Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
TATA LAKSANA PERKANDANGAN TERNAK KAMBING DI DUA LOKASI PRIMA TANI PROPINSI LAMPUNG (Goat Housing on Two Locations of Prima Tani in Lampung) NANDARI DYAH SURETNO dan E. BASRI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Jl. Hi. Z.A. Pagar Alam No. 1A Rajabasa, Bandar Lampung 35145
ABSTRACT There are three important factors in goat production including breed, feed and management. Barn is a part of management that should be taken into account. The aim of this research was to study the management of goat housing in East Lampung and North Lampung Regency. This research was conducted in May until August 2008. The data of goat housing were analyzed descriptively. The result showed that the distance between goat’s barn and farmer’s house more than 5 meters, and it received enough morning sunshine. Materials for building barn were bamboo, wood and roof tiles. These materials were available around these locations, inexpensive and strong enough for a long time. The separations in goat’s barn were done based on their physiological status. The size of these partitions was following the standart, and some of them have bigger than standart’s size. Key Words: Goat Housing, East Lampung Regency, North Lampung Regency ABSTRAK Tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing adalah: bibit, makanan dan tata laksana. Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang penting dalam usaha ternak kambing. Kegiatan Prima Tani telah berjalan empat tahun di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Utara, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkandangan kambing di dua lokasi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2008 di Kec. Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur dan Kec. Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara dengan masing masing 12 peternak dan 10 peternak sebagai responden. Pengambilan data melalui survey dengan metode purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak kandang sudah lebih dari 5 m dari rumah dan sebagian besar menghadap ke timur. Bahan-bahan pembuat kandang terutama adalah bambu, kayu dan genteng untuk atap. Bahan-bahan ini mudah didapat, murah dan tahan lama. Pemisahan ternak berdasarkan status fisiologis ternak sudah dilakukan dengan ukuran kandang yang sesuai standar bahkan melebihi standar. Kata Kunci: Kandang Kambing, Lampung Timur, Lampung Utara
PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh masyarakat Indonesia sebagai usaha sampingan atau tabungan. Disebut usaha sampingan karena pemeliharaannya masih bersifat tradisional, sedangkan sebagai tabungan karena pemasaran hasil produksi (daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Ternak kambing akan memberikan hasil yang lebih tinggi apabila pemeliharaannya ditingkatkan menjadi semi intensif atau intensif.
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan dan tata laksana. Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus mendapatkan perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak positif baik bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak akan optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang yang baik.
545
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, ventilasi dan kelembaban. Artinya kandang cukup mendapat cahaya matahari, mempunyai ventilasi yang baik dan mendapatkan udara segar yang cukup. Bahan-bahan pembuat kandang yaitu lantai, dinding dan tempat pakan harus terbuat dari bahan yang mudah didapat dan tahan lama. Penempatan kandang cukup jauh dari rumah penduduk, sehingga kontaminasi dengan kandang semakin kecil. Ukuran kandang untuk masing-masing status fisiologis kambing juga harus diperhatikan. Untuk kandang kambing yang sedang beranak ukurannya 120 cm x 120 cm/ekor; kandang induk ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang anak ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang pejantan ukurannya 110 cm x 125 cm/ekor dan untuk kandang dara ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor (YABIMA, 2008). Untuk kambing yang sakit dibuatkan kandang terpisah agar penyakitnya tidak menular. Kegiatan Prima Tani sebagai program unggulan dari Badan Litbang Pertanian dilaksanakan di Propinsi Lampung di 8 kabupaten. Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Utara merupakan dua kabupaten yang pertama melaksanakan kegiatan Prima Tani mulai dari tahun 2005. Kedua kabupaten tersebut menempatkan ternak kambing sebagai salah satu komoditas yang mendapatkan perhatian karena potensinya yang tinggi. Setelah empat tahun kegiatan Prima Tani berjalan di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Utara, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkandangan kambing di dua lokasi tersebut. Karena penempatan ternak pada kandang yang sudah sesuai dengan status fisiologisnya, penempatan kandang yang tepat pada lokasi dan posisinya serta bahan pembuat kandang yang bagus merupakan faktor-faktor penting untuk meningkatkan produktivitas. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2008. Penelitian dilakukan di dua lokasi Prima Tani yaitu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung
546
Timur dan Kecamatan Margahayu Kabupaten Lampung Utara. Kabupaten Lampung Timur diambil 12 orang peternak kooperator sebagai responden dan di Kabupaten Lampung Utara diambil 10 orang peternak kooperator yang telah mengikuti kegiatan Prima Tani selama 4 (empat) tahun. Parameter yang diamati meliputi jenis kambing; jumlah kepemilikan ternak (ekor); jarak rumah dengan kandang (m); jarak kandang ke sumber pakan (m/km); ukuran kandang (m); bahan pembuat kandang; luas kandang individu (m2); jarak antar bilah (cm); tinggi lantai kandang dengan tanah (m); tempat penampungan kotoran dan kondisi lantai kandang. Pengambilan data melalui metode survey. Pengambilan sampel secara purposive sampling yang artinya pengambilan sampel dengan tujuan tertentu dan semua responden mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi ternak Propinsi Lampung dengan luas wilayah 3.528.835 ha sangat potensial untuk untuk pengembangan ternak, dengan didukung luas tanah sawah sebesar 364.237 ha dan luas tegalan/kebun/ladang/huma/fields sebesar 868.256 ha (BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI LAMPUNG, 2006). Hasil ikutan dari proses budidaya dan pascapanen pertanian ini sangat mendukung untuk dijadikan sumber pakan ternak. Komoditas peternakan unggulan yang sudah berkembang di Propinsi Lampung adalah sapi, kambing, ayam ras petelur dan ayam ras pedaging. Sedangkan komoditas prospektif adalah ayam kampung, babi, sapi perah, itik, kerbau, domba dan burung puyuh. Kambing sebagai salah satu ternak unggulan di Propinsi Lampung populasinya sebanyak 979.034 ekor (DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN, 2006), masih terbuka luas untuk dikembangkan untuk mendukung swasembada daging tahun 2010. Menurut BPS PROPINSI LAMPUNG (2006) Kabupaten Lampung Timur memiliki luas
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
wilayah 433.789 ha dengan didukung lahan sawah seluas 52.993 ha dan tegalan/kebun/ ladang/huma/fields seluas 93.379 ha yang dapat digunakan sebagai sumber pakan. Untuk Kabupaten Lampung Utara luas wilayahnya 272.563 ha dengan luas sawah 13.001 ha dan luas ladang/kebun/ladang/huma/fields 89.940 ha. Populasi ternak kambing di kedua kabupaten ini masing-masing 83.884 ekor (Lampung Timur) dan 47.414 ekor (Lampung Utara). Melihat jumlah populasi kambing dikedua kabupaten ini masih terbuka luas untuk pengembangan apabila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Propinsi Lampung. Kondisi perkandangan kambing di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Utara Fungsi kandang sebagai tempat berlindung ternak, tempat istirahat, tempat terjadi perkawinan dan memelihara ternak sakit, memerlukan perhatian yang cukup tentang kekuatannya, kebersihannya serta kemudahan kita untuk mengontrol perkembangannya. Jenis kambing dan kepemilikannya Peternak kambing yang tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mutiara Prima di Kabupaten Lampung Timur sebanyak 23 orang dengan total populasi kambing sebanyak 159 ekor. Sedangkan di Kabupaten Lampung Utara nama Gapoktannya adalah Marga Jaya, jumlah peternaknya 242 orang dan jumlah kambing 1414 ekor. Kambing yang dipelihara adalah kambing kacang dan PE karena kedua kambing tersebut sangat cocok untuk kondisi iklim di Indonesia. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia, sedangkan kambing PE merupakan hasil perkawinan silang antara Kambing Kacang dan Kambing Etawah. Ukuran tubuh Kambing PE berada diantara Kambing Kacang dan Kambing Etawah (ROGER dan SUBANDRIYO, 1997). Kepemilikan ternak kambing di Kabupaten Lampung Timur adalah yang betina, karena diharapkan hasilnya berupa anak. Demikian juga untuk Kabupaten Lampung Utara, kambing jantan kebanyakan dijual. Rata-rata
kepemilikannya adalah 7 ekor (Lampung Timur) dan 5 ekor (Lampung Utara). Rata-rata kepemilikan yang masih sedikit ini karena pemeliharaan kambing bagi peternak hanya sebagai sambilan saja, sedangkan pekerjaan utamanya adalah petani kakao (Lampung Timur) dan lada (Lampung Utara). Letak bangunan kandang Jarak antara rumah peternak dengan kandang serta jarak antara kandang kambing dengan sumber pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jarak rumah peternak dengan kandang kambing dan jarak kandang kambing dengan sumber pakan di Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur dan Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara* Jumlah peternak (%) Parameter
Lampung Timur(%)
Lampung Utara(%)
<5
33
40
5–9
42
50
≥ 10
25
10
<7
83
100
7 – 10
17
0
Jarak rumah dengan kandang (m)
Jarak kandang kambing dengan sumber pakan (km)
*Sumber: Hasil survey pada peternak di Kab. Lampung Timur dan Kab. Lampung Utara (2008)
Jarak rumah peternak dengan kandang kambing pada Tabel 1 di Lampung Timur, terlihat bahwa sebagian besar peternak sudah menempatkan kandang jauh dari rumah mereka yaitu 42% berjarak 5 – 9 m dan 25% berjarak 10 m. Sedangkan untuk Lampung Utara 50% berjarak 5 – 9 m dan 10% berjarak 10 m. Penempatan kandang yang baik adalah minimal 5 meter dari rumah (DEPUTI MENRISTEK, 2001) supaya didapatkan kondisi
547
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
kandang yang segar. Kandang yang terlalu dekat dengan rumah dapat menyebabkan kontaminasi yang lebih tinggi dari kotoran dan kemungkinan penyakit yang ditimbulkan oleh ternak. Disamping itu dapat mengakibatkan polusi udara yang dapat dirasakan secara langsung oleh peternak akibat kotoran kambing. Sumber pakan utama untuk kambing yang berupa hijauan di Lampung Timur didapat dari hutan rakyat yang jaraknya berkisar antara 710 km. Selain itu pakan yang digunakan berasal dari kulit kakao yang diperoleh dari kebun mereka sendiri. Pemberian pakan kulit kakao hanya pada saat peternak panen buah kakaonya, sehingga tidak tersedia secara kontinyu. Teknologi fermentasi terhadap kulit kakao dari BPTP Lampung sudah diintroduksikan pada peternak untuk mengantisipasi sumber pakan pada saat tidak panen, namun teknologi ini tidak seluruhnya diadaptasikan. Hal tersebut kemungkinan karena peternak tidak sempat mengerjakannya. Jarak kandang dengan sumber pakan untuk peternak di Kabupaten Lampung Utara dibawah 7 km, yaitu berkisar antara 0,5 – 1,5 km. Sumber pakan ini didapatkan dari kebun lada mereka berupa naungan pohon lada. Seperti halnya peternak di Lampung Timur, mereka hanya mengandalkan hijauan saja, tidak ada tambahan pakan berupa konsentrat. Penempatan kandang juga harus mendapat perhatian, supaya kambing cukup mendapat sinar matahari pagi secara langsung. Dari survey yang dilakukan di Lampung Timur ternyata hanya 58% saja kandang yang menghadap ke timur, sisanya (42%) menghadap ke utara dan selatan. Namun untuk Lampung Utara sudah 90% kandangnya menghadap ke timur. Kandang yang cukup mendapat sinar matahari pagi akan mencegah kambing terkena rakhitis, karena sinar matahari pagi mengandung ultraviolet yang berperan sebagai energi dan mencegah gangguan rakhitis untuk ternak yang dikandang terusmenerus (CV BAF, 2008). Untuk kandang yang tidak menghadap ketimur diusahakan menggunakan genteng kaca sehingga sinar matari masih dapat masuk ke kandang.
548
Disekitar kandang juga semuanya terdapat pohon-pohon naungan berupa pohon kakao (Lampung Timur) dan pohon lada serta naungannya (Lampung Utara). Pohon-pohon ini berfungsi untuk melindungi kambing dari terpaan angin secara langsung terutama untuk malam hari sehingga kambing terhidar dari serangan penyakit kembung (ROGER dan SUBANDRIYO, 1997). Selain itu yang terutama, hasil pohon naungan disekitar kandang diambil buahnya. Konstruksi kandang Ukuran kandang bervariasi tergantung dari jumlah kambing yang dipelihara. Pada peternak yang tergabung dalam Gapoktan Mutiara Prima panjang kandangnya berkisar antara 2 meter sampai 6 meter. Untuk lebar kandang berkisar antara 1,5 m sampai 4 m dan untuk tinggi kandang berkisar antara 1 m sampai 2,5 m. Ukuran ini tidak berbeda jauh dengan ukuran kandang di Lampung Utara, panjang berkisar antara 3 m sampai 8 meter, lebar 1,5 m sampai 4 m dan tinggi 1,25 sampai 2,5 m. Ukuran yang hampir sama ini karena kepemilikan ternak di kedua kabupaten tersebut tidak berbeda jauh. Bahan pembuat kandang dan ukuran lantai kandang di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat pada Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk pembuatan lantai semua peternak di lampung Timur menggunakan bambu. Hampir semua peternak ukuran bilah bambu untuk lantai tebalnya 1cm, lebarnya 4cm dan jarak antar bilahnya 1,5 cm. Sebagian besar peternak di Lampung Utara menggunakan bambu (70%) sebagai lantai, dengan tebal 1 cm,lebar 4 cm dan jarak antar bilahnya 2 cm. Ukuran-ukuran tersebut sudah tepat kecuali jarak antar bilah untuk Lampung Utara yang lebih besar yaitu 2 cm karena menurut ROGER dan SUBANDRIYO (1997), apabila lantai menggunakan bambu maka lebarnya ± 3-4 cm dengan jarak antar bilah 1,5 cm untuk dewasa dan 1,3 cm untuk anak. Jarak antar bilah yang terlalu lebar akan membuat ternak terperosok terutama kambing yang masih kecil (anakan).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Tabel 2. Bahan pembuat kandang dan ukuran lantai* Parameter
Kab. Lampung Timur (%)
Kab. Lampung Utara (%)
Bahan pembuat lantai Bambu
100
70
Kayu
0
20
Tanah
0
10
Bambu
58
0
Kayu dan bambu
8
0
Kayu
33
100
Bambu
25
40
Kayu dan bambu
33
0
Kayu
42
60
100
80
0
20
0,5 cm
17
0
1 cm
83
90
4 cm
83
60
5 cm
17
30
Bahan pembuat dinding
Bahan tempat pakan
Bahan atap Genteng Asbes/sengandang Tebal Ukuran lantai K
Lebar
Jarak antar bilah 1 cm
17
10
1,5 cm
83
20
2 cm
0
60
*Sumber: Hasil survey pada peternak di Kab. Lampung Timur dan Kab. Lampung Utara (2008).
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa untuk dinding sebagian besar peternak di Lampung Timur menggunakan bambu, sedangkan peternak di Lampung Utara seluruhnya
menggunakan kayu. Tempat pakan di kedua kabupaten sebagian besar menggunakan kayu. Bahan-bahan pembuat kandang ini sudah sesuai dengan yang dinyatakan oleh ROGER dan SUBANDRIYO (1997), bahwa bahan pembuat kandang harus yang mudah didapat dilokasi, tidak mahal dan tahan terhadap serangan serangga. Semua peternak di Kabupaten Lampung Timur menggunakan atap kandang dari genteng, sedangkan peternak di Lampung Utara tidak semua memakai genteng namun ada yang memakai seng dan asbes sebanyak 20%. Disamping genteng bahan untuk atap dapat menggunakan seng dan rumbia. Bahan untuk atap perlu mendapat perhatian juga karena Indonesia merupakan Negara dengan radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun, respon ternak terhadap kondisi ini adalah meningkatnya termoregulasi yang akan berdampak penurunan produktivitas. Penggunaan ketiga jenis atap diatas menurut hasil penelitian ARIF (2007), tidak menyebabkan perbedaan respons pertambahan bobot badan harian pada kambing Peranakan Ettawa. Tinggi kandang dari tanah di Lampung Timur semuanya (100%) sudah lebih dari 60 cm, yaitu antara 75 – 110 cm. Namun untuk Lampung Utara masih ada yang peternak yang tidak membuat kandang panggung. Dengan jarak minimal 60 cm, diharapkan bagian bawah kandang mudah dibersihkan pada saat koleksi kotoran. Disamping itu tidak terlalu tinggi untuk peternak dan ternak itu sendiri untuk masuk kandang (ROGER dan SUBANDRIYO, 1997). Semua peternak di Lampung Timur semua tempat kotorannya diletakkan dibawah kandang. Di Lampung Utara masih ada yang kotorannya menyatu dengan kambing sehingga kandang menjadi kotor dan lembab. Bentuk kandang panggung membuat kandang tetap dalam kondisi bersih dan kering karena semua kotoran turun ke bawah lantai kandang. Disamping itu kambing tidak bersentuhan langsung dengan kotorannya, sehingga terhindar dari penyakit yang terdapat dalam kotoran. Keuntungan yang lain adalah memudahkan mengkoleksi kotoran yang akan digunakan sebagai pupuk.
549
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Pembagian kandang Pentingnya pembagian kandang berdasarkan status fisiologis dan umur ternak telah diketahui oleh peternak, hal ini terlihat dari hampir semua kandang kambing telah ada pembagian kandangnya. Ukuran ruang kandang berdasarkan status fisiologis ternak di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Utara ukuran kandang untuk pejantan sudah sesuai dan malah melebihi standar. Ukuran kandang standar untuk pejantan menurut ROGER dan SUBANDRIO (1997) adalah antara 1 m2 sampai 1,2m2. Tabel 3. Ukuran ruang kandang di Kabupaten Lampung Timur dan Kab. Lampung Utara* Ukuran kandang
Kab. Lampung Timur (%)
Kab. Lampung Utara (%)
Pejantan < 1 m2
14
0
2
0
10
2
86
80
1 – 1,2 m
> 1,2 m Betina
2
< 0,7 m 0,7 – 1 m2 > 1 m2
0
0
0
10
100
80
Induk dengan 1 anak < 1,2 m2
0
0
1,2 – 1,5 m2
14
0
> 1,5 m2
86
90
Induk dengan 2 anak < 1,7 m2 1,7 – 2 m2 > 2 m2
0
0
0
0
100
90
2
33
20
2
67
70
>1m
*Sumber: Hasil survey pada peternak di Kab. Lampung Timur dan Kab. Lampung Utara (2008)
550
KESIMPULAN Kondisi perkandangan di dua Kabupaten yaitu Lampung Timur dan Lampung Utara hampir semuanya sudah memenuhi kriteriakriteria kandang yang baik, hal ini dapat dilihat letak kandang yang lebih dari 5 serta menghadap ke timur. Bahan-bahan pembuat kandang berupa bambu dan kayu untuk lantai, dinding dan tempat pakan, sedangkan atap menggunakan genteng dan asbes serta seng. Bahan-bahan ini merupakan bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama. Yang terpenting sudah ada pemisahan kandang berdasarkan status fisiologisnya. Ukuran kandang juga sudah sesuai standard dan bahkan melebihi standar yang dianjurkan. DAFTAR PUSTAKA
Induk bunting 0,7 – 1 m
Ukuran kandang untuk kambing betina dewasa dan kambing betina dengan 2 anak di Kabupaten Lampung Timur semuanya diatas ukuran standar. Untuk induk dengan satu anak yang sesuai dengan standar sebanyak 14% dan sisanya diatas standar. Sedangkan di Kabupaten Lampung Utar kandang betina dewasa, induk dengan 1 anak dan induk dengan 2 anak sebagian besar sesuai dengan standar bahkan melebihi standar. Menurut ROGER dan SUBANDRIO (1997), ukuran standar untuk betina dewasa 0,7 – 1 m2, induk dengan 1 anak 1,2 – 1,5 m2 dan untuk induk betina dengan 2 anak 1,7 – 2 m2. Induk dengan anak yang masih menyatu karena masih menyusui ukuran kandangnya ditambah 0,5 m2 untuk setiap anak. Kandang untuk induk bunting di Lampung Timur yang memenuhi standar 33% dan selebihnya sudah melebihi standar. Untuk Lampung Utara yang memenuhi standar 20 dan 70% malah melebihi standar. Ukuran kandang yang sesuai dengan standar dapat memberikan keleluasaan untuk induk yang sedang bunting, sehingga perkembangan anaknya tidak terganggu.
ARIF, Q. 2007. Upaya perbaikan iklim mikro kandang dan respons termoregulasi kambing jantan Peranakan Ettawa melalui penggunaan berbagai bahan atap. http://digilib.unila.ac. id/go.php?id=laptunilapp-gdl-res-2007-arifqis to-666. html (9 Agustus 2008).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
BPS PROPINSI LAMPUNG. 2006. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung.
DEPUTI MENRISTEK. 2001. Ternak Kambing. http:/www.pusri.co.id/budidaya/peternakan/ ternak-kambing.pdf.html. (11 Agustus 2008).
CV BAF. 2008. Peternakan dan budidaya kambing Ettawa. http://kambingetawa.net/detail.php? id=4. html (11 Agustus 2008).
ROGER C.M. dan SUBANDRIYO. 1997. Sheep and Goat Production Handbook for Southeast Asia. Davis: Small Ruminant-Collaborative Reserch Support Program, University of California Davis.
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN. 2007. Statistik Peternakan Lampung Tahun 2006. http://www.disnakkeswan-lampung.go.id.html. (29 Juli 2008).
YABIMA. 2008. Tips pembuatan kandang kambing. http://yabima1989.blogspot.com/2008/03/tipspembuatan-kandang-kambing.html. (9 Agustus 2008).
DISKUSI Pertanyaan: 1. Makalah merupakan laporan tanpa melalui persyaratan dan kaidah ilmiah, analisis ilmiah dan parameter-parametar yang diukur. Tidak ada inovasi teknologi yang diintroduksikan di dalam kegiatan Prima Tani sehingga terjadinya suatu perubahan pada obyek pengamatan. 2. Apakah dalam makalah dicantumkan paket teknologi yang dilakukan di dua lokasi Prima Tani tersebut atau tidak, kalau dicantumkan bisa dilihat seberapa banyak (%) petani yang telah mengadopsi teknologi tata laksana perkandangan tersebut? Jawaban: 1. Data memang diambil dari hasil survei yang dilakukan pada peternak yang telah mengikuti kegiatan Prima Tani selama empat tahun berjalan, secara otomatis mereka sudah mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan BPTP Lampung tentang tata laksana pemeliharaan kambing. Oleh karena itu, penelitian ini untuk melihat apakah pelatihan yang dilakukan diterima dan dilaksanakan oleh peternak atau tidak. 2. Dalam makalah tidak dicantumkan secara spesifik paket teknologi yang telah diintroduksikan, namun teknologi yang diintroduksikan sudah tercakup dalam parameter-parameter yang diamati. 3. Data yang disajikan dalam makalah ini bukan merupakan persentase jumlah peternak yang mengadopsi teknologi dalam bentuk paket, namun merupakan persentase jumlah peternak yang mengadopsi masing-masing bagian dari paket teknologi.
551