PENERAPAN MODEL STAD DENGAN PERMAINAN KUIS MAKE A MATCH PADA MATERI SISTEM GERAK TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII J SMPN 2 NGUNUT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri
Oleh: DIANA FITRIAH NPM. 13.1.01.06.0084.P
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
PENERAPAN MODEL STAD DENGAN PERMAINAN KUIS MAKE A MATCH PADA MATERI SISTEM GERAK TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Diana Fitriah 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
[email protected] Dwi Ari Budiretnani1, Irwan Setyowidodo2 UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan karena dilatarbelakangi oleh kondisi siswa yang tidak mendukung terhadap kegiatan pembelajaran selama ini. Materi gerak tumbuhan yang selalu mendapatkan nilai ratarata ulangan paling rendah diantara materi yang lain, kondisi siswa yang pasif terhadap pembelajaran, siswa kurang terbiasa melaksanakan diskusi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi sistem gerak tumbuhan dengan menggunakan model STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. Sedangkan salah satu keunggulan tehnik kuis make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penelitian ini menggunakan model PTK Kemmis and Tagart. Indikator keberhasilan yang telah disepakati dengan kolaborator adalah nilai rata-rata77. Dari hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar yaitu pada siklus I mencapai ratarata 72 dan siklus II mencapai rata-rata 79. Sulitnya materi gerak tumbuhan bisa dipecahkan dengan diskusi, saling menerima pendapat teman dan memperdalam penguasaan konsep dengan permainan kuis make a match yang menyenangkan dan menantang.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Sistem Gerak Tumbuhan, Model STAD, Kuis make a match
Diana Fitriah | 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
LATAR BELAKANG Secara umum, proses pembelajaran di
sekolah
idealnya
harus
variatif,
menyenangkan, kreatif dan tepat sasaran
cukup untuk menanamkan konsep yang benar tentang gerak tumbuhan kepada siswa. Permasalahan
dapat
menggunakan
suatu
namun relatif dapat dilakukan dengan
diperbaiki
kondisi sekolah dan siswa yang beraneka
model pembelajaran yang tepat yang dapat
ragam,
meningkatkan keterlibatan siswa dalam
oleh
menerapkan
karena strategi
itu,
guru
pendekatan
perlu dalam
dengan
tersebut
pembelajaran.
Salah
satu
model
pembelajaran yang tepat kemudian diikuti
pembelajaran tersebut adalah tipe STAD.
penggunaan model dan media pembelajaran
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang tepat,sehingga dapat meningkatkan
siswa di tuntut untuk bekerja sama, sehingga
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
diharapkan
Materi
sistem
gerak
tumbuhan
adalah salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa di semester 2. Banyak hafalan, penyajian
guru
yang
kurang
menarik
menjadi alasan mengapa materi ini tidak begitu diminati siswa. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian sistem gerak tumbuhan selama 3 tahun terakhir selalu lebih rendah dibandingkan dengan materi yang lain. Kesulitan yang dialami siswa pada materi ini adalah siswa masih kesulitan dalam membedakan jenis gerak, siswa mengalami kesulitan
menyebutkan
macam-macam
gerak nasti, tropisme dan taksis dan siswa masih kesulitan dengan istilah-istilah jenis gerak, misalnya foto, nikti, termo dan sebagainya. Meskipun sudah dijelaskan berulang kali, tetapi masih saja sebagian besar dari siswa belum mengerti. Hal ini mengindikasikan bahwa penjelasan dari guru saja belum Diana Fitriah | 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
siswa
akan
lebih
mudah
memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang di pelajari. Hal ini didukung oleh pendapat Nur Asma (2008:3) bahwa “ Siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya”. Selanjutnya Widodo
(2007:96)
berpendapat
bahwa
“Anak-anak lebih mengerti bahasa anak dari pada bahasa yang digunakan oleh orang dewasa”.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar berkelompok dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga yang di pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Selain itu dengan belajar kelompok akan membawa pengaruh positif terhadap diri siswa, sesuai dengan hasil penelitian Slavin simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
(dalam Nur Asma, 2008:44) bahwa “ Unsur
komponen yang berupa untaian tersebut di
tujuan kelompok dan tanggung jawab
pandang satu siklus. Masing-masing siklus
individual menunjukkan pengaruh positif
terdiri dari 2 pertemuan. Pada setiap akhir
yang nyata pada hasil belajar siswa kelas
siklus dilakukan tes akhir.
dua sampai kelas dua belas dalam seluruh
Siklus 1
mata pelajaran dan pada seluruh jenis
1. Perencanaan
sekolah “.
Pada tahap perencanaan ini, peneliti
Untuk
meningkatkan
minat
dan
menyusun dan menyiapkan RPP materi
ketertarikan siswa dalam pembelajaran,
gerak tumbuhan, LKS, jurnal, lembar
peneliti
observasi dan tes sebagai instrumen
menggabungkannya
dengan
permainan kuis make-a-match,. Permainan ini bertujuan untuk mencairkan suasana setelah diskusi dan presentasi. Permainan diharapkan sehingga
kuis
dapat hasil
2. Tindakan Pada tahap ini peneliti menggunakan
make-a-match
memotivasi belajar
penelitian.
siswa,
pembelajaran
dengan
:
STAD.,
membentuk
yaitu
kelompok,
dapat
memberikan materi melalui demonstrasi
ditingkatkan. Hal ini diperkuat dengan
dan ceramah, setiap kelompok berdiskusi
penelitian
mengenai
sampai seluruh anggotanya mengerti,
yang
melaksanakan kuis pada setiap siswa,
Tarmizi
siswa
model
(2008)
make-a-match,
penerapan
make
match
permainan
tersebut
dilaksanakan di akhir pertemuan pada
mampu
menciptakan
suasana
belajar aktif dan menyenangkan. Penerapan
kuis
a
menyimpulkan bahwa penerapan model
masing-masing siklus.
model tersebut terbukti mampu menciptakan
3. Observasi
suasana belajar aktif dan menyenangkan,
Observasi
serta mampu meningkatkan hasil belajar
menggunakan lembar observasi sebagai
siswa mencapai taraf ketuntasan belajar
instrumen penelitian pada setiap siklus.
sebesar 87,50%.
Lembar
METODE
observer selama proses pembelajaran
Alur penelitian ini menggunakan model
berlangsung.
yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc
dilakukan
observasi
dengan
dilakukan
oleh
4. Refleksi
Taggart, Ritawati (2007 : 46) yaitu model
Data yang diperoleh dianalisis pada
siklus.
setiap
Model
ini
mempunyai
empat
siklus.
Hasil
dijadikan
pengamatan
pelaksanaan siklus berikutnya. Refleksi
refleksi.
Diana Fitriah | 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
Keempat
refleksi
data
komponen yaitu perencanaan, tindakan, dan
bahan
analisis
untuk
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
dilakukan oleh pelaku tindakan bersama
digunakan untuk mengetahui peningkatan
observer.
kualitas hasil belajar setelah diberikan
Jika hasil
refleksi
siklus
pertama belum sesuai dengan indikator
tindakan.
ketercapaian,
HASIL DAN KESIMPULAN
maka
akan
perbaikan-perbaikan
diadakan
pada
siklus
berikutnya, jika hasil refleksi dari siklus
Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I pada
pertama sudah sesuai dengan hasil
tanggal 18 dan 21 Mei 2015.
belajar yang diharapkan, maka akan
melakukan kegiatan sesuai rencana. Guru
tetap dilaksanakan pembelajaran siklus
melakukan kegiatan sesuai rencana yaitu
berikutnya sebagai penguatan.
menyampaikan
tujuan
Guru
pembelajaran,
Siklus Kedua
menyampaikan materi dengan ceramah dan
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-
menunjukkan gambar pada LCD
tahapan seperti pada siklus pertama tetapi
dahulu untuk memancing ketertarikan siswa.
didahului
ulang
Kemudian
membagi
berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada
kelompok
yang
siklus
beranggotakan
4
dengan
pertama,
perencanaan sehingga
kelemahan-
menjadi
7
masing-masing
siswa.
Pembentukan
kelemahan yang terjadi pada siklus pertama
kelompok
tidak terjadi pada siklus kedua.
kemampuan akademik. Setelah penyajian
Indikator ketercapaian adalah rata-rata hasil
materi, siswa diminta bergabung dengan
belajar mencapai
anggota
belum
mencapai
77.
Jika pada siklus I
rata-rata
mempertimbangkan
kelompoknya
masing-masing,
maka
kemudian guru menjelaskan tugas yang
penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II
harus mereka kerjakan yaitu mengamati
dan seterusnya.
gerak putri malu di halaman belakang
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
sekolah. Guru juga menjelaskan tata tertib
ini meliputi: lembar observasi untuk guru
diskusi, yaitu beban kelompok merupakan
dan tes yang diberikan di akhir setiap siklus.
tanggung jawab seluruh anggota kelompok.
Pegumpulan data dilakukan dengan teknik
Anggota kelompok yang sudah memahami
observasi, dan tes. Teknik dokumentasi
materi yang dipelajari bertanggung jawab
dilakukan pada saat perencanaan awal untuk
mengajari anggota kelompok lain yang
mengetahui
masing-masing
belum mengerti. Guru memberi tahu bahwa
siswa sebagai dasar pembagian kelompok.
kelompok yang memperoleh nilai tertinggi
Teknik observasi digunakan untuk merekam
akan memperoleh penghargaan dari guru.
kemampuan
77,
dengan
siswa
terlebih
kualitas prosesbelajar mengajar berdasarkan instrumen
observasi.
Sedangkan
Diana Fitriah | 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
tes
Guru
berkeliling
ke
seluruh
kelompok untuk membantu siswa yang simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
masih
mengalami
sambil
diskusi berjalan lancar dan tidak terjadi
mengamati dan melakukan penilaian. Pada
salah konsep diantara siswa. Beberapa
saat siswa berada di halaman belakang, ada
kelompok masih terjadi saling tunjuk untuk
beberapa siswa yang bermain-main, tidak
mewakili
serius
menunjuk salah satu siswa dan memberi
dengan
Kemudian
kesulitan
tugas
peneliti
yang
diberikan.
akhirnya
guru
dan
penguatan
bahwa
semua
siswa
akan
menegurnya, baru akhirnya mereka kembali
mendapat
giliran
yang
sama
pada
ke kelompoknya dan mengerjakan sesuai
pertemuan-pertemuan berikutnya sehingga
tugasnya.
mereka harus belajar.
Setelah
mendekati
presentasi,
selesai
pengamatan,
seluruh siswa kembali ke kelas untuk
Dari
hasil
evaluasi
individu
melaksanakan diskusi hasil pengamatan.
didapatkan hasil ada 21 siswa yang telah
Pada awal kegiatan diskusi ternyata belum
tuntas, dan 7 siswa masih mendapatkan nilai
semua
di bawah KKM. Ketuntasan klasikal sebesar
anggota
siap
dengan
materi
pembelajaran, sehingga penyelesaian tugas
76% dengan nilai rata-rata 72.
masih didominasi oleh siswa yang pandai.
masih diperlukan siklus II, karena pada
Beberapa siswa terlihat baru berdiskusi
siklus
apabila guru mendekati mereka. Untuk
keberhasilan yaitu rata-rata 77, meskipun
mengatasi masalah tersebut, guru kembali
sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa
mengingatkan
dibandingkan dengan sebelum tindakan.
peran
masing-masing
anggota kelompok dalam berdiskusi dan menjelaskan
kembali
keberhasilan
I
belum
mencapai
Artinya, indikator
Hasil observasi terhadap guru selama pembelajaran
berlangsung
mendapatkan
kelompok dan individu merupakan tanggung
kriteria keberhasilan baik yaitu 75. Guru
jawab bersama seluruh anggota kelompok.
belum bisa memotivasi siswa dengan baik.
Pada
pertemuan
pertama,
Di awal KBM masih banyak siswa yang
pembelajaran selesai sampai di sintaks
berbicara dan bermain sendiri. Adapun
diskusi,
penilaian observer ada pada lampiran.
dan
berikutnya. menyiapkan
dilanjutkan
Guru
pertemuan
mengingatkan
materi
yang
untuk
Kekurangan yang harus diperbaiki
akan
pada siklus I ini antara lain masih banyak
dipresentasikan pertemuan berikutnya. Pada
pertemuan
guru
pembelajaran, masih ada kelompok yang
meminta perwakilan setiap kelompok untuk
belum bisa menyelesaikan tugas dengan
mempresentasikan
dan
waktu yang ditentukan. Hal ini karena
kelompok lain menanggapi. Pada kegiatan
anggota kelompok kurang serius dalam
ini, guru memantau dan mengarahkan agar
belajar. Selain itu masih ada kelompok yang
hasil
kedua,
siswa yang belum siap dengan materi
kerjanya
Diana Fitriah | 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
kurang mampu dalam mempresentasikan hasil diskusi.
Pada pembelajaran model STAD, hasil belajar siswa lebih baik karena model ini mampu membuat siswa lebih aktif dalam
Siklus II
kegiatan pembelajaran, serta memberikan
Pelaksanaannya
sama seperti pada
kesempatan
kepada
siswa
untuk
siklus I, hanya saja guru lebih intensif dalam
mengemukakan
membimbing setiap kelompok, dan tidak
masing. Hasil belajar kelompok ini lebih
bosan-bosan
mengingatkan
baik karena biasanya siswa lebih mudah
pentingnya kerjasama dalam kelompok agar
mengerti bahasa yang disampaikan oleh
tidak ada siswa yang mendominasi dalam
temannya
menyelesaikan tugas. Sebagian besar siswa
mengutarakan
termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
lebih mengerti bahasa anak dari pada bahasa
presentasi dari kelompok lain. Suasana
yang
pembelajaran
(Widodo, 2007:96).
selalu
yang
efektif
dan
pendapatnya
sendiri
dan
lebih
pendapatnya.
digunakan
oleh
masing-
bebas
“Anak-anak
orang
dewasa”
menyenangkan mulai tercipta. Pengerjaan
Selain itu, pada model STAD lebih
tugas kelompok sudah tidak didominasi oleh
mengoptimalkan kemampuan siswa, mulai
siswa yang pandai saja
mendengarkan,
berbicara,
mengungkapkan
pendapat,
Dari hasil evaluasi ini didapatkan
presentasi, memecahkan
siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa,
masalah sampai merumuskan kesimpulan,
dan masih 3 anak yang mendapatkan nilai di
sehingga diharapkan siswa mulai terbiasa
bawah KKM. Jumlah ketuntasan klasikal
dengan diskusi dan ini sangat memudahkan
sebesar
untuk
89%,
dengan
nilai
rata-rata
menerapkan
model-model
mencapai 79. Ini berarti telah terjadi
pembelajaran seperti tuntutan kurikulum
peningkatan
siswa
2013. Setelah setiap tahapan selesai, siswa
dibandingkan sebelum tindakan. Karena
diajak untuk melaksanakan permainan make
telah memenuhi indikator keberhasilan,
a match. Kemampuan setiap siswa diuji di
maka penelitian ini tidak dilanjutkan sampai
permainan ini. Dengan adanya permainan
siklus III.
ini, siswa menjadi lebih antuasias dalam
Hasil
hasil
observasi
belajar
guru
selama
pembelajaran.
Siswa
menjadi
berani
pembelajaran mendapatkan kriteria sangat
presentasi dan tidak canggung lagi untuk
baik, yaitu 91,7%. Guru sudah memberikan
bersuara
motivasi
Kesulitan pemahaman materi sistem gerak
yang
sangat
baik
di
awal
mengeluarkan
pendapatnya.
pembelajaran, sehingga tidak dijumpai siswa
telah
yang bermain sendiri.
pembelajaran ini. Masalah kepasifan siswa
Diana Fitriah | 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
terselesaikan
dengan
model
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
untuk berpendapat, dan presentasi telah terjawab dengan menambahkan permainan kuis make a match. Berdasarkan
hasil
analisis
DAFTAR PUSTAKA Asma,
Nur.2008.
Model
Pembelajaran
Kooperatif. Padang : UNP
data
dengan
Ramadhan, Tarmizi. 2008. Pembelajaran
menggunakan model pembelajaran STAD
Kooperatif “Make A Match”.
yang dipadu dengan permainan kuis make a
(Online).
match dapat meningkatkan hasil belajar
http://tarmizi.wordpress.com.
pada materi sistem gerak tumbuhan pada
Diakses tanggal 27 Februari 2012
didapatkan
hasil
bahwa
siswa kelas VIII J SMPN 2 Ngunut tahun pelajaran 2014/2015. Sebelum dilaksanakan
Ritawati.
2007.
Metodologi
Penelitian
tindakan, rata-rata hasil belajar sebesar 65,
Tindakan Kelas. Bandung. PT.
kemudian mengalami peningkatan pada
Remaja Rosdakarya.
siklus I, yaitu nilai rata-rata sebesar 72 dan pada siklus II 79.
Diana Fitriah | 13.1.01.06.0084.P FKIP – Pendidikan Biologi
Widodo, Ari. Dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Bandung : Upi Press
simki.unpkediri.ac.id || 10||