RINGKASAN EKSEKUTIF Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lima Puluh Kota ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II) yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat seluas ± 117.552 (seratus tujuh belas ribu lima ratus lima puluh dua) hektar. Sementara pengelolaannya berada pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kota di bawah Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota yang dibentuk melalui Peraturan Bupati Lima Puluh Kota No : 122 Tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011. Secara administrasi pemerintahan KPHL Lima puluh Kota terletak pada 5 (lima) Kecamatan, yakni Kecamatan Bukit Barisan, Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Mungka, Kecamatan Harau dan Kecamatan Pangkalan Koto Baru, yang terdiri dari 21 (Dua puluh satu) nagari. Di dalam pengelolaan KPH selanjutnya akan dibentuk Resort Pengelolaann Hutan (RPH) sebanyak 6 (enam) RPH sesuai dengan bentang alam dan kedekatan lokasi pengelolaan, sehingga pengelolaannya akan menjadi maksimal. Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lima Puluh Kota diantaranya adalah sebagai berikut : Belum semua kawasan hutan baik batas luar maupun batas fungsi dilakukan tata batas, Tingginya gangguan keamanan hutan termasuk ancaman kebakaran hutan dan lahan, Okupasi kawasan oleh masyarakat untuk pertanian yang ditanami tanaman rakyat seperti tanaman karet dan gambir, masih banyak lahan kritis termasuk kategori sangat kritis, belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam dan hasil hutan bukan kayu (HHBK), kurangnya data informasi, kapasitas kelembagaan masih terbatas. Visi KPHL 50 Kota adalah “Terwujudnya Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu yang partisipatif dan berkelanjutan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat“. Sedangkan misi KPHL 50 Kota adalah : 1). Pemantapan Batas Kawasan Hutan di Wilayah KPHL Lima Puluh Kota; 2). Meningkatkan Perlindungan dan Pengamanan Hutan Berbasis Partisipatif; 3). Membangun kerjasama Kemitraan dengan berbagai pihak; 4) Pengembangan kelembagaan KPHL 50 Kota; 5) Optimalisasi pemanfaatan hutan (Hasil Hutan Kayu, HHBK dan Jasa Lingkungan) berbasis kearifan dan partisipasi lokal serta ilmu pengetahuan. Untuk mencapai misi tersebut, maka dibuatlah strategi pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lima Puluh Kota dengan mempertimbangkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yaitu strategi Optimalisai Kekuatan-Peluang (SO) di dilakukan strtegi intensifikasi komunikasi dan pengembangan kemitraan. Strategi Minimalisasi Kelemahan Dengan Dukungan Peluang (W-O) dilakukan dengan pengembangan aliasi dengan institusi berorientasi pelestarian, intensifikasi kerjasama dengan penduduk sekitar dan stake holders terkait dan optimalisasi kecenderungan pengelolaan hutan berbasis nagari. Strategi Pendayagunaan Kekuatan Untuk Menghadapi Ancaman (S-T) dilakukan dengan strategi minimalisasi tekanan terhadap hutan, peningkatan kesadaran publik dan Peningkatan konsistensi penegakkan peraturan dan Strategi Pengalihan Ancaman Dan Pendayagunaan Kekuatan Lokal (W-T) dapat dilakukan dengan strategi pengembangan kerjasama dengan institusi local untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan pengembangan produk alternatif berbasis non kayu.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota yang akan menjadi acuan dalam pembangunan KPHL Model Lima Puluh Kota pada masa 10 tahun (2014-2023) yang akan datang. KPHL Model Lima Puluh Kota telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 44/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II) yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat seluas ± 117.552 hektar.
Dan Organisasinya sudah ditetapkan
dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota sesuai dengan Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 122 tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011. Penyusunan RPHJP ini telah melewati waktu yang cukup panjang, dimulai dari ketika kami mengikuti Diklat Calon Kepala KPH angkatan III di Pusdiklat Kehutanan Bogor, kemudian sudah dilaksanakan konsultasi publik di Padang pada tanggal 4-5 Juli 2013, telah dipresentasikan di hadapan Wali Nagari, Camat, Kapolsek dan Pemuka Adat pada tanggal 3 Oktober 2013 dan terakhir telah dipresentasikan pada tanggal 8 Oktober 2013 di hadapan tim penilai para pejabat eselon II Lingkup Kementerian Kehutanan di Jakarta, dan telah kami coba untuk perbaiki sesuai dengan masukan yang ada serta pada tanggal 1 s/d 3 Desember 2013 juga dilakukan fasilitasi perbaikan Rencana Pengelolaan ini oleh Pusdal regional I di Padang. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan RPHJP KPHL Model Lima Puluh Kota ini kami ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas kerjasamanya selama ini terutama tim Pakar, Kepala Pusdalbanghut Regional I, Kepala Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti berbagai even sehingga rencana ini dapat diselesaikan, dan tidak lupa kepada staf kami yang juga sudah mencurahkan tenaganya untuk selesainya Rencana ini. Kami menyadari bahwa penyusunan RPHJP KPHL Model Lima Puluh Kota ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kepada semua pihak (stakeholders) ii
diharapkan dapat memberikan masukan dan koreksi serta saran yang bersifat membangun sehingga menambah kesempurnaan RPHJP KPHL Model Lima Puluh Kota ini.
Payakumbuh, Desember 2013 KEPALA KPHL MODEL LIMA PULUH KOTA
JAMAL HUSNI, S.Hut, MM NIP. 19740509 200003 1 008
iii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN EXECUTIVE SUMMERY.................................................................................. KATA PENGANTAR........................................................................................ DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
i ii iv ix x xi
I. PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
LATAR BELAKANG ........................................................................... MAKSUD DAN TUJUAN..................................................................... SASARAN............................................................................................ RUANG LINGKUP .............................................................................. BATASAN PENGERTIAN...................................................................
I-1 I-2 I-2 I-3 I-3
II. DESKRIPSI KAWASAN 2.1. 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. 2.1.4. 2.1.5. 2.1.6. 2.1.7. 2.1.8. 2.2. 2.3. 2.4.
RISALAH KAWASAN ......................................................................... Letak Dan Luas KPHL Lima Puluh Kota .............................................. Iklim ..................................................................................................... Hidrologi .............................................................................................. Topografi ............................................................................................. Pembagian wilayah Pengelolaan......................................................... Aksesibilitas Kawasan ......................................................................... Batas-Batas ......................................................................................... Pembagian Blok................................................................................... SEJARAH WILAYAH KPHL ............................................................... LANDASAN HUKUM .......................................................................... INFORMASI KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN YANG PERNAH DILAKSANAKAN PADA WILAYAH KPH .......................... 2.4.1. Reboisasi............................................................................................. 2.4.2. Tata Batas Kawasan hutan.................................................................. 2.5. POTENSI WILAYAH KPH................................................................... 2.5.1. Penutupan vegetasi ............................................................................. 2.5.2. Potensi kayu dan non kayu.................................................................. 2.5.2.1. Potensi Kayu ....................................................................................... 2.5.2.2. Potensi Non Kayu ................................................................................ 2.5.3. Keberadaan flora dan fauna langka..................................................... 2.5.4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam.........................................
II-1 II-1 II-2 II-3 II-3 II-4 II-5 II-6 II-6 II-7 II-8 II-8 II-9 II-9 II-10 II-10 II-10 II-11 II-12 II-13 II-14 iv
2.5.5. 2.5.6. 2.6.
2.6.1. 2.6.2. 2.6.3. 2.7.
2.8. 2.9.
2.10.
Potensi Karbon .................................................................................... Potensi Lainnya ................................................................................... INFORMASI SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA MASYARAKAT DI DALAM DAN SEKITAR HUTAN, TERMASUK KEBERADAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT .......................................................... Karakter Masyarakat Sekitar Hutan ..................................................... Hubungan Masyarakat Dengan Hutan................................................. Keberadaan Masyarakat Hukum Adat ................................................. INFORMASI IJIN-IJIN PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN YANG ADA DI WILAYAH KELOLA.............................................................................................. DATA LAHAN KRITIS ........................................................................ KONDISI POSISI KPH DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG WILAYAH DAN PEMBANGUNAN DAERAH (POSISI KPH DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH) ...................................... ISU DAN PERMASALAHAN DI WILAYAH KPH................................
II-16 II-18
II-19 II-19 II-20 II-20
II-21 II-21
II-21 II-25
III. VISI, MISI, DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN 3.1. 3.2. 3.2.1. 3.2.2. 3.2.3.
VISI DAN MISI.................................................................................... INTERVENSI ....................................................................................... Kebijakan............................................................................................. Pengembangan Kelembagaan ............................................................ Komunikasi dan Jaringan Kerja ...........................................................
III-1 III-3 III-3 III-3 III-3
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI 4.1. 4.1.1. 4.1.2. 4.1.3. 4.1.4.
KEBIJAKAN TERKAIT RENCANA PENGELOLAAN KPH ............... Pembangunan KPH sebagai strategi pengelolaan hutan .................... Kebijakan Pembangunan Kehutanan Indonesia .................................. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Propinsi Sumatera Barat .............. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Lima Puluh Kota ..................................................................................................... 4.1.5. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Hutan............................................ 4.1.5.1. Tanah Kampung .................................................................................. 4.1.5.2. Tanah Dusun ....................................................................................... 4.1.5.3. Tanah Peladangan .............................................................................. 4.1.5.4. Rimbo Simpanan (Hutan Lindung)....................................................... 4.2. ANALISIS LINGKUNGANSTRATEGIS .............................................. 4.2.1. Kekuatan ............................................................................................ 4.2.2. Kelemahan .......................................................................................... 4.2.3. Peluang ...............................................................................................
IV-1 IV-1 IV-1 IV-2 IV-3 IV-3 IV-3 IV-3 IV-4 IV-4 IV-4 IV-7 IV-8 IV-8 v
4.2.4. Ancaman ............................................................................................. IV-8 4.3. STRATEGI PENGELOLAAN KPHL LIMA PULUH KOTA ................. IV-10 4.3.1. Strategi optimalisasi kekuatan untuk meraih peluang (S-O) ................ IV-10 4.3.1.1. Intensifikasi komunikasi ....................................................................... IV-10 4.3.1.2. Pengembangan Kemitraan .................................................................. IV-11 4.3.2. Strategi minimalisasi kelemahan dengan dukungan peluang (W-O) ... IV-11 4.3.2.1. Pengembangan alliansi dengan institusi berorientasi pelestarian ....... IV-11 4.3.2.2. Intensifikasi kerjasama dengan penduduk sekitar dan dinas terkait ... IV-11 4.3.2.3. Optimalisasi kecenderungan pengelolaan hutan berbasis.................. IV-12 4.3.3. Strategi pendayagunaan kekuatan untuk menghadapi anacaman (S-T) .................................................................................................... IV-12 4.3.3.1. Minimalisasi tekanan terhadap lahan................................................... IV-12 4.3.3.2. Peningkatan kesadaran publik tentang arti penting dan potensi kawasan .............................................................................................. IV-13 4.3.3.3. Peningkatan konsistensi penegakan aturan ........................................ IV-13 4.3.4. Strategi pengalihan ancaman dan meminimalisasi kelemahan dengan pendayagunaan kekuatan lokal (W-T) .................................... IV-13 4.3.4.1. Pengembangan produk alternatif......................................................... IV-13 4.3.4.2. Peningkatan kerjasama dengan institusi lokal (nagari, tokoh adat, ulama).................................................................................................. IV-13 4.4. PROYEKSI KONDISI WILAYAH......................................................... IV-13
V. RENCANA KEGIATAN 5.1.
INVENTARISASI BERKALA WILAYAH KELOLA SERTA PENATAAN HUTANNYA.................................................................... 5.1.1. Inventarisasi Hutan .............................................................................. 5.1.2. Pemantapan Kawasan Hutan .............................................................. 5.1.2.1. Tata Batas ........................................................................................... 5.1.2.2. Perpetaan ............................................................................................ 5.1.3. Penataan Penggunaan Kawasan ........................................................ 5.1.3.1. Penataan Penggunaan Kawasan untuk Ijin Usaha Pemanfaatan ....... 5.1.3.2. Penataan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Wilayah Tertentu ........ 5.1.3.3. Penataan Penggunaan Kawasan Hutan Kerjasama dengan Lembaga Lain...................................................................................................... 5.2. RENCANA PEMANFAATAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU 5.2.1. Pengembangan Tanaman Aren........................................................... 5.2.2. Pengembangan Hutan Bersama Masyarakat ...................................... 5.2.3. Penangkaran Rusa .............................................................................. 5.2.4. Pengembangan Ekowisata .................................................................. 5.2.5. Pengembangan Tanaman Kayu Putih .................................................
V-1 V-1 V-2 V-2 V-3 V-4 V-4 V-4 V-5 V-6 V-6 V-6 V-7 V-7 V-8 vi
5.2.6. 5.2.7. 5.2.8.
Pemungutan Hasi Hutan Kayu dan Non Kayu ..................................... V-8 Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Jasling)............................................. V-9 Pengembangan Produk Alternatif Berbasis Non Kayu (Gaharu dan Tanaman Aromatik) ............................................................................. V-9 5.3. PERENCANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ....................... V-9 5.3.1. Pengelolaan Hutan Berbasis Nagari.................................................... V-9 5.3.2. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan .......................................... V-11 5.3.2.1. Pemberdayaan Masyarakat di dalam Kawasan Hutan ........................ V-11 5.3.2.2. Pemberdayaan Masyarakat di Luar Kawasan Hutan........................... V-13 5.3.3. Peningkatan Kesadaran Publik Dengan Penyuluhan .......................... V-13 5.3.3.1. Penyuluhan Pencegahan Kebakaran Hutan ........................................ V-13 5.3.3.2. Penyuluhan terhadap Perambah dan Pengokupasi Kawasan Hutan .. V-14 5.4. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN. ........................................... V-14 5.5. REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN ................................................ V-15 5.6. RENCANA PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM.......................................................................... V-16 5.6.1. Opersional Perlindungan Hutan........................................................... V-16 5.6.1.1. Patroli Rutin ......................................................................................... V17 5.6.1.2. Operasi gabungan dan koordinasi pengamanan ................................. V-17 5.6.1.3. Penegakan hokum bagi pelaku pelanggaran....................................... V-17 5.6.2. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran ........................................ V-18 5.6.2.1. Identifikasi Daerah Risiko Tinggi Kebakaran ....................................... V-18 5.6.2.2. Patroli Intensif Pada Periode Musim Kering ........................................ V-18 5.6.2.3. Peningkatan Fasilitas dan Peralatan ................................................... V-18 5.6.2.4. Pembentukan Regu Pemadam Kebakaran ......................................... V-19 5.6.3. Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan ......................................... V-19 5.6.4. Penanganan Perambahan dan Okupasi Lahan ................................... V-20 5.6.4.1. Identifikasi detail perambahan ............................................................. V-20 5.6.4.2. Memfasilitasi kerjasama pemanfaatan Kawasan Hutan ...................... V-20 5.6.5. Pemantauan Hama Penyakit Hutan..................................................... V-21 5.6.6. Penetapan Areal HCVF ....................................................................... V-21 5.7. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDER TERKAIT ................................................................. V-21 5.7.1. Workshop tahunan pengelolaan (kerjasama dengan LSM Internasional dan perguruan tinggi) ..................................................... V-21 5.7.2. Wawancara dengan radio lokal dan rubrik khusus di koran daerah .... V-22 5.8. RENCANA PENGEMBANGAN APARATUR DAN SARANA PRASARANA...................................................................................... V-22 5.8.1. Kebutuhan dan Pengembangan Aparatur ........................................... V-22 5.8.2. Sarana Prasarana................................................................................ V-23 vii
5.9. PENYEDIAAN PENDANAAN ............................................................. V-24 5.9.1. Menggalang Sumber Dana Para Pihak ............................................... V-24 5.9.1.1. Membangun mekanisme penggalangan dana ..................................... V-25 5.9.1.2. Penyusunan proposal dukungan pendanaan ...................................... V-25 5.9.1.3. Membangun perencanaan program..................................................... V-25 5.10. RENCANA PENGEMBANGAN SYSTEM DATA BASE BERBASIS WEB .................................................................................................. V-26 5.11. RENCANA RASIONALISASI WILAYAH KELOLA DAN PENGEMBANGAN HUTAN ................................................................ V-26 5.11.1. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola................................................ V-26 5.11.2. Perencanaan dan Pengembangan Hutan............................................ V-27 5.12. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN KPHL 50 KOTA .................... V-28 5.13. PENGEMBANGAN INVESTASI.......................................................... V-28 5.13.1. Penyusunan dan distribusi leaflet tentang potensi dan kekayaan KPHL yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan ........................ V-29 5.13.2. Pembuatan audio visual ( kerja sama dengan TVRI/ Swasta)............. V-29 5.13.3. Penyusunan daftar mitra potensial untuk pemanfaatan air dan tanaman obat....................................................................................... V-29 5.13.4. Penawaran perdagangan karbon non mandatory untuk lokasi tertentu ................................................................................................ V-29 5.13.5. Pengelolaan ekowisata bersama masyarakat dan sektor swasta........ V-30 5.13.6. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi ........................... V-31 5.14. RENCANA PEMANTAPAN KELEMBAGAAN KPH........................... V-32 5.14.1. Kelembagaan ...................................................................................... V-32 5.14.2. Penyusunan Tata Hubungan Kerja...................................................... V-34
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 6.1. 6.2. 6.3.
PEMBINAAN ....................................................................................... VI-1 PENGAWASAN .................................................................................. VI-1 PENGENDALIAN ................................................................................ VI-2
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN ...................... VII-1 VIII. PENUTUP ............................................................................................. VIII-1 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL No.
Judul
2.1
Daftar Harga Rincian Fungsi Hutan dan & Luas Wilayah KPHL Lima Puluh Kota .............................................................................................
II-1
2.2
Curah Hujan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010 ....................
II-2
2.3
Daftar Nama DAS dan Luasan Wilayah KPHL Lima Puluh Kota ..........
II-3
2.4
Daftar Rincian Luas Kelerangan Pada Lokasi KPHL Model Lima Puluh Kota .......................................................................................................
II-4
Nama – nama Kecamatan dan Nagari di dalan Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota ...................................................................................
II-4
Lokasi Kegiatan Reboisasi yang Pernah Dilaksanakan di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota ..............................................................
II-9
2.5
2.6
2.7
halaman
Daftar Tutupan Lahan dan Luasan Pada Wilayah KPHL Lima Puluh Kota .......................................................................................................
II-10
2.8
Potensi HHBK di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota …………… ..
II-12
2.9
Potensi Wisata Alam di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota ...........
II-14
2.10 Potensi Air Bersih dan Jasa Lingkungan di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota ................................................................................... II-15 2.11 Potensi Suberdaya Mineral dan Batubara di wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota ................................................................................... II-18 2.12 Data Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan jumlah rumah tangga di kecematan yang di sekitar KPHL Model Lima Puluh Kota ..... II-20 2.13 Daftar Lahan Kritis di KPHL Model Lima Puluh Kota ............................ 4.1
II-21
Analisa SWOT Pembangunan dan Pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota ......................................................................................................
IV-9
5.1
Rencana Lokasi KHDTK ........................................................................
V-5
5.2
Usulan HKm dan Hutan Nagari Kabupaten 50 Kota ..............................
V-10
5.3
Rencana Lokasi Rencana Pemberdayaan Masyarakat di dalam Kawasan Hutan .................................................................................... V-12
5.4
Kebutuhan personel KPHL Model Lima Puluh Kota .............................
5.5
Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada KPHL Model Lima Puluh Kota ............................................................................................. V-31
5.6
Nama Kecamatan dan Nagari di Dalam RPH .......................................
V-22
V-33 ix
DAFTAR GAMBAR No.
Judul
Halaman
2.1
Peta Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota ...................................
II-2
2.2
Struktur Organisasi KPHL Model Lima Puluh Kota .........................
II-5
5.1
Peta lokasi KPHL Model 50 Kota .....................................................
V-5
5.2
Rencana Lokasi KHDTK ..................................................................
V-6
5.3
Peta Rencana pengembangan tanaman Aren.................................
V-7
5.4
Petak Blok KPHL 50 Kota ................................................................
V-8
5.5
Sungai yang ada di KPHL Lima Puluh Kota.....................................
V-10
5.6
Peta Rencana HKM dan Hutan Desa ..............................................
V-11
5.7
Peta Rencana Lokasi Pemberdayaan Masyarakat ..........................
V-12
5.8
Peta Rencana RHL di KPHL Lima Puluh Kota ................................
V-16
5.9
Peta Lokasi Rencana Perdagangan Karbon....................................
V-30
5.10 Peta kerja Pemanfaatan hasil hutan kayu pada KPHL Model Lima Puluh Kota....................................................................
V-31
5.11 Rencana RPH di KPHL Model Lima Puluh Kota ..............................
V-33
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Matrik Rencana Kegiatan KPHL Model 50 Kota Tahun 2014 s/d 2023 ...............................................................................
Lampiran 2.
lamp-1
Ringkasan Visi, Misi, Tujuan dan Rencana Kegiatan KPHL Model 50 Kota.........................................................
lamp-6
Lampiran 3.
Atribute Peta Pengelolaan Hutan KPHL Model 50 Kota....
lamp-10
Lampiran 4.
Perbedaan aktivitas DInas Kehutanan Kabupaten dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan .............................. lamp-32 Lokasi Rencana Rehabilitasi Hutan dan Lahan ................ Lamp-36
Lampiran 5. Lampiran 6
Peta-peta 1. Peta Wilayah KPHL Lima Puluh Kota 2. Peta Keadaan Tanah, Iklim, dan Geologi KPHL Lima Puluh Kota 3. Peta DAS Lima Puluh Kota 4. Peta Potensi KPHL Lima Puluh Kota 5. Peta Penutupan Lahan Lima Puluh Kota 6. Peta Kawasan Izin KPHL Lima Puluh Kota 7. Peta Pembagian Zona/Blok KPHL Lima Puluh Kota 8. Peta Penggunaan Lahan KPHL Lima Puluh Kota 9. Peta Blok Pemberdayaan KPHL Lima Puluh Kota 10.Peta Pemanfaatan Hasil Huta Kayu KPHL Lima Puluh Kota 11.Peta Pengembangan Aren KPHL Lima Puluh Kota 12.Peta Indikatif Perdagangan Karbon KPHL Lima Puluh Kota 13.Peta Pemanfaatan Wilayah Tertentu KPHL Lima Puluh Kota 14.Peta Rencana RHL KPHL Lima Puluh Kota 15.Peta Blok RPH KPHL Lima Puluh Kota 16.Peta KHDTK KPHL Lima Puluh Kota 17.Peta Hutan Kemasyarakatan KPHL Lima Puluh Kota 18.Peta Sumber Air KPHL Lima Puluh Kota
xi
LEMBARAN PENGESAHAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) MODEL LIMA PULUH KOTA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014-2023
Disusun Oleh Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Lima Puluh Kota
JAMAL HUSNI, S.Hut, MM 19740509 200003 1 008
Diketahui Oleh : Kepala Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota
Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat
Ir. H. KHALID, MH NIP. 19630606 199403 1 003
Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si NIP. 19581029 198703 1 003
Disahkan Oleh An. Menteri Kehutanan Republik Indonesia Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I,
Dr. Ir. AGUS SARSITO, M For Sc NIP. 19560716 198303 1 001 xii
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KPHL MODEL LIMA PULUH KOTA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014-2023
PAYAKUMBUH
2013
xiii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirart Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota yang akan menjadi acuan dalam pembangunan KPHL Model Lima Puluh Kota pada masa 10 tahun (2014-2023) yang akan datang. KPHL Model Lima Puluh Kota telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 44/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II) yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat seluas ± 117.552 (seratus tujuh belas ribu lima ratus lima puluh dua) hektar. Dan Organisasinya sudah ditetapkan dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota sesuai dengan Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 122 tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011. Penyusunan RPHJP ini telah melewati waktu yang cukup panjang, dimulai dari ketika kami mengikuti Diklat Calon Kepala KPH angkatan III di Pusdiklat Kehutanan Bogor, kemudian sudah dilaksanakan konsultasi publik di Padang pada tanggal 4-5 Juli 2013, telah dipresentasikan di hadapan Wali Nagari, Camat, Kapolsek dan Pemuka Adat pada tanggal 3 Oktober 2013 dan terakhir telah dipresentasikan pada tanggal 8 Oktober 2013 di hadapan tim penilai para pejabat eselon II Lingkup Kementerian Kehutanan di Jakarta, dan telah kami coba untuk perbaiki sesuai dengan masukan yang ada serta pada tanggal 1 s/d 3 Desember 2013 juga dilakukan fasilitasi perbaikan Rencana Pengelolaan ini oleh Pusdal regional I di Padang. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan RPHJP KPHL Model Lima Puluh Kota ini kami ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas kerjasamanya selama ini terutama tim Pakar Dr. Ardinis Arbain, Kapusdal Wilayah I Bapak DR. Ir. Agus Sarsito, M For Sc, Kepala Dinas Kehutanan dan Pertambangan Ir. H. Khalid MH yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti berbagai even sehingga rencana ini dapat diselesaikan, dan tidak lupa kepada staf kami yang juga sudah mencurahkan tenaganya untuk selesainya Rencana ini. Kami menyadari bahwa penyusunan RPHJP KPHL Model Lima Puluh Kota ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kepada semua pihak (stakeholders)
diharapkan dapat memberikan masukan dan koreksi serta saran yang bersifat membangun sehingga menambah kesempurnaan RPHJP KPHL Model Lima Puluh Kota ini.
Payakumbuh, Desember 2013 KEPALA KPHL MODEL LIMA PULUH KOTA
JAMAL HUSNI, S.Hut, MM NIP. 19740509 200003 1 008
I. PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lima Puluh Kota merupakan
salah satu dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Model yang terdapat di Indonesia, yang penunjukannya melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/MenhutII/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II) yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat seluas ± 117.552 (seratus tujuh belas ribu lima ratus lima puluh dua) hektar. Kawasan KPHL Lima Puluh Kota memiliki posisi strategis yang berada di wilayah Propinsi Sumatera Barat dan berbatasan langsung dengan Propinsi Riau. Pengelolaan kawasan ini berada pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kota di bawah Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota yang dibentuk melalui Peraturan Bupati Lima Puluh Kota No : 122 Tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011. Kawasan Hutan pada KPHL Lima Puluh Kota ini memiliki tipe hutan hujan tropis yang berada pada daerah perbukitan Bukit Barisanyang sebagian besar meliputi daerah dataran tinggi, serta wilayah perhuluan dari sungai-sungai seperti Batang Mahat, Batang Marang, Batang Sinamaryang bermuara pada sungai Kampar, batang Sinamar yang bermuara di Indragiri di Propinsi Riau. Sehingga kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kota berfungsi sebagai sistem tata air pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri Rokan. Data hasil inventarisasi yang dilaksanakan oleh BPKH Wilayah I Medan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kawasan KPHL Lima Puluh Kota memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Keadaan topografi dan keberadaan berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang membuat kawasan ini sangat menarik untuk dikembangkan secara berkelanjutan seperti obyek wisata hayati dan jasa lingkungan lainnya. Selain potensi keanekaragaman hayati, di sekitar kawasan ini terdapat juga masyarakat yang hidup dengan adat dan ragam budaya, yang menjadi suatu daya tarik tersendiri sebagai wisata budaya. Keberadaan berbagai potensi dan keanekaragaman hayati yang dimiliki kawasan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas dan di sekitar kawasan, sehingga dibutuhkan perencanaan yang komprehensif dalam pengelolaanya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota(2014-2023)
I-1
Setelah terbitnya SK Menhut Nomor 44/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II), maka operasionalisasi KPHP Model lima Puluh Kota dilaksanakan melalui berbagai kegiatan : a. Prakondisi pengelolaan hutan : 1) Pengadaan sarana dan prasarana; 2) Tata hutan, dan 3) Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan (RPH), yang difasilitasi oleh BPKH I Medan. b. Konvergensi Kegiatan teknis pada lokasi KPH dari UPT Kementerian Kehutanan, dan Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten. c. Mengingat pengesahan rencana pengelolaan yang diatur dengan permenhut P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL/P baru terbit tahun 2013, dan hasil dari diskusi dengan para Kepala KPH lingkup Regional Sumatera, maka RPHJP KPHL/P disepakati mulai periode 2014 - 2023.
1.2.
MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHLModel
Lima Puluh Kota adalah mewujudkan rencana pengelolaan periode tahun 20142023, yang pencapaiannya dilaksanakan oleh UPT KPHL Lima Puluh Kota pada Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai pemegang kewenangan pengelolaan, bersama para pihak pemangku kepentingan yang terkait dan bersinergi didalam pengelolaan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Lima Puluh Kota disusun secara sistematis yang bertujuan untuk memberikan arah yang tepat didalam pelaksanaan pengelolaan KPHLdalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun. Sehingga dengan rencana pengelolaan tersebut KPHL Lima Puluh Kota memiliki kerangka kerja yang terpadu dan komprehensif didalam pelaksanaan pengelolaan yang lebih efektif, efisien dan bermanfaat.
1.3.
SASARAN Sasaran yang akan dituju dalam penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL
Lima Puluh Kota adalah : Masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan Kalangan dunia usaha yang bergerak dibidang kehutanan baik pengusaha lokal, nasional maupun internasional Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
I-2
Aparat pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota yang terkait dengan pembangunan hutan dan kehutanan Kalangan tokoh adat, pemuka agama dan generasi muda Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) baik skala lokal, nasional maupun internasional serta Para pihak lainnya yang berkaitan dengan sektor kehutanan 1.4.
RUANG LINGKUP Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Lima Puluh
Kotaditetapkan untuk jangka waktu sepuluh tahun berdasarkan kajian aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat dan rencana pembangunan daerah/wilayah. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ini menjadi dasar bagi penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah dan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek yang selanjutnya akan diwujudkan kembali dalam bentuk strategi pengelolaan yang memuat programprogram dan usulan kegiatan operasional. Ruang lingkup dalam kegiatan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
ini adalah berupa penjabaran pekerjaan yang akan dilakukan
sehingga hutan yang lestari dapat terwujud. Ruang lingkup tersebut antara lain: kajian mengenai kebijaksanaan, rencana dan peraturan yang ada serta kepustakaan yang berkaitan dengan masalah ini serta perencanaan pengembangan wilayah, deskripsi kawasan yang meliputi risalah wilayah, potensi wilayah,informasi sosial budaya
masyarakat
di
dalam
dan
sekitar
hutan, termasuk keberadaan
masyarakat hukum adat, Informasi ijin-ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang ada di wilayah kelola, visi dan misi, analisis dan proyeksi, rencana kegiatan, pembinan, pengawasan dan pengendalian, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan
1.5.
BATASAN PENGERTIAN
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan 2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
I-3
3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan, dan penyusunan rencana pengelolaann hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan dan konservasi alam 4. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya di sebut KPH dalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. 5. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung. 6. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan yang disusun oleh Kepala KPH, berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek. 7. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh wilayah kerja KPHL dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun (Tahun 2014-2023) 8. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan untuk kegiatan KPHL dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. 9. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. 10. Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagain kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan. 11. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas
dan
peranannya
dalam
mendukung
sistem
penyangga
kehidupan tetap terjaga. 12. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali hutan atau lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat penggunaan kawasan hutan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
I-4
13. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. 14. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap. 15. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan. 16. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama. 17. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 18. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang
akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 19. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 20. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 21. Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non-hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. 22. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan. 23. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang Kesatuan Pengelolaan Hutan 24. Direktur Teknis adalah Direktur yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang Pemanfaatan dan Pengelolaan Hutan. 25. Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kota adalah organisasi pelaksana tugas teknis di bidang kehutanan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
I-5
26. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut sebagai pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan RI yang tediri dari Presiden beserta Menteri. 27. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. 28. Dinas adalah Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota. 29. Kolaborasi Pengelolaan Hutan adalah pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan
suatu
masalah
dalam
rangka
membantu
meningkatkan
efektivitas pengelolaan Kawasan Hutan secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 30. Para Pihak adalah semua pihak yang memiliki minat, kepedulian, atau kepentingan terhadap eksistensi kawasan pelestarian alam. Para pihak dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kelompok masyarakat, perorangan baik lokal, nasional, maupun internasional, LSM, BUMN/BUMD, BUMS, perguruan pendidikan tinggi, lembaga ilmiah dan media massa. 31. Peran serta para pihak adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh para pihak yang timbul atas minat, kepedulian, kehendak dan atas keinginan sendiri untuk bertindak dan membantu dalam mendukung pengelolaan Hutan. 32. Kelembagaan Kolaborasi dalam pelaksanaan
kegiatan pengelolaan hutan
adalah pengaturan yang meliputi wadah (organisasi), sarana pendukung, pembiayaan termasuk mekanisme kerja dalam rangka melaksanakan pengelolaan kolaborasi yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak. 33. Pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung adalah bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. 34. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang diperlukan oleh wisatawan/pengunjung dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam, mencakup usaha obyek dan daya tarik, penyediaan jasa, usaha sarana, serta usaha lain yang terkait dengan wisata alam 35. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan hutan lindung.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
I-6
36. REDD, atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan) adalah Sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi GRK dengan cara memberikan kompensasi kepada pihak pihak yang melakukan pencegahan deforestasi dan degradasi hutan 37. Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah salah satu metode analisa yang didasarkan pada kajian tehadap Lingkungan Internal yaitu aspek kekuatan (Strength), dan kelemahan (Weaknesses), serta terhadap lingkungan Eksternal yaitu aspek peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) untuk pengambilan keputusan. 38. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan suatu alat yang berisi kerangka dasar bagi upaya pengalokasian ruang berdasarkan fungsi, struktur dan hirarki ruang, serta sebagai pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
I-7
II. DESKRIPSI KAWASAN 2.1. RISALAH KAWASAN 2.1.1.Letak Dan Luas KPHL Lima Puluh Kota Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lima Puluh Kota terletak di bagian utara Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Secara geografis, KPHL Lima Puluh Kota terletak pada 00º25’28,71’’ LU – 00º22’14,52’’ LS dan 100º15’44,10’’BT - 100º50’47,80’’BT.. Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kotaditetapkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2012tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II) yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat seluas ± 117.552 ha (seratus tujuh belas ribu lima ratus lima puluh dua) hektar. Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 304/Menhut-II/2011 tanggal 9 Juni 2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan, maka wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota berada pada fungsi hutan sebagai berikut : Tabel 2.1. Daftar Rincian Fungsi Hutan dan Luas Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota No
Fungsi Hutan
Luas (Ha)
Persen (%)
1.
Hutan Lindung
94.883
80,71
2.
Hutan Produksi Terbatas
17.383
14,79
3.
Hutan Produksi
5.286
4,50
117.552
100,00
Jumlah
Sumber : Peta kawasan hutan Propinsi Sumatera Barat No. SK 35 tahun 2013
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kota merupakan wilayah paling timur di Propinsi Sumatera Barat yang merupakan pintu gerbang utama di jalur darat dengan Propinsi Riau. Sehingga wilayah KPHL sangat mudah di jangkau baik dari provinsi Sumatera Barat Bagian Timur maupun dari Provinsi Riau.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2013-2022)
II-1
Gambar 2.1. Peta Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota
2.1.2. Iklim Berdasarkan data curah hujan, di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2010 terdapat curah hujan sebesar 2.936,00 mm/tahun dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 187 hari/tahun, dengan temperature udara berkisar antara 24 O hingga 32O C. Banyaknya curah hujan di Kabupaten Lima Puluh Kota sebagaimana pada tabel berikut. Tabel 2.2. Curah hujan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan
Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) Januari 15 20.00 Pebruari 14 246.50 Maret 17 272.80 April 20 496.00 Mei 13 148.00 Juni 16 207.80 Juli 16 152.20 Agustus 15 195.70 September 16 473.80 Oktober 8 98.70 Nopember 23 253.00 Desember 14 141.50 Jumlah 187 2.706.00 Sumber : Buku Kabupaten Lima Puluh Kota dalam angka tahun 2011
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-2
Menurut
Peta
iklim
Skala
1:500.000
Propinsi
Sumatera
Barat
dan
penggolongan type iklim Schmidth dan Ferguson, pada lokasi KPHL Lima Puluh Kota termasuk ke dalam type Iklim A (Schmidth dan Ferguson) dengan nilai Q= 0 – 14,33 %.
2.1.3. Hidrologi Penyerapan air ke dalam tanah pada umumnya berlangsung cukup baik, di tempat-tempat yang lebih rendah masih banyak di temukan mata air dan membentuk anak sungai dengan pola yang biasa disebut dendritik (bercabang mirip percabangan pohon beringin). Pola arus sungai yang dendritik ini menujukkan bahwa formasi batuan (geologi) di lokasi KPHL Model Lima Puluh Kota relative seragam ketahanannya terhadap pengikisan oleh air sungai. Hampir seluruh areal KPHL merupakan hulu sungai Batang Kampar yang bermuara di pantai Timur Pulau Sumatera.
Anak-anak sungai yang terdapat di
wilayah KPHL membentuk sungai-sungai kecil seperti Batang Kapur, Batang Kampar, Batang Malungiri, Batang Lawan dan Batang Air Paiti dan lain-lain yang kemudian bergabung menjadi besar dan membentuk sungai Kampar Kanan. Menurut pembagian wilayah DAS, maka KPHL Model Lima Puluh Kota terdapat pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar dan DAS Indragiri.
Luasan
wilayah DAS tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.3. Daftar Nama DAS dan Luasan Wilayah KPHL Lima Puluh kota No
Nama DAS
Luas (Ha)
1.
DAS Kampar
116.884
2.
DAS Indragiri
668
Jumlah
117.552
2.1.4 Topografi Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota merupakan dataran Tanah Kering dengan ketinggian tempat yang bervariasi dari kurang 200 mdpl sampai dengan 1.495 mdpl dan fisiografis bervariasasi dari dataran, pegunungan lipatan dan pegunungan patahan. Daerah yang bertopografi daratan sampai berbukit-bukit dengan kimiringan antara datar (0 % - 8 %) sampai dengan berat (45%< - up).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-3
Tabel 2.4. Daftar rincian luas kelerengan pada lokasi KPHL Model Lima Puluh Kota No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Topografi Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Tidak ada data Jumlah
Kemiringan (%) 0 s/d 8 9 s/d 15 16 s/d 25 26 s/d 45 46 < s/d up -
Luas (Ha) 1.294 28.500 48.935 22.142 15.225 1.483 117.552
Sumber : Inventarisasi dan citra satelit BPKH Wil.I Medan 2.1.5. Wilayah Pengelolaan Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah KPHL sebanyak 5 (lima) kecamatan, yakni Kecamatan Bukit Barisan, Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Mungka, Kecamatan Harau dan Kecamatan Pangkalan Koto Baru, dan nagari yang termasuk ke dalam Wilayah KPHL Lima Puluh Kota adalah 21 (Dua puluh satu) nagari. Tabel 2.5. Nama-nama Kecamatan dan Nagari di dalam Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota Fungsi Kawasan HL HPT I Kecamatan Bukit Barisan 19.577 1 Nagari Baruh Gunung 3.207 2 Nagari Koto Tangah 384 3 Nagari Banja Laweh 735 4 Nagari Maek 15.011 5 Nagari Sungai Naning 240 II Kecamatan Mungka 722 6 Nagari Talang Maur 622 7 Nagari Simpang Kapuk 100 III Kecamatan Kapur IX 39.679 8 Nagari Lubuk Alai 3.020 9 Nagari Koto Lamo 7.014 10 Nagari Muaro Peti 1.980 11 Nagari Durian Tinggi 993 12 Nagari Sialang 13.532 4.492 13 Nagari Galugur 8.848 9.038 14 Nagari Koto Bangun 4.292 IV Kecamatan Harau 1.286 15 Nagari Harau 1.286 V Kecamatan Pangkalan 33.619 3.666 16 Nagari Koto Alam 2.659 17 Nagari Mangilang 5.569 18 Nagari Pangkalan 2.140 19 Nagari Gunung Malintang 15.954 20 Nagari Tanjung Balik 1.627 2.894 21 Nagari Tanjung Pauh 5.670 772 TOTAL 94.883 17.383 Sumber : Buku BPS “ Lima Puluh Kota Dalam Angka “
No
Nama Nagari/RPH
HP
5.286
222 5.064 5.286
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
Jumlah 19.577 3.207 384 735 15.011 240 722 622 100 53.209 3.020 7.014 1.980 993 18.024 17.886 4.292 1.286 1.286 42.571 2.659 5.569 2.362 15.954 9.585 6.442 117.552
II-4
Pengelolaan KPH untuk selanjutnya dibentuk Resort Pengelolaann Hutan (RPH) yang akan dibagi menjadi 6 (enam) RPH dengan pertimbangan mengikuti bentang alam dan kendekatan lokasi pengelolaan, sehingga pengelolaannya akan menjadi maksimal. Struktur pengembangkan KPHL Model Lima Puluh Kota adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Struktur Organisasi KPHL Model Lima Puluh Kota
Dalam bagan diatas jumlah resort hanya diperlihatkan ada tiga namun dalam perencanaan yang sesungguhnya resort berjumlah 6 sementara jumlah subresort akan berkembang sesuai dengan kebutuhan. Dasar dari usulan struktur tersebut adalah hasil kajian mengenai fasilitasi KPHL yang telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Sumbar tahun 2012. Sebelumnya juga sudah dilakukan konsultasi publik di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun yang sama. 2.1.6. Aksesibilitas Kawasan KPHL Lima Puluh Kota dapat dicapai dari arah Barat melalui Kota Payakumbuh dan dari Timur melalui Provinsi Riau. Cara pencapaian lokasi dari Kota Padang ke Payakumbuh menggunakan jalur darat lebih kurang 130 km ditempuh Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-5
selama empat jam dan dilanjutkan dari Payakumbuh ke Pangkalan Koto Baru selama satu setengah jam sedangkan akses dari Pekanbaru menuju lokasi KPHL Lima Puluh Kota menggunakan kendaraan darat selama tiga jam. Kawasan sarana
hutan
perhubungan
KPHL Model Lima Puluh Kota bisa dijangkau melalui
darat.
Dari Ibu Kota Lima Puluh Kota Sarilamak untuk
mencapai wilayah KPHL tersebut : 1. Pada kawasan hutan di daerah Kecamatan Bukit Barisan dan Kecamatan Mungka berjarak ± 20 – 40 km 2. Pada Kawasan Hutan di Kecamatan Kapur IX, berjarak 60 km - 100 km. 3. Pada Kawasan Hutan di Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Harau berjarak ± 20 km – 70 km. Untuk mencapai blok/petak-petak dalam kawasan hutan negara belum tersedia jalan hutan atau alur. Karena sampai saat ini belum ada pengelolaan kawasan hutan secara intensif.
Jalan hutan yang terbentuk adalah bekas-bekas
jalan pemeriksaan pada kegiatan reboisasi dan jalan setapak tempat lewat masyarakat yang berusaha di tengah hutan. 2.1.7. Batas-Batas KPHL Model Lima Puluh Kota terletak pada 00º25’28,71’’ LU – 00º22’14,52’’ LS dan 100º15’44,10’’BT - 100º50’47,80’’BT dengan batas-batas sebagai berikut : -
Sebelah Barat berbatas dengan kawasan hutan Kabupaten Pasaman
-
Sebelah Timur berbatas dengan kawasan hutan kabupaten Kampar Propinsi Riau
-
Sebelah Utara berbatas dengan kawasan hutan Kabupaten Kampar Propinsi Riau
-
Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Gunung Omeh, Suliki, dan Guguk.
2.1.8. Pembagian Blok Dalam pengelolaannya, kawasan hutan akan di bagi menurut blok dan petakpetak yang disusun berdasarkan bentang alam atau Daerah Aliran Sungai (DAS) serta memperhatikan wilayah administratif kawasan tersebut.
Dengan gambaran
sebagai berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-6
2.2. SEJARAH WILAYAH KPHL Sejarah Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota adalah sebagai berikut : 1. Kawasan Hutan Kabupaten Lima Puluh Kota di tetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.422/Kpts-II/199 seluas 201.158 Ha dengan komposisi Hutan Lindung 142.738 Ha, Hutan Produksi Tetap 6.238 Ha, Hutan Produksi Terbatas 8.233 Ha, Hutan Produksi yang dapat dikonversi 18.481 Ha dan Hutan Suaka Alam/Pelestarian Alam 25.480 Ha. 2. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.304/Menhut-II/2011 Kawasan Hutan Kabupaten Lima Puluh Kota adalah seluas 185.994 Ha dengan komposisi Hutan Lindung 128.856 Ha, Hutan Produksi Tetap 4.962 Ha, hutan Produksi terbatas 20.127 Ha, hutan Produksi yang dapat di konversi seluas 11.376 Ha, dan Hutan Suaka Alam/Pelestarian Alam 20.673 Ha 3. Usulan Penetapan Wilayah KPH sesuai dengan Surat Bupati Lima Puluh Kota kepada Menteri kehutanan nomor 522/2484/Huttam-LK/IX-2011 dengan luas 149.549 Ha, dengan perincian Hutan Lindung 124.219 Ha, Hutan Produksi 5.287 Ha dan Hutan Produksi Terbatas 20.043 Ha. 4. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor Nomor 122 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model pada Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-7
5. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2012tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II)
2.3. LANDASAN HUKUM Landasan hukum penyusunan Recana Pengelolaan HutanKesatuan Pengelolaan Hutan (KPHL) Lima Puluh Kota adalah sebagai berikut: 1.
Peraturan
Menteri
Kehutanan
Nomor
6/Menhut-II/2010
tentang
NSPK
Pengelolaan Hutan KPHL dan KPHP 2.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2010 tentang struktur Organisasi KPH
3.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II) yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat seluas ± 117.552 (seratus tujuh belas ribu lima ratus lima puluh dua) hektar;
4.
Peraturan Direktorat Jenderal Planologi No 5/VII-WP3H/ 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Dan
Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) 5.
Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 3 Tahun 2011 tentang susunan
organisasi
Satuan
Perangkat
Daerah
Dinas
Kehutanan
dan
Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota. 6.
Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 122 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model pada Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota.
2.4. INFORMASI KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN YANG PERNAH DILAKSANAKAN PADA WILAYAH KPH. Kegiatan pembangunan Kehutanan yang pernah dilaksanakan di dalam wilayah KPH adalah sebagai berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-8
2.4.1 Reboisasi Tabel 2.6. Lokasi Kegiatan Reboisasi yang pernah dilaksanakan di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota No
Lokasi/Nagari
I
Kec.Bukit Barisan Koto Tangah Maek Koto Gadang Ampang Gadang Maek Maek Maek Kapur IX Koto Lamo Pangkalan Koto Baru Gn. Malintang Pangkalan Koto Alam
1 2 3 4 5 6 7 II 8 III 9 10 11
TOTAL Sumber:
Luas
Kelompok/pihak Tahun III pelaksana Pelaksanaan
350 400 550 200 350 350 500
Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok tani Pihak III Swakelola
APBN 2003 GNRHL 2004 GNRHL 2004 GNRHL 2006 APBN 2010 APBN 2010 APBN 2012
700
Kelompok Tani
GNRHL 2004
700 200 120
Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok Tani
GNRHL 2004 GNRHL 2006 GNRHL 2007
Ket
4.220
Buku Pintar Data dan Informasi Kehutanan (Dinas Kehutanan Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2011) Di tambah laporan kegiatan dari Bidang RHL Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota
2.4.2. Tata Batas Kawasan hutan Panjang batas kawasan KPHL 50 Kota adalah : 778,125 Km, yang terdiri dari batas luar kawasan sepanjang 718 Km dan batas fungsi sepanjang 60,125 km. Pada tahun 2012 dilaksanakan Tata Batas Kawasan hutan sepanjang lebih kurang 300 km, yang terletak pada wilayah KPH adalah sebagai berikut: 1. Batas fungsi Hutan produksi Terbatas Sumpur dengan Hutan Lindung Sumpur di Kecamatan Kapur IX sepanjang 35 Km 2. Batas Kawasan Hutan Lindung Mahat-Mahat di Kecamatan Harau sepanjang 53 km 3. Batas Kawasan Hutan Lindung Mahat-Mahat di Kecamatan Harau sepanjang 20,46 km 4. Batas Kawasan Hutan Produksi Tetap Batang Mahat di Kecamatan Pangkalan sepanjang 48,7 km 5. Batas Kawasan hutan Lindung Kampar Kanan di Kecamatan Kapur IX sepanjang 10 Km
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-9
6.
Batas Kawasan hutan Lindung Kampar Kanan di Kecamatan Kapur IX sepanjang 22,64 km.
2.5. POTENSI WILAYAH KPH 2.5.1. Penutupan vegetasi Wilayah KPHL Lima Puluh Kota kalau di lihat dari peta penutupan lahan Provinsi Sumatera Barat tahun 2011, yang masih berhutan seluas lebih kurang 74.864 Ha dan tidak berhutan seluas lebih kurang 42.688 Ha. Penutupan lahan hutan pada wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota selengkapnya dapat dilihat pada table berikut. Tabel 2.7. Daftar Tutupan Lahan dan Luasan pada Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Klasifikasi Tutupan Lahan
Luas (Ha)
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Perkebunan Semak Belukar Pemukiman Lahan terbuka Tubuh Air Pertanian Kering Pertanian semak Jumlah
6.174,00 68.691,00 694,00 17.985,00 4,00 76,00 93,00 2.018,00 21.817,00 117.552,00
Sumber : Buku Laporan Hasil Inventarisasi Tata Hutan BPKH Wilayah I Medan tahun 2012
2.5.2. Potensi kayu dan non kayu Dari hasil inventarisasi yang dilakukan oleh BPKH Wilayah I Medan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa hutan pada wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota mempunyai komposisi tumbuhan yang kaya akan jenis, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jenis tegakan yang ditemukan sebanyak 162 jenis. Di dalam kelompok hutan terjadi persaingan antara individu-individu suatu jenis atau berbagai jenis. Jenis tegakan yang mendominasi yaitu jenis Medang (Litsia firma HK.F), Kelat (Xylopia altissima Boerl), Banio (Shorea platyclados Bsi), Meranti (Shorea, sp), Rengas (Buchanania lucida Bl), Resak (Cotylelobium melanoxylon P), Tembesu (Fagrarea fragrans Roxb) dan lain-lain. Tanaman epifit dan tanaman lain banyak ditemukann di areal KPHL Model Lima Puluh Kota di antara jenis Pakis haji (Cycas sp), Anggrek dan pohon aren (Arenga Pinnata) serta tanaman Gambir (Uncaria gambir). Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-10
2.5.2.1 Potensi Kayu Wilayah KPHL Lima Puluh Kota sebagian besar merupakan Hutan Lindung yaitu seluas 94.883 ha, meskipun banyak ditemui kayu yang layak tebang namun karena fungsinya tidak diperbolehkan untuk dilakukan eksploitasi kayu, karena fungsi pokonya adalah sebagai perlindungan system penyangga kehidupan
untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan menjaga kesuburan tanah sehingga potensi kayunya tidak menjadi perhitungan. Hutan Produksi Terbatas seluas ± 17.383 ha dan Hutan Produksi seluas ± 5.286 ha sebagian telah di okupasi masyarakat dan sebagian masih terdapat kayu dengan potensi tegakan cukup rendah. Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilaksanakan oleh BPKH wilayah I Medan pada tahun 2012, potensi tegakan pada kelompok Hutan Produksi Terbatas (HPT) pada kelas diameter 50 cm ke atas diperoleh potensi kayu sebesar 21,32 m3/ha dengan jumlah batang sebanyak 10 batang/ha. Potensi tegakan kelas diameter 20 – 49 cm untuk seluruh jenis diperoleh potensi volume kayu sebesar 60,87 m3/ha dengan jumlah batang sebanyak 126,67 batang/ha. Untuk potensi tegakan pada kelompok hutan Produksi (HP), pada kelas diameter 50 cm ke atas diperoleh potensi kayu sebesar 12,91 m3/ha dengan jumlah batang sebanyak 6 batang/ha. Potensi tegakan kelas diameter 20 – 49 cm untuk seluruh jenis diperoleh potensi volume kayu sebesar 108,86 m 3/ha dengan jumlah batang sebanyak 216,00 batang/ha. (Sumber data : Buku Laporan Hasil Invetarisasi Tata Hutan BPKH Wilayah I Medan tahun 2012) Dengan asumsi riap diameter rata-rata sebesar 1 cm/tahun, maka pada sepuluh tahun yang akan datang dari kontek pengusahaan hutan di nilai kurang ekonomis untuk di usahakan, akan tetapi pada petak-petak tertentu masih terdapat kawasahan hutan dengan kondisi yang cukup untuk di usahakan. Memperhatikan beberapa kondisi tutupan lahan yang mengarah ke pembukaan lahan, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan seperti melakukan moratorium terhadap hutan alam, hal ini perlu dilakukan karena luas areal sisa yang masih berhutan relatif kecil. Mengingat luasnya kawasan hutan lindung maka titik berat pemanfaatan hutan tidak berorientasi kepada produksi namun lebih diposisikan sebagai fungsi lindung dalam prakondisi dan proses (back up development) dalam sistem pembangunan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-11
2.5.2.2. Potensi Non Kayu Potensi hasil hutan bukan kayu di wilayah KPHL banyak ditemukan berbagai jenis rotan manau, tanaman obat, sebagian tanaman obat yang berada di wilayah KPHL sudah digunakan oleh masyarakat setempat untuk pengobatan tradisional, sehingga masih perlu untuk diteliti dan dikembangkan.
Potensi non kayu yang
terdapat di dalam kawasan KPH diantaranya : 1. Jenis flora seperti kulit kayu, bamboo, aren, rotan, manau, lebah madu, dammar, getah jelutung, jamur tiram, karet, sawit gambir dan tanaman obat. 2. Jenis fauna, diantaranya : kera, burung elang, burung walet, babi hutan dan beruk, serta satwa air seperti ikan.
Pada tahun 2013 dilakukan identifikasi potensi yang ada di beberapa nagari dalam wilayah KPHL Lima Puluh Kota dengan hasil sebagai berikut : Tabel 2.8. Potensi HHBK di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota
No
Jenis
Lokasi
Potensi
Aktifitas yang ada saat ini
Nagari Maek 1. 2.
Rotan Manau
3.
Lebah Madu
4. 5. 6. 7.
Gaharu Walet Karet Gambir
Jor.Nenan, Koto Tinggi I,II dan III, Ampamg Gadang I, dan II Ampang Godang, Sopan Gadang Jor. Nenan Jor. Nenan Nagari Maek Nagari Maek
Banyak
Terdapat di tebing dan batuan Banyak Banyak
Masyarakat sudah ada yang mengambilnya Sudah Produksi Sudah Produksi
Sedikit Sedikit Kurang bagus Banyak Banyak
Diambil masyarakat untuk pemanfaatan sendiri seperti keranjang untuk angkut gambir/ karet Diambil oleh masyarakat dalam skala kecil Belum ada pengelolaan nya Belum ada pengelolaan nya Sudah Produksi Sudah Produksi
Nagari Koto Tangah 1.
Lebah Madu
Nag Koto Tangah
2. 3.
Karet Gambir
Nag Koto Tangah Nag Koto Tangah
Nagari Galugur 1. 2. 3. 4.
Rotan Manau Tabu-Tabu Walet
Jor. Koto Tangah, Tanjung Jajaran
Sedang
Ada izin pemungutan HHBK Rotan an. Sarkawi
Galugur
Sedikit
5. 6.
Karet Gambir
Nagari Galugur Nagari Galugur
Banyak Banyak
Masih ada pemanenan oleh masyarakat setempat Sudah Produksi Sudah Produksi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-12
Nagari Durian Tinggi 1. Rotan Manau 2. 3.
Karet Gambir
Durian Tinggi
Sedikit
Nagari Durian Tinggi
Banyak Banyak
Pemanenan oleh masyarakat sekitar dalam skala kecil Sudah Produksi Sudah Produksi
Jor. Alai Baru Jor. Alai Baru Jor. Alai Baru
Sedikit Sedikit Sedikit
Dahulu nya ada yang memanen tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Nagari Lubuk Alai 1. 2. 3.
Rotan Lebah Madu Gaharu
Nagari Muaro Paiti 1. 2.
Karet Gambir
Nag. Muaro Paiti Nag. Muaro Paiti
Banyak Banyak
Setiap masyarakat mempunyai lahan ± 2 Ha.
Jor.Simpang Tigo Nagari Koto Alam Nagari Koto Alam
Sedikit Banyak Banyak
Belum ada pengelolaan Setiap masyarakat mempunyai lahan ± 2 Ha.
Nagari Manggilang 1. Rotan Manau 2. Karet
Jor. Subarang Pasa Nagari Mangilang
Banyak Banyak
Belum ada pengelolaan Sudah Produksi
Nagari Pangkalan 1. Manau 2. Karet 3. Gambir
Jor. Banjar Ronah Nagari Pangkalan Nagari Pangkalan
Sedikit Banyak Banyak
Belum ada pengelolaan Sudah Produksi Sudah Produksi
Nagari Gunuang Malintang 1. Gaharu Nag. G. Malintang
Sedang
Yang mengambil dari luar daerah Gunuang Malintang Sudah diambil oleh masy sekitar dalam skala kecil Sudah Produksi Sudah Produksi
Nagari Koto Alam 1. 2. 3.
2. 3. 4. 5.
Lebah Madu Karet Gambir
Rotan Lebah Madu Karet Gambir
Nag. G. Malintang Nag. G. Malintang Nag. G. Malintang Nag. G. Malintang
Sedang Sedang Banyak Banyak
Sumber : Wawancara dan Konsultasi dengan wali nagari
2.5.3. Keberadaan flora dan fauna langka, Flora
langka dan dilindungi juga dijumpai dalam kawasan KPHL seperti
Rafflesia, Anggrek Neuwidea, Nephenthes dan Amorphophallus. Beberapa jenis diantaranya memang diketahui keberadaannya dari catatan yang cukup lama seperti penelitian Meijer pada tahun lima puluhan, Fauna langka yang sampai saat ini masih dapat dijumpai adalah jenis harimau, beruang madu, rusa, trenggiling, landak dan berbagai jenis burung. Sementara jenis-jenis lain seperti kancil (Tragulus javanicus), tapir (Tapirus indicus) perlu survey lebih lanjut.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-13
2.5.4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Berdasarkan hasil identifikasi potensi jasa lingkungan dan wisata alam yang ada di wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota yang dapat dikembangkan sebagai berikut:
Tabel 2.9. Potensi Wisata Alam di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota No
Jenis
Lokasi
Potensi
Aktifitas yang ada saat ini
Nagari Maek 1.
3.
Air Terjun Sarasah Barasok Air Terjun Batang Penawan/ Pincuran 7 Bukik Pasuak
Jorong Ampang Gadang Dua Jorong Koto Tinggi Tiga Jor. Sopan Tanah
4.
Menhir/ Mejan
Jor. Koto Tinggi, Ronah dan Koto Gadang
2.
Belum ada pengelolaan Belum ada pengelolaan Belum ada pengelolaan Bukit yang tembus Peninggalan Purbakala
Dikelola BP3 Batu Sangkar
Tidak terlalu tinggi Sarang Walet Panorama Alam
Belum ada pengelolaan
Nagari Koto Tangah 1.
Air Terjun
Jor. Kt. Tangah
2. 3.
Ngalau Panorama Puncak Pilar
Jor. Kt. Tangah Jor. Kt. Tangah
Belum ada pengelolaan Belum ada pengelolaan
Kecamatan Mungka 1. Wisata Alam Burai Nagari Galugur 1.
Ngalau Batu Bojo/ Raja
Jor. Galugur
Ada sungai di bawah ngalau tersebut
Belum ada pengelolaan
Jor. Rumbai
Air Terjun dua tingkat
Belum ada pengelolaannya
Nagari Lubuk Alai 1.
Sarasah Indah
2. Ngalau Nagari Muaro Paiti 1.
Aie Angek / Hangat
Air
Jor. Rumbai
Belum ada pengelolaannya
Jorong Sungai Panjang Indah
Akses jalan belum ada
Jor. Koto Ronah
Belum ada pengelolaan dan jalan sudah ada disana
Jor.Subarang Pasa Jor.Subarang Pasa
Belum ada pengelolaan Belum ada pengelolaan
Nagari Koto Alam 1.
Sungai dengan air yang bersih
Nagari Manggilang 1. 2.
Air Terjun Ngalau
Nagari Pangkalan 1. 2.
Air Terjun Air Terjun Sarasah Tinggi
Jor.Lubuk Tabuan Jor.Banjar Ronah
Tempat mandi
Belum ada pengelolaan Belum ada pengelolaan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-14
Nagari Gunuang Malintang 1.
Air Terjun Lubuk Bulan
Jor. Balik Bukik
2.
Air Terjun Mudiak Lutu/ Batang Lutu
Jor. Bancah Lumpur
Ada gua yang berbentuk bulan
Belum ada pengelolaan
Belum ada pengelolaan
Sumber : Hasil wawancara dan konsultasi wali nagari dan tokoh masyarakat
Tabel2.10.Potensi Air Bersih dan Jasa Lingkungan di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota No
Jenis
Lokasi
Potensi
Aktifitas yang ada saat ini
Nagari Maek 1.
Air Sungai
Jor. Koto Tinggi I
Masih beroperasi
Jor. Ampang Gadang II
PLTA, PLTMH dan Irigasi Sungai dan Mata Air Sungai dan Mata Air
2.
Sei.Batang Landai
Jor. Koto Tinggi III
3.
Sei. Batang Limau
Jor. Koto Tangah
Air Bersih
Diambil masy.sekitar apabila musim kemarau tiba
Jor. Koto Tangah
Mata air di dalam Ngalau
Belum ada pengelolaannya
Jor. Koto Tangah, Mongan
PLTMH PLTMH
Belum ada pengelolaannya Belum ada pengelolaannya
Jor. Rumbai Jor. Koto Tinggi
Air yang berasal dari bukit
Sudah mulai di kelola oleh anak Nagari dengan adanya PAMN (Perusahaan Air Minum Nagari)
Jorong Sungai Panjang Indah
Banyak
Dikelola oleh Pemda dengan adanya PDAM.
Sudah di Survey Dinas PU Sudah di Survey Dinas PU
Nagari Koto Tangah 1.
Mata Duo
Air
Simpang
2. Mata Air Nagari Galugur 1. 2.
Air Sungai Air Sungai
Nagari Lubuk Alai 1. 2.
Mata Air PAMN/Mata Air
Nagari Muaro Paiti 1.
Mata Air Simanok
Nagari Pangkalan 1. 2. 3.
Sumbe Mata Air Air Terjun Pancuran Tujuh Air Terjun Sarasah Tinggi
Jor.Lub Tabuan Jor. Sopang Jor.Banjar Ronah
Belum ada pengelolaan Untuk Galon
Air Diambil oleh masyarakat setempat untuk air galon Untuk PLTA Mini/ PLTMH
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-15
Nagari Gunuang Malintang 1. 2.
Batang Lutu/ Batang Maek Pamsimas 2012
Jor.Balik Bukik
Untuk PLTA
Jor.Sei Pimpiang
Bisa mengaliri 575 KK
Jor. Landai dan Ulu Air
PLMTH dan PDAM/Pansim as
Sudah mulai di kelola
Nagari Harau 1.
Sumber Mata Air
2.
Belum dikelola
Sumber : Hasil wawancara dan konsultasi kepada wali nagari dan masyarakat
2.5.5. Potensi Karbon Penelitian tentang stok atau kapasitas penampungan emisi karbon melalui penyerapan di kabupaten lima puluh kota. Penelitian ini di lakukan oleh fakultas IPB pada tahun 2006 pada bulan April hingga Juni di beberapa kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai sampel. Pada pengambilan sampel ini dilakukan pada lahan kritis, kebun karet, kebun gambir warga pada kecamatan bukit barisan (Model I, II, IV) Kecamatan Guguak (Model III), Kecamatan Kapur IX (Model V). Analisisluas lahan yang layak untuk kegiatan CDM kehutanan. Analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder mengenai sebaran luas lahan kritis (statistic kehutanan Kab. Lima puluh kota, 2005) , data profil calon lokasi kegiatan RHL Kab. Lima Puluh Kota (2005) serta luas indikasi kawasan hutan dan lahan yang perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi di kab. Lima Puluh Kota ( Badan planologi, 2004 ) Penentuan potensi carbon stocks mitigasi menurut 3 skenario : baseline, pemerintah dan mitigasi (CDM) scenario baseline di susun berdasarkan data historis kegiatan RHL, sedangkan scenario mitigasi di rancang dengan mengansumsikan seluruh lahan kritis yang tersedia dijadikan proyek mitigasi. Potensi mitigasi Potensi mitigasi adalah kapasitas yang dimiliki suatu sistem hutan atau kawasan vegetasi untuk dapat menyerap emisi karbon dari atmosfer melaluiaktifitas fotosintesis tumbuhan Berikut adalah potesi mitigasi masing-masing sampel Model 1 103,5
Model 2 99,0
Potensi Mitigasi ( tC/ha) Model 3 Model 4 99,45 113,85
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
Model 5 109,95
II-16
Distribusi alokasi lahan untuk opsi mitigasi pada 3 skenario rehabilitasi hutan lahan Baseline ( Ha )* Model I Model II Model III Model IV Model V Total ****
200 165 150 200 200 915
Pemerintah (Ha)** 1625 1525 800 1710 1750 7410
Mitigasi (Ha)*** 2500 2000 2500 5840 6000 18840
*Berdasarkan data historis realisasi program rehabiliasi hutan dan lahan **Proyeksi program pemerintah ***Diasumsikn seluruh lahan kritis yang tersedi di jadikan proyek mitigasi ****Untuk periode rehabilitasi lahan selama 5 tahun
Dengan menggunakan skema perdagangan karbon tCER, jumlah karbon yang dapt di jual dapat menggunakan kemungkinan : -
Scenario penjualan tCER I. sebagian besar lahan kritis yang diproyeksikan untuk kegiatan perdaganan karbon di kab. LimaPuluh Kota ini berada di luar kawasan hutan, kemungkinan besar rehabilitasi lahan hanya berlangsung menurut scenario baseline. Jumlah karbon yang dapat di sertifikasi melalui skema tCER adalah additional annual carbon stocks dari sknario baseline ke scenario mitigasi. Total potensi carbon credit kab. LimaPuluh Kota adalah 11.961.611 tC atau setara dengan 43.899.113 tCO2e.
-
Scenario penjualan tCER II menggunkan scenario pemerintah, maka karbon yg dapat di jual di kab. LimaPuluh Kota adalah 9.190.881 tC atau setara dengan 37.730.534 tCO2e. Skenario penjualan tCER I II
Potensi carbon credit kab. Limapuluh kota ( tCO2e ) Tahun ke. 5 10 15 20 25 30 5.155.026 6.511.611 7.813.934 8.139.514 8.139.514 8.139.514 3.931.628 4.992.378 6.010.697 6.265.277 6.265.277 6.265.277
Total ( tCO2e ) 43.899.113 32.730.534
Catatan : angka di atas merupakan angka potensi
Kelayakan finansial Analisis finansial dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kelayakan proyek pada kegiatan tanpa dan dengan CER. Yang menjadi parameter adalah NPV (Net Present Value) merupakan nilai saat ini yang mencerminkan nilai keuntungan yang di peroleh dengan menghitung nilai keuntungan yang di peroleh dengan menghitung nilai waktu dari uang, IRR (Internal Rate of Return) adalah gambaran suku bunga yang dapat di bayar oleh suatu proyek dan B/C (Benefit Cost Ratio) Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-17
menunjukkan perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.
Non CER
Model I
Model II
Model III
Model IV
Model V
NPV (US$) IRR (%) B/C
1254 26 1,34
319 20 1,09
778 22 1,1
1951 25 1,23
3494 29 1,42
. CER
Model I
Model II
Model III
Model IV
Model V
NPV (US$) IRR (%) B/C
1425 25 1,33
675 20 1,2
1023 22 1,13
2571 27 1,29
4251 29 1,51
Discount rate = 17%
2.5.6. Potensi Lainnya Kawasan KPHL juga menyimpan banyak aneka sumberdaya mineral dan migas yangterkandung dalam perut bumi dibawah hutan tersebut. Berbagai bahan tambang seperti batubara, bijih besi, timah, emas, gas serta berbagai sumberdaya mineral lainnya berada dibawah perut bumi ini. Tabel 2.11. Potensi Sumberdaya Mineral dan Batubara di Wilayah KPHL Model Lima Puluh Kota No
Jenis
Lokasi
Potensi
Aktifitas yang ada saat ini
Kecamatan Kapur IX 1. 2.
Batu Bara
Galugur Koto Tuo Koto Lama
9.000.000 Ton 1.417.000 ton
3.
Tanah Liat
Lubuk Alai
50 Juta m
4. 5. 6. 7.
Sirtu
Batang Paiti Batang Penambangan Batang Kapur Nan Kaciak Kapur Nan Batang Gadang Sialang
2,4 Juta m 3 4,9 Juta m 3 2,2 Juta m 3 3,75 Juta m
Belum di ketahui
8. Kex. Pangkalan Koto Baru 1.
Batu Bara
2. 3.
Tanjung Balik Rimbo Data Mangilang
Timah Hitam
Tanjung Balik Kec. Pangkalan Koto
4.
Toseki
Enam Koto Kec. Pangkalan Kt. Baru
3 3
13,25 Juta m
3
Belum di ketahui 579.000 ton Belum diketahui
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-18
5.
Granit
Bukit Cawan, Bukit Batuang, Bukit KulakKulak Balam, Pantai cermin, Koto Alam
Jutaan m
3
6.
Andesit
Mangilang
Jutaan m
3
7.
Pantai cermin, Bukit Lawe
Jutaan m
3
8.
Mangilang
Jutaan m
3
Tanjung Balik Pangkalan Pangkalan Tengah Batang Mahat Batang Malagiri
Belum diketahui Belum diketahui 3 5 Juta m 3 Jutaan m 3 375.000 m
Ulu Air
Belum diketahui
9. Grafit 10. Pasir Kuarsa 11. Tanah Liat 12. Sirtu 13. Kecamatan Harau 1.
Serpih Bitumen
2. Batu Bara Kecamatan Harau 3.722.000 ton 3. Grafit Ulu Air Belum diketahui 3 4. Pasir Kuarsa Harau, Tarantang Jutaan m Kecamtan Bukit Barisan 3 1. Andesit Jambak Banja Laweh Jutaan m Kecamatan Mungka 3 1. Kuarsit Talang Maur 600 Juta m Sumber : Buku Potensi dan Statistik Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Lima Puluh KotaTahun 2009 (diolah)
2.6. INFORMASI SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA MASYARAKAT DI DALAM DAN SEKITAR HUTAN, TERMASUK KEBERADAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT. 2.6.1. Karakter Masyarakat Sekitar Hutan Aspek sosial budaya masyarakat sekitar hutan di wilayah UPTD KPHL Lima Puluh Kota, dimana masyarakat memiliki keterkaitan dengan hutan baik dalam pemungutan hasil hutan non kayu, pemanfaatan lahan secara illegal dengan mengokupasi lahan kemudian melakukan penanaman gambir, karet dan sawit. Budaya masyarakat dalam kaitannya dengan tanaman kehutanan sangat rendah, artinya secara individual tingkat keinginan masyarakat untuk menanam tanaman kehutanan sangat rendah, hal ini disebabkan ketidakpastian memperoleh hasil dan ketidakpastian pemanenan, dikarenakan mereka menanam secara illegal di dalam kawasan dan kebanyakan adalah kawasan hutan lindung. Disisi lain masyarakat sekitar hutan memiliki keterbatasan antara lain : (a) kehidupan yang terkait dengan sumberdaya yang dikuasai, umumnya masyarakat sekitar hutan mempunyai lahan yang terbatas, modal terbatas, pendidikan yang Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-19
relatif rendah, daya absorbsi teknologi lemah dan kemampuan memanfaatakan pasar terbatas; (b) orientasi jangka pendek; dan (c) kemitraan yang lemah. Persoalan lain yang dihadapi oleh masyarakat sekitar hutan adalah persoalan kemiskinan. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan tidak dapat diselesaikan apabila hanya ditinjau dari satu sektor saja. UPTD KPHL Lima Puluh Kota diharapkan mempunyai peranan penting dalam pengentasan kemiskinan baik dalam membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ketahananpanganmelalui berbagai kegiatan kehutanan dan berbagai pengembangan usaha tani kehutanan.
Tabel 2.12. Data Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan jumlah rumah tangga di kecematan yang di sekitar KPHL Model Lima Puluh Kota No
Kecamatan
Jumlah Penduduk Laki-Laki
Perempuan
1 2. 3. 4.
Total
Bukit Barisan 11.035 11.519 22.554 Mungka 12.713 13.142 25.855 Harau 24.142 24.171 48.313 Panngkalan Koto 14.896 14.421 29.317 Baru 5. Kapur IX 14.573 13.829 28.402 Sumber : Buku Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2013
Rata-rata Nagari 4.511 5.171 4.392 4.866
Jumlah Rumah Tangga 6.532 6.255 11.854 6.474
4.057
6.852
2.6.2. Hubungan Masyarakat Dengan Hutan Keberadaan masyarakat agraris yang hidup turun temurun berada di sekitar kawasan hutan negara dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam yang ada membuat mau tidak mau mereka memanfaatkan hutan dalam keseharian hidup mereka. Masyarakat sekitar kawasan hutan memanfaatkan hutan negara untuk berbagai keperluan guna mencukupi kebutuhan hidup mereka. Beberapa manfaat hutan bagi masyarakat yaitu sebagai sumber rumput untuk pakan ternak dan kayu bakar serta mengambil kayu untuk membangun rumah mereka. Para petani juga memanfaatkan lahan hutan untuk bercocok tanam, perladangan berpindah, membuat tanaman perkebunan seperti gambir, karet dan kelapa sawit. 2.6.3. Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan yang hidup secara turun temurun dan telah terbentuk menjadi masyarakat adat dan memiliki ulayat di dalam kawasan hutan sebelum terbentuknya Negara Republik Indnonesia, bahkan mereka mengakui bahwa seluruh tanah yang ada sudah ada yang punya dan tanaman yang Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-20
ada di atas sudah jelas peruntukkannya. Mereka mengatakan sebagaimana pepatah adat : Tanah sabingkah alah bapunyo (Tanah sebidang sudah ada yang punya) Ilalang sahalai alah bauntuak (Hilalang sehelai sudah jelas peruntukkannya)
2.7. INFORMASI
IJIN-IJIN
PEMANFAATAN
HUTAN
DAN
PENGGUNAAN
KAWASAN HUTAN YANG ADA DI WILAYAH KELOLA. Dalam wilayah KPHL Lima Puluh Kota tidak terdapat izin baik Pemanfaatan seperti Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam bentukan IUPHHK Hutan Alam (HA), IUPHHK Hutan Tanaman Industri (HTI), dan IUPHHK Hutan Tanaman Rakyat (HTR), dengan demikian KPHL Model Lima Puluh Kota tidak dibebani hak-hak pengusahaan hutan, maupun Izin Penggunaan kawasan hutan. Namun demikian pemerintah daerah (Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota) sedang memproses beberapa permohonan perizinan pertambangan.
2.8. DATA LAHAN KRITIS Luas Lahan kritis di Kabupaten Lima Puluh adalah sesuai dengan perincian sebagai berikut : Tabel 2.13. Daftar Lahan Kritis di KPHL Model Lima Puluh Kota No 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian
Luas (Ha) 105.049,07 1.048,98 6.331,42 206,30 4.916,77 117.552,54
Agak Kritis Kritis Potensial kritis Tidak kritis Tidak ada data Total
Ket
Sumber : Buku Laporan Hasil Invetarisasi Tata Hutan BPKH Wilayah I Medan tahun 2012
2.9. KONDISI POSISI KPH DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG WILAYAH DAN PEMBANGUNAN
DAERAH
(POSISI
KPH
DALAM
MENDUKUNG
PEMBANGUNAN DAERAH). Kabupaten Lima Puluh Kota pada dasarnya terdiri dari dua bentang alam darat yang berupa kawasan dataran untuk pengembangan permukiman dan kawasan pegunungan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka karakteristik potensi unggulan Kabupaten Lima Puluh Kota meliputi pertanian, perkebunan, dan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-21
pariwisata. Sedangkan isu strategis di Kabupaten Lima Puluh Kota yang berkaitan dengan penataan ruang adalah sebagai berikut: 1. Pemindahan Ibu Kota Kabupaten LimaPuluh Kota ke Perkotaan Sarilamak akan memacu perkembangan bagian tengah Kabupaten LimaPuluh Kota terutama yang berdekatan dengan kawasan perkotaan Payakumbuh. 2. Merupakan jalur strategis PKN Padang – PKW Bukittinggi – PKN Pekanbaru yang merupakan urat nadi perekonomian wilayah Pulau Sumatera. 3. Rencana pembangunan Ruas Jalan Tol
Pekanbaru – Bangkinang –
Payakumbuh – Bukittinggi yang yang melintasi wilayah Kabupaten LimaPuluh Kota akan mendorong pusat kegiatan baru khususnya permukiman di sekitar gerbang tol dan perkotaan sekitarnya terutama di perkotaan Sarilamak. 4. Potensi pariwisata (baik wisata alam maupun budaya) khususnya objek wisata Harau yang dikategorikan sebagai kawasan lindung geologi dan kawasan pariwisata alam yang tidak dimiliki oleh daerah lain. 5. Potensi sektor pertanian dan perkebunan gambir yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi ekspornya bisa diperluas ke negara tujuan lainnya. 6. Potensi Industri pengolahan gambir yang dapat memberikan nilai tambah sehingga
memberikan
peningkatan
kesejahteraan
bagi
masyarakat
dan
peningkatan PAD Kabupaten Lima Puluh Kota. 7. Merupakan bagian dari wilayah yang rentan terhadap bencana meliputi sesar aktif maupun bencana banjir, angin ribut dan kekeringan. 8. Adanya potensi masyarakat madani yang dikaitkan dengan latar belakang budaya yang kuat dan terlembagakan melalui lembaga adat nagari. 9. Adanya potensi lahan pertanian yang luas, panennya bisa mencapai kurang lebih 44.223 hadan berpotensi turut mendukung terwujudnya Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). 10. Adanya potensi pertanian dan perkebunan yang dapat dikemas menjadi sektor agribisnis
sehingga
dapat
memberikan
peningkatan
nilai
tambah
bagi
perekonomian Kabupaten Lima Puluh kota. 11. Adanya potensi bahan galian dan tambang yang tersebar di beberapa lokasi seperti di Kecamatan Kapur IX (tambang Batu Bara), Kawasan Manggani (Emas Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-22
dan Biji Besi), dan Kawasan Blok North Kuantan (Migas dan Geothermal) serta timah hitam di Pangkalan. 12. Kesenjangan perkembangan wilayah (Utara, Barat dan Selatan), dimana perkembangan wilayah cenderung terpusat di bagian tengah wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota sedangkan wilayah Utara (Kapur IX, Pangkalan Koto Baru) wilayah Barat (Gunuang Omeh, Bukik Barisan dan Suliki) wilayah Selatan (Situjuah Limo Nagari, Lareh Sago Halaban) kurang berkembang dibanding wilayah tengah. Berdasarkan
hasil
kegiatan
diskusi,
wawancara
dengan
pemangku
kepentingan, maka kondisi obyektif yang diinginkan adalah pengembangan sentra agribisnis dan pariwisata yang dapat menangkap peluang regional meliputi Provinsi Sumatra Barat maupun Provinsi Riau karena secara geografis berbatasan dengan provinsi lain yang diharapkan memiliki daya saing didukung infrastruktur yang terintegrasi dengan pengembangan Kabupaten Lima Puluh kota. Dengankondisi diatas, maka disusunlahTujuan dari Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang dirumuskan berupa “Mewujudkan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai Sentra Agribisnis dan Pariwisata yang Berdaya Saing Didukung Pengembangan Infrastruktur yang Maju, Sinergis dan Berkelanjutan”. Berdasarkan tujuan penataan ruang Kabupaten Lima Puluh kota, maka kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten LimaPuluh kota untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut: 1. Pemantapan sistem agribisnis melalui penetapan kawasan agropolitan untuk peningkatan komoditi pertanian unggulan disertai pengelolaan hasil untuk memberikan nilai tambah. 2. Pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki dan bersinergis antara pusat pengembangan di perkotaan Sarilamak dan perkotaan kecamatan serta pengembangan sistem permukiman nagari berbasis agribisnis dan pariwisata. 3. Pendistribusian persebaran penduduk sesuai dengan kebijakan pusat-pusat pelayanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-23
4. Pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra produksi pertanian, industri pertanian, ekowisata dan pusat permukiman secara terpadu dan efisien. 5. Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek pemanasan global yang
berprinsip
partisipasi,
menghargai
kearifan
budaya
minang,
serta
menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi. 6. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem agribisnis melalui dorongan terwujudnya sentra industri berbasis pertanianperkebunan dan ekowisata. 7. Pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis baik untuk fungsi pengembangan wilayah maupun guna perlindungan kawasan sesuai fungsi utama kawasan. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang disusun untuk meraih tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten LimaPuluh kota yang merupakan kebijakan tentang struktur ruang, pola ruang dan kawasan strategis. Dari kebijakankebijakan tersebut maka akan dirumuskan strategi-strategi sebagai panduan dalam operasionalisasinya. Struktur ruang Kabupaten Lima Puluh Kota yang membagi wilayah atas beberapa hirarki yang dilakukan berdasarkan analisis terhadap kondisi eksisting kawasan. Masing-masing kawasan memiliki potensi yang berbeda sehingga untuk pengembangannya juga memerlukan penanganan yang berbeda. Potensi yang berbeda dari masing-masing wilayah akan membentuk hubungan timbal balik antar masing-masing daerah. Potensi yang berbeda dapat dikembangkan dengan maksimal dan diharapkan akan terjadi aglomerasi produksi masing-masing komoditi. Korelasi
antar
wilayah
dalam
pemenuhan
kebutuhannya
berdampak pada
munculnya saling ketergantungan dari masing-masing wilayah yang mendukung pengembangan Kabupaten Lima Puluh Kota ke depannya.
Ini dikarenakan
kontribusi dari komoditi tersebut semakin meningkat. Oleh karena itu, penetapan fungsi dan arah pengembangan masing-masing hirarki benar-benar harus sesuai dengan kondisi eksisting.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-24
2.10. ISU DAN PERMASALAHAN DI WILAYAH KPH Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lima Puluh Kota diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Belum adanya kegiatan pengelolaan di kawasan tertentu di dalam wilayah KPHL 50 Kota. 2. Banyaknya minat investor untuk melakukan usaha di dalam wilayah KPHL 50 Kota. 3. Belum semua kawasan hutan baik batas luar maupun batas fungsi dilakukan tata batas. 4. Tingginya gangguan keamanan hutanbaik terhadap kawasan maupun hasilhasilnya, termasuk ancaman kebakaran hutan dan lahan. 5. Banyaknya penguasaan kawasan oleh masyarakat (ocupasi kawasan) serta pembukaan hutan oleh masyarakat untuk pertanian yang ditanami tanaman rakyat seperti tanaman karet dan gambir. 6. Adanya lahan pertanian pada kawasan lindung sebagiannya adalah akibat adanya klaim hak ulayat pada kawasan tersebut disamping masih lemahnya pengawasan oleh pemerintah atau lebih tepatnya karena belum adanya institusi tingkat tapak untuk menjaga kawasan tersebut. 7. Adanya pembukaan jalan yang melewati kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kota yang statusnya adalah hutan lindung, sehingga akan menimbulkan pembukaan lahan baru oleh masyarakat sekitar hutan untuk ditanami tanaman-tanaman pertanian dan perkebunan. 8. Lahan kritis termasuk kategori sangat kritis masih luas yang berdampak pada menurunnya daya dukung DAS, terutama dalam kaitannya dengan sistemtata air dalam hubungannya dengan masalah bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor. 9. Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi jasa hutan. 10. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta produk dari hutan rakyat dan hutan kemasyakatan
secara
struktur
belum
secara
nyata
mendorong
pengembangan/pemberdayaan perekonomian masyarakat. 11. Kurangnya data informasi kehutanan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan para pihak.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-25
12. Kapasitas kelembagaan kehutanan masih terbatas termasuk kapasitas (kualitas dan kuantitas) SDM, baik tatanan pemerintah terutama pemerintah kabupaten, serta masyarakat khususnya yang berada didalam dan sekitar kawasan hutan. 13. Pengesahan Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBI), Pengelola hasil hutan bagi Industri Pengolahan Kayu Hulu (IPKH) yang sumber bahan bakunya berasal dari Kabupaten yang bersangkutan 14. Pengenaan sanksi atas pelanggaran dan pemanfaatan hutan dan tata usaha hasil hutan serta tata usaha Iuran Izin Usaha Pemanafaatan Hutan (IUPH), dan Reboisasi (DR), Provisi Sumber Daya Hutan ( PSDH )dan dana jaminan kinerja dan dana investasi pelestarian hutan 15. Penertiban hasil hutan ilegal 16. Pembinaan penggunaan benih, pupuk dan pestisida untuk tanaman kehutanan 17. Pencegahan dan pemberantasan hama penyakit pada hutan tanaman
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
II-26
III. VISI MISI PENGELOLAAN HUTAN
3.1. VISI DAN MISI Visi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Lima Puluh Kota Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota 2014-2023 yaitu : “Terwujudnya Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu yang partisipatif dan berkelanjutan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat“. Untuk mewujudkan visi di atas maka KPHL Lima Puluh Kota merumuskan misi sebagai berikut : 1. Pemantapan Batas Kawasan Hutan di Wilayah KPHL Lima Puluh Kota Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kepastian batas kelola KPHL Lima Puluh Kota. 2. Meningkatkan Perlindungan dan Pengamanan Hutan Berbasis Partisipatif Misi ini bertujuan agar terjaganyasumberdaya hutan di KPHL lima Puluh Kota oleh masyarakat sekitar. 3. Membangun kerjasama Kemitraan dengan berbagai pihak Misi ini bertujuan untuk mendapatkan peluang investasi dalam bentuk kerjasama dari berbagai pihak yang terkait (stake holders) 4. Pengembangan kelembagaan KPHL 50 Kota Misi ini bertujuan untuk mewujudkan KPHL 50 Kota yang mandiri, serta terpenuhinya terpenuhinya jumlah dan kualitas aparatur serta sarana dan prasarana 5. Optimalisasi pemanfaatan hutan (Hasil Hutan Kayu, HHBK dan Jasa Lingkungan)
berbasis
kearifan
dan
partisipasi
lokal
serta
ilmu
pengetahuan. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dari Kayu, HHBK dan Jasling, Meningkatnya
jumlah
usaha
pemanfaatan
kayu,
HHBK
dan
Jasling,
mengungkapkan kembali kearifan lokal dalam pemanfaatan hutan yang telah terbukti menjamin kelestarian fungsi dan manfaat hutan, serta mengembangkan pemanfaatan hasil hutan dengan dukungan hasil riset sehingga memberikan nilai tambah terhadap hasil hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota(2013-2022)
III-1
Untuk mewujudkan visi yang telah disusun tersebut diperlukan intervensi – intervensi khusus. Intervensi terpenting adalah upaya mengubah paradigma dari pengelolaan hutan konvensional ke pengelolaan pada tingkat tapak. Perubahan paradigma pengelolaan ini akan menimbulkan implikasi kelembagaan, proses pengambilan keputusan, strategi pembiayaan, pertanggung jawaban dan orientasi pembagian keuntungan. Diharapkan lebih jauh seluruh intervensi tersebut akan lebih menjamin peningkatan fungsi lindung, pemanfaatan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
Perencanaan sebagai sebuah proses aktif dan
dinamis memerlukan ketajaman pengamatan terhadap semua faktor yang dapat mempengaruhi implementasi kegiatan yang telah direncanakan. Adalah sesuatu yang sangat prinsip bila pengelolaan ditingkat tapak akan diwujudkan maka peningkatan keterlibatan masyarakat lokal harus dimungkinkan melalui mekanisme kelembagaan yang sesuai. Dilain pihak pemanfaatan yang mendorong partisipasi lokal haruslah pula tetap menjamin fungsi lindung pada hutan lindung yang berada dalam KPHL Lima Puluh Kota. Karena itu diperlukan pula intervensi kebijakan dalam bentuk penyusunan kriteria yang jelas tentang kelestarian fungsi lindung namun berpeluang besar meningkatkan kesejahteraan masyarkat. Ia yang telah dikembangkan oleh Departemen Kehutanan perlu diadaptasi untuk penyesuaian di tingkat lokal (tapak) . Secara ringkas dapat digambarkan hubungan sinergis antara
Partisipasi
lokal, Kelestarian fungsi lindung dan peningkatan kesejahteraan masyarkat lokal seperti bagan dibawah ini.
Peningkatan kesejahteraan
Kelestarian Fungsi Lindung
Partisipasi aktiv
Bagan tersebut juga menjelaskan hubungan kesalingtergantungan antara tiga komponen penting yang menjamin terwujudnya visi dan misi KPHL
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
III-2
3.2.
INTERVENSI Memperhatikan visi dan misi yang akan dicapai serta prasyarat yang
diperlukan untuk mewujudkan visi dan misi maka intervensi yang perlu dilakukan meliputi hal hal sbb; 3.2.1. Kebijakan Kebijakan yang perlu dikembangkan adalah untuk mendorong partisipasi aktif Kebijakan tersebut misalnya berupa kesepakatan awal mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab serta pengakuan kepemilkan. Kesepakatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk aturan formal. 3.2.2. Pengembangan Kelembagaan Diperlukan pula bentuk kelembagaan yang dapat menjamin terpenuhinya hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap unsur yang terlibat dalam pengelolaan KPHL. Sesuai dengan visi bahwa
pengelolaan berada pada tingkat tapak maka
kelembagaan termasuk struktur organisasi pengelola KPH dan Resort serta sub resort perlu menjamin keikutsertaan penuh wakil institusi lokal. Wakil tersebut mungkin berupa tokoh adat, aparat nagari (desa) dan lain lain.
3.2.3. Komunikasi dan jaringan kerja. Pengelolaan hutan di tingkat tapak yang tetap mempertahan fungsi lindung memerlukan komunikasi yang intensif dengan banyak pihak. Jika salah satu kegiatan yang dipilih seperti perdagangan karbon maka komunikasi dan jaringan kerja haruslah dapat menembus sekat-sekat lokal dan birokratis. Hubungan yang saling memperkuat dan setara antara elemen pengelola perlu dikembangkan. Selanjutnya kegiatan KPHL perlu juga dipahami oleh dinas lain seperti dinas Perkebunan, Pertanian, Dinas Perikanan dan lain lain. Pemanfaatan badan air dalam kawasan KPHL misalnya dapat dilakukan melalui sinergitas program dengan dinas Perikanan. Karena itu komunikasi intensif antara pengelola KPHL dengan dinas terkait tidak perlu terkendala dengan masalah eselonisasi dan kendala lainnya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
III-3
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI Untuk menyusun perencanaan pengelolaan KPHL yang komprehensif dan effektif beberapa
situasi dan faktor yang dapat mempengaruhi implementasi
rencana perlu dikaji secara singkat. Situasi dan faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi dan saling terkait dengan rencana pengelolaan KPHL adalah sbb. 4.1. KEBIJAKAN TERKAIT RENCANA PENGELOLAAN KPH 4.1.1. Pembangunan KPH sebagai strategi pengelolaan hutan Beragamnya persoalan kehutanan Indonesia saat ini termasuk Kehutanan Kabupaten Lima Puluh Kota
memerlukan cara pengelolaan yang relatif berbeda
dengan apa yang sudah dilakukan saat ini. Lewat pengelolaan KPHL dengan segenap ide yang melatar belakanginya di harapkan persoalan-persoalan tersebut dapat ditangani secara bertahap. Masalah konflik pemanfaatan, peningkatan akses bagi penerima manfaat baik lokal, regional maupun nasional serta alokasi manfaat secara adil (benefit sharing) dan peningkatan nilai tambah hasil hutan perlu menjadi prioritas.
4.1.2. Kebijakan Pembangunan Kehutanan Indonesia Rencana Strategis Kehutanan Indonesia tahun 2010-2014 telah menetapkan visi yang berbunyi : HUTAN LESTARI UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN. Dari visi tersebut muncul 8 kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan yaitu sebagai berikut : 1. Pemantapan kawasan hutan. 2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS). 3. Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan. 4. Konservasi keanekaragaman hayati. 5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan. 6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. 7. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan. 8. Penguatan kelembagaan kehutanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-1
Rencana Pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota seyogyanya
perlu
memperhatikan
arahan
tersebut
yang akan disusun namun
juga
dengan
mempertimbangkan kondisi ril di KPHL Lima Puluh Kota. Penyesuaian prioritas mungkin perlu dilakukan. Selain itu dalam skala yang lebih kecil arahan tersebut perlu dielaborasi dan diwarnai dengan nuansa lokal. Arahan penting yang amat relevan dengan latar belakang pembangunan KPH adalah pemberdayaan masyarkat sekitar hutan. Sementara arahan yang dapat dipandang sebagai proyeksi strategis mengingat kondisi KPHL misalnya adalah Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Luasnya areal yang tergolong hutan lindung dapat menjadi peluang untuk memanfaatkan strategi-strategi internasional seperti perdagangan karbon. Selain itu strategi pendanaan internasional bagi pelestarian keanekaragaman hayati mungkin dapat dilihat sebagai peluang penting pengelolaan KPHL. 4.1.3. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Propinsi Sumatera Barat Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sumatera Barat telah ditetapkan sebagai perda No 13 tahun 2012. Hal penting yang amat perlu dipertimbangkan sebagai acuan penyusunan rencana KPHL Lima Puluh Kota adalah pernyataan tentang pengelolaan Kawasan Lindung, termasuk Hutan Lindung. Pernyataan penting tersebut antara lain menyebutkan : a. Pemantapan fungsi Kawasan Lindung b. Prioritas Penyelesaian Konflik Penggunaan Ruang c. Sinkronisasi fungsi kawasan Lindung dengan propinsi Perbatasan, Arahan yang tercantum dalam RTRWP tersebut menjadi amat relevan dengan KPHL Lima Puluh Kota mengingat KPHL Lima Puluh Kota berbatasan
dengan
Propinsi Riau dengan usaha perkebunan yang intensif. Selain itu adanya arahan dalam RTRWP untuk mengembalikan fungsi hutan lindung yang telah berubah fungsi menjadi lahan perkebunan dan kegiatan pertanian merupakan panduan awal yang jelas sebagai dasar penyusunan rencana pengelolaan KPHL. Dapat pula ditambahkan bahwa RTRWP Sumbar ini dalam proses penyusunannya telah disertai dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS). Dengan demikian arahan yang disusun sudah mempertimbangkan aspek kelestarian
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-2
biodiversitas, sosial dan budaya. Dengan mengacu kepada arahan yang ada aspek penting pengelolaan hutan lindung telah terpenuhi. 4.1.4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Lima Puluh Kota RPJM Kabupaten Lima Puluh Kota yang juga memuat visi dan misi Bupati mestinya menjadi pertimbangan penting selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPJP KPHL Lima Puluh Kota.. 4.1.5. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Hutan Masyarakat Minangkabau dalam kearifan lokalnya telah menentukan batasbatas wilayah yang boleh dikelola oleh masyarakat adatnya. Disamping itu petatah petitih adat banyak sekali di ambil dari keanekaragaman hayati yang ada di alam, sehingga belajar banyak di ambil dari alam dengan petatah : “alam takambang jadi guru”.
Adat Minangkabau membagi tanah menjadi empat bagian yaitu Tanah
Kampung, Tanah Dusun, Tanah Peladangan dan Rimbo Simpanan.
4.1.5.1 Tanah Kampung Tanah kampong merupakan suatu areal yang dijadikan sebagai tempat membuat perkampungan, membuat perumahan, kemudian tanah kampong itu juga harus berpagar, sebagaimana bunyi petatah petitih berikut : Apo tando tanah kampuang Tampaik koto didirikan Tampaik rumah ditagakkan Rumah gadang barumah ketek Rumah bapaga pudiang pudiang 4.1.5.2Tanah Dusun Tanah dusun merupakan suatu areal yang dijadikan sebagai tempat menanam tanaman MPTS yang dapat memberikan manfaat banyak bagi masyarat, hal ini tergambar sebagaimana bunyi petatah petitih berikut : Apolah tando tanah dusun Jalin bajalin batang pinang Atua baratua batang karambia Mahitam masaknyo manggih Mamutiah bungo buah kareh Marapalam basabuang buah Buah pauah batindiah tangkai Buah rambai masak barayun Buah durian masak bagantuang Buah cubadak malumuik batang Buah ambacang mamatah dahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-3
4.1.5.3. Tanah Peladangan Tanah Peladangan merupakan suatu areal yang dijadikan sebagai tempat bercocok tanam yang dapat memberikan manfaat banyak bagi masyarat dan menjadi sumber pemenuhan kebutuhan pokok, hal ini tergambar sebagaimana bunyi petatah petitih berikut : Apolah tando tanah paladangan Tampaik baladang urang banyak Rimbo alah disukek Baluka alah dijangko 4.1.5.4. Rimbo Simpanan (Hutan Lindung) Rimbo simpanan merupakan suatu areal yang dijadikan sebagai hutan, yang tidak boleh diganggu, dan dipertahankan untuk memelihara kehidupan, hal ini tergambar sebagaimana bunyi petatah petitih berikut : Disebut juga rimbo dalam. apo tando rimbo dalam bakayu gadang bakayu ketek kayu ketek baranak lareh sajangka aruangan sampah mangamumuak angin diateh mangamuncak langau piatu malabah darun nyamuaknyo mangauang darun agehnyo sajuak ado manulang tidak cayo nan sayuik sayuik sampai bagayutan kabuik didahan bagantuangan ambun didaun 4.2. ANALISIS LINGKUNGANSTRATEGIS Analisa lingkungan strategis adalah alat perencanaan yang sangat membantu dalam menyusun rencana pengelolaan hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lima Puluh Kota, baik berupa organisasi keuntungan (profit oriented organization) dan organisasi nirlaba (non profit organization). Analisa lingkungan strategis terdiri dari analisa lingkungan internal berupa kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weaknesses) organisasi dan analisa lingkungan eksternal berupa peluang (Oppotunities) dan tantangan (Threat) yang dihadapi organisasi. Hasil analisa adalah berupa Rencana Strategis antara lain: Strategi pendayagunaan peluang yang sesuai dengan kekuatan (S-O) strategi mengatasi kelemahan untuk mewujudkan peluang yang ada (W-O)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-4
Srategi
untuk
mengidentifikasi
caramendayagunakan
kekuatan
untuk
mengurangi kerentanan terhadap ancaman luar (S-T), Strategi untuk membentuk suatu rencana pertahanan untuk mencegah kelemahan kelemahan organisasi dari kerentanan terhadap ancaman luar (W-T).
Dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Lima Puluh Kota, analisa SWOT dilakukan menggunakan data sekunder serta diskusi parapihak dan aspek analisa difokuskan pada aspek kondisi fisik, modal sosial dan pengelolaan kawasan hutan. Hasilnya adalah sebagai berikut: Perkembangan pemikiran kearah perlunya pengelolaan hutan pada tingkat tapak saat ini mulai disadari urgensinya. Pengalaman masa lalu dengan model HPH misalnya telah menimbulkan dampak yang cukup serius. Selain itu terlalu panjangnya rentang kendali pengelolaan hutan yang sentralistik mengakibatkan tidak tajam dan aktualnya perencanaan serta lemahnya perlindungan. Hal tersebut telah menumbuhkan kesadaran
tentang perlunya pemikiran dan konsep alternatif
pemanfaatan hutan. Ide pemanfaatan hutan yang non ekstraktif seperti ekowisata dan jasa lingkungan makin sering dikemukakan baik oleh masyrakat maupun pemerintah. Kondisi seperti ini dapat dilihat sebagai sebuah kekuatan untuk pengelolaan hutan di masa depan Selain itu masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai salah satu luhak nan tuo masih mengenal, melestarikan dan mengimplementasikan sistim budaya Minang seperti pengangkatan Ninik Mamak Kapalo Kaum, Datuk dan Datuk Pucuk. Hal ini berarti terbukanya peluang pembentukan kesepakatan yang tidak hanya dengan jalur musyawarah mufakat yang efektif. Kesepakatan tersebut menjadi efektif untuk dilaksanakan karena proses pembentukan yang berjenjang dan aspiratif. Musyawarah dimulai pada tingkat yang sangat dasar, melalui pembicaraan yang intensif dengan penguasaan data dan fakta yang aktual. Itu berarti semua pihak telah mengetahui sejak awal rencana-rencana serta keputusan yang akan diambil seperti untuk pemanfaatan sumber daya hutan dan sumber daya lainnya. Ketika kesepakatan awal dibicarakan pada skala yang lebih luas seperti pada tingkat nagari maka pertimbangan untuk kebutuhan bersama dan pemahaman kepentingan pihak lain juga tereksplorasi secara cukup, hal ini akan menghasilkan keputusan yang makin mantap Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-5
Bila seluruh kondisi diatas disadari dan ditambah lagi dengan tingginya keaneka ragaman hayati serta masih terdapatnya hutan yang relatif utuh maka KPHL Lima Puluh Kota memiliki Kekuatan yang dapat menjadi modal pencapaian visi yang telah dikemukakan. Namun demikian minimnya personil dan ketersediaan infrastruktur serta belum meratanya pemahaman tentang urgensi KPH dan konsep yang melatar belakanginya dapat dicatat sebagai kelemahan yang mungkin memperlambat pencapaian visi. Sistim birokrasi dengan sekat yang relatif rigid antar sektor, kriteria penilaian keberhasilan SKPD yang menekankan pada PAD dan kegamangan melakukan inovasi dapat pula dicatat sebagai bentuk kelemahan. Keberhasilan melakukan konservasi misalnya tetapi tidak menghasilkan pemasukan nyata dalam bentuk nilai uang tidak dianggap sebagai kesuksesan. Sementara kegiatan penjualan hasil hutan secara langsung seperti penjualan log (kayu) dimasa lampau justru dianggap sebagai sukses karena dapat meningkatkan
PAD. Meskipun
kemudian kegiatan logging tersebut berpotensi meningkatkan probabilitas bencana seperti longsor dan banjir yang justru akan menggerogoti PAD.
Terdapatnya
beberapa areal dalam kawasan yang telah berubah fungsi seperti untuk pemukiman dan perkebunan adalah rawan konflik. Ini juga termasuk kelemahan. Beberapa hal diatas diikuti dengan tingginya dinamika perubahan politik diperkirakan akan mempengaruhi kecepatan pencapaian visi secara negatif. Pergantian pimpinan daerah tanpa komitmen yang tinggi terhadap kesepakatan awal jelas merupakan kendala bagi perwujudan visi. Disisi lain perubahan konsep pengembangan ekonomi internasional dari berbasis sumber daya alam kearah berbasis ilmu pengetahuan dan kreativitas dapat dilihat sebagai peluang bagi perwujudan visi. Perjanjian dan Konvensi seperti Protokol Kyoto, Konvensi Keanekaragaman Hayati, Protokol Cartagena dan Konvensi RAMSAR, World Heritage Convention jelas memberikan kesempatan bagi pengelola KPHL Lima Puluh Kota untuk melaksanakan misi-misinya sehingga visi yang di rancang dapat di capai. Perdagangan Karbon antar negara, ekowisata, pengembangan listrik mikro hidro, hak cipta produk berbasis kekayaan genetis, pengembangan obat herbal, produk hutan tanpa pestisida, dukungan pelestarian satwa dan situs langka, keunikan Geologi berpotensi objek riset dalam kerangka kerja sama internasional adalah sederetan peluang lain yang dapat dimanfaatkan. Pada tingkat regional dan lokal peningkatan pertumbuhan ekonomi propinsi tetangga Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-6
merupakan peluang lain yang mungkin dapat dimanfaatkan. Kebutuhan wisata yang khusus, hasil hutan non kayu seperti tumbuhan hias, aromatik dan bumbu, penyedap rasa dan pewarna diperkirakan akan meningkat dan semakin variatif. Keberadaan
perguruan
tinggi
seperti
Universitas
Andalas,
Politeknik
Pertanian, Universitas Muhammadiyah dan lain lain juga dapat mendukung pencapaian visi . Dilain pihak sejumlah kondisi dapat dilihat sebagai ancaman (bila dilihat secara positif menjadi tantangan). Ancaman adanya kebutuhan perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan perkebunan lain akan meningkatkan tekanan terhadap hutan lindung yang berada dibawah pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota. Praktek pembukaan hutan dengan sistim bakar, perburuan binatang, kebutuhan lahan untuk infra struktur dan pengembangan pemukiman adalah bentuk ancaman lain. Secara khusus perlu di jelaskan adanya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI merencanakan untuk melakukan perluasan perkebunan sawit, peningkatan pertambangan batu bara, pengembangan infra struktur jalan. Dalam batas tertentu rencana ini akan terkait dengan kemungkinan alih fungsi lahan dari hutan produksi misalnya yang juga sebagian kecil terdapat dibawah pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota. Dari uraian diatas maka secara ringkas Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi tercapainya visi KPHL dapat disampaikan sebagai berikut.
4.2.1. Kekuatan
Keanekaragaman Hayati tinggi
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya dikenal masyarakat
Terdapat sistim kekerabatan lokal terkait pemanfaatan hutan
Dukungan legalitas kuat (Komitmen Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk pengelolaan pada tingkat tapak)
Terdapat bagian kawasan yang relatif utuh dengan ekosistem alami (hutan primer)
Potensi Sumber Daya air tinggi (Hulu beberapa sungai)
Terdapatnya potensi jasa lingkungan dan wisata alam
Keragaman Geologi dalam kawasan tinggi
Kesadaran pemerintah Kabupaten dan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian mulai berkembang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-7
Aksessibilitas sebagai modal pengelolaan hutan lestari cukup.
Potensi penyerapan karbon di dalam kawasan hutan cukup tinggi
4.2.2. Kelemahan Bentuk organisasi belum sesuai dengan Permendagri
Jumlah dan kapasitas personil rendah
Infra Struktur Lemah (belum tersedia peta potensi detil, jalur dan sarana pemantauan minim)
Pemanfaatan kawasan tak sesuai fungsi relatif luas dan ada klaim ulayat.
Sekat
antar
dinas/institusi
untuk
pelaksanaan
kegiatan
masih
rigid(nonfleksibel).
Kriteria
kesuksesan
pengelolaan
berbasis
moneter
(belum
mempertimbangkan kelestarian fungsi kelestarian)
Kapasitas pendanaan kecil (belum ada unit kegiatan yang menghasilkandana tersendiri).
4.2.3. Peluang.
Kecenderungan pengembangan ekonomi kreatif dan non ekstraktif tinggi
Perjanjian Internaional dan kebijakan Nasional yang mendukung
Pemanfatan hutan secara berkelanjutan tersedia
Pemanfaatan hasil hutan nonkayu ( obat herbal dll) makin diminati
Kebutuhan ekowisata dan wisata pendidikan meningkat
Kebutuhan sumber air untuk industri air kemasan dan PDAM meningkat
Riset Geologi, etnobotani dan dukungan restorasi ekosistem berkembang
Terdapat perguruan tinggi dan lembaga non pemerintah yang mendukung pemanfaatan hutan sebagai basis ekonomi kreatif.
Forest Investment Programme (Program Investasi Kehutanan)
4.2.4. Ancaman
Kebutuhan lahan untuk perkebunan dan pertanian meningkat
Permintaan terhadap kayu tinggi
Kebutuhan lahan untuk infra struktur tinggi
Terdapat bahan mineral/ tambang dalam kawasan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-8
MP3EI mulai di introduksiAdanya klaim masyarakat atas kawasan hutan (Okupasi, penebangan liar dan peladangan berpindah)
Pemanfaatan kawasan hutan untuk kegiatan non kehutanan
Pemahaman antar pihak (stake holder) tentang KPH belum merata
Dinamika Perubahan Politik tinggi. Belum jelasnya sumber pendanaan (APBD, APBN atau pihak lain)
Tabel 4.1. Analisa SWOT Pembangunan dan pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota Tujuan: merumuskan bentuk pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak
KEKUATAN Keanekaragaman Hayati tinggi Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya dikenal masyarakat Terdapat sistim kekerabatan lokal terkait pemanfaatan hutan Dukungan legalitas kuat (Komitmen Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk pengelolaan pada tingkat tapak) Terdapat bagian kawasan yang relatif utuh dengan ekosistem alami (hutan primer) Potensi Sumber Daya air tinggi ( Hulu beberapa sungai) Terdapatnya potensi jasa lingkungan dan wisata alam Keragaman Geologi dalam kawasan tinggi Kesadaran pemerintah Kabupaten dan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian mulai berkembang Aksessibilitas sebagai modal pengelolaan hutan lestari cukup.
PELUANG Kecenderungan pengembangan ekonomi kreatif dan non ekstraktif tinggi Perjanjian Internaional dan kebijakan Nasional yang mendukung Pemanfatan hutan secara berkelanjutan tersedia Pemanfaatan hasil hutan nonkayu ( obat herbal dll) makin diminati Kebutuhan ekowisata dan wisata pendidikan meningkat Kebutuhan sumber air untuk industri air kemasan dan PDAM meningkat Riset Geologi, etnobotani dan dukungan restorasi ekosistem berkembang
-
Intensifikasi komunikasi
-
Pengembangan kemitraan
KELEMAHAN Bentuk organisasi belum sesuai dengan Permendagri Jumlah dan kapasitas personil rendah Infra Struktur Lemah (belum tersedia peta potensi detil, jalur dan sarana pemantauan minim) Pemanfaatan kawasan tak sesuai fungsi relatif luas dan ada klaim ulayat. Sekat antar dinas/institusi untuk pelaksanaan kegiatan masih rigid(nonfleksibel). Kriteria kesuksesan pengelolaan berbasis moneter (belum mempertimbangkan kelestarian fungsi kelestarian) Kapasitas pendanaan kecil (belum ada unit kegiatan yang menghasilkandana tersendiri).
- Pengembangan alliansi dengan institusi berorientasi pelestarian - Intensifikasi kerjasama dengan penduduk sekitar dan dinas terkait.
- Optimalisasi pengelolaan nagari.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
kecenderungan hutan berbasis
IV-9
Terdapat perguruan tinggi dan lembaga non pemerintah yang mendukung pemanfaatan hutan sebagai basis ekonomi kreatif. Forest Investment Programme (Program Investasi Kehutanan)
ANCAMAN Kebutuhan lahan untuk perkebunan dan pertanian meningkat Permintaan terhadap kayu tinggi Kebutuhan lahan untuk infra struktur tinggi Terdapat bahan mineral/ tambang dalam kawasan MP3EI mulai di introduksiAdanya klaim masyarakat atas kawasan hutan (Okupasi, penebangan liar dan peladangan berpindah) Pemanfaatan kawasan hutan untuk kegiatan non kehutanan Pemahaman antar pihak (stake holder) tentang KPH belum merata Dinamika Perubahan Politik tinggi. Belum jelasnya sumber pendanaan (APBD, APBN atau pihak lain)
-
Minimalisasi tekanan terhadap lahan
-
Pengembangan alternatif
produk
-
Peningkatan kesadaran publik tentang arti penting dan potensi kawasan
-
Peningkatan kerjasama dengan institusi lokal ( nagari, tokoh adat, ulama)
-
Peningkatan konsistensi penegakan aturan.
4.3. STRATEGI PENGELOLAAN KPHL LIMA PULUH KOTA Berdasarkan hasil analisa SWOT, dapat dirumuskan strategi pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota sebagai berikut:
4.3.1 Strategi optimalisasi kekuatan untuk meraih peluang (S-O); Strategi ini meliputi: 4.3.1.1 Intensifikasi komunikasi Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Penyusunan dan distribusi leaflet tentang potensi dan kekayaan KPHL yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan b. Pembuatan website c. Pembuatan audio visual ( kerja sama dengan TVRI/ Swasta) d. Workshop tahunan pengelolaan (kerjasama dengan LSM Internasional dan perguruan tinggi). e. Wawancara dengan radio lokal dan rubrik khusus di koran daerah. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-10
4.3.1.2 Pengembangan kemitraan Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Penyusunan daftar mitra potensial untuk pemanfaatan air dan tanaman obat b. Penawaran perdagangan karbon non mandatory untuk lokasi tertentu c. Pengelolaan ekowisata bersama masyarakat dan sektor swasta : d. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi e. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan f. Menggalang Sumber Dana Para Pihak g. Rencana Pengembangan Investasi
4.3.2Strategi minimalisasi kelemahan dengan dukungan peluang (W-O). Strategi ini meliputi : 4.3.2.1 Pengembangan alliansi dengan institusi berorientasi pelestarian Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Pemantapan Kelembagaan KPH 1) Kelembagaan 2) Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola 3) Rencana Review RPHJP KPHL 50 Kota 4) Tata hubungan kerja b. Pengembangan Aparatur dan Sarana Prasarana 1) Kebutuhan dan pengembangan aparatur 2) Sarana prasarana 3) Perencanaan dan pengembangan hutan 4) Pengawasan dan pengendalian
4.3.2.2
Intensifikasi kerjasama dengan penduduk sekitar dan dinas terkait.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Pemantapan kawasan hutan 1) Tata Hutan dan Pemantapan Kawasan -
Tata batas luar
-
Tata Batas Fungsi, Batas Petak, dan Anak Petak
-
Perpetaan
b. Penata penggunaan kawasan 1) Penataan Penggunaan Kawasan untuk Ijin Usaha Pemanfaatan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-11
2) Penataan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Wilayah Tertentu 3) Penataan Penggunaan Kawasan Hutan Kerjasama dengan Lembaga Lain
4.3.2.3 Optimalisasi kecenderungan pengelolaan hutan berbasis nagari. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Inventarisasi Hutan 1) Pelaksanaan inventarisasi pada kawasan hutan produksi (produksi kayu), sementara inventarisasi pada kawasan lindung invetarisasi dilakukan (potensi non kayu dan jasa lingkungan). 2) Inventarisasi potensi sumber air dan pengelolaan konservasi di sumber air pada kawasan hutan. 3) Inventarisasi jasa lingkungan dan pengelolaan serta pengembangan jasa lingkungan. 4) Inventarisasi secara berkala dan menyeluruh terhadap sumber daya hutan yang ada di dalam wilayah kelola. b. Pengelolaan Hutan Berbasis Nagari
4.3.3 Strategi pendayagunaan kekuatan untuk menghadapi ancaman (S-T) Strategi ini meliputi; 4.3.3.1 Minimalisasi tekanan terhadap lahan Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Operasional Perlindungan hutan 1) Patroli rutin. 2) Operasi gabungan dan koordinasi pengamanan. b. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran 1) Identifikasi Daerah Risiko Tinggi Kebakaran 2) Patroli Intensif Pada Periode Musim Kering 3) Peningkatan Fasilitas dan Peralatan 4) Pembentukan Regu Pemadam Kebakaran c. Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan d. Penanganan Perambahan dan Okupasi Lahan 1) Identifikasi detail perambahan 2) Memfasilitasi izin pemanfaatan Kawasan Hutan e. Pemantauan Hama Penyakit Hutan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-12
4.3.3.2
Peningkatan kesadaran publik tentang arti penting dan potensi kawasan
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Penyuluhan b. Penyuluhan pencegahan kebakaran hutan
4.3.3.3. Peningkatan konsistensi penegakan aturan. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran
4.3.4 Strategi pengalihan ancaman dan meminimalisasi kelemahan dengan pendayagunaan kekuatan lokal (W-T). 4.3.4.1 Pengembangan produk alternatif Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan b. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) c. Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Jasling) d. Pengembangan Wisata Alam
4.3.4.2. Peningkatan kerjasama dengan institusi lokal (nagari, tokoh adat, ulama). Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah : a. Gaharu dan Tanaman Aromatik b. Pengembangan Tanaman Aren
4.4. PROYEKSI KONDISI WILAYAH Setelah dilakukan analisis SWOT dan merumuskan strategi pengelolaan KPHL untuk 10 tahun yang akan datang, maka diharapkan kondisi wilayah KPHL Lima Puluh Kota pada tahun 2023 adalah sebagai berikut : 1. Seluruh kelemahan yang ada dapat di hilangkan 2. Berkembangnya berbagai usaha di dalam kawasan KPHL Lima Puluh Kota dalam pola kerjasama kemitraan yang setara antara KPHL dengan Pengusaha/Investor dan Masyarakat. 3. Masyarakat di sekitar lokasi KPHL Lima Puluh Kota meningkat pendapatannya. 4. Terjalin hubungan yang harmonis antara petugas KPHL secara khusus dan petugas kehutanan secara umum dengan masyarakat yang ada di sekitar dan di Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-13
dalam kawasan hutan. Dimana yang selama ini ketika aparatur kehutanan turun ke lapangan, masyarakat langsung menaruh curiga bahkan terkesan tidak mau menerima kemudian berubah menjadi harapan dan ditunggu-tunggu serta disambut dengan hangat. 5. KPHL menjadi ajang pembicaraan dan tempat orang belajar bagaimana memanfaatkan hutan dengan baik tanpa harus melakukan penebangan. 6. Usaha menjaga kawasan hutan mendapat perhatian yang sewajarnya, dimana seluruh mata siap memberikan sesuatu demi terjaganya kawasan hutan dalam bentuk mekanisme perdagangan karbon maupun REDD+. 7. Seluruh potensi yang ada dapat dimanfaatkan sesuai dengan kaedah-kaedah keberlanjutan. 8. Berkembang usaha pemungutan hasil hutan non kayu berupa pemungutan rotan, manau, tanaman obat dan lebah madu. 9. Berkembang usaha pemanfaatan jasa air baik untuk PLN, PDAM maupun untuk PLTMH. 10. KPHL Lima Puluh Kota menjadi KPH yang mandiri, baik dari segi keuangan maupun kegiatan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
IV-14
V.RENCANA KEGIATAN
5.1. INVENTARISASI
BERKALA WILAYAH
KELOLA SERTA PENATAAN
HUTANNYA 5.1.1. Inventarisasi Hutan Inventarisasi hutan merupakan upaya untuk mendukung perhitungan aset potensi hutan pada kawasan hutan yang dilakukan setiap tahun atau secara periodik (berkala). Selanjutnya akan dilaksanakan kegiatan : 1) Pelaksanaan inventarisasi pada kawasan hutan produksi tetap dilakukan untuk tujuan produksi kayu yang masih bisa diusahakan maupun potensi lain yang bisa diusahakan secara lestari, sementara pada kawasan lindung inventarisasi dilakukan dalam rangka melihat potensi non kayu dan jasa lingkungan yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inventarisasi bisa dilakukan secara berkala dalam rangka mendukung perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. 2) Inventarisasi potensi sumber air dan pengelolaan konservasi di sumber air pada kawasan hutan. 3) Inventarisasi jasa lingkungan dan pengelolaan serta pengembangan jasa lingkungan. 4) Inventarisasi secara berkala dan menyeluruh terhadap sumber daya hutan yang ada di dalam wilayah kelola, sehingga dapat diketahui secara tepat apa yang akan dilakukan dan dimanfaatkan.
Kegiatan inventarisasi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Tahun 2014 akan dilaksanakan inventarisasi potensi wisata alam dan jasa lingkungan 2) Tahun 2015 akan dilaksanakan inventarisasi potensi kayu pada hutan produksi 3) Tahun 2016 – 2017 akan dilaksanakan inventarisasi potensi kayu pada hutan produksi terbatas 4) Tahun 2017 akan dilaksanakan inventarisasi potensi hasil hutan bukan kayu
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-1
5.1.2. Pemantapan kawasan Hutan 5.1.2.1. Tata Batas a) Tata Batas Luar Masalah tata batas fungsi kawasan hutan menjadi sangat penting ketika intensitas penggunaan kawasan hutan sudah tinggi. Terlebih dengan adanya desakan/tekanan masyarakat akan lahan terus semakin tinggi, kepastian hukum tentang lahan menjadi sangat penting. Sumber daya hutan dan ekosistemnya yang bersifat dinamik, dan pengelolaan hutan juga berkembang sesuai dengan perkembangan hukum dan paradigma pembangunan kehutanan, maka landasan hukum dan atau penentuan tata batas dengan seharusnya menjadi dasar kegiatan pengelolaan. Tata batas kawasan yang menyangkut posisi pal batas harus disepakati bersama oleh semua pihak yang terlibat, termasuk masyarakat sekitar, sedang sebagai landasan dasar posisi tata batas didasarkan pada peraturan pemerintah yang berwenang, serta disosialisasikan ke semua pihak yang terlibat tersebut untuk menghindari konflik. Surat Keputusan Kepala Daerah maupun Surat Keputuan Menteri merupakan acuan yang dapat dipatuhi bersama sebagai instrumen pemerintah dalam pengelolaan dan manajemen fungsi kawasan. Rekonstruksi batas kawasan dapat dilakukan setiap waktu tertentu, misalnya 5 (lima)/ 10 (sepuluh) tahun sekali untuk melakukan perluasan batas kawasan sesuai dengan proses berlangsungnya kejadian alam yang dapat membahayakan masyarakat sekitar. Untuk
memastikan
posisi
tata
batas
digunakan
instrumen
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan disepati bersama oleh semua pihak yang berkompeten, misalnya dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) dengan akurasi tinggi. Tata batas kawasan tersebut sedapat mungkin dapat terlihat jelas di lapangan dan mudah diakses dan diidentifikasi apabila digunakan sebagai acuan pengukuran petak ataupun observasi batas kepemilikan. Rekonstruksi batas kawasan pengusahaan hutan yang dilaksanakan dengan GPS (Global Positioning System) dan harus dilengkapi dengan pengecekan di lapangan. Batas alam yang mudah dikenali seperti sungai, lembah, gunung, dan vegetasi dan tanda-tanda fisik buatan manusia seperti jalan, trail, pagar, dan batas tata guna lahan dipergunakan sebagai acuan batas dengan pertimbangan tanda-tanda fisik tersebut dapat dengan mudah diidentifikasi termasuk jika harus dipasang pal batas. Namun demikian, jalur Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-2
dan pal batas memerlukan pemeliharaan dan pengamanan secara teratur oleh petugas lapangan. Sasaran tata batas luar yang perlu dilakukan sebagai berikut: 1. Batas Luar KPH dengan Kabupaten Pasaman, Kabupaten Kampar Propinsi Riau yang panjangnya belum di ukur. Batas luar KPH tersebut sebagian besar adalah batas kawasan hutan antara kawasan KPHL Lima Puluh Kota dengan Kawasan Hutan Propinsi Riau maupun dengan Kabupaten Pasaman. 2. Melaksanakan tata batas luar yang belum selesai dengan batas masyarakat di dalam wilayah Kabupaten (sebagiannya sudah dilaksanakan tahun 2012, sebagaimana yang tertera di bab II)
b) Tata Batas Fungsi, Batas Petak, dan Anak Petak Disamping tata batas luar, batas fungsi kawasan juga perlu dilakukan tata batas fungsi, sehingga kita bisa membuat perlakuan yang pas terhadap setiap masing-masing jenis fungsi kawasan. Yang tidak kalah pentingnya adalah membuat batas blok, petak dan anak petak, sehingga setiap petak terkecil akan jelas apa yang akan di buat dan siapa yang bertanggung jawab terhadap lokasi tersebut. Oleh karena itu sasaran kegiatan batas fungsi sebagai berikut : 1) Orientasi dan penataan batas hutan lindung dan hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap; 2) Penataan batas Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan maupun HTR, serta wilayah tertentu; 3) Penataan batas fungsi dan penandaan batas, tanda petak/anak petak dan rehabilitasi alur batas petak/anak petak dilakukan setiap 2-3 tahun sekali.
5.1.2.2. Perpetaan Pemetaan kawasan hutan pada UPTD KPHL Lima Puluh kota masih belum lengkap, tahapan pemetaan kawasan hutan, potensi dan sebaran tanaman, peta penutupan lahan dan peta tematik lainnya perlu dilakukan untuk memberikan informasi pembangunan kehutanan secara lengkap dan mendukung perencanaan pembangunan pengelolaan hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-3
5.1.3. Penataan Penggunaan Kawasan Penggunaan kawasan hutan untuk berbagai kepentingan perlu dilakukan penataan agar efektivitas dan efisiensi penggunaan lahan hutan dapat terselenggara dengan baik, baik yang mendapat ijin pemanfaatan, bentuk-bentuk kerjasama, pinjam pakai sarana prasarana, dan juga upaya penyelesaian konflik kawasan hutan.
5.1.3.1. Penataan Penggunaan Kawasan untuk Ijin Usaha Pemanfaatan Ijin usaha pemanfaatan hutan baik dalam bentuk IUP HKm ataupun HTR maupun Hutan Desa (HD) perlu dilakukan penataan dan pembinaan guna mendorong pengeloaan yang dilakukan oleh pemegang ijin secara baik dan benar. Jumlah IUP HKm sampai saat ini belum ada, tetapi sedang terjadi proses pengurusan izin yang difasilitasi oleh Propinsi Sumatera Barat, sedangkan untuk IUP HTR belum terfasilitasi, perlu diarahkan dalam pelaksanaannya mengelola kawasan di wilayahnya masing-masing dengan berbasis pengeloaan hutan lestari mulai dari penyusunan rencana jangka panjang dan jangka pendek, penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan (pada wilayah pengelolaan), pemanfaatan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
5.1.3.2. Penataan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Wilayah Tertentu Wilayah tertentu merupakan suatu wilayah yang dapat di kelola secara langsung oleh KPH dan dapat menjadi sumber pendapatan utama KPH dalam membangun hutan yang lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penataan Kawasan untuk wilayah tertentu ini akan dapat memberikan kepastian hukum bagi KPH untuk mengelola kawasan dengan baik. Pada Wilayah KPHL 50 Kota tidak terdapat izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan, sehingga seluruh wilayah KPHL 50 Kota merupakan daerah tertentu yang dapat dikembangkan sesuai dengan mekanisme yang terdapat dalam Permenhut No. 47 Tahun 2013 tentang pengelolaan wilayah tertentu. Rencana lokasi pengembangan pada wilayah tertentu adalah sebagai berikut:
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-4
Gambar 5.1. Peta lokasi KPHL Model 50 Kota
5.1.3.3. Penataan Penggunaan Kawasan Hutan Kerjasama dengan Lembaga Lain Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengelolaan hutan perlu dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti kerjasama dengan perguruan tinggi, pengembangan
jenis
tanaman
tertentu,
Pemanfaatan
jasa
lingkungan,
Pengembangan Wisata dan lainnya perlu didorong untuk dapat dilakukan pengelolaannya dengan baik dan benar, melalui proses kerjasama yang legal untuk mendukung pengelolaan hutan lestari. Salah satu bentuk kerjasama pengelolaan hutan dengan lembaga lain adalah dengan menunjuk Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yaitu untuk kegiatan pendidikan yang bekerjasama dengan salah satu Universitas yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Adapun lokasi yang akan dipakai untuk dijadikan KHDTK adalah sebagai berikut : Tabel 5.1. Rencana Lokasi KHDTK No. 1
Blok HL-518
2
HL-508
Keterangan HL BLOK INTI HL BLOK PEMANFAATAN
Luas ( Ha ) 269,79
Lokasi RPH V
448,22
RPH V
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-5
Gambar 5.2. Rencana Lokasi KHDTK
5.2. RENCANA PEMANFAATAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU Rencana aktivitas kegiatan pada wilayah tertentu adalah sebagai berikut : 5.2.1. Pengembangan Tanaman Aren Pengembangan tanaman Aren dengan pola kerjasama (join operation) antara KPHL, Pengusaha dan masyarakat setempat. Pengembangan tanaman aren akan dilaksanakan di Nagari Galugur dan Nagari Tj. Pauh dengan lahan seluas 7.000 Ha. Untuk tahap awal pada tahun 2014 akan ditanam seluas 25 Ha, dan seterusnya akan meningkat sampai 3.000 Ha sampai dengan 10 tahun yang akan datang. Rencana penanaman akan dilakukan dengan cara bekerjasama dengan mitra yaitu pengusaha dan masyarakat setempat.
5.2.2. Pengembangan hutan bersama masyarakat Pengembangan hutan bersama masyarakat akan dilaksanakan pada arealareal yang sudah diokupasi masyarakat, baik untuk berladang, bertanam gambir maupun bertanam tanaman karet.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-6
Gambar 5.3. Peta Rencana pengembangan tanaman Aren
5.2.3. Penangkaran rusa Untuk melakukan penangkaran rusa, maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut : 1. Identifikasi calon lokasi 2. Melakukan cheking kesesuaian lokasi dengan kebutuhan rusa 3. Mencari indukkan 4. Meminta rekomendasi dari instansi terkait
5.2.4. Pengembangan ekowisata Rencana lokasi pengembangan ekowisata : 1. Ikan larangan di Mangilang 2. Wisata alam batang Kapur 3. Air Angek Batang Kapur 4. Air terjun Malanca di Jorong Landai
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-7
5.2.5. Pengembangan tanaman kayu putih Pengembangan tanaman kayu putih di rencanakan di lokasi hutan produksi di Nagari Tanjung Balik seluas 3.000 Ha.
5.2.6. Pemungutan hasil hutan kayu dan non kayu Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada UPTD KPHL Lima Puluh meliputi penyadapan getah karet, penyadapan getah pinus, pemungutan daun gambir, lebah madu, dan pemungutan rotan dan manau. Untuk melihat potensinya perlu dilakukan inventarisasi dan survey potensi sehingga dapat dihitung skala pemanfaatannya, apakah menguntungkan atau tidak. Lokasi yang mungkin dilakukan pemungutan hasil hutan bukan kayu, yaitu, di Nagari Maek, Galugua, Durian Tinggi, Lb. Alai, Mangilang & Gn. Malintang.
Gambar 5.4. Petak Blok KPHL 50 Kota
5.2.7. Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Jasling) Dalam pengembangan jasa lingkungan perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1. Identifikasi dan inventarisasi potensi jasa lingkungan. 2. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan jasa lingkungan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-8
3. Pengembangan produk jasa lingkungan 4. Peningkatan investasi pengusahaan 5. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan jasa lingkungan 6. Pengembangan jaringan pengusahaan 7. Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan jasa lingkungan 8. Membangun sarana dan prasarana pemanfaatan jasa lingkungan 9. Pengembangan sistem informasi pelayanan publik Sumber – sumber mata air dan air terjun terdapat di beberapa Nagari, antara lain, Maek, Koto Tangah Mungka, Gn. Malintang, Lb. Alai, Muaro Paiti, Pangkalan dan Harau. Sumber – sumber air ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan juga bagi pihak KPHL Limapuluh Kota dalam mendukung unit – unit bisnis di dalamnya. Diantara hal yang sangat perlu mendapat kejelasan adalah : 1. Pemanfaatan jasa air untuk PLTA Koto Panjang 2. PDAM 3. Pengembangan PLTMH.
5.2.8. Pengembangan produk alternatif berbasis non kayu (Gaharu dan Tanaman Aromatik) Produk alternatif seperti penanaman gaharu, tanaman aromatik di sela pohon dan tanaman obat dapat dikembangkan pada lokasi yang sesuai setelah dibangun kesepakatan dengan masyarakat. lokasi penanaman dapat dilakukan pada zona – zona pemanfaatan.
5.3. RENCANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 5.3.1. Pengelolaan Hutan Berbasis Nagari Dalam melaksanakan kegiatan di lapangan, KPHL 50 Kota akan banyak bersentuhan dengan masyarakat dan pengelolaan hutan di tingkat lapangan terutama Nagari yang hidup berdasarkan adat yang mereka pikul.
Ke depan
diharapkan pengelolaan hutan berbasis nagari, dimana KPHL akan bekerjasama dengan perangkat-perankat terkecil di masyarakat, hal ini dapat berupa Hutan Nagari yang akan dikelola oleh Bada Usaha Miliki Nagari dan bekerja sesuai dengan arahan KPHL 50 Kota. Ataupun dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Tanaman Rakyat.
Pengembangan hutan kemasyarakatan dan pengembangan hutanan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-9
tanaman rakyat akan dilaksanakan dalam bentuk kerjasama dengan KPHL Lima Puluh Kota.
Gambar 5.5 Sungai yang ada di KPHL Lima Puluh Kota
Rencana pengembangan Hutan Kemasyarakatan, dan hutan Desa di Kabupaten Lima Puluh Kota yang termasuk dalam wilayah KPHL 50 Kota sesuai dengan surat Bupati 50 Kota Kepada Gubernur Sumatera Barat Nomor 522/3083/Huttam-LK/IX-2012 Tanggal 24 September 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 5.2. NO 1. 2. 3. 4.
Usulan HKm dan Hutan Nagari Kabupaten 50 Kota
KECAMATAN Harau Kapur IX Bukit Barisan Mungka Jumlah
NAGARI Harau Koto Lamo Maek Talang Maur
LUAS 3.262 7.014 10.790 4.090 25.156
Lokasi rencana pelaksanaan Hutan Kemasyarakatan dan hutan desa sesuai dengan gambar berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-10
Gambar 5.6. Peta Rencana HKM dan Hutan Desa 5.3.2. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Untuk
memberdayakan
masyarakat
sekitar
hutan
dalam
rangka
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan.
5.3.2.1. Pemberdayaan Masyarakat di dalam Kawasan Hutan Pemberdayaan masyarakat di dalam kawasan ini mencakup berbagai kegiatan : a) Masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan harus dilakukan pendataan b) Dibentuk kelompok tani yang bergerak di dalam kawasan hutan c) Menyusun perjanjian kerjasama antara KPHL dengan masyarakat melalui wadah kelompok tani hutan yang menyangkut hak dan kewajibannya. d) Memetakan wilayah kerja kelompok tani tersebut e) Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan. f)
Memfasilitasi pengurusan Izin pemanfaatan Kawasan Hutan dalam bentuk HKM, HTR maupun Hutan desa pada wilayah yang sesuai dengan peraturan perundangan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-11
Kegiatan pemberdayaan akan dilaksanakan pada blok-blok pemberdayaan sebagai berikut :
Gambar 5.7. Peta Rencana Lokasi Pemberdayaan Masyarakat Tabel 5.3. Rencana Lokasi Rencana Pemberdayaan Masyarakat di dalam Kawasan Hutan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
No. Petak HPT-37 HPT-176 HP-60 HP-64 HPT-65 HP-66 HP-67 HP-68 HP-69 HPT-107 HPT-109 HP-111 HPT-112 HPT-115 HPT-169 HPT-174 HPT-184 HPT-192 HPT-194
Fungsi HPT HPT HP HP HPT HP HP HP HP HPT HPT HP HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT
Blok HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan HP Blok Pemberdayaan Total
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
Luas 128.37 84.70 58.59 72.00 98.19 64.34 37.23 26.45 98.11 107.23 110.35 15.92 190.38 172.18 165.18 83.47 99.54 100.51 21.11 1,733.85
rph RPH VI RPH II RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH VI RPH II RPH II RPH II RPH II RPH II
V-12
5.3.2.2. Pemberdayaan Masyarakat di Luar Kawasan Hutan Pemberdayaan masyarakat di luar kawasan hutan perlu dilakukan seperti pengembangan sutera alam, jamur tiram, pengembangan lebah madu, bantuan ternak dan lainnya. Penyelenggaraan pemberdayaaan masyarakat di luar kawasan hutan ini tentunya bekerjasama dengan instansi terkait agar penyelenggaraannya dapat terpadu. 5.3.3. Peningkatan Kesadaran Publik dengan Penyuluhan Penyuluhan sebagai usaha persuasif kepada masyarakat pelaku dan masyarakat umumnya sekitar kawasan hutan harus terus dilakukan baik melalui anjang sana ceramah-ceramah, maupun penyebaran informasi melalui media leaflet, poster, media massa maupun pada even-even pameran. Untuk tetap mengingatkan bahwa penambangan di kawasan hutan dilarang, maka petugas disarankan untuk melakukan penyuluhan minimal sebulan sekali kepada masyarakat. Pelaksanaannya bisa bekerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat baik tokoh formal maupun informal, atau bekerjasama dengan instansi lain seperti pertanian, pemerintah daerah, Resort Kepolisian, Resort Militer dan lain-lain. Penyuluhan PETI bisa dilaksanakan dengan bidang-bidang lain seperti penanganan kebakaran, bina cinta alam, konservasi tanah dan air.
5.3.3.1. Penyuluhan pencegahan kebakaran hutan Kegiatan penyuluhan ini merupakan penyampaian informasi tentang bahaya kebakaran yang mungkin terjadi dalam kawasan hutan, cara pencegahan kebakaran, dan cara-cara penanggulangan jika terjadi kebakaran. Penyuluhan kepada masyarakat bisa dilakukan oleh petugas lapangan atau dari kantor nagari sekitar kawasan hutan, terutama yang masyarakatnya sangat berhubungan dengan sumber daya hutan. Teknik penyuluhannya bisa dipilih sesuai dengan kondisi yang paling memungkinkan seperti ceramah dalam pertemuan kelompok, anjang sana, memakai audio visual, dll. Penyuluhan kepada masyarakat ini minimal dilakukan dua kali setahun yaitu sebelum musim kemarau dan selama periode risiko tinggi (musim kemarau). Cara lain adalah melalui leaflet, poster, atau booklet yang memungkinkan dibaca oleh pengunjung dan masyarakat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-13
5.3.3.2. Penyuluhan terhadap Perambah dan Pengokupasi Kawasan Hutan Melakukan sosialisasi aturan-aturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para perambah dalam melakukan kegiatan usaha tani dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya kawasan hutan, sehingga kawasan hutan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dengan tetap menjaga kelestarian hutan, teknik-teknik usaha tani yang baik dan benar, dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam usaha yang tidak berdasarkan pada lahan. Semua materi penyuluhan tersebut juga sesuai untuk disampaikan kepada masyarakat sekitar kawasan hutan.
5.4.Pengawasan dan Pengendalian Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan terhadap penyelenggaraan pengelolaan hutan secara hirarki dari Mandor, RPH, dan KPH, terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan. Proses pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan secara langsung dan melalui mekanisme monitoring dan evaluasi yang diikuti dengan pembinaan.
Pembinaan dan pengendalian tersebut akan dilaksanakan
pada : 1. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizin 2. Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal wilayah tertentu maupun yang berizin 1) Pelaksanaan rehabilitasi dari Kementerian Kehutanan dari BPDAS 2) Pelaksanaan rehabilitasi oleh Dinas Kehutanan baik yang bersumber dari dana APBD murni, Dana Bagi Hasil maupun DAK Kehutanan. 3) Rehabilitasi yang dilaksanakan oleh para pemilik izin HKM, Hutan Desa maupun HTR. 3. Melakukan koordinasi dan sinergi dengan stake holder terkait seperti: 1) Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota 2) DPRD Kabupaten Lima Puluh kota 3) Dinas dan Instansi terkait di Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh (Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Pertambangan, Dinas Perikanan, Dinas Peternakan dan Badan Penyuluhan)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-14
4) Stakeholder di Pemerintah Daerah Sumatera Barat (Gubernur, DPRD, Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Pertambangan, Dinas Perikanan, Dinas Peternakan dan Badan Penyuluhan) 5) Stakeholder di Kementerian
Kehutanan (Seluruh
Eselon
I Lingkup
Kementerian Kehutanan) 6) Stake holder dari pihak NGO seperti Forest Investmen Programme (FIP), International Timber Trade Organization (ITTO), dan lain-lain 7) Perusahaan-perusahaan yang bergerak dan yang memiliki perhatian kepada sector kehutanan, baik berskala local, nasional maupun internasional.
5.5. REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Jumlah lahan kritis di seluruh Kabupaten 50 Kota lebih kurang 127.000 Ha, dimana sebagiannya adalah ada di dalam kawasan hutan, dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat dapat dilakukan rehabillitasi di dalam kawasan KHPL Lima Puluh Kota dengan tanaman MPTS, sehingga hutan tetap terjaga dan yang di ambil adalah selain dari nilai kayunya. Kesukaan masyarakat hari ini adalah pengembangan tanaman karet dan gambir yang telah menjadi primadona kabupaten Lima Puluh Kota. Namun tidak tertutup kemungkinan tanaman lain yang memang cocok dengan kondisi alam dan tanah yang ada di kabupaten Lima Puluh Kota seperti penngembangan kayu putih dan nilam. Target RHL selam 10 tahun ke depan, sebanyak 10.000. Ha yaitu sesuai dengan arahan di dalam Rencana Kehutanan Nasional dan Rencana Teknik RHL dan Rencana Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kabupaten Lima Puluh Kota (Rencana lokasi terlampir) Lokasi yang akan dilaksanakan kegiatan rehabilitasi adalah sebagai berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-15
Gambar 5.8. Peta Rencana RHL di KPHL 50 Kota
5.6.RENCANA
PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN
HUTAN
DAN
KONSERVASI ALAM Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, akan menjamin keutuhan kawasan hutan, memecahkan permasalahan gangguan kawasan dan sekaligus meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap keberadaan kawasan hutan bagi kehidupan masyarakat saat ini dan masa yang akan datang. Program ini mencakup: (1) Operasional Perlindungan Hutan; (2) Pencegahan kebakaran hutan dan hama penyakit tumbuhan; (3) Penanganan masalah penambangan galian tanpa ijin (PETI); (4) Penanganan masalah pencurian hasil hutan dan perburuan liar; dan (5) Penanganan masalah perambahan kawasan untuk perkebunan, pertanian dan permukiman serta (6) Penetapan areal HCVF. 5.6.1. Operasional Perlindungan Hutan Upaya perlindungan umum ditekankan pada kegiatan untuk memonitor dan mengamankan adanya gangguan terhadap keutuhan kawasan hutan berikut aset yang ada di dalamnya. Kegiatannya berupa patroli rutin dan operasi gabungan serta koordinasi pengamanan antar instansi terkait.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-16
5.6.1.1. Patroli Rutin. Patroli rutin dilaksanakan oleh Polisi Kehutanan di wilayah kerja masingmasing resort. Patroli ini difokuskan pada tempat-tempat yang rawan gangguan seperti penambangan, perambahan dan tempat lain yang rawan akan perburuan liar, pencurian kayu dan hasil hutan lainnya.
5.6.1.2. Operasi gabungan dan koordinasi pengamanan. Operasi Gabungan sebaiknya dilaksanakan jika keadaan keamanan benarbenar membutuhkan dukungan dari unsur pengamanan lain, seperti dari TNI, Polisi dan PEMDA setempat. Dengan demikian pelaksanaannya sesuai dengan situasi di lapangan. Mempertimbangkan perlunya pengamanan pada kawasan hutan yang cukup luas, perlu koordinasi yang baik tidak saja antar instansi terkait tetapi juga dengan tokoh masyarakat sekitar kawasan. Oleh karena itu koordinasi ini harus terus dilakukan dari waktu ke waktu minimal setiap akan dan setelah pelaksanaan operasi gabungan.
5.6.1.3. Penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran Jika upaya-upaya persuasif tidak mempan untuk menangani pelaku pelanggaran, maka pihak berwenang harus tidak ragu-ragu untuk melaksanakan penegakan hukum. Para pelaku yang tertangkap tangan dalam operasi pengamanan baik dalam patroli rutin oleh petugas hutan maupun dalam operasi gabungan bersama-sama dengan TNI dan Kepolisian harus diproses ke pengadilan untuk diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang ada. Jika penegakan hukum ini tidak dilakukan secara tegas, maka dikhawatirkan hutan akan terus dirambah akibatnya akan jauh lebih merugikan masyarakat seperti erosi, sedimentasi, polusi air, kerusakan habitat alam dan dampak sosial yang merugikan kehidupan masyarakat. Dalam operasi gabungan dan penegakan hukum diperlukan koordinasi yang baik antara pihak Pengelola Hutan dengan instansi terkait seperti TNI dan Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan dengan tokoh-tokoh masyarakat sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial yang bisa mengganggu kestabilan keamanan baik lokal maupun regional. Disamping sebagai shock therapy terhadap pelaku pelanggaran, penegakan hukum ini juga sebagai psiko-terapi bagi masyarakat lain, dan diharapkan terjadi peningkatan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap pengusahaan hutan dan instansi terkait lain. Satu hal yang sangat penting dalam Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-17
penanganan PETI ini adalah harus dihindarinya kolusi antara petugas dengan pelaku atau dalang pelaku.
5.6.2. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Dengan pertimbangan bahwa masyarakat, khususnya masyarakat yang memasuki kawasan hutan belum sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, mematikan puntung rokok, mematikan sisa memasak di areal camping maupun hal-hal lain yang menyebabkan kebakaran hutan maka risiko kebakaran hutan pada musim kemarau pada musim hujan akan terjadi. Oleh karena itu kegiatan yang harus dilakukan mencakup :
5.6.2.1. Identifikasi Daerah Risiko Tinggi Kebakaran Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran distribusi daerahdaerah yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, hasilnya dipetakan dalam peta kerawanan kawasan. Pelaksanaan identifikasi dilakukan oleh para petugas lapangan, dengan mempergunakan alat-alat pemetaan (identifikasi lokasi), seperti GPS, kompas, alat ukur jarak sehingga peta yang dihasilkan cukup akurat untuk pedoman petugas. Peta kerawanan kawasan ini sebaiknya diselesaikan pada lima tahun pertama.
5.6.2.2. Patroli Intensif Pada Periode Musim Kering Dengan berpedoman pada peta kerawanan kawasan dan melihat keadaan cuaca, maka patroli oleh petugas lapang harus dilakukan pada musim kemarau. Patroli minimal satu kali tiap bulan kering, diarahkan terutama ke daerah yang rawan dan dalam patroli ini petugas perlu dilengkapi dengan peralatan yang cukup memadai seperti alat-alat komunikasi (Handy Talky), teropong, dan alat-alat lain yang sederhana untuk pencegahan dan pemadaman kebakaran secara sederhana. Patroli dilakukan oleh Jagawana sebagai tugas rutin. Bila telah ada kerjasama dengan anggota masyarakat setempat dalam hal pencegahan kebakaran hutan, maka patroli bisa juga melibatkan mitra dari masyarakat tersebut.
5.6.2.3. Peningkatan Fasilitas dan Peralatan Dalam rangka pencegahan kebakaran, diperlukan berbagai jenis fasilitas seperti alat-alat komunikasi, alat-alat mobilisasi/transportasi, alat patroli (teropong, Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-18
kamera, kompas dll), alat-alat pencegahan dan pemadaman kebakaran, alat-alat dan media penyuluhan. Peralatan-peralatan tersebut harus dalam kondisi baik, artinya pengadaan peralatan harus mempertimbangkan umur pakai alat-alat tersebut. Bagi alat-alat eloktronik, transportasi direkomendasikan pengadaannya/ penggantiannya setiap lima tahun sekali, akan tetapi untuk alat-alat lain yang penggunaannya mungkin tidak intensif seperti alat-alat pencegah dan pemadam kebakaran, penggantiannya bisa setiap sepuluh tahun sekali atau dilakukan setelah rusak. Fasilitas lain yang penting diperhatikan adalah jalur patroli/trail, menara pengintai (jika ada tempat yang sesuai), rambu-rambu peringatan, papan informasi, pondok jaga, pos jaga, dan peralatan perorangan bagi petugas. Pengadaan alat-alat tersebut bisa dilakukan dengan biaya pemerintah maupun dengan dana bantuan dari pihak lain.
5.6.2.4. Pembentukan Regu Pemadam Kebakaran Satuan Pelaksana (SATLAK) Pemadaman Kebakaran dibentuk di tingkat KPH dan membawahi minimal satu Regu Pemadam Kebakaran di tiap Resort. Dalam satu Resort bisa saja dibentuk lebih dari satu regu jika daerah kerjanya benar-benar rawan kebakaran. Menurut petunjuk teknis Pemadam kebakaran hutan, SATLAK dipimpin oleh seorang Ketua SATLAK yang dibantu oleh lima orang, yaitu Penanggung Jawab Peralatan, Komunikasi, Logistik, Transportasi, dan Komandan Pemadam Kebakaran. Komandan Pemadam Kebakaran langsung membawahi Regu-regu Pemadam Kebakaran. Satu regu Pemadam Kebakaran Hutan terdiri dari 10 sampai 20 orang yang diketuai satu orang Komandan Regu. Bila jumlah tenaga lapangan dalam satu Resort tidak mencukupi membentuk satu regu, maka diminta partisipasi masyarakat untuk menjadi anggota regu. Anggota regu ini harus dibekali dengan keterampilan yang cukup dengan jalan mengikutsertakan anggota dalam pelatihan penanggulangan kebakaran. Setiap regu juga harus dilengkapi dengan peralatan yang memadai seperti alat-alat komunikasi dan transportasi, alat-alat potong (kampak, golok), garuk, sekop, pemukul (flapper), pompa penyemprot, pompa air portable, dan alat-alat perorangan seperti, sepatu, pakaian anti api, senter kepala, sarung tangan, topi helm, tempat minum, dll. 5.6.3. Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan Gangguan-gangguan kawasan hutan berikut aset yang ada di dalamnya sudah ditangani dengan berbagai cara, yaitu secara persuasif dan represif dengan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-19
hasil yang cukup baik. Akan tetapi masih terdapat permasalahan yang sampai sekarang
masih
tetap
berlanjut
karena
adanya
keterbatasan-keterbatasan
pengelolaan terutama dalam jumlah tenaga lapangan, dana, aksesibilitas, dan alasan ekonomi kehidupan masyarakat serta keinginan politik yang kurang kuat dari instansi lain yang terkait.
5.6.4. Penanganan Perambahan dan Okupasi Lahan Sampai saat ini sebagian lokasi-lokasi perambahan kawasan hutan telah di okupasi oleh masyarakat untuk dijadikan lahan pertanian atau perkebunan sudah di ketahui, akan tetapi belum terdata secara detail.
Lokasi yang dirambah dan di
okupasi tersebut sebagian besar di lakukan penanaman lagi oleh masyarakat tersebut dalam bentuk penanaman Gambir dan penanaman tanaman karet. Oleh karena itu kegiatan pertama dari penanganan masalah perambahan kawasan ini adalah identifikasi secara detail setiap perambahan termasuk profil pelakunya. Kegiatan-kegiatan
berikutnya
adalah
penyuluhan
dan
tindakan
persuasif,
memfasilitasi dalam bentuk perizinan hutan kemasyarakatan maupun hutan desa, rehabilitasi lahan dan monitoring dan evaluasi.
5.6.4.1. Identifikasi detail perambahan Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan informasi secara detail tentang luas, lokasi, pola usaha, produktivitas, profil pelaku seperti jumlah keluarga, jumlah anggota keluarga, umur, pemilikan lahan, pendapatan, konsumsi, pendidikan, mata pencaharian dan lain-lain. Satu hal yang sangat penting dari profil pelaku adalah informasi pemilikan dan penggarapan lahan.
5.6.4.2. Memfasilitasi kerjasama pemanfaatan Kawasan Hutan Masyarakat yang sudah terlanjur dan tidak bisa lagi di keluarkan dari dalam kawasan hutan, maka demi menjaga kelestarian hutan dapat dilakukan dengan memfasilitasi kerjasama pemanfaatan kawasan hutan dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan maun Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Desa. Sehingga dengan adanya kerjasama tersebut, tanggung jawab masyarakat dalam mengelola dan melestarikan hutan akan semakin terjaga dengan baik.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-20
5.6.5. Pemantauan Hama Penyakit Hutan Dalam ekosistem hutan alam yang strukturnya terdiri dari berbagai jenis tanaman, tidak seumur dan kondisi ekosistemnya relatif stabil, hama penyakit tumbuhan jarang sekali mengalami ledakan yang dapat merugikan komunitas hutan. Gejolak populasi hama penyakit dalam hutan biasanya bisa diatasi dengan kemampuan alam sendiri sehingga alam dapat pulih kembali. Pengelola hutan mungkin harus lebih memperhatikan kemungkinan adanya hama penyakit berbahaya di daerah-daerah pertanian dalam kawasan atau sekitar batas kawasan. Kegiatan pemantauan oleh petugas terhadap hama penyakit di daerah-daerah tersebut perlu dilakukan secara periodik atau dengan memperhatikan laporan-laporan dari masyarakat tentang hama penyakit tanaman. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan invasi tanaman eksotik ke dalam kawasan hutan. Oleh karena itu, apabila ada kasus hama penyakit yang dianggap membahayakan kawasan, maka harus segera dicarikan jalan pemecahannya baik secara preventif maupun represif.
5.6.6. Penetapan Areal HCVF Dari hasil pengamatan awal terdapat beberapa lokasi di KPHL 50 Kota yang tergolong perlu ditetapkan sebagai lokasi High Conservation Value Forest (HCVF), hal berdasarkan keberadaan populasi satwa yang dilindungi atau daerah perlintasan satwa yang dilindungi.
Selain itu diketahui juga adanya spesies tumbuhan yang
tergolong langka seperti nephenthes dan beberapa jenis anggrek. Juga termasuk daerah yang oleh WWF telah ditetapkan sebagai Zona RIMBA (Riau Jambi Sumbar), karena daerah tersebut merupakan daerah perlintasan satwa seperti Gajah dan Harimau.
5.7. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDER TERKAIT 5.7.1. Workshop tahunan pengelolaan (kerjasama dengan LSM Internasional dan perguruan tinggi). Dengan memanfaatkan peluang tingginya kesadaran publik di luar negeri untuk perlindungan tumbuhan dan hewan maka workshop dan seminar tematik dapat dilaksanakan atas prakarsa pengelola dan dukungan finansial pihak luar. Workshop Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-21
tentang Nephentes, Anggrek langka, Mammalia kecil seperti musang dll dapat diadakan secara berkala,minimal satu kali setahun. Kegiatan ini akan memberikan efek berlanjut bagi pengembangan ekonomi lokal seperti hotel, jasa transportasi, pemandu wisata, penjual makanan dan souvenir serta perubahan perilaku publik terhadap biodiversitas.
5.7.2. Wawancara dengan radio lokal dan rubrik khusus di koran daerah. Wahana ini lebih banyak digunakan untuk menjalin komunikasi dengan publik lokal dan sekaligus mendapatkan umpan balik dengan informasi aktual dari masyarkat lokal. Media ini juga efektif untuk mendapatkan laporan bagi penanganan masalah secara cepat.
5.8. RENCANA PENGEMBANGAN APARATUR DAN SARANA PRASARANA Pengembangan aparatur dan sarana prasarana ini mencakup dua kegiatan yaitu kebutuhan dan pengembangan aparatur, dan sarana prasarana. 5.8.1. Kebutuhan dan Pengembangan Aparatur Dengan dibentuknya 6 RPH di wilayah KPHL berimplikasi akan kebutuhan KRPH. Dengan luasnya daerah masing-masing RPH juga menuntut tambahan staf dalam mengelola wilayah tersebut, sesuai dengan fungsi kawasan yang di setiap RPH ataupun sesuai dengan potensi yang akan dikembangkan di setiap wilayah RPH tersebut. Masing-masing RPH nantinya akan dibagi menurut blok dan petak, dan masing-masing blok atau petak itu aka nada penanggungjawabnya hal ini membutuhkan beberapa orang staf yang bersifat fungsional seperti polisi hutan, penyuluh ataupun fungsional lainnya, mandor dan sejenisnya sesuai dengan kebutuhan. Tabel 5.4. Kebutuhan personel KPHL Model Lima Puluh kota. No
Personil
Jumlah
Tahun
1.
KRPH
6
2014
2.
PEH
6
2017
3.
Petugas Teknis Reboisasi
6
2014
Peredaran
6
2020
Polhut
6
2015
3
2014
4
Ket
Staf Administrasi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-22
Keuangan
2
2014
RPH
6
2018
Marketing
6
2016
Manager
6
2016
Dalam rangka pengembangan dan peningkatan kemampuan personil dari segi pengetahuan berupa pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang berupa keahlian pada bidang-bidang tertentu, dan penggalian informasi dari luar yang dapat menambah pengalaman dan wawasan, perlu dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : 1) Perbaikan jenjang pendidikan 2) Pemetaan kompetensi 3) Diklat SDM 4) Pertukaran kunjungan staf pengelola 5) Studi perbandingan 6) Magang pegawai Kegiatan peningkatan kapasitas SDM ini dilakukan secara periodik setiap tahunnya dengan mengirim staf untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
5.8.2. Sarana Prasarana Struktur UPTD KPHL Lima Puluh Kota dengan struktur awal sebanyak 6 RPH, membutuhkan sarana prasarana seperti : 1) Sarana prasarana perkantoran baik pada UPT KPHL maupun RPH. 2) Sarana kantor dan rumah dinas RPH. 3) Sarana teknis seperti radio komunikasi, kompas, GPS, theodolit, 4) Sarana pengamanan hutan (mobil patroli, borgol, tali, pakaian kelengkapan polhut dan lainnya) Standarisasi sarana prasarana pada setiap RPH ini perlu ditetapkan secara layak agar petugas lapangan yang bekerja di tengah hutan dapat menyelenggarakan tugasnya dengan baik, sesuai dengan peraturan menteri kehutanan nomor : P.54 Tahun 2011.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-23
5.9. PENYEDIAAN PENDANAAN 5.9.1. Menggalang Sumber Dana Para Pihak Pendanaan pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota sampai saat ini belum memilik sumber pendanaan yang pasti, apakah dari APBD maupun dari APBN. Akan tetapi ketika kita ingin membangun KPHL ini tentu membutuhkan dana yang sangat besar dan berkesinambungan, oleh karena itu pada masa yang akan datang diharapkan sumber pendanaan rutin dari APBD maupun APBN dapat terealisasi. Dana yang bersumber dari APBD dan APBN ini tentu tidak akan mencukupi dalam proses pembangunan KPHL ke depan, oleh karena itu perlu di cari sumber lain yang tidak mengikat, sehingga proses pembangunan KPH dapat berjalan dengan lancar. Sumber lain yang dapat dilakukan adalah bermitra dengan lembagalembaga donor, LSM dalam negeri maupun luar negeri, perusahaan nasional maupun
internasional
serta
lembaga-lembaga
lain
yang
konsern
terhadap
pembangunan kehutanan seperti Forest Investmen Programme (FIP), International Timber Trade Organization (ITTO) dan lain-lain. Pendanaan lainnya bisa dengan “menjual” kekayaan KPHL, karena di dalam KPHL kaya akan ragam ekosistem hutan yang mengandung keragaman hayati, memiliki banyak sumber mata air dan juga mengandung mineral sebagai wujud potensi sumber daya alam yang sangat tinggi. Namun demikian potensi ini belum dilakukann pengolahan secara optimal, memberdayakan masyarakat sekitar hutan, mengembangkan ekonomi wilayah. Beberapa potensi yang dimiliki KPHL ini dapat dikembangkan untuk bisa mendatangkan dana melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services) seperti misalnya daya serap karbon, keindahan landscape, perlindungan DAS dan tata air, serta kekayaan keragaman hayati. Daya serap karbon dapat diujudkan dengan mekanisme pembayaran rehabilitasi dan restorasi ekosistem di areal yang perlu direhabilitasi seperti bekas penyerobotan lahan, bekas perambahan hutan, bekas kebakaran dan kerusakan hutan lainnya. Skema perdagangan karbon juga bisa direalisasikan melalui pengembangan program pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Pembayaran jasa lingkungan lainnya yang dapat dikembangkan adalah konservasi keragaman hayati dan perlindungan tata air. KPHL Lima Puluh Kota merupakan hulu banyak sungai dan anak sungai yang mengalir ke provinsi Riau. Kemungkinan pemanfaatan air baku untuk masyarakat luas dan pengembangan perusahaan air minum dalam kemasan juga layak untuk dipikirkan. Sumber lainnya Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-24
mungkin dapat diperoleh dari mengembangkan sumber pendapatan innovative, misalnya pajak dari perusahaan yang melakukan pengambilan yang lestari hasil hutan non-kayu dari zona tetentu di dalam kawasan KPHL Lima Puluh Kota. Keragaman hayati, keunikan species flora dan fauna, keindahan bentang alam dan sosial budaya masyarkat lokal dapat dikemas dalam paket wisata yang memilik nilai tinggi. Produk-produk yang dihasilkan dari budidaya masyarakat lokal juga dapat dikemas dan diberi label konservasi untuk diperdagangkan di pasar hijau. Untuk mendukung program ini, dipersiapkan kegiatan umum untuk jangka panjang yang mencakup :
5.9.1.1. Membangun mekanisme penggalangan dana Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan penggalangan bersama melalui mekanisme yang baik dan menguntungkan antar pihak. Secara sederhana mekanisme ini dapat berupa aturan-aturan yang sangat memungkinkan dilaksanakan dan tidak menyimpang dari regulasi yang sudah disepakati bersama. Selain itu mekanisme ini juga dibangun diatas kebijakan yang berlaku.
5.9.1.2. Penyusunan proposal dukungan pendanaan Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan KPHL saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan (gap) yang ada. Gap yang terjadi ini diupayakan sebagai langkah penyusunan proposal untuk memperoleh dukungan pendanaan pihak lain. beberapa pemberi dana biasanya melihat dana pendamping yang dikeluarkan oleh pihak lain dalam implementasi program. Kekurangan yang ada baru disusun melalui proposal yang diinginkan. Penyusunan proposal dan mencari dukungan pendanaan dapat dilakukan dan bersama pihak-pihak lain seperti konsultan ataupun NGO/LSM, BUMN, Swasta.
5.9.1.3. Membangun perencanaan program bersama Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah strategis dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama. Penyusunan perencanan ini lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar KPHL, berupa program-program di pemerintah daerah melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat Nagari maupun di kabupaten, ataupun penyusunan program bersama NGO maupun pihak swasta yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-25
ataupun obyek tertentu. Penyusunan program ini akan berjalan dengan sharing pendanaan atau sumber daya masing-masing pihak
5.10. RENCANA PENGEMBANGAN SYSTEM DATA BASE BERBASIS WEB Web site di kembangkan sebagai upaya menyampaikan visi, misi, rencana dan potensi serta peluang usaha yang tersedia di KPHL. Mengingat jangkauan yang mungkin dicapai sebaiknya untuk point-point tertentu dapat dibuat dalam dua bahasa(Indonesia dan Inggeris). Kerjasama untuk konservasi ekosistem unik, satwa langka, tumbuhan langka dan unik, potensi tumbuhan obat. Tumbuhan aromatik dan lain dapat ditawarkan . Kerja sama riset dengan institusi dalam negeri dan luar negeri dengan pola sharing benefit dapat pula ditawarkan dalam web site . Isi web site dapat di up date secara periodik. Informasi terkini tentang pelaksanaan kegiatan dapat
disampaikan.
Langkah
ini
akan
membantu
pengelola
untuk
mendokumentasikan kegiatan secara sistematis dan sekaligus seperti laporan berkala kepada institusi terkait serta kepada publik. Tanggapan publik dalam bentuk respon terhadp informasi yang dimuat bisa menjadi umpan balik untuk evaluasi kegiatan. Untuk melakukan pengembangan data base berbasis web, maka perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pelatihan staf 2. Penyiapan perangkat 3. Penyusunan dan pengelolaan sistem 4. Membangun manajemen sistem pusat informasi 5.11. RENCANA RASIONALISASI WILAYAH KELOLA DAN PEGEMBANGAN HUTAN 5.11.1. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola Sesuai dengan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Lima Puluh Kota (unit II) yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat seluas ± 117.552 ha (seratus tujuh belas ribu lima ratus lima puluh dua) hektar, hal tersebut juga sejalan dengan keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 304/Menhut-II/2011 tanggal 9 Juni 2011 tentang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-26
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Propinsi Sumatera Barat. Wilayah kelola akan dilakukan rasionalisasi sesuai dengan kemampuan KPHL yaitu dengan membentuk RPH-RPH yang luasnya berkisar antara 16.000 Ha – 24.000 Ha, dan disesuaikan dengan wilayah DAS. Bisa jadi untuk masa yang akan datang masing-masing RPH akan dikembangkan menjadi KPH.
5.11.2. Perencanaan dan Pengembangan Hutan Cakupan tugas pokok dan fungsi pengelolaan hutan pada UPTD KPHL yang cukup luas mencakup tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam, membutuhkan mekanisme perancanaan yang terpadu dan mantap baik dari institusi kehutanan sendiri, juga wilayah sekitar hutan dan wilayah administratif (nagari, kecamatan dan kabupaten). Pada kenyataannya, sebaran kawasan hutan tingkat RPH dapat berdekatan dengan beberapa nagari dan beberapa kecamatan karena mengikuti bentang alam. Sementara itu, penyelenggaraan pengelolaan hutan tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, koodinasi dan mekanisme perencanaan perlu dibangun secara bottom up agar penyelenggaraan pengelolaan hutan dapat memberikan dayaguna dan hasilguna yang tinggi baik bagi kelestarian hutan, pemerintah daerah, kecamatan dan nagari serta masyarakat sekitar hutan. Mekanisme perencanaan pengelolaan hutan ini, perlu mulai dibangun dari tingkat RPH hingga tingkat KPH yang selanjutnya diusulkan kepada Kepala Dinas Kehutanan dan Pertambangan atau kepada Bupati apabila sudah berbentuk SKPD untuk dilanjutkan ke Badan Perencana baik Daerah (untuk anggaran APBD) dan Pemerintah Pusat (untuk dana APBN). Perencanaan ini disusun setahun sebelumnya dengan tahapan sebagai berikut : 1) Musyawarah Pengelolaan Hutan tingkat RPH, diselenggarakan oleh Kepala RPH bersama mandor dan polisi kehutanan setempat untuk menyusun rencana pengelolaan yang menjadi tugas dan fungsinya. Koordinasi perencanaan dilakukan dengan Nagari yang berbatasan dengan hutan, Kelompok Tani Hutan, dan para tokoh masyarakat setempat. 2) Musyawarah Pengelolaan Hutan tingkat KPH, diselenggarakan oleh KPH untuk mengkoordinasikan usulan/rencana dari RDH dalam pengelolaan hutan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-27
dan merancang kegiatan penganggarannya untuk diajukan kepada Bappeda (untuk APBD) atau Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan (untuk APBN) dan lembaga penyandang dana (untuk dana non pemerintah) melalui Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari proses mekanisme ini dapat disusun perencanaan yang mantap dalam pengelolaan
hutan
untuk
dasar
penyusunan
perencanaan
jangka
panjang
pengelolaan hutan dan rencana jangka pendek perencanaan hutan. Disamping
perencanaan
kegiatan
yang
membutuhkan
fasilitasi
penganggaran, perencanaan teknis juga disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Perencanaan teknis ini tentunya akan mencakup seluruh kegiatan pengelolaan, yang disusun dalam bentuk Rencana Teknis Tahunan seperti RTT Rehabilitasi Jalan Hutan, RTT Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dan Pemeliharaan, dan RTT Produksi.
5.12. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN KPHL 50 KOTA Dalam rangka mengikuti perkembangan dan tantangan yang dihadapi di lapangan, maka perlu dilakukan review terhadap rencana pengelolan hutan jangka panjang yang disusun ini, minimal dilakukan setiap 5 tahun, sehingga setiap perkembangan yang ada dapat diantisipasi dengan baik. 5.13. PENGEMBANGAN INVESTASI Dalam rangka mewujudkan kemandirian pengelolaan KPHL pada masa yang akan datang, sangat dibutuhkan bukan hanya sekedar pendanaan, akan tetapi juga dibutuhkan investasi usaha, sehingga aktivitas pengelolaan dapat berkelanjutan. KPHL model lima puluh kota mengambil kebijakan dalam pengelolaan dengan tidak membuka pintu untuk ijin, akan tetapi membuka pintu dalam bentuk kerjasama operasional (Joint Operation) yang melibatkan KPHL, Pengusaha (BUMN dan BUMS) dan masyarakat setempat. Masing-masing instansi punya peran dan tanggung jawab, sehingga semua pihak mendapat keuntungan dari kerjasama tersebut.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-28
5.13.1. Penyusunan dan distribusi leaflet tentang potensi dan kekayaan KPHL yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan Dari data penting yang tersedia dapat disusun informasi singkat untuk memperkenalkan KPHL Lima Puluh Kota kepada publik. Informasi tersebut sebaiknya berupa leaflet yang didistribusikan pada event khusus dan diberikan pada tamu yang berkunjung ke kantor KPHL. Leaflet seyogyanya berisi potensi ekowisata, sumber daya air, keunikan flora dan fauna, petunjuk lokasi dan kontak person yang dapat di hubungi secara cepat.
5.13.2. Pembuatan audio visual ( kerja sama dengan TVRI/ Swasta) Pembuatan audio visual tentang lokasi lokasi potensial, menarik dan berpotensi untuk meningkatkan kesadaran publik akan meningkatkan citra kawasan. Hal ini sekaligus juga untuk promosi seperti potensi untuk lokasi shooting film, olah raga forest walk, lomba pengenalan burung dan foto artistik. Pada saatnya nanti pemutaran film pada pusat informasi KPHL bisa menjadi sub event kegiatan wisata. Dalam audio visual dapat pula ditambahkan nilai penting untuk menjaga kawasan sekitar dari bencana alam seperti banjir dan longsor. Hal lain yang dapat dimuat adalah kreasi etnobotani yang berbasis tumbuhan lokal seperti pembuatan tikar, cendera mata spesifik dan bumbu khas makanan Lima Puluh Kota.
5.13.3. Penyusunan
daftar
mitra
potensial
untuk
pemanfaatan air
dan
tanamanobat. Tersedianya
daftar
mitra
potensial
mempermudah
pengelola
untuk
menginisiasi kontak bisnis dalam pemanfaatan potensi. Hal ini tentu juga terkait dengan informasi potensi yang disediakan seperti dikemukakan sebelumnya. Kegiatan bisnis air mineral dan obat herba merupakan mitra potensial contoh, dari sekian banyak mitra yang ada.
Daftar mitra ini akan semakin panjang seiring
meningkatnya valiaditas dan variasi informasi yang ditawarkan. 5.13.4. Penawaran perdagangan karbon non mandatory untuk lokasi tertentu Dari cerita sukses petani sekitar hutan di beberapa lokasi melakukan perdagang karbon maka KPHL berpeluang juga membuka kerja sama sejenis, Lokasi yang tersedia seperti di Koto Alam, Harau, Mangilang dan Sialang/Kapur IX Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-29
relatif potensial untuk skema ini. Persiapan tentang pembagian hasil dan bentuk kerja sama saling menguntungkan tentu perlu dilakukan. Rencana lokasi yang dilakukan untuk perdagangan karbon adalah pada blok inti dalam wilayah KPHL 50 Kota sebagai berikut :
Gambar 5.9. Peta Lokasi Rencana Perdagangan Karbon
5.13.5. Pengelolaan ekowisata bersama masyarakat dan sektor swasta Potensi ekowisata yang ada perlu dikembangkan dengan dukungan masyarakat lokal. Memperkenalkan prinsip ekowisata seperti
etika lingkungan,
partisipasi lokal dan penghargaan terhadap budaya setempat akan membantu pencapai visi. Dalam rangka pengembangan kegiatan wisata alam, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1) Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan wisata alam 2) Pengembangan produk dan pelatihan wisata alam 3) Pengembangan rambu-rambu dan jalur interpretasi 4) Peningkatan investasi pengusahaan 5) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan wisata alam 6) Pengembangan jaringan ekoturisme 7) Penyebaran informasi, promosi dan publikasi 8) Membangun fasilitas sarana dan prasarana wisata alam Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-30
5.13.6. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi. Hasil hutan kayu yang terdapat di dalam hutan produksi dan produksi terbatas dapat dipungut hasilnya dengan mengikuti prinsip-prinsip kelestarian, baik kelestarian hutan maupun kelestarian hasil.
Hasil hutan kayu yang di pungut
dihindari sejauh mungkin merusak struktur hutan yang ada di wilayah tersebut, dan dihindari dalam bentuk tebang habis.
Gambar 5.10. Peta kerja Pemanfaatan hasil hutan kayu pada KPHL Model Lima Puluh Kota. Tabel 5.5. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada KPHL Model Lima Puluh Kota. NO PETAK1
FUNGSI
POTENSI
HP-55
HP
Tinggi
HP-58
HP
HP-60
BLOK50KOTA
LUAS
RPH
HL Blok Pemanfaatan
95.659775
RPH VI
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
132.113816
RPH VI
HP
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
58.592036
RPH VI
HP-62
HP
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
174.564611
RPH VI
HP-64
HP
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
72.000755
RPH VI
HP-71
HP
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
121.418525
RPH VI
HP-113
HP
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
18.887699
RPH VI
HPT-115
HPT
Tinggi
HP Blok Pemberdayaan
172.179544
RPH VI
HPT-114
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
171.301208
RPH VI
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-31
HPT-112
HPT
Tinggi
HP Blok Pemberdayaan
190.379894
RPH VI
HPT-65
HPT
Tinggi
HP Blok Pemberdayaan
98.191559
RPH VI
HPT-105
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
67.354175
RPH VI
HPT-104
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
125.688995
RPH VI
HPT-102
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HT
133.21175
RPH VI
HPT-103
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
73.017541
RPH VI
HPT-106
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
162.30776
RPH VI
HPT-107
HPT
Tinggi
HP Blok Pemberdayaan
107.228857
RPH VI
HPT-37
HPT
Tinggi
HP Blok Pemberdayaan
128.367212
RPH VI
HPT-36
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
97.719173
RPH VI
HPT-35
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
220.927631
RPH VI
HPT-31
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
114.478246
RPH VI
HPT-30
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
140.415712
RPH VI
HPT-48
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
109.142555
RPH VI
HPT-49
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
79.806713
RPH VI
HPT-32
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
137.147564
RPH VI
HPT-34
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
194.087626
RPH VI
HPT-50
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
178.656755
RPH VI
HPT-51
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
125.775372
RPH VI
HPT-52
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
61.069445
RPH VI
HPT-53
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
111.415453
RPH VI
HPT-57
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
106.713456
RPH VI
HPT-101
HPT
Tinggi
HL Blok Pemanfaatan
33.181709
RPH VI
HPT-108
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
147.900567
RPH VI
HPT-109
HPT
Tinggi
HP Blok Pemberdayaan
110.350435
RPH VI
HPT-110
HPT
Tinggi
HP Blok Pemanfaatan HHK-HA
78.708387
RPH VI
5.14. RENCANA PEMANTAPAN KELEMBAGAAN KPH Dalam rangka pemantapan kelembagaan dan organisasi KPHL 50 kota dapat dilakukan dengan dua kegiatan pokok yaitu kelembagaan KPH dan tata hubungan kerja.
5.14.1. Kelembagaan Kelembagaan KPHL 50 Kota dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 122 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model pada Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana KPHL ini berbentuk UPTD Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Lima Puluh Kota, belum sesuai dengan Permendagri Nomor 61 Tahun 2010 tentang kelembagaan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-32
KPH. Sampai saat ini struktur yang sudah diisi adalah Kepala KPHL dan kepala Sub Bagian Tata Usaha, sementara staf, maupun RPH belum tersedia. Kelembagaan dan organisasi dalam pengelolaan kawasan hutan pada UPTD KPHL Lima Puluh Kota direncanakan dibagi ke dalam 6 wilayah RPH, dimana 1 RPH dengan luasan 16.000 s.d 24.000 Ha, terdiri atas beberapa blok hutan dan atau petak hutan sesuai dengan kondisi bentang alam sehingga lintas nagari dan kecamatan yang menjadi kewenangan Kepala RPH masing-masing. Desain awal RPH adalah sebagai mana terdapat dalam gambar berikut ini:
Gambar 5.11. Rencana RPH di KPHL Model Lima Puluh Kota Tabel 5.6. Nama Kecamatan dan Nagari di dalam RPH
1
RPH I a. Nagari Galugur b. Nagari Durian Tinggi c. Nagari Kota Bangun
Fungsi Kawasan HL HPT HP 11.767 9.038 8.848 9.038 478 2.441
2
RPH II a. Nagari Sialang b. Nagari Koto Lamo c. Nagari Durian Tinggi
19.233 13.532 5.186 515
3
RPH III a. Nagari Maek b. Nagari Baruah Gunung c. Nagari Sungai Naning d. Nagari Koto Tangah
20.199 15.011 3.207 240 384
No
Nama Nagari/RPH
4.492 4.492
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
Jumlah 20.805
23.725
20.199
V-33
e. Nagari Banja Laweh f. Nagari Talang Maur
735 622
4
RPH IV a. Nagari Koto Lamo b. Nagari Koto Bangun c. Nagari Muaro Peti d. Nagari Lubuk Alai e. Nagari Tanjung Balik f. Nagari Pangkalan g. Nagari Gunung Malintang
17.919 1.828 1.851 1.980 3.020 550 266 8.424
5
RPH V a. Nagari Gunung Malintang b. Nagari Pangkalan c. Nagari Koto Alam d. Nagari Simpang Kapuk e. Nagari Harau f. Nagari Mangilang
18.250 7.530 1.106 2.659 100 1.286 5.569
187
RPH VI Nagari Tanjung Balik Nagari Tanjung Pauh Nagari Pangkalan TOTAL
7.518 1.077 5.670 768 94.883
3.666 2.894 772
6
17.919
18.437
187
17.383
5.286 5.064 222 5.286
16.467
117.552
5.14.2. Penyusunan Tata Hubungan Kerja Dalam rangka meningkatkan efektifitas kerja KPH di masa depan, perlu di buat suatu mekanisme hubungan kerja, sehingga jelas mana yang akan dilakukan oleh KPHL dan mana yang akan dilakukan oleh Dinas sebagai induk dari KPHL tersebut, ataupun nanti KPH berdiri sendiri dalam bentuk SKPD. Sehingga dengan jelasnya mekanisme tersebut, KPHL dapat bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka dapat di bedakan antara tugas Dinas sebagai pelaksanakan administrative (pengurusan) sementara KPH melaksanakan pengelolaan (penyelenggaraan) (terlampir).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
V-34
BAB VI . PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Untuk menjamin terlaksananya seluruh rencana pengelolaan KPHL secara optimal sehingga visi pengelolaan dapat diwujudkan diperlukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. 6.1.
Pembinaan Pembinaan
adalah
rangkaian
kegiatan
pengembangan kemampuan sumber daya manusia
berupa
pemeliharaan
dan
dan kelembagaan pengelola
KPHL. Kegiatan yang perlu dilaksanakan meliputi: 1. Menyediakan informasi terkini yang meliputi kebijakan,aturan, strategi dan arahan pengelolaan KPH Nasional dan Regional. 2. Meningkatkan pengetahuan pengelola melalui pendidikan formal maupun informal. Pengetahuan tersebut terutama mengenai prinsip=prinsip pengelolaan hutan lestari yang menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian fungsi hutan. 3. Meningkatkan ketrampilan teknis pengelola melalui pelatihan tematik sesuai perkembangan kebutuhan penanganan masalah dalam pelaksanaan rencana. 4. Meningkatkan kemampuan negosiasi dan resolusi konflik melalui pelibatan sistematis dan intensif dalam penanganan isu pengelolaan. 5. Menciptakan dan mengembangkan kondisi harmonis antara stake holder KPHL melalui peningkatan koordinasi dan pemeliharaan semangat kerjasama. 6. Mengembangkan sistem informasi untuk menjamin transparansi dan penguatan saling percaya (trust building) antar stake holder. 6. 2. Pengawasan Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap kinerja KPHL Lima Puluh Kota agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHL dilakukan oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin tercapainya sasaran pengelolaan dan kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan. Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHL serta Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota(2014-2023)
VI- 1
perubahan pada sosial ekonomi masyarakat.
Disamping sebagai penghimpun
informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang tidak tepat. Selanjutnya pengawasan dapat juga diartikan sebagai upaya sistematis yang diperlukan agar pemanfaatan sumber daya lebih efisien. Untuk itu pengawasan perlu dilaksanakan dalam tahapan sebagai berikut: 1. Penyusunan standard kesesuaian. Kesesuaian dimaksud dapat berupa keseuaian dengan ketentuan perundanganundangan, keseuaian dengan rencana, kesesuaian dengan kesepakatan antar pihak, kesesuaian waktu dan kesesuaian dengan anggaran dan pedoman pengelolaan keuangan. 2. Analisis Penyimpangan Menilai kegiatan yang telah dilaksanakan dan melihat seberapa jauh pelaksanaan kegiatan tersebut telah sesuai dengan standard yang telah disusun atau telah tersedia. 3. Pengambilan tindakan koreksi. Dari hasil penilaian, bila terjadi penyimpangan perlu dilakuan tindakan koreksi sehingga pelaksanaan rencana menjamin tercapainya tujuan.
6.3. Pengendalian Pengendalian adalah segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, memperhatikan
namun berbeda dengan pengawasan, pengendalian juga perubahan
lingkungan
eksternal.
Jika
dalam
pelaksanaan
diperkirakan dapat terjadi ketidak sesuaian dengan standard yang ditetapkan karena ada perubahan kondisi diluar KPHL atau pada stakeholder maka segera dilakukan koreksi. Koreksi dimungkinkan juga dilakukan dengan mengubah rencana dalam batas tertentu. Misalnya terjadi perubahan kebutuhan mitra kerja maka
rencana
kegiatan atau tahapannya dapat pula diubah. Contoh lain bila dalam pelaksanaan kegiatan terdapat hambatan maka tahapan kegiatan bisa di ubah dengan menghentikan sementara pelaksanaan kegiatan yang mengalami hambatan. Didalam instansi pemerintahan, pengaturan pengendalian terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota(2014-2023)
VI- 2
Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah dapat berbeda dengan pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi, lingkungan, sejarah dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi itu sendiri. Untuk menjadikan pengelolaan KPHL Lima Pukuh Kota berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPHL, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen KPHL sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi KPHL Lima Puluh Kota.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota(2014-2023)
VI- 3
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN Dalam pengelolaan KPHL Lima Puluh Kota pemantauan dan evaluasi kegiatan merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar seluruh kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan target yang ditetapkan. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dimasudkan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian dan keberhasilan dari suatu pengelolaan yang dilaksanakan. Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap pelaksanaan suatu tugas dan fungsi satuan organisasi. Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur internal KPHL Lima Puluh Kota maupun unsur eksternal baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap jalannya pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh KPHL Lima Puluh Kota bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai mitra. Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala. Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang dikategorikan kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs) , hasil (outcomes), dan manfaat (benefits). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup : 1. Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHL. 2. Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain. 3. Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat. Evaluasi keberhasilan program KPHL dapat diukur dari : a. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPHL Lima Puluh Kota semakin menurun. b. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHL Lima Puluh Kota dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan. c. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota
VII-1
d. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHL, yang dimulai dari Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota, UPTD KPHL dan pihak mitra pendukung. e. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan. Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Pada kegiatan pelaporan, KPHL melaporkan hasil akhir dari seluruh kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh KPHL Lima Puluh Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala. Acuan yang digunakan dalam pelaporan adalah berdasarkan standar prosedur operasional yang berlaku pada lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja KPHL Lima Puluh Kota. Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke pada tahap penyusunan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semesteran, dan Laporan Tahunan. Seluruh laporan yang telah tersusun ditandatangani oleh Kepala KPHL diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Pertambangan Lima Puluh Kota dan disampaikan kepada Bupati Lima Puluh Kota dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan di Jakarta.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
VII-2
VIII. PENUTUP Pembangunan Kehutanan pada KPHL Lima Puluh Kota akan terwujud jika ada dukungan dari semua penentu kebijakan dan masyarakat secara luas, terciptanya supremasi hukum, pelaksana pemerintahan yang bersih, baik dan efisien.
Pembangunan KPHL Lima Puluh Kota diharapkan dapat meningkatkan kemantapan status hutan, menurunkan laju degradasi Sumber Daya Hutan, meningkatkan peran hutan dalam perekonomian masyarakat.
Dukungan kualitas dan profesionalisme SDM pengelola hutan perlu ditingkatkan dan diarahkan agar kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Lima Puluh Kota (2014-2023)
VIII-1
Lampiran 1. Matrik Rencana Kegiatan KPHL Model 50 Kota Tahun 2014 s/d 2023 No
KEGIATAN
1
INVENTARISASI BERKALA WILAYAH KELOLA SERTA PENATAAN HUTANNYA
1.1
Invetarisasi Hutan
1.2
Pemantapan Kawasan Hutan
1.2.1
Tata Batas
1.2.2
Perpetaan
1.3
Penataan Penggunaan Kawasan
1.3.1
Penataan Penggunaan Kawasan untuk Ijin Usaha Pemanfaatan
1.3.2
Penataan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Wilayah Tertentu
1.3.3
Penataan Penggunaan Kawasan Hutan Kerjasama dengan Lembaga Lain
2
RENCANA PEMANFAATAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU
2.1
Pengembangan Tanaman Aren
2.2
Pengembangan Hutan Bersama Masyarakat
2.3
Penangkaran Rusa
2.4
Pengembangan Ekowisata
2.5
Pengembangan Tanaman Kayu Putih
Satuan Target
Kondisi
Ket RENCANA TAHUNAN 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
100
200
300
400
400
400
400
400
400
400
Lamp -1
2.6
Pemungutan Hasi Hutan Kayu dan Non Kayu
2.7
Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Jasling)
2.8
Pengembangan Produk Alternatif Berbasis Non Kayu (Gaharu dan Tanaman Aromatik)
3
PERENCANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
3.1
Pengelolaan Hutan Berbasis Nagari
3.2
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan
3.2.1
Pemberdayaan Masyarakat di dalam Kawasan Hutan Pemberdayaan Masyarakat di Luar Kawasan Hutan Peningkatan Kesadaran Publik Dengan Penyuluhan
3.2.2 3.3 3.3.1 3.3.2
Nagari
21
2
2
2
2
2
2
2
Penyuluhan Pencegahan Kebakaran Hutan Penyuluhan terhadap Perambah dan Pengokupasi Kawasan Hutan
4
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN.
5
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
Lamp -2
6
6.1
RENCANA PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Opersional Perlindungan Hutan
6.1.1
Patroli Rutin
6.1.2
Operasi gabungan dan koordinasi pengamanan Penegakan hokum bagi pelaku pelanggaran
6.1.3 6.2 6.2.1 6.2.2 6.2.3
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Identifikasi Daerah Risiko Tinggi Kebakaran Patroli Intensif Pada Periode Musim Kering Peningkatan Fasilitas dan Peralatan
6.2.4
Pembentukan Regu Pemadam Kebakaran
6.3
Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan Penanganan Perambahan dan Okupasi Lahan
6.4 6.4.1
Identifikasi detail perambahan
6.4.2
Memfasilitasi kerjasama pemanfaatan Kawasan Hutan
6.5
Pemantauan Hama Penyakit Hutan
6.6
Penetapan Areal HCVF
7
KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDER TERKAIT
Lamp -3
7.1
Workshop tahunan pengelolaan (kerjasama dengan LSM Internasional dan perguruan tinggi)
Kali
9
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
7.2
Wawancara dengan radio lokal dan rubrik khusus di koran daerah
Kali
28
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
8
RENCANA PENGEMBANGAN APARATUR DAN SARANA PRASARANA Kebutuhan dan Pengembangan Aparatur
Dok
1
0
8.1 8.2
Sarana Prasarana
9
PENYEDIAAN PENDANAAN
9.1 9.1.1
Menggalang Sumber Dana Para Pihak Membangun mekanisme penggalangan dana
9.1.2
Penyusunan proposal dukungan pendanaan
Dok
18
0
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
9.1.3
Membangun perencanaan program
Dok
45
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
10
RENCANA PENGEMBANGAN SYSTEM DATA BASE BERBASIS WEB
11
RENCANA RASIONALISASI WILAYAH KELOLA DAN PENGEMBANGAN HUTAN Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola
11.1
Lamp -4
11.2
Perencanaan dan Pengembangan Hutan
12
REVIEW RENCANA PENGELOLAAN KPHL 50 KOTA
13
PENGEMBANGAN INVESTASI
13.1
Penyusunan dan distribusi leaflet tentang potensi dan kekayaan KPHL yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan Pembuatan audio visual ( kerja sama dengan TVRI/ Swasta)
Judul
50
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Judul
10
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Penyusunan daftar mitra potensial untuk pemanfaatan air dan tanaman obat Penawaran perdagangan karbon non mandatory untuk lokasi tertentu
Buku
9
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Lokasi
20
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13.5
Pengelolaan ekowisata bersama masyarakat dan sektor swasta
Lokasi
5
0
1
13.6
Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi
Ha
1500
0
14
RENCANA PEMANTAPAN KELEMBAGAAN KPH
14.1
Kelembagaan
14.2
Penyusunan Tata Hubungan Kerja
13.2 13.3.
13.4
1 100
200
1 200
200
1 200
200
1 200
200
200
Lamp -5
Lampiran 2. Ringkasan Visi, Misi, Tujuan Dan Rencana Kegiatan Kphl Model 50 Kota NO
VISI “Terwujudnya Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Berbasis Partisipatif dan berkelanjutan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”
MISI TUJUAN 1. Pemantapan Batas 1. meningkatkan kepastian Kawasan Hutan di batas kelola KPHL Lima Wilayah KPHL Lima Puluh Kota Puluh Kota
2. Meningkatkan 1. Perlindungan dan Pengamanan Hutan Berbaisis Partisipatif
RENCANA KEGIATAN 1) Pemantapan kawasan hutan a) Tata Hutan dan Pemantapan Kawasan Tata batas luar Tata Batas Fungsi, Batas Petak, dan Anak Petak Perpetaan 2) Penata penggunaan kawasan a) Penataan Penggunaan Kawasan untuk Ijin Usaha Pemanfaatan a) Penataan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Wilayah Tertentu b) Penataan Penggunaan Kawasan Hutan Kerjasama dengan Lembaga Lain
1) Operasional Perlindungan hutan
terjaganya sumberdaya hutan di KPHL 50 Kota oleh masyarakat setempat
a) Patroli rutin. b) Operasi gabungan dan koordinasi pengamanan.
2) Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
a. b.
a) Identifikasi Daerah Risiko Tinggi Kebakaran b) Patroli Intensif Pada Periode Musim Kering c) Peningkatan Fasilitas dan Peralatan d) Pembentukan Regu Pemadam Kebakaran 3) Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan 4) Penanganan Perambahan dan Okupasi Lahan a) Identifikasi detail perambahan b) Memfasilitasi izin pemanfaatan Kawasan Hutan 5) Pemantauan Hama Penyakit Hutan Peningkatan Kesadaran Publik 1) Penyuluhan 2) Penyuluhan pencegahan kebakaran hutan Peningkatan Konsistensi Penegakkan Peraturan 1) Penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran
Lamp -6
NO
VISI
MISI TUJUAN 3. Membangun 2. mendapatkan peluang kerjasama kemitraan investasi dalam bentuk dengan berbagai pihak kerjasama
RENCANA KEGIATAN a. Penyusunan daftar mitra potensial untuk pemanfaatan air dan tanaman obat b. Penawaran perdagangan karbon non mandatory untuk lokasi tertentu c. Pengelolaan ekowisata bersama masyarakat dan sektor swasta : 1. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan wisata alam 2. Pengembangan produk dan pelatihan wisata alam 3. Pengembangan rambu-rambu dan jalur interpretasi 4. Peningkatan investasi pengusahaan 5. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan wisata alam 6. Pengembangan jaringan ekoturisme 7. Penyebaran informasi, promosi dan publikasi 8. Membangun fasilitas sarana dan prasarana wisata alam d. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi e. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan 1) Pemberdayaan masyarakat di dalam kawasan hutan : 1. Masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan harus dilakukan pendataan 2. Dibentuk kelompok tani yang bergerak di dalam kawasan hutan 3. Menyusun perjanjian kerjasama antara KPHL dengan masyarakat melalui wadah kelompok tani hutan yang menyangkut hak dan kewajibannya. 4. Memetakan wilayah kerja kelompok tani tersebut 5. Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan. 6. Memfasilitasi pengurusan Izin pemanfaatan Kawasan Hutan dalam bentuk HKM, HTR maupun Hutan desa pada wilayah yang sesuai denga peraturan perundangan. 2) Pemberdayaan masyarakat di luar kawasan f. Menggalang Sumber Dana Para Pihak a) Membangun mekanisme penggalangan dana b) Penyusunan proposal dukungan pendanaan c) Membangun perencanaan program bersama g. Rencana Pengembangan Investasi
Lamp -7
NO
VISI
MISI
TUJUAN
4. Pengembangan 1. kelembagaan KPHL 50 Kota
2.
5. Optimalisasi Pemanfaatan hutan (Hasil Hutan Kayu, HHBK dan Jasa Lingkungan) Berbasis kearifan dan partisipasi local serta ilmu pengetahuan
RENCANA KEGIATAN
Mewujudkan kelembagaan KPHL yang kuat da mandiri
a. Pemantapan Kelembagaan KPH
Terpenuhi jumlah dan kualitas Aparatur serta sarana dan prasarana
b. Pengembangan Aparatur dan Sarana Prasarana
1.
Meningkatkan penerimaan dari Kayu, HHBK dan Jasling
2.
Meningkatnya jumlah usaha pemanfaatan HHBK dan Jasling
Mengungkapkan kembali kearifan lokal dalam pemanfaatan hutan
1) 2) 3) 4)
Kelembagaan Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola Rencana Review RPHJP KPHL 50 Kota Tata hubungan kerja
1) 2) 3) 4)
Kebutuhan dan pengembangan aparatur Sarana prasarana Perencanaan dan pengembangan hutan Pengawasan dan pengendalian 1) Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu 2) Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 3) Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Jasling) 4) Pengembangan Wisata Alam 5) Pengembangan produk alternatif berbasis non kayu (Gaharu dan Tanaman Aromatik) 6) Pengembangan Tanaman Aren 1) Inventarisasi Hutan a. Pelaksanaan inventarisasi pada kawasan hutan produksi (produksi kayu), sementara inventarisasi pada kawasan lindung invetarisasi dilakukan (potensi non kayu dan jasa lingkungan). b. Inventarisasi potensi sumber air dan pengelolaan konservasi di sumber air pada kawasan hutan. c. Inventarisasi jasa lingkungan dan pengelolaan serta pengembangan jasa lingkungan. d. Inventarisasi secara berkala dan menyeluruh terhadap sumber daya hutan yang ada di dalam wilayah kelola. 2) Pengelolaan Hutan Berbasis Nagari
1) Rehabilitasi Hutan dan Lahan 2) Pemberdayaan masyarakat Lamp -8
NO
VISI
MISI
TUJUAN yang telah terbukti menjamin kelestarian fungsi dan manfaat hutan Mengembangkan pemanfaatan hasil hutan dengan dukungan hasil riset sehingga memberikan nilai tambah terhadap hasil hutan.
RENCANA KEGIATAN
a. b. c. d. e.
Penyusunan dan distribusi leaflet tentang potensi dan kekayaan KPHL yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan Pembuatan website Pembuatan audio visual ( kerja sama dengan TVRI/ Swasta) Workshop tahunan pengelolaan (kerjasama dengan LSM Internasional dan perguruan tinggi). Wawancara dengan radio lokal dan rubrik khusus di koran daerah.
Lamp -9
Lampiran 3. Atribute Peta Pengelolaan Hutan KPHL Model 50 Kota FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
0
HPT-0
Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah z
1
HPT-1
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
2
HPT-2
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
95.54 rph I
3
HPT-3
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
4.70 rph I
4
HPT-4
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
83.51 rph I
5
HPT-5
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
66.21 rph I
6
HPT-6
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
10.30 rph II
7
HPT-7
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
8
HPT-8
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
9
HPT-9
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
114.61 rph I
10
HPT-10
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
102.36 rph II
11
HPT-11
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
147.28 rph II
12
HPT-12
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
68.25 rph II
13
HPT-13
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
94.00 rph II
14
HPT-14
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
92.62 rph II
15
HPT-15
Rendah
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
70.35 rph II
16
HPT-16
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
108.31 rph II
17
HPT-17
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
44.03 rph II
18
HP-18
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
80.58 rph VI
19
HP-19
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
9.13 rph VI
20
HP-20
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
16.61 rph VI
21
HP-21
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
27.18 rph VI
22
HP-22
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
Luas rph 4.54 rph I 153.93 rph I
6.18 rph II 91.46 rph II
135.12 rph VI
Lamp -10
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
23
HP-23
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
84.30 rph VI
24
HP-24
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
119.18 rph VI
25
HP-25
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
95.52 rph VI
26
HP-26
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
117.04 rph VI
27
HP-27
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
111.09 rph VI
28
HP-28
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
81.65 rph VI
29
HP-29
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
122.38 rph VI
30
HPT-30
Tinggi
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
140.42 rph VI
31
HPT-31
Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
114.48 rph VI
32
HPT-32
Sedang
0
Curam
83.1
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
137.15 rph VI
33
HPT-33
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
34
HPT-34
Sedang
potensial kritis Landai
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
194.09 rph VI
35
HPT-35
Sedang
0
Landai
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
220.93 rph VI
36
HPT-36
Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
37
HPT-37
Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hp blok pemberdayaan
38
HPT-38
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
154.70 rph I
39
HPT-39
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
59.90 rph I
40
HPT-40
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
63.93 rph I
41
HPT-41
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
113.58 rph I
42
HPT-42
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
151.11 rph I
43
HPT-43
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
112.63 rph I
44
HPT-44
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
58.43 rph I
45
HL-389
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
358.14 rph VI
46
HL-390
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
173.95 rph IV
47
HL-391
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
Arahan HA dan Gambut
Potensi blok50kota
hl blok pemanfaatan
Luas rph
69.55 rph VI
97.72 rph VI 128.37 rph VI
20.74 rph VI
Lamp -11
FID
Petak
48
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Luas rph
HPT-205 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
135.09 rph II
49
HPT-206 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
86.78 rph II
50
HPT-207 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
128.99 rph II
51
HL-316
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
277.70 rph II
52
HL-317
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
361.91 rph II
53
HL-497
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
216.54 rph V
54
HL-498
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
332.55 rph V
55
HL-432
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
2.50 rph IV
56
HL-433
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
261.67 rph IV
57
HL-500
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
43.80 rph V
58
HPT-121 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
59
HPT-122 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
60
HL-573
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
257.30 rph I
61
HL-574
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
194.13 rph I
62
HL-575
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
202.25 rph I
63
HL-576
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
138.89 rph IV
64
HL-577
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok pemanfaatan
22.72 rph IV
65
HPT-128 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
154.81 rph I
66
HPT-129 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
126.38 rph I
67
HPT-130 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
15.04 rph I
68
HPT-137 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
125.66 rph I
69
HPT-138 Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 900 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
14.35 rph I
70
HPT-139 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
119.87 rph I
71
HPT-176 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
84.70 rph II
72
HPT-177 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
47.10 rph I
185.60 rph I 96.01 rph I
Lamp -12
FID
Petak
73
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Luas rph
HPT-178 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
70.17 rph I
74
HL-466
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
95.62 rph III
75
HL-471
Sedang
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
100 - 1400 m dpl Tinggi
76
HL-472
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
77
HL-499
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
78
HPT-208 Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
79
HPT-209 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
80
HPT-210 Sedang
agak kritis
Sangat curam
81
HL-246
Sedang
agak kritis
82
HL-247
Sedang
83
HL-248
84
hl blok pemanfaatan
32.90 rph V
Rendah hl blok pemanfaatan
208.12 rph III
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
310.84 rph V
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
130.61 rph II
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
167.06 rph II
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
272.62 rph II
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
317.70 rph II
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
270.62 rph II
HL-355
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
319.84 rph III
85
HL-356
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
261.23 rph III
86
HL-357
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
156.47 rph III
87
HL-358
Rendah
kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
215.24 rph III
88
HL-318
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
286.24 rph III
89
HL-319
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
266.24 rph III
90
HL-430
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
235.35 rph IV
91
HL-431
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
336.89 rph VI
92
HPT-45
Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
13.13 rph I
93
HPT-46
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
92.64 rph I
94
HPT-47
Tinggi
0
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
56.19 rph VI
95
HPT-48
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Berhutan
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
109.14 rph VI
96
HPT-49
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
79.81 rph VI
97
HPT-50
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Tinggi
hl blok pemanfaatan
178.66 rph VI
Arahan Usaha Skala Besar
88.93 rph II
Lamp -13
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
98
HPT-51
Tinggi
0
Curam
83.1
99
HPT-52
Sedang
agak kritis
Curam
100
HPT-53
Sedang
agak kritis
Curam
101
HPT-54
Sedang
102
HP-55
103
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
125.78 rph VI
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
61.07 rph VI
83.1
Berhutan
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
111.42 rph VI
potensial kritis Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
51.75 rph VI
Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
95.66 rph VI
HPT-57
Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Tinggi
hl blok pemanfaatan
106.71 rph VI
104
HP-58
Sedang
agak kritis
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
132.11 rph VI
105
HP-59
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
87.76 rph VI
106
HP-60
Rendah
potensial kritis Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hp blok pemberdayaan
58.59 rph VI
107
HP-62
Sedang
potensial kritis Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
108
HP-64
Sedang
potensial kritis Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hp blok pemberdayaan
72.00 rph VI
109
HPT-65
Sedang
0
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hp blok pemberdayaan
98.19 rph VI
110
HP-66
Sedang
potensial kritis Landai
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
64.34 rph VI
111
HP-67
Rendah
potensial kritis Landai
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
37.23 rph VI
112
HP-68
Rendah
potensial kritis Landai
71.68
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
26.45 rph VI
113
HP-69
Rendah
agak kritis
71.68
Berhutan
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
98.11 rph VI
114
HP-70
Sedang
potensial kritis Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
147.39 rph VI
115
HP-71
Sedang
agak kritis
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
121.42 rph VI
116
HP-72
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
117
HL-352
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
238.38 rph III
118
HL-353
Sedang
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
22.51 rph II
119
HL-354
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
308.72 rph II
120
HL-381
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
47.54 rph VI
121
HL-382
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
50 - 150 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
386.34 rph VI
122
HL-383
Tinggi
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
215.77 rph IV
Curam
Curam
RKTN
Arahan Usaha Skala Besar
Arahan Usaha Skala Besar
Arahan Usaha Skala Besar
hp blok pemanfaatan hhk-ha
Luas rph
174.56 rph VI
72.13 rph VI
Lamp -14
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
123
HL-442
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
164.70 rph IV
124
HL-443
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
240.02 rph IV
125
HL-444
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
375.22 rph V
126
HL-495
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
226.80 rph V
127
HL-496
Sedang
agak kritis
0
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
278.25 rph V
128
HL-501
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
345.54 rph V
129
HL-522
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
313.88 rph V
130
HL-523
Sedang
agak kritis
0
83.1
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
131
HL-524
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
132
HP-73
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
133
HP-74
Sedang
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
134
HP-75
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
135
HP-76
Sedang
agak kritis
Agak Curam
136
HP-77
Rendah
agak kritis
137
HP-78
Sedang
138
HP-79
139
Luas rph
Tinggi
hl blok pemanfaatan
25.90 rph V
50 - 150 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
498.67 rph VI
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
138.12 rph VI
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
124.74 rph VI
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
157.47 rph VI
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
85.12 rph VI
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
92.57 rph VI
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
78.94 rph VI
HP-80
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
103.86 rph VI
140
HP-81
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
91.15 rph VI
141
HP-82
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
65.81 rph VI
142
HP-83
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
7.82 rph VI
143
HP-84
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
97.50 rph VI
144
HP-85
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
10.49 rph VI
145
HP-86
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
73.11 rph VI
146
HP-87
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
99.38 rph VI
147
HP-88
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
62.95 rph VI
137.12 rph VI
Lamp -15
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
148
HP-89
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
109.57 rph VI
149
HP-90
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
142.63 rph VI
150
HP-91
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
13.08 rph VI
151
HP-92
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
183.87 rph VI
152
HP-93
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
182.16 rph VI
153
HP-94
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
118.21 rph VI
154
HP-95
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
173.68 rph VI
155
HP-96
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
99.84 rph VI
156
HP-97
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
98.91 rph VI
157
HPT-98
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
7.70 rph V
158
HPT-99
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
71.96 rph V
159
HPT-100 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
38.05 rph V
160
HPT-101 Tinggi
agak kritis
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
33.18 rph VI
161
HPT-102 Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ht
13.32 rph VI
162
HPT-103 Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
73.02 rph VI
163
HPT-104 Tinggi
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
125.69 rph VI
164
HPT-105 Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
67.35 rph VI
165
HPT-106 Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
16.23 rph VI
166
HPT-107 Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemberdayaan
107.23 rph VI
167
HPT-108 Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
147.90 rph VI
168
HPT-109 Sedang
0
Landai
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemberdayaan
110.35 rph VI
169
HPT-110 Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
170
HP-111
Sedang
tidak_kritis
Curam
71.68
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
171
HPT-112 Sedang
tidak_kritis
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hp blok pemberdayaan
172
HP-113
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
Sedang
Potensi blok50kota
Luas rph
78.71 rph VI 15.92 rph VI 190.38 rph VI 18.89 rph VI
Lamp -16
FID
Petak
173
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
HPT-114 Sedang
0
Curam
83.1
174
HPT-115 Sedang
potensial kritis Landai
175
HPT-116 Rendah
176
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Tinggi
hp blok pemanfaatan hhk-ha
171.30 rph VI
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hp blok pemberdayaan
172.18 rph VI
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
HPT-117 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
8.65 rph I
177
HPT-118 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
16.24 rph I
178
HPT-119 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
164.41 rph I
179
HPT-123 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
10.29 rph I
180
HPT-124 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
126.34 rph I
181
HL-237
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
237.92 rph II
182
HL-238
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
269.11 rph II
183
HL-239
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
290.13 rph II
184
HL-240
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
323.34 rph II
185
HL-467
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
20 - 35 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
218.54 rph III
186
HL-468
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
177.57 rph III
187
HL-469
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
213.58 rph V
188
HL-470
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
29.65 rph V
189
HL-491
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
402.78 rph V
190
HL-492
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
243.91 rph III
191
HL-493
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
306.34 rph V
192
HL-494
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
351.91 rph V
193
HL-513
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
325.06 rph V
194
HL-514
Sedang
agak kritis
0
104
Tidak berhutan Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
356.88 rph V
195
HL-515
Sedang
agak kritis
0
83.1
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
200 - 1380 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
251.78 rph V
196
HL-516
Sedang
agak kritis
0
83.1
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
294.65 rph V
197
HL-526
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
60 - 300 m dpl
hl blok pemanfaatan
201.82 rph VI
Tinggi
Luas rph
0.05 rph I
Lamp -17
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
198
HL-527
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
50 - 150 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
199
HL-528
Sedang
agak kritis
0
104
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
22.66 rph I
200
HL-529
Sedang
potensial kritis Curam
113
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
221.12 rph I
201
HL-530
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
263.09 rph I
202
HL-570
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
83.1
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
312.26 rph I
203
HL-571
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
217.91 rph I
204
HL-572
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
204.32 rph I
205
HPT-125 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
72.38 rph I
206
HPT-126 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
161.52 rph I
207
HPT-127 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
77.37 rph I
208
HPT-131 Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
139.08 rph I
209
HPT-132 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
155.69 rph I
210
HPT-133 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
139.41 rph I
211
HPT-134 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
121.28 rph I
212
HPT-135 Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 900 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
118.79 rph I
213
HPT-136 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
8.68 rph I
214
HPT-140 Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 900 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
15.72 rph I
215
HPT-141 Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
100.02 rph I
216
HPT-142 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
217
HPT-143 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
149.63 rph I
218
HPT-144 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
121.37 rph I
219
HPT-145 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
10.35 rph I
220
HPT-146 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
221
HPT-147 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
222
HPT-148 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
Luas rph 201.18 rph VI
68.04 rph I
162.20 rph I 11.83 rph I 105.48 rph I
Lamp -18
FID
Petak
223
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
HPT-149 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
140.01 rph I
224
HPT-150 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
121.90 rph I
225
HPT-151 Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
142.95 rph I
226
HPT-152 Tinggi
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
227
HPT-153 Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
228
HPT-154 Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
229
HPT-155 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
138.28 rph I
230
HPT-156 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
132.55 rph I
231
HPT-157 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
146.39 rph I
232
HPT-158 Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
70.75 rph I
233
HPT-159 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
124.99 rph I
234
HPT-160 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
122.37 rph I
235
HPT-161 Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ht
66.12 rph I
236
HPT-162 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
84.34 rph II
237
HPT-163 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
62.90 rph I
238
HPT-164 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
28.05 rph I
239
HPT-165 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
146.78 rph I
240
HPT-166 Rendah
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
28.70 rph I
241
HPT-167 Rendah
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
112.77 rph I
242
HPT-168 Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
116.89 rph I
243
HPT-169 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hp blok pemberdayaan
165.18 rph II
244
HPT-170 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
10.66 rph I
245
HPT-171 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
74.45 rph I
246
HPT-172 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
126.98 rph I
247
HPT-173 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
Luas rph
8.78 rph I 104.43 rph I 9.95 rph I
13.97 rph I
Lamp -19
FID
Petak
248
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Luas rph
HPT-174 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
83.47 rph II
249
HPT-175 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
123.40 rph I
250
HPT-179 Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
168.60 rph I
251
HPT-180 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
252
HPT-181 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhk-ha
160.75 rph II
253
HPT-182 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
121.03 rph I
254
HPT-183 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
140.67 rph I
255
HPT-184 Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
256
HPT-185 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
8.44 rph I
257
HPT-186 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
42.43 rph I
258
HPT-187 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
116.78 rph I
259
HPT-188 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
57.23 rph II
260
HPT-196 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
110.80 rph II
261
HPT-197 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
149.27 rph II
262
HPT-198 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
93.92 rph II
263
HL-446
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
264
HL-447
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
265
HL-448
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
194.82 rph IV
266
HPT-199 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
161.89 rph II
267
HPT-200 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
148.58 rph II
268
HPT-201 Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
141.51 rph II
269
HPT-202 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
125.56 rph II
270
HL-392
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
21.53 rph IV
271
HL-393
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
153.25 rph IV
272
HL-394
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
372.05 rph VI
85.02 rph I
99.54 rph II
189.18 rph III 20.91 rph III
Lamp -20
FID
Petak
273
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
HPT-189 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
100.39 rph II
274
HPT-190 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
142.01 rph I
275
HPT-191 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
276
HPT-192 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
277
HPT-193 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemanfaatan hhbk
83.87 rph II
278
HPT-194 Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok pemberdayaan
21.11 rph II
279
HPT-195 Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
163.73 rph II
280
HPT-203 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
141.00 rph II
281
HPT-204 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hp blok perlindungan
160.64 rph II
282
HPT-211 Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
115.59 rph II
283
HL-212
Sedang
0
Curam
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
7.29 rph V
284
HL-213
Sedang
agak kritis
Curam
104
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
328.42 rph V
285
HL-214
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
50 - 150 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
5.86 rph VI
286
HL-215
Rendah
potensial kritis 0
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
2.75 rph VI
287
HL-216
Rendah
potensial kritis 0
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
2.17 rph VI
288
HL-217
Rendah
potensial kritis 0
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
2.26 rph VI
289
HL-219
Rendah
potensial kritis 0
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
3.01 rph VI
290
HL-220
Sedang
agak kritis
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
291
HL-221
Sedang
potensial kritis Curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
298.64 rph II
292
HL-222
Sedang
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
273.73 rph II
293
HL-223
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
299.06 rph III
294
HL-224
Sedang
kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
232.95 rph III
295
HL-225
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
21.66 rph III
296
HL-226
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
310.17 rph IV
297
HL-227
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
236.64 rph III
Sangat curam
Rendah hl blok inti
Luas rph
89.52 rph II 100.51 rph II
345.29 rph III
Lamp -21
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
298
HL-228
Rendah
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
275.93 rph III
299
HL-229
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
214.05 rph V
300
HL-230
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
299.66 rph IV
301
HL-231
Sedang
agak kritis
0
104
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Tinggi
hl blok pemanfaatan
349.54 rph V
302
HL-232
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
33.57 rph VI
303
HL-233
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
155.92 rph I
304
HL-234
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
168.04 rph II
305
HL-235
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
305.10 rph II
306
HL-236
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
287.03 rph II
307
HL-241
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
119.50 rph II
308
HL-242
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
365.26 rph II
309
HL-243
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
291.81 rph II
310
HL-244
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
22.72 rph II
311
HL-245
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
275.09 rph II
312
HL-249
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
233.43 rph II
313
HL-250
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
97.83 rph II
314
HL-251
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
308.43 rph II
315
HL-252
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
286.55 rph II
316
HL-255
Sedang
potensial kritis Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
100.58 rph II
317
HL-256
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
114.21 rph II
318
HL-257
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
4.56 rph II
319
HL-258
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
293.12 rph II
320
HL-259
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
304.78 rph II
321
HL-260
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
27.37 rph II
322
HL-261
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
404.46 rph II
Potensi blok50kota
Luas rph
Lamp -22
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
323
HL-262
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
348.87 rph II
324
HL-263
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
342.64 rph II
325
HL-264
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
507.20 rph II
326
HL-265
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
277.29 rph II
327
HL-266
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
, rph II
328
HL-267
Sedang
potensial kritis Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
188.88 rph II
329
HL-268
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
319.86 rph II
330
HL-269
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
173.91 rph II
331
HL-270
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
349.03 rph II
332
HL-271
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
263.73 rph II
333
HL-272
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
322.88 rph II
334
HL-273
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
305.43 rph II
335
HL-274
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
259.68 rph II
336
HL-275
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
266.19 rph II
337
HL-276
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
364.01 rph II
338
HL-277
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
272.13 rph II
339
HL-278
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
364.72 rph II
340
HL-279
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
18.76 rph II
341
HL-280
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
74.72 rph IV
342
HL-281
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
21.30 rph IV
343
HL-282
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
356.18 rph V
344
HL-283
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
303.14 rph V
345
HL-284
Tinggi
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
311.74 rph V
346
HL-285
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
265.80 rph III
347
HL-286
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
Luas rph
18.39 rph III
Lamp -23
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Luas rph
348
HL-287
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
15.50 rph IV
349
HL-288
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
12.53 rph V
350
HL-289
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
247.80 rph V
351
HL-290
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
18.22 rph V
352
HL-291
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
304.59 rph V
353
HL-292
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
281.52 rph V
354
HL-293
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
257.75 rph V
355
HL-294
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
188.60 rph V
356
HL-295
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
100 - 1400 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
232.22 rph V
357
HL-296
Sedang
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
185.47 rph I
358
HL-297
Sedang
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
15.65 rph I
359
HL-298
Sedang
agak kritis
0
104
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
29.59 rph I
360
HL-299
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
164.88 rph I
361
HL-300
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
271.15 rph I
362
HL-301
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
136.71 rph I
363
HL-302
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
148.59 rph IV
364
HL-303
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
219.31 rph IV
365
HL-304
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
144.52 rph IV
366
HL-305
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
170.88 rph IV
367
HL-306
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
133.98 rph IV
368
HL-307
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
230.64 rph VI
369
HL-308
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
282.13 rph II
370
HL-309
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
210.43 rph II
371
HL-310
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
304.79 rph II
372
HL-311
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
404.34 rph II
hl blok inti
Lamp -24
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
373
HL-312
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
370.14 rph II
374
HL-313
Sedang
potensial kritis Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Tinggi
hl blok inti
222.37 rph II
375
HL-314
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
312.62 rph II
376
HL-315
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
37.40 rph II
377
HL-320
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Tinggi
378
HL-321
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
140.07 rph II
379
HL-322
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
386.34 rph III
380
HL-323
Sedang
agak kritis
Sangat curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Tinggi
381
HL-324
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
256.66 rph III
382
HL-325
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
258.58 rph II
383
HL-326
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
356.40 rph II
384
HL-327
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
277.11 rph III
385
HL-328
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
195.00 rph III
386
HL-329
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
392.17 rph III
387
HL-330
Sedang
kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
307.43 rph III
388
HL-331
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
464.29 rph II
389
HL-332
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
256.05 rph III
390
HL-333
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
285.57 rph III
391
HL-334
Rendah
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
309.50 rph III
392
HL-335
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
242.33 rph II
393
HL-336
Sedang
agak kritis
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
296.06 rph III
394
HL-337
Sedang
potensial kritis Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
395
HL-338
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
389.29 rph III
396
HL-339
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
341.08 rph III
397
HL-340
Sedang
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok inti
204.17 rph II
Curam
hl blok pemanfaatan
hl blok pemanfaatan
Rendah hl blok inti
Rendah hl blok pemanfaatan
Luas rph
399.21 rph II
304.84 rph II
22.76 rph II
Lamp -25
FID
Petak
Akses
Kritis
398
HL-341
Sedang
399
HL-342
400
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
255.83 rph II
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
240.69 rph III
HL-343
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
357.91 rph III
401
HL-344
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
256.50 rph III
402
HL-345
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
2.75 rph III
403
HL-346
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
31.44 rph III
404
HL-347
Sedang
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
307.17 rph II
405
HL-348
Sedang
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
256.89 rph II
406
HL-349
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
228.44 rph III
407
HL-350
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
345.50 rph III
408
HL-351
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
371.68 rph III
409
HL-359
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
19.26 rph III
410
HL-360
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
281.71 rph III
411
HL-361
Sedang
kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
29.34 rph III
412
HL-362
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
200 - 1135 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
166.62 rph II
413
HL-363
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
270.07 rph III
414
HL-364
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1100 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
198.63 rph III
415
HL-365
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
228.73 rph III
416
HL-366
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
322.20 rph III
417
HL-367
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
257.11 rph III
418
HL-368
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
321.04 rph III
419
HL-369
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
217.66 rph III
420
HL-370
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
346.65 rph III
421
HL-371
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
232.21 rph III
422
HL-372
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
188.57 rph III
Arahan HA dan Gambut
Potensi blok50kota
Luas rph
Lamp -26
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
423
HL-373
Sedang
agak kritis
Curam
0
424
HL-374
Tinggi
agak kritis
Curam
425
HL-375
Tinggi
agak kritis
426
HL-376
Sedang
427
HL-377
428
RKTN
Tanah
_ketinggi
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
278.05 rph III
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
16.91 rph III
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
190.51 rph III
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
29.47 rph III
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
242.34 rph III
HL-378
Tinggi
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
300 - 1000 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
236.31 rph III
429
HL-379
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 750 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
19.71 rph III
430
HL-380
Sedang
potensial kritis Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
50 - 150 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
31.68 rph VI
431
HL-384
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
158.35 rph V
432
HL-385
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
24.85 rph VI
433
HL-386
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
382.11 rph VI
434
HL-387
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
50 - 150 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
335.48 rph VI
435
HL-388
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
313.37 rph IV
436
HL-395
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
46.86 rph VI
437
HL-396
Tinggi
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
21.87 rph IV
438
HL-397
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
235.54 rph IV
439
HL-398
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
370.98 rph VI
440
HL-399
Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Sudah Dilepas jadi APL
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
209.04 rph IV
441
HL-400
Sedang
potensial kritis Landai
0
Tidak berhutan Sudah Dilepas jadi APL
Kurang peka
120 - 200 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
299.29 rph IV
442
HL-401
Tinggi
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Sudah Dilepas jadi APL
Kurang peka
120 - 200 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
209.91 rph IV
443
HL-402
Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
239.82 rph IV
444
HL-403
Sedang
potensial kritis Landai
0
Tidak berhutan Sudah Dilepas jadi APL
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hl blok inti
272.25 rph IV
445
HL-404
Sedang
0
Agak Curam
83.1
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
34.95 rph VI
446
HL-405
Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Sudah Dilepas jadi APL
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
14.97 rph IV
447
HL-406
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Sudah Dilepas jadi APL
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
176.76 rph IV
Arahan HA dan Gambut
Potensi blok50kota
Luas rph
Lamp -27
FID
Petak
Akses
Kritis
448
HL-407
Tinggi
449
HL-408
450
Lereng
V50UP
Lahan
potensial kritis Landai
0
Sedang
0
Agak Curam
HL-409
Sedang
agak kritis
451
HL-410
Sedang
452
HL-411
453
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Tidak berhutan Sudah Dilepas jadi APL
Kurang peka
120 - 200 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
183.43 rph IV
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
100 - 250 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
424.89 rph VI
Sangat curam
71.68
Berhutan
Sudah Dilepas jadi APL
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
149.18 rph IV
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Sudah Dilepas jadi APL
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
244.27 rph IV
Tinggi
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Sudah Dilepas jadi APL
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
177.49 rph IV
HL-412
Sedang
potensial kritis Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
180.60 rph IV
454
HL-413
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
212.27 rph IV
455
HL-414
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
117.09 rph IV
456
HL-415
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Sudah Dilepas jadi APL
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
265.22 rph IV
457
HL-416
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
242.22 rph IV
458
HL-417
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Sudah Dilepas jadi APL
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
260.75 rph IV
459
HL-418
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
171.51 rph IV
460
HL-419
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
257.74 rph IV
461
HL-420
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
271.93 rph IV
462
HL-421
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
308.02 rph III
463
HL-422
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
187.09 rph IV
464
HL-423
Sedang
agak kritis
Sangat curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
197.08 rph IV
465
HL-424
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
240.95 rph IV
466
HL-425
Tinggi
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
284.96 rph IV
467
HL-426
Sedang
agak kritis
Sangat curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
270.26 rph IV
468
HL-427
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
286.19 rph III
469
HL-428
Sedang
agak kritis
Landai
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
147.55 rph IV
470
HL-429
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
193.16 rph IV
471
HL-434
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
152.52 rph III
472
HL-435
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
208.64 rph III
Arahan HA dan Gambut
Luas rph
Lamp -28
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
473
HL-436
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
257.31 rph IV
474
HL-437
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
270.43 rph IV
475
HL-438
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
50.20 rph III
476
HL-439
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
174.92 rph III
477
HL-440
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
135.41 rph IV
478
HL-441
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
232.01 rph IV
479
HL-445
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
205.99 rph IV
480
HL-449
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
20 - 35 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
221.31 rph III
481
HL-450
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
356.13 rph V
482
HL-451
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
196.69 rph IV
483
HL-452
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
484
HL-453
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
485
HL-454
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
486
HL-455
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
20 - 35 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
19.27 rph III
487
HL-456
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
58.53 rph IV
488
HL-457
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
17.75 rph III
489
HL-458
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
247.96 rph IV
490
HL-459
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
138.77 rph V
491
HL-460
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
20 - 35 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
249.58 rph III
492
HL-461
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
215.91 rph IV
493
HL-462
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
154.78 rph III
494
HL-463
Sedang
agak kritis
Sangat curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
198.87 rph IV
495
HL-464
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
160.04 rph V
496
HL-465
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
340.15 rph V
497
HL-473
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
204.66 rph V
Luas rph
26.63 rph V 255.74 rph IV 457.72 rph VI
Lamp -29
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
498
HL-474
Sedang
agak kritis
Curam
0
499
HL-475
Sedang
agak kritis
Curam
500
HL-476
Sedang
agak kritis
501
HL-477
Sedang
502
HL-478
503
RKTN
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Luas rph
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
17.48 rph III
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
210.03 rph III
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
300.60 rph V
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
252.10 rph III
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
251.09 rph IV
HL-479
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
168.46 rph IV
504
HL-480
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
155.75 rph V
505
HL-481
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
220.33 rph V
506
HL-482
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
258.59 rph III
507
HL-483
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
100 - 1400 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
323.22 rph V
508
HL-484
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
212.58 rph III
509
HL-485
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
183.01 rph IV
510
HL-486
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Agak Peka
75 - 300 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
440.29 rph V
511
HL-487
Rendah
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
208.83 rph V
512
HL-488
Sedang
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok inti
283.87 rph V
513
HL-489
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok inti
457.68 rph V
514
HL-490
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
5 - 25 m dpl
Rendah hl blok pemanfaatan
231.86 rph III
515
HL-502
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
229.71 rph V
516
HL-503
Tinggi
agak kritis
0
71.68
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
289.38 rph V
517
HL-504
Rendah
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
179.76 rph V
518
HL-505
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
276.38 rph V
519
HL-506
Sedang
agak kritis
0
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
363.95 rph V
520
HL-507
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
259.23 rph V
521
HL-508
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
448.22 rph V
522
HL-509
Sedang
potensial kritis 0
71.68
Berhutan
Arahan Usaha Skala Kecil
Rendah hl blok pemanfaatan
245.41 rph V
Lamp -30
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
523
HL-510
Sedang
agak kritis
0
83.1
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
524
HL-511
Rendah
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
525
HL-512
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
526
HL-517
Sedang
agak kritis
0
104
527
HL-518
Sedang
agak kritis
Curam
528
HL-519
Tinggi
agak kritis
529
HL-520
Sedang
530
HL-521
531
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota Tinggi
Luas rph
hl blok pemanfaatan
277.29 rph V
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
234.82 rph V
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
300.59 rph V
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Tinggi
236.02 rph V
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok inti
269.80 rph V
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
191.90 rph V
agak kritis
0
83.1
Berhutan
Arahan Usaha Skala Besar
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
HL-525
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
532
HL-531
Sedang
agak kritis
0
104
Berhutan
533
HL-532
Sedang
agak kritis
0
113
534
HL-533
Sedang
agak kritis
Landai
535
HL-534
Sedang
agak kritis
536
HL-535
Sedang
agak kritis
537
HL-536
538
Tinggi
hl blok pemanfaatan
hl blok pemanfaatan
40.47 rph V
Peka
200 - 1380 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
348.62 rph V
Kurang peka
50 - 150 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
438.74 rph VI
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
228.80 rph I
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
214.06 rph I
71.68
Berhutan
Sudah Dilepas jadi APL
Rendah hl blok pemanfaatan
220.90 rph I
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok pemanfaatan
31.14 rph I
Landai
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok pemanfaatan
222.95 rph I
Sedang
potensial kritis Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
184.85 rph I
HL-537
Sedang
agak kritis
Landai
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
24.76 rph I
539
HL-538
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
247.38 rph I
540
HL-539
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
307.29 rph I
541
HL-540
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
252.44 rph I
542
HL-541
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
164.98 rph I
543
HL-542
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
26.22 rph I
544
HL-543
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
201.00 rph I
545
HL-544
Sedang
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
194.48 rph I
546
HL-545
Sedang
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
232.31 rph I
547
HL-546
Sedang
agak kritis
Landai
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
19.02 rph I
Lamp -31
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
RKTN
548
HL-547
Sedang
agak kritis
Landai
113
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
183.81 rph I
549
HL-548
Sedang
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
340.97 rph I
550
HL-549
Tinggi
agak kritis
Curam
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
212.28 rph I
551
HL-550
Rendah
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
94.61 rph I
552
HL-551
Sedang
agak kritis
Curam
113
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
317.01 rph I
553
HL-552
Sedang
agak kritis
Curam
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
270.52 rph I
554
HL-553
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
316.19 rph I
555
HL-554
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
166.71 rph I
556
HL-555
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok pemanfaatan
211.05 rph I
557
HL-556
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
269.29 rph I
558
HL-557
Sedang
agak kritis
Curam
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
223.74 rph I
559
HL-558
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok pemanfaatan
200.99 rph I
560
HL-559
Sedang
agak kritis
Curam
104
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
18.15 rph I
561
HL-560
Sedang
agak kritis
Landai
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
227.87 rph I
562
HL-561
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
253.09 rph I
563
HL-562
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
178.72 rph I
564
HL-563
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok pemanfaatan
151.45 rph I
565
HL-564
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
231.36 rph I
566
HL-565
Sedang
agak kritis
Curam
83.1
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok pemanfaatan
340.95 rph I
567
HL-566
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
300.77 rph I
568
HL-567
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
203.82 rph I
569
HL-568
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
241.36 rph I
570
HL-569
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
258.09 rph IV
571
HL-578
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
327.05 rph IV
572
HL-579
Sedang
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
248.10 rph IV
Tanah
_ketinggi
Potensi blok50kota
Luas rph
Lamp -32
FID
Petak
Akses
Kritis
Lereng
V50UP
Lahan
573
HL-580
Sedang
agak kritis
Agak Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
215.21 rph IV
574
HL-581
Rendah
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Rendah hl blok pemanfaatan
211.48 rph IV
575
HL-582
Tinggi
agak kritis
Curam
0
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
206.42 rph IV
576
HL-583
Tinggi
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok inti
26.16 rph IV
577
HL-584
Sedang
agak kritis
Datar
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
19.75 rph IV
578
HL-585
Rendah
agak kritis
Curam
71.68
Berhutan
Arahan HA dan Gambut
Rendah hl blok inti
142.46 rph IV
579
HL-586
Tinggi
agak kritis
Datar
71.68
Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
191.60 rph IV
580
HL-587
Sedang
0
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Besar
Tinggi
240.39 rph IV
581
HL-588
Sedang
potensial kritis Curam
71.68
Berhutan
582
HL-589
Sedang
agak kritis
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan HA dan Gambut
Tinggi
hl blok inti
583
HL-590
Sedang
agak kritis
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Tinggi
hl blok pemanfaatan
227.42 rph IV
584
HL-591
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Rendah hl blok pemanfaatan
247.49 rph IV
585
HL-592
Sedang
agak kritis
Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
50 - 250 m dpl
hl blok pemanfaatan
16.42 rph IV
586
HL-593
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
246.87 rph IV
587
HL-594
Sedang
agak kritis
Curam
71.68
Tidak berhutan Arahan Usaha Skala Kecil
Kurang peka
500 - 1800 m dpl Rendah hl blok pemanfaatan
264.28 rph IV
588
HL-595
Sedang
agak kritis
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Agak Peka
60 - 300 m dpl
Tinggi
hl blok pemanfaatan
324.97 rph VI
589
HL-596
Tinggi
agak kritis
Agak Curam
83.1
Tidak berhutan Arahan untuk Rehabilitasi
Kurang peka
500 - 1000 m dpl Tinggi
hl blok pemanfaatan
136.59 rph VI
RKTN
Tanah
_ketinggi
Arahan HA dan Gambut
Kurang peka
50 - 250 m dpl
Arahan Usaha Skala Kecil
Potensi blok50kota
hl blok pemanfaatan
Rendah hl blok inti
Tinggi
Luas rph
223.04 rph IV 14.24 rph IV
Lamp -33
Lampiran 4. Perbedaan aktivitas Dinas Kehutanan Kabupaten dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan NO 1
KEGIATAN PERENCANAAN - Inventarisasi
- Pengukuhan kawasan hutan - Penatagunaan - Pembentukan wilayah KPH
- Rencana Kehutanan
2
• PENGELOLAAN - Tata hutan - Rencana pengelolaan
- Pemanfaaatan 1. Konservasi 2. Lindung Rencana Kerja
DINAS KABUPATEN
KPH
Invent Tk. Kab
KETERANGAN Invent KPH bagian dari tata hutan dan rencana pengelolaan
pengusulan penunjukan Pengusulan • Pertimbangan penyusunan RB KPHP dan KPHL dan pengusulan pembentukan KPHP dan KPHL • Pertimbangan teknis institusi • Rencana kehutanan tingkat kabupaten
• • Pertimbangan teknis RPJP, RPJM, RP Jk. Pendek KPHP, KPHL, KPHK
Telah disepakati Org KPHK Organisasi Pusat, KPHL/KPHP Organisasi Daerah
• Pelaksanaan tata hutan • Penyusunan RPJP dan Jk Pendek KPHP, KPHL, KPHK • Pengesahan RP KPH Jangka Pendek (PP6/2007) • Pengesahan Renc. Jangka Pendek Unit usaha
• Pertimbangan teknis •
• Pemantauan dan penilaiain
• Pertimbangan teknis
• Pemantauan dan penilaiain
• Di PP6/2007 tidak dikenal jangka menengah ( 5 tahun) • Di PP6/2007 jk panjang 10 thn, PP 38/2007 jk panjang 20 thn •
• Pertimbangan teknis pengesahan • Pertimbangan teknis pengesahan RKU unit usaha pemanfaatan hutan lindung jangka panjang, menengah dan jangka pendek Pemanfaatan kawasan dan jasling
• Pemberian izin skala kab/kota (dalam kab/kota)
• Pemanfaatan wilayah teretntu • Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
*Dimasukan dalam kelompok perijinan
Pemungutan hasil hutan bukan kayu
• Pemberian izin skala kab/kota (dalam kab/kota)
• Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
*Dimasukan dalam kelompok perijinan
Lamp- 32
NO
KEGIATAN
DINAS KABUPATEN
Penataan batas luar areal kerja unit usaha pemanfaatan HL 3. Produksi Pemanfaatan Hasil Hutan kayu
• Pertimbangan teknis pengesahan kepada provinsi
Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu
• Pemberian izin • skala kab/kota (dalam Kab/kota)* • Memantau pelaksanaan NSPK
Pemanfaatan kawasan dan jasling
• Pemberian izin pemanfaatan kawasan dan jasling skala kab/kota (dalam Kab/kota)
Pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu
Memantau pelaksanaan NSPK
• • Pertimbangan teknis/rekomendasi terhadap izin * • Memantau pelaksanaan NSPK
KPH
KETERANGAN
• Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
*Dimasukan dalam kelompok perijinan
• Pelaksanaan pemanfaatan pd wilayah tertentu • Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
*Dimasukan dalam kelompok perijinan
• Pelaksanaan pemanfaatan pd wilayah tertentu • Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin • Pelaksanaan pemanfaatan pd wilayah tertentu • Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin • Pelaksanaan pemanfaatan pd wilayah tertentu • Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
*Dimasukan dalam kelompok perijinan
• Pengesahan RKT • Menyusun RKU
Menurut PP6/2007
*Dimasukan dalam kelompok perijinan
Pemberian izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu skala kab/kota (dalam Kab/kota)* Penyusunan Rencana Karya Usaha
• Pertimbangan teknis pengesahan RKU jangka panjang (20 tahun) dan menengah (5 tahun) • Pertimbnagan teknis pengesahan RKU jangka pendek (1 tahun) • • Pertimbangan teknis untuk Penataan batas pengesahan, koordinasi dan luar areal kerja unit pengawasan pelaksanaan usaha pemanfaatan penataan batas luar areal hutan produksi kerja unit pemanfaatan hutan prod di dalam kab. - Penatausahaan hasil hutan (dari kawasan hutan) Pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan skala kabupaten -
• Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin •
Penggunaan kawasan hutan
Lamp- 33
NO
KEGIATAN
DINAS KABUPATEN • Pengusulan (rekomendasi)
Rehabilitasi dan reklamasi (di luar izin) • Penetapan lahan kritis skala perencanaan Provinsi rehabilitasi • Pertimbangan teknis rencana rehabilitasi • • Penetapan rencana pengelolaan rehabilitasi (skala Kab/Kota) • Pelaksanaan rehabilitasi Rehabilitasi hutan dan pemeliharaan pd dan lahan termasuk Tahura skala kab. mangrove • • Pelaksanaan rehabilitasi pd HP, HL yg tdk ada ijin skala kab. Pemberdayaan Masyarakat
• Pelaksanaan penyiapan prakondisi pemberdayaan (misal : justifikasi hutan adat, dll) • Monitoring-evaluasi
Reklamasi pada Areal Penggunaan Kawasan Hutan
Pertimbangan teknis rencana dan pemantauan reklamasi
KPH • Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
KETERANGAN Pelaksanaan penggunaan adalah pemegang ijin
Masukan
Pelaksanaan rehabilitasi (Yang tidak ada ijin)
• Melaksanakan, al: • pemberian akses pemanfaatan hutan • Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat • • Pemantauan dan penilaiain •
Sampai saat ini penyelenggaraan rehabilitasi dan perlindungan dilaksanakan Pusat/Prop/Kab/kota. (seharusnya dilaksanakan oleh KPH) Sda
Reklamasi Hutan Areal Bencana Alam
Penyusunan rencana dan pelaksanaan reklamasi skala kab.
• Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
Sda
Pengembangan Hutan Hak dan Aneka Usaha Kehutanan Perbenihan Tanaman Hutan Perlindungan hutan
Penyusunan rencana dan pembinaan
• Pemantauan dan evaluasi pada areal yang ada ijin
Sda
• Inventarisasi, identifikasi dan pengusulan calon areal • Pelaksanaan perlindungan pd HP/HL yg tdk dibebani hak dan hutan adat dan tahura skala kab. • Pemberian fasilitasi, bimbingan dan pengawasan (hutan yang dibebani hak
• inventarisasi dan identifikasi • Pelaksanaan perlindungan dan konservasi alam •
-
penyusun rencana reklamasi adalah pemegang ijin Pelaksana adalah pemegang ijin penggunaan kawasan hutan
Sampai saat ini penyelenggaraan perlindungan dan konservasi alam dilaksanakan Prop/Kab/kota (seharusnya
Lamp- 34
NO 3.
KEGIATAN
DINAS KABUPATEN dan hutan adat) skala kab.
KPH
KETERANGAN dilaksanakan KPH)
RENCANA KEHUTANAN • Penyusunan rencanarencana kehutanan tingkat kabupaten
4
5.
6.
7.
8.
LITBANG DIKLATLUH - Litbang
• Penyelenggaraan litbang di tk kab • Pemberian ijin penelitian pd HP dan HL yg bukan KHDTK skala kab. - Diklat - Penyuluhan • Penguatan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan kehutanan skala kab. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN - Pengawasan dan • Pengawasan thd efektifitas Pengendalian pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan oleh Desa dan masyarakat SISTEM INFORMASI KEHUTANAN • Penyusunan SIK (Sistem Informasi Kehutanan) tingkat kabupaten PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK • Pelaksanaan pemungutan PNBP skala kabupaten PENGELOLAAN DAS • Pertimbangan teknis penyusunan rencana pengelolaan • Penyelenggaraan pengelolaan DAS skala kabupaten
• Identifikasi dan pengusulan kegiatan litbang kehutanan • Pengamanan KHDTK -
Lamp- 35
Lampiran 5. Lokasi rencana Rehabilitasi Hutan dan Lahan
No Petak
fungsi
Kondisi Lahan
Rencana Kerja tahunan
Luas (Ha)
Rph
HPT-38 HPT-39 HPT-40 HPT-43 HL-573 HL-574 HL-575 HPT-138 HL-528 HL-529 HL-529 HL-570 HL-571 HL-572 HPT-135 HPT-135 HPT-140 HPT-152 HPT-152 HPT-154 HPT-158 HPT-158 HPT-158 HPT-161 HPT-168 HL-296 HL-297 HL-298 HL-299 HL-300 HL-301 HL-301 HL-531 HL-536 HL-548 HL-548 HL-550 HL-551 HL-551 HL-553 HL-554 HL-554 HL-556 HL-560 HL-561 HL-562
HPT HPT HPT HPT HL HL HL HPT HL HL HL HL HL HL HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL
Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi
154.70 59.90 63.93 112.63 257.30 194.13 202.25 143.50 226.61 221.12 221.12 312.26 217.91 204.32 118.79 118.79 157.18 87.75 87.75 99.54 70.75 70.75 70.75 66.12 116.89 185.47 156.48 295.88 164.88 271.15 136.71 136.71 228.80 184.85 340.97 340.97 94.61 317.01 317.01 316.19 166.71 166.71 269.29 227.87 253.09 178.72
rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph I
Lamp- 36
No Petak
fungsi
Kondisi Lahan
Rencana Kerja tahunan
Luas (Ha)
Rph
HL-562 HL-564 HL-564 HL-566 HL-567 HL-568 HPT-7 HL-316 HPT-176 HL-238 HPT-174 HPT-184 HPT-188 HPT-189 HPT-189 HPT-191 HPT-192 HPT-193 HPT-193 HPT-195 HL-245 HL-354 HL-466 HL-472 HL-355 HL-356 HL-357 HL-358 HL-352 HL-467 HL-468 HL-468 HL-446 HL-447 HL-447 HL-224 HL-225 HL-225 HL-227 HL-227 HL-285 HL-286 HL-332 HL-345 HL-350 HL-350 HL-359 HL-360 HL-363 HL-364
HL HL HL HL HL HL HPT HL HPT HL HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HPT HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL
Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi
178.72 231.36 231.36 300.77 203.82 241.36 61.85 277.70 84.70 269.11 83.47 99.54 57.23 100.39 100.39 89.52 100.51 83.87 83.87 163.73 275.09 308.72 95.62 208.12 319.84 261.23 156.47 215.24 238.38 218.54 177.57 177.57 189.18 209.06 209.06 232.95 216.62 216.62 236.64 236.64 265.80 183.93 256.05 274.74 345.50 345.50 192.58 281.71 270.07 198.63
rph I rph I rph I rph I rph I rph I rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph II rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III
Lamp- 37
No Petak
fungsi
Kondisi Lahan
Rencana Kerja tahunan
Luas (Ha)
Rph
HL-365 HL-369 HL-370 HL-370 HL-372 HL-373 HL-374 HL-375 HL-376 HL-377 HL-378 HL-379 HL-438 HL-438 HL-449 HL-455 HL-457 HL-460 HL-460 HL-462 HL-474 HL-475 HL-432 HL-433 HL-576 HL-430 HL-383 HL-303 HL-303 HL-305 HL-305 HL-412 HL-413 HL-414 HL-414 HL-416 HL-416 HL-418 HL-419 HL-420 HL-423 HL-424 HL-425 HL-426 HL-426 HL-428 HL-436 HL-437 HL-441 HL-445
HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL
Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi
228.73 217.66 346.65 346.65 188.57 278.05 169.08 190.51 294.66 242.34 236.31 197.07 50.20 50.20 221.31 192.71 177.47 249.58 249.58 154.78 174.83 210.03 249.61 261.67 138.89 235.35 215.77 219.31 219.31 170.88 170.88 180.60 212.27 117.09 117.09 242.22 242.22 171.51 257.74 271.93 197.08 240.95 284.96 270.26 270.26 147.55 257.31 270.43 232.01 205.99
rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph III rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV
Lamp- 38
No Petak
fungsi
Kondisi Lahan
Rencana Kerja tahunan
Luas (Ha)
Rph
HL-451 HL-451 HL-456 HL-440 HL-463 HL-463 HL-463 HL-569 HL-578 HL-579 HL-580 HL-580 HL-582 HL-582 HL-584 HL-584 HL-586 HL-586 HL-590 HL-591 HL-591 HL-280 HL-499 HL-444 HL-496 HL-501 HL-522 HL-523 HL-470 HL-491 HL-516 HL-229 HL-229 HL-229 HL-229 HL-229 HL-229 HL-229 HL-283 HL-284 HL-292 HL-293 HL-294 HL-294 HL-384 HL-384 HL-450 HL-473 HL-483 HL-489
HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL
Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi
196.69 196.69 58.53 135.41 198.87 198.87 198.87 258.09 327.05 248.10 215.21 215.21 206.42 206.42 197.46 197.46 191.60 191.60 227.42 247.49 247.49 74.72 310.84 375.22 278.25 345.54 313.88 259.01 296.48 402.78 294.65 214.05 214.05 214.05 214.05 214.05 214.05 214.05 303.14 311.74 281.52 257.75 188.60 188.60 158.35 158.35 356.13 204.66 323.22 457.68
rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph IV rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V
Lamp- 39
No Petak
fungsi
Kondisi Lahan
Rencana Kerja tahunan
Luas (Ha)
Rph
HL-503 HL-506 HL-507 HL-507 HL-507 HL-510 HL-517 HL-517 HL-519 HL-519 HL-521 HP-19 HP-23 HP-24 HP-25 HP-27 HP-28 HPT-37 HL-391 HPT-54 HP-70 HP-73 HP-76 HP-78 HP-78 HP-80 HP-83 HP-83 HP-85 HP-86 HP-87 HP-91 HP-91 HP-93 HP-94 HP-94 HP-96 HL-526 HL-526 HL-214 HL-215 HL-216 HL-217 HL-219 HL-380 HL-386 HL-387 HL-387 HL-395 HL-395
HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HP HP HP HP HP HP HPT HL HPT HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HP HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL HL
Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi
289.38 363.95 259.23 259.23 259.23 277.29 236.02 236.02 191.90 191.90 348.62 91.26 84.30 119.18 95.52 111.09 81.65 128.37 20.74 51.75 147.39 138.12 85.12 137.12 137.12 103.86 78.21 78.21 104.94 73.11 99.38 130.78 130.78 182.16 118.21 118.21 99.84 201.82 201.82 5.86 2.75 2.17 2.26 3.01 31.68 382.11 335.48 335.48 468.61 468.61
rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph V rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI
Lamp- 40
No Petak
fungsi
Kondisi Lahan
Rencana Kerja tahunan
Luas (Ha)
Rph
HL-395 HL-395 HL-395 HL-395 HL-525 HL-595 HL-596
HL HL HL HL HL HL HL
Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan Berhutan Tidak Berhutan Tidak Berhutan
Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi Arahan untuk Rehabilitasi
468.61 468.61 468.61 468.61 438.74 324.97 136.59
rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI rph VI
Lamp- 41