Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M Denis Gilang Prasthya Catur Sasongko Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Laporan ini bertujuan untuk memaparkan prosedur audit terhadap akun aset tetap pada PT. M. Pembahasan diawali dengan pemahaman siklus dan kebijakan aset tetap pada perushaan pembiayaan. Selanjutnya diungkapkan pembahasan pengendalian internal dan prosedur audit umum atas aset tetap PT. M. Proses audit dilakukan sesuai pendekatan manual audit KAP OBSE, mencakup perencanaan audit, perancangan, pelasanaan audit dan penyelesaian audit. Temuan atas audit aset tetap PT. M adalah kesalahan waktu pengakuan aet tetap, kesalahan pengakuan aset tak berwujud sebagai aset tetap. Secara keseluruhan tidak ditemukan perbedaan antara kebijakan akuntansi PT. M dengan PSAK 16 dan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Kata kunci : kebijakan aset tetap, pengendalian internal, prosedur audit. Abstract This report describes the audit procedures of fixed assets in PT . M. discussion start with the understanding of cycle and fixed assets policy in financing company. Thus we disclose about the internal control and audit procedures of fixed assets account in PT. M. The audit Process based on KAP OBSE Audit Approach Manual, which encompasses audit planning stage, design, perform audit and completing audit stage. There are findings on audit procedures such as timing errors on recognizing fixed assets, and misclassification for intangible asset. Generally there is no difference between fixed assets policy with PSAK 16 and financial statements has been presents fairly. Keywords : Fixed assets policy, internal control and audit procedures.
Pendahuluan Pada laporan magang ini penulis akan membahas prosedur umum atas audit aset tetap PT. M pada laporan keuangan per 31 desember 2012 yang dilakukan oleh KAP OBSE. Penulis
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
menyadari bahwa aset tetap merupakan salah satu indikasi yang menandakan bahwa sebuah perusahaan berada pada kondisi perekonomian yang baik, seringkali dibuktikan dengan peningkatan aset tetap dalam satu periode dengan periode yang lain dan oleh karena hal tersebut biasanya aset tetap menjadi salah satu aspek yang ditinjau oleh investor sebelum melakukan investasi pada satu perusahaan. Oleh karena itulah maka pengungkapan secara wajar terhadap akun aset tetap menjadi tujuan utama yang harus dilakukan baik oleh manajemen dan pihak independen yaitu auditor. Penulis selanjutnya memfokuskan permasalahan pada analisis terkait tiga hal dalam aset tetap yaitu; (1) Kebijakan akuntansi aset tetap PT. M terhadap kesesuaian dengan PSAK terkait, (2) Analisa kebijakan pengendalian kontrol aset tetap yang dijalankan oleh PT. M dan (3) Analisa prosedur audit serta temuan audit yang telah dilakukan oleh KAP OBSE.
Tinjauan Teoritis Aset Tetap Arens et Al (2009) menjelaskan bahwa aset tetap adalah aset yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, serta diperoleh bukan untuk dijual kembali. Sementara itu, peraturan akuntansi yang berlaku di Indonesia yakni PSAK 16 (2011) menjelaskan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedian barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administrasi, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) secara lebih rinci menyampaikan definisi aset tetap, dengan menekankan pada tiga karakteristik utama pada aset tetap tersebut, yaitu: 1. Aset tersebut dimiliki untuk digunakan dalam aktivitas operasional perusahaan dan tidak untuk dijual kembali. Bangunan yang tidak digunakan (idle) atau peralatan yang dibeli untuk tujuan spekulasi tidak digolongkan ke dalam aset tetap melainkan investasi. 2. Aset tersebut memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Karakteristik ini membuktikan bahwa aset dipergunakan untuk suatu jangka waktu yang panjang. Karakteristik ini juga lah yang memperkenalkan istilah dilakukannya penyusutan (depreciation) dalam aset tetap. Karena aset tetap memiliki umur ekonomis yang membuat nilai serta fungsi dari aset tetap tersebut menjadi berkurang.
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
3. Aset tetap berwujud fisik serta nilainya yang material. Karakteristik terakhir ini menjelaskan bahwa pengeluaran untuk aset tersebut merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material bagi perusahaan. Selain itu aset tetap memiliki wujud secara fisik yang dapat menjadi pembeda dengan aset tidak berwujud (intangible) yang berbentuk seperti paten dan software. Aset tidak berwujud juga memiliki masa manfaat, sehingga dilakukan amortisasi (istilah penyusutan hanya digunakan pada aset tetap). Pengendalian Internal Sebuah sistem pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang didesain untuk memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa perusahaan akan mencapai tujuan yang serta pencapaian hasil akhir yang telah ditentukan sebelumnya. Definisi tersebut terdapat dalam buku karangan Arens et Al (2009). Selanjutnya dalam buku tersebut juga terdapat tiga tujuan utama dalam mendesain pengendalian internal, antara lain: (1) Keandalan laporan keuangan, (2) Efektivitas serta efisiensi dari operasi perusahaan, (3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Pengendalian internal menjadi salah satu faktor penting yang tidak bisa diabaikan dalam perusahaan, dengan dilakukannya pengendalian internal maka terdapat upaya dari manajemen perusahaan untuk mengatasi dan memimalisir berbagai risiko yang mempengaruhi tujuan akhir dari perusahaan itu sendiri. Selain itu Simons (2000) menjelaskan beberapa macam pengendalian yang umum digunakan internal perusahaan, yaitu; •
Structural safeguards Digunakan unuk memastkan adanya otorisasi bagi individu untuk memegang dan
bertanggung jawab atas transaksi akuntansi, hal ini dapat dilakukan dengan pemisahan tugas antar transaksi tersebut. •
Systems safeguards Disusun unutk memastikan prosedur yang cukup untuk memproses transaksi maupun
pelaporan agar tepat waktu, Caranya yaitu dengan menyiapkan pencatatan yang lengkap, pembatasan informasi dan akses terbatas untuk setiap database serta dilakukan pelaporan secara berkala. •
Staff safeguards Disusun untuk memastikan bahwa staf yang melakukan proses transaksi serta melakukan
pencatatan akuntansi telah memiliki keahlian, pelatihan serta pengalaman yang cukup, hal yang paling mudah dilakukan oleh manajemen dengan adanya rotasi pekerjaan secara berkala.
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
Auditing Audit merupakan proses akumulasi dan evaluasi terkait informasi untuk menentukan dan melaporkan korespondensi antara informasi dan kriteria yang ditetapkan. (Arens et al. 2009) Secara umum, terdapat 4 (empat) tahap audit laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor. Tahap-tahap tersebut akan dijelaskan melalui gambar 1
Tahap I : Perencanaan dan Merancang Pendekatan Audit
Tahap II : Test of Controls dan Substantive Test of Transactions
Tahap III : Prosedur Analitis dan Test of Details of Balances
Tahap IV : Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit
Gambar 1. Tahap dalam Audit Laporan Keuangan Pada tahap I, tiga kunci penting yang harus dilaksanakan auditor adalah memahami bisnis klien dan lingkungannya, memahami pengendalian internal klien dan menilai risiko pengendalian, dan menentukan risiko salah saji. Dengan memahami bisnis dan pengendalian internal klien, auditor dapat merancang program audit yang sesuai dengan karakteristik klien. Setelah auditor memahami bisnis klien dan menentukan program audit yang akan dijalankan, tahap selanjutnya adalah melakukan test of control. Test of control berfungsi untuk menguji efektivitas pengendalian internal perusahaan. Apabila Test of Control menunjukkan pengendalian berjalan efektif, maka auditor dapat mengurangi risiko pengendalian yang telah dirancang sebelumnya. Pengendalian yang efektif juga membuat substantive test of transaction menjadi lebih sedikit dilakukan auditor. Pada tahap III, auditor melakukan prosedur analitis dan test of details. Prosedur analitis dilakukan untuk menilai apakah saldo akun telah disajikan secara wajar. Test of details adalah prosedur spesifik untuk menguji salah saji moneter dalam laporan keuangan.
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
Pada tahap terakhir, auditor mengkombinasikan semua informasi yang diperoleh selama audit untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Tahap ini merupakan proses yang sangat subjektif mengingat tahap ini sangat bergantung pada pertimbangan profesional auditor.
Profil Perusahaan Profil Kantor Akuntan Publik OBSE Kantor Akuntan Publik (KAP) OBSE merupakan KAP yang berafiliasi dengan DTTL. DTTL memiliki misi yatu “to be the Standard of Excellence” dan merupakan salah satu dari the big four di dunia. Sama seperti DTTL, Kantor Akuntan Publik (KAP) OBSE juga menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. DTTL sendiri telah mencapai 150 negara di seluruh dunia dengan sekitar 193.000 karyawan. DTTL sendiri terbagi dalam beberapa regional, seperti DTTL untuk di Amerika dan Kanada, DTTSEA untuk regional Asia Tenggara (termasuk didalamnya KAP OBSE), DTTE untuk di Eropa, DTT untuk di Asia Timur khususnya Jepang dan DTTME untuk di Timur Tengah. KAP OBSE dalam melaksanakan kegiatan audit telah menggunakan perangkat lunak yang bertujuan untuk memudahkan kinerja baik secara waktu, kerapihan serta telah adanya metodologi terstruktur yang dipergunakan dalam pendekatan audit oleh KAP OBSE. Dalam pemberian jasa auditing maka KAP OBSE akan berpedoman pada metodologi khusus, dimana metodologi ini telah digunakan sebagai standarisasi bagi seluruh KAP yang beraffiliasi dengan DTTL. Pedoman pendekatan audit ini dikenal sebagai The Audit Approach Manual (AAM). AAM terbagi atas lima tahapan proses dalam melakukan audit, tahapan audit dimulai dengan menerima dan melanjutkan hubungan dangan klien (Acceptance and continuance of client relationship), dilanjutkan dengan perencanaan audit (audit planning) yang diikuti dengan pendesainan audit (audit designing), kemudian tahap audit lapangan (audit field work) dan diakhiri dengan penyelesaian dan pelaporan (completion and reporting). Profil Perusahaan PT. M PT. M merupakan salah satu perusahaan pembiayaan di Indonesia, dimana mayoritas pembiayaannya diberikan kepada perusahaan asal Jepang, dikarenakan PT. M merupakan anak perusahaan dari PT. MUFJ. PT. MUFJ sendiri adalah perusahaan jasa pembiayaan yang cukup
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
besar di Jepang. Lini bisnisnya hampir di seluruh Asia. PT. M yang masih merupakan bagian dari PT. MUFJ membuat hampir seluruh pembiayaan juga masih mendapat dukungan penuh, dibuktikan dengan beberapa pembiayaan termasuk untuk pemeliharaan serta operasional perusahaan untuk penentuan tenaga ahli berikut dengan pembayaran biaya hidup masih dilakukan oleh PT. MUFJ. Secara ruang lingkup operasional PT. M tidak memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, karena PT. M hanya mengikuti operasional dari induknya yaitu PT. MUFJ. Mengenai mata uang operasional perusahaan menggunakan (USD) dollar, hal ini dikarenakan untuk mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh induk perusahaan. Walaupun secara operasional PT.M berada di Indonesia, namun mata uang fungsionalnya tidak mennggunakan Rupiah. PT. M telah memiliki kebijakan akuntansi aset tetap yang telah menyesuaikan dengan peraturan standar akuntansi yaitu PSAK 16. Salah satu yang utama adalah terkait pengakuan aset tetap, dimana PT. M akan mengakui biaya perolehan aset tetap sebesar biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap termasuk didalamnya biaya pembebanan pajak, biaya terkait instalasi, dan biaya pengiriman. Dalam hal model pengukuran maka PT. M telah menggunakan pengukuran model biaya historis. Selanjutnya dalam operasional keseharian perusahaan maka PT. M telah menggunakan sistem komputerisasi untuk pencatatan maupun pelaporan siklus akuntansinya hal ini dilakukan dengan perangkat lunak akuntansi bernama ACCPAC. Terkait prosedur pengamanan aset tetapnya maka PT. M telah memiliki prosedur khusus dimana seluruh kepemilkan aset tetap telah dicatat dalam rincian aset tetap perusahaan dan PT. M juga melakukan penempatan aset tetap dalam tempat yang hanya bisa diakses oleh internal perusahaan serta juga dilengkapi dengan akses kamera pengintai. Terkait kebijakan depresiasi aset tetapnya, PT. M telah menggunakan perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus (Straight line method) dengan berdasarkan pada estimasi umur manfaat ekonomis aset tetap tanpa diberlakukan nilai residu. Berikut estimasi umur manfaat tiap kelompok asetnya. Tabel 1 Kelompok Aset Tetap dan Estimasi Umur Manfaat Kelompok Aset Tetap Partisi dan Interior Furniture dan eternity Kendaraan Peralatan Kantor
Estimasi Umur Manfaat 4 tahun 4 tahun 8 tahun 4-8 tahun
Pengakuan beban penyusutan yang dilakukan oleh PT. M sendiri dilakukan semenjak periode dimulainya aset tetap digunakan, dan tanpa melakukan prosedur pisah batas ditengah
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
bulan berjalan dan akan langsung dilakukan penyusutan secara satu bulan penuh. Dan terkait kebijakan prosedur pelepasan aset tetap, PT. M akan melakukan pelepasan aset tetap dengan terlebih dahulu melakukan penghitungan adanya kemungkinan kerugian maupun keuntungan yang dapat timbul dari adanya pelepasan aset tetap tersebut.
Pembahasan 1. Analisa Kebijakan Akuntansi Aset Tetap PT. M Dalam penyusunan laporan keuangannya PT. M harus mematuhi ketentuan yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang terkait aturan pencatatan, pelaporan dan pengungkapan atas aset tetapnya harus sesuai dengan pedoman yang berlaku umum yaitu PSAK 16. Dan secara garis besarnya dapat dinyatakan bahwa kebijakan akutansi PT. M telah mengikuti aturan psak 16. Hal ini dapat menjadi nilai tambah bagi manajemen perusahaan, karena nantinya PT. M tidak akan menghadapai resiko terkait kesalahan pelaporan atas aset tetap yang dapat mengganggu aktivitas perusahaan. Berikut beberapa hal terkait pengakuan, pencatatan, penyusutan, pelaporan dan pengungkapan aset tetap. •
Prosedur Pengakuan, Pencatatan, dan Pengukuran Aset Tetap PT. M mengukur nilai aset tetapnya melalui penjumlahan atas biaya perolehan ditambah
dengan biaya atribusi langsung seperi biaya pengiriman, dan biaya instalasi. Apabila terjadi pembelian sebuah aset tetap, maka PT. M langsung melakukan penjurnalan berupa: Vehicle/Computer/aset Cash on Bank
xxx xxx
Penjurnalan kedalam sistem akuntansi perusahaan baru dilakukan setelah tercapainya salah satu kondisi yaitu: (1) saat aset tersebut telah dilakukan tanggal pembayaran dan telah siap digunakan melalui adanya pembuktian faktur pajak, atau (2) saat aset tetap baru diakui setelah seluruh instalasi telah selesai dan siap digunakan. Namun dalam praktiknya, terdapat proses pencatatan yang berbeda untuk kondisi saat penambahan aset tetap terjadi lebih dari satu pembayaran atau terdapat pembayaran dimuka. Analogi kondisi ini dapat dilihat apabila terdapat kondisi bahwa aset tetap tersebut baru selesai tahapan pembayaran 30% dibulan pertama, dan penyelesesaian dilakukan pada bulan berikutnya sebesar 70%. Maka PT.M akan melakukan dua kali pengakuan aset tetap namun dengan catatan harga perolehan mengikuti prosentase
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
pembayaran yang dilakukan, dan nantinya periode penyusutan yang terjadi akan mengikuti saat pembayaran telah secara penuh dilakukan, karena bisanya pada pembayaran secara penuh tersebut juga dilakukan pemidahan resiko kepemlikan dari pihak ketiga menjadi milik PT. M. Sebagai contoh PT. M melakukan penambahan aset tetap berupa pembelian kendaraan mobil Toyota Camry dimana terjadi pembayaran pertama pada bulan Februari sebesar 30 % yaitu $ 15.522,22 dan pada bulan maret sebesar 70% yaitu $ 35.882.22. • Pencatatan pada bulan februari Vehicle Camry 15.522,22 Cash on Bank 15.522,22 • Pencatatan pada bulan maret Vehicle Camry 35,882,22 Cash on Bank 35,882,22 Terkait pencatatan diatas dimana PT. M akan mengakui pembayaraan uang muka sebagai pengakuan aset tetap tanpa adanya peralihan kepemilikan atas aset tetap, dan belum ada manfaat yang dapat diterima oleh PT. M, berdasarkan dua poin ini dapat terlihat belum terpenuhinya teori matching cost maupun aturan PSAK 16 dimana penulis menekankan bahwa perusahaan harus mengakui pembiayaan tersebut sebagai salah satu kerugian yang timbul pada periode berjalan, dan tentunya manajemen tidak boleh langsung mengakui sebagai aset tetap, karena berdasarkan pada PSAK 16 paragraf 6 juga ditekankan bahwa aset tetap didefinisikan sebagai aset yang dimiliki dan digunakan dalam operasional perusahaan. Sebaiknya PT. M melakukan pencatatan pembiayaan uang muka sebagai advance yaitu akun aset temporer. Dalam hal ini apabila nantinya terjadi transaksi peralihan aset tetap maka PT. M akan langsung membalik akun advance tersebut sebagai pengurang saat pembayaran aset tetap dilakukan. Kemudian apabila penambahan aset tetap tidak terealisasi, maka manajemen dapat langsung mengakuinya sebagai kerugian pada periode berjalan. Analoginya dapat dilihat: Pada saat dilakukannya pembayaran dimuka atas aset tetap Advance (untuk aset tetap xxx) $ xxx (proporsi pembayaran) Kas $ xxx • Pada saat terjadi realisasi atas penambahan aset tetap Aset tetap ( xxx) $ xxx Kas $ xxx Advance (untuk aset tetap xxx) $ xxx Dengan pencatatan akuntansi seperti ini, maka nantinya PT. M dapat mencatat nilai aset tetap •
sesuai dengan nilai perolehan 100%, dan tidak lagi terdapat pencatatan dua aset tetap berdasarkan proporsi aset tetap untuk satu aset tetap secara realisasinya.
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
Dalam hal pengukuran aset tetapnya, PT. M menggunakan model biaya sebagai metode pengukuran aset tetapnya, dimana model biaya ini telah sesuai dengan aturan PSAK 16 paragraf 29 yang menyatakan tentang pemilihan model pengukuran atas keseluruhan aset tetap. Dijelaskan juga dalam PSAK tersebut, terkait konsistensi atas penggunaan metode pengukuran aset tetap dan jika ditinjau pada kebijakan PT.M sendiri juga tidak terjadi perubahan metode pengukuran aset tetap. •
Penyajian atas klasifikasi aset tetap PT. M PT. M telah mengelompokan aset tetapnya kedalam empat kelompok utama yaitu,
leasehold improvement (berisikan partisi maupun interior ruangan), computer & hardware (perangkat komputer), vehicle (kendaraan operasional), office equipment & fixtures (peralatan serta perlengkapan kantor). Klasifikasi ini telah sesuai dengan definisi aset tetap menurut PSAK 16 paragraf 6 dimana disebutkan bahwa aset tetap digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dan memilki masa manfaat selama lebih dari satu periode. Berikut komponen penyajian aset tetap yang dimiliki oleh PT. M: Tabel 2 Klasifikasi Akun Aset Tetap PT. M De s c Leasehold Improvement Computer & Hardware Vehicle Office Equip & Fixtures Total Acum Acum Acum Acum Acum
Depr Leasehold Improvement Computer & Hardware Vehicle Office Equip & Fixtures total
NBV
•
B alance Pe r B alance Pe r 31 DEC 2012 31 DEC 2011 56,487 12,234 588,563 123,767 257,518 177,980 130,076 22,221 1,032,644 336,202 18,022 79,135 55,685 67,610 220,452
12,233 83,150 24,859 19,143 139,385
812,192
196,817
Prosedur Penyusutan Aset Tetap Perhitungan penyusutan dilakukan atas dasar informasi masa manfaat aset tetap, serta
periode dimulainya aset tetap yang didapat dari rincian aset tetap PT. M. Setelah dilakukan perhitungan secara merinci atas aset tetap tersebut, selanjutnya manajemen akan menjumlahkan nilai penyusutan pada bulan berjalan tersebut kedalam masing masing kelompok yang telah diklasifikasikan pada empat kelompok aset tetap tersebut. Setelah dikelompokan maka dilakukan posting kedalam sistem berdasarkan masing-masing jurnal penyesuaian berdasarkan kelompok tersebut. PT. M mengelompokan hasil perhitungan seluruh penyusutan disesuaikan pada
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
klasifikasi masing masing, dan barulah pada akhir bulan manajemen memposting jurnal penyusutan tersebut: •
Pada saat pengakuan terjadinya penyusutan Deppre Computer&Hardware Exp
$ 9,972.52
Acum Computer&Hardware Deppre Vehicle Exp
$ 9,972.52 $ 1,500.60
Acum Vehcle
$ 1,500.60
Kebijakan penyusutan yang dilakukan oleh PT. M telah sesuai dengan PSAK 16 paragraf 56 dimana ditekankan bahwa periode penyusutan dimulai ketika aset telah siap digunakan sesuai dengan keinginan manajemen. Selain itu dalam hal perhitungan umur manfaat ekonomis juga telah memenuhi beberapa factor terkait ekspektasi daya pakai aset, tingkat penggunaan aset, dan tingkat maksimal pemberian masa manfaat. Selanjutnya PSAK 16 juga memperbolehkan penggunaan metode garis lurus sebagai metode perhitungan penyusutan aset tetap. •
Pengungkapan Aset Tetap PT. M Dalam laporan keuangan PT. M terkait aset tetap, telah diungkapkan beberapa informasi
mengenai klasifikasi aset tetap, masa manfaat aset tetap, besaran nilai yang diasuransikan kepada pihak ketiga, dan kebijakan mengenai pengakuan pembebanan biaya yang dikapitalisasi menjadi aset atau dicatat sebagai beban operasional perusahaan. Keseluruhan pengungkapan yang dilakukan oleh PT. M telah mengikuti PSAK 16 paragraf 74 dan 75 sebagai sumbernya. 2. Analisa Pengendalian Internal Aset Tetap PT. M PT. M sendiri telah memiliki standar operasional prosedur terkait pengendalian atas aset tetap, salah satu yang paling mudah dilakukan oleh PT. M sendiri adalah dengan adanya pembagian tugas antar manajemen. Pihak yang mengajukan, mengautorisasi dan melakukan review dilakukan oleh beberapa pihak yang berbeda, hal ini dapat meminimalisir kemungkinan adanya fraud yang akan dilakukan oleh oknum perusahaan. Dalam standar operasional perusahaan fungsi kontrol paling utama dipegang oleh presiden direktur, karena hanya presiden direktur yang akan mengijinkan apakah suatu tindakan harus dikeluarkan terkait aset tetap. Dalam hal pengendalian internal aset tetap, maka PT. M membagi kedalam beberapa siklus pengendalian yaitu; (1) Siklus penambahan aset tetap, (2) Siklus pencatatan serta pengukuran aset tetap, (3) Siklus pemeliharaan dan pengaman aset tetap , (4) Siklus Penyusutan aset tetap, dan (5) Siklus pelepasan aset tetap.
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
Secara umum prosedur pengendalian kontrol atas siklus penambahan aset telah berjalan dengan baik, sudah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab, antara pihak yang melakukan eksekusi, pihak yang melakukan pencatatan dan pihak yang melakukan kontrol secara keseluruhan. Hanya saja terdapat beberapa hal yang masih harus diperhatikan yaitu, saat pemilihan vendor untuk penambahan aset tetapnya, keseluruhan pemilihan vendor menjadi tugas dari seorang Presdir tanpa melibatkan pihak-pihak yang mengajukan penambahan aset, hal ini memungkinkan adanya resiko berupa ketidakcocokan antara kebutuhan atas aset tetap dengan pilihan yang ditentukan oleh Presdir. Hal ini dilandasi pada ketiadaan kebijakan batasan nilai minimum atas kapitalisasi aset tetap yang mengakibatkan keseluruhan pemilihan vendor menjadi wewenang dan tanggung jawab dari Presdir. Terkait siklus pengendalian atas prosedur pencatatan aset telah berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan melalui adanya pembagian tanggung jawab oleh masing-masing fungsi, yaitu pencatatan, pengecekan, dan persetujuan. Namun patut diperhatikan bahwa masih terdapat kekurangan terkait siklus prosedur pemeliharaan dan pengamanan aset tetap, hal ini dikarenakan PT. M tidak melakukan pengecekan berkala atas kepemilikan aset tetap, dan ketiadaan nomor identifikasi atas setiap aset tetap yang dimilikinya. Tentunya ketiadaan dua hal tersebut akan mempersulit kinerja manajemen dalam hal melakukan kontrol atas kepemilikan aset tetap. Selanjutnya mengenai pengendalian internal atas pelepasa aset tetap yang dilakukan oleh PT. M dapat dikatakan telah berjalan dengan baik hal ini dibuktikan dengan telah terdapat pembagian tugas yang jelas antara pihak yang mengajukan pelepasan dalam hal ini GA/HRD dan pihak yang bertanggung jawab dalam hal persetujuan yang dilakukan oleh presdir. Penekanan atas penjualan aset tetap ini juga telah mengikuti PSAK 16 terkait penilaian nilai wajar aset tetap yang memberikan kemungkinan adanya keuntungan, maupaun kerugian dari pelepasan aset. 3. Analisa prosedur audit KAP OBSE dalam melakukan proses audit atas suatu perusahaan menggunakan lima tahapan dalam prosedur auditnya. Tahapan prosedur audit dimulai dengan tahapan penerimaan klien untuk dilakukannya proses audit, tahapan perencanaan audit, tahapan pendesaian prosedur audit yang sesuai dengan kebutuhan temuan audit, tahapan field work (tujuannya untuk mendapatkan temuan audit) dan diakhiri dengan tahapan penyusunan serta penyampaian laporan hasil audit. Praktik prosedur audit yang dilakukan oleh KAP OBSE tidak begitu berbeda dengan prosedur audit secara umumnya. Jika secara umum apabila pada tahapan test uji efektifitas
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
kontrol menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah memiliki kontrol internal yang baik akan mempengaruhi besaran uji detail transaksi pada tahapan selanjutnya. Namun hal ini sedikit berbeda dengan KAP OBSE, walaupun hasil uji keefektifan kontrol perusahaan dikatakan telah baik namun hal ini tidak mempengaruhi luas pengujian pada tahapan uji detail transaksi yang dilakukan. Dalam tahapan uji detail transaksi yang dilakukan oleh KAP OBSE dipengaruhi oleh besaran materialitas dan tingkat resiko atas suatu akun dalam laporan keuangan dengan keseluruhan operasional perusahaan tersebut. Apabila aset tetap menjadi salah satu akun yang berpengaruh besar pada keseluruhan operasional perusahaan maka KAP OBSE akan menempatkan aset tetap sebagai prioritas lingkup audit, serta dianggap memiliki resiko yang dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan sehingga hal ini menyebabkan besaran pengujian tes detail transaksi aset tetap menjadi sangat luas cakupannya. Keseluruhan tahapan prosedur audit dilakukan secara rinci dan tetap memperhatikan seluruh resiko yang akan dihadapi oleh klien, tahapan prosedur tersebut dilakukan dengan tujuan dapat membantu serta memberikan keyakinan memadai bagi auditor untuk memberikan suatu opini audit pada suatu laporan keuangan perusahaan. berikut adalah penjelasan tahapan prosedur audit yang dijalankan KAP OBSE terkait audit atas laporan keuangan PT. M 1. Tahapan Penerimaan Klien Tahap pertama dari prosedur audit KAP OBSE adalah penerimaan dan kelanjutan hubungan klien. Pada tahap ini, KAP OBSE melakukan penilaian risiko atas perikatan yang akan dibuat dengan PT. M dan menyusun ketentuan dari perikatan audit. Tahap ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: a. Menilai Risiko Perikatan b. Penerimaan dan Kelanjutan Hubungan Klien dan Perikatan Audit c. Menyepakati Ketentuan dari Perikatan Audit d. Penugasan Tim Perikatan 2. Tahapan Perencaan Audit Tahapan ini terdiri dari beberapa prosedur yang dilakukan oleh KAP OBSE. Dimulai dengan memahami Entitas dan lingkungan bisnis klien, kemudian dilanjutkan dengan mengukur risiko salah saji material dari klien, diikuti dengan prosedur analitikal dasar, dan terakhir penentuan tingkat materialitas
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
3. Tahapan Pendesainan Audit Tahapan audit ini menuntut auditor untuk mendesain dan mengembangkan prosedur yang akan dijalankan dalam tahapan audit berikutnya. Dalam mendesain prosedur audit ini KAP OBSE menggunakan istilah Model Audit Program (MAP). MAP dapat digunakan untuk mengarahkan performance of control dan substantive tests untuk account balances, kelompok transaksi atau pengungkapan. Pada tahap ini auditor menuliskan kembali risiko yang telah diidentifikasi pada tahap audit planning kemudian ditetapkan asersi yang relevan dari risiko tersebut dan dianalisis prosedur yang harus dilakukan untuk memeriksa risiko tersebut. Dari MAP yang disusun oleh KAP OBSE untuk aset tetap, penulis merangkum model audit program untuk aset tetap pada tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi Resiko dan Asersi Manajemen Terkait Prosedur Audit Atas Aset Tetap Risiko
Risiko salah Klasifikasi risiko saji material mengarah pada fraud (Ya/Tidak) Terdapat resiko penambahan Tidak Berisiko aset tetap yang tidak dikelasifikasi secara tepat Terdapat resiko bahwa Tidak penambahan maupun pelepasan aset tetap tidak tercatat dalam periode yang benar
Berisiko
Perhitungan Depresiasi tidak Tidak menggunakan tarif serta metode berdasarkan kebijakan perusahaan
Berisiko
Terdapat resiko bahwa aset Tidak tetap perusahaan tidak dijamin oleh asuransi
Berisiko
Asersi yang relevan
Keberadaan (existence), kelengkapan (completeness), dan Hak serta kewajiban Keberadaan (existence), dan kelengkapan (completeness)
Ketepatan (accuracy), Pisah batas (Cutoff), valuasi dan alokasi (valuation and allocation) Hak dan kewajiban (Rights and Obligations)
4. Tahapan Fieldwork Tahap ini dilakukan sebagai pelaksanaan dari prosedur yang telah direncanakan atau didesain pada tahap audit design. Prosedur yang penting dilakukan pada tahap ini adalah Tes
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
penerapan pengujian efektivitas pengendalian kontrol internal PT. M dan penerapan tes uji substantif. a) Penerapan pengujian efektivitas pengendalian kontrol internal PT. M Tahapan fieldwork dimulai pada pengujian efektivitas pengendalian internal yang dilakukan PT. M terkait aset tetapnya. Secara umum pengujian pengendalian internal disebut dengan test of control. Pengujian ini dilakukan untuk menguji efektivitas pengendalian internal yang telah diidentifikasi sebelumnya oleh auditor pada tahap perencanaan. Pada umumnya hasil pengujian test of control akan mempengaruhi besaran tes substantif dan tes uji detail transaksi. Apabila test of control menyatakan bahwa kontrol telah dilakukan secara efektif maka tes substantif dan tes uji detil transaksi dapat dikurangi. namun metode tersebut sedikit berbeda pada KAP OBSE, KAP OBSE tetap berpegang pada besaran tingkat resiko yang dihadapi oleh masing-masing akun, walaupun test of control menyatakan efektif namun tidak serta merta mengurangi besaran tes substantif dan tes uji detil transaksi. KAP OBSE menyebut test keefektifan pengendalian internal kontrol dengan test design and implementation (disebut dengan tes D&I). Tujuannya adalah menilai seberapa efektifnya pengendalian telah dilakukan oleh klien. Pengumpulan informasi terkait pengendalian ini mengharuskan auditor untuk melakukan wawancara dengan klien, observasi mengenai standar operasional perusahaan yang ada dan juga melakukan penelusuran terkait transaksi aset tetap dari awal dokumen pembelian hingga ke pencatatan akhir dalam sistem akuntansi perusahaan. Temuan audit atas tes D&I ini di dokumentasikan dalam lampiran working paper khusus untuk test D/I b) Penerapan tes uji substantif Pengujian substantif dan pengujian detail merupakan prosedur yang paling banyak memakan waktu dan sumber daya dalam proses audit KAP OBSE. Pada tahap ini auditor KAP OBSE melakukan pengujian terhadap akun-akun yang diidentifikasi memiliki risiko untuk salah saji, tidak terkecuali untuk aset tetap. Auditor pada tahap ini menguji dan mengumpulkan bukti audit yang diperlukan sebagai dasar perumusan opini audit di akhir perikatan. Berikut akan dijelaskan lebih detail mengenai prosedur pengujian substantif dan pengujian detail atas aset tetap: •
Membuat Leadsheet akun aset tetap Leadsheet menjadi langkah awal dalam tahapan tes substantif yang dilakukan oleh
auditor. Auditor akan memasukan nilai perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap periode
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
berjalan dengan membandingkan pergerakan antara saldo akhir aset tetap dengan saldo awal aset tetap, leedsheet sendiri berhubungan langsung dengan angka pada trial balance milik PT. M. Leadsheet sendiri digunakan sebagai sumber pengecekan terhadap perhitungan ulang atas jumlah penyajian aset tetap oleh klien tujuan adalah untuk memastikan telah terpenuhinya tujuan audit terkait adanya kaitan rincian antar jumlah akhir pada general ledger dengan jumlah akhir pada leadsheet. •
Melakukan pencocokan saldo antara daftar rincian aset tetap dengan saldo berdasarkan pada neraca laporan keuangan perusahaan Prosedur ini sama halnya dengan pembuat leadsheet akun aset tetap dengan menekankan
pada terpenuhinya tujuan audit terkait detail –tie in dengan mencocokan antara jumlah tercatat pada laporan keuangan dengan jumlah berdasarkan fixed asset register milik PT. M •
Melakukan penelusuran verifikasi penambahan aset tetap serta pelepasan aset tetap Pada pengujian ini auditor akan melakukan penelusuran berdasarkan informasi
penambahan aset tetap yang terjadi selama periode 2012 dengan menelusuri terkait dokumen otentik atas peralihan aset, hal inilah yang biasa disebut dengan vouching. Vouching dilakukan oleh auditor untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo mengenai keterjadiaan (occurance), keberadaan (existence), dan kelengkapan (completeness). Berdasarkan pada vouching yang dilakukan terhadap PT. M, terdapat beberapa temuan kondisi khusus imbas dari kebijakan akuntansi aset tetap PT. M terkait pengakuan pembiayaan uang muka yang langsung diakui sebagai aset tetap. Namun dikarenkan jumlahnya yang tidak melebihi batas materialitas maka tim audit tidak melakukan penyesuaaian terhadap hal tersebut. Terkait verifikasi pelepasa aset tetap, auditor hanya melakukan inquary kepada manajemen terkait praktik pelepasan aset tetap dikarenakan dalam periode saat ini tidak terdapat pelepasan aset tetap. •
Verifikasi atas beban penyusutan dan akumulasi penyusutan Verifikasi ini dilakukan oelh auditor untuk mendapatkan keyakinan dalam hal tujuan
audit terkait saldo yaitu terkait akurasi perhitungan penyusutan. Berdasarkan hasil perhitungan ulang yang dilakukan oleh auditor dan membandingkan terhadap perhitungan penyusutan PT. M dengan menggunakan dasar informasi yaitu kebijakan akuntansi yang digunakan oleh PT. M ditemukan perbedaan perhitungan dengan jumlah yang masih dibawah materialitas sehingga tidak dilakukan penyesuaian
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
•
Melakukan prosedur substantif lain terkait aset tetap Dalam hal ini auditor dituntut untuk mengetahui informasi lain seperti pengujian apakah
keseluruhan aset tetap yang dimiliki PT. M telah terlindungi oleh asuransi dan prosedur terkait pemeriksaaan fisik aset tetap harus dijalankan oleh tim auditor untuk lebih memberikan keyakinan bahwa keseluruhan aset tetap memang secara wujud dimiliki dan dimanfaatkan oleh perusahaan. Namun dalam praktik pemeriksaan fisik, tim audit tidak melakukan pengujian secara menyeluruh hanya melakukan sampling atas dasar pada aset tetap yang memiliki nilai signifikan, yaitu hanya melakukan pemeriksaan atas kendaraan dan perangkat lunak milik PT. M. beberapa hasil dari pemeriksaan fisik adalah (1) Ketiadaan nomor identifikasi pada aset tetap sehingga menyulitkan kinerja audit, (2) didapatkan informasi bahwa perangkat lunak utama operasional perusahaan tidak terikat pada hardware komputer, dimana perangkat lunak tersebut berbentuk kustomisasi atas pesanan perusahaan sehingga menekankan bahwa perangkat lunak tersebut adalah bagian dari aset tak berwujud seperti yang diatur dalam PSAK 19, sehingga dalam hal ini tim auditor menentukan untuk melakukan reklasifikasi atas akun aset tetap terkait perangkat lunak kedalam aset tak berwujud, jurnal klasifikasinya sebagai berikut; Tabel 4 Jurnal Klasifikasi Atas Pengakuan Aset Tidak Berwujud PT.M (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Journal Acum. Depr. - Computer & H/W Other Asset - Software Cost Amortization - Software Cost Cost - Computer & Hardware Depr. - Computer & Hardware Acc.amort - software
Dr 38,154.51 482,172.89 24,716.70
Cr
482,172.89 24,716.70 38,154.51
5. Tahapan Penyelesaian dan pelaporan Tahap Penyelesaian dan Pelaporan merupakan tahap akhir dari proses audit KAP OBSE. Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan auditor untuk menyelesaikan prosedur auditnya. Pertama adalah melakukan penilaian atas bukti-bukti audit yang telah dikumpulkan pada prosedur audit sebelumnya. Setelah bukti tersebut dirasa cukup dan memadai untuk pembentukan opini audit, auditor akan mengunci angka pada laporan keuangan untuk diproses dalam laporan yang berisi opini audit. Angka yang telah dikunci tersebut akan dijadikan dasar untuk membuat concluding analytical procedure. Selama periode pemeriksaan sejak tutup buku laporan keuangan perusahaan hingga laporan audit diterbitkan, tim audit KAP OBSE juga melakukan
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
pengumpulan bukti mengenai peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi angka pada laporan keuangan, disebut dengan subsequent event review. Analisa Prosedur Audit Aset Tetap KAP OBSE Secara umum, prosedur audit dalam tahapan fieldwork yang dilakukan oleh KAP OBSE telah sesuai dengan teori audit yang ada, dimana dalam teori audit dijelaskan bahwa dalam pengujian fieldwork dilakukan beberapa pengujian yaitu test of control, test of substantif test, dan test of detail. Dalam teori audit ditekankan bahwa hasil dari masing-masing tes tersebut akan mempengaruhi besaran tes selanjutnya, dan besaran tes tersebut intinya adalah pada pelaksanaan kontrol yang dijalankan oleh klien. Ketika kontrol berjalan dengan baik, maka test substantif tidak dilakukan secara menyeluruh. Namun sedikit berbeda pada pendekatan yang dijalankan oleh KAP OBSE. KAP OBSE menekankan bahwa pengujian substantif ditentukan pada tingkat resiko atas masing-masing akun, sehingga KAP OBSE tidak terlalu mempercayai hasil tes pengendalian kontrol klien, namun auditor tetap diwajibkan untuk melakukan pengetesan kontrol untuk mencegah adanya kemungkinan resiko kecurangan yang dilakukan oleh oknum manajemen klien. Pengetesan pengedalian kontrol dikenal dengan istilah test D/I pada KAP OBSE, dan tes D/I ditekankan pada prosedur walkthrough untuk menilai apakah masing-masing siklus dalam aset tetap telah berjalan dengan baik. Sebenarnya keseluruh tes D/I telah menangkap pengendalian kontrol klien, namun karena pendekatan resiko yang menentukan luasan substantif sehingga hasil tes D/I tidak akan mempengaruhi besaran test uji substantif. Analisa Temuan Audit atas Aset Tetap PT. M Berdasarkan pada hasil tes substantif yang dilakukan penulis, terdapat dua temuan utama mengenai kesalahan kebijakan yang dilakukan oleh pihak manajmenen, dua hal tersebut adalah mengenai (1) pengakuan pembiayaan uang muka sebagai aset tetap, (2) kesalahan klasifikasi aset tak berwujud, analisa kedua temuan ini terangkum tabel 5 berikut ini; Tabel 5. Analisa temuan audit aset tetap Temuan Audit Aset Tetap No. Existing 1 Kesalahan kebijakan kapitalisasi aset tetap atas pembiayaan uang muka yang dilakukan oleh manajemen
Regulasi PSAK 16 menyatakan bahwa aset tetap merupakan transaksi atas adanya perpindahan hak dan manfaat ekonomis pada entitas selama lebih dari satu periode.
Respon Auditor Dikarenakan jumlah yang tidak material maka tidak dilakukan adjusment, hanya sebagai tambahan informasi untuk perikatan selanjutnya
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
Penulis Hal ini merupakan kesalahan mendasar yang dilakukan oleh manajemen, dimana pengakuan uang muka sebagai aset tetap menyalahi aturan PSAK 16, karena sebetulnya belum terjadi
2
Kesalahan klasifikasi atas aset tak berwujud sebagai bagian dari aset tetap oleh manajemen.
PSAK 19 Menyatakan bahwa untuk klasifikasi jenis perangkat lunak yang dibuat berdasarkan pesanan khusus dan tidak terikat pada hardware maka diklasifikasikan sebagai aset tak berwujud
Melakukan adjusment atas jumlah rincian yang termasuk dalam kategori perangkat lunak.
perpindahaan resiko maupun manfaat. Selain pengakuan ini juga tidak sesuai dengan teori matching cost yang berakibat pada timbulnya overstatement atas aset tetap pada laporan keuangan, khususnya apabila terjadi transaksi diakhir periode. Diperlukan untuk adjusment, karena hal ini berkaitan dengan kesalahan klasifikasi yang telah disebutkan dalam psak 19, perlu dicermati bahwa perangkat lunak ini juga nantinya dapat mempengaruhi perbedaan perhitungan beban pajak yang boleh diakui.
Kesimpulan Secara umum seluruh kebijakan akuntansi aset tetap milik PT. M telah sesuai dengan aturan psak 16 yang berlaku, keseluruhan metode telah dijalankan oleh PT.M, namun penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan terkait waktu pengakuan aset tetap oleh PT.M, dimana terdapat pengakuan pembiayaan uang muka untuk mendapatkan aset tetap dan oleh manajemen diakui sebagai aset tetap. Kondisi sebenarnya adalah PT. M belum mendapatkan hak atas peralihan aset tetap, namun telah terlebih dahulu dicatat sebagai aset tetap dan berimbas dapat terjadinya kelebihan pengakuan aset tetap untuk beberapa penambahan aset tetap diakhir periode. Secara umum PT. M telah memiliki kebijakan pengendalian internal terkait aset tetapnya, namun terdapat beberapa kekurangan terkait siklus pengendalian internal untuk perawaan aset tetap yang dijalan oleh manajemen. Kekurangan dalam tahapan ini antara lain: (1) menyangkut ketiadaan batas minimal kapitalisasi aset, (2) ketiadaan nomor identifikasi pada tiap-tiap aset tetapnya, dan (3) ketiadaan pengecakan berkala atas kepemilkan aset tetapnya. Walaupun aset tetap tidak memiliki nilai yang besar dalam laporan keuangan, namun aset tetap ini harus dikelola
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
oleh manajemen, karena secara langsung aset tetap dapat mempengaruhi kinerja operasional perusahaan. Keseluruhan prosedur audit yang dijalankan oleh KAP OBSE atas audit PT. M telah sesuai dengan teori audit yang ada, KAP OBSE menjalankan lima tahapan prosedur audit untuk mendapatkan bukti-bukti dan informasi pendukung terkait penyelesaian opini audit. Namun pada praktik audit aset tetapnya, tim
KAP OBSE tidak melakukan pengujian aset tetap secara
menyeluruh, hal ini berakibat bahwa tim audit cenderung mengabaikan kesalahan terkait timing pengakuan aset tetap oleh PT. M dimana hal ini akan mempengaruhi hasil laporan keuangan PT. M, dan menyebabkan timbulnya overstatement pada pengungkapan aset tetap PT. M Berdasarkan prosedur audit yang telah dijalankan oleh tim audit atas aset tetap PT. M, diperoleh beberapa temuan audit yaitu: •
Terdapat kesalahan pengakuan pencatatan aset tetap, dimana pembiayaan uang muka diakui sebagai aset tetap dengan total sebesar $ 20.909,21, dikarenakan nilainya yang masih dibawah batas materialitas maka tidak diajukan jurnal reklasifikasi
•
Terdapat kesalahan pengakuan software diakui sebagai aset tetap oleh PT.M, sehingga auditor mengajukan jurnal reklasifikasi kedalam akun intangible asset sebesar $ 482.172,89
Saran Saran untuk KAP OBSE 1.
Hendaknya KAP OBSE melakukan pengecekan aset tetap secara menyeluruh untuk PT.M, karena jumlah aset tetap tidak begitu material.
2.
Hendaknya KAP OBSE juga mengomunikasikan temuan audit yang berkaitan dengan kesalahan pada penafsiran PSAK, sehingga nanti di periode audit mendatang, kesalahankesalahan penafsiran PSAK oleh klien menjadi lebih kecil.
Saran untuk PT. M Saran yang dapat diberikan penulis untuk PT.M terkait aset tetap, antara lain: 1.
Memperbaharui SOP terkait pengawasan serta kontrol atas kepemilikan aset tetap, seperti membuat jadwal berkala pengecekan aset tetap dan pemberian nomor identifikasi pada aset tetap.
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013
2.
Memperhatikan transaksi terkait pembayaran dimuka, dimana PT.M harus mencatatnya sebagai akun advance, tidak langusng diakui sebagai bagian aset tetap.
3.
Menentukan besaran minimal kapitalisasi aset tetap, hal ini dilakukan agar tidak menciptakan nilai nilai yang kecil pada saat penyusutan dilakukan.
Daftar Referensi Arens, Alvin A., et al. (2009). Auditing and Assurance Services-An Indonesian Adaptation. New Jersey: Pearson Education. DTTL
Company
Profile
2011
http://www.dttl.com/assets/Dcom
Indonesia/Local%20Assets/Documents/OBS%20Company%20profile%202011.pdf (diakses 2 Mei 2013) DTTL Audit Approach Manual published: October 2009; Modified: July 2010, September 2010, September 2012 Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 10 Revisi 2009 : Penurunan Nilai Aset. Jakarta : IAI. Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Revisi 2011 : Aset Tetap. Jakarta : IAI. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., Warfield, Terry D. (2011). Intermediate Accounting Volume I IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons. Profil PT M.. http://www.pt-m.com/indonesia (diakses 30 April 2013) Schroeder, Clark, Cathey. (2011). Financial Accounting 10th edition, Theory and Analysis.New Jersey: John Wiley & Sons. Simons, Robert (2000). Performance Measurement and Control Systems for Implementing Strategy, New Jersey: Prentice Hall. Warren, S.Carl., Reeve M. James., Fees, E Phillip. (2008). Accounting Edition 21. Singapore: Thomson South-Western.
Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013