PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) OLEH MASYARAKAT DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN SUMATERA UTARA
BOY TANTRI TARIGAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Boy Tantri Tarigan NIM E14090004
ABSTRAK BOY TANTRI TARIGAN. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara. Dibimbing Oleh DIDIK SUHARJITO. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap hasil hutan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis HHBK yang dimanfaatkan, nilai ekonomi HHBK yang diperoleh dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HHBK yang dikumpulkan masyarakat terdiri atas bambu, rumput, kayu bakar, madu, buah-buahan, satwa, tumbuhan hias, dan tumbuhan obat. Masyarakat memanfaatkan HHBK untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tambahan penghasilan. Nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Merdeka adalah Rp338 300 000/tahun dan rata-rata responden memperoleh Rp11 276 667/tahun. Sedangkan nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Jaranguda adalah sebesar Rp412 579 000/tahun dan rata-rata responden memperoleh Rp13 752 633/tahun. Nilai kontribusi sumberdaya hutan yang diperoleh masyarakat lebih kecil dari pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan sumberdaya hutan. Kontribusi nilai ekonomi HHBK yang diperoleh terhadap pendapatan rumah tangga responden di Desa Merdeka sebesar 40.14% dan di Desa Jaranguda sebesar 47.47%. Umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian memengaruhi pola pemanfaatan HHBK oleh masyarakat. Kata kunci: HHBK, kontribusi pendapatan, nilai ekonomi, pemanfaatan
ABSTRACT BOY TANTRI TARIGAN. The Utilization of Non Timber Forest Products (NTFPs) by Local People at Bukit Barisan Forest Park North Sumatera. Supervised by DIDIK SUHARJITO. Local community who living around Bukit Barisan Forest Park depend on forest products mainly to fulfill their needs. One kind of forest product utilized by local people is Non Timber Forest Products (NTFPs). The objectives of this research are to describe the NTFPs which being utilized, the economic value of the NTFPs, and its contribution to household income. The method used in this research was survey. The data were collected with interview and observation. The results show that NTFPs have been collected by local people consists of bamboo, grass, firewood, honey, fruits, wild animal, ornamental plants, and medicinal plants. They utilize NTFPs to fulfil their daily needs and earn more income. The economic value of NTFPs that obtained by all respondents in Merdeka Village is
Rp338 300 000/year, which each respondent got Rp11 276 667/year. And the economic value of NTFPs that obtained by all respondents in Jaranguda Village is Rp412 579 000/year, which each respondent got Rp13 752 633/year. The contribution of NTFPs to household income is smaller than their income from outside of forest resources. The NTFPs contribution to household income in Merdeka Village is about 40.14% and in Jaranguda Village is about 47.47%. Age, education, family members and employment influence the pattern of NTFPs utilization by local people. Key words: NTFPs, contribution to income, economic value, utilization
PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) OLEH MASYARAKAT DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN SUMATERA UTARA
BOY TANTRI TARIGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
Judul Skripsi
:
Nama NRP
: :
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara Boy Tantri Tarigan E14090004
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.Forst.Trop Ketua Departemen Manajemen Hutan
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Januari 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku pembimbing yang telah memberikan banyak pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan, Bp.Yobel Sembiring dan Bp. Lilis Surbakti atas dukungan moral dan bantuannya dalam pengumpulan data, dan masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, seluruh keluarga, dan teman-teman tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor,
Februari 2015
Boy Tantri Tarigan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang
vi vi 1 1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian
2 2
Alat dan Bahan Penelitian
3
Jenis Data
3
Metode Pengumpulan Data
3
Metode Pemilihan Responden
3
Pengolahan dan Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Sumberdaya Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat
7 7
Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
12
Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
14
Kontribusi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
15
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan
16
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
18 18 18 19 20 36
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Sumber pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Merdeka Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Jaranguda Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa Merdeka 5 Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa Jaranguda 6 Pendapatan responden di luar pemanfaatan hasil hutan
5 8 8 13 13 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Karateristik Responden Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan Total di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan per Kapita Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Dokumentasi Penelitian
20 21 26 27 29 31 33 34
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa hutan tropis terbesar di dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia pada saat ini mencapai 134.94 juta ha, dimana 20.17% atau 27.23 juta ha dari luas kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi (Kementerian Kehutanan 2012). Kawasan hutan konservasi didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya, yang terdiri atas kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam dan taman buru (UU RI No. 41 tahun 1999, Pasal 1 dan Pasal 7). Salah satu kawasan hutan pelestarian alam di Indonesia adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Tahura Bukit Barisan ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988 dengan luas ± 51.600 Ha. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pemanfaatan hasil hutan. Seperti di Dusun Pampli Sulawesi Selatan (Ngakan et al. 2006), masyarakat hutan menggantungkan sebagian besar hidupnya dari memungut hasil hutan. Uluk et al. (2001) dalam penelitiannya terhadap tingkat ketergantungan masyarakat dayak terhadap hutan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang menunjukan bahwa masyarakat Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang sangat tergantung pada berbagai jenis hasil hutan. Berdasarkan penelitian mereka tercatat sebanyak 139 sampai 214 jenis hasil hutan yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam waktu satu tahun, antara lain sebagai sumber makanan, obat, bahan bangunan, sumber penghasilan uang tunai, upacara dan kebudayaan. Namun, saat ini berbagai manfaat sumberdaya hutan (SDH) masih dinilai secara rendah karena masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat SDH tersebut. Untuk memahami manfaat dari SDH tersebut perlu dilakukan penilaian terhadap manfaat yang dihasilkan SDH. Penilaian sendiri merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia. Terlebih dengan meningkatnya pertambahan penduduk saat ini yang menyebabkan timbulnya tekanan yang serius terhadap SDH, menyebabkan perlunya penyempurnaan pengelolaan sumberdaya hutan melalui penilaian akurat terhadap nilai ekonomi sumberdaya alam yang sesungguhnya (Nurfatriani 2006). Berdasarkan penelitian tentang penilaian ekonomi hasil hutan bukan kayu yang telah dilakukan oleh Utama (2004) di desa sekitar hutan di Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa 69.4% dari total pendapatan rumah tangga di desa tersebut berasal dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Kebanyakan masyarakat tidak menyadari berapa besar nilai ekonomi dari hasil-hasil hutan yang telah mereka manfaatkan untuk kebutuhan hidup mereka. Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat sekitar hutan sebagian dijual untuk menghasilkan uang dan juga dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari. Sejalan dengan itu maka penelitian ini dilakukan untuk
2
melihat kontribusi dari pemanfaatan hasil hutan yang telah dimanfaatkan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pemanfaatan sumberdaya hutan yang lebih efisien karena manfaat hasil hutan telah diperhitungkan secara memuaskan dalam perhitungan ekonomis dan pengembangan hasil hutan khususnya di kawasan Tahura Bukit Barisan dapat dilakukan sesuai dengan sumberdaya yang ada.
Perumusan Masalah Masyarakat di sekitar kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan telah lama berinteraksi dengan hutan dan sumberdaya yang ada di dalamnya. Bentuk interaksi yang biasanya dilakukan masyarakat adalah memanfaatkan hasil hutan. Salah satu jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti kayu bakar, bambu, pakan ternak, tanaman obat dan lain lain. Dalam usaha pengelolaan dan pengembangan hasil hutan yang dihasilkan oleh Tahura Bukit Barisan maka dilakukan penelitian di desa sekitar kawasan Tahura dengan cara mengetahui jenis dan bentuk pemanfaatan HHBK yang dilakukan oleh masyarakat. Fokus penelitian adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan HHBK dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis-jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan, nilai ekonomi HHBK yang diperoleh dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan untuk mendukung upaya pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu Desa Merdeka dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Sumatera Utara. Kedua desa ini berada di sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Pemilihan desa contoh dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan jarak yang dekat ke lokasi penelitian dan masyarakat desa ini umumnya memiliki mata pencaharian yang berhubungan langsung dengan hutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 - Januari 2014.
3
Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, kuesioner, dan kamera untuk keperluan dokumentasi.
Jenis Data Data primer Data yang dikumpulkan yaitu jenis dan jumlah hasil hutan yang dimanfaatkan, frekuensi pengambilan, dan pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan melalui wawancara dan kuisioner. Data sekunder Data sekunder berupa data yang diperoleh dari informasi mengenai kawasan Tahura Bukit Barisan melalui hasil studi pustaka.
Metode Pengumpulan Data Metode Pemilihan Responden Pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Kriteria pengambilan sampel adalah masyarakat pelaku pemanfaatan hasil hutan di sekitar kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Jumlah responden yang diambil di setiap desa adalah 30 orang. Jumlah ini didasarkan pada tingkat keseragaman populasi yang tinggi di kedua desa penelitian dimana populasi penduduk terdiri dari masyarakat suku Karo dan memiliki mata pencaharian yang hampir sama yakni bertani dan memanfaatkan hasil hutan. Danim (2004) mengatakan bahwa salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian adalah derajat keseragaman dari populasi. Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Jumlah responden yang diambil dianggap telah dapat menjelaskan bentuk kegiatan pemanfaatan hasil hutan di Tahura Bukit Barisan. Wawancara dan Studi Literatur Wawancara yang dilakukan yaitu tanya jawab dengan responden dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pengumpulan literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini demi menambah kelengkapan data.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi dan diolah sehingga mendapatkan manfaat dari sumberdaya hutan dalam terminologi uang secara riel.
4
Jumlah rata-rata hasil hutan yang diambil responden = Keterangan : : Rata-rata jumlah hasil hutan (j) yang diambil responden (satuan/orang) : Rata-rata hasil hutan (j) yang diambil responden (i) dalam satu kali pengambilan (satuan) : Jumlah responden pengambil hasil hutan (j) (orang) i : Responden pengambil hasil hutan (j) j : Jenis hasil hutan
Frekuensi rata-rata pengambilan hasil hutan = Keterangan : : Rata-rata frekuensi pengambilan hasil hutan(j)(pengambilan/tahun/orang) : Rata-rata frekuensi pengambilan hasil hutan (j) yang diambil responden (i) (pengambilan/tahun) : Jumlah responden pengambil hasil hutan (j) (orang) i : Responden pengambil hasil hutan (j) j : Jenis hasil hutan
Total pengambilan hasil hutan
= Keterangan : : Total pengambilan hasil hutan (j) (satuan/tahun) : Rata-rata jumlah hasil hutan (j) yang diambil responden (satuan/orang) : Rata-rata frekuensi pengambilan hasil hutan (j) yang diambil responden (pengambilan/tahun/orang) : Jumlah responden pengambil hasil hutan (j) (orang) j : Jenis hasil hutan
Nilai ekonomi hasil hutan
=
·
Keterangan : : Nilai ekonomi hasil hutan (j) (Rp/tahun) : Total pengambilan hasil hutan (j) (satuan/tahun) : Harga hasil hutan (j) (Rp/satuan) j : Jenis hasil hutan
5
Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan
= Keterangan : : Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan (Rp/tahun) : Nilai ekonomi hasil hutan (i) (Rp/tahun) j : Jenis hasil hutan
Persentase nilai ekonomi hasil hutan 100 % Keterangan : % : Persentase nilai ekonomi hasil hutan (j) (%) : Nilai ekonomi hasil hutan (j) (Rp/tahun) : Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan (Rp/tahun)
Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh responden
= Keterangan : : Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh responden (Rp/tahun/orang) : Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan (Rp/tahun) N : Jumlah responden (orang)
Pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan (non hutan) Pendapatan total responden diluar hasil hutan (non hutan) diketahui dengan cara penjumlahan setiap sumber pendapatan yang diperoleh responden di luar pendapatan dari hasil hutan. Tabel 1 Sumber pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan
No. Resp 1 2 3 4 Dst. Total Pendapatan
Pertanian (org/bln)
Sumber Pendapatan Ahli Buruh Ternak Pengobatan (org/bln) (org/bln) (org/bln)
Pedagang (org/bln)
Jumlah pendapatan /bln/resp
6
Total pendapatan responden di luar pemanfaatan hasil hutan (non hutan)
=
Keterangan : : Total seluruh pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun) : Jumlah pendapatan (k) (Rp/tahun) k : Jenis pendapatan
Pendapatan rata-rata non hutan
= Keterangan : : Pendapatan rata-rata yang diperoleh responden di luar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun/orang) : Total pendapatan diluar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun) N : Jumlah responden (orang)
Nilai kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat Hasil perhitungan nilai hasil hutan ini menunjukkan pendapatan hasil hutan seluruh jenis per tahun dan pendapatan di luar hasil hutan (non hutan) per tahun, sehingga dapat dihitung besar kontribusi nilai hasil hutan ini terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat. Pendapatan total merupakan penjumlahan antara pendapatan hasil hutan dan pendapatan di luar hasil hutan (non hutan). Tingkat kontribusi pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan dilakukan dengan cara: Kontribusi Hasil Hutan :
100 %
Tingkat kontribusi pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan dilakukan dengan cara: Kontribusi Non Hutan :
100 %
Keterangan : : Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh responden (Rp/tahun) : Pendapatan rata-rata yang diperoleh responden di luar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun) : Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun) Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah analisis data, yaitu analisis tabel yang sudah dibuat. Analisis ini dilakukan secara deskriptif yaitu suatu analisis yang memberikan penjelasan, keterangan dan gambaran tentang subyek penelitian.
7
Analisis data faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hutan Analisa faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hasil hutan dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi yang dirumuskan sebagai berikut : Y= + + +.....+ Keterangan : Y : Pendapatan dari hasil hutan (Rp/tahun) : Konstanta regresi : Umur responden (tahun) : Pendidikan responden (tingkat pendidikan) : Jumlah anggota keluarga (orang) : Mata pencaharian (Tani = 1, Non tani = 0) i : Karateristik responden Tingkat keberartian variabel bebas secara bersama-sama diuji dengan melakukan uji-F dan untuk menguji tingkat keberartian dari masing-masing variabel bebas, dilakukan uji-t (uji parsial). Pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat di indikasikan oleh nilai koefisien determinasi (R ). Sedangkan pengaruh dari masing-masing variabel terhadap variabel tidak bebas diindikasikan oleh koefisien regresinya. Definisi dan pengukuran variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan dari hasil hutan adalah pendapatan responden dari hasil hutan Pendapatan hutan dinyatakan dalam Rp/RT/bln. 2. Umur responden adalah usia responden sejak lahir hingga penelitian ini dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun. 3. Tingkat pendidikan adalah adalah lamanya responden mengikuti pendidikan formal yang dinyatakan dalam satuan SD, SMP, dan SMA. 4. Jumlah anggota keluarga adalah seluruh orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan rumah dan mengurus kebutuhan sehari-hari menjadi satu di bawah tanggungjawab seorang kepala rumah tangga. 5. Mata pencaharian merupakan variabel dummy (boneka) yang dinilai dengan dua kategori, yaitu bemilai 1 apabila pekerjaan utama responden tani, dan bernilai 0 apabila pekerjaan utama responden non tani.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Sumberdaya Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda dilakukan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Pemanfaatan hasil hutan ini pada umumnya dilakukan sendiri oleh masyarakat. Kegunaan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dilakukan oleh masyarakat adalah untuk kepentingan subsisten (konsumsi pribadi) maupun ekonomi. Jenis HHBK yang dimanfaatkan masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda secara umum sama. Jenis HHBK tersebut antara lain adalah bambu, kayu bakar, madu, rumput, satwa, buah-buahan, tanaman hias, dan tumbuhan
8
obat. Proses pengambilan HHBK dinyatakan dalam satuan (unit) masing-masing jenis barang. Satuan jenis barang yang diambil ditetapkan oleh masyarakat sesuai dengan kesepakatan masyarakat desa tersebut. Dengan adanya satuan yang telah disepakati bersama akan lebih mudah menetapkan harga sebelum melakukan proses jual beli. Berdasarkan hasil perolehan data yang dikumpulkan dari Desa Merdeka dan Desa Jaranguda maka dilakukan perhitungan terhadap jumlah pengambilan masing-masing HHBK yang dilakukan oleh responden. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Merdeka No
Jenis Hasil Hutan
Satuan
1 2 3 4 5
Bambu Rumput Kayu Bakar Madu Durian
Keranjang Karung Ikat Liter Buah
Jumlah Pengambil (orang) 15 13 20 2 3
Total Pengambilan (satuan/tahun) 24 856 5 840 7 020 75 260
Rata-rata Pengambilan (satuan/orang/tahun) 1 657 449 351 37.5 86
Tabel 3 Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Jaranguda No
Jenis Hasil Hutan
Satuan
1 2 3 4 5 6 7
Bambu Rumput Kayu Bakar Durian Rambutan Anggrek Kadaka
Keranjang Karung Ikat Buah Ikat Pot bunga Pot bunga
Jumlah Pengambil (orang) 19 14 22 2 4 4 4
Total Pengambilan (satuan/tahun) 30 624 6 935 8 112 120 240 540 312
Rata-rata Pengambilan (satuan/orang/tahun) 1 611 495 368 60 60 135 78
Sebagian besar masyarakat memungut lebih dari satu jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK). Jumlah pengambil HHBK yang paling banyak adalah kayu bakar yaitu sebanyak 42 orang yang terdiri dari 20 orang di Desa Merdeka dan 22 orang di Desa Jaranguda. Kemudian diikuti jumlah pengambil bambu dengan jumlah pengambil masing-masing sebanyak 15 orang di Desa Merdeka dan 19 orang di Desa Jaranguda. Jumlah pengambil HHBK berupa madu merupakan pemanfaat paling sedikit di Desa Merdeka yaitu sebanyak 2 orang sedangkan jumlah pengambil HHBK berupa satwa merupakan pemanfaat paling sedikit di Desa Jaranguda yaitu sebanyak 2 orang. Hal ini terjadi karena tidak semua masyarakat mempunyai keahlian untuk melakukan pekerjaan ini dan pemanfaatan madu dan satwa yang tidak dilakukan sepanjang tahun. Hasil hutan yang paling banyak dimanfaatkan responden adalah bambu. Seluruh responden pemanfaat HHBK berupa bambu di Desa Merdeka mampu menghasilkan 24 856 keranjang setiap tahunnya sedangkan seluruh responden pemanfaat HHBK berupa bambu di Desa Jaranguda mampu menghasilkan 30 624 keranjang setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan potensi bambu di kedua desa penelitian yang cukup tinggi dan kebutuhan sektor pertanian akan keranjang yang cukup banyak sehingga meningkatkan penggunaan bambu.
9
Beberapa jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan antara lain : 1. Bambu Bambu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang sangat banyak ditemukan di lokasi penelitian. Jenis tanaman ini dapat tumbuh di daerah pegunungan, lembah dan paling banyak tumbuh disekitar sungai. Bambu juga banyak tumbuh di semak belukar dan sering juga dijadikan pagar kebun oleh masyarakat, baik berupa pagar mati maupun pagar hidup. Bambu mempunyai banyak fungsi di antaranya untuk membuat dapur (paceko), tempat untuk menjemur pakaian, pagar, bahan pengikat, pipa irigasi, pot tanaman, dan pemenuhan kebutuhan bahan rumah tangga lainnya. Bambu juga banyak digunakan pada upacara adat pernikahan dan kematian. Masih ada pula masyarakat yang menggunakannya sebagai bahan untuk membuat dinding rumah. Ada 3 jenis bambu yang dipungut oleh responden yaitu: bambu Petung (Dendrocalamus asper), bambu Tali (Gigantochloa asper) bambu Regen (Gigantochloa pruriens). Bambu oleh masyarakat di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda secara umum digunakan untuk bahan baku kerajinan keranjang sebagai wadah hasil pertanian berupa sayur dan buah seperti kol, tomat, wortel maupun jeruk. Setiap harinya pengrajin keranjang dapat menghasilkan hingga 10 buah keranjang. Untuk membuat 1 buah keranjang diperlukan batang bambu dengan panjang 1-1,5 meter dan diameter lebih dari 8 cm. Setiap pengrajin keranjang memanfaatkan 2-5 batang bambu perharinya. Rata-rata pengrajin keranjang mampu menghasilkan 1 630 keranjang setiap tahunnya. Setiap 1 keranjang bambu dijual seharga Rp10 000. Keranjang-keranjang tersebut dijual kepada beberapa orang yang telah bekerja sama dengan para pengrajin keranjang. Setiap minggunya, mereka akan mengambil keranjang sesuai dengan pemesanannya. Kegiatan pembuatan keranjang hanya dilakukan pada pagi sampai siang hari, setelah kegiatan pembuatan keranjang bambu selesai, mereka akan kembali bekerja di ladang pertaniannya. Bambu merupakan bahan utama pembuatan keranjang, selain itu bambu juga dapat dimakan. Masyarakat biasanya memanfaatkan bambu muda sebagai bahan sayuran (rebung), baik untuk dikonsumsi sendiri, maupun untuk dijual di pasar. Rebung yang dipanen di sini adalah rebung yang mempunyai tekstur agak lunak. Bagian rebung yang dikonsumsi adalah bagian dalam yang berwarna keputihan, bagian ini lunak, dan memiliki rasa yang enak.
2. Rumput Masyarakat di kedua desa penelitian biasanya memelihara hewan ternak untuk memperoleh pendapatan tambahan. Beberapa jenis hewan ternak yang dimiliki masyarakat antara lain kerbau, kambing dan babi. Kepemilikan ternak masyarakat pada umumnya adalah milik pribadi. Kegiatan pemanfaatan rumput untuk ternak dilakukan dengan dua cara yaitu dalam bentuk penggembalaan secara liar di sekitar kawasan Tahura dan pengambilan rumput dilakukan dalam rangka mencukupi pakan ternak selama di kandang. Pemanfaatan tersebut berlangsung setiap hari. Responden biasanya mengambil rumput dengan cara dipikul dan diangkut menggunakan sepeda motor. Volume pemanfaatan rumput biasanya antara 1-2 karung. Rata-rata responden yang memanfaatkan hasil hutan
10
bukan kayu (HHBK) berupa rumput mampu mengumpulkan 472 karung rumput setiap tahunnya. Besarnya pemanfaatan hasil hutan berupa rumput dipengaruhi oleh jumlah hewan ternak yang dimiliki. Semakin banyak ternak yang dimiliki maka semakin banyak pula rumput yang diperlukan. Rumput yang dimanfaatkan masyarakat, pada umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak saja tidak untuk diperjualbelikan.
3. Kayu bakar Kayu bakar dapat diperoleh dengan mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal atau bahkan tidak memerlukan biaya apapun. Tumbuhan yang sering digunakan responden sebagai kayu bakar antara lain Pinus (Pinus merkusii), Nyatoh (Palaqium edule), Pala (Myristica fragrans), Rasamala (Altingia exelsa), dan Puspa (Schima wallichi). Kebanyakan responden di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda menggunakan kayu bakar untuk memasak. Kayu yang dimanfaatkan berupa ranting kayu atau cabang-cabang pohon yang telah jatuh ke tanah dan pohon tumbang/mati. Ada dua cara yang digunakan untuk mengangkut kayu bakar yaitu dipikul dan digendong. Intensitas pengambilan kayu bakar oleh responden berkisar 3-4 kali/minggu dengan jumlah kayu yang diambil dalam sekali pengambilan yaitu 1-4 ikat dengan panjang rata-rata kayu bakar yang dipungut ± 1 meter. Rata-rata per responden pemanfaat kayu bakar mampu mengumpulkan 360 ikat kayu bakar setiap tahunnya. Satu ikat kayu berukuran kecil berisi lebih kurang 20 batang dengan diameter lebih kurang 10-20 cm, sedangkan kayu yang berukuran besar berisi lebih kurang 6 batang dengan diameter lebih dari 20 cm. Pada umumnya kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat tidak untuk diperjualbelikan.
4. Madu Masyarakat di sekitar kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan menyebut lebah dengan „wani‟ dan sarang lebah dengan sebutan „asar‟. Kegiatan pencarian madu dari hutan dilakukan dengan mencari pohon yang menjadi tempat lebah meletakkan sarangnya. Seseorang yang pertama kali menemukan pohon yang terdapat sarang lebah madunya akan menjadi pemiliknya dengan memberi tanda kepemilikan berupa pemasangan pancang yang terbuat dari kayu atau pembuatan alat pemanjatan yang dipasang di pohon tersebut. Biasanya pohon yang terdapat lebah madunya dan telah diberi tanda kepemilikan, maka pohon tersebut tidak akan diganggu oleh anggota masyarakat yang lainnya. Kegiatan mengumpulkan lebah madu oleh responden di Desa Merdeka dilakukan pada masa-masa senggang setelah berladang. Pengambilan madu dilakukan dengan cara mengasapi sarang lebah dan ketika lebah sudah terbang/pergi maka responden akan mengambil madu dengan cepat sebelum lebah kembali ke pohon tersebut. Pemanenan madu dilakukan setiap 2 atau 3 bulan sekali. Biasanya ratarata hasil panen yang diperoleh sekitar ± 12 liter untuk sekali panen tergantung besarnya sarang lebah yang dimiliki. Rata-rata responden mampu memperoleh ± 37,5 liter setiap tahunnya. Hasil madu tersebut selain di konsumsi sendiri juga sebagian dijual. Setiap 1 liter madu biasanya dijual seharga Rp100 000. Hasil panen madu biasanya dijual kepada masyarakat desa setempat maupun di pasar.
11
5. Satwa Satwa merupakan hasil hutan ikutan yang memiliki manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Secara umum masyarakat memanfaatkan hewan hutan hanya untuk tujuan konsumsi ataupun dijual bukan untuk tujuan koleksi maupun tujuan produksi. Jenis satwa yang sering mereka buru atau tangkap adalah babi hutan dan beberapa jenis burung seperti burung teku ketut dan burung pamal. Kegiatan berburu biasanya dilakukan di sekitar Gunung Sibayak. Pemanfaatan satwa liar biasanya dilakukan masyarakat setiap hari minggu karena biasanya pada hari minggu masyarakat tidak melakukan akltivitas pertanian. Kegiatan berburu babi hutan dilakukan secara berkelompok 2-4 orang menggunakan anjing, tombak, dan senapan angin. Perburuan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh babi hutan terhadap lahan pertanian masyarakat. Satwa liar hasil buruan yang diperoleh biasanya hanya dikonsumsi saja dan tidak untuk dijual.
6. Buah-buahan Ada beberapa ketentuan terkait dengan kepemilikan jenis pohon buah-buahan di hutan yang sifatnya mengikat diantara anggota masyarakat. Pohon buah-buahan di hutan yang sifatnya milik umum dapat menjadi milik pribadi apabila pohon buah-buahan tersebut diberi tanda kepemilikan. Pada umumnya siapa yang paling awal menemukan pohon buah-buahan akan memberikan tanda larangan sebagai tanda kepemilikan dan orang penemu tersebut menjadi yang berhak atas hasil buahnya. Akan tetapi keadaan demikian ini sekarang telah banyak mengalami perubahan. Sering terjadi pencurian buah-buahan di hutan yang telah diberi tanda oleh seseorang. Penyebab utama perubahan tersebut adalah terbukanya kawasan ini sehingga siapapun dapat memasuki hutan di kawasan tersebut. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan berupa buah-buahan dilakukan pada saat musim buah. Buah-buahan yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat di kedua desa antara lain durian, rambutan, markisa bandung dan terong belanda. Biasanya pemanfaatan hasil hutan berupa buah-buahan hanya untuk konsumsi pribadi saja tidak untuk diperjualbelikan. Namun jika hasil ekstraksi dari pemanfaatan buah-buahan tersebut banyak, maka sebagian dijual di pasar lokal.
7. Tumbuhan hias Tumbuhan hias cukup identik dengan kemapanan tingkat ekonomi seseorang artinya semakin mapan tingkat ekomoninya biasanya tingkat perhatian dan pemanfaatan akan tumbuhan hias juga akan semakin besar. Akan tetapi masyarakat di kedua desa penelitian tidak terlalu banyak mengenal dan memanfaatkan tumbuhan sebagai tumbuhan hias. Terdapat dua jenis tanaman hias berdasarkan sumber atau asal tanaman hias diperoleh, yaitu tanaman hias yang diperoleh dari hasil budidaya dan tanaman hias yang anakan atau sumber benihnya diperoleh langsung dari hutan. Jenis tanaman hias yang dimanfaatkan masyarakat Desa Jaranguda yang sumber bibitnya dari hutan adalah jenis Anggrek (Coelogyne dayana) dan Kadaka (Platycerium andinum). Rata-rata per responden mampu mengumpulkan 135 bibit anggrek dan 78 bibit kadaka yang siap untuk
12
dijual setiap tahunnya. Alasan pengambilan sumber bibit dari hutan adalah karena potensi tanaman hias tersebut masih terdapat cukup banyak di hutan dan masih mudah diperoleh sehingga dianggap lebih ekonomis.
8. Tumbuhan obat Masyarakat sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan rata-rata memanfaatkan tumbuhan obat untuk mengatasi permasalahan kesehatannya. Terdapat 23 jenis tumbuhan obat dari 17 famili yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Famili yang paling banyak digunakan adalah Zingiberaceae dengan 3 jenis tumbuhan obat. Pemanfaatan tumbuhan obat masih dalam skala kecil (intensitas pemanfaatannya tidak besar dan sangat sedikit yang dipasarkan). Masyarakat pada umumnya mengambil jenis tumbuhan tertentu di dalam kawasan Tahura pada saat diperlukan saja dan tidak memanfaatkannnya secara rutin. Pada umumnya masyarakat mencari tumbuhan obat di hutan dilakukan sendiri maupun berkelompok beranggotakan 2-4 orang. Alat yang biasanya digunakan untuk mengambil tumbuhan obat adalah pisau/golok, cangkul, pasak dan karung. Bagian tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat terdiri atas empat macam, yaitu : akar, batang, daun, dan buah. Beberapa produk hasil ramuan dari tanaman obat yang terkenal dari daerah penelitian adalah minyak alun, kuning, dan tawar. Minyak alun (minyak urut) terbuat dari beberapa campuran tanaman obat diantaranya adalah sisik naga, rimo kejaren, sundur langit, bulung paris dan lain-lain. Minyak alun berkhasiat untuk mengobati cedera otot seperti keseleo/terkilir, nyeri persendian, patah tulang, luka bakar, keletihan dan lainnya. Kuning merupakan olahan yang terbuat dari kunyit, temulawak, rimbang, kuku harimau, rimo kejaren, dan lain-lain. Kegunaan kuning ini untuk menghangatkan badan dan mengobati luka memar. Cara pemakaiannya dengan mencampur air dan dioleskan ke badan. Sedangkan tawar terbuat dari cekala, kemiri, lada, rimo kejaren dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut kemudian digiling hingga berbentuk tepung yang nantinya akan dicampur dengan air untuk diminum atau dioleskan ke badan. Tawar ini biasa digunakan untuk mencegah masuk angin dan menghangatkan badan.
Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Setiap jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat dihitung berdasarkan frekuensi pemanfaatan, volume (jumlah) dan harga pasar setempat yang berlaku pada saat penelitian ini berlangsung. Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan diperoleh dari perkalian antara total pengambilan hasil hutan (satuan/tahun) dengan harga masing-masing hasil hutan (Rp/satuan). Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh responden di kedua desa penelitian dinilai berdasarkan penilaian harga pasar karena hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan oleh responden memiliki harga pasar. Harga pasar yang dimaksud adalah harga jual dari masing-masing produk hasil hutan yang terjadi ditingkat tengkulak/pengepul dan ditingkat pasar lokal. Harga pasar diturunkan melalui interaksi antara produsen dan konsumen melalui permintaan dan penyediaan barang dan jasa (transaksi pasar). Dalam pasar yang efisien (Pasar
13
Persaingan Sempurna) harga barang dan jasa mencerminkan kesediaan membayar setiap orang (WTP). Nilai yang diperoleh dari pasar persaingan sempurna merupakan nilai baku karena memenuhi keinginan penjual dan pembeli serta memberikan surplus kesejahteraan yang maksimal (Nurfatriani 2006). Harga pasar dari kedua desa penelitian ini secara umum sama dikarenakan lokasi yang saling berdekatan dan pasar lokal yang digunakan untuk menjual hasil hutan juga sama. Hasil perhitungan nilai ekonomi dari pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4 Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa Merdeka No 1 2 3 4 5
Jenis Hasil Hutan Bambu Rumput Kayu Bakar Madu Durian
Satuan Keranjang Karung Ikat Liter Buah
Total Pengambilan (satuan/thn) 24 856 5 840
Harga Hasil Hutan (Rp/satuan) 10 000 5 000
Nilai Ekonomi Hasil Hutan (Rp/thn) 248 560 000 29 200 000
Persentase Nilai Per Jenis (%) 73.47 8.63
7 020
7 000
49 140 000
14.52
75 260
100 000 15 000
7 500 000 3 900 000
2.22 1,16
Tabel 5 Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa Jaranguda No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Hasil Hutan Bambu Rumput Kayu Bakar Durian Rambutan Anggrek Kadaka
Satuan Keranjang Karung Ikat Buah Ikat Pot bunga Pot bunga
Total Pengambilan (satuan/thn) 30 624 6 935
Harga Hasil Hutan (Rp/satuan) 10 000 5 000
Nilai Ekonomi Hasil Hutan (Rp/thn) 306 240 000 31 025 000
Persentase Nilai Per Jenis (%) 74. 23 7.52
8 112
7 000
56 784 000
13.76
120 240 540 312
15 000 5 000 20 000 15 000
1 800 000 1 200 000 10 800 000 4 680 000
0.44 0.29 2.62 1.13
Tabel 4 dan Tabel 5 memperlihatkan nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang diperoleh oleh responden di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda. Total nilai ekonomi pemanfaatan HHBK yang diperoleh responden di Desa Merdeka adalah sebesar Rp338 300 000/tahun sedangkan untuk Desa Jaranguda sebesar Rp412 579 000/tahun. Nilai ini diperoleh dari hasil penjumlahan semua nilai ekonomi dari seluruh jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh responden. Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh oleh setiap responden dari hasil pemanfaatan HHBK di Desa Merdeka adalah Rp11 276 667/tahun dan di Desa Jaranguda adalah Rp13 752 633/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang paling tinggi di Desa Merdeka terdapat pada pemanfaatan HHBK berupa bambu yaitu sebesar Rp248 560 000/tahun atau 73.47%. Demikian juga halnya di Desa Jaranguda, nilai ekonomi HHBK tertinggi adalah bambu dengan nilai ekonomi sebesar Rp306 240 000/tahun atau 74.23%. Besarnya nilai ekonomi bambu di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda disebabkan karena sistem kerja
14
pembuatan keranjang bambu yang tidak terikat sepanjang hari. Kegiatan pembuatan keranjang biasanya hanya dilakukan pada pagi sampai siang hari. Setelah kegiatan pemanfaatan bambu selesai, responden akan kembali bekerja di ladang pertaniannya sehingga mereka berpikir menjadi pengrajin keranjang adalah pekerjaan yang sangat menguntungkan. Selain mampu menghasilkan pendapatan dari hasil pertanian, responden juga mampu menghasilkan pendapatan tambahan dari hasil penjualan keranjang bambu. Nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu (HHBK) terbesar berikutnya adalah kayu bakar dengan nilai ekonomi Rp49 140 000/tahun atau 14.52% di Desa Merdeka dan Rp56 784 000/tahun atau 13.76% di Desa Jaranguda. Besarnya nilai ekonomi kayu bakar disebabkan karena pengadaan kayu bakar yang tidak memerlukan biaya dan waktu yang banyak menyebabkan nilai ekonominya cukup besar. Selain itu kayu bakar merupakan salah satu jenis hasil hutan yang cukup banyak digunakan masyarakat, hampir semua rumah tangga yang ada di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda menggunakan kayu bakar untuk memasak sehari-harinya. Selanjutnya, HHBK berupa rumput dengan nilai ekonomi Rp29 200 000/tahun atau 8.63% di Desa Merdeka dan Rp31 025 000 /tahun atau 7.52% di Desa Jaranguda. Penggunaan HHBK berupa rumput yang dilakukan setiap hari merupakan faktor penyebab besarnya nilai ekonomi rumput bagi masyarakat. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) dengan nilai ekonomi terendah di Desa Merdeka adalah buah-buahan sebesar Rp3 900 000 atau 1.16%. Demikian juga halnya di Desa Jaranguda nilai ekonomi hasil hutan terendah adalah buah-buahan sebesar Rp3 000 000/tahun atau 0.73%. Hal ini terjadi karena HHBK ini sangat jarang diambil oleh masyarakat, harga buah-buahan yang cukup rendah, dan pengambilannya hanya pada saat musim buah saja. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kedua desa tersebut mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi sehingga mampu memberikan tambahan penghasilan bagi para pemanfaatnya, namun karena keterbatasan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang dimiliki menyebabkan pemanfataan sumberdaya hutan menjadi belum optimal.
Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Pendapatan responden di luar hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah seluruh pendapatan keluarga yang diperoleh dari usaha bercocok tanam (dari hasil pertanian) dan kegiatan lain di luar pemanfaatan hasil hutan. Sebagian besar responden bermatapencaharian sebagai petani dan rata-rata memiliki lahan hak milik pribadi. Dengan memiliki lahan pertanian, masyarakat berpendapat bahwa aktivitas pemungutan hasil hutan hanya merupakan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Pendapatan utama masyarakat diperoleh dari pendapatan sektor pertanian dan pendapatan tambahan lainnya diperoleh dari sektor lain seperti ahli pengobatan, pekerja bangunan, hasil ternak, dan pedagang.
15
Tabel 6 Pendapatan responden di luar pemanfaatan hasil hutan No 1 2 3 4 5
Sumber Pendapatan Pertanian Ahli Pengobatan Pekerja Bangunan Ternak Pedagang
Desa Merdeka Jumlah Persentase (Rp/thn) (%) 403 200 000 79.93 7 200 000 1.43
Desa Jaranguda Jumlah Persentase (Rp/thn) (%) 322 800 000 70.73 9 600 000 2.10
6 000 000
1.19
-
-
76 000 000 12 000 000
15.07 2.38
84 000 000 40 000 000
18.40 8.77
Sumber pendapatan terbesar di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda berasal dari sektor pertanian. Hal tersebut dikarenakan mayoritas responden yang bekerja di sektor pertanian. Total pendapatan yang diperoleh seluruh responden dari sektor pertanian di Desa Merdeka sebesar Rp403 200 000/tahun atau 79.93% sedangkan di Desa Jaranguda sebesar Rp322 800 000/tahun atau 70.73%. Pendapatan ini diperoleh dari hasil pertanian seperti jeruk, tomat, kol, wortel, dan hasil pertanian lainnya. Sumber pendapatan terkecil diluar pemanfaatan HHBK di Desa Merdeka berasal dari sektor pekerja bangunan yakni sebesar Rp6 000 000/tahun atau 1.19%. Sedangkan sumber pendapatan terkecil seluruh responden diluar pemanfaatan HHBK di Desa Jaranguda berasal dari hasil pengobatan sebesar Rp9 600 000/tahun atau 2.10%. Hal ini dikarenakan kedua pekerjaan tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan dan tidak rutin dilakukan. Total pendapatan yang diperoleh seluruh responden di luar pemanfaatan HHBK di Desa Merdeka adalah Rp504 400 000/tahun dengan pendapatan rata-rata yang diperoleh setiap responden adalah Rp16 813 333/tahun sedangkan total pendapatan yang diperoleh seluruh responden di luar pemanfaatan HHBK di Desa Jaranguda adalah Rp456 400 000/tahun dengan pendapatan rata-rata yang diperoleh setiap responden adalah Rp15 213 333/tahun.
Kontribusi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Kegiatan pemanfaatan shasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat desa sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan telah memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan rumah tangga. Besarnya nilai kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga di setiap wilayah berbeda, tergantung pada frekuensi, harga, volume (jumlah) dan jenis hasil hutan yang dimanfaatkan. Besarnya nilai kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan masih tinggi. Pendapatan utama responden di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda diperoleh dari hasil pertanian dan kebun. Selain sebagai petani, masyarakat juga memanfaatkan hasil hutan untuk keperluan sehari-hari seperti bambu, kayu bakar, pakan ternak, tanaman obat dan lain-lain. Kontribusi nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu (HHBK) terhadap pendapatan rumah tangga diperoleh dari perbandingan antara rata-rata nilai ekonomi hasil hutan yang diperoleh dengan pendapatan rumah tangga dimana
16
pendapatan rumah tangga tersebut berasal dari penjumlahan antara pendapatan rata-rata nilai ekonomi HHBK yang diperoleh responden dengan pendapatan rata-rata diluar pemanfaatan HHBK. Pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Merdeka adalah Rp28 090 000/tahun dengan nilai kontribusi per tahun dari hasil hutan dan di luar hasil hutan berturut-turut adalah Rp11 276 667/tahun atau 40.14% dan Rp16 813 333/tahun atau 59.86%. Sedangkan pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Jaranguda adalah Rp28 965 966/tahun dengan nilai kontribusi per tahun dari hasil hutan dan di luar hasil hutan berturut-turut adalah Rp13 752 633/tahun atau 47.47% dan Rp15 213 333/tahun atau 52.53%. Nilai kontribusi hasil hutan yang diperoleh masyarakat lebih kecil dari pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden yang merupakan petani dan nilai ekonomi dari sektor pertanian yang cukup besar sehingga sangat berpengaruh terhadap pendapatan total responden. Persentase kontribusi nilai ekonomi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Merdeka sebesar 40.14% dan di Desa Jaranguda sebesar 47.47%. Keadaan ini menggambarkan bahwa keberadaan kawasan hutan masih sangat penting bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan. Masyarakat memiliki tingkat ketergantungan yang masih sangat tinggi terhadap kawasan hutan untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan kawasan hutan juga memberikan kontribusi nilai ekonomi yang cukup besar terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hutan telah dilakukan di berbagai lokasi berbeda. Salah satu penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat desa hutan telah dilakukan oleh Saragih (1993), pada desa penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor yang signifikan terhadap pemanfaatan hasil hutan adalah jumlah anggota keluarga dan jarak pemungutan. Pada lokasi lainnya yaitu hasil penelitian Syahni (2002), mengungkapkan bahwa tekanan terhadap pemanfaatan hasil hutan pada desa penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Sumatera Barat dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pendidikan, pendapatan, dan luas lahan. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan pada penelitian ini menggabungkan beberapa karateristik responden. Karateristik responden yang di analisa adalah umur ( ), pendidikan ( ), jumlah anggota keluarga ( ), dan mata pencaharian ( ). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda sehingga diperoleh model sebagai berikut : Persamaan regresi Desa Merdeka Y = 26338678.56 - 159211.2 - 4662184.99 + 875119.77 - 2003760.14 dimana ( = 2.059), ( = -2.096), ( = -1.392), ( = 2.547), ( = -0.550), = 0.242), (F = 2.801)
17
Persamaan regresi Desa Jaranguda Y = 18030358.69 - 282909.08 - 3301844.19 + 3318305.67 -1304946.16 dimana ( = 1.872), ( = -2.365), ( = -1.965), ( = 3.038), ( = -0.462), = 0.346), (F = 3.303) Hasil uji F (uji simultan) menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda secara signifikan di pengaruhi oleh keempat faktor yang diuji yaitu umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan mata pencaharian. Berdasarkan hasil uji R (uji determinasi) menerangkan bahwa 24.2 % di Desa Merdeka dan 34.6% di Desa Jaranguda, pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan responden di pengaruhi oleh keempat faktor tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena faktor eksternalitas yang tidak terdefinisi di dalam model ini sangat besar pengaruhnya terhadap perolehan nilai ekonomi hasil hutan. Ruang lingkup penelitian ini hanya meneliti pada ruang lingkup rumah tangga saja. Di dalam pengujian model ini hanya melibatkan karateristik responden dan di luar faktor-faktor tersebut tidak tercakup di dalam pengujian model ini. Hasil uji t (uji parsial) menunjukkan bahwa faktor umur responden ( ) dan jumlah anggota keluarga ( ) secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap perolehan nilai ekonomi hasil hutan sedangkan faktor pendidikan ( ) dan mata pencaharian ( ) secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap perolehan nilai ekonomi hasil hutan. Nilai koefisien regresi sebesar -159211.2 dalam persamaan model regresi linear berganda di Desa Merdeka, maksudnya adalah kenaikan 1 tahun umur responden dapat menurunkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp159 211.2/tahun. Sedangkan nilai koefisien regresi sebesar 875119.77, maksudnya adalah kenaikan jumlah anggota keluarga sebanyak 1 orang dapat meningkatkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp875 119.77/tahun. Begitu juga dalam persamaan model regresi linear berganda di Desa Jaranguda, dimana nilai koefisien regresi sebesar -282909.08 menunjukkan bahwa kenaikan 1 tahun umur responden dapat menurunkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp282 909.08/tahun dan nilai koefisien regresi sebesar 3318305.67 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah anggota keluarga sebanyak 1 orang dapat meningkatkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp3 318 305.67/tahun. Hasil uji statistik tersebut dapat ditafsirkan bahwa dua faktor yang memiliki pengaruh nyata terhadap perolehan nilai ekonomi hasil hutan adalah umur responden dan jumlah anggota keluarga. Umur responden berbanding terbalik dengan perolehan nilai ekonomi hasil hutan. Peningkatan umur responden menurunkan volume pemungutan hasil hutan. Hal ini dapat dimengerti karena semakin tua responden maka kemampuan untuk berangkat ke hutan semakin menurun. Kegiatan pemungutan hasil hutan memerlukan energi yang cukup besar, sehingga semakin tua umur seseorang maka volume hasil hutan yang di peroleh pun akan semakin berkurang. Faktor jumlah anggota keluarga berbanding lurus dengan perolehan nilai ekonomi hasil hutan. Semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam pemungutan hasil hutan maka volume pemungutan hasil hutan akan semakin banyak sehingga nilai ekonomi hasil hutan yang diperoleh pun akan semakin meningkat.
18
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda dilakukan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan antara lain: bambu, kayu bakar, madu, rumput, satwa, buah-buahan, tumbuhan hias, dan tumbuhan obat. Nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Merdeka adalah Rp338 300 000/tahun dan rata-rata per responden memperoleh Rp11 276 667/tahun. Sedangkan nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Jaranguda adalah Rp412 579 000/tahun dan rata-rata per responden memperoleh Rp13 752 633/tahun. Bambu adalah hasil hutan yang memberikan nilai ekonomi terbesar. Nilai kontribusi hasil hutan yang diperoleh masyarakat lebih kecil dari pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan (non hutan). Kontribusi nilai ekonomi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat di Desa Merdeka sebesar 40.14% dan di Desa Jaranguda sebesar 47.47%. Faktor umur dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh signfikan terhadap pemanfaatan hasil hutan pada masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda. Semakin tua umur maka nilai ekonomi hasil hutan yang diperoleh akan semakin berkurang dan semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam pemungutan hasil hutan maka nilai ekonomi hasil hutan yang diperoleh semakin meningkat.
Saran 1.
2.
Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda masih sangat sederhana sehingga hasil hutan tersebut belum dikelola kedalam bentuk lain yang lebih bernilai pasar. Untuk itu dibutuhkan perhatian dari semua pihak agar pemanfaatan hasil hutan tersebut dapat lebih bernilai sehingga mampu memberi kontribusi yang lebih besar terhadap masyarakat sekitar hutan. Setelah dilakukan penelitian terhadap manfaat langsung hasil hutan terhadap kehidupan masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda, diharapkan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat hutan lainnya terhadap kehidupan masyarakat sekitar hutan.
19
DAFTAR PUSTAKA Affandi O, Patana P. 2007. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasi Hutan Non Marketable Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. Medan. Pusat Penelitian Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara. Danim S. 2004. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta. PT. Bumi Aksara. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta (ID). Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta (ID). Dephut. Idrus M. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. 2011. Jakarta : ERLANGGA. Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta. Kemenhut. Marliani RN. 2005. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarkat Desa Penyangga Taman Nasional Baluran. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Munawaroh E, Saparita R, Purwanto Y. 2011. Ketergantungan Masyarakat Pada Hasil Hutan Non Kayu di Malinau, Kalimantan Timur: Suatu Analisis Etnobotani dan Implikasinya Bagi Konservasi Hutan. Penelitian Hayati Edisi Khusus: 7A (51-58). Bogor. LIPI Press. Ngakan PO, Komarudin H, Achmad A, Wahyudi, Tako A. 2006. Ketergantungan, Persepsi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumber Daya Hayati Hutan: Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Jakarta : CIFOR. Nurfatriani F. 2006. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumberdaya Hutan. Bogor. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Purwanto Y, Walujo EB, Wahyudi A. 2011. Valuasi Hasil Hutan Bukan Kayu (Kawasan Lindung PT Wirakarya Sakti Jambi). Jakarta. LIPI Press. Saragih W. 1993. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. . [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syahni R., Mahdi, Yusmini, Tanjung F, Hakimi R. 2002. Tekananan Aktifitas Ekonomi Masyarakat Terhadap Kelestarian Taman Nasional Kerinci Seblat. Jurnal Stigma. 10(4):364-370. Uluk A, Sudana M, Wollenberg E. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak Terhadap Hutan di sekitar Taman Nasional Kanyan Mentarang. Bogor (ID). CIFOR. Utama WH. 2004. Penilaian Ekonomi Hasil Hutan Non Kayu oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di Kawasan Ekosistem Leuser. [skripsi]. Medan (ID). Universitas Sumatera Utara. Yulian EN. 2010. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Taman Hutan Raya Bukit Soeharto Di Provinsi Kalimantan Timur. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
20
LAMPIRAN Lampiran 1 Karateristik Responden Desa Merdeka No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Umur (tahun) 42 38 28 45 63 44 48 55 42 51 37 33 45 42 48 57 52 40 32 47 50 35 31 44 38 65 45 47 43 40
Pendidikan SMA SD SMP SMP SD SD SMA SMA SMA SMP SMA SMA SD SMA SMA SMP SD SMA SMA SMA SMP SMP SMA SMA SMA SMP SMA SMP SD SD
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 5 4 3 6 4 5 5 3 5 4 6 5 6 4 4 5 6 5 4 5 5 5 4 5 6 4 5 4 4 4
Pekerjaan Petani, Pengrajin Keranjang Buruh Bangunan, Pengrajin Keranjang Petani, Pengrajin Keranjang Petani, Pengrajin Keranjang Petani Pengrajin Keranjang, Pedagang Pengrajin Keranjang, Ahli Pengobatan Petani, Ahli Pengobatan Petani, Pengrajin Keranjang Petani, Pengrajin Keranjang Petani Petani Petani, Pengrajin Keranjang Petani Petani Petani Petani, Pengrajin Keranjang Pedagang Petani Petani, Pengrajin Keranjang Pengrajin Keranjang Pedagang Petani, Pengrajin Keranjang Petani Petani Petani Petani Petani, Pengrajin Keranjang Pengrajin Keranjang Petani
Desa Jaranguda No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur (tahun) 38 42 60 48 44 51 55 63 48 40 39 33
Pendidikan SMA SMP SMA SMA SD SMP SMP SMP SMP SMA SMP SMP
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 5 6 5 6 4 5 5 5 6 4 6 5
Pekerjaan Petani, Pengrajin Keranjang Petani, Pengrajin Keranjang Petani Petani, Pengrajin Keranjang Pengrajin Keranjang Petani, Pengrajin Keranjang Pengrajin Keranjang Petani Petani, Pengrajin Keranjang Pedagang Petani, Pengrajin Keranjang Petani
21 Lampiran 1 Karateristik Responden (lanjutan) Desa Jaranguda No Resp 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Umur (tahun) 43 58 43 65 34 29 57 43 33 31 51 29 56 42 39 47 31 35
Pendidikan SD SMA SMP SD SMA SMA SMA SMP SD SD SD SMA SMA SMP SMA SD SMA SMA
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 5 6 6 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 6 5 4
Pekerjaan Pengrajin Keranjang, Pedagang Pedagang, Ahli Pengobatan Petani, Pengrajin Keranjang Petani Petani Petani, Pengrajin Keranjang Petani, Ahli Pengobatan Petani, Pengrajin Keranjang Pengrajin Keranjang, Pedagang Pengrajin Keranjang Pengrajin Keranjang Petani Petani, Ahli Pengobatan Petani, Pengrajin Keranjang Pengrajin Keranjang, Pedagang Pengrajin Keranjang, Pedagang Petani Petani, Pengrajin Keranjang
Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) A. Nilai Ekonomi Bambu Desa Merdeka No Resp
Volume (keranjang)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
Pengambilan (keranjang/tahun)
Harga (Rp/keranjang)
1 2 3 4 6 7 9 10 13 17 20 21 23 28 29
10 10 10 10 12 12 10 10 10 10 10 12 10 12 12
156 156 156 156 156 104 156 156 208 156 156 156 156 156 156
1 560 1 560 1560 1 560 1 872 1 248 1 560 1 560 2 080 1 560 1 560 1 872 1 560 1 872 1 872
10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000
Total
24 856
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 15 600 000 15 600 000 15 600 000 15 600 000 18 720 000 12 480 000 15 600 000 15 600 000 20 800 000 15 600 000 15 600 000 18 720 000 15 600 000 18 720 000 18 720 000 248 560 000
22 Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan) A. Nilai Ekonomi Bambu Desa Jaranguda No Resp
Volume (keranjang)
1 2 4 5 6 7 9 11 13 15 18 20 21 22 23 26 27 28 30
12 10 10 12 12 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Frekuensi Pengambilan (pengambilan/tahun) (keranjang/tahun)
Total
104 156 104 104 104 156 208 156 156 208 208 156 208 156 156 156 156 156 156
1248 1560 1040 1248 1248 1560 2080 1560 1560 2080 2080 1560 2080 1560 1560 1560 1560 1560 1560
Harga (Rp/keranjang) 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000
30 624
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 12 480 000 15 600 000 10 400 000 12 480 000 12 480 000 15 600 000 20 800 000 15 600 000 15 600 000 20 800 000 20 800 000 15 600 000 20 800 000 15 600 000 15 600 000 15 600 000 15 600 000 15 600 000 15 600 000 306 240 000
B. Nilai Ekonomi Rumput Desa Merdeka No Resp 2 5 6 7 10 14 21 22 23 25 26 29 30 Total
Volume (karung) 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1
Frekuensi Pengambilan (pengambilan/tahun) (karung/tahun) 365 730 365 365 365 365 365 365 365 730 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 730 365 365 365 365 5 840
Harga (Rp/karung) 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 3 650 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 3 650 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 3 650 000 1 825 000 1 825 000 29 200 000
23 Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan) B. Nilai Ekonomi Rumput Desa Jaranguda No Resp
Volume (karung)
3 5 6 7 11 12 16 17 20 22 23 25 26 30
1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2
Frekuensi Pengambilan (pengambilan/tahun) (karung/tahun) 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Total
365 365 730 365 730 365 730 730 365 365 365 365 365 730
Harga (Rp/karung) 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000
6 935
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 1 825 000 1 825 000 3 650 000 1 825 000 3 650 000 1 825 000 3 650 000 3 650 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 3 650 000 31 025 000
C. Nilai Ekonomi Kayu Bakar Desa Merdeka No Resp
Volume (ikat)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
Pengambilan (ikat/tahun)
Harga (Rp/ikat)
1 3 4 5 9 10 11 12 13 15 16 18 19 20 23 24 25 26 27 30
4 2 2 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 4 3 4 2 4 2 3
104 208 156 104 104 104 104 156 104 104 208 104 104 104 156 104 104 104 104 104
416 416 312 312 312 312 416 312 416 312 416 312 312 416 468 416 208 416 208 312
7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000
Total
7 020
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 2 912 000 2 912 000 2 184 000 2 184 000 2 184 000 2 184 000 2 912 000 2 184 000 2 912 000 2 184 000 2 912 000 2 184 000 2 184 000 2 912 000 3 276 000 2 912 000 1 456 000 2 912 000 1 456 000 2 184 000 49 140 000
24 Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan) C. Nilai Ekonomi Kayu Bakar Desa Jaranguda No Resp
Volume (ikat)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
Pengambilan (ikat/tahun)
Harga (Rp/ikat)
1 2 3 4 6 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 20 24 26 27 28 29 30
2 3 2 2 2 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3
156 156 156 208 208 104 156 156 208 156 156 208 208 208 156 156 104 104 104 104 156 104
312 468 312 416 416 208 468 312 416 624 624 416 416 416 312 312 416 208 208 208 312 312
7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000 7 000
Total
8 112
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 2 184 000 3 276 000 2 184 000 2 912 000 2 912 000 1 456 000 3 276 000 2 184 000 2 912 000 4 368 000 4 368 000 2 912 000 2 912 000 2 912 000 2 184 000 2 184 000 2 912 000 1 456 000 1 456 000 1 456 000 2 184 000 2 184 000 56 784 000
D. Nilai Ekonomi Madu Desa Merdeka No Resp 17 22
Volume (liter) 10 15
Frekuensi (pengambilan/tahun) 3 3
Total
Pengambilan (Liter/tahun) 30 45
Harga (Rp/liter) 100 000 100 000
75
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 3 000 000 4 500 000 7 500 000
E. Nilai Ekonomi Buah-Buahan Desa Merdeka Durian No Resp
Volume (buah)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
Pengambilan (Buah/tahun)
Harga (Rp/buah)
6 8 19
50 50 30
2 2 2
100 100 60
15 000 15 000 15 000
Total
260
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 1 500 000 1 500 000 900 000 3 900 000
25
Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan) E. Nilai Ekonomi Buah-Buahan Desa Jaranguda Durian No Resp
Volume (buah)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
5 28
30 30
2 2
Pengambilan (Buah/tahun) 60 60
Total
Harga (Rp/buah) 15 000 15 000
120
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 900 000 900 000 1 800 000
Desa Jaranguda Rambutan No Resp
Volume (ikat)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
5 10 19 28
20 20 20 20
3 3 3 3
Pengambilan (ikat/tahun) 60 60 60 60
Total
Harga (Rp/ikat) 5 000 5 000 5 000 5 000
240
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 300 000 300 000 300 000 300 000 1 200 000
F. Nilai Ekonomi Tanaman Hias Desa Jaranguda Anggrek No Resp 8 10 14 19
Volume (unit)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
Pengambilan (Unit/tahun)
Harga (Rp/unit)
10 15 10 10
12 12 12 12
120 180 120 120
20 000 20 000 20 000 20 000
Total
540
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 2 400 000 3 600 000 2 400 000 2 400 000 10 800 000
Desa Jaranguda Kadaka No Resp 8 10 14 19 Total
Volume (unit)
Frekuensi (pengambilan/tahun)
5 5 8 8
12 12 12 12
Pengambilan (Unit/tahun) 60 60 96 96 312
Harga (Rp/unit) 15 000 15 000 15 000 15 000
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) 900 000 900 000 1 440 000 1 440 000 4 680 000
26 Lampiran 3 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Desa Merdeka No Resp
Petani (Rp/thn)
Ahli Pengobatan (Rp/thn)
1 18 000 000 2 3 24 000 000 4 24 000 000 5 12 000 000 6 7 3 600 000 8 12 000 000 3 600 000 9 12 000 000 10 24 000 000 11 14 400 000 12 18 000 000 13 14 400 000 14 12 000 000 15 24 000 000 16 18 000 000 17 24 000 000 18 19 12 000 000 20 24 000 000 21 22 23 14 400 000 24 18 000 000 25 12 000 000 26 12 000 000 27 24 000 000 28 18 000 000 29 30 18 000 000 Total 403 200 000 7 200 000 Pendapatan Rata-rata pendapatan responden (Rp/thn)
Buruh (Rp/thn) 6 000 000
Ternak (Rp/thn)
Pedagang (Rp/thn)
5 000 000
7 000 000 5 000 000 5 000 000
6 000 000
8 000 000
6 000 000
5 000 000 6 000 000 5 000 000
6 000 000
6 000 000 8 000 000
5 000 000 5 000 000 6 000 000
76 000 000
12 000 000
Jumlah Pendapatan (Rp/thn) 18 000 000 11 000 000 24 000 000 24 000 000 19 000 000 11 000 000 8 600 000 15 600 000 12 000 000 24 000 000 14 400 000 18 000 000 14 400 000 20 000 000 24 000 000 18 000 000 24 000 000 6 000 000 12 000 000 24 000 000 5 000 000 12 000 000 19 400 000 18 000 000 18 000 000 20 000 000 24 000 000 18 000 000 5 000 000 23 000 000 504 400 000
16 813 333
Desa Jaranguda No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8
Petani (Rp/thn) 12 000 000 24 000 000 18 000 000 24 000 000 14 400 000 24 000 000
Ahli Pengobatan (Rp/thn)
Buruh (Rp/thn)
Ternak (Rp/thn)
5 000 000 8 000 000 5 000 000 6 000 000
Pedagang (Rp/thn)
Jumlah Pendapatan (Rp/thn) 12 000 000 24 000 000 23 000 000 24 000 000 8 000 000 19 400 000 6 000 000 24 000 000
27 Lampiran 3 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan (lanjutan) Desa Jaranguda No Resp
Petani (Rp/thn)
Ahli Pengobatan (Rp/thn)
9 21 600 000 10 11 18 000 000 12 18 000 000 13 14 15 24 000 000 16 18 000 000 17 12 000 000 18 19 14 400 000 20 12 000 000 21 22 23 24 18 000 000 25 18 000 000 26 14 400 000 27 28 29 18 000 000 30 Total 322 800 000 Pendapatan Rata-rata pendapatan responden (Rp/thn)
Lampiran 4 Tangga
Buruh (Rp/thn)
9 000 000
6 000 000
Jumlah Pendapatan (Rp/thn) 21 600 000 5 000 000 18 000 000 23 000 000 6 000 000 12 000 000 24 000 000 23 000 000 18 000 000 6 000 000 18 000 000 18 000 000 6 000 000 8 000 000 5 000 000 18 000 000 18 000 000 19 400 000 10 000 000 6 000 000 18 000 000 15 000 000
84 000 000
40 000 000
456 400 000
Ternak (Rp/thn)
Pedagang (Rp/thn) 5 000 000
5 000 000 6 000 000 6 000 000
6 000 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 3 600 000 6 000 000
6 000 000 8 000 000 5 000 000
5 000 000 5 000 000
9 600 000
5 000 000 6 000 000
15 213 333
Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Rumah
Desa Merdeka No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pendapatan Hasil Hutan (Rp/tahun) 18 512 000 19 250 000 18 512 000 17 784 000 4 009 000 22 045 000 14 305 000 1 500 000 17 784 000 21 434 000 2 912 000 2 184 000 23 712 000
Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun) 18 000 000 11 000 000 24 000 000 24 000 000 19 000 000 11 000 000 8 600 000 15 600 000 12 000 000 24 000 000 14 400 000 18 000 000 14 400 000
Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun) 36 512 000 30 250 000 42 512 000 41 784 000 23 009 000 33 045 000 22 905 000 17 100 000 29 784 000 45 434 000 17 312 000 20 184 000 38 112 000
Kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga (%) 50.70 63.64 43.55 42.56 17.42 66.71 62.45 8.77 59.71 47.18 16.82 10.82 62.22
28 Lampiran 4 Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (lanjutan) Desa Merdeka Pendapatan Hasil Hutan (Rp/tahun) 1 825 000 2 184 000 2 912 000 18 600 000 2 184 000 3 084 000 18 512 000 20 545 000 6 325 000 20 701 000 2 912 000 3 281 000 6 562 000 1 456 000 18 720 000 20 545 000 4 009 000
Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun) 20 000 000 24 000 000 18 000 000 24 000 000 6 000 000 12 000 000 24 000 000 5 000 000 12 000 000 19 400 000 18 000 000 18 000 000 20 000 000 24 000 000 18 000 000 5 000 000 23 000 000
Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun) 21 825 000 26 184 000 20 912 000 42 600 000 8 184 000 15 084 000 42 512 000 25 545 000 18 325 000 40 101 000 20 912 000 21 281 000 26 562 000 25 456 000 36 720 000 25 545 000 27 009 000
338 300 000
504 400 000
842 700 000
11 276 667
16 813 333
28 090 000
Pendapatan Hasil Hutan (Rp/tahun) 14 664 000 18 876 000 4 009 000 13 312 000 15 505 000 19 042 000 17 425 000 3 300 000 22 256 000 8 076 000 19 250 000 4 009 000 18 512 000 8 208 000 25 168 000 6 562 000 6 562 000 23 712 000 6 324 000 19 609 000
Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun) 12 000 000 24 000 000 23 000 000 24 000 000 8 000 000 19 400 000 6 000 000 24 000 000 21 600 000 5 000 000 18 000 000 23 000 000 6 000 000 12 000 000 24 000 000 23 000 000 18 000 000 6 000 000 18 000 000 18 000 000
No Resp 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Pendapatan Rata-rata per responden
Kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga (%) 8.36 8.34 13.93 43.66 2.66 20.45 43.55 80.43 34.52 51.62 13.93 15.42 24.70 5.72 50.98 80.43 14.84
40.14
Desa Jaranguda No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun) 26 664 000 42 876 000 27 009 000 37 312 000 23 505 000 38 442 000 23 425 000 27 300 000 43 856 000 13 076 000 37 250 000 27 009 000 24 512 000 20 208 000 49 168 000 29 562 000 24 562 000 29 712 000 24 324 000 37 609 000
Kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga (%) 55.00 44.02 14.84 35.68 65.96 49.53 74.39 12.09 50.75 61.76 51.68 14. 84 75.52 40.62 51.19 22.20 26.72 79.81 26.00 52.14
29 Lampiran 4 Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (lanjutan) Desa Jaranguda No Resp 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Pendapatan Rata-rata per responden
Pendapatan Hasil Hutan (Rp/tahun) 20 800 000 17 425 000 17 425 000 2 912 000 1 825 000 18 881 000 17 056 000 18 256 000 2 184 000 21 434 000 412 579 000 13 752 633
Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun) 6 000 000 8 000 000 5 000 000 18 000 000 18 000 000 19 400 000 10 000 000 6 000 000 18 000 000 15 000 000 456 400 000 15 213 333
Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun) 26 800 000 25 425 000 22 425 000 20 912 000 19 825 000 38 281 000 27 056 000 24 256 000 20 184 000 36 434 000 868 979 000 28 965 966
Kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga (%) 77.61 68.53 77.70 13.93 9.21 49.32 63.04 75.26 10.82 58.83
47.47
Lampiran 5 Pendapatan Total di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan per Kapita Desa Merdeka No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun) 18 000 000 11 000 000 24 000 000 24 000 000 19 000 000 5 000 000 8 600 000 15 600 000 12 000 000 24 000 000 14 400 000 18 000 000 14 400 000 20 000 000 24 000 000 18 000 000 24 000 000 12 000 000 12 000 000 24 000 000 5 000 000 12 000 000 19 400 000 18 000 000 18 000 000
Pendapatan per Kapita (Rp/tahun) 3 600 000 2 750 000 8 000 000 4 000 000 4 750 000 1 000 000 1 720 000 5 200 000 2 400 000 6 000 000 2 400 000 3 600 000 2 400 000 5 000 000 6 000 000 3 600 000 4 000 000 2 400 000 3 000 000 4 800 000 1 000 000 2 400 000 4 850 000 3 600 000 3 000 000
30 Lampiran 5 Pendapatan Total di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan per Kapita (lanjutan) Desa Merdeka Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun) 26 20 000 000 27 24 000 000 28 18 000 000 29 5 000 000 30 23 000 000 Jumlah Total Pendapatan per Kapita (Rp/Thn) Rata-rata Pendapatan Per kapita (Org/Rp/Thn) No Resp
Pendapatan per Kapita (Rp/tahun) 5 000 000 4 800 000 4 500 000 1 250 000 5 750 000 112 770 000 3 759 000
Desa Jaranguda Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun) 1 12 000 000 2 24 000 000 3 23 000 000 4 24 000 000 5 8 000 000 6 19 400 000 7 6 000 000 8 24 000 000 9 21 600 000 10 5 000 000 11 18 000 000 12 23 000 000 13 6 000 000 14 12 000 000 15 24 000 000 16 23 000 000 17 18 000 000 18 6 000 000 19 18 000 000 20 18 000 000 21 6 000 000 22 8 000 000 23 5 000 000 24 18 000 000 25 18 000 000 26 19 400 000 27 10 000 000 28 6 000 000 29 18 000 000 30 15 000 000 Jumlah Total Pendapatan per Kapita (Rp/Thn) Rata-rata Pendapatan Per kapita (Org/Rp/Thn) No Resp
Pendapatan per Kapita (Rp/tahun) 2 400 000 4 000 000 4 600 000 4 000 000 2 000 000 3 880 000 1 200 000 4 800 000 3 600 000 1 250 000 3 000 000 4 600 000 1 200 000 2 000 000 4 000 000 4 600 000 4 500 000 1 500 000 3 600 000 3 600 000 1 200 000 2 000 000 1 250 000 4 500 000 4 500 000 3 880 000 2 000 000 1 000 000 3 600 000 3 750 000 92 010 000 3 067 000
31 Lampiran 6 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan Desa Merdeka
Regression b
Model Summary Model
R
1
,492
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,242
,120
7944337,52292
a. Predictors: (Constant), Pekerjaan, JAK, Umur, Pendidikan b. Dependent Variable: NE
a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Residual
Total
5028266537160 91,900 1577812466950 573,800 2080639120666 665,500
df
Mean Square 4
25
F
1257066634290
Sig.
2,801
22,970
,127
b
6311249867802 2,950
29
a. Dependent Variable: NE b. Predictors: (Constant), Pekerjaan, JAK, Umur, Pendidikan
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
26338678,577
12794444,078
-159211,200
177632,115
-4662184,996
Umur 1
Std. Error
Pendidikan JAK Pekerjaan
a. Dependent Variable: NE
Beta 2,059
,050
-,165
-2,096
,379
1948667,606
-,456
-1,392
,025
875199,772
1750255,396
,087
2,547
,621
-2003760,148
3640546,906
-,102
-,550
,587
32 Lampiran 6 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan (lanjutan) Desa Jaranguda
Regression b
Model Summary Model
R
1
,588
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,346
,241
6406411,07338
a. Predictors: (Constant), Pekerjaan, Umur, JAK, Pendidikan b. Dependent Variable: NE
a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Residual
Total
5421835099391 70,250 1026052571027 497,000 1568236080966 667,200
df
Mean Square 4
25
F
1355458774847 92,560
Sig.
3,303
,026
b
4104210284109 9,880
29
a. Dependent Variable: NE b. Predictors: (Constant), Pekerjaan, Umur, JAK, Pendidikan
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
18030358,694
9629437,035
-282909,089
119625,305
-3301844,198
Umur 1
Std. Error
Pendidikan JAK Pekerjaan
a. Dependent Variable: NE
Beta 1,872
,073
-,401
-2,365
,026
1680597,404
-,362
-1,965
,061
3318305,678
1711910,491
,334
3,038
,064
-1304946,169
2825807,986
-,085
-,462
,648
33 Lampiran 7 Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Bagian yang digunakan
No
Nama lokal
1
Bulung Paris
Justicia sp.
Acanthaceae
Daun
Direbus
Diminum
Obat demam
2
Sisik Naga
Drymoglossum piloselloides
Polypodiaceae
Daun
Tanpa Pengolahan
Ditempelkan
Obat sakit gigi, sakit kuning
3
Sundur Langit
Emilia sonchifolia (L.) DC
Asteraceae
Daun
Direbus
Diminum
Batuk, sariawan
4
Sere Wangi
Andropogon citratus DC.
Poaceae
Batang
Direbus
Diminum
5
Tapak Gajah
Elephanthopus scaber L.
Asteraceae
Daun
Ditumbuk/digiling
Dioleskan
6
Pala
Myristica fragrans
Myristicaceae
Buah
Diseduh
Diminum
Citrus sp.
Rutaceae
Buah
Tanpa Pengolahan
Diminum
Rutaceae
Buah
Tanpa Pengolahan
Diminum
Vitaceae
Daun
Direbus
Diminum
7 8 9
Rimo Kejaren Kuku Harimau Gagatan Harimau
Nama ilmiah
Citrus medica “Sarcodactylis” Ampelocissus thyrsiflorae
Famili
Cara Pengolahan
Cara Pemakaian
Manfaat
Obat sakit perut, pengobatan pasca persalinan Obat bisa ular, demam Perut kembung, obat tidur, obat jerawat Obat wasir, batuk Memperlancar buang air kecil Menambah stamina Obat bengkak, diare, demam, penyubur rambut
Kembiri
Aleurites moluccana
Euphorbiaceae
Buah
Ditumbuk/digiling
Untuk keramas
Cekala
Nicolaia speciosa (blume) Horan
Zingiberaceae
Buah
Dtumbuk/digiling
Dimakan
12
Belo
Piper betle
Piperaceae
Daun
Tanpa Pengolahan
Dimakan
13
Pinang
Areca catechu
Arecaceae
Buah
Dtumbuk/digiling
Dimakan
14
Besi-besi Surat Dibata
Justicia sp.
Acanthaceae
Ditumbuk/digiling
Dibalurkan
Macodes sp.
Orchidaceae
Daun Daun
Sakit mata, sariawan, makanan Diare, penyakit kulit Obat diare
Direbus
Diminum
Obat Demam
16
Alangalang
Imperata cylindrica L.
Poaceae
Akar
Ditumbuk/digiling
Diminum
Obat sakit kuning, pendarahan pada wanita
17
Pegagan
Centella asiatica L
Apiaceae
Akar
Direbus
Diminum
Obat batuk
18
Bahing Gara
Zingiber officinale Rosc
Zingiberaceae
Umbi
Direbus
Diminum
Obat luka luar, obat masuk angin
19
Tabartabar
Coctus sp.
Costaceae
Akar
Dipilin
Dioleskan
Obat sariawan
20
Rimbang
Solanaceae
Buah
Direbus
Dimakan
Obat sakit mata
Zingiberaceae
Batang
Dipilin
Diminum
Lamiaceae
Daun
Ditumbuk/digiling
Diminum
Rubiaceae
Daun
Direbus
Diminum
10
11
15
21 22 23
Bunga Ncole Kumis Kucing Lancing
Solanum torvum Swartz Hedychium coronarium Orthosiphon aristatus Argostemma involucratum Hemsl
Menambah nafsu makan, menambah asi
Obat demam, obat sakit mata Kencing batu, sakit pinggang Obat maag, Obat Demam
34
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
Pembuatan Keranjang
Kayu Bakar
Tanaman Hias Anggrek
Kadaka
35 Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian (lanjutan)
Belo
Tumbuhan Obat Pegagan
Lancing
Rimo Kejaren
Tumbuhan Obat Kumis Kucing
Sundur Langit
36
RIWAYAT HIDUP . Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 13 Januari 1991 dengan nama lengkap Boy Tantri Tarigan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs. Jendakami Tarigan dan Pintaria Br Sembiring. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 1 Kabanjahe pada Tahun 1997-2003, SMP Negeri 1 Kabanjahe Tahun 2003-2006. Pada Tahun 2009, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang Kamojang pada Tahun 2011 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada Tahun 2012. Pada Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HTI PT. ITCI HUTANI MANUNGGAL Kalimantan Timur. Guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara”, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.