STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA WANITA NELAYAN DALAM MENGOLAH HASIL PERIKANAN BERBASIS KELOMPOK Business Development Strategy of Women’s Fishermen In Processing Fishery Products Based on Group Ratna Diyah Palupi1, Ira2 dan Asriyana3 1,2
Program Studi Oseanografi FPIK Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridarma Anduonohu Kendari 93232 1email :
[email protected] 3 Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridarma Anduonohu Kendari 93232
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial serta merumuskan strategi pengembangan usaha bakso ikan di Desa Bubu. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli–September 2016 bertempat di Desa Bubu Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara. Metode penelitian dalam perumusan strategi peningkatan usaha dianalisis menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat) dan kelayakan financial menggunakan BC rasio dan payback period. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha bakso ikan di Desa Bubu memiliki prospek yang baik dan layak dikembangkan dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek pemasaran, finansial, serta arah pengembangan usaha. Faktor pendukung usaha bakso ikan yaitu kurangnya persaingan, sarana dan prasarana yang mudah dijangkau, serta pemasaran produk sangat baik karena didukung oleh posisi desa yang strategis. Faktor kelemahan yang menghambat yaitu ketersediaan bahan baku yang termasuk musiman dan dapat diperbaharui dengan cara memperhatikan bahan baku dari daerah lain. Aspek finansial layak dijalankan untuk jangka pendek (kondisi saat ini) dan jangka panjang (10 tahun ke depan). Kata kunci: Bakso Ikan, Bisnis, Desa Bubu, Strategi Pengembangan
ABSTRACT This study aimed are to analyze the financial feasibility and development strategic of the fish balls business in the Bubu Village. The research activities conducted July-September 2016 at Bubu Village Kambowa District of North Buton in Southeast Sulawesi. Data collected by observation, interviews and literature. The results showed that the business of fish balls in Bubu Village has a good business prospective and should be developed viewed from various aspects, namely marketing, financial aspects as well as the direction of enterprise development. Supporting factors the business of fish balls, namely a lack of competition, infrastructure and facilities are within easy reach, as well as the marketing of the product is very good because it is supported by the strategic position of the village. Factors that inhibit weakness are the availability of raw materials, including seasonal and can be updated by means of taking raw materials from other regions. Financial aspect is eligible to run for a short-term (current conditions) and long term (10 years). Keywords: Business, Fish balls, Bubu Village, Development Strategic
Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016
137
Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana
PENDAHULUAN Dewasa ini penggunaan produk makanan yang berbahan dasar ikan semakin populer di kalangan masyarakat, karena nilai gizinya yang tidak kalah dengan daging sapi dan bahan bakunya mudah diperoleh serta harganya lebih terjangkau. Hal ini menjadi angin segar bagi para pelaku usaha, terutama yang bermukim di daerah pesisir. Karena produk perikanan dapat meningkatkan nilai jual ikan dan waktu penyimpanannya lebih bertahan lama. Selain itu, dapat pula dijadikan sebagai lapangan usaha baru bagi wanita nelayan Salah satu desa pesisir di Kecamatan Kambowa adalah Desa Bubu. Desa ini menghadap langsung dengan Laut Banda sehingga sedikit banyak wilayah perairannya sangat dinamis. Desa ini dipengaruhi angin muson pada tiap tahunnya. Musim Timur yang terjadi antara bulan Juni sampai Agustus dikenal dengan musim ombak besar. Kondisi ini tentunya sangat memengaruhi perekonomian penduduk setempat dan infrastruktur lainnya. Akibat yang ditimbulkan oleh adanya Musim Timur adalah aktifitas warga untuk mencari ikan berhenti total. Akibatnya terjadi kelangkaan ikan serta mahalnya harga ikan di musim tersebut. Sebagai daerah pesisir tentunya ikan sudah menjadi makanan pokok warga desa. Maraknya makanan instan di wilayah mereka menjadikan sumber daya ikan sudah tidak lagi menjadi laukpauk sehari-hari khususnya bagi anakanak dan kaum remaja. Penurunan minat gemar makan ikan ini diperparah dengan langkanya ikan pada musim-musim
138
tertentu. Dengan adanya usaha pengolahan hasil perikanan maka dapat menyiasati pada musim ombak besar dimana harga ikan mahal dan susah didapat. Dengan variasi olahan makanan berbahan dasar ikan dapat menjadi alternatif warga untuk membuat makanan beku dan tahan lama sehingga pada musim tertentu ikan masih dapat dinikmati, misalnya membuatnya menjadi bakso ikan. Bakso ikan adalah produk olahan ikan yang berbentuk gel homogen yang dibuat dari campuran daging lumat, tepung tapioka/sagu dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah dan lada. Selain itu dapat menjadi sumber inspirasi warga untuk berwirausaha dan membuka bisnis lapangan usaha baru bagi ibu-ibu dan kaum remaja putri sekaligus pemenuhan gizi keluarga berupa makanan kaya protein. Sebagaimana pernyataan Kusnadi dan Rahim (2007) bahwa tujuan dari pemanfaatan dan pengelolaan tersebut adalah untuk meningkatkan perekonomian dan memandirikan masyarakat pesisir dan sekitarnya. Namun, sebelum melakukan usaha yang bergerak di bidang perikanan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha bakso ikan di Desa Bubu. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pembuatan bakso ikan sekaligus membuat strategi pengelolaan sustainability usaha tersebut. METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli–September 2016 di Desa Bubu,
ISSN : 2355-6617 ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Strategi pengembangan bisnis wanita nelayan
Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Data yang dikumpulkan dengan cara observasi (pengamatan), wawancara serta studi pustaka. Proses observasi (pengamatan) secara langsung mengenai ketersediaan bahan baku serta aspek pemasaran, aspek teknis, serta aspek finansial usaha bakso ikan. Proses wawancara mengenai keadaan umum lokasi penelitian dan mengenai aspek kelayakan usaha seperti aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen, dan aspek pemasaran. Aspek pemasaran meliputi produk, harga, tempat dan promosi. Aspek teknis meliputi penentuan lokasi, tata letak, proses produksi termasuk pemilihan teknologi, kelengkapan kajian teknis (Kasmir dan Jakfar, 2003). Aspek finansial meliputi analisis finansial untuk mengetahui keberhasilan dan keuntungan yang dapat dicapai. Pada studi pustaka, yang berfungsi untuk membandingkan data di lapang dengan data yang diperoleh dari sumber lain seperti buku, jurnal, internet, dan lain-lain. Serta untuk memperoleh informasi data yang lebih banyak, yang nantinya akan diolah menjadi hasil dan pembahasan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik masyarakat desa tersebut, yang disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif dan Tabel untuk mempermudah pemahaman. Sedangkan data kuantitatif disajikan untuk mengetahui keadaan usaha secara finansial diantaranya B/C ratio dan payback period.
Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan usaha bakso ikan tersebut menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur usaha. Setelah dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya, maka baru dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi. 1) Penyusutan (Rp) = Harga perolehan (Rp) – Nilai residu (Rp) dibagi umur ekonomis (tahun) 2) Analisis pendapatan usaha π = TR-TC (Kasim, 1995) Keterangan: π = Profit/Keuntungan (Rp) TR = Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp) TC = Biaya Total (Total Cost) (Rp) 3) Analisis kelayakan usaha B/C = Total penerimaan/ Total biaya 4) Analisis payback period (PP) PP = Investasi/ keuntungan x 1 tahun HASIL Potensi Pengembangan Usaha Bakso Ikan Desa Bubu merupakan suatu wilayah dari daerah pemekaran wilayah Bonegunu, yang terletak di jalur poros Ereke-Baubau. Dengan adanya usaha pengolahan hasil perikanan maka dapat menyiasati pada musim ombak besar dimana harga ikan mahal dan susah didapat. Dengan variasi olahan makanan berbahan dasar ikan dapat menjadi alternatif warga untuk membuat makanan beku dan tahan lama sehingga pada musim tertentu ikan masih dapat dinikmati. Juga dapat dapat menjadi sumber
139
Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana
inspirasi warga untuk berwirausaha di Desa Bubu.
459
Laki-laki Perempuan 449
Gambar 1. Diagram jumlah penduduk desa bubu berdasarkan jenis kelamin
Sumber daya manusia memiliki peranan penting dalam pengembangan suatu usaha. Penduduk merupakan sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah. Desa Bubu memiliki jumlah penduduk sekitar 908 jiwa yang terdiri atas laki-laki dengan 459 jiwa (51%) dan perempuan sekitar 449 jiwa (49%). Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yaitu jumlah penduduk yang dihitung berdasarkan berapa penduduk yang menduduki hingga bangku Sekolah Dasar, SMP, SMA atau sederajat serta hingga pada bangku perkuliahan. Tabel 1. Karakteristik penduduk menurut tingkat pendidikan No Tingkat Jumlah % Pendidikan (orang) 1 Tamat D1/D2/ 11 1 D3/S1/S2 2 Tamat Akademi 13 1 3 Tamat SMA 185 20 4 Tamat SMP 160 18 5 Tamat SD 241 27 6 Belum/Tidak 298 33 sekolah Total 908 100 Sumber : Data diolah, 2016
140
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi adalah belum/tidak sekolah yakni sebesar 33%, disusul dengan tamat SD sebesar 27%. Sementara yang memiliki tingkat pendidikan terendah adalah tamat akademi dan tamat D1/D2/D3/sarjana (S1, S2) masing-masing sebesar 1%. Tabel 2. Karakteristik penduduk dari segi pekerjaan No Mata Jumlah % Pencaharian (orang) 1 Petani 254 28,0 2 Nelayan 2 0,2 3 PNS 16 1,8 4 TNI/Polri 7 0,8 5 6 7 8
Tukang kayu Tukang batu Menjahit Belum/tidak bekerja Total
18 15 5 591
2,0 1,7 0,6 65,1
908
100
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa mata pencaharaian masyarakat Desa Bubu terdiri dari berbagai macam mata pencaharian. Mata pencaharian terbanyak adalah belum/tidak bekerja sebesar 65,1% disusul dengan yang bermata pencaharian sebagai petani yakni sebesar 28%. Kelayakan Usaha Bakso Ikan Aspek Teknis dan Produksi Aspek teknis dan produksi yang diteliti meliputi lokasi usaha, bahan baku, tenaga kerja, teknologi, proses produksi dan layout usaha bakso ikan.
ISSN : 2355-6617 ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Strategi pengembangan bisnis wanita nelayan
Aspek Pemasaran
untuk usaha Rp4.450.000.
Usaha bakso ikan di Desa Bubu memiliki prospek yang baik bila dilihat dari. Strategi pemasaran yang dilakukan meliputi produk, harga, tempat dan promosi.
ikan
sebesar
Tabel 3. Kebutuhan investasi usaha bakso ikan No Uraian Harga Beli(Rp) 1 Etalase atau gerobak 2.200.000 2 Alat masak 850.000 3 Alat makan 400.000 4 Meja kursi 700.000 5 Perlengkapan lain 300.000 Total Investasi 4.450.000 Sumber : Data diolah, 2016
Aspek Finansial Analisis finansial diperlukan agar masyarakat dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan apa untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Biaya investasi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan mulai usaha dilaksanakan sampai usaha tersebut mulai beroperasi. Biaya investasi biasanya berhubungan dengan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi. Berdasarkan Tabel 3, diperoleh hasil perhitungan kebutuhan biaya investasi Tabel 4. Biaya tetap usaha bakso ikan No Uraian
bakso
Biaya produksi terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yaitu sejumlah biaya yang tetap harus dikeluarkan saat proses berproduksi atau tidak, misalnya biaya penyusutan. Biaya tetap tertera pada Tabel 4.
Umur Harga (Rp) Ekonomis (th)
1
Penyusutan etalase atau gerobak 1/36 x Rp2.200.000 2 Penyusutan alat masak 1/36 x Rp850.000 3 Penyusutan alat makan minum 1/24 x Rp400.000 4 Penyusutan meja kursi 1/36 x Rp700.000 5 Penyusutan perlengkapan lain 1/12 x Rp300.000 6 Gaji karyawan Total Biaya Tetap Sumber : Data diolah, 2016
3
61.111
3
23.611
2
16.666
3
19.444
1
25.000
Biaya tidak tetap (biaya variabel) yaitu sejumlah biaya yang digunakan untuk memproduksi bakso ikan dan jumlahnya sangat tergantung pada
Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016
700.000 845.000
jumlah kapasitas dan masa produksi yang bersangkutan. Biaya tidak tetap (variabel) terlihat pada Tabel 5.
141
Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana
Tabel 5. Biaya tidak tetap usaha bakso ikan No Uraian 1 Daging ikan laut (3 kg x Rp25.000/ kg x 30 hari) 2 Tepung tapioka/sagu (0,5 kg x Rp10.000/ kg x 30 hari) 3 Mie (3 kg x Rp6.500/ kg x 30 hari) 4 Bumbu dan sayuran (Rp70.000 x 30 hari) 5 Gas 3 kg (Rp17.000 x 2 tabung x 30 hari) 6 Sewa tempat 7 Biaya listrik dan kebesihan Total Biaya Variabel Sumber : Data diolah, 2016
Total (Rp) 2.250.000 150.000 585.000 2.100.000 1.020.000 500.000 200.000 6.805.000
Tabel 6. Keuntungan usaha bakso ikan No
Uraian
Total biaya Penerimaan - Proses produksi - Jumlah produksi - Harga per porsi 3 Keuntungan Sumber : Data diolah, 2016
Jumlah Unit
1 2
30 kali/bulan 60 porsi Rp5.000
Tabel 7.
Analisis kelayakan usaha dan payback period No Uraian Nilai 1 B/C ratio 1,2 2 PP (payback period) 3,29 Sumber : Data diolah, 2016
Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan alat lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dari penjualan hasil produksinya. Keuntungan usaha bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 6. B/C ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat beberapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek. B/C ratio usaha bakso ikan sebesar 1,2.
142
Total (Rp/bulan)
Total (Rp/tahun)
7.650.832 9.000.000
91.809.984 108.000.000
1.800 porsi
21.000 porsi/thn
1.349.168
16.190.016
Sementara payback period yaitu 3,29 tahun, artinya lama periode waktu untuk mengembalikan modal investasi yaitu 3,29 tahun. Cepat atau lambatnya sangat bergantung pada sifat aliran kas masuknya. PEMBAHASAN Desa Bubu merupakan suatu wilayah dari daerah pemekaran wilayah Bonegunu, yang terletak di jalur poros Ereke-Baubau. Desa Bubu memiliki luas wilayah mencapai 7.315 hektar dan memiliki musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan. Musim kemarau merupakan saat dimana sebagian masyarakat beralih profesi dari petani atau pekebun menjadi nelayan. Sebaliknya,
ISSN : 2355-6617 ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Strategi pengembangan bisnis wanita nelayan
jika musim hujan seluruh masyarakat menggantungkan hidupnya pada hasil perkebunan. Dengan adanya usaha pengolahan hasil perikanan maka dapat menyiasati pada musim ombak besar dimana harga ikan mahal dan susah didapat. Dengan variasi olahan makanan berbahan dasar ikan dapat menjadi alternatif warga untuk membuat makanan beku dan tahan lama sehingga pada musim tertentu ikan masih dapat dinikmati. Juga dapat dapat menjadi sumber inspirasi warga untuk berwirausaha di Desa Bubu. Analisis usaha bakso ikan dihitungkan berdasarkan analisis kelayakan usaha dan investasi yang dikeluarkan untuk kegiatan, yang terdiri atas analisis finansial, tingkat pendapatan. Hasil analisis kelayakan usaha diperoleh bahwa usaha bakso ikan layak untuk dikembangkan. Salah satunya faktor sumberdaya manusianya sebagai tenaga kerja sangat mendukung, dimana memiliki jumlah perempuan yang tidak jauh berbeda dengan jumlah laki-laki yakni sekitar 49% sedangkan jumlah laki-laki sekitar 51%. Bila dilihat bahwa jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi adalah belum/tidak sekolah yakni sebesar 33%, disusul dengan tamat SD sebesar 27%. Sementara yang memiliki tingkat pendidikan terendah adalah tamat akademi dan tamat D1/D2/D3/sarjana (S1,S2) masingmasing sebesar satu persen. Hal ini akan membuka bisnis lapangan usaha baru bagi ibu-ibu dan kaum remaja putri sekaligus masyarakat yang belum bekerja. Usia produktif masyarakat Desa Bubu dengan pendidikan yang tergolong rendah ini sangat jarang mereka bekerja
Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016
di luar daerah. Sehingga mayoritas mereka duduk berdiam diri di rumah atau sesekali membantu keluarga menjual ikan atau berkebun. Sehingga melalui usaha pembuatan bakso ikan ini dapat menciptakan usaha baru yang mudah, tidak membutuhkan skill tinggi dan masih bisa dikerjakan di rumah. Selanjutnya besarnya total investasi yang dikeluarkan demi mendukung kegiatan produksi, cukup terjangkau oleh masyarakat, yakni sekitar Rp4.450.000 dengan kapasitas produksi 60 porsi per hari. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui pengeluaran terbesar untuk investasi usaha bakso ikan adalah etalase atau gerobak yakni sebesar Rp2.200.000. Etalase atau gerobak sangat penting agar lebih memudahkan mencari lokasi potensial untuk berjualan. Etalase juga dapat menjadi investasi jangka panjang. Berdasarkan umur ekonomis, penyusutan etalase atau gerobak dapat mencapai pemakaian selama 3 tahun. Berdasarkan perhitungan rasio pengembalian investasi, yaitu sebesar 3,29, menunjukkan bahwa dengan mengeluarkan investasi Rp4.450.000 untuk usaha bakso ikan, dapat kembali investasi tersebut selama 3 tahun 3 bulan bila berproduksi secara efektif. Biaya produksi per bulan pembuatan bakso ikan dihitung berdasarkan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri atas gaji karyawan dan biaya penyusutan alat. Sedangkan biaya tidak tetap mencakup biaya operasional produksi pengolahan. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan terbesar adalah biaya bahan baku yakni daging ikan dan biaya bumbu dan sayuran yang digunakan.
143
Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana
Total biaya produksi merupakan penjumlahan biaya tetap per produksi ditambah biaya tidak tetap. Sekali produksi total biaya usaha bakso ikan sebesar Rp7.650.832 per bulan. Setiap kali melakukan proses produksi dibutuhkan sekitar 60 porsi bakso ikan per hari dengan harga satu porsi sekitar Rp5.000. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat keuntungan untuk setiap kali usaha bakso ikan. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui keuntungan rata-rata setiap kali usaha bakso ikan sebesar Rp1.349.168 per bulan. Setiap tahun dapat dihasilkan Rp16.190.016. Analisis SWOT Matriks faktor strategi internal pada penelitian ini terdiri dari dua macam indikator yaitu kekuatan dan ancaman yang masing-masingnya berjumlah tujuh indikator dan matriks faktor strategi eksternal pada penelitian ini terdiri dari dua macam indikator strategi yaitu peluang dan ancaman. a. Kekuatan (Strength) Terdapat sarana dan prasarana yang mudah diperoleh dan dijangkau; kurang persaingan; usaha layak dijalankan untuk kondisi sekarang dan masa yang akan datang secara finansial; pemasaran produk bakso ikan sangat baik didukung oleh posisi desa yang strategis yakni berada pada jalur jalan poros Ereke-Bau Bau. b. Ancaman (Threat) Perubahan musim akan mempengaruhi ketersediaan bahan baku; Lemahnya kemampuan sumber daya manusia dalam informasi dan teknologi; Perubahan harga dan kualitas akan mempengaruhi permintaan konsumen;
144
Konsumen menginginkan harga terjangkau namun kualitas menjanjikan. SIMPULAN 1. Usaha bakso ikan di Desa Bubu prospektif usahanya layak dikembangkan, dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek pemasaran, aspek finansial serta arah pengembangan usaha. 2. Faktor pendukung usaha bakso ikan yaitu kurangnya persaingan, sarana dan prasarana yang mudah dijangkau, serta pemasaran produk bakso ikan sangat baik karena didukung oleh posisi desa yang strategis. Faktor kelemahan yang menghambat yaitu ketersediaan bahan baku yang termasuk musiman dan dapat diperbaharui dengan cara memperhatikan bahan baku dari daerah lain. 3. Aspek finansial layak dijalankan dalam jangka pendek (saat ini) dan jangka panjang (10 tahun ke depan). 4. Hasil analisis SWOT disarankan menggunakan strategi ST (strength, threat) menggunakan kekuatan di dalam usaha untuk mengatasi ancaman di luar usaha, serta meningkatkan kualitas produk bakso ikan. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, MY. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta. Kasmir dan Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta. Kasim, S. A. 1995. Pengantar Ekonomi Produksi Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Sofyan, I. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu. Jakarta.
ISSN : 2355-6617 ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan