JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2012 Vol. 2 No 3. Hal 143-149 ISSN:2087-7706
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TAKARAN SERASAH TANAMAN UBI KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT METE DAN KETAHANANNYA TERHADAP SERANGAN HAMA WERENG PUCUK METE (Sanurus indecora) DI PEMBIBITAN The Effect of Various Doseges of Cassava Plant Litter on the Growth of Cashew Seedlings and Resistance to Casshew Sanurus indecora Attack in the Nurseries ANDI NURMAS*), RAHAYU MALLARANGENG, SOLEHA MURSALIM Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari
ABSTRACT This research was conducted at the New Campus Anduonohu, Kendari from December 2011 to March 2012. The purpose of this study was to determine the effect of various doses of cassava plant litter on the growth of cashew seedlings and resistance to pest attack planthopper shoots cashew in the nurseries. The design of the study was Randomized Block Design (RBD) with 4 levels of treatment that were: treatment without cassava plant litter (U0), the provision of cassava plant litter 40 g polybag -1, equivalent to 10 ton ha-1 (U1), the provision of cassava plant litter 80 g polybag-1, equivalent to 20 ton ha-1 (U2), the provision of cassava plant litter 120 g of polybag-1, equivalent to 30 ton ha-1 (U3) and each treatment was repeated 3 times so that there were 12 experimental units and each treatment used 2 cashew seedlings,therefore overall cashew seedlings used was 24 cashew seedlings. The results showed that administration of various doses of the cassava plant litter showed no significant effect on plant height, leaf number, stem diameter ages 60 and 90 days after planting, leaf area, dashed ratio of plant roots and dry weight and had significant effect on stem diameter age 30 days after planting. The intensity of hopper pests of cashew shoots (Sanurus indecora) obtained the highest treatment without cassava plant litter with the intensity of attacks and the lowest 13,9% obtained in the treatment of 10 ton ha-1, 20 ton ha-1 and 30 ton ha-1 with 2,8% intensity of attacks. Keywords: cassava plant litter, cashew seedlings, and Sanurus indecora. 1PENDAHULUAN
Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah semu dapat diolah menjadi bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain *)
Alamat Korespondensi: E-mail :
[email protected]
itu, kulit batang tanaman jambu mete berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut dan daun jambu mete yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat dan daun yang tua dapat digunakan untuk obat luka bakar (Ferry et al., 2001). Berdasarkan data statistik pertanian secara nasional produksi rata-rata tanaman jambu mete di Sulawesi Tenggara adalah 6.100 ton ha-1 (Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara, 2010). Hasil produksi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil produksi jambu mete tahun 2009 rata-rata mencapai 30.934 ton ha-1. Menurunnya produksi tanaman jambu mete
144 NURMAS ET AL. di Sulawesi Tenggara antara lain disebabkan oleh perubahan cuaca, hujan yang terus menerus, curah hujan yang merata sepanjang tahun, menyebabkan pembungaan dan pembuahan terganggu. Faktor lain penyebab menurunnya produksi jambu mete adalah produktivitas tanah yang semakin menurun akibat panen dan erosi yang tidak diikuti dengan pemupukan berimbang (Indrawanto et al., 2003). Tanaman ubi kayu dapat dipilih atau dijadikan sebagai salah satu penyuplai bahan organik untuk memperbaiki produktivitas tanah. Di Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung, sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia khususnya penduduk negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu. Penanaman ubi kayu secara polikultur dengan jambu mete, selain dapat menekan hama pada tanaman jambu mete, juga dapat meningkatkan persediaan bahan pangan. Ubi kayu mengandung senyawa yang berpotensi racun yaitu linamarin (93%) dan lotaustralin (7%) (Winarno, 2002). Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Linamarin berperan sebagai prekursor senyawa sianida pada ubi kayu dan bila terpecah secara sempurna membentuk sianida bebas dapat menimbulkan efek toksisitas yang cukup berbahaya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan organik yang dapat menekan hama. Sesungguhnya linamarin ini berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan hama atau hewan lain. Pemanfaatan serasah tanaman ubi kayu sebagai sumber bahan organik diharapkan tidak hanya mampu memperbaiki produktivitas tanah tetapi juga dapat menekan serangan hama wereng pucuk mete (Sanurus indecora) yang merupakan salah satu hama penting tanaman jambu mete. Sebagai langkah awal maka penelitian dengan judul pengaruh pemberian berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu terhadap pertumbuhan bibit mete (Anacardium occidentale L.) dan ketahanannya terhadap serangan hama wereng pucuk mete (Sanurus indecora) di pembibitan menjadi penting untuk dilakukan.
J. AGROTEKNOS
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Baru Anduonohu Kota Kendari, mulai bulan Desember 2011 sampai Maret 2012. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 25 m dpl. Persiapan Media Tanam. Tanah yang digunakan sebagai media tanam di pembibitan adalah lapisan top soil. Tanah tersebut dibersihkan dan dicampur secara merata, kemudian ditimbang sebanyak 8 kg pada masing-masing polybag dan dilakukan penanaman jambu mete umur ± 6 bulan. Kemudian dilakukan aplikasi serasah tanaman ubi kayu yang sudah dicacah halus sesuai takaran yang telah ditentukan. Dua minggu setelah aplikasi serasah tanaman ubi kayu dilakukan investasi Sanurus indecora pada fase nimfa sebanyak 5 ekor pertanaman. Sebelum aplikasi serasah tanaman ubi kayu dilakukan pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan luas daun sebagai pengamatan awal. Media tanam ditempatkan dalam rumah plastik sesuai lay out pengujian. Rumah plastik dibuat berukuran 8 m x 2,5 m dan tinggi 2 m. Bagian tengah atas diberikan tiang setinggi 0,5 m. Keseluruhan dinding ditutupi oleh waring net sehingga serangga yang diinvestasikan tidak dapat keluar dari waring net. Pemeliharaan bibit mete meliputi penyiraman, penyulaman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan sehari sekali bila tidak tejadi hujan. Penyulaman dilakukan bila terdapat bibit mete yang mati dengan bibit mete yang sama umur. Penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh disekitar bibit mete. Rancangan Penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 taraf perlakuan yaitu: perlakuan tanpa pemberian serasah tanaman ubi kayu (U0), pemberian serasah tanaman ubi kayu 40 g polybag-1 setara 10 ton ha-1 (U1), pemberian serasah tanaman ubi kayu 80 g polybag-1 setara 20 ton ha-1 (U2), pemberian serasah tanaman ubi kayu 120 g polybag-1 setara 30 ton ha-1 (U3) dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 12 unit percobaan dan setiap perlakuan digunakan 2 bibit mete sehingga secara keseluruhan bibit mete yang digunakan adalah 24 bibit mete.
Vol. 2 No.3, 2012
Pengaruh Pemberian Berbagai Takaran Serasah Tanaman Ubi Kayu 145
Variabel Pengamatan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) tinggi tanaman (cm) pada umur 30, 60 dan 90 HST, diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung pucuk, (2) jumlah daun (helai), dihitung berdasarkan jumlah daun yang terbentuk, (3) diameter batang (cm), diukur pada pangkal batang dengan menggunakan jangka sorong, luas daun (dm2) dihitung dengan menggunakan rumus: luas daun (LD) = panjang daun (P) x lebar daun (L) x konstanta (C). Nilai konstanta 0,67. Semua varibel pengamatan dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 HST, (4) nisbah pupus akar, dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Salisbury dan Ross (1992).Nisbah Pupus Akar = Berat kering pucuk/Berat kering akar dimana , (5) berat kering tanaman (g). Pengukuran berat kering tanaman dilakukan dengan cara bibit mete dicabut dan dibersihkan terlebih dahulu dengan air yang mengalir, kemudian dibungkus dengan kertas koran dan selanjutnya di oven selama 2 x 24 jam dengan suhu 700C, dan (6) inteinsitas
Gambar 1.
serangan hama wereng pucuk mete diamati dengan interval 2 minggu setelah investasi S. indecora, yaitu 14, 28, 42, 56, 70, dan 84 HST dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Hidayat (1994) yaitu I = A/B x 100%, dimana: I = intensitas serangan (%), A = jumlah tanaman yang terserang hama, B = jumlah keseluruhan tanaman yang diamati Analisis Data. Data hasil pengamatan akan dianalisis menggunakan metode sidik ragam. Hasil analisis yang menunjukkan F hitung lebih besar dari F tabel akan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Tinggi Tanaman (cm). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan serasah tanaman ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman umur 30, 60 dan 90 HST. Hasil pengamatan pertambahan tinggi tanaman (cm) umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Gambar 1.
Pertambahan tinggi tanaman bibit mete pada berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu setiap periode pengamatan.
Pertambahan Jumlah Daun (helai). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan serasah tanaman ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun
pada umur 30, 60 dan 90 HST. Hasil pengamatan pertambahan jumlah daun (helai) umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Gambar 2.
146 NURMAS ET AL.
Gambar 2.
J. AGROTEKNOS
Pertambahan jumlah daun bibit mete pada berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu setiap periode pengamatan.
Pertambahan Diameter Batang (cm). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan serasah tanaman ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang pada umur 60 dan 90 HST tetapi berpengaruh
nyata pada umur 30 HST. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 95% terhadap pertambahan diameter batang (cm) umur 30 HST disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3.
Tabel 1. Pengaruh pemberian berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu terhadap pertambahan diameter batang (cm) umur 30, 60 dan 90 HST.
Perlakuan U0 U1 U2 U3 UJBD0,05
Pertambahan Diameter Batang (cm) 30 HST 60 HST 0,15b 0,32 0,20ab 0,33 0,13b 0,32 0,23a 0,40 2 = 0,067 3 = 0,069 4 = 0,070
90 HST 0,45 0,47 0,48 0,55
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada UJBD taraf kepercayaan 95%.
Gambar 3.
Pertambahan diameter batang bibit mete pada berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu setiap periode pengamatan.
Pertambahan Luas Daun (dm2). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan serasah tanaman ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas daun pada
umur 30, 60 dan 90 HST. Hasil pengamatan pertambahan luas daun (dm2) umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Gambar 4.
Vol. 2 No.3, 2012
Gambar 4.
Pengaruh Pemberian Berbagai Takaran Serasah Tanaman Ubi Kayu 147
Pertambahan luas daun bibit mete pada berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu setiap periode pengamatan.
Nisbah Pupus Akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan serasah tanaman ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah pupus akar. Hasil pengamatan nisbah pupus akar disajikan pada Tabel 2. Pada tabel menunjukkan bahwa nisbah pupus akar tertinggi diperoleh pada perlakuan U1 dan terendah diperoleh pada perlakuan U3. Tabel 2. Pengaruh pemberian berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu terhadap nisbah pupus akar.
Perlakuan
Nisbah Pupus Akar
U0
8,59
U1 U2
9,62 9,10
U3 8,11 Berat Kering Tanaman (g). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan serasah tanaman ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman. Hasil
pengamatan berat kering tanaman (g) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa berat kering tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan U3 dan terendah diperoleh pada perlakuan U2. Tabel 3. Pengaruh pemberian berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu terhadap berat kering tanaman (g).
Perlakuan
Berat Kering Tanaman (g)
U0
41,06
U1
44,07
U2 38,53 U3 44,38 Intensitas Serangan Hama. Intensitas serangan hama wereng pucuk mete dapat dilihat pada Tabel 4. Intensitas serangan hama wereng pucuk mete tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa serasah tanaman ubi kayu (U0) dengan intensitas serangan 13,9% dan terendah diperoleh pada U1, U2 dan U3 dengan intensitas serangan 2,8%.
Tabel 4. Intensitas serangan hama wereng pucuk mete (Sanurus indecora) pada bibit mete.
Intensitas Serangan Hama (%) (hari) Rerata 42 56 70 84 U0 20,8 20,8 20,8 20,8 13,9 U1 4,2 4,2 4,2 4,2 2,8 U2 4,2 4,2 4,2 4,2 2,8 U3 4,2 4,2 4,2 4,2 2,8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan diameter batang pada umur 60 pemberian berbagai takaran serasah tanaman dan 90 HST dan berpengaruh nyata terhadap ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang umur 30 HST. pertambahan tinggi tanaman, pertambahan Hal ini dapat dilihat pada pertambahan tinggi jumlah daun, pertambahan luas daun, nisbah tanaman, pertambahan jumlah, pertambahan pupus akar, berat kering tanaman, serta diameter batang umur 60 dan 90 HST, Perlakuan
148 NURMAS ET AL. pertambahan luas daun, tidak memperlihatkan pengaruh nyata. Hal ini diduga belum tersedianya unsur hara akibat dekomposisi dan mineralisasi yang lambat, karena waktu inkubasi yang singkat sehingga serasah tanaman ubi kayu belum mampu mempengaruhi sifat biologi, fisik dan kimia tanah. Menurut Haverkort et al., (1992) bahwa bahan organik berfungsi sebagai penyimpanan unsur hara yang secara perlahan akan dilepaskan ke dalam tanah dan tersedia bagi tanaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Leiwakalaessy dalam Susilowati (2000) bahwa potensi tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman diantaranya ditentukan oleh kandungan unsur hara dan komposisi bahan organik, sebab bahan organik penting untuk sifat biologi, fisik dan kimia tanah. Hal ini didukung oleh data analisis tanah media tanam menunjukkan bahwa pH = 5,6, Bahan Organik = 2,95%, N = 0,27%, P = 2,5 ppm dan K = 2,1 me 100 g-1 belum memenuhi kebutuhan unsur hara dalam menunjang pertumbuhan tanaman jambu mete di pembibitan. Pemberian serasah tanaman ubi kayu berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang umur 30 HST (Tabel 1), sedangkan umur selanjutnya tidak berpengaruh nyata. Hal ini diduga karena takaran serasah tanaman ubi kayu yang diberikan masih relatif rendah dibandingkan dengan tingkat kebutuhan tanaman. Hal ini dapat diasumsikan bahwa dengan penambahan unsur hara yang diberikan melalui serasah tanaman ubi kayu pada umur 60 dan 90 HST, bibit mete tidak dapat merespon lagi karena unsur hara yang diberikan sudah mencapai titik jenuh atau maksimal pada umur 30 HST. Hal ini disebabkan belum tersedianya unsur hara akibat dekomposisi dan mineralisasi yang lambat, sedangkan bibit mete membutuhkan unsur hara yang cukup dan seimbang. Pairunan (1985) dalam La Salina (2004) mengemukakan bahwa pertumbuhan tanaman maksimal dapat dicapai bila semua kondisi pertumbuhan termasuk penyediaan unsur hara berada dalam jumlah yang cukup dan seimbang dan siap diserap oleh tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian serasah tanaman ubi kayu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nisbah pupus akar dan berat kering tanaman diduga
J. AGROTEKNOS karena kurangnya penyinaran matahari sehingga mengakibatkan proses fotosintesis terhambat. Pertambahan berat kering tanaman pada dasarnya merupakan hasil dari kegiatan fotosintesis. Pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, batang dan daun tanaman, sehingga dengan berkembangannya ukuran tersebut diikuti pula dengan pertambahan berat kering tanaman. Selanjutnya menurut Sitompul dan Bambang (1995) jika laju fotosintesis tinggi maka fotosintat yang dihasilkan menjadi banyak sehingga terjadi penumpukan bahan kering yang lebih banyak pula. Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase intensitas serangan hama wereng pucuk mete (Sanurus indecora) tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa serasah tanaman ubi kayu (U0) dengan intensitas serangan 13,9% sedangkan persentase terendah diperoleh pada perlakuan U1, U2 dan U3 dengan intensitas serangan 2,8%. Hal ini diduga akibat serasah tanaman ubi kayu mengeluarkan aroma khas dan tajam yang tidak disukai oleh hama wereng pucuk mete (Sanurus indecora). Serasah tanaman ubi kayu yang digunakan sebagai bahan organik bersifat racun yaitu linamarin (93%) dan lotaustralin (7%). Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Linamarin berperan sebagai prekursor senyawa sianida pada ubi kayu dan bila terpecah secara sempurna membentuk sianida bebas dapat menimbulkan efek toksisitas yang cukup berbahaya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan organik yang dapat menekan hama. Sesungguhnya linamarin ini berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan hama atau hewan lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2002) bahwa secara alami tanaman memproduksi senyawa beracun untuk melindungi spesiesnya dari kepunahan akibat serangan organisme pengganggu tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa semua perlakuan dengan menggunakan serasah tanaman ubi kayu sebagai bahan organik dapat menekan serangan hama wereng pucuk mete (Sanurus indecora) dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian serasah tanaman ubi kayu. Dengan demikian,
Vol. 2 No.3, 2012
Pengaruh Pemberian Berbagai Takaran Serasah Tanaman Ubi Kayu 149
menunjukkan bahwa serasah tanaman ubi kayu dapat dijadikan sebagai pestisida nabati dalam mengendalikan hama wereng pucuk mete (S. indecora).
SIMPULAN DAN SARAN Pemberian berbagai takaran serasah tanaman ubi kayu berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang umur 30 HST dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, diameter batang pada umur 60 dan 90 HST, luas daun, nisbah pupus akar serta berat kering tanaman. Intensitas serangan hama wereng pucuk mete (S. indecora) tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa serasah tanaman ubi kayu dengan intensitas serangan 13,9% dan terendah diperoleh pada perlakuan 10 ton ha1, 20 ton ha-1 dan 30 ton ha-1 dengan intensitas serangan 2,8%.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara, 2010. Statistik Produksi Tanaman Perkebunan. Propinsi Sulawesi Tenggara. Kendari. Ferry, Y., J.T. Yuhono, dan C. Indrawanto. 2001. Strategi Pengembangan Industri Mete Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. hlm. 89, (online), (http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/ p3261074. pdf. Haverkort, B., A.W. Bayer, dan C. Reitatjes. 1992. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Jakarta. Hidayat, N. 1994. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penerbit Trigenda Karya. Jakarta.
Indrawanto, C., S. Wulandari, dan A. Wahyudi. 2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani jambu mete di Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 9(4):141-147, (online), (http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/ bt101057.pdf. La Salina, 2004. Studi Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) dan Campuran Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.). Universitas Haluoleo. Kendari. Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agro Media Pustaka. Jakarta. Salisbury, W.T. dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung. Sitompul, S.M. dan G. Bambang. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Susilowati, R. 2000. Penggunaan Media Kompos Fermentasi (Bokasi) dan Pemberian EM-4 pada Tanah PMK terhadap Pertumbuhan Semai Acacia mangium Wild. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Wiratno, Siswanto, T.L. Mardiningsih, dan I.G.N.R. Purnayasa. 2003. Beberapa Aspek Bioekologi Wereng Pucuk pada Pertanaman Jambu Mete. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT Perkebunan Rakyat, Pengembangan dan Implementassi PHT Perkebunan Rakyat Berbasis Agribisnis, Bogor, 17-18 September 2002. Bagian Proyek PHT Tanaman Perkebunan. Hlm. 227, (online), (http://pustaka.litbang.deptan.go .id/publikasi/p3264074. pdf.