PERBANDINGAN HASIL B UDIDAYA T ANAMAN SAWI SECARA HIDROPONIK DAN KONVESIONAL
Oleh : RAHMAD NOPRIJAL
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012
I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga cruciferae yang mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis-krop, kubis bunga broccoli. Kedua jenis tanaman ini berkembang pesat didaerah subtropis maupun tropis. Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiangkok ( Cina ) dan Asia Timur,konon didaareah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filifina dan Taiwan. ( Rukman R, 1994 ) Masuknya sawi kewilayah Indonesia diduga pada abad XIX. Bersamaan dengan lintas perdaganagn jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama kelompok kubis-kubisan. Daerah pusat penyebaran sawi antara lain Cipanas ( Bogor ), Lembang, Pengalengan, Malang dan Tosari. Terutama daerah yang mempunyai ketinggian diatas 1.000 meter dari permukaan laut. ( Rukman R, 1994 ) Disamping kemudahan dalam proses budidaya, sayur sawi juga banyak dijadikan sebagai peluang bisnis karena peminatnya yang cukup banyak. Permintaan pasarnya juga cukup stabil, sehingga resiko kerugian petani sangat kecil. Beberapa jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih dan sawi pakcoy atau caisim. Dari ketiga jenis sawi tersebut, pakcoy termasuk jenis yang banyak dibudidayakan petani saat ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari sawi hijau biasa, membuat sawi jenis ini lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan. Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi.
Hidroponik atau istilah asingnya Hydroponics, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. ( Linggal P, 2000 ) Cara penanaman diatas air belakangan ini mulai sudah banyak digunakan dan diganti dengan cara penanaman diatas media lain yang lebih peraktis, mudah didapat dan dilakukan. Istilah yang diguanakan pun berubah menjadi Hydroponics, yang berarti Hydro ( air ) dan Ponics ( pengerjaan ). Sebab tanaman yang ditumbuhkan dalam air kurang mendapat sambutan disbanding dengan menggunakan media lain seperti pasir, kerikil, sebagai tempat penancapan tanaman. ( Lingga P, 2000 ) Sawi kaya akan vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam yang sampai kini menjadi masalah dikalangan anak balita. Kandungan nutrisi lain pada sawi berguna juga untuk kesehatan tubuh manusia. Kegunaan sawi untuk tubuh manusia adalah memperbaiki daya kerja buah pinggang. (Rukman R, 1994 ) Sawi juga dipercaya data menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk. Sawi dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala. Orang-orang pun mempercayai sawi mampu berkerja sebagai bahan pembersih darah, penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak-banyak mengkonsumsi sawi karena dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal. ( Haryanto, Suhartini dan Rahayu, 1995 ) I.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pebandingan hasil dari budidaya tanaman sawi dilahan Hidroponik dan Konvesional 2. Mengetahui pengaplikasian budidaya tanaman sawi dilahan Hidroponik dan Konvesional
I.3 Manfaat Sawi kaya akan vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam yang sampai kini menjadi masalah dikalangan anak balita. Kandungan nutrisi lain pada sawi berguna juga untuk kesehatan tubuh manusia. Kegunaan sawi untuk tubuh manusia adalah memperbaiki daya kerja buah pinggang. Sawi juga dipercaya data menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk. Sawi dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala. Orang-orang pun mempercayai sawi mampu berkerja sebagai bahan pembersih darah, penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak-banyak mengkonsumsi sawi karena dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal.
II PEMBAHASAN Sebelum menanam baiklah dilakukan penyemaian terlebih dahulu . Sebelum menyemai
bedengan pesemaiai disiram terlebih dahulu denag air bersih sapai cukup basah atau lembab, sebarkan benih sawi secara merata dipermukaan bedengan pesemaian, kemudian tutup dengan tanah tipis setebal 0,5-1,0 cm. Dapat pula menyemai beneih secra berbaris. Caranya : buat alauralur melintang sedalam 1 cm dan jarak antar-alur 10 cm, kemudian benih sawi disebar dalam alur tersebut. Tutup alur yang telah diisi semaian benih dengan tanah tipis. Permukaan bedengan pesemaian ditutup dengan lembar karung goni yang basah atau daun pisang selama 1-2 hari. Setelah benih sawi Nampak berkecambah, tutup karung goni atau daun pisang dibuka. Stelah penyemain berumur 10-15 hari lakukan pembubunan. Bibit sawi yang telah berumur 10-15 hari setelah semai sebaiknya dipindah semaikan ke dalam bumbungan yang terbuat dari daun pisang atau polybag kecil ukuran 8x10 cm, dan perlu dibuatkan bedenganbedengan baru lengkap dengan dengan atapnya. Polybag yang akan digunakan untuk pembubunan disisi dengan tenahyang dicampurkan dengan pupuk kandang matang dengan perbandingan 1:1. Lakukanlah pemeliharan pada pesemaian yang telah dipindah dibumbungan , Selama bibit dipesemaian, pemeliharaan tanaman muda ini dilakukan secara insentif dan rutin, terutama dalam hal penyiraman 1-2 kali sehari, pemupukan nitrogen dosis rendah 10gr/10 liter air dengan cara disiramkan pada umur lima hari stelah penyapihan, dan penyemprotan pestisida selektif pada dosis rendah 30%-50% dari dosis anjuran, bilamana ada serangan hama dan penyakit yang diduga memfatalkan.
Sebelum pindah tanam kelahan siapkan lah terlebih dahulu agar tanamam sehat dan terlihat bagus bila tersusun rapih dan terhindar dari gulma , Pengolahan lahan dilakukan pada saat bersamaan dengan waktu semai benih, baik dilahan konvesiaonal maupun di lahan hidroponik. Lahan konvesional dilakukan dengan mengolah lahan membuang gulma pada lahan dengan alat bantu cangkul. Buat bedengan slebar 1 meter dan tingginya 20-30 cm, serta puritan antara bedenagan. Bersamaan dengan pembuatan bedengan dapat ditambahkan pupuk kandang dengan dosin 10-20 ton/hektar yang disebar dan dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas. Dapat juga dilakuakan dengan perluang tanam, caranya buat terlebih dahulu lubang tanam. Pada lahan hidroponik pengolahan lahan hanya membersihkan gulma dan merapikan bedengan dikarenakan pemupukan awal dilakukan bersamaan dengan pengairan.
Bibit pesemaian yang telah cukup umurnya yaitu satu bulan setelah semai atau berdaun 4-5 helai akan ditanam, sebelum ditanam lahan tersebut diberi pupuk dasar berupa TSP dan KCL masing-masing 100 kg/hektar yang disebar merata dengan tanah atau menurut lubang tanam sebanyak 3-5 gram campuran pupuk tersebut atau tergantung jarak tanamnya. Untuk lahan hidroponik pemupukan awal lansung dilakukan dengan dosis 1kg/liter, dicampurkan lalu dimasukan kedalam drum penampung air yang guna drumnya adalah penampung air untuk penyaluran pengairan pada lahan hidroponik. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit sawi secara tegak dan dibagian pangkal batang bibit diurug serta dipadatkan tanahnya agar perakaran dapat kontak langsung dengan air tanah, pada lahan hidroponik tidak jauh beda dengan lahan konvesional hanya lahan hidroponik dengan
menggunkan media selain tanah. Waktu tanam sebaiknya pagi atau sore hari untuk menghindari suhu udara ( temperature ) dan penguapan air terlalu tinggi. Selesai penanaman, areal lahan sawi yang baru ditanami, segera diari ( disiram hingga cukup basah ( lembab ). Untuk lahan hidroponik sebelum penanaman lahan dilembabkan terlebih dahulu sebelum ditanam ( media selain tanah ). Pada fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman ( pengairan ) secara rutin 1-2 kali sehari terutama bila keadaan tanah cepat kering dan dimusim kemarau. Pengairan selanjutnya berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman ( pengairan ) sebaiknya pagi sore atau sore hari, dan cara pengairannya dapat menggunakan alat bnatu gembor , selang , ataupun cara dileb. Pengairan pada hidroponik yaitu dengan cara menghidupkan penampung air untuk disalurkan kepada lahan tanam denagn penggunakan paralon yang telah dilubangi mengarah keatas sehingga semua lahan terbahasai dan tetap kelambabpanya terjaga. Pemupukan pada sawi yang berumur pendek ( genjah ) dilakukan satu kali saat berumur dua minggu setelah tanam. Dan di hidroponik dilakuakn dengan mencampurkan pupuk NPK kedalan penampung air dengan dosis 1 gram per liter. Penyulaman dilakukan setelah tanaman apabila tanaman yang telah dipindahkan kelahan tanam tidak tumbuh atau mati akibat hama dan penyakit. Penyiangan dapat dapat dilakukan 1-2 kali bersamaan dengan kegiatan pemupukan sususlan. Cara penyiangannya, adalah dengan mencabut gulma ( rumput liar ) dengan alat bantu tangan ataupun kored, parang, cangkul sambil menggemburkan tanah disekeliling tajuk tanaman sekaligus membersihkan rumput liar dalam parit. Waktu penyiangan biasanya pada umur dua sampai empat minggu setelah tanam.
Perlindungan tanaman sawi diutamakan terhadap gangguan hama dan penyakit. Prinsip perlindungan tanaman dari organisme penggangu tanaman ( OPT ) ini dilakukak secara terpadu, yakni melalu penerapan pengendalian cara alami, hayati ( biologi ), fisik dan mekanik, serta jurus terakhir penggunaan pestisida selektif. Panen sawi sudah siap dipanen apabila umurnya cukup tua, ukuran krop atau pembentukan daunnya telah maksimal, dan cirri-ciri sesuai dengan karakteristik varietasnya.
III PENUTUP III.I Kesimpulan Dari budidaya lahan hidroponik dan lahan konvesional, dua-duanya mudah dilakukan apabila dari pembudidaya sudah ada pengalaman, ilmu yang cukup dan kemauan. Pengendalaian hama juga mudah dilakukan melalui penerapan pengendalian cara alami, hayati ( biologi ), fisik dan mekanik, serta
jurus terakhir penggunaan pestisida selektif.
DAFTAR PUSTAKA Haryanto, E., Suhartini, T., Rahayu, E., 2000. ’’Sawi dan Selada”. Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, R., 1994 ’’Bertanam Petsai dan Sawi’’. Kanisius, Yogyakarta.