Potensi Pemanfaatan Lahan Pekarangan sebagai Sumber Bahan Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN LOKAL DI PROVINSI BENGKULU The Potency of Land Yard Use as Local Food Substance Sources in Bengkulu Province Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 Email :
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT Bengkulu Province is one of the areas that has quite extensive agricultural land resources potency, especially the yard. However, most of the yard are still not used optimally. This paper aims to identify the potency of land yard use and the potency of local food sources diversity in Bengkulu Province. The assessment method was surveys in three land yard use locations with samples were 65 people. Data were analyzed by class intervals and statistical paired simpled T test which described descriptively. The results of the study showed that the use of land yards in Bengkulu Province have potentials to: (1) the provision of food as a source of family nutrition, (2) increasing the knowledge of households in vegetable cultivation, and (3) collection garden of local food sources, like cassava, sweet potato, canna, arrowroot, bananas, corn, pumpkin, and barley. In addition, the intensive activities of land yard use is able to maintain the existence of local food sources in the area. Each area has a specific commodity that is grown and recognized as a regional commodity. Therefore, the existence of local food sources will be more sustainable by the presence of land yard use. Keywords : use, land yard, potency, local food sources ABSTRAK Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya lahan pertanian yang cukup luas, terutama lahan pekarangan. Namun, sebagian besar lahan pekarangan masih belum dimanfaatkan secara optimal. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi pemanfaatan lahan pekarangan dan potensi keragaman sumber bahan pangan lokal di Provinsi Bengkulu. Metode pengkajian adalah survei di tiga lokasi pemanfaatan lahan pekarangan dengan sampel sebanyak 65 orang. Data dianalisis dengan menggunakan interval kelas dan uji statistik paired simpled T test yang diuraikan secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu memiliki potensi dalam: (1) penyediaan bahan pangan sebagai sumber gizi keluarga; (2) meningkatkan pengetahuan rumah tangga dalam budidaya tanaman sayuran; serta (3) kebun koleksi sumber bahan pangan lokal, antara lain ubi kayu, ubi jalar, ganyong, garut, pisang, jagung, prenggi (labu kuning), dan jewawut. Selain itu, aktivitas pemanfaatan lahan pekarangan secara intensif mampu mempertahankan keberadaan sumber bahan pangan lokal di daerah. Setiap daerah memiliki komoditas spesifik yang ditanam dan diakui sebagai komoditas unggulan daerah. Oleh karena itu, keberadaan sumber bahan pangan lokal akan lebih lestari dan berkelanjutan dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan. Kata kunci : pemanfaatan, lahan pekarangan, potensi, sumber pangan lokal
227
Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita
PENDAHULUAN
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah yang tersedia baik di dataran rendah maupun dataran tinggi serta lahan pertanian yang cukup luas, seperti lahan pekarangan. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak dijumpai di daerah ini. Astuti UP. et al. (2012), menyebutkan bahwa selama pelaksanaan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan (m-KRPL, P2KP, dan program lainnya), perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Senada dengan hal tersebut, Rahayu dan Prawiroatmodjo (2005) menyatakan bahwa pekarangan, sebagai salah satu bentuk usahatani belum mendapat perhatian, meskipun secara sadar telah dirasakan manfaatnya. Di beberapa daerah terutama di perdesaan, pengembangan pekarangan umumnya diarahkan untuk memenuhi sumber pangan sehari-hari, sehingga seringkali diungkapkan sebagai lumbung hidup atau warung hidup. Peranan dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung pada tingkat kebutuhan, sosial budaya, pendidikan masyarakat, maupun faktor fisik dan ekologi setempat. Sumber daya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan kekuatan sumber daya lokal akan menciptakan kemandirian pangan. Di samping itu, juga akan melahirkan sistem pangan dengan pondasi yang kokoh (Hariadi dalam Yuliatmoko, 2011). Di sisi lain, pangan lokal atau pangan tradisional dapat berperan sebagai survival strategi bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dalam sistem ketahanan pangan (Lestari et al. dalam Yuliatmoko, 2011). Potensi ketersediaan pangan lokal Indonesia memang sangat melimpah. Indonesia memiliki setidaknya 77 bahan makanan lokal yang mengandung karbohidrat yang hampir sama dengan nasi sehingga bisa dijadikan substitusi (Yuliatmoko, 2011). Pada dasarnya, komoditas yang biasanya dikembangkan di pekarangan disesuaikan dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, bernilai ekonomi, dan berbasis sumber bahan pangan lokal. Namun saat ini, potensi lahan pekarangan sebagai kebun koleksi sumber bahan pangan lokal belum dimanfaatkan secara optimal. Komoditas yang biasanya dibudidayakan antara lain sayuran, tanaman rempah dan obat, buah-buahan seperti pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak, dan buah lainnya yang disesuaikan dengan lokasi. Namun belum terintegrasi dengan sumber bahan pangan lokal seperti ubi jalar, ubi kayu, ganyong, garut, talas, suweg, ubi kelapa, gembili, labu kuning, dan pangan lokal lainnya. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan dengan melaksanakan usaha tani secara terpadu, berkelanjutan dan diarahkan menuju tahap kemandirian. Dikelola secara terpadu dimaksudkan agar pekarangan berperan sebagai penyedia sumber pangan keluarga baik dari sumber karbohidrat, protein,
228
Potensi Pemanfaatan Lahan Pekarangan sebagai Sumber Bahan Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu
vitamin dan mineral. Pendekatannya dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) yaitu dengan mengutamakan pemanfaatan sumber daya lokal disertai dengan penggunaan pengetahuan lokal (local wisdom), agar tetap menjaga kelestarian lingkungan. Provinsi Bengkulu diketahui memiliki ketersediaan bahan pangan lokal yang beragam, dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik bahan pangan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin maupun mineral. Iklim tropis di Bengkulu menjadikan wilayah Bengkulu sangat kaya akan sumber bahan pangan pokok selain beras. Misalnya, potensi umbi-umbian yang beragam sebagai sumber karbohidrat dapat tumbuh dengan subur dan beragam jenisnya seperti; ubi jalar, ubi kayu, garut, ganyong, dan lain-lain. Ketersediaan sumber bahan pangan lokal yang beraneka ragam di daerah akan lebih lestari jika dapat dioptimalkan melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Oleh karena itu, lahan pekarangan sangat berpotensi sebagai kebun koleksi sumber bahan pangan lokal untuk menjaga keberadaan dan kelestariannya yang memiliki karakteristik yang beragam. Tujuan pengkajian adalah: (1) menganalisis potensi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penyedia bahan pangan dan gizi keluarga serta peningkatan pengetahuan rumah tangga dalam filosofi pemanfaatan lahan pekarangan dan teknis budidaya tanaman sayuran; dan (2) mengidentifikasi potensi keragaman sumber bahan pangan lokal di Provinsi Bengkulu.
METODOLOGI PENELITIAN
Pengkajian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 dan Juli 2013 dengan responden adalah 65 rumah tangga pemanfaat lahan pekarangan terpadu di Provinsi Bengkulu. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode survei serta depth interview dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dan focus group discussion (FGD). Data yang diambil terdiri dari data primer, meliputi keragaman jenis tanaman sayuran yang dibudidayakan, tingkat pengetahuan responden, dan jenis sumber bahan pangan lokal di Provinsi Bengkulu. Data identifikasi keragaman jenis tanaman yang dibudidayakan oleh rumah tangga pemanfaat lahan pekarangan dianalisis secara deskriptif. Analisis tingkat pengetahuan rumah tangga dalam budidaya tanaman sayuran menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Menurut Nasution dan Barizi dalam Rentha, T (2007), penentuan interval kelas untuk masing-masing indikator adalah : NR = NST – NSR
dan
PI
= NR : JIK
Dimana : NR
: Nilai Range
NST
: Nilai Skor Tertinggi
NSR
: Nilai Skor Terendah
PI JIK
: Panjang Interval : Jumlah Interval Kelas
229
Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita
Peningkatan pengetahuan rumah tangga dalam budidaya tanaman sayuran dianalisis dengan menggunakan Uji Statistik Paired Simple T Test dengan rumus Riduwan dan Alma (2009) : t =
Dimana : t
D 𝑆𝐷 � � √𝑁
: nilai t hitung
D : rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2 SD : standar deviasi pengukuran 1 dan 2 N : jumlah sampel Jenis bahan pangan lokal di Provinsi Bengkulu diidentifikasi dengan kajian pustaka menggunakan referensi dari Laporan Akhir Kegiatan Rekomendasi Kebijakan Pertanian : Analisis Kebijakan Pembangunan Ketahanan Pangan di Provinsi Bengkulu Tahun 2011.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Provinsi Bengkulu Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Penyedia Sumber Pangan dan Gizi Keluarga Ketersediaan pangan merupakan syarat keharusan dari tercapainya status ketahanan pangan suatu negara. Untuk memperoleh ketersediaan pangan yang cukup diperlukan pemanfaatan segala sumber daya lahan yang ada secara baik dan terencana, termasuk lahan pekarangan (Ashari et al., 2012). Astuti dalam Sugandi et al. (2012) menyebutkan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sayuran sekaligus untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Senada dengan hal tersebut, Novitasari (2011) menyatakan bahwa salah satu manfaat dari fungsi pekarangan adalah untuk menyediakan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dengan cara ditanami berbagai jenis tanaman dalam upaya meningkatkan keragaman pangan keluarga. Pekarangan memiliki sejumlah peran dalam kehidupan sosial ekonomi rumah tangga petani. Menurut Sajogyo dalam Ashari et al. (2012), pekarangan sering disebut lumbung hidup karena sewaktu-waktu kebutuhan bahan pangan pokok seperti beras, jagung, umbi-umbian dan sebagainya tersedia di pekarangan. Dapat juga disebut sebagai warung hidup, karena dalam pekarangan terdapat sayuran yang berguna untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, dimana sebagian rumah tangga harus membelinya dengan uang tunai. Pola pertanian lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu umumnya berupa campuran (multi komoditas). Rumah tangga menanam berbagai macam komoditas, seperti
230
Potensi Pemanfaatan Lahan Pekarangan sebagai Sumber Bahan Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu
tanaman sayuran, yang terintegrasi dengan tanaman buah-buahan, umbi-umbian, biofarmaka, dan ternak (Tabel 1). Tabel 1.
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Aneka Ragam Jenis Tanaman yang Dibudidayakan oleh Rumah Tangga Pemanfaat Lahan Pekarangan Terpadu Di Provinsi Bengkulu Tahun 2013 Preferensi Rumah Tangga Jumlah Rumah Jenis Komoditi Tangga Sayuran Sayuran, buah Sayuran, buah, ternak Sayuran, buah, ternak, biofarmaka Sayuran, ternak Sayuran, biofarmaka Sayuran, buah, ternak, umbi-umbian, biofarmaka Sayuran, umbi-umbian Sayuran, buah, ternak, umbi-umbian Sayuran, umbi-umbian, biofarmaka Sayuran, biofarmaka, ternak Sayuran, umbi-umbian, biofarmaka, ternak Sayuran, biofarmaka, buah, umbi-umbian Sayuran, buah, biofarmaka, ternak Sayuran, buah, umbi-umbian Sayuran, buah, biofarmaka Sayuran, buah, umbi-umbian, ternak
Persentase
8 5 5 2 4 1 2
17,78 11,11 11,11 4,44 8,89 2,22 4,44
2 6 1 3 1 1 1 1 1 1
4,44 13,33 2,22 6,67 2,22 2,22 2,22 2,22 2,22 2,22
Sumber : Data primer terolah
Aneka ragam jenis tanaman sayuran yang dibudidayakan oleh rumah tangga pemanfaat lahan pekarangan terpadu di Provinsi Bengkulu, terbagi menjadi 17 ragam. Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa lahan pekarangan yang hanya ditanami sayuran merupakan kebanyakan yang dilakukan oleh rumah tangga, yaitu 8 rumah tangga. Kombinasi sayuran, buah, ternak, dan pangan, sebanyak 6 rumah tangga. Kemudian kombinasi sayuran, buah dan kombinasi sayuran, buah, ternak dengan jumlah masing-masing 5 rumah tangga. Astuti dan Honorita (2012) menyebutkan, semakin beragam jenis tanaman yang dibudiyakan, akan semakin beragam pula konsumsi pangan rumah tangga. Beragam dan seimbangnya komposisi pangan yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizi.
Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Peningkatan Pengetahuan Rumah Tangga Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa pengetahuan rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan terpadu, baik pengetahuan filosofi pemanfataan lahan pekarangan maupun teknis budidaya tanaman, meningkat (Tabel 2). Pengetahuan rumah tangga mengenai filosofi pemanfaatan lahan pekarangan
231
Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita
terpadu meningkat sebesar 11,94 persen dari 5,36 menjadi 6,00 sesudah dilaksanakannya kegiatan m-KRPL. Mayoritas rumah tangga sudah sangat memahami filosofi pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu. Hal ini diduga disebabkan oleh mayoritas rumah tangga, terutama yang tinggal di perdesaan, sudah terbiasa memanfaatkan lahan pekarangannya untuk ditanami berbagai jenis tanaman, seperti tanaman obat keluarga, sayuran, buahan, dan umbi-umbian. Di samping itu, kegiatan dan program mengenai pemanfaatan lahan pekarangan baik dari pemerintah pusat maupun daerah telah cukup lama diimplementasikan di kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu, seperti program m-KRPL yang telah dilaksanakan dari tahun 2011, P2KP dari tahun 2010, program pemanfaatan lahan pekarangan terpadu oleh BKP Provinsi dari tahun 2012, program ekonomi kerakyatan berbasis pertanian perkotaan oleh Pemerintah Kota Bengkulu pada tahun 2012, dan lainnya. Pelaksanaan program-program tersebut tentunya menambah pengalaman yang akhirnya dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan rumah tangga tentang filosofi pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu. Pengetahuan rumah tangga mengenai budidaya tanaman sayuran juga meningkat sebesar 20,34 persen dari 5,36 menjadi 6,45 sesudah implementasi kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Tabel 2. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Rumah Tangga dalam Teknologi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Terpadu di Provinsi Bengkulu Tahun 2013
Uraian Filosofi Pemanfaatan Lahan pekarangan Terpadu Budidaya Tanaman Sumber : data primer terolah
Skor Pengetahuan Responden* Sebelum Sesudah 5,36
6,00
5,36
6,45
Hasil pengkajian setelah diuji analisis statistik Paired Simple T Test, memperlihatkan ada perbedaan rata-rata pengetahuan rumah tangga mengenai filosofi pemanfaatan lahan pekarangan dan teknis budidaya tanaman sebelum dan sesudah dilaksanakannya kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan (Tabel 3). Dimana nilai signifikansi masing-masing yaitu 0,003 < 0,05 dan 0,000 < 0,05. Artinya, adanya kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan dapat meningkatkan pengetahuan rumah tangga dalam teknis budidaya tanaman sayuran dan filosofi
232
Potensi Pemanfaatan Lahan Pekarangan sebagai Sumber Bahan Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu
pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu, seperti model dan pola penataan serta Kebun Bibit Desa (KBD). Tabel 3. Pengetahuan Rumah Tangga dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Provinsi Bengkulu Tahun 2013 Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower
t
df
Sig. (2tailed)
Upper
Pair 1 Filosofi Pemanfaatan Lahan Pekarangan (Sebelum) - Filosofi Pemanfaatan Lahan Pekarangan (Sesudah)
-0.636
0,902
0,192
-1,036
-0,236
-3,309
21
0,003
Pair 2 Budidaya Tanaman Sayuran (Sebelum) Budidaya Tanaman Sayuran (Sesudah)
-1,091
1,192
0,254
-1,619
-0,563
-4,294
21
0,000
Sumber : data primer terolah
Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku individu. Peningkatan pengetahuan mencerminkan peningkatan perilaku rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Peningkatan pengetahuan diharapkan dapat meningkatkan sikap individu rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilannya baik dalam filosofi pemanfaatan lahan pekarangan maupun teknis budidaya tanaman sayuran. Peningkatan pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran rumah tangga untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Senada dengan hal tersebut, Apps dalam Sadono D (2008) menyebutkan bahwa individu dalam hal ini rumah tangga yang dipandang sebagai orang dewasa telah mempunyai konsep diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belajar sehingga sisi manusianya dan proses belajarnya perlu dikedepankan. Syafruddin et al. (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan meningkatnya pengetahuan rumah tangga, diharapkan proses transfer teknologi pemanfaatan lahan pekarangan terpadu dapat dengan cepat sampai kepada masyarakat, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan dapat
233
Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita
berkembang sebagaimana yang diharapkan. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.
Sumber Bahan Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu Hasil identifikasi jenis pangan lokal di Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa secara umum di setiap kabupaten/kota memiliki beragam jenis pangan lokal. Sumber bahan pangan lokal tersebut dapat dikembangkan melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Lahan pekarangan berpotensi sebagai kebun koleksi beragam jenis sumber bahan pangan lokal daerah. Jenis bahan pangan lokal di beberapa kabupaten/kota yang bisa dikembangkan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Identifikasi Jenis Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kabupaten/Kota Seluma Bengkulu Tengah
Potensi Pangan Lokal Jagung, ganyong, ubi kayu Ganyong, garut, ubi kayu, pisang, jewawut
Bengkulu Utara Kota Bengkulu Mukomuko Kepahiang
Pisang, jagung, ubi kayu, sukun Ubi jalar, ubi kayu, talas Prenggi (labu kuning) Ubi kayu, ubi jalar
Sumber : BKP Provinsi dan BKP Kabupaten di Bengkulu
Pada dasarnya, komoditas yang biasanya dikembangkan di pekarangan disesuaikan dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, bernilai ekonomi, dan berbasis sumber bahan pangan lokal (Tabel 5). Tabel 5. Hasil Identifikasi Pangan Lokal yang Diusahakan dalam Kegiatan KRPL No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
234
Kabupaten/Kota Bengkulu Tengah Kota Bengkulu Seluma Mukomuko Lebong Bengkulu Utara Rejang Lebong Kepahiang Bengkulu Selatan Kaur
Potensi Pangan Lokal Sayuran, pisang, ubi, ganyong, garut, jeruk kalamansi, papaya Sayuran, pisang, ubi kayu, pepaya, ayam KUB Sayuran, pepaya, ayam KUB Sayuran, ayam KUB, prenggi (labu kuning), ubi jalar Sayuran, manggis, jeruk RGL Sayuran, papaya Sayuran, pisang Sayuran, pepaya, biofarmaka Sayuran, ayam KUB Sayuran, ubi kayu, ubi jalar
Potensi Pemanfaatan Lahan Pekarangan sebagai Sumber Bahan Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu
Saat ini, potensi lahan pekarangan sebagai kebun koleksi sumber bahan pangan lokal belum dimanfaatkan secara optimal. Ketersediaan pangan di tingkat lokal merupakan faktor pendukung bagi pemenuhan gizi keluarga. Kemampuan masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan juga sangat menentukan selain ketersediaan pangan tersebut (Suminah dan Mujiyo, 2008). Pemanfaatan pangan lokal tersebut sudah berlangsung secara turun-temurun. Namun budidayanya masih relatif bersifat terbatas sedangkan sangat berpotensi sebagai penyedia sumber bahan pangan. Seperti jewawut yang penanamannya masih dilakukan di sela budidaya padi gogo. Dari beberapa jenis pangan lokal ini hanya jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang telah tercatat jumlah produksinya, namun sebagian besar belum tercatat jumlah produksinya. Hal ini dikarenakan jenis pangan lokal tersebut belum dibudidayakan secara optimal. Aktivitas pemanfaatan lahan pekarangan secara intensif, dapat dijadikan potensi dalam mempertahankan keberadaan dan kelestarian sumber bahan pangan lokal daerah.
KESIMPULAN
Pemanfaatan lahan pekarangan bermanfaat dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga serta meningkatkan pengetahuan rumah tangga tentang manfaat lahan pekarangan dan budidaya tanaman sayuran. Komoditas yang dikembangkan di lahan pekarangan rumah tangga meliputi sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, ternak, dan ikan. Pengetahuan rumah tangga mengenai filosofi pemanfaatan lahan pekarangan dan teknis budidaya tanaman sayuran masing-masing meningkat sebesar 11,94 persen dan 20,34 persen. Provinsi Bengkulu memiliki aneka ragam sumber bahan pangan lokal, seperti jagung, ganyong, ubi kayu, garut, pisang, jewawut, sukun, ubi jalar, talas, dan prenggi (labu kuning). Lahan pekarangan berpotensi sebagai kebun koleksi dalam mempertahankan keberadaan sumber bahan pangan lokal daerah di Provinsi Bengkulu.
DAFTAR PUSTAKA
Apps, J.W. 1973. Toward A Working Philosophy of Adult Education. New York : Publication In Continuing Education. Syracuse University. Ashari, Saptana, dan T.B. Purwantini. 2012. Potensi dan Prospek Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 30 No.1, Juli 2012 : 13-30.
235
Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita
Astuti.U.P., dkk. 2012. Laporan Akhir Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Provinsi Bengkulu TA 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu. Astuti, U.P. 2012. Petunjuk Teknis : Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu. Astuti, U.P. dan Honorita, B. 2012. Preferensi Masyarakat Kota Bengkulu dalam Budidaya Sayuran di Lahan Pekarangan. Prosiding Seminar Nasional BPTP jawa Tengah Tahun 2012. Hariyadi, P. 2010. Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan). Jurnal Pangan, Vol. 19 No.4 Desember 2010: 295-301. Novitasari, E. 2011. Studi Budidaya Tanaman Pangan di Pekarangan Sebagai Sumber Ketahanan Pangan Keluarga (Studi Kasus di Desa Ampel Gading Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. Puji Lestari, A.S., Maksum, M., Widodo, K.H. 2007. Peran Makanan Tradisional Berbahan Baku Ubi Kayu Terhadap Sistem Ketahanan Pangan Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Rumah Tangga. Jurnal Agritech, vol. 27, No.1, Maret 2007. Rahayu, M. dan S. Prawiroatmodjo. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT, 6 (2): 360-364. Rentha, T. 2007. Identifikasi Perilaku, Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Bedilan Kecamatan Belitang OKU Timur (Skripsi S1). Universitas Sriwijaya. Palembang. Riduwan dan Alma, B. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Alfabeta : Bandung. Sajogyo. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Gajah Mada Press. Yogyakarta. Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu (Online). http: //ejournal .unud. ac.id/ abstrak / (6)%20soca-sudartapks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009. Sugandi, D, Wahyuni, T, dan U.P. Astuti. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Wanita Tani dalam Pemanfaatan Pekarangan. Prosiding Seminar Nasional BPTP Jawa Tengah Tahun 2012. Suminah dan Mujiyo. 2008. Studi Pemberdayaan Wanita Pedesaan dalam Memenuhi Gizi Keluarga Berbasis Potensi Lokal di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Jurnal M’Power No. 8 Vol. 8, Oktober 2008. Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete dengan Pengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2. Yuliatmoko, Welli.2011. Inovasi Teknologi Produk Pangan Lokal untuk Percepatan Ketahanan Pangan.
236