i Pedoman Branding 2013
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN
Fasilitasi pengembangan pasar dalam negeri merupakan salah satu upaya yang terus menerus didorong dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang pengolahan pemasaran hasil perikanan yang fokus pada Industrialiasasi berbasis kawasan dan produk unggulan dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi biru untuk kesejahteraan rakyat. Hal ini sejalan dengan amanat Undang – Undang nomor 45 tentang perikanan dan Undang-Undang nomor 18 tentang Pangan. Telah banyak program dan kegiatan yang diinisiasi untuk mendukung implementasi undang – undang tersebut dan hingga saat ini telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Salah satu indikatornya adalah tingkat konsumsi ikan per kapita nasional yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian, pengembangan pasar dalam negeri juga masih dihadapkan sejumlah kendala utama seperti; kontinuitas ketersediaan produk, kualitas dan citra produk yang belum sepenuhnya sesuai dengan preferensi pasar. Untuk itu salah satu program dan kegiatan strategis yang dikembangkan antara adalah fasilitasi branding produk perikanan dengan maksud meningkatkan citra produk perikanan baik di pasar global maupun pasar dalam negeri dan sekaligus meningkatkan kapasitas kelembagaan dan daya saing produk. Program fasilitasi branding produk perikanan ini telah dilakukan sejak tahun 2011 dan hingga saat ini telah menghasilkan ii Pedoman Branding 2013
beberapa produk yang sesuai dengan preferensi pasar, khususnya pasar ritel modern. Mengingat jumlah UMKM yang harus mendapatkan pembinaan sangat banyak dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia, maka sinergitas antar pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan stakeholder lainnya sangat diperlukan agar program dapat berdampak luas. Untuk itu, diperlukan referensi umum sebagai acuan bersama bagi semua stakeholder dalam implementasi program tersebut. Akhirnya, semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terus dilakukan penyempurnaan untuk efektifitas dan optimalisasi implementasi program di waktu mendatang.
Jakarta,
April 2013
Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc
iii Pedoman Branding 2013
Tim Penyusun Pengarah
: Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc Ir. Sadullah Muhdi, MBA
Penanggungjawab : Harlin, SE, MM
Ketua
: Indah Kusharyanti, S.Sos, M.Si
Anggota
: Prayudi Budi Utomo, A.Pi, M.Sc Edi Rukyanto, S.Pi Eviet Sri Setiyorini, S.Pi Nisa Ardhini, S.Pi Yudhi Hendryana, A.Md Rini Yulianti, A.Md Dheny Fibria Handari, A.Md
Tenaga Ahli
: Endang TR
iv Pedoman Branding 2013
DAFTAR ISI Halaman SAMBUTAN DIRJEN P2HP ......................................................................... i TIM PENYUSUN ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Maksud dan Tujuan .............................................................................. 4 C. Sasaran ................................................................................................. 4 D. Ruang Lingkup ...................................................................................... 5 E. Landasan Hukum .................................................................................. 5
II. FASILITASI BRANDING PRODUK PERIKANAN ................................... 7 A. Tujuan Fasilitasi Branding Produk Perikanan ....................................... 8 B. Komponen Fasilitasi Branding Produk Perikanan ................................ 9 C. Tahapan dan Prosedur Pelaksanaan Fasilitasi Branding Produk Perikanan .............................................................................................. 10 D. Pelaksana Fasilitasi Branding Produk Perikanan ................................. 22 E. Logo/Merk dan Barcode ...................................................................... 25 F. Fasilitasi Pemasaran di Ritel Modern ................................................... 29 G. Fasilitasi Promosi .................................................................................. 36
v Pedoman Branding 2013
III. PENDANAAN ............................................................................................ 37 A. Dana APBN ........................................................................................... 37 B. Dana APBD ........................................................................................... 37 C. Sumber Pendanaan Lain ..................................................................... 38
IV. MONITORING DAN EVALUASI ............................................................... 39 A. Monitoring .............................................................................................. 39 B. Evaluasi ................................................................................................. 39
V. PENUTUP .................................................................................................. 41
VI.
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 50
vi Pedoman Branding 2013
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
I. Bentuk dan Arti Logo dan Merek FREEZE & FRESH ......................... 26
vii Pedoman Branding 2013
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
I. Alur Kerja Pendampingan Produk ....................................................... 18 II. Alur Kerja Pemasaran Ke Ritel Modern ............................................... 21
viii Pedoman Branding 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
I. Capaian program fasilitasi branding produk perikanan tahun 2011 - 2012 .......................................................................................... 42 II. Road Map produk branding sebelum dan sesudah pembinaan .......... 45 III. List kesepakatan kerjasama dengan Ritel Modern............................... 49
ix Pedoman Branding 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program industrialisasi kelautan dan perikanan yang berbasis pada minapolitan dengan menerapkan prinsip-prinsip Blue Economy, merupakan momentum baik untuk peningkatan daya saing produk perikanan di pasar
domestik
dan
internasional
yang
didukung
integrasi sistem produksi hulu dan hilir. Program ini juga diharapkan akan menjadi upaya maksimal dalam rangka percepatan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
khususnya nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar dan masyarakat lainnya. Upaya – upaya kearah itu telah dirumuskan dalam program dan kegiatan nyata dengan pendekatan yang lebih terstruktur, khususnya yang berkaitan dengan pencapaian Target Indikator Utama Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, seperti pengembangan
dan peningkatan produksi
konsumsi
perkapita,
ikan
ekspor
serta
olahan, investasi.
Pencapaian target tersebut tentu juga dihadapkan pada beberapa kendala utama, seperti kontinuitas dan kualitas ketersediaan bahan baku, distribusi tingkat konsumsi yang belum merata, maupun struktur pelaku usaha utama sektor kelautan dan perikanan yang masih 1 Pedoman Branding 2013
didominasi oleh usaha mikro, kecil dan menengah yang dilingkupi banyak keterbatasan. Khusus pada hal yang terakhir ini, berdasarkan data Statistik Ditjen P2HP dari 59.194 unit pengolahan hasil perikanan di Indonesia, 95% didominasi oleh UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Ditjen P2HP 2010). Berbagai macam program
telah
dan
sedang
dilakukan
untuk
Pemberdayaan UMKM pengolahan hasil perikanan, diantaranya
kegiatan
Fasilitasi
Branding
Produk
Perikanan yang diinisiasi sejak tahun 2011. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam rangka peningkatan daya saing produk lokal dari serbuan produk impor dan sekaligus merespons pangsa pasar baru
di
sektor
supermarket
ritel
ataupun
modern,
seperti
hypermarket.
minimarket,
Tidak
dapat
dipungkiri bahwa bisnis ritel telah menjadi bisnis global dan kita tidak dapat menghindari serbuan ritel asing yang memiliki kapasitas modal yang sangat besar, manajemen maupun jaringan ritel modern raksasa masuk ke Indonesia. Pada tahun 2011, jumlah gerai ritel yang tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia mencapai 18.152 gerai. Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007-2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun (marketing.co.id). Perkembangan ritel modern harus direspons sebagai peluang untuk branding produk perikanan dan 2 Pedoman Branding 2013
sekaligus sebagai bagian dari implementasi UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 dan Undang-Undang nomor 18 tentang Pangan, yang antara lain mengamanatkan tentang
kedaulatan,
kemandirian
dan
ketahanan
pangan. Selain itu, pelaku usaha perikanan harus dapat melihat hal ini sebagai peluang bisnis
untuk dapat
bersaing dengan produk impor yang sudah terlebih dahulu mengisi gerai ritel modern. Untuk mendorong UMKM perikanan memasarkan produknya ke ritel modern, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil perikanan melakukan pembinaan dan pendampingan
terhadap
UMKM
pengolahan
hasil
perikanan agar mampu menembus pasar ritel modern. Kegiatan ini dikemas dalam sebuah program yang dinamakan
Fasilitasi
Branding
Produk
Perikanan.
Fasilitasi branding produk perikanan dilakukan terhadap produk
unggulan
daerah
yang
telah
memenuhi
persyaratan tertentu serta layak untuk dibina menuju ritel modern.
3 Pedoman Branding 2013
B. Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Pedoman Fasilitasi Branding Produk Perikanan adalah sebagai panduan/referensi bagi
pemerintah
stakeholder
dan
lainnya
pendampingan
UMKM
pemerintah dalam perikanan
daerah
serta
pembinaan
dan
sesuai
dengan
standard pasar ritel modern. Adapun tujuan penyusunan Pedoman Fasilitasi Branding
Produk
Perikanan
adalah
mewujudkan
kesamaan persepsi dan rencana aksi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta stakeholder lainnya dalam mensinergikan kegiatan untuk mendukung pelaksanaan fasilitasi branding produk perikanan. Demikian juga dengan UMKM sebagai obyek utama pendampingan dan pembinaan, memiliki pemahaman yang sama sehingga
dapat
berperan
aktif
mengikuti
semua
rangkaian fasilitasi branding produk perikanan. C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan pedoman fasilitasi branding produk perikanan adalah terlaksananya fasilitasi branding produk perikanan oleh semua pemangku kepentingan yang terlibat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 4 Pedoman Branding 2013
D. Ruang Lingkup
Pedoman fasilitasi branding produk perikanan ini menginformasikan dan mengatur berbagai hal terkait mekanisme pelaksanaan fasilitasi branding produk perikanan
mulai
dari
identifikasi
dan
verifikasi,
pembinaan produk hingga pendampingan pemasaran produk, dukungan promosi hingga sumber pendanaan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan fasilitasi branding produk perikanan. E. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan pedoman fasilitasi branding produk perikanan ini sebagai berikut : 1.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
2.
Undang-Undang
No.
45
tahun
2009
tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 31 tentang Perikanan; 3.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
4.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1997 tentang Kemitraan;
5.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009
tentang
Kebijakan
Percepatan 5
Pedoman Branding 2013
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal; 6.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
7.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor PER.06/MEN/2010
tentang
Rencana
Strategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012-2014.
6 Pedoman Branding 2013
BAB II FASILITASI BRANDING PRODUK PERIKANAN
Dalam
rangka
meningkatkan
kapasitas
kelembagaan, produk dan fasilitasi akses pasar produk UMKM perikanan dalam menghadapi persaingan usaha dan perdagangan global, khususnya ke jaringan pasar ritel modern, salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan cq Direktorat Pemasaran Dalam Negeri adalah fasilitasi branding produk perikanan. Yang dimaksud dengan branding pada fasilitasi branding produk perikanan adalah branding terhadap produk. Branding terhadap produk adalah memberi identitas khusus pada UMKM perikanan yang telah dibina, dengan merk FREEZE & FRESH. Tujuannya, agar konsumen mengenali merk ini sebagai produsen penyedia produk hasil perikanan yang berkualitas, kontinyu dan diolah dengan memperhatikan prinsip – prinsip
sanitasi dan hygiene,
jaminan mutu dan
keamanan pangan serta lebih beragam sesuai dengan preferensi konsumen.
7 Pedoman Branding 2013
A. Tujuan Fasilitasi Branding Produk Perikanan
Tujuan fasilitasi
branding produk
perikanan
adalah peningkatan kapasitas produk UMKM Perikanan supaya memiliki daya saing sesuai standard pasar ritel modern. Branding produk perikanan merupakan salah satu kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan, produk dan fasilitasi akses pasar hasil perikanan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama instansi lain, pemerintah daerah,
dan stakeholder lainnya. Tujuan kegiatan ini
adalah : 1.
Produk memiliki market opportunity (peluang pasar), karena mengikuti trend produk di Indonesia / Global;
2.
Produk dihasilkan dari proses produksi yang baik dan benar memenuhi standar sanitasi dan hyginies dan melalui proses Uji Laboratorium;
3.
Produk memiliki perijinan edar lengkap;
4.
Produk
mengikuti
speksifikasi
yang
direkomendasikan; 5.
Produk telah dihitung HPP dan strategi penetapan harga jual ke konsumen;
6.
Produk bisa diproduksi secara terus menerus;
7.
Produk dikemas secara modern.
8 Pedoman Branding 2013
B. Komponen Fasilitasi Branding Produk Perikanan
Yang dimaksud dengan komponen fasilitasi branding produk perikanan adalah unsur terkait dalam pelaksanaan
fasilitasi
branding
produk
perikanan.
Komponen tersebut terdiri dari : 1.
Produk perikanan merupakan produk konsumsi yang dihasilkan oleh UMKM Perikanan Indonesia;
2.
UMKM adalah produsen produk perikanan dengan skala usaha mikro, kecil dan menengah;
3.
Pemerintah
Pusat
adalah
Direktorat
Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan; 4.
Pemerintah Daerah adalah Dinas Kelautan dan Perikanan atau unit yang membidangi Kelautan dan Perikanan pada Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota;
5.
Lembaga Penyangga Pemasaran adalah lembaga yang memenuhi syarat – syarat khusus sebagai distributor produk yang akan dipasarkan ke ritel modern;
6.
Merk/Brand Produk
adalah:
Freeze & Fresh.
Identitas tersebut akan dipakai dalam pemasaran produk UMKM perikanan di ritel modern; 7.
Ritel Modern
adalah badan usaha swasta yang
akan menerima, menampung dan memasarkan produk UMKM yang sudah memenuhi standard pasar ritel modern; 9 Pedoman Branding 2013
C. Tahapan Dan Prosedur Pelaksanaan Fasilitasi Branding Produk Perikanan
Tahapan fasilitasi branding produk perikanan meliputi: 1.
Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan
meliputi : a)
Mengidentifikasi UMKM calon peserta brandin;.
b)
Membentuk tim yang akan bertugas melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap produk UMKM perikanan hingga masuk pasar ritel modern;
c)
Sinkronisasi kegiatan antara unit kerja teknis yang terlibat dalam mendukung pelaksanaan fasilitasi branding;
d)
Kordinasi
dengan
pemerintah
daerah
dan
stakeholder terkait; e)
Merencanakan jadwal pelaksanaan kegiatan;
f)
Menentukan lokasi, komoditas dan UMKM yang akan di-branding.
2.
Verifikasi Jumlah UMKM perikanan sangat banyak dan
tersebar di seluruh Indonesia, karena itu proses 10 Pedoman Branding 2013
verifikasi dilakukan untuk menentukan UMKM yang akan dibina sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Beberapa
kriteria
dasar
yang
digunakan
pemilihan calon UMKM peserta, adalah : a)
Usulan dari Pemerintah Daerah;
b)
UMKM produk perikanan yang telah mendapatkan pembinaan atau bantuan peralatan dari pemerintah pusat dan/atau daerah (provinsi/ kabupaten/kota);
c)
Produsen produk olahan yang menggunakan bahan baku komoditas industrialisasi atau produk olahan tertentu yang spesifik dengan bahan baku pangan lokal dan potensial dimitrakan dengan pasar ritel modern. Berdasarkan
kriteria
tersebut,
kemudian
dilakukan kegiatan: a)
seleksi
awal
yang
meliputi
pengelompokan
berdasarkan jenis produk olahan, seperti : snack, makanan kering, makanan kaleng, makanan beku dan sebagainya; b)
melakukan kunjungan lapang untuk memastikan bahwa UMKM benar-benar siap untuk dimitrakan dengan ritel modern. Pada kunjungan lapang dilakukan interview berdasarkan kuesioner dan review contoh produk. Kegiatan review dilakukan berdasarkan indikator:
11 Pedoman Branding 2013
1)
UMKM
yang
memiliki produk
yang
telah
diproduksi terus menerus setidaknya 6 bulan dan memiliki pasar lokal; 2)
UMKM yang telah memiliki ijin edar produk PIRT yang masih berlaku atas jenis produk terpilih;
3)
UMKM yang telah memiliki ijin edar produk POM MD ( ijin edar produk makanan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk produk makanan dalam negeri yang memerlukan proses dan penyimpanan beku) akan diutamakan;
4)
UMKM yang telah memiliki sertifikat Halal yang masih berlaku atas jenis
produk terpilih /
sedang proses pengajuan sertifikat Halal ke MUI atas jenis produk terpilih yang selambatnya dapat dikeluarkan satu bulan sebelum masa kegiatan verifikasi berakhir; 5)
Produk
yang
dihasilkan
diproses
secara
sanitasi dan hygiene; 6) c)
UMKM telah memiliki peralatan produksi dasar.
memilih UMKM yang dianggap siap dan produknya dapat diterima oleh konsumen dari segi rasa dan penampilannya. Dari hasil kunjungan lapang ke sejumlah UMKM,
kemudian
akan
dipilih
UMKM
yang
benar-benar 12
Pedoman Branding 2013
memenuhi persyaratan awal dan memiliki komitmen terhadap program tersebut. Keluaran dari kegiatan verifikasi adalah: a)
Produk UMKM perikanan terpilih yang memiliki spesifikasi
produk
sesuai
indikator
review.
Banyaknya jumlah produk yang terpilih berdasarkan hasil rapat dan kesediaan pendanaan; b)
Daftar
kegiatan
tindak
lanjut
yang
harus
dilaksanakan oleh UMKM, tim daerah dan tim pusat. 3.
Pendampingan Produk Tahapan selanjutnya setelah produk terpilih,
diikutsertakan
dalam
program
branding
adalah
melakukan pendampingan terhadap UMKM tersebut. Produk yang dipilih harus memiliki nilai lebih dibanding kompetitornya, seperti unik, berbeda, sesuai dengan trend pasar, enak, dan berkualitas serta memiliki shelf life (kelangsungan hidup) yang lebih panjang. Pendampingan produk perlu dilakukan karena beberapa hal, yaitu: a)
Ada persyaratan dan perijinan dari ritel modern yang harus dimiliki oleh produk sebelum dipasarkan secara regular di ritel modern;
b)
Adanya produk sejenis yang merupakan kompetitor ataupun produk lainnya yang dapat muncul sebagai kompetitor sehinga memerlukan penetapan harga yang tepat yang dilakukan berdasarkan survey 13 Pedoman Branding 2013
pasar agar produk kompetitif terhadap kompetitor yang sudah ada dan kompetitor yang akan muncul; c)
Adanya
profit
memerlukan
yang
proyeksi
harus
dicapai
penjualan
sehingga
yang
tepat.
Penghitungan dilakukan berdasarkan asumsi jumlah toko yang akan disuplai dikali dengan jumlah penjualan perbulan dengan mempertimbangkan faktor biaya produksi dan profit margin ; d)
Adanya rebate (potongan harga) dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan di ritel modern akan mempengaruhi
perhitungan
margin
sehingga
penghitungan harga pokok produksi harus dilakukan secara benar (sebagaimana penjelasan terkait HPP); e)
Ritel modern tidak punya waktu untuk memperbaiki produk UMKM sebelum dijual di ritel modern. Proses
pendampingan
produk
memerlukan
waktu kurang lebih 3-4 bulan dan tergantung kepada kesiapan UMKM dalam mengurus berbagai persyaratan, perijinan dan persiapan pembuatan kemasan. Proses pendampingan produk meliputi beberapa kegiatan, antara lain: a)
uji coba produksi (dan resep) sesuai preferensi pasar dan konsumen;
b)
memodifikasi produk dari segi tampilan produk dan varian, sesuai hasil survey terhadap kelebihan produk kompetitor; 14 Pedoman Branding 2013
c)
pendampingan di dalam proses produksi, teknologi, peralatan dan keamanan pangan;
d)
pendampingan di dalam positioning produk;
e)
pendampingan
di
dalam
proses
pembuatan
kalender promosi; f)
pendampingan
di
dalam
proses mendapatkan
perijinan dan pemenuhan persyaratan ritel modern lainnya; g)
pendampingan di dalam pembuatan kemasan yang baik dan benar dan proses pengemasan produk yang baik;
h)
pendampingan di dalam proses strategi penetapan harga,
penghitungan
harga
pokok
dan
penghitungan proyeksi penjualan, agar mencapai profit; i)
pendampingan penentuan harga pokok produk (HPP). HPP adalah harga pokok produk yang terdiri atas harga bahan baku dan biaya langsung terhadap produk. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan harga pokok penjualan adalah sebagai berikut : a)
Harga pokok produk setidaknya terdiri atas dua komponen, yakni harga bahan baku & tenaga kerja langsung;
b)
Profit
margin
produsen
selayaknya
dihitung
langsung dari perhitungan di atas; 15 Pedoman Branding 2013
c)
Setelahnya baru ditambahkan komponen lainnya, seperti harga kemasan;
d)
Jika sistem beli adalah FOB (Free On Board) lokasi pembeli, maka biaya pengiriman di bebankan kepada pembeli, dan komponen biaya pengiriman ditambahkan menjadi harga FOB;
e)
Faktor
yang
sangat
berpengaruh
didalam
penghitungan harga pokok ini adalah faktor efisiensi penggunaan bahan baku, cara pembelian bahan baku dan produktivitas tenaga kerja; f)
Biaya overhead atau pengeluaran tambahan dalam proses produksi menjadi patokan jumlah produksi, agar produsen tidak merugi. Dalam hal pengujian laboratorium maka
pengujian dilakukan untuk mendapatkan gambaran terkait : a)
Kandungan formalin;
b)
Kandungan cemaran logam;
c)
Mikrobiologi;
d)
Nutrisi (AKG). Output dari kegiatan pendampingan produk
adalah sebagai berikut : a)
Produk sesuai spesifikasi program branding;
b)
Harga produk pengajuan dari UMKM;
c)
Kelengkapan ijin edar produk;
d)
Kelengkapan hasil uji laboratorium;
e)
Hasil uji kadaluarsa; 16 Pedoman Branding 2013
f)
Disain kemasan dan spesifikasi kemasan serta harga dan proses cetak;
g)
Perencanaan bahan baku ;
h)
Disain Peralatan yang dibutuhkan oleh UMKM.
17 Pedoman Branding 2013
ALUR KERJA PENDAMPINGAN PRODUK
Peluang Pasar
Seleksi Produk
Seleksi jenis produk/ variant
PersiapanmenujuPasarModern
Survey Pasar dan Pendekatan Ritel
Penyelarasan
Negosiasi
Produk Masuk Pasar Modern
Bimbingan Teknis : Jaminan Mutu Keamanan Pangan HPP & Strategi Penentuan Harga yang Tepat & Kompetitif Pengemasan Modern Perijinan, Sertifikasi, Uji Lab & Persyaratan Pengemasan lainnya SELLING POINT / Trend Gaya Hidup Modern
I. Alur Kerja Pendampingan Produk
18 Pedoman Branding 2013
4.
Fasilitasi Akses Pasar Fasilitasi akses pasar dilakukan bilamana produk
sudah memenuhi seluruh persyaratan dalam program branding dan siap dipasarkan. Pada tahapan ini dilakukan beberapa hal yaitu : a)
Melakukan
penghitungan
final
harga
pokok
produksi; b)
Menghitung estimasi kuantiti produksi dan pasokan ke ritel modern;
c)
Mencetak kemasan;
d)
Mempersiapkan contoh produk;
e)
Membuat prototipe peralatan yang dibutuhkan oleh UKM;
f)
Memberikan penawaran harga kepada Lembaga Penyangga Pemasaran (distributor ritel modern);
g)
Mempersiapkan pasokan ke distributor. Dalam proses registrasi menjadi vendor (penjual)
di ritel modern maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Ada 2 alternatif yang ditawarkan, yaitu a)
UMKM
didampingi
dalam
proses
pendaftaran
vendor ke ritel modern atau produk UMKM akan diregistrasikan ke ritel modern. Registrasi akan dilakukan oleh Lembaga Penyangga Pemasaran (LPP). Penjelasan mengenai LPP dibahas secara khusus pada Bab mengenai pelaksana fasilitasi branding produk perikanan. LPP akan berfungsi sebagai distributor yang akan melakukan seluruh 19 Pedoman Branding 2013
proses manajemen ritelnya, mulai dari pembuatan kalender produksi hingga memberikan bridging loan (pinjaman perantara) agar cash flow (arus uang) pelaku usaha terjaga dan bisa menutupi biaya produksi secara terus menerus; b)
UMKM melakukan sendiri registrasi vendor. Jika UMKM menjadi vendor ritel modern, maka akan diberikan pendampingan mulai dari manajemen distribusi,
negosiasi
kesepakatan
yang
kontrak
hingga
dituangkan
dalam
tercapai kontrak
dengan margin dan potongannya dan proses penagihan. Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
melakukan proses registrasi vendor adalah : a)
UMKM mempersiapkan contoh produk beserta harga penawaran;
b)
Sistem pembelian ada dua yaitu beli putus & konsinyasi;
c)
Buyer
(bagian
pembelian)
ritel
modern
akan
menjelaskan margin & rebate (potongan) pada pembelian beli putus dan konsinyasi; d)
Registrasi bisa juga dilakukan secara personal dan tidak harus berbadan hukum. Jika berbadan hukum, maka
UMKM
harus
menyertakan
semua
kelengkapan surat-surat perusahaannya; e)
UMKM akan menandatangani perjanjian dengan ritel modern. 20 Pedoman Branding 2013
ALUR KERJA PEMASARAN KE RITEL MODERN Negosiasi Produk
Negosiasi Tahapan Pembelian
Jumlah Toko/ Quantity Kemasan/ non kemasan Harga jual/ beli (controlled priced or uncontrolled price)
Negosiasi Term Supply (Negosiasi Tahapan Pasokan)
Negosiasi Trading Terms (Negosiasi Tahapan Penjualan)
Status Usaha Perijinan / Ijin Edar Produk Kelengkapan Dokumen Perpajakan Current Account
Negosiasi Tahapan Pembelian Beli Putus Konsinyasi Private Label
Negosiasi Kontrak/ PO
Discount margin (Front & Back) Regular dan non regular rebate (promosi dsb) Payment Terms (Tempo Pembayaran) Operations (DC = Distribution Center / Non DC)
Start Selling melalui Test Market (uji coba penjualan)
II. Alur Kerja Pemasaran Ke Ritel Modern
21 Pedoman Branding 2013
D. Pelaksana Fasilitasi Branding Produk Perikanan
Pelaksanaan fasilitasi branding produk perikanan dilakukan oleh tim yang terdiri dari :
1.
Tim Pusat Merupakan perwakilan unit Eselon II Lingkup
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP) yang memiliki kewenangan teknis di bidang: a)
Pengolahan
dan
pengembangan
produk
hasil
perikanan; b)
Pemasaran produk perikanan dalam negeri dan luar negeri;
c)
Permodalan dan investasi;
d)
Jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Tim teknis juga melibatkan Eselon II yang
membidangi kehumasan dan tenaga ahli yang memiliki keahlian di bidang ritel modern Tugas tim pusat adalah : a.
Mengkoordinasikan kegiatan dengan Eselon II terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masingmasing instansi;
b.
Mengkoordinasikan kegiatan dengan pemerintah daerah dan lembaga atau instansi teknis terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi; 22 Pedoman Branding 2013
c.
Membuat dan menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan;
d.
Melakukan
verifikasi
terhadap
UMKM
produk
yang
akan
perikanan yang telah di usulkan; e.
Menentukan
produk
UMKM
diikutsertakan dalam fasilitasi branding produk perikanan; f.
Membuat kebijakan yang dibutuhkan UMKM untuk mencapai hasil program sesuai yang ditargetkan;
g.
Memberikan jasa konsultasi, saran, pendampingan kepada UMKM dalam hal pembinaan produk dan pendampingan
pemasaran
sehingga
target
pelaksanaan kegiatan akan tercapai sesuai yang direncanakan.
2.
Tim Daerah Tim Daerah melekat pada unit kerja yang
menangani bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di tingkat Provinsi dan atau Kabupaten, Kota serta mempunyai tugas sebagai berikut : a)
Mengidentifikasi dan mengusulkan calon UMKM binaan kepada Tim pusat;
b)
Mendampingi
tim
pusat
dalam
melaksanakan
kegiatan verifikasi; c)
Mengkoordinasikan tahapan kegiatan yang harus dilakukan UMKM agar sesuai jadwal; 23 Pedoman Branding 2013
d)
Mendampingi proses perijinan edar produk UMKM (PIRT, Halal, POM MD);
e)
Mendampingi proses standard produksi UMKM, khususnya pendampingan Uji Laboratorium;
f)
Mengkordinasikan pengurusan
pendanaan
perijinan
edar
dalam dan
rangka
pencetakan
kemasan produk UMKM yang akan dipasarkan ke ritel modern.
3.
Lembaga Penyangga Pemasaran Ketersediaan produk UMKM perikanan di gerai
ritel modern merupakan tujuan utama dari kegiatan ini. Untuk itu diperlukan peran distributor produk yang akan menawarkan produk ke ritel modern. Lembaga Penyangga Pemasaran (LPP) harus berbadan hukum, seperti Koperasi, BUMN, BUMD dan swasta. LPP ditunjuk dan ditetapkan oleh instansi pembina (Dinas Kelautan dan Perikanan di daerah). Pemilihan distributor, dilakukan secara selektif dengan kriteria khusus yang dapat menerapkan prinsip fair trade dan transparan di dalam proses dan strategi distribusi dan margin distribusi. Secara umum fungsi LPP, sebagai berikut: a.
Membantu UMKM binaan dalam hal penyediaan informasi sumber bahan yang kontinyu,
jasa
pengiriman dan hal yang diperlukan; 24 Pedoman Branding 2013
b.
Menyediakan fasilitas pergudangan produk UMKM perikanan yang dijual melalui LPP (khususnya gudang dingin / Cold Storage);
c.
Mendistribusikan produk UMKM ke ritel modern. Pada tahun 2012 dan 2013 yang berfungsi
sebagai LPP adalah Koperasi Mina Produk Prima, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
4.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan objek binaan dan sekaligus
pelaksana
kegiatan.
Karena,
pemenuhan
semua
persyaratan yang ditetapkan ritel modern bagi UMKM untuk dapat memasarkan produknya
di ritel modern
sangat tergantung pada komitmen UMKM tersebut. E. Logo/Merk Dan Barcode
1.
Logo/Merk Logo merupakan salah satu elemen penting dari
proses
branding.
Logo
haruslah
dapat
mengkomunikasikan keistimewaan sebuah brand secara visual dengan menarik. Nama brand yang tercetak dalam
kemasan
menggambarkan
perbedaan
keseluruhan citra produsen dan kualitas produk binaan dengan pesaing. 25 Pedoman Branding 2013
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sejak tahun
2012
Direktorat
Pemasaran
Jenderal
Hasil
Pengolahan
Perikanan
dan telah
meluncurkan/menerbitkan logo dan merek “FREEZE & FRESH” yang dicantumkan pada setiap kemasan produk UMKM peserta kegiatan Fasilitasi Branding produk perikanan. Logo dan merek FREEZE & FRESH memiliki pengertian sebagai berikut : Logo
Filosofi 1. Tulisan Freeze warna Biru Menggambarkan produk perikanan selalu berada dalam Sistem Rantai Dingin 2. Tulisan Fresh warna Hijau Memberikan citra segar karena manfaat yang diperoleh dari mengkonsumsi ikan 3. Gambar Ikan Warna Oranye Menggambarkan produk hasil industrialisasi perikanan yang memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan 4. Bentuk Ekor Ikan Seperti Check List Merepresentasikan produk terjamin mutu dan keamanannya (Qualisafe)
I. Bentuk dan Arti Logo dan Merek FREEZE & FRESH
Dengan demikian, setiap produk binaan yang telah mencantumkan logo dan merek FREEZE & FRESH harus memenuhi semua persyaratan tersebut di atas
26 Pedoman Branding 2013
2.
Barcode
Barcode adalah kumpulan kode yang berbentuk garis, dimana masing-masing ketebalan setiap garis berbeda sesuai dengan isi kode produknya. Barcode informasi terbacakan mesin (machine readable) dalam format visual yang tercetak. Barcode dibaca dengan menggunakan sebuah alat baca Barcode atau lebih dikenal dengan Barcode Scanner. Barcode merupakan salah satu persyaratan untuk sebuah produk agar dapat dipasarkan di retail modern yang memiliki jaringan pemasaran berskala
nasional (Carrefour, Hypermart,
Alfamidi, Alfamart, Hero, Giant). Keuntungan penggunaan Barcode, antara lain : a)
Proses input data lebih cepat, karena : Barcode Scanner dapat membaca/merekam data lebih cepat dibandingkan dengan melakukan proses input data secara manual;
b)
Proses input data lebih tepat, karena : Teknologi Barcode mempunyai ketepatan yang tinggi dalam pencarian data;
c)
Penelusuran informasi data lebih akurat karena teknologi Barcode mempunyai akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi;
d)
Mengurangi
biaya,
karena
dapat
mengindari
kerugian dari kesalahan pencatatan data dan 27 Pedoman Branding 2013
mengurangi
pekerjaan
yang
dilakukan
secara
manual secara berulang-ulang; e)
Produk yang menggunakan Barcode akan memiliki nilai tawar lebih tinggi/prestise serta kemampuan bersaing dengan saingan/kompetitor. Dalam rangka memfasilitasi produk UKM binaan
Ditjen P2HP, maka pada tahun 2012 Koperasi Mina Produk Prima (KMPP) telah membuat Barcode untuk keperluan pemasaran produk branding. Barcode KMPP diterbitkan oleh GS1 Indonesia di bawah licensi GS1 global yang memberikanan kewenangan penomoran Barcode standard GS 1 System di Indonesia. Semua produk UKM binaan Ditjen P2HP yang siap dipasarkan ke retail modern harus menggunakan Barcode yang sama yaitu 899 702455. Sembilan digit terdiri atas: 899
: Kode Negara
702455
: Kode Perusahaan
Masa
berlaku
Barcode
tersebut
dimulai
November 2012 sampai dengan November 2015 dengan kuota 1.000 jenis produk. Saat ini sudah termanfaatkan 10 jenis produk UMKM dari kegiatan fasilitasi program branding produk perikanan yang telah dilaksanakan.
28 Pedoman Branding 2013
F.
Fasilitasi Pemasaran di Ritel Modern
Fasilitasi pemasaran merupakan tahapan akhir dari kegiatan branding produk perikanan dan salah satu pasar yang menjadi tujuan kegiatan ini adalah ritel modern. Bisnis ritel pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu ritel trandisional dan ritel
modern.
Ritel
modern
sendiri
merupakan
pengembangan dari ritel tradisional. Potensi pasar, format ritel dan nama retailer di Indonesia terus berkembang yang meliputi : a)
Hypermarket : Carrefour, Giant, Hypermart, Lotte Mart;
b)
Supermarket : Hero, Giant, Superindo, Yogya, Robinson, Food Mart, Food Hall, Carrefour Express, Ranch Market (Farmers Market), Grand Lucky, Kemchicks;
c)
Health & Beauty Stores (Specialty Stores) : Guardian, Century, All Fresh, Total Buah, Toko Diskon, K24, Carrefour Market;
d)
Convenience
Stores
/
Minimart
:
Indomaret,
Alfamart, Seven Eleven-711, Circle K (Perumahan), Yomart, Bright (Pom Bensin), Starmart (ApartmentGedung Perkantoran); e)
Wholesale : Lotte Mart (dulu Makro); 29 Pedoman Branding 2013
f)
Department Stores : Metro, Sogo, Sarinah, Pasar Raya, Seibu, Debenhams, Matahari, Ramayana. Gambaran jumlah gerai ritel yang ada di
Indonesia pada tahun 2012 adalah Carrefour = + 80 toko, Lottemart = 8 toko (Hypermarket), Hypermart = + 70 toko, Giant Group = + 100 toko (Supermarket & Hypermarket), Superindo = +80 toko, Indomaret = +6000 toko, Alfamart = + 6500 toko dan Alfamidi = + 509 toko Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) diperkirakan, total belanja ritel modern tahun 2010 mencapai Rp 100 trilyun. Sebanyak Rp 65 triliun merupakan belanja makanan dan sisanya non-makanan.
Dari
jumlah
belanja
makanan
ini,
hipermarket mengambil porsi 35 persen, minimarket 35 persen dan supermarket 30 persen. Makanan yang merupakan kebutuhan pokok manusia, mengharuskan kita mau tidak mau untuk berbelanja makanan dan minuman setiap harinya (Kompas.Com). Kategori produk yang dipasarkan di ritel modern dapat dikelompokan dalam ketegori sebagai berikut : a)
Grocery seperti : Food (Makanan & Minuman; kosmetik &obat) dan Non Food (pembersih, sabun, dan sebagainya);
b)
Fresh (Barang segar), seperti : buah & sayur, daging & Ikan, daily & dairy (tahu, tempe, susu dan sebagainya), bakery (Roti & Snack); 30 Pedoman Branding 2013
c)
House hold (perlengkapan rumah tangga). Untuk kategori fresh (barang segar) dapat
dikelompokan menjadi beberapa sub kategori, seperti : dairy
(berbahan susu), delicatessen (produk makanan
seperti ham, bacon, keju bumbu, biasanya disimpan di chiller), frozen (beku), buah, sayuran, seafood (Makanan laut), daging, non-halal, halal deli biasanya disimpan di Chiller,
bakery
(Roti),dry
food
(makanan
yang
dikeringkan), fast food (siap saji) Penggolongan dan pembagian kategori dan sub kategori pada tiap retailer bisa bervariasi. Setiap kategori produk akan ditangani oleh masing-masing buyer (pembeli) yang akan menangani pembelian produk-produk yang terdapat dalam masing-masing kategori. Berkembangnya ritel modern dalam kategori Superstore atau minimarket, pada satu sisi memberikan peluang bagi pemasok untuk memasarkan produknya ke dalam jaringan ritel modern, sementara di sisi lain terjadi persaingan yang semakin ketat antar pemasok untuk merebut akses jaringan ritel besar. Secara umum, UMKM
biasanya
sanggup
memproduksi
berbagai
produk. Namun demikian kualitas, kemasan dan harga seringkali kurang cocok dengan selera dan kemampuan konsumen. Kondisi ini tentunya akan berdampak bagi UMKM yaitu tersisihnya pemasok usaha kecil menengah 31 Pedoman Branding 2013
(UMKM)
dalam
persaingan
memasuki
pasar
ritel
modern. Oleh karena itu, dalam rangka memfasilitasi pemasaran produk UMKM perikanan di ritel modern maka
Direktorat
Jenderal
P2HP
telah
menjalin
kemitraan dengan beberapa ritel modern yaitu PT Carrefour Indonesia (Carrefour), PT Matarahari Putra Prima Tbk (Hypermart), PT Midi Utama Indonesia Tbk (Alfamidi), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) yang
dituangkan
dalam
kesepakatan
bersama
sebagaimana terlampir. Produk UMKM perikanan yang akan dipasarkan dalam jaringan ritel modern harus memenuhi standar produk ritel modern, sebagai berikut : a)
Persyaratan Produk : 1)
Jenis/item produk memiliki Spesifikasi tertentu (contoh:bentuk, ukuran & warna produk, varian rasa/flavour produk) dengan kualitas yang konstan;
2)
Produk memenuhi aspek keamanan pangan, dibuktikan
dengan
mengandung
uji
kandungan
laboratorium
tidak
berbahaya
pada
proses produksi (contoh:formalin), cemaran pada
bahan
baku
(contoh:logam
berat),
cemaran paska produksi (contoh:bakteri) dll; 3)
Produk melalui uji nutrisi; 32 Pedoman Branding 2013
4)
Produk melalui uji kadaluarsa (tampilan dan rasa);
5)
Produk memenuhi perijinan edar & sertifikasi (contoh:PIRT/MD & Halal);
6) b)
Produk memiliki merek / brand.
Persyaratan Kemasan 1)
Kemasan dengan disain dan bentuk yang menarik;
2)
Kemasan Food Grade (contoh:plastik, kertas dll);
3)
Bahan kemasan makanan harus food grade dan steril. Pada pencetakan rotogravure (cetak inside) di percetakan besar, proses pencetakan tersebut dipastikan steril dan tidak tersentuh tangan (dan jika dibutuhkan dapat dilakukan proses pembuatan BAG). Ada beberapa jenis kemasan food grade, antara lain: - Polycellonium
(untuk
makanan)
bahan
bakunya campuran Aluminium - Polycello (untuk makanan) bahan bakunya plastik - Nylon (untuk makanan ) bahan bakunya Plastik, untuk vacum packed, minyak, sirup dan sejenisnya 4)
Kemasan Modern;
5)
Kemasan
mencantumkan
informasi
yang
dipersyaratkan PP 69 (antara lain:Produsen, 33 Pedoman Branding 2013
Perijinan,
Berat
Netto,
Informasi
Gizi,
Komposisi, Kadaluarsa, Barcode); 6)
Kemasan mencantumkan Nomor Registrasi Merk
& HAKI jika didaftarkan Hak Cipta
sebagai Inovasi Baru; 7)
Pengemasan baik & benar (contoh:produk tidak melempem & bau tengik karena kontaminasi udara);
8)
Kemasan jelas cara pajang / display-nya (contoh: digantung, ditumpuk). Informasi pada kemasan berada di bagian
depan dan belakang kemasan. Peletakan informasi di kedua bagian tersebut dapat diubah-ubah sesuai dengan estetika design kemasan. Bahasa
yang
digunakan
sebaiknya
2
bahasa (Indonesia dan Inggris) sedangkan untuk kemasan
produk
ekspor
bahasa
dapat
menyesuaikan dengan negara tujuan ekspor. Berdasarkan
aturan
Pelabelan
BPOM,
informasi yang harus ada pada setiap bagian kemasan adalah : 1)
Bagian depan kemasan berisikan : - Brand & Logo; - Tag Line; - Logo Halal; - Nama jenis Produk dalam bahasa Indonesia; 34 Pedoman Branding 2013
- Nama jenis Produk dalam bahasa Inggris; - Splash produk (biasanya diisi keistimewaan produk); - Berat Bersih /Net Weight : No Ijin Edar (PIRT/MD). 2)
Bagian belakang kemasan berisikan : - Deskripsi
jenis
produk
dalam
bahasa
Indonesia; - Deskripsi item produk dalam bahasa Inggris - Komposisi/Ingredients; - LayananKonsumen / Customer Service (alamat email / no telp bebas pulsa); - Kandungan Gizi / Nutritition Facts (dilengkapi dengan % AKG / Daily Intake); - Kadaluarsa / Expiry Date; - Kode Produksi/Production Code; - Diproduksi Oleh/Produced By: (lengkapi dengan kode Pos dan Negara); - Pengemasan Oleh / Packed By: atau Distribusi Oleh Distributed By; - Barcode.
35 Pedoman Branding 2013
c)
Persyaratan Harga Harga sesuai strategi pemasaran (segmentasi,
positioning) dan kompetitif dengan kompetitor. Dalam memfasilitasi pemasaran produk UMKM hasil kegiatan branding ke ritel modern, produk tidak langsung didistribusikan secara nasional. Ada masa percobaan / test market terlebih dahulu. Pada masa percobaan
ini
biasanya
buyer
cenderung
akan
membatasi jumlah toko pada region tertentu / secara regional, tergantung pada kemampuan UMKM. Untuk pemasaran ke ritel modern berskala nasional proses registrasi produk dilakukan di kantor pusat yang kemudian dalam penyaluran (distribusi) barangnya dilakukan secara regional atau lokal melalui jaringan atau depo yang dimilki oleh ritel modern tersebut. G. Fasilitasi Promosi
Setelah produk perikanan dipasarkan ke ritel modern, tahapan selanjutnya adalah memperkenalkan produk hasil perikanan kepada konsumen. Promosi produk tersebut dilakukan dengan melibatkan UMKM peserta branding pada event – event yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemda atau bekerja sama dengan lembaga lainnya.
36 Pedoman Branding 2013
BAB III PENDANAAN
Sumber dana kegiatan fasilitasi branding produk perikanan yang diatur dalam pedoman ini dapat berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negera (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan sumber lain yang sah. Adapun penjelasan masingmasing sumber pendanaan sebagai berikut : A. Dana APBN
Dana yang bersumber dari APBN adalah dana pemerintah
pusat
termasuk
di
dalamnya
dana
dekonsentrasi tugas Tugas Pembantuan yang berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan ataupun Kementerian/lembaga pemerintah lainnya. B. Dana APBD
Dana yang bersumber dari APBD yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini.
37 Pedoman Branding 2013
C. Sumber Pendanaan lain
Sumber
dana
liannya
bagi
penyelenggaraan
fasilitasi branding produk perikanan dapat berasal dari pihak ke-3 seperti swadaya masyarakat, pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) perusahaan, secara mandiri. Sumber pendanaan lain tersebut harus sah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selain pemanfaatan sumber pendanaan tersebut, pelaksanaan
program
ini
juga
dapat
disinergikan
program Bantuan Langsung Mandiri Pemberdayaan Usaha Mina Pedesaan P2HP (BLM PUMP-P2HP) yang diberikan kepada kelompok pengolah dan pemasar.
38 Pedoman Branding 2013
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Monitoring
dilakukan
berkesinambungan, pelaksanaan
kegiatan
untuk
secara
berkala
melihat
fasilitasi
branding
dan
efektifitas produk
perikanan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Monitoring dilakukan mulai dari tahapan identifikasi sampai dengan saat produk hasil kegiatan telah dipasarkan di ritel modern, seperti jumlah toko tempat pemasaran produk, kuantitas produk yang dipasarkan, jumlah produk yang dijual, preferensi konsumen atas produk yang dijual, varian produk. Pelaksana monitoring dilakukan
secara
berjenjang
mulai
tingkat
kabupaten/kota, provinsi sampai ke pemerintah pusat atau oleh pemerintah pusat secara sampel pada saat kunjungan di daerah.
B. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan untuk melihat dampak kegiatan fasilitasi branding produk perikanan sekaligus sebagai upaya untuk memperoleh input bagi perbaikan pelaksanaan fasilitasi branding hasil perikaan ke depan. Evaluasi dilakukan setiap tahapan kegiatan mulai dari 39 Pedoman Branding 2013
perencanaan (ex ante evaluation), pada saat kegiatan berlangsung (on going evaluation) maupun pasca pelaksanaan kegiatan (ex post evaluation). Selain evaluasi menurut waktu sebagaimana tersebut di atas, evaluasi dapat juga dilaksanakan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan.
40 Pedoman Branding 2013
BAB V PENUTUP
Fasilitasi branding produk UMKM perikanan sudah dilaksanakan sejak tahun 2011 dengan hasil pembinaan sebagaimana telah disampaikan dalam buku pedoman ini. Pedoman fasilitasi branding produk perikanan merupakan acuan bagi semua pihak yang terkait dalam merencanakan,
melaksanakan,
mengendalikan,
mengevaluasi dan melaporkan pelaksaaan fasilitasi branding poduk perikanan. Akhirnya, semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak dan sekaligus dapat membangun sinergi yang dalam memberdayakan UMKM perikanan.
41 Pedoman Branding 2013
LAMPIRAN
I.
CAPAIAN KEGIATAN FASILITASI BRANDING PRODUK PERIKANAN TAHUN 2011- 2012
A.
UMKM PESERTA BRANDING TAHUN 2011 No Komoditas
1
Patin
2
Baby Fish
3
Udang
4
Fish Jelly
5
Fish Jelly
6
Bandeng
7
Ikan Gabus
Produk
Abon Ikan Patin Snack ikan petex Stick Jagung Udang Sosis Ikan Dinsum Ikan Bandeng Tanpa Duri (Batari) Abon Ikan Gabus
Produsen/
Daerah
UMKM
Asal
UMKM Tunas Baru UMKM Oskar
Jambi Jawa Barat
UMKM Flomboyan Gorontalo
UMKM Supra Dynasti UMKM Laras Food APS Sidoarjo
Bali
UMKM Arlin
Banjarmasin, Kalimatan Selatan
Ibu
Gresik, Jawa Timur Sidoarjo, Jawa Timur
42 Pedoman Branding 2013
B.
UMKM PESERTA BRANDING TAHUN 2012 No
Komoditas
Produk
Produsen/
Daerah
UKM
Asal
1
Rumput Laut
Snack Pilus Rumput Laut
UMKM Ibu Sinta Lona
Kupang, NTT
2
Patin
Patin Asap Beku
KUB Negeri Patin
Kampar, Riau
3
Tuna
Abon Ikan
4
Lele
5
Tongkol dan Layang
Tekwan Beku Instant Pindang Tongkol dan Layang Beku Bandeng Tanpa Duri (BATARI)Beku Sate Bandeng Beku
CV Ar Rohmah Jember, Jawa Timur UMKM Ibu Bekasi, Arlis Jawa Barat
6
Bandeng
KUB Pindang Trenggalek
Trenggalek, Jawa Timur
Koperasi Karya Bersama
Kendal, Jawa Tengah
UMKM Awal Putra Mandiri
Serang, Banten
43 Pedoman Branding 2013
C.
PEMASARAN TAHUN 2012 PRODUK
PRODUSEN
VOLUME SETIAP ORDER
PASAR
Dim sum
CV. Laras Food, Jawa Timur
500 Kg
40 Toko Carrefour di Jabodetabek dan Jawa Timur
Abon ikan patin
KUB Usaha Bersama, Jambi
1.800 pcs
25 Toko Carrefour dan 50 Toko Hypermart di Jabodetabek (in process)
Abon ikan gabus
UMKM Ibu Arlin, Kalsel
1.800 pcs
25 Toko Carrefour dan 50 Toko Hypermart di Jabodetabek (in process)
BATARI
APS Sidoarjo, Jawa Timur
1.500 kg
25 Toko Carrefour , 50 Toko Hypermart di Jabodetabek dan 8 toko LotteMart Hypermarket
Snack ikan petek
CV. Oscar Bersaudara, Jawa Barat
3.000 pcs
500 toko alfamart di Wilayah Distribution Center Tangerang dan Serpong
44 Pedoman Branding 2013
II. ROAD MAP PRODUK BRANDING SEBELUM DAN SESUDAH PEMBINAAN SEBELUM PEMBINAAN
SEBELUM PEMBINAAN
SESUDAH PEMBINAAN
SESUDAH PEMBINAAN
45 Pedoman Branding 2013
SEBELUM PEMBINAAN
SEBELUM PEMBINAAN
SESUDAH PEMBINAAN
SESUDAH PEMBINAAN
46 Pedoman Branding 2013
SEBELUM PEMBINAAN
SEBELUM PEMBINAAN
SESUDAH PEMBINAAN
SESUDAH PEMBINAAN
47 Pedoman Branding 2013
SEBELUM PEMBINAAN
SESUDAH PEMBINAAN
VIII. Story Board Dimsum Ukm Brand Laras Food
48 Pedoman Branding 2013
III.
LIST
KESEPAKATAN
KERJASAMA
DENGAN
RITEL MODERN
NAMA PASAR RETAIL Carrefour
NAMA PERUSAHA AN PT Carrefour Indonesia
2
Hypermar ket
PT Matahari Putra Prima Tbk
Pengembangan dan Peningkatan Pemasaran Hasil Perikanan Melalui Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi
3
Alfamidi
PT Utama Midi Indonesia Tbk
Pengembangan Akses Pemasaran Ikan dan Hasil Perikanan
4
Alfamart
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
NO
1
RUANG LINGKUP KERJASAMA Pengembangan dan Peningkatan Pemasaran Hasil Perikanan Melalui Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi
Pengembangan Akses Pemasaran Ikan dan Hasil Perikanan Tenanty
NO MoU/TANGGAL/ MASA BERLAKU No. Mou: 020/P2HPKB/III/2011 dan 01/Leg-Perj/CACI/III/2011 Tanggal 23 Maret 2011 Masa berlaku 5 tahun No.MoU: 01/P2HP/KKP/K B/II/2012 dan 003/MKTMFB/EXT/II/12 Tanggal 16 Februari 2012 Masa berlaku 3 tahun No.Mou: MIDIKKP/MOU/X/20 12/093 Tanggal 11 Oktober 2012 Masa berlaku 2 tahun No.Mou: SATKKP/X/2012/21 9 Tanggal 11 Oktober 2012 Masa berlaku 1 tahun
49 Pedoman Branding 2013
DAFTAR PUSTAKA
Apipudin., 2013., Brand Switching Analysis dalam Industri Ritel Modern. http://www.marketing.co.id. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013. Bagus. I., 2010., Belanja Ritel Modern Tembus Rp 100 Triliun di 2010. http://finance.detik.com. Diakses pada tanggal 9 September 2010 Hapsarini, Retno Arieswanti., 2010., Perkembangan Bisnis Ritel di Indonesia. http://retnohpsarini.blogdetik.com. Diakses pada tanggal 2 November 2010. P2HP., 2010., Data Statistik Unit Pengolahan Hasil Perikanan Ditjen P2HP. Jakarta Pemasaran Dalam Negeri. Direktorat., 2012., Laporan Tahunan. Jakarta
50 Pedoman Branding 2013