PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Oktariani Indri Safitri, Yayu Zurriyati, Salfina Nurdin dan Dahono Loka Pengkajian Teknoogi Pertanian (LPTP) Kepri Jl. Sungai Jang No. 38 Tanjungpinang –Kepulauan Riau Email :
[email protected] ABSTRAK Rumah pangan merupakan salah satu konsep pemanfaatan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) telah dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pola pangan harapan (PPH) yang dicapai rumah tangga dari kegitan MKRPL tersebut, maka dilakukan analisis pada 2 kabupaten/kota yaitu Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan yang mewakili wilayah kota dan perdesaan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner pada responden pelaksana kegiatan M-KRPL di 2 kabupaten tersebut pada awal dan diakhir kegiatan. Jumlah responden pada masing-masing kabupaten/kota tersebut adalah 20 orang. Kuisioner konsumsi yang digunakan mengikuti kuisioner konsumsi Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Data yang didapat selanjutnya dianalisis meggunakan metode penghitungan PPH. Hasil kegiatan menunjukkan terdapat peningkatan nlai PPH kooperator MKRPL di Kota Tanjungpinang sebesar 3,8% ( 82.4 menjadi 85.6) dan di Kabupaten Bintan sebesar 6,2 % ( 75.5 menjadi 80.2).
Kata Kunci: Pola Pangan Harapan, Pekarangan
PENDAHULUAN Lahan pekarangan merupakan areal disekitar rumah yang dapat dimanfaatkan sebagai penopang ketahanan pangan.
Ketahanan pangan selalu
identik dengan kemandirian pangan yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan baik secara nasional atau kawasan secara mandiri dengan memberdayakan modal,
1
manusia, sosial dan ekonomi yang ada dan berdampak positif bagi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat. Untuk menunjang ketahanan pangan ditingkat rumah tangga tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mendapat mandat untuk mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang dimulai sejak tahun 2011. Pengembangan KRPL ini diimplementasikan melalui pemanfaatan lahan pekarangan secara intensif, baik di perkotaan maupun di perdesaan dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman pangan, tanaman obat keluarga (toga), budidaya ikan, dan ternak. Potensi lahan pekarangan cukup besar di Indonesia mencapai 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian (Badan Litbang, 2011). Di Provinsi Kepulauan Riau
luas lahan pekarangan mencapai 44,092 ha yang
tersebar di 5 kabupaten dan 2 kota (BPS Kepulauan Riau, 2011). Potensi yang cukup besar ini merupakan salah satu sumber penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu indikator keberhsilan kegiatan KRPL adalah terjadi peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspekaspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Depkes RI, 2005). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui nilai PPH awal dan akhir dari kegatan M-KRPL di dua kabupaten yaitu Kota Tanjung Pinang dan Kaupaten Bintan sebagai lokasi pelaksana kegiatan MKRPL di Provinsi Kepulauan Riau yang mewakili kawasan perkotaan dan perdesaan.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang dan di Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mulai Januari – Desember 2013. Responden yang dilibatkan dalam
2
kegiataan adalah kooperator kegiatan M-KRPL. Kegiatan M-KRPL di kedua lokasi tersebut merupakan kegiatan M-KRPL ditahun pertama. Jumlah responden yang terlibat dimasing-masing lokasi adalah 20 orang. Metode yang digunakan adalah metode survey menggunakan kuisioner konsumsi pangan berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Data konsumsi pangan yang dicatat dari responden adalah konsumsi pangan yang dilakukan pada satu hari sebelum pendataan. Data rata-rata konsumsi perkapita per hari dinyatakan dalam satuan gram/kap/hari yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk satuan energy kkal/kap/hari. Data konsumsi pangan dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan yang
ada
didalam
Pola
Pangan
Harapan.
Pengelompokkan
tersebut
disederhanakan menjadi 9 kelompok bahan pangan yaitu kelompok : 1
Padi
:
Beras, jagung, terigu
2.
Umbi-umbian
:
Ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu dan umbi lainnya
3.
Pangan Hewani
:
Daging, telur, susu dan ikan
4.
Minyak dan lemak
:
Minyak kelapa, minyak lainnya
5.
Buah biji berminyak
:
Kelapa, kemiri, jambu mete dan coklat
6.
Kacang-kacangan
:
Kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah dan kacang lainnya
7.
Gula
:
Gula pasir dan gula merah
8.
Sayur dan Buah
:
Semua jenis sayuran dan buah-buahan
9.
Lain-lain
:
Bumbu-bumbuan, makanan dan minuman yang mengandung alkohol, teh, kopi, sirup, dll.
Data yang didapat sesuai dengan pengelompokkan tersebut selanjutnya dibandingkan antara skor konsumsi pangan aktual dengan sasaran PPH Nasional dan dilakukan analisis secara deskriptif
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan M-KRPL di wilayah kota Tanjung Pinang, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, mewakili wilayah perkotaan dengan luas lahan pekarangan rat-rata < 200 M2 , dilaksanakan di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan Tanjung Pinang Timur. Sementara kegiatan M-KRPL di wilayah Kabupaten Bintan dilaksanakan di Kelurahan Sungai Lekop, Kecamatan Bintan Timur mewakili wilayah perdesaan dengan luas lahan pekarangan antara 200 - >400 m2 . Sehingga digolongkan dalam pengelompokan M-KRPL strata sedang sampai luas. Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dengan letak geografis berada pada 0051’ sampai dengan 0059’ Lintang Utara dan 104023’ sampai dengan 104034’ Bujur Timur. Kota Tanjungpinang beriklim tropis dengan temperatur udara sekitar 26,8 derajat celsius, kelembaban udara sekitar 86 persen dan rata‐rata curah hujan 324,4 mm per hari. Sub sektor pertanian khususnya tanaman pangan yang cukup berpotensi diwilayah Tanjung Pinang yaitu jagung, ubi kayu dan ubi jalar. (BPS Kota Tanjung Pinang, 2011) Kabupaten Bintan terletak antara 1o15 Lintang Utara – 0 o 48 Lintang Selatan dan antara 109o dan
103o 11 Bujur Timur. Pada umumnya daerah
Kabupaten Bintan beriklim tropis basah dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan bulan Februari. Sedangkan musim kemarau terjadi antar bulan Maret sampai dengan bulan Agustus. Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 24,8°C sampai dengan 26,6°C dengan temperatur udara maksimum antara 29,0°C - 31,3°C, sedangkan temperatur udara minimum berkisar antara 22,2°C - 23,3°C (BPS Kabupaten Bintan, 2011). Kegiatan pertanian yang banyak ditekuni oleh penduduk Bintan Timur adalah pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
Karakteristik Kooperator MKRPL dan Hasil Penghitungan Pola Pangan Harapan (PPH) Kota Tanjungpinang Kegiatan MKRPL di Kota Tanjungpinang dilaksanakan di Kelurahan Melayu Kota Piring. Luas lahan perkarangan kooperator di Kota Tannjung Pinang rata-rata < 200 m² yang berada pada kategori lahan sempit. Seluruh responden
4
merupakan warga salah satu komplek perumahan di Kota Tanjung Pinang. Jumlah responden yaitu 20 orang. Sebagian besar adalah ibu rumah tangga, dengan usia rata-rata 42 tahun. Jumlah anggota keluarga responden rata-rata 4 orang. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA.
Pada Tabel 1. disajikan
karakteristik responden dalam penghitungan PPH di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kota Tanjung Pinang.
Tabel 1. Karakteristik Responden di Kelurahan Melayu Kota Piring Kota Tanjung Pinang No
Nama
Jumlah Anggota Pendidikan Keluarga (orang Kooperator Kelurahan Melayu Kota Piring 1 Katminah 4 SD 2 Liberti 5 DIII 3 Aisyah 4 SMA 4 Dewi 4 DIII 5 Halijah 4 SMA 6 Ria 3 Yuliana SMA 7 Ika 4 SMA 8 Yanti 4 SMP 9 Pepti 4 SMA 10 Daswati 4 SMA 11 Ria Verta 4 SMA 12 Sri hayati 4 SMA 13 Masni 4 SMA 14 Siti 4 SMA 15 Ita 4 DII 16 Sri 4 Mumpuni SMA 17 Rifah 4 SMA 18 Nurhayati 4 SMA 19 Latifah 3 Anum SMP 20 Sri Lestari 4 DIII Keterangan : IRT = ibu rumah tangga
Umur (Thn) 50 40 38 45 42 41 38 37 39 48 33 44 38 36 34 42 48 49 50 48
Pekerjaan
IRT IRT IRT Karyawan Karyawan IRT IRT Karyawan IRT Wiraswasta IRT IRT Karyawan IRT Karyawan Karyawan IRT IRT IRT IRT
Pola pangan harapan (PPH) menjadi salah satu indikator tingkat keberhasilan kegiatan M-KRPL. Berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 yang menggunakan bobot (rating) FAO RAPA (1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola Pangan Harapan (PPH) tahun
5
2020 disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal untuk hidup sehat bagi penduduk Indonesia adalah 100. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG VIII) tahun 2004, susunan Pola Pangan Harapan Nasional disajikan pada Tabel 2.:
Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional No.
Kelompok Berat Energi Pangan/ (gr/Kap/ (Kkal/Kap/Hr) Jenis Pangan Hr) 1. Padi-padian 275 1.000 2. Umbi-umbian 100 120 3. Pangan Hewani 150 240 4. Minyak dan 20 200 Lemak 5. Buah/biji 10 60 berminyak 6. Kacang35 100 kacangan 7. Gula 30 100 8. Sayur dan buah 250 120 9. Lain-lain 60 Jumlah 2.000 Keterangan : AKE= angka kecukupan energi
% AKE
Bobot
Skor PPH
50.0 6.0 12.0 10.0
0.5 0.5 2.0 0.5
25.0 2.5 24.0 5.0
3.0
0.5
1.0
5.0
2.0
10.0
5.0 6.0 3.0 100
0.5 5.0 0.0 -
2.5 30.0 0.0 100
Hasil perhitungan rataan PPH di Kelurahan Melayu Kota Piring pada awal dan akhir kegiatan M-KRPL disajikan berturut-turut pada Tabel 3 dan Tabel. 4. Pada awal kegiatan M-KRPL, skor rataan PPH responden adalah 82,4. skor ini masih dibawah skor ideal yang direkomendasikan secara nasional, skor PPH 100. Rataan konsumsi energi responden terbesar berasal dari padi-padian. yaitu 1.440,50 kkal/kap/hari dengan persentase AKE 72 %. Hal ini menunjukkan konsumsi padi-padian melebihi dari rekomendasi nasional yang hanya 50%. Sementara konsumsi sayur dan buah responden dibawah rekomendasi nasional dengan AKE 4,86%, sementara anjuran nasional adalah 6%. Kegiatan M-KRPL dimaksudkan dapat meningkatkan diversifikasi pangan responden, melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman sayuran dan hortikultura. Peningkatan konsumsi sayur dan buah dari kooperator M-KRPL dapat meningkatkan skor PPH dari kooperator tersebut.
6
Tabel 3. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Awal Kegiatan MKRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kota Tanjung Pinang No.
Kelompok Pangan/ Jenis Pangan 1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Pangan Hewani 4. Minyak dan Lemak 5. Buah/biji berminyak 6. Kacang-kacangan 7. Gula 8. Sayur dan buah 9. Lain-lain Jumlah
Energi Aktual (Kkal/Kap/Hr) 1.440,5 120 ,0 125,0 300,0 25,0 150,4 255,7 97,2 65,0 2.608,8
% AKE
Bobot
72,03 7,50 6,25 15,00 1,25 7,52 12,79 4,86 3,25 130,44
0,5 0,5 2,0 0,5 0,5 2,0 0,5 5,0 0,0 -
Skor PPH 25,0 2,50 12,5 5,0 0,6 10,0 2,5 24,3 0.0 82,4
Penghitungan skor PPH akhir dilaksanakan diakhir kegiatan MKRPL di Kelurahan Melayu Kota piring pada tahun 2013. Hasil penghitungan tersebut didapatkan skor PPH akhir sebesar 85,6. Terjadi peningkatan skor PPH dibandingkan pada awal kegiatan. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 3,8 %. (dari skor PPH 82.4 menjadi 85,6). Peningkatan ini sebagian besar karena adanya peningkatan konsumsi sayuran dari kooperator dan keluarganya. Kegiatan M-KRPL, memberikan andil yang cukup besar dalam peningkatan konsumsi sayuran bagi rumah tangga. Sebelum kegiatan M-KRPL, sebagian besar responden harus mengeluarkan biaya untuk membeli sayuran seperti sayuran bayam, kangkung, sawi, terong, cabe rawit, tomat dan seledri. Hal ini menyebabkan minat responden untuk mengkonsumsi sayuran tersebut menurun. Responden lebih memilih
menggunakan dana yang ada
untuk
keperluan lain dibandingkan harus membeli sayuran (terutama sayuran berdaun lebar). Walaupun mereka mengetahui bahwa mengkonsumsi sayuran bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Akan tetapi keadaan menjadi berbeda setelah adanya kegiatan M-KRPL, dimana responden mengakui lebih mudah mendapatkan sayuran untuk dikonsumsi dari pekarangan sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya.
7
Tabel 4. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Akhir Kegiatan MKRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kota Tanjung Pinang No. Kelompok Pangan/ Energi Aktual % AKE Bobot Skor PPH Jenis Pangan (Kkal/Kap/Hr) 1. Padi-padian 1.490,0 74,50 0.5 25,0 0 2. Umbi-umbian 125 ,8 6,29 0.5 2,50 3. Pangan Hewani 130,7 6,54 2.0 12,5 4. Minyak dan Lemak 155,6 7,78 0.5 5,0 0 5. Buah/biji berminyak 35,7 1,79 0.5 0,60 6. Kacang-kacangan 125,5 6,28 2.0 10,0 0 7. Gula 275,0 13,77 0.5 2,5 8. Sayur dan buah 110,8 5,54 5.0 24,3 9. Lain-lain 65,00 3,25 0.0 0.0 Jumlah 2.514,5 125,73 85,6 Karakteristik Kooperator MKRPL dan Hasil Penghitungan Pola Pangan Harapan (PPH) Kabupaten Bintan Responden dalam penghitungan skor PPH di Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Bintan Timur berasal dari kelompok wanita tani (KWT) Mekarsari. Rataan umur kooperator adalah 42 tahun , dengan kisaran anggota keluarga 3-6 orang. Tingkat pendidikan responden rata-rata adalah tamatan Sekolah Dasar (Tabel 5). Hasil penghitungan skor PPH diawal kegiatan M-KRPL adalah 75,5 (Tabel 6). Skor PPH responden pada awal kegiatan M-KRPL di Kabupaten Bintan lebih kecil dibandingkan skor PPH responden di Kota Tanjung Pinang pada saat yang sama. Hal ini diduga karena masyarakat perkotaan mempunyai pola konsumsi pangan yang lebih bervariasi/beragam dibandingkan masyarakat di wilayah perdesaan. Disamping itu juga tingkat pengetahuan responden terhadap nilai gizi makanan berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat. Walaupun demikianm sama dengan responden di Kota Tanjung Pinang, persentase AKE dari jenis pangan padi-padian yang didapat melebihi rekomendasi nasional yaitu 57% (rekomendasi nasional 50%). Hal ini menandakan bahwa konsumsi padi-padian dari responden cukup tinggi. Sementara persentase AKE dari sayur dan buah hanya 3%, secara nasional direkomendasikan sebesar 6%. Jika dikaitkan dengan tersedianya lahan yang cukup luas d lahan pekarangan responden yang dapat ditanami sayuran, keadaan ini sungguh bertolak belakang. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran dan hortikultura selain dapat meningkatkan 8
gizi keluarga juga merupakan peluang sebagai sumber pendapatan karena kelebihan produksi dari tanaman sayuran dapat dijual. Tabel 5.
No
Karakteristik Kooperator Kegiatan MKRPL Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Nama
Jumlah Anggota Keluarga (orang)
Pendidikan
Umur (Thn)
Pekerjaan
4 4 6 5 4 3 4 6 4 4 4 4 6 2 3 5 5 7 3 3
SD SD SD SLTP SD SLTP SLTA SD SLTP SD SD SD SD SD SLTA SLTP SD SLTP SLTP SLTA
53 45 45 35 48 33 40 32 36 46 44 44 73 50 29 34 53 33 40 35 42.4
IRT IRT IRT/Tani IRT/Tani IRT IRT Karyawan IRT Karyawan IRT IRT/Tani IRT//Tani IR/Tani IRT/Tani IRT IRT IRT/Tani IRT IRT IRT
KWT Mekar Sari 1 Munifah 2 Misdiati 3 Asnidar 4 Sri Wahyuni 5 Sawiyah 6 Eva Zariani 7 Elvi Sumarni 8 Nur Azizah 9 Nani Utami 10 Tusinah 11 Rosmini 12 Sunarti 13 Juminah 14 Sukatmi 15 Eka Purwati 16 Halijah 17 Roswati 18 Hindun 19 Martini 20 Rohimah Rataan
Hasil perhitungan skor PPH di Kelurahan Sei Lekop pada akhir kegiatan M-KRPL didapatkan sebesar 80,2. Terjadi peningkatan skor PPH dibandingkan pada awal kegiatan aebesar 6,2% (dari skor PPH 75,5 menjadi 80,2). Sama hal nya dengan responden di Kota Tanjung Pinang, peningkatan skor PPH ini sebagian besar karena adanya peningkatan konsumsi sayuran dari responden yang menjadi kooperator kegiatan M-KRPL. Peningkatan konsumsi sayuran secara perhitungan akan meningkatkan skor PPH.
9
Tabel 6. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Awal Kegiatan MKRPL di Kelurahan Sei Lekop, Kec. Bintan Timur, Kab. Bintan No.
Kelompok Pangan/ Jenis Pangan 1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Pangan Hewani 4. Minyak dan Lemak 5. Buah/biji berminyak 6. Kacang-kacangan 7. Gula 8. Sayur dan buah 9. Lain-lain Jumlah
Energi Aktual (Kkal/Kap/Hr) 1.150,70 118,80 150,50 180,20 20,50 85,70 150,30 67,50 85,95 2.010,15
% AKE 57,54 5,94 7,53 9,01 1,03 4,29 7,52 3,38 4,30
100,51
Bobot
Skor PPH
0,5 0,5 2,0 0,5 0,5 2,0 0,5 5,0 0,0 -
25 2,5 15,1 4,5 0,5 8,6 2,5 16,9 0 75,5
Pada Tabel 3, 4, 6 dan 7, terlihat skor Skor aktual PPH yang dicapai responden diawal dan diakhir kegiatan M-KRPL lebih rendah dari target skor nasional yaitu sebesar 100. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keragaman konsumsi dan mutu pangan responden di Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan relatif masih rendah dan komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antara kelompok pangan sumber gizi (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral). Konsumsi
pangan
sumber
karbohidrat
masih
didominasi
kelompok padi-padian.
Tabel 7. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Akhir Kegiatan MKRPL di Kelurahan Sei Lekop, Kec. Bintan Timur, Kab. Bintan No.
Kelompok Pangan/ Jenis Pangan 1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Pangan Hewani 4. Minyak dan Lemak 5. Buah/biji berminyak 6. Kacang-kacangan 7. Gula 8. Sayur dan buah 9. Lain-lain Jumlah
Energi Aktual (Kkal/Kap/Hr) 1.250,50 100,00 175,00 190,50 40,00 55,50 100,00 85,50 217,18 2.214,18
% AKE 62,53 5,00 8,75 9,53 2,00 2,78 5,00 4,28 10,86 110,71
Bobot 0.5 0.5 2.0 0.5 0.5 2.0 0.5 5.0 0.0 -
Skor PPH 25 2,5 17,5 4,8 1 5,6 2,5 21,3 0 80,2
10
Walaupun demikian dengan semakin berkembangnya kegiatan M-KRPL diharapkan terjadi peningkatan PPH dimasa-masa yang akan datang. Hasil penghitungan skor PPH diawal dan diakhir kegiatan M-KRPL di Kabupaten Bintan pada kegiatan ini menunjukkan peningkatan lebih besar dibandingkan di Kota Tanjung Pinang (6,2% VS
3,8%).
Hal ini diduga
berhubungan dengan tingkat pelaksanaan kegiatan M-KRPL, dimana cenderung lebih baik pelaksanaanya di Kabupaten Bintan.
KESIMPULAN
Pelaksanaan kegiatan M-KRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring , Kota Tanjung Pinang dan Kelurahan Sei Lekop, Kabupaten Bintan berdampak pada peningkatan PPH pelaksana kegiatan tersebut. peningkatan nlai PPH kooperator MKRPL di Kota Tanjungpinang sebesar 3,8% ( 82.4 menjadi 85.6) dan di Kabupaten Bintan sebesar 6,2 % ( 75.5 menjadi 80.2).
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau. 2011. Kepri Dalam angka 2011. Provinsi Kepulauan Riau. Badan Pusat Statistik Kabuapten Bintan. 2011. Bintan Kabupaten Bintan.
Dalam angka 2011.
Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Pinang. 2011. Tanjung pinang Dalam angka 2011. Kota Tanjung Pinang. Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedomen Umum Model Rumah Pangan Lestari. Badan Litbang Pertanian Jakarta.
11
12