PENGARUH MACAM MEDIA DALAM KEBERHASILAN AKLIMATISASI ANGGREK phalaenopsis amabilis (ANGGREK BULAN)
DISUSUN OLEH PUPUT PURWANTI
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Phalaenopsis (anggrek bulan) adalah alah satu tanaman anggrek yang banyak diminati oleh berbagai kalangan karena keindahan bentuk dan warna bunganya. Menurut Surater dalam Muhid (2010) luas panen, produksi dan produktivitas anggrek di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Namun, industri anggrek di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Negara-negara lain seperti Thailand, Taiwan, Singapura dan Australia.
Banyaknya permintaan tehadap anggrek bulan,khususnya anggrek Bulan Putih (Phalaenopsis amabilis) tidak diimbangi dengan produksi bibit yang memadai. Keterbatasan ini disiasati dengan dilakukan perkembangbiakan secara masal yaitu salah satunya dengan cara perbanyakan tanaman secara in vitro. Dalam perbanyakan tanaman secara in vitro salah satu tahapan yang paling menentukan keberhasilan adalah aklimatisasi.
Aklimatisasi adalah masa pnyesuaian planlet in vitro dari lingkungan heterotrof ke lingkungan autrotrof. Aklimatisasi merupakan tahapan akhir yang menentukan dalam perbanyakan in vitro. Menurut Gunawan (1992) masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis dalam
rangkaian perbanyakan tanaman. Planlet hasil in vitro sangat peka terhadap evapotranspirasi, serangan cendawan dan bakteri, maupun cahaya dengan intensitas berlebih yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman angggrek bulan selama fase aklimatisasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu dan kelembaban serta faktor lain seperti macam media yang diberikan.
Media adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan aklimatisasi planlet in vitro. Media yang umum digunakan dalam aklimatisasi tanaman anggrek bulan adalah arang, pakis, moss sphagnum, sabut kelapa dan batu bata. Dari berbagai macam media yang digunakan tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan. Media tanam arang tidak mudah lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sulit mengikat air dan miskin zat hara. Keunikan lain dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Batang pakis Berdasarkan warnanya, dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Tetapi, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Karena batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis hitam ini mudah dibentuk menjadi potongan kecilyang dikenal sebagai cacahan pakis. Keunggulan media batang pakis dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan
drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
Moss sphagnum merupakan media tanam berasal dari akar pakupakuan. Media ini mempunyai banyak rongga, dengan adanya rongga ini memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Media moss memiliki sifat mampu mengikat air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar.
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sebaiknya sabut kelapa yang akan digunakan sebagai media tanam berasal dari buah kelapa tua, karena memiliki serat yang kuat. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat keeil, Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik. Penggunaan media batu bata sebagai media tunggal dirasa kurang, karena kondisinya yang miskin hara. Dan
selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Sehingga penggunaannya sering kali dikombinasikan dengan media tanam yang lain.
Penggunaan
macam
media
maupun
kombinasinya
akan
menentukan keberhasilan tahap aklimatisasi palntlet anggrek phalaenopsis. Oleh karena itu, dirasa perlu dilihat macam media atau kombinasinya yang baik untuk keberhasilan aklimatisasi anggrek phalaenopsis.
I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diduga minimal ada satu macam media dan kombinasinya yang memberikan pengaruh kelembaban dan iklim mikro yang baik bagi pertumbuhan dan keberhasilan aklimatisasi anggrek phalaenopsis. I.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi macam media
yang baik dalam pertumbuhan dan keberhasilan
aklimatisasi plantlet anggrek phalaenopsis.
I.4 Hipotesis
Terdapat kombinasi media tanam yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek Phalaenopsis amabilis (Anggrek Bulan Putih) pada fase aklimatisasi. I.5 Kontribusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi hobiis maupun kebun kebun prodduksi bibit anggrek sehingga dapat membantu kebun produksi dalam menyediakan bibit anggrek , selain itu penelitian ini berguna untuk memberi pengetahuan dan wawasan dalam penggunaan media tanam pada aklimatisasi anggek phalaenopsis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai penggunaan jenis media yang tepat pada tanaman anggrek saat aklimatisasi sehingga didapatkan tanaman yang sehat dan berkwalitas. Selain itu juga diharapkan penelitian dapat memberikan kontribusi bagi kegiatan akademik yang di selenggarakan di kampus. Dan juga dapat menjadi referensi untuk bahan penelitian selanjutnya.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium In vitro dan Rumah jaring tanaman hias Politeknik Negeri Lampung.
2.2 Alat dan Bahan
Alat
Alat yang dibutuhkan adalah kawat/pinset, alat peniris, gelas ukur, Koran, dan handsprayer.
Bahan
Bahan yang diperlukan adalah bibit anggrek phalaenopsis amabilis dalam botol siap pindah tanam (planlet), fungisida dithane, pupuk daun lengkap dengan N tinggi dekastar, pot plastik, potongan arang kayu dan batu bata, media tanam berupa pakis, Sabut kelapa dan moss spaghnum serta air.
2.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan 5 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang pada 5 satuan percobaan, kelima percobaan yang dicobakan yaitu:
P1
: Perlakuan media tanam berupa akar pakis kombinasi arang kayu
P2
: Perlakuan media tanam berupa batang/akar pakis kombinasi potongan batu bata.
P3
: Perlakuan media tanam berupa serabut kelapa kombinasi arang kayu
P4
: Perlakuan media tanam berupa sabut kelapa kombinasi potongan batu bata.dan
P5
: Perlakuan media sphagnum moss kombinasi arang kayu.
Tata letak perlakuan dapat dilihat pada gambar 1 I
P1
P2
P4
P3
P5
P3
P5
P3
P5
P3
P5
P3
P5
II
PI
P2
P4
III
PI
P2
P4
IV
PI
P2
P4
V
PI
P2
P4
Gambar 1. Tata letak percobaan pada aklimatisasi anggrek
Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan aklimatisasi anggrek bulan. 2. Planlet
anggrek
phalaenopsis
didalam
botol
dikeluarkan
dengan
menggunakan pinset atau kawat berujung bengkok. 3. Planlet anggrek phalaenopsis dicuci dan dibersihkan dari sisa agar-agar yang masih melekat dan memotong akar planlet yang terlampau panjang. 4. Selanjutnya planlet direndam dengan larutan fungisida 2g/l selama 15 menit.kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan. 5. Media arang kayu disiapkan dengan terlebih dahulu dipotong kecil-kecil dengan ukuran ±2cm X 2cm demikian pula dengan batu bata yang telah dipecah kecil-kecil dengan ukuran yang sama dengan arang kayu. 6. Media tanam disiapkan berupa batang pakis, sabut kelapa
dan moss
sphagnum.
7. Untuk sabutkelapa terlebih dahulu di bersihkan dari serpihan-serpihan sabut dan direndam untuk menghilngkan tanin minimal selama 24 jam. setelah direndam sabut dibilas, ciri-ciri tanin telah hilang air bilasan berwarna bening dan tidak lagi coklat keemasan. 8. Langkah selanjutnya media tanam disterilisasi dengan merebus media selama 30 menit pada suhu 100ºC dihitung sejak air mendidih. setelah disterilisasi, media ikering nginkan.
9. Media perlakuan masing-masing kombinasi diisi yaitu kombinasi arang dengan pakis, sabut kelapa atau moss paghnum, dan batu bata dengan pakis atau sabut kelapa. Media arang/batu bata diisikan sepertiga pot bagian bawahsedangkan media pakis/sabut kelapa/moss spaghnum 293 bagian atas. 10. Planlet yang telah di kering anginkan kemudian di tanam dalam pot yang sebelumnya telah di diisi kombinasi media tersebut. 11. Setiap pot ditanami 8 planlet anggrek seseragam mungkin untuk setiap kombinasi perlakuan yang diberikan. 12. Planlet yang telah selesai di tanam kemudian dipindahkan ke dalam rumah jaring agar terlindung dari hujan langsung dan panas yang terlalu tinggi.. 13. Penyiraman pertama dilakukan pada saat tanaman telah berumur 1 minggu. Sedangkan pupuk yang diberikan adalah pupuk dekastar dengan N tinggi yang diberikan setelah seminggu aklimatisasi dengan cara disemprot seminggu dua kali dengan konsentrasi 2 g/l . Penyemprotan menggunakan hand sprayer. 14. Setelah tanaman berumur 3 bulan tanaman tersebut dapat dipindahkan dalam pot individu agar pertumbuhannya optimal.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan setelah tanaman berumur 1 bulan. Peubahanpeubah yang diamati sebagai berikut: 1.
Persentase plantlet menjadi bibit. Diamati dengan menghitung jumlah bibt yang tumbuh dibagi jumlah seluruh bibit yabg ditanam dikalikan 100.
2.
Tinggi bibit dengan mengukur bibt dari leher akar hingga ujung daun tertinggi pada akhir percobaan.
3.
Jumlah daun dengan menghitung jumlah seluruh daun yang telah membuka pada akhir percobaan.
4.
Lebar daun yaitu dengan cara mengukur lebar daun terlebar pada akhir percobaan.
Plantlet dalam botol
Dikeluarkan Dicuci dan dikeringanginkan
Jenis mediaArangbata Pakis sabut spaghnum
kelapaMoss
Sabut kelapa direndam Sterilisasi dikeringanginkan
Media dimasukkan kedalam pot sesuai perlakuan
Plantlet ditanam
Simpan di rumah jaring
Pemeliharaan:Pemupukan Penyiraman dan pengendalian hama/penyakit
dan
2.4 Jadwal Penelitian Tabel.1 jadwal kegiatan penelitian Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Persiapan penelitian Pelaksanaan penelitian Pengumpulan data Penyusunan laporan
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Bulan Ke-5
2.5 Rancangan Biaya Biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Media: Arang kayu 2 bungkus @ 20.000
: Rp
40.000
Batu bata
: Rp
10.000
Akar/batang pakis 2 bungkus @ 30.000
: Rp
60.000
Moss spaghnum 1 bungkus @ 50.000
: Rp
50.000
Sabut kelapa siap tanam 2 bungkus @20.000: Rp
40.000
Pot 25 buah @5.000
: Rp 125.000
Planlet 25 botol @40.000
: Rp1.000.000
Pupuk dekastar 1pak @ 20.000
: Rp
Pupuk growmore 1 botol @ 50.000
: Rp 100.000
Pestisida 1 botol @30.000
: Rp 100.000
Insektisida 1 bungkus @30.000
: Rp 100.000
Hand sprayer @30.000
: Rp
30.000
Selang 10 meter @5.000
: Rp
50.000
Penanaman
: Rp
45.000
20.000
Pemeliharaan
: Rp 400.000
Sewa rumah jaring 1 periode
: Rp 500.000
Biaya air 1 periode
: Rp 200.000 +
Jumlah
: Rp3.000.000
III. PEMBAHASAN
Eksplan adalah bagian yang sangat penting pada kegiatan kultur jaringan. Dimana ekspaln merupakan bagian yang
digunakan untuk bahan tanam.
Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi.
Aklimatisasi
merupakan
masalah
penting
apabila
membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah : 1. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya, telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya. 2.
Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk
dapat
membuat
sendiri
bahan
organik
secara
endogenous.Perbedaan faktor lingkungan antara habitat asli dan habitat pot atau antara habitat kultur jaringan dengan habitat pot memerlukan penyesuaian agar faktor lingkungan tidak melewati batas kritis bagi tanaman.
Faktor
lingkungan
yang
diperlukan
oleh
anggrek
Phalaenopsis menurut Deptan (http://www.deptan.go.id/ditlinhorti) adalah:
1) Temperatur 28 ± 2o C dengan temperatur minimum 15oC. 2) Kelembaban nisbi (RH) berkisar antara 60-85%. 3) Intensitas penyinaran adalah 30% Disamping ketiga faktor tersebut, faktor lingkungan lain yang juga cukup penting terutama bagi tanaman yang baru dipindahkan dari botol adalah sirkulasi udara yang baik
Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah kombinasi media antara arang dengan pakis, pecahan batu bata dan pakis, arang dengan sabut kelapa, pecahan batu bata dengan sabut kelapa dan arang kombinasi dengan moss spaghnum. Teryata media yang paling menunjukkan pertumbuhan yang beik pada fase aklimatisasi adalah kombinasi arang yang dipadukan dengan sabut kelapa. Keunggulan yang dimiliki oleh kedua macam media ini apabila di kombinasikan ternyata memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan tanaman anggrek bulan. Selain itu juga selama ini sabut kelapa yang hanya menjadi limbah, teryata dapat berguna sebagai media tanam yang dapat menggantikan media tanam yang selama ini umum digunakan seperti cacahan pakis dan moss sphagnum.
Selain itu juga kelembaban lingkungan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32°C.jangan biarkan planlet terkena sinar matahri
langsung.untuk menghidari serangan jamur pada saat pengeluaran planlet dari botol kultur lakukan perendaman dengan fungisida selama 15 menit.
Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus.
Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
IV. KESIMPULAN Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanaman autotrop
Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus
Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya.
Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous.
Teryata ditemukan kombinasi media yang tepat dan memberikan kondisi pertumbuhan yang baik pada anggrek bulan putih pada fase aklimatisasi. Yaitu kombinasi antara media sabut kelapa dan arang kayu.
V. DAFTAR PUSTAKA
Erfa, L. 2012. Buku Panduan Praktikum Kultur Jaringan 1. Bandar Lampung: Politeknik Negeri Lampung. Gunawan,L,W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.Bogor:Institut Pertanian Bogot. Iswanto, H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Agromedia Pustaka: Jakarta. Muhid,A.2010. teknik penggunaan beberapa jenis media tanam alternatif dan zat pengatur tumbuh pada kompot anggrek bulan.Cianjur: Balai Penelitian Tanaman Hias. Mulyadi,M, dkk. 2006. Pemgaruh Pemberian Konsentrasi Pupuk Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Fase Seedling Anggrek Phalaenopsis. Serang: Universitas Sultan Agerng Tirtayasa Rukmana, Rahmat. 2000. Hias.Yogyakarta: Kanisius.
Teknik
Perbanyakan
Tanaman