Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Jurakunman)
Vol. III, No. 6, Januari 2017
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM KEMITRAAN DI PTASN Yusuf Siregar Dosen STIE Surya Nusantara Abstrak This feasibility study of rearing Broiler with kemitraan in PTASN is conducted to determine whether the project could be able to generate financial income to the school. The result from the market study, from demand and supply analysis we can see, there is a broiler demand that could not be satisfied. That mean this project has opportunity to be established. The project able to absorb two workers, and generate income to the school around Rp 13.315.000/ harvest. Harvest time for Broiler around one month. In one year the project able to produce Broiler at least eight time. PENDAHULUAN Ayam sebagai salah satu jenis dari mahluk burung-burungan telah lama dikenal oleh manusia. Unggas ini merupakan salah satu sumber protein bagi masyarakat. Daging ayam merupakan salah satu bahan masakan yang populer dan tidak pernah berhenti permintaannya, disamping itu peternakan ayam dikenal juga dapat memberikan uang tambahan kepada keluarga peternak. Saat ini peternakan ayam memberikan peluang usaha kepada orang yang mempunyai lahan atau kebun. Ternak ayam dapat dilakukan dimana saja, di kota atau di pedesaan. Demikian juga dengan sekolah SLA/PTASN yang memiliki lahan luas, sudah tentu dapat memanfaatkan sebahagian kecil lahan untuk peternakan ayam potong. Peternakan ayam dapat memberikan keuntungan, seperti yang telah dinyatakan oleh orang-orang yang telah melakukannya. Tetapi peternakan ini juga mempunyai resiko yaitu penyakit ayam dan ketidakpastian harga ayam di pasar. Gapuz (1992) pada hasil penelitiannya mengatakan keuntungan bersih dari peternak ayam bervariasi. Menurut beberapa peternak kemitraan dimana peternak hanya menyediakan kandang dan pekerja (anak kandang) untuk memberi minum dan makan anak ayam, penghasilan lebih kurang Rp 10.000.000 sampai Rp 12.000.000 untuk kapasitas 5.000 ayam perbulan. Perumusan masalah Proyek ini hanyalah suatu studi kelayakan untuk mendirikan peternakan ayam potong di SLA/PTASN di Pematangsiantar. Masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kemungkinan pasar dari ayam potong ini? b. Apakah secara tehnis peternakan ini layak didirikan di SLA/PTASN? c. Bagaimana bentuk organisasi dari proyek ini? d. Bagaimanakah tingkat keuntungan dari proyek? e. Apa saja kontribusi proyek ini kepada masyarakat dan perekonomian? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, a. Untuk mengetahui apakah ada pasar untuk ayam potong ini. b. Untuk mengetahui apakah secara tehnis peternakan ayam potong ini layak di SLA/PTASN. c. Untuk mengetahui bentuk organisasi dari usaha ternak ayan potong ini. d. Untuk mengetahui tingkat keuntungan dari proyek ini. e. Untuk mengetahui kontribusi proyek kepada masyarakat dan perekonomian. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna di dalam tiga cara, yaitu, 1. Untuk menyatakan kekuatan dan kelemahan dari usaha peternakan ayam potong. 2. Sebagai alat untuk menaksir kemungkinan suksesnya proyek ini. 3. Untuk memberikan informasi yang relevant bagi SLA/PTASN.
27
Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Jurakunman)
Vol. III, No. 6, Januari 2017
ASPEK PASAR Pasar adalah unsur utama dalam studi kelayakan. Aspek penting dari pasar yang perlu diteliti adalah penawaran dan permintaan (konsumsi) akan ayam potong, perkembangan ekspor dan impor daging ayam di Indonesia (dari data itu akan di peroleh permintaan ayam potong yang belum dipenuhi pasar) , dan rencana pemasaran. Penawaran ayam potong Pada kurun waktu lima tahun terakhir (2011-2015), perkembangan populasi ayam ras di Indonesia meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015 (angka sementara), populasi ayam ras pedaging di Indonesia saat ini mencapai 1.498 juta ekor, meningkat sekitar 27,13% dari populasi lima tahun silam 1.178 juta ekor. Perkembangan ini seirama dengan perkembangan teknologi terutama di sector budidaya yang semakin modern, sehingga proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien. Adapun datanya ditunjukkan pada table berikut: Tabel 1. Rata-rata Pertumbuhan Populasi dan Produksi Daging Ayam Ras dan Buras di Indonesia 1984-2015 Tahun Populasi Pertumbuhan (%) Produksi Pertumbuhan (%) (000 ekor) (000 ton) 1984-2010 680.190 11,98 680,19 11,98 2011-2015 1.341.512 8,83 1.481,55 6,05
Konsumsi Daging Ayam di Indonesia Daging ayam merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2011-2014, secara agregat perkembangan konsumsi protein hewani khususnya dari daging ayam ras perkapita masyarakat Indonesia cenderung meningkat sebesar 2,27% per tahun, seperti terlihat pada table berikut. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam di Indonesia, 2011-2015 Tahun Ayam Ras Pertumbuhan (%) Ayam Buras (Kg/Kap/Th) (Kg/Kap/Th) 2011 3,650 0,626 2012 3,494 -4,286 0,521 2013 3,650 4,478 0,489 2014 3,988 9,260 0,499 2015 3,973 -0,369 0,522 Rata-rata 3,751 2,271 0,528 Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Pertumbuhan (%) -16,667 -10,000 6,374 4,561 3,933
Proyeksi Ayam Ras Pedaging 2016-2019 Menurut Proyeksi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian penawaran daging ayam untuk tahun 2016 – 2019 dilakukan dengan menduga produksi daging ayam. Pada analisis ini dilakukan permodelan berdasarkan tahun, sehingga series data yang digunakan adalah data per tahun yang berasal dari DIrektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Proyeksi produksi daging ayam menggunakan model regresi linier berganda, sehingga diperoleh hasil berikut: Hasil Analisis Fungsi Produksi Daging Ayam Ras Peubah Intersep Ln Produksi daging ayam ras tahun sebelumnya Ln Teknologi R2 = 99,60%; P(F_Stat) = 0,000
Koefisien 2,883 0,561 0,160
28
P_Value 0,000 0,000 0,000
Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Jurakunman)
Vol. III, No. 6, Januari 2017
Persamaan tersebut berarti bahwa produksi daging ayam ras tahun berjalan dipengaruhi oleh peubah produksi daging ayam ras itu sendiri tahun sebelumnya dan teknologi peternakan. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koesien determinasi (R2) sebesar 99,60%. Angka ini mempunyai makna bahwa 99,60% keragaman pada produksi daging ayam ras pedaging dapat dijelaskan oleh peubah yang digunakan dalam model. Produksi daging ayam ras secara nyata dipengaruhi oleh produksi daging ras tahun sebelumnya dengan koefisien regresi sebesar 0,561 (p_value=0,000 < α = 5%), dan teknologi dengan koefisien regresi sebesar 0,160 (p_value =0,000 < α =5%). Angka koefisien regresi pada produksi daging ayam ras mempunyai makna bahwa setiap kenaikanproduksi daging ayam ras sebelumnya sebesar 1 ton akan meningkatkan produksi daging ayam ras tahun berjalan sebesar0,561 ton. Koefisien regresi pada teknologi mempunyai makna bahwa setiap penggunaan teknologi pada budidaya ayam ras pedaging akan meningkatkan produksi daging sebesar 0,160 ton. Berdasarkan model produksi yang dihasilkan diatas, dapat dilakukan proyeksi terhadap produksi ayam ras dari tahun 2016-2019, yang disajikan pada table berikut: Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Produksi (000 Ton) 2014 1.544,38 2015 1.627,11 2016 1.660,92 2017 1.703,70 2018 1.750,43 2019 1.793,36 Rata-rata pertumbuhan / tahun Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin
Pertumbuhan (%) 5,357 2,078 2,576 2,743 2,739 3,10
Proyeksi Permintaan Daging Ayam, 2016-2019 Analisis permintaan daging ayam yang dimaksud adalah besarnya konsumsi per kapita daging ayam ras maupun bukan ras berdasarkan hasil Survey Ekonomi Nasional, sebagai berikut: Tabel 4 Proyeksi Permintaan Daging Ayam Nasional, Tahun 2016-2019 Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata pertumbuhan / tahun Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin
Daging ayam ras (Kg/Kap/Th) 3,9880 3,9733 4,0871 4,2008 4,2699 4,3420
Pertumbuhan (%) -0,368 2,485 5,336 7,068 8,877 4,67
Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam di Indonesia Berdasarkan ketersediaan data perdagangan dalam negeri, data ekspor dan impor daging ayam beserta nilainya selama periode 2011-2015 menunjukkan volume impor cukup tinggi dibandingkan volume ekspor, sehingga neraca perdagangan daging ayam khususnya selama periode 2012-2015 menunjukkan neraca defisit. Rencana Pemasaran Karena ini adalah usaha kemitraan maka pemasaran sepenuhnya ditangani oleh perusahaan inti, dengan harga sesuai kontrak. ASPEK TEHNIS Untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis peternakan ayam potong pengusaha memerlukan pengetahuan secara tepat dalam beberapa aspek tehnisnya yaitu lokasi, keadaan iklim, kapasitas produksi, system kemitraan, kandang dan peralatan.
29
Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Jurakunman)
Vol. III, No. 6, Januari 2017
Lokasi SLA/PTASN terletak di kota Pematangsiantar, sekolah ini memiliki lahan seluas 25 Ha. Di bahagian depan kampus dibangun perkantoran dan ruangan kelas, asrama dan fasilitas sekolah, di tengah sampai belakang kampus ada ditanami pohon sawit untuk memanfaatkan lahan yang belum dibangun juga untuk menambah income, di bahagian belakang kampus ada kolam ikan daerah ini masih jauh dari pemukiman penduduk. Proyek ini direncanakan disini karena jauh dari lokasi perumahan kampus dan penduduk. Keadaan Iklim Suhu optimal bagi kehidupn ayam broiler adalah sekitar 210 C, atau bervariasi antara 16-26 0 C dan tidak lembab. Suhu udara tinggi akan mempengaruhi penurunan komsumsi makanan dan pemborosan energi. Penurunan konsumsi. Jika suhu lingkungan terlalu tinggi, misalnya 290 C dan ternak gagal mengatur suhu tubuhnya, maka badan ternak menjdi panas pula. Akibat meningkatnya suhu lingkungan, napsu makan ayam akan menurun dan konversi makan rendah. Akibat rendahnya makanan yang masuk maka kandungan protein yang dapat di ambil pun akan menjadi rendah, sehingga akan menghambat pertumbuhan anak ayam. Pemborosan energy.meningkatnya suhu lingkungan merupakan beban biologis bagi ayam. Ayam yang tubuhnya terlampau panas, secara biologis akan menetralkan tubuh dengan membuka mulut terus menerus. Peristiwa ini merupakan pemborosan energy yang tidak dipergunakan untuk pertumbuhan, yang berarti efisiensi penggunaan makanan rendah. Akibatnya pertumbuhan tidak sempurna/ terhambat. Keadaan suhu di Pematangsiantar bervariasi dari 20-270 C, dan kelembaban relative 101-102%. Kapasitas Produksi Peternakan ini direncanakan untuk memproduksi sebanyak 5.000 ekor dalam satu periode panen. Sistem Kemitraan Dalam kemitraan ayam potong ada dua pihak yang bermitra yakni: 1. Perusahaan inti. 2. Plasma. Perusahaan Inti. Perusahaan ini memiliki peran penting dalam suksesnya sebuah usaha kemitraan, biasanya inti ini merupakan anak perusahaan pakan besar. Inti kemitraan berkewajiban memasok bibit, pakan dan obat-obatan selama berlangsungnya proses budidaya ayam potong. Harga bibit, pakan dan obat-obatan ini biasanya mengikuti harga pasar (tidak ditetapkan di kontrak). Selain itu inti mitra juga berkewajiban memberikan pendampingan pada peternak (plasma) terkait tata laksana manejemen budidaya. Plasma. Peternak yang ikut dalam kemitraan disebut sebagai plasma, berkewajiban menyediakan kandang dan tenaga kerja untuk melaksanakan budidaya ayam potong. Ukuran kandang biasanya telah distandarisasi oleh perusahaan inti (minimal 3000, 5000 ekor atau lebih), plasma tidak perlu mengeluarkan modal awal pembelian anak ayam (DOC), pakan dan obat-obatan, karena dipasok oleh perusahaan inti, pembayarannya dilakukan diakhir tiap periode budidaya. Harga jual ayam potong biasanya telah ditetapkan diawal masa periode, dengan system kontrak. Peralatan Peralatan untuk populasi ayam potong 5.000 ekor adalah sebagai berikut: 1. Baby chick feeder 250 unit @ Rp 21.000 = Rp 5.250.000 2. Tempat minum otomatis 100 unit @ Rp 90.000 = Rp 9.000.000 3. Tempat pakan ayam 300 unit @ Rp 21.000 = Rp 6.300.000 4. Pemanas gas brooder 10 unit @ Rp1.000.000 = Rp10.000.000 5. Lampu 40 unit @ Rp 22.000 = Rp 8.800.000 Total biaya peralatan adalah Rp39.350.000,Kandang Ukuran kandang ayam dapat mempengaruhi pertumbuhan ayam. Apabila kandang sempit akan menyebabkan suhu kandang akan cepat meningkat terutama pada siang hari, sehingga akan mengakibatkan konsumsi pakan menurun dan lebih banyak minum disertai tingkat stress tinggi. Otomatis pertumbuhannya akan terganggu dan mudah terserang penyakit.
30
Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Jurakunman)
Vol. III, No. 6, Januari 2017
Tabel Tingkat Kepadatan Ayam Broiler sesuai Umurnya Umur 1 hari – 1 minggu 2 Minggu > 2 Minggu
Populasi ayam (m2) 40 -50 ekor 20 - 25 ekor 8 – 12 ekor
Sumber: www.gambar-kandang broiler yang ideal Menurut para ahli setiap 10-12 anak ayam memerlukan luas lantai 1 m2, jadi untuk kapasitas 5.000 ekor diperlukan kandang seluas 5.000 : 12 = 416 m2. Untuk luas kandang seperti itu dapat dibangun kandang dengan lebar 9 m panjang 50 m. Bahan pembuat kandang Kandang harus dibuat dari bahan yang kuat, tahan lama, namun sebisa mungkin tetap menggunakan bahan yang harganya relative murah. Untuk bagian tiangnya bisa memakai batang pohon kelapa. Untuk penyangga atapnya bisa memakai kayu. Sedangkan untuk dindingnya memakai kawat kasa/bambu. Untuk sekat-sekat kandangnya dapat memakai triplek. Atap kandang sebaiknya mempergunakan bahan-bahan yang tidak menghantarkan panas, disarankan menggunakan seng asbes agar tidak memantulkan panas. Arah kandang membujur barat – timur agar kandang mendapatkan sinar matahari yang cukup tetapi tidak langsung mengenai ayam (Panduan lengkap ayam broiler). BENTUK ORGANISASI Proyek ini berbentuk program kemitraan. Pada program kemitraan perusahaan inti akan memberikan pengarahan dan pengawasan langsung kepada peternak. Karena itu untuk keperluan ini maka perlu diangkat satu petugas unit usaha, yang bertanggung jawab untuk mengontrol pelaksanaan kerja agar diikuti secara seksama, dan satu orang petugas kandang. Gaji penanggung jawab Rp 2.000.000 per panen Gaji pekerja kandang Rp 1.800.000 per panen ASPEK KEUANGAN Adapun perhitungan biaya dan pendapatan dari proyek ini adalah sebagai berikut: 1.
2.
Biaya investasi: Pembangunan kandang open house Biaya Peralatan kandang Total biaya Investasi Biaya Produksi (dari perusahaan inti): Bibit ayam @ Rp4.500 x 5.000 Pakan ayam Rp6.500 x 3,2 x 5.000 Obat vitamin dan vaksin Rp 250 x 5.000 Total Biaya dari perusahaan inti Biaya Operasional: Gaji 2 karyawan: Pengawas Pekerja Sekam, lpg, dll Lain-lain: Transportasi, pencucuian kandang Total biaya dan operasional Total biaya produksi dan operasional
3.
Rp 90.000.000 39.350.000(+) Rp129.000.000 Rp 22.500.000 104.000.000 1.250.000(+) Rp127.750.000
Rp2.000.000 1.800.000 2.500.000 1.000.000(+) Rp 7.300.000(+) Rp135.050.000
Penerimaan: Ayam broiler hidup 4.750 x 1,8 kg x Rp17.300 Rp147.915.000
31
Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Jurakunman)
Vol. III, No. 6, Januari 2017
(mortality rate 5%) Karung pakan dan kotoran ayam Total Penerimaan 4.
450.000+ Rp148.365.000(-)
Profit Keuntungan bersih sekali panen
Rp 13.315.000
KONTRIBUSI BAGI MASYARAKAT DAN PEREKONOMIAN Dengan berdirinya proyek ini yang bergerak dalam penyediaan ayam Broiler dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan perekonomian khususnya dilingkungan PTASN dan bagi mahasiswa yang kurang mampu dalam sisi keuangan, dengan membantu menciptakan lapangan kerja. Proyek ini dapat menyerap dua orang tenaga kerja. Ditinjau dari sudut perekonomian proyek ini memberikan kontribusi dengan menambah pasokan ayam potong di pasar. Juga akan memberikan tambahan bagi penghasilan Negara dalam bentuk pajak. Daftar Pustaka Gapuz, R.B.Sr. 1992. Poultry management in the Philippines (Rev. ed). Manila: Bookman. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan- Kementerian Pertanian RI. 2015. www. Ditjennak.pertanian.go.id Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. www.pusdatin.setjen.pertanian.go.id. Outlook komoditas pertanian subsektor peternakan daging ayam. ePublikasi-Kementerian Pertanian. www.epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Survey Sosial Ekonomi Nasional. 2015 Maret (Modul). www.microdata.bps.go.id www.gambarkandang broileryang ideal
32