PERBANDINGAN HASIL BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG SECARA HIDROPONIK DAN KONVENSIONAL (Kevin Marta Wijaya 10712020)
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012
I.
PENGENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hampir dapat dipastikan Masarakat Indonesia sudah mengenal Tanaman Kangkung ,Tanaman sayuran ini diduga berasal dari daerah tropis ,terutama di kawasan Afrika dan Asia, Penyebaran tanaman kangkung ini pada mulanya terpusat (terkonsentrasi) di bebrapa tempat atau Negara,antar lain di Malaysia dan sebagian kecil di Australia .(Rukman R,1994) Masuknya kangkung kewilayah Indonesia belum dapat ditemukan secara perincian data atau informasi yang pasti,namun penanamanya telah meluas di berbagai dearah di seluruh Indonesia,akan tetapi pada tahun 1985 terdapat luas areal pertanaman kangkung nasional 41.985 ha(Rukman.R 1994). Tanaman kangkung dapat dibudidayakan secara konvensional maupun secara modern. Penanaman secara modern dapat dilakukan dengan system hidroponik. HIdroponik atau istilah asingnya hydroponics ,adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman.(Liggal P,2000) Cara penanaman diatas air belakangan ini sudah banyak digunakan dan diganti dengan cara penanaman diatas media lain yang lebih praktis ,mudah dapat dilakukan.istilah yang digunakan pun berubah hydroponics yang berarti hydro(air) ponics(pengerjaan).Sebab tanaman yang ditumbukan didalam air kurang dapat sambutan
dibanding dengan menggunakan media lain seperti pasir,kerikil sebagai tempat menancapkan tanaman (Liggal P,2000)
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui hasil budidaya kangkung dilahan konvesional dan hidroponik 2. Mengetahui mana yang lebih praktis untuk cara pengaplikasian budidaya kangkung
1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya tentang budidaya kangkung secara modern melalui hidroponik.
II PEMBAHASAN a. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pembersihan rumputrumputan, penggemburan tanah, dan pembuatan parit-parit drainase adalah termasuk pengolahan tanah.Pembersihan rumput-rumputan (gulma) bermaksud agar tidak terjadi persaingan makanan dengan tanaman pokoknya. Cara membersihkannya dapat secara manual, yaitu dengan jalan mencabut gulma dengan tangan, cangkul. Tanah dicangkul sampai gembur sedalam 10 – 30 cm dan tambahkan pupuk kandang
b. Pembuatan Bedengan Selanjutnya untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran 1 x 5 m. Jarak antar bedengan 15 x 15 cm, selain sebagai jalan juga untuk saluran pembuangan air (drainase).
c. Penanaman
Tanaman kangkung tidak memerlukan persemaian karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga benih kangkung dapat langsung ditanam di lahan/kebun atau disebar langsung . D. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman Berikutnya Biji kangkung dapat tumbuh setelah 4-5 hari setelah tanam, benih yang tidak tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda jauh dan memudahkan pemeliharaan. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman kangkung disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanan.
b.Penyiraman Penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman kangkung yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi.
c.pemupukan Untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman kangkung di beri pupuk urea. tidak jauh beda dengan lahan konvesional hanya lahan hidroponik dengan menggunkan media selain tanah. Waktu tanam sebaiknya pagi atau sore hari untuk menghindari suhu udara ( temperature ) dan penguapan air terlalu tinggi. Selesai penanaman, areal lahan sawi yang baru ditanami, segera diari ( disiram hingga cukup basah ( lembab ). Untuk lahan hidroponik sebelum penanaman lahan dilembabkan terlebih dahulu sebelum ditanam ( media selain tanah ). Pada fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman ( pengairan ) secara rutin 1-2 kali sehari terutama bila keadaan tanah cepat kering dan dimusim kemarau. Pengairan selanjutnya berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman ( pengairan ) sebaiknya pagi sore atau sore hari, dan cara pengairannya dapat menggunakan alat bnatu gembor , selang , ataupun cara dileb. Pengairan pada hidroponik yaitu dengan cara menghidupkan penampung air untuk disalurkan kepada lahan tanam denagn penggunakan paralon yang telah dilubangi mengarah keatas sehingga semua lahan terbahasai dan tetap kelambabpanya terjaga. Pemupukan pada sawi yang berumur pendek ( genjah ) dilakukan satu kali saat berumur dua minggu setelah tanam. Dan di hidroponik dilakuakn dengan mencampurkan pupuk NPK kedalan penampung air dengan dosis 1 gram per liter. Penyulaman dilakukan setelah tanaman apabila tanaman yang telah dipindahkan kelahan tanam tidak tumbuh atau mati akibat hama dan penyakit.
Penyiangan dapat dapat dilakukan 1-2 kali bersamaan dengan kegiatan pemupukan sususlan. Cara penyiangannya, adalah dengan mencabut gulma ( rumput liar ) dengan alat bantu tangan ataupun kored, parang, cangkul sambil menggemburkan tanah disekeliling tajuk tanaman sekaligus membersihkan rumput liar dalam parit. Waktu penyiangan biasanya pada umur dua sampai empat minggu setelah tanam. Perlindungan tanaman sawi diutamakan terhadap gangguan hama dan penyakit. Prinsip perlindungan tanaman dari organisme penggangu tanaman ( OPT ) ini dilakukak secara terpadu, yakni melalu penerapan pengendalian cara alami, hayati ( biologi ), fisik dan mekanik, serta jurus terakhir penggunaan pestisida selektif. Panen sawi sudah siap dipanen apabila umurnya cukup tua, ukuran krop atau pembentukan daunnya telah maksimal, dan cirri-ciri sesuai dengan karakteristik varietasnya.
III PENUTUP III.I Kesimpulan Dari budidaya lahan hidroponik dan lahan konvesional, dua-duanya mudah dilakukan apabila dari pembudidaya sudah ada pengalaman, ilmu yang cukup dan kemauan. Pengendalaian hama juga mudah dilakukan melalui penerapan pengendalian cara alami, hayati ( biologi ), fisik dan mekanik, serta
jurus terakhir penggunaan pestisida selektif.
DAFTAR PUSTAKA Haryanto, E., Suhartini, T., Rahayu, E., 2000. ’’ budidaya kangkung”. Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, R., 1994 ’’Bertanam Kangung. Kanisius, Yogyakarta.