Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L) VARIETAS PERMATA F1 BERDASARKAN PENGOLAHAN TANAH DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA ROIS PAUDI1 , WAWAN PEMBENGO2 , FAUZAN ZAKARIA3 1
Mahasiswa Program Studi Agrotknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jend. Sudirman No.6 Kota Gorontalo 98612 email :
[email protected]
2
Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jend. Sudirman No.6 Kota Gorontalo 98612 ABSTRAK
ROIS PAUDI. NIM 613409046. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.) Permata F1 Berdasarkan Pengolahan Tanah Dan Jarak Tanam Yang Berbeda. Dibawah bimbingan Wawan Pembengo, sebagai pembimbing I dan Fauzan Zakaria, sebagai pembimbing II. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat, mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat,mengetahui pengaruh interaksi pengolahan tanah dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Iloheluma Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato, pada bulan Agustus 2013 sampai dengan November 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak kelompok factorial(RAKF) yang terdiri dari dua factor yakni. Faktor pertama adalah pengolahan tanah: tanpa pengolahan tanah, pengolahan dengan cangkul, pengolahan tanah dengan bajak sapi. Faktor kedua adalah jarak tanam: 40 x 60 cm, 40 x 70 cm, 40 x 80 cm. Dengan demikian diperoleh Sembilan kombinasi perlakuan, tiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sebagai kelompok, sehingga seluruhnya terdapat 27 petak penelitian Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun,berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan jumlah produksi buah per petak. Hasil dari penelitian ini menunjukan perlakuan pengolahan tanah bajak sapi berpengaruh pada parameter tinggi tanaman 4 MST (minggu setelah tanam) sebesar 32,52 cm, jumlah daun 4 MST sebesar 38,82 helai.Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman tomat. Interaksi pengolahan tanah bajak sapi dan jarak tanam 40 x 60 cm berpengaruh pada jumlah daun 2 MST sebesar 19,07 helai. Kata kunci: pengolahan tanah, jarak tanam,tomat varietas permata F1. Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
PENDAHULUAN Tomat merupakan salah satu komoditas yang multiguna, tidak hanya berfungsi sebagal sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu masak/minuman segar, sumber vitamin dan mineral, dan bahan pewarna alami. Bahkan, tomat juga dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika permintaan masyarakat terhadap tomat terus meningkat. Hal ini merupakan peluang bagi para petani atau para pembudidayanya untuk mengembangkan serta meningkatkan produksi tomat. Kebutuhan tomat di masyarakat yang semakin tinggi dapat diimbangi dengan peningkatan produksinya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi tomat Di Provinsi Gorontalo sejak tahun 2007-2012 berfuktuasi. pada tahun 2007:1.783 ton, 2008:1.805 ton, 2009:3.522 ton, 2010:3.827 ton, 2011:1.080 ton, 2012:2.278 ton(BPS,2013). Sedangkan hasil produksi tanaman tomat Kabupaten Pohuwato sejak tahun 2007-2012 yaitu: tahun 2007: 6.44 ton, 2008: 182 ton, 2009: 142 ton, 2010: 503 ton, 2011: 235.04 ton, dan 2012: 240.77 ton(Pohuwato dalam angka, 2013). Di negara tropis seperti Indonesia, tanaman tomat memeliki daerah penyebaran yang cukup luas, yaitu di dataran tinggi (≥ 700 m dpl), dataran medium tinggi(450 699 m dpl), dataran medium rendah (200-449 m dpl), dan dataran rendah (≤ 199 m dpl). Produksi tomat di daerah tropis cenderung lebih produktif di dataran tinggi dari pada di dataran rendah. Namun, akhir-akhir ini pengembangan budidaya tanaman tomat di dataran tinggi dinilai dapat memicu terjadinya erosi tanah, selain jumlah lahan yang terbatas, Dengan demikian, perluasan areal untuk budidaya tomat lebih diarahkan
ke dataran
rendah. Oleh karena itu, perlu pemilihan varietas tomat yang cocok untuk ditanam didataran rendah. Idealnya, produktivitas tinggi dapat tercapai jika bibit tomat yang digunakan berasal dari varietas unggul baru yang telah disesuaikan dengan agroklimatnya. Namun,lambatnya pengembangan varietas unggul baru menjadi kendala dan faktor pembatas dalam budidaya tomat. Selain itu, terdapat beberapa faktor alami yang sering menjadi kendala pertumbuhan tomat diantaranya itu, kesuburan tanah, lokasi penanaman tomat, serta hama penyakit(Purwati dan Khairunisa, 2007). Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam
usaha
meningkatkan
potensi
tanah
bertekstur
liat
guna
menghasilkan produksi tanaman lebih baik,maka perlu di ciptakan keadaan fisik tanah yang baik bagi akan dapat di peroleh dengan melakukan penglahan tanah yang efektif,guna mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengoloahan dalam pada barisan tanaman yang dikenal sebagai zone tillage atau precission tillage merupakan sistem pembagian lebar pengolahan tanah. Hal tersebut khususnya efektif untuk melonggarkan tanah bagian bawah dari kedalaman normal pengolahan tanah, meningkatkan kedalaman akaran kepadatan akar, meningkatkan kecepatan infiltrasi, meningkatkan tersedianya air untuk tanaman sepanjang kedalaman akar tumbuh serta meningkatkan penyimpanan air. Pengolahan tanah yang lazim di lakukan (conventional tillage) melakukan pekerjaan mencacah sisa-sisa tanaman dan mempersatukannya kedalam tanah. Pengolahan tanah seperti biasanya membutuhkan energi tinggi untuk pengolahan tanah kedua untuk membasmi gulma dan menyiapkan tanah pertanaman.(Hunt,1995 dalam intara et all,2011). Pengolahan tanah intensif artinya pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus dan juga tingkat olah tanah yang dilakukan secara maksimum dengan membalik-balikkan tanahnya hingga kedalaman
tertentu. Pengolahan
tanah ini tidak menerapkan kaidah konservasi. Tanah yang diolah berlebihan tanpa tindakan konservasi ini akan menjadi lebih cepat kering, lebih halus, berstruktur buruk, dan berkadar bahan organik tanah rendah(Sofyan, 2011). Pengolahan
tanah
terbatas
atau
pengolahan
tanah
minimum
(minimum tillage) adalah salah satu cara pengolahan tanah seperlunya saja, lalu benih/tanaman ditanam. Pengolahan tanah dilakukan hanya satu kali saja dengan mengembalikan sisa tanaman atau gulma yang ada. Dengan demikian, sisa tanaman sebelumnya tetap berada di dalam atau dipermukaan tanah. Diharapkan dari pengolahan minimum ini struktur tanah tidak banyak berubah Tanpa diolah dan pengolahan minimum akan menjaga struktur tanah dan sekaligus mengurangi biaya pengolahan tanah. Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
Pengolahan
tanah
maksimum
atau
pengolahan
tanah
sempurna
(full tillage). Ciri utama pengolahan tanah sempurna ini antara lain adalah membabat bersih, membakar atau menyingkirkan sisa tanaman atau gulma serta perakarannya dari areal penanaman serta melalukan pengolahan tanah lebih dari satu kali baru ditanamai. Dengan pengolahan tanah maksimum ini permukaan tanah menjadi bersih, rata dan bongkahan tanah menjadi halus. Oleh karena itu perlu dicari metode yang lebih efektif dan efisien melalui pertanian tanpa olah tanah (zero tillage) dan sedikit mungkin olah tanah hanya pada jalur lubang tanam tempat benih (minimum tillage) sehingga erosi tanah dapat diperkecil, aliran permukaan tanah dapat ditekan, evavorasi lebih sedikit, air tersedia lebih banyak (Bangun et all,1991 dalam Cibro,2008). Produksi tanaman yang maksimum dapat diperoleh dengan penerapan beberapa teknik budidaya yang tepat. Jarak tanam merupakan salah satu teknik budidaya yang mengatur tata letak dan populasi tanaman dengan jarak yang pasti menurut dua arah tertentu dalam satu area. Melalui pemilihan jarak tanam yang tepat tingkat persaingan antar maupun intern tanaman dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu pemilihan jarak tanam juga dapat mengoptimumkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis seperti cahaya matahari, air dan hara. Pengaturan jarak tanam sangat berkaitan erat dengan kerapatan tanaman. Jarak tanam yang yang baik untuk tanaman tomat adalah sekitar 80 x 40 cm atau 60 x 40 cm. Penentuan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah,musim, dan varietas yang ditanam.benih yang daya tumbuhnya agak rendah perlu ditanam dengan jarak yang lebih rapat.pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan.Pertanaman pada musim kemarau,yang akan diperkirakan kekurangan air, perlu ditanam degan jarak yang lebih rapat( Yani dan Trisnawati, 2007).
Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Iloheluma Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato. Dimulai pada bulan Agustus - bulan November 2013. Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas permata F1, pupuk dan herbisida.Alat yang digunakan adalah meteran, cangkul,bajak sapi, sekop, timbangan, parang, tali rapiah, kamera digital dan alat tulis menulis. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan acak kelompok faktorial (RAKF) dengan dua faktor yakni : Faktor pertama adalah pengolahan tanah yang terdiri tiga taraf. P0 : kontrol (tanpa pengolahan tanah), P1 : pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul, P2 : pengolahan tanah dengan menggunakan bajak sapi. Faktor kedua adalah jarak tanam yang terdiri tiga taraf. J1 : 40 cm x 60 cm, J2 : 40 cm x 70 cm, J3 : 40 cm x 80 cm. Dengan demikian diperoleh sembilan kombinasi perlakuan diulang tiga kali sebagai kelompok.sehingga jumlah seluruhnya terdapat 27 satuan petak kombinasi perlakuan yang berukuran 2m x 3m. Masing-masing petak dalam satu kelompok atau ulangan diberi jarak 1m dan antar kelompok berjarak 0,5 m.Variabel yang diamati. 1) Tinggi tanaman (cm): Dalam penelitian ini proses pengukuran tinggi tanaman yaitu dengan menggunakan satuan senti meter(Cm) pada saat tanaman berumur 2,4,6,dan 8 MST.2) Jumlah daun pertanaman (helai) Jumlah daun(helai) dihitung pada saat tanaman berumur 2,4,6,dan 8 MST.3) Berat buah pertanaman (gram) : Dalam pengamatan ini buah ditimbang dalam satuan gram(gr). Dan dilakukan pada saat panen.4) Jumlah buah pertanaman (buah) : Jumlah buah pertanaman dihitung pada saat pemetikan atau pemanenan. Analisis data menggunakan sidik ragam (analysis of variance), bila terdapat perbedaan pengaruh diantara perlakuan, maka untuk membandingkan antara dua rata-rata perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan pada lampiran 3a sampai 3d menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berbeda nyata pada 4 MST sedangkan perlakuan jarak tanam dan interaksi keduanya tidak berbeda nyata untuk parameter tinggi tanaman.Hal ini disebabkan karena pengolahan tanah dan jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, apabila struktur tanah baik maka secara otomatis pertumbuhan tanaman akan baik. Sama halnya dengan jarak tanam yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan. Penentuan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim, dan varietas yang ditanam(YanidanTrisnawati, 2007). Tabel 1.Rata–rata tinggi tanaman (cm) pada umur 2,4,6,8 MST. Berdasarkan pengolahan tanah dan jarak tanam yang berbeda. Perlakuan Pengolahan Tanah TOT Cangkul Bajak sapi BNT 5%
2 MST
Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 6 MST
16,19tn 17,10tn 17,59tn -
28,90 a 32,55 b 32,52 b 3,09
52,31tn 59,64tn 58,58tn -
8 MST 66,07tn 72,71tn 72,85tn -
Jarak Tanam 40x 60 16,68tn 31,40tn 57,05tn 71,33tn tn tn tn 40 x 70 17,09 31,43 58,15 71,85tn 40 x 80 17,11tn 31,16tn 55,73tn 68,44tn BNT 5% Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. tn = tidak nyata Berdasarkan Tabel 1 di atas perlakuan pengolahan tanah pada 4 MST untuk taraf perlakuan pengolahan tanah cangkul dan bajak sapi berbeda dengan tanpa olah tanah. Hal ini disebabkan karena pada 4 MST intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan tidak maksimal, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.Villareal (1980) dalam Lubis(2004) menyatakan bahwa tomat dapat hidup dalam kondis ilingkungan yang luas.Tanaman ini menginginkan cahaya Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
matahari yang banyak, suhumalam yang agak sejuk, siang yang panas, dan draenase yang baik. Islami dan Utomo(1995) dalam Harahap (2009) mengemukakan bahwa fungsi tanah sebagai media tempat tumbuh. Penyediaan hara dan air serta lingkungan tempat akar dan batang dalam tanah. Melakukan aktivitas fisiologinya untuk tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi tanaman tidak hanya membutuhkan hara yang cukup dan seimbang tetapi juga memerlukan lingkungan fisik tanah yang cocok supaya akar tanaman dapat berkembang dengan bebas. Proses-proses fisiologi bagian tanaman yang berada di dalam tanah dapat berlangsung dengan baik dan tanaman berdiri tegak tidak mudah rebab. Jumlah daun Berdasarkan hasil pengamatan pada lampiran 4a sampai 4d menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah pada 4 MST dan interaksi perlakuan pengolahan tanah dan jarak tanam pada 2 MST berbeda nyata sedangkan perlakuan jarak tanam tidak berbeda nyata untuk parameter jumlah daun. Hal ini disebabkan karena dalam proses pertumbuhan tanaman, pengolahan tanah dan jarak tanam dapat memberikan kontribusi yang tinggi. Dalam hal ini kebutuhan unsure hara, ketersediaan air dan intensitas cahaya. Tanaman tomat membutuhkan suhu optimum 20-30 °c, suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan rontoknya bunga. Cahaya merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan. Penyerapan hara juga dipengaruhi oleh cahaya. Penyerapan maksimal dicapai bila pencahayaan berlangsung 12 sampai 14 jam dengan intensitas 0,25 mj/m 2/jam. Untuk tanaman yang masih muda dibutuhkan kelembaban relatife 95% untuk merangsang pertumbuhan (BPTS, 1997 dalamLubis, 2004). Frekuensi pemberian air sangat berpengaruh pada kelembaban tanah baik untuk setiap jenis tanaman maupun fase pertumbuhannya. Apabila terjadi cekaman air menyebabkan terganggunya zat pengatur tumbuh, sehingga tanaman tumbuh kerdil dan daun yang
baru
terbentuk
tidak
berkembang
sempurna
(IslamidanUtomo,
1995dalamdesmarina, 2009).
Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
Tabel 2. Rata – rata jumlah daun (helai) pada umur 4, 6, 8 MST. berdasarkan pengolahan tanah dan jarak tanam yang berbeda. Perlakuan
4 MST
JumlahDaun (helai) 6 MST
8 MST
Pengolahan Tanah TOT
32,14 a
69,08tn
85,56tn
Cangkul
43,03 b
76,73tn
94,06tn
Bajak sapi
38,82 ab
82,11tn
100,18tn
BNT 5%
8,08
-
-
40x 60
40,32tn
76,02tn
89,92tn
40 x 70
37,28tn
78,81tn
101,09tn
40 x 80
36,40tn
73,09tn
88,78tn
BNT 5%
-
-
-
Jarak Tanam
Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. tn = tidak nyata Berdasarkan Tabel 2 di atas perlakuan pengolahan tanah pada 4 MST untuk taraf perlakuan pengolahan tanah cangkul berbeda dengan TOT dan sama dengan perlakuan bajak sapi. Hal ini disebabkan karena pengolahan tanah dapat memperbaiki tekstur tanah sehingga dapat mendorong laju pertumbuhan tanaman khususnya pada daun tanaman. Gardner etal (1991) dalam Surtinah(2007) menyatakan bahwa bagian tanaman yang memberikan konstribusi paling banyak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah daun, dan sebagian hasil asimilasi tetap tertinggal dalam jaringan untuk pemeliharaan sel,bila translokasi lambat, dapat diubah menjadi tepung atau bentuk cadangan makanan lainnya. Sisanya diekspor kedaerah pemanfaatan vegetatif yang terdiri dari fungsifungsi pertumbuhan, pemeliharaan dan cadangan makanan. Dalam usaha meningkatkan potensi lahan bertekstur liat guna menghasilkan produksi tanaman lebih baik, maka perlu diciptakan keadaan fisik tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Keadaanfisik yang baik dapat diperoleh dengan melakukan pengolahan Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
tanah yang efektif, guna mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman(Intara, 2011). Tabel 3. Rata – rata jumlah daun tanaman tomat 2 MST berdasarkan interaksi perlakuan pengolahan tanah dan jarak tanam.
PerlakuanJarakTanam
Perlakuan Pengolahan Tanah
40 x 60 cm
40 x 70 cm
40 x 80 cm
Tanpaolahtanah
13.43 a
16.56ab
15.73 a
Olahtanahcangkul
19.00 b
16.72ab
15.40 a
Olahtanahbajaksapi
16.10ab
16.72ab
19.07 b
BNT 5%
3.40
Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. tn = tidak nyata Berdasarkan Tabel 3 di atas interaksi perlakuan pengolahan tanah dan jarak tanam pada 2 MST berbeda. Hal ini disebabkan karena pengolahan tanah dapat memperbaiki struktur tanah dan mengembalikan unsure hara yang mulai hilang, sedangkan dengan jarak tanam yang agak renggang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman khususnya pada daun. Distribusi hasil asimilasi selalu menyebutkan bahwa daerah sumber yang menjadi pemasok utama adalah daun karena daun yang memliki permukaan yang lebih luas untuk menyerap intensitas cahaya dan digunakan untuk fotosintesis(Surtinah, 2007). Berat buah Berdasarkan hasil pengamatan pada Lampiran 5 menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah, jarak tanam serta interksi keduanya tidakb erpengaruh terhadap berat buah per tanaman. Hal ini disebabkan karena pada saat tanaman memasuki masa pembuahan tingkat efektifitas sinar matahari rendah, sehingga dapat mempengaruhi berat buah tanaman. Penyerbukan dapat memulai proses pembentukan buah, karena pada penyerbukan dan pembuahan terjadi penambahan auksin kedalam ovary dari serbuk sari. Bertambahnya kandungan auksin dalam ovary, mengakibatkan pembelahan sel dirangsang dan pembentukan buah dimulai. Beberapa kendala pada pembentukan buah disebabkan keterbatasan penyerbukan, keterbatasan hara dalam tanaman, dan keguguran buah yang baru Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
terbentuk. Penyerbukan pada tomat dapat disebabkan oleh rendahnya intensitas cahaya atau rendahnya temperature udara. Ukuran buah berkorelasi dengan ukuran sel di dalam buah dan dipengaruhi oleh jumlah fotositat yang tersedia dalam tanaman(elviana, 2008). Tabel 4.Rata – rata beratbuah pertanaman (g). Berdasarkan pengolahan tanah dan jarak tanam yang berbeda. Perlakuan BeratBuah (g) Pengolahantanah Tanpaolahtanah
107,51tn
Olahtanahcangkul
124,13tn
Olahtanahbajaksapi
131,67tn
Jaraktanam 40 x 60 cm
119,05tn
40 x 70 cm
123,15tn
40 x 80 cm
121,11tn
Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. tn = tidak nyata Berdasarkan Tabel 4 di atas berat buah pertanaman menunjukan bahwa kombinasi
perlakuan,pengolahan
tanah,jarak
tanam
dan
interaksi
tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah pertanaman. Rata – rata berat buahpertanaman tertinggi diperoleh perlakuan bajak sapi yaitu 131,67. Dan pada perlakuan jarak tanam yang tertinggi yaitu jarak tanam 40 x 70 adalah 123,15. Hasil penelitian ini menunjukan perlakuan pengolahan tanah dan jarak tanam tidak
memberikan
kontribusi
terhadap
berat
buah
pertanaman.
Hal
inidisebabkankarenaproses fotosisntesis kurang efektif. Peningkatan berat buah tomat per tanaman dapat dijelaskan oleh peningkatan tinggi tanaman, atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi tanaman tomat maka berat buah semakin meningkat. Dugaan lain fenomena ini adalah semakin tinggi tanaman semakin banyak cabangnya dan semakin banyak bunga yang dihasilkan dari cabangcabang tersebut, namun demikian semuanya tidak terlepas dari perlakuan yang
Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
diberikan pada tanaman, misalnya pemupukan dan pengendalian hama.(Surtinah, 2007). Jumlah buah Berdasarkanhasil pengamatan pada Lampiran 6 menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah, jarak tanam serta interksi keduanya tidak berpengaruh terhadap jumlah buah per tanaman. Hal ini disebabkan karena pada saat penelitian factor iklim seperti suhu, air, kelembaban, kurang baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman khususnya pada saat pembuahan. Tanaman tomat yang mendapatkan penambahan CO2 daunnya akan menebal, memendek, dan kondisi cahaya tinggi. Hal ini merupakan reaksi akibat situasi yang tidak seimbang antara sink dan source. Dengan membentuk daun yang keriting tanaman menurunkan intersepsi cahaya lalu menyeimbangkannya. Meskipun begitu, produksi buah akan meningkat bila ada banyak buah pada tanaman untuk mengadopsi asimilat yang dihasilkan(Nederhoff, 2004 dalam Lubis, 2004). Tabel 5. Rata – rata jumlah buah per tanaman berdasarkan pengolahan tanah dan jarak tanam yang berbeda. Perlakuan Pengolahantanah
JumlahBuah
Tanpaolahtanah
4,53tn
Olahtanahcangkul
5,15tn
Olahtanahbajaksapi
5,08tn
Jaraktanam 40 x 60 cm
5,00tn
40 x 70 cm
4,98tn
40 x 80 cm
4,78tn
Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. tn = tidak nyata Berdasarkan Tabel 5 di atas jumlah buah pertanaman menunjukan bahwa kombinasi
perlakuan,pengolahan
tanah,jarak
tanam
dan
interaksi
tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah pertanaman. Rata – rata jumlah Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
buah pertanaman tertinggi diperoleh perlakuan olah tanah cangkul yaitu 5,15. Dan pada perlakuan jarak tanam yang tertinggi yaitu jarak tanam 40 x 60 adalah 5,00. Hasil penelitian ini menunjukan perlakuan pengolahan tanah dan jarak tanam tidak memberikan kontribusi terhadap jumlah buah pertanaman. Hal ini disebabkan karena struktur tanah yang kurang baik sehingga berpengaruh pada proses pembuahan tanaman. Surtinah 2007 menyatakan bahwa semakin banyak jumlah cabang maka kesempatan untuk berproduksi juga semakin besar, dimana kita ketahui bahwa bunga tomat keluar pada cabang – cabang yang terbentuk tersebut. Cabang – cabang yang produktif ini akan menghasilkan bunga apabila fasilitas yang dibutuhkan tanaman tomat tersebut terpenuhi melalui perlakuanperlakuan yang benar-benar mendukung untuk peningkatan produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan pengolahan tanah bajak sapi berpengaruh pada parameter tinggi tanaman 4 MST (minggu setelah tanam) sebesar 32,52 cm, jumlah daun 4 MST (minggu setelah tanam) sebesar 38,82 helai. 2. Perlakuan jarak tanam 40 X 60 cm dan 40 x 70 cm berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman tomat. 3. Interaksi pengolahan tanah bajak sapi dan jarak tanam 40 x 60 cm berpengaruh pada jumlah daun 2 MST. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengolahan tanah dan jarak tanam yang tepat guna untuk peningkatan produktivitas tanaman tomat yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA BPS.2013. Provinsi Gorontalo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Gorontalo BPS.2013. Kabupaten Pohuwato Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Gorontalo
Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
Budi,Setia.,Karmini.2011.Faktor faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penggunaan Pupuk pada Usahatani Tomat (lycopersicum esculentum l. mill) Di Desa Bangunrejo kecamatan Tenggarong seberang kabupaten Kutai Kartanega ra Jurnal. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mulaw arman, Samarinda. EPP. Vol. 8. No. 2. Hal 19. Cibro, M Azis. 2008. Respon beberapa varietas kacang tanah (arachis hypogaea l.)terhadap pemakaian mikoriza pada berbagai cara pengolahan tanah. Tesis Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Desmarina, R.,2009. Respon tanaman tomat terhadap frekuensi Dan taraf pemberian air. Skripsi. Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Elviana, 2008. Pengaruh pendinginan siang/malam larutan nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill)pada budidaya secara nutrient film technique (nft). Skripsi. Departemen teknik pertanian Fakultas teknologi pertanian Institut pertanian bogor. Ginting, Dan Risna Yunita,2008. Pengaruh pengolahan terhadap kadar likopen buah tomat dan pengaruh penyimpanan pada suhu dingin (refrigeration) terhadap mutu Produk olahan tomat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Harahap,Fitra Syawal .2009. Pengujian pengolahan tanah konservasi dan inokulasi mikoriza terhadap sifat fisika dan kimia tanah serta produksi beberapa varietas kacang tanah(Arachis hypogaea,L). Skripsi. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Intara Y Ismi.,Sapei A.,Erizal.,Sembiring N.,Djoefrie M.H B.2011. Mempelajari pengaruh pengolahan tanah dan cara pemberian air terhadap pertumbuhan tanaman cabai.(Capsicum annuum L.).Jurnal Embryo Vol.8 No.1. Hal 32-33.
Lubis,Ramadhini. 2004. Perubahan iklim mikro dan kualitas buah tanaman tomat yang ditanam secara vertikultur dengan jenis tanaman yang berbeda. Tesis program studi agronomi sekolah pasca sarjana institut pertanian bogor. Bogor. Muliasari,A.2009. Optimasi jarak tanam dan umur bibit pada padi sawah (oryza sativa l.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor.
Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
Pambayun,Ratna,2008. Pengaruh jarak tanam terhadap produksi beberapa sayuran indigenous.Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor. Purwati, Etty dan Khairunisa.2007.Budidaya tomat dataran rendah.Penebar Swad aya. Jakarta. Rahman, Aditya.2009. Pengelolaan perkebunan sagu (metroxylon spp.) dipt national timber and forest product unit htimurni sagu,selat panjang, riau dengan aspek pengaturan jarak tanam. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian institut Pertanian Bogor Rosalyne, Irawati.2010. Pengaruh pengolahan tanah terhadap keragaman dan kelimpahan gulma serta pertumbuhan dan produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Sinaga, Dolly Roberto.2009. Kapasitas lapang, efisiensi dan tingkat pelumpuran pengolahan tanah sawah di kelurahan situgede, kecamatan bogor barat, kota Bogor. skripsi. Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sofyan, Muhammad,2011. Pengaruh pengolahan tanah konservasi terhadap sifat fisik dan hidrologi tanah. skripsi. Program Studi Sumber Daya Lahan Departemen Ilmu Tanah Dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Surtinah, 2007. Kajian tentang hubungan pertumbuhan vegetatif dengan produksi tanaman tomat (lycopersicum esculentum, mill ). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 4 No. 1. Hal 3-6. Yani,Trisnawati.,2007.Tomat Pembudidayaan secara komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Yunizar. 2010. Peningkatan produktivitas jagung melalui pengolahan tanah dan kompos jerami padi sesudah padi di bayas jaya riau. Prosiding pekan serealia nasional. Hal 215.
Rois Paudi,613409046, Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.