perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : PUTRI KUSUMANINGRUM K7408043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : PUTRI KUSUMANINGRUM K7408043
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Akuntansi Program Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juni 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Putri Kusumaningrum. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar yang berjumlah 40 siswa. Objek penelitian ini adalah segala kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi antara guru, peneliti, dan siswa kelas X.2. Data yang digunakan peneliti adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa sedangkan sumber data yang digunakan adalah informan, tempat atau lokasi, dan peristiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Peneliti menggunakan analisis data yang meliputi teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan tindakan, dan tahap analisis data dan pelaporan. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 3x45 menit (135 menit). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan terlihat dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada proses pembelajaran pra siklus guru menggunakan metode ceramah monoton dan terkadang sudah menggunakan metode kooperatif, namun metode ini juga belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar terlihat pada siklus I setelah digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Pada pelaksanaan siklus II terlihat peningkatan hasil belajar siswa apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa commit dapat teridentifikasi dari indikator peningkatan to user hasil belajar siswa yang dikhususkan pada peningkatan hasil belajar koginitif vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa. Hasil belajar kognitif yang diukur peneliti diperoleh dari nilai tugas dan nilai ulangan harian akhir siswa. Pada siklus I rata-rata nilai tugas 1 adalah 89,45 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai tugas 1 adalah 96,38 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 6,93 (7,75%) pada nilai rata-rata tugas 1. Pada siklus I rata-rata nilai tugas 2 adalah 92,95 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai tugas 2 adalah 96,77 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 3,82 (4,11%) pada nilai rata-rata tugas 2. Pada siklus I rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah 77,21 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah 91,57 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 14,36 (18,59%) pada nilai rata-rata nilai ulangan harian akhir. Pada siklus I hasil belajar siswa adalah 81,87 sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa adalah 93,23 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 11,36 (13,88%) pada hasil belajar siswa. Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, Numbered Head Together (NHT), pemberian tugas, hasil belajar akuntansi
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Putri Kusumaningrum. The Use of the Cooperative Learning Model of Numbered Head Together (NHT) Type through Giving Assignment to Increase the Learning Result in Accounting of the Students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar in the Academic Year of 2011/2012. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta. 2012. The objective of this research is to increase the learning result in accounting of the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar through the use of the cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) type through giving assignment. This research used the class action research method. The population of this research was the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar as many as 40 students. The object of this research was all of the activities which took place in the classroom during the teaching and learning process. This research was conducted through the collaboration among the teacher, the researcher, and the students of Class X.2. The data of this research consisted of the syllabus, the lesson plan, and the result of the students’ work while the data source consisted of the information, the place or location, and the event. The data were gathered through interview, observation, test, and documentation. The data of this research was validated by using the data source triangulation and methods triangulation. The data were analyzed through comparative descriptive techniques and critical analysis techniques. The procedure of this research consisted of the preparation, the implementation, the analysis, and the reporting stages. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of four stages, namely: planning, implementation, observation, and reflection. Each cycle was conducted in three meetings. Each meeting was conducted in 3x45 minutes (135 minutes). Based on the results of this research, it is concluded that the use of the cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) type through giving assignment can increase the learning result in Accounting of the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar in the academic year of 2011/2012. Increase in value seen from precycle stage to first stage and from the first stage to second stageI. The monotonous lecture method was used in the precycle stage and sometimes the cooperative learning method was also used but the method cannot make study result of the students increased. Improved learning results seen in first stage once used the method of learning cooperative type Numbered Head Together (NHT) through giving assignment. On the implementation second stage looks to improved student learning result when compared with the results of student learning first stage. Improved student learning result can be identified from the indicators of improved student learning result are devoted on improving the learning result of students cognitive. Study result of the cognitive researchers measured obtained from value assignment and value deuteronomy daily end students. On first stage average value first assigment are 89,45 while in second stage average value first assigment are 96,38 so there increase in value of 6.93 (7,75 %) on average value first commit assigment. On first stage average value second to user assigment is 92,95 while in second stage average value second assigment is 96,77 ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
so there increase in value of 3,82 (4,11 %) on average value second assigment. First stage on average value of deuteronomy is 77,21 while the daily late in second stage average daily the end is 91,57 so there increase in value of 14.36 ( 18,59 % ) on average value daily end. In first stage, the student learning result is 81,87 while in second stage student learning result is 93,23 so that there is an increase in the value of 11,36 (13,88%) on student learning result.
Keywords: cooperative learning model, Numbered Head Together (NHT), giving assignment, and learning result in Accounting
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Apabila kamu gagal berencana, maka kamu sudah merencanakan kegagalan” (Agnes Monica)
“Berdoa, berikhtiar, dan selalu yakin bahwa Allah SWT akan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya” (penulis)
“Dalam hidup juga perlu kaca spion, namun jangan terlalu lama terjebak dalam kaca spion” (penulis)
“Musuh terbesar dalam diri seseorang adalah keengganan untuk melakukan sesuatu” (penulis)
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur pada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada : ♥ Babe, Ibu, Yoga, dan keluarga tercinta Dukungan, doa, dan senyum kalian memberiku semangat yang hebat dalam hidupku. ♥ Roofiudien Arroozy Terima kasih telah membuang sepiku dengan waktu, kasih sayang, doa, dan harapan. ♥ Lenovo Z460 & 3785 TZ Terima kasih atas seluruh tenaga yang tercurah. Pengalaman terbaik adalah ada bersama kalian. ♥ Amy, Norma, Martha, dan Marina Terima kasih telah menjadi pelangi dalam hari-hari ku. Senyum dan doa kalian menjadi motivasiku. ♥ Rukmanawati. D Terima kasih telah menemani, mendengarkan, dan menumbuhkan keberanianku.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis melibatkan beberapa pihak untuk membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs.Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 3. Drs.Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.. 4. Prof. Dr. Siswandari,M. Stats., selaku pembimbing I dan pembimbing akademik yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan ilmu dengan penuh kasih sayang. 5. Sri Sumaryati,S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dorongan untuk maju, dan motivasi dengan penuh kesabaran. 6. Tenang Pranata, S.Pd.,M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Karanganyar
yang
telah
memberikan
ijin
kepada
penulis
untuk
menyelesaikan skripsi ini. 7. Endang Mardiyati,S.Pd., selaku guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan bimbingan, waktu, dan arahan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Guru dan karyawan SMK Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Siswa-siswa SMK Negeri 1 Karanganyar khususnya siswi kelas X.2 atas bantuan dan kerja samanya dalam membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini. 10. Bapak, Ibu, dan adik terkasih yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang memberikan penulis doa, semangat, dan motivasi baik moral dan spiritual untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11. Teman-teman PAK A 2008 yang telah mewarnai kehidupan peneliti selama berada di Universitas Negeri Surakarta. 12. Anggota Gugus Depan 04.550 dan 04.555 yang telah mengajarkan penulis arti kehidupan. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam skripsi ini tapi penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk memperkaya pengetahuan dan dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………
i
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………….....
ii
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………....
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………....
iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………….....
v
HALAMAN REVISI ………………………………………………...
vi
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………….
vii
HALAMAN MOTTO ……………………………………………….
xi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………..
xii
KATA PENGANTAR …………………………………………….....
xiii
DAFTAR ISI ………………………………………………………...
xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..
xviii
DAFTAR TABEL …………………………………………………...
xix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………...
xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………
1
B. Rumusan Masalah …………………………………….
6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………..
7
D. Manfaat Hasil Penelitian ……………………………...
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ………………………………………..
9
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ………...
9
a. Pengertian Model Pembelajaran ……………...
9
b. Jenis Model Pembelajaran ……………………
10
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ….
11
d. Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ………
12
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif……………………………………
14
f. Macam-Macam Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif ……………………
15
2. Hakikat Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) ……………………………………………
18
a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) ……………………….
18
b. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) ……………………………………….
19
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) ……..
20
3. Hakikat Metode Pemberian Tugas ……………..
21
a. Pengertian Metode Pemberian Tugas ………
21
b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Pemberian Tugas ……………………………………….
22
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas ……………………………………….
22
4. Hakikat hasil Belajar Akuntansi ………………..
23
a. Hasil belajar ………………………………...
23
b. Strategi Peningkatan Hasil Belajar …………
25
c. Pembelajaran Akuntansi ……………………
28
B. Penelitian yang Relevan …………………………....
29
C. Kerangka Berpikir ………………………………….
34
D. Hipotesis Tindakan …………………………………
37
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………...
38
B. Subjek dan Objek Penelitian ……………………….
40
C. Data dan Sumber Data …………………………….. to user D. Pengumpulan Data commit ………………………………....
40
xvi
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Uji Validitas Data ………………………………….
42
F. Analisis Data ……………………………………….
43
G. Pendekatan Penelitian ……………………………....
44
H. Indikator Kinerja Penelitian ………………………...
47
I. Prosedur Penelitian …………………………………
47
J. Proses Penelitian …………………………………....
48
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………...
52
B. Deskripsi Pratindakan ………………………………
55
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ……………...
57
1. Siklus 1 …………………………………………
57
2. Siklus II ………………………………………...
75
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus …………
92
E. Pembahasan ………………………………………...
99
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ……………………………………………
104
B. Implikasi …………………………………………...
105
C. Saran ………………………………………………..
106
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..
109
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
112
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ……………..
2.
Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
15
Together (NHT) ………………………………………………….
19
3.
Penelitian yang Relevan …………………………………………
30
4.
Alokasi Waktu Penelitian ………………………………………..
39
5.
Indikator Peningkatan Hasil Belajar Siswa ……………………...
47
6.
Hasil Tes Awal Siswa …………………………………………...
56
7.
Nilai Siklus I …………………………………………………….
71
8.
Nilai Siklus II ……………………………………………………
89
9.
Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus ………………………………
93
10. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus ………………………………
94
11. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus …………
95
12. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus …………………………
97
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Halaman
Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) …………………………………………………..
20
2.
Tahapan Metode Pemberian Tugas ………………………………
22
3.
Diagram Alir Kerangka Berpikir …………………………………
36
4.
Siklus PTK ……………………..………………………………...
46
5.
Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus ……………………………….
93
6.
Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus ……………………………….
94
7.
Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus ………….
96
8.
Perbandingan Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus ……………………………………………………………..
97
Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus ………………………….
98
10. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tiap Siklus ……………..
99
9.
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I.
Halaman
Survey Awal 1. Daftar Presensi Siswa …………………………………………… 112 2. Observasi Awal …………………………………………………. 114 3. Pedoman Wawancara Guru Akuntansi dan Siswa Kelas X.2.…... 116 4. Hasil Wawancara dengan Guru Akuntansi ……………………... 117 5. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas X.2 …………………….. 118 6. Silabus ………………………………………………………….. 123 7. Nilai Pra Siklus …………………………………………………. 127 8. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus I ……………… 129 9. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus II …………….. 131
II. Siklus I 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………………......... 133 11. Daftar Presensi Siswa ………………………………………….. 168 12. Observasi Mendalam …………………………………………... 170 13. Daftar Kelompok Siklus I ……………………………………… 175 14. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus I ……………... 176 15. Tugas 1 Siklus I ………………………………………………... 178 16. Tugas 2 Siklus I ………………………………………………... 181 17. Ulangan Harian Akhir Siklus I ………………………………… 184 18. Hasil Belajar Siklus I .………………………………………….
187
19. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 190 20. Gambar Pelaksanaan Siklus I …………………………….......... 193 III. Siklus II 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………………. 196 22. Daftar Presensi Siswa …………………………………….......... 253 23. Observasi Mendalam …………………………………………... 255 24. Daftar Kelompok Siklus II …………………………………….. 260 commit to Guru user Siklus II ………….…. 261 25. Lembar Pengamatan Pembelajaran
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26. Tugas 1 Siklus II ……………………………………………….. 263 27. Tugas 2 Siklus II ……………………………………………….. 266 28. Ulangan Harian Akhir Siklus II …………………………........... 269 29. Hasil belajar Siklus II ………………………………..……….... 272 30. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 275 31. Gambar Pelaksanaan Siklus II …………………………………. 278 IV. Data setelah Tindakan 32. Pedoman Wawancara Guru Akuntansi dan Siswa Kelas X.2…... 281 33. Hasil Wawancara dengan Guru Akuntansi …………………….. 282 34. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas X.2 ……………………. 284 35. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 290 36. Permohonan Izin Menyusun Skripsi ………………………………... 293 37. Permohonan Izin Penelitian ……………………………………...…. 294 38. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMK Negeri 1 Karanganyar …………………………………………...….. 296
commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan kemajuan sumber daya manusia, karena pendidikan dapat memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan kehidupan sesuai dengan kemajuan dan perkembangan hidup dalam masyarakat. Tuntutan jaman yang semakin meningkat dapat dihadapi dengan usaha melanjutkan pendidikan dari jenjang dasar yaitu SD dan SMP ke jenjang yang lebih tinggi atau pendidikan menengah atas yaitu SMA dan sederajat. Jenjang pendidikan tersebut memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk peserta didik. Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 menyatakan:
Tujuan pendidikan menengah adalah (a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbalbalik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya (Soetjipto dan Kosasi, 1994: 124). Upaya meningkatan kualitas dan kemajuan sumber daya manusia sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran peserta didik. Metode dan sistem yang digunakan guru dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh besar dalam mengembangkan minat dan kreativitas peserta didik dalam suatu materi pelajaran. Dengan begitu, harus diperhatikan proses pembelajaran, metode, dan sistem yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Sebagaimana dikemukakan Lie (2007), “Kita sedang mengalami krisis dalam dunia pendidikan. … . Jika kita tidak mengubah praktik-praktik pengajaran dan pendidikan yang sudah usang, kita akan bergerak menuju keruntuhan, bukan saja dalam dunia pendidikan, melainkan juga dalam kehidupan bermasyarakat” (hlm. 15). Karp dan Yoels (1988) mengatakan, “Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang” (Lie, 2007: user belum memperhatikan apa yang 6). Hal ini menunjukkan bahwa commit sebagiantokelas
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
diberikan oleh guru. Dari observasi awal peneliti, kurangnya minat belajar siswa salah satunya berasal dari metode pembelajaran yang digunakan guru. Metode pembelajaran yang kurang menarik akan membuat siswa enggan untuk mengikuti pelajaran sehingga hal ini akan berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal pula. Penggunaan
suatu
metode
dalam
proses
pembelajaran
harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain materi yang akan diberikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, keadaan siswa, dan keadaan kelas. Banyak metode yang bisa digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, antara lain metode ceramah, metode resitasi, metode laboratorium, metode drill, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode simulasi, metode tanya jawab, dan lain sebagainya. Syah (2005) mengatakan: Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling klasik, tetapi masih dipakai orang di mana-mana hingga sekarang. … . Aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meski begitu para guru yang terbuka kadangkadang memberi peluang bertanya pada sebagian kecil siswanya. Metode ceramah dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Di samping itu, metode ini juga dipandang paling efektif untuk mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa (hlm. 203). Jika dilihat lebih jauh, metode ceramah satu arah yang monoton memiliki banyak kelemahan, antara lain menimbulkan rasa jenuh pada siswa, membatasi keaktifan siswa, informasi yang disampaikan guru sulit diingat karena hanya mengandalkan kemampuan pendengaran, materi yang diterima siswa akan ketinggalan zaman bila guru tidak aktif menambah wawasan dan pengetahuan, siswa menjadi bosan dengan proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar siwa. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk jenjang pendidikan formal sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), MTs, atau bentuk lain yang sederajat selain menjadi pendidikan lanjutan commit to user itu dari siswa lulusan setara SMP/MTs. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
menjadi salah satu wadah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan perkembangan jaman, karena lulusan SMK diharapkan menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bersaing menciptakan lapangan kerja. Namun karena berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, penyampaian ilmu tidak terserap dengan baik oleh peserta didik sehingga timbul hasil yang kurang maksimal dari peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik maupun peserta didik. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Karanganyar merupakan salah satu sekolah yang memiliki tujuan menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional pada bidang Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata dan Multimedia. Memiliki visi mewujudkan SMK yang dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga diklat yang unggul serta mampu menjawab tantangan dan perubahan di era global. Memiliki misi membekali peserta diklat dengan kompetensi yang mewadahi sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu berwirausaha dan membekali peserta agar memiliki etos kerja yang tinggi dan berbudi luhur. Dalam mewujudkan tujuan, visi, dan misi SMK Negeri 1 Karanganyar berdasarkan pengamatan awal penulis, ada beberapa kendala yang dihadapi khususnya pada peserta didik kelas X.2 dalam pembelajaran akuntansi. Pembelajaran akuntansi dalam dunia pendidikan mulai dikenalkan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA dan sederajat). Ali (2009: 70) mengatakan, “Mata pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang bersifat keterampilan (skill), sehingga dalam mempelajarinya diperlukan ketekunan, ketelitian, dan kecerdasan, keterampilan serta minat belajar”. Berdasarkan observasi awal peneliti, hasil belajar kognitif siswa kelas X.2 masih rendah. Kendala yang dihadapi antara lain minat belajar dan motivasi diri siswa untuk berkembang yang masih rendah. Rendahnya minat belajar ini diketahui peneliti berdasarkan observasi awal yang menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa siswa yang mau mengerjakan sendiri tugas rumah yang diberikan guru, siswa yang lain lebih senang datang ke commit to userteman. Selain kendala dari dalam sekolah lebih awal untuk mencontek pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
diri peserta didik, proses belajar yang belum bervariasi dan pembelajaran yang terpaku pada satu buku pegangan atau buku materi juga menjadi kendala. Pembelajaran akuntansi yang digunakan di SMK Negeri 1 Karanganyar sampai saat ini masih menggunakan metode ceramah monoton dan terkadang sudah menggunakan model kooperatif, namun model ini juga belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru belum sepenuhnya memperhatikan proses belajar siswa, selain itu masih ada beberapa peserta didik yang mendominasi kelompoknya sehingga hasil belajar peserta didik juga rendah. Kendala-kendala tersebut dapat menganggu proses belajar siswa yang kemudian akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari pemahaman terhadap materi dan hasil belajar siswa X.2 yang masih kurang. Berdasarkan observasi awal peneliti, dengan nilai KKM 75, tingkat ketuntasan siswa kelas X.2 pada mata pelajaran akuntansi hanya mencapai 20% (8 siswa) sedangkan sisanya 80% (32 siswa) lagi belum tuntas dan harus melakukan kegiatan remidial. Nilai rata-rata siswa kelas X.2 pada observasi awal peneliti adalah 58,38. Melihat rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran akuntansi di kelas X.2, peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan kondisi siswa kelas X.2. Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik antara lain model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu, dan model pembelajaran berbasis masalah. Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif karena menurut Sugiyanto (2009), “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang secara silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat” (hlm. 40). Lie (2007) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi beberapa macam tipe, antara lain, “1) Mencari pasangan (make a match), 2) Bertukar commit to4)user pasangan, 3) Berpikir pasangan berempat, Berkirim salam dan soal, 5) Kepala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
bernomor (numbered heads), 6) Kepala bernomor terstruktur, 7) Dua tinggal dua tamu” (hlm. 55-71). Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), Lie (2007) menjelaskan bahwa, “Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ideide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (hlm. 59). Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), peneliti juga menggunakan metode pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran dibagi menjadi berbagai macam antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama, metode pemberian tugas, metode drill, dan metode karya wisata. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode pemberian tugas karena menurut Roestiyah (2008), “Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap” (hlm. 133). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam memecahkan masalah yang terjadi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi oleh peneliti, antara lain apakah penggunaan model pembelajaran yang telah diterapkan guru telah efektif dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, apa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, mengapa model pembelajaran yang diterapkan guru belum memberikan hasil yang maksimal, dan bagaimana meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar, Syah (2005) menerangkan, “Setiap guru to user kegiatan belajar siswa agar diharapkan untuk pandai-pandaicommit mengarahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan PBM” (hlm. 250). Hal yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan metode yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa dapat berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah dengan kreatif, dan inovatif. Dalam pembelajaran dikenal berbagai macam model pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Beberapa guru berpikir bahwa mereka telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif di dalam kelas tiap kali guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, namun guru belum memperhatikan adanya aktivitas kelompok yang terstruktur sehingga peran anggota kelompok belum maksimal. Hal ini diperkuat oleh Lie (2007): Banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode belajar kelompok. …. Namun guru ini mengeluh bahwa hasil kegiatan tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, dan sebagainya (hlm. 7-8). Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran akuntansi tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan judul : ”PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT)
DENGAN
PEMBERIAN
TUGAS
UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dirasa peneliti sebagai salah satu langkah efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian sejenis, penggunaan model pembelajaran ini juga telah menuai keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?
Dalam penelitian ini definisi operasional dari perumusan masalah tersebut difokuskan pada upaya untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 dan objeknya meliputi mata pelajaran mengelola dokumen dana kas di bank dengan materi rekonsiliasi bank. Peneliti juga memberikan batasan pada hasil belajar, yakni mengukur hasil belajar siswa melalui hasil kognitif dengan melakukan penilaian terhadap hasil tugas yang diberikan guru dan hasil ulangan siswa. C. Tujuan Penelitian Sebagai suatu kegiatan yang terencana dan sistematis pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK N 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pemberian tugas.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1.
Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. Memberikan informasi pada metode pembelajaran akuntansi yang memiliki kendala yang sama dengan yang diteliti oleh peneliti agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. b. Memberikan manfaat pada pembelajaran akuntansi yang semakin meningkat dan bervariasi. c. Memberikan sumber bahan kajian dan pertimbangan bagi penelitian sejenis di masa mendatang.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru dalam melaksanakan proses mengajar menggunakan metode yang sesuai dengan lingkungan peserta didik dan hasil penelitian ini data dimanfaatkan guru unruk memperbaiki pembelajaran yang dikelola yaitu melalui “metode Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas”. b. Bagi siswa Dengan adanya penelitian ini, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, mudah
untuk
memahami
materi
yang
disampaikan,
dapat
belajar
bersosialisasi, dan terampil dalam mengerjakan soal latihan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dari sebelumnya. c. Bagi sekolah Penelitian ini memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran di dalam kelas sehingga akan meningkatan kualitas sekolah yang diteliti dan juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi sekolahsekolah lain yang melakukan metode sejenis. d. Bagi peneliti Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang bermanfaat tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas, sehingga termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang dapat memberikan pada manfaat bagi banyak pihak. e. Bagi teman sejawat Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menghadapi permasalahan yang sama di dalam kelas juga dapat digunakan untuk mendorong inovasi untuk meningkatkan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1.
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif a.
Pengertian Model Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran dalam rangka mengarahkan kegiatan belajar siswa. Meyer W.J (1985) mengartikan model sebagai, “Suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal” (Trianto, 2010: 21). Suprijono (2011) mengartikan model sebagai, “Interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem” (hlm. 45). Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu objek yang diobservasi dan diukur sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu hal. Isjoni (2011) mengatakan: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (hlm. 14). Pembelajaran diartikan Winataputra (2004) sebagai, “Kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru” (hlm 4.3). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 mengartikan pembelajaran sebagai, “Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan besar”. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa untuk membantu proses kegiatan belajar. Joyce
(1992)
menyatakan,
“Setiap
model
pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu Fpeserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai” (Trianto, 2010: 22). Suprijono (2011) mengatakan: Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model commit to userpembelajaran berfungsi pula sebagai
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (hlm. 46). Winataputra (2001) menyatakan: Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3).
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan hal-hal yang menggambarkan prosedur yang sistematis yang diperoleh dari observasi terhadap kelas untuk mencapai tujuan belajar. Dengan adanya model pembelajaran guru akan lebih mampu memberikan suasana yang diharapkan siswa sehingga tercipta kegiatan belajar yang menyenangkan.
b.
Jenis Model Pembelajaran Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Arends (2001), “Menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas” (Trianto, 2010: 25). Pengetahuan tentang berbagai model pembelajaran sangat diperlukan oleh para pendidik karena keberhasilan belajar dapat ditentukan dari tepat atau tidaknya model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Seorang pendidik harus bisa memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik sehingga dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan materi yang akan diberikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, keadaan siswa, dan keadaan kelas agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran dijelaskan Sugiyanto (2009) ada empat, yaitu, “1) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Sifat/bahan materi ajar, 3) Kondisi siswa, 4) Ketersediaan sarana-prasarana belajar” (hlm. 3).
c.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif sudah lama dikenal di dunia pendidikan. Sugiyanto (2009) menyatakan, “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang secara silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat” (hlm. 40). Sedangkan Solihatin dan Raharjo (2007) mengartikan: Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua kelompok atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (hlm. 4). Slavin (2010) mengemukakan, “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran” (hlm. 4). Menurut Slavin (1984): Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Johnson & Johnson (1994) juga menjelaskan: Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2011: 23). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai lima orang untuk dapat saling membantu dan bekerja secara maksimal dalam
commitPembelajaran to user mempelajari materi pelajaran. kooperatif cocok diterapkan di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
kelas yang siswanya memiliki kemampuan yang beragam karena dapat menggabungkan kemampuan siswa yang beragam. Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan suasana kelas menjadi menyenangkan dan terjalin kerja sama juga tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Diskusi dalam kelompok maupun pembelajaran yang dilakukan oleh teman sebaya dapat membuat siswa lebih memahami materi pelajaran.
d.
Unsur Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur yang saling mendukung dalam tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Lie (2007) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur, yaitu:
1) 2) 3) 4) 5)
Saling Ketergantungan Positif. Tanggung Jawab Perorangan. Tatap Muka. Komunikasi Antaranggota. Evaluasi Proses Kelompok (hlm. 31). Saling ketergantungan positif. Sugiyanto (2009) mengartikan
saling
ketergantungan
positif
sebagai,
“Hubungan
yang
saling
membutuhkan” (hlm. 40). Lebih jauh, Sugiyanto (2009) menjelaskan, “Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui : 1) Saling ketergantungan mencapai tujuan 2) Saling ketergantungan menyelesaikan tugas 3) Saling ketergantungan bahan atau sumber, 4) Saling ketergantungan peran, 5) Saling ketergantungan hadiah” (hlm. 40). Saling ketergantungan positif dapat terjadi saat anggota dalam kelompok merasa memiliki kesamaan. Dengan adanya saling ketergantungan positif diharapkan pembelajaran dalam kelompok akan maksimal karena setiap siswa akan menjadi guru bagi siswa lain dalam kelompoknya. Siswa yang memiliki kemampuan kurang akan berusaha untuk memberikan pendapat bagi kelompoknya karena penilaian dalam pembelajaran kooperatif meliputi penilaian individu dan penilaian kelompok. Tanggung jawab perorangan. Hal ini merupakan akibat langsung dari saling ketergantungan positif karena dalam pembelajaran kelompok.
commit to user
Saling ketergantungan positif sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Solihatin dan Raharjo (2007), “Keberhasilan belajar dalam model pembelajaran strategi ini dipengaruhi oleh kemampuan individu mahasiswa dalam menerima dan memberi apa yang telah dipelajarinya” (hlm. 8). Solihatin dan Raharjo (2007) juga mengatakan, “Secara individual mahasiswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan” (hlm. 8). Tatap muka. Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi sehingga siswa dapat berbagi pengalaman kepada kelompok. Sugiyanto (2009) mengatakan, “Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog” (hlm. 41). Lie (2007) menyatakan,
“Inti
dari sinergi ini
adalah
menghargai
perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing” (hlm. 34). Komunikasi antaranggota. Keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas dari guru sangat bergantung pada kemauan anggota kelompok untuk mendengar dan mengutarakan pendapat. Hal ini dimulai dari tatap muka yang selanjutnya akan melahirkan komunikasi dalam kelompok. Komunikasi tidak hanya dilakukan di dalam kelompok antar anggota kelompok namun komunikasi juga dilakukan dengan orang lain di luar kelompok. Seperti dikemukakan Sugiyanto (2009), “Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya” (hlm. 41). Evaluasi proses kelompok. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan suatu pelaksanaan sehingga dapat memperbaiki pada pelaksanaan berikutnya. Sama halnya dengan proses pembelajaran kooperatif, diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pelaksanaan proses kelompok. Fungsi evaluasi proses kelompok ini disebutkan Lie (2007), “Agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif” (hlm. 35). Lie (2007) menyimpulkan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 Untuk memenuhi ke lima unsur tersebut memang dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) para anggota kelompok. Para pembelajar harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar (hlm. 38).
e.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Trianto (2010) menjelaskan ada enam langkah utama dalam penggunaan pembelajaran kooperatif. Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1. Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan memotivasi siswa. pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dam memotivasi siswa belajar. Fase 2. Menyajikan informasi. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa dalam kelompok kooperatif. bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4. Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok bekerja dan belajar. belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6. Memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (hlm. 6667).
f.
Macam-Macam Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan tipe belajar dengan kondisi siswa. Lie (2007) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi beberapa macam tipe, antara lain, “1) Mencari pasangan (make a match), 2) Bertukar pasangan, 3) Berpikir pasangan berempat, 4) Berkirim salam dan soal, 5) to Kepala commit user bernomor (numbered heads), 6)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Kepala bernomor terstruktur, 7) Dua tinggal dua tamu” (hlm. 55-71). Trianto (2010) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi beberapa macam, antara lain, “1) Students Team Achievement Division (STAD), 2) Tim ahli (jigsaw), 3) Investigasi kelompok (GI), 4) Numbered Head Together (NHT)” (hlm. 68-83). Mencari pasangan (make a match). Dalam teknik ini siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Biasanya digunakan kartu-kartu sebagai medianya. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan dan kartukartu lain yang menjadi pasangannya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. Bertukar pasangan. Teknik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Siswa dibagi menjadi sepasang kelompok. Kemudian siswa diminta bertukar pasangan dengan kelompok lain. Bertukar pasangan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertanya dan dapat mengukuhkan jawaban mereka. Selanjutnya mereka akan kembali pada kelompok awal untuk membagikan hasil yang diperoleh dari bertukar pasangan. Berpikir pasangan berempat. Teknik ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja dalam kelompok. Tahapan teknik ini adalah siswa mengerjakan secara individu tugas dari guru sebelum mendiskusikannya dengan anggota kelompok. Berkirim salam dan soal. Teknik ini memberi kesempatan siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka Lie (2007: 58) mengatakan bahwa dalam teknik ini, “Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya”. Kepala bernomor (numbered heads). Dalam teknik ini setiap siswa dalam satu kelompok diberi nomor kepala yang menjadi identitasnya kemudian setelah kelompok berdiskusi, guru akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
memanggil satu nomor yang akan menjelaskan apa yang telah didiskusikan dalam kelompoknya. Kepala
bernomor
terstruktur.
Teknik
ini
merupakan
pengembangan dari teknik kepala bernomor. Perbedaannya dengan kepala bernomor adalah setiap siswa dalam kelompok diberikan tugas yang jelas untuk mencapai tujuan kelompok. Dua tinggal dua tamu. Lie (2007) mengatakan bahwa teknik ini, “Memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain” (hlm. 61). Dalam teknik ini kelompok bekerja mengerjakan tugas yang diberikan guru, kemudian dua orang dalam kelompok keluar untuk bertamu di kelompok lain, mencari informasi untuk kemudian dibahas kembali bersama kelompok awal. Students Team Achievement Division (STAD). Trianto (2010) mengatakan: Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (hlm. 82). Teknik ini menekankan pada aktivitas siswa untuk saling memotivasi dan bekerjasama dalam kelompok untuk memahami materi pelajaran agar mencapai hasil yang maksimal. Tim ahli (jigsaw). Isjoni (2011) mengatakan, “Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal” (hlm. 77). Keaktifan siswa dapat terlihat dari tahapan pelaksanaan metode ini. Dalam teknik ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang berdiskusi tentang materi yang diberikan guru. Ada seorang dalam commit to user kelompok yang menjadi tutor keluar dari kelompoknya dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
berdiskusi dengan tutor-tutor lain dari kelompok lain. Setelah mendapatkan hasil, para tutor kembali pada kelompok awal dan menjelaskan hasil yang mereka peroleh kepada teman-teman dalam kelompoknya. Investigasi kelompok (GI). Teknik ini merupakan teknik yang kompleks dan rumit untuk diterapkan. Seperti dijelaskan oleh Trianto (2010), “Pendekatan ini memerlukan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru” (hlm. 78). Dalam pendekatan ini juga diperlukan keterampilan komunikasi yang baik dan proses kelompok yang baik.
2.
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) a.
Pengertian Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Ada berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi. Salah satunya adalah model pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together (NHT). Trianto (2011) menjelaskan, “Number Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional” (hlm. 82). Thobroni dan Mustofa (2011) mengatakan, “Model NHT adalah bagian dari metode struktural, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa” (hlm. 296). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran yang menekankan pada struktur khusus untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur khusus yang dimaksud adalah dengan memberikan nomor pada setiap siswa dalam kelompok. Dengan adanya pola interaksi siswa yang aktif dalam kelompok, penggunaan NHT dapat meningkatkan penguasaan akademik siswa. Penomoran yang dilakukan berfungsi untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas. Lie (2007) menjelaskan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (hlm. 59).
b.
Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Spenser Kagan (1993) dalam menyatakan bahwa guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT: Tabel 2. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) FASE Fase 1: Penomoran
Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Fase 3: Berpikir bersama
Fase 4. Menjawab
AKTIVITAS GURU Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Nomor inilah yang menjadi identitas siswa dalam proses pembelajaran. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Trianto, 2011: 82-83).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Fase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
FASE 1. Penomoran
FASE 2. Mengajukan/Pertanyaan Masalah
FASE 3. Berpikir Bersama
FASE 4. Menjawab Gambar 1. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) c.
Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Banyak kelebihan yang didapatkan dari model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Huda (2011) menjelaskan, “Kepala bernomor (Numbered Heads Together) bermanfaat memberikan kesempatan pada siswa untuk sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat juga meningkatkan semangat kerja sama siswa” (hlm. 137). Selain itu Lusita (2011) mengemukakan, “Kelebihan metode Numbered Heads Together adalah 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai” (hlm. 78). Meskipun banyak kelebihan yang bisa didapatkan namun Lusita (2011) mengemukakan, “Beberapa kelemahan Numbered Heads Together yaitu 1) Kemungkinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru” (hlm. 78).
3.
Hakikat Metode Pemberian Tugas a.
Pengertian Metode Pemberian Tugas Siadi, Mursiti, dan Laelly (2009) menyatakan, “Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan oleh guru dengan memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar” (hlm. 361). Sagala (2009) menyatakan, “Metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar murid
melakukan
kegiatan
belajar,
kemudian
harus
di
pertanggungjawabkannya” (hlm. 219). Anitah (2009) menjelaskan: Model pemberian tugas memiliki beberapa tujuan yakni memperdalam pengertian peserta didik terhadap pelajaran yang diterima, melatih peserta didik ke arah belajar mandiri, peserta didik dapat membagi waktu secara teratur, agar peserta didik dapat memanfaatkan waktu terluang untuk dapat menyelesaikan tugas, dan melatih peserta didik untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas (hlm. 117). Roestiyah (2008) menambahkan, “Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap” (hlm. 133). Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran di mana guru mengaktifkan siswa dengan memberikan tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dan siswa harus dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjanya. b.
Langkah-Langkah Penerapan Metode Pemberian Tugas Roestiyah (2008) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan teknik pemberian tugas dan resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama Kedua
Ketiga
: Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan. : Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik resitasi itu telah tepat dapat mencapai tujuan yang telah anda rumuskan. : Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan commit to user mudah dimengerti (hlm. 136).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Langkah-Langkah Metode Pemberian Tugas
Langkah 1. Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
Langkah 2. Mempertimbangkan apakah tugas dapat digunakan untuk mencapai tujuan
Langkah 3. Merumuskan tugas dengan jelas dan mudah dimengerti Gambar 2. Tahapan Metode Pemberian Tugas
c.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas Walaupun metode pemberian tugas dapat membantu guru dalam mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan namun metode pemberian tugas juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Sumantri dan Permana (2001) mengemukakan kelebihan metode penugasan antara lain: 1) Membuat peserta didik aktif belajar, 2) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, 3) Mengembangkan kemandirian peserta didik, 4) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam memperkaya atau memperluas tentang apa yang dipelajari, dan 5) Membina tanggung jawab peserta didik” (hlm. 118). Sumantri dan Permana (2001) juga mengemukakan kelemahan metode penugasan antara lain, “1) Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar sendiri atau dikenakan orang lain, 2) Tugas yang monoton dapat membosankan peserta didik, dan 3) Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan peserta didik” (hlm. 118). Dengan adanya kelemahan tersebut, maka dalam menggunakan metode pemberian tugas Sagala (2009) menjelaskan ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode pemberian tugas itu, antara lain, “1) Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka mengerti apa
to user yang harus dikerjakan,commit 2) Tugas yang diberikan kepada siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
memperlihatkan perbedaan individu masing-masing, 3) Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup” (hlm. 219-220).
4.
Hakikat Hasil Belajar Akuntansi a.
Hasil belajar Sappaile (2005) mengatakan, “Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha” (hlm. 670). Gagne (1984) menyatakan, “Belajar adalah sebagai suatu proses di mana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman” (Syaiful Sagala, 2009: 13). Sudjana (2004) menyebutkan, “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” (Sappaile, 2005: 671). Benjamin Bloom (1956) menyatakan, “Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas tiga kawasan (domain) yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor” (Sagala, 2009: 33). Seperti dijelaskan oleh Sudjana (1991), “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku…. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris” (hlm. 3). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan pendapat tersebut dalam pengertian yang luas, hasil belajar diukur melalui tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Penilaian pada ranah kognitif dilakukan berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Sudjana (1995) menyatakan bahwa terdapat enam aspek dalam ranah kognitif yakni, “Pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi” (hlm. 22). Pengetahuan atau ingatan bertujuan agar siswa mengetahui atau hafal terhadap suatu materi. Pemahaman
bertujuan
agar
siswa
memahami,
mengerti,
mampu
memperhitungkan, dan mampu menerjemahkan suatu materi ke dalam bahasanya sendiri. Aplikasi bertujuan untuk menerapkan konsep ke dalam kehidupan nyata dengan menggunakan teori, bagan, maupun menunjukkan prosedur suatu materi. Analisis bertujuan agar siswa mampu mengenali hal
commit to user yang salah, membedakan dan menyimpulkan suatu materi. Sintesis bertujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
agar siswa mampu menarik kesimpulan dari berbagai hal atau konsep dalam suatu materi. Evaluasi bertujuan agar siswa mampu menilai secara logis, memperhitungkan, dan mengambil kesimpulan dari suatu materi. Penilaian pada ranah afektif dilakukan berkenaan dengan tingkah laku siswa. Sudjana (1995) menyatakan bahwa ranah afektif terdiri dari lima aspek yaitu, “Penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi” (hlm. 22). Penerimaan bertujuan agar menimbulkan minat belajar dan siswa mau memusatkan perhatian pada suatu materi. Jawaban atau reaksi bertujuan agar siswa merespon, terlibat, dan berpartisipasi dalam suatu materi. Penilaian bertujuan agar pada diri siswa timbul pertanyaan tentang suatu materi juga keberanian mengekspresikan atau mengambil keputusan. Organisasi bertujuan agar siswa mampu mendemonstrasikan dan menyatakan atau menanggapi suatu materi. Internalisasi yakni memadukan nilai-nilai yang telah dipelajari ke dalam kehidupan nyata siswa. Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Sudjana (1995) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari enam aspek: Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada gerakan dasar, kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain), kemampuan di bidang fisik, (misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan), gerakan-gerakan skill (mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks), dan kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive (seperti gerakan ekspresif dan interpretatif) (hlm. 22). Meskipun hasil belajar diukur melalui tiga aspek tersebut namun dalam penelitian kali ini, peneliti akan lebih fokus pada ranah kognitif. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian terhadap hasil ulangan siswa dan hasil tugas yang diberikan oleh guru yang di dalamnya mengandung aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b.
Strategi Peningkatan Hasil Belajar
Strategi diartikan Djamarah dan Zain (2006) sebagai, “Suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan” (hlm. 3). Dihubungkan dengan pembelajaran, Said (2006) menyatakan, “Strategi pembelajaran berkaitan erat dengan bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran agar seseorang bisa belajar” (hlm. 96). Pendapat lain juga disampaikan Suparman (1995), “Strategi pembelajaran terdiri dari empat komponen utama yakni : 1) Urutan kegiatan pembelajaran; 2) Metode Pembelajaran; 3) Media pembelajaran; dan 4) Waktu” (Said, 2006: 96). Hasil belajar dijelaskan Gagne dan Briggs (2001), “Hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu” (Rivai, 2003: 130). Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
strategi
peningkatan hasil belajar merupakan cara yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Namun dalam penelitian kali ini peneliti mengkhususkan penelitian hanya sebatas pada ranah kognitif. Dijelaskan oleh Rivai (2002), “Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah” (hlm. 729). Tujuan yang ingin dicapai dalam meningkatkan hasil belajar adalah untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Rivai (2002) juga menjelaskan, “keberhasilan belajar sangat tergantung pada jenis mata pelajaran, metode belajar yang sesuai, dan cara penyampaian materi” (hlm. 729). Ketiga hal ini sangat erat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar karena dengan mengetahui jenis mata pelajaran yang akan diberikan pada commit user peserta didik maka guru akantoberusaha untuk menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
belajar yang sesuai dengan keadaaan kelas dan kemampuan peserta didik sehingga cara penyampaian materi dari guru dapat diserap dengan baik oleh peserta didik. Gronlund (1985) mengemukakan: Cara-cara yang dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan hasil belajar, yaitu: 1) Menjelaskan hasil belajar yang dimaksud pada peserta diklat, 2) Melengkapi tujuan jangka pendek dan untuk waktu yang akan datang, 3) Memberikan umpan balik terhadap kemajuan hasil belajar, 4) Memberikan informasi tentang kesulitan belajar sehingga dapat dipergunakan dalam memilih pengalaman belajar yang akan datang (Rivai, 2003: 131). Menjelaskan hasil belajar yang dimaksud pada peserta diklat. Maksud dari kegiatan ini adalah dengan menjelaskan hasil belajar atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Dengan memberitahukan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, akan lebih memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dirinya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Melengkapi tujuan jangka pendek dan untuk waktu yang akan datang. Kegiatan yang dilakukan setelah memberikan penjelasan tentang hasil belajar yang harus dicapai peserta didik adalah dengan memberitahukan tujuan atau alasan pencapaian hasil belajar, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada penelitian kali ini tujuan jangka pendek yang didapatkan peserta didik setelah meningkatkan hasil belajarnya adalah tercapainya kompetensi akademik yang diharapkan oleh SMK Negeri 1 Karanganyar sedangkan tujuan jangka panjang yang dapat diperoleh peserta didik adalah pembelajaran akuntansi dapat memudahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Memberikan umpan balik terhadap kemajuan hasil belajar. Kegiatan selanjutnya setelah memberitahukan tujuan pencapaian hasil belajar jangka pendek dan jangka penjang pada peserta didik maka commit to user proses belajar akan berlangsung dan setelah berlangsungnya proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
belajar, guru dapat memberikan umpan balik kepada peserta didik berupa reward, motivasi, penguatan atas materi, dan tes. Umpan balik dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi, selain itu umpan balik juga berguna untuk memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya pada proses belajar yang akan datang. Memberikan informasi tentang kesulitan belajar sehingga dapat dipergunakan dalam memilih pengalaman belajar yang akan datang. Kegiatan selanjutnya setelah guru memberikan umpan balik adalah memberikan informasi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa selama proses belajar. Informasi ini berguna untuk memilih model dan metode yang tepat dalam melaksanakan proses belajar di dalam kelas sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat pada proses belajar selanjutnya. Pada penelitian kali ini, kesulitan belajar yang dialami siswa kelas X.2 adalah rendahnya pemahaman peserta didik pada mata pelajaran mengelola dokumen dana kas di bank dengan materi rekonsiliasi bank yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar kognitif peserta didik. Dari permasalahan tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan pemahaman materi peserta didik melalui kerja kelompok, selain itu peneliti juga menggunakan metode pemberian tugas untuk memberikan penguatan pemahaman materi kepada peserta didik. Sehingga diharapkan ada peningkatan hasil belajar kognitif pada peserta didik kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan mengoptimalkan pembelajaran di dalam kelas, yakni dengan memberikan penjelasan tentang hasil belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, menggunakan model dan metode belajar yang commitkelas to userdan kemampuan peserta didik, sesuai dengan keadaaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
memberikan
umpan
balik
pada
setiap
proses
belajar,
menginformasikan kesulitan belajar peserta didik, dan memberikan pemecahan atas kesulitan belajar peserta didik. c.
Pembelajaran Akuntansi Akuntansi
menurut
Hongren,
Harrison,
Robbinson,
dan
Secokusumo (1997) merupakan, “Suatu sistem yang mengukur aktivitasaktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporanlaporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan” (hlm. 3). American Accounting Association (1966) mendefinisikan akuntansi sebagai, “Proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tugas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut” (Soemarso, 2004: 3). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan suatu informasi ke dalam laporan keuangan untuk digunakan oleh pengguna laporan keuangan, seedangkan pembelajaran akuntansi merupakan upaya pendidik untuk mengajarkan tentang materi yang berkaitan dengan akuntansi sesuai dengan tingkatan umur peserta didik. Pembelajaran akuntansi mulai diberikan dalam dunia pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA dan sederajat). Di SMA pembelajaran akuntansi diberikan mulai kelas XI sebagai identitas pada jurusan IPS sedangkan di SMK pembelajaran akuntansi diberikan mulai kelas X karena penjurusan dilakukan bersamaan dengan pendaftaran masuk SMK. Pembelajaran akuntansi di SMK berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diajarkan oleh para pendidik kepada peserta didik melalui proses pencatatan, pengikhtisaran transaksi keuangan, dan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK. Tujuan pembelajaran akuntansi di SMK adalah membekali tamatan SMK dengan berbagai kompetensi dasar agar lulusan SMK dapat menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi dengan benar sehingga dapat menerjunkan para siswa ke masyarakat dan juga dapat memberikan manfaat bagi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28 B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, di antaranya adalah : Tabel 3. Penelitian yang Relevan No
1
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Hasil
Persamaan
Firman Kailani Penerapan
Dari hasil
dan
analisis belajar yang
MI model
Persamaan
Perbedaan
Perbedaan
yang
Riyadhul
kooperatif NHT terdapat
tampak tampak adalah pada adalah sama- penelitian kali ini,
Badi’ah
(Numbered
sama
peningkatan
Head Together) yang ditandai menggunakan untuk
dengan
model
meningkatkan
peningkatan
kooperatif tipe
minat
belajar ketuntasan
Al-Qur’an Hadist
belajar siswa- (Numbered
Siswa- siswi
Siswi Kelas IV setiap A
SD
NHT
peneliti menggunakan objek siswa kelas X SMK
sedangkan
peneliti
sebelumnya
(Firman
Kailani)
dalam Head
menggunakan
siklus, Together).
siswa-siswa kelas IV
Darul yaitu siklus I
Ulum
(73,68%),
Bungurasih
siklus
SD,
objek
materi
yang
diteliti oleh peneliti II
saat ini adalah materi
(86,05%.).
akuntansi
Kesimpulan
peneliti
sebelumnya
(Firman
Kailani)
dari penelitian ini adalah melalui pendekatan metode
sedangkan
menggunakan materi Al-Qur’an dan Hadist, peneliti
saat
ini
kooperatif
mengkombinasikan
learning NHT
model
dapat
kooperatif tipe NHT
berpengaruh
dengan
positif
tugas namun peneliti
terhadap
sebelumnya
minat, prestasi
Kailani)
commit to user
pembelajaran
pemberian
(Firman hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29 belajar
serta
menggunakan metode
respon siswa-
NHT.
siswi kelas IV A SD Darul Ulum Bungurasih Sidoarjo tahun pelajaran 2009/2010.
2
Djoko
Dwi
Penerapan
Terjadi
Persamaan
Kusumojanto
Pembelajaran
peningkatan
yang
dan
Kooperatif
belajar
Model
siklus I ke
Popy
Herawati
dari adalah
Perbedaan yang tampak
tampak adalah peneliti saat ini sama- mengkombinasikan
sama
model
pembelajaran
Numbered Head siklus II hal ini menggunakan
kooperatif tipe
Together (NHT) dapat
dengan pemberian tugas
dilihat model
untuk
dari
Meningkatkan
belajar dimana
Hasil
Belajar hasil
Siswa Mata
hasil kooperatif tipe namun NHT
peneliti
sebelumnya (Djoko Dwi
pretest (Numbered
pada siklus I yang Head Diklat menunjukkan
NHT
Kusumojanto dan Popy Herawati)
hanya
Together),
menggunakan
model
Manajemen
13,63%
sama-sama
NHT,
Perkantoran
mengalami
menggunakan
diteliti oleh peneliti saat
materi
Kelas X APK di peningkatan
siswa kelas X ini
SMK
SMK sebagai akuntansi
Ardjuna menjadi
01 Malang
adalah
yang
materi sedangkan
40,90%
objek
peneliti
sebelumnya
sedangkan
penelitian.
(Djoko
Dwi
hasil post-test
Kusumojanto dan Popy
siklus
Herawati) menggunakan
II
meningkat lagi
materi
menjadi
perkantoran.
manajemen
90,90%. 3
Mustafa, Yusnani,
Penerapan dan
Pembelajaran
Terdapat
Persamaan
peningkatan
yang
commit to user
Perbedaan
yang
tampak tampak adalah pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Baharuddin
Kooperatif
antara siklus I adalah
Model
dan siklus II sama
Numbered Head yakni
sama- penelitian
I model
diperoleh rata- kooperatif tipe
Meningkatkan
rata
NHT
dan keberhasilan
objek siswa kelas X SMK
untuk
Keaktifan
ini,
peneliti menggunakan
pada menggunakan
Together (NHT) siklus
kali
(Numbered
sedangkan
peneliti
sebelumnya
(Mustafa, dan
Yusnani, Baharuddin)
Penguasaan
adalah
Konsep
sedangkan
Matematika
pada siklus II
siswa-siswa kelas VIII
diperoleh rata-
MTs,
rata
diteliti oleh peneliti
keberhasilan
saat ini adalah materi
adalah 76,6%
akuntansi
49% Head Together).
menggunakan
materi
peneliti
yang
sedangkan sebelumnya
(Mustafa, dan
objek
Yusnani, Baharuddin)
menggunakan materi matematika,
peneliti
saat
ini
mengkombinasikan model
pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan
pemberian
tugas namun peneliti sebelumnya (Mustafa, Yusnani,
dan
Baharuddin)
hanya
menggunakan
model
NHT. 4
Heru
Peningkatan
Abimartono
Pemahaman
Setelah
commit to user mempelajari
Persamaan yang
Perbedaan yang tampak
tampak adalah peneliti saat ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31 Fakta
Sejarah
metode
adalah
melalui Metode
pemberian
sama
Pemberian
tugas prestasi menggunakan
kooperatif tipe
belajar
dengan pemberian tugas
Tugas
pada
meningkat
IPS
SMA
20,43%
atau tugas,
Sultan
70,43%
atau sama
Islam
Agung
1
model
siswa metode
Siswa Kelas XI 1
sama- mengkombinasikan
pemberian
26 siswa.
siswa dan
namun
NHT
peneliti
sama- sebelumnya
menggunakan
Semarang
pembelajaran
(Heru
Abimartono)
hanya
menggunakan
metode
SMA pemberian tugas, materi sederajat yang
diteliti
oleh
sebagai objek peneliti saat ini adalah penelitian.
materi
akuntansi
sedangkan
peneliti
sebelumnya
(Heru
Abimartono) menggunakan
materi
sejarah.
5
Hasnawati
Upaya
Hasil analisis Persamaan
Meningkatkan
data
yang
Prestasi Belajar
menunjukkan
adalah
Siswa
adanya
sama
model
Metode
peningkatan
menggunakan
kooperatif tipe
Pemberian
rata-rata hasil metode
dengan pemberian tugas
tes
namun
dengan
Tugas
pada
Mata Pelajaran
antara
Matematika
tindakan
di
tampak adalah peneliti saat ini sama- mengkombinasikan
siswa pemberian tugas. pra
Perbedaan yang tampak
pembelajaran NHT
peneliti
sebelumnya (Hasnawati) hanya
menggunakan
Kelas III B SD
siklus (4,69),
metode
Negeri 11 Kota
siklus I (6,65),
tugas,
Bengkulu
dan siklus II
diteliti oleh peneliti saat
(8,93) dengan
ini
prosentase pra
akuntansi
siklus
peneliti
(37,93%),
(Hasnawati)
commit to user
pemberian materi
adalah
yang
materi sedangkan
sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32 siklus
I
menggunakan
(68,98%), dan
matematika,
siklus
penelitian
II
(100%).
peneliti
materi pada
kali
ini,
menggunakan
objek siswa kelas X SMK sedangkan peneliti sebelumnya (Hasnawati) menggunakan siswa-siswa
objek kelas
SD.
C. Kerangka Berpikir Kondisi awal sebelum peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran akuntansi di kelas X.2 belum memanfaatkan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Guru kelas masih menerapkan metode ceramah monoton meskipun terkadang sudah menerapkan model kooperatif, namun belum maksimal karena ada peserta didik yang kurang memperhatikan materi yang diberikan guru atau ada peserta didik yang mendominasi kelompok. Untuk meningkatkan
hasil
belajar
akuntansi
di
kelas
X.2,
peneliti
memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Penelitian direncanakan melalui tiga siklus, yaitu: 1.
Pada siklus I digunakan pada kelompok besar yang terdiri dari 5 orang tiap kelompok. Tugas diberikan di tiap akhir pembelajaran. Dalam proses ini diprediksi terjadi adanya peningkatan hasil pembelajaran dibandingkan dengan sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas karena setiap siswa dituntut untuk memahami pembelajaran.
2.
Pada siklus II digunakan pada kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang di tiap kelompok. Tugas diberikan tiap akhir pembelajaran. Dalam kelompok kecil, siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran dan lebih fokus untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Sehingga pada siklus II akan ada peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus I.
commit to user
III
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
3.
Siklus III digunakan hanya saat permasalahan belum terselesaikan. Pada siklus III pembelajaran sesuai dengan siklus II karena siklus III hanya dilaksanakan untuk memperbaiki siklus II. Berdasarkan analisa dan kerangka berpikir tersebut maka diduga melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Gambaran lebih jelas dari kerangka berpikir tersebut disajikan dalam diagram alir sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru/Peneliti : Belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas
Guru/Peneliti : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas
Diduga melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi kelas X.2
Gambar 3. Diagram Alir dari Kerangka Berpikir. commit to user
Siswa : Hasil Belajar akuntansi rendah
SIKLUS I Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Kelompok Besar, Memberikan tugas dengan prosentase 90%-10%
SIKLUS II Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Kelompok Kecil, Memberikan tugas dengan prosentase 85%-15%
SIKLUS III Memperbaiki kekurangan pada siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35 D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian SMK Negeri 1 Karanganyar merupakan satu-satunya sekolah menengah kejuruan negeri di Kabupaten Karanganyar yang terletak di Jalan A.W. Monginsidi, No.1, Karanganyar. Peneliti yang juga pernah melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 Karanganyar menilai sekolah ini cocok untuk dijadikan sebagai tempat penelitian dengan alasan : a.
Rendahnya hasil belajar kognitif siswa kelas X.2 pada mata pelajaran akuntansi.
b.
Kurangnya tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru.
c.
Penelitian berjudul penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas belum pernah diterapkan di SMK Negeri 1 Karanganyar, sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi guru maupun pihak sekolah dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan selama empat bulan atau satu semester yaitu mulai bulan Januari sampai bulan April 2012. Pada bulan Januari 2012 digunakan oleh peneliti untuk mempersiapkan penelitian yang meliputi pengajuan masalah, penyusunan proposal, dan mengajukan perijinan. Bulan berikutnya yaitu awal bulan sampai pertengahan Februari 2012 digunakan oleh peneliti untuk merencanakan tindakan. Implementasi tindakan dilakukan peneliti pada akhir bulan Februari 2012 sampai awal bulan April 2012. Data yang dikumpulkan adalah data dari Siklus I maupun data Siklus II. Pada akhir bulan April 2012 peneliti melakukan review terhadap data yang sudah terkumpul. Pada bulan April sampai bulan Mei 2012 peneliti juga akan melakukan penyusunan laporan hasil penelitian. Berikut ini akan disajikan tabel alokasi waktu penelitian. Tabel 4. Alokasi Waktu Penelitian
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Kegiatan Penelitian
Jan
1.
Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru pelajaran terkait b. Diskusi untuk mengidentifikasi masalah dan merancang tindakan c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
2. a.
Implementasi Tindakan Siklus I
Feb
Bulan Mar Apr
Mei
Jun
Perencanaan Pelaksanaan tindakan Observasi Refleksi b.
Siklus II
3.
Perencanaan Pelaksanaan tindakan Observasi Refleksi Analisis Data dan Pelaporan
a. b. c. d.
Analisis data Menyusun laporan/skripsi Ujian dan revisi Penggandaan dan pengumpulan laporan
B. Subjek dan Objek Penelitian 1.
Subjek penelitian Subjek penelitian merupakan orang-orang yang berkaitan dalam penelitian. Subjek penelitian yang digunakan peneliti adalah guru mata pelajaran akuntansi dengan materi Mengelola Dokumen Dana Kas di Bank yakni ibu Endang Mardiyati dan siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 40 siswa yang seluruhnya terdiri dari siswa perempuan.
2.
Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hubungan kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnyacommit proses tobelajar user mengajar. Objek penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
digunakan peneliti adalah mata pelajaran akuntansi mengelola dokumen dana kas di bank dengan materi rekonsiliasi bank.
C.
Data dan Sumber Data
Data dan sumber data memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Data dan sumber data memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk menyelesaikan penelitiannya. Data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip merupakan segala hal yang bersifat tertulis yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Dokumen atau arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa. Pada penelitian kali ini, selain menggunakan data peneliti juga menggunakan sumber data. Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi : 1.
Informan Informan adalah orang yang memberikan informasi lebih rinci tentang hal-hal yang diperlukan oleh peneliti dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan yang digunakan oleh peneliti adalah guru akuntansi dengan materi mengelola dokumen dana kas di bank yaitu ibu Endang Mardiyati dan siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar.
2.
Tempat atau lokasi Tempat atau lokasi adalah tempat yang digunakan peneliti sebagai sasaran dalam suatu penelitian. Tempat atau lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang kelas X.2 dan SMK Negeri 1 Karanganyar.
3.
Peristiwa Peristiwa merupakan segala hal yang terjadi. Peristiwa sebagai sumber data mempunyai jenis yang beragam dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja maupun tidak, aktivitas rutin yang berulang atau hanya satu kali terjadi, dan aktivitas yang formal maupun non formal. Peristiwa dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar.
D. Pengumpulan Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
a.
Wawancara Arikunto (2006) menjelaskan: Interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang” (hlm.155). Peneliti melakukan wawancara kepada peserta didik kelas X.2 untuk mengetahui tanggapan mereka tentang proses pembelajaran di kelas, selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran terkait untuk mengetahui proses belajar mengajar yang diterapkan guru tersebut di dalam kelas. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin di mana peneliti tidak mengambil waktu resmi namun tetap memiliki tanggung jawab sebagai pengumpul data yang relevan, selain itu arah pembicaraan juga jelas.
b.
Observasi Arikunto (2006) menjelaskan: Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. …. Di dalam artian penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara (hlm. 157). Peneliti secara langsung menjadi anggota penuh dan turut ambil bagian dalam kehidupan hal yang diobservasi. Peneliti juga berinteraksi dengan subjek yang dipelajari dan melakukan penelitian dalam interaksi tersebut.
c.
Tes Arikunto (2006) mengemukakan, “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (hlm. 150). Peneliti memberikan tes pada akhir siklus untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Tes yang digunakan berbentuk soal pilihan ganda dan soal essai.
d.
Dokumentasi Arikunto (2006) mengemukakan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melakukan dokumentasi, peneliti menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya” (hlm. 158). Dokumentasi yang diambil peneliti adalah RPP, silabus, dan buku pegangan mengajar.
E.
Uji Validitas Data
Wiriaatmaja (2006) mengemukakan tujuan dilakukannya uji validitas yakni, “Mengacu pada kredibilitas dan derajat kepercayaan dari hasil penelitian” (hlm. 164). Uji validitas yang dilakukan peneliti pada penelitian kali ini adalah melakukan validasi dengan triangulasi. Patton (1984) juga menyatakan, “Terdapat empat macam teknik triangulasi, yaitu 1. triangulasi data (data triangulation), 2. triangulasi peneliti (investigator triangulation), 3. triangulasi metodologis (methodological triangulation), 4. triangulasi teoretis (theoretical triangulation)” (Sutopo, 2002: 78). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data/triangulasi sumber dan triangulasi metodologis/triangulasi metode untuk mengetahui kebenaran dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sutopo (2002) menyatakan, “Triangulasi sumber mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda” (hlm. 79). Dari pernyataan tersebut maka peneliti menggunakan dua observer untuk melakukan observasi kemudian hasilnya akan dibandingkan dan ditarik kesimpulan. Uji validitas lain yang digunakan peneliti adalah triangulasi metode, Sutopo (2002) menyatakan, “Triangulasi metode bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda” (hlm. 80). Dari pernyataan tersebut maka peneliti mengumpulkan data berupa hasil wawancara dan data nilai siswa untuk dicocokkan dan ditarik kesimpulan mengenai pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
F.
Analisis Data
Suwandi (2011) mengatakan, ”Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik commit to user deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
(hlm. 66). Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) menyatakan cara untuk menganalisis data adalah dengan, “Mencari nilai rerata, prosentase keberhasilan hasil belajar, dan lain lain” (hlm. 131) sedangkan Suwandi (2011) menyatakan, “Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus” (hlm.66). Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data kuantitatif berupa nilai siswa selama penelitian yang terdiri dari nilai tugas siswa, nilai ulangan harian akhir siswa, dan nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif yakni dengan membandingkan rata-rata dan prosentase keberhasilan nilai tugas siswa, nilai ulangan harian akhir siswa, dan nilai hasil belajar siswa pada pra siklus ke siklus 1 dan siklus 1 ke siklus selanjutnya. Hasil dari analisis data ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang terjadi dari siklus 1 ke siklus selanjutnya. Pada teknik analisis kritis, Suwandi menyatakan, “Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif” (hlm. 66). Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) menyatakan bahwa data kualitatif yaitu data yang berupa, “Hasil wawancara, hasil pengamatan, berbagai isi jurnal hasil angkat/kuesioner” (hlm. 132). Suwandi menyatakan, “Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar” (hlm. 66). Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data kuantitatif berupa hasil observasi/pengamatan terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan hasil wawancara dengan guru dan siswa. Hasil dari analisis data ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan dan memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
G.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam literatur berbahasa inggris PTK sering disebut dengan Classroom Action Research. Ditinjau dari arti per katanya, Arikunto (2006) menyatakan, “Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yaitu to user penelitian, tindakan, dan kelas” commit (hlm. 91). Penelitian menunjuk pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dengan demikian Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) menyimpulkan, “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas seara bersama” (hlm. 3). Mc Niff (1992) menegaskan, “Dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan” (Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2011: 106). Lebih jauh lagi, Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) merinci tujuan PTK antara lain sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable) (hlm.61).
Suyanto (1997) menyatakan bahwa manfaat PTK adalah, ”1. Inovasi pembelajaran, 2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, 3. Peningkatan profesionalitas guru (Subyantoro, 2009: 24). Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas 1. 2. 3. 4. 5.
Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. (Arikunto, commit to user Suhardjono, & Supardi, 2011: 115).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) mengemukakan bahwa, “Ada empat rincian kegiatan pelasanaan PTK yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. a. Perencanaan. Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang b. c.
d.
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Tindakan. Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Pengamatan atau observasi. Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Refleksi. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul. Kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya” (hlm.74).
Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) menggambarkan siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut : Perencanaan tindakan I
Permasalahan
Pelaksanaan tindakan I
Siklus I Refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi
Siklus II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Perencanaan tindakan II
Refleksi II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 4. Siklus PTK (hlm.74). commit to user
Pengamatan/ pengumpulan data I
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan data II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44 H. Indikator Kinerja Penelitian
Tabel 5. Indikator Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Indikator Peningkatan Hasil Belajar Ketuntasan hasil belajar
Prosentase Target Capaian 80 %
Cara Mengukur
Melalui penghitungan terhadap siswa yang mendapatkan ketuntasan dengan nilai di atas 75.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti antara lain :
a.
Tahap persiapan penelitian Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah : 1)
Meminta izin dan berkoordinasi kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran akuntansi SMK Negeri 1 Karanganyar.
2)
Berdiskusi dengan guru mata pelajaran akuntansi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam pelajaran akuntansi kelas X.2 di SMK Negeri 1 Karanganyar dan merancang tindakan.
b.
3)
Menyusun proposal penelitian.
4)
Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
Tahap pelaksanaan tindakan Tahap ini merupakan tahap penerapan isi rancangan tindakan kelas. Pada tahap ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi. Dalam tahap ini pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Siklus III dapat tidak dilakukan ketika hasil siklus sebelumnya sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, serta tahap refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
c.
Tahap analisis data dan pelaporan Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil data yang diperoleh tiap siklus kemudian hasil yang telah diperoleh selama penelitian tersebut digunakan untuk menyusun laporan. Setelah menyusun laporan, peneliti akan melaksanakan ujian dan melakukan revisi apabila terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki dalam laporan, yang terakhir dilakukan setelah revisi adalah penggandaan dan pengumpulan laporan.
J. Proses Penelitian Hal yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar akuntansi melalui model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), setiap siswa dalam satu kelompok diberikan nomor kepala yang menjadi identitasnya kemudian setelah kelompok berdiskusi, guru akan memanggil satu nomor kepala yang akan menjelaskan hasil diskusinya kepada seluruh kelas. Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), peneliti juga menggunakan metode pemberian tugas, yakni guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar di luar jam pelajaran dengan tujuan memantapkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu setiap siklus dirancang memiliki empat tahap, yaitu 1. Perencanaan tindakan,
2. Pelaksanaan tindakan, 3. Pengamatan, 4. Refleksi untuk
perencanaan siklus selanjutnya.
a.
Rancangan siklus I 1)
Tahap perencanaan tindakan a) Peneliti bersama guru mata pelajaran terkait merancang penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) melalui diskusi kelompok besar, dan pada akhir pembelajaran akan diberikan tugas dengan prosentase 90% dari materi pertemuan tersebut dan 10% dari materi pertemuan selanjutnya. b) Peneliti bersama guru menyiapkan bahan ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan alat observasi. c) Menyusun instrumen untuk evaluasi berupa soal tes tertulis.
commit to user d) Menetapkan indikator ketercapaian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
2)
Tahap pelaksanaan tindakan Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu : a) Pertemuan I (1)
Guru menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
(2)
Guru memberi apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan materi awal.
(3)
Guru membagi kelas ke dalam delapan kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari lima siswa.
(4)
Guru memberi nomor kepala pada tiap siswa dan siswa bekerja dalam kelompok.
(5)
Guru memanggil satu nomor dan siswa yang nomornya dipanggil akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
(6)
Guru mengamati presentasi siswa dan memberi penilaian secara lisan.
(7)
Guru memberi tanggapan dan pada akhir pertemuan guru memberikan tugas rumah kepada siswa.
b) Pertemuan II (1)
Guru menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
(2)
Guru memberi apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan materi awal.
(3)
Guru mengajak siswa untuk memberikan jawaban atas tugas yang diberikan guru setelah selesai dicocokkan, tugas dikumpulkan pada guru.
(4)
Siswa kembali ke dalam kelompoknya untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru.
(5)
Guru mengingatkan siswa bahwa nomor kepala individu masih sama dengan nomor kepala pada pertemuan pertama.
(6)
Guru memanggil satu nomor dan siswa yang nomornya dipanggil akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
(7)
Guru mengamati presentasi siswa dan memberi penilaian.
(8)
Guru memberikan tanggapan dan pada akhir pertemuan guru memberikan tugas rumah kepada siswa.
c) Pertemuan III (1)
commit to user
Guru menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
(2)
Siswa mengumpulkan tugas rumah yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya.
(3)
Guru memberikan tes individual.
(4)
Guru mengamati pelaksanaan tes agar hasil tes dapat mencerminkan kemampuan individual siswa.
(5)
Setelah tes
dilaksanakan,
guru
membahas
tes
yang telah
dilaksanakan bersama dengan siswa. 3)
Tahap observasi Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan kelas. Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan atas hasil dari pelaksanaan tindakan yang meliputi diskusi kelompok dan penilaian terhadap tugas rumah yang diberikan.
4)
Tahap refleksi Pada
tahap
refleksi
dilakukan
analisis
terhadap
pelaksanaan
proses
pembelajaran dan hasil penguasaan materi (nilai tes). Data yang diperoleh dari siklus I kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki pembelajaran melalui siklus II.
b.
Rancangan siklus II Rencana penelitian tindakan kelas pada siklus II ini disesuaikan dengan kekurangan yang ditemui pada siklus I, sehingga rencana tindakan kelas siklus II bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II juga dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Materi yang dipelajari adalah kelanjutan dari materi pada siklus I.
c.
Rancangan siklus III Rencana penelitian tindakan kelas pada siklus III ini disesuaikan dengan kekurangan yang ditemui pada siklus II, sehingga rencana tindakan kelas siklus III bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II. Pelaksanaan siklus III juga dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Materi yang dipelajari adalah mengulang materi pada siklus sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1.
Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Karanganyar
SMK Negeri 1 Karanganyar berdiri pada tanggal 7 November 1963 dengan mendapat SK MENDIKBUD No.974/ B-3/ Kedj. Dahulu dikenal dengan sebutan SMEA. Pertama kali berdiri sekolah ini, dikepalai oleh bapak Soekamto. Sekolah ini mengalami perubahan nama berulang-ulang dari STM, SMKK, SMEA, SMPS dan akhirnya sekarang menjadi nama SMK. Meskipun sering mengalami perubahan nama, masyarakat tetap familiar dengan keberadaan SMK ini. Sehingga, sering dissebut dengan istilah lama yaitu SMEA. a. Perkembangan Sekolah
Pada tahun 1070 an, SMK Negeri 1 Karanganyar hanya mempunyai 2 program jurusan, yaitu tata buku dan tata perusahaan. Kemudian pada tahun 1976, ada penambahan program jurusan, yaitu tata niaga. Seiring dengan perkembangan jaman, nama program jurusan itupun berubah-ubah. Karena kemajuan teknologi dan tututan jaman, serta harapan masyarakat, maka SMK Negeri 1 Karanganyar memperbanyak program kejuruan, yaitu tata busana. Pada tahun 2000 an, program jurusan yang ditawarkan di SMK Negeri 1 Karanganyar menjadi 5 jurusan, yaitu program keahlian bisnis dan manajemen yang meliputi 3 program khusus yaitu akuntansi (dulu dikenal dengan nama tata buku), sekretaris (tata usaha), dan penjulan (tata niaga). Program keahlian tata busana, dan program teknologi informasi yaitu multimedia. Dengan tersedianya berbagai jurusan, maka peminat siswa yang ingin melanjutkan ke SMK Negeri 1 Karanganyar juga semakin banyak.
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Tahun 2008, SMK Negeri 1 Karanganyar semakin mampu menciptakan daya saing yang kuat, dengan membuka jurusan baru lagi, yaitu usaha perjalanan wisata. b. Nama-Nama Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang pernah menjabat di SMK Negeri 1 Karanganyar adalah : 1) Drs. Simin Moeljodinoto 2) Drs. Moerjadji 3) Soerdjadi, B.A 4) Drs. Soewardi 5) Drs. Casudi, M.Pd. 6) Tenang Pranata, S.Pd., M.Pd.
2.
Keadaan Lingkungan Belajar
Secara geografis, SMK Negeri 1 Karanganyar terletak di tengah kota Karangayar, tepatnya terletak di Jalan Monginsidi, Kelurahan Tegalgede, Kabupaten Karanganyar. Sebelah barat SMK Negeri 1 Karanganyar terdapat MAN Karanganyar, sebelah utara terdapat MI Karanganyar, sebelah timur terdapat SMK Wikarya dan SMK BK, dan sebelah selatan terdapat pertokoan dan rumah warga. Letak SMK Negeri 1 Karanganyar yang strategis membuat sekolah ini mudah dijangkau oleh kendaraan umum dari berbagai jurusan, sehingga memudahkan siswa untuk menuju ke sekolah. Masyarakat juga merespon dengan baik SMK ini karena merupakan satu-satunya SMK Negeri yang ada di Karanganyar yang juga sudah menerapkan sistem Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Secara umum, keadaan lingkungan SMK Negeri 1 Karanganyar adalah sekolah yang asri dan bersih. Hal ini ditunjang adanya kegiatan Jumat bersih yang dilakukan oleh semua anggota sekolah setiap satu minggu sekali untuk membersihkan seluruh wilayah sekolah. Di setiap sudut bangunan terdapat pohon rindang dan juga tumbuhan lain yang sangat terawat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Keadaan kelas pada umumnya sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang pembelajaran yang sangat memadai (sesuai standar RSBI), yaitu berupa inventaris kelas seperti whiteboard, meja, kursi, LCD, screen, dll. Karanganyar
Untuk penempatan ruang belajar siswa, SMK Negeri 1 menerapkan
sistem
moving
class,
sehingga
ruang
pembelajaran siswa berganti-ganti tempat atau ruang kelasnya. Pergantian ini dilakukan ketika terjadi pergantian mata pelajaran sesuai jadwal yang ditentukan. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran siswa SMK Negeri 1 Karanganyar menyediakan laboratorium dan perpustakaan. Dengan adanya berbagai fasilitas yang lengkap diharapkan KBM di SMK Negeri 1 Karanganyar dapat berjalan dengan maksimal.
3.
Visi, Misi, dan Tujuan SMK Negeri 1 Karanganyar a. Visi Mewujudkan SMK yang di percaya oleh masyarakat sebagai lembaga diklat yang unggul serta mampu menjawab tantangan dalam perubahan di era global. b. Misi 1) Membekali peserta diklat dengan kompetensi yang memadai sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu berwirausaha. 2) Membekali peserta diklat agar memiliki etos kerja yang tinggi dan berbudi pekerti yang luhur. c. Tujuan
1) Menyiapkan siswa menjadi insan cerdas, terampil dan kompetitif untuk memasuki lapangan kerja, memilih karir dan mampu mengembangkan diri sesuai bidang keahliannya. 2) Menyiapkan siswa memungkinkan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 B. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal di kelas untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan dan mengidentifikasi masalahmasalah yang muncul selama proses pembelajaran akuntansi. Observasi awal peneliti dilakukan pada hari Rabu tanggal 15 Februari 2012 di ruang 2 kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Hasil dari observasi awal tersebut adalah : 1.
Minat belajar siswa dan motivasi diri siswa yang masih rendah. Rendahnya minat belajar siswa terlihat dari kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, khususnya siswa yang duduk di bangku belakang karena guru juga kurang memperhatikan siswa yang ramai di bangku belakang. Motivasi diri siswa untuk berkembang yang rendah juga terlihat dari banyak siswa yang lupa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru pada pertemuan yang lalu. Siswa juga belum mau berusaha untuk mencari tahu materi yang belum ia pahami baik dari buku-buku maupun dari teman sebaya. Hal ini mengakibatkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang akan berimbas dengan rendahnya hasil belajar kognitif siswa. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat memotivasi siswa untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga hasil belajar kognitif siswa juga akan meningkat. Guru dapat menjelaskan tujuan dan arti penting mempelajari akuntansi khususnya pada pokok bahasan yang akan dipelajari sehingga siswa memiliki cara pandang yang positif dan termotivasi untuk meningkatkan minat belajar. Guru juga sebaiknya menegur siswa yang ramai dan lebih memperhatikan siswa yang duduk di bangku belakang.
2.
Masih terpakunya pembelajaran pada buku pegangan sekolah. Selama ini siswa hanya menggunakan buku pegangan dari sekolah saja. Kurangnya motivasi siswa untuk berkembang membuat siswa belum mau mencari sumber lain untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi yang diajarkan. Siswa hanya mengerjakan soal-soal yang ada pada buku pegangan sekolah, guru juga belum banyak memberikan latihan soal dari buku lain. Hal ini membuat siswa kurang dapat menguasai materi dengan baik sehingga hasil belajar kognitif siswa juga masih rendah. Dengan demikian guru dituntut untuk dapat memberikan latihan soal yang lebih banyak dari sumber lain. Guru juga dapat
user memotivasi siswa agar mencaricommit sumbertolain selain buku pegangan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 3.
Penggunaan metode belajar yang kurang bervariasi. Metode pembelajaran yang digunakan guru saat menyampaikan materi pelajaran adalah metode ceramah monoton dan menggunakan model kooperatif. Meskipun dalam pembelajaran guru sudah menggunakan model kooperatif untuk meningkatkan minat belajar siswa, namun model dan metode yang digunakan guru dirasa belum efektif karena masih banyak siswa yang ramai saat guru meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok, selain itu hanya beberapa siswa saja yang mendominasi kelompok sedangkan siswa yang lainnya hanya diam dan menunggu jawaban dari teman satu kelompoknya. Saat presentasi guru hanya menyuruh perwakilan kelompok yang menjelaskan hasil pembahasan kelompoknya, sehingga siswa yang tidak ikut mengerjakan soal kelompok juga tidak akan disuruh maju oleh kelompoknya. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat banyak banyak siswa yang belum memahami materi dan siswa yang belum memahami materi akan semakin tidak paham.
4.
Hasil belajar kognitif siswa yang masih rendah. Berdasarkan observasi awal peneliti, hasil belajar kognitif siswa kelas X.2 masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari tabel berikut
Tabel 6. Hasil Tes Awal Siswa
Nilai 75-100 50-74 25-49
Jumlah Siswa 8 23 9 40
Prosentase 20% 57,50% 22,50% 100%
Tabel hasil tes awal siswa menunjukkan bahwa terdapat 32 siswa (80%) yang belum tuntas atau belum memenuhi standar KKM yaitu 75 sedangkan hanya 8 siswa (20%) yang sudah tuntas atau sudah memenuhi standar KKM yaitu 75. Nilai rata-rata kelas pada tes awal siswa yaitu 58,38. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar yang dilakukan belum optimal dan belum mencapai tujuan yang diharapkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Penelitian yang dilakukan peneliti kali ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : 1. Perencanaan tindakan. 2. Pelaksanaan tindakan. 3. Observasi. 4. Refleksi 1.
Siklus I Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus I melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2012 di kantor guru SMK Negeri 1 Karanganyar. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan kemudian disepakati bahwa penelitian siklus I akan dilaksanakan dalam tiga pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012, hari Sabtu tanggal 3 Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 7 Maret 2012. Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1)
Peneliti bersama guru mata pelajaran terkait mendiskusikan skenario pembelajaran akuntansi dengan materi pelajaran mengelola dana kas bank dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Skenario pembelajaran yang disusun sebagai berikut :
a)
Pertemuan pertama (Rabu, 29 Februari 2012) (1)
Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
(2)
Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek
kesiapan
siswa
pembelajaran.
commit to user
dalam
mengikuti
proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 (3)
Guru bersama peneliti membuka pelajaran dengan memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang rekonsiliasi bank.
(4)
Guru bersama peneliti menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir dan cakupan materi yang akan dipelajari.
(5)
Guru bersama peneliti menggiring siswa dengan cerita yang berhubungan dengan materi.
(6)
Guru bersama peneliti menjelaskan garis besar penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas kepada siswa.
(7)
Siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank dan tujuan rekonsiliasi bank.
(8)
Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan tiap kelompok terdiri dari lima siswa.
(9)
Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas pada kelompoknya.
(10) Guru
bersama
mendiskusikan
peneliti tugas
memberikan yang
diberikan
soal
dan
guru
siswa bersama
kelompoknya. (11) Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang
nomornya
ditunjuk
menyampaikan
hasil
kerja
kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator. (12) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat pembelajaran kelompok. (13) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. (14) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. (15) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran
commit to user
yang telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 (16) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (17) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. (18) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. (19) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. (20) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. b)
Pertemuan kedua (Sabtu, 3 Maret 2012) (1)
Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
(2)
Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek
kesiapan
siswa
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran. (3)
Siswa bersama guru mengulang pembelajaran pada pertemuan sebelumnya secara singkat.
(4)
Siswa secara acak menjawab tugas yang diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya kemudian guru memberikan jawaban yang benar.
(5)
Siswa bersama guru menyebutkan bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, merangkai cara untuk mengecek kebenaran pencatatan kas perusahaan dan bank, mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas perusahaan dan bank, dan menyajikan laporan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar.
(6)
Guru bersama peneliti mempersilakan siswa untuk berformasi dalam
kelompoknya
masing-masing
sesuai
pertemuan
sebelumnya. (7)
Guru bersama peneliti memberitahukan bahwa nomor kepala yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya.
(8)
Guru
bersama
mendiskusikan
peneliti tugas
memberikan yang
commit to user
kelompoknya.
diberikan
soal
dan
guru
siswa bersama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 (9)
Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator.
(10) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat pembelajaran kelompok. (11) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. (12) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. (13) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. (14) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (15) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. (16) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. (17) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. (18) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. (19) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. c)
Pertemuan ketiga (Rabu, 7 Maret 2012) (1)
Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
(2)
Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek
kesiapan
siswa
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran. (3)
Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan soal tes individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 (4)
Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan lembar jawaban kepada siswa.
(5)
Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan.
(6)
Guru bersama peneliti mengawasi jalannnya tes dengan baik agar hasil tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa.
(7)
Siswa mengumpulkan lembar jawab soal tes individu.
(8)
Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes individu.
(9)
Guru bersama peneliti membahas jawaban satu per satu untuk menguatkan pemahaman siswa.
(10) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. (11) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. (12) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. (13) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. 2)
Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi rekonsiliasi bank.
3)
Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian berupa : a) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru. b) Menyiapkan soal tes dan tugas yang akan diberikan pada siswa sebagai penilaian ketuntasan belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari rancangan atau skenario pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama guru mata pelajaran terkait. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012, hari Sabtu tanggal 3 Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 7 Maret 2012 di ruang 2 kelas X.2. Pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 9x45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan siklus I ini
commit to user
adalah mengenai rekonsiliasi bank.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Pada
pertemuan
pertama
guru
mengawali
pelajaran
dengan
mengenalkan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Siswa antusias dengan adanya model pembelajaran baru kemudian siswa bersama guru merangkai konsep tentang pengertian dan tujuan rekonsiliasi bank bersama siswa. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan lima orang di setiap kelompoknya untuk menjawab soal yang diberikan guru. Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas tiap kelompok. Apabila waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal telah habis, guru memanggil satu nomor kepala untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas. Siswa yang lain dapat memberikan tanggapan atau pertanyaan atas presentasi yang dilakukan oleh salah satu anggota kelompok. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa agar setiap siswa lebih aktif dalam kerja kelompok. Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas pada siswa yang harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Meskipun beberapa siswa kurang antusias, namun guru kembali menegaskan bahwa penugasan berfungsi untuk menguatkan pemahaman siswa tentang materi yang dibahas. Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran melanjutkan materi pada pertemuan pertama, namun sebelum pelajaran dilanjutkan guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah tugas pertemuan sebelumnya selesai dibahas, siswa dibagi lagi ke dalam kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa juga bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru. Setelah selesai berdiskusi, siswa yang nomor kepalanya dipanggil oleh guru akan mempresentasikan jawaban kelompoknya
ke depan kelas. Pada akhir
pertemuan guru memberikan tugas pada siswa yang harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya kemudian siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. Pertemuan terakhir di siklus I diisi dengan pemberian ulangan akhir siklus I. Hal ini dilakukan sebagai evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dari siklus I. Pada akhir pembelajaran, siswa mengumpulkan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1)
Pertemuan pertama (Rabu, 29 Februari 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa. b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Guru membuka pelajaran dengan memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang rekonsiliasi bank. d) Guru menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir dan cakupan materi yang akan dipelajari. e) Guru menggiring siswa dengan cerita yang berhubungan dengan materi. f) Guru bersama peneliti menjelaskan garis besar penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas kepada siswa. g) Siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank dan tujuan rekonsiliasi bank. h) Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan tiap kelompok terdiri dari lima siswa. i) Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas pada kelompoknya. j) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan tugas yang diberikan guru
bersama
kelompoknya.
Waktu
yang
diberikan
untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit. k) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 2, sehingga siswa bernomor kepala 2 ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu 30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi tanggapan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 l) Guru
mengidentifikasi
masalah
yang
dihadapi
siswa
saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar siswa. m) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. n) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. o) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. p) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. q) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di pertemuan selanjutnya. r) Guru menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. s) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. t) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. 2)
Pertemuan kedua (Sabtu, 3 Maret2012) a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa. b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Siswa bersama guru mengingat kembali materi yang telah disampaikan guru pada pertemuan sebelumnya. d) Siswa bersama guru menjawab tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab tugas yang diberikan guru kemudian guru akan memberikan jawaban yang benar dari tugas tersebut. e) Siswa bersama guru menyebutkan bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, merangkai cara untuk mengecek kebenaran pencatatan kas perusahaan
commit to user
dengan bank, dan mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 perusahaan dan bank, menyajikan laporan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar pada buku paket. Guru memberikan kesempatan pada
siswa
untuk
mengemukakan
pendapat
kemudian
guru
memberikan kesimpulan dari pendapat siswa. f) Guru mempersilakan siswa untuk berformasi kembali dalam kelompoknya masing-masing sesuai pertemuan sebelumnya. g) Guru memberitahukan bahwa nomor kepala yang digunakan masih sama dengan nomor kepala yang digunakan pada pertemuan sebelumnya. h) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan soal yang diberikan guru
bersama
kelompoknya.
Waktu
yang
diberikan
untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit. Guru mengamati jalannya kerja kelompok dan memberikan bimbingan serta arahan, juga membantu siswa dalam memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa. i) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 4, sehingga siswa bernomor kepala 4 ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu 30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi tanggapan. j) Guru
mengidentifikasi
masalah
yang
dihadapi
siswa
saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar siswa. k) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. l) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. m) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah
commit to user
dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 n) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. o) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di pertemuan selanjutnya. p) Guru
menginformasikan
bahwa
pertemuan
selanjutnya
akan
dilaksanakan ulangan harian siklus I. q) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. r) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. s) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. 3)
Pertemuan ketiga (Rabu, 7 Maret 2012) a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa. b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan tes individu/ soal ulangan harian siklus I. d) Siswa yang mengerjakan ulangan lebih dulu adalah siswa bernomor urut genap. e) Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan lembar jawaban kepada siswa. f) Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan. Guru mengingatkan siswa untuk selalu berlaku jujur dalam mengerjakan tes individu. g) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya tes dengan baik agar hasil tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. h) Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa mengumpulkan lembar jawab kepada guru dan tes dilanjutkan oleh peserta bernomor urut ganjil. i) Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes individu. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab hasil tes individu yang telah dikerjakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 j) Guru membahas soal tes individu satu per satu untuk lebih menguatkan pemahaman siswa. k) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di pertemuan selanjutnya. l) Guru menginformasikan materi pelajaran pada pertemuan selanjutnya. m) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. n) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. c. Observasi Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan materi mengelola dana kas bank menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas di kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran terkait, yaitu ibu Endang Mardiyati,S.Pd. Hal ini dilakukan agar peneliti dan guru dapat bersama-sama mengamati langsung proses pembelajaran akuntansi materi mengelola dana kas bank. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu, 29 Februari 2012. Guru mengawali pembelajaran dengan mengenalkan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Pembelajaran dilanjutkan oleh siswa bersama guru dengan merangkai pengertian dan tujuan dilakukannnya rekonsiliasi bank, transaksi-transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan dan saldo kas di bank, serta penyebab terjadinya selisih kas menurut catatan perusahaan dan bank. Selama proses pembelajaran, kelas dibagi menjadi delapan kelompok untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru selanjutnya setiap siswa diberikan nomor kepala sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Guru memanggil satu nomor untuk mempresentasikan jawaban yang telah diperolehnya dari kerja kelompok. Guru juga menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa secara jelas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk siswa yang akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu, 3 Maret 2012.
commit to user
Pelaksanaan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 namun sebelum pelajaran dilanjutkan guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa bersama guru mengecek kebenaran pencatatan kas perusahaan dan bank, mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas antara rekening koran bank dan catatan perusahaan, menyebutkan bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan menyusun laporan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) digunakan kembali saat melakukan kerja kelompok. Nomor kepala yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya. Guru menguatkan kembali jawaban siswa dengan jelas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk siswa yang akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya kemudian siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 7 Maret 2012. Pertemuan ketiga
dilakukan
peneliti
bersama
guru
untuk mengadakan
evaluasi
pembelajaran dari siklus I. Pada akhir pembelajaran siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I. Dari kegiatan tersebut, deskripsi secara rinci tentang jalannya proses pembelajaran akuntansi pada materi mengelola dana kas bank dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas telah dijelaskan dalam pelaksanaan tindakan I. Berdasarkan hasil pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, diperoleh gambaran sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Tabel 7. Nilai Siklus I
Rentang Nilai
≥ 97 86-96 75-85 64-74 53-63 42-52 ≤ 41 Total
Tugas 1
Jumlah Siswa
31 9
40
Tugas 2
Jumlah Siswa 7 26 77,50% 22,50% 7 %
100%
40
%
17,50% 65,00% 17,50%
100%
Ulangan Harian Hasil Belajar Akhir Jumlah Jumlah % % Siswa Siswa 6 15,00% 3 7,50% 9 22,50% 13 32,50% 11 27,50% 14 35,00% 6 15,00% 7 17,50% 4 10,00% 2 5,00% 3 7,50% 1 2,50% 1 2,50% 40 100% 40 100%
Keterangan : Kolom tugas 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tugas 1 adalah 89,45 dengan seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu 75, namun belum ada siswa yang mendapat nilai di atas 96. Hal ini disebabkan karena siswa kurang antusias dengan tugas yang diberikan guru sehingga hasil yang diperoleh siswa belum sempurna. Selain itu pemahaman siswa terhadap materi masih kurang sehingga siswa masih kesulitan mengerjakan tugas dari guru. Kolom tugas 2 menunjukkan bahwa seluruh siswa juga mendapatkan nilai di atas KKM. Dalam kolom ini juga diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa karena rata-rata nilai tugas 2 adalah 92,95 dan pada tugas 2 terdapat tujuh siswa yang mendapatkan nilai di atas 96. Peningkatan ini disebabkan karena guru memberikan motivasi pada siswa untuk terus berlatih melalui tugas yang diberikan. Penggunaan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) juga membuat siswa untuk lebih mudah memahami materi sehingga siswa lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Kolom ulangan harian akhir siklus I menunjukkan bahwa indikator keberhasilan belum dapat dicapai namun apabila dibandingkan dengan nilai pra
user siklus terdapat peningkatancommit nilai daritopra siklus ke siklus 1. Nilai ulangan harian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 pra siklus menunjukkan bahwa terdapat 8 siswa (20%) yang mendapat nilai di atas KKM sedangkan 32 siswa (80%) mendapat nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata 58,38 sedangkan pada siklus I terdapat 26 siswa (65 %) yang nilainya di atas KKM sedangkan 14 siswa (35%) nilainya masih berada di bawah KKM dengan nilai rata-rata 77,21. Peningkatan ini terjadi karena pemahaman siswa lebih meningkat dari sebelumnya dan siswa telah terbiasa mengerjakan soal-soal melalui tugas sehingga hal itu semakin memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengerjakan soal ulangan dengan baik dan benar. Siswa yang belum tuntas disebabkan karena siswa tersebut belum bersungguhsungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pemahaman materi yang masih kurang sehingga siswa tersebut masih kesulitan dalam mengerjakan soal ulangan yang diberikan guru. Kolom hasil belajar diperoleh dari rata-rata nilai tugas dengan nilai ulangan harian akhir siklus I. Kolom tersebut menunjukkan bahwa 30 siswa (75%) telah mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 10 siswa (25%) masih berada di bawah KKM dengan nilai rata-rata 81,87. Siswa yang masih mendapat nilai dibawah KKM disebabkan karena siswa tersebut belum memahami pelajaran dengan baik dan belum bersungguh-sungguh dalam pembelajaran. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar kognitif. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas, jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM adalah 8 siswa (20%) sedangkan 32 siswa (80%) mendapatkan nilai di bawah KKM. Namun, setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas terdapat peningkatan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar kognitif. Berdasarkan nilai hasil belajar siswa diketahui bahwa terdapat 30 siswa (75%) yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan hanya 10 siswa (25%) yang masih mendapat nilai di bawah KKM. Indikator keberhasilan yang belum tercapai pada siklus I akan diperbaiki
commit to user
pada siklus selanjutnya. Peneliti akan melaksanakan siklus II sebagai kelanjutan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 dari siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Selain itu pelaksanaan siklus II juga bertujuan untuk mencapai indikator keberhasilan (80%) yang telah ditetapkan dan memberikan penguatan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat benar-benar meningkatkan hasil belajar kognitif siswa sehingga peningkatan hasil belajar tidak hanya pada satu siklus pembelajaran, namun hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan pada siklus pembelajaran selanjutnya yaitu pada siklus II. Peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil observasi untuk digunakan sebagai bahan acuan dalam memperbaiki pelaksanakan proses pembelajaran berikutnya. Analisis yang diperoleh peneliti adalah : 1)
Kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus I a) Guru tidak terlalu banyak mengulang menjelaskan materi karena siswa sudah sedikit memahami materi melalui kelompok dan penugasan yang diberikan guru. b) Guru dapat dengan mudah menggiring siswa kepada jawaban yang benar karena siswa sudah memperoleh gambaran tentang materi melalui kelompok.
2)
Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus I a) Kontrol guru dalam proses pembelajaran di kelas masih kurang, terbukti dengan guru belum mengingatkan siswa yang ramai di kelas. b) Guru belum memperhatikan proses kegiatan kelompok secara baik karena guru belum terlihat banyak berkeliling untuk mengecek kegiatan kelompok yang dilakukan siswa. c) Guru belum dapat memantau sepenuhnya tugas siswa karena pengumpulan tugas dapat dilakukan pada akhir pembelajaran.
3)
Kelebihan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus I a) Siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi karena materi sudah dipahami dalam kelompok dan akan dilakukan penguatan kembali oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 b) Keberanian siswa dapat lebih ditingkatkan karena siswa yang maju untuk presentasi ditunjuk oleh guru sesuai dengan nomor kepala yang dimilikinya. 4)
Kelemahan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus I a) Masih terdapat siswa yang pasif dalam kelompok dan belum memaksimalkan kegiatan dalam kelompok. b) Minat belajar siswa masih rendah karena masih banyak siswa yang mengerjakan tugas pada saat jam pelajaran belum di mulai. Berdasarkan observasi dan analisis tersebut maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah; 1) Guru harus lebih mengontrol pembelajaran di kelas dengan mengingatkan siswa yang ramai agar tercipta suasana belajar yang lebih kondusif. 2) Guru dapat berkeliling saat kegiatan kelompok untuk mengecek kegiatan kelompok yang dilakukan siswa, guru juga dapat membantu kesulitan siswa secara intensif dalam setiap kelompok. 3) Guru dapat memantau tugas siswa dengan memberikan pertanyaan pada siswa yang dirasa belum memahami materi dengan baik saat membahas tugas pertemuan sebelumnya maupun saat kegiatan akhir, pengumpulan tugas juga sebaiknya dilakukan pada awal pembelajaran. 2.
Siklus II Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus II melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 Maret 2012 di kantor guru SMK Negeri 1 Karanganyar. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan kemudian disepakati bahwa penelitian siklus II akan dilaksanakan dalam tiga pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012, hari Sabtu tanggal 31 Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 4 April 2012. Tahap perencanaan tindakan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut : 1)
Peneliti bersama guru mata pelajaran terkait mendiskusikan skenario
commit to user
pembelajaran akuntansi dengan materi pelajaran mengelola dana kas bank
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Skenario pembelajaran yang disusun sebagai berikut : a) Pertemuan pertama (Rabu, 28 Maret 2012) (1)
Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
(2)
Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek
kesiapan
siswa
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran. (3)
Guru bersama peneliti membuka pelajaran dengan memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang rekonsiliasi bank.
(4)
Guru bersama peneliti menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir dan cakupan materi yang akan dipelajari.
(5)
Guru bersama peneliti menggiring siswa dengan cerita yang berhubungan dengan materi.
(6)
Siswa bersama guru merangkai pengertian dan tujuan rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan dan saldo kas perusahaan di bank, penyebab terjadinya selisih kas menurut catatan perusahaan dan bank, mengecek dan mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas rekening koran dan catatan perusahaan, bentuk rekonsiliasi, perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar dan menurut catatan perusahaan.
(7)
Siswa dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan tiap kelompok terdiri dari empat siswa. Perubahan banyaknya kelompok dari siklus I yang tiap kelompok terdiri dari 5 siswa ke siklus II yang tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dilakukan guru untuk meningkatkan fokus siswa terhadap pelajaran yang dibahas selain itu juga mempertinggi keterlibatan siswa dalam kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 kelompok sehingga akan lebih meningkatkan hasil belajar siswa. (8)
Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas pada kelompoknya.
(9)
Guru
bersama
mendiskusikan
peneliti tugas
memberikan yang
soal
diberikan
dan
guru
siswa bersama
kelompoknya, siswa bekerja dalam kelompok. (10) Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang
nomornya
ditunjuk
menyampaikan
hasil
kerja
kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator. (11) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat pembelajaran kelompok. (12) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. (13) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. (14) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. (15) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (16) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. (17) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. (18) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. (19) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. b)
Pertemuan kedua (Sabtu, 31 Maret 2012) (1)
Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran
commit to user
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 (2)
0Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
(3)
Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
(4)
Siswa bersama guru mengulang pembelajaran pada pertemuan sebelumnya secara singkat.
(5)
Siswa secara acak menjawab tugas yang diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya kemudian guru memberikan jawaban yang benar.
(6)
Guru bersama peneliti mempersilakan siswa untuk berformasi dalam
kelompoknya
masing-masing
sesuai
pertemuan
sebelumnya. (7)
Guru bersama peneliti memberitahukan bahwa nomor kepala yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya.
(8)
Guru
bersama
mendiskusikan
peneliti tugas
memberikan yang
diberikan
soal
dan
guru
siswa bersama
kelompoknya. (9)
Guru bersama peneliti menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator.
(10) Guru bersama peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa saat pembelajaran kelompok. (11) Guru bersama peneliti memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. (12) Guru bersama peneliti menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. (13) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. (14) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (15) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas
commit to user
hasil belajar yang telah dicapai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 (16) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. (17) Guru bersama peneliti memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. (18) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. c)
Pertemuan ketiga (Rabu, 4 April 2012) (1)
Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa.
(2)
Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek
kesiapan
siswa
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran. (3)
Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
(4)
Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan soal tes individu.
(5)
Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan lembar jawaban kepada siswa.
(6)
Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan.
(7)
Guru bersama peneliti mengawasi jalannnya tes dengan baik agar hasil tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa.
(8)
Siswa mengumpulkan lembar jawab soal tes individu.
(9)
Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes individu.
(10) Guru bersama peneliti membahas jawaban satu per satu untuk menguatkan pemahaman siswa. (11) Guru bersama peneliti memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. (12) Guru bersama peneliti menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. (13) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. 2) Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
commit to user
(RPP) untuk materi rekonsiliasi bank.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 3) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian berupa : a) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru. b) Menyiapkan soal tes dan tugas yang akan diberikan pada siswa sebagai penilaian ketuntasan belajar siswa. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari rancangan atau skenario pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama guru mata pelajaran terkait. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012, hari Sabtu tanggal 31 Maret 2012, dan hari Rabu tanggal 4 April 2012 di ruang 2 kelas X.2. Pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 9x45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan siklus I ini adalah mengenai rekonsiliasi bank. Pada pertemuan pertama guru bersama siswa mengawali pelajaran dengan merangkai konsep tentang pengertian rekonsiliasi bank, tujuan rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan dan saldo kas perusahaan di bank, penyebab terjadinya selisih kas menurut catatan perusahaan dan bank, mengecek dan mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas antara rekening koran dan catatan perusahaan, bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan menjelaskan perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar dan ke arah saldo normal perusahaan. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan empat orang di setiap kelompoknya untuk menjawab soal yang diberikan guru. Setiap siswa diberikan nomor kepala sebagai identitas tiap kelompok. Pada saat diskusi kelompok, guru berkeliling untuk mengecek keadaan siswa tiap kelompok, apabila terdapat kesulitan guru akan membantu menggiring siswa ke arah pemecahan masalah. Saat waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal telah habis, guru memanggil satu nomor kepala untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas. Siswa yang lain dapat memberikan tanggapan atau pertanyaan atas presentasi yang dilakukan oleh salah satu anggota kelompok. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa agar setiap siswa
commit to user
lebih aktif dalam kerja kelompok. Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 pada siswa yang harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran melanjutkan materi pada pertemuan pertama, namun sebelum pelajaran dilanjutkan guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas pertemuan pertama kemudian siswa bersama guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah tugas pertemuan sebelumnya selesai dibahas, siswa dibagi lagi ke dalam kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa juga bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru. Setelah selesai berdiskusi, siswa yang nomor kepalanya dipanggil oleh guru akan mempresentasikan jawaban kelompoknya ke depan kelas. Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas pada siswa yang harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan terakhir di siklus II diisi dengan pemberian ulangan akhir siklus II. Hal ini dilakukan sebagai evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dari siklus I namun sebelum ulangan akhir dilaksanakan siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1)
Pertemuan pertama (Rabu, 28 Maret 2012) a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa. b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Guru membuka pelajaran dengan memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang rekonsiliasi bank. d) Guru menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir dan cakupan materi yang akan dipelajari. e) Guru menggiring siswa dengan cerita yang berhubungan dengan materi. f) Siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank, tujuan rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan dan saldo kas perusahaan di bank, penyebab terjadinya selisih kas menurut catatan perusahaan dan bank, mengecek dan mengidentifikasi
commit to user
penyebab terjadinya selisih kas antara rekening koran dan catatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 perusahaan, bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan menjelaskan perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar dan ke arah saldo normal perusahaan. g) Siswa dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan tiap kelompok terdiri dari empat siswa. h) Setiap siswa diberikan nomor sebagai identitas pada kelompoknya. i) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan tugas yang diberikan guru
bersama
kelompoknya.
Waktu
yang
diberikan
untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit. Guru mengamati jalannya kerja kelompok dan memberikan bimbingan serta arahan, juga membantu siswa dalam memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa. j) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 3, sehingga siswa bernomor kepala 3 ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu 30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi tanggapan. k) Guru
mengidentifikasi
masalah
yang
dihadapi
siswa
saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar siswa. l) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. m) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. n) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. o) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. p) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah
commit to user
dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di pertemuan selanjutnya. q) Guru menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. r) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. s) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. 2)
Pertemuan kedua (Sabtu, 31 Maret 2012) a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa. b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. d) Guru mengulang materi pada pertemuan sebelumnya secara singkat. e) Siswa bersama guru menjawab tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab tugas yang diberikan guru kemudian guru akan memberikan jawaban yang benar dari tugas tersebut. f) Guru mempersilakan siswa untuk berformasi kembali dalam kelompoknya masing-masing sesuai pertemuan sebelumnya. g) Guru memberitahukan bahwa nomor kepala yang digunakan masih sama dengan nomor kepala yang digunakan pada pertemuan sebelumnya. h) Guru memberikan soal dan siswa mendiskusikan soal yang diberikan guru
bersama
kelompoknya.
Waktu
yang
diberikan
untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru adalah 60 menit. Guru mengamati jalannya kerja kelompok dan memberikan bimbingan serta arahan, juga membantu siswa dalam memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa. i) Guru menunjuk satu nomor kepala. Siswa yang nomornya ditunjuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya, siswa dari kelompok lain dapat bertanya atau dapat menyampaikan pendapatnya, guru menjadi fasilitator. Nomor kepala yang ditunjuk guru adalah nomor kepala 1,
commit to user
sehingga siswa bernomor kepala 1 ke depan kelas untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan waktu 30 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kelompok lain diminta memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi tanggapan. j) Guru
mengidentifikasi
masalah
yang
dihadapi
siswa
saat
pembelajaran kelompok sehingga dapat diketahui kesulitan belajar siswa. k) Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi dan membahas kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran kelompok. l) Guru menganalisa kemampuan individu secara klasikal dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan kepada siswa secara acak. m) Siswa diberikan kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. n) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. o) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di pertemuan selanjutnya. p) Guru
menginformasikan
bahwa
pertemuan
selanjutnya
akan
dilaksanakan ulangan harian siklus II. q) Guru memberi tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. r) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. 3)
Pertemuan ketiga (Rabu, 4 April 2012) a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengkondisikan kebersihan kelas, berdoa, mengucapkan salam pembuka, menyanyikan lagu nasional, dan melakukan presensi kehadiran siswa. b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Siswa mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. d) Guru menyampaikan aturan dalam mengerjakan tes individu/ soal ulangan harian siklus II. e) Siswa yang mengerjakan ulangan lebih dulu adalah siswa bernomor
commit to user
urut ganjil.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 f) Guru bersama peneliti membagikan soal tes individu dan lembar jawaban kepada siswa. g) Siswa mengerjakan soal tes individu secara mandiri sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan. Guru mengingatkan siswa untuk selalu berlaku jujur dalam mengerjakan tes individu. h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya tes dengan baik agar hasil tes individu dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. i) Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa mengumpulkan lembar jawab kepada guru dan tes dilanjutkan oleh peserta bernomor urut genap. j) Siswa bersama guru mengoreksi dan menganalisa hasil tes individu. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab hasil tes individu yang telah dikerjakan. k) Guru membahas soal tes individu satu per satu untuk lebih menguatkan pemahaman siswa. l) Guru memberikan motivasi dan reward atas hasil belajar yang telah dicapai siswa. Motivasi dan reward berfungsi untuk memberikan dan menambah semangat siswa untuk memperbaiki pembelajaran di pertemuan selanjutnya. m) Guru menginformasikan materi pelajaran pada pertemuan selanjutnya. n) Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan memberi salam. c. Observasi Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan materi mengelola dana kas bank menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas di kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran terkait, yaitu ibu Endang Mardiyati,S.Pd. Hal ini dilakukan agar peneliti dan guru dapat bersama-sama mengamati langsung proses pembelajaran akuntansi materi mengelola dana kas bank. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu, 28 Maret 2012. Pada pertemuan ini siswa bersama guru merangkai pengertian rekonsiliasi bank, tujuan rekonsiliasi bank, transaksi yang mempengaruhi saldo kas perusahaan dan saldo kas perusahaan di bank, penyebab terjadinya selisih kas menurut
commit to user
catatan perusahaan dan bank, mengecek dan mengidentifikasi penyebab
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 terjadinya selisih kas antara rekening koran dan catatan perusahaan, bentuk rekonsiliasi, perbedaan penyusunan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar dan menurut catatan perusahaan. Selama proses pembelajaran, kelas dibagi menjadi sepuluh kelompok untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru selanjutnya setiap siswa diberikan nomor kepala sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Guru memanggil satu nomor untuk mempresentasikan jawaban yang telah diperolehnya dari kerja kelompok. Guru juga menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa secara jelas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk siswa yang akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua yang dilakukan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya, namun sebelum melanjutkan proses pembelajaran, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya keudian siswa bersama guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa bersama guru mengecek kebenaran pencatatan kas perusahaan dan bank, mengidentifikasi penyebab terjadinya selisih kas antara rekening koran bank dan catatan perusahaan, menyebutkan bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan menyusun laporan rekonsiliasi bank ke arah saldo yang benar. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) digunakan kembali saat melakukan kerja kelompok. Nomor kepala yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya. Guru menguatkan kembali jawaban siswa dengan jelas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk siswa yang akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan ketiga yang dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012 digunakan peneliti bersama guru untuk mengadakan evaluasi pembelajaran dari siklus II. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada siklus II. Sebelumulangan akhir dilaksanakan siswa mengumpulkan tugas pertemuan sebelumnya. Dari kegiatan tersebut, deskripsi secara rinci tentang jalannya proses pembelajaran akuntansi pada materi mengelola dana kas bank dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas telah dijelaskan dalam
commit to user
pelaksanaan tindakan II.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Berdasarkan hasil pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai Siklus II
Ulangan Harian Tugas 1 Tugas 2 Akhir Rentang Nilai Jumlah Jumlah Jumlah % % % Siswa Siswa Siswa 32 80,00% 17 42,50% 31 77,50% ≥ 97 5 12,50% 17 42,50% 5 12,50% 86-96 4 10,00% 3 7,50% 2 5,00% 75-85 2 5,00% 64-74 2 5,00% 53-63 42-52 ≤ 41 40 100% 40 100% 40 100% Total
Hasil Belajar
Jumlah Siswa 20 14 3 3
50,00% 35,00% 7,50% 7,50%
40
100%
%
Keterangan : Kolom tugas 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tugas 1 adalah 96,38 dengan seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu 75. Hal ini disebabkan karena seluruh siswa antusias dengan tugas yang diberikan guru. Meskipun hasil yang diperoleh sudah di atas KKM namun siswa masih dapat meningkatkan pengerjaan nilai tugas agar bisa mendapatkan hasil yang sempurna. Kolom tugas 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tugas 2 adalah 96,77 dengan seluruh siswa juga mendapatkan nilai di atas KKM. Dalam kolom ini juga dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan minat belajar dan hasil belajar siswa karena pada tugas 2 ada 32 siswa yang mendapatkan nilai di atas 96. Peningkatan nilai tugas 2 dari tugas 1 disebabkan karena pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami materi sehingga siswa dapat commit to user lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Kolom ulangan harian akhir menunjukkan bahwa indikator keberhasilan sudah tercapai karena terdapat 36 siswa (90%) yang nilainya di atas KKM sedangkan hanya 4 siswa (10%) nilainya masih berada di bawah KKM dengan rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah 91,57. Terdapat peningkatan nilai ulangan harian akhir siklus II dengan siklus I. Hal ini diketahui dari nilai ulangan harian akhir siklus I yang menunjukkan 77,21. Peningkatan ini terjadi karena pemahaman siswa terhadap materi pelajaran juga meningkat sehingga siswa mampu mengerjakan ulangan dengan baik dan benar. Siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM disebabkan karena siswa masih belum mampu memahami materi pelajaran, selain itu ada juga siswa yang sakit dan terlalu sibuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler sekolah yang menyebabkan siswa masih kesulitan dalam mengerjakan ulangan yang diberikan guru. Kolom hasil belajar diperoleh dari nilai tugas dengan nilai ulangan harian akhir siklus II. Tabel tersebut menunjukkan bahwa 37 siswa (92,5%) telah mendapat nilai di atas KKM, sedangkan hanya 3 siswa (7,5%) masih berada di bawah KKM. Terdapat peningkatan hasil belajar siklus II dari siklus I dengan nilai rata-rata siklus I adalah 81,87 ke siklus II menjadi 93,23. Peningkatan tersebut disebabkan karena ratarata nilai tugas juga meningkat dan siswa menjadi lebih termotivasi dengan adanya tugas yang diberikan guru. Selain itu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered head Together (NHT) dengan pemberian tugas juga berhasil meningkatkan hasil belajar siswa karena pemahaman siswa terhadap materi juga meningkat. Tiga siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM disebabkan karena pemahaman siswa terhadap materi yang masih kurang, selain itu faktor kesehatan dan ekstra kurikuler juga membuat siswa masih kesulitan saat mengerjakan soal yang diberikan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar kognitif. Pada siklus I berdasarkan nilai hasil belajar siswa diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM adalah 30 siswa (75%) sedangkan 10 siswa (25%) mendapatkan nilai di bawah KKM. Namun, setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas digunakan kembali pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar kognitif. Berdasarkan nilai hasil belajar siswa diketahui bahwa terdapat 37 siswa (92,5%) yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan hanya 3 siswa (7,5%) yang masih mendapat nilai di bawah KKM. Pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar kognitif siswa sehingga hal ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil observasi untuk digunakan sebagai bahan acuan dalam memperbaiki pelaksanakan proses pembelajaran berikutnya. Analisis yang diperoleh peneliti adalah : 1)
Kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus II a) Guru tidak terlalu banyak mengulang menjelaskan materi karena siswa sudah sedikit memahami materi melalui kelompok dan penugasan yang diberikan guru. b) Guru dapat dengan mudah menggiring siswa kepada jawaban yang benar karena siswa sudah memperoleh gambaran tentang materi melalui kelompok.
2)
Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus II Guru dapat menyisipkan motivasi untuk siswa dalam pembelajaran agar siswa memiliki minat untuk berkembang dan meningkatkan hasil belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 3)
Kelebihan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus II a) Siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi karena materi sudah dipahami dalam kelompok dan akan dilakukan penguatan kembali oleh guru. b) Siswa juga mudah dalam memahami materi karena penugasan telah dilakukan siswa dengan baik, yaitu dikerjakan di luar jam pelajaran. c) Keberanian siswa dapat lebih ditingkatkan karena siswa yang maju untuk presentasi ditunjuk oleh guru sesuai dengan nomor kepala yang dimilikinya.
4)
Kelemahan siswa dalam melaksanakan pembelajaran siklus II Masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM baik nilai tugas maupun nilai ulangan, hal ini dikarenakan siswa tersebut kurang bersungguh-sungguh dalam pembelajaran dan ada juga siswa yang terlalu sibuk dengan ekstra kurikuler.
Berdasarkan observasi tersebut, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah : 1)
Guru harus lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran di kelas untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2)
Guru harus selalu memotivasi siswa agar siswa tidak hanya mencari bahan pelajaran dari buku yang diberikan sekolah namun juga mencari sumber lain untuk lebih meningkatkan hasil belajar.
D. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus
Kegiatan yang dilakukan setelah melakukan deskripsi tiap siklus adalah melakukan perbandingan hasil tindakan tiap siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang dicapai dari satu siklus ke siklus berikutnya. Perbandingan hasil tindakan tiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 Tabel 9. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus
Rentang
Nilai
Siklus I Jumlah % Siswa
≥ 97 86-96 75-85 64-84 53-63 42-52 ≤ 41 Total
35 30 25 20 15 10 5 0
31 9
77,50% 22,50%
40
100%
31
Siklus II Jumlah % Siswa 31 77,50% 5 12,50% 4 10,00%
40
Peningkatan Jumlah % Siswa 77,50% 31 -65,00% -26 -12,50% -5
100%
31
9 5
4 0 0
0 0
0 0
64-74
53-63
42-52
0 ≥ 97
86-96
75-85
siklus I
0 0 ≤ 41
siklus II
Gambar 5. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus
Tabel 9 dan gambar 5 menunjukkan perbandingan nilai tugas 1 siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan
nilai tugas 1 dari siklus 1 ke siklus I. Peningkatan dapat diketahui dari jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena pada siklus I belum ada siswa yang user II terdapat 31 siswa (77,50%) pada to siklus mendapat nilai ≥ 97 sedangkancommit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 mendapat nilai ≥ 97. Bila diprosentasekan peningkatan tersebut menunjukkan
77,50%. Pada siklus I terdapat 11 siswa yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 95 sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yang menunjukkan bahwa terdapat
mendapatt nilai sempurna. Nilai modus pada siklus I adalah 95 24 siswa yang mendapa sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 100. Tabel 10. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus
Rentang
Nilai
≥ 97 86-96 75-85 64-84 53-63 42-52 ≤ 41 Total
35 30 25 20 15 10 5 0
Siklus I Jumlah % Siswa 17,50% 7 65,00% 26 17,50% 7
Siklus II Jumlah % Siswa 32 80,00% 5 12,50% 3 7,50%
100%
40
Peningkatan Jumlah % Siswa 62,50% 25 -52,50% -21 -10,00% -4
40
100%
0 0
0 0
0 0
64-74
53-63
42-52
32
26
7
≥ 97
5
86-96
7 3
75-85
siklus I
siklus II
Gambar 6. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus commit to user
0 0 ≤ 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Tabel 10 dan gambar 6 menunjukkan perbandingan nilai tugas 2 siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan nilai tugas 2 dari siklus 1 ke siklus I. Peningkatan dapat diketahui dari jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena pada siklus I terdapat 7 siswa (17,50%) yang mendapat nilai ≥ 97 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 32 siswa (80%) yang mendapat nilai ≥ 97. Bila diprosentasekan peningkatan tersebut menunjukkan 62,50%. Pada siklus I terdapat 7 siswa (17,50%) yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 100. Meskipun pada siklus II nilai tertinggi juga 100 namun jumlah siswa yang memperoleh nilai tertinggi meningkat menjadi 21 siswa (52,50%). Nilai modus pada siklus I adalah 96 sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 100.
Tabel 11. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
Rentang
Nilai
≥ 97 86-96 75-85 64-84 53-63 42-52 ≤ 41 Total
Siklus I Jumlah % Siswa 6 15,00% 9 22,50% 11 27,50% 6 15,00% 4 10,00% 3 7,50% 1 2,50% 40 100%
Siklus II Jumlah % Siswa 17 42,50% 17 42,50% 2 5,00% 2 5,00% 2 5,00%
40
commit to user
100%
Peningkatan Jumlah % Siswa 11 27,50% 8 20,00% -9 -22,50% -4 -10,00% -2 -5,00% -3 -7,50% -1 -2,50%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
20
17
17
15
11 9
10
6
6
4
5
2
2
2
3 0
1 0
0 ≥ 97
86-96
75-85
64-74
siklus I
53-63
42-52
≤ 41
siklus II
Gambar 7. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
Tabel 11 dan gambar 7 menunjukkan perbandingan nilai ulangan harian akhir antara siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui
ir dari siklus 1 ke siklus I. bahwa ada peningkatan nilai ulangan harian akh akhir Peningkatan dapat diketahui dari jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena pada siklus I terdapat 6 siswa (15%) yang mendapat nilai ≥ 97 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 17 siswa (42,50%) yang mendapat nilai ≥ 97. Selain itu pada siklus I terdapat 9 siswa (22,50%) yang mendapat nilai 86-96 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 17 siswa (42,50%). Bila diprosentasekan maka terdapat kenaikan sebesar 47,50% pada nilai ulangan harian akhir siswa. Pada siklus I dan siklus II nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100. Nilai modus
pada siklus I adalah 75 sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 97.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
36
40
26 30
14
20
4
10 0
siklus I
siklus II
tuntas
tidak tuntas
Gambar 8. Perbandingan Ketuntasan Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus
ngan ketuntasan nilai ulangan harian perbandingan Gambar 8 menunjukkan perbandi akhir pada siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan nilai ulangan harian akhir dari siklus I ke siklus II. Pada
ntas atau di atas 75, tuntas siklus I terdapat 26 siswa (65%) yang mendapat nilai tu sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 36 siswa (90%). Tabel 12. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus
Rentang Nilai
≥ 97 86-96 75-85 64-74 53-63 42-52 ≤ 41 Total
Siklus I Jumlah % Siswa 7,50% 3 30,00% 12 37,50% 15 17,50% 7 5,00% 2 2,50% 1 40
100%
Siklus II Jumlah % Siswa 20 50,00% 14 35,00% 3 7,50% 3 7,50%
40 commit to user
100%
Peningkatan Jumlah % Siswa 42,50% 17 7,50% 3 -37,50% -15 -5,00% -2 -5,00% -2 -2,50% -1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
20 14
15
12 7 3
3
3
2 0
≥ 97
86-96
75-85
64-74
siklus I
53-63
1
0
42-52
0 0 ≤ 41
siklus II
Gambar 9. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus
Tabel 12 dan gambar 9 menunjukkan perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan
nilai ulangan harian akhir dari siklus 1 ke siklus I. Peningkatan dapat diketahui dari jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 97 karena pada siklus I hanya terdapat 3
siswa (7,50%) yang mendapat nilai ≥ 97 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 20 siswa (50%) yang mendapat nilai ≥ 97. Selain itu pada siklus I terdapat 12 siswa (30%) yang mendapat nilai 86-96 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 14 siswa (35%). Bila diprosentasekan maka terdapat kenaikan sebesar 50% pada hasil belajar siswa. Pada siklus I hanya terdapat 1 siswa (2,50%) yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 98,17 dan meskipun meskipun pada siklus II nilai tertinggi juga hanya diperoleh oleh 1 siswa (2,50%) namun nilainya meningkat menjadi 100. Nilai modus pada siklus I adalah 82,17 sedangkan pada siklus II nilai modusnya meningkat menjadi 97,14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
37 40
30
30 20
10 3
10 0 siklus I
siklus II
tuntas
tidak tuntas
Gambar 10. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tiap Siklus
Gambar 10 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I 75%) yang mendapat nilai tuntas atau di atas 75, sedangkan terdapat 30 siswa (75%) pada siklus II terdapat peningkatan ketuntasan menjadi 37 siswa (92,50%).
E. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada peningkatan nilai tugas dan nilai ulangan ulangan akhir siswa. Pelaksanaan tindakan pada dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dan berdasar hasil pelaksanaan tindakan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered head Together (NHT) dengan pemberian tugas terdapat peningkatan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar
kognitif dalam mata pelajaran mengelola dana kas bank dari siklus I ke siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Peningkatan hasil belajar siswa telah digambarkan ke dalam tabel dan gambar yang terdapat pada perbandingan hasil tindakan tiap siklus. Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil penugasan yang diberikan guru pada pertemuan 1 dari siklus I ke siklus II. Rata-rata yang diperoleh siswa pada tugas 1 siklus I adalah 89,45 dengan seluruh siswa mendapatkan nilai di atas KKM namun belum ada siswa yang mendapatkan nilai di atas 96. Sedangkan pada siklus II rata-rata yang diperoleh siswa adalah 96,38 dengan seluruh siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Hasil penugasan 1 yang menunjukkan peningkatan tidak hanya dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata tugas siswa namun pada siklus II terdapat 31 siswa yang mendapatkan nilai di atas 96. Peningkatan hasil penugasan pada pertemuan 1 yang dapat dilihat pada gambar 5 disebabkan karena siswa telah antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Motivasi yang diberikan guru juga membuat siswa semangat dalam mengerjakan tugas dari guru. Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil penugasan yang diberikan guru pada pertemuan 2 dari siklus I ke siklus II. Rata-rata yang diperoleh siswa pada tugas 2 siklus I adalah 92,95 yang meningkat ke siklus II menjadi 96,77. Peningkatan hasil penugasan pada pertemuan 2 yang dapat dilihat pada gambar 6 disebabkan karena pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami materi sehingga siswa dapat lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai ulangan harian akhir dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM ada 27 siswa (67,50%), sedangkan 13 siswa (32,50%) masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Sedangkan pada siklus II ada 36 siswa (90%) yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan 4 siswa (10%) mendapatkan nilai di bawah KKM. Rata-rata nilai ulangan harian akhir siklus I adalah 77,21 yang meningkat menjadi 91,57. Peningkatan nilai ulangan harian akhir yang dapat dilihat pada gambar 7 disebabkan karena siswa telah terbiasa mengerjakan soal commit to user melalui tugas dari guru. Selain itu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 juga meningkat sehingga siswa mampu mengerjakan ulangan dengan baik dan benar namun masih dibutuhkan perhatian guru dalam memberikan motivasi karena masih terdapat empat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Gambar 8 menunjukkan perbandingan ketuntasan ulangan harian akhir tiap siklus. Terdapat peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus I (26 siswa) ke siklus II (36 siswa) dan jumlah siswa yang tidak tuntas turun dari siklus I (14 siswa) ke siklus II (4 siswa). Peningkatan ini disebabkan karena keberhasilan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas yang dapat meningkatkan minat siswa untuk berkembang sehingga memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami materi. Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM ada 30 siswa (75%), sedangkan 10 siswa (25%) masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Sedangkan pada siklus II ada 37 siswa (92,50%) yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan 3 siswa (7,5%) mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai hasil belajar yang didapatkan siswa pada siklus I rata-rata adalah 81,87 yang meningkat pada siklus II 93,23. Peningkatan hasil belajar sebanyak 13,88% yang dapat dilihat pada gambar 9 disebabkan karena pemahaman siswa terhadap materi pelajaran meningkat sehingga nilai tugas dan nilai ulangan harian akhir juga meningkat yang menyebabkan hasil belajar siswa meningkat. Gambar 10 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar tiap siklus. Terdapat peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus I (30 siswa) ke siklus II (37 siswa) dan jumlah siswa yang tidak tuntas turun dari siklus I (10 siswa) ke siklus II (3 siswa). Peningkatan ini disebabkan karena keberhasilan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas yang memberikan banyak latihan soal pada siswa sehingga siswa mudah untuk memahami materi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dalam commit to user pembelajaran akuntansi terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 khususnya hasil belajar kognitif. Keberhasilan penelitian ini juga diperkuat oleh pendapat pada ahli yaitu Thobroni dan Mustofa (2011) yang mengatakan, “Model NHT adalah bagian dari metode struktural, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa” (hlm. 296). Struktur khusus tersebut diaplikasikan dengan memberikan nomor kepala pada tiap anggota kemudian guru akan memanggil satu nomor kepala untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru sehingga akan membuat pola interaksi siswa meningkat. Siswa menjadi lebih aktif dan pemahaman siswa terhadap materi dapat meningkat. Selain itu Sagala (2009) menyatakan, “Metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus di pertanggungjawabkannya” (hlm. 219). Tugas yang diberikan oleh guru membuat siswa memiliki jam belajar tambahan di luar jam sekolah untuk mengulang kembali materi yang disampaikan guru di kelas dan pada pertemuan selanjutnya siswa akan mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannnya kepada guru. Dari penelitian yang dilakukan oleh Kusumojanto dan Herawati (2009) juga menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat manajemen perkantoran kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang berhasil meningkatkan hasil pretest (13,63%) ke siklus I (40,90%) dan meningkat lagi di siklus II (90,90%) (hlm. 97). Penelitian yang dilakukan Hasnawati yang berjudul upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan metode pemberian tugas pada mata pelajaran matematika di kelas III B SD Negeri 11 Kota Bengkulu juga menunjukkan keberhasilan dengan adanya peningkatan dari hasil tes pra siklus (37,93%) ke siklus I (68,98%) dan ke siklus II (100%) (hlm. 4-6). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat membuat siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru sehingga hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar kognitif siswa. Dampak positif lain yang terlihat dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered commit to user Head Together (NHT) dengan pemberian tugas adalah :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 1.
Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran akuntasi.
2.
Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kemandirian siswa terhadap tugas yang diberikan baik tugas kelompok maupun tugas individu.
3.
Meningkatkan motivasi diri untuk berkembang karena dengan berkelompok siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuannya dalam menjawab tugas yang diberikan guru dalam kelompok.
4.
Meningkatkan keaktifan siswa dan keberanian siswa dalam berpendapat di dalam kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.
Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMK Negeri 1 Karanganyar ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu : 1. Perencanaan, 2. Tindakan, 3. Pengamatan/Observasi, dan 4. Refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, setelah dilakukan evaluasi dan analisis terhadap data yang diperoleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas terbukti dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar kognitif baik pada nilai tugas, nilai ulangan akhir, dan nilai hasil belajar siswa seperti berikut : 1. Nilai rata-rata siswa pada tugas 1meningkat sebanyak 7,75% dengan nilai rata-rata siklus I 89,45 yang meningkat pada siklus II menjadi 96,38. 2. Nilai rata-rata siswa pada tugas 2meningkat sebanyak 4,11% dengan nilai rata-rata siklus I 92,95 yang meningkat pada siklus II menjadi 96,77. 3. Nilai rata-rata siswa pada ulangan harian akhir meningkat sebanyak 18,60% dengan nilai rata-rata siklus I 77,21 yang meningkat pada siklus II menjadi 91,57. 4. Nilai rata-ratanya hasil belajar siswa meningkat sebanyak 14,01% dengan nilai ratarata siklus I 81,77 yang meningkat pada siklus II menjadi 93,23. Peningkatan hasil belajar siswa juga berpengaruh pada peningkatan minat belajar siswa terhadap pembelajaran akuntansi, tanggung jawab siswa dalam setiap tugas yang diberikan guru, dan peningkatan terhadap motivasi diri untuk terus berkembang.
B.
Implikasi
Berdasarkan simpulan peneliti di atas maka implikasi dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Implikasi Teoretis
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas berhasil diterapkan pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berhasil meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, selain itu model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, baik pada kelompok, maupun pada tugas individu yang diberikan guru dan meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lie (2007), “Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka” (hlm. 59). Meningkatnya semangat kerja sama siswa akan berpengaruh pada meningkatnya minat belajar siswa sehingga juga akan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran akuntansi. Penggunaan metode pemberian tugas juga berhasil dan meningkatkan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, karena metode ini dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anitah (2009) yang mengatakan, “Model pemberian tugas memiliki beberapa tujuan yakni memperdalam pengertian peserta didik terhadap pelajaran yang diterima, melatih peserta didik ke arah belajar mandiri” (hlm. 117), selain itu Roestiyah NK (2008) menambahkan,“Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap” (hlm. 133).
2.
Implikasi Praktis Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar. Bagi guru bidang studi, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya hsil belajar kognitif. Sedangkan bagi siswa, penelitian ini dapat memperdalam pemahaman terhadap materi yang dipelajari sehingga hasil belajar siswa juga meningkat. Pemberian tindakan dari siklus I sampai siklus II memberikan gambaran
commit to user
bahwa terdapat kekurangan yang terjadi selama pembelajaran akuntansi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
berlangsung. Namun kekurangan ini dapat diatasi pada silus berikutnya. Refleksi yang dilakukan terhadap proses pembelajaran menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar khususnya hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran akuntansi. Guru dapat mengkombinasikan beberapa model dan metode pembelajaran untuk menciptakan inovasi baru dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar akuntansi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C.
Berkaitan
dengan
hasil
Saran
penelitian
tentang
penggunaan
model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah : 1.
Bagi Sekolah Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi guru untuk selalu mengembangkan dan menggunakan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru.
2.
Bagi Guru a.
Guru hendaknya dapat menggunakan berbagai model pembelajaran kooperatif dan salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b.
Cara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dalam pembelajaran adalah dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa kemudian setiap anak diberikan nomor kepala sebagai identitas dalam pembelajaran. Setelah kerja kelompok selesai, guru menunjuk satu nomor kepala untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan pada akhir pembelajaran, guru memberikan tugas kepada siswa yang akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. commit Langkah-langkah to user penggunaan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dalam pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat pada lampiran 10 dan lampiran 21. 3.
Bagi Siswa a.
Siswa diharapkan mampu mengembangkan kerja sama yang baik dalam pembelajaran, baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain untuk meningkatkan suasana pembelajaran yang kondusif.
b.
Siswa diharapkan mampu mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik karena hal ini akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri.
c.
Siswa diharapkan lebih fokus selama pembelajaran dengan memperhatikan seluruh kegiatan di dalam kelas untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru.
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya a.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menerapkan penelitian sejenis dengan melakukan penyempurnaan terhadap kekurangan yang terjadi selama penelitian kali ini untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
b.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menerapkan model dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa dan sekolah untuk memberikan hasil yang maksimal.
commit to user