PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN KORO HIJAU (Macrotyloma uniflorm) SEBAGAI TUMBUHAN PIONIR PENGEMBALI KESUBURAN TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : DIENG KARNEDI NIM: 131434015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarya, 23 Desember 2016 Penulis
(Dieng Karnedi)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
Nama : Dieng Karnedi NIM
: 131434015
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN KORO HIJAU (Macrotyloma uniflorm) SEBAGAI TUMBUHAN PIONIR PENGEMBALI KESUBURAN TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Yogyakarta
Pada tanggal : 23 Desember 2016 Yang menyatakan,
Dieng Karnedi
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGARUH WAKTU PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN KORO HIJAU (Macrotyloma uniflorm) SEBAGAI TUMBUHAN PIONIR PENGEMBALI KESUBURAN TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR Dieng Karnedi 131434015 Universitas Sanata Dharma Salah satu usaha untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang kapur adalah dengan menanam jenis tanaman pionir tertentu untuk mengembalikan kesuburan tanah. Solusi ini akan lebih efektif dengan adanya simbiosis antara tanaman pionir dengan cendawan mikoriza arbuskular (CMA). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian CMA bagi pertumbuhan Koro hijau dan menguji simbiosis mutualistiknya, serta menguji pengaruh pemberian CMA bagi pertumbuhan Koro hijau dibandingkan dengan tanaman kontrol (tanpa CMA). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Percobaan dilakukan pada 24 sampel tanaman yang terdiri dari 3 perlakuan dan 1 kontrol yang didesain menjadi penelitian satu faktor yakni menguji efektivitas pemberian pupuk CMA pada waktu yang berbeda. Pemberian CMA dilakukan 5 hari sekali dengan cara menaburkannya di sekitar perakaran tanaman. Pengambilan data dilakukan 5 hari sekali selama 50 hari dengan melakukan pengukuran terhadap panjang batang, jumlah daun dan diameter batang. Panjang akar dan tingkat infeksi CMA pada akar diukur pada masa akhir percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemberian CMA berpengaruh signifikan bagi pertumbuhan Koro hijau, pemberian CMA pada minggu pertama (M1) terbukti paling efektif dalam bersimbiosis mutualistik dengan tanaman inang dan berpengaruh lebih besar bagi pertumbuhan dibandingkan dengan tanaman kontrol (K). Kata kunci: koro hijau, CMA, tanah kapur, kesuburan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK EFFECT OF TIME’S GIVING OF ARBUSKULAR MYCORRHIZA FUNGI (AMF) FOR KORO HIJAU (Mycorrhizal uniflorm) GROWTH AS PIONEER PLANTS FOR SOIL FERTILITY EX-LIME MINE
Dieng Karnedi 131434015 Universitas Sanata Dharma One of the reclamation effort of ex-lime landmine is by planting a certain pioneer’s plant in order to restore soil fertility. This solution would be more effective with the presence of symbiosis between pioneer plants with Arbuskular Mycorrhiza Fungi (AMF). This research was conducted to identify the influence of time’s giving of AMF for the growth of Koro hijau and examine it’s symbiosis mutualism, as well as examine the effect of giving AMF for Koro hijau’s growth compared to control plants (without AMF). This research is an experimental research. The research was conducted to 24 plant samples which consisted of 3 treatments and 1 control which was designed using one factor ANOVA as its statistical analysis become one factor research that was examining the effectiveness of giving AMF fertilizer in different time. AMF was given in three different time sequences with one week interval as three different application treatments by spreading around in near its roots plant. The data was collected in every 5 days for 50 days by measuring the length of the stem, number of leaves and stem diameter. Root length and its AMF infection rate were measured at the end of the experiment. The results showed that the time’s giving of AMF is significantly affect the growth of Koro hijau and the first week (M1) have proven most effective in mutualistic symbiosis with the host plant and the effect of growth is greater compared to control plants (K). Keywords: koro hijau, AMF, lime soil, fertility.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang berlimpah penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Baik, Penuh Kasih dan Pengharapan, sebab hanya karena rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Banyak hal yang dialami dan dirasakan oleh penulis selama menjalankan dinamika perkuliahan di Universitas Sanata Dharma tercinta ini. Pencapaian yang dialami penulis sampai sejauh ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah mendukung, memberi semangat dan harapan untuk terus berjuang menyelesaikan studi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Romo Provinsial Serikat Jesus yang telah memberikan perutusan dan dukungan kepada penulis untuk melakukan studi khusus. 2. Komunitas Robertus Bellarminus, khususnya komunitas Pradnya Laksita yang selalu mendukung dan menyemangati penulis dalam menempuh masa studi dengan penuh afeksi dan perhatian. 3. Mbak Chatarina Riyanti dan keluarga yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan serta melalui kelimpahan doa-doanya. 4. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan diri sebagai pribadi yang utuh 5. Program Studi Pendidikan Biologi yang telah menjadi wadah bagi penulis untuk menimba ilmu 6. Kaprodi dan para Dosen Pendidikan Biologi yang telah meluangkan waktu untuk membagikan ilmu dan juga telah berdinamika bersama baik saat menjalani perkuliahan di kelas maupun di luar kelas 7. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J yang telah mendampingi dengan penuh semangat dan kedekatan selama penulis menjalankan perkuliahan maupun selama mengerjakan tugas akhir. 8. Romo C. Bayu Risanto, SJ yang telah membantu dalam mencarikan buku refrensi yang sangat penting.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Teman – teman Pendidikan Biologi angkatan 2013 yang dengan caranya masing-masing telah mendukung, menyemangati, dan menjadi sahabat-sahabat seperjuangan selama menempuh perkuliahan di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Khususnya, Paulina Yuliani, Maria Magdalena Melina yang banyak membantu selama masa penelitian. 10. Semua pihak yang telah mendukung serta membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi melengkapi dan membuat tulisan ini menjadi layak untuk dibagikan dan dipercaya. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………............……………………………………..……….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………..………ii LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………….……iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…......……………….v ABSTRAK…………………………………………..……………………………vi ABSTRACT………………………………………………..……………………...vii KATA PENGANTAR………………………………………..…………………viii DAFTAR ISI………………………………………………………………...…….x DAFTAR TABEL……………………………………………………..………...xiii DAFTAR GAMBAR………………………………..…………………………. xiv DAFTAR LAMPIRAN….…………………………………………………….....xv BAB I PENDAHULUAN…………………………......……………………….….1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………..…………………....1 B. Rumusan Masalah…………………………….........…………………………..6 C. Batasan Masalah...…………………………….........…………………………..7 D. Tujuan Penelitian……………………………………..………………………...7 E. Manfaat Penelitian……………………………………..……………………….7 1. Bagi Peneliti…………………………………………..………………...7 2. Bagi Guru……………………………………………..………………...8 3. Bagi Siswa…………………………………………..…………………..8 4. Bagi Ilmu Pengetahuan……………………………..………………….8 BAB II DASAR TEORI……………………..................................……………….9 A. Cendawan Mikoriza…………………………………………….…………..….9 1. Pengertian Mikoriza…………………………………......………..…….9 2. Kelompok Cendawan Mikoriza…………….........……………………10 3. Taksonomi CMA dan Morfologinya………..………………...……….11 4. Keuntungan CMA bagi Tanaman.................……….....…….………...13
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Macrotyloma uniflorum……………..………………………………………...14 1. Klasifikasi Macrotyloma uniflorm ……………………………......…..14 2. Distribusi Macrotyloma uniflorum…………….....…………………...15 3. Morfologi Tanaman………….....…………………………..………....16 4. Kegunaan Tanaman……………......………………………………….17 C. Batuan Kapur…………………………………......…………………………...19 1. Formasi Batuan Karst………………….…………......………………..19 2. Wilayah Karst di Gunungkidul………………..……………...……….20 3. Tambang Kapur dan Jenis Tanah………………..…………….………21 D. Penelitian yang Relevan…………………..…………………………………..24 E. Kerangka Berpikir………………….…………………………………………25 F. Hipotesis……….………………………………………………………….…..27 BAB III METODE PENELITIAN………………..……………………………...28 A. Jenis Penelitian…………………………………………..…………………....28 B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan………………..………………………..........29 C. Desain Penelitian………………..………………………………………….....29 D. Alat dan Bahan…………………..……………………………………………30 1. Alat……………………..……………………………………………...30 2. Bahan…………………………………………………..……………....30 E. Prosedur Kerja………………………………..……………………………….31 1. Penyiapan lahan……………………………..………………………...31 2. Penyiapan sarana tanam………………………..………….…………..31 3. Penanaman tanaman koro hijau……………..…………….……..……33 4. Pemeliharaan tanaman koro hijau……………..………….…………...33 5. Pengamatan…………………………………………..………………..35 F. Analisa Data……………………………………………..………………….....39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………….……………….….46 A. Hasil………..……...………………………………………………………….46 1. Hasil rerata pertumbuhan.………………..…………………………....46 2. Uji Normalitas dan homogenitas…...………………………….……...47
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji Anova satu faktor…………..……………………………………...48 4. Panjang akar……………………………………………………….......49 5. Infeksi CMA…………………………………………………………..50 B. Pembahasan………………………………………………………………...…52 1. Pengaruh Pemberian CMA terhadap Pertumbuhan Tanaman Koro Hijau……………………..…….………………………………….……...52 2. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Simbiosis Mutualistik CMA ………..56 3. Peningkatan Kesuburan Tanah Lahan Beka Tambang Kapur.………..58 4. Faktor Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Koro Hijau ……..………………………………………………………….…...59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.……………......……………………..…67 A. Kesimpulan……………..……………………………………………………..67 B. Saran…………………..……………………………………………………....67 DAFTAR PUSTAKA…….……………………………………………………...69
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Taksonomi CMA menurut Schubler (2010)....…………………….…12 Tabel 3.1. Denah Percobaan..………………………………………………….…30 Tabel 3.2. Hasil pengamatan tanaman Koro hijau…………………………….…37 Tabel 3.3. Rerata panjang batan tangaman Koro hijau.……………………….…40 Tabel 3.4. Rerata jumlah daun Koro hijau……………………………...…….….41 Tabel 3.5. Rerata diameter batang Koro hijau……………………………….…..42 Tabel 3.6. Hasil panjang batang tanaman Koro hijau berdasarkan permberian CMA dengan waktu yang berbeda…………………………….…......43 Tabel 3.7. Hasil jumlah daun tanaman Koro hijau berdasarkan permberian CMA dengan waktu yang berbeda..…………….…......................................44 Tabel 3.8. Hasil diameter batang tanaman Koro hijau berdasarkan permberian CMA dengan waktu yang berbeda...............................................….....45 Tabel 4.1. Rerata pertumbuhan panjang batang, jumlah daun dan diameter batang tanaman Koro hijau..…………………………………………….…...46 Tabel 4.2. Rata-rata panjang akar per perlakuan dan kontrol…………………....49 Tabel 4.3. Persentase infeksi CMA………………............................….…...........51 Tabel 4.4.pH rata-rata Perlakuan dan Kontrol, Suhu dan Kelembaban udara.......60
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Koro hijau (Macrotyloma uniflorm) ................................................ 16 Gambar 4.1: Panjang akar koro hijau M1, M2, M3 dan Kontrol negatif ............. 50 Gambar 4.2: Hasil Pengamatan Endomikoriza ..................................................... 51 Gambar 4.3: Aphis cracivora Koch ..................................................................... 62 Gambar 4.4: Stomopterix subsecivella .................................................................. 63 Gambar 4.5: Akibat serangan Peanut Mottle Virus .............................................. 64 Gambar 4. 6: Akibat serangan Bean Yellow Mosaik Virus ................................... 65 Gambar 4.7: Eleusine indica dan Cyperus rotundus L ........................................ 66
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I: Data Pengamatan Indikator Pertumbuhan Koro Hijau ..................... 74 A. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Diameter Batang ..................................... 74 B. Hasil Panjang batangTanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda ........................................................................... 75 C. Hasil Jumlah Daun Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda ............................................................................ 76 D. Hasil Diameter Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda ............................................................................ 76 Lampiran II: Uji Statistik Pertumbuhan Koro Hijau ............................................ 76 A. Uji Normalitas Panjang Batang, Jumlah Daun dan Diameter Batang ............. 76 B. Uji Homogenitas ............................................................................................. 78 C. Uji Deskriptif dan Anova ................................................................................. 79 D. Uji Post Hoc; Uji Tukey HSD ......................................................................... 82 Lampiran III: Data Pengamatan Panjang Akar, Infeksi Mikoriza dan Faktor Ekternal Pertumbuhan ...................................................................................... 86 A. Panjang Akar .................................................................................................... 86 B. Infeksi CMA .................................................................................................... 86 C. pH, Suhu dan Kelembapan ............................................................................... 89 Lampiran IV: Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan .............................. 91 A. Silabus………………………….. .................................................................... 91 B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................ 96
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Instrumen Tes Tertulis ................................................................................... 109 D. Rubrik Penilaian Kognitif .............................................................................. 110 E. Instrumen Non-Test ........................................................................................ 112 Lampiran V: Dokumentasi Penelitian................................................................. 115 A. Bahan yang Digunakan .................................................................................. 115 B. Lokasi dan Tata letak Tanaman .................................................................... 115 C. Perlakuan dan Perawatan serta Pengambilan Data ........................................ 116
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Kekayaan alam tersebut tercermin dari keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Bentangan hutan dan lautan yang luas adalah contoh konkretnya. Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya energi yang melimpah, baik itu berupa gas bumi, minyak bumi dan hasil tambang. Dengan kekayaan sumber daya alam itulah, Indonesia sejauh ini mampu memenuhi kebutuhan hampir seluruh penduduknya. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan oleh pemerintah dan penduduk Indonesia sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam itu sendiri, yang berarti juga demi kesejahteraan penduduk Indonesia. Kenyataanya, pengelolaan sumber daya alam di Indonesia belum berjalan dengan baik. Apa yang terjadi masih berupa eksploitasi alam yang berlebihan, bukan pengelolaan secara berkelanjutan. Akibatnya, kerusakan sumber daya alam di Indonesia pun terjadi secara masif. Sayangnya lagi, eksploitasi tersebut tidaklah selalu digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia, melainkan untuk memenuhi tingkat kerakusan pihak-pihak tertentu. Dampaknya dapat dibayangkan, yaitu terjadinya kerusakan alam secara progresif. Banyak hutan mengalami penggundulan dan beralih fungsi menjadi lahan perkebunan yang cenderung kurang ramah lingkungan. Kebakaran dan pembakaran hutan pun terjadi di banyak wilayah Indonesia. Sejalan dengan itu, keanekaragaman hayati
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
tumbuhan dan hewan pun terancam. Sementara itu, di laut pun juga terjadi hal yang sama. Eksploitasi hasil laut terjadi secara besar-besaran dan menggunakan cara-cara yang tidak tepat. Kerusakan ekosistem laut, terumbu karang dan menipisnya jumlah biota laut pun terjadi. Deretan eksploitasi alam juga terjadi pada sumber-sumber energi seperti eksploitasi gas bumi, minyak bumi, dan aneka jenis tambang yang lain. Berdasarkan rentetan kerusakan sumber daya alam di atas, kerusakan alam akibat bekas penambanganlah yang memiliki tingkat kesulitan dalam usaha restorasi lahannya, sebab materi-materi bekas tambang yang diambil adalah materi-materi yang tidak terbarukan. Salah satu jenis tambang yang banyak beroperasi di Indonesia adalah tambang batu gamping (lime stone). Tambang batu gamping atau kapur biasanya dilakukan di kawasan batuan karst. Di Indonesia kawasan batuan karst tersebar hampir di setiap pulau besar seperti, Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua (Anonim, 2013). Sedangkan berdasarkan penggolongannya, tambang batu gamping merupakan merupakan bahan galian industri. Batuan gamping tersusun dari batuan gamping non klastik; merupakan koloni binatang laut “gamping koral” penyusun utama adalah koral dan batuan gamping klastik; hasil rombakan batu gamping akibat erosi, transportasi dan sedimentasi (Zulkifli, 2014). Di pulau Jawa, khususnya di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, terdapat sejumlah titik penambangan batuan gamping, baik yang masih beroperasi maupun yang sudah berhenti beroperasi. Pada tahun 2015 terdapat 20 pabrik pengolahan hasil tambang gamping. Sayangnya, hampir semua pabrik tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
mengantongi ijin operasi. Untunglah, pada tahun 2015, banyak pabrik pengolahan hasil tambang gamping tersebut telah berhenti beroperasi, bersamaan dengan terbitnya Peraturan Gubernur (pergub) no 31 tahun 2015. Munculnya pergub tersebut merupakan tindak lanjut dari Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Pribadi, 2015). Lepas dari polemik tentang legal penambangan, pergub dan perundangundangan di atas, praktek penambangan yang terjadi di daerah Gunungkidul telah menyisakan dampak kerusakan lingkungan bagi kawasan Gunung Sewu Geo Park yang telah ditetapkan oleh United Nation, Education, Science, Cultural Organization (UNESCO) sebagai wilayah warisan dunia. Sebagai kawasan yang telah dilindungi oleh UNESCO, seharusnya praktek ekploitasi lingkungan di kawasan tersebut tidak boleh terjadi. Pasca penambangan batu gamping umumnya meninggalkan kerusakan lahan bekas tambang dengan proses konservasi yang lamban atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Padahal, jika ditekuni dengan serius, lahan bekas tambang dapat dipulihkan kondisinya menjadi lahan produktif dan ekonomis serta bermanfaat untuk menghidupkan kembali keanekaragaman hayati yang mungkin pernah ada. Sebaliknya, jika lahan bekas tambang dibiarkan saja, justru akan mengakibatkan tingkat kerusakan lingkungan hidup yang lebih besar. Selain itu, ancaman buruk terhadap kualitas dan kuantitas air pun dapat terjadi. Penambangan batuan gamping dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran air bawah tanah, tertutupinya pori-pori batuan kapur sebagai resapan air sehingga menurunkan kuantitas sumber air, dapat terjadi erosi antara wilayah karst dan non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
kars, hilangnya top soil di wilayah kars yang mengancam biodiversitas lingkungan sekitar, dan masih banyak lagi dampak yang lain (William, 2001). Dalam suasana reflektif, saat merenungkan bahan retret tentang Laudato si di Pantai Slili, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada bulan Juni 2015, penulis merasa semakin diteguhkan untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan hidup, khususnya ketika membaca bagian ensiklik yang menyoroti soal hilangnya keanekaragaman hayati. Dalam ensiklik tersebut disebutkan bagaimana sumber daya bumi dijarah karena konsep ekonomi, perdagangan dan produksi jangka pendek. Hilangnya hutan dan vegetasi lainnya membawa serta hilangnya spesies yang dapat menjadi sumber daya yang sangat penting di masa depan, tidak hanya untuk makanan tetapi juga untuk penyembuhan penyakit dan penggunaan lainnya. Berbagai spesies mengandung gen yang bisa menjadi sumber daya kunci pada tahun-tahun mendatang memenuhi kebutuhan manusia dan mengatur beberapa masalah lingkungan (Fransiscus, 2015). Sebagai
tindakan
nyata
atas
keprihatinan
terhadap
persoalan
keanekaragaman hayati di atas, penulis bersama sejumlah teman mahasiswa Pendidikan Biologi Sanata Dharma, yang tergabung dalam Orang Muda Peduli Konservasi Alam (OPERA), telah memulai banyak kegiatan konservasi. Tujuan dari komunitas tersebut adalah untuk memberikan perhatian terhadap persoalan konservasi alam, baik melalui kegiatan edukasi sederhana maupun kegiatan konservasi. Berbagai kegiatan pun kami lakukan, dimulai dari kegiatan pembibitan, edukasi ekologi dan pembuatan kebun herbal di SD Kanisius Kotabaru, penanaman di Goa Maria Tritis, Pantai Watu Kodok dan Kebun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Pendidikan Biologi Sanata Dharma di desa Putat, Gunungkidul, Yogyakarta serta beberapa jenis tanaman herbal di Laboratorium Pendidikan Biologi Sanata Dharma. Dalam tataran ranah akademik, penulis tetap ingin mewujudkan perhatian di bidang konservasi dengan melakukan sebuah penelitian yang terkait dengan reklamasi lahan bekas tambang, yaitu “Pengaruh Waktu Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskular terhadap Pertumbuhan Koro Hijau (Macrotyloma uniflorm) sebagai Tumbuhan Pionir Pengembalian Kesuburan Tanah Bekas Tambang Kapur”.
Gagasan ini awalnya muncul karena dipicu oleh ajakan
seorang teman (Tegar Yudha Restuti S.Pd) untuk menyusun sebuah proposal penelitian tentang cara melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara efektif dengan menggunakan cendawan mikoriza arbuskular. Cendawan mikoriza adalah jenis cendawan yang dapat bersimbiosis mutualistik dengan banyak jenis tanaman. Simbiosis tersebut terjadi pada bagian akar tanaman. Dalam simbiosis ini, tanaman dibantu oleh cendawan mikoriza dalam mengabsorbsi nutrisi dari dalam tanah. Sebagai gantinya, cendawan mikoriza mendapatkan karbohidrat dari tanaman guna mendukung pertumbuhan. Pada penelitian ini, penulis memilih jenis tanaman Koro Hijau (Macrotyloma uniflorm) sebagai jenis tanaman yang diharapkan dapat bersimbiosis secara baik dengan cendawan mikoriza. Koro hijau adalah jenis tanaman dengan usia pendek yang mudah didapat, mudah dalam penanaman, perawatan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selain itu, tanaman koro hijau adalah jenis tanaman Leguminoceae yang umumnya sangat efektif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
melakukan fiksasi nitrogen. Dengan kata lain, selain dapat bermutualisme dengan mikoriza, koro hijau juga dapat menambat nitrogen yang nantinya juga memiliki potensi dalam menyuburkan kembali lahan bekas tambang. Penelitian tentang reklamasi lahan bekas tambang ini menjadi lebih menarik pada saat kegiatan tersebut sejalan dengan concern yang penulis miliki. Meskipun di daerah Yogyakarta, tempat di mana penulis menempuh studi, tidak terlalu merasakan adanya dampak dari kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan, namun peneliti merasakan pentingnya nilai penelitian ini dalam konteks yang lebih luas. Dengan kata lain, jika nantinya aplikasi dari hasil penelitian ini membuahkan hasil yang baik, hasil tersebut dapat digunakan untuk proses reklamasi lahan bekas tambang batu gamping di banyak tempat lain di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin diteliti yaitu : 1. Apakah waktu pemberian CMA memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman koro hijau? 2. Apakah terjadi simbiosis mutualistik antara mikoriza dengan tanaman koro hijau sebagai tumbuhan pionir? 3. Apakah pemberian CMA memiliki pengaruh lebih besar bagi pertumbuhan tanaman koro hijau dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa pemberian CMA)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
C. Batasan Masalah 1. Penelitian ini tidak meliputi pengamatan terhadap jenis-jenis cendawan mikoriza yang bersimbiosis mutualistik dengan tanaman koro hijau. 2. Identifikasi spesies CMA yang digunakan tidak dilakukan. 3. Penelitian tidak dilakukan lokasi tambang bekas kapur, melainkan dengan mengambil sampel tanah dari lokasi bekas tambang atas dasar hasil observasi. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk: 1. Menguji pengaruh waktu terhadap pemberian CMA pada tanaman Koro hijau. 2. Menguji ada tidaknya simbiosis mutualistik yang terjadi antara CMA dan tumbuhan koro hijau sebagai tumbuhan pionir. 3. Menguji pengaruh pemberian CMA memiliki pengaruh lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman koro hijau dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa pemberian CMA). E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat mengetahui pengaruh waktu pemberian CMA dalam usaha menyuburkan kembali lahan bekas tambang batu kapur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan materi pembelajaran biologi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya pada materi pembelajaran tentang kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya di kelas X atau tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada kelas XII.
3. Bagi Siswa Penelitian ini dapat diaplikasikan oleh para siswa dengan bentuk yang lebih sederhana dalam suatu praktikum. Dengan cara itu, pemahaman siswa terhadap persoalan lingkungan hidup menjadi lebih baik, sebab mereka langsung mempraktekkannya. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi kegiatan-kegiatan konservasi dan pengembangan lahan bekas tambang, khususnya batu kapur. Selain itu, lingkungan alam yang telah dieksploitasi dapat dikembalikan fungsinya sebagai sumber daya alam yang memiliki lebih banyak manfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DASAR TEORI
A. Cendawan Mikoriza 1. Pengertian Mikoriza Mikoriza merupakah hubungan mutualistik antara akar dan cendawan. Tumbuhan inang menyediakan fungi dengan suplai gula yang tetap. Sementara itu, cendawan meningkatkan area permukaan bagi pengambilan air dan juga menyuplai tumbuhan dengan fosfat dan mineral-mineral lain yang diabsorbsi dari tanah. Mikoriza juga menyekresikan faktor-faktor pertumbuhan yang merangsang akar untuk tumbuh dan bercabang, seperti antibiotik yang membantu melindungi tumbuhan dari patogen-patogen di dalam tanah (Campbell, 2010). Simbiosis mutualistik utama mikoriza terdiri dari dua tipe: ektomikoriza dan mikoriza arbuskular (endomikoriza). Dalam ektomikoriza, miselum (masa hifa yang bercabang) membentuk selubung yang rapat, atau mantel, di permukaan akar. Hifa cendawan membentang dari mantel ke dalam tanah, sehingga meningkatkan area permukaan absorpsi air dan mineral. Hifa juga tumbuh ke dalam korteks akar. Hifa ini tidak menembus sel-sel akar namun membentuk jejaring di apoplas, atau rongga ekstraselular, yang memfasilitasi pertukaran nutrien antara fungi dan tumbuhan (Campbell, 2010). Mikoriza memiliki peranan penting bagi kawasan tanah yang miskin nutrisi, membantu dalam proses dekomposisi sampah-sampah organik, translokasi jenis-jenis nutrien seperti nitrogen dan fosfor dari tanah ke jaringan akar. Dengan kata lain, mikoriza meningkatkan kapasitas akar untuk menyerap nutrien,
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
menyediakan akumulasi ion secara selektif dan penyerapannya, memobilisasi macam-macam nutrien pada tanah-tanah yang kurang subur, meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap air dari tanah. Mikoriza juga mengurangi tingkat kerentanan inangnya terhadap invasi patogen dengan memanfaatkan akar karbohidrat dan unsur-unsur kimiawi lain menjadi lebih menarik bagi patogen. Mikoriza menyediakan pembatas fisik bagi patogen dan sebagai gantinya, tanaman menyediakan cadangan karbohidrat secara konstan bagi mikoriza (Robert dan Thomas, 2001). Akar tanaman dapat membentuk simbiosis mikoriza hanya jika terpapar oleh spesies cendawan yang sesuai. Akar tanaman yang terinfeksi cendawan umumnya lebih tebal, lebih pendek dan lebih bercabang-cabang. Di alam, sekitar 10 % famili tumbuhan memiliki spesies yang membentuk asosiasi dengan mikoriza dan banyak di antara spesies-spesies tersebut merupakan tumbuhan berkayu, termasuk anggota family pinus, spruce, ek, walnut, brich, willow dan eukaliptus (Campbell, 2010). 2. Kelompok Cendawan Mikoriza Kelompok cendawan mikoriza yang paling penting dan melimpah adalah cendawan mikoriza arbuskular (CMA), cendawan ektomikoriza (CEM) dan cendawan mikoriza ericoid (CME). CMA melimpah di daerah padang rumput, savana dan hutan-hutan tropis dan banyak bersasosiasi dengan jenis rerumputan, jenis tanaman herbal, tanaman-tanaman tropis, dan tanaman semak belukar. CEM berasosiasi dengan 6000 jenis spesies tanaman dan melimpah di daerah yang beriklim sedang dan daerah hutan tropis. CME melimpah di daerah padang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
rumput di mana mereka dapat berasosiasi dengan tanaman dari keluarga Ericaceae (Treseder, 2013). Dari ketiga jenis mikoriza di atas, CMA adalah jenis cendawan yang banyak berperan dalam meningkatkan keanekaragaman hayati tumbuhan di alam. Sebagai contoh, CMA meningkatkan biodiversitas tanaman dan padang rumput sekitar 30%. CMA juga memberikan kemudahan dalam hal pembibitan tanaman, khususnya pada saat proses penyemaian biji, sebab CMA dapat membantu bijibijian tanaman memiliki kemampuan lebih cepat dalam memperoleh nutrisi yang diperlukan (Khasa dkk, 2009). 3. Taksonomi CMA Glomeromycota adalah filum cendawan yang dikenal bersimbiosis obligat dengan jenis tanaman yang hidup di darat. Bentuk simbiosis tersebut disebut mikoriza. Dalam perkembangannya, spesies-spesies dari filum ini digambarkan dan dinamai berdasarkan pengenalan terhadap morfologi sporanya. Pengenalan spora itu sendiri dilakukan dengan mengidentifikasi apakah terdapat di sekitar perakaran tanaman, di luar perakaran atau di permukaan tanah. Pengenalan terhadap spesies-spesies filum glomeromycota di jaman modern ini dilakukan dengan melakukan skuen rRNA dengan metode analisis small subunit (SSU) dan large subunit (LSU). Menurut Schubler (2010) filum Glomeromycota terdiri dari 4 buah ordo, 11 famili dan 27 genus. Gambaran taksonomi Glomeromycota dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Tabel 2.1: Taksonomi CMA Menurut Schubler (2010) Filum Glomeromycota Kelas Glomeromycetes Ordo Famili Glomerales Glomeraceae
Clariodeoglomuraceae Diversiporales
Gigasporaceae
Acaulosporaceae Pacisporacea Diversisporaceae
Paraglomerales Archaesporales
Sacculosporaceae Paraglomeraceae Geosiphonaceae Ambisporaceae Archaeosporaceae
Genus Dominikia Funneliformis Glomus Kamiesnskie Rhizophagus Sclerocystis Septoglamus Clariodeoglomus Bulbospora Cetraspora Dentiscustata Gigaspora Intraornatospora Paradentiscutata Racocetra Scutellospora Acaulospora Pacispora Corymbiglomus Diversipora Otospora Redeckera Tricispora Sacculospora Paraglomus Geosiphon Ambispora Archaeospora
Spesies Dominikia aurea Funneliformis africanum Glomus australe Kamienskia perpusilla Rhizophagus arabicus Sclerocystis alba Septoglomus fuscum Claroideoglomus etunicatum Bulbospora minima Cetraspora auronigra Dentiscutata erythropus Gigaspora candida Racocetra gregaria Scutellospora alterata Acaulospora cavernata Pacispora patagonica Corymbiglomus tortuosum Diversispora gibbosa Otospora bareae Redeckera pulvinatum Sacculospora felinovii Paraglomus brasilianum Geosiphon pyriformis Ambispora callosa Archaeospora schenckii
Meskipun metode dan cara identifikasi spesies-spesies cendawan semakin modern, Schubler (2010) mengakui masih banyak kekurangan. Banyak genus dan spesies dari filum Glomeromycota diidentifikai dengan bukti yang kurang memadai. Salah satu alasannya adalah karena kekurangan bukti penelitian. Bahkan, dalam beberapa kasus, taksonomi CMA hanya dapat diidentifikasi hingga tingkat genus. Contohnya adalah seperti pada genus Intraornatospora,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Paradentiscutata dan Tricispora. Di Indonesia, jenis mikoriza yang paling banyak berasal dari tiga genus Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora. Ketiga genus cendawan tersebut sering berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman (Musfufah, 2016). Taksonomi CMA bervariasi terkait dengan kontribusinya terhadap pengambilan nutrisi bagi tanaman. Beberapa genus, seperti Scutellospora dan Gigaspora membentuk sejumlah hifa yang luas sehingga dapat mengakuisisi nutrien secara lebih baik. Genus yang lain seperti Glomus, Funneliformis dan Rhizophagus membentuk biomasa hifa lebih sedikit, dan membentuk mutualisme yang lebih rendah. Namun, produksi yang lebih besar terhadap ekstra radikal hifa tidak selalu membawa pada keuntungan bagi tanaman. Sejauh rasio antara persentase panjang akar yang terkolonisasi dan ekstra radikal biomasa hifa beragam, tidaklah terlalu jelas sejauh apa baiknya panjang akar yang terkolonisasi menyatakan keuntungan yang diperoleh tanaman inang jika harus melampau macam-macam taksonomi CMA (Verhoef, 2010). 4. Keuntungan CMA bagi Tanaman Dilihat dari sisi keuntungannya bagi berbagai jenis tanaman, CMA dapat membantu tanaman dalam hal, yaitu: a. Meningkatkan daya serap air dan hara terutama yang relatif immobile seperti P, Cu dan Zn, juga yang relatif mobil seperti K, S, NH4+, dan Mo. b. Menurunkan stress tanaman akibat infeksi patogen akar, kondisi tanah salin, kelembaban tanah yang rendah, temperatur tanah yang tinggi serta faktor-faktor merugikan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
c. Meningkatkan toleransi tanaman terhadap defisiensi hara pada tanah tidak subur, dan terhadap kemasaman dan toksisitas Al, Fe dan Mn pada tanah masam. d. Meningkatkan nodulasi dan daya fiksasi N2 oleh Rhizobium pada simbiosis legume. e. Meningkatkan serapan dan toleransi tanaman terhadap toksisitas Zn. f. Merangsang laju fotosintesis dan transportasi fotosintat ke akar, produksi hormon sitokinin, auksin gibberellin, dan eksudasi asam-asam organik dari akar, serta permeabilitas membran terhadap lintasan hara. g. Mempercepat fisiologis definitif, sehingga waktu berbunga dan panen dipercepat, serta meningkatkan daya tahan tanaman pada awal penanaman. h. Berperan penting dalam konservasi dan pendauran hara dalam tanah, dalam agregasi tanah dan mengurangi erosi atau pelindian hara tanah (Kemas, 2005). B. Macrotyloma uniflorum 1. Klasifikasi Macrotyloma uniflorm Koro hijau adalah jenis tanaman dari keluarga Fabaceae (polongpolongan) yang penting namun tidak banyak dikenal sebagai jenis tanaman yang dapat dibudidayakan. Tanaman ini tumbuh di banyak negara, khususnya di negara-negara tropis dan sub-tropis. Berikut ini adalah klasifikasi dari koro hijau menurut Uttam (2014):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Fabales
Family
: Fabaceae
Genus
: Macrotyloma
Species
: Macrotyloma uniflorum L.
2. Distribusi Macrotyloma uniflorum Macrotyloma uniflorum juga dikenal dengan naman Dolichos uniflorum. Menurut United State Department of Agricultur (USDA) kedua nama tersebut mengacu pada spesies yang sama. Tanaman terebut adalah asli tanaman tropis. Kemungkinan, tanaman tersebut mengalami domestisasi di India, di mana tanaman tersebut telah dikenal di sana sejak jaman prasejarah. Di Jawa, tumbuhan ini memiliki nama lokal: kara krupuk, kara hijau atau koro legi, sedangkan di Sunda, nama tanaman ini adalah roway atopese. Saat ini, M. uniflorm banyak dibudidayakan di daerah Asia Selatan dan India, Myanmar dan Afrika. Tanaman ini biasanya tumbuh hingga pada ketinggian 0-1800 mdpl. Iklim tropis dan sub-tropis sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman ini. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah lahan kering dengan suhu antara 25-35°C. Tanaman ini mampu beradabtasi dengan berbagai jenis tanah seperti pasir, kerikil hingga di tanah liat. Pada tanah lempung yang terlalu basa, jenis tanaman ini kurang tumbuh dengan baik. pH normal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah 5.5-8. M. uniflorm dibudidayakan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
bijinya. Waktu penanaman yang baik dapat dilakukan pada akhir bulan Juni. Tanaman ini akan mulai berbunga dan berbuah antara bulan Agustus ke Oktober. Secara umum, usia tanaman ini adalah 4-6 bulan. 3. Morfologi Tanaman Tanaman ini termasuk Fabaceae (Leguminoceae) yang tergolong subfamili Foboidea. Bunganya berbentuk kupu-kupu. Di pulau Jawa dijumpai empat jenis legum ini, yang umumnya ditanam sebagai tanaman pagar dan sayuran. Polong-polong yang masih muda berasa manis dan berwarna hijau tua. Berdasarkan morfologinya, legum ini berumur satu musim atau beberapa musim tergantung pada varietasnya.
Gambar 2.1. Koro Hijau (Macrotyloma uniflorm) Tanaman ini tumbuh menjalar dan membelit ke kiri pada tanaman lain yang hidup di dekatnya. Tinggi dan panjang tanaman bisa mencapai 3-6 m. Daun tumbuhan ini majemuk, beranak tiga, berbentuk delta, segitiga atau bulat telur melebar dengan ujung daun meruncing. Panjang tangkai daun 2-14 cm; lebar 2,512 cm; panjang daun 2,5-14 cm. Bunga muncul pada ketiak daun berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
tandan, masing-masing tandan berisi 2-6 bakal bunga. Bunga berwarna jingga pucat campur putih atau kuning pucat. Polong berwarna hijau tua, bagian ata polong membentuk garis dan bagian bawah melengkung dengan ujung polong membengkok dan membulat seperti sabit. Untuk meningkatkan daya dukung dan nilai tambah lahan pertanian, tanaman ini dapat ditanam di sela-sela tanaman di pematang, atau di sekitar pagar tanaman di pekarangan rumah. Pertumbuhan tanaman ini sangat cepat, hasil pengamatan yang dilakukan di India menunjukkan dalam waktu 6-7 minggu setelah tanam, mampu menghasilkan hijauan segar sebanyak 5-12 ton per hektar (Purwanto, 2007). 4. Kegunaan Tanaman Seperti sifat Fabaceae secara umum, legum ini juga sangat baik digunakan sebagai tanaman penyubur tanah yang dapat meningkatkan daya dukung lahan. Legum ini mampu menyediakan hijauan segar sumber bahan organik serta mempunyai bintil akar yang mengandung bakteri Rhizombium. Menurut Rachman dkk (2010), dedaunan hijau (pupuk hijau) memiliki unsur nitrogen yang kaya yang bermanfaat bagi jenis tanaman lain. Selain itu, pupuk hijau legum lebih mudah terdekomposisi jika ditimbun dalam tanah. Dengan kata lain, jika tujuan utama dari pemberian pupuk hijau adalah untuk penambahan dan penyediaan unsur hara secara relatif cepat, maka lebih baik pemberian pupuk hijau dilakukan dengan cara dicampur atau dibenamkan. Penambahan pupuk hijau bisa dilakukan dalam bentuk segar bila rasio C atau N dari bahan tanaman yang digunakan relatif rendah. Sedangkan bila rasio C atau N terlalu tinggi lebih baik dikompos lebih dahulu. Dalam kaitannya dengan proses penyuburan tanah, M. uniflorm lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
banyak dimanfaatkan petani sebagai tanaman lorong (alley cropping). Sebagai tanaman lorong, M. uniflorm banyak ditumpangsarikan misalnya jagung dan bunga matahari, namun terbuka juga dengan jenis tanaman budidaya lainnya. Menurut Kumar (2010) tanaman M. uniflorm sangat produktif dalam membantu pertanian tanaman budidaya dengan menyediakan kesuburan tanah, khususnya terhadap ketersediaan unsur N dalam tanah dan terciptanya iklim mikro di sekitar tanaman budidaya, misalnya jagung, bunga matahari dan jenis-jenis tanaman yang lain. Sebagai tanaman penutup tanah, legum ini sangat baik ditanam pada musim kemarau, karena sangat toleran terhadap kekeringan. Dalam penananmannya, dapat ditumpangsarikan dengan tanaman jagung atau ubi kayu. Buah polong mudanya dapat digunakan sebagai bahan sayuran, sedangkan bijinya dapat digunakan bahan baku pembuatan tempe, taoco ataupun kecap. Biji koro hijau dapat juga dijadikan sebagai sumber nutrisi bagi warga masyarakat yang kurang mengkonsumsi daging, khususnya di negara-negara yang berkembang. Biji koro dikenal juga menjadi sumber protein dan nutrisi lainnya. Biji koro mengandung karbohidrat 57.2%, protein 22%, serat 5.3%, lemak 0.5%, kalsium (287mg), fospor (311mg), besi (6.77mg) dan kalori (321 kkal) dan vitamin (Bhartiya dkk, 2015). Selain sebagai sumber makanan yang memiliki nilai tinggi nutrisi, biji koro hijau juga memiliki manfaat sebagai tanaman obat. Di India, di mana jenis tanaman ini sangat populer, tanaman ini merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit di antaranya adalah penyakit hati, asma, bronkitis, cacingan dan batu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
ginjal (Ravishankar, 2012).
Tanaman koro hijau juga membantu dalam
menurunkan kadar kolesterol, sebagai antioksidan, kekurangan gizi, dan pengobatan bagi penyakit kuning (Mehra, 2013). Pemanfaatan koro hijau sebagai obat tradisional lebih banyak menggunakan tepung dan ekstrak dari biji koro hijau itu sendiri serta mengkonsumsinya. Pemanfaatan dengan cara lain dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kecambah dari koro hijau itu sendiri, misalnya mencampurnya dengan salad. Mengkonsumsi kecambah koro hijau lebih memiliki banyak manfaat, selain memiliki kandungan vitamin A, C, thiamin, potassium dan zat besi, kecambah juga membantu mengurangi produksi gas dalam pencernakan dibandingkan dengan mengkonsumsinya dalam bentuk kering (Anonim, 2013). C. Batuan Kapur 1. Formasi Batuan Karst Batu kapur, dolomit, marmer atau batuan karbonat adalah formasi utama pembentuk batuan karst. Karst adalah tipe topografi yang dibentuk oleh batuan kapur, gypsum, dan batuan-batuan lain yang mengalami peleburan sehingga membentuk lubang-lubang tanah, goa-goa dan daerah drainase bawah tanah. Kawasan karst merupakan kawasan yang meliputi 10% wilayah permukaan bumi (Langer, 2001. Saat ini ada perhatian besar terhadap perilaku manusia terhadap lingkungan kawasan karst. Perhatian tersebut muncul karena dimotivasi oleh dampak yang ditimbulkan atas kerusakan lingkungan kawasan karst terhadap kualitas kehidupan manusia. Banyak aktivitas manusia secara negatif berakibat pada kawasan karst di antaranya penggundulan hutan, kegiatan pertanian, urbanisasi, turisme, eksploitasi air, penambangan dan penggalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Proses natural terbentuknya batuan karst terjadi selama ratusan ribu tahun. Formasi karst terjadi dengan meliputi interaksi antara batuan karbonat dan perairan yang sedikit asam. Asam karbonat adalah asam ringan yang terbentuk oleh air hujan dan reaksi karbon dioksida. Pada saat air hujan melalui tanah, air menyerap lebih banyak karbon dioksida dan menjadi lebih asam. Batuan karbonat yang dialiri oleh air hujan yang telah menjadi asam akan membentuk rekahan dan air merembes ke lapisan lebih rendah. Semakin sering dan banyak air yang melalui rekahan itu, maka rekahan itu pun akan menjadi semakin besar. Dengan cara seperti itulah goa-goa dan saluran-saluran air di batuan karst terbentuk (William, 2001). 2. Wilayah Karst di Gunungkidul Wilayah Karst di Gunungkidul tersmasyur di dunia dengan sebutan Karst Gunung Sewu yang diperkenalkan pertama kali oleh Danes (1910) dan Lehmann (1936) dalam Adji, (2009). Karst ini dicirikan dengan berkembangnya kubah karstt (kegelkarstt), yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah sinusoidal. Kegelkarstt ini dikategorikan sebagai bagian dari tipe karst tropis. Sebagai salah satu kawasan karst di Indonesia, Gunung Sewu dapat dikategorikan sebagai karst jenis terbuka (bare/nackters karst) yang dicirikan oleh bentukan karst yang merupakan fenomena termashyur dari tipografi karst yang sangat khas berupa conical hills yang tidak dijumpai pada kawasan karstt lain di seluruh dunia (Adji, 2009). Gunung Sewu merupakan bagian dari zona pegunungan selatan Jawa yang terbentuk dari pengangkatan batuan karbonat berumur Miosen (25 Juta tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
lalu) yang kemudian larut membentuk bentang alam karst. Luas kawasan Gunung Sewu terbentang dari Barat sampai ke Timur, dimulai dari pantai Parangtritis hingga Teluk Pacitan. Luasnya mencapai 126.000 hektar dan mencakup 3 provinsi yakni Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dan Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Kabupaten Gunungkidul memiliki luas wilayah 1.485,36 km2 atau 46, 63% dari luas wilayah Yogyakarta dan terdiri dari 18 kecamatan serta 144 desa. Kawasan Geopark Gunung Sewu terdiri dari 33 situs, yang terdiri dari 30 situs geologi dan 3 situs non geologi. Wilayah Gunungkidul memiliki banyak potensi, di antaranya sebagai obyek ekowisata hutan dan alam pegunungan, agrowisata pertanian, wisata pantai, goa, variasi flora dan fauna, keunikan bidaya dan kehidupan masyarakat lokal serta budayanya (Abida dkk, 2015). 3. Tambang Kapur dan Jenis Tanah Menurut
undang-undang Direktorat Jendral Mineral dan Batubara,
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral no.4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagaian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan
dan
penjualan,
serta
kegiatan
pascatambang.
Berdasarkan undang-undang yang sama juga dikatakan bahwa asas dan tujuan pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan: a. manfaat, keadilan, dan kesimbangan; b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
c. partisipatif, transparasnsi, dan akuntabilitas; d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan jenisnya, pertambangan dapat dibagi menjadi dua bagian; 1. tambang terbuka: Semua kegiatan dilakukan di permukaan tanah. Pada kegiatan ini, khususnya untuk bahan galian industri dinamakan quarry mining. 2. Tambang bawah tanah: Tambang bawah tanah disebut juga dengan istilah lubang tikus (Geophering). Pertambangan ini diterapkan untuk endapan bahan galian industri atau urat bijih dengan bentuk dan ukuran tidak teratur serta tersebar tidak merata. Arah penambangannya mengikuti arah bentuk endapan atau urat bijih yang ditambang. Berdasarkan dua jenis tambang di atas, tambang batuan kapur merupakan jenis tambang terbuka. Batuan kapur memiliki dua ciri yaitu; 1. non klastik: yang terdiri dari koloni binatang laut “gamping koral” penyusun utama adalah koral. 2. klastik: hasil rombakan batu gamping akibat erosi, trasporasi, sortasi dan sedimentasi. 3.1 Sifat Batu Kapur Berikut ini adalah beberapa sifat batu gamping: a. Secara kimia terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium atau gamping dolomitan b. Berat jenis = 2 c. Keras, pejal dan porous d. Warna putih susu, abu-abu muda, coklat, merah, hitam. e. Batu gamping metamorfosa menjadi marmer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
f. Ditemukan di gua-gua gamping 3.2 Manfaat Batu Kapur a. Campuran bahan bangunan pembuatan pondasi, plester, jalan b. Penetral keasaman tanah c. Bahan baku semen Portland d. Bahan pemutih, penggosok, keramik, tahan api e. Bahan penjernih air. 3.3 Jenis Tanah di Sekitar Wilayah Berkapur Jenis tanah dapat dikenali pertama-tama dengan mengetahui sifat fisik tanah itu sendiri. Secara keseluruhan sifat fisik tanah ditentukan oleh: 1. Ukuran komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah, 2. Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikelnya; 3. Keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan dengan kehilanganya, 4. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung (Kemas, 2005). Berdasarkan sifat-sifat fisik tanah di atas, terdapat tiga macam jenis tanah yang terdapat di sekitar wilayah batuan kapur, yaitu tanah grumusol, tanah kapur, dan tanah litosol. Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Kandungan organik di dalamnya lebih rendah karena dari batuan kapur, jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman. Tekstur tanah ini kering dan mudah pecah, terutama saat musim kemarau dan memiliki warna hitam. pH yang dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika panas dan hujan. Sementara itu, tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang mengalami pelapukan. Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun jika ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati dan pohon keras lainnya. Selanjutnya, tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme. Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup. Tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir (Yulia, 2015). D. Penelitian yang Relevan Musfufah dkk (2016) melakukan sebuah penelitan dengan judul Uji Kemampuan Spora Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Lokal Bali pada Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dosis isolat CMA untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Percobaan dilaksanakan selama 2 bulan di Rumah Kaca Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, lebar daun, bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman. Hasil penelitian mennjukkan bahwa inokulasi spora CMA lokal Bali pada tanaman kedelai (Glycine max L.) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) pada jumlah daun, panjang daun, bobot basah akar, dan persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
kolonisasi mikoriza pada akar kedelai. Parameter tinggi tanaman, lebar daun, bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) pada uji ANOVA taraf 5%. Sementara itu, Muryanto (2012) juga melakukan peneltian yang sejenis berjudul Uji Efektivitas dan Multiplikasi Spora Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Berbagai Media Pembibitan Dalbergia latifolia dengan tujuan; 1. Menguji efektivitas CMA pada berbagai media terhadap pertumbuhan bibit D. latifolia, 2. Menguji inevektifitas CMA dalam berbagai media pada pembibitan D. latifolia dan mengetahui perkembangan jumlah spora CMA dalam berbagai media pembibitan. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas CMA terhadap tinggi bibit, diameter batang dan jumlah daun menunjukkan rerata paling baik, khususnya pada media tanah: pasir (1:1). Adapun jenis media tanah: pasir: arang sekam (1:1:1) merupakan media terbaik untuk berat basah, berat akar, berat kering dan volume akar. Campuran media tanah, sekam dan pasir merupakan media terbaik untuk inefektivitas CMA 43% dan multiplikasi spora CMA. Selain itu, campuran media tanah dan pasir merupakan media yang memberikan hasil terbaik untuk parameter pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman dan diameter batang. E. Kerangka Berpikir Di daerah Gunung Kidul terdapat sejumlah lahan bekas tambang yang umumnya tidak terurus dengan baik. Salah satu daerah yang memiliki banyak lahan bekas tambang batu kapur adalah desa Ponjong. Jika dibiarkan begitu saja, lahan bekas tambang membutuhkan waktu yang sangat lama agar dapat dimanfaatkan menjadi lahan yang produktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Koro hijau adalah salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang memiliki potensi besar sebagai tanaman budidaya, sekaligus sebagai tanaman pionir yang mampu mengembalikan tingkat kesuburan tanah lahan bekas tambang. Koro hijau dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah yang kering, berbatu dan berpasir seperti yang terdapat pada lahan-lahan bekas tambang di desa Ponjong. Lahan bekas tambang kapur yang didominasi oleh tanah kapur, tanah grumosol dan tanah litosol, memiliki potensi besar untuk direklamasi dengan memanfaatkan tanaman Koro hijau yang disimbiosiskan dengan cendawan mikoriza arbuskular. Untuk menguji potensi tersebut perlu dilakukan eksperimen pengaruh waktu pemberian CMA terhadap pertumbuhan Koro hijau. Berikut ini adalah diagram kerangka berpikir dalam penelitian ini: Budidaya tanaman Koro hijau
Bekas Tambang batu kapur di Desa Ponjong, Gunung Kidul, DIY
Keadaan tanah bekas tambang batu kapur
Tanah grumusol, tanah kapur, dan tanah litosol
Simbiosis mutualistik antara CMA dan Koro hijau Pengaruh waktu pemberian CMA terhadap pertumbuhan Koro Hijau Gambar 2.2: Diagram Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
F. Hipotesis
1. Waktu pemberian CMA berpengaruh terhadap simbiosis antara CMA dengan tanaman inang ( Koro hijau). 2. Waktu simbiosis mutualistik CMA dan Koro hijau yang paling baik terjadi pada perlakuan M1 (saat tanaman berusia 1 Minggu). 3. Pemberian CMA memiliki pengaruh lebih besar bagi pertumbuhan tanaman Koro hijau dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa pemberian CMA).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang ingin mencoba untuk mempengaruhi variabel tertentu, bukan hanya untuk mendeskripsikan suatu keadaan tertentu, tetapi untuk memepengaruhi dengan melakukan perlakuan tertentu. Penelitian ini adalah satu-satunya penelitian yang sungguh menguji hipotesa tentang hubungan sebab akibat. Penelitian yang ingin membuktikan suatu hipotesa. Penelitian ini sekurang-kurangnya memiliki satu variabel bebas dan satu atau lebih variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel bebas dimanipulasi untuk melihat apakah ada akibatnya terhadap variabel yang terikat. Selanjutnya, peneliti menentukan perlakuan yang mau dilakukan pada variabel bebas. Penelitian eksperimental mempunyai kelompok yang digunakan sebagai percobaan, yaitu kelompok yang menerima perlakuan. Inilah yang disebut sebagai kelompok eksperimen. Selain itu, penelitian eksperimental juga memilki kelompok kontrol, yaitu yang tidak menerima perlakuan. Kelompok kontrol ini sangat penting untuk melihat apakah perlakuan yang dilakukan berhasil atau tidak, ada dampaknya atau tidak, dengan dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (Suparno, 2014).
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni dan diakhiri pada bulan Oktober 2016 di Kebun Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Completely Random Design (CDR).
RAL digunakan untuk
percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen (Sastrosupandi, 2000). Penerapan perlakuan dilakukan secara acak terhadap seluruh unit percobaan. Ada tiga macam perlakuan berdasarkan waktu, yaitu pemberian pupuk mikoriza pada saat awal penanaman, yaitu saat bibit berusia 1 minggu (minggu pertama), pemberian pupuk mikoriza pada saat tanaman berusia dua minggu (minggu ke dua), dan pemberian pupuk Mikoriza pada tanaman saat berusia 3 minggu (minggu ke tiga) atau (M1, M2, M3) dan satu kontrol, yaitu kontrol negatif menggunakan tanah kapur. Masing-masing perlakukan diulang sebanyak 6 kali. Total unit percobaan adalah 24 polybag. Denah percobaan disusun secara acak dan masing-masing polybag diberi identitas baik itu jenis perlakuan maupun kontrol. Berikut ini adalah denah percobaan penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Tabel 3.1 Denah Percobaan D (19) C (13)
D (20) C (14)
B (7) A (1)
B (8) A (2)
D (21) C (15) B (9) A (3)
D (22) C (16) B (10) A (4)
D (23) C (17) B (11) A (5)
D (24) C (18) M1.1 B (12) A (6)
Unit percobaan
Contoh label perlakuan
No urut petak
D. Alat dan Bahan 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag, cangkul, skop, bambu sendok semen, gembor, semprotan kecil, alat ukur kelembapan tanah, alat ukur pH tanah, penggaris, jangka sorong digital, tali rafia, bambu, takaran air, sarung tangan, timbangan, ember, mikroskop, cawan petri, pipet, cutter, kaca benda, autoklaf, alat tulis, dan kamera. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman koro hijau (Macrotyloma uniflorm), tanah grumusol, tanah kapur, tanah litosol, pupuk CMA, pupuk cair organik, pestisida alami, dan air. KOH 10%, HCl 1%, larutan staining, trypan blue 0,05% dan minyak emersi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
E. Prosedur Kerja 1. Penyiapan lahan Dalam penelitian ini tanaman koro hijau ditanam dalam polybag dan diletakkan pada salah satu lahan tertentu yang harus disiapkan secara khusus. Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lokasi penelitian dari berbagai macam rumput dan gulma yang mengganggu. Selanjutnya, dilakukan pembuatan pola pada lahan untuk menempatkan pot-pot polybag serta tempat khusus untuk melakukan penyiraman. 2. Penyiapan sarana tanam Penyiapan sarana penanaman yang diperlukan meliputi penyiapan wadah tanaman, media tanam dan pembibitan. a. Penyiapan wadah tanaman Wadah tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag yang terbuat dari plastik berbentuk bulat lonjong. Wadah tanam yang digunakan memiliki kedalaman 35 cm dan diameter 35 cm. Pada bagian samping wadah tanam terdapat lubang drainase b. Penyiapan media tanam Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran tanah bekas lahan tambang kapur dan pupuk organik. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah grumusol, tanah kapur, dan tanah litosol. Jenis pupuk organik yang digunakan adalah pupuk organik sampah daun. Pupuk organik adalah pupuk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
tersusun dari materi makhluk hidup berupa pelapukan sisa-sia hewan dan tanaman. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Perbandingan konsetrasi media adalah 3:1:1:1 untuk tanah kapur, tanah grumosol, tanah litosol dan pupuk organik sebanyak 0.96 kg. Jumlah total pada masingmasing polybag adalah 6 kg. 1) Media Tanam Perlakuan 1-3 a) Siapkan tanah kapur, tanah grumosol, tanah litosol dan pupuk organik dengan perbandingan 3:1:1:1. b) Tanah dan pupuk dicampur hingga merata. c) Media tanah yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polybag hingga memenuhi ¾ volume polybag. 2) Media tanam kontrol negatif a) Siapkan tanah kapur dan pupuk organik dengan perbadingan 3:1 menggunakan ember. b) Tanah dan pupuk dicampur hingga merata. c) Media yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polybag. 3). Penyiapan bibit Penyiapan bibit dilakukan dengan lebih dulu menyemai biji koro hijau pada media semai, selanjutnya pada hari ketiga dilakukan pemindahan ke dalam polybag dengan ukuran diameter 5 cm. Setelah semaian berusia 1 minggu, dipilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
dan dipindahkan pada media tanam dengan memperhatikan kesamaan rata-rata jumlah daun dan tinggi tanaman. 3. Penanaman tanaman koro hijau a. Media tanam di polybag disiram sampai basah. b. Membuat lubang pada bagian tengah media dengan kedalaman 5 cm. c. Menanam bibit koro hijau pada pada lubang yang telah disiapkan. d. Setelah bibit ditanam, media tanam disiram kembali dengan air sebanyak 200 ml. e. Polybag yang telah berisi tanaman koro hijau ditempatkan pada lokasi yang telah disediakan agar mendapat sinar matahari secara penuh.
4. Pemeliharaan tanaman koro hijau a. Penyiraman Penyiraman tanaman adalah faktor yang penting bagi pertumbuhan tanaman, khususnya pada saat awal pertumbuhannya. Berdasarkan teori, tanaman koro hijau adalah jenis tanaman yang toleran terhadap kekeringan, maka penyiraman terhadap tanaman ini tidak dilakukan setiap hari. Penyiraman dilakukan 1 kali dalam dua hari dengan volume 200 mili liter untuk setiap tanaman. Jika pada hari-hari tertentu penetrasi cahaya cukup tinggi dan berpengaruh terhadap kelembapan tanah pada media tanam, penambahan penyiraman perlu dilakukan agar tanaman tidak mengalami layu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
b. Pemberian bambu lanjaran Pemberian lanjaran berupa belahan bambu diberikan pada tanaman koro hijau yang telah tumbuh dan membutuhkan media rambat. Agar menancap cukup kuat, lanjaran ditancapkan pada tanah di luar media polybag. Panjang lanjaran adalah 2 meter. c. Pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman Pengendalian terhadap organisme tanaman dilakukan dengan cara mencabut langsung jenis-jenis gulma yang mungkin tumbuh di sekitar polybag atau di dalam polybag. Sementara itu, untuk organisme lain yang berupa hama dan penyakit tanaman dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida alami. Jenis hama dan penyakit tanaman yang umumnya menyerang tanaman koro adalah belalang, ulat, kutu, dan virus dari famili Begomovirus yang mengakibatkan mozaik kuning pada daun koro. Pestisida alami dibuat menggunakan campuran bawang putih, cabe, serai, air dan sedikit diterjen. Berikut ini adalah langkah kerja pembuatan pestisida alami dengan bahanbahan di atas: 1. Disiapkan bawang putih yang telah dikupas sebanyak 50 gram, cabe rawit sebanyak 10 gram, serai sebanyak 3 batang, deterjen sebanyak 5 gram dan air sebanyak 1 liter. 2. Bawang putih, cabai rawit dan serai ditumbuk hingga menjadi halus. 3. Bahan yang telah ditumbuk dicampur dengan air (1 liter) dan diterjen (5 gram). Kemudian didiamkan selama 24 jam. 4. Setelah 24 jam, dilakukan penyaringan bahan pestisida alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
5. Dilakukan pengenceran dengan menggunakan air bersih sebanyak 3 kali volume pestisida alami sebelum dilakukan penyemprotan. Campuran bahan-bahan pestisida di atas memiliki bau yang menyengat dan tidak disukai hama dan penyakit tanaman. Selain itu, jika mengenai permukaan kulit organisme tersebut dapat menimbulkan rasa panas dan iritasi. Bahan-bahan tersebut dipilih sebab mudah didapat dan harganya tidak terlalu mahal. 5. Pengamatan a. Pengamatan pertumbuhan Pengamatan dilakukan
untuk
memperoleh data untuk
dianalisis.
Pengambilan data dilakukan 3 minggu setelah bibit tanaman ditanam di polybag. Pada minggu pertama dilakukan pemindahan bibit tanaman ke polybag dan penerapan perlakuan Minggu 1 (M1). Pada Minggu kedua dilakukan penerapan perlakuan Minggu 2 (M2). Pada Minggu ketiga dilakukan penerapan perlakuan Minggu 3 (M3). Penerapan perlakuan kontrol negatif (K) dilakukan sejak minggu pertama. Pengambilan data pertama dilakukan pada minggu ke empat setelah semua perlakuan diberikan. Pengambilan data dilakukan selama 5 hari sekali sebanyak minimal 8 kali. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman koro hijau yang meliputi panjang batang, jumlah daun dan diameter batang. Panjang batang yang diukur adalah batang utama dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai dari pangkal batang hingga ujung batang yang masih muda. Jumlah daun diukur dengan menghitung seluruh jumlah daun yang tumbuh pada batang. Diameter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
batang diukur pada bagian batang dengan ukuran yang paling besar. Pengukuranpengukuran yang selanjutnya dilakukan pada tempat yang sama. Pengukuran batang ini dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital. Pengukuran kedua dilakukan dengan menghitung jumlah kolonisasi mikoriza pada akar. Penghitungan ini dilakukan pada masa akhir penelitian, yaitu dengan mencabut tanaman koro yang telah menerima perlakuan mikoriza. Data yang diperoleh dari proses pengukuran di atas dimasukkan ke dalam tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
3.2 Hasil Pengamatan Tanaman Koro Hijau No Tgl Indikator Pertumbuhan Panjang batang
Kontrol Negatif (K)
Perlakuan dan Kontrol Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Jumlah daun Diameter batang
Keterangan: M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6). M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6). M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6). K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
b. Pengamatan akar Pengamatan akar dilakukan dengan menentukan kolonisasi CMA terhadap akar tanaman koro hijau. Persentasi mikoriza dihitung dengan menggunakan prosedur Kormanik dan Mc. Graw (1982) dalam Nurhandayani dkk (2013) dengan modifikasi. Sampel akar diproses dengan tahapan clearing, staining dan destaining. Clearing dilakukan dengan memotong akar koro hijau 1 cm. Selanjutnya, potongan akar direndam dalam larutan KOH 10% dan di masukkan dalam autoklaf selama 10 menit. Potongan akar dalam larutan KOH dibilas menggunakan air mengalir dan kemudian direndam dalam larutan HCl 1% selama 5-10 menit. Proses staining dilakukan dengan merendam akar dalam larutan staining ditambah trypan blue 0,05% selama 7 menit. Destaining dilakukan jika warna trypan blue terlalu pekat. Kolonisasi akar oleh CMA dihitung dengan metode slide (Nurhandayani dkk, 2013). Langkah selanjutnya adalah mengambil 9 potong akar yang telah diwarnai dan disusun di atas kaca preparat. Dalam pengamatan dengan mikroskop, bidang pandang yang menunjukkan tanda kolonisasi (hifa, vesikel atau arbuskula) diberi tanda (+), sedangkan yang tidak menunjukkan tanda kolonisasi diberi tanda (-). Presentasi kolonisasi akar oleh mikoriza dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: ∑Bidang pandang tanda (+) % Kolonisasi mikoriza pada akar = -------------------------------------100% ∑Bidang pandang keseluruhan
Tingkat Infeksi akar terdiri dari 5 kelas: Kelas 1 bila kolonisasi akar 0%-5% (sangat redah);
X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Kelas 2 bila kolonisasi akar 6%-25% (rendah); Kelas 3 bila kolonisasi akar 26%-50% (sedang); Kelas 4 bila kolonisasi akar 51%-75% (tinggi); Kelas 5 bila kolonisasi akar 75%-100% (sangat tinggi. F. Analisa Data Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan tes ANOVA (Uji F, Analysis of Variance). Tes ini digunakan untuk mengetes kelompok lebih dari dua. Misalnya 3 atau 4 kelompok, atau lebih. Secara umum uji F dibedakan menjadi dua: (1) Anova untuk One Factor between Designs; dan (2) Anova untuk One Factor within Subject Design. Between design digunakan bila kelompok yang diuji itu independen, sedangkan within design bila kelompoknya dependen. Uji Anova yang digunakan dalam penelitian ini adalah anova untuk one factor between subject designs. Uji ini digunakan untuk menguji tiga atau lebih kelompok yang terpisah secara independen (Suparno, 2014). Setelah hasil pengukuran diperoleh, kemudian dicari hasil rerata pertumbuhan dari setiap indikator dengan tabel sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Tabel 3.3 Rerata Panjang Batang Tanaman Koro Hijau No
Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Kontrol Negatif (K)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1 Ratarata
Keterangan: M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6). M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6). M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6). K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Tabel 3.4 Rerata Jumlah Daun Tanaman Koro Hijau No
Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Kontrol Negatif (K)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1 Ratarata
Keterangan: M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6). M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6). M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6). K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Tabel 3.5 Rerata Diameter Batang Tanaman Koro Hijau No
Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Kontrol Negatif (K)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1 Ratarata
Keterangan: M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6). M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6). M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6). K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
Hasil pertumbihan di atas selanjutnya dikelompokkan menurut perlakuan dan dimasukkan ke dalam tabel untuk dihitung total perlakuan, rerata perlakuan dan jumlah total.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Tabel 3.6 Hasil Panjang Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda No
Perlakuan
Jumlah Ulangan 1
1
Minggu 1 (M1)
2
Minggu 2 (M2)
3
Minggu 3 (M3)
4
Kontrol Negatif
2
3
4
5
(K) Keterangan 1: Ulangan 1, 2: Ulangan 2, 3: Ulangan 3, 4: Ulangan 4, A: Ulangan 5, 6: Ulangan 6
6
Total
Rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tabel 3.7 Hasil Jumlah Daun Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda No
Perlakuan
Jumlah Ulangan 1
1
Minggu 1 (M1)
2
Minggu 2 (M2)
3
Minggu 3 (M3)
4
Kontrol Negatif
2
3
4
5
(K)
Keterangan 1: Ulangan 1, 2: Ulangan 2, 3: Ulangan 3, 4: Ulangan 4, A: Ulangan 5, 6: Ulangan 6
6
Total
Rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Tabel 3.8 Hasil Diameter Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda No
Perlakuan
Jumlah Ulangan 1
1
Minggu 1 (M1)
2
Minggu 2 (M2)
3
Minggu 3 (M3)
4
Kontrol Negatif
2
3
4
5
6
Total
Rerata
(K)
Keterangan 1: Ulangan 1, 2: Ulangan 2, 3: Ulangan 3, 4: Ulangan 4, A: Ulangan 5, 6: Ulangan 6 Berdasarkan data-data di atas, variansinya dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata di antara kelompokkelompok perlakuan di atas. Perhitungan selanjutnya, untuk melakukan analisis digunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Analisis data percobaan ini juga memperhatikan faktor-faktor lain ( faktor sekunder) yang berpotensi mempengaruhi hasil penelitian seperti jenis media yang digunakan, faktor keasaman tanah, kelembaban dan suhu udara, adanya jenis hama, penyakit dan gulma tanaman. Faktor-faktor sekunder ini juga diukur secara kuantitatif (khususnya terkait pH, kelembaban udara, suhu udara) Selama masa peneltian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Hasil Rerata Pertumbuhan Indikator pertumbuhan dalam percobaan ini adalah rerata pertumbuhan (panjang batang, jumlah daun dan diameter batang) tanaman koro hijau. Berikut ini adalah tabel rerata pertumbuhan dari perlakuan M1, M2, M3 dan Kontrol: Tabel 4.1. Rerata Pertumbuhan Panjang Batang, Jumlah Daun dan Diameter Batang Tanaman Koro Hijau No Perlakuan Panjang Batang Jumlah Daun Diameter Batang dan Kontrol (Cm) (Helai) (Cm) 61.70 22 0.29 1 M1 2
M2
44.30
19.75
0.21
3
M3
47.20
16
0.23
4
K
74.30
32
0.29
Keterangan: M1: Minggu 1 M2: Minggu 2 M3: Minggu 3 K: Kontrol Negatif (tanpa mikoriza). Berdasarkan data rerata pertumbuhan koro hijau terlihat bahwa perlakuan M1 memiliki tingkat pertumbuhan paling baik dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan M2 dan M3. Sementara itu, perlakuan M1, M2 dan M3 memiliki
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
rerata di bawah dan sama (khusus pada rerata diameter batang) dengan perlakuan K sebagai kontrol negatif. 2. Uji Normalitas dan Homgenitas a. Uji Normalitas Data populasi akan berdistribusi normal jika rata-rata nilainya sama dengan modenya serta sama dengan medianya. Ini berarti bahwa sebagian nilai (skor) mengumpul pada posisi tengah, sedangkan frekuensi skor yang rendah dan yang tinggi menunjukkan kondisi yang semakin sedikit seimbang (Irianto, 2004). Uji
normalitas
yang
kemudian
digunakan
adalah
Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS.
One-sample
Uji
Kolmogorov-Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data norma baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifiknsinya di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansinya di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan (Hidayat, 2012). Berdasarkan uraian ini, data-data normalitas panjang batang, jumlah daun dan diameter batang (lihat lampiran II.A) berdistribusi secara normal sebab memiliki nilai signifikasi di atas 0,05, yaitu secara berurutan; 0.491, 0.445 dan 0.552. b. Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas varians dilakukan untuk memastikan bahwa kelompokkelompok perlakuan merupakan kelompok yang mempunyai varians homogen (Purwanto, 2011). Untuk mengambil keputusan apakah suatu data itu homogen atau tidak didasarkan pada dua prinsip; jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas <0,05, maka dikatakan bahwa warian dari dua atau lebih kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
populasi data tidak sama dan jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama (Raharjo, 2014). Berdasarkan uji homogenitas varians (lihat lampiran II.B), dihasilkan levene statistic 0.494, sig 0,693; levene statistic 0,72, sig 0,974 dan levene statistic 1.026, sig 0.416 > 0,05, pada level probabilitas yang artinya, pemberian pupuk CMA pada waktu yang berbeda bagi pertumbuhan panjang batang, jumlah daun dan diameter batang memiliki varians yang sama (homogen). Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas, data pertumbuhan koro hijau berdistribusi normal dan memiliki vairans yang homogen, oleh karena itu dapat dilanjutkan dengan uji anova. 3. Uji Anova Satu Faktor Berdasarkan uji anova panjang batang (lihat lampiran II.C) nilai probabilitas adalah sig 0,605 > 0,05, dengan demikian hipotesis Hi ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian CMA pada waktu yang berbeda berpengaruh tetapi tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan koro hijau dengan perlakuan kontrol negatif karena selisih panjang batang kecil. Sementara itu untuk nilai probabilitas jumlah daun dan diameter batang adalah sig 0,036 dan sig 0,033 <0,05 dengan demikian Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian CMA pada waktu yang berbeda berpengaruh dan berbeda nyata terhadap pertumbuhan koro hijau dengan perlakuan kontrol negatif sebab terdapat selisih jumlah daun dan diameter batang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Karena nilai probabilitas jumlah daun dan diameter batang yaitu 0,036 dan 0,033 < 0,05 maka dilakukan uji lanjut, yaitu post hoc; uji Tukey HSD (lihat lampiran II.D). Dari hasil uji Tukey HSD diketahui bahwa perlakuan M3 adalah variabel yang berbeda signifkan dengan kontrol negatif. Perbedaan mean M3 terhadap kontrol negatf adalah -16 dan perbedaan mean kontrol negatif terhadap M3 adalah 16. Sementara itu, perlakuan M1 dan M2 tidak menunjukkan perbedaan mean yang signifikan. Hasil uji Tukey HSD untuk diameter batang menunjukkan tidak adanya perbedaan mean yang signifikan antar variabel. 4. Panjang Akar Berdasarkan perbandingan kuantitatif panjang akar tanaman koro hijau di akhir masa perlakuan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.2. Rata-rata Panjang Akar per Perlakuan dan Kontrol No 1 2
Perlakuan dan Kontrol (Cm) M1 M2 M3 K 46.25 47.375 48.5 40.875
Keterangan: M1: Minggu 1 M2: Minggu 2 M3: Minggu 3 K : Kontrol Negatif Perbandingan panjang akar di atas tidak sepenuhnya menggambarkan kualitas akar. Secara kualitatif berdasarkan pengamatan terhadap morfologi akar tanaman koro hijau diperoleh gambaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Gambar 4.1: Panjang akar koro hijau M1, M2, M3 dan Kontrol negatif 5. Infeksi CMA Tingkat infeksi akar tanaman koro hijau oleh CMA dihitung dengan cara mengambil tiga sampel tanaman pada perlakuan M1, M2 dan M3. Dari masingmasing tanaman tersebut diambil tiga sampel ujung serabut akar sepanjang 1 cm dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Selanjutnya dari masing-masing sampel ujung serabut akar dilakukan pengamatan terhadap 5 bidang pandang mikroskop secara acak. Indikator adanya infeksi CMA pada akar tanaman koro hijau dilihat dari adanya hifa, vesikel atau arbuskula pada masing-masing akar yang diamati. Jika pada sel akar tertentu terdapat hifa, vesikel atau arbuskula maka akan diberi tanda (+) sedangkan jika tidak terdapat ketiga hal tersebut, sel akar yang terlihat akan diberi tanda (-). Berikut ini adalah hasil pengamatan endomikoriza di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
A
B
C
D
A
Ganbar 4.2: Hasil Pengamatan Endomikoriza; A. Hifa internal, B. Arbuskular, C. Vesikel, D. Sel akar
Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan infeksi CMA: Tabel 4.3. Persentase Infeksi CMA No 1 2
M1 52.4%
Perlakuan M2 59.8%
M3 30.6%
Tingkat infeksi akar dapat digolongkan ke dalam 5 kelas sebagai berikut: Kelas 1 bila kolonisasi akar 0%-5% (sangat redah) Kelas 2 bila kolonisasi akar 6%-25% (rendah) Kelas 3 bila kolonisasi akar 26%-50% (sedang) Kelas 4 bila kolonisasi akar 51%-75% (tinggi) Kelas 5 bila kolonisasi akar 75%-100% (sangat tinggi) Berdasarkan tingkat infeksi akar di atas, perlakuan M1 berada pada kelas 4 (tinggi) sebab mengalami tingkat infeksi sebesar 52.4%, sedangkan perlakuan M2 juga berada pada kelas 4 (tinggi) namun memiliki persentase infeksi yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
tinggi, yaitu 59,8%. Perlakuan M3 berada di kelas 3 (sedang) dengan tingkat infeksi sebebsar 30.6%. B. Pembahasan 1. Pengaruh Pemberian CMA terhadap Pertumbuhan Tanaman Koro Hijau Pemberian CMA berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan koro hijau. Terhadap indikator panjang batang, perlakuan CMA memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Nilai probabilitasnya adalah 0,605 > 0,05 saat dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan indikator jumlah daun dan diameter batang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan koro hijau dan berbeda nyata pada saat dibandingkan dengan kontrol negatif. Adanya pengaruh signifikan pemberian CMA terhadap pertumbuhan koro hijau dapat juga dilihat dari rerata indikator pertumbuhan. Berdasarkan hasil data rerata, perlakuan M1 memiliki rerata paling tinggi dibandingkan dengan rerata perlakuan M2 dan M3 (lihat tabel 4.1 dan 4.2). Kondisi ini sejalan dengan pendapat Linderman dan Hendrix (1984) dalam Hanafiah (2014) yang menyatakan bahwa CMA berperan dalam mempercepat fase fisiologis definitif serta meningkatkan daya tahan tanaman pada awal pertanaman. Hanafiah juga melaporkan bahwa jenis tanaman legume dalam pertumbuhanya sangat bergantung dengan asosiasi CMA. Saat dibandingkan dengan rerata pertumbuhan kontrol negatif, rerata panjang batang dan jumlah daun perlakuan M1 lebih kecil dibadingkan dengan rerata indikator yang sama pada kontrol negatif. Sementara itu, rerata diameter batang perlakuan M1 sama dengan rerata diameter batang kontrol negatif. Perbedaan rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
indikator pertumbuhan pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif dapat dianalisa lebih lanjut berdasarkan jenis media tanam yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Pengaruh waktu pemberian CMA bagi pertumbuhan Koro hijau dapat pula dilihat dengan mengamati morfologi dan panjang akar serta membandingkan tingkat infeksi CMA terhadap akarnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, panjang akar tanaman bukanlah indikator yang tepat terhadap efektivitas CMA bagi pertumbuhan koro hijau. Tingkat ketebalan akar, banyaknya rambut akar serta tingkat infeksi CMA justru menjadi indikator yang lebih kuat. Tingkat ketebalan akar menunjukkan bahwa adanya tingkatan mutualisme antara akar tanaman inang dengan CMA. Menurut Salisbury dan Ross (1992), CMA akan membentuk selimut di luar dan di dalam akar, di ruang antar sel epidermis dan kortek. Selanjutnya, CMA akan memproduksi hifa eksternal secara intensif pada akar tanaman inang, sehingga akar tanaman yang bermikoriza akan lebih optimal dalam berfotosintesis, mengadsorpsi air dan nutrisi dari dalam tanah. Dari hasil pengamatan, perlakuan M1 memiliki tingkat ketebalan akar paling baik dibandingkan dengan perlakuan M2, M3 dan kontrol. Adanya tingkat ketebalan dan panjang akar tidak dapat dilepaskan dari hasil tinggi rendahnya infeksi CMA terhadap akar tanaman. Tingkat ketebalan dan panjang akar yang paling baik pada akar tanaman M1 dipengaruhi oleh tingkat infeksi CMA yang tinggi. Hasil pengamatan di bawah mikroskop infeksi CMA terhadap akar tanaman koro hijau ditunjukkan dengan adanya hifa, arbuskula dan vesikel (lihat gambar 4.1). Menurut Soenartiningsih (2013), proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
infeksi dimulai dengan perkecambahan spora di dalam tanah. Hifa yang tumbuh melakukan penetrasi ke dalam akar dan berkembang di dalam korteks, pada akar yang terinfeksi akan terbentuk arbuskular, vesikel, hifa internal di antara sel-sel korteks dan hifa eksternal. Penetrasi hifa dan perkembanganya biasanya terjadi pada bagian yang masih mengalami proses diferensiasi dan proses pertumbuhan. Hifa berkembang tanpa merusak sel. Tingkat infeksi CMA yang tinggi pada akar tanaman akan memudahkan akar tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan. Ketabalan dan panjang akar akan memperluas ruang permukaan penyerapan unsur hara yang berada di sekitar perakaran. Dengan cara itu, tanaman dengan mudah dapat menyerap unsur hara yang terdapat di arbuskular. Tanaman juga tidak akan kekurangan unsur hara, sebab terdapat ruang penyimpanan unsur hara di vesikel. Sementara itu, suplai unsur hara dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman ditransportasikan dengan lebih mudah oleh hifa eksternal dan hifa internal. Jika data ini disejajarkan dengan tingkat pertumbuhan panjang batang, jumlah daun dan diameter batang, perlakuan M1 memiliki tingkat pertumbuhan yang paling baik. Perlakuan M2 juga memiliki tingkat infeksi akar dengan persentase tinggi namun dari tingkat pertumbuhan panjang batang, jumlah daun dan diameter batang masih lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan M1. Tingkat infeksi perlakuan M3 berada pada tingkatan sedang, keadaan tersebut mempengaruhi indikator pertumbuhan yang lain sehingga menghasilkan tingkat pertumbuhan paling rendah dibandingkan dengan perlakuan M1 dan M2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Berdasarkan proses perkembangan akar, perlakuan M3 memiliki panjang akar yang paling besar. Namun, ciri tersebut justru tidak menunjukkan bentuk mutualisme yang baik antara akar tanaman dengan CMA. Pertumbuhan akar yang baik memampukan akar tanaman untuk menyerap nutrisi yang ada di sekitar perakaran. Menurut Clarx (1997) dalam Soenartiningsih (2013), CMA bekerja dengan menutupi bagian eksterior akar di dekat bagian ujung akar dengan hifa yang membentuk seperti mantel. Hifa cendawan yang lainnya akan menyebar ke segala arah dari ujung akar ke seluruh bagian tanah hingga sejauh 8 m. Hifa yang lainnya akan melakukan penetrasi antara bagian selaput sel akar tanaman inang untuk membentuk sebuah jaringan penyerapan nutrisi. Berdasarkan ciri perkembangan akar yang mengalami infeksi mikoriza, Khasa dkk (2009) menjelaskan bahwa perkembangan awal simbiosis CMA dengan tanaman inang menunjukkan relasi negatif terhadap geotropisme. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pertumbuhan panjang akar yang cenderung satu arah dan memanjang, menunjukkan bahwa akar tanaman tidak mengalami simbiosis dengan CMA. Menurut Campbell (2010), dibandingkan dengan akar yang tidak terinfeksi, ektomikoriza (salah satu jenis mikoriza) umumnya lebih tebal, lebih pendek dan lebih bercabang-cabang. Dengan demikian, panjangnya akar tanaman pada M3 menggambarkan bahwa akar tanaman tidak memperoleh nutrisi dan air yang cukup di daerah sekitarnya, sehingga cenderung bergerak vertikal ke bawah untuk memperoleh nutrisi dan air yang tersedia pada media di bagian bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
2. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Simbiosis Mutualistik CMA Pemanfaatan CMA bagi pertumbuhan koro hijau sebagai tanaman pionir untuk reklamasi lahan bekas tambang kapur sangat diperlukan. Menurut Paryudyaningsih dan Sari (2013), tanah di lahan bekas tambang kapur memiliki karakteristik yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman karena memiliki kualitas tanah yang buruk baik secara kimia, fisika dan biologi. Namun, dengan adanya asosiasi dengan CMA dan penambahan pupuk organik pada media tanam memungkinkan tanaman dapat memperoleh unsur hara yang cukup. Menurut Salisbury dan Ross (1992), mikoriza menawarkan keuntungan besar pada tanaman yang hidup di tanah tandus. Bahkan tanpa mikoriza yang mampu menyerap unsur hara, banyak komunitas tanaman yang tidak mampu bertahan. Dalam percobaan ini, tanaman koro hijau dapat tumbuh secara lebih efektif dengan adanya bantuan CMA, terkhusus di masa awal hidupnya. Dalam percobaan ini, perlakuan M1, M2 dan M3 menggunakan 50% tanah kapur, 33,3 % tanah grumosol dan litosol serta hanya 16.7% pupuk organik sebagai tanah subur. Menurut Yulia (2015), tanah kapur, tanah grumosol dan litosol berdasarkan ciri-cirinya adalah jenis tanah yang kurang subur. Oleh karena itu, pentingnya peranan CMA dan ketersediaan unsur mineral penting yang mencukupi sangat diperlukan agar tanaman koro hijau dapat tumbuh dengan baik. Pemberian CMA pada minggu pertama (M1) memungkinkan tanaman koro hijau menyerap unsur hara tanah yang tersedia pada media secara lebih efektif bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian CMA yang sama pada minggu kedua (M2) dan minggu ke tiga (M3). Hal ini terkait dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
mekanisme peyerapan mineral tanah yang lebih efektif pada saat ujung akar tanaman masih berusia muda. Semakin tua usia perakaran tanaman, semakin sulit dalam penyerapan unsur-unsur hara tanah. Menurut Salisbury dan Ross (1992), mikoriza mampu menyerap hara secara cepat, terutama di dekat ujung akar tempat hifa cendawan berkumpul dan agak kurang cepat di daerah yang lebih tua. Ujung akar lebih kerap terpajan pada garam mineral-larut yang berkonserntrasi tinggi daripada bagian yang lebih tua, karena bagian yang lebih tua ini berkedudukan di bagian tanah yang sudah lebih dulu tergali oleh ujung akar yang sedang tumbuh. Khasa dkk (2009) melaporkan bahwa adanya CMA meningkatkan mobilisasi nutrisi bagi tanaman. Selain itu, CMA juga meningkatkan mobilisasi nutrisi pada tanah yang memiliki jumlah nutrisi yang konsentrasinya rendah. Dibandingkan dengan media tanah non mikoriza pada kontrol negatif, pertumbuhan tanaman bermikoriza (M1, M2 dan M3) secara signifikan berbeda tetapi tidak nyata pada panjang batang dan secara signifikan berbeda dan nyata pada pertumbuhan daun dan diameter batang. Perbedaan kondisi pertumbuhan antara tanaman bermikoriza dan non mikoriza ini salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Bagi tanaman bermikoriza, pertumbuhan dapat terjadi dengan baik karena peranan mikoriza yang bermutualisme dengan baik dengan tanaman inang. Pada tanaman non mikoriza, perbandingan media tanah lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, sebab 25% medianya terdiri dari pupuk organik yang kaya akan unsur hara. Menurut Paryudyaningsih dan Sari (2013), pupuk organik mengandung unsur hara makro, di antaranya adalah N. Selain itu, pupuk organik juga berperan dalam meningkatkan porositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
tanah sehingga memberikan juga ruang hidup yang optimal bagi mikroba tanah yang dapat membantu pertumbuhan tanaman. 3. Peningkatan Kesuburan Tanah Lahan Bekas Tambang Kapur Tingkat kesuburan tanah di suatu wilayah memiliki beberapa syarat. Secara umum, syarat bagi
kesuburan tanah ditentukan oleh ketersediaan air,
mikroorganisme, biota tanah, banyaknya jenis tanaman dan jenis tanah. Selain itu, kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh ketersediaan humus, tanah liat yang mencukupi dan pH tanah yang netral (Anonim, 2015). Kurang terpenuhinya beberapa syarat kesuburan tanah di atas dapat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Dibandingkan dengan syarat-syarat kesuburan tanah di atas, lahan bekas tambang kapur memiliki banyak kekurangan. Di antaranya adalah jumlah air yang terbatas, karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, jumlah mikroorganisme yang lebih sedikit dan biota tanah yang terbatas. Berdasarkan hasil observasi, jumlah humus dan tanah liat pun juga sangat kurang. Jenis tanah yang mendominasi lahan bekas tambang kapur adalah tanah kapur, grumosol dan litosol. Sebagaimana telah di bahas sebelumnya, ketiga jenis tanah tersebut adalah jenis tanah yang kurang subur. Meskipun memiliki banyak kekurangan, tidak berarti bahwa tingkat kesuburan tanah bekas lahan tambang tidak dapat ditingkatkan. Keberadaan tanaman pionir (koro hijau) dan simbiosis mutualistiknya dengan mikoriza pada tanah lahan bekas tambang dalam penelitian ini terbukti dapat menopang menjadi media tanam yang baik bagi pertumbuhan tanaman Koro hijau. Dalam arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
tertentu, jika aplikasi jenis tanaman ini dan asosiasinya dengan CMA dilakukan secara terus-menerus sangat dimungkinkan kesuburan tanah di lahan bekas tambang dapat ditingkatkan, bahkan menjadi subur. Menurut Khasa 2009, simbiosis antara CMA dan tanaman justru dapat meningkatkan kesuburan tanah. CMA secara umum selalu dapat berkorelasi dengan aneka jenis tanah dan mikroorganisme yang ada di dalamnya. Saat bersimbiosis dengan akar tanaman, yang terjadi bukan hanya simbiosis antara akar
tanaman
dengan
CMA
namun
juga
melibatkan
macam-macam
mikroorganisme lain. Dalam asosiasinya dengan tanaman, CMA secara “tidak sengaja“
membantu
tanaman
berfotosintesis,
mengikat
unsur
C
dan
mendistribusikanya ke tanah. Unsur C adalah unsur kimiawi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. Dengan jenis-jenis tanaman kacan-kacangan, CMA membantu dalam melakukan fiksasi unsur N yang juga dibutuhkan oleh tanah dan meningkatkan tingkat kesuburan tanah. Kemungkinan besar, pengikatan unsur C dan fiksasi unsur N juga terjadi dalam simbiosis mutualistik antara Koro hijau dengan CMA. Hanya saja, penelitian ini tidak melakukan pengamatan terhadap hal tersebut. Dengan kata lain, jika hal itu terjadi, proses tersebut sangatlah berguna bagi peningkatan kesuburan tanah lahan bekas tambang kapur. 4. Faktor Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Koro Hijau Indriani dkk (2011) dalam Ristiyanti dkk (2014) menjelaskan bahwa perkembangan CMA dipengaruhi oleh kepekaan tanaman inang terhadap infeksi, intensistas cahaya, kadar air tanah, pH tanah, bahan organik, residu akar, ketersediaan hara logam berat dan fungisida. Dalam percobaan ini, pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
koro hijau yang bersimbiosis dengan CMA juga dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik seperti pH tanah, cahaya matahari, suhu, kelembaban udara sebagaimana disebutkan di atas. Berdasarkan data hasil pengamatan diperoleh pH rata-rata perlakuan dan kontrol serta suhu dan kelembaban udara rata-rata sebagai berikut: Tabel 4.4: pH rata-rata Perlakuan dan Kontrol, Suhu dan Kelembaban Udara No
pH Rata-rata Perlakuan
Suhu 0C
dan Kontrol
Kelembapan Udara %
1
M1-M3
K
2
6.49
6.11
27.6
66.9
Menurut Hanafiah (2014) pH dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. Ia juga mengatakan bahwa setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda, pengetahuan tentang pengaruh pH terhadap pola ketersediaan hara tanah dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan tanaman yang sesuai pada suatu jenis tanah. Berdasarkan rata-rata pH di atas, tanaman yang menerima perlakuan dan kontrol negatif berada pada kisaran pH yang sesuai dengan ukuran pH yang baik bagi pertumbuhan koro hijau, yaitu 6.49 dan 6.11. Menurut Sadavis dan Kondiram (2012), koro hijau dapat tumbuh dengan baik pada pH 5.5-8. Berdasarkan komposisi tanah pada media yang digunakan, seharusnya media tanah kapur (pada perlakuan dan kontrol negatif) cenderung memiliki tingkat kebasa-an yang tinggi. Namun, pada kenyataanya, pH yang terukur cenderung asam dan masih berada pada kondisi normal bagi pertumbuhan koro hijau. Keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
tersebut dapat dipengaruhi oleh karena curah hujan yang tinggi selama masa percobaan. Menurut Salisbury dan Ross (1992), curah hujan tinggi mengakibatkan pencucian kalsium dan pembentukan tanah asam. Data faktor abiotik lain seperti jumlah cahaya matahari, suhu dan kelembaban udara saling berkaitan. Berdasarkan data suhu rata-rata selama masa percobaan, data suhu masih menunjukkan angka toleran bagi pertumbuhan normal koro hijau. Menurut Sadavis dan Kondiram (2012), koro hijau dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 18-27 0C. Bhartiya dkk (2015) menyebutkan kisaran suhu 25-32 0C untuk pertumbuhan koro hijau. Artinya, suhu rata-rata 27.6 0
C pada data pengamatan masih tergolong normal. Sementara itu, kelembaban
udara udara selama masa percobaan tergolong tinggi, yaitu 66.9%. Kelembaban udara ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tergolong tinggi pula. Selama 46 hari penelitian terjadi hujan sebanyak 10 kali. Kelembaban udara dan curah hujan berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman, sebab jumlah penetrasi cahaya matahari yang dibutuhkan berkurang. Tanaman koro hijau memiliki toleransi yang rendah terhadap kondisi tanah yang basah (Sadavis dan Kondiram, 2012) Faktor biotik yang berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau di antaranya adalah serangan hama, penyakit tanaman dan gulma. Terdapat dua jenis hama yang paling banyak menyerang tanaman koro hijau, yaitu Aphis cracivora Koch dan Stomopterix subsecivella. A cracivora adalah kutu kecil bersayap. Serangga ini berkembang dengan cepat karena serangga betina mampu menghasilkan nimfa hingga 124. Siklus hidup hama ini berlangsung selama1-2 hari. A cracivora menghisap cairan sel tumbuhan sehingga pertumbuhan taman terganggu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
menjadi kerdil. Di samping menghisap cairan sel, A cracivora juga memasukkan toksin ke dalam daun sehingga daun menguning dan permukaanya berkerut. Hama ini sekaligus juga merupakan vektor bagi virus (Waluyo dan Kuswanto, 2007). Serangan A cracivora terhadap tanaman koro hijau sudah terjadi sejak awal percobaan dilakukan, yaitu pada hari ke empat sejak percobaan dimulai hingga masa akhir percobaan. A cracivora mulai muncul dan menyerang bagian tanaman yang masih muda seperti pada ujung daun, batang, bunga dan buah. Selain menjadi kerdil, tanaman yang diserang oleh A cracivora juga mengalami malformasi pada daun dan batangnya. Akibatnya, proses fotosintesis dan pertumbuhan normal tanaman pun terganggu. Seluruh tanaman percobaan tidak luput dari serangan A cracivora ini.
Gambar 4.3: Aphis cracivora Koch Jenis hama kedua yang menyerang tanaman koro hijau adalah ulat penggerek daun (Stomopterix subsecivella). Gejala kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini adalah pinggiran helaian daun merekat. Larva tinggal di dalam daun yang merekat tersebut dan merusak jaringan sepanjang tulang daun (Pitojo, 2005). Selain menggulung daun tanaman koro hijau, S subsecivella juga memakan daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
tanaman yang ada di sekitarnya. Akibatnya, sebagian besar permukaan daun mengalami kerusakan dan menghalangi proses pertumbuhan dan selanjutnya berpengaruh terhadap proses terjadinya fotosintesis. Kerusakan yang diakibatkan oleh S subsecivella ini bersifat permanen. Berikut ini adalah morfologi daun dan ulat yang menyerang tanaman koro hijau:
Gambar 4. 4: Stomopterix subsecivella Penanggulangan terhadap serangan hama ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah dengan pengamatan dini untuk menentukan penanggulangan insektisida yang tepat, pemusnahan kelompok telur dan larva yang ditemukan. Dalam percobaan ini sendiri, pengendalian hama dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida alami (dengan menggunakan ekstrak bawang putih, diterjen dan minyak goreng) setiap dua hari sekali (Dafrosa, 2016). Selain mengalami serangan hama, tanaman koro hijau juga mengalami serangan penyakit tanaman berupa virus. Berdasarkan pengamatan dan gejala yang ditumbulkannya, terdapat dua macam jenis virus yang menyerang tanaman koro hijau, yaitu virus belang dan virus mosaik kuning. Penyakit virus belang disebabkan oleh Peanut Mottle Virus (PMoV) (Saleh, 2013). Virus ini bersifat mikorskopis berukuran 700-812 nm. Virus ini ditularkan oleh Aphis craccivora,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Aphis gossypii, Myzus persicae, Hyperomyzus lactuae dan Rhopalosiphum maydis, atau dari biji yang terserang virus belang. Gejala serangan awal yaitu warna daun tidak merata dan terdapat belang hijau kekuning-kuningan, benbentuk hampir bulat. Pada serangan yang lebih lanjut, belang tersebut berubah menjadi kekuningan dan kaku dengan pinggiran daun melengkung. Keadaan ini berakibat langsung terhadap kemampuan fotosintesis tanaman. Pada pengamatan percobaan, virus belang ini juga mengakibatkan malformasi pada daun koro hijau, bentuk daun menjadi tidak teratur dan cenderung melengkung ke bawah dan bagian pinggir daun mengering.
Gambar 4.5: akibat serangan Peanut Mottle Virus Sementara itu, virus mosaik kuning disebabkan oleh Bean Yellow Mosaik Virus (BYNV). Gejala awal serangan virus ini yang tampak adalah daun berwarna kuning, berkerut dan kerdil. Serangan selanjutnya mengakibatkan daun berwarna kuning kecoklatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Gambar 4.6: akibat serangan Bean Yellow Mosaik Virus Penanganan terhadap serangan virus belang dan virus mosaik kuning tidaklah mudah. Virus yang telah menginfeksi sel-sel daun tidak mudah diberantas. Usaha-usaha pengendalian yang memungkinkan adalah dengan memberantas kutu aphis yang berperan sebagai vektor virus dan untuk tanaman yang telah terinfeksi virus dicabut dan dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lainnya. Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil percobaan ini adalah adanya gulma tanaman berupa rumput-rumputan, di antaranya adalah rumput belulang (Eleusine indica) dan rumput teki (Cyperus rotundus L) (Azamy, 2016). Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Kehadiran rumput tulang dan rumput teki pada media penanaman koro hijau secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman koro hijau itu sendiri, sebab untuk menopang pertumbuhannya, kedua jenis gulma tersebut membutuhkan unsur hara, air, ruang tumbuh, CO2 dan cahaya. Unsur-unsur tersebut adalah unsur-unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
yang sama dibutuhkan oleh tanaman koro hijau. Selain itu, gulma juga dapat menjadi inang hama dan penyakit pengganggu tanaman. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, karena media tanam berada di polybag, kehadiran gulma di sekitar tanaman koro hijau tetap berpengaruh terhadap pertumbuhan koro hijau tersebut. Penanganan yang kemdian dapat dilakukan adalah dengan penyiangan. Penyiangan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman utama.
Gambar 4.7: Eleusine indica dan Cyperus rotundus L
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Waktu pemberian CMA terbukti berpengaruh terhadap simbiosis antara CMA dengan tanaman inang.
2.
Pemberian CMA pada minggu pertama (M1) terbukti paling baik dalam proses simbiosis mutualistik dengan tanaman koro hijau dibandingkan dengan perlakuan yang sama pada minggu kedua dan ketiga. Pemberian CMA berpengaruh tetapi tidak berbeda nyata terhadap panjang batang koro hijau. Pemberian CMA berpengaruh dan berbeda nyata terhadap jumlah daun dan diameter batang.
3.
Pemberian CMA berpengaruh lebih besar bagi pertumbuhan tanaman koro hijau dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa pemberian CMA).
B.
Saran Bagi Peneneliti selanjutnya a. Waktu pengukuran indikator pertumbuhan disesuaikan dengan beda
perlakuan waktu pemberian CMA terhadap tanaman. b. Tanah yang digunakan sebagai media tanam menggunakan jenis tanah asli
yang berasal dari lahan bekas tambang tanpa menambahkan jenis tanah
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
lain atau pupuk organik, agar jenis media tanah tidak mempengaruhi hasil penelitian. c. Penelitian sebaiknya tidak dilakuan pada saat intensitas hujan tinggi, sebab
curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi simbiosis mutualistik CMA dengan tanaman inang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013, What are The Benefits of Horsegrams, Dalam http://www.innovateus.net/food/what-are-health-benefits-horse-gram, Diakses 30 Juni 2016. Anonim, 2013. Badan Geologi: Atlas Batu Gamping Indonesia, Dalam http://pag.bgl.esdm.go.id/?q=content/atlas-batu-gamping-indonesia, diakses 3 Juni 2016. Anonim, 2015, 10 Ciri-ciri Tanah Subur dan Tidak Subur, Dalam http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/ciri-ciri-tanah-subur-dantidak-subur, Diakses 17 Februari 2017. Adji, T. N., 2009, Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Karst Gunung Sewu dan Kemungkinan Dampak Lingkungannya terhadap Sumberdaya Air (Hidrologis) karena Aktivitas Manusia, Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada, Dalam http://tjahyoadji.staff.ugm.ac.id/ancaman_karst_aquifer.pdf, Diakses 20 Mei 2016. Abida M., Mukhlis A, Khumaeroh, E N., Cahyana, A., Dhamayanti, E., 2015, Geo-Pintar (Geopark as Integrated and Smart Tourism): Konsep pariwisata Modern Gunung Sewu Sebagai Global Geopark Network dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, Dalam https://repository.ugm.ac.id/135413/1/geo2%20geopintar%20(geopark%20as%20integrated%20and%20smart%20tourism )%20konsep%20pariwisata%20modern%20gunung%20sewu%20sebag ai%20global%20geopark%20network%20dalam%20menyongsong%20 masyarakat%20ekonomi%20asean.pdf, Diakses 20 Mei 2016. Azamy, 2016, Pengelompokan Gulma, Mengenal Gulma dan Nama Latinnya, Dalam http://mitalom.com/pengelompokan-gulma-mengenal-jenisjenis-gulma-dan-nama-latinnya/, Diakses 17 Februari 2017. Rachman, R., Dariah A., Santoso, D., 2010, Pupuk Hijau, Dalam http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/03pu puk%20hijau.pdf, Diakses 4 Juni 2016. Bhartiya, A. Aditya, J.P., Kant, L., 2015, Nutritional and remedial Potential of an Underutilized Food Legume Horsegram (Macrotyloma uniflorum: a Review, The Journal of Animal & Plant Sciences). Uttarakhand: Almora.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Campbel N.A., Reece, J. B, 2010, Biologi: Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dafrosa, L, 2016, Khasiat Bawang Putih (Allium sativum) sebagai Pestisida, Dalam http://www.academia.edu/8911629/KHASIAT_BAWANG_PUTIH_Alliu m_sativum_SEBAGAI_PESTISIDA, Diakses 18 Oktober 2016. Fransiscus, 2015, Ensiklik Laudato Si: Tantangan Perawatan Rumah Kita Bersama, Penerbit Obor, Jakarta. Hidayat, A., 2012, Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov, Dalam http://www.statistikian.com/2012/09/uji-normalitas-dengankolmogorov-smirnov.html, Diakses 10 November 2016. Hanafiah, K. A., 2014, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Rajawali Pers, Jakarta. Harsono, A., 2016, Implementasi Pengendalian Gulma Terpadu pada Kedelai, Dalam http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/modul/03MODUL%20%20GULMA%20.pdf, Diakses 17 Oktober 2016. Irianto, A., 2004, Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Kencana Prenada Group, Jakarta. Khasa, D., Pische, Y., Coughlan, A.P., 2009, Advances in Mycorrhizal Science and Technology, National Reaserch Council, Canada. Kemas, H., 2005, Dasar-dasar Ilmu Tanah, PT Raja Gravindo Persada, Jakarta Kumar, N., 2010, Horsegram Intercroping, Dalam http://www.academia.edu/7332345/Horsegram_intercropping, Diakses 5 Juni 2016. Langer, W. H., 2001, Potential Environmental Impact of Quarrying Stone in Kars—Literature View, Untied Stated Department of Interior, New York. Masfufah, R., Meitini W., Proborini, R. K, 2016, Uji Kemampuan Spora Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Lokal Bali pada Pertumbuhan Tanaman Kedelai (glycine max L.), Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis Maret 2016, Diakses 24 Mei 2016. Mehra, A., 2013, Macrotyloma uniflorum A Traditional Crop of Kumaun Himalaya and Ethnobotanical Perspectives, International Journal of Agricultural and Food Sciences, Almora: Departement of Botany, Kumaun University. Dalam http://urpjournals.com/tocjnls/7_13v3i4_4.pdf, diakses 20 Mei 2016. Muryanto, 2012 Uji Efektivitas dan Multiplikasi Spora Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Berbagai Media Pembibitan Dalbergia Latifolia, Dalam https://digilib.uns.ac.id/...=/Uji-Efektivitas-danMultiplikasi-Spora-Cenda, Diakses 24 Mei 2016. Nurhandayani, R., Riza L., Siti, K, 2013, Inventarisasi Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular dari Rhizosfer Tanah Gambut Tanaman Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Protobiont, Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Tanjungpura. Pitojo, S., 2005, Benih Kacang Tanah, PT Kanisius, Yogyakarta. Pribadi, W, 2015, Pengolahan Tambang Gunungkidul Berhenti Beroperasi, Dalam https://m.tempo.co/read/news/2015/08/15/078692211/semuapabrik-pengolah-tambang-gunungkidul-berhenti-beroperasi, Diakses 28 Mei 2016. Prayudyaningsih, R., Sari, R, 2013, Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis Linn.f.) pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur, Dalam jurnal.balithutmakassar.org/index.php/wallacea/article/.../105/pdf_17, diakses 26 Mei 2016. Purwanto, I., 2007, Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae: Nama Daerah, Morfologi, Kegunaan, Penyebaran, PT Kanisius, Yogyakarta. Purwanto, 2011, Statistika untuk Penelitian. Yogyakart: Pustaka Pelajar. Raharjo, S., 2014, Uji Homogenitas dengan Program SPSS, Dalam http://www.konsistensi.com/2014/02/uji-homogenitas-dengan-programspss.html, Diakses 25 Oktober 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Rachman, 2010, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Dalam http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/03pu puk%20hijau.pdf, Diakses 8 Februari 2017. Ravishankar, K., 2012, Evaluation of Diuretic Effect of Ethanolic Seed Extracts of Marotyloma uniflorum dan Cucumis Melo in Rats, International Journal of Pharma and Bio Scieces, Gondavari. Ristiyanti, Yusran, Rahmawati, 2014, Pengaruh Beberapa Spesies Fungi Mikoriza Arbuskular pada Media Tanah dengan pH Berbeda Terhadap Pertumbuhan Semai Kemiri ( Aluerites moluccana (L) Willd.), dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=295609&val=51 56&title=PENGARUH%20BEBERAPA%20SPESIES%20FUNGI%20 MIKORIZA%20ARBUSKULAR%20PADA%20MEDIA%20TANAH%20 DENGAN%20pH%20BERBEDA%20TERHADAP%20PERTUMBUHA N%20SEMAI%20KEMIRI%20(Aleurites%20moluccana%20(L.)%20Wi lld.), Diakses 17 Oktober 2016. Robert, S. L., Thomas, S.M, 2001, Ecology and Field Biology, New York: Benjamin Cummings.
Saleh, N. 2013. Ekobiologi dan optimalisasi Pengendalian Penyakit Virus Belang pada Kacang Tanah melalui Pengelolaan Tanaman secaraTerpadu, Dalam http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3222031.pdf, Diakses pada 18 Oktober 2016. Sadavis, B. N., Kondiram, D.N, 2012, Effect of Mutagens on Quantitative Characters in M2 dan M3 Generation of Horsegram (Macrotyloma uniflorm), Dalam http://www.ijsrp.org/research-paper-1012/ijsrpp1008.pdf, Diakses 26 Mei 2016. Salisbury, B dan Ross, C.W, 1992, Fisiologi Tumbuhan, Penerbit ITB Bandung, Bandung. Sastrosupandi, 2000, Rancangan Percobaan Praktis: Bidang Pertanian, PT Kanisius, Yogyakarta. Soenartiningsih, 2013, Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskular sebagai Media Pengendalian Penyakit Busuk Pelepah pada Jagung, Dalam http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/06-Soenartiningsih.pdf, Diakes 26 Mei 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Schubler, A. W, 2010, Glomermycota: A New Spesies List with Family and Genera, Dalam http://www.amfphylogeny.com/Schuessler&Walker2010_Glomeromycota.pdf Diakses 8 Februari 2017. Suparno, P., 2014, Metode Penelitian Pendidikan IPA, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Treseder, K, 2013, The Extent of Mycorrizhal Colonization of Roots and Its Influence on Plant Growth and Phosphorous Content, Springer Science + Businees Media, Dordrecht. Uttam, K., 2014, Agroecosystem: Soil, Climate, Crops, Nutrients Dynamics, and Productivity, Apple Academic Press, New Jersey. Verhoef, H. A., Morin, P. J., 2010, Community Ecology: Process, Models and Applications, Oxford University Press, Oxford. William, H. H., 2001, Potential Environmental Impacts of Quarrying Stone in Karst—A Literature Review, United State Department of Interior, New York. Waluyo,
B.,
Kuswanto.,
2007,
Dalam
http://kuswanto.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/JIPI-Eds-Khusus-1-2007MODEL-PENDUGAAN-JUMLAH-APHID-Aphis-craccivora-Koch-SECARA-INSITU-PADA-TANAMAN-KACANG-PANJANG-Vigna-sesquipedalis-L.Fruwirth.pdf, Diakses pada 25 Februari 2017.
Yulia, 2015, 18 Jenis Tanah di Indonesia, Manfaat, Persebaran, Gambarnya, Dalam http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-jenis-tanah. Diakses 24 Mei 2016. Zulkifli, 2014, Pengelolaan Yogyakarta.
Tambang
Berkelanjutan,
Graha
Ilmu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Lampiran Lampiran I: Data Pengamatan Indikator Pertumbuhan Koro Hijau A. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Diameter Batang No
Tangga l
Indikator Pertumbuhan
PERLAKUAN dan KONTROL Minggu 1 (M1) M1. M1 3 4
Panjang Batang Jumlah Daun 1
29/8/16
Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun
2
3 /8/16
Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun
3
8 /8/16
Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun
4
13/8/16
Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun
5
18/8/16
Diameter batang
6
23/8/16
Panjang Batang
9.5 2 3 10 2 3.5 13 4 3.7 16.5 6 4.1 16 8 4.3 25
9 2 2 9 2 3.2 12 4 3 14 5 4 17.5 8 4.6 21.4
M1 5
M1 6
7.6 9.5 2 2 2 3 7.5 10.5 2 2 3.2 3.5 11 14 4 4 3.3 3.7 12.5 15 5 6 4 4.4 15.5 26 8 8 4.2 4.7 19 37.5
Minggu 2 (M2) M2 M2 M2 1 2 3
M2 4
Minggu 3 (M3) M3 M3 M3 1 3 4
M3 6
Kontrol Negatif (M4) K. K. K. K. 1 2 3 4
7.3 9.4 7 5 7.4 7.5 7.8 9.5 9 8.1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 7.5 9 7.5 5.5 8.5 8 8 10.5 9.5 9.5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3.2 3.3 3.3 2.6 3 3.1 3.2 2.5 3.1 3.3 9 11.5 9 10 11 11 11 13 12 13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3.7 3.7 3.8 3.9 3.8 3.4 3.4 3.3 3.4 3.8 12 14 11 10.5 13 13 13 15 15 16.5 6 5 5 6 5 5 5 5 5 6 4.6 3.8 4.4 4.5 4.3 3.5 3.9 3.8 3.9 4.2 14 17.5 16 15.7 20 17 16 18.5 18.5 25.5 8 7 8 8 9 7 7 7 8 9 4.5 4.4 4.3 4.7 4.8 4.4 4.3 4.3 4.6 4.8 16.5 21.2 29.2 19 19.1 20.5 16.2 20 19.2 44.5
7 6 2 2 3 3 7 7 2 2 2.8 3.5 12 12.5 5 5 3.4 3.7 16 16 6 7 4.1 4.4 28 28.5 9 9 4.4 4.9 57 51.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Jumlah Daun Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun 7
28/8/16
Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun
8
2 /9/16
Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun
9
7 /9/16
Diameter batang Panjang Batang Jumlah Daun
10
12/9/16
Diameter batang
9 4.9 40 10 5.1 61 19 5 79 20 5.2 95 28 5.4
8 5.2 33 11 4.7 68 16 5.3 78 21 5 106 31 5.2
8 4.3 21 9 4.7 21 12 4.9 36 15 4.7 71 24 5
9 4.8 71 14 5 80 17 5.4 78 24 6 75 26 5.7
9 4.7 17.5 11 4.8 18.5 13 5 24 20 4.5 26 24 5
9 4.5 24 10 5.6 31 10 4.8 39 12 5.4 41 14 5.3
9 4.8 76 14 5.4 110 21 5.5 100 21 5.4 108 28 5.6
9 9 5.1 5 32 19.5 11 10 5.2 5 66 25 18 10 5 5.1 74 32 23 13 5.6 5.1 91 58 25 15 5.4 5.3
8 4.5 31 12 4.9 73 15 5.2 74 17 5.1 78 20 5.3
7 4.7 15 7 4.5 16 7 4.7 16 9 4.4 19 11 4.7
B. Hasil Panjang Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda Perlakuan dan Kotrol Minggu 1 (M1) Minggu 2 (M2) Minggu 3 (M3) Kontrol Negatif (K)
Jumlah Ulangan 1 2 85.5 97 18.7 31.6 50.6 70.5 50 127.9
Jumlah 3 63.4 101 11.2 84
4 65.5 86 56.5 76
311.4 237.3 188.8 337.9
Rerata 77.85 59.325 47.2 84.475
8 4.4 25 9 4.6 50 13 4.8 64 16 4.6 66 26 5
9 4.9 23 10 5.3 46 17 5.3 53 17 5.1 59 23 5.1
11 5.3 73 18 5.6 94 23 5.6 97 23 6.2 136 34 6.4
12 5.2 68 22 5.5 88 25 6.2 90 30 5.7 91 39 6.1
11 5 70 19 5.3 79 25 5.5 75 30 5.6 82 32 5.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
C. Tabel Hasil Jumlah Daun Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda
Perlakuan dan Kotrol
Jumlah Ulangan 1 2 26 29 22 12 13 18 21 32
Minggu 1 (M1) Minggu 2 (M2) Minggu 3 (M3) Kontrol Negatif (K)
Jumlah 3 22 26 9 37
4 24 23 24 30
101 83 64 120
Rerata 25.25 20.75 16 30
D. Tabel Hasil Jumlah Diameter Batang Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda Perlakuan dan Kotrol
Jumlah Ulangan 1 2 0.24 0.32 0.2 0.23 0.23 0.23 0.21 0.34
Minggu 1 (M1) Minggu 2 (M2) Minggu 3 (M3) Kontrol Negatif (K)
Jumlah 3 0.3 0.26 0.27 0.31
4 0.27 0.24 0.2 0.29
Lampiran II: Uji Statistik Pertumbuhan Koro Hijau A. Uji Normalitas Panjang Batang, Jumlah Daun dan Diameter Batang Panjang Batang One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Panjang_batang N Normal Parametersa,,b
16 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
56.83 33.317
Absolute
.123
Positive
.123
Negative
-.085
Kolmogorov-Smirnov Z
.491
Asymp. Sig. (2-tailed)
.970
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data
1.13 0.93 0.93 1.15
Rerata 0.2825 0.2325 0.2325 0.2875
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Jumlah Daun One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Jumlah_daun N
16
Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences
Mean
22.44
Std. Deviation
8.687
Absolute
.111
Positive
.111
Negative
-.078
Kolmogorov-Smirnov Z
.445
Asymp. Sig. (2-tailed)
.989
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Diameter Batang One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Diameter_batang N Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences
16 Mean
.26
Std. Deviation
.051
Absolute
.138
Positive
.138
Negative
-.113
Kolmogorov-Smirnov Z
.552
Asymp. Sig. (2-tailed)
.920
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
B. Uji Homogenitas Panjang Batang
Test of Homogeneity of Variances Panjang_batang Levene Statistic
df1
.494
df2 3
Sig. 12
.693
Jumlah Daun Test of Homogeneity of Variances Jumlah_daun Levene Statistic
df1
.072
df2 3
Sig. 12
.974
Diameter Batang Test of Homogeneity of Variances Diameter_batang Levene Statistic 1.026
df1
df2 3
Sig. 12
.416
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
C. Uji Deskriptif dan Anova
Panjang Batang Descriptives Panjang_batang 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
M1
4
61.70
31.194
15.597
12.06
111.34
21
97
M2
4
44.30
38.167
19.083
-16.43
105.03
19
101
M3
4
47.20
25.410
12.705
6.77
87.63
11
71
Kontrol_negatif
4
74.13
41.366
20.683
8.30
139.95
35
128
16
56.83
33.317
8.329
39.08
74.58
11
128
Total
ANOVA Panjang_batang Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
2290.287
3
763.429
.638
.605
Within Groups
14359.708
12
1196.642
Total
16649.994
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Jumlah Daun Descriptives Jumlah_daun
95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
M1
4
22.00
7.257
3.629
10.45
33.55
12
29
M2
4
19.75
5.909
2.955
10.35
29.15
12
26
M3
4
16.00
6.481
3.240
5.69
26.31
9
24
Kontrol_negatif
4
32.00
7.789
3.894
19.61
44.39
21
38
Total
16
22.44
8.687
2.172
17.81
27.07
9
38
ANOVA
Jumlah_daun
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
561.188
3
187.063
Within Groups
570.750
12
47.563
1131.938
15
Total
F 3.933
Sig. .036
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Diameter Batang Descriptives
Diameter_batang
95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
M1
4
.29
.024
.012
.25
.33
0
0
M2
4
.21
.043
.021
.14
.28
0
0
M3
4
.23
.029
.014
.19
.28
0
0
Konrrol_negatif
4
.29
.057
.028
.20
.38
0
0
16
.26
.051
.013
.23
.28
0
0
Total
ANOVA
Diameter_batang
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
.020
3
.007
Within Groups
.019
12
.002
Total
.039
15
F 4.060
Sig. .033
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
D. Uji Post Hoc; Uji Tukey HSD Jumlah Daun Multiple Comparisons Dependent Variable:Jumlah_daun 95% Confidence Interval
Mean Difference
Tukey HSD
(I) Kode2
(J) Kode2
M1
M2
2.250
4.877
.966
-12.23
16.73
M3
6.000
4.877
.621
-8.48
20.48
-10.000
4.877
.224
-24.48
4.48
M1
-2.250
4.877
.966
-16.73
12.23
M3
3.750
4.877
.867
-10.73
18.23
-12.250
4.877
.108
-26.73
2.23
M1
-6.000
4.877
.621
-20.48
8.48
M2
-3.750
4.877
.867
-18.23
10.73
-16.000*
4.877
.029
-30.48
-1.52
M1
10.000
4.877
.224
-4.48
24.48
M2
12.250
4.877
.108
-2.23
26.73
M3
16.000*
4.877
.029
1.52
30.48
Kontrol_negatif M2
Kontrol_negatif M3
Kontrol_negatif Kontrol_negatif
*. The mean difference is significant at the 0.05 level. Jumlah_daun
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Subset for alpha = 0.05 Kode2 Tukey HSDa
N
1
M3
4
16.00
M2
4
19.75
19.75
M1
4
22.00
22.00
Kontrol_negatif
4
Sig. Duncana
2
32.00 .621
M3
4
16.00
M2
4
19.75
M1
4
22.00
Kontrol_negatif
4
Sig.
22.00 32.00
.264
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
.108
.063
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Diameter Batang Multiple Comparisons Dependent Variable:Diameter_batang 95% Confidence Interval
Mean Difference
Tukey HSD
(I) kode3
(J) kode3
M1
M2
.078
.028
.076
.00
.16
M3
.058
.028
.234
-.03
.14
Konrrol_negatif
-.003
.028
1.000
-.09
.08
M1
-.078
.028
.076
-.16
.01
M3
-.020
.028
.894
-.10
.06
Konrrol_negatif
-.080
.028
.065
-.16
.00
M1
-.058
.028
.234
-.14
.03
M2
.020
.028
.894
-.06
.10
-.060
.028
.205
-.14
.02
M1
.003
.028
1.000
-.08
.09
M2
.080
.028
.065
.00
.16
M3
.060
.028
.205
-.02
.14
M2
M3
Konrrol_negatif Konrrol_negatif
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Diameter_batang Subset for alpha = 0.05 kode3 Tukey HSDa
N
1
M2
4
.21
M3
4
.23
M1
4
.29
Konrrol_negatif
4
.29
Sig. Duncana
2
.065
M2
4
.21
M3
4
.23
M1
4
.29
Konrrol_negatif
4
.29
Sig.
.495
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
.23
.067
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Lampiran III: Data Pengamatan Panjang Akar, Infeksi Mikoriza dan Faktor Ekternal Pertumbuhan A. Panjang Akar Minggu 1 (M1) M1.3
M1.4
50
Minggu 2 (M2) M1.5
49
M1.6
32
M2.1
54
M2.2
60
Minggu 3 (M3) M2.3
33.5
M2.4
30
66
M3.1
M3.3
53
Kontrol Negatif (K) M3.4
55
43
M3.6 43
K.1
K.2 51
K.3
33.5
Jumlah:
185
189.5
194
163.5
Rata-rata:
46. 25
47.375
48.5
40.875
K.4 41
38
B. Infeksi CMA Perlakuan M1
Tabel Pengamatan Infeksi Cendawan Mikoriza Arbuskular M1 Bidang Pandang
+ + + + +
M1.3
M1.4
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
5 6 5 4 6 5 4 4 5
4 5 0 6 1 5 0 7 4
0 7 4 4 4 3 6 0 0
Rambut Akar 1
7 1 0 6 6 0 0 6 4
M1.5
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
4 4 5 3 3 4 5 3 4
5 5 3 6 0 20 0 6 0
8 0 6 4 0 5 4 4 7
6 1 7 3 5 1 6 4 11
6 0 7 1 12 2 9 1 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Jumlah + dan % infeksi akar
2 +25
-21
2 +9
55.5%
-25 26.4%
% ratarata infeksi ulangan
9 +14
-23 37.8%
2 +17
3 +21
-15 53.1%
9 +8
-17 55.2%
39.9%
3 +25
-46 14.5%
1 +35
-16
60.9%
-10
77.7%
40.9%
% infeksi perlakuan
0 +40
-4 90.9%
76.5%
52.4%
Perlakuan M2
Tabel Pengamatan Infeksi Mikoriza Arbuskular M2 Bidang Pandang
+ + + + + -
M2.1
M2.3
M2.4
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
5 4 0 7 7 0 2 2 3 1
2 5 0 5 0 6 0 6 2 5
5 0 3 5 0 7 5 0 2 4
9 0 1 7 3 8 3 6 8 0
8 0 5 0 7 3 5 7 4 2
2 4 13 0 9 0 6 0 3 3
5 4 8 0 4 6 5 4 3 4
4 3 4 4 7 0 6 1 6 3
Rambut akar 3
6 0 6 0 4 4 4 6 7 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Jumlah + dan % infeksi akar
+17
-14
+9
54.8%
-27
+16
25%
% rata-rata infeksi ulangan
-16
+24
50%
-21 53%
+29
-12
+33
70.7.2%
43.2%
-7
+26
82.5%
-18
+27
59%
+27
71%
68.5%
% infeksi perlakuan
-11
-10 72.9%
67.6%
59.8%
Perlakuan M3
Tabel Pengamatan Infeksi Mikoriza Arbuskular M3 Bidang Pandang
+ + + + Jumlah +
M3.3
M3.4
M3.6
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
7 0 0 5 5 0 6 0 0 7 +18
7 0 4 1 4 1 6 1 4 1 +25
6 0 5 1 3 2 3 2 0 7 +17
0 4 0 5 0 5 0 6 0 6 +0
2 2 3 2 4 0 2 3 0 5 +11
0 5 0 4 0 4 3 2 3 2 +6
0 7 0 6 0 5 0 5 0 6 +0
0 6 0 6 0 4 0 6 0 6 +0
-12
-4
-12
-24
-12
-17
-29
-28
Rambut akar 3
0 12 0 15 0 3 0 3 0 3 +0
-36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
dan % infeksi akar
60%
86.2%
% rata-rata infeksi ulangan
58%
0%
68%
47.8% 24%
% infeksi perlakuan
30.6% C. pH, Suhu dan Kelembapan No
1
2
Tanggal
29/8/16
3 /8/16
8 /8/16
3
4
13/8/16
PH, Suhu dan Kelembapan M1-M3 PH 5 0 Suhu C 29 Kelembapan 62% M1-M3 PH 5.9 0 Suhu C 26 Kelembapan 63% M1-M3 PH 5.3 0 Suhu C 30 Kelembapan 53% M1-M3 PH 6.1 0 Suhu C 28
M4 4.2
M4 5.1
M4 6.8
M4 6.8
26%
0%
0% 0%
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Kelembapan
18/8/16
5
6
7
8
9
10
23/8/16
28/8/16
2 /9/16
7 /9/16
12/9/16
PH Suhu 0C Kelembapan
69%
26 65%
Suhu 0C Kelembapan
25 98%
PH Suhu 0C Kelembapan PH Suhu 0C Kelembapan
M4 6
M1-M3 6.6
M4 6.2
M1-M3 5
M4 5.8
M1-M3 6.2
M4 6.6
M1-M3 6.4
M4 6.8
M1-M3 6
M4 6.8
30 50%
PH Suhu 0C Kelembapan PH
PH Suhu 0C Kelembapan
M1-M3 6.2
29 66%
28 74%
25 69%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Lampiran IV: Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan A. Silabus SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas
: XII
KI 1
:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
:
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
:
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4
:
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
KOMPETENSI DASAR 1.2
Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya
MATERI POKOK
PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI WAKTU
MEDIA, ALAT, BAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
melalui contoh tanaman hidup di pot. Diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman Diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan tanaman
Mengasosiasikan Menganalisis hasil pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menyimpulkan tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan serta faktorfaktor yang mempengaruhinya dari hasil studi literatur dan diskusi. Mengkomunikasikan Presntasi hasil kajian studi dan diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan menggunakan media IT.
2. Merencanakan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Melakukan Percobaan tentang Pertumbuhan dan Perkembangan pada tanaman Koro hijau Mengamati Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai cara kerja ilmiah penanaman Koro Hijau dan simbiosisnya dengan Cendawan Mikoriza Arbuskular. Mengamati hasil percobaan yang diperoleh Menanya Memberikan pertanyaan tentang langkah-langkah percobaan dan dan penyusunan laporan hasil percobaan. Mengumpulkan Data (Eksperimen/Ekplorasi) Mendiskusikan dan membuat rancangan dan bentuk percobaan. Melaksanakan percobaan sesuai dengan rancangan yang telah disusun dan disepakati setiap kelompok. Melakukan pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
percobaan, mencatat data. Mengasosiasikan Mengolah data hasil eksperimen. Menjawab permasalahan yang muncul berdasarkan kajian literatur. Menarik kesimpulan dari hasil percobaan. Mengkomunikasikan Menyusun laporan hasil percobaan secara tertulis. Melaporkan hasil eksperimen secara lisan melalui presentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/ Semester
: X II/ I
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit (2x Pertemuan)
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya,
kemanusiaan,
prosedural kebangsaan,
dan
humaniora
kenegaraan,
dan
dengan
wawasan
peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
B. Kompetensi Dasar 1.1 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya 2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas 3.1 Mendeskripsikan proses pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penentuan topik penelitiannya 3.2 Merancang penelitian uji pengaruh luar terhadap pertumbuhan pada tanaman 4.2 Melaksanakan penelitian pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tanaman dan mempresentasikan hasilnya sebagai laporan C. Indikator Pembelajaran 1.1.1 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup 2.1.1Bersikap ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas 3.1.1 Menerangkan proses pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penentuan topik penelitiannya. 3.2.1 Membuat rancangan penelitian uji luar terhadap pertumbuhan pada tanaman 3.2.2 Melakukan presentasi terhadap rancangan penelitian uji luar terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
pertumbuhan tanaman 4.2.1 Melakukan penelitian tentang faktor luar terhadap pertumbuhan tanaman koro hijau (Macrotyloma uniflorm) 4.2.2 Menyampaikan hasil penelitian dalam bentuk laporan tertulis dan presentasi kelompok D. Tujuan Pembelajaran 1.1.1.1 Melalui refleksi siswa menunjukkan sikap peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan 2.2.1.1 Melalui diskusi kelompok mampu bertanggung jawab, bekerjasama, teliti dan jujur terhadap keselamatan diri dan lingkungan saat melakukan percobaan 3.1.1.1 Melalui tanya jawab siswa dapat menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penentuan topik penelitiannya 3.2.1.1 Melalui studi literatur siswa dapat membuat rancangan penelitian uji luar terhadap pertumbuhan tanaman 3.2.1.2 Melalui diskusi dan kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan rancangan penelitian 3.2.2.1 Setelah melakukan presentasi siswa dapat melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan penelitian 4.2.1.1 Melalui pengamatan siswa dapat mengetahui faktor luar bagi pertumbuhan koro hijau 4.2.1.2 Melalui pengumpulan data siswa dapat mengetahui apa saja jenis faktor luar yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau 4.2.2.1 Setelah membuat laporan tertulis siswa memahami apa saja faktorfaktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman koro hijau 4.2.2.2 Setelah melakukan presentasi siswa mengetahui apa saja faktor-faktor luar yang dominan mempengaruhi pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
E. Materi 1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan 2. Faktor-faktor luar (eksternal) 3. Rancangan uji penelitian faktor luar 4. Jenis-jenis penelitian faktor-faktor luar pada tumbuhan
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran : scientific Metode pembelajaran
:
discovery,
eksperimen,
diskusi,
video
dan
ceramah.
G. Metode Pembelajaran Pertemuan 1 (2jp) Kegiatan
Fase
Kegiatan Guru dan Siswa
(waktu) Pendahuluan
Menyiapkan kondisi 1. Guru mengucapkan salam
(20 menit)
belajar,
melakukan
apersepsi,
mengecek
kehadiran
siswa
menyampaikan tujuan
2. Guru
dan 3. Guru
memotivasi siswa
menayangkan
gambar
berbagai jenis tanaman dalam media
dan
ekosistem
yang
berbeda 4. Menstimulasi bertanya
siswa
mengenai
agar gambar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
gambar yang disampaikan 5. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran 6. Guru
meminta
membentuk
siswa
kelompok
yang
terdiri dari 4-5 siswa dan masing-masing
kelompok
mendapatkan LKS Inti
Mengamati
7. Siswa
mengamati
proses
pertumbuhan kecambah melalui
(60 menit)
video yang diputar oleh guru Menanya
9. Siswa diberi pertanyaan terkait dengan pengamatan
Mengumpulkan
10. Siswa mengkaji informasi dari
informasi
percobaan yang telah dilakukan dari sumber lain (artikel, jurnal, buku, dan sumber-sumber lainlain) dalam kelompok
Menalar
11. Siswa mengolah informasi yang didapat dan mengisi LKS
Mengkomunikasikan 12. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas 12. Siswa dan guru menanggapi presentasi Kesimpulan Evaluasi
dan 13. Guru meminta beberapa siswa untuk menyampaikan kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
dari hasil presentasi 14. Guru
melengkapi
jawaban
yang diutarakan oleh siswa jika belum lengkap Penutup
Refleksi
(10 menit)
Penghargaan
15.
Guru
mengajak
siswa
merefleksikan hasil pembelajaran yang telah dilalui dengan meminta
Tindak lanjut,
beberapa siswa berefleksi 17. Guru memberikan apresiasi secara lisan dan verbal 18.
Guru
memberikan
tugas
kepada para siswa untuk membuat proposal percobaan dan membaca literatur yang berhubungan dengan tanah, pH, Suhu, kelembapan dan infeksi CMA pada akar tanaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Pertemuan Kedua (2 Jp)
Kegiatan
Fase
Kegiatan Guru dan Siswa
(waktu) Pendahuluan
Menyiapkan
(20 menit)
belajar,
kondisi 1. Guru mengucapkan salam
melakukan
apersepsi,
2. Guru mengecek kehadiran siswa
menyampaikan tujuan 3. Guru memberikan apersepsi “Apakah dan memotivasi siswa
faktor-faktor
eksternal
yang
paling
berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau?” 4. Siswa memberi tanggapan 5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 6. Guru
membagikan
LKS
untuk
pengamatan pertumbuhan koro hijau Inti (60 menit)
Mengumpulkan informasi/Mencoba Mengamati
7. Siswa
melakukan
percobaan
sesuai
dengan panduan yang ada di LKS 8. Siswa melakukan pengamatan terhadap percobaan yang dilakukan
Menanya
9. Siswa
diminta
untuk
mengajukan
pertanyaan terhadap percobaan
yang
dilakukan Menalar
10. Siswa
mengolah
informasi
percobaan yang telah dilakukan
hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Mengkomunikasikan
11. Siswa
mengkomunikasikan
hasil
percobaan yang telah dilakukan melalui sebuah presentasi Evaluasi
12. Guru meminta beberapa siswa untuk mengutarakan
kesimpulan
dari
hasil
jawaban
yang
presentasi 13.
Guru
melengkapi
diutarakan oleh siswa jika belum lengkap Penutup
Refleksi
(10 menit)
Penghargaan
15. Guru mengajak siswa merefleksikan atas hasil belajarnya dan percobaan yang telah dilakukan 16. Guru memberikan apresiasi secara verbal dan lisan dengan tepuk tangan/pujian
H. Sumber Belajar, Alat dan Bahan yang Digunakan 5. Sumber a. Buku Biologi kelas XII b. LKS c. Internet d. Jurnal e. Video tentang pertumbuhan tanaman f. Gambar tentang tumbuhan, media dan faktor eksternal yang mempengaruhinya 2. Bahan Percobaan Terstruktur a. Pupuk Mikoriza b. Benih Koro hijau c. Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
d. Air 3. Alat : a. Laptop b. Viewer c. Speaker d. LCD J. Penilaian Bentuk Penilaian a. penilaian afektif b. penilaian psikomotor c. penilaian kognitif Bentuk Penelitian 1. Instrumen Test Tertulis 2. Instrumen Penilaian Presentasi 3. Instrumen Lembar Observasi 4. Instrumen Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Nama : Kelas : Kelompok:
LEMBAR KERJA SISWA 1 Faktor-faktor Eksternal Pertumbuhan Tanaman
A. Tujuan Pembelajaran 1.
Melalui studi literatur siswa dapat membuat rancangan penelitian uji luar terhadap pertumbuhan tanaman
2.
Melalui diskusi dan kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan rancangan penelitian
3.
Setelah melakukan presentasi proposal penelitian siswa dapat menyusun hipotesis penelitian yang tepat
A. Alat dan Bahan Alat:
Bahan:
1. Kertas HVS
1. Buku
2. Bolpoin
2. Jurnal
3. Pensil
3. Internet
C. Cara Kerja
1.
Siswa berkumpul dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
2.
Baca jurnal penelitian di dalam kelompok
3.
Berilah tanda pada bagian jurnal yang menurut kelompok penting
4.
Cari sumber bacaan lain yang sejenis di buku atau di internet
5.
Buatlah rancangan penelitian tentang faktor-faktor eksternal yang memepengaruhi pertumbuhan koro hijau
6.
Presentasikan hasil rancangan penelitian dan hipotesis yang telah disusun
D. Pertanyaan Diskusi 1.
Apakah pokok bahasan utama dari jurnal penelitian yang kalian baca? (3 poin).
2.
Faktor eksternal mana yang kemungkinan paling dominan berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
terhadap pertumbuhan tanaman? (3 poin) 3.
Jelaskan kaitan antara faktor-faktor eksternal dengan proses pertumbuhan tanaman? (4 poin) E
E. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………
Nama : Kelas : Kelompok:
LEMBAR KERJA SISWA 2 Praktikum Pertumbuhan Koro Hijau
A. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pengamatan siswa dapat mengetahui faktor luar bagi pertumbuhan koro hijau 2. Melalui pengumpulan data siswa dapat mengetahui apa saja jenis faktor luar yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau 3. Setelah membuat laporan tertulis siswa memahami apa saja faktorfaktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman koro hijau 4. Setelah melakukan presentasi siswa mengetahui apa saja faktor-faktor luar yang dominan mempengaruhi pertumbuhan B. Alat dan Bahan Alat:
Bahan:
1. Mistar
1. Air
2. Bolpoin
2. Tanah
3. Pensil
3. Pupuk CMA
4. Log book
4. Biji Koro Hijau
5. Polibag diameter 5 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
6. Kamera C. Cara Kerja
1. Siapkan polybag yang telah diisi dengan media tanah sebanyak 12 buah 2. Rendam biji koro hijau dalam air. Pisahkan koro hijau yang mengambang 3. Pilih 12 biji koro hijau untuk ditanam di polybag yang telah disiapkan 4. Siapkan pupuk CMA sebanyak 10 gram untuk satu polybag 5. Letakkan biji koro hijau pada masing-masing polybag di bagian tengah 6. Untuk perlakuan 1, letakkan biji koro hijau di tengah polybag dan taburkan CMA di sekitar biji pada hari pertama penanaman 7. Untuk perlakuan 2, taburkan pupuk CMA pada hari ke 3 setelah penanaman 8. Untuk perlakuan 3, taburkan pupuk CMA pada hari 5 setelah penanaman 9. Perlakuan kontrol tidak diberi pupuk CMA 10. Amati setiap perlakuan dan catat perubahan dan proses pertumbuhan yang terjadi pada log book 11. Lakukan pengukuran terhadap panjang batang dan jumlah daun, catat dalam tabel 12. Lakukan pengukuran pH tanah pada masing-masing perlakuan dan catat pada tabel 13. Lakukan pengukuran suhu dan kelembapan udara dan catat pada tabel 14. Buatlah laporan hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Tabel 1: Tabel Hasil Pengamatan Panjang Batang dan Jumlah Daun Indikator Perlakuan dan Kontrol Pertumbuhan Perlakuan 1 Perlakuan 2 P1 P2 P3 P1 P2 P3 Panjang batang Jumlah daun
Perlakuan 3 P1 P2 P3
Kontrol K1 K2
K3
Keterangan P1-P3 : Ulangan K1-K3 : Kontrol Tabel 2: Hasil Pengamatan pH, Suhu dan Kelembapan Udara Faktor Eksternal pH Suhu Kelembapan
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Kontrol
D. Pertanyaan Diskusi 1. Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan mana yang memiliki tingkat pertumbuhan paling baik? (3 poin) 2. Dibandingkan dengan kontrol, apakah perlakuan dengan pemberian pupuk CMA lebih baik? (2 poin) 3. Faktor eksternal mana yang paling berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau? (2 poin) 4. Apakah hipotesis yang kelompok buat terbukti? (3 poin). E. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ….....................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
C. INSTRUMEN TES TERTULIS Kisi-kisi Soal Indikator Soal C 1 C2 3.1.1 Menerangkan proses 1 pertumbuhan
Jumlah C3 2
C4
C5 3
3
dan
perkembangan mahluk hidup serta
faktor-faktor
mempengaruhinya penentuan
yang dan topik
penelitiannya. 3.2.1 Membuat rancangan penelitian uji luar terhadap pertumbuhan pada tanaman 3.2.2
Menentukan
bentuk
hipotesis penelitian terhadap pertumbuhan tanaman 4.2.1 Melakukan penelitian
4
5
2
tentang faktor luar terhadap pertumbuhan tanaman koro hijau
(Macrotyloma
uniflorm) 4.2.2 Menyampaikan hasil penelitian
dalam
laporan
tertulis
bentuk dan
presentasi kelompok Soal Ulangan Harian 1. Sebutkanlah apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman! 2. Mengapa pH tanah yang terlalu asam berpengaruh bagi proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
pertumbuhan tanaman? 3. Buatlah hubungan yang saling terkait antara suhu dan pertumbuhan tanaman! 4. Jelaskan secara singkat peranan CMA bagi pertumbuhan tanaman koro hijau! 5. Berdasarkan data hasil pengamatan rumuskanlah pentingnya perlakuan pada penelitian yang telah dibuat dan peran adanya kontrol! Kunci Jawaban Ulangan Harian 1. pH tanah, suhu, kelembapan udara, oksigen, air, cahaya, nutrisi 2. Klorofil akan mengalami kerusakan sehingga mengganggu proses fotosintesis 3. Suhu mempengaruhi kerja enzim dalam sel-sel tumbuhan dalam proses fotosintesis. Suhu yang kurang sesuai akan mengganggu proses metabolism tersebut 4. CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular) adalah jenis cendawan yang bersimbiosis dengan jenis-jenis tanaman tingkat tinggi dalam proses penyerapan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman 5. Perlakuan pada penelitian berguna untuk membandingkan pertumbuhan satu tanaman dengan tanaman yang lain. Kontrol digunakan untuk membandingkan perlakuan dengan kondisi positif atau kondisi negatif pertumbuhan tanaman. D. Rubrik Penilaian Kognitif Soal Skor
Aspek
1
Bila menjawab pH tanah, suhu, kelembapan udara,
15-20
oksigen, air, cahaya, nutrisi
2
10-20
Bila menjawab kurang dari 4 faktor eksternal pertumbuhan
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
25-30
Bila menjawab klorofil akan mengalami kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
sehingga mengganggu proses fotosintesis 20-25
Bila menjawab keasaman tanah akan mengakibatkan kerusakan klorifil
3
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
15-20
Bila menjawab suhu mempengaruhi kerja enzim dalam sel-sel tumbuhan dalam proses metabolisme. Suhu yang kurang sesuai akan mengganggu proses metabolisme tersebut.
10-15
Bila menjawab suhu mempengaruhi kerja enzim dalam sel-sel tumbuhan dalam proses metabolisme
4
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
5-10
Bila menjawab CMA adalah jenis cendawan yang bersimbiosis dengan jenis-jenis tanaman tingkat tinggi dalam proses penyerapan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman
5
Bila menjawab CMA adalah jenis cendawan yang bersimbiosis dengan jenis-jenis tanaman.
5
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
15-20
Bila menjawab perlakuan pada penelitian berguna untuk membandingkan pertumbuhan satu tanaman dengan tanaman
yang
lain.
Kontrol
digunakan
untuk
membandingkan perlakuan dengan kondisi positif atau kondisi negatif pertumbuhan tanaman. 10-15
Bila menjawab perlakuan pada penelitian berguna untuk membandingkan pertumbuhan satu tanaman dengan tanaman yang lain.
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Penilaian Kognitif No.
Nama
Skor Butiran Soal
Jumlah
Siswa
Nilai Siswa
Soal 1
2
3
4
5
Skor 1. 2. 3. dst
Keterangan: Jumlah skoring maksimum 100
E. Instrumen Non-Test Pengamatan Sikap No. Nama Siswa
Aspek yang Dinilai Jujur
Disiplin
Total Teliti
Kerjasama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Diisi dengan rentan angka 1-3 1 = Kurang 2 = Baik 3 = Sangat Baik Rubrik Penilaian Skor
Keterangan
Jujur 3
Tidak
menyontek
atau
melakukan
plagiat
(mengambil/
menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) pada saat mengerjakan tugas/ulangan 2
Kadang-kadang menyontek pada saat mengerjakan tugas, tidak melakukan plagiat (mengambil/ menggunakan karya orang lain tanpa
menyebutkan
sumber)
pada
saat
mengerjakan
tugas/ulangan. 1
Menyontek pada saat mengerjakan tugas/ulangan dan melakukan plagiat mengambil/ menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) pada saat mengerjakan tugas
Disiplin 3
Masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengerjakan tugas yang diberikan, memakai atribut sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah, mengikuti pelajaran dengan tertib dan membawa buku sesuai dengan pelajaran
2
Terkadang masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengerjakan tugas yang diberikan, terkadang memakai atribut sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
terkadang mengikuti pelajaran dengan tertib dan membawa buku sesuai dengan pelajaran 1
Masuk kelas tidak tepat waktu, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, memakai seragam tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, tidak pernah membawa buku sesuai dengan pelajaran
Teliti 3
Mengerjakan tugas dengan cermat dan tidak cereboh dalam melakukan percobaan
2
Mengerjakan tugas kurang cermat dan masih sedikit ceroboh dalam melakukan percobaan
1
Tidak mengerjakan tugas dengan cermat dan cereboh dalam melakukan percobaan
Kerja sama 3
Mampu berdinamika dalam kelompok, menyampaikan pendapat dalam melakukan diskusi dan pengamatan
2
Terkadang mampu berdinamika dalam kelompok, terkadang menyampaikan
pendapat
dalam
melakukan
diskusi
dan
pengamatan 1
Tidak
mampu
menyampaikan pengamatan
berdinamika pendapat
dalam
dalam
kelompok,
melakukan
diskusi
tidak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Lampiran V : Dokumentasi Penelitian A. Bahan yang Digunakan
(Lokasi bekas tambang kapur)
(Persiapan Media)
Lokasi Bekas Tambang dan Persiapan Media
Biji Koro Hijau dan Penyemaian Bibit
B. Lokasi danTata Letak Tanaman
C. Perlakuan dan Perawatan Lokasi Percobaan dan Letak Tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
C. Perlakuan dan Perawatan serta Pengambilan Data
Pemberian CMA
Pembuatan Pestisida Alami
Pengukuran diameter batang dan pH Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Pengambilan Sampel Akar dan Pengamatan Infeksi Mikoriza
Infeksi Mikoriza pada Akar dan Ketebalan Akar Koro hijau