung di tempat penampungan sementara (TPS) dan akhirnya dibuang ke tempat penampungan akhir (TPA). Hal ini menyebabkan tetjadinya penumpukan sampah di setiap lini rumah tangga, TPS dan TPA Secara internal keadaan ini disebabkan oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana pengumpulan, keterbatasan armada
8
personil kebersihan dan sulitnya mencari lembaga swadaya yang dapat bermitra dengan pemerintah dalam penanganan sampah secara baik. Adanya keterbatasan laban yang dapat dipergunakan sebagai TPA karena semakin sulitnya memperoleh ruang yang pantas dan jaraknya semakin jauh dari pusat kota, serta diperlukannya dana yang besar untuk pembebasan laban TPA, merupakan faktor eksternal yang turut mempengaruhi permasalahan persampahan tersebut.
Pengelolaan sampah dengan cara demikian temyata menimbulkan banyak persoalan seperti : tingginya biaya operasional yang harus di tanggung oleh pemerintah dalam hal ini PD. Kebersihan Kota Bandung, karena beban sampah yang harus diangkut rata-rata/hari sebesar 43% = 3200 m3 atau sebanyak 320 rit/hari dengan biaya pengangkutan sebesar Rp. 500,000 per rit (PD. Kebersihan 2006), maka dapat dikalkulasikan besarnya biaya operasional pengangkutan sampah yang harus dikeluarkan setiap harinya oleh PD. Kebersihan yakni tidak kurang dari Rp. 160,000,000/hari.
Jelas bukan suatu biaya operasional yang
sedikit.
Tingginya biaya operasional tersebut ditambah dengan minimnya anggaran PD. Kebersihan akan menyebabkan kualitas pelayanan pengangkutan sampah tidak akan maksimal. Agenda 21 menyebutkan bahwa secara nasional hanya 40% dari sampah penduduk perkotaan yang dapat terlayani oleh fasilitas umum sedangkan sisanya dibakar atau dibuang ke badan-badan sungai. Menurut Walhi 1 dengan adanya perlakuan sampah yang demikian akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, seperti penurunan kualitas air sungai dan menyebabkan banjir.
Disamping itu, implementasi kebijakan pengelolaan sampah yang konvensional menyebabkan peningkatan jumlah kebutuhan sarana dan prasarana, terutama tempat pembuangan akhir yang semakin sulit didapatkan karena keterbatasan laban. Permasalahan laban menjadi suatu masalah yang sangat kompleks karena
1
http://www.walhi.or.id/ download tanggal6 Oktober 2007
9
disamping semakin sulit mencari laban akan tetapi juga mengandung konflik sosial. Kendala keterbatasan laban di Kota Bandung menyebabkan lokasi TPA baru mengandalkan laban dari kabupaten tetangga.
Proses persetujuan
masyarakat dan proses perijinan dari pemerintah setempat memerlukan waktu yang lama sementara produksi sampah dari sumbemya tidak dapat dihentikan. Terkadang hal inilah yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di berbagai tempat penampungan sementara (PD. Kebersihan,2006).
Dengan berbagai permasalahan di atas maka perlu ada pernbahan paradigma dan strategi dalam pengelolaan sampah. Paradigma barn tentang sampah ini pada hakikatnya memperluas pandangan lama tentang sampah dan diharapkan penekanan penanganannya pun akan sedikit bergeser. Dalam paradigma barn ini, sampah diposisikan selain sebagai limbah juga sebagai potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk daur ulang maupun produk barn. Dengan demikian pada tahap lebih jauh proses ini akan memberikan nilai tambah bagi sisi income masyarakat dan pemerintah sendiri.
Kondisi di atas mendorong upaya pengelolaan sampah kota yang lebih baik berdasarkan pada usaha penanganan sampah sedini mungkin, sedekat mungkin dari sumbemya dan sebanyak mungkin mendayagunakan kembali sampah (Sadoko, I 993 ), pernbahan pola pembuangan sampah serta meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan sampah yang lebih baik melalui proses reduce,
reuse, dan recycle
Mengenai konsep 3R, Sadoko (1993) mengemukakan sebagai berikut:
-Reduce Mengurangi volume sampah. Kegiatan ini disebut juga tindakan pencegahan sampah, dilakukan dengan cara mengkonsumsi barang lebih sedikit dan tidak banyak menggunakan kemasan. Pada umumnya kemasan yang lebih besar menghasilkan sampah lebih sedikit dibandingkan dengan kemasan yang lebih kecil dan memiliki kecenderungan sekali pakai.
10
-Reuse Menggunakan barang kembali yang telah dipakai tanpa melalui proses pengubahan. Barang yang tidak dapat digunakan Iagi dapat disumbangkan kepada orang lain atau menjualnya.
-Recycle Mendaur ulang barang yang tidak terpakai dengan melalui suatu proses, misalnya kertas daur uiang yang diperoleh dari kertas-kertas bekas. Proses daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. 2 Material yang dapat didaur ulang: •
Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi, baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
•
Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik)
•
Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton
•
Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember
•
Sampah basah dapat diolah menjadi kompos
Secara garis besar proses yang dialami oleh bahan/material daur ulang adalah sebagai berikut : I. Kertas
•
Kertas dipilah berdasarkan jenisnya
•
Kertas yang sudah terpisah dipotong-potong menjadi kecil-kecil
•
Melalui proses peleburan dalam boiler lalu diproses menjadi pulp
•
Proses pembuatan kertas
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Daur ulang
11
Kertas
t
r-----~· Peleboran
I
a
Pulp/Bubur Kertas
Gambar 11.2. Proses Daur Ulang Kertas Sumber : Data sekunder Tugas akhir Bainah Wati, Teknik Industri ITB 2002
2. Besi •
Besi dipisahkan menurut kualitasnya
•
Dipotong-potong kecillalu di lebur
•
Di campur dengan bahan mentah sesuai kriteria kualitas yang diinginkan
•
Taping, penuangan besi cair ke dalam kontainer
•
Molding. membuat percetakan untuk dijadikan ingot
•
Ingot diproses menjadi besi beton dengan rolJing mall
12
r-:-:: - ·----1 j
l
•• _.. ,..::;_
I
BES -
'j GUNA~
l
-
, _L._ _
-
. __ j
l_ OOlAH WS\'URUi
UKUiWt & KUAUTASf«A
r···-----.r:r-
J
.
l..._____fl' 't"--~ !
1
'---- - - --..-_._j PS'ICET,\K.Afl
. . l
---~
r:·~~~::.~:::--·.-:---' ,- --··--·-;
---- - ·
8ESli3ETOO
S£Sl BATAA'GAH
Gambar II. 3. Proses Daur Ulang Besi Sumber: Data sekunder Tugas akhir Bainah Wati, Teknik Industri ITB 2002
3. Plastik •
Dipisah-pisahkan sesuai tipe masing-masing seperti PP, HDPE,LDPE, PVC dan lain-lain
•
Dicuci
•
Dipotonng-potong
•
Digiling/flakes
•
Dicairkan dan dicampur bahan kimia sesua1 standar produk atau dijadikan bentuk pelet
•
Diolah menjadi batang pipa plastik, kantong plastik, tali rafia,keset poliester, serat nilon untuk tekstil dan lain-lainnya.
13
Gambar 11.4. Proses Daur Ulang Plastik Sumber: Data sekunder Tugas akhir Bainah Wati, Teknik Industri ITB 2002
4. Gelas •
Dicuci, pencucian dilakukan oleh lapak/bandar, hanya dilakukan pada botol yang masih utuh.
Untuk kaca yang berupa serpihan/pecahan
pencucuian material dilakukan langsung oleh pabrilk pengolah •
Dipisahkan berdasarkan wamanya
•
Dihancurkan menjadi buubk halus
•
Digunakan sebagai campuran membuat botol kaca yang barn atau produk-produk kaca lainnya,
14
Gambar II.5. Proses Daur Ulang Kaca Sumber: Data sekunder Tugas akhir Bainah Wati, Teknik Industri ITB 2002
Seperti yang dilakukan oleh negara Jepang yang telah berhasil mengubah sampah menjadi produk semen yang kemudian dinamakan dengan ekosemen. Diawali penelitian di tahun 1992, dengan dibiayai oleh Development Bank ofJapan, para peneliti Jepang telah meneliti kemungkinan abu hasil pembakaran sampah, endapan air kotor dijadikan sebagai bahan semen. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa abu hasil pembakaran sampah mengandung unsur yang sama dengan bahan dasar semen pada umumnya. Pada tahun 1998, setelah melalui proses uji kelayakan akhimya pabrik pertama didunia yang mengubah sampah men.jadi semen didirikan di Chiba. Pabrik tersebut mampu menghasilkan ekosemen 110.000 ton per tahutinya. Sedangkan sampah yang diubah menjadi abu yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62.000 ton per tahun, endapan air kotor dan residu pembakaran yang diolah mencapai 28.000 ton per tahun. Hingga saat ini sudah dua pabrik di Jepang yang memproduksi ekosemen.
15
Gambar II.6. Simulasi pembuatan eko semen dari limbah rumah tangga
Berdasarkan hasil pengujian JSA (Japan Standar Association) dinyatakan bahwa · ekosemen mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan semen biasa. Sehingga, hingga saat ini penggunaan ekosemen sudah digunakan dalam pembangunan jembatan, jalan, rumah, dan bangunan lainnya di Jepang.
Dengan adanya pengubahan sampah menjadi semen, menambah alternatif pengolahan sampah menjadi barang bermanfaat bagi manusia yang telah membuangnya. Selain itu dengan adanya altematif pengolahan sampah menjadi semen, biaya pengolahan sampah di Jepang menjadi lebih murah. Bila sebelumnya 40.000 yen per ton (pengolahan sampah konvensional) menjadi 39.000 yen per ton (pengolahan sampah hingga menjadi semeni
Berdasarkan hasil penelitian Stephen J. Miller, Ph.D., seorang ilmuwan senior dan konsultan peneliti di Chevron yang ber8ama rekan-rekannya di Pusat penelitian Chevron Energy Technology Company, Richmond, California, Amerika Serikat dan University of Kentucky, telah berhasil mengubah limbah plastik menjadi minyak pelumas. Dalam penelitiannya yang akan dipublikasikan dalam Jurnal
American Chemical Society bagian Energi dan Bahan Bakar (Energy and Fuel) edisi 20 Juli 2005, Miller memanaskan polietilena menggunakan metode pirolisis, 3
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-03 -22-Semen-dari-Sampah. shtml
16
lalu menyelidiki zat basil pemanasan tersebut. Temyata, ketika polietilena dipanaskan akan terbentuk suatu senyawa hidrokarbon cair. Senyawa ini mempunya1 bentuk mirip lilin (wax). Banyaknya plastik yang terurai adalah sekitar 60%, suatu jumlah yang cukup banyak.
Struktur kimia yang dimiliki
senyawa hidrokarbon cair mirip Jilin ini memungkinkannya untuk diolah menjadi minyak pelumas berkualitas tinggi. 4
Berdasarkan berbagai contoh kasus di atas bagaimana ketika sampah diubah kembali menjadi suatu produk yang bemilai ekonomis perlu upaya-upaya inovasi, maka hila kita kaitkan sampah ketika menjadi input untuk diproduksi kembali merupakan input yang dianggap sudah 'kehilangan' sumber dayanya sehingga tidak seperti bahan baku orisinil, untuk menjadi produk baru dari sampah sangat memerlukan suatu daya cipta/inovasi tinggi.
ll.l. INOVASI Menurut Nonaka seperti yang dikutip oleh Bob Widyantono dalam makalahnya menyebutkan bahwa inovasi sebagai suatu proses penciptaa.n pengetahuan dalam organisasi (organizational knowledge-creation). Bahkan, ia menyebutkan bahwa pengetahuan dalam dua kelompok, yakni yang tak terucapkan/terungkapkan (I'acit),
dan yang dinyatakanldiungkapkan secara eksplisit (articu/able).
Pengetahuan yang nyata (articulable) berkenaan dengan pengetahuan yang dialihkan (transmittable) termaktub dalam bahasa formal dan sistematik, sedangkan pengetahuan yang tak terungkapkan (tacit) adalah mempribadi dan sulit diformulasi, serta tidak mudah dikomunikasikan.
Pengetahuan yang tak terucapkan (tacit), menurut Nonaka, dapat dibagi lebih Ianjut dalam duajenis, yakni know-how (aspek prosedural), dan semacam.frame of reference. Frame of reference itu oleh para psikolog dikenal sebagai mental models dan mencakup paradigma, kepercayaan tradisional, yang kita biasa pakai
4
Sandri Justiana, S.Si dan Budiyanti Dwi Hardanie, S.Si http:Uacswebapplications.acs.org/ pada
anggal 21-6-2007
17
dalam mempersepsi dunia beserta Iingkungan. Suatu dimensi abstrak dari setiap individu, dan inovasi seringk:ali menjadi penting untuk mengartikulasikan perskpektif atau citra seseorang mengenai dunianya, kini maupun yang akan datang.
Penciptaan pengetahuan yang lebih bermakna terjadi Iantaran adanya
interaksi antara yang tak terucapkan (tacit) dan yang nyata (articulable) yang memerlukan penyesuaian dinamis pada keadaan, serta memainkan peranan dalam kemampuan organisasi untuk bisa bertahan sekaligus tumbuh kembang.
5
Bila kita kaitkan dalam konteks pengolahan sampah, sistem reduce, reuse, dan
recycle (3R) sampah dapat dikatakan merupakan suatu inovasi karena didalamnya ada proses penciptaan pengetahuan baru yakni bahwa sampah anorganik seperti plastik dapat direcycle kembali untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat produk baru, kertas bekas dapat menjadi bahan baku untuk membuat kertas Iagi atau sampah organik yang dapat direcycle untuk menjadi produk bam berupa kompos yang dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman.
Ada pula yang mengartikan bahwa inovasi diartikan sebagai hasil interaksi elemen dalam sebuah sistem yang mencakup antara lain: Jingk:ungan usaha, sistem pendidikan dan pelatihan, sektor kebijakan publik, dan kondisi sosio-kultural. Sedangk:an Kinerja Sistem Inovasi dipengaruhi oleh pola, karakter, dan intensitas interaksi antar elemen sistem yang mengarah pada penciptaan pengetahuan bam serta difusi dan penggunaan pengetahuan pada seluruh masyarakat (termasuk
business oganizations dan government bodies). 6
Pengertian lain dari suatu inovasi seperti yang diungkapkan dalam buku Creating
system Innovation oleh Hans de Bruijn adalah bahwa yang dimaksud dengan inovasi adalah proses penambahan nilai atau valuae.
Adanya kebutuhan akan
suatu proses inovasi dilatarbelakangi oleh adanya resistensi sosial dalam setiap permasalahan adopsi teknis yang tidak bisa diselesaikan dengan perubahan s Bob Widyahartono MA (
[email protected]) adaJah pengamat ekonomilbisnis; Dosen Senior Falcultas Ekonomi Universitas Tarumanegara (FE Untar) Jakarta. Telaah- SDM Dalam Masyarakat Berbasis Pengetahua, antara news, 26 Februari 2007 6 Pengertian Inovasi menurut Jumal UI 5 Oktober 2006 basil down Load tanggal 3 Mei 2007 Internet 0 2006 Universitas Indonesia, all right reserved
18
konvensional seperti pada umumnya. Proses perubahan yang dimaksud untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada sangatlah kompleks karena biasanya melibatkan berbagai elemen baik elemen teknis, institusional, struktural dan kultural yang ada dalam suatu sistem.
Hans de Bruijin (2004) merujuk fenomena kompleks seperti ini untuk menegaskan adanya karakter sistemik dari suatu inovasi. Bukan hanya sebagian, tetapi keseluruhan elemen perlu berubah agar suatu inovasi berlangsung dan mencapai
mencapai kestabilan.
Dan dalam mencapai kestabilan itu proses
inovasi terns mengalami berbagai pertentangan nilai sebelum akhimya sebuah nilai barn akan diterima sebagai suatu nilai yang diproduksi dan dikonsesus bersama. Proses inovasi juga dikatakan bersifat sistemik lantaran keseluruhan elemen sistem perlu berubah agar situasi yang baru disertai basil yang baru yang lebih diinginkan dapat terwujud.
Proses ini tidak jarang berliku-lilru dan
menempuh periode yang cukup panjang.
Beberapa aspek mendasar dari Inovasi sistemik (Bruijn,et all, 2004) adalah bahwa inovasi sistemik selalu melingkupi hal-hal sebagai berikut : •
Inovasi bersifat komprehensif
•
Karena bersifat suatu proses yang sistemik maka pada umumnya inovasi sistem mengandung makna butuh waktu yang panjang.
•
Adanya perubahan perspektif dan pergeseran budaya di antara para aktor seperti stake holder, konsumen dan produsen.
Perubahan yang diinginkan terjadi dapat diinisiasi oleh pemerintah sehingga pendekatannya sangat top down karena pemerintahlah yang menetapkan situasi akhir yang diinginkan dan mempromosikan keberbagai aktor yang terlibat dalam proses inovasi sistemik. Namun ada kalanya sang inisiator inovasi berasal dari kelompok yang menamakan akademisilperiset dan pelaku pasar sehingga pendekatannya bottom down.
Atau bisa saja inovasi tersebut diinisiasi oleh
adanya kombinasi dari kepentingan-kepentingan sehingga pendekatannya bersifat berjejaring.
19
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ada tiga faktor penting yang membatasi peluang untuk mengelola suatu inovasi menurut Hans de Bruijin ( 2004 ) adalah : • Keterbatasan pengetahuan Adanya keterbatasan pengetahuan menyebabkan munculnya ketidakpastian atau ketidaktentuan. • Konsesus berlangsung secara non-linier. • Pertentangan Nilai
Menurut Bruijn,et all, 2004 dalam bukunya Creating System Innovation ketika berbicara inovasi sistemik, maka kita dapat kita dapat membedakan substansi dari inovasi sistemik dan proses untuk dapat mewujudkannya. Gambaran umum dari substansi dari inovasi sistemik adalah sangat komprehensif dan radikal. Dikatakan komprehensif karena keseluruhan sistem harus berubah dan bukan hanya salah satu komponen dari sistem. Tentu saja hal ini akan membuat suatu perubahan yang sangat radikal di mana keseluruhan sistem mengalami perubahan baik institusi, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
Ketika kita berbicara proses untuk mewujudkan inovasi sistemik maka masa transisi manajemen adalah hal yang biasa terjadi. Terkadang membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengimplementasikan inovasi sistemik. Masa transisi manajemen dapat diketahui dari beberapa prinsip berikut ini : • Inovasi sistemik dapat dengan sengaja direncanakan di mana tujuan dapat ditentukan dan ditargetkan. • Inovasi sistemik dilakukan dengan hati-hati di mana masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya inovasi dan implementasinya. • lnovasi sistemik didominasi oleh interaksi di mana tujuan ditentukan bersama oleh sejumlah elemen terkait • Inovasi sistemik merujuk pada perubahan paradigma, inisiator perubahan bisa datang dari pemerintah atau elemen lain yang memimpin untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
20
Inisiator suatu sistem inovasi menurut Bruijn,et all, 2004 dalam buk:unya Creating System Innovation bisa dari berbagai elemen dan merupakan interaksi berbagai
elemen sebagai berikut : • Sumber pengetahuan dapat menjadi pendorong sehingga terjadi proses sistem inovasi. Hal ini berarti dari arena science dan riset, pengetahuan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan sistem inovasi dan memungkinkan terjadinya suatu proses inovasi. • Pemerintah sebagai inisiator sistem inovasi. Sistem inovasi merupakan hasil dari kebijakan politik pemerintah di mana hal itu diperluk:an untuk: mendukung bagi penerimaan masyarakat akan suatu proses inovasi. • Pasar sebagai pendorong sistem inovasi. Kemungkinan terjadi proses sistem inovasi juga dapat tumbuh dari kebutuhan pasar. Industri dapat menciptakan teknologi baru, sebagai contoh revolusi IT pada tahun 1990 sebagai pendorong suatu sistem inovasi di bidang informasi dan komunikasi.
Yang menarik dari berbagai kasus terjadinya proses sistem inovasi bahwa untuk: terjadinya proses tersebut membutuhkan keterkaitan/interaksi minimalnya dua arena baik itu arena Universitas-Pemerintah, arena Universitas-Industri maupun Industri-Pemerintah bahkan untuk: idealnya agar sistem inovasi terwujud dibutuhkan interaksi ketiga arena.
Pemerintah
Marketlindustri
Gambar II. 7. Interaksi dua arena : pemerintah dan market
21
Pemerintah .
Universitas
Gambar II. 8. Interaksi dua arena : pemerintah dan Ak:ademisi
Mark.etlindustri
Universitas
Gambar II.9. Interaksi dua arena: Universitas dan Industri
Interaksi
Interaksi tiga elemen
dua elemen
Gambar ll.l 0. Interaksi tiga arena : Universitas, industri dan pemerintah
22
ll.3. Konsep Triple helix (ABG)
Model pembangunan triple helix terdiri dari tiga elemen dasar, yakni pertama peran yang lebih banyak bagi perguruan tinggi untuk melakukan suatu proses inovasi, kedua adanya perubahan hubungan yang kolaboratif di antara ketiga institusi di mana dengan adanya inovasi kebijakan akan semakin meningkatkan basil interaksi antar universitas-industri-pemerinyah, ketiga sebagai tambahan fungsi mereka terdahulu maka setiap bagian 'ambil peran dari yang lain' (Etzkowitz, 2005) 7
Masih menurut Etzkowitz model pembangunan triple helix melihat bahwa perguruan tinggi sebagai suatu somber elemen penting untuk melakukan rekombinasi dan inovasi.
Hal itu berarti terdapat reinforcement aturan dalam
sebuah perguruan tinggi yakni dari ilmu-ilmu dasar ke proses inovasi dan produksi yang merupakan awal dari sikap entrepereuener sebuah perguruan tinggi.
Teori triple helix merupakan model penemuan spiral yang menangkap hubunganhubungan yang saling menguntungkan pada kondisi yang berbeda dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Dimensi pertama model triple helix adalah
transformasi internal di setiap helix seperti pembangunan hubungan lateral di antara perusahaan aliansi yang strategis atau suatu asumsi misi pembangunan ekonomi oleh universitas.
Kedua pengaruh satu helix terhadap yang lain,
misalnya, peran pemerintah federal dalam menerapkan kebijakan industri Dermaga Dole tahun I 980.
di
Ketika peraturan yang menyangkut properti
intelektual yang dihasilkan pemerintah melalui penelitian berubah, maka teknologi mengalihkan kegiatan sebagai wilayah yang dimiliki perguruan tinggi, sehingga menghasilkan suatu transfer profesi akademik yang menyangkut teknologi. Dimensi ketiga adalah kreasi jejaring dan organisasi tiga hubungan
7
Henry Etzkowitzs, The Renewal of the African University: Towards a "Triple Helix" Development Model, 2005
23 yang baru dari interaksi antara tiga helix yang dibuat untuk memunculkan gagasan-gagasan dan format baru dalam pembangunan berteknologi tinggi. 8
Masih dalam makalah yang sama Etzkowitz menggambarkan bahwa triple helix menunjukkan hubungan antara universitas-industri-pemerintah sebagai suatu variable yang berdiri sejajar dan sating bergantung dan saling berperan satu sama lain. Disini teijadi gerakan institusional yang terpisah yang menunjukk:an paling tidak adanya suatu ideologi, seperti yang teijadi di Amerika. Ada juga model pergantian yang dianut suatu negara yang meliputi industri dan akademian seperti terjadi di Uni-Soviet, tetapi kondisi ini pun dapat ditemukan di Amerika latin dan negara-negara eropa.
Hubungan bilateral antara pemerintah - perguruan tinggi, universitas - industri juga industri dan pemerintah telah berkembang menjadi hubungan tripatrit di antara ke 3 institusi tersebut, terutama di level regional. Hubungan Universitas, industri dan pemerintah muncul bermula dari institusi yang berbeda di berbagai bagian dunia, tetapi untuk tujuan yang umum adalah merangsang pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan pembangunan ekonomi. 9
Dalam model triple helix, penekanan dikonsentraikan pada interaksi, hubunganhubungan antar lembaga dan kolaborasi. Jika secara tradisional lembaga pemerintahan, pendidikan tinggi dan bisnis masing-masing beroperasi dalam ranah-ranah yang saling terpisah sau dari yang lainnya maka model triple helix menegaskan pentingnya hubungan-hubungan yang beijejaring. Fokus perhatian dalam model triple helix adalah pada permasalahan bagaimana ketiga arena kelembagaan yang berbeda- arena akademik, bisnis dan pemerintah- dapat melakukan interaksi dan pertukaran sumber-sumber pengetahuan10
8 Henry etzkowitz, The Triple Helix of University - Industry- Government Implications for Policy and Evaluation, Working paper 2002·ll,Science Policy Institute, page3 9 ibid 10 Sonny Yuliar dalam makalah Peran Perguruan tinggi dalam Masyarakat Berbasis Pengetahuan : isyu demikrasi dan tantangan kebiajakan
24
Menurut Etkowitz seperti yang dikutip dalam makalah tersebut konsep triple helix berperan sebagai pemandu dalam pengelolaan interaksi.
Dalam masyarakat-
masyarakat yang berbeda proses transisi dapat dimulai dari titik-titik berangkat yang berbeda-beda (Etkowitz, 2007 )
Dalam dekade terakhir, kebijak:an pendidikan tinggi di berbagai negara memberi penekanan
pada
hubungan
'triple
helix'
di
antara
academicians,
businessmen/women, dan government agencies (ABG). Gagasan dasar yang melatari pengembangan kerangka keija ABG adalah bahwa agar pengetahuan dapat menghasilkan nilai (values), proses pencapaian pengetahuan tidak boleh terisolasi dari lingkungannya. Values merupakan basil dari interaksi sosial. Konsep ABG ini berkaitan erat dengan konsep sistem inovasi.
Dalam model triple helix, penekanan dikonsentraikan pada interaksi, hubunganhubungan antar lembaga dan kolaborasi.
Jika secara tradisional Iembaga
pemerintahan, pendidikan tinggi dan bisnis masing-masing beroperasi dalam ranah-ranah yang saling terpisah satu dari yang Iainnya mak:a model triple helix menegaskan pentingnya hubungan-hubungan yang beJjejaring. Fokus perhatian dalam model triple helix adalah pada permasalahan bagaimana ketiga arena kelembagaan yang berbeda- arena akademik, bisnis dan pemerintah- dapat melakukan interaksi dan pertukaran sumber-sumber pengetahuan11 .
Dengan
demikian maka proses inovasi Iebih dimungkinkan untuk dapat tercipta.
Dalam konsepsi Sistem lnovasi Nasional (SIN), proses inovasi dan pembangunan yang berbasis IP1EK semakin bergantung pada kemampuan untuk menggunak:an pengetahuan yang dihasilkan di mana saja/di berbagai tempat (bukan sebatas di Iembaga-lembaga iptek formal), dan mengkombinasikan berbagai pengetahuan ini dengan stok pengetahuan yang telah tersedia.
Untuk ini, kapasitas absorptif (absorptive capacities), kapasitas alih pengetahuan, dan kemampuan untuk 'to learn by interaction' menjadi faktor-faktor krusial bagi
II
ibid
25 keberhasilan inovasi. Pengetahuan baru dan berguna (baik secara sosial maupun komersial) merupakan basil interaksi dan proses pembelajaran di antara berbagai aktor/elemen di dalam sistem inovasi; penghasil (producer), pengguna (user), pensuplai (supplier), otoritas publik, lembaga ilmiah, kesemuanya membangun sebuah 'daya distribusi pengetahuan'.
12
Proses lnovasi sebagai Aliran Pengetahuan dalam Jejaring Pelaku-Pelaku
Gambar II. II. Creating Values melalui Jejaring ABG II.4. Kesimpulan Kerangka Teoritik Konsep 3R merupakan konsep yang digagas baik di dalam maupun di luar negeri (Jepang) yang berkaitan dengan upaya mengantisipasi laju timbulan sampah yang dihasilkan sebagai konsekuensi dari berbagai aktivitas manusia. Berikut gambaran pelaksanaan praktek 3R sampah di negara Jepang. Berdasarkan pada pola dasar lingkungan hidup Jepang. Kebijakan penanganan sampah kota Tokyo dilakukan dengan urutan sebagai berikut: pertama, mengontrol jumlah
12
PerspektifTentang IPTEK Berimplikasi pada penyusunan indikator IPTEK,: Tesis Magister Studi Pembangunan ITB : Samiran, 2004
26
sampah. Kedua, penggunaan kembali barang produksi yang telah dipakai, dan ketiga daur ulang (material recycle). Jika mengalami kesulitan dalam proses dan rawan terhadap Iingkungan, maka dijadikan sebagai sumber energi.
Untuk menerapkan sistem daur ulang (Material recycle) maka ada kebijakan pengumpulan sampah terbakar dua hari dalam seminggu dan sehari untuk sampah kertas, botol, dan kaleng.
Kebijakan ini dilaksanakan di seluruh distrik mulai
bulan Februari tahun 2000. Sedangkan pet botol dikumpulkan pada/oleh toko-toko tertentu. Sekarang ada sekitar 4.500 toko yang berpartisipasi dalam usaha ini.
Pembentukan tim penyuluh untuk para pengusaha industri besar. Untuk kelancaran jalannya program pengontrolan buangan sampah dan daur ulang, pada bulan maret tahun 1991 dimulailah program pengawasan dan penyuluhan. Serta penyediaan tempat untuk pemrosesan sampah. Untuk menjaga kestabilan sistem pembakaran sampah sempurna, penyediaan tempat pemrosesan sampah terus dilakukan. Tahun 1999 telah didirikan tempat pemrosesan sampah di Toshima-Iru. Juga untuk mengurangi jumlah dioxin dilakukan terus penyempurnaan sistem pembakaran.
Selain itu, seluruh tempat pemrosesan sampah diusahakan untuk
mendapatkan ISO 1400 I. Pada tahun 1999, lima dari 60 tern pat pemrosesan sampah yang ada telah mendapatkan ISO 1400 I. Bantuan pemerintah pusat terhadap pemerintah perkotaan dan pedesaan. Bantuan dana dan teknisi dilakukan, terutama untuk membantu pelaksanaan program penanganan sampah rumah tangga dan daur ulang.
Selain itu, kebijakan untuk mengikutsertakan pemerintah, masyarakat, dan pengusaha dalam mengatasi masalah sampah adalah usaha yang tepat untuk memberikan kesadaran akan tanggung jawab masing-masing individu dalam mengatasi masalah sampah. 13
13
Anto Tri Sugiharto Ph.D, tennuat dalam Pikiran rakyat, Kamis, 17 Maret 2005
27 Bila kita Iihat implementasi praktek 3R sampah di negara Jepang sangat membutuhk:an adanya interaksi antara pemerintah, pihak industri, dan masyarakat agar perubahan sistem pengeloaan sampah dalam hal ini erat kaitannya dengan proses inovasi praktek 3R sampah terns teijadi.
Dari gambaran tersebut di atas implementasi praktek 3R sampah sarat akan pentingnya proses-proses inovasi sedangkan konsep inovasi sangat menekank:an pentingnya interaksi berbagai elemen sebagai media bagi penyebaran pengetahuan yang menjadi sumber proses inovasi maka dapat dikatakan bahwa dalam implementasi praktek 3R perlu adanya interaksi berbagai elemen.
ll.S.TEORI ANT 2.5.1. Fenomena Sosioteknis dalam Pandangan Teori Jejaring-Aktor
Teori Jejaring-Aktor (Actor-network Theory, ANT) 14 berkembang di dalam serangkaian kegiatan penelitian sosiologis tentang sains dan teknologi. Para ahli yang terlibat dalam kegiatan ini berargumen bahwa 'pengetahuan' 15 merupakan produk yang memiliki dimensi sosial, dan bukan merupakan sesuatu yang dihasilkan melalui pengoperasian metode saintifik secara eksklusif Para ahli ini memperluas Iingkup pemyataan ini dan menegaskan bahwa agen-agen, institusiinstitusi sosial, mesin-mesin dan organisasi-organisasi merupakan produk atau efek dari sualu jejaring material yang heterogen.
Dalam ANT, suatu entitas sosial juga merupakan jejaring elemen-elemen material yang terpolakan. Dengan pemyataan demikian, ANT mengambil posisi yang secara radikal berbeda dari teori-leori sosial yang memandang entitas sosial hanya terdiri atas manusia-manusia saja. Dalam pandangan ini, tugas dari kajian sosiologi teknologi adalah mempelajari dan memahami
karakteristik jejaring
ANT dikembangkan berkat basil kerja dan penelitian yang dilakukan sosiolog Prancis Michael Calion dan Bruno Latour, sosiolog Inggris John Law. 15 Di sini 'pengetahuan' yang dirujuk adalah yang memiliki eksistensi atau perluasan material, mulai dari percakapan, presentasi dalam seminar, makalah, paten, saintis yang terlatih untuk riset dan lain-lain 14
28 dalam heterogenitasnya, dan menggali bagaimana elemen-elemen dalam
suatu
satuan
JeJanng
terpolakan
yang menghasilkan efek-efek seperti
organisasi, kuasa, birokrasi, fungsi teknologi, dan lain-lain. Pertanyaanpertanyaan analitik yang lazim dijawab ANT adalah seperti : Apakah suatu agen menjadi agen semata-mata dikarenakan dia memiliki tubuh, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan lain-lain? ataukah suatu agen menjadi agen dikarenakan dia menghuni sekumpulan elemen-elemen yang terbentang di dalam jejaring elemen-elemen material, termasuk tubuh?
ANT mengakui bahwa manusia memiliki kehidupan dalam (inner life), seperti kegiatan mental dan kegiatan kognisi. Tetapi yang ditekankan ANT adalah bahwa sejauh agen sosial yang menjadi perhatian, agency ini diraih bukan karena karena terwujud di dalam tubuh. Melainkan, agen/aktor merupakan jejaring dari relasirelasi heterogen yang terpolakan, atau merupak:an efek dari jejaring demikian. Sejauh efek sosial (keagenan, keaktoran) yang menjadi perhatian, berpikir, beraksi, mencari nafkah dan hal-hal yang lazimnya diatributkan pada manusia, dihasilkan di dalam jejaring yang meluas di dalam dan melampaui tubuh. Suatu aktor juga selalu merupak:an suatu jejaring -jejaring aktor.
Defmisi yang sama berlaku untuk mesin. Sebuah mesin juga merupak:an jejaring heterogen sekumpulan kaidah yang dijalankan oleh elemen-elemen material, operator-operator, user dan repair-persons. Begitu pula dengan organisasi dan institusi, semuanya merupak:an peranan-peranan berpola yang dijalankan oleh orang-orang, mesin-mesin, dokumen-dokumen, gedung-gedung dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak selalu menyadari keberadaan jejaring di
balik suatu aktor atau institusi. Misalnya, sebuah televisi merupakan objek tunggal dengan beberapa komponen yang terlihat. Ketika televisi itu rusak, objek tersebut segera berubah menjadi jejaring komponen-komponen elektronik dan intervensiintervensi manusia. Bagi orang yang sehat, organ-organ tubuh tersembunyi. Bagi orang yang sakit, tubuh segera dikonversi ke dalam jejaring yang terdiri atas proses, sekumpulan orang, dan intervensi-intervensi yang bersifat farmasitis.
29 Ilustrasi ini menggambarkan bahwa munculnya
kesat~
dan menghilangnya
jejaring, berkaitan dengan simplifikasi. Fenomena merupakan efek atau produk dari jejaring heterogen. Tetapi dalam kehidupan praktis kita tidak sanggup menghadapi komplikasi jejaring yang terus meluas. Umumnya kita tidak dalam posisi yang siap untuk mendeteksi kompleksitas jejaring. Yang terjadi adalah ketika sebuah jejaring beraksi sebagai entitas tunggal, jejaring tersebut seolaholah menghilang, dan digantikan oleh aksi itu sendiri dan aktor dari aksi tersebut. Pada saat yang sama, cara-cara bagaimana efek dihasilkan juga menghilang. Jadi, sesuatu yang lebih sederhana seperti televisi yang bekerja baik, bank yang terkelola dengan baik, menjadi tabir yang menutupi jejaring yang menghasilkannya. Punktualisasi merupakan sebuah proses atau efek, dan bukan sesuatu yang dapat dibentuk sekali untuk selamanya. Jadi, ANT mengasumsikan bahwa istilah 'struktur' dalam frase 'struktur sosial' bukan merupakan kata benda, tetapi kata kerja. Struktur tidak berdiri bebas, seperti kerangka baja di Iokasi bangunan. Struktur merupakan efek relasional yang secara rekursif mereproduksi dirinya sendiri. Asumsi ini berimplikasi tidak ada tatanan sosial, organisasi, atau agen yang pemah mencapai status sempurna, otonom, dan final. ANT tidak mengakui keberadaan tatanan sosial dengan pusat yang tunggal, atau dengan sekumpulan relasi-relasi yang stabil. Alih-alih demikian, yang ada adalah tatanan-tatanan dalam pluralitas (Michael Calion, 2003).
Pemyataan ini bukan berarti bahwa ANT mengakui pluralisme, bahwa yang ada hanyalah pusat-pusat kuasa (power centers), tatanan-tatanan, yang kurang lebih setara. Yang ditekankan oleh ANT adalah bahwa efek-efek kuasa, tatanan dihasilkan dalam cara-cara relasional dan terdistribusi. Penataan struktur dan efek-efek yang dihasilkan bersifat contestable. Oleh karena ini, analisis proses penataan atau penstrukturan berada di posisi sentral dalam ANT. Yang dituju adalah eksplorasi dan deskripsi proses-proses pembentukan pola, orkestrasi sosial, penataan dan resistansi. yang melalui semua ini hadir efek-efek seperti agen-agen, instrumen, mesin, institusi, atau organisasi.
30
Inti dari pendekatan ANT adalah berkenaan dengan bagaimana aktor-aktor dan organisasi-organisasi memobilisasi, mempersandingkan, dan mempertahankan segenap elemen-elemen heterogen yang melalui ini semua aktor-aktor dan organisasi-organisasi tersebut terkomposisi. ANT mengangkat pertanyaan tentang bagaimana aktor-aktor mampu
mencegah
elemen-elemen
ini
mengikuti
kecenderungan-kecenderungannya sendiri sehingga terlepas dari jejaring. ANT mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas secara empiris.
2.5.2. Proses Pembingkaian (Framing) dan Efek kalkulasional Sebagaimana disampaikan di atas, efek-efek kalkulasional tertentu dapat dihasilkan, sehingga meningkatkan ketegaran jejaring. Tetapi efek kalkulasi merupakan sekumpulan relasi-relasi yang melibatkan representasi
material,
pengawasan dan kontrol. Dengan perkataan lain, efek kalkulasional muncul melalui proses translasi, yang terjadi ketika agen-agen dan benda-benda yang terlibat dalam kalkulasi mengalami disentanglement (pemutusan atau pelemahan relasi) dan dibingkai (framed). batas-batas ditarik di antara
Melalui pembingkaian dan disentanglement, relasi-relasi~
batas-batas ini yang menjadi
pertimbangan dalam kalkulasi.
Konsep disentanglement telah lama dikenal dalam teori ekonomi, ketika para pakar ekonomi mendefinisikan ekstemalitas yang menunjuk pada semua koneksi, relasi. dan efek yang para agen ekonomi tidak perhitungkan dalam kalkulasi mereka ketika memasuki transaksi pasar. Dalam perspektif ANT, setiap entitas yang terlibat di dalam jejaring relasi-relasi. dalam aliran intermediaries yang bersirkulasi, menghubungkan, membentuk identitasidentitas.
Konsep ekstemalitas menunjuk pada semua pekerjaan yang
harus dilakukan untuk membuat relasi-relasi dapat dikalkulasi di dalam jejaring. Ini mencakup pembingkaian aktor-aktor dan relasi-relasi mereka.
31
Pembingkaian (framing) dalam terminologi antropologi adalah:
Framing is a cognitive Contextualization device whereby all rules of hehavioir, symbol and their interpretation are bounded by a particular activity with its own overall structure. Frames have temporal beginings and endeings and often embodied specified physical boundaries. Menurut Michel Calion, seorang sosiolog teknologi, pada konteks ANT pembingkaian merupakan operasi yang digunakan untuk mendefinisikan agen-agen individual yang dibedakan secara jelas dan dilepaskan hubungan di antara satu dengan yang lain.
Pembingkaian
memungkinkan
pendefinisian
objek-objek,
seperti
komoditas, fakta sosial, objek teknologi yang teridentifikasi dengan sempuma
dan dapat dapat diisolasi.
.... 1:\
o'··u ••••••••••••• Relasi lemah
q
8 ... ,•
~}-···-:,'
...
0 ••••••••••••• Relasi lemah
Gambar 11.12. llustrasi proses (translasl) pembingkaian yang disederhanakan; relasi antara agen A dengan E, F, G terlepas, dan terbentuk relasi-relasi dengan X, Y, Z. Melalui pembingkaian, agen A mendapatkan kompentensi baru yang terdefinisikan melalui translasi.
Dari ilustrasi pada Gambar 11.12, sebuah agen (baik human maupun non human) mengalami pembingkaian ketika melemah/terputus relasi-relasinya dengan agenagen tertentu, dan menguat relasi-relasi dengan agen-agen tertentu yang lain. Melalui proses pembingkaian demikian, sebuah agen meraih identitas atau kompetensi yang baru. Salah satu efek penting yang muncul melalui pembingkaian efek calculativeness-munculnya agen yang dapat melakukan kalkulasi. Agen-agen yang terelasikan satu pada yang lain meraih efek kalkulatif dikatakan sating kompatibel (compatible) satu terhadap yang lain.
32
Dalam pembahasannya tentang pasar strawberi di Perancis (Michael Calion, 2003) diilustrasikan bagaimana konstniksi pasar, dan munculnya agen-agen yang terlibat dalam penentuan harga, terjadi melalui proses pembingkaian yang menghasilkan efek : - Hadimya produk yang memenuhi kualifikasi; - Terdefinisinya suplai dan permintaan; - Organisasi transaksi yang memungkinkan tercapainya harga seiimbang. Pada awalnya, menurut pemaparan Calion, investasi material dialokasikan. Transaksi
yang
(intermediaries)
tak yang
terkoordinasi terlibat
di
dalam
antara relasi
produser antar
dan
personal
penyalur kemudian
dilokalisasikan di sebuah gudang penyimpanan yang khusus dibangun untuk tujuan ini. Para produser menempatkan produk mereka ke tempat itu setiap hari, yang diwadahi dalam keranjang-keranjang, dan dipertunjukkan dalam batches di dalam gudang. Setiap batch memiliki lembar data yang segera diserahkan pada juru Ielang. Juru lelang ini memasukkan data ke dalam komputer dan mengkompilasi sebuah katalog yang dibagikan kepada para pembeli. Produsen dan pengepak buah strawberi masuk ke dalam ruang Ielang yang dirancang dengan cara sedemikian rupa, sehingga para pembeli dan para penjual tidak pemah dapat melihat satu kepada yang lain, tetapi dapat melihat jelas juru Ielang dan papan elektronik yang memeragakan harga. Peragaan strawberi di dalam ruang dan dalam katalog memungkinkan semua pihak mengetahui secara persis suplai yang tersedia baik volume maupun mutunya.
Terlebih Iagi,
peragaan batches yang berbeda secara bersandingan menyoroti perbedaan dalam kuantitas dan mutu di antara produser-produser.
Para produser dapat
memperbandingkan produksinya masing-masing dengan produksi pesaing mereka. +al demikian tidak mungkin terjadi jika pengumpulan buah strawberi dilakukan secara Iokal, dan tidak dipusatkan di dalam gedung lelang tersebut Para petani strawberi yang sebelumnya terikat dalam relasi personal dengan para
33
penyalur {intermediaries) dan pengepak buah kini memasuki hubungan baru yang bersifal impersonal. Segenap elemen-elemen yang heterogen berkontribusi pada proses pembingkaian transaksi dengan cara pemutusan jejaring relasi-relasi, dan dengan demikian mengkonstruksi sebuah arena di mana setiap entitas terputus hubungannya dan entitas-entitas yang lain. Teknik lelang secara berangsur-angsur, peragaan transaksi pada papan elektronik, kualifikasi relatif dari batches strawberi, dan pengetahuan pasar secara umum semuanya membuat transaksi menjadi dapat dikalkulasi.
34 BAB m GAMBARAN WILAYAH STUDI Pada bah ini akan digarnbarkan bagairnana relasi dalarn jejaring aktor terbentuk. Dalam pengelolaan sarnpah dengan sistern 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) banyak pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, rnulai dari pernulung, tukang loak, lapak, bandar dan Pabrik daur ulang. Selain itu rnasih ada pihak-pihak lain yang juga terkait di dalarnnya seperti rurnah tangga, perkantoran dan toko-toko besar (sebagai surnber sarnpah), pemerintah, badan penelitian dan perguruan tinggi.
3.1. Persampaban Kota Bandung dan pengelolaannya Bandung adalah ibukota Daerah Tingkat I Jawa Barat, kota besar yang terletak di dataran tinggi dengan luas ± 167,53 krn 2 terdiri atas 26 kecamatan dan 139 kelurahan.
Bandung dihuni oleh sekitar 2.861.779 jiwa dengan kepadatan
17.082,19 jiwa per krn 2 yang terbagi rnenjadi ± 447.730 rumah tangga dengan tingkat perturnbuhan penduduk sebesar 2,57% per tahun (BPS, 2006) Kota Bandung sebelurnnya rnenjadi kota serba rnuka karena lima fungsi yang disandang: pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan regional Jawa Barat, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, serta sebagai industri. Bandung rnenjadi sentral kegiatan perdagangan regional Jawa Barat karena keberadaan 2.123 perusahaan perdagangan di kota ini. Kota ini rnerniliki lebih kurang 15.000 jenis industri, sebagian besar industri kecil dan usaha rurnah tangga yang rnarnpu menyerap sekitar 230.000 tenaga kerja (Profil Kota Bandung, 2004) Kegiatan perdagangan, hotel dan restoran, menjadi sandaran struktur ekonomi kota berpenduduk sekitar 2,9 juta jiwa ini. Dari total kegiatan usaha yang mencapai Rp 15,03 trilyun di tahun 2000, usaha itu mernberikan kontribusi 35 persen, dengan perincian: hotel 0,76 persen, restoran 3,80, persen serta perdagangan besar dan eceran 30,43 persen.
Kegiatan perdagangan yang
rnernberi andil terbesar bagi perputaran ekonorni kota ini ditunjang oleh 47lokasi pasar tradisional dan 23 pertokoan di 16 kecamatan.
35 Tingginya kegiatan ekonomi di usaha perdagangan berimbas pada besarnya perolehan pajak dan retribusi. Realisasi pendapatan asli daerah (PAD) tahun 2000 yang mencapai Rp 78 milyar, 46 persen berasal dari ·pos pajak daerah. Dalam pembukuan kas daerah tercatat penerimaan Rp 20,6 milyar dari pajak hotel dan restoran, sementara retribusi parkir di tepi jalan umum menambah Rp 4,8 milyar. Selain
perdagangan,
industri
pengolahan
menjadi
andalan
kedua
yang
menghasilkan Rp 4,2 trilyun. Hasil utama kegiatan industri ini adalah tekstil dan pakaianjadi (Profil Kota Bandung, 2004). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sampah merupakan konsekuensi Iogis dari setiap aktivitas manusia.
Aktivitas ekonomi yang sangat dinamis
berkembang di kota Bandung ikut menyumbang jumlah sampah. Disamping dari industri, sebagai sumber dihasilkannya sampah adalah pemukiman, pasar, dan daerah Iainnya seperti yang terlihat pada tabel berikut : Tabel III. I. Sumber dan prosentase tim bulan sampah Kota Bandung
Ofo
Sumber
No I
Pemukiman
65,56
2
Pasar
18,77
3
Jalan
5,52
4
Daerah Komersil
5,99
5
Institusi
2,81
6
lndustri
1,35
Jumlah
100,00
(Sumber : PD. Kebersihan, 2006) Menurut standar SNI 19-3964-1994 sampah kota seperti Bandung setiap jiwa menghasilkan 2 - 2,5 ltr sampah/orang. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak 2.861.779 jiwa (BPS, 2006) sehingga timbulan sampah kota Bandung saat ini adalah sebesar 7.154m3/hari. Dengan semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah kota menjadikan beban pengelolaan dan pelayanan yang dipikul oleh pengelola sampah kota semakin berat.
36
Masalah lainnya adalah semakin tingginya tingkat ekonomi masyarakat yang menyebabkan terjadinya perubahan pola komsumsi dan gaya hidup sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan barang sekali pakai yang umumnya terbuat dari kemasan plastik mengingat faktor kepraktisannya. Hal tersebut akan meningkatkan prosentasi sampah anorganik yang cenderung semakin meningkat.
rmbulan Sampah (%Volume)
Gambar III.13. Timbulan sampah Kota Bandung Sumber: PD. Kebersihan, 2006
37
Tabel III.2. Komposisi Dauran Sampah Kota Bandung
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
KLASIFIKASI Bahan Organik Sisa Makanan Kertas Gelas/Botol/Kaca Plastik Daur Ulang Plastik Bukan Daur Ulang Logam/Kaleng Tekstil Karet Styrofoam Sisa Elektronik Lain-lain
PROSENTASE (%) 40,29 10,28 10,52 2,94 11,86 11,75 2,12 1,66 1,03 1,03 1,17 4,82
Sumber: PD Kebersthan (2006).
Seperti pengelolaan sampah perkotaan pada umumnya, pengelolaan sampah Kota Bandung masih dilakukan dengan proses pengumpulan dan pengangkutan dari sumber sampah kemudian ditampung di tempat penampungan sementara (TPS) untuk selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Secara teknis sistem pengelolaan sa.mpah di Kota Bandung dapat diuraikan sebagai berikut : •
Pengelolaan sampah tingkat lingkungan dilakukan pengumpulan sampah dari setiap rumah dan dipindahkan ke TPS dilakukan oleh swakelola RW
•
Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dan pengelolaan di TPA dilakukan oleh PD. Kebersihan
•
Penyapuan jalan protokol oleh PD. Kebersihan
•
Sistem pembuangan akhir dengan metode Sanitary Landfill
(Sumber : PD. Kebersihan, 2006)
38 Daerab pelayanan PD. Kebersiban Kota Bandung meliputi seluruh kota Bandung seluas 16,729 Ha. Untuk memudahkan pengaturan operasional pelayanan kebersiban maka wilayab operasi dibagi menjadi empat wilayab yak:Di wilayab Bandung Barat, Bandung Utara, Bandung Selatan dan Bandung Timur yang d.ipimpin seorang kepala bidang operasional.
Sedangkan masing-masing
operasional wilayab dibagi tingkat kecamatan dikoordinir oleb kepala kebersiban kecamatan yang akan berkoordinasi dengan PD. Kebersiban. Implementasi pengelolaan sampab tersebut akan menyebabkan peningkatan jumlab kebutuhan sarana dan prasarana terutama tempat pembuangan akhir yang akan semakin sulit didapatkan karena keterbatasan laban. Permasalahan laban menjadi suatu masalab yang sangat pelik bukan banya karena makin sulitnya mencari laban akan tetapi juga mengandung permasalaban sosial. Adanya konflik penolakan masyarakat pada penentuan lokasi TPA Pasir Impun 16 menyebabkan lokasi TPA mengalami beberapa kali perpindahan.
Bel urn lagi peristiwa
longsorya TPA Leuwigajab pada tanggal 21 Februari 2005 telab memakan korban yang merupakan warga di tiga R W di lokasi Kampung Cilimus sebanyak kurang lebih 143 orang. Kendal a keterbatasan laban di Kota Bandung menyebabkan lokasi TPA baru mengandalkan laban dari kabupaten tetangga. Proses persetujuan masyarakat dan proses perijinan dari pemerintah setempat memerlukan waktu yang lama sementara produksi sampah dari sumbemya tidak dapat dibentikan. Terkadang hal inilab yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampab di berbagai tempat penampungan sementara. Lokasi pembuangan akhir sampab Kota Bandung awalnya berlokasi di TPA Leuwigajab yang karena kasus longsor hingga memakan korban menyebabkan masyarakat setempat menolak laban tersebut dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir, menyebabkan perpindahan TPA ke Jelengkong yang hanya beroperasi selama I tabun karena laban yang terbatas tidak mampu menanpung kapasitas sampah yang ada.
16
Hasil Wawancara dengan Kapala Litbang PD. Kebersihan pada tanggal21 Juni 2007
39
Kemudian laban TPA beralih ke daerah TPA Pasir Impun/Cicabe yang hanya beroperasi selama 6 bulan karena kurang laban sehingga sampah menunpuk, kemudian pindah ke TPA Cikubang yang hanya beroperasi selama I bulan untuk selajutnya pindah ke TPA Sarimukti yang berjarak ± 120 km dengan waktu tempuh 3-4 jam per rit ( PD. Kebersihan,2006).
Dengan semakin jauh jarak
tempuh akan menyebabkan semakin tingginya biaya operasional yang harus ditanggung pemerintah. Dengan berbagai permasalahan di atas maka perlu ada perubahan paradigma dan strategi dalam pengelolaan sampah.
Paradigma barn tentang sampah ini pada
hakikatnya memperluas pandangan lama tentang sampah dan diharapkan penekanan penanganannya pun akan sedikit bergeser. Dalam paradigma barn ini, sampah diposisikan selain sebagai limbah juga sebagai potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk daur ulang maupun produk barn. Dengan demikian pada tahap lebih jauh proses ini akan memberikan nilai tambah bagi sisi income masyarakat dan pemerintah. sendiri.
3.2. lmplementasi Porgram JR sampah Dalam mengatasi peliknya permasalahan sampah perkotaan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup telah melakukan berbagai terobosan program dan kegiatan. Salah satunya adalah melalui program 3R yang hendaknya diterapkan di seluruh kota di Indonesia sebagai bagian dalam pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) adalah merupakan program yang bertujuan untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPA Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah, reuse (menggunakan ulang) yaitu kegiatan penggunaan kembali sampah secara langsung,
baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain, dan Recycle
(mendaurulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan.
40
Berkembangnya konsep tersebut pada intinya memberikan penekanan pada konsep sampah sebagai sumber daya. Konsep ini berupaya memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang ada pada sampah dengan cara pengolahan yang terintegrasi, sedekat mungkin dari sumber sampah, dan dapat menghasilkan produk baru atau bahan daur ulang serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam program 3R pengelolaan sampah Kota Bandung, tim adhoc nasional yang beranggotakan tim daerah (Pemerintahan Kota Bandung, Cimahi, Pemerintahan Kabupaten Bandung, Pemerintahan Provinsi Jabar dan kalangan akademisi), tim pusat (Kementeriaan PPN/Kepala Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian ristek) menyusun program hingga tahun 2015. Untuk jangka pendek 2006-2007, penanganan utama adalah sosialisasi 3R, dengan mengoptimalkan
pengangkutan
sampah,
dan
revitalisasi
TPA
(tempat
pembuangan akhir) sampah Sarimukti. Sementara tahap jangka menengah sampai 2009, pemerintah menargetkan program 3R dapat dilakukan di 30 persen wilayah Kota Bandung, pembangunan TPA regional, dan pengembangan pupuk organik. Sedangkan untuk jangka panjang, tim menargetkan program 3R diterapkan pada 70 persen kawasan Kota Bandung dan melaksanakan proyek percontohan "waste
to enegy" (sampah yang diolah menjadi energi). PD. Kebersihan sebagai institusi pengelola persampahan pada tahun 1998-2000 melaksanakan kegiatan daur ulang sampah bekerjasama dengan GTZ Jerman. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh Bappeda Kota Bandung dengan melibatkan perwakilan LSM Forum Komunikasi Daur Ulang Sampah Tegalega (Fokustel)
dan perguruan tinggi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah : •
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelajar dalam kegiatan daur ulang dan pemilahan sampah di sumber
•
Pengadaan peralatan pendukung kegiatan pemilahan dan daur ulang
•
Pembuatan tempat pengumpul sementara sampah B3 rumah tangga di 16lokasi dan tempat penampungan sementara di TPA Jelengkong
41
•
Penyusunan studi kelayakan untuk pembentukan industri daur ulang sampah terpadu di TPA Pasir Impun
•
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pegawai PD. Keberishan dalam mengelola sampah dan menangani keluhan masyarakat
•
Pembuatan modul kegiatan
Program lanjutannya adalah beberapa pilot project percontohan pengolahan sampah menjadi kompos di 3 Kelurahan yaitu kelurahan Merdeka, Ciatel dan Pamulang. Mengapa dipilih ketiga Iokasi tersebut karena masing-masing lokasi berdekatan dengan TPSnya. Kegiatan tersebut berjalan selama 1 tahun dengan melibatkan ibu-ibu PKK setempat. Namun demikian kegiatan tersebut saat ini sudah mulai berkurang dan tidak berjalan kecuali mengikuti kegiatan pameran pemanfaatan daur ulang sampah baik di Bandung maupun di tempat lainnya. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan dana, sarana prasarana dan sumber daya manusia terutama dari para pengurus yang sudah pindah, meninggal dunia
dan lain sebagainya dan tidak ada kader penerusnya sehingga pengelolaan sampah
di daerah tersebut kembali kepada sistem semula yaitu kumpul-angkut-buang. Selain itu, hal lain yang menjadi kendala dalam program pilot project tersebut adalah karena tidak adanya laban yang cukup untuk penampungan dan pengelolaan di tingkat RW atau di rumah tangga serta belum adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan dan pengurangan/pengolahan sampah di rumah tangga. Implementasi lainnya adalah bersama dengan beberapa elemen masyarakat melakukan upaya pengolahan dengan teknologi sederhana seperti : adanya proses pencacahan sampah organik di TPS Ciroyom dan Tegallega dengan jumlah mesin pencacah masing-masing 1 unit, melakukan pemilahan dan pengolahan plastik be keljasama dengan CV. Fajat untuk diolah menjadi produk daur ulang menjadi tong sampah plastik, melakukan pengomposan di tingkat RW di antaranya RW 11 Kel. Cibangkong, RW 04 Kelurahan Gegerkalong Kec. Sukasari dan di EX TPA Pasir Impun yang merupakan kerjasama PD. Kebersihan dengan Yayasan Bitari dengan produksi kompos sebanyak 660 kg/hari.
Namun Seperti yang
42
diungkapkan oleh Bapak Sudartoyo Kepala Unit Litbang PD. Kebersihan bahwa dalarn pemasaran kompos yang dihasilkan mengalami kendala dalam pemasaran, "Ya karena biaya produksinya masih lebih mahal daripada hargajualnya sehingga ada permasalahan sendiri dalam pemasaran kompos yang dihasilkan" Visi pemerintah kota Bandung dalam mengatasi persoalan sampah dengan sistem 3R adalah Waste To Energi dengan dikembangkannya program PLTSa (Pusat Listrik Tenaga Sampah ), suatu program untuk mengolah sampah menjadi tenaga listrik.
Dalarn hal ini PD. Kebersihan bekerjasama dengan PT.Brill.
Lokasi
pabrik direncanakan ditempatkan pada daerah pengembangan wilayah Timur Kota Bandung yaitu di wilayah Gede Bage. Namun dalam perkembangannya masih mengalami berbagai konflik dari masyarakat yang tidak menyetujui program tersebut. Dalam menggalang partisipasi masyarakat, PD. Kebersihan sendiri sudah mengeluarkan berbagai peraturan yang berkaitan dengan implementasi 3R sampah yakni Perda No. I I tahun 2005 tentang K3, Surat edaran walikota No. 658.11SE 055-BPOD tanggal 28 April 2005 tentang melakukan program 3R, Surat edaran walikota No. 658.1/SE 0135- PD.KBR tanggal 27 Desember 2005 tentang Langkah-langkah proaktif penanganan sampah Kota Bandung melalui program 3R dan Surat edaran walikota No. 658.1/SE 046 -PD. KBR tanggal 22 Juni 2006 tentang gerakan pengurangan sampah skala rumah tangga melalui penggunaan komposter. Narnun bila kita lihat dalarn regulasi tersebut hanya bersifat himbauan tidak mempunyai hukum mengikat dan sulit dalarn menerapkan sangsi. Adanya Kegiatan Aksi Mahasiswa dan Forum Masyarakat Peduli Sampah Dalam Mengolah Sampah di TPS Jalan Puter Kota Bandung yang bertujuan untuk mensinergikan antara masalah sarnpah Kota Bandung dengan kebutuhan bahan
baku bagi para produsen kompos WJEMP yang ada di Kota Bandung dan sekitamya serta memasyarakatkan system olah dan pengomposan dalam penanganan sampah kota. di mana waktu pelaksanaan kegiatan pada tanggal 10 17 Mei 2006 dengan gambaran rincian pelaksanaan aksi :
43
I. Tanggal I 0 - II Mei melakukan koordinasi dengan : Mahasiswa, LSM, PD Kebersihan, Warga setempat dan Produsen Kompos yang tergabung dalam
wadah Forum Masyarakat Peduli Sampah 2. Tanggal 12 - 14 Mei melakukan aksi di TPS Jalan Puter, dengan gambaran kegiatan berupa : •
Pemilahan sampah, dilakukan oleh sekitar 30 orang pemulung yang dikoordinasikan Yasasan Sumber Ilmu
•
Penggilingan sampah layak kompos dengan menggunakan 3 buah mesin pencacah yang dipinjam dari Fakultas Petemakan Unpad dan ITB
•
Sampah layak kompos yang telah digiling dimasukkan ke dalam karung kemudian didistribusikan ke tempat pengomposan yang dikoordinir oleh Forum Mayarakat Peduli Sampah
•
Pencucian sampah plastik dengan menggunakan mesin yang dipinjam dari ITB
•
Plastik yang telah dicuci juga dimasukkan ke dalam karung kemudian dijual oleh para pemulung.
•
Bahan baku kompos yang dihasilkan selama kegiatan (3 hari) dengan jam kerja mesin efektif sekitar 13 jam adalah 4 truk, setara dengan sampah tercampur yang berhasil diolah sekitar 12 truk. Bahan baku kompos tersebut telah didistribusikan ke tempat-tempat pengomposan.
3. Bentuk kegiatan Iainnya adalah berupa penyebarluasan informasi mengenai pentingnya pengolahan sampah sedekat mungkin dengan sumber dalam upaya mengurangi sampah yang harus dibuang ke TPA, yang dilakukan melalui media : pa.mflet, liflet, dan spanduk, yang dilakukan oleh sekitar 30 orang Mahasiswa yang berasal dari Unisba, ITB dan Unpad. Bila kita libat bahwasanya filosofis dari sistem 3R sampah ini adalah penekanan pada konsep sampah sebagai sumber daya sehingga dapat menjadi input dalam proses produksi menjadi suatu produk baru. Dapat dikatakan ada value creation
dari sampah dan bukan sekedar sebagai barang yang harus disingkirkan. Dalam kerangka teori inovasi yang mengembangkan adanya penambahan nilai atau pun mengangkat pentingnya perubahan pada suatu sistem apakah sistem sosial,
44 politik, ekonomi ataupun pada sistem pelayanan publik maka pada dasamya pengeJolaan sampah dengan sistem 3R sangat erat hubungannya dengan konsepkonsep inovasi. Manfaat yang dapat diperoleh dari praktek 3R sampah di Kota Bandung adalah: •
Penyerapan tenaga keija, di Kota Bandung ini sebanyak 3500 pemulung dan lapaklbandar berbagi laban untuk mencari nafkah berdasarkan basil survey PT Kartika Dan Walhi, 1995 termuat dalam tugas akhir Bainah Wati, 2002.
•
Mengurangi jumlah sampah, berdasarkan basil survey aktivitas pemulungan sampah anorganik di Kota Bandung tahun 1998 jumlah sampah yang didaurulang mencapai 10,28% dari jumlah timbunan sampah kota Bandung 17. Secara ekonomis hal tersebut akan mengurangi biaya operasional pengangkutan sampah yang harus dipikul oleh PD. Kebersihan Kota Bandung. Seperti yang dilakukan oleh yayasan Bitari yang merupakan mitra keija PD. yang telah
mengolah sampah sekitar ±
Kebersihan
20 m 3/hari
untuk
menghasilkan kompos sebanyak 660 kglhari. Dari pengolahan tersebut minimal sampah sudah terkurangi setiap harinya sebanyak ± 20 m 3/hari. •
Dengan berkurangnya jumlah sampah yang harus diangkut maka umur TPA akan relatif lebih panjang sehingga kebutuhan laban bam untuk lokasi TPA menjadi berkurang.
Dari aspek regulasi, Bappeda Kota Bandung telah membuat Surat Edaran Walikota tentang melakukan himbauan melakukan 3R, membuat Renstra Kota Bandung sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 06 tahun 2004 tentang Program pengembangan dan pengendalian Lingkungan Hidup di antaranya disebutkan indikatomya dengan menurunnya timbulan sampah dan meningkatnya sarana dan prasarana persampahan namun dalam hal ini
tidak
secara eksplisit menyebutkan program 3R. Analisis, Teknologi dan Sosial Industri Daur Ulang Sampah di Kota Bandung: Tugas Akhir Teknik Industri ITB: Bainah Wat~ 2002 17
45
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung No. 03 tahun 2006 yang disusun oleh Bappeda, dalam pasal 26 tentang kebijakan prasarana dan sarana kota disebutkan : harus ada upaya mengurangi volume sampah yang akan di huang ke TPA,
sedangkan pada pasal 59 tentang rencana pengelolaan
prasarana dan sarana persampahan : harus dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan berdasarkan konsep daur ulang-pemanfaatan kembali dalam upaya pengurangan sampah ke TPA Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung sesuai dengan kewenangan dan tupoksinya telah melakukan berbagai kegiatan di antaranya : •
Mengadakan sosialisasi tentang 3R sebagai salah upaya pengelolaan sampah kepada masyarakat
•
Membuat pilot polject pengomposan skala TPS dengan sistem komposting di daerah Sadang Serang keljasama dengan masyarakat
•
Membuat incinerator di TPS Taman Sari
•
Bekeljasama dengan perguruan tinggi seperti UNPAS dan UNPAD dalam hal kajian lingkungan seperti air bersih dan pembuatan
AMDAL Implementasi program 3R di Kota Bandung masih belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih banyaknya konflik sosial di masyarakat seperti penolakan masyarakat akan adanya rencana pengolahan sampah dengan menggunakan insenerator. Penolakan tersebut dilakukan dengan membentuk Koalisi
Masyarakat Tolak
Pabrik
Sampah yang beranggotakan Aliansi
Masyarakat Tolak Pabrik Sampah, Aliansi Perempuan Anti Sentralisasi Insenerator Sampah, Walhi Jawa Barat, Walhi Nasional, Bali Fokus, Lead Information Center Jakarta, dan masyarakat sekitar. Penolakan ini disebabkan karena penerapan pengolahan sampah dengan incinerator dapat menyebabkan pencemaran dioksin yang mengancam kesehatan masyarakat. Hal ini ditambah dengan pertimbangan bahwa
berdasarkan Perda RTRW Kota Bandung No. 2
Tahun 2004, daerah yang akan dijadikan lokasi pabrik sampah peruntukannya adalah untuk perumahan sehingga bila hal tersebut dilakukan berarti telah
46
melanggar Per
Dengan demikian secara akumulatif akan
teridentifikasi sejumlah aktor yang terkait. Penelitian diawali dengan mendatangi kantor PD. Kebersihan sebagai institusi pengelola sampah Kota Bandung. PD. Kebersihan dibentuk berdasarkan perda Kota Bandung No. 02./PD/1985 tentang pembentukan PD. Kebersihan Jo. Perda No. 15 tahun 1993 tentang perubahan pertama perda Kota Bandung No. 02./PD/1985. Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya seringkali PD. Kebersihan melakukan berbagai kerjasama dengan institusi dan lembaga lain seperti dengan Bappeda Kota Bandung dalam perencanaan dan kajian tentang pengelolaan sampah, dengan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi Jawa Barat dan Dinas Tata Ruang tentang kajian detail enginering desain (DED) TPA Leuwigajah sebelum kasus longsor dan detail enginering desain (DED) untuk kontruksi dan rehabilitasi TPA Leuwigajah setelah ada kasus longsor sampah di TPA tersebut. Selain itu PD. Kebersihan Kota Bandung juga melakukan serangkaian kajian bersama dengan lembaga penelitian seperti Litbang Kota Bandung yang pada tahun 2006 melakukan kajian sistem pengelolaan sampah skala kawasan (TPS),
18
Berita Burni, Sabtu, 6 Oktober 2007 download tanggaJ 6 Oktober 2007
47 kemudian dengan lembaga-Iembaga penelitian yang ada di universitas seperti dengan PPLH ITB dan PSDAL UNPAD ( PD. Kebersihan, 2006). PD. Kebersihan Kota Bandung melakukan kerjasama dengan CV Fajat yang melakukan usaha pencacahan plastik dan pembuatan tong sampah plastik dari plastik bekas. Bentuk keijasama tersebut sudah berjalan kurang lebih selama 2 tahun dengan MOU selama 5 tahun.
Sedangkan untuk pengolahan sampah
organik menjadi kompos, PD. Kebersihan melakukan keijasama dengan Yayasan Bitari yang mengolah pupuk organik yang berlokasi di Ex TPA Pasir Impun telah mengolah sampah sekitar ± 20 m 3/hari untuk menghasilkan kompos sebanyak 660 kg/hari. Selain itu PD. Kebersihan menjadi pemasok sampah pasar sebagai baban baku kompos organik yang diolah oleh LP. Unpad. Peneliti kemudian tertarik untuk menelusuri lembaga-lembaga penelitian yang disebutkan oleh PD. Kebersihan untuk mengetahui sejauhmana peran lembagalembaga penelitian dalam implementasi praktek 3R sampah di Kota Bandung. Dengan adanya pennasalahan bau dari kotoran sapi di Fakultas Petemakan UNPAD maka Lembaga Penelitian UNPAD melalui Lembaga Teknologi Tepat Guna melakukan upaya pengomposan dengan campuran kotoran temak dengan sampah organik pasar dengan komposisi 60% kotoran temak dan 40% sampah organik pasar. Untuk memenuhi kebutuban sampah pasamya melakukan keijasama dengan PD. Kebersihan Kota Bandung. Selain itu Lembaga Teknologi Tepat Guna melakukan riset pembuatan mesin pencacah sampah yang sudah dimanfaatkan oleh pihak industri yakni PT. Mitra Tani Mandiri. Tetapi peran lembaga penelitian tersebut banya sebagai advisor desain teknologinya sementara hasil risetnya sendiri belum dimanfaatkan. Memang basil-basil riset Iembaga penelitian selama ini belum banyak di lirik oleh pibak swasta, seperti yang di utarakan pleb bapak Rocbadi Tawaf dari Lembaga Teknologi Tepat Guna :
"wah industri sih rada sulit untuk ngeluarin biaya riset kaya Rapid sulit berkembang padahal kan komposisi dana penelitiannya 60% DIKNAS, 15%
48
PT dan 25% Industri tapi kan tidak berjalan.. industri itu mau tinggal produk saja tapi tidak mau tau bahwa proses riset butuh dana.... " Kalaupun teljalin keljasama kebanyakan sifatnya masih berbentuk kajian pesanan seperti yang diutarakan oleh Bapak Noto selaku Kabag TU Lembaga Penelitian UNPAD sebagai berikut :
" ... karena kalau penelitian dengan industri biasanya riset pesanan seperti industri ekstra joss yang meminta diteliti kualitas minumannya"
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup ITB melakukan kajian tentang konsep KISS yakni semacam usaha daur ulang yang melibatkan para pemulung.
Konsep
tersebut sudah banyak diterapkan di berbagai daerah seperti di Surabaya dan Medan namun Kota Bandung sendiri bel urn menerapkannya. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kota Bandung juga sudah melakukan kajian tentang sistem pengelolaan sampah terpadu bekeljasama dengan Lembaga Penelitian UNPAD. Menurut lbu Felly Lastiawati sebenamya peluang kelja sama Litbang Kota Bandung dengan perguruan tinggi sangat besar yang didukung oleh Keputusan Presiden no 82 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa yang menyebutkan bahwa dalam melakukan kajian maka pemerintah diharuskan bekeljasama dengan perguruan tinggi negeri. Namun dalam segi kajian dan penelitian tentang lingkungan khususnya tentang sampah masih belum terlalu banyak dilakukan dikarenakan kecilnya anggaran di Litbang Kota sedangkan masih banyak bidang lain yang juga membutuhkan banyak kajian, seperti yang dituturkannya :
"Kalau menurut himbauan dari Balitbangda Depdagri dan Menristek seharusnya dana pene/itian ada/ah 1% dari APBD sedangkan di kita masih dibawah 0,3%"
Peneliti kemudian tertarik untuk menelusuri mitra kelja dari PD. Kebersihan Kota Bandung. Berbekal informasi dari PD. Kebersihan tersebut di atas maka penelusuran dilanjutkan dengan mendatangi CV. Fajat yang merupakan mitra kelja dari PD. Kebersihan
Usaha daur ulang plastik telah dijalankan oleh CV.
49 Fajat selama 2 tahun dengan menghasilkan 2 jenis produk yakni: dari plastikjenis PET dilakukan pencacahan sehingga menjadi basil cacahan (flakes) sebagai bahan baku pembuatan dakron dan pembuatan pollybag dan tong sampah dari bahan baku sampah plasti jenis emberan.
Kapasitas produksi cacahan plastik (flakes)
sebanyak 1-1,5 ton!hari dan dikirim ke pabrik Pettindo, Harvest (Pabrik Dakron) di Tanggerang. Sedangkan sumber bahan beku berasal dari lapak yang jumlahnya mencapai 20 lapak.
Sedangkan Kapasitas produksi pembuatan tong sampah
adalah sebanyak bikin 30 bak sampahlhari dengan bahan baku berasal dari lebih 7 - 10 Lapak dari daerah Dayeuhkolot 19 Dari keterangan tersebut kemudian peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kegiatan daur ulang yang telah dilakukan sejak lama oleh sistem informal berjalan dan berkontribusi dalam pelaksanaan praktek 3R sampah. Sistem informal ini merupakan rangkaian kegiatan pengambilan material (resource recovery) dari sampah yang dilakukan oleh pemulung atau pihak lain yang melakukan fungsi pemulungan dan pembelian material daur ulang ke sumber penghasil sampah yang dilakukan oleh tukang loak.
Kemudian ada proses perantara yang biasanya
dilakukan oleh lapak/bandar, kadang juga langsung oleh industri yang melakukan proses pengolahan menjadi barang baru yang lebih berguna. Dari basil penelitian diketahui bahwa perpindahan/alur materi sampah anorganik adalah sebagai berikut :
Perkantoran
TPS!rPA
Pertokoan Besar
Sumber • -Sampah_.,. Pemulung
.
....
... Bandar Kecil
~
- ~~t- Lapak
- .-
Bandar
..
Pabrik Daur Ulang/UKM
•
Tukang Loak
Gambar III.14. Proses Aliran materi sampah anorganik
19
Hasil wawancara dengan bapak H. Ujo dari CV. Fajat pada tanggal 13 Juli 2007
Konsumen
50
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perpindahan/alur materi sampah organik adalah sebagai berikut :
Pasar Sumber Sampah
~'·-
TPS
Usaha- .. ~ Kompos
Konsumen
Gam bar III.15. Proses Ali ran materi sampah organik
Penelusuran diawali dari pelaku 3R untuk sampah anorganik.
Mereka
terorganisisr secara informal yakni pemulung dan tukang loak yang dalam penelitian ini diambil sample pemulung dari Jl. Suci dan Sabuga.
Mereka
merupakan pelaku perdagangan material daur ulang bagian hulu dan melakukan fungsi pemulungan sebagai pengumpul material. Pelaku perdagangan lain yang juga berada di posisi hulu adalah para tukang loak. Dalam hal ini di ambil sample tukang loak Jl Dayang Sumbi. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah untuk mencari barang yang dapat di jual kembali. Sistem jual beli barang bekas ini sebenarnya dapat dikembangkan lebih jauh sehingga pemilahan di sumber bisa terasa menarik dan murah bagi pemerintah karena tidak perlu menyediakan insentif khusus kecuali untuk barang-barang tertentu yang tidak mereka terima. Berbagai macam barang bekas yang mempunyai nilai mereka cari dan kumpulkan. Dari mulai kertas, kardus, plastik, koran, botol dan besi. Dalam sehari mereka bisa mengumpulkan rata-rata sekitar 15-20 kg/hari dengan penghasilan rata-rata perharinya sekitar Rp. 25,000 -
Rp 30,000.
Sebenarnya alasan yang
melatarbelakangi para pemulung bekerja dalam usaha ini merupakan rentetan dari keterbatasan keahlian yang dimiliki, sumberdaya modal, dan sulitnya mencari pekerjaan, sehingga pada akhimya mereka memilih bekerja sebagai pemulung yang lebih mengandalkan kemauan dan kekuatan fisik. Melihat keterbatasan dan motivasi tersebut maka usaha pengumpulan bahan dauran sampah merupakan
51
altematif pekeijaan yang dapat memberikan sumber penghasilan untuk menunjang kerudupan mereka seperti yang dikemukan oleh narasumber berikut ini :
"Yah namanya orang usaha, cari kerja susah, daripada nganggur, anak istri perlu makan, sekolah daripada cari yang ngga halal mending usaha kaya gini" "Bukan ngga mau ya neng, tapi kan nyari kerjaan susah, mau jualan yang lain belum tentu /aku ya udah aja jualan aja yang kaya gini yang pasli laku aja" Ada satu hal yang menarik bahwasanya terdapat persaingan antar pemulung dan tukang loak dalam mendapatkan barang namun ada seperti peijanjian tak tertulis di antara mereka yakni barang-barang yang ada di tempat sampah merupakan jatah bagi pemulung. Para penampung (lapak) dalam bisnis bahan dauran sampah berperan sebagai perantara yang membeli barang bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar untuk dijual lagi kepada pabrik daur ulang. Dalam sehari mereka bisa mengumpulkan barang rata-rata sekitar 200-300kg per hari. Biasanya mereka sudah mempunyai pemuluing binaan yang selalu setor barang ke mereka seperti Iapak bapak Atang di Sabuga mempunyai 20-25 orang pemulung binaan. Demikian juga dengan lapak Bapak Edy di Jl. Teuku Umar yang mempunyai sekitar 30 orang pemulung binaan. Ditempat penampung/lapak ini bahan material sampah mengalami proses pemilahan serungga masing-masing barang mempunyai nilai jual yang berbedabeda, seperti kertas bekas dibedakan antara kertas duplek, kardus dan koran juga kertas campuran yang mempunyai nilai jual paling rendah. Demikian juga untuk barang plastik bekas juga dibedak-bedakan sehingga pada tahap ini barang material sampah mengalami pertambahan nilai. Tahap selanjutnya adalah para bandar yang dengan kekuatan modalnya dapat mengumpulkan material sampa.h lebih banyak lagi karena kebanyakan para bandar ini merupakan rekanan industri daur ulang yang memerlukan material daur ulang dalamjumlah yang besar. Seperti bandar khusus kertas yakni PD. Anugerah milik Bapak Usep di Jl. Ahmad Yani mampu mengumpulkan kertas bekas sehari 30 tonlhari, bandar Bapak Joko yang khusus menerima material plastik yang sehari
52 bisa mengumpulkan bahan plastik sebanyak I 0-20 ton/hari. Sebagian bandar ini ada juga yang melakukan pengolahan sampahnya sebelum di jual ke industri seperi yang dilakukan oleh bandar Pak Joko yang selain menampung JUga sekaligus melakukan proses pencacahan plastik jadi cacahan. Kunci keberhasilan daur ulang terletak pada harga jual komoditi.
Bila harga
menarik otomatis membuat pemulung mengejar material pulungan tersebut. Keberlangsungan daur ulang tidak terlepas dari nilai tambah yang dapat dihasilkan dari setiap proses yang terjadi pada setiap level dalam jaringan perdagangan material daur ulang. Nilai tambah ini secara Iangsung dapat dilihat melalui margin yang terdapat dalam setiap tahap penjualan.
Nilai tambah di
setiap level ini juga mencerminkan ketersediaan peluang ekonomi baik peluang penanaman modal maupun lapangan pekerjaan seperti yang dituturkan oleh narasumber Bapak Usep (PD. Anugerah, bandar kertas ) berikut : "... Ya permintaan dari pabrik daur ulang kertas mah sangat besar sehari ada 200 ton juga diterima ama mereka ...pabrik daur ulang kertas kita bisa kolaps bisa ngga }alan karena pasokan bahan baku kertas bekas lokal masih sangat kurang... "
Harga Material Daur Ulang Tabel III.3. Harga Jual material daur ulang di tingkat pemulung
Jenis Kertas Putih
Harga(Rp) 900/kg
Koran
9000/kg
Dus
8500/kg
HVS
2000/kg
Kertas campur
4500/kg
Arsip
13000.kg
Botol
650/biji
Botolaqua
1500/kg
Sumber : Data primer hasil wawancara
53
Tabel ill.4. Harga Jual material daur ulang di tingkat Lapak
Jenis
Barga ( Rp)
Kertas Putih
1200/kg
Koran
11500/kg
Dus
11000/kg
HVS
3000/kg
Kertas campur
6500/kg
Arsip
18000/kg
Botol
850/biji
Botol aqua
2000/kg
Sumber : Data primer basil wawancara
Tabel 111.5. Harga Jual material daur ulang di tingkat Bandar
Jenis
Barga ( Rp)
Kertas Putih
1500/kg
Koran
12500/kg
Dus
13000/kg
HVS
3600/kg
Kertas campur
8500/kg
Arsip
18500/kg
Botol
1000/kg
Botol aqua
2500/kg
Sumber : Data primer basil wawancara
Selain mendapatkan barang daur ulang dari para pemulung, ada juga lapak yag memperoleh barang dari sumber lain seperti Lapak Bapak Andi di Jl. Pahlawan mendapatkan barang plastik untuk di daur ulang dari PT. Biofarma, seperti di tuturkan dari narasumber tersebut :
"Saya dapat barang ini dari pabrik, PT. Biofarma, Pasteur Ah ini mah udah langgana71 ti~p rqh~n. ~~ ~~( p~rjqpjia'IW
54
Kemudian peneliti melakukan penelusuran ke PT. Biofarma. Menurut ibu Triyuni dari bagian Quality and Insurance PT. Biofarma, PT. Biofarma melalui divisi program kemitraan dan Binaan Lingkungan (PKBL) melakukan kerjasama dengan para lapak untuk dapat mengelola sampah anorganik dari PT. Biofarma. Untuk diketahui bahwasanya PT. Biofarma telah melakukan program 3R dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: •
Melakukan pengomposan
•
Membuat 5 tong sampah dengan buangan yang berbeda seperti merah untuk limbah B3, hijau untuk sampah organik, kuning untuk sampah kaleng, gelas, logam, orange untuk sampah plastik dan karet dan abu-abu untuk sampah kertas
•
Melakukan reuse kertas untuk membuat draft
•
Melakukan recycle air bekas pendingin dalam proses pembuatan vaksin untuk digunakan kembali
•
Recycle oli bekas kePT. WGI pemanfaat yang sudah mendapat ijin
dariKLH •
Menjual sampah anorganik plastik ke Lapak melalui PKBL setiap
minggu sebanyak 3 kwintal Berbekal basil wawancara dengan PD. Kebersihan dan BPLHD Kota Bandung yang menyebutkan salah satu industri yang cukup berhasil dalam pengelolaan sampah dengan mengimplementasikan praktek 3R sampahnya adalah PT. Pindad sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelusuran kePT. Pindad. Praktek 3R memberi ruang bagi partisipasi masyarakat dan pihak swasta seperti yang dilakukan oleh PT. Pindad. PT. Pindad telah melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik dengan menyebarkan 2 tong sampah di berbagai lokasi pabrik. Kemudian dalam pengelolaan sampah anorgnaiknya mengajak pemulung disekitar lokasi pabrik untuk dijual ke lapa.k, bandar dan selanjutnya ke pabrik daur ulang untuk diolah kembali. Sedangkan sampah organiknya dijadikan kompos.
55
Dalam desain teknologi pengolahan kompos PT. Pindad tidak bekerjasama dengan perguruan tinggi maupun Iembaga riset dengan alasan karena institusiinstitusi tersebut kebanyakan hanya menawarkan teknologi pengomposan dengan penambahan zat aditif seperti starter mikroba. Hal tersebut tidak sesuai dengan konsep PT. Pindad yang mengolah komposnya secara alami tanpa starter. Teknologi pengomposannya merupakan hasil kajian dan riset sendiri dengan mengkombinasi hasi-hasil pelatihan dan riset dari BPPT, PD. Kebersihan Bandung, dan Usaha kompos di Lembang, kendala yang dirasakan bukan pada Pemasaran Kompos karena permintaan sangat besar (ada dari Brunei, Malaysia, PT. Biofarma dan lain-lain ) tetapi lebih ke bahan baku kompos karena prosesnya alamiah maka bahan bakunya spesifik pada bahan organik berupa sampah dedaunan. PT. Pindad juga merangkul para pemulung dari daerah sekitar lokasi PT. Pindad. Di laban TPA PT. Pindad dijadikan tempat bagi para pemulung untuk mendapatkan sampah anorganik PT.Pindad untuk kemudian dijual ke Bandar yang berlokasi sama. Jumlah pemulung yang menjadi binaan PT. Pindad ada sekitar 14 orang di mana mereka untuk menjadi pemulung harus mendapatkan surat ijin resmi dari PT.Pindad. Hal yang sama juga berlaku untuk bandar dan pembeli sampah anorganik PT. Pindad. Selain itu melalui anak perusahaannya yakni PT. Citra Mandiri Putra Indonesia, PT.Pindad memproduksi mesin pencacah yang desainnya merupakan basil riset dengan memodifikasi dari mesin desain dari RRC.
Perlakuan redesain atau
modifikasi karena pertimbangan kapasitas produk dan kekuatannya Masih melalui anak perusahaanya yakni PT. Citra Mandiri Putra Indonesia, PT. Pindad telah berhasil mengolah limbah besi scrap dari industri-industri otomotif menjadi produk-produk seperti bahan penjepit rei kereta api yang dikirim kePT. KAI, kemudian produk Iainnya adalah pump chasing, track link dan diesel
component yang menjadi bahan baku produk-produk senjata PT. Pindad. 20
20
Sumber; Hasil Wawancara dengan Bapak Heru perwakilan PT. Citra Mandiri Putra Indonesia
pada tanggal31-7-2007
56
3.3.1. Pola Relasi yang teridentifikasi Alur materi plastik bekas dan kertas bekas
Pemulung ( Jl. Suci )
PT. Biofaina melakJi d'NisiPKBI. (Program kenV!raan dal eilaan lilgkungan ) menjual Plaslik Bekas salah satunya ke ~ • Andi
__
-~
Lapak Bapak Andi ( Jl. Suci )
. ----·P.
P
Rancaekek
Bandar Bapak Usep ( PO Augerah Jl. Ahmad Yani) khusus bandar kertas
'
Pabrik Kertas aantaranya PT. Papyrus, Pt. F~ar Surya Pisesa
Gambar III.l6. Pola relasi sektor informal (plastik dan kertas) Alur materi plastik bekas dan kertas bekas
Pemulung ( Sabuga ITB ) '
t
Lapak Bapak Atang ( Sabuga ITB ) :
! I
•
Bandar Bapak Asep (Jl. Sukabumi ) _ ______., Plastik bekas kirim ke pabrik pencacah dan bijih plastik (PK group Jl Riung ) {
•
Paook Kertas dianta-anya PT. Papyrus, Fajar Surya Pasesa
!i
l
• UKM Jl'OSes bijih plastik jadi Jl'odUk baru
Gambar III.l7. Pola relasi sektor informal (plastik dan kertas)
57
Alur materi plastik bekas
Tukang Loak (Jl. Dayang Sumbi )
Mtra PD. Kebersihan Kota Bandung : sewa lahan dan fasiitas PD. Keber~han
Lapak Bapak Edy (Jl. Teuku Umcr ) :' ;
i
t Bander Bapak Joko (Jl. Sukamo Hatta ) Khusus bander Plastik dan ada proses ---------.- Juga menginm bahan baku plastik aqua ke CV. F~at pencaca~an plaslik pabrik pencacahan plastik !
:'
'
Pabrik Bijih Plastik dianta'anya di daerah Lapak Bapak Atang (Sabuga ITB )mengirim plastik Cigondewa, Cijerah, home industri • ·· - bekas ke home industri daerah babakan cipcray juga Babakan Cipcray Gambar III.l8. Pola relasi sektor informal (plastik )
Alur materi sampah organik
PD. Kebersihan Kota Bandung -------·•
Hasil Cacahan dikirim ke Jatinangor Fak. Petemakan UNPAD diolah jadi kornpos mitra dengan LP. UNPAD
I
'
Jual ke Konsumen
Pilot project pencacahan sampah organik di TPS Ciroyom dan Tegalega
..I <4
Hasil Cacahan dikirim ke Ex TPA Pasir lnpun diolah jooi kompos mitra dengan Yayasan Btari i
i
'
Jual ke Konsumen
Gambar 19. Pola relasi PD. Kebersihan Kota Bandung
58
Alur materi sampah organik dan an organik di PT. PINDAD Jual ke Pabrik pencacah plastik seperti ke Bapak Wahyudi
lndustri Otomotif rnengirim besi-besi bekas ;
+
Membuat mesin pencacah plastik
Bandar Besi
.,.. oj·
Mengolah besi scrap lalu di Jual ke PT. Pindad untuk jc.li bahan baku ""' - ·· I ;
y
Anak Perusahaan PT. CMPI khsusus bid. Ma1ufaktur mengolah bahan bekas besi scrap jadi bahan penjep~ rei kereta api
-·· ··- __9
Juaf Ke PT.KAI
PT. Pindad Bandung
Divisi K3LH mengelola sampah anorganik
-<~·-··---
Anak Peruscilaan PT. CMPI bid. Kompos mengolah sampah organikjadi kompos
! ... Ada 14 orang pemulung dan 1 Bandar
Jual ke Konsurnen diantaranya CV. Sugih Tani, Penjual Tanaman dll
!
'
Jual ke Konsumen
Gambar III.20. Pola relasi PT. PINDAD Alur materi sampah organik dan an organik di PT. BIOFARMA
PT. Biofanna
Melalui divisi RT
iI
I I
•
+
Sampah Organik diangkut ke Cisarua
Melalui divisi PKBL
I
I
"
Menjual sampah an organik i
•
Bandar Plastik dan Kertas
+
Diolah jadi kompos oleh unit koperasi PT. Biofanna i
I
+
Tidak dijual tetapi dipakai untuk keperluan PT.Biofanna yang mempunyai lahan seluas 28 Ha untuk menyuburkan lahan tersebut
Gambar III.21. Pola relasi PT. Biofarma
59
3.3.2. Teknik Operasional dan Teknologi Daur Ulang •
Pengumpulan
Pengumpulan bahan material daur ulang umumnya dilakukan oleh pemulung dan tukang loak baik yang dilakukan di daerah pemukiman maupun Tempat penampungan sementara (TPS) dan Tempat penampungan Akhir (TPA). Dalam memulung sampah para pemulung menggunakan peralatan berupa kait yang terbuat dari baja keras dengan ujung runcing.
Bentuk kait dianggap sebagai
bentuk yang paling ideal untuk mengambil material sampah karena tinggal menusukannya pada benda yang ingin diambil saja.
Peralatan ini hanya bisa
digunakan pada material "lunak" sementara untuk benda-benda keras semacam logam dan kaca diambil langsung dengan tangan. Peralatan lain yang digunakan adalah keranjang untuk menampung basil pulungan terkadang keranjang terbuat dari rotan atau karung bekas.
Tetapi ada juga pemulung yang menggunakan
gerobak bahkan beca untuk menampung barang pulungannya seperti yang dilakukan oleh pemulung di Sabuga yang menggunakan beca atau pemulung di jalan Suci yang menggunakan gerobak.
•
Pemilahan
Setelah material daur ulang dikumpulkan kemudian dilakukan pemilahan berdasarkan kelompok jenis material.
Di tingkat pemulung pemilahan ini
biasanya hanya mengelompokan berdasarkan kelompok besarnya saja seperti kertas, plastik, kaca, aluminium dan besi. Proses pemilahan selanjutnya oleh para lapak.
Mereka memilah dan
menggolongkan setiap jenis material secara spesifik untuk dijual per jenisnya sebagaimana yang diinginkan oleh bandar atau suplier. Pemilahan yang dilakukan pada tingkat ini masih sangat sederhana (manual).
Mereka memilih material
berdasarkan tampilan fisik semata. Sebelum bekeija para pekeija baru dilatih oleh lapak untuk melakukan pemilahan seperti yang diinginkan.
60
Jenis pemilahan yang mereka Iakukan dapat dilihat pada tahel herikut : Tahel III.6. Jenis material daur ulang setelah dipilah
Material Pulungan Plastik
Kertas
Kaca
Komoditas setelah dipilah LD
PVC
PE
PK
Ember
PET
Mainan
lmpek
Naso
Paralon
Kristal
ABS
Kerasan
Emherhitam
Karton
duplek
Campuran
Kertas Koran
Beling
Beling Coklat
Hijau
Kertas Arsip
Beling
Botol
bening
Besi
Biasa
Aluminium
Rongsokan BBT (aluminium Tehal)
Seng
Krepek
Temhaga
Kabel
Super
super
Surnber : Data sekunder Tugas akhir Bainah Wati, Teknik Industri ITB 2002 Pada pemilahan kertas tidak teijadi masalah karena untuk kertas pola pemhedaan sangat mudah yaitu kertas koran, kertas arsip (HVS), kertas duplek dan kertas karton dengan perbedaan antar jenis kertas yang cukup mencolok. Pemilahan yang agak rumit teijadi pada material plastik. Jenis-jenis plastik kadang tidak cukup dihedakan hanya dari tampilan fisiknya semata. Dalam hal ini yang paling berperan besar adalah handar besar yang pada umumnya melakukan pra proses. Bandar hesar ini rata-rata menguasai teknologi pemilahan plastik dan kemudian memherikan contoh hasil pemilahannya kepada lapak di bawahnya untuk mendapatkan material yang diinginkannya, seperti yang teijadi pada handar besar PK Group di Jl. Riung yang pemisahan jenis plastiknya menggunakan hahan bensin, hila material tersehut lengket maka termasuk jenis Impact atau hila menggunakan aseton material tersehut lengket berarti termasuk jenis ABS, sedangkan pada handar hapak Joko pemisahan material plastik dilihat dari jenis
61
serat plastiknya atau dari sifat plastiknya itu sendiri, hila di pencet permukaannya memhalik maka itu termasuk jenis PP hila tidak maka termasuk jenis HD Ditingkat handar sendiri seringkali pula masih dilakukan proses pemilahan terutama jika mereka melakukan proses selanjutnya (memhuatjlakes atau pellet) seperti yang terjadi pada handar besar PK Group di Jl. Riung. Pada awalnya mereka memilah sampah plastik dengan menggunakan prinsip perhedaan berat jenis dengan memasukan plastik ke dalam cairan tertentu bisa berupa air, minyak tanah maupun bensin.
Hasilnya mereka hapalkan dan meneruskan hal serupa
kepada para pekerjanya. Selanjutnya proses pemilahan dilakukan secara manual. Untuk masuk ke proses berikutnya plastik selain dibedakan berdsarkan jenisnya juga dilihat dari wamanya. •
Kompaksi
Proses kompaksi adalah proses memanpatkan material agar mudah diangkut ke tempat yang diinginkan.
Dalam hahasa sehari-hari
pengepressan.
dilakukan pada material kertas dan logam yang
Proses ini
proses
ini disehut
berbentuk rongga (bulky) seperti yang dilakukan oleh handar kertas PD. Anugerah ( Bapak Usep i 1 dijalan Ahmad Yani. Pengepressanjuga dilakukan pada plastik .karung seperti yang dilakukan oleh handa.r plastik bapak Joko. Alat yang digunakan dalam pengepressan kertas dan karung plastik secara manual adalah cetakan pengepress hisa terhuat dari kayu atau hesi dengan ukuran yang hervariasi.
Sehelum diisi kertas, pada kotak dipasang tali melintang untuk
mengikat dan mengangkat kertas yang sudah dipress. Di bagian paling hawah dan paling atas umumnya dipasang kertas ukuran hesar untuk isisnya ukuran hisa bervariasi. Gundukan diinjak-injak sampai kepadatan yang diinginkan kemudian diikat dan dikeluarkan dari cetakan dengan cara mengikat cetakannya. Sedangkan pengepressan secara mekanik dengan menggunakan pengepress hidrolik.
21
Hasil wawancara dengan Bapak Usep (PD. Anugerah ) pada tanggalll Juni 2007
62
Prefabrikasi
•
Prefabrikasi adalah proses yang dilakukan terhadap material daur ulang sebelum diproses menjadi prosuk tertentu. Proses ini berupa pencucia~ penghancuran dan pelelehan (melting), di mana proses ini terjadi pada material daur ulang plastik. Proses inilah yang dilakukan di CV. Fajat22 , PK. Group dan Bandar Plastik Bapak Joko 23 . Pada proses flakes umumnya plastik yang akan di giling tidak di cuci terlebih dahulu melainkan dicuci setelah di giling. Cara ini lebih efektif karena lebih mudah prosesnya dan tidak membutuhkan tempat pencucian yang tidak terlalu besar. Setelah dicuci flakes dikeringkan dengan blower hangat sedangkan untuk flakes yang lebih tebal (misalnya flakes LDPE dan PVC ) Iebih dikeringkan Iagi dengan dijemur di panas matahari. Di PK Group 24 untuk mengeringkan semula menggunakan oven namun karena terlalu mahal maka memodifikasi alat sentrifugal seperti 'mesin cuci' untuk mengeringkannya. Dengan menggunakan alat modifikasi tersebut biaya operasional yang harus dikeluarkan bisa ditekan hingga 50%nya. Terdapat kesamaan teknologi yang digunakan anatar bandar yang satu dengan bandar yang lainnya. Mesin yang digunakan oleh para bandar ini bukanlah mesin standar yang dijual di pasaran (kecuali diesel penggeraknya ). Umumnya didesain dan dibuat sendiri dengan mencontoh mesin aslinya dengan modifikasi di sanastm.
Bahan-bahan yang digunakan pun umumnya terbuat dari besi bekas
sehingga harganya menjadi lebih murah.
Sedangkan untuk proses daur ulang
sampah organik menjadi kompos telah dipergunakan berbagai teknologi seperti mesin pencacah, komposter baik skala rumah tangga maupun kawasan dan mesin ayakan.
Hasil wawancara dengan perwakilan Bapak H. Ujo ( CV. Fajat) pada tanggall5 Juli 2007 Hasil wawancara dengan Bapak Joko pada tanggal 18 Juli 2007 24 Hasil wawancara dengan perwakilan PK. Group pada tanggal 22 Juni 2007 22 23
63
BAB IV PEMBAHASAN
Munculnya berbagai pennasalahan dalam pengelolaan sampah seperti yang telah diuraikan dalam Bab ill telah mendorong adanya perubahan paradigma dalam pegelolaan sampah dengan melakukan praktek 3R sampah. Namun dalam kenyataannya, ketika diimplementasikan, praktek 3R sampah masih menjumpai berbagai pennasalahan seperti adanya kesulitan dalam adopsi teknologi pengolahan sampah ditandai dengan adanya penolakan dari masyarakat tentang penggunaan alat incinerator, pelaksanaan pemilahan sampah belum optimal dikarenakan prilaku masyarakat yang sulit berubah dan dari segi regulasi belum ada peraturan yang khusus mengatur tentang sampah dan pengelolaannya.
Bila
kita lihat dalam program-program pemerintah tentang implementasi 3R sampah pada lebih menekankan pada hal-hal teknis, seperti penggunaan teknologi recycle, penyelenggaraan pelatihan teknis, dan pemberian bantuan peralatan. Dalam hal ini yang kurang mendapatkan perhatian adalah aspek inovasi.
4.1. Gambaran Basil Penelusuran Para Aktor 4.1.1. Penelusuran interaksi sektor informal Ketika program 3R sampah mulai diimplementasikan oleh pemerintah sebagai upaya pemecahan pennasalahan pengelolaan sampah, telah menjadikan praktek 3R sampah menjadi suatu fenomena sosial. Dengan didukung aksi berbagai aktor menjadikan praktek 3R sampah sebagai sesuatu yang kompleks. Adanya pergeseran dari tujuan awal yang semula hanya untuk mengurangi jumlah sampah namun pada peJjalanannnya teJjadi tujuan lain seperti adanya peluang ekonomi, untuk mendapatkan penghasilan tambahan, effisiensi biaya pengelolaan sampah, dan untuk mendapatkan profit.
Dengan praktek 3R, sampah di recycle sehingga dapat menjadi bahan baku untuk membuat produk baru dan bemilai ekonomis. Hal ini berarti membuka peluang ekonomi sehingga adanya aktor praktek 3R sampah sebagai pusat penyatu25 menggiring aktor-aktor lain untuk ikut berinteraksi yakni aktor pabrik daur ulang 25 Yangdalam
istilah Calion disebut denganohligatnry passage point (OPP)
64
sampah, salah satunya seperti yang sudah teridentifikasi adalah PK Group.. Adanya kebutuhan pasokan bahan material daur ulang maka pabrik daur ulang
akan melakukan interaksi26 dan membentuk relasi dengan pihak-pihak lain seperti bandar, lapak dan pemulung serta tukang loak. Alasan sulitnya mencari pekerjaan menyebabkan orang mau menjadi pemulung dan tukang Ioak. Bagi mereka pekerjaan memulung atau meloakjuga tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus27 sehingga jalinan kerjasama bisa terjadi karena mereka mempunya pemahaman yang sama tentang praktek 3R sampah yakni sebagai mata pencaharian guna mendapat penghasilan. Keterkaitan aktor pemerintah disini hanyalah sebatas perijinan administrasi berusaha bagi pihak pabrik daur ulang ataupun bandar-bandar besar. Untuk memperkuat jalianan kerjasama28 tersebut dilakukan berbagai upaya seperti kemudahan-kemudahan dalam pemberian pinjaman modal dan beberapa fasilitas seperti tempat untuk tidur, pinjaman uang untuk kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak sabun dan lain-lain Seperti yang diungkapkan oleh pemulung Sabuga ITB berikut :
"Ya itu mah tergantung bosnya aja bu karena bosnya baik seperti Pak Atang kan ngasih tempat untulc tidur di sini kan engga enak masa ikutan tidur di sini jua/ barangnya ke tempat lain terus kan biasanya juga kalo butuh uangjuga suka dipinjemin" Atau seperti yang diungkapkan oleh bapak Usep ( PD. Anugerah ) sebagai bandar
"Yang pasti mah dilihat harganya terus kita menjaga hubungan baiklah yah kadang-lcadang kalau mereka butuh suka kita pinjemin modallah, pelayanan ke mereka baiklah, pembayarannya ke mereka Ioncar saya mah ngga pernah ditunda-tunda hari ini terima barang ya hari ini juga uangnya" Seperti juga yang diungkapkan oleh bandar plastik Bapak Joko29 :
~elalui proses inskripsi dan tranlasi menurut istilah Calion dalam proses /nteressement v Hasil wawancara dengan pemulung dan tukang loak pada tanggal 3 Juli 2007 21 Yang dalam istilah ANT disebut dengan relasi 29 Hasil wawancara dengan Bapak Joko pada tangga 17 Juli 2007
65
"Yah..lcita dapat bantuan pinjeman modal dari pabrilc malah salcing udah percayanya begitu kita telpon mereka langsung transfer.. ngga pake anggunan kaya kita minjem Ice bank.. " Pemberian berbagai fasilitas menjadi pengikat para pemulung dengan lapak sehingga ada rasa kebergantungan di antara mereka. Proses ini yang dalam teori tranlasinya Calion (1995) disebut dengan dengan proses pelibatan dan pengikatan
(Moment of Enrollment). Sebagian pemulung adalah anggota dari lapak tertentu. Para pemulung yang menjadi anak buah lapak akan menyerahkan barang daur ulang setiap hari di mana pola transaksi pada umumnya pemulung menjual ke lapak yang telah menjadi langganannya. Dengan proses yang sama terjadi juga pada kerjasama antara Iapak dan bandar sehingga pola penjualan antara lapak dan bandar tidakjauh berbeda baik dari cara pembayaran maupun adanya sistem langganan. Setelah terkumpul, material daur ulang dijual ke bandar baik bandar langganan ataupun bukan.
Jika sudah
langganan umumnya setiap Iapak memiliki semacam kontrak untuk menyerahkan material ke bandar dalam jumlah yang ditentukan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan pula. Seringkali para bandar harus memberikan semacam uang muka/jaminan untuk mengikat loyalitas para lapak. Bandar membayar di depan barang yang diperlukan dan baru memperoleh barangnya beberapa waktu kemudian. Dalam bertransaksi ada kalanya mereka sangat mengandalkan asas sating percaya terlihat dalam hubungan kerjasama antar lapak dan pemulung tidak
ada semacam surat perjanjian atau teken kontrak. Mereka sudah seperti keluarga dalam membina hubungan baik seperti antara majikan dan pelayannya yang selalu loyal.
66
PKGroup Mesio-mesin · · dallrulang
._____Tu_k_a_ng_Lo_a_k_
_;l ~ 8
/ ~ ~~~~P~e-m~u~lu~ng=·--~
~
/
sampahan· · ··otganik.
Gambar IV.22. Diagram Jejaring Sektor informal
4.1.2. Penelusuran interaksi PT. Pindad Pada awalnya laban TPA dibelakang PT. Pindad telah menjadi laban bagi para pemulung untuk mengais rejeki.
Namun karena faktor keamanan maka pada
tahun 1990, PT. Pindad membuat pagar disekeliling lahan TPA
Pagar menjadi
artifak pemutus relasi antara pemulung dengan sampah anorganik. Dengan alasan kehilangan mata pencaharian para pemulung kemudian mendatangi PT. Pindad untuk dapat melakukan kegiatan memulung kembali. Di saat yang sa.ma PT. Pindad merasakan biaya operisonal pengelolaan sampah yang bekeijasama dengan PD. Kebersihan dirasa semakin berat sehingga dengan tujuan effisiensi biaya pengelolaan sampah dan prinsip pelaksanaan pengelolaan lingkungan, maka pada tahun 1993 melalui divisi K3LH mulai menjalankan praktek 3R dalam mengelola sampahnya.
Diawali dengan adanya interaksi
dengan BPPT melalui pelatihan pembuatan kompos dan PD. Kebersihan dalam transfer teknologi pembuatan kompos maka PT. Pindad mulai mengembangkan usaha kompos dengan melakukan riset dan uji coba sehingga menghasilkan
67
produk kompos yang berbeda dari yang lainnya. Kalau teknologi lain menggunak:an starter dalam mengolah kompos mak:a teknologi pengomposan yang dilakukan oleh PT. Pindad dengan cara alamiah tanpa penambahan bakteri dengan hanya mengandalkan pertumbuhan bakteri secara alami. Dalam mengimplementasikan pengelolaan sampah anorganiknya PT. Pindad mengajak pemulung di sekitar lokasi pabrik untuk mengumpulkan material daur ulang,. Pemulung yang memang membutuhkan penghasilan sesuai dengan kebutuhan PT. Pindad yang mencari mitra untuk mengelola sampah anorganiknya sehingga ada keterikatan yang sating menguntungkan di antara mereka. Calion (I 995) menyebutnya dengan proses tranlasi sebagai proses pelibatan dan pengikatan (Moment of EnroUment).
Empat betas orang pemulung menjadi
anggota lapak yang juga beroperasi di laban TPA milik PT. Pindad terse but dan menyerahkan barang daur ulang setiap hari. Ketika ketjasama sudah tetjalin maka untuk memperkuatnya PT. Pindad melakukan beberapa upaya30 di antaranya para pemulung, lapak, bandar dan pembeli memiliki surat ijin operasi resmi yang berlaku satu tahun dan dapat diperpanjang kembali sehingga kontinuitas ketjasama dapat terjalin dengan baik. Selain itu dilak:ukan pembinaan kepada para pemulung seperti adanya training, pelatihan tentang K3 khususnya tentang keselamatan kerja, mereka juga diberi baju untuk kegiatan operasional mereka, dan mereka wajib Iapor tentang kegiatan mereka setiap tiga bulan sekali. Selain itu PT. Pindad juga memanfaatkan para pernulung untuk mengolah kompos dengan sistem pernbayaran berdasarkan prestasi dengan membayar kg kompos yang dapat dihasilkan. Dengan sistem tersebut diharapkan rnereka ak:an sangat produktif. Pemulung tidak hanya diajak dalam pengelolaan sampah anorganik tetapi juga dalam mengolah sampah organiknya. Jalinan ketjasama dapat terbangun karena adanya pemahaman pada pemulung bahwa sampah organik yang diolah jadi kornpos dapat memenuhi kepentingannya untuk mendapatkan penghasilan
30 Oleh Calion
disebut dengan proses lnteressemem
68 tambahan.
Hal itu diperkuat juga ada upaya PT. Pindad mengangkat mereka
menjadi pegawai tetap usaha kompos. Produk kompos PT. Pindad memang cukup berkualitas sehingga tidak sulit bagi PT. Pindad untuk menggaet konsumen.
Untuk menjaga hubungan baik yang
sudah terbangun dengan konsumen maka PT. Pindad melakukan beberapa upaya
di antaranya selalu menjaga kualitas kompos yang dihasilkan dengan memeriksakan ke Laboratorium Dengan demikian maka kerjasama PT. Pindad dengan PD. Kebersihan dalam pengelolaan sampahnya menjadi lemah bahkan terputus.
I· . BPPT
I 1-
/
Konsumen
Pemofung
Ko~os I
~
· 1
~
~-EJ Relasi lemah ---------RelasiKuat Gambar IV.23. Diagram Jejaring Sampah anorganik dan organik PT. Pindad
4.1.3. Penelusuran interaksi PT. Biofarma
PT. Biofarma yang bergerak dalam bidang vaksin berorientasi eksport dan sudah memiliki ISO 9000 dan ISO 14000. Dengan dokwnen tersebut maka pola pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan mulai diterapkan.
Melalui
divisi Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Biofarma melakukan interaksi dengan
69
aktor lain seperti bandar yang merupakan mitra binaannya untuk sating berkerjasama. Proses tersebut dalam teori translasinya Calion (1995) sebagai tahap Problematization.
Keterikatan kerjasama terbentuk: karena adanya
pemahaman pada bandar bahwa sampah anorganik khususnya plastik mempunyai nilai ekonomis dan dapat mendatangkan keuntungan31 . Ikatan kerjasama tersebut memiliki penghubunglintermediari yakni artifak uang dan surat perjanjian. Setiap tahun surat perjanjian tersebut selalu diperbaharui sehingga dapat dikatakan terdapat kontinuitas kerjasama yang terbentuk:. Untuk memperkuat jalinan kerjasama tersebut, PT. Biofarma melakukan upaya untuk memudahkan bandar tersebut memperoleh barang yakni sampah anorganik tersebut dikirimkan setiap minggu ke bandar dimaksud dan dalam transaksi tersebut memiliki dokumen semacam surat perjanjian. Dengan pola pengelolaan sampah demikian maka relasi dengan PD. Kebersihan menjadi Iemah bahkan bisa terputus sama sekali.
!·?I'D-~~ tl·····--.. l 1>}.~. ij
/ . Si...f ··.
·•••··.·-~~rlj~ri<.i
~-~
Relasi Iemah ---------RelasiKuat
Gambar IV.24. Diagram Jejaring Sampah anorganik PT. Biofarma 31
TeJjadi proses yang oleh Calion disebut dengan proses pelibatan dan poengikatan
(/nteressement)
70
Dalam kedua jalinan ketjasama yang terbangun yakni antara PT. Pindad dan PT. Biofanna terdapat perbedaan walaupun secara sekilas keduanya telah melakukan program community development di mana bila kita lihat PT. Pindad mempunyai hubungan yang sangat intens karena benar-benar terlibat dalam proses peningkatan kesejahteraan para pemulung yang ada di sekitar lokasi pabrik sedangkan pada PT. Biofanna relasi yang terbangun hanya sebatas hubungan jualbeli dengan bandar, bandar dapat barang dan PT. Biofanna 'terbebas' dari masalah sampah anorganiknya.
4.1.3. Penelusuran interaksi PD. Kebersiban PD kebersihan selaku institusi pengelola sampah selama ini mengalami pennasalahan di mana dalam mengelola sampah butuh biaya opersional yang tinggi sehingga karena keterbatasan anggaran dan sarana dan prasarana maka pelayanan pengangkutan sampah tidak maksimal, karenanya ketika program 3R sampah mulai menjadi program yang harus diterapkan, PD. Kebersihan mulai melakukan penjajagan dan penyesuaian aksi-aksi untuk mencapai tujuannya. Proses interaksi dengan aktor lain dilakukan di antaranya dengan CV. Fajat yang pada awalnya adalah mitra konsultannya. CV. Fajat yang melihat peluang bisnis dalam mengelola sampah sehingga terbangun ketjasama antara keduanya. Dalam membangun ketjasama tersebut memiliki faktor 'penghubung' untuk memperkuat relasi yakni adanya laban PD. Kebersihan yang digunakan oleh CV. Fajat untuk beroperasi dengan sistem sewa di ex TPA Pasir Impun dan transfer teknologi berupa mesin pencacah milik PD. Kebersihan yang dipinjamkan ke CV. Fajat. Kerjasama PD. Kebersihan dengan LP. Unpad terbangun karena ketika LP. Unpad mempunyai persoalan dengan kotoran temaknya yang menimbulkan pencemara.n (LP. Unpad memiliki petemakan di Fakultas Peternakan Unpad) berupa bau dan mengganggu masyarakat sekitar maka LP Unpad melakukan upaya pengomposan kotoran temak.
Dalam proses pengomposan tersebut butuh campuran sampah
organik. Karena memiliki pemaknaan yang sama bahwa sampah organik dapat
71
diolah menjadi kompos maka terjalin jejaring relasi PD. Kebersihan dengan LP. Unpad. Dalam jejaring relasi tersebut memiliki faktor 'penghubung' untuk memperkuat relasi yakni artifak uang sebagai alat transaksi dan sampah organik. Demikian pula relasi yang terjalin dengan yayasan Bitari yang bergerak di bidang lingkungan karena memiliki pemalmaan yang sama bahwasanya sampah organik memiliki value untuk dapat diubah menjadi kompos sehingga terjadi jejaring sebagai berikut :
/ /LP UNPAO
,~,
Sampah organik
Yayasan ·Bitari
/
I / f'D.Keb<;rsi~an I ~
/
~
fl
PencaCah . Plastik.bekas
Sampah .··
· Anorganik
Gambar IV.25. Diagram Jejaring Sampah PD. Kebersihan
4.2. Proses pertukaran pengetabuan dan terjadinya proses inovasi Asumsi sentral dari ide sistem inovasi berfokus pada interaksi (interaction) dan hubungan (relationship). Hubungan (relationship) bisa dipandang sebagai pembawa pengetahuan, dan interaksi (interaction) adalah proses di mana pengetahuan baru dihasilkan.
Asumsi ini menggambarkan bahwa perusahaan,
72
institusi pengetahuan dan orang tidak berinovasi sendiri.
Hal ini berimplikasi
bahwa sistem, perlu dikarakterisasi secara simultan melalui unsur-unsurnya dan hubungan-hubungan di antara unsur-unsur itu. 32 Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa proses-proses inovasi dapat terjadi dengan adanya hubungan dan interaksi karena melalui interaksi terjadi pertumbuhan dan penyebaran pengetahuan yang merupakan salah satu sumber dari proses inovasi. Dalam kaitannya dengan kerangka teoritik ANT seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwasanya relasi para aktor ini akan sating pengaruh dan sating membentuk serta membangun. Termasuk hasrat yang mereka bawa dapat saja bergeser ataupun berubah setelah melalui proses berhubungan ini. Proses mediasi dan translasi ini terjadi melalui ruang-ruang negosiasi.
Terbangunnya 'ruang-
ruang' negosiasi para aktor akan mengalirkan informasi dan pengetahuan, sehingga pada titik tertentu akan mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh para aktor dan jejaringnya.
Dan informasi serta pengetahuan yang dialirkan
kemudian dikonstruksi dan dimaknai serta dilengkapi dengan tujuan baru hingga siap dijalankan. Selain untuk mengatasi masalah atau batasan juga akan dapat digunakan untuk mengembangkan potensi dan mewujudkan keinginan. Temyata pada proses dinamis inilah ruang inovasi terkonstruksi dan eksis, dinamika konstruksi inovasi juga akan berlangsung dengan iteratit: bertranslasi dan tersebar melalui konstruksi jejaring aktor. Pada proses-proses tersebut juga terjadi transfer pengetahuan dan teknologi yang pada akhimya akan menyebabkan terjadinya proses inovasi dari para aktor-aktor yang terlibat dalam jejaring. Seperti yang terlihat pada berbagai interaksi yang terjadi dan relasi yang terbangun seperti yang sudah diuraikan pada sub bab 4.1. di atas dengan adanya
32 Sri
Haljantoi, Dari SIN ke ABG: Catatan Kebijakan Iptek Nasional Venture Business Laboratory, Akita University, Japan, Jurnal INOVASI Voi.2/XVI/November 2004
73
interaksi antar elemen yang membentuk relasi melalui proses negosiasi dan tranlasi untuk menyamakan persepsi tentang value bam sampab. Melalui interaksi dan relasi tersebut terjadi pertukaran sumber-sumber daya seperti pengetabuan, modal, laban dan teknologi sebagai sumber bagi munculnya proses inovasi. Dari berbagai interaksi yang terjadi seperti yang telab diuraikan di atas sebelumnya, sesungguhnya menggambarkan adanya proses inovasi yang ditunjukan adanya perubahan prilaku atau pola pengelolaan sampah yang sebelumnya pengelolaan sampab selama ini menjadi kewenangan, tugas dan tanggung jawab pemerintab ( PD. Kebersihan ) tetapi kemudian dikelola oleb masyarakat baik itu masyarakat industri maupun masyarakat akademisi dan masyarakat pada umumnya Proses inovasi juga ditunjukan dari perubahan sistem pengelolaan sampah, yang semula sampah hanya dikumpulkan, diangkut dan dibuang, tetapi sekarang mulai mengelola sampah dengan mengolahnya menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis dan bermanfaat. Terdapat value creation dari sampab yang dihasilkan. Dari implementasi 3R sampah oleb berbagai institusi yang sudah diuraikan di atas dalam upaya menciptakan nilai baru atas sampah terdapat pemanfaatan sumber-sumber daya khususnya sumber ekonomik dan pengetahuan. Bila kita lihat implementasi 3R sampab pada PT. Pindad sumber pengetabuan teknologi pengomposan yang diperoleb dari basil interaksi dengan institusi lain seperti BPPT atau PD. Kebersihan di kembangkan melalui sistem trial and e"or ( uji coba ) sehingga menjadi suatu teknologi pengomposan yang berbeda dengan teknologi pengomposan yang sudah ada di mana kebanyakan teknologi pengomposan banyak menggunakan starter sedangkan dalam PT. Pindad proses pengomposannya secara alamiab. Sedangkan bila kita lihat dalam implementasi 3R sampah oleb sektor informal melalui interaksi pemulung - lapak - bandar dan pabrik daur ulang pengetabuan tentang barang bernilai ekonomis dimanfaatkan dan dikembangkan secara eksplisit melalui komunikasi dari satu pihak ke pibak lain sebingga ada proses pengumpulan material baru untuk didaur ulang. Dari interaksi di antara sesama
74 pemulung dan tukang loak pegetahuan material yang bemilai ekonomis awalnya bersifat tacit berdasarkan pengalaman pribadi individu tetapi kemudian secara ekspiisit di'tularkan' kepada pihak: lain. Bila kita lihat interaksi yang terjadi pada PD. Kebersihan, inisiator dari proses inovasi pengelolaan sampah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini PD. Kebersihan selaku institusi pemerintah sehingga pendekatannya sangat top down. Alur produksi pengetahuan merupakan kombinasi antara bersifat instruksional dari PD. Kebersihan tentang teknologi kompos dan mesin pencacah sampah
plastik dan bersifat alamiah karena dikembangkan oleh pihak swasta dalam hal ini CV. Fajat dan yayasan Bitari. Proses inovasi yang teijadi merupakan interaksi dari arena pemerintah dan market/industri. Seperti yang terlihat pada gambar berikut dibawah ini :
Gambar N.26. Interaksi dua arena : pemerintah dan market pada interaksi PD. Kebersihan dengan CV Fajat Dalam interaksi terlihat ada arena science yang terlibat (LP. Unpad) namun interaksinya hanya teijadi dengan pemerintah (PD. Kebersihan).
Padahal
diketahui bahwa LP. Unpad telah mengembangkan teknologi mesin pencacah dan kompos sehingga hila interaksi teijadi pada ketiga arena maka proses inovasi semakin berkembang karena pengetahuan sebagai sumber inovasi akan terus diproduksi dan teijadi pertukaran pengetahuan di antara ketiga arena tersebut. Bila interaksi ketiga arena teijadi maka teknologi mesin pencacah yang sudah dihasilkan oleh LP Unpad dapat dimanfaatkan oleh CV. Fajat dan dapat dilakukan
sharing dana untuk riset tentang teknologi pengolahan material sampah sehingga
75
pengetahuan dan teknologi dapat diproduksi dan di didistribusikan secara terus menerus di antara ketiga arena tersebut sehingga proses inovasi penggolahan sampah dapat terus terjadi.
Pemerintah ·
Akademisi
Gambar N.27. lnteraksi dua arena : pemerintah dan Akademisi pada interaksi PD. Kebersihan dengan LP. Unpad
Proses inovasi dan pengembangan kapasitasnya dapat terjadi dengan adanya relasi yang terjadi antara PD. Kebersihan dengan CV. Fajat yang mengolah sampah anorganiknya menjadi cacahan plastik dan tong sampah di mana dalam hal ini terjadi transfer pengetahuan dan teknologi mesin pencacah dari PD. Kebersihan kepada CV. Fajat Menurut Brian Newman (1999:1) melalui pengamatan proses kegiatan, kejadian-kejadian atau perilaku ini akan dapat memahami proses kegiatan dan alira.n pengeta.huannya. Aliran pengeta.huan terdiri dari seperangkat proses, kejadian dan kegiatan yang didalamnya data, informasi dan pengetahuan ditransformasikan dari satu tahap ke ta.hap lainnya. Melalui interaksi yang terbangun CV. Fajat juga mendapat kemudahan dalam sumber-sumber ekonomik berupa pemanfaatan laban PD. Kebersihan sebagai laban pabrik dan mesin pencacah plastik yang dapat digunakan sebagai modal dalam melakukan proses daur ulang sampah. Dengan terbentuknya relasi tersebut, CV.Fajat dapat membuat mesin pencetak tong sampah yang terbuat dari plastik bekas. Sekarang ini CV. Fajat juga mulai mengembangkan pembuatan pollybag dari bahan baku plastik bekas. Pollybag itu
76
nantinya akan dimasukan ke dalam tong sampah untuk menampung sampah sehingga dalam pengangkutan sampah lebih mudah lagi dan pada TPS sampah tidak akan bercampur kembali.
Hal tersebut dipicu permasalahan pemilahan
sampah di mana ketika di sumber sampah sudah terpisah antara sampah organik dan an organik narnun ketika diangkat oleh petugas ke TPS bisa bercampaur lagi, seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Ujo dari CV. Fajat berikut :
"... Kita bikin polybag di setiap bak sampah jadi kan sekarang udah ada dua bak sampah untuk sampah organik dan anorganik didalamnya ada 2 pollybag sehingga ketika diangkut ke TPS sudah ada dua pollybag dengan wama yang berbeda antara sampah yang organik dan anorganik, jadi nyambung dengan program 3R. kalau sekarang kan di baknya si sampah udah terpisah tapi karena tidak ada po/lyag jadi di TPS si sampah bercampur lagi kan ngga sinkron sama program 3R.. " Ketika ada permasalahan dengan bak sampah model ayun maka mendorong terciptanya pembuatan bak sampah model baru yang lebih permanen tidak seperti pada model bak sampah lama karena pada model bak sampah yang lama terdapat kendala yaitu gampang rusak dan sering hilang karena gampang untuk mencopotnya. Seperti yang diutarakan Bapak H. Ujo dari CV Fajat :
sskan bak sampah yang diinginkan kan yang model terguling katanya biar gampang buangnya yah saya juga bisa bikin yang kaya gitu tapi kan cepet rusak mangkanya saya bikin yang model paten begini supaya ngga gampang rusak dan aman lah.. "
Hal tersebut sesuai dengan konsep inovasi menurut Narayanan (200 1) seperti yang dikutip oleh Firman Rosjadi yang menyatakan bahwa Inovasi adalah suatu cara untuk memecahkan persoalan yang dipicu oleh kemungkinan yang bersifat teknikal atau adanya kebutuhan pasar. Bagi CV. Fajat akan membawa keutungan sedangkan bagi PD. Kebersihan dapat mengatasi masalah sampah.
Proses
pertukaran pengetahuan diawali secara instruksional dari PD. Kebersihan dan kemudian menyebar dan semakin berkembang oleh pihak swasta dalam hal ini oleh CV. Fajat. Demikian juga melalui interaksi dengan PD. Kebersihan, Yayasan Bitari mendapatkan akses pengetahuan dan teknologi pengomposan dan akses ekonomi berupa pemanfaatan laban ex TPA Pasir Impun milik PD. Kebersihan sebagai
77 tempat pengolahan kompos dan sumber bahan baku berupa sampah organik sehingga dalam hal ini Yayasan Bitari mampu mengembangkan usaha kompos yang membawa keuntungan ekonomis. Bila kita analisis proses inovasi pengelolaan sampah di PT. Pindad, inisiator adanya proses tersebut diawali dari internal PT. Pindad sendiri. Sehingga sifatnya sangat bottom up.
Alur produksi pengetahuan terjadi bersifat alamiah karena
dikembangkan oleh pihak swasta dalam hal ini oleh PT. Pindad. Ketika PT. Pindad berinteraksi dengan BPPT sehingga terjadi transfer pengetahuan dan teknologi pengomposan, maka dalam proses selanjutnya 'peran' PT. Pindad agak bergeser menjadi semacam lembaga riset dengan melakukan riset dengan sistem trial dan error dalam pengomposan sehingga menghasilkan teknologi pengomposan yang berbeda dari yang sudah ada. Pengembangan kapasitasi inovasi juga dapat terjadi pada masyarakat luas manakala difusi pengetahuan baik tentang penambahan nilai sampah maupun tentang teknologi pengolahan sampah terjadi melalui berbagai pelatihan dan sosialisasi.
Tetapi yang penting disini adalah tumbuhnya awamess dari
masyarakat akan berharganya value added dari pengolahan sampah. Seperti yang dilakukan oleh PT. Pindad ketika membangun relasi dan interaksi melalui pelatihan-pelatihan dan seminar kompos akan terjadi penyebarluasan pengetahuan teknologi pengolahan kompos sehingga pengembangan kapasitas inovasi pengolahan kompos dapat ditingkatkan karena tersebar di masyarakat secara Iuas
dan dapat dilakukan oleh banyak pihak.
Gambar IV.28. Interaksi dua arena : Market/industri dan Akademisi pada interaksi PT. Pindad dengan BPPT
78
Ada hal yang unik dalam proses inovasi pengelolaan sampah anorganiknya PT. Pindad karena interaksi yang teijadi bukan dalam ketiga arena yang sudah disebut sebelumnya yakni interaksi dengan pemulung yang merupakan organisasi hibrida yang bel urn jelas bentuk kelembagaannya. Berbeda dengan konsep inovasi yang sudah diuraikan oleh Hans de Bruijin (2004) bahwa proses inovasi dapat teijadi dengan adanya interaksi dari minimal dua arena berbeda yang ada, proses inovasi pengelolaan sampah anorganik di PT. Pindad teijadi melalui 'institusi' perantara yakni pemulung yang berhubungan - melalui pihak lapak dan bandar- dengan industri daur ulang. Dapat dikatakan inovasi teijadi karena adanya keterkaitan antar arena market yakni : PT. Pindad dengan Industri daur ulang melalui pemulung sebagai 'intermediary'. Teijadinya interaksi sosial tersebut telah menghasilkan value barn baik bagi PT. Pindad yakni effisiensi biaya pengelolaan sampah anorganiknya tetapi juga bagi para pemulung yang mendapatkan penghasilan sehingga kehidupannya lebih sejahtera dan pengetahuan untuk dapat mengembangkan potensinya Dalam hal ini dapat dikatakan dengan pengolahan sampah organik dan anorganik PT. Pindad
para pemulung telah mendapatkan akses pengetahuan tentang teknologi pengomposan dan akses ekonomi. Bila kita lihat relasi yang teijalin antara PT. Pindad dengan para pemulung di sekitar lokasi PT. Pindad terlihat adanya pengakuan atas keberadaan atau eksistensi pemulung dengan memberikan legalitas berbentuk surat ijin dan membentuk organisasi di antara mereka meskipun organisasi yang terbentuk masih sangat sederhana dan sangat tradisional namun telah 'memperkaya' para pemulung dengan berbagai transfer pengetahuan dan informasi. Dengan adanya proses pengembangan tersebut dapat mendorong bagi terbentuknya modal sosial yang sangat penting bagi pengembangan kapasitas inovasi selanjutya.
Tidak
menutup kemungkinan di antara pemulung tersebut mampu mengembangkan usaha kompos sendiri. Porses inovasi pengelolaan sampah yang teijadi di PT. Biofanna hampir sama dengan yang terjadi di PT. Pindad di mana inisiator teijadinya proses tersebut diawali dari internal PT. Biofanna sendiri. Sehingga sifatnya sangat bottom up.
79
Alur produksi pengetahuan terjadi bersifat alamiah karena dikembangkan oleh pihak swasta dalam hal ini oleh PT. Biofarma. Aliran pengetahuan pengolahan materi sampah plastik berawal dari pabrik daur ulang plastik yang dapat mengolah jenis plastik yang merupakan Iimbah dari PT. Biofarma yang ditransformasikan ke lapak yang merupakan mitra dari PT. Biofarma dan mengalir ke PT. Biofarma sehingga sampab plastik yang awalnya dibuang begitu saja dapat dimanfaatkan kembali. Sarna seperti yang terjadi pada proses inovasi pengelolaan sampah anorganik PT. Pindad, proses inovasi pada PT. Biofarma juga terjadi karena interaksi dengan Iapak yang merupakan mata rantai market daur ulang sampab. Dapat dikatakan inovasi terjadi karena adanya keterkaitan antar arena market yakni : PT. Biofarma dengan Industri daur ulang melalui lapak sebagai 'intermediary'. Sektor informal dalam usaha daur ulang sampah merupakan mata rantai yang sangat berperan dalam praktek 3R sampah. Dapat dikatakan babwa inisiator dari proses inovasi didorong oleb pasar daur ulang. Pasar daur ulang sesungguhnya dapat berkembang dengan adanya kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pengolahan materi daur ulang sampah sehingga arena science sangat berkontribusi, namun basil penelitian menunjukan interaksi itu belum terjadi dikarenakan adanya gap di mana basil riset kebanyakan belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleb pihak industri daur ulang. Seperti yang kita lihat belum adanya interaksi sektor informal dengan pemerintah maupun science menyebabkan proses inovasi praktek 3R sampah 'berjalan di tempat' karena sesungguhnya sektor informal sudah berjalan sejak tahun 1980-an namun belum dapat berkontribusi banyak dalam memecahkan permasalahan sampah dengan melihat kondisi permasalahan sampah yang terus berkelanjutan. Dalam relasi yang terbangun pada jalur perdagangan antara pemulung-lapakbandar dan pabrik daur ulang terjadi pertukaran pengetahuan dan informasi yakni di mana suatu pengetabuan dan inovasi di komunik:asikan dari satu pihak ke pihak yang lain sehingga pengetahuan tersebut menyebar di antara anggota-anggota sistem sosial tersebut, seperti pada bandar besar ini yang rata-rata menguasai teknologi
pemilahan
plastik
dan
kemudian
memberikan
contoh
basil
80 pemilahannya kepada lapak di hawahnya untuk: mendapatkan material yang diinginkannya, sehingga tetjadi peruhahan proses pemilahan material yang memhawa ke arab inovasi karena dengan proses pemilahan tersehut menamhah nilai ekonomis tiap unit hahan material daur ulang. Seperti yang tetjadi pada bandar hesar PK Group di Jl. Riung yang pemisahan jenis plastiknya menggunakan hahan hensin hila material tersehut lengket maka tennasuk jenis Impact atau hila menggunakan aseton material tersehut lengket berarti
termasuk
jenis
ABS,
pengetahuan
tersebut
menyehar
setelah
dikomunikasikan di antara para pegawainya, sedangkan pada handar hapak Joko pemisahan material plastik dilihat dari jenis serat plastiknya atau dari sifat plastiknya itu sendiri hila di pencet permukaannya membalik maka itu tennasuk jenis PP hila tidak maka termasuk jenis HD. Demikian juga transfer pengetahuan dan informasi tetjadi pada pemulung senior kepada pemulung haru khususnya sampah yang bemilai ekonomis. Mereka saling menjaga pengetahuan tersehut pada entitas mereka dan memhiarkannya tetap berada pada sistem setelah diperkenalkan. Kegiatan ini juga termasuk kegiatankegiatan untuk memelihara kelangsungan pengetahuan dalam sistem seperti yang dituturkan pemulung di Sahuga ITB herikut :
..Yah be/ajar dari Iemen yang duluan jadi pemulung yang mana barang yang laku mana barang yang ngga, lama-lama kan tau sendiri akhirnya keliling sendiri .. ntar juga begitu kalo ada yang (pemulung) baru /agi kita yang ngasih tau... " Begitupun soal harga harang antar pemulung dan tukang loak saling memherikan informasi lapak mana yang menjual harga lehih tinggi seperti yang dituturkan oleh tukang loak di n. Dayang Sumhi berikut ini :
.. Iya saling ngasih taulah informasi lapak yangjuallebih tinggi... "
81
-----------------------------
,..
I :'PERN\INTAAN.,
I;'RERM~t~'~N' I ... ~;;;:-··
_.-::,..0"
"<;..
--:~...
~;:~.:.,··
'"·...
.. .-·
.......... ~£:':~:~~~---··
Permintaan
lokal
....... ~:::..,.
=·········>~ . . . . . . . .. Permintaan
I
lokal
s_,u~pl_ie_r_
._l_ _
__.
*
Bondar
Lapak Pemulung
-.
-~
........................................... Ket :
-. ~
................................................
aliran barang Aliran informasi
Gambar IV.29. Aliran Barang dan informasi pada sektor informal Seperti yang terlihat pada gambar di atas terjadi aliran barang dan informasi dari pemulung-lapak-bandar hingga ke permintaan pabrik daur ulang.
Biasanya
penciptaan temuan-temuan didorong oleh market driven diawali dari pabrik yang dengan penemuan teknologi tertentu mampu mengolah sampah tertentu menjadi suatu produk baru. Untuk pemenuhan bahan baku maka mengalirlah informasi
dan pengetahuan baru itu dari pabrik ke bandar ke lapak hingga ke pemulung/tukang Ioak seperti yang dituturkan Tukang Loak Dayang Sumbi berikut:
"Ya saya bisanya tau misalkan plastik ini bisa didaurulang ya.. dari para /apak dan bandar yang nerima barang kalau seumpamanya mereka nerima suatu barang dan /aku ya kita cari barang itu dan kita be/i, kalau kala bandar atau /apak barang itu mah nggak laku ya kita nggak beli kaya barang fiber karet biar dikasih juga ngga mau dah nggak laku buat apa.. "
82
Atau seperti yang diungkapkan oleh Mang Aji ( pemulung Sabuga ITB ) : " ... Dari yang nerima barang, misalkan yang nerima nggak laku yah nggak laku, ka/au laku barang diambil misalkan lean dulu bekas aqua ngga laku ya ngga dambil tapi sekarang ternyata ada yang mau nerima yah akhirnya beleas aqua di ambi/ juga, dulu mah bekas aqua pada baba/atak juga ngga diambi/ tapi sekarang lean beda ada ni/ainya lean bisa didauru/ang /agi lean yang kaya gitu mah nantinya digiling neng, jadi barang-barang beleas tergantung yang nerima umpamanya /aku yah di ambil lea/au ngga ya ngga diambil, misalnya bekasfiber karena ngga /akuyah biar kata banyakjuga ngga diambi/.... "
Maka teijadi perubahan pada pencarian bahan material yang harus dikumpulkan oleh para pemulung dan tukang Ioak. Proses kemampuan berinovasi teijadi pada pemulung dan tukang Ioak dengan mencari barang-barang material baru yang dapat didaurulang. Melalui interaksi antara pemulung- lapak- bandar dan pabrik daur ulang, para pemulung, lapak dan bandar mendapatkan akses ekonomi berupa modal untuk melakukan aktivitasnya. Akses pengetahuan diperoleh dengan sating sharing dan komunikasi satu sama lain. Dari aspek institusional, interaksi antar pemulung - tukang loak - Iapak dan bandar daur ulang material sampah karena sifatnya merupak:an institusi informal terdapat kendala untuk mendapatkan akses modal yang Iebih besar sehingga perkembangannya cenderung stagnan. Selain itu sulitnya sektor informal untuk berinteraksi dengan institusi lain seperti lembaga perbankan atau melakukan proyek bersama dalam pengembangan daur ulang sampah menyebabkan sektor ini juga sulit berkembang meski sangat potensial dalam praktek daur ulang sampah.
4.3. Analisis Inovasi Sistemik Praktek 3R Sampah terkait dengan konsep Triple Helix Dalam implementasi praktek 3R sampah perlu memperhatikan konsep-konsep inovasi. Bila kita lihat dalam praktek 3R sampah memang inisiator awal adalah pemerintah yang menginstruksikan konsep tersebut untuk dapat menyelesaikan permasalahan sampah. Namun sesungguhnya dalam implementasi praktek tersebut membutuhkan perkembangan pengetahuan dan teknologi agar sampah
83 mempunyai nilai tambah baik nilai manfaat maupun ekonomis seperti komposting
dan teknologi daur ulang. Arena science yang bennain disini yang kemudian berinteraksi dengan adanya pennintaan pasar (market initiated) seperti pasar kompos dan daur ulang sampah anorganik. Ketiga arena-pemerintah-market dan science saling berinteraksi sehingga terjadi proses inovasi dan pengembangan kapasitas praktek 3R sampah. Untuk dapat terjadinya inovasi sistemik dalam praktek 3R sampah memang diperlukan keterlibatan dan interaksi seluruh elemen baik pemerintah, masyarakat, industri maupun arena science sebagai sumber dan produksi pengetahuan. Sesungguhnya konsep inovasi sistemik yang dikemukan oleh Hans de Bruijin (2004) seirama dengan konsep triple helix yang menekankan pada interaksi, hubungan-hubungan antar lembaga dan kolaborasi.
Jika secara tradisional
lembaga pemerintahan, pendidikan tinggi dan bisnis masing-masing beroperasi dalam ranah-ranah yang saling terpisah satu dari yang lainnya maka model triple
helix menegaskan pentingnya hubungan-hubungan yang berjejaring.
Fokus
perhatian dalam model triple helix adalah pada pennasalahan bagaimana ketiga arena kelembagaan yang berbeda- arena akadernik, bisnis dan pemerintah- dapat melakukan interaksi dan pertukaran sumber-sumber pengetahuan33 Penekanan pada konsep triple helix adalah bagaimana ketiga elemen tersebut melakukan perubahan-perubahan yang membawa nilai-nilai baru/inovasi.
Dan
dalam melakukan perubahan-perubahan tersebut ketiganya saling bersinergis, seperti yang disebutkan oleh Konde (2004) yang dikutip oleh James Dzisah dan Henry Etzkowitz dalam makalah yang berjuduJ " The renewal of The African
University : "Towards a 'Triple Helix" Development Model " ketika rnembicarakan kasus pengembangan model triple helix di Afrika bahwa permasalahan yang terjadi bukan pada model triple helixnya tetapi pada
kenyataan bahwa di Afrika ketiga element tersebut berjalan masing-masing ( work in isolation ) dan tidak berjalan secara sinergis ( work together)
Sonny Yuliar dalam makalah Peran Perguruan tinggi dalam Masyarakat Berbasis Pengetahuan : isyu demikrasi dan tantangan kebiajakan
;n
84
Penulis mencoba mengaitkannya dengan kasus penelitian yakni terjadinya prosesproses inovasi sistem 3R sampah menurut penulis sebenarnya terjadinya proses inovasi dalam sistem 3R sampah dapat tetjadi pada semua aktor yang terkait pada sistem 3R baik dari kalangan pemerintah, lembaga riset maupun industri daur ulang. Dari hasil penelitian didapat bahwa pemerintah dengan melakukan pembuatan berbagai regulasi operasional pelaksanaan 3R sampah sekaligus pelaksanaan program-program baik sosialisasi berbagai regulasi tersebut, difusi pengetahuan sistem 3R sampah kepada masyarakat luas melalui kegiatan sosialisasi mengenai proses dan pemanfaatan sistem 3R sampah sampai kepada pelaksanaan pilot-pilot project pengolahan kompos merupakan suatu langkah inovatif untuk mendukung betjalannya program sistem 3R sampan Dari kalangan lembaga riset adanya produksi pengetahuan dan hasil-hasil riset maupun kajian
yang erat kaitannya dengan sistem 3R sampah seperti yang
dilakukan oleh PPLH ITB dengan konsep KISnya, LP UNPAD dengan teknologi mesin pencacahnya, Litbang Kota Bandung dengan konsep SIMASTERnya, unit Litbang PD. Kebersihan dengan kajian pengelolaan sampah terpadunya menunujukan bahwa mereka telah melaksankan perannya sebagai inkubator produksi pengetahuan yang diharapkan dapat membawa nilai-nilai perubahan baru dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Sedangkan dari kalangan industri sendiri dari hasil penelitian terlihat bahwa di industri yang di teliti temyata proses produksi pengetahuan dan inovasi yang tetjadi adalah dengan sistem trial and en-or, hasil uji coba atau hasil perlakuan modifikasi dari mesin-mesin yang sudah ada seperti yang terkutip dari basil wawancara berikut: Hasil wawncara dengan bapak H Ujo dari CV. Fajat usaha daur ulang tong sampah :
"Yah dari buku, internet, temen-temen kan banyak yang tau teknik, yah kita /akukan riset begini lama waktunya, trial e"or, yah sekarang lea/au kita mau investasi mau coba satu mesin berikut dengan itu ini bisa sampe 1 M soya dengan 600 juta cukup, mesin 4 karena banyak mitra dengan pengusaha lain... ..
85
Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Lucky dari divisi K3LH PT. Pindad tentang proses pembuatan komposnya "
"kita lakukan uji coba dan berbagai riset sehingga yang kita coba adalah dengan cara yang sangat alamiah sekali dengan tidak menambahkan starter apapun seperti bakteri apapun dengan harapan bakteri akan tumbuh secara a/ami" 34 Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Heru dari PT. CMPI anak perusahaan PT. Pindad tentang proses pembuatan mesin pencacah sampah plastik :
"kita lakukan modifikasi pada mesin-mesin dari RRC!Taiwan dan redesain dengan ide sendiri dengan pertimbangan kapasitas dan kekuatan mesin pencacah " 35
Tetapi hila kita lihat ketiga elemen pelaku proses inovasi tersebut beijalan masing-masing atau sendiri-sendiri tidak ada sating keterkaitannya seperti yang teijadi pada contoh kasus pengembangan model triple helix di Afrika yang sudah disinggung di atas tadi. Interaksi yang teijadi hanya pada pemerintah dan Iembaga riset itupun sebatas kajian-kajian yang hasilnya banyak tidak diimplementasikan dalam kebijakan publik. Lembaga riset dalam relasi tersebut hanya berperan sebagai 'konsultan' bukan berperan sebagai inkubator
pengetah~
seperti yang diungkapkan oleh
narasumber berikut ini : Bapak Sofyan ( BPLH Kota Bandung ) :
" BPLH bekerjasama dengan beberapa PT seperti UNPAS, UNPAD, biasanya dalam bentuk kajian-kajian seperti WWJMP, AMDAL, tentang sampah d/1" Bapak Dartoyo ( kepala unit LITBANG PD. Kebersihan ) :
"Karena lembaga kita memilki keterbatasan anggaran untuk penelitian dan riset jadi dengan negosiasi informal kita sering bekerjasama dengan ITB (PPLH), UNPAD (PSDAL), UTBANG Kota Bandung seperti mengkaji sistem penge/olaan sampah skala kawasan ... biasanya inisiatifdana dari mereka kita bantu teknisnya. .. " Hasil Wawancara dengan bapak Lucky divisi K3LH PT.Pindad tgll9 Ju;li 2007 Hasil Wawancara dengan bapak Heru dari divisi maufaktur PT. CMPI anak perusahaanPT.Pindad tgl31 Juli 2007
34
35
86
Kerjasama yang terjadi antara lembaga riset dengan industri juga kebanyakan banya pesanan dan merupakan riset komoditas dan bukan riset dasar. Industri dan pemerintah belum banyak yang memanfaatkan dan mengimplementasikan basilbasil kajian dan riset lembaga-lembaga tersebut. Ada beberapa kendala dalam membangun relasi yang kuat antara lembaga riset dengan pibak industri yang dapat tergambar dari basil petikan wawancara berikut ~ Bapak Lucky ( PT. Pindad ) : .. Kita tidak bekerjasama dengan institusi seperti perguruan tinggi atau lembaga riset karena mereka ujung-ujungnya menawarkan starterladitifpada teknologi pengomposannya sehingga berbeda dengan konsep PT. Pindad yang a/amiah " Bapak H. Ujo (CV. Fajat, usaba daur ulang plastik) : "Saya pernah nyobanyoba ke LIPI Bandung tapi be/urn nyambung karena mereka high tech semua, terus lama, biaya tinggi be/urn tentu mereka mau melakukan riset kaya gini" Bapak Joko ( bandar dan usaba daur ulang plastik ) : "ya.. kita mah modalnya juga kecil... lagian mesin beginian mah teknologi yang bisa diliat ngga perlu ke perguruan tinggi segala... " Bapak Jhon Peter (PK Group, usaba daur ulang plastik) : ".. ah usaha begini sih teknologinya mudah ngapain harus kerjasama perguruan tinggi atau lembaga riset.. kita beli mesin.. lalu bisa kita modifikasi saja " Bapak Ir. Rochadi Tawaf, Ms (Lemtek LP UNPAD ) : " .. PT. Mitra Tani Mandiri itu adalah industri /compos yang desain teknologinya kerjsama dengan kita.. " , Bapak Jr. Rochadi Tawaf, Ms (Lemtek LP UNPAD ) : " .. wah industri sih rada su/it untuk nge/uarin biaya riset kaya Rapid sulit berkembang padahal kan komposisi dana penelitiannya 600A DIKNAS. I 5% PT dan 25% /ndustri tapi kan tidak berja/an.. industri itu mau tinggal produk saja tapi tidak mau tau bahwa proses riset butuh dana.... "
Dari basil wawancara tersebut di atas dapat digambarkan ada gap keinginan dan harapan antara lembaga penelitian dengan pibak industri di mana pibak industri menganggap bahwa basil-basil riset lembaga penelitian kebanyakan teknologi tinggi yang memakan biaya tinggilhigh cost, tidak dapat memenuhi selera pasar produk mereka, sementara dari kalangan Iembaga penelitian menganggap bahwa pibak industri banya memikirkan bagaimana menghasilkan produk akhir tanpa
87
mau tabu proses untuk mencapai itu membutuhkan riset yang juga memakan biaya. Relasi pemerintah dengan industri daur ulang pun sangat lemah hanya sebatas perijinan bahkan terkesan ada kendala kurangnya dukungan pemerintah pada kebanyakan industri daur ulang khususnya industri daur ulang yang belum kuat modal sehingga mereka lebih berminat sebagai sektor informal saja dan sulit untuk mengalami kemajuan.
Seperti yang diutarakan oleh narasumber Bapak
Usep dari PD. Anugerah berikut ini :
"Ya, kalau (perhatian) pemerintah secara langsung sih nggalah paling perbankan untuk kredit modal karena jaman sekarang kayanya nggak mungkinlah kita ngga pernah minjem Ire Bank ngga pernah ada pembinaan dari pemerintah baik itu sosialisasi ataufasilitas apapun... " Atau seperti yang diutarakan oleh bapak Wahyudi dari bandar plastik berikut ini:
" ... kita sih pengennya jadi industri yang formal ya... tapi kalau dibebani dengan pajak yang terlalu tinggi ngga kuat kita..ya sudah lebih baik . •.r.ormaI saJa. . ... ,J6 m 1 Sehingga bisa dikatakan tetjadinya peningkatan kapasitas inovasi hanya teijadi
pada masing-masing elemen sedangkan kebutuhan ketja antara lembaga secara saling sinergis untuk menambah proses peningkatan kapasitas inovasi di semua elemen tidak terjadi. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3R sampah sangat lambat dan dari tahun ke tahun tidak mengalami kemajuan yang berarti meskipun secara potensi sangat besar. Menurut Etkowitz seperti yang dikutip dalam makalah tersebut konsep triple helix berperan sebagai pemandu dalam pengelolaan interaksi.
Dalam masyarakat-
masyarakat yang berbeda proses transisi/perubahan sebagai kerangka inovasi dapat dimulai dari titik-titik berangkat yang berbeda-beda (Etkowitz, 2007) Seperti yang tetjadi pada PT. Pindad yang melakukan proses perubahan yang membawa ke arah pengembangan kapasitas inovasi. Ketika PT. Pindad berinteraksi dengan BPPT sehingga terjadi transfer pengetahuan dan teknologi pengomposan. maka dalam proses selanjutnya "peran' PT. Pindad agak bergeser 36 Hasil
wawancara dengan Bapak Wahyudi Bandar Plastik pada tanggal 31 Juli 2007
88
menjadi semacam Iembaga riset dengan melakukan riset dengan sistem trial dan
error dalam pengomposan sehingga menghasilkan teknologi pengomposan yang berbeda dari yang sudab ada. Terjadilah proses inovasi sebagai dampak Ianjutan adanya interaksi dengan lembaga penelitian sebelumnya. Terjadi pengembangan kapasitas inovasi dalam teknologi pengomposan. Bila kita kaitkan dengan konsep triple helix yang
menekankan pentingnya
interaksi dan pertukaran sumber-sumber pengetahuan maka hila ada interaksi dengan pemerintab dalam bentuk kebijakan insentif pajak misalnya atau informasi penyaluran pemanfaatan kompos oleh dinas-dinas terkait seperti dinas perkebunan dan kehutanan terkait program GRLH misalnya maka proses inovasi dari teknologi pengomposan yang sudah dilakukan oleb PT. Pindad akan dapat berkelanjutan. Hal yang sama dapat terjadi pada proses usaba pengomposan yang dilakukan oleb LP. UNPAD yang mengalami kesulitan dalam pemasaran karena belum adanya keterkaitan dan interaksi dengan konsurnen yang pada dasamya dapat dijembatani hila ada interaksi dengan pemerintah yang dapat menyelaraskan dengan program-program pemerintah seperti penghijauan atau program pertanian organik yang telah dicanangkan oleb Dinas Pertanian. Jika ini dilakukan, pasar yang tercipta akan rnemberikan iklim kondusif bagi kegiatan proses produksi kompos dari sampab kota.
Selain itu, pemerintah dapat menggali dan mengembangkan pasar kompos (basil utama pemrosesan sampah) dengan mewajibkan para pengusaha galian
c.
mengembalikan kesuburan laban yang telab digalinya. dengan menggunakan kompos. Selain itu, berbagai kegiatan program WJEMP yang telah menurunkan dana puluhan miliar rupiah. tentu tidak akan tampak hasilnya, jika tidak dibarengi dengan kegiatan pendukung utamanya, yaitu pemasaran "kompos kota". Adanya bambatan kultural di mana budaya perguruan tinggi yang belum berorientasi pada riset.
Demikian pula pada industri kita yang bekum terlalu
memperdulikan pada penelitian dan basil-basil riset sebingga menyebabkan interaksi antar kedua elemen tersebut belum maksimal. Hambatan birokrasi juga menjadi salah satu penyebab sulitnya terjadinya interaksi antar ke tiga elemen
89
tersebut seperti dalam menjalin kerjasama antar Iembaga masih berbelitnya masalah administrasi dan perijinan. Adanya interaksi sinergis antara ketiga elemen (pemerintah-industri dan perguruan tinggillembaga penelitian) tersebut maka peningkatan kapasitas inovasi pengelolaan sampah dengan sistem 3R dapat maksimal. Seperti kita ketahui bahwa kapasitas inovasi ini di antaranya sangat bergantung pada investasi, kebijakan, dan segala sumber daya lain yang berpotensi menghasilkan inovasi. Kita ketahui bersama bahwa jika kegiatan riset yang merupakan salah satu cakupan investasi yang dibutuhk:an dalam melakukan peningkatan kapasitas inovasi dilakukan secara bersama antara perguruan tinggi dan industri dengan
sharing dana sedangkan pemerintah membantu dalam regulasi untuk mendukung adanya interaksi riset antara perguruan tinggi dan industri dengan perlakuan insentif tertentu seperti kemudahan dalam perijinan, keringan pajak dan hak paten bagi temuan tersebut. Interaksi sektor informal dangan sektor formal baik pemerintah maupun perguruan tinggi atau lembaga penelitian pada aktivitas daur ulang sampah bel urn sepenuhnya berjalan dengan baik. Sektor informal dalam melakukan aktivitasnya cenderung melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri dan bersifat sporadis tanpa adanya intervensi dari sektor formal.
Sektor informal pada umumnya tidak
tersentuh oleh kekuatan hukum atau legalitas atau peraturan yang berlaku pada pengelolaan sampah kota, terbukti sampai dengan saat ini belum ada produk hukum yang melegalitaskan tentang keberadaan aktivitas daur ulang yang dilakukan oleh sektor informal. Padahal hila kita kaitkan dengan konsep triple helix yang memberikan penekanan pada pentingnya interaksi, hubungan-hubungan antar Iembaga dan kolaborasi. Pada arena interaksi tersebut munculah peluang-peluang inovasi sehingga makin tercipta pengembangan kapasitas inovasi pada sektor infromal tersebut. Maka tidak heran meskipun dilihat dari potensi dan kontribusinya yang sangat signifikan dalam mengatasi permasalahan sampah dengan mengurangi jumlah sampah yang
ada tetapi pada kenyataannya sampah masih menjadi permasalahan yang pelik.
90 4.4. Basil Diskusi Dari pemaparan di atas dapat kita bahas beberapa hal yang dapat menjadi perhatian dalam implementasi konsep inovasi dalam praktek 3R sampah yakni : •
Bila kita lihat interaksi yang terjadi pada PT. Pindad dengan pemulung yang membawa proses inovasi dalam praktek 3R sampah dapat dikatakan belum ada institusi atau kelembagaan yang jelas. Ketidakjelasan dalam aspek institusi ini dapat menjadi ancaman bagi keberlanjutan proses inovasi dalam praktek 3R sampah tersebut. Demikian pula pada interaksi pada PT. Biofarma. Hal yang sama juga berlaku pada interaksi sektor informal di mana interaksi yang terjadi hanya berlandaskan pada asas kepercayaan, tidak mempunyat payung hukum dan legalitas yang kuat sehingga sulit berkembang padahal sangat berpotensi dalam keberhasilan praktek 3R
sampah.
•
Inovasi dalam implementasi program 3R sampah merupakan salah satu upaya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dengan implementasi konsep inovasi dalam
praktek 3R sampah maka pelaksanaan program-program 3R sampah diharapkan tidak hanya berorientasi pada hal-hal teknis saja tetapi lebih pada keikutsertaan berbagai pihak baik
pemerin~
lembaga penelitian
maupun pihak swasta serta masyarakat melalui teijalinnya interaksi dan relasi yang mendorong keberlangsungan proses pertukaran sumber-sumber daya yang ada sehingga pennasalahan sampah yang mengganggu keberlangsungan daya dukung lingkungan dapat terpecahkan. Selain itu, interaksi antara sistem persampahan dengan sistem lain yang relevan, seperti
penanganan sampah pasar, industri, institusi, hingga tanggung jawab produsen untuk menangani kemasan yang digunakan dalam memasarkan produknya.
Keberhasilan
program
3R
sampah
akan
lebih
dapat
memasukkan nilai-nilai lingkungan dan keberlanjutan pembangunan ke dalam aktivitas ekonomi karena paradigmanya bukan bersifat pengolahan sampah diujung proses produksi ekonomik (dikenal sebagai end-of pipe
approach), karenanya keseimbangan yang sinergis antara tiga pilar utama
91
dalam suatu pembangunan yakni : ekonomi-lingkungan-sosial dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan menjadi Iebih dapat tercapai. Proses produksi dan pola konsumsi khususnya yang berbasis sumberdaya alam dan lingkungan harus dijalankan dengan prinsip efisiensi, yaitu hemat energi dan hemat bahan baku (reuse/recycle). Seperti kita ketahui bersama bahwa pembangunan
berkelanjutan adalah
usaha
untuk
memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka37. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Pertama, peningkatan potensi produksi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan. Kedua, menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua orang. Dengan
dua
syarat
tersebut,
pembangunan
berkelanjutan
adalah
pembangunan ekonomi yang harus berwawasan Iingkungan dan sekaligus mengusahakan pemerataan yang adil. •
Alasan mengapa proses recycle sampah Iebih ditekankan karena pada dasarnya proses tersebut dapat mengurangi jumlah sampah, contoh sampah yang direcycle untuk bahan baku maka akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang yang sedianya akan menjadi bahan baku. Daur-ulang sampah menciptakan Iebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
•
Pada prinsipnya konsep inovasi menekankan pentingnya interaksi antar elemen tanpa embel-embel atau label institusi dan proses penyebaran pengetahuan yang akan melahirkan proses inovasi.
Model triple helix
ataupun Hans de bruijn pada akhimya hanya merupakan suatu model yang menata interaksi dan kolaborasi antar elemen atau lembaga yang didalamnya terjadi proses pertukaran dan penyebaran pengetahuan sebagai modal dalam mendorong proses inovasi. Dari hasil penelitian ditemukan adanya interaksi dengan para pemulung yang notobene bukan suatu lembaga atau institusi
37 Degradasi
Lingkungan.htm (http://www.google/ down load tanggall5 September 2007)
92
resmi namun kenyataannya sangat potensial dalam mendorong proses inovasi dalam praktek 3R sampah, hal ini menunjukan bahwa proses inovasi memang dapat terjadi dengan adanya interaksi ~ tanpa melihat adanya suatu kelembagaan ataupun institusi seperti Hans de Bruijn mengatakan bahwa
societal organizations are often mentionend as soources of system innovation. Pemulung sebagai suatu lembaga informal sekarang ini sudah menjadi suatu entitas sosial yang mulai menunujukan eksistensinya dengan membentuk organisasi di antara mereka seperti aosiasi dan paguyuban.
Insert: Pemulung' sang pahlawan lingkungan' Pemulung sebagai ujung tombak dalam usaha daur ulang sampah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan pemenuhan pasokan barang material daur ulang. Dapat dibayangkan bila tidak ada orang yang menjadi pemulung maka jelas aliran pasokan barang akan terganggu dan bisnis daur ulang akan menjadi macet. Selain perannya yang sangat strategis dalam industri daur ulang sampah, peran pemulung juga menjadi sangat vital dalam pengelolaan sampah karena berkat jasanya jumlah sampah yang harus terangkut menjadi berkurang, misalnya jumlah sampah plastik yang porsi rata-ratanya mencapai 5 - I I% dari jumlah total sampah dapat diambil oleh para pemulung maka sesungguhnya beban sampah kota bisa dikurangi dari segi kuantitasnya (Satori, 2003). Hal ini juga berarti sebagian persoalan lingkungan akan teratasi karena sampah plastik adalah termasuk sampah yang tidak dapat terurai sehingga akan mencemari lingkungan. Meskipun dapat dikatakan bahwa pemulung merupakan
~pahlawan'
lingkungan
tetapi alih-alih sebagai penyelamat lingkungan usaha yang mereka Iakukan Iebih terdorong oleh motivasi bagaimana menjaga agar mereka tetap bertahan hidup (
survival motivation ) karenanya kegiatan mereka seolah-olah terpisah dari proses penyelamatan lingkungan apalagi pembangunan yang berwawasan lingkungan. Padahal hal tersebut merupakan suatu kesatuan mata rantai yang tak terpisahkan. Dari tahun ke tahun jumlah pemulung tidak semakin berkurang. Di Kota Bandung
ini sebanyak 3500 pemulung dan lapaklbandar (berdasarkan basil survey PT
93
Kartika Dan Walhi, 1995 dalam Tugas akhir Bainah Wati, Teknik Industri ITB 2002 ) berbagi laban untuk: mencari nafkah.
Jumlah tersebut bisa semakin
bertambah dengan adanya krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia yang menyebabkan banyak pengganguran karena berdasarkan basil wawancara alasan mereka melakukan kerja sebagai pemulung adalah karena disamping sulit mencari kerja juga karena kerja memulung tidak membutuhkan keahlian dan modal. Pemulung telah membentuk: suatu entitas sosial tersendiri yang keberadaannya diperlakukan ambigu oleh kebanyakan orang. Disatu sisi orang mengakui perannya yang penting dalam mengurangi jumlah sampah namun disisi lain masih adanya persepsi masyarakat yang mencurigai dan mengangap pekejaan pemulung yang kotor, hina, illegal dan mendekati tindakan" kriminal". Dengan demikian risiko kerja, ketidakpastian tempat tinggal dan ketidakpastian pendapatan yang dialami para pemulung cukup besar. Walaupun tanpa mereka sistem informal daur ulang sampah tidak berjalan tetapi para pemulung tidak mempunyai pilihan lain sehingga posisi mereka tetaplah marjinal dalam sistem perdagangan daur ulang. Seperti teori sosial yang dikemukan oleh Bourdieu, jalur perdagangan daur ulang sampah telah membentuk: "gelanggang sosial (fields)" antar pemulungIapak-bandar dan pabrik daur ulang di mana ada faktor dominasi khususnya pada pemulung karena pemulung tidak mempunyai posisi tawar sehingga mereka tetap terbelengu pada kemiskinan di mana tak jarang usaha menjadi pemulung menjadi usaha yang turun temurun seperti dari pengamatan peneliti di TPA Sarimukti Kabupaten Bandung banyak terlihat anak-anak yang menjadi pemulung mengikuti jejak orang tuanya. Dilihat dari tingkat pendidikan memang kebanyakan para pemulung hanya berpendidikan rendah seperti dari basil penelitian yang telah dilakukan oleh Oloan Simanjuntak dan Elvis F.Purba termuat dalam jurnal visi Volume II tahun 2003 bahwa sebagian besar pemulung hanya tamatan SD (52,5%) sehingga potensi mereka secara ekonomi, sosial dan budaya masih subordinat di dalam sistem daur ulang. Mengingat peran mereka yang tidak sedikit dalam meminimisasi jumlah sampah maka perlu adanya program yang lebih mengangkat eksistensi mereka Seperti yang dilakukan oleh PT. Pindad yang telah berhasil melakukan
94
pengorganisasian pemulung yang ada disekitar Iokasi pabrik sehingga eksistensi mereka diakui dan mereka mempunyai akses pengetahuan dan berbagai informasi baik tentang keselamatan kerja maupun teknologi pengomposan sehingga mereka dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Seperti halnya yang terjadi pada kaum maljinal lainnya, pemulung juga mengalami kesulitan akses terhadap layanan publik seperti kesehatan, air bersih, pendidikan dan modal
Maka tak heran sulit bagi pemulung untuk dapat
mengembangkan potensinya. Dalam konteks tersebut di atas maka konsep-konsep pemberdayaan pemulung menjadi sangat relevan dan perlu dilakukan oleh pemerintah. Selama ini belum ada upaya-upaya pembinaan ataupun pelatihanpelatihan kerja yang dilakukan kepada pemulung seperti yang tersirat dalam basil wawancara yang dilakukan kepada para pemulung di Sabuga keinginan untuk mendapatkan modal dan pembinaan dari pemerintah. Hal tersebut sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Oloan Simanjuntak dan Elvis F.Purba yang termuat dalamjurnal visi Volume II tahun 2003 bahwa sebagian besar pemulung berharap untuk bisa mendapatkan pembinaan dan bantuan berupa subsidi dan kredit dari pemerintah. Pusat Studi Lingkungan Hidup ITB Bandung bekeljaama dengan Institut Sosial Belanda telah melakukan kajian tentang pemulung pada tahun I980-I982. Mereka telah mencoba mengorganisir keberadaan pemulung dalam suatu organisasi berbentuk koperasi bernama Yayasan Sekarwati yang sudah berbadan hukum. Dengan demikian para pemulung dapat meningkatkan potensi yang mereka miliki, bahkan dari anggotanya sudah memiliki peningkatan status yang semula pemulung menjadi bandar. Bila kita lihat memang aktifitas daur ulang sampah anorganik lebih banyak dilakukan oleh sektor informal. Sektor informal ini dalam melakukan aktivitasnya cenderung melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri dan bersifat sporadis tanpa adanya intervensi dari sektor formal. Sektor informal pada umumnya tidak tersentuh oleh kekuatan hukum atau legalitas atau peraturan yang berlaku pada pengelolaan sampah kota, terbukti sampai dengan saat ini belum ada produk
95
hukum yang melegalitaskan tentang keberadaan aktivitas daur ulang yang dilakukan oleh sektor infonnal. Bila kita kaitkan dengan pengelolaan sampah terpadu maka sudah saatnya sektor infonnal dapat diintegrasikan sebagai bagian dari pengelolaan sampah kota seperti yang dilakukan oleh Negara New Zeland yang dalam pengelolaan sampahnya dengan mengintegrasikan pemulung bahkan diberi keleluasaan dalam melakukan pemulungan ( Satori, 2003). Dari basil penelitian yang dilakukan oleh Satori tahun 2003 mengenai bentuk usaha daur ulang berupa koperasi yang disebut dengan Industri Kecil Daur U1ang (IKDU) dalam mewujudkan sistem pengelolaan sampah perkotaan sacara terpadu, di mana dalam rancangannya telah melibatkan sektor infonnal tennasuk didalamnya pemulung yang terintegrasi sebagai bagian dari pengelolaan sampah anorganik. Dari analisis ekonomi bentuk rancangannya itu temyata dapat memberikan revenue yang tidak sedikit sehingga layak dijadikan alternatif dan peluang usaha masyarakat. Usaha daur ulang dan pengomposan pada dasamya merupakan usaha memanfaatkan kembali sampah melalui ekonososiotekno dan keterpaduan antara pembinaan manusia, sumberdaya dan lingk:ungan (Tribina) yaitu: (1) Pengelolaan sampah tidak hanya berorientasi pada kegiatan pengumpulan pengangkutan dan pemusnahan saja namun adanya usaha pemanfaatan kembali sampah sebagai sumberdaya yang bersifat ekonomi, (2) pengelolaan sampah diselenggarakan secara terpadu antar semua pelaku terkait seperti penghasil sampah, pemulung, industri pengomposan serta Pemda dengan berorientasi pemecahan secara menyeluruh dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis,(3) mengubah citra sampah dari beban lingkungan menjadi sumberdaya ekonomi (Djuwendah, dkk, 2000). Upaya pemanfaatan sampah seperti ini selain memberi peluang ekonomi juga menunjang kebijakan pembangunan yang berkelanjutan (Yakin, 1997).
96 BAB V KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan basil analisis yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : Pertama,
Praktek 3R sampah adalah suatu kegiatan yang mengandung
penambahan nilai sampah. Ketika sampah organik di recycle menjadi kompos atau sampah plastik dicacah dan dijadikan bijih pelet sebagai bahan baku produk baru seperti dakron, sesungguhnya ada proses penambahan nilai, yang sangat kuat terlihat adalah nilai ekonomis dari sampah.
Agar praktek 3R sampah Iebih
berjalan maksimal sesungguhnya terletak pada bagaimana keberhasilan berbagai pihak yang terlibat dalam menciptakan nilai yang baru atas sampah, keberhasilan dalam menginovasi sampah. Proses tersebut sangat erat kaitannya dengan konsep inovasi.
Oleh karenanya penting diterapkan konsep ·inovasi pada praktek 3R
sampah melalui interaksi antar elemen.
Kedua, Interaksi yang terjadi antar elemen dapat terjalin melalui proses tranlasi dan negosiasi dengan menyamakan persepsi yang sama tentang nilai tambah pada sampah. Melalui interaksi tersebut terjadi pertukaran sumber-sumber daya seperti pengetahuan. Proses tersebut terjadi secara eksplisit melalui komunikasi pada pihak-pihak yang terlibat sehingga terjadi akumulasi dan penyebaran
ilmu
pengetahuan ataupun teknologi yang dapat mendorong proses inovasi. Hal itu terjadi pada PT. Pindad yang melakukan relasi dengan BPPT sehingga dapat mengembangkan
teknologi
pengomposan.
CV.
Fajat
yang
mampu
mengembangkan produksi tong sampah dari material sampah plastik dengan membentuk relasi dengan PD. Kebersihan demikian juga yang tetjadi pada interaksi sektor informal.
Disamping pengetahuan, melalui interaksi tersebut
terjadi pertuk:aran sumber-sumber ekonomi seperti adanya pemijaman laban, mesin pencacah dan uang.
Ketiga, Pengelolaan sampah padat kota (solid waste managemant/SWM), usaha daur ulang dan pengomposan baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui
97
instansi terkait, para pemulung dan pelaku Iainnya seperti industri dan perguruan tinggi atau Iembaga riset sesungguhnya mempunyai titik singgung dan tidak dapat dipisahkan satu dengan Iainnya. Namun selama ini kegiatan yang dilakukan oleb para aktor-aktor tersebut terkesan betjalan secara sendiri-sendiri. Kegiatan para pemulung dan usaha pengomposan sampah belum terintegrasi dalam sistem penanganan sampah secara menyeluruh.
Oleh karena itu guna meningkatkan
peranserta masyarakat dan efisiensi penanganan sampah perlu memaduk:an semua pelaku dalam praktek 3R sampah untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan.
Keempat, Dari basil penelitian didapat babwa interaksi-interaksi yang berkembang masih berbentuk pola bilateral (double helix) yakni baru antara pemerintabindustri, industri-perguruan tinggillembaga penelitian dan pemerintab- perguruan tinggillembaga penelitian di mana dalam pola relasi tersebut dalam konteks praktek 3R sampah antara industri dengan Iembaga penelitian baru sebatas riset pesanan dan komoditas dan bukan riset dasar, relasi yang tetjadi antara lembaga penelitian dengan pemerintab banya sebatas kegiatan keproyekan di mana fungsi
dan peranan daripada lembaga penelitian hanya sebatas "konsultan '" sedangkan relasi antara industri dan pemerintah baru sebatas perijinan dan surat-surat rekomendasi administrasi semata. Dari basil penelitian terungkap dikarenakan kurangnya sharing informasi dan pertukaran pengetahuan di antara ketiga institusi untuk dapat menyamakan tujuan yang diinginkan sehingga menimbulkan 'gap' di antara ketiganya, seperti adanya persepsi dari industri bahwa riset pada perguruan
tinggi atau lembaga penelitian sangat high tech dan penuh ketidakpastian dalam pemenuhan profit sehingga mereka lebib senang memakai teknologi impor atau beli dari supplier sedangkan dari perguruan tinggi atau lembaga penelitian adanya persepsi babwa industri hanya mau tabu basil penemuannya saja tanpa mau tabu bahwa untuk dapat menghasilkan penemuan perlu riset dan butub dana sedangkan dari pihak pemerintah belum mendukung sepenuhnya kondisi-kondisi reseacrh
minded seperti adanya regulasi berupa insentif atau dukungan dana penelitian yang kontribusinya cukup signifikan. Selain itu adanya hambatan kultural dan
98 birokrasi juga menjadi sumber permasalahan terjadinya interaksi ketiga elemen terkait.
Kelima, Bila kita lihat relasi yang dibangun antara PT. Pindad dengan para pemulung sekitar terlihat adanya pengakuan atas keberadaan atau eksistensi pemulung dengan memberikan legalitas berbentuk surat ijin dan membentuk organisasi di antara mereka meskipun organisasi yang terbentuk masih sangat sederhana dan sangat tradisional namun telah 'memperkaya' para pemulung dengan berbagai transfer pengetahuan dan informasi. Dalam kedua relasi yang terbangun yakni antara PT. Pindad dan PT. Biofarma terdapat perbedaan walaupun secara sekilas keduanya telah melakukan program community
development di mana hila kita lihat PT. Pindad mempunyai hubungan yang sangat intens karena benar-benar terlibat dalam proses peningkatan kesejahteraan para pemulung yang ada di sekitar lokasi pabrik sedangkan pada PT. Biofarma relasi yang terbangun hanya sebatas hubungan jual-beli dengan bandar, bandar dapat barang dan PT. Biofarma 'terbebas' dari masalah sampah anorganiknya.
Keenam Bila kita lihat relasi yang terjadi pada PT. Pindad dengan pemulung yang membawa proses inovasi dalam praktek 3R sampah dapat d.ikatakan belum adanya institusi atau kelembagaan yang jelas. Ketidakjelasan dalam aspek insitusi ini dapat menjadi ancaman bagi keberlanjutan proses inovasi dalam praktek 3R sampah tersebut. Demikian pula pada interaksi pada PT. Biofarma. Hal yang sama juga berlaku pada interaksi sektor informal di mana interaksi yang terjadi hanya berlandaskan pada asas kepercayaan, tidak mempunyai payung hukum dan Iegalitas yang kuat sehingga sulit berkembang padahal sangat berpotensi dalam keberhasilan praktek 3R sampah.
Ketujuh, Upaya untuk memaksimalkan interaksi ketiga elemen pelaku inovasi yakni pemerintah, perguruan tinggi dan industri adalah dengan adanya pertemuan yang difasilitasi oleh pemerintah agar dapat terjadi komunikasi yang intens untuk mengetahui kebutuhan dari masing-masing pihak dan juga sharing informasi di antara ketiga pihak. Minimal penelitian yang dilakukan harus dapat menangkap kebutuhan-kebutuhan industri dan didukung oleh regulasi pemerintah.
Value
99 creation melalui adopsi dapat dicapai melalui pertukaran pengetahuan antar lembaga penelitian, universitas dan industri. Di sini pendekatan tinier sudah tidak tepat untuk digunakan, artinya aspek pasar harus dipertimbangkan pacta setiap tahapan. Forum pengembangan jejaring dalam penguatan lintas-sektor dan lembaga seperti seminar, perlu dikembangkan sehingga para pelaku inovasi ( industri,
lembaga penelitian,
universitas, dan pemerintah) dapat saling
melengkapi dan bersinergi.
Kedelapan, Pola relasi yang terjalin pada saat ini masih bersifat bilateral (double helix) maka perlu upaya-upaya untuk mendorong kearah trilateral melalui kesinergisan kebijakan di bidang industri, iptek dan pendidikan. Meskipun harus diakui bahwa implementasi kesinergisan ini banyak kendala yang harus dihadapi mengingat masih ada aspek ego sektoral. Salah satu upaya untuk meminimisasi kendala tersebut adalah dengan melakukan proses sinergi mulai pacta tahapan proses identifikasi masalah, sehingga rumusan kebijakan akan menggambarkan kepentingan holistik setiap pihak yang tekait. Untuk itu pelibatan tiga pihak di bidang iptek, pendidikan dan industri dalam proses evaluasi dan identifikasi masalah perlu dilakukan.
Kesembilan, Agar peran pemulung lebih optimal dalam pengelolaan sampah maka perlu adanya kebijakan yang memberikan insentif bagi pemulung. Pemberdayaan pemulung perlu dilakukan sehingga peran pemulung lebih berkembang dan menambah pengalokasian ruang bagi kegiatan pemulung sehingga kegiatan pemulung menjadi lebih diakui dan dijamin oleh hukum. Dengan perannya yang sangat strategis dalam mengurangi jurnlah sampah, pemberdayaan pemulung menjadi suatu hal yang penting yang perlu dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta seperti yang telah dilakukan oleh PT. Pindad. Eksistensi mereka perlu mendapat legalitas misalnya dengan menjadikan mereka mitra dan masuk dalam organisasi pengelolaan sampah.
Kemudahan memperoleh akses
baik ekonomi, pelayanan kesehatan, informasi dan pendidikan perlu menjadi agenda dalam pengentasan kaum marjinal seperti mereka.
100
5.2. Saran Kesatu., Perlu dilakukan kajian aspek-aspek lain (aspek sosial, aspek ekonomi dan Iainnya). Dalam aspek sosial yaitu menggali lebih rinci bagaimana perubahan paradigma dan prilaku masyarakat akan sangat mempengaruhi bagi keberhasilan pelaksanaan program recycle sampah. Bagaimana teknologi pengolahan recycle sampah dapat diadopsi dan diterima oleh masyarakat sehingga diperoleh format sosialisasi yang tepat untuk diterapkan. Selain itu juga untuk diperoleh format untuk mempermudah transfer dan adopsi teknologi pada masyarakat setempat.
Kedua, Perlu dilakukan kajian aspek ekonomi yakni pemanfaatan tool-tools ekonomi dalam pengelolaan sampah.
Di Indonesia seringkali pemikiranya
terbalik-balik. Misalnya: pengusaha kompos malah dicharge untuk biaya membeli sampah. Padahal upaya dia dalam mereduksi sampah kota seharusnya dihargai oleh pemerintah (ada pengalihan biaya transport dan TPA untuk "jasa pengolahan sampah"), bukannya malah dibebani biaya. Selain perlunya penggalian potensi tersebut dapat dilakukan dengan mengacu pada pemahaman 'kluster industri' sehingga dapat terpetakan industri-industri pendukung dalam daur ulang sampah.
Ketiga, perubahan lrultur masyarakat dalam budaya membuang sampah perlu diubah. Perubahan tersebut perlu didukung adanya perubahan dalam memandang bahwa sampah masih memiliki nilai manfaat Selain itu yang terpenting adalah bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengurangi jumlah sampah.
101
DAFfAR PUSTAKA
A. Buku I. Azwar, Azrul. (1990), Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Yayasan Mutiara. Jakarta.
2. Djuli, Murtadho, dan Sa'id E. Gumbira. (1988), Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat, PT Melton Putra, Jakarta. 3. Djuwendah, Endah dkk. (2000), Ana/isis Keragaan Ekonomi dan
Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan, Kasus di Kotamadya Bandung, Jawa Barat, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian UNPAD, Bandung. 4. Etzkowitz, H. (2005), Trippelhelix-den nya innovations model/en. Stockholm: SNS Press.
5. Etzk:owitz, H, Dzisahi, James. (2005), The Renewal of the African University: Towards a "Triple Helix" Development Model. 6. Etzk:owitz, Henry. (2005), The Triple Helix of University - Industry Government Implications for Policy and Evaluation, Science Policy Institute. 7. Freeman, Christoper. (1990), The Policy Economics ofInnovation, Edwars Elgar Publishing Company. 8. Hans de Bruijn. (2004 ), Creating system innovation, Taylor& Francis pic, London UK 9.
Latour, B. (1999), Pandora's Hope :Essays on The Reality of Science Studies. Harvard University Press; London, England.
10. Law, J. (1999), Actor Network Theory and After. Blackwell Publishers, London. 11. Latour, Bruno. (1992), Science in Action: How to follow scientis and engineers rough society, Harvard University Press. Cambridge Massachusetts. 12. Muhadjir. (2000), Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 294.
102
13. New Man, Brian. (1999), The Knowledge Management Theory Papers, West Richland Technology Studies University ofWollongong, Australia
I4. Otto Soemarwoto. (200 I), Atur diri sendiri : paradigma baru penge/olaan lingknga hidup, Gajah mada Universuty Press, I 07 15. PD Kebersihan Kotamadya Bandung. (1998), Laporan pe/aksanaan Pengelolaan Sampah di Kola Bandung, Bandung. 16. PD Kebersihan Kotamadya Bandung. (2000), Kondisi pengelolaan kebersihan kola Bandung tahun 2000, PD. Kebersihan, Laporan 17. PD Kebersihan Kotamadya Bandung. (2006), Kondisi pengelolaan kebersihan kola Bandung tahun 2006, PD. Kebersihan, Laporan 18. Rosjidi, Firman, (2002). Kajian Sistem Jnovasi di Industri Kecil Tas dan
Koper di Desa Kludan dan Kadensari Kecamatan Tunggulangin Kabupaten Sidoarjo, Tesis, Bandung,: Pascasarjana Studi Pembangunan, ITB. 19. Sasmodjo, Saswinadi. (1995), Science, Teknologi, Masyarakat dan Pembangunan, Bahan Kuliah Program studi Pembangunan ITB 20. Satori, Mohammad. Rancangan Sistem Jndustri Keci/ Daur Ulang (JKDU)
Dalam Mewujudkan Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Secara Terpadu, Tesis, Magister Studi Pembangunan ITB, 2003 21. Samiran. Perspektif Tentang IPTEK Berimplikasi pada penyusunan indikator IPTEK, Tesis, Magister Studi Pembangunan ITB, 2004 22. Wati, Bainah. Ana/isis Teknologi, Ekonomi, dan Sosial Industri Daur Ulang Sampah di Kota Bandung, Tugas Akhir, Departemen Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri ITB, 2002 23. Widyahartono, Bob MA. Telaah - SDM Dalam Masyarakat Berbasis Pengetahuan, Antara news, 26 Februari 2007 24. Yakin, Addinul. (1997), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Penerbit Akademika Prestindo, Jakarta.
25 . .................. , Agenda 2I Indonesia : Strategi Nasiona/ Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara LH, 1998
103
B. Jurnal dan Makalah 26. Anwar, Affendi. (1997), Analisa Ekonomi Biaya Transaksi, Makalah pada ProgramPasca Sarjana PS Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Pedesaan. 27. Djuwendah, Endah. (2005),Keragaan Sosial Ekonomi Usaha Daur Ulang dan Pengomposan Sampah di Kotamadya Bandung, Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November 2005, 248 -263 IPB, Bogor 28. Etzkowitz, H, Dzisahi, James. (2007), " The triple helix of innovation: Towards a University-Led Development Strategy for Africa, " ATDF Journal, Volume 4, Issue 2. 29. Hatjanto, Sri. Dari SIN ke ABG: Catalan Kebijakan Iptek Nasional Venture Business Laboratory, Akita University, Japan, Jumal INOVASI Vol.21XVI/November 2004 30. Jurnal UI 5 Oktober 2006 hasil down Load tanggal3 Mei 2007 Internet© 2006 Universitas Indonesia, all right reserved 31. Pustaka Iptek. Jurnal saint dan tekhnologi BPPT 32. Sadoko, Isono. (1993), Usaha daur ulang dan produksi Kompos. Centre for Policy and Jmp/ementatio Studies (CPIS), Makalah seminar Nasional Peningkatan Usaha Daur Ulang dan Pembinaan Pemulung di Indonesia, Jakarta 33. Simanjuntak, Oloan, dan Purba, Elvis. (2003), Pemulung Pekerja Sektor
Informal di Kola Medan : Alasan Memilih Memulung, Pendapatan, Tanggapan dan Harapan, Jumal Visi, Volume 11,90-105 34. Yuliar, Sonny. (2007), Peran Perguruan Tinggi dalam Masyarakat Berbasis Pengetahuan: lsyu Demokrasi dan Tantangan Kebijakan, Makalah. 35. Anto Tri Sugiharto Ph.D, termuat dalam Pikiran rakyat, Kamis, 17 Maret 2005
C. Website 36. Sandri Justiana, S.Si dan Budiyanti Dwi Hardanie, S.Si http://www.acswebapplications.acs.orgl down load pada tanggal21-62007
104
37. Jana Anggadiredja, Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Untuk Atasi sumber: 10-7-2006 .Lokakarya, Sampah Permasalahan www.bipnewsroom.info down load tanggal22-6-2007 38. Calion, M. (2003) "Actor-Network Theory - the Market Test." http:// down www.comp.lancs.ac.uk!sociology/papers/Callon-Market-Test.pdf load tanggal 15-6-2007 39. Law, John. 1992. Notes on The Actor Network : Ordering, Strategy dan Heterogenity. Center for science Studies, Lancaster University. Lancaster ( http://www.comp.lancs.ac.uk/sociology/papaersllaw.notes.pdf).
40. http://id.wikipedia.org/wiki/Daur ulang, down load tanggal 7-7-2007
41. http://www. beritaiptek.cornlzberita-beritaiptek-2006-03-22-Semen-dariSampah.shtml down load tanggal24-8-2007 42. Berita Bumi, Sabtu, 6 Oktober 2007 download tanggal 6 Oktober 2007 43. Degradasi Lingkungan.htm (http://www.google/ down load tanggall5 September 2007) 44. http://www. walhi.or.id/ download tanggal 6 Oktober 2007
LAMP IRAN
105
LAMPIRAN A: BASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara dilakukan pada tgll5 Juni 2007 dengan pemulung Bapak dan lbu A di Jl. Pahlawan Notasi : P ( Pewancara ), I ( Ibu A ), B ( Bapak A ) P: Sudah lama bu usaha ini? I: Wah sudah lama sekali sejak anak masih SD sampai sekarang anak sudah menikah P: Ibu dapat barang-barangnya dari mana saja bu? I: Engga tabu tub ibu, yang tabu mah bapak, katanya ini orangnya baru yang jual ini ke bapak, kalau biasanya mah kantor perkebunan, kalau bapak mah engga jauh-jauh nyari-nyarinya, kelilingnya, dapat engga dapat mah ke sana saja P: Berarti dari cleaning service kantor-kantor sepanjangjalan Suci ini ya bu 1: lya, kalau orang-orang mah kebanyakannya dapat belinya dari rumah-rumah tapi kalau bapak mah dari kantor-kantor P: Oh jadi kalau bapak dari kantor-kantor sepanjang jalan suci ini, banyak engga bu dapatnya? Sehari bisa berapa kg? I: Yah kadang-kadang dapat, kadang-kadang engga, kadang-kadang seharian engga dapat pisan gitu, sama sekali P: Oh jadi pemah seharian engga dapat sama sekali I: Bukan pemah tapi sering P: Oh jadi jarang dapat banyak kaya gini I: Jarang P: Seminggu, berapa kali dapat yang banyaknya? 1: Kadang seminggu full dapat, kadang seminggu cuman 2-3 kali dapatnya P: Mungkin karena dicleaning servicenya distok dulu dikumpulin ya bu baru jual kebapak I: Oh iya tapi kadang-kadang sekarang nyapu besok pagi sudah dijual ke bapak P: Berapa kantor Bu? 1: Ibu mah engga tahu yang tabu bapak P: bapaknya lagi ke mana Bu I: lagi sholat Jumatan P: barangnya macam-macam ya bu., ini bekas lampu neon? Terns Ibu jual ke lapak dekat-dekat sini? I:Kadang apa saja, ada kertas, plastik, koran, apa saja yang dapat seperti kemaren koran dapat 50 kg P: Berarti yang aktif cleaning servicenya ya bu., ibu mah khusus dari kantor-kantor langsung di jual ke bapak, ini bekas tempat oli ya bu dari bengekl mana? I: Engga tahu tuh bapak dari bengkel mana,kan bapak mah suka keliling kalau lagi jalan suka ada yang manggil jual barang-barang bekas P: Bapak bawa gerobak? Gerobaknya modal sendiri? I: Oh kalau modal uang dan gerobak mah dari lapak: sana, kalau modal sendiri mah bebas jual ke mana saja gitu, karena dari lapak berarti ibu harus jual ke lapak yang ngasih modal P: Selalu jual ke lapak yang ngasih modal gitu bu., engga pemah coba ke tempat lain?
106
1: Selalu, enggal~ .kan kalau gitu modalnya dari lapak kalaujual ke yang lain kan eengga enak gitu P: Kalau harganya lebih tinggi di tempat lain bu? 1: Yah kalau soal harga mah engga beda jauh sama saja P: Tapi untungnya ibu jual ke lapak itu dapat modal dan gerobak ya bu, terns gerobaknya nanti buat ibu? 1: Engga, kan kalau bapak engga nyoba nyari ini lagi gerobaknya dikembaliin, mangkanya pengennya punya modal dan gerobak sendiri, kan ngejualnya bebas, misalkan ke orang lain beda Rp. I 00 juga lumayan gitu P: Kenapa mau usaha ini bu? I: Yah namanya orang usaha, cari kelja susah, daripada nganggur, anak istri perlu ma.kan, sekolah daripada cari yang engga halal mending usaha kaya gini P: Berapa sehari dapatnya bu? 1: Yah engga tentu P: Rata-rata sehari berapa? 1: Kadang-kadang Rp. 20,000 sampai Rp. 25,000 P: Memang dari awal dapat barangnya dari .kantor-.kantor? 1: Yah awalnya bapak keliling dari rumah ke rumah mungkin karena bapak sudah lama keliling tiap hari lewat kantor-kantor jadi sering lihat bapak, kenai terns jadi langganan dari .kantor-.kantor P: Laengganan Lapak ibu namanya siapa? I:Bapak Andi, sama-sama dari kampung, satu desa orang Ciamis jadi sudah lama merantahunya di Bandung P: Lapak bapak Andi ini jual barangnya kemana ya bu? Ke pabrik? 1: Wah kurang tabu tub mungkin ke Badar yang lebih besar Iagi Lanjut dengan wawancara dengan Bapak A P: Bapak dapat barang dari cleaning service kantor-kantor ya pak? Bapak beli berapa? B: Macam-macam, kalau kertas yang putih bisa Rp. 1000/kg, koran Rp. 800/kg P: Jual berapa Pak? B:Kalau koran paling untungnya Cuma Rp. 200 -300/kg, kaya gini sekarung kertas gini paling 10 kg, yah maklumlah bapak engga bisa usaha lain jadi sedikitsedikit juga di cari P: Dari kantor-kantor mana saja Pak? B:Kantor perkebunan, pengadilan, pertanian, BKN kadang-kadang dari gedung sate, seperti ini Iampu-Iampu dari .kantor BKN karena semua lampunya diganti P: Pak kalau mau menghubungi cleaning service bisa engga ya Pak? B: Yah soalnya kadang-kadang cleaning service juga yang sudah dibuang ke tempat sampah dipilihin juga dan dikumpulin sedikit-sedkit, kan cleaning service dari kantor biologi sampai BKN dari Jl Diponegoro sampai Untung Surapati ada sekitar 50 orangnya jual ke bapak
107
Basil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal 15 Juni 2007 dengan Bandar Pak Andi di JI. P Ahlawan Notasi : P ( Pewancara ), A ( Bapak Andi ) P: Ini barangnya di jual kemana Pak? A: Ah Jual ke sini saja P: Ke Bandar lagi atahu ke Pabrik? A: ke bandar-bandar dekat-dekat sini saja P: Oh bukan ke pabrik ya pak.kenapa gitu Pak? A: Ah kalau ke pabrik banyak potongannya, kadang-kadang kalau kita kirim arsip 1 ton engga kepakai, kita kirim satu truk bangsa yang arsip banyak ditolak yah kadang-kadang kalau pabrik engga ada toleransi misalkan saya kirim koran pasti ada potongannya sekian persen P: Potongannya karena apa pak? A: Yah namanya orang ada yang jujur ada yang engga, namanya koran ada yang basah, ada yang kering ,dan kotor P: Sarna bapak engga dipilah-pilah, dipisah-pisah? A: yah dipilah-pilah lagi untuk yang ke pabrik, untuk yang ke bandar tapi kan tetep saja ada yang terlewat P: Bukannya lebih mahal jual ke pabrik pak daripada ke bandar lagi? A: yah memang lebih mahal tapi resikonya juga lebih besar lagi, mulai dari kirim sampai tenaga kerja, sampai waktu juga banyak makan waktu, kalau kita kan modalnya kecil daripada pusing-pusing jadi jualnya ke yang deket-deket saja daripada kita rugi P: Bapak biasanya jual ke bandar mana saja Pak? A: Di By Pass ada P: Berapa jumlahnya tiap minggu? A: Sekarang mah agak susah dapat barangnya, karena banyak saingan di segala bidang hampir 80% persen menurunya biasanya dapet sebulan 5 ton sekarang sudah 3 minggu baru segini sekitar 2 ton, sekarang anak-anak yang kerja juga jam 11 sudah engga ada ketjaan lagi biasanya juga sampai sore P: Jumlah peketja berapa pak? A: ada 5 orang P: mereka dibayar harian ya pak A: Iya ngikutin pasar sajalah P: Ini apa pak? A: Plastik P: mau dijual ya pak A: iya ke pabrik, ini bekas baki yang sudah di oven dihilangkan bakterinya oleh pabrik P: Bapak dapat darimana? A: Pabrik, PT. Biofarma, Pasteur, Ah ini mah sudah langganan tahunan, ada surat perjanjiannya seperti ini P: A walnya bapak kenai dengan orang pabriknya?
108
A: Yah. katakanlah pabrik punya barang limbah sampahlah ditawarin ke kita., kita proses ke pabrik plastik yah okelah temyata barang ini bisa didaurulang P: Oleh PT. Biofarma dikirm? Atahu bapak ambil? A: Dikirim dari pabriknya P: atau bapak binaan dari PT. Biofarmanya? A: Oh bukan P: Di jual kemana Pak? A: Pabrik bijih plastik di Rancaengkek P: Dikirimnya rutin pak? A: Yah tiap minggu, biasanya hari jumat P: Berapa jumlahnya tiap minggu? A: 3 kwintal P: Langsung di kirm ke pabrik bijih plastik? A: Yah distok dulu sampai I ton baru kirim P: Namanya PT apa pak? A: Wah engga tahu tuh namanya cuman di daerah Rancaengkek P: Nomomya yang bisa dihubungi pak? A: Buat apa sib? P: Kita mau telusuri alur sampahnya ya, pak ini surat dari ITB, kita perlu jaringannnya untuk alur sampahnya P: Setahu bapak pabrik pengolahan bijih plastik di Bandung ada berapa pak? A: Oh banyak, di daerah Pasteur
Basil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal 25 Juni 2007 dengan Kepala Unit Litbang PD. Kebenihan Bapak Daryoto Notasi: P ( Pewancara ), D ( Bapak Daryoto) P: Sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh Litbang PD. Kebersihan selama ini? Misi dan visinya? D: Misinya kita mencoba membantu di dalam merumuskan kebijakan perusahaan kemudian juga menyiapkan dalam bentuk rencana pemsabaan P: lebih kepada masalah internal perusahaan ya Pak? D: Ya memang internal tetapi juga kepada hal-hal yang menyangkut terkait tentang sampah dan kebijakan-kebijakan eksternal perusahaan juga tetapi memang intinya lebih kepada kepentingan internal perusahaan P: Supaya peru.~baan lebih maju ya pak, nab terkait dengan permasalahan sampah sendiri ya pak apa saja yang dilakukan oleh Litbang PD. Kebersihan? D: Masalah sampah kita sudah melakukan beberapa penelitian dan kajian baik sendiri maupun bekerjasama dengan lembaga lain yang memang punya tugas di dalam mengembangkan sistem persampahan jadi kalau secara internal kita memang terkendala dengan masalah pembiayaanlanggaran, ya kita sebagai perusahaan daerah yang memang belum bisa untung sehingga hal-hal alokasi budget untuk penelitian masih sangat kecil P: Kira-kira berapa persentase anggran untuk penelitian, berapa % dari total seluruh anggaran PD. Kebersihan?
109
D: Ya tidak bisa dipresentasikan sib ya.. P: Perusahaan ini kan sudah beijalan hampir 10 tahun ya pak, anggaran untuk penelitian apakah mengalami kenaikan atahu penurunan? D: Kita belum terstruktur seperti itu ya karena konsentrasi kita bagaimana menjalankan kegiatan-kegiatan yang di samping tidak bisa dialokasikan dana kita juga melakukan aktivitas-aktivitas yang bisa dibiayai anggaran rutin P:Kegiatan rutin seperti apa pak? D: Ya kita melakukan kajian-kajian misalkan tentang efektifitas dan effisiensi perusahaan terhadap pelaksanaan tugas termasuk juga tentang persampahan tetapi memang Iebih banyak bekeijasama dengan Iembaga lain yang punya komitmen tentang mengelola sampah P: Biasanya bekeijasama dalam bentuk seperti apa Pak? D: Melakukan penelitian tentang sampah misalkan dengan ITB (dengan Pusat Penelitian Tekhnologi), PPLH, dengan UNPAD ( PSDAL ) P: Dalam hal bekerjasama dengan mereka apakah bapak seperti yang mengajukan proposal atahu proyek? D; Oh tidak biasanya mereka mempunyai rencana kegiatan tentang penelitian persampahan dan karena menyangkut dengan sampah maka kita diundang kita untuk disajak terlibat P: Oh jadi inisiatomya dari mereka ya Pak D: Ya karena mereka yang punya budget anggaran mereka mengundang kita apa yang bisa kita Iakukan tentang persampahan jadi yang punya inisiatif tentang aenggaralpembiayaan adalah mereka tetapi yang menyangkut ha-hal apa yang harus dilakukan menyangkut teknis kita yang bergerak sebagai anggota Tim P: Jadi kendala terbesar selama ini adalah menyangkut anggaran ya Pak, kendala lain Pak? D: Ya memang di samping anggaran, secara internal kita juga harus menyadari bahwa SDM kita juga sangat terbatas dan belum terlatih untuk melakukan risetriset seperti itu di samping juga belum ada mekanisme peningkatan kualitas, berbeda dengan lembaga penelitian lain yang sudah punya indikator kinerja yang jelas sehingga punya poin-poin dari basil riset yang sudah dilakukan sehingga semakin banyak poin maka kemampuannya semakin meningkat P: Tugas rutin divisi ini seperti apa Pak? D: Melakukan kajian seperti seberapa besar produktifitas angkutan nantinya dari evaluasi kita memberikan rekomendasi untuk perbaikannya, mekanisme dan kegiatan-kegiatan yang bersifat insidentil tetapi yang jelas kita memang belum mampu mengalokasikan program kerja yang komprehensif karena kita lebih banyak disibukan oleh kegiatan-kegiatan rutin jadi program-program yang ada hanya program yang rutin belum bisa membuat program kerja yang mampu mengakselarasi semua keinginan dan harapan P: Apakah kerjasama dengan pihak lain rutin dilakukan? D: Oh, tidak karena di samping dengan ITB dan UNPAD kita juga bekerja sama dengan Litbang Kota Bandung karena seperti yang sudah disebutkan tadi kita mengalami kesulitan dan keterbatasan anggaran nab biasanya kita berikan kegiatan kajian kepada mereka sehingga dapat teralokasikan di kegiatan dan anggaran mereka untuk kita kerjakan bersama-sama, yah semacam lobi-lobi dan negosiasildiaolog informal yang kita lakukan dengan mereka tetapi tidak secara tertulis karena justru kita sangat menyadari keterbatasan aenggaraan kita dan kita
110
pikir bahwa permasalahan sampah bukan hanya urusan PD. Kebersihan saj~ tetapi pemeritah kota dalam hal ini Litbang Kota Bandung juga mempunyai tanggung jawab untuk mengelola maka kita mengusulkan untuk dialokasikan dana penelitianlkajian tentang persampahan P: Ketjasama dengan Litbang dalam bentuk apa? D: Melakukan kajian tentang pegelolaan sampah terpadu skala kawasan, bagaimana sampah sudah mulai diolah di TPS sehingga dengan demikian kita berharap titik point start sebagai perubahan sistem akan ada persyaratan sampah yang masuk ke TPS dan mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA P: Ada semacam pilot project ya Pak? D: Ya di TPS Tegalega tetapi belum bisa running dan TPS Ciroyom di sana sudah mulai ada pemisahan, pemilahan dan pencacahan sampah organik sedangkan proses pengomposannya oleh yayasan Bitari di Ex TPA Pasir Impun P: Ketjasama dengan Yayasan Bitari seperti apa Pak? D: PD. Kebersihan menyediakan lahan dan bahan baku sedangkan yayasan Bitari yang mengolah menjadi kompos dan dijual, sebenamya bagi PD. Kebersihan sendiri dengan adanya ketjasama ini diuntungkan karena mengurangi biaya pengelolaan sampah yang seharusnya masuk ke TPA karena kan sampah yang ke TPA berkurang padahal kalau tidak diolah membutuhkan biaya pengangkutan dan penimbunan sedangkan hila sudah diolah mengurangi biaya operasional. P: Tidak ada bagi hasil Pak? D: Ya sebenamya itu juga diatur dalam peijanjian tetapi selama ini kan mereka Belum dapat menghasilkan keuntungan P: kenapa ya Pak? D: Ya karena biaya produksinya masih lebih mahal daripada harga jualnya sehingga ada permasalahan sendiri dalam pemasaran kompos P: Ketjasama dengan Lltbang Kota Bandung tahun berapa Pak? D: Tahun 2006-2007 P: Pilot projectnya sudah betjalan Pak? D: Oh kalau yang di TPS Tegalega belum beijalan walaupun mesin pencacah sudah ada tetapi karena di sana tempatnya terbuka belum ada tempat naunganny~ baru akan dibangun, sedangkan kalau di TPS Ciroyom sudah betjalan P: Kalau yang di TPS Ciroyom keijasama dengan LP UNPAD ya Pak? D: Oh itu dulu pada saat program ini mulai direalisasikan oleh Kementerian LH karena LP UNPAD melakukan kegiatan pengomposan maka mereka juga disajak terlibat sehingga bahan baku sampah organik yang sudah dicacah dari TPS Ciroyom sempat di bawa ke Jatinangor untuk diolah jadi kompos oleh mereka tetapi sekarang semua dikirim ke di Ex TPA Pasir Impun untuk diolah jadi kompos oleh yayasan Bitari P: Bagimana menurut bapak tentang program 3R? D: Ya sebetulnya apa yang menjadi pemikiran untuk mengembangkan program 3R itu tadi dimulai dari skala kawasan misalnya di TPS yang nantinya akan membawa dampak adanya persyaratan masuknya sampah ke TPS sudah terpisah antara yang organik dan anorganik, dari masyarakat yang dikoordinir oleh tingkat RT, RW yang dapat mempengaruhi masayarakat untuk dapat menerima sistem yang berlaku seperti itu, itukan sebenamya skenario 3R yang disepakati oleh KLH mangkanya kemudian KLH memberikan bantuan peralatan seperti mesin pencacah
111
P: Tetapi bagimana implementasi dilapangan Pak? Apakah sudah ada RT/RW yang menerapkan hal seperti itu? D: Belum ada karena itukan merupakan suatu sistem perlu banyak stake holder yang harus terlibat disitu. Perlu ada perubahan sikap dan prilaku masyarakat dan yang paling penting bagaimana kepedulian mereka dengan permasalahan sampah.
Basil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal 13 Juli 2007 dengan H. Ujo CV. Fsajat (Rekanan PD. Kebersihan) Notasi : P ( Pewancara ), H ( Bapak H. Ujo ) P: Bagaimana bisa kerjasama dengan PD. Kebersihan H: Awalnya saya adalah rekanan PD. Kebersihan dalam pengadaan incinerator di TPA di Jelengkong tetapi karena adanya kasus TPA Leuwigsajah maka masyarakat sekitar TPA di Jelengkong menolak beroperasinya incinerator di TPA di Jelengkong kemudian oleh PD. Kebersihan saya ditawari ada mesin pencacah plastik untk mengelola barang bekas khususnya plastik untuk dibuat jadi bak sampah P: Sudah berapa lama kerjasama ini terjadi? H: Ya kurang lebih hampir 3 tahun P: Ada semacam MOUnya pak? Dalam bentuk apa kerjasamanya? H: Ya ada semacam perjanjian seperti itu di mana PD. Kebersihan memberikan fasilitas berupa mesin pencacah dan lahan kemudian ada bagi hasilnya juga P: Sumber bahan bakunya Pak? H: Ambit dari lapak-lapak. P:Berapa lapak Pak? H: Ya sebagian kita juga nyari sendiri bahan bakunya, kalau hari ini untuk kapasitas mesin kurang kita tambah, kan susah bu nyarinya engga sekaligus dapat P: Ada sampai 25 lapak Pak? H: Ya kurang Iebih 7- 10 Lapak dari daerah Dayeuhkolot kebanyakan P: Berapa mesin Pak? H: I unit itu juga dengan kapasitas I ton, awalnya kita coba-coba sampai mengalami kerugian selama 6 bulan P: Kenapa pak? H: Ya karena engga ngerti jadi kalau beli sampah plastik dari pemulung ada air, ada batu kita masukin ada ke mesin tapi sekarang rada lumayan P: kapasitas produksinya berapa Pak? H: kalau full ya 1 tonlhari paling susut 25-30% dari bahan bakunya P: A walnya kenapa Pak usaha daur ulang ini Pak? H: Ya kebetulan ada mesin pengolah plastik dari PD. Kebersihan kita coba sekitar setengah tahunan temyata cukup berhasil ya kita terusin P: produknya apa saja Pak? H: Bak sampah, roda sampah P: Untuk konsumen awalnya mendapatkan konsumen ini? H: A walnya menawarkan door to door di samping itu ada program 3R dari Pemkot untuk supplay bak sampah
112
P: Kerjasama untuk supplay pemkot saja Pak? H: Ya di samping kita memasarkan sendiri ke masyarakat, ke toko-toko, BUMN P: Berapajumlah pegawainya? H: Kalau di bagian produksi sekitar 10 orang sedangkan kalau di bagian pencacah ada sekitar 15 orang P: Jadi ini bahan baku dari bekas-bekas plastik jenis HPE? Prosesnya sendiri seperti apa Pak? H: Plastik bekas dicacah, dipelet dan untuk bak sampah harus menjadi serbuk P: Tetapi semua proses ada di tempat bapak? H: Untuk proses serbuk kita engga punya jadi habis dipelet dikirim ke Pabrik plastik untuk diubah jadi serbuk P: Dikirmnya kemana Pak? H: Ada yang ke Jakarta ada yang di Bandung jadi sistemnya barter saya kirim pelet mereka kirim serbuk kita olah jadi bak sampah soalnya sangat sulit untuk mengubah jadi serbuk costnya sebenamya sama dengan membuat bak sampah baru cuman bedanya kalau bukan dari sampah plastik menambah sampah baru sedangkan kalau dengan bahan baku sampah plastik kita ada juga upaya mengurangi sampah tetapi sebenarnya dari segi biaya hampir sama, jadi sebenamya usaha daur ulang ini costnya tinggi tapi kalau dilihat dari programnya bagus karena sampah jadi mengurang P: Bagimana kerjasama dengan Iapak bisa terns Pak? H: Sebenarnya untuk lapak kita bebas cuman karena sudah kenai dekat ya sudah daripada mereka ngirim ke tempat yang lain mending kirim ke kita atahu kita ambil karena pemulung itu semua larinya ke lapak-lapak nanti dengan lapak itu kerjasama dengan kita P: Ikatan lapak dengan Bapak supaya lapak ini terns kirim ke bapak? H: Saling percaya no. 1 kedua dari komunikasi yang baik antara kita P: Awalnya lapak itujual ke Bapak bagimana? H: Ya awalnya kita beli ngobrol cari informasi, jual kemana barang dijual harga ditrima berapa kadang-kadang diterima orang lain umpamanya Rp. 3000 di kita jual Rp. 2800 karena hubungan baik ah dikirim ke kita dari hubungan baik itulah P: Kalau dengan lapak apa mereka yang ngirim atahu bapak yang ambil barangnya? H: tergantung Bu Banyakan sih kita yang ambil, awalnya per telepon mereka kasih info ada barang lalu kita yang ambit gini Bu satu lapak tub sehari dia belum tentu bisa setengah ton paling hanya 200-300 kg jadi kita telusuri ini teh penyaringan dari 40-an lapak karena banyak lapak yang nakal, kan gelas aqua ada yang diisi air, jadi kita kan beli air Bu, tahu engga bu waktu awal-awal bisnis ini 3 bulan 100 juta abis Bu, beli 10 ton misalnya beli-beli saja engga pengalaman saya temyata begitu dijual engga imbang aduh cape Bu bisnis ini tapi sudah kadung seneng jadi ya terusin saja P: Kenapa Pak tetap tertarik dengan bisnis ini? H: Yah mungkin karena lama bergaul dengan PD. Kebersihan kali ya jadi pengen ngulik masalah sampah P: Bagaimana prospek bisnis recycle ini Pak? H: Ya msudah-msudahan berjalan dengan baik ya namanyajuga kita usaha P:Menurut bapak apa kendala yang dirasakan selama ini? Apakah kebijakan dan aturan pemerintah mendukung usaha ini?
113
H:Semua sebenarnya mendukung hanya keterbatasan dana ya mereka ada yang mampu beli ada yang engga P: Kalau masyarakat sendiri taenggapan terbadap produk Bapak? Barang-barang ini laku engga sib Pak? H:Kurang Bu, kan Pemkot sendiri memprogramkan supaya kan masyarakat ikut berpartisipasi untuk pejalan kaki ada dua bak sampahnya untuk memisahkan sampah anorganik dan organik, kebetulan saya bisa bikin dari awalnya nyobanyoba akhimya cukup berbasil, ini anti pecab lob Bu P: Ini ilmunya bapak dapat darimana Pak? Apa merekrut SDM dari lulusan teknik? H:Saya ngebayangin gini Bu dari wadah penampung air /watertroiun bisa dibikin nab dari situ saya bikin contob kebetulan saya punya temen bikin wadah penampungan air /watertroiun nab saya coba tiru P: Dari segi SDM bagaimana Pak? H:Sederhana, saya punya orang sederhana masih banyak yang dari SD, SMA tapi dari segi pengalaman mereka cukup berpengalaman P: Bagaimana pendapat bapak mengenai 3R? H: Kalau bisa dilaksanakan akan sangat bagus sekali di luar negeri kan sudab banyak yang melakukan, seperti jam dinding itu recyle P: Menurut Bapak kenapa program 3R kita mandeg ya Pak? H: Kita tuh sangat Lambat mungkin disini orang kan belum mengerti semua tentang daur ulang sampab, terus produk kita kan jarang dipakai tabunya produk luar negeri terus P: Nab Bapak tahunya darimana kalau bahan ini masih bisa didaurulang? H:Saya melihat semua produk Iuar negeri itu banyak yang daurulang kenapa sih kita engga bisa melakukan yang seperti itu, bahan ada segala ada terus yang sekolah sekarang sudah yang canggib-canggib cuman sekarang berani engga orang untuk memulainya, beresikokan tinggi Bu, rugi, itu yang jadi problem, semua bisnis itu hanya dua untung atahu rugi P: Mounya dengan PD. Kebersihan berapa lama? H: 5 tahun, jadi kita juga saling bantu untuk pemasaran oleh PD. Kebersihan produksi oleh saya nanti kalau ada keuntungan kita bagi-bagilab P: Lokasi produksi ada yang di Pasir Impun ada yang di Cicukang bagaimana Pak? H: Kalau di Pasir lmpun untuk mengolah bahan baku, jadi dari lapak-lapak dikirim ke Pasir Impun ada proses persortiran, pemisahan dan pencacahan, bahan yang dapat diproses untuk diolah menjadi bak sampah kemudian dikirim ke pabrik pelet dan serbuk ke PT. Bintang Tujuh n. Jendral Sudirman kemudian baru diolah ke pabrik saya, sedangkan bahan baku yang tidak dapat diolah dijual ke pabrik-pabrik untuk diubab jadi bijih plastik misal ke PK (Jhon Pieter }, Jbonny, Johan (Pabrik pelet) P: Gimana sih Pak proses pembuatan bak sampah ini? H: Ya, setelah jadi serbuk kita punya semacam mesin cetak pembuatan tienggal di cetak saja selama kurang lebih 30 menit jadi P: Bisa berwarna gimana Pak? H: Hasil dari basil pencacahan dijadikan pelet kemudian di bikin serbuk kaya tepung kemudian masuk ke mesin mixer untuk campur wama kemudian serbuk yang sudah bercampur warna secara sempuma baru kita masukin ke mesin cetak
114
P: Ada berapa mesin cetaknya Pak? H: Kita punya 4 mesin cetak P: Kalau mesin pencacah yang dari PD. Kebersihan yang mana Pak ? H: Yang ini cuman kapasitasnya keciljadi sementara kita engga pakai dulu karena nanggung P: Dulu PD. Kebersihan beli mesin ini? H: Engga, bantuan dari Dinas Tarkim Propinsi Jabar buatan Jerman P: Dalam sehari bisa produksi berapa bak sampah? H: Ya dilihat pasar Bu, sekarang kan kita gampang bikin tapi kalau engga ada yang beli numpuk kan tergantung ada pesanan atahu engga ya tapi maksimal kita bikin 30 bak sampahlhari P: Untuk menghasilkan 30 bak sampah kebutuhan bahan bakunya berapa Pak? H: I unit bak sampah butuh 12 kilo serbuk plastik P: Untuk prosesnya sendiri butuh berapa lama Pak? H: Kurang lebih 20-30 menit tergantung da.ri ukurannya P: Yang hi tam ini juga sama buatan Bapak? H: Ya tapi kalau ini prosesnya diinjek bukan dicetak, kan kalau ukurannya kecil mending diinkjetnya biar gampang mangkanya kita bikin ukurannya yang gedegede supaya produk inkjet engga bisa niru P: Bapak punya mesinnya, Pak? H: Engga, punya ternan wah kalau mesin diborong mah 5 Miliar juga keluar untuk modalnya, Iihat ya untuk proses dari cacah ke pelet saja ya Bu kita butuh mesin rsajanglcacah mah engga mahal paling Rp I 50 juta/unit dengan laban, mesin pelet seharga Rp. 750 juta/unit dan mesin serbuk Rp. 300 juta, mesin mixer Rp. 100 juta yah lumayanlah P: Untuk desain teknologi mesinnya bapak niru dari temen? H: Yah dari buku, internet, temen-temen kan banyak yang tabu teknik, yah kita lakukan riset begini lama waktunya, trial error yah sekarang kalau kita mau investasi mau coba satu mesin berikut dengan itu ini bisa sampai I M saya dengan 600 juta cukup, mesin 4 karena banyak mitra dengan pengusaha lain P: Bapak bermitra dengan perguruan tinggi atahu institusi lain Pak? H: Engga dengan pabrik langsung, wah kalau dengan lembaga lain lama Bu, contohnya saja saya pinjem roda dari PD. Kebersihan karena saya mau coba bikin roda kaya gitu 2 bulan belum selesai itu surat-surat administrasinya wah terlalu birokrasi berbelit-belitlah ya sudah beli saja P: Terns kenapa engga coba kerjasama dengan ITB atahu lembaga lain? H: Saya pernah nyoba-nyoba ke LIPI Bandung tapi belum nyambung karena mereka high tech semua, terus lama, biaya tinggi belum tentu mereka mau lagi karena apa ini mah tekhnologi ini lab tekhnologi kaya kalau kompor mah kompor minyak lah bukan kompos gas gitulah istilahnya P: Oh tadinya Bapak mau bikin da.ri basil riset mereka? H: Mereka belum riset tentang ini cuman tadinya saya mau programin kerjasama suruh mereka bikin penelitian ini, bikin itu tapi lama dan biaya tinggi H: Sekarang kita punya program kerjasama dengan PD. Kebersihan untuk mengadakan polybag di setiap bak sampah yang kita bikin jadi kan sekarang sudah ada dua bak sampah untuk sampah organik dan anorganik di dalamnya ada 2 pollybag sehingga ketika diangkut ke TPS sudah ada dua pollybag dengan wama yang berbeda di mana antara sampah yang organik dan anorganik , jadi
115
nyambung dengan program 3~ kalau sekarang kan di baknya si sampah sudah terpisah tapi karena tidak ada pollyag jadi di TPS sisampah bercampur lagi kan engga sinkron sama program 3R P: Pollybagnya terbuat dari bahail daurulang'l H: Iya plastik pollybagnya juga terbuat dari bahan daur ulang plastik tapi belumbelum sudah ada kendala kaya kemaren rapat kaya kepala dinas sudah bilang ''Pak ribet kalau pake pollybag" kata saya kenapa ribet, ''Iya kan biaya lagi jadi mahal", Iya kalau dihitung begitu emang mahal karena untuk nambah pake pollybag I unitnya Rp. 2000, kalau ada seribu unit sudah 2 juta, kalau diganti 2 hari sekali jadi 6 juta perhari kelihatannya bener tapikan kalau dengan cara seperti sekarang kan pemilahan di TPSnya engga ada kan jadi engga nyambung sama program 3Rny~ nah biaya pasti tinggi kalau pake pollybag tapikan bisa ada solusiny~ bisa secara komunal sehingga biaya yang ditanggung masyarakat tidak terlalu mahal, lagianjuga kan kalau pollybagjuga tertutup sehingga bersih P: Rencananya kapan Pak proyek ini akan dijalankan'l H: Yah rencananya mulai tahun 2007 tapi untuk menerapkannya masih cukup sulit, kaya gini yah tadinya kan bak sampah yang diinginkan kan yang model terguling katanya biar gam pang buangnya yah saya juga bisa bikin yang kaya gitu tapi kan cepet rusak mangkanya saya bikin yang model paten begini supaya engga gampang rusak dan aman lah P: Untuk warna cuma 2 ya Pak, biru dan orange? H: Engga juga seperti kaya di Kabupaten Bandung mereka minta 3 wama merah, biru dan kuning masing-masing untuk sampah organik, anorganik dan B3 Lanjut wawancara dengan pemilik CV. Fsajat Bapak Lily pada taenggal 19 Juli 2007 Lokasi ; Ex TPA Pasir Inpun P: Sudah berapa lama Pak usaha ini? L: Sudah satu tahun lebih P: Kenapa awalnya Bapak tertarik mengolah sampah plastik Pak? L: Yah awalnya mau nyoba-nyoba dulu kan kita asalnya dari pabrik tekstil terus kita ke karbon aktif sesudahnya kita kena musibah kita mau lihat bisa jadi apa sampah plastik ini P: Musibah apa Pak'l L: Yah kena banjirlah seluruh bangunan mulai dari mess, kantor, rumah, ditambah lagi dulu itu kan orang ribut-ribut soal sampah yah kita cobalah untuk mengurangi jumlah sampah dengan nyoba manfaatin sampah plastik yah sambil bantu pemerintahlah atasi sampah partisipasinya P: Bapak tahu darimana kalau sampah plastik ini masih bisa bennanfaat? L: Begini Bu tahunya kan ada pabrik yang bikin sudah basil cacahan bisa jadi pelet terus bisa jadi bikin benang atau dekron, jadi mereka minta bahan baku P: Jadi untuk teknologinya belajar darimana'l Kerjasama dengan ITB misalnya? L; Oh engga Bu, plastik itu kan sampah teknologinya engga ada di buku hanya orang menjalankannya lama-lama orang berdasarkan pengalaman jadi tahu misalnya jenis ini untuk apa jenis itu untuk apa nab dari pengalaman yang kita dapat selama satu tahun ini P: Jenis plastiknya apa saja Pak? L: Kalau disini hanya satu jenis yaitu dari pet/ botol aqua saja P: Kenapa hanya satu jenis Pak?
116
L: Ya karena untuk bahan Dekkron hanya dari jenis ini yang lain engga bisa P: Prosesnya bagaimana Pak? L: Yah dari bahan plastik bekas dipotong, dicacahjadi kecil-kecillalu dijual P: Jualnya ke mana Pak? L: Ke Jakarta tempo hari kita jual ke Pettindo, Harvest (Pabrik Dakkron) di Tanggerang, bisa untuk benang nylon, untuk fiber juga bisa P: Nah kalau untuk bahan baku bak sampah daur ulang? L: Oh beda jenis plastiknya kalau itu dari jenis emberan, nah dari pengalaman kita tidak semua jenis emberan pun bisa dibuat jadi bak sampah paling hanya sekitar 20% tapi produksinya tidak tiap hari tidak kontinu, jenis HD, PE, HDPE P: Jadi proses untuk bak sampahnya kan dari bahan plastik bekas, dicacah, dipelet, diserbuk Ialu dicetak, Nah bapak kirim ke pabrik peletnya kemana Pak? L: Ada di Bandung, Bapak Hadi dan bapak Johan daerah Cigonewa P: Bukan bapak Joko? L: Kalau Pak Joko dia menggiling dan mencacah dan jual bahan baku botol aqua nah kita beli dari dia satu minggu saya ambil 2 ton P: Kapasitas produksi berapa perhari? L: Tergantung dari barang di lapak, kebutuhan bahan baku bisa 1-1,5 tonlhari tapi kapasitas mesin bisa mencacah 2 tonlhari kurun waktu kerja 8 jam P: Kebutuhan bahan baku darimana? L: Dari lapak kebanyakan kita yang ambiljumlahnya kira-kira 20 lapak P: Ik:atan dengan lapaknya gimana Pak supaya mereka kirim terus barangnya ke Bapa.k? L: Yah kadang-kadang kita kasih pinjam modal yah saling bantulah P; Tapi bapak belurn pernah kerjasama dengan perguruan tinggi? L: Engga P; Kerjasama dengan PD. Kebersihannya seperti apa Pak? L: Yah mereka menyediakan fasilitas seperti Iahan, Iistrik dan air kita yang produksi dan pemasaran barang lal u ada bagi hasilnya.
Basil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal 3 Juli 2007 dengan Para Tukang Loak di JL Dayang Sumbi Notasi : P ( Pewancara ), T ( Tukang Loak)
P: Ada berapa orang tukang loak di sini? T: Ada sekitar 12 orang P: Asalnya darimana Mang? T: Dari Cikijing P: Sebelum ngeloak dulu kerja apa Mang? T: Saya buruh tani, ada juga yang kerja di pasar P: Daerah menyari barang ke mana saja Mang? T: Daerah Ciroyom P: Ke pasar atahu ke rumah-rumah? T: Pasar, rumah, toko, ya kemana saja yang ada barangnya mah dicari P: Mang nanti jual barangnya kemana?
117
T: Ke tukang lapak P: Tukang lapak yang di mana? T: Biasanya di Ciroyom sekarang ke Jl. Teuku Umar lebih deket P: Kan dibawah di Sabuga ada tukang lapak mang kok engga jual ke situ? T: Ah sudah biasa ke lapak yang di Jl. Teuku Umar sudah kenai lama kalau yang di bawah mah belum kenai P: Kalau soal harga bagaimana Mang? T: Yah soal harga mah relatif P: Sehari bisa dapat berapa Mang? T: Ah engga tentu Bu, sekarang saja engga dapat duit, rata-rata mah bangsa Rp. 20,000- Rp. 30,000 P: Barang yang diambil jenis apa saja Mang? T: Yah apa saja yang laku dijual bangsa kertas, kardus, plastik, besi-besi, botol, apa saja deh P: Modal untuk beli barang darimana Mang? T: Yah modal sendiri saja neng, perorangan saja, memang kadang-kadang ada juga yang modalin seperti bandar atahu dari lapak P: Kalau gerobaknya punya sendiri Mang? T: Iya punya sendiri saja P: Namanya siapa mang bos lapak yang di Jl. Teuku Umar? T: PakEdy P: A walnya kenapa Mang jual ke Pak Edy? T: Ya awalnya mah jual ke Ciroyom cuma karena jauh jadi saja ke Pak Edy yang di Teuku Umar lebih deket karena harga sama P: Kenai dari siapa Pak Edy ini Mang? T: Ya sebelumnya kita ngeloak juga Pak Edy sudah mulai ngejual jadi lapak tanya-tanya yah akhimya jual ke situ P: Sehari bisa dapat berapa kg barangnya Mang? T: Ah engga tentu Bu, kadang-kadang 20 Kg kadang-kadang 15 Kg, tapi kadangkadang engga dapat sama sekali, tapi kalau banyak mah bisa sekwintal P: Rumah-rumahnya dari daerah sekitar mana Mang? T: Yah diperumahan mana saja, perumahan Cisitu, Sekaloa, Dago Asri, kemana saJa P: Mang diantara sesama tukang loak kan ada 12 orang ada pembagian daerah engga? T: Ah engga bebas saja mau mencari kemana tidak ada pembagian daerah bisa saja ke 12 orang nyari di daerah perumahan Cisitu cuma beda-beda gangnya ya kemana saja yang mau begitu juga dengan menjual mau ke lapak mana saja bebas saja karena kita kan engga ada dikasih modal sama Iapak atau bandar P: Kenapa Mang mau ngambil barang-barang kaya gini? T: Yah ada yang jual barang-barang bekas yah dibeli kan ini bisa didaurulang Iagi P: Mang tabu darimana barang-barang ini bisa didaurulang? T: Dari yang nerima barang, misalkan yang nerima enggak Iaku yah enggak laku, kalau laku barang dibeli misalkan kan dulu bekas aqua engga laku ya engga dibeli tapi sekarang temyata ada yang mau nerima yah akhimya bekas aqua di beli juga, dulu mah bekas aqua pada babalatak juga engga diambil tapi sekarang kan beda ada nilainya kan bisa didaurulang lagi kan yang kaya gitu mah nantinya digiling neng, jadi barang-barang bekas tergantung yang nerima umpamanya laku yah di
118
beli kalau engga ya engga dibeli, misalnya bekas fiber karena engga Iaku yah biar kata banyak juga engga dibeli P: Dibawahjalan Sabuga kan ada tukang Iapak, Mang, kenapa enggajual kesana? T: Ah di sana mah nerima dari pemulung sebenamya terima juga dari tu.kang Ioak tapi karena kita engga kenai yah jadi engga jual ke sana, juga masalah harga kalau di sana kan terima dari pemulung yang cuman ngambil dari tempat-tempat sampah sedangkan kita kan beli jadi harganya rendah, misalkan kardus kita beli Rp 600/kg kalau di Iapak bawah nerima Rp 600/kg kan rugi mana untungnya jadi yang mana ngasih harga tinggi ya kesitulah kita jual P: Tapi Iebih seringnya ke Iapak Pak Edy Ya Mang? T: Ya harga Iumayan tapi sebenamya harga mah sama saja neng hanya kan kalau ke Ciroyom jauh gitu kan ngedorongnya cape gitu jadi yang deket saja P: Terns kalau Pak Edy nanti jual barangnya kemana Iagi Mang? T: Ya ke bandar Iagi cuman engga tahu kemana kadang-kadang ke By Pass cuman bandamya ke By Pass engga tabu biasanya kalau kardus ada truk yang ngambil P: Nah Mang jadi sudah tahu kalau bangsa kertas, kardus temyata bisa didaur ulang ya Mang, tahunya darimana Mang? T: Ya saya bisanya tahu misalkan plastik ini bisa didaurulang ya.. dari para lapak dan bandar yang nerima barang kalau seumpamanya mereka nerima suatu barang dan laku ya kita cari barang itu dan kita beli, kalau kata bandar atahu Iapak barang itu mah enggak laku ya kita enggak beli kaya barang fiber karet biar dikasih juga engga mau dah enggak laku buat apa P: Jadi informasi barang dari lapak atau Bandar ya Mang? T: Iya P: Sekarang harga kertas koran dan kardus berapa Mang? T: Beli mah Rp 600-700/kg terns dijual lagi sekitar Rp. 800-900/kg antara koran sama kardus mah engga beda jauh neng P: Terns Mang kalau bangsa botol aqua? T: Botol sama gelas aqua mah beda neng, botol aqua kaya gini mah Rp. 1500/kg P: Ada kesulitan waktu nyari barang? T: Sekarang mah susah dapat barang karena pemulung makin banyak yah kalau dapat mah engga sulit P: Pemah sehari engga dapat sama sekali Mang? T: Iya kaya sekarang nih cuma dapet segini P: Kalau untuk modal ini modal sendiri, Mang? T: Iya ini mah modal sendiri saja tapi kalau lagi engga punya mah ya minjem sama tukang lapaknya ya suka dikasih juga tapi kalau ada mah ya engga minjem, pemah juga misalkan ada orang yang nawarin barang-barang untuk dijual sampai pernah Rp. 5 juta ya karena kita engga punya modal karena paling gede modal kita bangsa 300 - 500 ribu jadi kita tawarin ke lapak atau bandar ya paling-paling kita dapat komisi gitu P: Pemah kejadian kaya gitu T: Ya pemah bangsa kantor-kantor atau rumah-rumah juga pemah nawarin bangsanya besi-besi P: Pendapatan dari ngeloak cukup engga Mang untuk kebutuhan sehari-hari, Mang? T: Yah cukup engga cukuplah neng P: Semuanya sudah berkeluarga?
119
T: Ya suda.h malah ada yang suda.h punya cucu neng, kalau lagi dapaet banyak yah mencukupi tapi kalau sepi kaya gini engga cukup P: Engga pengen ganti ketjaan, Mang? T: Bukan engga mau ya neng, tapi kan nyari ketjaan susah, mau jualan yang lain belum tentu Iaku ya sudah sajajualan saja yang kaya gini yang pasti laku saja P: Sehari bisa dapet berapa Mang? T: Yah engga bisa ditentukan neng tergantung dapat barang rata-rata mah kalau dapat barang bisa sehari Rp. 25,000-30,000 tapi kalau enggak mah yah engga punyajuga P: Jadi daerah pengambilan barang untuk sesama tukang loak mah bebas saja yang Mang? Engga ada pembagian daerah? T: Yah bebas saja mau sejauh mana juga boleh-boleh saja dulu mah sampai ke Lembang, daerah Gegerkalong, Ciumbeulit yah kemana saja ada barang P: Yang paling banyak di daerah mana Mang? T: Sekarang mah di mana-mana juga banyak tukang Ioak jadi bukan dari Bandung saja tapi dari daerah lain juga pada ke sini jadi nyari barang kadang-kadang susah banyak saingannya soalnya kan sekarang ini orang-orang pabrik banyak yang pada di PHK lompatnya kemana kalau enggak ke ketjaan kaya gini mangkanya sekarang di pasar juga banyak tukang I oak P: Engga ada persatuan tukang loak ya Mang? T: Ah engga ada semua betjalan sendiri-sendiri saja P: Yang paling tinggi harganya apa Mang? T: Ya bangsanya plastik mah kalau sudah bersih Iumayan tinggi harganya P: Berapa harganya, Mang? T: Yah kalau gelas yang sudah bersih sekilo bisa Rp 2,500 sampai engga ada Iabel-Iabelnya bisa Rp. 3,000/Kg P: Kalau bangsa botol bekas sirup, Mang? T: Ah kalau bangsa botol sirup mah engga Iaku amun Iaku juga paling di kilo cuma Iaku Rp. 100/Kg kalau botol bir bisa Rp 250/Kg P: Kalau bangsa besi-besi berapa harganya, Mang? T: Yah kalau ba.ngsa besi-besi lumayan bisa Rp. 1,500 dijual kalau belinya Rp 1,000 P: Kalau bekas-bekas Iampu juga laku ya, Mang? T: Ya laku juga cuman macem-macem besi juga kadang-kadang ada yang tebal ada yang tipis beda-beda ada Rp. 800, ada Rp. 900 P: A walnya bisa ketja jadi tukang loak gimana, Mang? T: Ya karena engga ada pencarian Iagi susah cari ketjaanjadi saja ngeloak P: Jadi jual barangnya ke lapak mana saja, Mang? T: Ah bebas neng yang mana yang nawarin harga yang bagus ya jual kesitu, kalau umpamanya dimodalin ama lapaknya pan harus jual ke Iapak itu lagi tapi karena kita mah bebas modal sendiri jadi jual kemana saja P: Saling berbagi informasi soal harga ya diantara 12 orang tukang lapak ini? T: Iya sating ngasih tahulah informasi lapak yangjuallebih tinggi P: Cari informasi harga darimana? T: Ya dari yang sudah ngejual P: Nyari barangnya engga pemah dari TPS atahu TPA? T: Ah engga, dari kantor atau nnnah saja kadang-kadang Iagi lewat ada yang nawarin barang ya diambil
120
P: Biasanya dari jam berapa? T: Tadi berangkat dari rumah dari jam 5 subuh sampai sekarang P: Jual ke Iapaknya setiap hari ya, Mang T: Ya setiap hari P: 12 orang dari satu daerah, Mang? T: Kita masih ada hubungan saudara semua satu daerah P: Berarti sudah lama ya, Mang jadi tukang Ioak? T: Ya beda-beda ada yang sudah 20 tahun ada yang 5 tahun ada yang baru 2 tahun P: Gimana dengan sesama Pemulung ada persaingan dan suka berantem engga, Mang? T: Ya kalau dari sini mah engga ada tapi kalau dari daerah kota ada yang suka macam-macam suka berantem kadang-kadang tukang loak kalau Iagi nyari barang suka dihentikan dan diambil ama mereka P: Yah misalkan Mang Iagi nyari barang disuatu daerah katakanlah di daerah Cisitu terus ada pemulung itu gimana, Mang? T: Yah kalau kaya gitu mah engga apa-apa kan pemulung ambil karungan mah nyari barangnya ambil dari tong-tong sampah sedangkan kita mah kan beli jadi buat kita engga masalah kalau ada yang kaya gitu P: Kalau Pak Edy nerima dari pemulungjuga? T: Ya bisa saja kalau mau mah kalau engga punya bandar jual kemana saja
Hasil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal 3 Juli 2007 dengan Lapak Bapak Atang dan Para Pemulungnya di Jl. Sabuga Notasi : P ( Pewancara ), I ( Perwakilan Bapak Atang), M(Pemulung) P: Barang yang ditampung apa saja Bu? 1: Ya bangsa kertas, kardus, besi, logam, botol dan duplek P: Kalau sehari bisa dapat berapa kg? 1: ya engga tentu tergantung datangnya barang kadang 50 Kglhari, seminggu ada sekwintal mah P: Jumlah pemulungnya ada berapa orang Bu? 1: Kurang Iebih ada 20-25 orang yang setor ke Pak Atang, asalnya dari Msajalaya P: Gimana ceritanya mereka bisa setor ke Pak Atang? I: Ya awalnya mereka kan ditampung sama Pak Atang, kebanyakan kan orang Msajalaya ke Bandung teh susah nyari kerjaan jadi akhimya jadi pemulung, kenai sama Pak Atang karena ikut tidur ditempatnya Pak Atang ya di sini P: Sudah berjalan berapa lama usaha ini Bu? 1: Ya sudah sekitar 2-3 tahunlah disini asalnya mah di jalan Pahlawan, waktu itu Pak Atang buka tempat rongsokan disini terus pemulung pada datang P: Pemulungnya dikasih modal sama Pak Atang? 1: Engga cuman nyariin barang saja P: Jual barangnya kemana saja bu? 1: Kalau bangsa kertas dan kardus ke Jln Cimuncang ( Pak Asep ), kalau plastik bekas botol-botol aqua dibawa ke Soreang/ Bandar Plastik ( Ibu Yatmi) di jalan
121
Leuwipanjang, kalau untuk botol-botol ada yang ngambil dari Cibaduyut, kalau logam dan besi ke Pak Dede Daerah Pasteur P: Mereka tahunya darimana tern pat rongsok Pak Atng ini? I; Ya awalnya mah nyari keliling-keliling, nanya-nanya tempat rongsokan, lihatlihat, ketemu tempat rongsokan Pak Atang ini karena mereka nyari barang butuh barang akhimya jadi Iaengganan P: Harga barangnya berapa Bu? I: Kalau untuk dus sekilonya dari pemulung Rp. 700/Kg dijual Rp. 800 1,000/Kg, kalau plastik beli dari anak-anak yang sudah bersih bisa Rp. 5,000/Kg, dijualnya Rp. 6,000/Kg, ngambil untungnya mah sedikit-sedikit neng, kalau logam dan besi beli dari pemulung Rp. 1,500/Kg dijuallagi bisa Rp. 1,750/Kg P: Ada proses pemilahan? I: Iya ada pan yang disini kerja ada 3 orang untuk ngerjain sortir, pilah-pilah, bersih-bersih P: Barangnya diambilnya tiap hari Bu? 1: Bisa tiap minggu, bisa tiap 2 minggu sekali tergantung ada barang atahu tidak P: Kalau pemulung ngambilnya darimana? 1: Ya dari tong-tong sampah, ada yang ngasih, dari perumahan dari kantor-kantor ya darimana saja P: Tidak terima barang dari tukang Ioak? 1: Engga disini cuman terima dari pemulung saja P: Kenapa Bu? I: Ya karena sudah ada bandamya lagi pan biasanya roda dan gerobaknya biasanya dari bandamya jadi mereka kirim ke bandar yang ngasih modal gitu engga ke sini P: Tapi kan tukang lapak banyak engga cuman Pak Atang kenapa kok pemulung itu mau ngirimnya ke sini ? Lanjut wawancara dengan pemulungnya M: Ya itu mah tergantung bosnya saja bu karena bosnya baik seperti Pak Atang kan ngasih tempat untuk tidur di sini kan eengga enak masa ikutan tidur di sini jual barangnya ke tempat lain terns kan biasanya juga kalau butuh uang juga suka dipinjemin P: Terus kalau di tempat lain nawarin harga lebih tinggi gimana? M: Ya ada juga sib yang begitu.. cuman itu namanya engga Jujur yahjualnya mah ke sini saja da harga mah biasanya engga beda jauh ya sama juga sama Pak Atang juga selalu jual ke Pak Asep di Cimuncang da istilahnya itu mah sudah dundungannya kalau ke tempat lain pan misalnya butuh-butuh modal mah engga bisa pinjem P: Ngambil barangnya kemana saja? M: Kadang daerah Cisitu, Dago, Cihampelas kemana saja P: Lokasi ngambilnya dari rumah, toko, Kantor? M: Yah darimana saja yang menghasilkan P: Sudah lama mang jadi pemulung? M: Yah sudah ada tujuh tahunan, ada yang baru 2 tahun P: Asalnya darimana? M: Saya dari Cimahi, kalau saya dari Majalaya P: Kenapa jadipemulung? M: Yah cari kerjaan susah daripada jadi mating kan mending mulung
122
P: Kerjanya mulai jam berapa? M: Bisa dari pagi sampai malam P: Kalau sehari bisa dapat berapa? M: Yah kalau ada milik mah bisa sampai 100 ribulhari iya kalau ada buangan yang banyak minimal mah 10 ribu P: Ada pembagian daerah pengambilan barang? M: Ah bebas saja engga ada perjanjiannya boleh kemana saja P: Kalau ada tukang loak gimana mang? M: Yah kalau Iagi marah mah di takol saja abis kan seharusnya tukang Ioak mah kan beli kenapa yang dibak sampah juga diambil itu kan harusnya jatah kita pemulung yang memang ambit dari bak-bak sampah jadi kita suka susah dapat barangnya P: Barang yang diambil apa saja? M: Plastik, Kertas, Logam yah apa saja yang laku dijual P: Lokasinya mana saja? M: yah karena saya bawa beca bisa sampai pasar Sadangserang, Suci yah kemana saja P: Kalau diantara pemulung ada persaingan? M: yah kalau sesama pemulung mah kita saling menghargai, saling sopan, saling merasakan, nyapa ngobrol, engga sating bermusuhan P: Kok dimakan engga takut sakit perut? M: Yah kan sudah biasa apalagi ini kan masih tertutup engga apa2, yah apa saja kalau nemu makanan bangsa nasi bungkus juga dimakan saja pan masih bagus tapi ada juga pemah kasus pemulung makan tapi keracunan jadinya dibawa ke rumah sakit sama bos Bapak Atang P: Gimana mang bisa kenai sama Pak Atang? M: Yah biasa saja saya keliling nyari orang yang bisa terima barang di mana pas ketemu dis~ saya langsung ngobrol terus jadi Iaenggan karena saya tidur disini jadi sudah jadi majikan kita jadi barang juga selalu jual ke sini P: Mang tabu barang apa yang masih laku dijual darimana? M: Yah belajar dari temen yang duluan jadi pemulung yang mana barang yang laku mana barang yang engga, lama-lama kan tabu sendiri akhimya keliling sendiri .. ntar juga begitu kalau ada yang baru lagi kita yang ngasih tabu...
Basil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal19 Juli 2007 dengan Bapak Lucky dari PT.PINDAD Notasi : P ( Pewancara ), L ( Bapak Lucky) P: Bagaimana Pak awalnya PT. Pindad bisa bergelut dalam bidang pengomposan? L: Awalnya karena kita ingin mengelola sampah organik berupa dedaunan yang dihasilkan dari seluruh kawasan PT. Pindad. Awalnya kita coba menghitung jumlah sampah di PT. Pindad itukan sekitar 8-10 m3/hari P: Jadi bahan baku untuk komposnya semua berasal dari PT. Pindad? L: Ya eli mana jumlah sampah eli PT. Pindad itu kan sekitar 8-10 m3/hari dengan komposisi 60 -70% sampah organik sedangkan sisanya adalah sampah anorganik
123
seperti kertas, plastik ya sampah kantoranlah Nab dari pemikiran tersebut kita bikin perbandingan di mana kalau kita kontrak PD. Kebersihan untuk sewa kontainer mereka waktu itu butuh biaya 3,5 jutalbulan untuk tahun 1992 masih relatif besar sehingga berangkat dari situ kita adakan studi kalau dikomposkan bagimana oleh karena itu saya kemudian ditugaskan untuk ikut pendidikan kompos di BPPT selama 2 minggu khusus ekspertnya dari Jerman ditambah ikut pelatihan pengomposan di Cikole Lembang, kemudian kita juga studi teknologi dari PD. Kebersihan Bandung dan terakhir saya ke Serpong untuk studi juga tentang pengomposan P: Yang melakuk:an dan mengelola pengomposan di Cikole itu siapa? L: Masyarakat dan LSM dengan dibantu dari PD. Kebersihan Bandung, nah dari situ saya coba bandingkan semua teknologi tersebut yaitu teknologi dari Jerman yang saya dapatkan dari pelatihan di BPPT, teknologi dari Cikole-Lembang dan PD. Kebersihan Bandung, semuanya memang berbeda seperti teknologi dari Jerman itu kan sangat sterillah, mereka sangat merawat bakterinya, investasi mesinnya juga sangat tinggi, bisa sampai ratusan juta, kalau teknologi PD. Kebersihan Bandung semua sampah organik masuk dan dicampurkan dengan adanya penambahan starter di mana kita tahu bahwa sampah dari PD. Kebersihan Bandung itu kan sangat heterogen karena sumbemya bisa sangat bermacammacam seperti dari pasar, perumahan dan lain-lain, lalu saya bandingkan Iagi dengan teknologi yang dari Cikole, mereka ada spesifikasinya di mana sampah yang dari batang pon tidak boleh dicampur atau hams dipisahkan karena menurut mereka itu akan menghambat pertumbuhan bakteri, nab dari ketiga teknologi tersebut kita lakukan uji coba dan berbagai riset sehingga yang kita coba adalah dengan cara yang sangat alamiah sekali dengan tidak menambahkan starter apapun seperti bakteri apapun dengan harapan bakteri akan tumbuh secara alami, jadi sampah organik kita tumpuk selama 40 hari sambil diaduk-aduk atahu dibalik-balik sambil diukur suhunya kalau lebih dari 60° C sekitar 50-60° C itu kan bakteri jenis Thermophilik kita tidak boleh karena akan susah merawatnya maka yang kita Pilih adalah Mesophilik dengan suhu antara 35- 50° C cocok untuk daerah tropis jadi kita engga terlalu kesulitan untuk merawatnya tapi kalau Isopilik itu suhunya di bawah 35° C sekitar 18° C hanya cocok untuk daerah subtropis sedangkan untuk nutrisi bakterinya kita manfaatkan sisa makanan dari kantin karyawan, usaha pengomposan ini kita mulai tahun 1994 diresmikan oleh walikota Bandung dan jadi percontohan karena proses kita sangat alami tidak memakai starter P: Hasil desain teknologinya bapak buat sendiri? L: Ya saya lakukan uji coba dan riset dari basil ke 3 teknologi yang saya pelajari seperti dari Cikole itu kan katanya batang pon tidak boleh nab setelah kita coba temyata bisa hancur juga malah hasilnya lebih bagus karena batang pohon itukan mengandung unsur garam kayu yang malah membuat kompos jadi gembur dan subur P: Sebelum ditumpuk ada proses pencacahan? L: Engga, jadi prosesnya ditumpuk dengan menggunakan terowongan dari bambu begitu saja secara alami selama 40 hari sambil diaduk-aduk atahu dibalik-balik sehingga suhunya berada pada kisaran 35- 50° C sampai mateng kemudian kita angkut ke bangunan untuk diangin-anginkan selama 2 minggu untuk mengembalikan ke suhu normal, baru dikemas
124
P: Engga ada proses persortiran, Pak? L: Ada kan sampah ini setiap hari berpindah dari satu bak ke bak yang berikutnya dan diaduk nah ditiap bak ada persortiran apakah ada sampah plastik, kertas dan lain-lain, Ketika selesai diangin-anginkan ketika ada potongan-potongan yarig besar maka di cacah kemudian kita masukan pacta bak proses unttuk diproses lebih lanjut sampai hancur, selanjutanya kita ayak nab basil ayakan itulah yang kita kemas, pacta saat proses pengadukan hila suhunya melebihi 50° C maka kita siram dengan air di mana kalau teknologi dari yang lain disiram pake air kapur nab kalau teknologi di PT.Pindad tidak hanya disiram dengan air biasa P: Untuk barang-barang anorganiknya sendiri dikemanain, Pak? L: PT.Pindad kan punya TPA kurang lebih 1 Ha di mana di sana ada proses pengomposan butuh laban sekitar I 44 m2 kemudian didekat sana ada organisasi pemulung sebanyak 14 orang dan 1 bandar di mana semuanya mendapat ijin dari PT. Pindad untuk mengelola barang-barang anorganik termasuk untuk pembelinya pun hams seijin PT.Pindad jadi terdaftar dan resmi serta dibina oleh kita kenapa ? karena untuk menjaga kalau ada barang PT.Pindad yang diselundupkan biar gampang nyarinya P: Jenis sampah anorganiknya apa saja ya Pak? L: Biasanya logam basil bubutan, plastik, kertas, kayu, ya hasilnya lumayan bisa perbulannya upah UMR lah, seperti kemaren ada kasus selundupan logam maka untuk sementara kita bekukan ijinnya mereka pacta protes karena merasa kehilangan mata pencaharian dan pendapatan akhimya kita buka Jagi ijinnya P: Pemulung itu asalnya darimana Pak? L: Yah dari daerah sekitar sini, nab untuk pemulung juga kita manfaatin juga untuk mengolah kompos tapi mereka tidak di gaji mereka dibayar berdasarkan prestasi jadi dibayar berapa kg kompos yang dapat dihasilkan diharapkan dengan cara seperti ini mereka akan sangat produktif kebetulan sekarang ini PT.Pindad hanya mengawasi saja tetapi yang mengelola adalah ana.k perusahaan PT.Pindad yaitu PT.Cakra Mandiri Pratama Indonesia yang mengelola RS, Manufaktur, transportasi, pegomposan dan percetakan P: Pemulung itu kan dibina oleh PT.Pindad dalam hal apa? L: Mereka diberi semacam training, pelatihan tentang k3 khususnya tentang keselamatan keija, mereka juga diberi baju untuk kegiatan operasional mereka, dan mereka wajib Japor tentang kegiatan mereka setiap tiga bulan sekali di mana untuk ijin berlaku untuk 1 tahun P: Bagaimana dengan pembeli apakah bebas datang ke sini? L: Untuk pembelijuga telah mendapat ijin dari PT.Pindadjadi terdaftar resmi P: Proses pembeliannya bagaimana? L: Jadi begini mereka mempunyai organisasi yang diwakili oleh satu orang usaha yang kita beri ijin nanti dia yang akan mendistribusikan barang ke tempat-tempat yang lain dan ini rutin dilakukan setiap 2 hari sekali P: Untuk komposnya sendiri jual kemana Pak? L: Untuk kompos dulu kita jual ke penjual tanaman di mana PT. CMPI menjual kepada agen kompos nab agen inilah yang kemudian menyalurkan ke tempat lain seperti ke supermarket Hero dan Iain-Iainnya P: Berapa kapasitas produksi komposnya? L: Barn 12 tonlhari, padahai dulu PT.Biofarma pemah minta 30 ton kita belum bisa penuhi dulu negara Brunei juga pernah minta kita bel urn bisa penubi juga
125
P: Bisa sampai Brunei Pak? L: Ya mungkin kan dari mulut ke mulut mereka dengar ada produk kompos yang sangat alami dan tidak memakai starter apapun kemudian negara Malaysia juga pemah minta ke kita tapi kita tidak bisa penuhi juga karena kita sangat kekurangan bahan baku P: Jadi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya bekerjasama dengan siapa, Pak? L: Pemah kita mencoba dengan pasar Caringin begitu kita tinjau sampahnya sangat sulit karena kamkteristik sampah mereka sangat beragamlheterogen malah nantinya akan menimbulkan pencemaran bam yaitu bau, pemah juga kita mencoba bekerjasama dengan masyarakat sekitar sini dengan sistem mereka menjual ke kita di mana per karungnya kalau tidak salah Rp. 500 tapi temyata sulit juga karena masyarakatnya tidak bersemangat padahal kita juga sudah melakukan sosialisasi di Kelurahan Sukapura tentang pembuatan kompos tapi kurang mendapat respon P: Luas areal PT.Pindad sendiri ada berapa? L: Sekitar 6,6 Ha., yang terbangun hanya 40% sisanya masih berupa hutan jadi kebanyakan sampah kita sampah organik dari dedaunan pernah juga kita bekerjasama dengan Cibangkong karena mereka juga melakukan pengomposan tetapi karena mereka pakai zat aditif jadi berbeda dengan konsep kita tetapi bahan baku mereka terlalu mahal jadi kita tidak bisa bekerjasama dengan mereka jadi kendala yang kita rasakan adalah bukan masalah pemasaran komposnya seperti terjadi pada usaha kompos yang lain tetapi kalau kita justru kesulitan mencari bahan baku dan mencari partner yang memiliki karakteristik bahan baku yang sama. P: basil komposnya sudah pernah diuji lab? L: ya sudah tapi sebenamya untuk menguji kompos secara visual bisa kita lakukan dengan mencium baunya saja kalau masih bau busuk sampah dan asam berarti kualitasnya kurang baik P: Untuk proses pengomposannya sendiri dilakukan setiap hari? L; lya setiap hari sedangkan proses sortimya sudah dimulai dari cleaning service sudah terpisah antara sampah organik dan anorganik P: Tapi TPA sudah berfungsi sejak ada PT.Pindad kan Pak? L: lya tetapi proses pengomposannya sendiri bam dimuali ketika kita mengalami kesulitan tentang keterbatasan laban untuk pengelolaan sampah P: Belum pemah melakukan kerjasama dengan lembaga lain seperti perguruan tinggi Pak? Kenapa? L: Belum, karena kesulitannya biasanya institusi-institusi seperti mereka hanya menawarkan teknologi pengomposan dengan penambahan zat aditif atahu starter sehingga kurang cocok dengan konsep kita, dari mulai usaha ini tahun 1994 kita sudah BEP tahun 1996 dengan keuntungan mencapai 4 jutalbln memang kalau dilihat dari segi keuntungan sangat kecil tetapi kita sudah dapat menghidupi pemulung dan bandar Di samping itu juga kan biaya operasinonal jadi kecil P: kendala yang dihadapi, Pak? L: Kendala kesulitan mendapatkan bahan baku sehingga kita tidak bisa memenuhi pemesanan/pemasaran padahal permintaan kompos kita sangat banyak seperti dari
126
PT. Tani Sugih kita terus melalrukan supply kompos, terus pedagang tanaman, koperasi dan lain-lainnya
Basil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal 8 Juni 2007 dengan Bapak Usep dari PD. Anugerah (Bandar Kertas) Notasi : P ( Pewancara ), U ( Bapak Usep) P: Sudah lama pak usaha lapak seperti ini? U: Ya turun temurun dari orang tua dari sejak tahun 1982 sampai sekarang P: Jenis barangnya apa saja yang ditampung? U: Saya hanya khusus kertas saja P: Kenapa begitu Pak? U: Ya yang kertas saja tempat saya engga bisa nampung karena laban saya tidak bisa menampung, memang dari segi keuntungan sangat menguntungkan plastik hanya saja kalau plastik sangat memerlukan laban yang luas karena butuh laban untuk pencucian,penjemuran dan lain-lain tapi kan kalau kertas sangat praktis cuma disortir, dipres lalu dikirim P: disini ada proses apa saja Pak? U: Ada proses pemilahan, sortir lalu dipres biar kita gampang bawanya dan biaya ongkosnya jadi sedikit P: Jadi jenis-jenis kertas ada apa saja Pak? U: Ada kardus, jenis HVS, koran, duplek. P: Kalau bekas kemasan susu termasuk engga atahu kertas bekas rokok? U: Oh itu mah engga karena mengandung aluminium foil jadi nggga termasuk karena ada lagi bandar yang nampungnya karena kalau kita ngirimnya ke pabrik kertas itu enggak boleh ada aluminium foilnya jadi harus murni engga boleh ada campuran plastiknya P: Kalau kertas bentuk poster-poster Pak? U: Iya itu termasuk kertas juga pokoknya asal dirobek tidak mengandung plastik P: Kenapa Pak ada proses pemisahan antara yang berwarna putih dan warna yang lain? U: lya karena di pabrik daur ulang kertas itu kalau mereka bikin kertas daur ulang wama putih dari bahan baku kertas bekas wama putih sedangkan kalau bikin yang berwarna dari kertas bekas yang berwama juga jadi masuk ke convayernya semacam blendemya berbeda-beda wama supaya prosesnya cepat P: Bapak kirim ke pabrik mana saja Pak? U: Ada 6 pabrik seperti Papyrus, di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bekasi. P: Sampai ke Surabaya engga kejauhan tub Pak? U: Ya kalau harganya di sana sangat menjanjikan ada keuntungan setelab dipotong ongkos kirim ya tetap kita kirim ke sana jadi pertimbangan kita dalam mengirimkan barang adalah pertama tingkat kerewelan pabrik, ongkos kirim dan harga, bagaimana standar kertas yang mereka kasih harga yang mereka tawarin kalau masih ada lebih ya tetap kita krim ke sana P: Rewelnya gimana Pak?
127
U: Ya misalnya namanya barang bekas kan ada saja yangjelek-jeleknya, kotorlah biasanya kalau pabrik yang ketat seperti Papyrus engga mau menerima, mereka standamya sangat tinggi tetapi dari segi harganya juga Iumayan P: Boleh tahu engga Pak kirimnya kemana saja? U: PT. Fajar Surya Pisesa di Cibitung Bekasi, PT. Setia Kawan di Tulungagung, PT. Jaya Kertas di Kertosono, PT. Papyrus di Bandung, Papertex di Purwakarta, PT.Pos Kota Subang khusus kertas dari koran bekas P: Ohjadi tiap pabrik menerimanya beda-bedajenis kertas? U: Ya tergantung ada yang khusus seperti PT.Pos Kota Subang karena dia pabrik koran jadi ambit bahan bakunya khusus tapi kebanyakan terima bermacam-macam kertas seperti PT.Papyrus yang menerima berbagai jenis kertas karena pada dasamya semua kertas bisa didaurulang P: Kuantitasnya berapa Pak? U: Setiap harinya kurang lebih 30 ton P: Untuk: bahan bakunya darimana saja Pak? U: Dari lapak-lapak kecil yang sudah menjadi laengganan saya tidak pernah dari pemulung langsung karena seperti sudah ada peraturan tak tertulis bahwa pemulung setor ke lapak dan dari Iapak setor ke bandar Iagii begitu kalaupun ada pemulung yang jual ke sini pasti harganya lebih murah dari lapaknya biar dia jual ke juragannya dulu baru nanti juragannya jual ke sini P: Baggimana caranya Iapak-lapak tersebut kirim barang terus ke bapak? U: Yang pasti mah dilihat harganya terus kita menjaga hubungan baiklah yah kadang-kadang kalau mereka butuh suka kita pinjemin modallah pelayanan ke mereka baiklah pembayarannya ke mereka Iancar saya mah engga pemah ditundatunda hari terima barang ya hari ini juga uangnya P: Berapa Iapak yang ngirim barang ke Bapak? U: Ada sekitar 25 lapak sampai daerah Ujung Berung, Ciumbeulit P: Bagaimana dengan permintaan dari pabrik, Pak? U: Ya permintaan dari pabrik mah sangat besar sehari ada 200 ton juga diterima ama mereka karena begini bahan baku daur ulang kertas hanya bisa dipenuhi oleh lokal sebanyak 1OOA», 60% mereka impor bahan baku kertas bekas dan yang 30%nya dari bahan baku murni seperti dari kayu jadi kalau tidak ada kertas bekas impor maka pabrik-pabrik kertas kita bisa kolaps bisa engga jalan karena pasokan bahan baku kertas bekas Iokal masih sangat kurang P: Dengan kondisi seperti itu bisa dong pak bandar menentukan harga? U: Oh ya engga juga tetap saja yang menentukan harga mah dari pabrik kertas karena bandarkan engga punya persatuannya jadi yang menentukan harga yang punya duit kita mah mau menentukan gimana lab kaya saya gudang engga punya yang luas kalau kita punya gudang yang luas baru bisa numpuk barangjadi barang bisa kita tahan dan jual kalau harga tinggi tapi ini kan karena gudangnya sempit jadi kalau kertasnya engga ke jual atuh jadi numpuk yang penting mah modalnya cepet mutemya P: Harganya sangat fluktuatifya Pak? U: Ya tergantungjuga pada harga dollar karena pabrik kertas yang kita kirimjuga selain orientasinya ekspor mereka kan beli bahan baku impor dengan harga dollar jadi kalau rupiah menguat dollar turun maka berimbas pada harga bahan kertas bekas Iokal harganya jadi rada tinggi juga tergantung harga BBM seperti solar PP Jadi menurut bapak yang menentukan harga apa saja pak selain harga dollar?
128
U: Itu tergantung dari pennintaan pasar dari mereka jadi kalau pasokan mereka dari luar berkurang ya kalau pennintaan pasokan kertas mereka dari luar seperti Timur Tengah, Afrika berkurang maka harga pasokan bahan baku juga menurun P: Kendalanya apa pak? U: Ya dari segi lahan gudang yang sempit jadi engga bisa nampung barang yang banyak padahal pennintaan dari pabrik banyak terkadang juga kesulitan memperoleh bahan baku karena saingan tambah banyak P: Banyak engga sih Pak tempat penampungan kaya gini di Bandung? U: Ya paling ada sekitar sepuluhan lab di seluruh Bandung P: Untuk pasokan bahan baku ada peijanjian antar bandar tentang pembagian lokasi? U: Ah engga itu mah gimana hubungan baik kita sama lapak /pemasok bebas saja, pokoknya terjadi hukum pasar murni P: Sebenarya apa sih kriteria kertas yang diminta sama perusahaan? U: Pertama karena orientasi mereka ekspor maka mereka betul-betul menjaga kualitas kertas yang dihasilkan keduanya yang namanya barang bekas ya ada saja orang yang masukin lo~ plastik, terus dari harga juga berbeda kalau kita kirim kertas yang kaya gini kemasukan kertas lain saja pabrik juga rugi sehingga mereka sangat selektif sekali ya karena tidak mau rugi jadi saya juga selalu kontrol barang yang saya kirim P: Jumlah pegawainya ada berapa pak? U: 12 orang P: Paling banyak kirim barang kemana Pak? U: Untuk saat ini masih pabrik Papyrus tapi bisa saja bulan depan kirim ke Jawa tergantung hargalah kita kirim setiap hari misalnya hari ini kita nampung barang 30 ton ya semua langsung kita kirim P: Nah menurut bapak pabrik daur ulang ini hanya 6 pabrik ini saja? U: Wah ya masih banyak seperti PT. Agung Jaya tapi pabrik ini engga menerima barang lokal mereka hanya barang impor PT Gunung Agung, PT. Jaya Kertas sebenamya pangsa pasamya sangat luas karena kertas itu barang sehari-hari yang terus dikonsumsi oleh manusia seperti di supermarket dus banyak dipake dikantoran pake yertas adi sampai sekarang kertas masih sangat dominan dalam kehidupan manusia jadi kita nyari barang kertas bekas engga sulit, ada terus tiap harinya P: Engga keinginan untuk lebih mengembangkan bisnis ini Pak? Kendalanya apa? U: Ya kendalanya di modal P: Kalau dari pemerintah sendiri pernah ada dukungan seperti pembinaan engga Pak? U: Ya, kalau pemerintah secara langsung sib enggalah paling perbankan untuk kredit modal karena jaman sekarang kayanya enggak mungkinlah kita engga pemah minjam ke bank engga pemah ada pembinaan dari pemerintah baik itu sosialisasi atau fasilitas apapun P: Tapi selama ini pemah mengalami kesulitan engga dari regualasi yang dikeluarkan oleh pemerintah? U: Wah sering misalnya kita parkir mobil engga boleh, terus ah macam-macam lab yah kita juga merasakan itu salah, cuma harus bagaimana lagi kalau kita mau beli tempat yang lebih representatifwah barus punya uang berapa? P: Kalau untuk harga kertas sekarang berapa Pak?
129
U: Beli Rp. 1,100 yang bagusjual Rp. 1,300, Koran Rp. l1,500 dijual Rp. 13,500, HVS putih polos beli Rp.3,000 dijual Rp, 3,600 campur cuman Rp. 600 dijual paling Rp, 850, arsip beli Rp. 1,800 di jual Rp. 1,850 jadi beda-beda jenis kertas beda-beda juga harganya P: Jadi harganya fluktuatiflah ya Pak U: Ya tetap saja yang menentukan harga mah pabrik pokoknya sekarang ini betulbetul terjadi pasar murni engga seperti dulu kan ada Tommy Suharto juga ikut bermain karena itu ada istilah pemulung berdasi karena mereka bermain di kertas bekas impor jadi yang menentukan dia ada monopoli harga, seperti cengkehlah dulu
Basil Transkrip wawancara
Wawancara dilakukan pada taenggal 8 Juni 2007 dengan Bapak Asep Jl. Sukabumi Bandung (Bandar Kertas) Notasi: P ( Pewancara ), A ( Bapak Asep) P: Usaha ini sudah lama Pak? A: Ya sudah sekitar 8 tahunan P: Dengan bapak siapa ya? A: PakAsep P: Ini barangnya apa saja Pak? A: Saya mayoritas kertas sekitar 80% dan sisanya campuran seperti plastik, besi, logam dan lain-lain P: Jenis kertasnya apa saja Pak? A: Arsip, koran, kardus, hvs, campur P: Bekas-bekas minuman kaya susu seperti ini juga terima ya Pak? A: Ya itu masuknya kertas warna P: Kalau campur seperti ini harganya berapa pak? A: Tergantung kalau yang kering gini Rp 800 kalau yang basah Rp. 500 P: Bapakjualnya ke mana? A: Ke Jakarta P: Ada berapa pabrik penampungnya Pak? A: Banyak sib, kalau paling ke Cibitung seperti PT. Fajar Surya Pisesa, PT. Papirus, engga karena kualitas barangnya harus bagus banget, paling ke Tanggerang PT. Pelita, ada PT. Cipta Tanggerang P: Jadi engga punya pabrik tetap untuk mengrim barang? A: Ya kalau pabrik yang akan dikirim tergantung dari harga sib mana yang nawarin harga lebih tinggi maka kita kirim ke sana jadi engga ke tetap ke satu pabrik P: Tapi pabrik-pabrik itu nampung semua jenis-jenis kertas kan Pak? A: Tergantung, kalau kaya PT. Pelita kebanyakannya dus tergantung produksi yang mereka bikin sib biasanya mereka kan bikin dus Iagi kalau kertas yang warna ya untuk bikin kertas yang warna lagi P: Sehari berapa kapsitasnya pak? A: Tergantung ramainya sib rata-rata I 0 ton!hari P: Bapak ngambilnya dari pemulung-pemulung?
130
A: Bukan, saya dari lapak-lapak karena biasanya pemulung kan jual ke lapak, saya ambil dari kurang lebih 30 lapak P: Untuk pengiriman ke pabrik setiap hari? A: Iya P: Kalau plastikjenisnya apa saja Pak? A: Paling emberan, bekas aqua, cuma saya tidak terlalu fokus ke plastikjadi cuma nampung sedikit-sedikit P: Kalau plastiknya jual ke mana Pak? A: Saya jual ke bandar-bandar/penampung plastik, engga ke pabrik penggilingan plastik, saya kirim ke Cimahi karena dia menggiling plastik-plastik bekas kaya emberan ada juga yang di Riung Bandung namanya PEKA Group yang nampung plastik dan besi P: harganya berapa pak kalau plastik A: Yah beda-beda sib karena jenisnya ada 15 jenis plastik kaya emberan, mainan, aqua P: Sumber bahan bakunya darimana Pak? A: Biasanya sih dari kantor-kantor kalau dari rumah mah jarang dari pertokoan, pasar, kosambi dll P: Jadi semua dari lapak-lapak ya kalau dari ffiCC misalnya ada yang Iangsung ke sini engga Pak? A: Ya biasanya dari lapak tapi ada juga pernah sekali-sekali mah dari mobil box Iewat nawarin barang 2-3 kg mah ada, kalau dari ffiCC ada yang nampungnya dulu, baru ke kita biasanya ada juga yang langsung minta diangkut maka armada kita angkut ke sana seperti dari BIP juga ada yang nampungnya dulu di tampung dulu di stok baru minta diangkut ke saya, saya juga punya cabangnya di Riung Bandung sama seperti ini dengan kapasitas 10 tonlhari fokus ke kertas di mana untuk bahan baku saya dapat dari lapak-lapak di Rancaengkek, Majalaya kalau yang di jl. Sukabumi pan dari daerah sekitar sini, yah sekarang ini sudah banyak yang usaha seperti ini jadi terkadang dapetkan barang juga rada sulit P: Berapa jumlah armada? A: 1 buah untuk ngangkut, tapi kalau untuk kirim ke pabrik, saya sewa sama seperti tempat ini juga saya sewa P: Jadi yang menentukan harga tetep dari pabrik ya pak? A: Iya dari pabrik P: Harga dus berapa Pak? A: Saya beli Rp, 1,100 jual Rp, 1,300 kalau koran beli Rp 1,000 jual Rp. 1,200, kalau campur beli Rp. 500 jula Rp. 950, agak tinggi hargaya tapi di pabrik kan ada potongan harga yaitu potongan dengan kadar air kalau basah sekian % kaya kertas yang campur mangkanya harganya jauh dari beli karena potongan kadar aimya gede sekitar 20-30% lab, kecuali kalau kering engga ada yah tergantung kondisi barang kalau kertas HVS Rp. 2,500 di jual Rp. 3,500 karena saya jualnya ke Tulung Agung, PT. Setia Kawan kalau HVS beli Rp. 2,300 di jual Rp. 2, 700 kebanyakan di jual di Bandung saja P: Jumlah karyawan? A: 12 orang sama sopir, denganjumlah armada 2 P: Kendala yang dirasakan?
131
A: Ya namanya kita dagang ada masalah dengan harga karena yang menentukan harga tetap pabrik kita engga bisa nahan barang karena pertama gudang kurang luas kedua kurang modal yang terfikir hanya modal cepat mutemya P: Fluktuasinya kisaran berapa Pak? A: Yah kaya kemaren saja sampai Rp 200 padahal saya mah nyari untungnya engga gede banget yah paling Rp 50 cuman kita ngejar jumlah barang yang banyak P: Kenapa harganya bisa turon begitu ya Pak? A: Pengaruh dari pasokan permintaan ekspor dari Iuar yang menurun
Hasil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal 20 Juli 2007 dengan Bapak Noto dan Rochadi Tawaf ( LP UNPAD ) Notasi : P ( Pewancara ), N ( Bapak Noto ), R ( Bapak Rochadi ) P: Bagaimana struktur organisasi lembaga penelitian UNPAD? N: Lembaga penelitian membawahi 11 pusat penelitian yang mana pusat penelitian mengenai pengelolaan sampah ada puslit telmologi tepat guna yang sudah melakukan kerjasama dengan industri dan lembaga pemerintah di mana kita punya tempat pengomposan di Jatinangor khususnya di fakultas petemakan di mana kita punya 2000 ekor sapi sehingga. kita olah kotoran sapi dicampur dengan sampah pasar bekerjasama dengan PD. Kebersihan, lembaga penelitian UNPAD ini seperti koordinator saja yang melakukan evaluasi kegiatan-kegiatan penelitian di pusat penelitian yang jumlah ada II buah di mana yang terakhir adalah pusat penelitian inovasi P: Bagaimana dengan pendanaan di LP UNPAD sendiri? N: Disini ada penelitian reguler dan penelitian non reguler, kalau penelitian reguler dananya berasal dari UNPAD, DIKTI, Menristek dan Departemen, penelitian non reguler adalah penelitian yang sifatnya kerjasama dengan pemerintah dan industri seperti TIPG dapat penelitian RISTAKIM tentang persusuan yang bekerjasama dengan industri susu P: Menurut Bapak bagaimana implemenetasi konsep ABG di Indonesia? N: Sebetulnya kalau govermentnya sudah banyak melibatkan perguruan tinggi karena sejak berlakunya OIDA sehingga. permasalahan-permasalahan harus melibatkan kajian dengan perguruan tinggi yang didukung oleh peraturan presiden tentang anggaran belanja tetapi kalau dengan industri karena profit oriented sehingga nampalmya mengkaji dan menganalisis hasil riset PT mempunyai nilai jual yang tinggi untuk dikomersialisasikan jadi sasarannya masih produk oriented jadi dalam pola kerjasama ada punya nilai di mana dengan kerjasama itu kita akan sating menguntungkan dan bisa menghasilkan sesuatu, jadi kerjasama itu harus dilembagakan, dibuat kelembagaannya sehingga ada payung Iegalitasnya seperti kerjasama antara LP UNPAD denganpemerintah Kabuapten Sumedang ada MOU, ada semacam surat perjanjian kerjasama, semacam surat pembentukan kelembagaan yang akan mennagani kerjasama misalkan antara LP UNPAD dengan Kabupaten Tasikmalaya dibentuk tim kerjasama yang diketahui Sekda untuk jangka waktu 5 tahun, jadi kata kerjasama itu mempunyai nilai yang cukup
132
strategis untuk melaksanakan berbagai kegiatan baik itu antar negara, antar instansi maupun departemen sehingga ada teori yang mengatakan bahwa pimpinan masa depan adalah pimpinan yang mampu melaukan ketjasama dengan pihaklain P: Kaitannya dengan ketjasama, tentang program link and macth antara industri dan PT apa endalanya? N: Kalau dengan indsutri memang beum memasyarakat tap kalau dengan pemerintah sudah banyak dilakukan P: Apa karena araban penelitian dan riset di LP dan PT belum fokus dan memenuhi target pasar? N: Ya mungkin seperti itlah karena kalau penelitian dengan industri biasanya riset pesanan seperti industri minuman ekstajoss yang meminta kita meneliti kualitas minumannya P: Apakah sosialisasi basil riset dan penelitian sudah pernah disosialisasikan? N: Tentu saja sudah pernah tetapi ada industri yang menanggapi tapi sifatnya masih skala lab jadi yang sesuai dengan kebutuhan industri tapi mungkin yang paling banyak adalah riset pesanan dari industri P: Berapa prosentase ketjasama LP dengan Industri? N: Kalau saya lihat belum terlalu banyak industri yang menjalin ketjasama dengan PT kalau di fakultas kedokteran atau bidang kesehatan mungkin sudah banyak seperti dengan farmasi dan industri obat-obatan, itukan lebih ke PT bukan lembaga penelitian karena kalau di lembaga penelitian sifat risetnya sudah sangat multidisplin ilmu sedangkan kalau di PT masih bersifat monodisplin ilmu. Tapi kalau dengan pemerintah sudah banyak jalinan ketjasama karena nakah-naskah di pemerintahan juga sudah memerlukan kajian-kajian PT atau lembaga penelitian seperti naskah-naskah berupa SK dari eksekutif ke legislatif perlu dikaji terlebih dahulu tapi kalau dengan industri belum mempunyai model pendekatannya jadi sifatnya hanya riset pesanan tapi kelembagaannya seperti pembentukan tim belum bisa. P: Kendala dan kesulitannya yang dirasakan oleh LP UNPAD? N: Da.ri segi aturan seperti Keppres No. 80 tenta.ng pengadaan barang dan jasa ada klausal yang mengatakan bahwa PNS tidak boleh mengikuti proses lelang itu yang membuat PT seperti dipasung. P: Kalau dari budaya penelitian sendiri bagaimana? N: Oh budaya penelitian kita sudah tinggi karena sudah banyak jalinan ketjasama dengan berbagai departemen, Ya saya kim kalau PT bentuk BHP juga akan masih terbentur pada kendala dengan peraturan tadi karena riset kan tidak bebas. P: Kalau konsep komersialisasi hasil-hasil riset? N: Ya sebetulnya penelitian itu kan kalau dilihat letak komersalisasinya itu di mana sebab kalau kita lihat budget risetnya kan dari kedua belah pihak perlu dikaji yang kalau hasil risetnya tidak punya nilai jual tetapi kalau basil riset itu punya nilai jual berarti kan bernilai komersil karena sebetulnya riset itu sendiri kan mahal biaya tinggi P: Jika berbicara kaitannya dengan gaji peneliti sendiri pak ada pengaruhnya tidak? N: Ya sebetulnya semua itu tidak ada keterkaitannya dengan budaya penelitian karena semua itu kan sudah diatur.
133
Wawancara dilanjutkan dengan bapak Rochadi Tawaf P: Bagiamana proses awalnya pengomposan? R: Karena ada permasalahan bau dari usaha petemakan sapi di fakultas petemakan UNPAD, maka dari situ kita mencoba untuk membuat kompos dari kotoran ternak di bawah fakultas peternakan UNPAD, kita mendirikan unit pengolah limbah yang menampung dan membentuk kelompok studi untuk menangani permasalahan tersebut, ketika ada ribut-ribut tentang sampah maka kita kombinasikan pembuatan komposanya dengan kotoran temak dan sampah temyata hasilnya cukup bagus, sampai kita ikut WWJMP dapatlah kita bina Kabupaen Tasikmalaya, Sumedang, Bandung lalu kita buat pupuk organik dan pupuk cair sampai program RI seluruh Jawa Barat kita dapat kontraknya untuk mendistribusikan pupuknya sejak tahun 2004 dan masih berjalan, tapi tersendatsendat karena SRI itu kan tergantung pada program-program pemerintah kalau program gerhan baru pada minta kompos, kalau petemak-petemak lokal paling hanya 5-l 0 ton P: kapasitas produksinya berapa Pak? R: Kita pemah sampai I 000 ton/hari tapi sekarang tergantung pesanan kalau untuk pesanan segitu kita memperkerjakan 20-30 orang, tapi kalau cuman I 00-200 ton/hari paling cuman I 0-20 orang saja P: Pegawai-pegawainya darimana pak R: Petemak-petemak lokal P: Tidak berkerjasama dengan PD. Kebersihan Pak? R: Iya dengan PD. Kebersihan kta minta kiriman sampah dari pasar Ciroyom sekitar Tanjung Sari kita bayar satu truk Rp. 50,000, kita crusher kita bikin campurannya 60:40, 60% kotoran sapi sedangkan 400/o sampah pasar P: Jadi ada proses pemilahannya Pak? R: kita minta produk sampah yang sudah bersih dan banyak unsur sampah organiknya, yang jadi persoalan adalah ketika orang berbicara organik farming tapi produk kompos seperti ini tidak pemah diproteksi oleh pemerintah, sementara pupuk anorganik terus disubsidi harusnya kan produk-produk seperti ini diberi insentif, karena sebetulnya kita membantu pemerintah mengendalikan sampah, dinas-dinas lain seperti pertanian, perkebunan, tidak mau membeli produk-produk seperti ini karena harus melalui tender dan sebagainya jadi mekanismemekanisme seperti itu harus dirubah, sehingga dalam hal ini kita sangat mengalami kesulitan dalam pemasaran kompos sehingga mengganggu proses produksi paling-paling hanya 10 tonlhari, jadi lebih mahal ongkos produksi, biaya operasinalnya dan transportnya daripada harga pupuknya P: Selain komposting, pelaksanaan program 3R yang sudah dilakukan oleh LP UNPAD? R: Kita sudah banyak melakukan kajian-kajian tentang sampah seperti dengan Litbang Kota Bandung k:ita melakukan kajian tentang 3R di Tegalega yang sudah mempunyai mesin crusher dari KLH P: Kalau dengan industri? R: Kalau berhubungan dengan produk-produk lingkungan belum, tetapi kalau ibu nanya ke PSDAL mungkin sudah banyak karena kalau di TTPG lebih kebanyakan tentang produk mesin-mesin P: Kalau konsep ABG atau triple helix sendiri apakah sudah berjalan?
134
R: Yang saya tabu ABG berjalan misalnya LP Unpad sendiri sudah bekerjasama dengan PT. Mitra Tani Mandiri tentang mesin-mesin crusher P: Kebanyakan pengguna basil riset TfPG sendiri darimana saja ? R: Kebanyakan masih petemak:-peternak lokal karena teknologi kita adalah teknologi tepat guna, kemudian juga pemerintah seperti dari departemen, dirjen petemakan, Dinas Petemakan Kabupaten Bandung, yang jelas kebanyakan masih kalangan pemerintah, ada juga beberapa swasta di daerah Leuwipanjang P: Apa kendala yang dirasakan dalam menjalin kerjasama dengan industri R: Banyak kendalanya khususnya dengan industri, pertama mereka hanya ingin produk tidak mau memperdulikan proses, artinya penelitian itu memerlukan proses dan butuh biaya dan ciri dari industri yang punya orientasi penelitian dan riset akan punya divisi Litbang adalah industri yang mempunyai visi ke depan, sedangkan yang tidak adalah industri-industrian dan itu yang banyak terjadi di Indonesia, contohnya kita punya RAPID namanya riset andalan PT da Industri itu sulit sekali berkembang padahal kontribusi dananya berasal dari Pemerintah sebanyak 60%, PT 15% dan Industri 25% dilaksanakan di tingkat nasional, sedikit sekali yang daftamya, karena untuk menyakinkan industri untuk ikut penelitian itu tidak mudah, seperti hanya ingin hasilnya saja tidak mau membiayai dari awal padahal kan penelitian itu butuh alat, ya bahkan otak manusia tidak dihargai sehingga penghargaan pada basil riset sangat rendah sekali, jadi ya itu persoalan itu, PT sepertinya sombong bukan seperti itu sebenamya produk kita banyak sekali dan PT juga tidak punya duit karena riset hanya sampai skala lab karena untuk sampai tahap implementasi perlu dana
Basil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada taenggal IS Agustus 2007 dengan Bapak Suwarta (PPLH ITB) Notasi : P ( Pewancara ), S ( Bapak Suwarta ) P: Bagaimana struktur organisasi PPLH ITB sendiri? S: PPLH ITB itu keberadaannya di bawah LPPM ITB jadi seluruh pusat-pusat penelitian ITB dikoordinasikan oleh LPPM ITB seperti Pusat Penelitian Energi, Pusat Studi Lingkungan, Pusat Penelitian Kelautan, semua berada di bawah ITB, jadi setiap melakukan penelitian semua kontrak dilakukan atas nama ITB oleh LPPM tersebut sehingga kita tidak bisa berdiri sendiri. Mengenai program 3R sampah sebenamya itu bukan konsep kita tetapi karena kita punya pengalaman dalam pengelolaan sampah itu diawali dengan kepedulian kita kepada pemulung sampah karena kita menganggap bahwa peran serta pemulung dalam pengelolaan sampah, dalam arti tidak terorganisir itu juga sangat berarti bagi pemerintah kota, walaupun kita tidak meneliti dalam arti besaran seperti berapa persen sampah Bandung yang diangkut atau diolah oleh mereka per orang atau per lokasi misalnya tetapi yang kita lakukan 3dalah meneliti peran serta mereka dalam pengelolaan sampah dan mencoba mengetahui mengapa sib mereka sampai bisa mempunyai kerjaan sebagai pemulung sampah. P: Kajiannya dilakukan tahun berapa?
135
S: Tahun 1980-an lalu setelah itu kita ingin meneliti profil pemungut sampah di Kota Bandung dengan mencari keberadaan TPA sampah yang menjadi lokasi operasional mereka, kita lakukan wawancara dengan mereka sehingga kita tabu lokasi tempat pemukiman mereka berada yang biasanya di bawah jembatan, pinggir-pinggir kota, pojok-pojok kota, lalu kita bentuk mereka dalam suatu kelompok pemulung, nab dari pengalaman itu kita coba buat proposal untuk kita ajuk:an kepada negara donor untuk: melakuk:an sistem pemulung sampah di 3 Kota yakni Cianjur, Sukabumi dan Bandung, kebetulan kita tabun 1980-1982 kita dapat dana dari ISSB (Institut Studi Sosial Belanda), bukan hanya itu saja kita coba melibatkan organsasi pemulung dengan melibatkan UNP AD dan UNISBA, untuk membina keluarga mereka dari aspek sosial dan keagamaan, juga dengan membentuk: koperasi diantara mereka. Kita juga mengikutsertakan mereka dalam program sampab kota dan pengbijauan Bandung Utara yang termasuk daerab konservasi. Kemudian kita juga membentuk Yayasan Apat Bahagia namanya yang memayungi mereka untuk: bisa berusaha di bidang lain atau bekerjasama dengan pibak lain. Dari pengalaman melakukan kajian-kajian tersebut akhimya kita sampai pada konsep pengelolaan sampah perkotaan secara terpadu dengan konsep KIS yakni kawasan Industri Sampab dengan membuat pilot project atas bantuan dari GTZ Jerman yang berlokasi di RW 12 Kelurahan Dago di mana konsep KIS ini adalah mengelola sampah di tempat penghasilnya yakni di masyarakat khusus sampab rumab taengga P: Konsep ini mulai tabun berapa Pak? Sedangkan pilot projectnya tabun berapa? S: Untuk: konsep KIS mulai kita perkenalkan tahun 1990 sedangkan pilot projectnya tabun 1991, hanya sayang sekarang ini sudah tidak berjalan kembali karena lahannya sudah tidak diperbolehkan kembali oleb ITB, karena sebelumnya lita menyewa laban ITB. Awalnya memang tidak mudab, karena kita melakukan pendekatan kepada warga untuk: melakukan pemisahan sampab antara sampah organik dan anorganik, lalu ada pembuatan kompos dengan memilki mesin pencacab yang desain mesinnya dari ITB, sempat berjalan baik dan kita serahkan kepada RW untuk ditindaklanjuti P: Pembinaannya dilakukan berapa lama? S: Kita melakukan pembinaan selama 5 tahun, di mana tujuan konsep daripada KIS ini adalah buk:an menghilangkan sampah sebenamya karena bagaimanapun permasalahan sampab di Indonesia pada dasamya tidak akan pemah selesai walaupun ada incinerator sebagus apapun konsep seperti mengubah sampab jadi tenaga listrik seperti yang sedang dilakukan oleb PT. Brill itu tetap tidak akan melepaskan fungsi TPA TPA tetap diperlukan karena sebenamya semua konsep penglolaan sampah pada dasamya banya untuk memperpanjang umur TPA saja, tetap sampah pasti aka.n ada, tetapi dengan adanya konsep KIS di mana sampah sudah dikelola ditiap-tiap rumab tangga maka jumlab sampah yang akan dibuang ke TPA akan sangat berk:urang, karena tienggal 15-25% saja yang aka.n dibuang dan yang tidak bemilai ekonomis dan antara masyarakat dan dinas kebersihan bisa saling berkompromi sebenamya berapa ongkos yang harus dibayar oleh KIS yakni oleh satu RW yakni ongkos angkut sampah, jadi tidak per kk, sehingga dalam hal ini peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah lebib tercipta P: Implementasi konsep KIS sendiri sudah di mana saja Pak? S: Untuk: sosialisasi kita sudah sering lakuk:an melalui pameran-pameran yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan sudah banyak kabupaten kota di seluruh
136
Indonesia yang menerapkan konsep ini seperti DKI Jakarta, Kebun Binatang Raggunan, Padang, Surabaya dan lain-lain. Jadi konsep kita adalah bahwa pengelolaan sampah adalah harus dengan melibatkan peran serta masyarakat dan untuk memperpanjang umur teknis TPA, yang kedua masyarakat itu akan menjadi mengerti bahwa sampah itu adalah tanggung jawab bersama di mana dengan kosep KIS ini sampah sebenamya di manage oleh masyarakat tingkat RT, RW, dan pada satu titik tertentu maka masyarakat sudah tidak perlu lagi membayar iuran dan retribusi sampah karena kalau kesadaran masyarakat sudah bagus maka akan menekan biaya retribusi dengan menekan jumlah sampah, sehingga konsep 3R sampah adalah bagaimana memanage sampah menjadi lebih bermanfaat dan jumlahnya semakin berkurang P: Kendalanya Pak? S: Yah memang harus diakui kendalanya masih banyak, yang paling utama adalah laban untuk tempat operasional KIS. Kemudian juga masalah pemasaran komposnya sendiri sebenamya bisa diatasi dengan kebiasaan masyarakat bertanam-tanaman atau bisa saja satu kelurahan kan pasti ada perkantoran, sekolah yang seharusnya juga mempunyai taman, sehingga akan bisa sating berkejasama dengan mewajibkan untuk membeli kompos dari masyarakat sehingga tidak ada lagi permasalahan pemasaran kompos seperti sekarang ini. MenLH sekarang ini menawarkan anggaran untuk membeli kompos dari masyarakat atau swasta yang memproduksi kompos, tetapi memang konsep KIS sendiri tantangannya cukup bcrat dari pemda sendiri seharusnyakan pemda senang karena umur teknis TPAnya akan bertambah panjang tetapi ada pertentangan karena PAD dari retribusi sampah akan turun. Malah dibeberapa daerah seperti di Bali konsep ini lebih dikembangkan lagi tidak hanya rumah tangga tetapi juga dari perkantoran dan hotel dan dikelola secara profesional
Hasil Transkrip wawancara Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2007 dengan lbu Triwahyuni dari PT. Biofarma Notasi : P ( Pewancara ), T ( lbu Triwahyuni ) P: Apakah ada divisi khusus di PT. Biofarma yang menangani permasalahan lingkungan? T: Di PT. Biofarma kita tidak mempunyai divisi khusus, karena pengelolaan lingkungan melekat di divisi masing-masing dan di bagian pemeliharaan alat, seperti divisi QI melihat pennasalahan lingkungan dari sisi regulasinya sedangkan secara teknis dan operasional pengelolaannya ada di pemilik masing-masing alat seperti untuk IPAL pemeliharaan dan operasionalnya ada di divisi teknik sedangkan kita hanya mengevaluasi kondisi dan basil-basil daripada proses IPAL P: Bagaimana dengan pengelolaan limbah-limbahnya baik limbah padat, cair dan udaranya? T: Kita sudah menerapkan pengelolaan lingkungan, seperti untuk limbah cair kita sudah punya IPAL dan basil olahannya sudah memenuhi baku mutu lingkungan yang ditentukan P; Untuk desain IPALnya apakah ada kerjasama dengan perguruan tnggi atau lembaga riset?
137
T: Kebetulan kita mendapat transfer teknologi dari Jepang karena kita ada kerjasama dengan JICA Jepang, jadi kita satu paket dibangunkan gedung berikut pengolahan Iimbahnya yakni desain IPALnya, kerjasama kita dengan perguruan tinggi atau lembaga riset kebanyakan Iebih untuk vaksinnya, seperti dengan jurusan Farmasi ITB P: Bagaimana dengan pengelolaan sampahnya Bu? T: Di sini kita sudah melakukan pemisahan sampah organik dan anorganiknya, di mana untuk sampah anorganiknya sendiri kita melakukan pemisahan lagi, seperti yang ibu Iihat kita punya 4 tong sampah yang berbeda untuk sampah anorganik yang berberda seperti kertas, plastik, logam, karet dan besi P: Apakah ada Iimbah infeksiusnya? T: Vaksin sendiri itukan obat ya, jadi sudah bisa digunakan di tubuh manusia, jadi bukan Iimbah infeksius, tetapi di sini kita juga punya incinerator untuk sampahsampah seperti hewan-hewan percobaan, atau jarum-jarum suntik yang digunakan, desain incineratomya kita tidak beke:rjasama dengan perguruan tinggi atahu lembaga riset tetapi dengan pihak swasta yang ahli di bidang incnerator P: Untuk sampah organiknya sendiri bagaimana? T: sampah organik kita kirim ke Cisarua-Lembang kerjasama dengan koperasi binaan PT. Biofarma untuk diolah menjadi kompos, PT. Biofarma mempunyai lahan sekitar 28 Ha yang ditumbuhi tanaman, sebagian dipakai untuk Iahan peternakan sehingga kompos yang dihasilkan dipakai untuk kepentingan PT. Biofarma yakni untuk menyuburkan lahan tanaman sebagai pakan temak P: Kalau untuk sampah anorganiknya sendiri bagaimana? T: Untuk sampah anorganiknya kita berikan kepada pemanfaat yang menjadi mitra binaan PT. Biofarma, di mana kita mempunyai unit PKBL yakni program kerja Bina Lingkungan yang salah satu mitra binaannya bergerak di bidang penjualan barang-barang rongsok, maka kita salurkan ke mereka, program PKBL itu kan bermacam-macam mulai dari dana bergulir, dana bnatuan dan dana hibah dii P: sampah anorganiknya sendiri jenisnya apa saja? T: Ya sampah perkantoran seperti kertas, karet, plastik, gelas-gelas, logam dan besi-besi P: Untuk pengangkutannya setiap hari? T: Ya setiap hari dulu mereka yang mengambil tetapi sekarang kita beri fasilitas dengan mengantarkannya ke mereka P: Dibuat perjanjian atau MOUnya? T: Ya kita tertib administrasi ada surat perjanjian yang diperbaharui tiap tahun, itu sudah menjadi persyaratan bila kita bekerjasama dengan pihak ketiga P: Bagaimana implementasi 3R lainnya? Kesulitan ? T: Kita melakukan awames seperti oli bekas kita jual ke CV. WGI yang sudah mempunyai ijin dari KLH, kita melakukan reuse air dari kondesat kita pergunakan kembali, kertas-kertas bekas kita guakan untuk pembuatan draft laporan, yang kita butuhkan adalah informasi pemanfaat langsung barang-barang anorganik tersebut karena selama ini kita seolah-olah hanya kepada pengumpul saja yang mengambil barang yang bernilai saja sedangkan barang yang tidak bernilai dibuang begitu saJa