RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP)
PENYUSUNAN PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN KABUPATEN MUKOMUKO SKALA 1:50.000 BERDASARKAN AEZ
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2014
RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP)
PENYUSUNAN PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN KABUPATEN MUKOMUKO SKALA 1:50.000 BERDASARKAN AEZ
Oleh : HAMDAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014
RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN Nomor : 26/1801.013/011/ROPP/2014 1. JUDUL RPTP
: Pemetaan /AEZ
2. SUMBER DANA
: DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014
3. PROGRAM
: Pengkajian Teknologi Inovatif Spesifik Lokasi dan Agribisnis Unggulan Daerah
a. Komoditas b. Bidang Riset c. Jenis Kegiatan c. Status kegiatan
:Multi Komoditas : :: Baru
4. JUDUL KEGIATAN
: Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Mukomuko Skala 1:50.000 berdasarkan AEZ
5.
: Provinsi Bengkulu : Pewilayahan, peta, lahan, komoditas, Mukomuko
LOKASI KEGIATAN Kata Kunci
6. PENELITI YANG TERLIBAT a. Peneliti b. Teknisi
: 4 Orang : 1 Orang
7. TUJUAN Melakukan identifikasi dan karakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Mukomuko yang tersusun dalam database kondisi biofisik, kimia, dan sosial ekonomi wilayah berupa peta satuan lahan dan perwilayahan komoditas pertanian skala 1: 50.000, sebagai dasar perencanaan dan bahan pertimbangan pengambil kebijakan dalam menentukan arah pengembangan dan pembangunan sektor pertanian. 8. LATAR BELAKANG Sektor pertanian merupakan pengerak utama pembangunan di wilayah Provinsi Bengkulu. Share Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian atas dasar harga berlaku dalam 10 tahun terakhir mencapai 33%, tahun 2002 sebesar Rp 2,02 triliun dan tahun 2011 naik menjadi Rp 5,95 triliun dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 11,39% per tahun. Subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar dengan nilai mencapai Rp 3,71 triliun (62,38%) diikuti
subsektor sebesar Rp 1,58 triliun (26,60%), dan subsektor peternakan sebesar Rp 0,65 triliun (11,02%). Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus 2011 menunjukkan mayoritas penduduk Bengkulu berusia 15 tahun keatas bekerja di sektor pertanian (52.24%) (BPS 2011). Pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada kendala terbatasnya
ketersediaan
data/informasi
sumberdaya
lahan
pada
skala
operasional. Kalaupun ada data/informasi tersebut keberadaannya tersebar di berbagai instansi/swasta dan belum terbasis data kan (data base) secara baik. Dengan demikian konstribusi data/informasi sumberdaya lahan tersebut untuk perencanaan belum optimal. Di lain pihak data/informasi sumberdaya lahan pada skala operasional yang terformat dalam database dapat menghasilkan berbagai informasi turunan (peta tanah, potensi lahan, peta pewilayahan komoditas, status hara,...dll) yang sangat berguna dalam perencanaan pengembangan pertanian. Agro Ecological Zone (AEZ) merupakan salah satu cara untuk menentukan alternatif penggunaan lahan yang didasarkan pada kondisi sumberdaya alam dengan parameter biofisik seperti fisiografi, elevasi, kelerengan, jenis tanah, drainase, suhu dan kelembaban. Penelitian aspek biofisik yang dikombinasikan dengan aspek sosial ekonomi dan budaya, diharapkan mampu menciptakan pembangunan sistem agribisnis yang dinamis dengan memanfaatkan sumberdaya lahan secara optimal dan berkelanjutan. Peta AEZ skala 1:250.000 yang telah disusun oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, penggunaannya terbatas pada tingkat provinsi
untuk
perencanaan
pengembangan
pertanian.
Agar
terjaga
kesinambungan dalam perencanaan pengembangan pertanian, data/informasi sumberdaya lahan yang dikemas dalam produk AEZ skala 1:250.000 tersebut perlu dijabarkan ke dalam skala yang lebih detil untuk perencanaan pengembangan pertanian yang lebih operasional, yaitu dengan penyusunan Pewilayahan Komoditas Pertanian skala 1 :50.000. BPTP Bengkulu mulai tahun 2002 sudah melaksanakan pemetaan satuan lahan dan pewilayahan komoditas tingkat kecamatan, yaitu Kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya (Kabupaten Bengkulu Utara), Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang (Kabupaten Rejang Lebong), Manna dan Seginim (Kabupaten Bengkulu Selatan) (Gunawan, at al. 2004). Selanjutnya, peta satuan lahan serta pewilayahan Kabupaten Bengkulu Tengah Skala 1:50.000 (Hamdan, et al. 2013).
9. DASAR PERTIMBANGAN Berdasarkan kondisi sumberdaya lahan yang ada, dapat dikatakan bahwa eksistensi pertanian di Propinsi Bengkulu relatif terbatas dimana dari luas provinsi 1.978.870 ha, hanya 1.000.913 ha (51,58%) yang dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya, sedangkan selebihnya merupakan kawasan hutan dengan topografi bergelombang hingga berbukit dan bergunung. Untuk itu, dalam pengembangan usaha pertanian dikaitkan dengan kondisi di atas, diperlukan kebijakan yang mengarah kepada terwujudnya optimalisasi penggunaan lahan, usaha intesifikasi pertanian dan penggunaan komoditas unggulan atau spesifik lokasi pada lahan-lahan yang telah dimanfaatkan (Manti dan Winardi, 2001). Kabupaten Mukomuko memiliki potensi sumberdaya lahan yang cukup luas yang sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal, untuk itu data/informasi sumberdaya lahan tersebut mutlak diperlukan dalam penyusunan program pengembangan pertanian berbasis sumberdaya lahan agar terjaga kesinambungan produksi dan produktivitas serta kelestarian lingkungannya. Kesinambungan produksi dan produktivitas tersebut pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan petani khususnya dan PDRB pada umumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun anggaran 2014 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu akan melakukan kegiatan pemetaan komoditas pertanian unggulan berdasarkan zona agro ekologi di Kabupaten Mukomuko. Data/informasi sumberdaya lahan skala 1:50.000 tersebut, mendesak diperlukan untuk mengetahui wilayah potensial yang bisa dikembangkan untuk budidaya pertanian, penyusunan pewilayahan komoditas pertanian unggulan dan meramu alternatif teknologi pengelolaan lahan pertanian sesuai daya dukung lahan, mendukung kegiatan penelitian dan pengkajian BPTP Bengkulu, dan mendukung program Propinsi Bengkulu dalam pengembangan kawasan sentra produksi dan agribisnis. 10. PERKIRAAN KELUARAN a. Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan dalam bentuk peta satuan lahan Kabupaten Mukomuko. b. Peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Mukomuko.
11. METODOLOGI a.
Lokasi Pemilihan lokasi daerah kegiatan didasarkan atas tersedianya baik data spasial
dalam wujud peta dasar (peta rupa bumi), citra satelit, peta pendukung lainnya maupun dalam bentuk basis data sumberdaya lahan. Kegiatan ini akan dilaksanakan di seluruh Kabupaten Mukomuko dari bulan Januari 2014 sampai Desember 2014. b. Prosedur Kegiatan Prosedur penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian terdiri dari empat tahapan kegiatan meliputi : 1. Penyiapan data 2. Penyiapan peralatan 3. Penyusunan peta satuan lahan 4. Identifikasi lahan 5. Evaluasi lahan 6. Verifikasi lapangan 7. Penyusunan peta pewilayahan komoditas 1. Penyiapan data Untuk kegiatan ini diperlukan beberapa data dan bahan yang terdiri dari data spasial dan data tabular atau basis data tanah, data iklim, citra satelit, dan sosial ekonomi. 1.1. Data Spasial -
Peta dasar yang terdiri dari Peta Topografi/Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000, peta administrasi skala 1 : 50.000 Kabupaten Mukomuko
-
Citra satelit Lansat 7 ETM+ Kabupaten Mukomuko
-
Peta tematik yang terdiri dari peta tanah, peta observasi, dan penggunaan lahan
-
Peta pendukung yang terdiri dari peta-peta yang tersedia seperti peta AEZ, peta tanah tinjau, peta arahan tata ruang pertanian dan peta arahan pengggunaan lahan, masing-masing skala 1 : 250.000
1.2. Basis Data Tanah Basis data tanah yang dikumpulkan terdiri dari basis data morfologi tanah atau Site and Horizon (SH), basis data hasil analisa kimia tanah (SSA), dan basis data satuan peta tanah (MU). Ketiga jenis data tersebut akan digunakan untuk penilaian kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas berdasarkan AEZ di Kabupaten Mukomuko. 1.3. Data Iklim Data iklim yang diperlukan berupa data curah hujan, temperatur, kecepatan angin, lama penyinaran, dan kelembaban udara. Data tersebut digunakan untuk penilaian kesesuaian lahan. 2. Persiapan Peralatan Untuk memperlancar proses penelitian, diperlukan beberapa peralatan (seperangkat komputer dan peralatan lapang) yang harus disediakan dengan spesifikasi sebagai berikut : 1.1. Komputer -
Hardware, Personal Computer/Desktop, Printer Deskjet Colour
-
Software, Sistem operasi windows xp, Windows 7, ArcView 3,2, Global mapper 9, SAGA 2.0.8, Mapsource 6163, dan Google Earth
1.2. Peralatan lapang Peralatan observasi tanah di lapangan minimal bor tanah (mineral), pisau lapang, Muncell Soil Colour Chart, pH trough, kompas, abney level, altimeter dan loupe. Diperlukan juga form isian untuk pengamatan tanah dilapangan dan petunjuk pengisiannya.
3. Penyusunan Peta Satuan Lahan Proses identifikasi lahan dilakukan untuk penyusunan peta satuan lahan dengan tahapan sebagai berikut: -
Penyusunan peta kountur dan peta lerang dengan software SAGA 2.0.8
-
Melakukan perbaikan (smooting) deliniasi peta satuan lahan skala 1:250.000 Kabupaten Mukomuko dengan software Arcview 3.2.
-
Deliniasi (penarikan batas zona) poligon satuan lahan dengan overlay peta kountur dan peta lereng, proses ini menghasilkan landform baru dengan pembatas kelerengan 0-1% (f), 1-3% (n), 3-8% (u), 8-15% (r), 15-25% (c), 25-40% (h), dan >40% (m).
-
Pemberian simbol baru pada landform, misalnya Af 1122-f. A merupakan grup landform aluvial, f adalah litologi (adalah deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan karakteristiknya, seperti: warna, komposisi mineral dan ukuran butir), 1122 adalah landform rawa belakang sungai meander, dan f adalah kelerengan landform.
-
Overlay peta satuan lahan yang telah didetilkan dengan peta RBI untuk melengkapi peta jalan, sungai dan nama sungai, badan air, nama daerah.
-
Pencetakan peta satuan lahan sementara skala 1:50.000 untuk proses identifikasi lahan.
4. Identifikasi lahan Peta satuan lahan skala 1:50.000 dijadikan peta dasar dalam identifikasi lahan di lapangan. Pengamatan biofisik lahan dan lingkungannya dilakukan secara transek yang mewakili beberapa satuan lahan, diantaranya: -
Pengamatan sifat morfologi tanah di lapang dilakukan dengan pembuatan minipit dengan kedalaman 60 cm, antara lain kedalaman tanah, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, drainase, pH tanah, sementasi (batuan/padas), konsentrasi bahan kasar atau fragmen batuan, dan perakaran tanaman.
-
Pengambilan contoh tanah dilaksanakan pada setiap satuan lahan pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
-
Analisis tanah di laboratorium, terdiri dari sifat-sifat fisika dan kimia tanah berupa tekstur, kandungan bahan organik (C organik, N total dan C/N), reaksi tanah (pH), kandungan P dan K potensial, P dan K tersedia, retensi P, basabasa dapat tukar (Ca, Mg, K dan Na), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kejenuhan Al.
-
Data hasil analisis tanah digunakan untuk memperbaiki klasifikasi tanah, evaluasi kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian.
5. Evaluasi Kesesuaian Lahan Rangkaian kegiatan evaluasi lahan dilaksanakan secara terkomputerisasi. Penyiapan
data
untuk
keperluan
evaluasi
lahan
dilakukan
dengan
menggunakan program mediator yaitu SPKL 1.0 (Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan) yang berisi database kriteria syarat tumbuh tanaman. Data-data yang digunakan adalah data iklim, data sifak fisika dan kimia tanah, dan data usahatani komoditas eksisting dalam bentuk NPV untuk tanaman tahunan dan BC ratio untuk tanaman semusim. Tahapan penyusunan evaluasi lahan adalah sebagai berikut : -
Entry data ke karakteritik lahan pada program SPKL 1.0
-
Entry data kriteria syarat tumbuh tanaman untuk komoditas yang belum ada dalam database SPKL 1.0
-
Penilaian kesesuaian lahan
-
Input data hasil evaluasi kesesuai lahan masing-masing komoditas berdasarkan satuan lahan kedalam tabel data program Arcview 3.2. untuk draf peta pewilayahan komoditas
-
Overlay draf peta pewilayahan komoditas dengan peta RBI, Peta Kawasan, Kawasan kebijakan daerah untuk penyusunan peta pewilayahan komoditas.
6. Verifikasi Lapangan Hasil penilaian evaluasi lahan baik berupa data tabular maupun peta kesesuaian lahan masing-masing komoditas perlu diverifikasi dan validasi di lapangan. Parameter-parameter tanah yang menjadi faktor pembatas dalam evaluasi lahan perlu diperhatikan seperti kondisi terrain (lereng, torehan, keadaan batuan di permukaan dan kemungkinan bahaya banjir); media perakaran (kedalaman efektif, tekstur, drainase, struktur tanah, density dan kemasakan tanah), dan beberapa sifat fisik tanah yaitu reaksi tanah, adanya bahaya
sulfidik,
dan
kandungan
bahan
organic.
Apabila
terdapat
ketidaksesuaian antara data yang ada dengan kenyataan di lapangan, maka data tersebut perlu dilakukan perbaikan.
7. Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Untuk menyusun peta pewilayahan komoditas diperlukan empat jenis data utama yaitu : (1) data hasil evaluasi lahan, (2) data peluang investasi, (3) peta kawasan, dan (4) data prioritas tanaman. Selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) diperlukan juga sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilayahan komoditas. Data-data tersebut diperlukan untuk memperoleh pewilayahan komoditas pertanian yang sesuai secara fisik dan layak dikembangkan secara ekonomi. Hasil penyusunan peta pewilayahan komoditas disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan legenda dan naskah laporannya.
8. Sosialisasi Hasil Pewilayahan Komoditas Hasil pewilayahan komoditas disajikan dalam bentuk peta tematik melalui sistem informasi geografis. Sosialisasi peta informasi data potensi lahan pertanian dan perkebunan tersebut akan dilakukan berkerja sama dengan pemerintah
Kabupaten
Mukomuko.
Peta
Pewilayahan
Komoditas
akan
diekspose di hadapan Bupati Mukomuko, Bappeda, dan dinas serta instansi terkait. Tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk menyebarluaskan informasi sumberdaya lahan dan arahan pengembangan komoditas pertanian spesifik lokasi dalam bentuk peta pewilayahan komoditas pertanian skala 1:50.000. c.
Lingkup dan Rencana Kegiatan Kegiatan ini diawali dengan pengadaan bahan dan interpretasi citra satelit, peta rupa bumi, dan peta pendukung lainnya, sehingga tersusun peta satuan lahan sementara. Peta satuan lahan tersebut digunakan sebagai peta dasar untuk identifikasi lahan dan pengambilan contoh tanah di lapangan. Identifikasi dan pengamatan, serta pengambilan contoh tanah. Contoh tanah yang diambil secara menyebar pada masing-masing satuan tanah dan dianalisis di laboratorium. Pengamatan tanah di lapangan dan hasil analisis tanah digunakan untuk penyusunan peta satuan lahan, evaluasi kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian pada skala 1:50.000.
12. RENCANA OPERASIONAL NO
BULAN
URAIAN KEGIATAN 1
5.
Persiapan awal: a. RPTP, seminar, ROPP, juknisdll. b. Desk study Persiapan kegiatan lapangan: a. Penyiapan peralatan b. Penyiapan peta dasar dan peta analisis Kegiatan lapangan: a. Pengumpulan data tanah b. Pengumpulan data iklim c. Pengumpulan data pertanian, dll.) Analisis data dan penyusunan peta: a. Analisis sampel tanah b. Penyusunan peta evaluasi lahan (peta satuan tanah) c. Penyusunan peta pewilayahan komoditas, dll. Sosialisasi hasil/ekspose
6.
Pelaporan
1.
2.
3.
4.
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
13. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Gunawan, A. Darmadi, Azmi, A. Ishak. 2004. Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Zona Agroekologi di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Hamdan, I.C. Siagian, A. Darmadi, Bahagia, dan Suardi. Laporan Akhir Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Mukomuko Skala 1:50.000. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Jalid, N., D.W. Astuti, S.D. Daliani, A. Damiri, Supriyanto dan D. Rasuul, 1999. Laporan Akhir Analisis Zona Agroekologi Kabupaten Bengkulu Utara. IPPTP. Bengkulu. Manti, I. dan Winardi, 2001. Menelaah Potensi Daerah Pembanguna Pertanian Bengkulu. Disampaikan Dalam Seminar Prospektif Pembangunan Pertanian Bengkulu dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Fakultas Pertanian UNIB, 27-28 Maret 2001. Bengkulu. Sudaryanto, T. dan N. Syafa’at. 2000. Prosfektif Sektor Pertanian dan Peranan Kegiatan ZAE dalam Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Komoditas Unggulan. Hal 21-40 dalam Prosiding Pemberdayaan Potensi Regional melalui Pendekatan Zone Agroekolog menunjang Gema Prima. Mataram, 8-9 Maret 1999. Winardi, D.W Astuti, S.S Rambe, Ardimar, Shoffahayati, A. Syaputra, D.Rasul, Afrizon, Afrizal, V. Mahmelia dan Yusril, 2000a. Laporan Analisis Zona Agroekologi Kabupaten Bengkulu Selatan. IPPTP Bengkulu. Winardi, D.W Astuti, S.S Rambe, U.P Astuti, A. Syaputra, Afrizal, 2000b. Laporan Analisis Zona Agroekologi Kabupaten Bengkulu Utara. IPPTP Bengkulu. Winardi, I. Manti, D. Rasul, Afrizal, S.S Rambe dan Z. Effendi, 2001. Analisis Zona Agroekologi Propinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu.
14. ORGANISASI PELAKSANA No.
Jabatan
Nama/NIP
Pelaksana
Fungsional
Bidang Keahlian
Penanggung jawab
Peneliti Pertama
Sosek Pertanian
1.
Hamdan, SP, M.Si 19970621 200212 1 001
2.
Agus Darmadi, SP 197108051998031002
anggota
Peneliti Umum
Agronomi
3.
Irma Calista, A.Md, ST. 198107162005012002
anggota
Peneliti Pertama
Analis
4.
Herlena Bidi Astuti, SP 19791102 200912 2 002
anggota
Calon peneliti
Sosek Pertanian
5.
Bahagia, A.Md 19620101 198603 1 004
anggota
Teknisi
Peternakan
15. URAIAN TUGAS Nama
Uraian Tugas
Hamdan, SP,M.Si
-
Bertanggung jawab atas kegiatan pengkajian Membuat ROPP, Juknis dan renc. pertemuan Tim Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pengkajian Melakukan koordinasi Tim dan pihak terkait Melakukan keg.sosialisasi, dan pertemuan Mengkoordinir pelaksanaan/permasalahan kegiatan - Koordinasi dan konsultasi kebijakan di luar Provinsi. - Pengolahan dan analisis data /pelaporan keg.
Agus Darmadi, SP
-
Irma Calista, A.Md, ST
- Mempersiapkan bahan dan alat survei - Mengumpulkan data biofisik tanah terkait penyusunan peta - Melakukan survei dan analisis data - Menyiapkan/ menyusun bahan pelaporan
Herlena Bidi Astuti, SP
- Mempersiapkan rencana pelaksanaan kegiatan - Membantu menyusun kuesioner data skunder - Membantu pelaksanaan survei dan desk study
Bahagia, A.Md
- Mempersiapan administrasi bahan kegiatan - Mengoordinasikan persiapan kegiatan pada Tim - Membuat dan menyelesaiakan administrasi penggunaan biaya pengkajian - Membuat pelaporan penggunaan biaya pengkajian
Membantu merencanakan desain teknis kajian Koordinasi dan identifikasi masalah kegiatan Membantu penyusunan metoda analisis kegiatan Melakukan analisis dampak dan rencana tindak Membantu analisis data dan evaluasi hasil kajian
16. LEMBAR PENGESAHAN Penanggung Jawab ROPP,
Hamdan, SP.M.Si NIP. 19772106 200212 1 001
MENYETUJUI:
Penanggung Jawab RPTP,
Hamdan, SP.M.Si NIP. 19772106 200212 1 001
Koordinator Program,
Wahyu Wibawa, MP., Ph.D NIP. 19690427 199803 1 001 MENGETAHUI: Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
17. ANALISIS RESIKO Analisis resiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian, kemudian apa penyebab dan dampaknya. Untuk itu perlu disusun daftar resiko, strategi dan cara penanganannya baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 1). Tabel 1. Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Mukomuko Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4.
Risiko
Penyebab
Dampak
Dokumentasi kegiatan sebelumnya tidak lengkap Data potensi daerah tidak tersedia
Pelaksanaan kegiatan sebagian besar dilakukan peneliti diluar BPTP Database belum tersusun karena daerah pemekaran Kegiatan sejenis umumnya dilakukan BBSDLP Database belum tersusun dan belum pernah dilakukan pemetaan
Keterlambatan penyusunan dokumen awal dan pelaksanaan kegiatan Gambaran umum wilayah tidak dapat ditampilkan secara detail Kegiatan baru dapat dilaksanakan setelah ada supervise dari BBSDLP Keterlambatan dan pelaksanaan kegiatan
Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia Peta dasar, peta tematik, dan peta pendukung tidak tersedia
Tabel 2. Risiko, penyebab, dan Penanganannya dlam pelaksanaan pengkajian penyusunan pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Mukomuko Tahun 2014 No. 1.
2. 3. 4.
Risiko Dokumentasi kegiatan sebelumnya tidak lengkap Data potensi daerah tidak tersedia Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia Peta dasar, peta tematik, dan peta pendukung tidak tersedia
Penyebab Pelaksanaan kegiatan sebagian besar dilakukan peneliti diluar BPTP Database belum tersusun karena daerah pemekaran Kegiatan sejenis umumnya dilakukan BBSDLP Database belum tersusun dan belum pernah dilakukan pemetaan
Penanganan risiko Koordinasi dengan peneliti pelaksana tahun sebelumnya dan BSDLP serta Balitklimat Kolektif data dari kabupaten induk dan provinsi Melakukan pengumpulan data yang dapat dikerjakan tanpa supervise BBSDLP Koordinasi dengan pihak terkait kepemilikan peta pendukung yang dibutuhkan