i
RINGKASAN
LAELI KOMALASARI. Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu. Dibawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS. Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat. Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 – 50 persen sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat. Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan. Pengembangan peternakan ayam broiler terpadu merupakan investasi jangka panjang dan dana yang dibutuhkan cukup besar. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna mendukung perencanaan ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor, membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan ayam broiler dan menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial. Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur. Untuk mengetahui koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng pada skala 10.000 ekor di daerah Caringin, Dramaga Bogor pada bulan Mei sampai bulan Juni 2008. Jenis data yang digunakan dalam
ii
penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. Tiga model usahatani yang akan diterapkan dengan dua simulasi terdiri dari model 1, 2 dan 3. Model satu merupakan peternakan ayam broiler (tidak terpadu), model dua adalah kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler serta model tiga yaitu kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja. Hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.1481.498.164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari. Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan model terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar Rp 2.854.611.767. Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Sementara untuk usaha yang tidak diintegrasikan, peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor lebih layak untuk diusahakan dibandingkan 10.000 ekor karena nilai IRR, Net B/C, NPV lebih besar dan waktu pengembalian investasi lebih cepat Usaha peternakan ayam broiler terpadu pada skala 25.000 ekor lebih tahan terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC dibandingkan model lain. Analisis switching value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal 62,73 persen. Implementasi usaha peternakan ayam broiler terpadu memerlukan biaya dan lahan yang lebih besar dibandingkan kedua model lainnya, sehingga untuk mengatasi kendala permodalan tersebut dapat ditempuh melalui : 1) kerjasama atau kemitraan antar sesama peternak terutama dalam penyediaan atau pengadaan sarana produksi yang dilakukan secara berkelompok 2) kerjasama antara peternak dengan perusahaan peternakan (poultry shop, pabrik pakan, breeding, pabrik peralatan dan obat-obatan peternakan) dalam bentuk pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Perusahaan peternakan menyediakan sarana produksi sarana produksi (DOC, pakan dan obat-obatan) dan pemasaran hasil produksi ayam peternak, sedangkan peternak menyediakan lahan, kandang dan tenaga kerja 3) kerjasama antara peternak dengan petani pemilik lahan. Kerjasama ini dapat berupa peternak menyewa lahan milik petani untuk digunakan budidaya jagung atau kontrak pembelian jagung yang ditanam petani dengan peternak.
iii
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU
Oleh : LAELI KOMALASARI A14105678
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperolah Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
iv
Judul : KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU Nama : LAELI KOMALASARI NRP : A14105678
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus, SP, MSi, Ph.D NIP 132 158 758
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal kelulusan :
v
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA
SENDIRI YANG BELUM
PERNAH DIAJUKAN UNTUK KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, November 2008
LAELI KOMALASARI A14105678
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Mei 1970, sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak H.M. Soekirno dan Ibu Hj. Siti Juhanah. Pada tahun 1977 penulis masuk Sekolah Dasar (SD) Pabrik Es I Bogor dan lulus tahun 1983. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1986. Kemudian pada tahun 1989 penulis menyelesaikan
pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor. Pada tahun 1989 penulis diterima di Program Diploma Institut Pertanian Bogor Program Studi Teknisi Peternakan, Bidang Studi Teknisi Usaha Ternak Unggas, Fakultas Peternakan dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan S1 pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta IPB pada tahun 2006. Mulai tahun 1994 sampai sekarang penulis bekerja di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan IPB.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU. Skripsi menganalisis kelayakan finansial pengembangan ayam broiler terpadu dan berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pihakpihak yang memerlukan.
Bogor, November 2008
Penulis
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, suami dan kedua buah hati tercinta, Fauzan Nabil dan Alandra Rafi Farisi yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, motivasi, doa dan pengertiannya selama ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materiil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing yang
telah
dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis selama penulisan skripsi. 2. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen evaluator kolokium atas saran dan masukannya. 3. Tintin Sarianti, SP, MM
selaku dosen penguji atas masukan dan
koreksiannya. 4. Arif Karyadi, SP selaku
dosen penguji
Komisi Pendidikan atas
masukan dan sarannya. 5. Ir. Zulfikar Moesa, MS, Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc, Ir. Niken Ulupi, MS dan Ir. Lucia Cyrilla, M.Si atas bimbingan yang intensif dan dorongan semangat yang sangat berarti selama penyusunan skripsi.
ix
6. Ir. Ajar Widoyoko dari PT. Charoen Pokphand, Ir. Doddy Wiratmoko dari PT. Tanindo Subur Prima dan Ir. Sugeng dari peternakan ayam broiler atas informasi dan masukannya. 7. Dr. Ir. Ibnu Katsir Amarullah, Ir. Salundik, MS dan Ir. Rukmiasih, MS atas masukannya. 8. Staf pengajar dan penunjang Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan atas kebersamaan dan dukungannya. 9. Mira Sukmapradita, SPt atas bantuan tenaga selama penulisan skripsi. 10. Seluruh teman-teman ekstensi MAB yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
x
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang .................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
1.4 Kegunaaan Penelitian .....................................................................
5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler ...................................................................................
6
2.2 Jagung ............................................................................................
7
2.3 Pupuk Kandang ..............................................................................
8
2.4 Pertanian Terpadu ...........................................................................
9
2.5 Tinjauan Terdahulu ........................................................................
10
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................
13
3.1.1 Fungsi Produksi....................................................................
13
3.1.2 Siklus Proyek ........................................................................
15
3.1.3 Studi Kelayakan Proyek .....................................................
18
3.1.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan ...........................................
20
3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial .............................................
22
3.1.6 Switching Value ..................................................................
23
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................
24
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
28
4.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................
28
xi
4.3 Analisis Data .................................................................................
28
4.3.1 Analisis Kelayakan Finasial ................................................
29
4.3.2 Analisis Switching Value ...................................................
32
4.4 Asumsi Dasar ................................................................................
32
V. ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN 5.1 Aspek Pasar ....................................................................................
36
5.2 Aspek Teknis ..................................................................................
37
5.2.1 Peternakan Ayam Broiler ....................................................
37
5.2.2 Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan .........................................................................
38
5.2.3 Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan dan Budidaya Jagung .... ................................
38
5.2.3.1 Kegiatan Budidaya Jagung .....................................
39
5.2.3.2 Kegiatan Pabrik Pakan ..........................................
41
5.2.3.3 Kegiatan Peternakan Ayam Broiler ......................
43
VI. KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER 6.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat .....................................................
47
6.1.1 Biaya ...................................................................................
47
6.1.2 Arus Penerimaan .................................................................
50
6.2 Analisis Kelayakan Finansial .........................................................
51
6.3 Analisis Switching Value................................................................. 54 VII. KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER DIKOMBINASIKAN DENGAN PABRIK PAKAN 7.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat ...................................................... 57 7.1.1 Biaya ..................................................................................
57
7.1.2 Arus Penerimaan .................................................................
60
7.2 Analisis Kelayakan Finansial ........................................................
62
7.3 Analisis Switching Value ............................................................... 65 VIII.
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER DIKOMBINASIKAN DENGAN PABRIK PAKAN DAN BUDIDAYA JAGUNG 8.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat ..................................................
67
xii
8.1.1 Biaya ................................................................................. 67 8.1.2 Arus Penerimaan ...............................................................
71
8.2 Analisis Kelayakan Finansial ......................................................
73
8.3 Analisis Switching Value.............................................................
77
8.4 Alternatif model Terbaik................. ............................................ 79 8.5 Kelemahan Penerapan Peternakan Ayam Broiler Terpadu ........ 81 IX.
KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan ............................................................................... . 83 9.2. Saran .......................................................................................... . 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ . 85
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia ................
2
2. Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas .................................
7
3. Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ........... 12 4. Neraca Perdagangan Daging Ayam di Indonesia Tahun 2002 - 2006 ........ 37 5. Umur Ekonomis dan Harga Peralatan Kandang Peternakan Ayam Broiler .......................................................................................................... 48 6. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 Ekor........................................... ……………………...... 52 7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor........................................... ……………………...... 53 8. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor ……………………………………...... 55 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 Ekor............................... 63 10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor............................... 64 11. Hasil Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor............................... 65 12. Biaya Investasi Budidaya Jagung ................................................................ 67 13. Biaya Investasi Pendirian Pabrik Pakan ...................................................... 68 14. Biaya Investasi Peternakan Ayam Broiler ................................................... 69 15. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 10.000 Ekor ................................................................................ 74 16. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 25.000 Ekor ................................................................................ 76 17. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Terpadu Ayam Broiler ........... 77 18. Perbandingan Kriteria Investasi Berbagai Model Kombinasi Usaha .......... 79 19. Perbandingan Analisis Switching Value Berbagai Model Kombinasi Usaha ........................................................................................................... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak ..................................
10
2. Kurva Kemungkinan Produksi yang Memperlihatkan Kemungkinan Hubungan antara Output-output ............................................................
15
3. Kerangka Pemikiran Operasional .........................................................
26
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Biaya Tetap Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 20.000 Ekor Selama Satu Tahun .........................................
87
2. Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun ............................................................
88
3. Biaya Variabel Kombinasi antara Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Selama Satu Tahun .........................................................
88
4. Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 20.000 Ekor Selama Satu Tahun .........................................
89
5. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor .......................................................................................................
90
6. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor .......................................................................................................
90
7. Proyeksi Rugi Laba Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor ... ..........................................................
91
8. Proyeksi Rugi Laba Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor ............. ................................................
91
9. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 Ekor...................................................................................... ......
92
10. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor ............................................................................................
92
11. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor..................
93
12. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor..................
95
13. Cashflow Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor ............................................................................................
97
14. Cashflow Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor ............................................................................................
100
15. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 Ekor ................................................................................................. ......
103
16. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor ............................................................................................
106
17. Analisis Switching Value Model Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,04 Persen ................................................................................ 109
xvi
Nomor
Halaman
18. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 5,91 Persen ..........................................................................................… 111 19. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,82 Persen .............................................................................................. 113 20. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 10,35 Persen ...................... 115 21. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 dengan Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,29 Persen .................................................. 117 22. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 dengan Kenaikan Harga DOC Sebesar 7,31 Persen ..………………………………………….... 120 23. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler 11,08 Persen ..................................................................... 123 24. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 62,73 Persen .............................................................................. 126
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU
Oleh : LAELI KOMALASARI A14105678
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain. Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau 73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1).
Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Produksi (Ton) 771.112 846.097 779.106 861.263 918.478
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi, kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan, akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode mendatang. Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang
tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan.
Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat. Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen, sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat. 1.2
Perumusan Masalah Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi industri perunggasan nasional.
Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor sehingga harga pakan mahal. Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan. Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen dari Nopember
2006 sampai
Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008). Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ayam broiler. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan. Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat.
Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2.
Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3.
Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2.
Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler.
3.
Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1.
Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2.
Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3.
Informasi
kepada
peternak
untuk
memanfaatkan
dan
mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial.
Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar 1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5 – 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg. Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur 0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen. Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 3538 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg. Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot Badan (kg)
Ayam 100 2,0 Petelur Ayam 1.000 1,8 Broiler Kalkun 1.000 3,6 Sumber : Ensminger (1992) 2.2
Waktu Periode
Jumah Ekskreta (kg)
12 bulan
1.091
Jumlah Eksreta (g/ekor/hari/ BB) 15
9 minggu
1.227
11
16 minggu
1.964
4,9
Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae).
Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepahpelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M Fisher, 1996). Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia, yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih) (Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar.
Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007). Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun 2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton, kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan benih jagung hibrida (Deptan, 2007). 2.3
Pupuk Kandang Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006). Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007). Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I, 2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006). Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon. Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar (Yuwono, 2005). 2.4
Pertanian Terpadu Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari. Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2) proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Produksi Tanaman Pangan Kotoran Ternak
Tanaman Pakan Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Ternak Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990) 2.5
Tinjauan Terdahulu Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004).
Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen Day (HD) dan 34,2 persen HD.
Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik. Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu yang diubah menjadi pupuk bokhasi
adalah 182.479,65 gram.
Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang), produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak tidak ada bahan yang terbuang. Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan.
Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen dan jangka waktu pengembalian lima tahun. Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41 persen.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari 38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen. Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Persamaan
Perbedaan
1
Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
2
Abduh, U (2004)
3
Yadnya, T.G.B (2004)
4
Gustriyeni (2007)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Fungsi Produksi Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah curah hujan dan sebagainya Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2,...........,Xn) Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya terbatas. Hubungan antara output-output terdiri dari : a.
Produk Kompetitif Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu yang sama.
14
b.
Produk Komplementer Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang digunakan pada keduanya konstan.
c.
Produk Suplementer Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d.
Joint Product Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2
Y2
A
0
Y1
0
a. Produk Kompetitif
Y1
B b. Produk Komplementer
Y2
Y2 E
Y1 0
H c. Produk Suplementer
Y1 0 d. Joint Product
Gambar 2
Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk Sumber : Doll dan Orazem (1984) 3.1.2
Siklus Proyek Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976).
Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan,
di
dalamnya
menggunakan
sumber-sumber
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang.
(input)
untuk
Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek. Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah : 1. Identifikasi Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto, 1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986). 2. Persiapan dan Analisa Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hatihati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek, pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek. Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan yang lebih lanjut.
Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui. Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986). 3. Penilaian Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek dari rencana suatu proyek.
Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius, kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986). 4. Pelaksanaan Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari perencanaan dan analisa suatu proyek. Pelaksanaan suatu proyek harus luwes.
Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai. 3.1.3
Studi Kelayakan Proyek Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study) dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi manfaat.
Manfaat yang diperoleh dari adanya
investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat diterima. Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu : 1.
Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2.
Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3.
Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan. Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1.
Besarnya dana yang ditanamkan. Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
2.
Tingkat ketidakpastian proyek Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3.
Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan.
Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah : 1. Aspek teknis Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999). Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah, tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000). 2. Aspek komersial Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. 3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas (Pudjosumarto, 1991). 4. Aspek finansial Yaitu merupakan aspek utama
yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et al. 1999). 5. Aspek ekonomi Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Pudjosumarto, 1991). 6. Aspek sosial Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbanganpertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). 3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value),
Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period). Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991). NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif.
Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol.
Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya.
Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991). Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biayabiaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. 3.1.6
Switching Value. Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di luar perencanaan.
Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita ramalkan atau perkirakan. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut switching value (Gittinger, 1986).
Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai NPV sama dengan nol. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. domestik, sebesar
Dari total konsumsi daging
73,6 persen merupakan konsumsi ayam.
Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan. Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam usaha peternakan ayam broiler domestik. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan. Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya. Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Usaha ayam broiler
• •
Permasalahan : Impor paha ayam Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam broiler
Model 2
Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Model 3 Efisiensi, melalui : Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Analisis kelayakan finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Layak
Interpretasi hasil data
Dapat dioperasionalkan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
27
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur.
Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha 10.000 ekor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2008. 4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input dan output. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait. 4.3
Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan investasi dan analisis switching value. Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi : Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu) Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal. Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler. Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan. Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan ayam. Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung, pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur tiga bulan. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. 4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah : a. Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Rumus dari NPV adalah :
NPV =
n
∑ t =0
Bt − Ct (1 + i ) t
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol.
Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut : IRR = i1 +
NPV1 X (i2 − i1) ( NPV1 − NPV2)
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : i1
= discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2
= discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku. c. Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Rumusnya adalah sebagai berikut n
NetB / C =
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0 n
t
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0
t
>0 = <0
PV Positif PVNegatif
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt Ct i t n
= penerimaan tahun ke-t = biaya tahun ke t = discounted factor = tahun = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya.
Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata. Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Payback Period =
Nilai investasi Net benefit rata-rata
Sumber : Pudjosumarto (1991)
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. 4.3.2
Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi di pembibitan tidak berjalan optimal. Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat.
Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi (Saragih, 2001). Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada penelitian ini adalah : •
Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
• 4.4
Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus) Asumsi Dasar
Dalam
penelitian
kelayakan
menggunakan beberapa asumsi dasar.
peternakan
ayam
broiler
terpadu
33
Asumsi untuk seluruh model :
1.
Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek
berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang. 2.
Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3.
Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7 kg dan tingkat kematian empat persen.
4.
Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5.
Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6.
Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi masa pemeliharaan selama 35 hari.
7.
Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan sebesar 2,89 kg.
8.
Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian.
9.
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 yaitu : •
Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10 persen
34
•
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
•
Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000)) Asumsi untuk model satu dan dua :
1.
Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli dengan harga Rp 100.000 per m2.
2.
Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa karung sebesar 1.500 per karung.
Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg. Asumsi untuk model dua dan tiga :
1.
Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600 kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari kerja.
2.
Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg. Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000 ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor. Asumsi untuk model tiga :
1.
Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2.
Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008).
Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994).
Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo Subur Prima. 3.
Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa tanam selama tiga bulan.
4.
Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua, dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali. Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap bulan.
5.
Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6.
Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada. Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida. Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions. Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani TanamanTernak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia. Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Ed Rev.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC. North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York. Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta. Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang diperoleh lebih dari 10 tahun.
Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Usaha Ayam Broiler Impor Jagung
Impor CLQ
-
Permasalahan Permintaan daging ayam yang lebih tinggi penawarannya Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
a. b. c. d. e.
Layak
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial Analisis NPV Analisis IRR Analisis B/C Ratio Analisis Payback Period Analisis Sensitivitas
Interpretasi Hasil Data
Dapat Dioperasionalkan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain. Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau 73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1).
Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Produksi (Ton) 771.112 846.097 779.106 861.263 918.478
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi, kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan, akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode mendatang. Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang
tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan.
Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat. Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen, sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat. 1.2
Perumusan Masalah Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi industri perunggasan nasional.
Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor sehingga harga pakan mahal. Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan. Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen dari Nopember
2006 sampai
Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008). Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ayam broiler. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan. Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat.
Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2.
Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3.
Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2.
Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler.
3.
Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1.
Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2.
Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3.
Informasi
kepada
peternak
untuk
memanfaatkan
dan
mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial.
Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar 1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5 – 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg. Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur 0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen. Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 3538 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg. Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot Badan (kg)
Ayam 100 2,0 Petelur Ayam 1.000 1,8 Broiler Kalkun 1.000 3,6 Sumber : Ensminger (1992) 2.2
Waktu Periode
Jumah Ekskreta (kg)
12 bulan
1.091
Jumlah Eksreta (g/ekor/hari/ BB) 15
9 minggu
1.227
11
16 minggu
1.964
4,9
Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae).
Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepahpelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M Fisher, 1996). Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia, yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih) (Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar.
Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007). Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun 2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton, kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan benih jagung hibrida (Deptan, 2007). 2.3
Pupuk Kandang Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006). Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007). Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I, 2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006). Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon. Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar (Yuwono, 2005). 2.4
Pertanian Terpadu Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari. Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2) proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Produksi Tanaman Pangan Kotoran Ternak
Tanaman Pakan Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Ternak Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990) 2.5
Tinjauan Terdahulu Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004).
Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen Day (HD) dan 34,2 persen HD.
Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik. Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu yang diubah menjadi pupuk bokhasi
adalah 182.479,65 gram.
Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang), produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak tidak ada bahan yang terbuang. Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan.
Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen dan jangka waktu pengembalian lima tahun. Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41 persen.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari 38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen. Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Persamaan
Perbedaan
1
Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
2
Abduh, U (2004)
3
Yadnya, T.G.B (2004)
4
Gustriyeni (2007)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Fungsi Produksi Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah curah hujan dan sebagainya Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2,...........,Xn) Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya terbatas. Hubungan antara output-output terdiri dari : a.
Produk Kompetitif Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu yang sama.
14
b.
Produk Komplementer Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang digunakan pada keduanya konstan.
c.
Produk Suplementer Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d.
Joint Product Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2
Y2
A
0
Y1
0
a. Produk Kompetitif
Y1
B b. Produk Komplementer
Y2
Y2 E
Y1 0
H c. Produk Suplementer
Y1 0 d. Joint Product
Gambar 2
Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk Sumber : Doll dan Orazem (1984) 3.1.2
Siklus Proyek Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976).
Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan,
di
dalamnya
menggunakan
sumber-sumber
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang.
(input)
untuk
Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek. Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah : 1. Identifikasi Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto, 1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986). 2. Persiapan dan Analisa Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hatihati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek, pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek. Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan yang lebih lanjut.
Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui. Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986). 3. Penilaian Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek dari rencana suatu proyek.
Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius, kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986). 4. Pelaksanaan Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari perencanaan dan analisa suatu proyek. Pelaksanaan suatu proyek harus luwes.
Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai. 3.1.3
Studi Kelayakan Proyek Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study) dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi manfaat.
Manfaat yang diperoleh dari adanya
investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat diterima. Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu : 1.
Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2.
Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3.
Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan. Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1.
Besarnya dana yang ditanamkan. Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
2.
Tingkat ketidakpastian proyek Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3.
Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan.
Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah : 1. Aspek teknis Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999). Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah, tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000). 2. Aspek komersial Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. 3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas (Pudjosumarto, 1991). 4. Aspek finansial Yaitu merupakan aspek utama
yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et al. 1999). 5. Aspek ekonomi Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Pudjosumarto, 1991). 6. Aspek sosial Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbanganpertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). 3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value),
Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period). Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991). NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif.
Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol.
Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya.
Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991). Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biayabiaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. 3.1.6
Switching Value. Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di luar perencanaan.
Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita ramalkan atau perkirakan. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut switching value (Gittinger, 1986).
Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai NPV sama dengan nol. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. domestik, sebesar
Dari total konsumsi daging
73,6 persen merupakan konsumsi ayam.
Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan. Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam usaha peternakan ayam broiler domestik. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan. Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya. Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Usaha ayam broiler
• •
Permasalahan : Impor paha ayam Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam broiler
Model 2
Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Model 3 Efisiensi, melalui : Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Analisis kelayakan finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Layak
Interpretasi hasil data
Dapat dioperasionalkan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
27
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur.
Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha 10.000 ekor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2008. 4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input dan output. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait. 4.3
Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan investasi dan analisis switching value. Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi : Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu) Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal. Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler. Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan. Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan ayam. Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung, pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur tiga bulan. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. 4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah : a. Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Rumus dari NPV adalah :
NPV =
n
∑ t =0
Bt − Ct (1 + i ) t
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol.
Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut : IRR = i1 +
NPV1 X (i2 − i1) ( NPV1 − NPV2)
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : i1
= discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2
= discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku. c. Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Rumusnya adalah sebagai berikut n
NetB / C =
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0 n
t
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0
t
>0 = <0
PV Positif PVNegatif
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt Ct i t n
= penerimaan tahun ke-t = biaya tahun ke t = discounted factor = tahun = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya.
Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata. Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Payback Period =
Nilai investasi Net benefit rata-rata
Sumber : Pudjosumarto (1991)
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. 4.3.2
Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi di pembibitan tidak berjalan optimal. Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat.
Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi (Saragih, 2001). Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada penelitian ini adalah : •
Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
• 4.4
Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus) Asumsi Dasar
Dalam
penelitian
kelayakan
menggunakan beberapa asumsi dasar.
peternakan
ayam
broiler
terpadu
33
Asumsi untuk seluruh model :
1.
Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek
berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang. 2.
Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3.
Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7 kg dan tingkat kematian empat persen.
4.
Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5.
Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6.
Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi masa pemeliharaan selama 35 hari.
7.
Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan sebesar 2,89 kg.
8.
Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian.
9.
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 yaitu : •
Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10 persen
34
•
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
•
Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000)) Asumsi untuk model satu dan dua :
1.
Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli dengan harga Rp 100.000 per m2.
2.
Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa karung sebesar 1.500 per karung.
Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg. Asumsi untuk model dua dan tiga :
1.
Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600 kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari kerja.
2.
Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg. Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000 ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor. Asumsi untuk model tiga :
1.
Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2.
Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008).
Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994).
Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo Subur Prima. 3.
Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa tanam selama tiga bulan.
4.
Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua, dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali. Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap bulan.
5.
Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6.
Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada. Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida. Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions. Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani TanamanTernak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia. Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Ed Rev.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC. North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York. Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta. Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang diperoleh lebih dari 10 tahun.
Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Usaha Ayam Broiler Impor Jagung
Impor CLQ
-
Permasalahan Permintaan daging ayam yang lebih tinggi penawarannya Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
a. b. c. d. e.
Layak
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial Analisis NPV Analisis IRR Analisis B/C Ratio Analisis Payback Period Analisis Sensitivitas
Interpretasi Hasil Data
Dapat Dioperasionalkan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain. Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau 73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1).
Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Produksi (Ton) 771.112 846.097 779.106 861.263 918.478
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi, kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan, akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode mendatang. Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang
tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan.
Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat. Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen, sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat. 1.2
Perumusan Masalah Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi industri perunggasan nasional.
Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor sehingga harga pakan mahal. Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan. Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen dari Nopember
2006 sampai
Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008). Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ayam broiler. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan. Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat.
Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2.
Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3.
Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2.
Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler.
3.
Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1.
Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2.
Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3.
Informasi
kepada
peternak
untuk
memanfaatkan
dan
mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial.
Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar 1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5 – 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg. Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur 0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen. Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 3538 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg. Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot Badan (kg)
Ayam 100 2,0 Petelur Ayam 1.000 1,8 Broiler Kalkun 1.000 3,6 Sumber : Ensminger (1992) 2.2
Waktu Periode
Jumah Ekskreta (kg)
12 bulan
1.091
Jumlah Eksreta (g/ekor/hari/ BB) 15
9 minggu
1.227
11
16 minggu
1.964
4,9
Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae).
Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepahpelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M Fisher, 1996). Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia, yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih) (Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar.
Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007). Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun 2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton, kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan benih jagung hibrida (Deptan, 2007). 2.3
Pupuk Kandang Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006). Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007). Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I, 2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006). Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon. Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar (Yuwono, 2005). 2.4
Pertanian Terpadu Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari. Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2) proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Produksi Tanaman Pangan Kotoran Ternak
Tanaman Pakan Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Ternak Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990) 2.5
Tinjauan Terdahulu Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004).
Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen Day (HD) dan 34,2 persen HD.
Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik. Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu yang diubah menjadi pupuk bokhasi
adalah 182.479,65 gram.
Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang), produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak tidak ada bahan yang terbuang. Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan.
Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen dan jangka waktu pengembalian lima tahun. Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41 persen.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari 38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen. Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Persamaan
Perbedaan
1
Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
2
Abduh, U (2004)
3
Yadnya, T.G.B (2004)
4
Gustriyeni (2007)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Fungsi Produksi Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah curah hujan dan sebagainya Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2,...........,Xn) Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya terbatas. Hubungan antara output-output terdiri dari : a.
Produk Kompetitif Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu yang sama.
14
b.
Produk Komplementer Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang digunakan pada keduanya konstan.
c.
Produk Suplementer Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d.
Joint Product Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2
Y2
A
0
Y1
0
a. Produk Kompetitif
Y1
B b. Produk Komplementer
Y2
Y2 E
Y1 0
H c. Produk Suplementer
Y1 0 d. Joint Product
Gambar 2
Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk Sumber : Doll dan Orazem (1984) 3.1.2
Siklus Proyek Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976).
Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan,
di
dalamnya
menggunakan
sumber-sumber
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang.
(input)
untuk
Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek. Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah : 1. Identifikasi Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto, 1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986). 2. Persiapan dan Analisa Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hatihati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek, pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek. Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan yang lebih lanjut.
Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui. Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986). 3. Penilaian Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek dari rencana suatu proyek.
Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius, kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986). 4. Pelaksanaan Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari perencanaan dan analisa suatu proyek. Pelaksanaan suatu proyek harus luwes.
Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai. 3.1.3
Studi Kelayakan Proyek Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study) dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi manfaat.
Manfaat yang diperoleh dari adanya
investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat diterima. Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu : 1.
Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2.
Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3.
Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan. Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1.
Besarnya dana yang ditanamkan. Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
2.
Tingkat ketidakpastian proyek Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3.
Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan.
Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah : 1. Aspek teknis Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999). Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah, tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000). 2. Aspek komersial Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. 3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas (Pudjosumarto, 1991). 4. Aspek finansial Yaitu merupakan aspek utama
yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et al. 1999). 5. Aspek ekonomi Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Pudjosumarto, 1991). 6. Aspek sosial Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbanganpertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). 3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value),
Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period). Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991). NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif.
Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol.
Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya.
Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991). Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biayabiaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. 3.1.6
Switching Value. Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di luar perencanaan.
Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita ramalkan atau perkirakan. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut switching value (Gittinger, 1986).
Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai NPV sama dengan nol. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. domestik, sebesar
Dari total konsumsi daging
73,6 persen merupakan konsumsi ayam.
Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan. Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam usaha peternakan ayam broiler domestik. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan. Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya. Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Usaha ayam broiler
• •
Permasalahan : Impor paha ayam Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam broiler
Model 2
Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Model 3 Efisiensi, melalui : Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Analisis kelayakan finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Layak
Interpretasi hasil data
Dapat dioperasionalkan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
27
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur.
Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha 10.000 ekor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2008. 4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input dan output. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait. 4.3
Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan investasi dan analisis switching value. Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi : Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu) Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal. Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler. Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan. Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan ayam. Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung, pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur tiga bulan. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. 4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah : a. Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Rumus dari NPV adalah :
NPV =
n
∑ t =0
Bt − Ct (1 + i ) t
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol.
Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut : IRR = i1 +
NPV1 X (i2 − i1) ( NPV1 − NPV2)
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : i1
= discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2
= discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku. c. Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Rumusnya adalah sebagai berikut n
NetB / C =
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0 n
t
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0
t
>0 = <0
PV Positif PVNegatif
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt Ct i t n
= penerimaan tahun ke-t = biaya tahun ke t = discounted factor = tahun = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya.
Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata. Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Payback Period =
Nilai investasi Net benefit rata-rata
Sumber : Pudjosumarto (1991)
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. 4.3.2
Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi di pembibitan tidak berjalan optimal. Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat.
Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi (Saragih, 2001). Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada penelitian ini adalah : •
Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
• 4.4
Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus) Asumsi Dasar
Dalam
penelitian
kelayakan
menggunakan beberapa asumsi dasar.
peternakan
ayam
broiler
terpadu
33
Asumsi untuk seluruh model :
1.
Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek
berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang. 2.
Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3.
Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7 kg dan tingkat kematian empat persen.
4.
Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5.
Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6.
Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi masa pemeliharaan selama 35 hari.
7.
Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan sebesar 2,89 kg.
8.
Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian.
9.
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 yaitu : •
Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10 persen
34
•
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
•
Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000)) Asumsi untuk model satu dan dua :
1.
Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli dengan harga Rp 100.000 per m2.
2.
Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa karung sebesar 1.500 per karung.
Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg. Asumsi untuk model dua dan tiga :
1.
Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600 kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari kerja.
2.
Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg. Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000 ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor. Asumsi untuk model tiga :
1.
Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2.
Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008).
Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994).
Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo Subur Prima. 3.
Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa tanam selama tiga bulan.
4.
Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua, dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali. Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap bulan.
5.
Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6.
Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada. Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida. Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions. Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani TanamanTernak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia. Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Ed Rev.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC. North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York. Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta. Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang diperoleh lebih dari 10 tahun.
Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Usaha Ayam Broiler Impor Jagung
Impor CLQ
-
Permasalahan Permintaan daging ayam yang lebih tinggi penawarannya Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
a. b. c. d. e.
Layak
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial Analisis NPV Analisis IRR Analisis B/C Ratio Analisis Payback Period Analisis Sensitivitas
Interpretasi Hasil Data
Dapat Dioperasionalkan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain. Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau 73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1).
Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Produksi (Ton) 771.112 846.097 779.106 861.263 918.478
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi, kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan, akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode mendatang. Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang
tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan.
Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat. Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen, sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat. 1.2
Perumusan Masalah Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi industri perunggasan nasional.
Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor sehingga harga pakan mahal. Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan. Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen dari Nopember
2006 sampai
Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008). Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ayam broiler. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan. Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat.
Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2.
Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3.
Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2.
Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler.
3.
Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1.
Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2.
Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3.
Informasi
kepada
peternak
untuk
memanfaatkan
dan
mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial.
Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar 1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5 – 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg. Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur 0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen. Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 3538 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg. Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot Badan (kg)
Ayam 100 2,0 Petelur Ayam 1.000 1,8 Broiler Kalkun 1.000 3,6 Sumber : Ensminger (1992) 2.2
Waktu Periode
Jumah Ekskreta (kg)
12 bulan
1.091
Jumlah Eksreta (g/ekor/hari/ BB) 15
9 minggu
1.227
11
16 minggu
1.964
4,9
Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae).
Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepahpelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M Fisher, 1996). Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia, yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih) (Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar.
Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007). Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun 2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton, kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan benih jagung hibrida (Deptan, 2007). 2.3
Pupuk Kandang Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006). Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007). Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I, 2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006). Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon. Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar (Yuwono, 2005). 2.4
Pertanian Terpadu Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari. Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2) proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Produksi Tanaman Pangan Kotoran Ternak
Tanaman Pakan Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Ternak Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990) 2.5
Tinjauan Terdahulu Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004).
Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen Day (HD) dan 34,2 persen HD.
Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik. Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu yang diubah menjadi pupuk bokhasi
adalah 182.479,65 gram.
Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang), produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak tidak ada bahan yang terbuang. Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan.
Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen dan jangka waktu pengembalian lima tahun. Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41 persen.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari 38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen. Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Persamaan
Perbedaan
1
Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
2
Abduh, U (2004)
3
Yadnya, T.G.B (2004)
4
Gustriyeni (2007)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Fungsi Produksi Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah curah hujan dan sebagainya Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2,...........,Xn) Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya terbatas. Hubungan antara output-output terdiri dari : a.
Produk Kompetitif Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu yang sama.
14
b.
Produk Komplementer Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang digunakan pada keduanya konstan.
c.
Produk Suplementer Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d.
Joint Product Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2
Y2
A
0
Y1
0
a. Produk Kompetitif
Y1
B b. Produk Komplementer
Y2
Y2 E
Y1 0
H c. Produk Suplementer
Y1 0 d. Joint Product
Gambar 2
Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk Sumber : Doll dan Orazem (1984) 3.1.2
Siklus Proyek Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976).
Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan,
di
dalamnya
menggunakan
sumber-sumber
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang.
(input)
untuk
Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek. Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah : 1. Identifikasi Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto, 1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986). 2. Persiapan dan Analisa Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hatihati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek, pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek. Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan yang lebih lanjut.
Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui. Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986). 3. Penilaian Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek dari rencana suatu proyek.
Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius, kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986). 4. Pelaksanaan Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari perencanaan dan analisa suatu proyek. Pelaksanaan suatu proyek harus luwes.
Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai. 3.1.3
Studi Kelayakan Proyek Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study) dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi manfaat.
Manfaat yang diperoleh dari adanya
investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat diterima. Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu : 1.
Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2.
Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3.
Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan. Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1.
Besarnya dana yang ditanamkan. Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
2.
Tingkat ketidakpastian proyek Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3.
Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan.
Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah : 1. Aspek teknis Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999). Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah, tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000). 2. Aspek komersial Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. 3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas (Pudjosumarto, 1991). 4. Aspek finansial Yaitu merupakan aspek utama
yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et al. 1999). 5. Aspek ekonomi Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Pudjosumarto, 1991). 6. Aspek sosial Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek (Pudjosumarto, 1991).
Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbanganpertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000). 3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value),
Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period). Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991). NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif.
Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol.
Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya.
Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991). Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biayabiaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. 3.1.6
Switching Value. Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di luar perencanaan.
Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita ramalkan atau perkirakan. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut switching value (Gittinger, 1986).
Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai NPV sama dengan nol. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. domestik, sebesar
Dari total konsumsi daging
73,6 persen merupakan konsumsi ayam.
Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan. Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam usaha peternakan ayam broiler domestik. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan. Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya. Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Usaha ayam broiler
• •
Permasalahan : Impor paha ayam Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam broiler
Model 2
Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Model 3 Efisiensi, melalui : Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam broiler
Analisis kelayakan finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Layak
Interpretasi hasil data
Dapat dioperasionalkan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
27
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur.
Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha 10.000 ekor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2008. 4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input dan output. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait. 4.3
Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan investasi dan analisis switching value. Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi : Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu) Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal. Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler. Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan. Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan ayam. Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung, pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur tiga bulan. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. 4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah : a. Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Rumus dari NPV adalah :
NPV =
n
∑ t =0
Bt − Ct (1 + i ) t
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol.
Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut : IRR = i1 +
NPV1 X (i2 − i1) ( NPV1 − NPV2)
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : i1
= discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2
= discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku. c. Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Rumusnya adalah sebagai berikut n
NetB / C =
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0 n
t
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0
t
>0 = <0
PV Positif PVNegatif
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt Ct i t n
= penerimaan tahun ke-t = biaya tahun ke t = discounted factor = tahun = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya.
Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata. Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Payback Period =
Nilai investasi Net benefit rata-rata
Sumber : Pudjosumarto (1991)
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. 4.3.2
Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi di pembibitan tidak berjalan optimal. Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat.
Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi (Saragih, 2001). Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada penelitian ini adalah : •
Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
• 4.4
Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus) Asumsi Dasar
Dalam
penelitian
kelayakan
menggunakan beberapa asumsi dasar.
peternakan
ayam
broiler
terpadu
33
Asumsi untuk seluruh model :
1.
Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek
berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang. 2.
Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3.
Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7 kg dan tingkat kematian empat persen.
4.
Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5.
Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6.
Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi masa pemeliharaan selama 35 hari.
7.
Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan sebesar 2,89 kg.
8.
Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian.
9.
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 yaitu : •
Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10 persen
34
•
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
•
Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000)) Asumsi untuk model satu dan dua :
1.
Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli dengan harga Rp 100.000 per m2.
2.
Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa karung sebesar 1.500 per karung.
Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg. Asumsi untuk model dua dan tiga :
1.
Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600 kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari kerja.
2.
Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg. Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000 ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor. Asumsi untuk model tiga :
1.
Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2.
Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008).
Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994).
Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo Subur Prima. 3.
Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa tanam selama tiga bulan.
4.
Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua, dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali. Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap bulan.
5.
Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6.
Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada. Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida. Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions. Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani TanamanTernak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia. Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Ed Rev.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC. North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York. Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta. Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang diperoleh lebih dari 10 tahun.
Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Usaha Ayam Broiler Impor Jagung
Impor CLQ
-
Permasalahan Permintaan daging ayam yang lebih tinggi penawarannya Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
a. b. c. d. e.
Layak
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial Analisis NPV Analisis IRR Analisis B/C Ratio Analisis Payback Period Analisis Sensitivitas
Interpretasi Hasil Data
Dapat Dioperasionalkan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak layak
36
BAB V ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN
Dalam melakukan studi kelayakan,
terlebih dahulu harus ditentukan
aspek-aspek yang akan dipelajari. Hasil analisis finansial akan lebih bermanfaat apabila dilengkapi dengan analisis aspek-aspek studi kelayakan yang lain seperti aspek pasar, teknis dan finansial. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan. 5.1
Aspek Pasar Pada saat akan memulai suatu kegiatan usaha, perusahaan perlu
mengetahui aspek pasar dari produksi yang dihasilkan. Dengan demikian aspek pasar merupakan hal yang penting dalam pertimbangan investor. Analisis aspek pasar dilakukan salah satunya untuk mengamati permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan. Potensi dan prospek pasar ayam broiler cukup terbuka, terutama potensi pasar domestik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya konsumsi ayam per kapita yaitu dari 3,9 kg/kapita pada tahun 2004 menjadi 4,1 kg/kapita pada tahun 2005 (Dirjen Peternakan, 2007). Diperkirakan konsumsi per kapita ayam broiler akan semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat. Di samping itu, jika dilihat dari struktur konsumsi daging nasional, 73,6 persen merupakan konsumsi daging ayam. Peluang pengembangan ayam broiler semakin terbuka dengan terjadinya defisit neraca perdagangan daging ayam broiler selama kurun waktu 2004 -2006 (Tabel 4).
37
Tabel 4 Neraca Perdagangan Daging Ayam di Indonesia Tahun 2002-2006 No Jenis Komoditi
Jumlah (Ton) 2002 2003 2004 2005 1 Ekspor 2.346,3 2.760,7 100,9 20,1 2 Impor 949,8 546,0 1.313,9 3.978,4 Neraca 1.396,5 2.214,7 (1.213) (3.958,3) Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
2006 25,0 3.468,4 (3.443,4)
Peluang pasar produk sampingan berupa jagung pipilan kering dan pakan ayam broiler cukup besar. Pabrik pakan dan suplier bahan pakan yang ada masih kekurangan bahan baku terutama jagung, apalagi bila dapat memproduksi jagung pipilan kering dan pakan ayam broiler dengan biaya yang lebih murah dan berkualitas. 5.2
Aspek Teknis
5.2.1
Peternakan Ayam Broiler Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang
dipakai berasal dari PT. Charoen Pokphand, terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur 0 sampai 3 minggu dan pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen.
Produk utama yang dihasilkan berupa ayam broiler
sedangkan produk sampingan berupa kotoran ayam. Terdapat dua simulasi pada model ini, yaitu peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 dan 25.0000 ekor. Setiap pegawai kandang menangani 5.000 ekor ayam. Pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor, tenaga kerja yang dipakai sebanyak tiga orang terdiri dari satu orang supervisor dan dua pegawai kandang. Pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor, tenaga kerja yang dipakai terdiri dari seorang supervisor dan lima pegawai kandang. Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler.
38
5.2.2
Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan Bahan baku yang dipakai di pabrik pakan sebagai campuran pakan ayam
broiler seluruhnya didatangkan dari luar.
Pada tahun pertama, pabrik pakan
sudah beroperasi mulai bulan pertama karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen. Pakan yang telah diproduksi diberikan pada ayam yang ada di peternakan. Kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam ini dipimpin oleh seorang pimpinan dan dibantu satu orang staf keuangan.
Simulasi yang
digunakan pada model dua adalah simulasi satu untuk kapasitas ayam 10.000 ekor dan simulasi dua untuk kapasitas ayam 25.000 ekor. Pada kapasitas 10.000 ekor, produk utama yang dihasilkan adalah ayam broiler sedangkan produk sampingan berupa kotoran ayam.
Pada kapasitas
25.000 ekor, produk sampingan yang dihasilkan berupa pakan dan kotoran ayam. 5.2.3
Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan dan Budidaya Jagung Peternakan ayam broiler terpadu merupakan kegiatan yang terintegrasi
antara budidaya jagung, pabrik pakan dan peternakan ayam broiler, sehingga memerlukan lahan yang lebih luas. Usaha ini dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu oleh satu orang staf keuangan. Peternakan ayam broiler terpadu akan dilakukan di Desa Cibatok, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pada kegiatan
budidaya jagung akan dihasilkan jagung pipilan kering yang
akan diolah di
pabrik pakan sebagai salah satu bahan baku pakan ayam broiler.
Pakan yang
dihasilkan di pabrik langsung digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung.
39
Pengelolaan
peternakan
ayam
broiler
terpadu
lebih
kompleks
dibandingkan dengan satu kegiatan usaha saja, misalnya hanya usaha budidaya ayam broiler. Diperlukan sumberdaya manusia yang terampil dalam mengelola karena aspek yang dipahami tidak hanya aspek teknis budidaya ternak, tetapi juga aspek produksi jagung dan pakan. Peternakan ayam broiler terpadu terdiri dari simulasi satu dan dua. Simulasi satu adalah peternakan ayam broiler terpadu berkapasitas 10.000 ekor ayam broiler sedangkan pada simulasi dua kapasitasnya 25.000 ekor. Produk utama yang dihasilkan peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 10.000 ekor adalah ayam broiler sedangkan produk sampingan berupa jagung pipilan kering. Produk utama yang dihasilkan peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 25.000 ekor adalah ayam broiler sedangkan produk sampingan berupa jagung pipilan kering dan pakan. 5.2.3.1 Kegiatan Budidaya Jagung Dalam budidaya tanaman jagung, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan penanganan yang tepat mulai dari pemilihan benih unggul sampai penanganan pasca panen. Tahap awal dalam melakukan budidaya jagung adalah pengolahan tanah, yaitu dengan membajak
tanah sedalam
30 cm.
Tujuan
pengolahan agar tanah menjadi gembur dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Tenaga kerja yang digunakan untuk pengolahan lahan menggunakan sistem borongan. Penanaman benih dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama dengan cara membuat dua lubang, yaitu untuk benih dan pupuk. Pembuatan lubang tanam dengan kedalaman dan jarak antar lubang kurang lebih lima cm
40
menggunakan suatu alat yang disebut tugal, yaitu alat yang terbuat dari kayu dan salah satu ujungnya runcing. Alat tersebut ditancapkan ujungnya ke dalam tanah sesuai dengan jarak tanamnya. Lubang tanam ditutup tanah kembali. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 65 x 15 cm. untuk setiap hektarnya adalah 20 kg.
Kebutuhan benih jagung hibrida BISI 16 Tenaga kerja yang dipakai pada saat
penanaman adalah 12 Hari Kerja Pria (HKP) per hektar.
Kebutuhan pupuk per
hektar terdiri dari 200 kg urea, 200 kg SP-36, dan 100 kg KCl. Pada umur 21-25 dan 35-40 hari setelah tanam dilakukan pemupukan kedua dan ketiga dengan cara membuat lubang pupuk dengan tugal dengan jarak kurang lebih 10 cm dari tanaman Pemupukan kedua dan ketiga menggunakan pupuk urea masing-masing sebanyak 200 kg per hektar. Penggunaan tenaga kerja pada saat pemupukan adalah delapan HKP per hektar. Pemberantasan gulma dilakukan pada umur 30 hari menggunakan herbisida dengan dosis dua liter per hektar. Tujuannya agar pertumbuhan tanaman jagung lebih optimal karena tidak bersaing dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air maupun sinar matahari. Tenaga kerja yang digunakan adalah empat HKP per hektar. Hama yang sering menyerang tanaman jagung adalah ulat tongkol, ulat daun, ulat batang, dan lalat bibit. Penyakit yang sering menyerang yaitu penyakit bulai, karat daun, dan hawar daun. Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam. Jagung siap dipanen dengan ditandai kelobot 95 persen kering dan biji keras. Jagung dapat dipipil pada saat kadar air mencapai 18-20 persen. Jagung pipil dikeringkan sampai kadar air mencapai 15 persen dan jagung siap didistribusikan. Tenaga kerja yang
41
digunakan pada saat pemanenan menggunakan sistem borongan. Penyimpanan jagung di gudang perlu memperhatikan sirkulasi udara. a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler Lahan jagung yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ayam adalah empat hektar terbagi menjadi dua lahan. Lahan yang dipakai adalah lahan sewa. Jarak waktu tanam antara lahan satu dan dua selama dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali. Pada tahun pertama kebutuhan pupuk untuk tanaman jagung lebih tinggi dibanding tahun berikutnya karena pupuk yang dihasilkan dari kotoran ayam baru dapat dihasilkan setelah lahan jagung kedua ditanam. Produksi jagung BISI 16 adalah delapan ton pipilan kering per hektar. Setiap panen dihasilkan 16 ton jagung pipilan kering sedangkan kebutuhan pabrik pakan sebanyak 14,5 ton. Kelebihan 1,5 ton setiap panen dijual dalam bentuk jagung pipilan kering. b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler Lahan jagung yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ayam adalah 10 hektar terbagi menjadi empat lahan. Lahan yang dipakai adalah lahan sewa. Jarak waktu tanam antara lahan satu dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dapat dilakukan setiap bulan. Setiap kali panen dihasilkan jagung pipilan kering sebanyak 20 ton sedangkan kebutuhan pabrik pakan sebesar 19,2 ton. Kelebihan 800 kg setiap panen dijual dalam bentuk jagung pipilan kering. 5.2.3.2 Kegiatan Pabrik Pakan Setiap bahan baku yang akan dipergunakan untuk campuran pakan diperiksa lebih dahulu.
Bahan baku yang dipakai dalam pakan akan
42
mempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan. Bahan baku tersebut terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung tulang, tepung daging, Crude Palm Oil (CPO), premix dan kalsium karbonat (CaCO3). Jagung berasal dari divisi jagung. Jagung sebelum dicampur, digiling dengan hammermill. Semua bahan baku sebelum dicampur dengan menggunakan mixer ditimbang terlebih dahulu agar komposisi nutrisi dalam pakan sesuai dengan yang diinginkan. Bahan baku yang akan dicampurkan disesuaikan dengan kapasitas mesin yang dipakai. Proses mixing akan menghasilkan pakan berbentuk halus atau tepung yang homogen. Selanjutnya pakan halus tersebut dimasukkan dalam mesin pellet.
Pellet merupakan bentuk penggumpalan pakan melalui proses
pemampatan dan tekanan. Ukuran pellet dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Pakan yang sudah jadi dikemas dalam karung, setiap karung berisi 50 kg. Selanjutnya dibawa ke gudang pakan jadi atau langsung dikirim ke peternakan ayam broiler. a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler Pabrik beroperasi sesuai dengan kapasitas ayam yang dipelihara yaitu 10.000 ekor, sehingga mesin tidak digunakan dengan kapasitas penuh. Kapasitas pabrik pakan adalah 600 kg per hari. Tenaga kerja yang digunakan pada pabrik pakan terdiri dari seorang supervisor dan seorang pegawai pabrik. Pada tahun pertama, pabrik mulai beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur tiga bulan. Untuk tahun selanjutnya beroperasi mulai bulan pertama, secara rutin setiap hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari kerja.
43
Lahan yang digunakan untuk pabrik pakan seluas 400 m2, terdiri dari 75 m2 untuk ruang bahan baku dan pakan jadi, ruang mesin produksi sebesar 25 m2 ruang administrasi dan kamar mandi sebesar 12 m2.
Mesin-mesin yang dipakai
adalah hammer mill kapasitas 200 kg per jam, mixer kapasitas 50 kg per batch, mesin pellet kapasitas 100 kg per jam dan mesin jahit karung. b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler Pabrik beroperasi dengan kapasitas penuh. Kapasitas pabrik sebesar 1600 kg per hari. Selain untuk mencukupi kebutuhan ayam, kelebihan pakan dijual. Tenaga kerja yang dipakai terdiri dari seorang supervisor dan dua orang pegawai pabrik. Pabrik pakan didirikan di atas lahan seluas 400 m2, terdiri dari 100 m2 untuk ruang bahan baku dan pakan jadi, 30 m2 untuk ruang mesin produksi dan 15 m2 untuk ruang administrasi dan kamar mandi.
Mesin-mesin yang dipakai
adalah hammermill kapasitas 200 kg per jam, mixer kapasitas 50 kg per batch, mesin pellet kapasitas 200 kg per jam dan mesin jahit karung. 5.2.3.3 Kegiatan Peternakan Ayam Broiler Kandang yang digunakan adalah sistem open side wall houses yaitu kandang terbuka.
Kandang beralaskan litter yang berasal dari sekam padi.
Manfaat lantai ditutup litter yaitu memberi rasa empuk saat ternak menginjaknya, menyerap air dari fases dan memberikan kehangatan (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Bentuk atap kandang adalah monitor yaitu kandang yang atapnya tersusun dua dan mempunyai ventilasi di antara kedua atapnya sehingga sirkulasi udara berjalan baik.
44
Kandang membujur dari timur ke barat untuk mencegah ayam terkena panas matahari yang berlebih. Sistem pemeliharaan ayam broiler ialah all in all out, artinya mulai dari DOC sampai panen, ayam berada pada kandang yang sama. Kepadatan kandang diatur antara 14 - 16 kg per m2. Kualitas anak ayam satu hari atau Day Old Chick (DOC) berpengaruh terhadap hasil produksi yang optimal.
Strain DOC yang digunakan adalah
Hubbard yang berasal dari PT. Cipendawa. Pembelian DOC dilakukan dengan cara memesan langsung ke PT. Cipendawa dan dikirim ke lokasi peternakan. Sebelum DOC datang, dilakukan persiapan kandang dan peralatan yaitu dengan mencucinya sampai bersih, selanjutnya kandang dikapur dan didesinfeksi dengan desinfektan. Tujuannya untuk membunuh kuman yang ada dalam kandang. Sekam ditebarkan dengan ketebalan kurang lebih 5 cm. Chicken guard (lingkar pembatas) dipasang.
Lingkar pembatas ini terbuat dari seng yang
berfungsi untuk mencegah anak ayam pergi menjauhi pemanas buatan. Persiapan selanjutnya adalah penataan tempat pakan, tempat minum dan pemanas buatan.
Pemanas buatan berfungsi sebagai penghangat anak ayam.
Sebagai sumber energi adalah gas. Dua jam sebelum DOC datang, pemanas sudah disesuaikan suhunya dengan kebutuhan.
Pakan sebagian ada yang
ditebarkan supaya anak ayam mengenal makanan dan cepat belajar makan. DOC yang datang langsung dikeluarkan satu persatu dari boksnya sambil diperiksa kondisi fisiknya. Pada waktu anak ayam datang diberi minum larutan gula tiga persen dua jam pertama sebelum diberi makan. Air gula dapat pula dicampur dengan vitamin.
Pemberian larutan gula ini bertujuan untuk
mengembalikan energi yang hilang selama transportasi.
45
Pemeliharaan awal sampai minggu selanjutnya meliputi pemberian pakan, minum, pemberian vitamin, penimbangan bobot badan tiap minggu, pengobatan bila ada ayam yang sakit dan mencatat bila terjadi kematian. Lingkar pembatas diperlebar secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan ayam dan dipergunakan sampai anak ayam berumur tiga minggu. Sebagai tindakan pencegahan penyakit dilakukan vaksinasi. Vaksinasi pertama dilakukan pada umur empat hari yaitu vaksin New Castle Disease (ND) melalui tetes mata. Vaksin diberikan untuk merangsang pembentukan antibodi (kekebalan) dalam tubuh terhadap penyakit tertentu. dilakukan pada umur empat minggu melalui suntikan.
Vaksinasi ND kedua Pada minggu kedua
dilakukan vaksinasi gumboro melalui air minum. Untuk pencegahan penyakit, selain vaksinasi juga perlu melaksanakan program sanitasi secara ketat.
Sanitasi yang dilakukan antara lain menjaga
kebersihan kandang serta lingkungan juga menyiapkan bak yang berisi larutan desinfektan untuk setiap orang yang datang. Setelah ayam panen, kandang perlu diistirahatkan selama dua minggu untuk memutus siklus hidup bibit penyakit. Produk yang dihasilkan berupa ayam broiler hidup siap potong dengan target bobot badan sebesar 1,7 kg per ekor.
Pembeli datang langsung ke lokasi
peternakan untuk mengambil ayam yang telah dipesan sebelumnya.
Pembeli
ayam hidup terdiri dari pengumpul dan para pemilik Tempat Pemotongan Ayam (TPA) tradisonal. a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam broiler Peternakan ayam broiler akan didirikan di atas tanah seluas 2.170 m2. Seluas 1.088 m2 diantaranya digunakan untuk pembangunan dua unit kandang
46
masing-masing berukuran 8 x 68 m dengan kapasitas 5.000 ekor per unit. Ruang administrasi berukuran 20 m2, gudang, mess, dapur dan kamar mandi 44 m2. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak tiga orang terdiri dari seorang supervisor dan dua orang pegawai kandang. Pada tahun pertama, produksi ayam ada empat siklus. Tahun selanjutnya dalam setahun terdapat enam siklus produksi. b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler Tanah seluas 5.000 m2 akan didirikan peternakan ayam broiler. Dibangun lima unit kandang seluas 2.800 m2, masing-masing kandang berukuran 8 x 70 m dengan kapasitas 5.000 ekor per unit. Ruang administrasi berukuran 20 m2, gudang, mess, dapur dan
kamar mandi seluas
44 m2.
Tenaga kerja
yang digunakan sebanyak enam orang terdiri dari seorang supervisor dan lima orang pegawai kandang.
Produksi ayam broiler pada tahun pertama sebanyak
empat siklus produksi. Tahun selanjutnya terdapat enam siklus produksi dalam setahun.
47
BAB VI KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER (TIDAK TERPADU)
6.1
Identifikasi Biaya dan Manfaat
6.1.1
Biaya Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan
pengurangan terhadap manfaat yang diterima.
Biaya yang dikeluarkan pada
peternakan ayam broiler meliputi biaya investasi dan biaya operasional. a. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek. Biaya investasi peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 893.454.000, sementara itu pada kapasitas 25.000 ekor biaya investasi mencapai Rp 2.097.344.000.
Biaya investasi terbesar pada peternakan ayam
broiler yaitu membuat kandang. Biaya investasi pada peternakan ayam broiler terdiri dari lahan, biaya mendirikan kandang, bangunan untuk gudang, mess, dapur, ruang administrasi dan kamar mandi, instalasi air dan listrik, peralatan untuk kandang dan kantor. Biaya mendirikan kandang sebesar Rp 500.000 per m2. Pada kapasitas 10.000 ekor dibangun dua unit kandang seluas 1.088 m2 dan 2.800 m2 untuk lima unit kandang pada kapasitas 25.000 ekor.
Total biaya yang dikeluarkan untuk
mendirikan kandang pada kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 544.000.000 dan kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp 1.400.000.000. Biaya membangun gudang, mess, dapur, kamar mandi dan ruang administrasi sebesar Rp 1.000.000 per m2.
48
Peralatan kandang yang digunakan terdiri dari tempat pakan, tempat minum otomatis, gasolec, seng guard, timbangan, sprayer, tirai, drum air, pompa air, self refilling syringe dan sekop. Umur ekonomis peralatan berkisar antara dua sampai sepuluh tahun. Tabel 5 menunjukkan umur ekonomis dan harga peralatan kandang yang digunakan peternakan ayam broiler. Tabel 5 Umur Ekonomis dan Harga Peralatan Kandang Peternakan Ayam Broiler No
Peralatan
satuan
1 2 3
Tempat pakan 10 kg Tempat pakan baki Tempat minum otomatis (SC 102) Gasolec S-8 Chicken Guard Timbangan kap. 50 kg Sprayer Tirai Drum air kapasitas 1.000 liter Drum air kapasitas 500 liter Pompa air Self refilling syringe kap 1 ml Sekop
unit unit unit
5 5 5
36.000 9.000 65.000
unit meter unit unit gulung unit unit unit unit unit
10 7 10 5 3 5 5 8 10 2
1.500.000 5.000 750.000 250.000 750.000 750.000 500.000 1.000.000 900.000 30.000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Umur Ekonomis Harga Satuan (tahun) (Rp)
Selain biaya investasi juga perlu dikeluarkan biaya reinvestasi apabila ada peralatan yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek. Biaya reinvestasi pada peternakan ayam broiler terdiri dari tempat pakan, tempat minum dan sprayer dilakukan pada tahun ke enam. Reinvestasi chicken guard dilakukan pada tahun ke delapan.
Tirai diganti pada tahun ke empat, tujuh dan sepuluh,
sementara drum air pada tahun ke enam dan pompa air pada tahun ke sembilan. Peralatan seperti sekop dilakukan reinvestasi pada tahun ke tiga, lima, tujuh dan sembilan. Reinvestasi juga dilakukan pada tahun ke lima dan sembilan yaitu pada meja, kursi dan komputer. Pesawat telepon dilakukan pada tahun ke sembilan.
49
b. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap proses produksi yang dilakukan, meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah output yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berpengaruh terhadap jumlah output yang dihasilkan dalam proses produksi. 1. Biaya Tetap Biaya tetap pada peternakan ayam broiler adalah biaya telepon, listrik, tenaga kerja tidak langsung dan perlengkapan. Perlengkapan peternakan ayam broiler terdiri dari lampu, selang, sikat dan ember.
Gaji seorang supervisor
merupakan biaya tetap terbesar dari usaha ini yang mencapai 79 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 74 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari total biaya tetap.
Gaji supervisor peternakan sebesar Rp 1.500.000 per bulan, sehingga
pengeluaran gaji tetap pada peternakan ayam broiler kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor selama setahun sebesar Rp 18.000.000. 2. Biaya Variabel Biaya variabel pada peternakan ayam broiler yaitu pakan, DOC, obat, vaksin, formalin, desinfektan, sekam, kapur, gas dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya variabel terbesar pada peternakan ayam broiler adalah biaya pakan yang mencapai 70 persen dari total biaya operasional. Setiap ekor ayam menghabiskan pakan sebanyak 2,89 kg selama masa pemeliharaan. Pakan yang dibutuhkan selama satu tahun pada kapasitas 10.000 ekor sebanyak 173,4 ton, sedangkan pada kapasitas 25.000 ekor mencapai 433,5 ton. Pakan dibeli dari luar dengan harga
50
Rp 4.000 per kg, sehingga pengeluaran untuk pakan ayam pada kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 693.600.000 dan Rp 1.734.000.000 pada kapasitas 25.000 ekor. Biaya variabel terbesar kedua yaitu pembelian DOC sebesar 22 persen dari seluruh biaya operasional. DOC dibeli dengan harga Rp 3.600, sehingga pengeluaran untuk pembelian DOC selama setahun pada kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 216.000.000 dan Rp 540.000.000 pada kapasitas 25.000 ekor. 6.1.2
Arus Penerimaan Penerimaan peternakan ayam broiler terdiri dari penjualan produk dan
nilai sisa. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut. a. Penjualan Produk Nilai penjualan produk berupa produk utama dan produk sampingan. Produk utama yang dihasilkan adalah ayam broiler hidup, sedangkan produk sampingan adalah kotoran ayam. Bobot badan ayam yang ditargetkan pada saat panen adalah 1,7 kg per ekor dengan asumsi kematian empat persen selama pemeliharaan. Harga jual ayam broiler hidup sebesar Rp 12.500 per kg, sehingga penerimaan dari ayam broiler hidup selama satu tahun pada kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 1.224.000.000. Kotoran ayam yang dihasilkan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor selama satu tahun adalah 63,65 ton atau 2.121 karung. Dalam satu karung berisi kotoran sebanyak 30 kg. Harga jual kotoran tanpa karung sebesar Rp 1.500 per karung, sehingga penerimaan kotoran ayam selama setahun adalah Rp 3.181.500. Pada kapasitas 25.000 ekor diperoleh penerimaan ayam broiler hidup selama satu tahun sebesar Rp 3.060.000.000. Kotoran ayam yang dihasilkan
51
pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor sebanyak 159,12 ton atau 5.304 karung dengan harga Rp 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi 30 kg. Penerimaan dari kotoran ayam selama satu tahun sebesar Rp 7.956.000. b. Nilai Sisa Nilai sisa merupakan nilai barang dari modal yang tidak habis terpakai pada saat akhir proyek. Nilai lahan dianggap sama dengan harga pembelian. Lahan untuk mendirikan peternakan ayam broiler dibeli dengan harga Rp 100.000 per m2. Nilai lahan untuk kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 217.000.000, sedangkan pada kapasitas 25.000 ekor, nilai lahan mencapai Rp 540.000.000. Nilai sisa investasi peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 14.277.381, sedangkan pada kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp 17.305.952. Nilai sisa investasi peternakan ayam broiler terdiri dari instalasi listrik dan air, pompa air, peralatan kandang meliputi tirai dan chicken guard serta peralatan kantor terdiri dari meja, kursi, pesawat telepon dan komputer. 6.2
Analisis Kelayakan Finansial Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Dilakukan pula analisis payback period untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi. a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor diperoleh nilai NPV sebesar Rp 59.454.837. Hal ini berarti bahwa nilai sekarang dari pendapatan yang diterima selama 10 tahun
52
pada tingkat suku bunga 17 persen adalah positif. Dari nilai NPV tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C yang dihasilkan model peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor pada tingkat suku bunga 17 persen sebesar 1,07. Nilai tersebut menggambarkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,07. Dapat dikatakan bahwa 1,07 kali manfaat bersih yang diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan. Net B/C lebih besar dari satu, menunjukkan bahwa model peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor layak untuk dijalankan. Tabel 6 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 ekor No 1 2 3 4
Kriteria Investasi NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Period (tahun)
Nilai 59.454.837 1,07 18,29 4,53
IRR merupakan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh usaha dari modal yang ditanamkan. Nilai IRR yang diperoleh pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar 18,29 persen. Artinya tingkat pengembalian bila menanamkan modal pada usaha tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Dari nilai IRR tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
peternakan ayam broiler kapasitas 10.000 ekor layak untuk dijalankan. Nilai payback period yang diperoleh sebesar 4,53. Proyek ini dapat mengembalikan biaya investasi pada saat usaha telah berjalan 4 tahun, 6 bulan 10 hari. Proyek semakin baik apabila waktu pengembalian biaya investasi semakin cepat.
53
b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler Hasil analisis kelayakan yang dilakukan pada model peternakan ayam broiler kapasitas 25.000 ekor dengan tingkat suku bunga 17 persen memiliki nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 206.368.929. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen adalah Rp 206.368.929. Nilai NPV yang diperoleh positif menunjukkan bahwa model peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk dijalankan. Tabel 7 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor No 1 2 3 4
Kriteria Investasi NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Period (tahun)
Nilai 260.368.929 1,12 20,83 4,30
. Net
B/C yang dihasilkan peternakan ayam broiler dengan kapasitas
25.000 ekor pada tingkat suku bunga 17 persen sebesar 1,12. Nilai tersebut menggambarkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,12. Dapat dikatakan bahwa manfaat bersih yang diperoleh sebesar 1,12 kali dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C lebih besar dari satu, menunjukkan bahwa model peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk dijalankan. IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return.
Pada model peternakan ayam broiler dengan
kapasitas 25.000 ekor diperoleh nilai IRR sebesar 20,83 persen. Artinya tingkat penghasilan bila menanamkan modal pada usaha tersebut lebih besar dari tingkat
54
suku bunga yang berlaku. Dari nilai IRR tersebut, dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk dijalankan. Nilai payback period yang diperoleh sebesar 4,3 tahun. Artinya proyek ini dapat mengembalikan biaya investasi pada saat usaha telah berjalan 4 tahun, 3 bulan 18 hari. Proyek semakin baik apabila waktu pengembalian biaya investasi semakin cepat. Dari hasil kelayakan finansial, peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor keduanya layak untuk diusahakan.
Nilai indikator
kelayakan finansial untuk skala usaha 25.000 ekor lebih tinggi daripada skala usaha 10.000 ekor. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skala usaha ayam broiler, semakin layak usaha tersebut dilakukan, meskipun kenaikan nilai indikator tersebut kecil. 6.3
Analisis Switching Value Untuk melihat elemen proyek yang akan diganti supaya dapat memenuhi
tingkat minimum diterimanya proyek digunakan analisis switching value. Sejauh mana perubahan dari penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC berada pada tingkat kelayakan minimum dari usaha yang dijalankan. Analisis switching value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat NPV sama dengan nol. Hasil perhitungan analisis switching value model peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 8.
55
Tabel 8 Hasil Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor No
Perubahan
1 2
Penurunan harga jual ayam broiler Kenaikan harga DOC
Switching Value (%) Kap. 10.000 Ekor
Kap. 25.000 Ekor
1,04 5,91
1,82 10,35
Berdasarkan Tabel 8 dapat terlihat bahwa pada kapasitas 25.000 ekor lebih besar batas toleransinya untuk perubahan kedua variabel. Artinya perubahan yang dapat ditolerisir sehingga proyek masih dikatakan layak untuk kapasitas 25.000 ekor lebih besar dibandingkan dengan kapasitas 10.000 ekor. a. Penurunanan Harga Jual Ayam Broiler Penurunan harga jual ayam broiler maksimum yang masih membuat usaha tetap layak adalah sebesar 1,04 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 1,82 persen untuk kapasitas 25.000 ekor. Usaha menjadi tidak layak apabila penurunan harga jual ayam broiler melebihi nilai tersebut. Pada kapasitas 10.000 ekor, harga jual ayam broiler yang masih membuat usaha tetap layak adalah sebesar Rp 12.373,8 per kg. Apabila perusahaan menjual ayam broiler lebih rendah dari Rp 12.373,8 per kg, maka usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Pada kapasitas 25.000 ekor, penurunan harga jual ayam broiler supaya usaha masih tetap layak maksimum sebesar Rp 227,5, sehingga apabila perusahaan menjual ayam broiler lebih rendah dari Rp 12.272,5 usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Pada peternakan ayam broiler untuk satu periode produksi (35 hari) baik pada skala 10.000 dan 25.000 ekor sangat peka terhadap penurunan harga jual ayam broiler. Ini menunjukkan usaha peternakan ayam broiler dengan asumsi seperti kondisi pada saat penelitian cukup riskan. Akan tetapi, dalam periode satu
56
tahun kegiatan produksi ayam broiler dapat dilakukan enam kali produksi, sehingga resiko kegagalan pada periode tertentu dapat ditutupi periode lain yang menghasilkan laba. b. Kenaikan Harga DOC Kenaikan harga DOC paling tinggi sebesar 5,91 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 10,35 persen untuk kapasitas 25.000 ekor supaya usaha masih tetap layak untuk dilakukan. Harga DOC paling tinggi untuk kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 3.812,8, sedangkan pada kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp 3.972,6. Apabila perusahaan membeli DOC di atas harga tersebut maka usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor apabila terjadi penurunan harga jual ayam broiler sebesar 1,04 persen atau kenaikan harga DOC sebesar 5,91 persen mengakibatkan IRR turun tujuh persen dan Net B/C turun sebesar 6,5 persen. Penurunan harga jual ayam broiler sebesar 1,82 persen atau kenaikan harga DOC sebesar 10,35 pada kapasitas 25.000 ekor mengakibatkan penurunan IRR sebesar 18 persen dan Net B/C turun sebesar 10,7 persen.
57
BAB VII KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER DIKOMBINASIKAN DENGAN PABRIK PAKAN
7.1
Identifikasi Biaya dan Manfaat
7.1.1
Biaya Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya terbesar pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler yaitu biaya bahan baku pada pabrik pakan sebesar 61 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 66 persen untuk kapasitas 25.000 ekor terhadap total biaya operasional. Persentase biaya bahan baku lebih besar pada kapasitas 25.000 ekor karena pakan yang diproduksi tidak hanya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan ayam yang ada di peternakan saja tetapi ada yang dapat dijual. a. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek. Biaya investasi pada model ini sebesar Rp 1.151.424.000 untuk kapasitas 10.000 ekor dan Rp 2.097.344.000 untuk kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Biaya investasi terbesar pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler adalah biaya investasi peternakan ayam broiler mencapai 78 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 86 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari total biaya investasi. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk pendirian pabrik pakan terdiri dari biaya membeli tanah, membuat bangunan, instalasi listrik dan air, mesin, peralatan pabrik dan kantor. Bangunan pabrik pakan terdiri dari ruang bahan baku dan pakan jadi, ruang mesin produksi, ruang administrasi dan kamar mandi. Pada
58
kapasitas 10.000 ekor, luas bangunan sebesar 112 m2 dan kapasitas 25.000 ekor sebesar 145 m2. Biaya untuk mendirikan bangunan sebesar Rp 1.000.000 per m2. Total biaya yang dikeluarkan untuk mendirikan bangunan pabrik pakan pada kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 112.000.000 dan pada kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp 145.000.000. Selain biaya investasi juga perlu dikeluarkan biaya reinvestasi apabila ada peralatan yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek. Pada pabrik pakan biaya reinvestasi yaitu lori, sekop, ember, jarum jahit, terpal, drum CPO, meja, kursi dan komputer. Ember dan terpal reinvestasi dilakukan pada tahun ke empat, tujuh dan sembilan. Lori, sekop dan drum CPO diganti pada tahun ke enam, sementara itu
jarum jahit pada tahun ke tiga, lima, tujuh dan sembilan.
Reinvestasi juga dilakukan pada tahun ke lima dan sembilan yaitu pada meja, kursi dan komputer. Pesawat telepon dilakukan pada tahun ke sembilan. b. Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Penjelasan lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut diuraikan di bawah ini. 1. Biaya Tetap Biaya tetap pada pabrik pakan adalah biaya tera, telepon, tenaga kerja, perlengkapan dan perawatan pabrik. Biaya tetap pada peternakan ayam broiler adalah biaya telepon, listrik, tenaga kerja tidak langsung dan perlengkapan. Besarnya biaya tetap masing-masing kegiatan pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler sama dengan peternakan ayam broiler terpadu. Biaya tetap terbesar model ini terdapat pada gaji pimpinan dan manajer mencapai 67 persen dari total biaya tetap.
59
Pada pabrik pakan dan peternakan ayam broiler, biaya tetap terbesar adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang masuk biaya tetap adalah tenaga kerja tidak langsung, yaitu tenaga kerja yang jumlahnya tidak tergantung kepada jumlah produk yang dihasilkan. Tenaga kerja tetap pada pabrik pakan dan peternakan ayam broiler adalah supervisor. Gaji tetap yang dikeluarkan pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler sebesar Rp 9.700.000 per bulan, terdiri dari gaji pimpinan sebesar Rp 4.000.000, manajer keuangan Rp 3.000.000, supervisor pabrik pakan Rp 1.200.000 dan supervisor peternakan sebesar Rp 1.500.000. Pengeluaran untuk gaji tetap selama setahun sebesar Rp 116.400.000. 2. Biaya Variabel Biaya variabel terbesar pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler terdapat pada kegiatan pabrik pakan yaitu mencapai 70 persen dari total biaya variabel.
Biaya variabel terbesar pabrik pakan terdapat
pada biaya bahan baku, yaitu mencapai 69 persen dari total biaya variabel atau 66 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 68 persen untuk 25.000 ekor dari seluruh biaya operasional. Bahan baku yang dipakai pabrik pakan seluruhnya dibeli dari luar, termasuk jagung. Biaya variabel pada peternakan ayam broiler yaitu DOC, obat dan vaksin, formalin, desinfektan, sekam, kapur, gas dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya variabel terbesar peternakan ayam broiler terdapat pada biaya DOC yaitu mencapai 76 persen dari biaya variabel peternakan atau 22 – 23 persen dari seluruh biaya operasional model ini.
60
Biaya tenaga kerja langsung pada peternakan ayam broiler yaitu gaji pegawai kandang. Pemberian gaji anak kandang berdasarkan bobot hidup ayam pada saat panen. Pemberian gaji dengan sistem ini memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. Bonus diberikan apabila performans ayam yang dipelihara baik. Performans ayam yang dilihat meliputi bobot badan akhir, konversi pakan dan tingkat kematian. 7.1.2
Arus Penerimaan Penerimaan peternakan ayam broiler yang dikombinasikan dengan pabrik
pakan terdiri dari penjualan produk dan nilai sisa.
Penjelasan lebih lanjut
mengenai kedua hal tersebut diuraikan di bawah ini. a. Penjualan Produk Nilai penjualan produk berupa produk utama dan produk sampingan. Pada kapasitas 10.000 ekor, produk utama yang dihasilkan adalah ayam broiler hidup, sedangkan produk sampingan adalah kotoran ayam. Kapasitas pabrik disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara sehingga tidak ada sisa pakan yang dijual. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga jual. Pada kapasitas 10.000 ekor dihasilkan ayam broiler dengan bobot hidup 1,7 kg per ekor dan asumsi kematian empat persen selama pemeliharaan. Harga jual ayam broiler hidup sebesar Rp 12.500 per kg, sehingga penerimaan dari ayam broiler hidup selama satu tahun sebesar Rp 1.224.000.000. Penerimaan dari penjualan ayam broiler hidup mencapai 99,7 persen. Kotoran ayam yang dihasilkan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor selama setahun adalah 63,65 ton atau 2.121 karung. Dalam satu karung berisi kotoran sebanyak 30 kg. Harga jual kotoran tanpa karung sebesar
61
Rp 1.500 per karung, sehingga penerimaan kotoran ayam selama setahun adalah Rp 3.181.500. Pada kapasitas 25.000 ekor, produk sampingan berupa pakan jadi dan kotoran ayam.
Ayam yang dipelihara sebanyak 25.000 ekor dengan asumsi
kematian empat persen, sehingga penerimaan ayam broiler hidup selama satu tahun sebesar Rp 3.060.000.000. Penerimaan dari penjualan ayam broiler hidup mencapai 97 persen. Pakan jadi yang dihasilkan dalam satu siklus produksi ayam sebanyak 76.800 kg, sedangkan kebutuhan pakan untuk ayam yang ada di peternakan sebanyak 72.250 kg per siklus produksi. Kelebihan 4.550 kg dalam satu siklus produksi dijual dengan harga Rp 3.500 per kg. Penerimaan pakan jadi selama satu tahun sebesar Rp 95.550.000. Kotoran ayam kapasitas 25.000
yang dihasilkan pada peternakan ayam broiler dengan
ekor sebanyak 159,12 ton atau 5.304 karung
dengan
harga Rp 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi 30 kg. Penerimaan dari kotoran ayam selama satu tahun sebesar Rp 7.956.000. b. Nilai Sisa Nilai sisa investasi masing-masing kegiatan diperoleh dari perhitungan umur ekonomis yang belum habis pakai ketika akhir proyek. Besarnya nilai sisa investasi
masing-masing
kegiatan
di
peternakan
ayam
broiler
yang
dikombinasikan dengan pabrik pakan sama dengan peternakan ayam broiler terpadu untuk masing-masing kapasitas. Nilai lahan pada akhir proyek dianggap sama dengan harga pembelian. Pada kapasitas 10.000 ekor, nilai lahan sebesar Rp 257.000.000, terdiri dari nilai
62
lahan
pabrik pakan Rp 40.000.000 dan peternakan ayam broiler sebesar Rp
217.000.000.
Pada kapasitas 25.000 ekor, nilai lahan sebesar Rp 540.000.000,
terdiri dari nilai lahan
pabrik pakan Rp 40.000.000 dan nilai lahan untuk
peternakan ayam broiler sebesar Rp 500.000.000. Total nilai lahan dan nilai sisa investasi pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler sebesar Rp 312.923.054 pada kapasitas 10.000 ekor dan Rp 611.551.622 untuk kapasitas 25.000 ekor. 7.2
Analisis Kelayakan Finansial Dalam analisis finansial, laba bersih sebelum pajak diperoleh dari
perhitungan total penerimaan dikurangi total biaya. Pajak yang dikenakan pada kegiatan ini adalah pajak penghasilan yang nilainya tergantung pada besarnya laba. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 dan diperhitungkan dalam proyeksi rugi laba. Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Dilakukan pula analisis Payback Period untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi. a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler NPV merupakan nilai sekarang yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu. Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor didapat nilai NPV Rp -404.398.629. Hal ini berarti bahwa nilai sekarang dari pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen adalah negatif.
Usaha ini belum mampu memberikan kontribusi
63
keuntungan dan apabila dijalankan akan mengalami kerugian. Dari nilai NPV tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Tabel 9 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi antara Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor No 1 2 3 4
Kriteria Investasi NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Period (tahun)
Nilai -404.398.629 0,65 7,12 7,91
Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah biaya.
Kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler
dengan kapasitas 10.000 ekor menghasilkan Net B/C sebesar 0,65. Ini berarti berarti bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 0,65. Perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat bersih yang diperoleh. Nilai Net B/C lebih kecil dari satu menunjukkan kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor tidak layak untuk dijalankan. IRR yang diperoleh pada model ini dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar 7,12 persen. Hal ini berarti bila menanamkan modal pada usaha ini maka tingkat penghasilan yang diperoleh lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku. Berdasarkan nilai IRR dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor tidak layak untuk dijalankan. Payback period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Perhitungan Payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan
64
uang. Pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler kapasitas 10.000 ekor dapat mengembalikan investasi setelah proyek berumur 7 tahun, 10 bulan, 27 hari. Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya, tanpa memperhitungkan nilai waktu akan uang. b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler Hasil analisis kelayakan yang dilakukan pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler kapasitas 25.000 ekor dengan tingkat suku bunga 17 persen memiliki nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 183.851.649. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen adalah Rp 183.851.649. Nilai NPV yang diperoleh positif menunjukkan bahwa model ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kriteria investasi pada
kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam
broiler dengan kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi antara Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor No
Kriteria Investasi
1 2
NPV (Rp) Net B/C
3 4
IRR (%) Payback Period (tahun)
Nilai 183.851.649 1,08 19,85 4,50
Net B/C yang dihasilkan kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor pada tingkat suku bunga 17 persen sebesar 1,08. Nilai tersebut menggambarkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,08. Dapat dikatakan bahwa manfaat bersih yang diperoleh sebesar 1,08 kali dari biaya yang
65
dikeluarkan. Net B/C lebih besar dari satu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk dijalankan. IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return. Pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor diperoleh nilai IRR sebesar 19,85 persen. Artinya tingkat penghasilan bila menanamkan modal pada usaha tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Dari nilai IRR tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model ini layak untuk dijalankan. Nilai payback period yang diperoleh sebesar 4,5 tahun. Proyek ini dapat mengembalikan biaya investasi pada saat usaha telah berjalan empat tahun, enam bulan. Proyek semakin baik apabila waktu pengembalian biaya investasi semakin cepat. 7.3
Analisis Switching Value Hasil perhitungan analisis switching value kombinasi pabrik pakan dan
peternakan ayam broiler kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 11. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler
dengan kapasitas 10.000
ekor tidak layak untuk dijalankan sehingga tidak dilakukan analisis switching value. Tabel 11 Hasil Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor No 1 2
Perubahan Penurunan harga jual ayam broiler Kenaikan harga DOC
Switching Value (%) 1,29 7,31
66
a. Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak maksimum sebesar 1,29 persen. Apabila harga jual ayam broiler turun melebihi 1,29 persen, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan dan mengalami kerugian. Harga jual ayam broiler terendah supaya usaha tetap layak sebesar Rp 12.338,8.
Apabila perusahaan menjual ayam broiler lebih rendah dari Rp
12.338,8 maka usaha sudah tidak layak untuk dijalankan. b. Kenaikan Harga DOC Maksimal harga DOC naik sebesar 7,31 persen, artinya peningkatan harga DOC melebihi 7,31 persen akan menyebabkan usaha ayam broiler kapasitas 25.000 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Harga DOC pada saat penelitian
sebesar Rp 3.600 per ekor, berarti apabila harga DOC lebih tinggi dari harga Rp 3.863 maka usaha tidak layak untuk dijalankan. Kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk dijalankan.
Hal ini tercermin dari nilai
beberapa kriteria investasi meliputi NPV, Net B/C dan IRR. Sementara itu untuk kapasitas 10.000 ekor tidak layak untuk dijalankan. Penurunan harga jual sebesar 1,29 persen atau kenaikan harga DOC sebesar 7,32 persen pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler kapasitas
25.000 ekor mengakibatkan manfaat bersih yang awalnya Rp
183.851.649 menjadi nol. IRR turun sebesar 14 persen sedangkan penurunan Net B/C sebesar 7,4 persen.
67
BAB VIII KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU
8.1
Identifikasi Biaya dan Manfaat
8.1.1
Biaya Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi dan operasional. Biaya
terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu adalah membuat kandang mencapai 45 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 56 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari total biaya investasi. a. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek. Biaya investasi peternakan ayam broiler terpadu pada masing-masing kegiatan untuk kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 12, 13 dan 14. Tabel 12 Biaya Investasi Budidaya Jagung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Tanah Bangunan Sumur bor dengan pompa air Mesin pemipil Sprayer Timbangan Ember Terpal Mesin Pengering Total
Jumlah (Rp) Kap. 10.000 Ekor 5.000.000 25.000.000 4.000.000 12.000.000 250.000 1.600.000 80.000 750.000 0 48.680.000
Kap 25.000 Ekor 5.000.000 25.000.000 8.000.000 12.000.000 500.000 1.600.000 160.000 750.000 30.000.000 83.010.000
Biaya investasi peternakan ayam broiler terpadu untuk kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 1.200.104.000 dan untuk kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp
68
2.521.794.000. Biaya investasi terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu adalah biaya investasi peternakan ayam broiler yang mencapai 74 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 83 persen untuk 25.000 ekor dari total biaya investasi. Biaya investasi terbesar pada kegiatan budidaya jagung untuk kapasitas 10.000 ekor adalah bangunan sebesar 51 persen dari biaya investasi budidaya jagung. Pada kapasitas 25.000 ekor, biaya investasi terbesar adalah biaya mesin sebesar 50 persen dari biaya investasi budidaya jagung. Tabel 13 Biaya Investasi Pendirian Pabrik Pakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Uraian Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air Pemasangan telepon Mesin Lori Sekop Ember Jarum jahit Kunci-kunci mekanik Terpal Drum CPO Meja dan kursi Pesawat telepon Komputer Total
Jumlah (Rp) Kapasitas 10.000 Ekor Kapasitas 25.000 Ekor 40.000.000 40.000.000 112.000.000 145.000.000 20.000.000 45.000.000 500.000 500.000 500.000 500.000 82.000.000 102.000.000 300.000 300.000 30.000 30.000 50.000 100.000 180.000 360.000 500.000 500.000 100.000 200.000 210.000 350.000 1.500.000 1.500.000 100.000 100.000 0 5.000.000 257.970.000 341.440.000
Biaya investasi terbesar pada kegiatan pabrik pakan adalah bangunan yaitu sebesar 43 persen. Pada populasi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik berkapasitas 600 kg per hari, sedangkan untuk ayam 25.000 ekor berkapasitas 1600 kg per hari. Bangunan pabrik pakan pada kapasitas 600 kg per hari seluas 112 m2 dan untuk kapasitas 1600 kg per hari seluas 145m2. Biaya mesin pada pabrik pakan berkisar antara 30-32 persen dari total biaya investasi pabrik pakan.
69
Biaya investasi terbesar pada peternakan ayam broiler adalah biaya kandang.
Pada kapasitas 10.000 ekor mencapai 61 persen sedangkan pada
kapasitas 25.000 ekor mencapai 67 persen dari biaya investasi peternakan ayam broiler. Biaya peralatan terbesar pada peternakan ayam broiler adalah gasolec, yaitu pemanas untuk anak ayam. Tabel 14 Biaya Investasi Peternakan Ayam Broiler No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Uraian Lahan Kandang Gudang, mess, dapur, kamar mandi Ruang administrasi Instalasi air Instalasi listrik Pemasangan telepon Tempat pakan 10 kg Tempat pakan baki Tempat minum otomatis (SC 102) Gasolec S-8 Chicken guard Timbangan Sprayer Tirai Drum air plastik kapasitas 100 liter Drum air plastik kapasitas 500 liter Pompa air Self refilling syringe kap. 1 ml Sekop Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon Komputer Total
Jumlah (Rp) Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor 217.000.000 500.000.000 544.000.000 1.400.000.000 44.000.000 20.000.000 800.000 15.000.000 500.000 7.200.000 1.134.000 13.000.000 15.000.000 1.200.000 1.500.000 500.000 2.250.000 750.000 1.000.000 1.000.000 900.000 120.000
44.000.000 20.000.000 800.000 15.000.000 500.000 18.000.000 2.844.000 32.500.000 37.500.000 3.000.000 3.000.000 1.500.000 5.250.000 750.000 3.000.000 1.000.000 1.800.000 300.000
1.500.000 100.000 5.000.000 893.454.000
1.500.000 100.000 5.000.000 2.097.344.000
b. Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di bawah ini.
70
1. Biaya Tetap Biaya tetap pada budidaya jagung adalah biaya listrik dan perlengkapan, yaitu cangkul dan arit. Biaya tetap pada pabrik pakan adalah biaya tera, telepon, tenaga kerja, perlengkapan dan perawatan pabrik. Biaya tetap pada peternakan ayam broiler adalah biaya telepon, listrik, tenaga kerja tidak langsung dan perlengkapan. Rincian biaya tetap pada peternakan ayam broiler terpadu dapat dilihat pada Lampiran 1. Biaya tetap terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu terdapat pada gaji pimpinan dan manajer mencapai 67 persen dari total biaya tetap. Pada pabrik pakan dan peternakan ayam broiler, biaya tetap terbesar adalah tenaga kerja. Tenaga kerja dibedakan atas tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.
Tenaga kerja yang masuk biaya tetap adalah tenaga kerja tidak
langsung, yaitu tenaga kerja yang jumlahnya tidak tergantung kepada jumlah produk yang dihasilkan. Tenaga kerja tetap pada pabrik pakan dan peternakan ayam broiler adalah supervisor. Biaya tenaga kerja pada pabrik pakan mencapai 82 persen sedangkan pada peternakan ayam broiler 79 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 74 persen untuk kapasitas 25.000 ekor 2. Biaya Variabel Biaya variabel terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu terdapat pada kegiatan pabrik pakan yaitu mencapai 58 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 52 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari total biaya variabel.
Biaya
variabel yang terdapat pada kegiatan jagung terdiri dari sewa lahan, saprodi, karung dan tenaga kerja. Biaya variabel terbesar terdapat pada biaya tenaga kerja
71
sebesar 46 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 51 persen pada kapasitas 25.000 dari biaya variabel budidaya jagung. Pada kegiatan pabrik pakan, biaya variabel yaitu biaya bongkar muat bahan baku, biaya bahan baku, biaya listrik dan biaya tenaga kerja pabrik. Biaya terbesar terdapat pada biaya bahan baku yaitu mencapai 97 persen dari biaya variabel pabrik pakan atau 94 persen dari total biaya operasional pabrik pakan untuk kapasitas 10.000 dan 96 persen untuk kapasitas 25.000 ekor. Biaya variabel pada peternakan ayam broiler terdiri dari biaya DOC, obat, vaksin, formalin, desinfektan, sekam, kapur, gas dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya variabel terbesar terdapat pada biaya DOC yaitu mencapai 76 persen dari biaya variabel peternakan ayam broiler atau 71 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 74 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari biaya operasional peternakan ayam broiler. Biaya pakan pada peternakan ayam broiler dianggap tidak ada karena sudah dibebankan pada kegiatan pabrik pakan. 8.1.2
Arus Penerimaan Penerimaan peternakan ayam broiler terpadu terdiri dari penjualan produk
dan nilai sisa. a. Penjualan Produk Nilai penjualan produk berasal dari produksi total yang dihasilkan dikalikan dengan harga per satuan produk, untuk produk utama maupun produk sampingan. Pada kapasitas 10.000 ekor, produk utama yang dihasilkan adalah ayam broiler hidup, sedangkan produk sampingan berupa jagung pipilan kering. Kapasitas pabrik disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara sehingga tidak ada sisa pakan yang dijual. Efisiensi penggunaan lahan menghasilkan produksi
72
jagung pipilan kering melebihi kebutuhan ayam. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga jual.
Kapasitas 10.000 ekor menghasilkan ayam
broiler dengan bobot hidup 1,7 kg per ekor dan asumsi kematian empat persen selama periode pemeliharaan. Harga jual ayam broiler hidup sebesar Rp 12.500 per kg, sehingga penerimaan dari ayam broiler hidup selama satu tahun sebesar Rp 1.224.000.000.
Jagung pipilan kering yang dihasilkan selama satu tahun
sebanyak 9.000 kg dengan harga jual Rp 2.500 per kg, sehingga penerimaan dari jagung pipilan kering selama satu tahun adalah Rp 22.500.000. Penerimaan dari penjualan ayam broiler hidup mencapai 98,2 persen. Pada kapasitas 25.000 ekor, produk sampingan berupa jagung pipilan kering dan pakan jadi. Pabrik beroperasi dengan kapasitas penuh. Ayam yang dipelihara sebanyak 25.000 ekor, sehingga penerimaan dari penjualan ayam broiler hidup selama satu tahun mencapai Rp 3.060.000.000. Jagung pipilan yang dihasilkan selama satu tahun adalah 9.600 kg, sehingga penerimaan dari jagung pipilan kering sebesar Rp 24.000.000. Pakan jadi yang dihasilkan selama satu tahun adalah 27.300 kg dengan harga harga jual Rp 3.500 per kg, sehingga penerimaan sebesar Rp 95.550.000.
Penerimaan dari penjualan ayam broiler
hidup mencapai 96,2 persen. b. Nilai Sisa Nilai sisa merupakan nilai barang dari modal yang tidak habis terpakai pada saat akhir proyek. Nilai lahan dianggap sama dengan harga pembelian. Pada kapasitas 10.000 ekor, nilai lahan sebesar Rp 262.000.000, terdiri dari nilai lahan jagung Rp 5.000.000, nilai lahan pabrik pakan Rp 40.000.000 dan nilai lahan peternakan ayam broiler Rp 217.000.000. Pada kapasitas 25.000 ekor, nilai
73
lahan sebesar Rp 545.000.000, terdiri dari nilai lahan jagung Rp 5.000.000, pabrik pakan Rp 40.000.000 dan nilai lahan peternakan ayam broiler sebesar Rp 500.000.000. Nilai sisa investasi pada masing-masing kegiatan
diperoleh dari
perhitungan umur ekonomis yang belum habis pakai ketika akhir proyek. Kapasitas 10.000 ekor, pada kegiatan budidaya jagung nilai sisa investasi yang diterima sebesar
Rp 553.330.
Total penerimaan nilai lahan dan nilai sisa
investasi pada kegiatan ini sebesar Rp 5.553.330.
Nilai sisa investasi pada
kegiatan pabrik pakan sebesar Rp 41.645.673, sehingga total penerimaan nilai lahan dan nilai sisa investasi pada pabrik pakan sebesar Rp 81.645.672. Nilai sisa investasi pada peternakan ayam broiler sebesar Rp 14.277.381, sehingga total penerimaan nilai lahan dan nilai sisa investasi peternakan ayam broiler adalah Rp 231.277.381. Pada
kapasitas 25.000 ekor, total nilai sisa investasi
sebesar Rp
72.158.292, terdiri dari nilai sisa investasi budidaya jagung sebesar Rp 606.670, pabrik pakan sebesar Rp 54.245.670 dan peternakan ayam broiler sebesar Rp 17.305.952. Nilai sisa investasi dan nilai lahan pada peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp 617.158.292. 8.2
Analisis Kelayakan Finansial Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (Net B/C). Dilakukan pula analisis Payback Period untuk mengetahui jangka waktu pengembalian
investasi.
Analisis
kelayakan
finansial
dilakukan
dengan
menggunakan tingkat suku bunga 17 persen, merupakan tingkat suku bunga
74
pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007. Kriteria ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kelayakan usaha yang akan dijalankan apabila menggunakan modal pinjaman dari bank. a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler Nilai kriteria investasi pada kapasitas ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 15. Pada kapasitas 10.000 ekor, nilai NPV yang dihasilkan dari peternakan ayam broiler terpadu
sebesar Rp -200.232.763.
Artinya nilai sekarang dari
pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen adalah negatif. Dari nilai NPV tersebut, maka peternakan terpadu ayam broiler tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pada usaha yang terintegrasi memerlukan investasi yang besar, sedangkan skala usahanya kecil. Apabila usaha ini dijalankan maka akan rugi. Tabel 15 Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 10.000 Ekor No 1 2 3 4
Kriteria Investasi NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Period (tahun)
Nilai -202.232.763 0,84 13,91 5,90
Net B/C yang diperoleh pada kapasitas 10.000 ekor sebesar 0,84. Nilai tersebut menggambarkan setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 0,84. Ini menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dari manfaat bersih yang diperoleh. Nilai Net B/C lebih kecil dari satu, dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler terpadu tidak layak untuk dijalankan.
75
Nilai IRR adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. IRR yang diperoleh pada peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar 13,91 persen. Artinya tingkat penghasilan bila menanamkan modal pada usaha tersebut lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga tidak layak untuk dijalankan.
Nilai IRR sebagai dasar keputusan layak tidaknya proyek
dilaksanakan. Berdasarkan waktu pengembalian investasi, digunakan analisis payback period. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. Pada peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 10.000 ekor dapat mengembalikan investasi setelah proyek proyek berumur 5 tahun, 10 bulan, 24 hari. Payback period tidak untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya, tanpa memperhitungkan nilai waktu akan uang. b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler Nilai kriteria investasi pada kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 16. Pada kapasitas 25.000 ekor, nilai NPV yang dihasilkan dari peternakan ayam broiler terpadu sebesar Rp 1.481.498.164. Artinya nilai sekarang dari pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen adalah Rp 1.481.498.164. Dari nilai NPV tersebut, maka peternakan ayam broiler terpadu layak untuk dilaksanakan. Net B/C yang diperoleh pada kapasitas 25.000 ekor sebesar 1,59. Nilai tersebut menggambarkan setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,59. Ini menunjukkan bahwa manfaat
76
bersih yang diperoleh perusahaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan peternakan ayam broiler terpadu layak untuk dijalankan. Tabel 16 Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 25.000 ekor No
Kriteria Investasi
1 2
NPV (Rp) Net B/C
3 4
IRR (%) Payback Periode (tahun)
Nilai 1.481.498.164 1,59 30,60 3,20
IRR merupakan kemampuan suatu proyek menghasilkan return. IRR yang diperoleh pada peternakan terpadu ayam broiler kapasitas 10.000 ekor sebesar 30,60 persen.
Return yang diterima jika menanamkan modal pada saham
peternakan ayam broiler terpadu adalah sebesar 30,60 persen. Artinya tingkat penghasilan dari uang yang diinvestasikan pada proyek ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga layak untuk dijalankan. Berdasarkan waktu pengembalian investasi, digunakan analisis payback period. Dari hasil analisis, peternakan ayam broiler terpadu dapat mengembalikan investasi setelah proyek berumur 3 tahun, 2 bulan, 12 hari. Artinya usaha ini dapat mengembalikan investasi sebelum proyek berakhir. Semakin rendah nilai payback period, maka proyek semakin baik karena proyek semakin cepat dalam mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan.
Dengan
meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor
77
cukup besar.
Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara
integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja. 8.3
Analisis Switching Value Analisis Switching Value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and
error) sehingga didapat nilai NPV sama dengan nol. Analisis Switching Value yang dihitung pada penelitian ini berdasarkan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC.
Seberapa besar peningkatan
harga DOC dan
penurunan harga jual ayam broiler yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak. Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 17. Usaha peternakan ayam broiler terpadu kapasitas 25.000 ekor lebih tahan terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC dibandingkan usaha peternakan ayam broiler saja. Pada peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 10.000 ekor tidak dilakukan analisis switching value karena usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tabel 17 Hasil Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu No 1 2
Perubahan Penurunan harga jual ayam broiler Kenaikan harga DOC
Switching Value (%) 11,08 62,73
a. Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak adalah sebesar 11,08 persen. Penurunan harga jual ayam broiler melebihi 11,08 persen, maka peternakan ayam broiler terpadu mengalami
78
kerugian dan menjadi tidak layak untuk dijalankan. Apabila pada saat penelitian, harga jual ayam broiler sebesar Rp 12.500 per kg, maka penurunan harga jual maksimum supaya usaha tetap layak adalah Rp 1.385 per kg. Apabila perusahaan menjual ayam broiler lebih rendah dari Rp 11.115 per kg, maka peternakan ayam broiler terpadu tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value penurunan harga jual ayam broiler dapat dilihat pada Lampiran 23. b. Kenaikan Harga DOC Kenaikan harga DOC maksimal adalah 62,73 persen, artinya jika terjadi peningkatan harga DOC melebihi 62,73 persen akan menyebabkan peternakan ayam broiler terpadu kapasitas 25.000 ekor tidak layak untuk dilaksanakan. Pada saat penelitian harga DOC sebesar Rp 3.600 per ekor, berarti bila harga DOC lebih tinggi dari Rp 5.858 maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value kenaikan harga DOC dapat dilihat pada Lampiran 24. Berdasarkan beberapa kriteria investasi, maka peternakan ayam broiler terpadu kapasitas 25.000 ekor layak dijalankan, sedangkan kapasitas yang lebih kecil yaitu 10.000 ekor tidak layak untuk dijalankan. Pada kapasitas 25.000 ekor, pabrik pakan tidak hanya berproduksi untuk kebutuhan ayam yang ada di peternakan tersebut, tetapi sisanya untuk dijual ke pasar, sehingga penggunaan mesin dapat dimanfaatkan sesuai dengan kapasitasnya. Pada peternakan ayam broiler terpadu bila terjadi penurunan harga jual sebesar 11,08 persen atau kenaikan harga DOC sebesar 62,73 persen mengakibatkan manfaat bersih sekarang menjadi sama dengan nol. Perubahan variabel mengakibatkan penurunan IRR sebesar 44 persen dan Net B/C turun sebesar 37 persen.
79
8.4
Alternatif Model Terbaik Dari hasil analisis kelayakan finansial akan dipilih model terbaik dengan
cara membandingkan nilai NPV, Net B/C, IRR dan payback period untuk berbagai model yang ada. Perbandingan kriteria investasi dari berbagai model dapat dilihat pada Tabel 18. Pada kapasitas ayam broiler 10.000 ekor, model yang paling baik adalah hanya kegiatan peternakan ayam broiler saja karena nilai NPV, Net B/C dan IRR paling besar dibandingkan kedua model yang lain. Dilihat dari jangka waktu pengembalian investasi, model peternakan ayam broiler mempunyai waktu lebih cepat yaitu 4 tahun 6 bulan 10 hari. Tabel 18 Perbandingan Kriteria Investasi Berbagai Model Kombinasi Usaha No
1 2 3 4 5 6
Model
Model 1 simulasi 1 Model 1 simulasi 2 Model 2 simulasi 1 Model 2 simulasi 2 Model 3 simulasi 1 Model 3 simulasi 2
NPV (Rp) 59.454.837 260.368.929 -404.398.629 183.851.649 -202.232.763 1.481.498.164
Kriteria Investasi Net B/C IRR (%) 1,07 18,29 1,12 20,83 0,65 7,12 1,08 19,85 0,84 13,91 1,59 30,60
Payback Period (tahun) 4,53 4,30 7,91 4,50 5,90 3,20
Model peternakan ayam broiler terpadu dan model kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler pada kapasitas 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Model yang paling tidak layak adalah kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler.
Pada kegiatan pabrik pakan diperlukan biaya
operasional yang besar termasuk biaya perawatan pabrik. Apabila dilakukan pada skala kecil maka penerimaan tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu pembelian bahan baku pakan pada pabrik apabila dalam jumlah kecil diberlakukan harga eceran.
80
Model yang paling layak untuk kapasitas 25.000 ekor ayam broiler adalah peternakan ayam broiler terpadu. Bila dibandingkan dari nilai IRR, maka nilai IRR pada model peternakan ayam broiler terpadu lebih besar dari kedua model yang lain yaitu sebesar 30,60 persen. Selain itu nilai NPV dan Net B/C yang diperoleh model ini juga lebih besar dari kedua model yang lain. Dilihat dari payback period, model peternakan ayam broiler terpadu
mempunyai jangka
waktu pengembalian investasi lebih cepat yaitu 3 tahun 2 bulan 12 hari. Dari keseluruhan model yang ada, model peternakan ayam broiler terpadu memiliki nilai IRR, Net B/C dan NPV yang lebih besar dari model yang lain. Selain itu model peternakan ayam broiler terpadu memiliki masa pengembalian investasi paling cepat. Hasil analisis switching value untuk berbagai model kombinasi usaha dapat dilihat pada Tabel 19. Perbandingan hasil switching value dari model yang layak secara finansial dapat diketahui bahwa peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 25.000 ekor lebih besar batas toleransinya untuk perubahan kedua variabel. Artinya perubahan yang dapat ditolerisir sehingga proyek masih dikatakan layak untuk kapasitas 25.000 ekor lebih besar dibandingkan model yang lain. Tabel 19 Perbandingan Analisis Switching Value Berbagai Model Kombinasi Usaha No
1 2
Perubahan
Penurunan harga jual ayam broiler Kenaikan harga DOC
Switching Value (%) Model 1 Model 1 Model 2 Model 3 Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 2 Simulasi 2 1,04 1,82 1,29 11,08 5,91
10,35
7,31
62,73
81
8.5
Kelemahan Penerapan Model Peternakan Ayam Broiler Terpadu Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu
merupakan model terbaik untuk diterapkan. Namun, terdapat kelemahan dalam penerapan peternakan ayam broiler terpadu ini, diantaranya : 1. Memerlukan modal besar Kegiatan usaha yang melibatkan beberapa aktivitas yang terintegrasi tentu saja memerlukan modal atau investasi yang lebih besar dibandingkan satu kegiatan usaha. Peternakan ayam broiler terpadu dengan skala 10.000 ekor memerlukan modal untuk investasi sebesar Rp 1.200.104.000, sedangkan pada usaha peternakan ayam broiler saja hanya sebesar Rp 893.454.000. Hal ini menyebabkan pelaku usaha terintegrasi umumnya dilakukan perusahaan skala menengah ke atas. Sementara itu, pelaku usaha dengan skala kecil umumnya hanya mengelola satu kegiatan usaha karena terbatasnya modal dan akses ke sumber pembiayaan. Oleh karenanya, jika implementasi usaha peternakan terpadu
melibatkan peternak rakyat diperlukan upaya untuk memperkuat
permodalan, antara lain melalui kemitraan dengan perusahaan menengah-besar atau kerjasama antar peternak dalam bentuk kelompok. Perusahaan menengahbesar umumnya merupakan perusahaan produsen sarana produksi dan berperan dalam menyediakan sarana produksi (benih jagung, DOC, pakan, obat-obatan, dll) dan menerima hasil produksi (ayam) dari peternak rakyat. Pembentukan kelompok peternak akan dapat meningkatkan bargaining position peternak sehingga lebih mudah untuk akses ke sumber pembiayaan dan pemasaran.
82
2. Memerlukan lahan yang lebih luas Implementasi model peternakan terpadu memerlukan lahan yang lebih luas terutama untuk lahan jagung, misalnya saja untuk skala 10.000 ekor diperlukan lahan empat hektar.
Salah satu alternatif untuk mengatasi
keterbatasan lahan adalah dengan melakukan kemitraan dengan petani. Petani yang memiliki lahan diberdayakan untuk memproduksi jagung yang kemudian dibeli oleh peternak. 3. Pengelolaan usaha terpadu lebih kompleks Pengelolaan usaha yang terintegrasi lebih kompleks dibandingkan dengan pengelolaan satu kegiatan usaha karena melibatkan banyak aktivitas usaha yang saling tergantung satu sama lain dan masing-masing aktivitas memiliki manajemen yang spesifik. Oleh karenanya diperlukan sumberdaya manusia yang terampil dan handal yang memiliki kemampuan manajerial dan teknis yang komprehensif untuk mengelola usaha peternakan terpadu. Aspek yang dipahami tidak hanya aspek teknis budidaya ternak, tetapi juga aspek produksi jagung dan pakan. 4. Skala usaha relatif besar Peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial jika diusahakan di atas skala 17.000 ekor. Diperlukan perencanaan yang tepat dalam penentuan skala usaha, karena pada skala usaha kecil penerimaaan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya operasional.
83
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value
berbagai model kombinasi usaha diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha
semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha
peternakan ayam broiler saja. Berdasarkan analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.1481.498.164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari. Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan model terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar Rp 2.854.611.767. 2. Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Sementara untuk usaha yang tidak diintegrasikan, peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor lebih layak untuk diusahakan dibandingkan 10.000 ekor karena nilai IRR, Net B/C, NPV lebih besar dan waktu pengembalian investasi lebih cepat.
84
3.
Usaha peternakan ayam broiler terpadu pada skala 25.000 ekor lebih tahan terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC dibandingkan model lain. Analisis switching value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal 62,73 persen.
9.2
Saran Implementasi usaha peternakan ayam broiler terpadu memerlukan biaya
dan lahan yang lebih besar dibandingkan kedua model lainnya, sehingga untuk mengatasi kendala permodalan tersebut dapat ditempuh melalui : 1.
Kerjasama atau kemitraan antar sesama peternak terutama dalam penyediaan atau pengadaan sarana produksi yang dilakukan secara berkelompok.
2.
Kerjasama antara peternak dengan perusahaan peternakan (poultry shop, pabrik pakan, breeding, pabrik peralatan dan obat-obatan peternakan) dalam bentuk pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR).
Perusahaan peternakan
menyediakan sarana produksi sarana produksi (DOC, pakan dan obatobatan) dan pemasaran hasil produksi ayam peternak, sedangkan peternak menyediakan lahan, kandang dan tenaga kerja. 3.
Kerjasama antara peternak dengan petani pemilik lahan.
Kerjasama ini
dapat berupa peternak menyewa lahan milik petani untuk digunakan budidaya jagung atau kontrak pembelian jagung yang ditanam petani dengan peternak.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, U, A. Ella dan A. Nurhayu. 2004. Integrasi Ternak Itik dengan Sistem Usahatani Berbasis Padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Proceeding of National Seminar (Crop-Animal Systems Integration); Denpasar, 20-22 July 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP Bali) dan Crop-Animal System Research Network (CASREN). Departemen Pertanian. 2007. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departeman pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani TanamanTernak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada. Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida. Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions. Gabungan Pengusaha Makanan Ternak. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta. Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
.
86
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Ed Rev.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC. North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York. Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta. Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan : Kumpulan Pemikiran. Edisi Milenium. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
dan
Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Wiratmoko, D. 2008. Peluang Pengembangan Bisnis Jagung di Indonesia. Makalah Seminar; Jakarta, 2 Jul 2008. PT. BISI Internasional Tbk. Yadnya, T.G.B. 2004. Integrasi Beternak Itik dengan Tanaman Pangan yang Merupakan Pencerminan Usaha Pertanian Berwawasan Lingkungan yang Berkelanjutan. Proceeding of National Seminar (Crop-Animal Systems Integration); Denpasar, 20-22 July 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP Bali) dan Crop-Animal System Research Network (CASREN). Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
.
87
Lampiran 1 Biaya Tetap Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun No
Uraian
1
Budidaya Jagung Cangkul Arit Biaya Listrik Jumlah Pabrik Pakan Tera Telepon Tenaga Kerja Perlengkapan Perawatan Pabrik Jumlah Peternakan Ayam Broiler Telepon Listrik Tenaga kerja tidak langsung Perlengkapan Jumlah Gaji pimpinan Gaji manajer keuangan Total Biaya Tetap
2
3
4
Jumlah (Rp) Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor 100.000 160.000 600.000 860.000
200.000 320.000 1.200.000 1.720.000
300.000 1.800.000 14.400.000 882.000 200.000 17.582.000
300.000 1.800.000 14.400.000 882.000 250.000 17.632.000
1.800.000 1.200.000 18.000.000 1.660.000 22.660.000 48.000.000 36.000.000 125.102.000
1.800.000 2.400.000 18.000.000 2.220.000 24.420.000 48.000.000 36.000.000 127.772.000
88
Lampiran 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun Uraian
Pakan DOC Obat dan Vaksin Formalin 50 liter Desinfektan Sekam Kapur Gas LPG Kap 50 kg Tenaga kerja langsung Total Biaya Variabel
Lampiran 3
Biaya Variabel Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun
No
Uraian
1
Pabrik Pakan Biaya bongkar muat bahan baku Biaya bahan baku Biaya listrik Tenaga kerja pabrik Jumlah Peternakan Ayam Broiler DOC Obat dan Vaksin Formalin 50 liter Desinfektan Sekam Kapur Gas LPG Kap 50 kg Tenaga kerja langsung Jumlah Total Biaya Variabel
2
Jumlah (Rp) Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor 693.600.000 1.734.000.000 216.000.000 540.000.000 18.000.000 45.000.000 3.000.000 7.500.000 3.600.000 9.000.000 2.100.000 5.250.000 2.880.000 7.200.000 21.000.000 50.400.000 16.500.000 41.250.000 976.680.000 2.439.600.000
Jumlah (Rp) Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor 867.000 648.500.436 3.000.000 9.000.000 661.367.436
2.304.000 1.635.609.600 5.400.000 18.000.000 1.661.313.600
216..000.000 18.000.000 3.000.000 3.600.000 2.100.000 2.880.000 21.000.000 16.500.000 283.080.000 944.447.436
540.000.000 45.000.000 7.500.000 9.000.000 5.250.000 7.200.000 50.400.000 41.250.000 705.600.000 2.366.913.600
89
Lampiran 4 Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun No
Uraian
1
Budidaya Jagung Sewa Lahan Saprodi Karung Tenaga Kerja Jumlah Pabrik Pakan Biaya bongkar muat bahan baku Biaya bahan baku Biaya listrik Tenaga kerja pabrik Jumlah Peternakan Ayam Broiler DOC Obat dan Vaksin Formalin 50 liter Desinfektan Sekam Kapur Gas LPG Kap 50 kg Tenaga kerja langsung Jumlah Total Biaya Variabel
2
3
Jumlah (Rp) Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor 10.000.000 26.793.000 530.000 32.250.000 69.573.000
25.000.000 66.971.000 2.600.000 98.850.000 98.850.000
867.000 467.689.500 3.000.000 9.000.000 480.556.500
2.304.000 944.409.600 5.400.000 18.000.000 970.113.000
216.000.000 18.000.000 3.000.000 3.600.000 2.100.000 2.880.000 21.000.000 16.500.000 283.080.000 833.209.500
540.000.000 45.000.000 7.500.000 9.000.000 5.250.000 7.200.000 50.400.000 41.250.000 705.600.000 1.869.134.000
Lampiran 5 Proyeksi Rugi Laba Model Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor
No 1 2
3 4 5 6 7
1 Penjualan Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya variabel Total biaya opersional Laba kotor Penyusutan Laba sebelum pajak Pajak Laba bersih setelah pajak
2
3
4
tahun 5
6
7
8
1,227,183,000
1,227,183,000
1,227,183,000
1,227,183,000
1,227,183,000
1,227,183,000
1,227,183,000
1,227,183,000
115,802,000 621,299,375 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
9
10
1,227,183,000 1,227,183,000 125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
125,102,000 833,209,500 999,340,000 227,843,000 69,579,062 158,263,938 29,979,181 128,284,757
Lampiran 6 Proyeksi Rugi Laba Model Peternakan Ayam Broiler kapasitas 25.000 Ekor tahun
No 1 2
3 4 5 6 7
Uraian Penjualan Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya variabel Total biaya operasional Laba kotor Penyusutan Laba sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000 3,067,956,000
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 2,439,600,000 2,464,020,000 603,936,000 167,268,205 436,667,795 113,500,339 323,167,457
24,420,000 24,420,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,464,020,000 2,464,020,000 603,936,000 603,936,000 167,268,205 167,268,205 436,667,795 436,667,795 113,500,339 113,500,339 323,167,457 323,167,457
Lampiran 7 Proyeksi Rugi Laba Model Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor
No 1 2
3 4
5 6 7
Uraian Penjualan Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya variabel Total biaya operasional Laba kotor Penyusutan Pabrik pakan Peternakan ayam broiler Total biaya penyusutan Laba sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak
1
2
3
4
tahun 5
6
7
8
9
10
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500 1,227,181,500
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 944,447,436 1,068,689,436 158,492,064
124,242,000 124,242,000 944,447,436 944,447,436 1,068,689,436 1,068,689,436 158,492,064 158,492,064
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
18,274,833 69,579,062 87,853,895 70,638,169 8,095,725 62,542,443
Lampiran 8 Proyeksi Rugi Laba Model Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor
No 1 2
3 4
5 6 7
Uraian Penjualan Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya variabel Total biaya operasional Laba kotor Penyusutan Pabrik pakan Peternakan ayam broiler Total biaya penyusutan Laba sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak
1
2
3
4
tahun 5
6
7
8
9
10
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000 3,163,506,000
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 2,366,913,600 2,492,965,600 670,540,400
126,052,000 126,052,000 2,366,913,600 2,366,913,600 2,492,965,600 2,492,965,600 670,540,400 670,540,400
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
24,236,833 167,268,205 191,505,038 479,035,362 126,210,609 352,824,753
Lampiran 9 Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 Ekor
Uraian
No 1 2
3 4
5 6 7
Penjualan Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya variabel Total biaya opersional Laba kotor Penyusutan Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam broiler Total biaya penyusutan Laba sebelum pajak Pajak Laba bersih setelah pajak
1
2
3
4
tahun 5
6
7
8
9
10
838,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 115,802,000 621,299,375 737,101,375 101,398,625
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
125,102,000 833,209,500 958,311,500 288,188,500
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 8,958,063 895,806 8,062,257
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
4,586,667 18,274,833 69,579,062 92,440,562 195,747,938 41,224,381 154,523,557
Lampiran 10 Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor tahun
No 1 2
3 4
5 6 7
Uraian Penjualan Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya variabel Total biaya opersional Laba kotor Penyusutan Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam broiler Total biaya penyusutan Laba sebelum pajak Pajak Laba bersih setelah pajak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2,123,700,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 116,322,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 1,302,408,400 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,418,730,400 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 704,969,600 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 505,401,229 149,120,369 356,280,860
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
8,063,333 24,236,833 167,268,205 199,568,371 983,075,629 277,422,689 705,652,940
Lampiran 11 Cashflow Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor Uraian
Tahun ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ayam Broiler
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
Kotoran ayam
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
Penerimaan
Nilai sisa investasi peternakan broiler Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
3,181,500 14,277,381 217,000,000
0
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,458,458,881
Pengeluaran Biaya Investasi Lahan
217,000,000
Kandang
544,000,000
Gudang, mess, dapur, kamar mandi
44,000,000
Ruang administrasi
20,000,000
Instalasi air Instalasi listrik
800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
7,200,000
7,200,000
Tempat pakan baki
1,134,000
1,134,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
13,000,000
13,000,000
Gasolec S-8
15,000,000
Chicken guard
1,200,000
Timbangan
1,500,000
Sprayer Tirai Drum Air plastik kapasitas 100 liter
1,200,000
500,000
500,000
2,250,000
2,250,000
2,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kapasitas 500 liter
1,000,000
1,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kapasitas 1 ml
900,000
Sekop
120,000
2,250,000
1,000,000 120,000
120,000
120,000
120,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 893,454,000
0
0
120,000
2,250,000
6,620,000
23,584,000
2,370,000
1,200,000
7,720,000
2,250,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
Biaya Operasional DOC
Pakan
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Formalin
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Desinfektan
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
Obat dan vaksin
Sekam
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
Kapur
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000 21,000,000
Gas LPG kap 50 kg
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
Bonus Rp 250.000/periode
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Lampu
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
Selang
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
Sikat
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Ember Total biaya operasional Total biaya Laba sebelum pajak
0 893,454,000
999,340,000
999,340,000
999,460,000
1,001,590,000
1,005,960,000
1,022,924,000
1,001,710,000
1,000,540,000
1,007,060,000
1,001,590,000
-893,454,000
227,841,500
227,841,500
227,721,500
225,591,500
221,221,500
204,257,500
225,471,500
226,641,500
220,121,500
456,868,881
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
Pajak Net Benefit
-893,454,000
197,862,319
197,862,319
197,742,319
195,612,319
191,242,319
174,278,319
195,492,319
196,662,319
190,142,319
426,889,700
PV
-893,454,000
169,113,093
144,541,105
123,464,481
104,388,523
87,227,754
67,940,414
65,137,137
56,005,962
46,281,351
88,809,016
NPV
59,454,837
B/C
1.07
IRR
18.29
Payback Period
4.53
Lampiran 12 Cashflow Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam Broiler Kotoran Ayam
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
Nilai sisa investasi peternakan broiler
7,956,000 17,305,952
Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
3,060,000,000
500,000,000 0
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,585,261,952
Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
18,000,000
3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC Pakan Obat dan vaksin
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Kapur
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000 50,400,000
Gas LPG kap 50 kg
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Ember
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
0
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,097,344,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,320,000
2,469,270,000
2,470,820,000
2,522,614,000
2,469,570,000
2,467,020,000
2,471,920,000
2,469,270,000
-2,097,344,000
603,936,000
603,936,000
603,636,000
598,686,000
597,136,000
545,342,000
598,386,000
600,936,000
596,036,000
1,115,991,952
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Total biaya operasional
Total biaya Laba sebelum pajak Pajak Net Benefit
-2,097,344,000
490,435,661
490,435,661
490,135,661
485,185,661
483,635,661
431,841,661
484,885,661
487,435,661
482,535,661
1,002,491,614
PV per tahun
-2,097,344,000
419,175,779
358,269,897
306,026,276
258,919,352
220,591,619
168,348,545
161,561,661
138,813,085
117,450,984
208,555,732
NPV
260,368,929
B/C
1.12
IRR
20.83
Payback Period
4.30
Lampiran 13 Cashflow Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam Broiler
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
Kotoran ayam
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
1,224,000,000 3,181,500
Nilai sisa pabrik pakan mini
41,645,673
Nilai sisa investasi peternakan broiler
14,277,381
Nilai lahan pabrik pakan mini
40,000,000
Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
217,000,000 0
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,540,104,554
Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air Pemasangan telepon Mesin Lori
40,000,000 112,000,000 20,000,000 500,000 500,000 82,000,000 300,000
Sekop
30,000
Ember
50,000
Jarum jahit
300,000 30,000 50,000
180,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
100,000
Drum CPO
210,000
180,000
50,000 180,000
50,000
180,000
100,000
180,000
100,000
100,000
210,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
100,000
100,000
257,970,000
0
180,000
150,000
1,680,000
540,000
330,000
0
1,780,000
150,000
300,000
Biaya Operasional Biaya tera
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Biaya bongkar muat bahan baku
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
Perlengkapan Biaya listrik Biaya telepon
867,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya Bahan Baku
648,500,436
648,500,436
648,500,436
648,500,436
648,500,436
648,500,436
648,500,436
648,500,436
648,500,436
648,500,436
Biaya Tenaga kerja
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
678,949,436
678,949,436
678,949,436
678,949,436
678,949,436
678,949,436
678,949,436
678,949,436
678,949,436
678,949,436
Biaya perawatan pabrik
Total Biaya Operasional
Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan
217,000,000
Kandang
544,000,000
Gudang, mess, dapur,
44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi
20,000,000
Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
7,200,000
Tempat pakan baki
1,134,000
1,134,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
13,000,000
13,000,000
Gasolec S-8
15,000,000
Chicken guard
1,200,000
Timbangan
1,500,000
Sprayer Tirai Drum Air plastik kap. 100 liter
7,200,000
1,200,000
500,000
500,000
2,250,000
2,250,000
2,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
1,000,000
1,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
900,000
Sekop
120,000
2,250,000
1,000,000 120,000
120,000
120,000
120,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 893,454,000
0
0
120,000
2,250,000
6,620,000
23,584,000
2,370,000
1,200,000
7,720,000
2,250,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Biaya Operasional DOC Obat dan vaksin Formalin
3,000,000
Desinfektan
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
Sekam
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
Kapur Gas LPG kap 50 kg
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
Bonus Rp 250.000/periode
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Lampu
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
Selang
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
Sikat
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Ember
Total biaya operasional
0
Gaji
Total biaya
1,151,424,000
1,068,689,436
1,068,689,436
1,068,989,436
1,071,089,436
1,076,989,436
1,092,813,436
1,071,389,436
1,069,889,436
1,078,189,436
1,071,089,436
Pendapatan
-1,151,424,000
158,492,064
158,492,064
158,192,064
156,092,064
150,192,064
134,368,064
155,792,064
157,292,064
148,992,064
469,015,118
8,095,725
8,095,725
8,095,725
8,095,725
8,095,725
8,095,725
8,095,725
8,095,725
8,095,725
8,095,725
Pajak Net benefit setelah pajak
-1,151,424,000
150,396,339
150,396,339
150,096,339
147,996,339
142,096,339
126,272,339
147,696,339
149,196,339
140,896,339
460,919,393
PV per tahun
-1,151,424,000
128,543,879
109,866,563
93,715,735
78,978,253
64,811,725
49,225,831
49,211,737
42,488,488
34,294,696
95,888,464
NPV
-404,398,629
B/C
0.65
IRR
7.12
Payback period
7.91
Lampiran 14 Cashflow Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam Broiler Pakan ayam broiler Kotoran Ayam
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
Nilai sisa pabrik pakan mini
54,245,670
Nilai sisa investasi peternakan broiler
17,305,952
Nilai lahan pabrik pakan mini
40,000,000
Nilai lahan peternakan broiler
500,000,000
Total Penerimaan
0
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,775,057,622
Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air Pemasangan telepon Mesin Lori
40,000,000 145,000,000 45,000,000 500,000 500,000 102,000,000 300,000
Sekop
30,000
Ember
100,000
Jarum jahit
360,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
200,000
Drum CPO
350,000
300,000 30,000 100,000 360,000
100,000 360,000
100,000
360,000
200,000
360,000
200,000
200,000
350,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon Komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 341,440,000
0
360,000
300,000
6,860,000
680,000
660,000
0
6,960,000
300,000
Biaya Operasional Biaya tera Biaya bongkar muat bahan baku Perlengkapan Biaya listrik Biaya telepon Biaya Bahan Baku
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
Biaya Tenaga kerja Biaya perawatan pabrik Total Biaya Operasional
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
32,400,000 250,000
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
18,000,000
3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Obat dan vaksin
Kapur Gas LPG kap 50 kg Biaya telepon
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Lampu Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Ember
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
Total biaya operasional
0
Gaji
Total biaya
2,438,784,000
2,492,965,600
2,492,965,600
2,493,625,600
2,498,515,600
2,506,625,600
2,552,239,600
2,499,175,600
2,495,965,600
2,507,825,600
2,498,515,600
Pendapatan
-2,438,784,000
670,540,400
670,540,400
669,880,400
664,990,400
656,880,400
611,266,400
664,330,400
667,540,400
655,680,400
1,276,542,022
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
Pajak pendapatan setelah pajak
-2,438,784,000
544,329,791
544,329,791
543,669,791
538,779,791
530,669,791
485,055,791
538,119,791
541,329,791
529,469,791
1,150,331,414
PV per tahun
-2,438,784,000
465,239,138
397,640,289
339,451,410
287,519,862
242,044,410
189,093,467
179,299,027
154,161,183
128,874,927
239,311,937
NPV
183,851,649
B/C
1.08
IRR
19.85
Payback Period
4.50
Lampiran 15 Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 10.000 Ekor Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam Broiler jagung pipil kering
816,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000
22,500,000 553,330
Nilai sisa investasi budidaya jagung Nilai sisa pabrik pakan mini
41,645,673
Nilai sisa investasi peternakan broiler
14,277,381
Nilai lahan jagung
5,000,000
Nilai lahan pabrik pakan mini
40,000,000
Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
217,000,000 0
838,500,000
1,246,500,000
1,246,500,000
1,246,500,000
1,246,500,000
1,246,500,000
1,246,500,000
1,246,500,000
1,246,500,000
1,564,976,384
Tanaman Jagung Biaya investasi Tanah Bangunan Sumur bor dengan pompa air Mesin pemipil Sprayer Timbangan
5,000,000 25,000,000 4,000,000 250,000
250,000
1,600,000
Ember
80,000
Terpal
750,000
Total Investasi
4,000,000
12,000,000
48,680,000
80,000
80,000 750,000
80,000 750,000
750000
0
0
80,000
750,000
0
330,000
750,000
0
4,080,000
750,000
Sewa lahan
10,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
Saprodi
29,382,000
26,793,000
26,793,000
26,793,000
26,793,000
26,793,000
26,793,000
26,793,000
26,793,000
26,793,000
Cangkul
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
Arit
160,000
160,000
160,000
160,000
160,000
160,000
160,000
160,000
160,000
160,000
Biaya Operasional
Karung Tenaga kerja Biaya listrik Total biaya Operasional Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air
40,000,000 112,000,000 20,000,000 500,000
530,000
530,000
530,000
530,000
530,000
530,000
530,000
530,000
530,000
530,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
32,250,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
73,022,000
70,433,000
70,433,000
70,433,000
70,433,000
70,433,000
70,433,000
70,433,000
70,433,000
70,433,000
Pemasangan telepon Mesin Lori
500,000 82,000,000 300,000
Sekop
30,000
Ember
50,000
Jarum jahit
180,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
100,000
Drum CPO
210,000
300,000 30,000 50,000 180,000
50,000 180,000
50,000
180,000
100,000
180,000
100,000
100,000
210,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
100,000 257,970,000
100,000 0
0
180,000
150,000
1,680,000
540,000
330,000
0
1,780,000
150,000
Biaya tera
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Biaya bongkar muat bahan baku
650,250
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
867,000
Perlengkapan
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
Biaya listrik
2,250,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Biaya telepon
1,350,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya Bahan Baku
350,767,125
467,689,500
467,689,500
467,689,500
467,689,500
467,689,500
467,689,500
467,689,500
467,689,500
467,689,500
Biaya Tenaga kerja
17,550,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
23,400,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
373,949,375
498,138,500
498,138,500
498,138,500
498,138,500
498,138,500
498,138,500
498,138,500
498,138,500
498,138,500
Biaya Operasional
Biaya perawatan pabrik Total Biaya Operasional Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan
217,000,000
Kandang
544,000,000
Gudang, mess, dapur,
44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
7,200,000
Tempat pakan baki
1,134,000
1,134,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
13,000,000
13,000,000
Gasolec S-8
15,000,000
Chicken guard
1,200,000
Timbangan
1,500,000
Sprayer Tirai
7,200,000
1,200,000
500,000 2,250,000
500,000 2,250,000
2,250,000
2,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
1,000,000
1,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
900,000
Sekop
120,000
1,000,000 120,000
120,000
120,000
120,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 893,454,000
0
0
120,000
2,250,000
6,620,000
23,584,000
2,370,000
1,200,000
7,720,000
2,250,000
144,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
12,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Formalin
2,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Desinfektan
2,400,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
Sekam
1,400,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
Biaya Operasional DOC Obat dan vaksin
Kapur
1,920,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
14,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
1,350,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
900,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
13,500,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
10,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
Bonus Rp 250.000/periode
1,000,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Lampu
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
Selang
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
Sikat
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
206,130,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
305,740,000
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
Gas LPG kap 50 kg Biaya telepon Biaya listrik Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Ember Total biaya operasional
0
Gaji
Total biaya
1,273,126,000
737,101,375
958,311,500
958,691,500
961,461,500
966,611,500
982,765,500
961,761,500
959,511,500
971,891,500
961,461,500
-1,273,126,000
101,398,625
288,188,500
287,808,500
285,038,500
279,888,500
263,734,500
284,738,500
286,988,500
274,608,500
603,514,884
895,806
41,224,381
41,224,381
41,224,381
41,224,381
41,224,381
41,224,381
41,224,381
41,224,381
41,224,381
Net Benefit
-1,273,126,000
100,502,819
246,964,119
246,584,119
243,814,119
238,664,119
222,510,119
243,514,119
245,764,119
233,384,119
562,290,503
PV per tahun
-1,273,126,000
85,899,845
180,410,635
153,959,863
130,111,416
108,857,366
86,743,031
81,137,779
69,989,289
56,806,567
116,977,445
Laba sebelum pajak pajak
NPV
-202,232,763
B/C
0.84
IRR
13.91
Payback period
5.90
Lampiran 16 Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan 2,040,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
jagung pipil kering
20,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
Pakan ayam broiler
63,700,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
Ayam broiler
606,670
Nilai sisa investasi budidaya jagung Nilai sisa pabrik pakan mini
54,245,670
Nilai sisa investasi peternakan broiler
17,305,952
Nilai lahan jagung
5,000,000
Nilai lahan pabrik pakan mini
40,000,000
Nilai lahan peternakan broiler
500,000,000
Total Penerimaan
0
2,123,700,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,796,708,292
Tanaman Jagung Biaya Investasi Tanah Bangunan Sumur bor dengan pompa air
5,000,000 25,000,000 8,000,000
Mesin pemipil
12,000,000
Mesin pengering
30,000,000
Sprayer Timbangan Ember Terpal Total Investasi
8,000,000
500,000
500,000
1,600,000 160,000
160,000
750,000 83,010,000
160,000 750,000
0
0
160,000
750,000
160,000 750,000
0
660,000
750,000
750,000 0
8,160,000
750,000
Biaya Operasional Sewa lahan
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
Saprodi
73,441,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
Cangkul
200,000
Arit Karung Tenaga kerja
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
82,375,000
Biaya listrik Total Biaya Operasional
200,000
320,000 2,500,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
185,036,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air Pemasangan telepon Mesin Lori
40,000,000 145,000,000 45,000,000 500,000 500,000 102,000,000 300,000
Sekop
30,000
Ember
100,000
Jarum jahit
360,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
200,000
Drum CPO
350,000
300,000 30,000 100,000 360,000
100,000 360,000
100,000
360,000
200,000
360,000
200,000
200,000
350,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon Komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 341,440,000
0
0
360,000
300,000
6,860,000
680,000
660,000
0
6,960,000
300,000
Biaya Operasional Biaya tera Biaya bongkar muat bahan baku Perlengkapan Biaya listrik Biaya telepon Biaya Bahan Baku
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
1,536,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
4,050,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
1,350,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
629,606,400
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
z
Biaya Tenaga kerja
24,300,000
Biaya perawatan pabrik Total Biaya Operasional
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
662,274,400
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
18,000,000
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
5,000,000
5,000,000
0
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
360,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
30,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
5,000,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
6,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
3,500,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC Obat dan vaksin
Kapur Gas LPG kap 50 kg Biaya telepon Biaya listrik
7,500,000
4,800,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
33,600,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
1,200,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,600,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
12,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
25,500,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
2,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Ember
150,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
487,420,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
2,521,794,000
1,418,730,400
1,996,906,600
1,997,726,600
2,003,206,600
2,010,566,600
2,056,840,600
2,003,866,600
1,999,906,600
2,019,926,600
2,003,206,600
-2,521,794,000
704,969,600
1,793,501,692
Total biaya operasional
0
Gaji
Total biaya Laba sebelum pajak
1,182,643,400
1,181,823,400
1,176,343,400
1,168,983,400
1,122,709,400
1,175,683,400
1,179,643,400
1,159,623,400
149,120,369
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
Net Benefit
-2,521,794,000
555,849,231
905,220,711
904,400,711
898,920,711
891,560,711
845,286,711
898,260,711
902,220,711
882,200,711
1,516,079,004
PV per tahun
-2,521,794,000
475,084,813
661,275,996
564,681,175
479,709,081
406,650,783
329,525,381
299,296,317
256,936,556
214,730,951
315,401,109
Pajak
NPV
1,481,498,164
B/C
1.59
IRR
30.60
Payback period
3.20
Lampiran 17 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,04 Persen Uraian
Tahun ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ayam Broiler
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
1,211,237,627
Kotoran ayam
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
Penerimaan
Nilai sisa investasi peternakan broiler Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
3,181,500 14,277,381 217,000,000
0
1,214,419,127
1,214,419,127
1,214,419,127
1,214,419,127
1,214,419,127
1,214,419,127
1,214,419,127
1,214,419,127
1,214,419,127
1,445,696,508
Pengeluaran Biaya Investasi Lahan
217,000,000
Kandang
544,000,000
Gudang, mess, dapur, kamar mandi
44,000,000
Ruang administrasi
20,000,000
Instalasi air Instalasi listrik
800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
7,200,000
Tempat pakan baki
1,134,000
1,134,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
13,000,000
13,000,000
Gasolec S-8
15,000,000
Chicken guard
1,200,000
Timbangan
1,500,000
Sprayer Tirai Drum Air plastik kapasitas 100 liter
7,200,000
1,200,000
500,000
500,000
2,250,000
2,250,000
2,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kapasitas 500 liter
1,000,000
1,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kapasitas 1 ml
900,000
Sekop
120,000
2,250,000
1,000,000 120,000
120,000
120,000
120,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 893,454,000
0
0
120,000
2,250,000
6,620,000
23,584,000
2,370,000
1,200,000
7,720,000
2,250,000
DOC
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
216,000,000
Pakan
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Formalin
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Desinfektan
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
Sekam
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
Biaya Operasional
Obat dan vaksin
Kapur
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
Bonus Rp 250.000/periode
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Lampu
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
Selang
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
Sikat
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
0
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
999,340,000
893,454,000
999,340,000
999,340,000
999,460,000
1,001,590,000
1,005,960,000
1,022,924,000
1,001,710,000
1,000,540,000
1,007,060,000
1,001,590,000
-893,454,000
215,079,127
215,079,127
214,959,127
212,829,127
208,459,127
191,495,127
212,709,127
213,879,127
207,359,127
444,106,508
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
Gas LPG kap 50 kg
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Ember Total biaya operasional Total biaya Laba sebelum pajak Pajak Net Benefit
-893,454,000
185,099,945
185,099,945
184,979,945
182,849,945
178,479,945
161,515,945
182,729,945
183,899,945
177,379,945
414,127,326
PV
-893,454,000
158,205,082
135,218,018
115,496,031
97,577,882
81,406,694
62,965,149
60,884,773
52,371,463
43,174,942
86,153,965
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000
Lampiran 18 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 5,91 Persen Uraian
Tahun ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ayam Broiler
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
1,224,000,000
Kotoran ayam
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
3,181,500
Penerimaan
Nilai sisa investasi peternakan broiler Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
3,181,500 14,277,381 217,000,000
0
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,227,181,500
1,458,458,881
Pengeluaran Biaya Investasi Lahan
217,000,000
Kandang
544,000,000
Gudang, mess, dapur, kamar mandi
44,000,000
Ruang administrasi
20,000,000
Instalasi air Instalasi listrik
800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
7,200,000
Tempat pakan baki
1,134,000
1,134,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
13,000,000
13,000,000
Gasolec S-8
15,000,000
Chicken guard
1,200,000
Timbangan
1,500,000
Sprayer Tirai Drum Air plastik kapasitas 100 liter
7,200,000
1,200,000
500,000
500,000
2,250,000
2,250,000
2,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kapasitas 500 liter
1,000,000
1,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kapasitas 1 ml
900,000
Sekop
120,000
2,250,000
1,000,000 120,000
120,000
120,000
120,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 893,454,000
0
0
120,000
2,250,000
6,620,000
23,584,000
2,370,000
1,200,000
7,720,000
2,250,000
DOC
228,762,373
228,762,373
228,762,373
228,762,373
228,762,373
228,762,373
228,762,373
228,762,373
228,762,373
228,762,373
Pakan
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
693,600,000
Biaya Operasional
Obat dan vaksin
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Formalin
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Desinfektan
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
3,600,000
Sekam
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
Kapur
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
2,880,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
21,000,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
Bonus Rp 250.000/periode
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Lampu
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
1,125,000
Selang
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
375,000
Sikat
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
0
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,102,373
893,454,000
1,012,102,373
1,012,102,373
1,012,222,373
1,014,352,373
1,018,722,373
1,035,686,373
1,014,472,373
1,013,302,373
1,019,822,373
1,014,352,373
-893,454,000
215,079,127
215,079,127
214,959,127
212,829,127
208,459,127
191,495,127
212,709,127
213,879,127
207,359,127
444,106,508
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
29,979,181
Gas LPG kap 50 kg
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Ember Total biaya operasional Total biaya Laba sebelum pajak Pajak Net Benefit
-893,454,000
185,099,946
185,099,946
184,979,946
182,849,946
178,479,946
161,515,946
182,729,946
183,899,946
177,379,946
414,127,327
PV
-893,454,000
158,205,082
135,218,019
115,496,032
97,577,882
81,406,694
62,965,149
60,884,773
52,371,463
43,174,942
86,153,965
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000
Lampiran 19 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan kapasitas 25.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,82 Persen Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam Broiler Kotoran Ayam
3,004,110,092
3,004,110,092
3,004,110,092
3,004,110,092
3,004,110,092
3,004,110,092
3,004,110,092
3,004,110,092
3,004,110,092
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
Nilai sisa investasi peternakan broiler
7,956,000 17,305,952
Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
3,004,110,092
500,000,000 0
3,012,066,092
3,012,066,092
3,012,066,092
3,012,066,092
3,012,066,092
3,012,066,092
3,012,066,092
3,012,066,092
3,012,066,092
3,529,372,044
Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
18,000,000
3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC Pakan Obat dan vaksin
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Kapur
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Ember
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
0
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,097,344,000
2,464,020,000
2,464,020,000
2,464,320,000
2,469,270,000
2,470,820,000
2,522,614,000
2,469,570,000
2,467,020,000
2,471,920,000
2,469,270,000
-2,097,344,000
548,046,092
548,046,092
547,746,092
542,796,092
541,246,092
489,452,092
542,496,092
545,046,092
540,146,092
1,060,102,044
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
Gas LPG kap 50 kg
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Total biaya operasional
Total biaya Laba sebelum pajak Pajak Net Benefit
-2,097,344,000
434,545,753
434,545,753
434,245,753
429,295,753
427,745,753
375,951,753
428,995,753
431,545,753
426,645,753
946,601,706
PV per tahun
-2,097,344,000
371,406,627
317,441,561
271,130,263
229,093,699
195,099,608
146,560,502
142,939,402
122,896,624
103,847,171
196,928,542
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000
Lampiran 20 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 10,35 Persen Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam Broiler Kotoran Ayam
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
Nilai sisa investasi peternakan broiler
7,956,000 17,305,952
Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
3,060,000,000
500,000,000 0
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,067,956,000
3,585,261,952
Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
18,000,000
3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC Pakan Obat dan vaksin
595,889,908
595,889,908
595,889,908
595,889,908
595,889,908
595,889,908
595,889,908
595,889,908
595,889,908
595,889,908
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
1,734,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Kapur
7,500,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Ember
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
0
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,519,909,908
2,097,344,000
2,519,909,908
2,519,909,908
2,520,209,908
2,525,159,908
2,526,709,908
2,578,503,908
2,525,459,908
2,522,909,908
2,527,809,908
2,525,159,908
-2,097,344,000
548,046,092
548,046,092
547,746,092
542,796,092
541,246,092
489,452,092
542,496,092
545,046,092
540,146,092
1,060,102,044
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
113,500,339
Gas LPG kap 50 kg
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Total biaya operasional
Total biaya Laba sebelum pajak Pajak Net Benefit
-2,097,344,000
434,545,753
434,545,753
434,245,753
429,295,753
427,745,753
375,951,753
428,995,753
431,545,753
426,645,753
946,601,706
PV per tahun
-2,097,344,000
371,406,627
317,441,561
271,130,263
229,093,699
195,099,608
146,560,502
142,939,402
122,896,624
103,847,171
196,928,542
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000
Lampiran 21. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor dengan Penurunan Harga Jual Ayam Boiler Sebesar 1.29 Persen Uraian Tahun kePenerimaan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ayam Broiler Pakan ayam broiler Kotoran Ayam Nilai sisa pabrik pakan mini
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
3,020,535,031
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
Nilai sisa investasi peternakan broiler
54,245,670
Nilai lahan pabrik pakan mini
17,305,952
Nilai lahan peternakan broiler
40,000,000
Total Penerimaan
500,000,000 0
3,124,041,031
3,124,041,031
3,124,041,031
3,124,041,031
3,124,041,031
3,124,041,031
3,124,041,031
3,124,041,031
3,124,041,031
3,735,592,653
Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air Pemasangan telepon Mesin Lori
40,000,000 145,000,000 45,000,000 500,000 500,000 102,000,000 300,000
Sekop
30,000
Ember
100,000
Jarum jahit
360,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
200,000
Drum CPO
350,000
300,000 30,000 100,000 360,000
100,000 360,000
100,000
360,000
200,000
360,000
200,000
200,000
350,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon To
Komputer
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 341,440,000
0
360,000
300,000
6,860,000
680,000
660,000
0
6,960,000
300,000
Biaya Operasional Biaya tera Biaya bongkar muat bahan baku Perlengkapan
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
Biaya listrik
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya Bahan Baku
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
Biaya Tenaga kerja
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
ToBiaya perawatan pabrik Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
18,000,000
3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon Tokomputer
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Obat dan vaksin
Kapur Gas LPG kap 50 kg
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
Biaya telepon
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
ToEmber
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
0 Gaji
Total biaya
2,438,784,000
2,492,965,600
2,492,965,600
2,493,625,600
2,498,515,600
2,506,625,600
2,552,239,600
2,499,175,600
2,495,965,600
2,507,825,600
2,498,515,600
Pendapatan
-2,438,784,000
631,075,431
631,075,431
630,415,431
625,525,431
617,415,431
571,801,431
624,865,431
628,075,431
616,215,431
1,237,077,053
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
Pajak pendapatan setelah pajak
-2,438,784,000
504,864,822
504,864,822
504,204,822
499,314,822
491,204,822
445,590,822
498,654,822
501,864,822
490,004,822
1,110,866,444
PV per tahun
-2,438,784,000
431,508,395
368,810,594
314,810,645
266,459,379
224,043,997
173,708,499
166,149,482
142,922,255
119,269,006
231,101,748
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000
Lampiran 22. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor dengan Kenaikan Harga DOC Sebesar 7,31 Persen Tahun ke-
Uraian
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam Broiler Pakan ayam broiler Kotoran Ayam
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
7,956,000
Nilai sisa pabrik pakan mini Nilai sisa investasi peternakan broiler
17,305,952
Nilai lahan pabrik pakan mini Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
7,956,000 54,245,670 40,000,000 500,000,000
0
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,163,506,000
3,775,057,622
Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air Pemasangan telepon Mesin Lori
40,000,000 145,000,000 45,000,000 500,000 500,000 102,000,000 300,000
300,000
Sekop
30,000
30,000
Ember
100,000
Jarum jahit
360,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
200,000
Drum CPO
350,000
100,000 360,000
100,000
360,000
100,000
360,000
360,000
200,000 200,000
200,000
350,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon Komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
100,000
100,000
5,000,000
5,000,000
341,440,000
0
360,000
300,000
6,860,000
5,000,000 680,000
660,000
0
6,960,000
300,000
Biaya Operasional Biaya tera Biaya bongkar muat bahan baku Perlengkapan Biaya listrik Biaya telepon
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya Bahan Baku
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
1,635,609,600
Biaya Tenaga kerja
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
Biaya perawatan pabrik
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
Total Biaya Operasional
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
1,678,945,600
Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
32,500,000 3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC
579,464,969
579,464,969
579,464,969
579,464,969
579,464,969
579,464,969
579,464,969
579,464,969
579,464,969
579,464,969
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Obat dan vaksin
Kapur Gas LPG kap 50 kg Biaya telepon
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
1,800,000
Biaya listrik
7,500,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Ember
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
769,484,969
769,484,969
769,484,969
769,484,969
769,484,969
769,484,969
769,484,969
769,484,969
769,484,969
769,484,969
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
2,532,430,569
2,532,430,569
2,533,090,569
2,537,980,569
2,546,090,569
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Total biaya operasional
0
Gaji
Total biaya
2,438,784,000
Pendapatan
-2,438,784,000
Pajak
2,591,704,569
2,538,640,569
2,535,430,569
2,547,290,569
2,537,980,569
631,075,431
631,075,431
630,415,431
625,525,431
617,415,431
571,801,431
624,865,431
628,075,431
616,215,431
1,237,077,053
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
126,210,609
pendapatan setelah pajak
-2,438,784,000
504,864,822
504,864,822
504,204,822
499,314,822
491,204,822
445,590,822
498,654,822
501,864,822
490,004,822
1,110,866,444
PV per tahun
-2,438,784,000
431,508,395
368,810,594
314,810,645
266,459,379
224,043,997
173,708,499
166,149,482
142,922,255
119,269,006
231,101,748
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000
Lampiran 23 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler 11,08 Pers Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Ayam broiler
1,813,943,509
2,720,915,263
2,720,915,263
2,720,915,263
2,720,915,263
2,720,915,263
2,720,915,263
2,720,915,263
2,720,915,263
2,720,915,263
jagung pipil kering
20,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
Pakan ayam broiler
63,700,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
Nilai sisa investasi budidaya jagung
606,670
Nilai sisa pabrik pakan mini
54,245,670
Nilai sisa investasi peternakan broiler
17,305,952
Nilai lahan jagung
5,000,000
Nilai lahan pabrik pakan mini
40,000,000
Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
500,000,000 0
1,897,643,509
2,840,465,263
2,840,465,263
2,840,465,263
2,840,465,263
2,840,465,263
2,840,465,263
2,840,465,263
2,840,465,263
3,457,623,556
Tanaman Jagung Biaya Investasi Tanah Bangunan Sumur bor dengan pompa air
5,000,000 25,000,000 8,000,000
Mesin pemipil
12,000,000
Mesin pengering
30,000,000
Sprayer Timbangan
500,000
250,000
1,600,000
Ember
160,000
Terpal
750,000
Total Investasi
2,000,000
83,010,000
160,000
160,000 750,000
160,000 750,000
750,000
0
0
160,000
750,000
0
410,000
750,000
0
2,160,000
750,000
Sewa lahan
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
Saprodi
73,441,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
Cangkul
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
Arit
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
2,500,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
Tenaga kerja
82,375,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
Biaya listrik
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
185,036,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
Biaya Operasional
Karung
Total Biaya Operasional Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik Instalasi air Pemasangan telepon Mesin
40,000,000 145,000,000 45,000,000 500,000 500,000 102,000,000
Lori
300,000
Sekop
30,000
Ember
100,000
Jarum jahit
360,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
200,000
Drum CPO
350,000
300,000 30,000 100,000 360,000
100,000 360,000
100,000
360,000
200,000
360,000
200,000
200,000
350,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon Komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 341,440,000
0
0
360,000
300,000
6,860,000
680,000
660,000
0
6,960,000
300,000
Biaya Operasional Biaya tera Biaya bongkar muat bahan baku Perlengkapan Biaya listrik Biaya telepon
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
1,536,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
4,050,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
1,350,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya Bahan Baku
629,606,400
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
Biaya Tenaga kerja
24,300,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
662,274,400
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
Biaya perawatan pabrik Total Biaya Operasional Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
Tirai
5,250,000
Drum Air plastik kap. 100 liter
18,000,000
3,000,000 1,500,000 5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
5,250,000
1,000,000
Sekop
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
360,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
30,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
5,000,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
6,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
3,500,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC Obat dan vaksin
Kapur
4,800,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
33,600,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
Biaya telepon
1,200,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
1,600,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
12,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
25,500,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
2,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Ember
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
487,420,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
730,020,000
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
2,521,794,000
1,418,730,400
1,996,906,600
1,997,726,600
2,003,206,600
2,010,566,600
2,056,590,600
2,003,866,600
1,999,906,600
2,013,926,600
2,003,206,600
-2,521,794,000
478,913,109
843,558,663
842,738,663
837,258,663
829,898,663
783,874,663
836,598,663
840,558,663
826,538,663
1,454,416,956
149,120,369
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
Gas LPG kap 50 kg
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Total biaya operasional
0
Gaji
Total biaya Laba sebelum pajak Pajak Net Benefit
-2,521,794,000
329,792,740
566,135,975
565,315,975
559,835,975
552,475,975
506,451,975
559,175,975
563,135,975
549,115,975
1,176,994,267
PV per tahun
-2,521,794,000
281,874,137
413,570,001
352,966,650
298,756,495
251,990,454
197,434,525
186,314,850
160,371,200
133,656,881
244,858,808
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000
Lampiran 24. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 62,73 Persen
Tahun ke-
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan 2,040,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
3,060,000,000
jagung pipil kering
20,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
Pakan ayam broiler
63,700,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
95,550,000
Ayam broiler
606,670
Nilai sisa investasi budidaya jagung Nilai sisa pabrik pakan mini
54,245,670
Nilai sisa investasi peternakan broiler
17,305,952
Nilai lahan jagung
5,000,000
Nilai lahan pabrik pakan mini
40,000,000
Nilai lahan peternakan broiler Total Penerimaan
500,000,000 0
2,123,700,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,179,550,000
3,796,708,292
Tanaman Jagung Biaya Investasi Tanah Bangunan Sumur bor dengan pompa air
5,000,000 25,000,000 8,000,000
Mesin pemipil
12,000,000
Mesin pengering
30,000,000
Sprayer Timbangan
500,000
500,000
1,600,000
Ember
160,000
Terpal
750,000
Total Investasi
8,000,000
83,010,000
160,000
160,000 750,000
160,000 750,000
750,000
0
0
160,000
750,000
0
660,000
750,000
0
8,160,000
750,000
Sewa lahan
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
25,000,000
Saprodi
73,441,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
66,971,000
Cangkul
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
Arit
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
320,000
2,500,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
2,600,000
Tenaga kerja
82,375,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
98,850,000
Biaya listrik
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
185,036,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
195,141,000
Biaya Operasional
Karung
Total Biaya Operasional Pabrik pakan mini Biaya Investasi Tanah Bangunan Instalasi listrik
40,000,000 145,000,000 45,000,000
Instalasi air Pemasangan telepon Mesin Lori
500,000 500,000 102,000,000 300,000
Sekop
30,000
Ember
100,000
Jarum jahit
360,000
Kunci-kunci mekanik
500,000
Terpal
200,000
Drum CPO
350,000
300,000 30,000 100,000 360,000
100,000 360,000
100,000
360,000
200,000
360,000
200,000
200,000
350,000
Peralatan kantor Meja dan kursi Pesawat telepon Komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 341,440,000
0
0
360,000
300,000
6,860,000
680,000
660,000
0
6,960,000
300,000
Biaya Operasional Biaya tera Biaya bongkar muat bahan baku Perlengkapan Biaya listrik Biaya telepon
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
1,536,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
2,304,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
882,000
4,050,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
5,400,000
1,350,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya Bahan Baku
629,606,400
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
944,409,600
Biaya Tenaga kerja
24,300,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
32,400,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
250,000
662,274,400
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
987,745,600
Biaya perawatan pabrik Total Biaya Operasional Peternakan ayam broiler Biaya Investasi Lahan Kandang Gudang, mess, dapur,
500,000,000 1,400,000,000 44,000,000
kamar mandi Ruang administrasi Pembuatan sumber mata air Instalasi listrik
20,000,000 800,000 15,000,000
Pemasangan telepon
500,000
Tempat pakan 10 kg
18,000,000
Tempat pakan baki
2,844,000
2,844,000
Tempat minum otomatis (SC 102)
32,500,000
32,500,000
Gasolec S-8
37,500,000
Chicken guard
3,000,000
Timbangan
3,000,000
Sprayer
1,500,000
18,000,000
3,000,000 1,500,000
Tirai Drum Air plastik kap. 100 liter
5,250,000
5,250,000
5,250,000
750,000
750,000
Drum Air plastik kap. 500 liter
3,000,000
3,000,000
Pompa air
1,000,000
Self refilling Syringe kap.1 ml
1,800,000
Sekop
5,250,000
1,000,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari Pesawat telepon komputer Total biaya investasi
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
100,000
100,000
5,000,000 2,097,344,000
0
0
300,000
5,250,000
6,800,000
58,594,000
5,550,000
3,000,000
7,900,000
5,250,000
585,819,029
878,728,544
878,728,544
878,728,544
878,728,544
878,728,544
878,728,544
878,728,544
878,728,544
878,728,544
30,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
Formalin
5,000,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
Desinfektan
6,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
9,000,000
Sekam
3,500,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
5,250,000
Biaya Operasional DOC Obat dan vaksin
Kapur
4,800,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
7,200,000
33,600,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
50,400,000
Biaya telepon
1,200,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
1,800,000
Biaya listrik
1,600,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
12,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
18,000,000
Pokok Rp 150/kg/periode
25,500,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
38,250,000
Bonus Rp 250.000/periode
2,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Lampu
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Selang
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
470,000
Sikat
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Ember
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
713,239,029
1,068,748,544
1,068,748,544
1,068,748,544
1,068,748,544
1,068,748,544
1,068,748,544
1,068,748,544
1,068,748,544
1,068,748,544
Gaji Pimpinan
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Gaji Manajer keuangan
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
2,521,794,000
1,644,549,429
2,335,635,144
2,336,455,144
2,341,935,144
2,349,295,144
2,395,569,144
2,342,595,144
2,338,635,144
2,358,655,144
2,341,935,144
-2,521,794,000
479,150,571
843,914,856
843,094,856
837,614,856
830,254,856
783,980,856
836,954,856
840,914,856
820,894,856
1,454,773,149
149,120,369
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
277,422,689
Gas LPG kap 50 kg
Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja langsung
Total biaya operasional
0
Gaji
Total biaya Laba sebelum pajak Pajak Net Benefit
-2,521,794,000
330,030,202
566,492,168
565,672,168
560,192,168
552,832,168
506,558,168
559,532,168
563,492,168
543,472,168
1,177,350,460
PV per tahun
-2,521,794,000
282,077,096
413,830,205
353,189,046
298,946,577
252,152,917
197,475,923
186,433,532
160,472,637
132,283,157
244,932,909
NPV
0
B/C
1.000
IRR
17.000