Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG SITI AMINAH, DAN ZULQOYAH LAYLA Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002
RINGKASAN Pengenalan pemanfaatan limbah kulit buah kakao dan hijauan dari tanaman pelindung (gamal dan lamtoro) sudah disosialisasikan sebagai pakan ternak sejak adanya teknologi spesifik lokasi terhadap kambing Peranakan Etawah yang dipelihara perkebunana kakao rakyat dengan tanaman pelindung gamal dan lamtoro. Pemberian kulit buah kakao pada masing-masing status fisiologi dapat mensubtitusikan pakan rumput sebanyak 70%. Dilihat dari hasil Komposisi analisis kimia dengan kandungan energi (TDN : 58,85 – 65,8 % ) Kulit buah kakao dapat dikatakan marginal. Berdasarkan data status nutrisi tersebut maka kulit buah kakao dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan (> 10%). Petani peternak desa Sungai Langka dan desa Wiyono kecamatan Gedongtataan dari hasil pengamatan tahun 2003 telah memanfaatan kulit buah kakao segar untuk pakan ternak kambing PE sampai 70 % dari total pakan , dan 30 % lainnya adalah hijauan daun gamal gamal dan lomtoro . Ketersediaan kulit buah kako untuk daerah tersebut sudah menjadi pakan tradisional, disamping mudah diperoleh dan tersedia sepanjang tahun . Kata Kunci : Kambing PE, Kulit Buah Kakao
PENDAHULUAN Sejalan dengan tujuan pembangunan daerah , propinsi Lampung telah dicanangkan sebagai lumbung ternak yang merupakan pemasok daging utama untuk daerah Jabotabek, Pulau Jawa dan Pulau Sumatera (Disnak Prop. Lampung, 1995), Selanjutnya berdasarkan data dari Disnak Prop. Dati I Lampung (1998), populasi kambing tahun 1996 sebesar 733.828 ekor dengan rata-rata peningkatan populasi sejak tahun 1991 sebesar 25,7%. Propinsi Dati I Lampung pada tahun 1997 jumlah ternak kambing/domba yang dikeluarkan dari Propinsi Lampung mencapai sebanyak 108.868 ekor Disnak Prop. Dati I Lampung (1998). Secara nasional peningkatan produksi daging kambing selama lima tahun terakhir sebesar 4,4 % per tahun hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan pasar yang cukup tinggi (Ditjennak, 1994). Adanya peningkatan permintaan pasar akan daging kambing , hal ini memberikan gambaran peluang untuk pengembangan ternak kambing masih terbuka lebar. Salah satu alternatif pengembangan ternak dalam rangka pemberdayaan peternakan rakyat adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan maupun kehutanan yang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Di propinsi Lampung perkebunan kakao rakyat mencapai luas 20.115 ha ( Lampung Dalam Angka, 2002) Sejalan dengan meningkatnya produksi kakao maka akan meningkat pula produksi kulit kakao. Kadar kandungan protein dari kulit kakao cukup baik yaitu sekitar 10 % dan kadar kandungan protein dari hijauan gamal dan lamtoro lebih dari 20 %. Tujuan dari tulisan ini untuk mengetahui sampai sejauh mana para petani dapat memanfaatkan potensi limbah tanaman kakao sebagai salah satu sumber pakan ternak kambing disamping gamal dan daun lamtoro.
142
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
METODE PELAKSANAAN Kegiatan ini dilakukan di desa Sadar Sriwidjaya kecamatan Bandar Sri Bawono dan Desa Bukurejo Kecamatan Gedongtataan Kabupaten lampung Selatan, melalui suatu survai pada bulan Setember 2003 yang bekerjasama dengan BPTP Lampung sebagai fasilitator. Survai dilakukan terhadap 18 KK yang tergabung dalam kelompok tani Harapan Kita. Dari hasil limbah buah kakao maka didapatkan kulit kakao yang dijadikan segabai bahan baku pakan ternak terutama untuk kambing PE. Satu buah kakao rata-rata mempunyai berat basah rata-rata .8-1.0 kg yang terdiri dari daging biji kakao rata-rata 0.3- 0.4 kg dan kulitnya 0.5- 0.6 kg .
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi kulit kakao Sejalan dengan meningkatnya perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung mencapai 20.115 ha (Lampung Dalam Angka 2002), yang akhir-akhir ini cukup mencuat perkembangan luas arealnya (Table 1), ,karena petani sudah banyak mengetahui tentang manfaat dan keuntungan komoditas tersebut. Ditinjau dari tingkat produksi kakao rakyat yang mencapai 11.979 ton pada tahun 2002. Peningkatan produksi tersebut diikuti dengan peningkatan limbah kulit buah kakao yang praktis belum banyak dimanfaatkan dimana kulit buahnya sekitar 40 persen dari total bobot buah kakao basah yang dipanen. Potensi tersebut cukup mendukung dalam penyediaan pakan ternak khususnya ternak ruminansia. Tabel 1. Luas Areal Tanam Perkebunan Kakao Rakyat dan Perkembangan Produksi dari Tahun 1997 s/d Tahun 2002. Peubah/Th Luas Tanam(Ha) Produksi (ton)
1997 14.235 4.051
1998 14.020 1.117
1999 11.942 5.019
2000 12.809 5.608
2001 15.794 7.714
2002 20.115 11.979
Sumber : Lampung Dalam Angka, 2002
Berdasarkan survai yang telah dilakukan kepad 18 KK diwilayah sekitar pertumbuhan kakao, Ternyata seluruh petani peternak sudah lama memanfaatkan kulit buah kakao sebagai pakan tambahan maupun tungal. Cara pemberian langsung yaitu setelah buah kakao dipisahkan antara kulit dan buahnya , dimana kulitnya langsung diberikan kepada ternak dengan terlebih dahulu dipotong dengan ukuran kurang lebih 3 cm.. Kulit kakao harus diberikan dalam keadaan segar , karena ternak tidak suka mengkonsumsi kulit yang sudah tidak segar, terlebih setelah penyimpanan 2 hari. Melimpahnya kulit buah kakao yang masih belum dapat dimanfaatkan secara optimum, maka BPPT Lampung akan mencoba membuat Fermentasi kulit buat kakao.
Peranan Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak Kambing PE Pengenalan kulit buah kakao sebagai bahan baku pakan ternak kambing PE, pada awal mula diperkenalkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung khususnya oleh para peneliti dan teknisi serta petugas penyuluh pertanian dan Dinas Peternakan setempat, sejak tahun 1999/2000 dimulai dari spesifik lokasi pada ternak kambing Peranakan Etawah dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
143
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
pembentukan petani kooperator yakni petani peternak di desa Sadar Sriwidjaja , Kecamatan Bandar Sribawono Kabupaten lampung Timur dan desa Bukurejo Gedongtataan, Kabupaten Lampung Selatan. Sejalan dengan itu BPTP Lampung telah melakukan kajian sistem usahatani ternak kambing pada perkebunan kakao rakyat, yang merupakan basis perkebunan kakao, sebaga perkebunan rakyat pemilikan ternak kambing PE rata-rata 5-8 ekor, dimana masing-masing memiliki pejantan 1 ekor (pola kepemilikan tradisional), disamping penggunaan limbah kulit buah kakao juga ternak kambing PE diberi tambahan pakan lain seperti tanaman hijauan , yang merupakan tanaman pelindung bagi kakao yaitu gamal dan lamtoro. Adapun rata-rata pemberian kulit kakao perekor /hari sekitar 3-5 kg berdasarkan status fisiologis yaitu untuk ternak dewasa 5 kg dan untuk ternak anak dan yang masih muda 3 kg, Ketersediaan limbah kulit buah kakao untuk daerah tersebut sangat mendukung pemeliharaan ternak kambing, hal ini disebabkan kulit buah kakao disamping disukai oleh ternak juga mudah diperoleh karena pada dasarnya panen kakao itu hampir sepanjang tahun dan umur pertama panen adalah 3 tahun pada bulan pertama panen hasilnya berbeda dengan bulan berikutnya begitupun harga kakao tidak banyak berfluktuasi dari bulan-kebulan. dapat diambil contoh tanaman kakao milik pak Paidin ( ketua kelompok ) dengan luas 2 ha (Table 2). Tabel 2. Produksi Kakao pada tahun 2002 Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember
Jumlah (Kg) 205 194 213 246 464 790 287 156 70 70 50
Harga Rp / Kg 14000 13000 14000 12000 11000 10000 10000 10000 10000 10000 9000
Sumber : Ketua Kooperator
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa tanaman kakao tersedia sepanjang tahun, dengan demikian pemanfaat kulit kakao untuk pakan ternak sangat tersedia dengan kata lain ketersediaan bahan pakan lokal cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan kambing PE . Hasil analisas proksimat kulit kakao segar maupun hasil fermentasinya dapat dilihat dalam Tabel 3. Hasil fermentasi menunjukkan adanya peningkatan komposisi proteinkasar dari 9,15 % menjadi 14,9 %, disamping itu terjadi juga penurunan komposisi serat dari 32,7 % menjadi 24,7 %, sedangkan bahan kering komposisi pada hasil olahan fermentasi juga meningkat. Disamping adanya peningkatan kandungan protein dari hasil fermentasi, kulit buah kakao juga dapat disimpan untuk pakan ternak , dengan kata lain tidak menjadi busuk.
144
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Tabel 3. Analisis Proksimat Pakan Kulit Buah Kakao Segar dan Fermentasi Komposisi Bahan kering (BK) Protein kasar Serat kasar Lemak BETN2 Abu TDN3 Kalsium (Ca) Fosfor ( P )
Segar ( % ) 15.5 9.15 32.7 1.25 41.2 15.4 50.5 0.29 0.19
Fermentasi ( % ) 81.4 14.9 24.7 1.32 47.1 63.2 12.7 0.21 0.13
Keterangan : Fermentasi dengan probiotik selama 2 minggu, kering ,matahari Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen ,dihitung dengan rumus Hartadi dkk (1980) Sumber : A. Prabowo, dkk., 2002.
Dilihat dari hasil kandungan nutrisinya kulit buah kakao maka dapat dikatakan bahwa pakan kulit buah kakao dapat dikonsusmsi sebagai bahan pakan berkualitas dimana kandungan serat kasar kulit buah kakao sekitar 10% , sementara tanaman gamal dan lamtoro lebih dari 20 %.Bakrie dkk (1999) melaporkan bahwa dalam kajian pada ternak kambing PE yang dipelihara oleh petani kakao dengan memanfaatkan limbah kulit buah kakao dan hijauan dari tanaman pelindung (gamal dan lamtoro) sebagai pakan. BPTP Lampung menerapkan pula paket teknologi pemberian suplemen pakan berupa blok (meneral blok ) terhadap kambing dara sebelum dikawinkan, ternyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan sebelum kebuntingan sampai dua kali lipat (38 vs 78g/hari)., (Prabowo, dkk, 2002) Selanjutnya pada petani peternak diharapkan setelah paket teknologi selesai, agar dapat membuat sendiri/menyediakan mineral blok tersebut untuk kebutuhan ternaknya. Adapun tujuan akhir (jangka panjang) dari kajian usahatani ternak kambing pada perkebunan kakao rakyat ini untuk mendapatkan teknologi proses produksi ternak kambing yang meliputi tatalaksana pemeliharaan, perkawinan dan pemberian pakan ternak pada berbagai status fisiologis, dalam suatu sistem usaha ternak kambing pada perkebunan kakao rakyat. Kulit kakao mempunyai prospek yang baik dalam menunjang bahan baku ternak dan cukup ekonomis.
KESIMPULAN Dari hasil pengamatan atau survei dilapangan dapat disimpulkan bahwa 1. Kulit buah kakao segar merupakan jenis bahan pakan tradisional yang dikonsumsi ternak kambing PE sebanyak 70% dari total pakan, disamping itu 30 % lainnya dari gamal dan lamtoro 2. Mengingat banyaknya limbah kulit buah kakao didaerah perkebunan kakao rakyat, maka pengenalan akan teknologi fermentasi kulit buah kakao diperlukan untuk optimasi pemanfaatannya sebagai pakan ternak.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
145
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
DAFTAR BACAAN Bakrie, B.,A. Prabowo, M. Silalahi, E. Basri, R.D. Tambunan, Soerachman, A. Sukawa, T. Kusnanto dan A. Maryanto, 1999. Laporan Akhir Teknologi Spesifik Lokasi Dalam Mendukung SPAKU Kambing. LPTP Natar, Lampung. Disnak Prop. Dati I Lampung. 1995. Kebutuhan tTeknologi dan Peluang Bisnis Sub Sektor Peternakan di Propinsi Lampung. Risalah Lokakarya Penyusunan Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Lampung. LPTP Natar, Lampung. Disnak Prop. Dati I Lampung. 1998. Optimasi Pengembangan Peternakan Melalaui Program Kemintraan sebagai Upaya Pemberdayaan Peternakan yang Tangguh di Daerah Lampung. Makalah yang disampaikan pada diskusi panel yang diselenggara kan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Unila Tanggal 23 Mei 1998 Prabowo, Akhmad dan Syamsul Bakri 2002. Kajian Sistem Usaha Ternak Kambing Pada Perkebunan Kakao Rakyat di Lampung Proseding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Puslitbangnak, 2002. Lampung Dalam Angka, 2002 Data Statistik Prop Lampung 2002.
146
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan