ANALISIS PERENCANAAN PENYEDIAAN PANGAN BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN
HASRAWATI NRP. I 153084055
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir “Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan”
adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustakadi bagian akhir tesis ini.
Bogor,
April 2011
Hasrawati NRP. I 153084055
ABSTRACT Food security constitutes substance which is important and connected tightly with social security, economic stability, politic stability and nation security. The Act of the Republic of Indonesia Number 7/1996 on food stated that food is fundamental requirement in the availability of sufficient food both its in quantity and quality, including safety to the prosperity and welfare of Indonesian. As otonom's region government has authority to manage food security developments, PP No 38/2007 commanding food securitys as mandatory of goverment. This research was aimed to analyze food availability planning in Regency Sinjai, based on: 1) availability of calory (2,200 kcal) and protein (57 gram) per capita per day, and (2) consumption adequacy per capita per day of calory (2,000 kcal) and protein (52 gram), indicated by a DDP score of 100 in 2020. This research was carried out in Sinjai Regency in South Sulawesi Province in November to December 2010. The research design was retrospective utilyzing secondary data from institution related to food security. The result showed that availability of energy and protein in 2007-2008 were increased. The average of food availability was 2,923 kcal that was higher than standard (2,200 kcal/day), a slightly different picture was shown in the average availability of protein was 92.6 gram that was higher than standard (52 g/day). Meanwhile availibility of protein was dominated by plant food. On an average the availability was above the national standard (WNPG VIII, 2004). The average of calory consumption of food group in the total consumption was 2,394 kcal (slightly above of the standard), with DDP consumption in 2008 was 90.3. The basis Projection of quality food availability and food consumption in 2011 to 2020 are balance diet that is indicated by a DDP score of 100 in 2020. Land potential of Sinjai Regency for Wetlands is 13.561 ha in 2008, while wetland needs of rice production sustainability is 14.454 ha in 2020. The regulation of Sinjai regency was estabilished that agricultural farm and fishery farm for sustainability was 40,637 ha.
Key words: Food availability, food consumption, Desirable Diatery Pattern (DDP)
RINGKASAN HASRAWATI, Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan, Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN dan IKEU TANZIHA.
Pangan merupakan salah satu hak dasar rakyat (basic people right) yang menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Ketahanan pangan merupakan unsur yang sangat penting dan erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik dan ketahanan nasional secara keseluruhan. UndangUndang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa pangan merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam penyediaan kebutuhan pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, bergizi, beragam dalam mewujudkan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa urusan wajib pemerintah terkait pelayanan dasar adalah kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus masyarakatnya. Kemudian pada PP Nomor 38 Tahun 2007 diperkuat bahwa ketahanan pangan merupakan urusan wajib pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menyusun perencanaan penyediaan pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai, dengan tujuan khusus yaitu: 1) menganalisis situasi ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008, 2) menganalisis konsumsi pangan tahun 2008, 3) proyeksi kebutuhan konsumsi pangan tahun 2011 – 2020, 4) proyeksi penyediaan pangan tahun 2011 – 2020, dan 5) proyeksi kebutuhan lahan pertanian dan perikanan dalam mendukung penyediaan pangan di Kabupaten Sinjai hingga tahun 2020. Desain penelitian ini adalah retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari instansi terkait ketahanan pangan antara lain; (a) NBM dan data produksi pangan, stok pangan, ekspor, impor dan kebutuhan benih untuk mengetahui kemampuan wilayah dan perencanaan produksi untuk memenuhi ketersediaan pangan (supply); (b) laporan konsumsi pangan Kabupaten Sinjai tahun 2008 untuk mengetahui kondisi konsumsi dan proyeksi kebutuhan konsumsi sesuai kebutuhan gizi (demand); dan (c) potensi lahan pertanian dan perikanan untuk membandingkan kemampuan jumlah luas lahan aktual tahun 2008 dengan tahun 2020 dalam mendukung produksi komoditas setiap kelompok pangan. Perkembangan produksi berkelanjutan dengan keberlanjutan ekologi (ketersediaan lahan) didasarkan penilaian kemampuan daerah Kabupaten Sinjai menyediakan pangan dan kebutuhan konsumsi pangan berdasarkan PPH. Interpolasi linier (Least Square Methode) digunakan untuk analisis proyeksi ketersediaan dan kebutuhan konsumsi pangan dan jumlah penduduk dengan ekstrapolasi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan energi dan protein pada tahun 2005-2008 adalah 2.923 kkal/kap/hari dan 100,9 gram/kap/hari, jumlah tersebut berada diatas standar (2,200 kkal/kap/hari dan 57 gram/kap/hari) WNPG 2004, dengan skor PPH 85.8 masih dibawah ideal (PPH=100) dan kontribusi energi 93.1%. Tingkat ketersediaan protein hewani kurang lebih 25,3-36,8% (kurang dari 45% total ketersediaan untuk konsumsi protein hewani) dan didominasi oleh protein nabati.
Pola konsumsi penduduk per kapita per hari tahun 2008 secara kuantitas diatas anjuran, kalori sebesar 2.394 kkal dan 119 gram protein, kontribusi AKE 108,8% tapi secara kualitas skor PPH 90,3 dari sembilan kelompok pangan (PPH=100). Proyeksi ketersediaan dan konsumsi pangan berdasarkan acuan tahun 2008 diharapkan pencapaian skor PPH=100 dan kontribusi energi (%AKE=100) pada tahun 2020 pada sembilan kelompok pangan sesuai keseimbangan gizi dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sinjai. Dengan rata rata naiknya penyediaan pangan melalui produksi atau impor pangan yang masih defisit seperti; pangan hewani khususnya telur sebesar 8,65%, sayur sebesar 5,40%, 9,36% buah, 9,35% ubi kayu dan 4,88% gula merah setiap tahunnya hingga tahun 2020. Demikian juga kelompok pangan minyak dan lemak, buah/biji berminyak dan kelompok pangan lain-lain secara bertahap ditingkatkan hingga mencapai ideal. Sedangkan kebutuhan konsumsi secara bertahap diturunkan hingga ideal adalah kelompok pangan padi-padian 4,50% tahun 2013 menjadi 3,91% pada tahun 2020. Proyeksi ketersediaan pangan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Kabupaten Sinjai berdasarkan hasil gap ketersediaan dan konsumsi, perlu intervensi kebijakan melalui peningkatan produksi atau impor untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk sesuai kaidah gizi, seperti telur kekurangan ketersediaannya yang bersumber dari produksi domestik pada tahun 2013 sebesar (-675) ton menjadi (-753) ton tahun 2020, komditi ikan tahun 2013 sebesar (-13.168) ton, tahun 20171 ton sebesar (-13.961) ton dan (-14.604) ton tahun 2020. untuk kelompok pangan sayur kekurangan produksi pada tahun 2013 sebesar (-12.951) ton, tahun 2017 sebesar (-13.732) ton dan (-14.363) ton tahun 2020 sedangkan untuk buah tahun 2013 sebesar (-20) ton, (-21) ton tahun 2020. Sedangkan kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian dan kelompok pangan lainnya perlu dipertahankan produksi agar tidak turun dan tersedia sepanjang waktu. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Sinjai untuk lahan sawah seluas 13.561 ha tidak mampu mendukung produksi pangan pokok (beras giling) pada tahun 2017 hingga tahun 2020 dengan kebutuhan lahan sawah sebesar 14.454 ha dalam pemenuhan penyediaan pangan untuk konsumsi sesuai kebutuhan gizi. Perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sinjai tentang lahan abadi pertanian dan perikanan seluas 40.736 ha.
Kata Kunci : Ketersediaan Pangan, Konsumsi Pangan dan PPH
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya . Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS PERENCANAAN PENYEDIAAN PANGAN BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN
HASRAWATI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS
Judul Nama NRP
: Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan : Hasrawati : I 153084055
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Budi Setiawan,MS Ketua
Dr. Ir. Ikeu Tanziha,MS Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan
Dekan Sekolah Pascasarjana
drh.M.Rizal M.Damanik M.RepSc,PhD
Dr.Ir Dahrul Syah, MSc.Agr
Tanggal Ujian : 22 Maret 2011
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan, yang berjudul “Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing serta Ibu Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan, Drh. M. Rizal Damanik, MRepSc,PhD selaku Ketua Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor beserta seluruh dosen pengajar. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memberikan kesempatan tugas belajar. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda tercinta dan kakak Drs. H. Muh. Thamrin Benna, S.Kep., M.Kes, Hartati, S.Kep, Herawati, SE.Ak yang telah membantu biaya pendidikan dan pengumpulan data serta semua saudaraku atas segala doa dan kasih sayangnya Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
April
2011
Hasrawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sinjai pada tanggal 12 Maret 1968 sebagai anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Benna Dg Matterru dan Hj. Indo Hero Dg Tawellang. Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sinjai dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas “45” Makassar pada Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian, lulus pada tahun 1994. Tahun 1994-1995 bekerja sebagai asisten dosen Statistik Universitas “45” Makassar, tahun 1996-2006 bekerja di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai (Honorer), Tahun 2001/2002 Asisten FK Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Tahun 2004 calon legislatif Partai Golkar, Tahun 2007 Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) dan Tahun 2009 Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Sinjai dan bertugas pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan sebagai Pelaksana Fungsi Penyuluh. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa tugas belajar dari pemerintah Kabupaten Sinjai, dengan biaya pendidikan sendiri.
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
............................................................................... ...............................................................................
ii V
DAFTAR LAMPIRAN
...............................................................................
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran
........................................................................ ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
1 3 5 5 6
Sistem Ketahanan Pangan .............................................................. Ketersediaan Pangan dan Produksi ..................................................... Konsumsi Pangan ..................................................................... Ketersediaan Lahan Pertanian dan Perikanan ..................................... Perencanaan Penyediaan Pangan dengan Pendekatan PPH ................
8 10 11 12 13
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ........................................................................... Desain Penelitian ........................................................................... Jenis Sumber dan Cara Pengumpulan Data ........................................ Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ Definisi Operasional ...........................................................................
17 17 17 18 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah .................................................................... Kelembagaan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai ........................... Situasi Ketersediaan Pangan ............................................................... Rasio Swasembada Pangan ................................................................. Ketersediaan Pangan .......................................................................... Konsumsi Pangan Aktual Penduduk Kabupaten Sinjai ...................... Perencanaan Penyediaan dan Konsumsi Pangan ................................ Ketersediaan Lahan Pertanian dan Perikanan.....................................
27 30 32 43 44 52 56 72
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ………………………………………………………….... Saran ..................................................................................................
75 77
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
79
LAMPIRAN
82
..............................................................................................
i
DAFTAR TABEL Halaman 1
Perbandingan PPH FAO-RAPA, Meneg Pangan 1994, dan Deptan 2001 …………………………………………….....................
15
2
Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data ……………………….......
18
3
Luas dan Persentase Ketinggian dari permukaan Laut di Kabupaten Sinjai………………………………………………...............................
28
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sinjai menurut Jenis Kelamin tahun 2009 ……………………………………….........
29
Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai Tahun 2005 – 2008.................…………………………..............
30
6
Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Sinjai Tahun 2005-2008 …..
32
7
Produksi Sayur-Sayuran di Kabupaten Sinjai Tahun 2005 – 2008 …....
34
8
Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Sinjai Tahun 2005-2008 ……....
35
9
Produksi Perkebunan di Kabupaten Sinjai Tahun 2005 – 2008 …….....
36
10 Produksi Pangan Hewani menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sinjai Tahun 2005-2008 …………………………………………….....
37
11 Produksi Perikanan Kabupaten Sinjai Tahun 2005 – 2008 …………....
39
12 Impor Ternak berdasarkan Jenis Ternak Kabupaten Sinjai …………....
40
13 Laju Ekspor Komodiri Pertanian dan Perikanan di Kabupaten Sinjai Tahun 2005 – 2008 ………………………………………………….....
41
14 Stok dan Penyaluran Raskin (kg) di Kabupaten Sinjai Tahun 2006-2008................................................................................
42
15 Rasio Swasembada Pangan Strategis berbasis Potensi Produksi di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 ............................................................
44
16 Ketersediaan Pangan Aktual dan Ideal berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai Tahun 2008………………………………............
45
17 Komposisi Energi, Protein dan Lemak berdasarkan NBM di Kabupaten Sinjai Tahun 2005-2008 ………………………………...
46
18 Komposisi Ketersediaan Protein Kabupaten Sinjai Tahun 2005-2008 ..................................................................................
47
19 Skor PPH Ketersediaan per Kelompok Pangan di Kabupaten Sinjai Tahun 2005-2008 …………………………………………........
48
20 Tingkat Kontribusi Energi dan Skor PPH pada Ketersediaan Pangan di Kabupaten Sinjai Tahun 2005-2008………………...........................
49
4 5
ii
Halaman 21
Ketersediaan Pangan Aktual di banding Ketersediaan Ideal di KabupatenSinjai Tahun 2008 ................................................................
50
22 Gap Ketersediaan Pangan Aktual dengan Ketersediaan Pangan Ideal di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 ………………………………...........
51
23 Tingkat Gap Ketersediaan Aktual dan Harapan setiap Kelompok Pangan di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 ……………………………..
52
24 Kondisi Konsumsi Pangan Penduduk di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 ............................................................................................
53
25 Kondisi Pola Konsumsi Pangan Aktual dan Ideal di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 …………………….............................................................
54
26 Kondisi Gap Konsumsi Pangan Aktual dan Konsumsi Pangan Ideal di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 ……………........................................
55
27 Gap Ketersediaan Pangan Aktual dan Konsumsi Pangan Aktual berdasarkan Kebutuhan Gizi di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 ……….
56
28 Proyeksi Produksi Jenis Komoditas untuk Pemenuhan Ketersediaan Pangan Penduduk di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 .....................
57
29 Proyeksi Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 ......................………………………………...
58
30 Proyeksi Konstribusi Energi (%AKE) dalam Konsumsi Pangan di Kabupaten Sinjai Tahun 2011 – 2020 ………………………………
59
31 Proyeksi Kebutuhan Konsumsi Pangan dalam satuan gram/kap/hari Kabupaten Sinjai Tahun 2011 – 2020..………………………………...
60
32 Proyeksi Kebutuhan Konsumsi Pangan (ton/tahun) di Kabupaten Sinjai Tahun 2011- 2020………………………………...
61
33 Proyeksi Ketersediaan Pangan berdasarkan Skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Siinjai Tahun 2011 - 2020…………………………….....
64
34 Proyeksi Ketersediaan Energi untuk Konsumsi menurut Kelompok Pangan berdasarkan PPH (kkal/kap/hari) di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020..………......................................................................
65
35 Proyeksi Ketersediaan Energi (gram/kap/hari) dalam kelompok Pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020.........
66
36 Proyeksi Kontribusi Energi (%AKE) dalam Ketersediaan Pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 ……………..
67
37 Ketersediaan Pangan Aktual Tahun2008 dan Proyeksi Ketersediaan Pangan berdasararkan Kebutuhan Gizi ( ton/thn) di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 ……………………………………………………...
68 iii
Halaman 38 Gap Proyeksi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan berdasarkan Kebutuhan Gizi dan PPH di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 …….
71
39 Potensi Ketersediaan Lahan Pertanian dan Perikanan di Kabupaten SinjaiTahun 2006 - 2008………………………………………….........
73
40 Proyeksi Kebutuhan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Strategis di Kabupaten Sinjai hingga Tahun 2013 - 2020………………..............
74
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman
1 Bagan Kerangka pemikiran Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan Berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai Provinsi Provinsi Sulawesi Selatan..............................……………….....................................................
7
2. Peta Kabupaten Sinjai ..................................................................................
27
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 82 2 Standar Pelayanan Minimal di Bidang Ketahanan Pangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Peraturan Menteri Pertanian No 65/Permentan/01.140/12/2010) ........................ 83 3 Gap Proyeksi Produksi Pangan dan Ketersediaan Pangan untuk Konsumsi Penduduk di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 ......................................... 84 4 Neraca Bahan Makanan Kabupaten Sinjai Tahun 2008…………………...... 85 5 Struktur Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai (Peraturan Bupati Sinjai Nomor 2 Tahun 2007).......... 94 6 Keterangan Izin Penelitian ............................................................................. 95
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan salah satu hak dasar rakyat (basic people right) yang menentukan kualitas hidup suatu bangsa. yang sangat penting
Ketahanan pangan merupakan unsur
dan erat kaitannya dengan ketahanan sosial,
stabilitas
ekonomi, stabilitas politik dan ketahanan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sistem ketahanan pangan merupakan salah satu fokus dari pembangunan nasional untuk membentuk manusia yang berkualitas, menjadi syarat mutlak bagi pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesi yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera yaitu manusia yang sehat, cerdas dan produktif.
Ketahanan pangan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan daerah otonomi dalam penyelenggaraan urusan wajib pemerintah pasal 14 ayat 2 menyatakan bahwa urusan wajib pemerintahan kabupaten/kota yang terkait dengan pelayanan dasar bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi unggulan daerah. Kemudian diperjelas pada pasal 7 ayat (2) PP No 38 Tahun 2007 bahwa urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan meliputi ketahanan pangan yang ditunjukkan oleh tingkat produksi pangan untuk pemenuhan ketersediaan dan penganekaragaman pangan yang berkualitas baik kuantitas maupun kualitas gizi (Nutrient) dan distribusi pangan untuk meningkatkan aksesibilitas pangan untuk menjamin kecukupan pangan beragam, bergizi baik dan aman, sebagai ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar minimal yang merupakan urusan wajib pemerintah daerah (Lampiran 2). Pembangunan pangan dan gizi merupakan bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan pembangunan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota sekaligus merupakan salah satu isu utama dalam ketahanan pangan guna peningkatan status gizi masyarakat, yang erat kaitannya dengan situasi produksi 1
pangan dalam negeri, stok pangan dan impor, kondisi ketersediaan pangan dan konsumsi pangan sangat mempengaruhi (Syarief dan Martianto, 2010).
ketahanan pangan ditingkat wilayah
Sementara ketahanan pangan pada tingkat
rumahtangga, akan ditentukan pula oleh daya beli, kesukaan/selera, pendidikan dan sosial budaya gizi yang berlaku dalam masyarakat. Pangan untuk dikonsumsi baik dalam jumlah, maupun mutunya, bergizi, beragam dan aman sesuai pola budaya makan bagi masyarakat mengkonsumsi nasi”,
“orang merasa belum makan jika belum
meskipun kebutuhan karbohidratnya dipenuhi dari
makanan lain (Firdaus dkk, 2008) dan menurut Arifin (2001) dijadikan kriteria keberhasilan pembangunan suatu wilayah atau daerah apabila secara nutrisi, ekonomi, sosial budaya beras tetap merupakan pangan terpenting bagi masyarakat Indonesia. Mengingat pentingnya ketersediaan pangan baik di tingkat makro dan mikro, maka setiap negara mendahulukan
pembangunan ketahanan pangan
sebagai fondasi bagi pembangunan sektor-sektor lainnya.
Pembangunan
ketahanan pangan telah menjadi komitmen nasional bedasarkan pada pemahaman atas peran strategis dalam pembangunan nasional antara lain: (1) Akses terhadap pangan yang bergizi baik dalam jumlah yang cukup, (2) Peranan pangan sangat penting bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas, (3) Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan pangan ekonomi dan ketahanan nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan setiap orang dalam rumah tangga yang terus berkembang dari waktu kewaktu.
Pemanfaatan
potensi sumberdaya disetiap daerah perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat.
Pola ini sesuai dengan kebijakan
otonomi daerah sebagai kewenangan daerah dalam pembangunan pangan dan gizi. Pemerintah daerah harus mampu melakukan perencanaan penyediaan pangan sesuai potensi wilayah untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk melalui penyediaan pangan dengan: (1) mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal, (2) mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, (3) mengembangkan teknologi produksi pangan, 2
(4)
mengembangkan
sarana
dan
prasarana
produksi
pangan
dan
mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif (Nainggolan
(5)
dalam
KUKP 2005-2009). Menurut Wirawanto (2004), Ketahanan pangan suatu negara dikatakan mantap bila semua penduduknya dapat memperoleh pangan yang cukup (baik kuantitas maupun kualitas). Ketahanan pangan yang mantap ditandai dengan terpenuhinya pangan yang cukup dan tersebar merata diseluruh daerah sampai rumah tangga, tersedia sepanjang waktu, aman dari pencemaran bahan berbahaya dan aman menurut kaidah agama. Gambaran ketersediaan pangan Kabupaten Sinjai berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). Perbandingan konsumsi energi dan protein antara Kabupaten Sinjai dengan rata-rata nasional (Indonesia) tahun 2007, konsumsi energi per kapita per hari sebesar 2.831 kilokalori/kapita/hari dan protein sebesar 83,37 gram/kapita/hari (BPS, 2008), sedangkan rata-rata nasional (Indonesia) konsumsi energi sebasar
974,07 kilokalori/kapita/hari dan protein sebesar 64,59
gram/kapita/hari (Susenas, 2008). Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa kecukupan pangan, pada ketersediaan khususnya energi dan protein untuk penduduk Kabupaten Sinjai pada tahun 2007 diatas tingkat kecukupan minimum konsumsi energi yang ditetapkan dalam WKNPG tahun 2004. Atas dasar pola konsumsi pangan yang telah ada selama ini di Kabupaten Sinjai dapat dikembangkan model Pola Pangan Harapan yang direkomendasikan oleh FAORAPA (1989) yang dikenal dengan “Desirable Diatery Pattern “ susunan bahan makanan yang baik apabila mengandung 10-12% energi dari protein, 20-25 % dari lemak dan sisanya karbohidrat untuk digunakan dalam perencanaan dan penyusunan kebijakan di masa depan ada tiga yaitu:
(1)
pendekatan
kecendrungan/tren permintaan/konsumsi, (2) pendekatan kecendrungan produksi dan (3) pendekatan gizi seimbang dan permintaan dengan Pola Pangan Harapan. Rumusan Masalah Permasalahan umum yang dihadapi di Kabupaten Sinjai dalam ketersediaan pangan terkait dengan peningkatan permintaan pangan penduduk. Pada tahun 2008 ketersediaan pangan berdasarkan data Neraca Bahan Makanan 3
menggambarkan kualitas pangan yang masih rendah tercermin dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 88.9 sumber energi didominasi oleh kelompok pangan padi-padian, Kabupaten Sinjai masih memiliki wilayah rawan pangan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketidak seimbangan antara ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan sesuai kaidah gizi dan komposisi keseimbangan keberagaman pangan. Seperti Teori Malthus dalam Baliwati (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung. Pada sisi lain, kemiskinan akan menimbulkan tekanan yang semakin besar terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali. Berdasarkan data BPS (2008) jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sinjai tercatat 52.220 jiwa. Sekitar
89,96%
dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata
pencaharian utama di sektor pertanian. Tekanan sumberdaya alam tanpa diikuti perubahan struktur ekonomi yang memadai, akan menjadi ancaman terhadap ketersediaan pangan baik pada tingkat makro maupun mikro. Pada tingkat mikro, degradasi lahan dan air akan menyebabkan keterbatasan kemampuan pemanfaatan sumberdaya alam secara maksimal. Hal ini akan mengakibatkan produktifitas usaha tani pangan menurun dan secara makro akan semakin bertambahnya penduduk miskin atau kelompok masyarakat yang mempunyai daya beli rendah atau tidak mempunyai akses atas pangan, sehingga mereka mengalami kerawanan pangan. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1
Bagaimana ketersediaan pangan Kabupaten Sinjai berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH)?
2
Bagaimana konsumsi pangan Kabupaten Sinjai berdasarkan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH)?
3. Bagaimana proyeksi penyediaan pangan tahun 2020 dan berapa besar gap aktual dan ideal ketersediaan pangan Kabupaten Sinjai? 4. Bagaimana daya dukung wilayah dalam penyediaan pangan di Kabupaten Sinjai?
4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penyediaan
penelitian ini adalah untuk menyusun perencanaan
pangan berdasarkan pola pangan harapan (PPH) yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi penduduk, dalam penelitian dapat ditentukan: 1 Menganalisis situasi ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2005-2008 2 Menganalisis konsumsi pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Sinjai tahun 2008 3 Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai tahun 2011 -2020 4 Proyeksi
penyediaan pangan tahun 2011-2020 dengan pendekatan Pola
Pangan Harapan (PPH) 5 Menganalisis daya dukung lahan dalam penyediaan pangan di Kabupaten Sinjai. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, informasi dan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Sinjai dalam merumuskan kebijakan terkait ketahanan pangan.
5
KERANGKA PEMIKIRAN Pembangunan ketahanan pangan merupakan urusan wajib pemerintah daerah antara lain sub sistem ketersediaan
dan konsumsi.
Keberhasilan
subsistem ini sangat ditentukan oleh peran pemerintah dan masyarakat, sacara bersama-sama untuk mencapai tujuan dengan tersedianya pangan sesuai kebutuhan gizi untuk hidup sehat baik di tingkat makro maupun di tingkat mikro guna peningkatan sumberdaya manusia yang unggul dan tangguh. Pertimbangan perencanaan pangan di Kabupaten Sinjai mengacu pada upaya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi, stok pangan, impor dan ekspor. Paradigma yang digunakan dalam perencanaan penyediaan kebutuhan pangan adalah memperhatikan keanekaragaman pangan dan keseimbangan gizi sesuai kebutuhan untuk hidup sehat dan produktif dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH). Pangan yang disediakan dan dikonsumsi secara aktual harus memenuhi kebutuhan gizi penduduk dan tersedia secara merata, dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat tanpa mengenal musim di tingkat wilayah dan atau rumah tangga. Secara kuantitas maupun kualitas akan mempengaruhi jumlah total konsumsi pangan penduduk maupun mutu bahan pangan aktual yang dikonsumsi serta keadaan ketersediaan pangan wilayah.
Dalam perencanaan penyediaan
pangan dan kebutuhan konsumsi pangan berdasarkan hasil evaluasi skor mutu pangan aktual (skor PPH ketersediaan aktual) kemudian dibandingkan skor PPH ketersediaan pangan ideal, dan kontribusi energi dalam ketersediaan pangan aktual dan ideal, kemudian direncanakan ketersediaan pangan sesuai gap yang terjadi, baik yang bersumber dari produksi, impor dan stok pangan. Selanjutnya penilaian konsumsi pangan aktual penduduk dibandingkan dengan konsumsi pangan ideal dengan pendekatan PPH, dan kontribusi energi dari setiap kelompok pangan yang dikonsumsi antara aktual dan ideal kemudian direncanakan jumlah kebutuhan konsumsi pangan sesuai gap konsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan hasil gap kedua subsistem dapat direncanakan pengembangan dari sembilan kelompok pangan dengan memproyeksikan ketersediaan pangan dan kebutuhan konsumsi pangan sesuai kebutuhan gizi berdasarkan Pola Pangan Harapan dengan mempertimbangkan 6
jumlah penduduk setiap tahunnya hingga tahun 2020. selanjutnya proyeksi produksi pangan dari sembilan kelompok pangan berdasarkan proyeksi ketersedia an pangan yang beragam untuk kebutuhan konsumsi pangan penduduk berdasar kan Pola Pangan Harapan (PPH) hingga tahun 2020 dengan mempertimbangkan ekspor, impor, stok pangan dan tercecer sesuai ketersediaan lahan. Secara skematis kerangka pemikiran penelitian analisis perencanaan penyediaan pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Gambar 1.
Konsumsi Pangan Aktual
Berdasarkan PPH
Berdasarkan PPH Kebutuhan Konsumsi Pangan Ideal
• •
• Ketersediaan lahan
Ketersediaan Pangan Aktual
Ketersediaan Pangan Ideal
Gap Ketersediaan Pangan aktual dan Ideal Gap Konsumsi Pangan Aktual dan Ideal
Perencanaan Penyediaan Pangan Wilayah Kabupaten
• • • •
Produksi Ekspor Impor Stok pangan
Keterangan: : Variabel yang diteliti : Hubungan antar variabel yang diteliti
TINJAUAN PUSTAKA Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran analisis perencanaan penyediaan pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan
7
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Katahanan Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhan kebutuhan pangan merupakan bagian dari hak azasi manusia. Dimana negara memiliki kewajiban (state obligation) untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect), dan memenuhi (to fulfill) hak atas pangan masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan pangan juga sangat penting sebagai
komponen dasar untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas. Pengertian pangan sendiri memiliki dimensi yang luas, yaitu bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan pengganti jaringan yang rusak, agar manusia dapat hidup sehat dan produktif dengan memperhatikan keseimbangan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serat dan zat esensial lainnya (Suhardjo 2006). Hal ini membawa konsukuensi bahwa setiap rumah tangga dan anggotanya harus mempunyai akses untuk memenuhi kebutuhan pangan sehingga mampu menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari kehari. Konsumsi pangan dan gizi yang cukup dan seimbang menjadi syarat bagi perkembangan organ fisik manusia sejak dalam kandungan yang selanjutnya berpengaruh terhadap perkembangan intelegensia maupun kemampuan fisiknya. Generasi yang tangguh secara fisik maupun intelegensia akan menjadi tulangpunggung bagi tumbuh kembang suatu bangsa dalam pembangunan ekonomi, sosial maupun politik. Oleh karena itu ketahanan pangan merupakan salah satu pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya.
Ketidak tahanan pangan sangat berpotensi memicu
kerawanan sosial politik maupun keamanan. Atas dasar itulah maka tujuan utama pembangunan pangan dan gizi adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan demikian terpenuhinya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, merata, terjangkau oleh seluruh rumahtangga dan atau individu menjadi sasaran utama pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat pada setiap level pemerintahan baik pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Hal ini dapat diwujudkan melalui pembangunan ketahanan pangan. 8
Menurut FAO dalam Absari (2007), ada lima karakteristik yang harus dipenuhi yaitu; (1) kapasitas (capacity): mampu menghasilkan, mengimpor, dan menyimpan makanan pokok dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi semua penduduk (national food suficiency), (2) pemerataan (equity): mampu mendistribusikan makanan makanan pokok sehingga tersedia dalam jangkauan seluruh keluarga, (3) kemandirian (self-relience): mampu menjamin kecukupsediaan makanan pokok dengan mengandalkan kekuatan sendiri sehingga ancaman fluktuasi pasar dan tekanan politik internasional dapat ditekan seminimum mungkin, (4) kehandalan (reability): mampu meredam dampak variasi musiman maupun siklus tahunan sehingga kecukupansediaan pangan dapat dijamin setiap saat, dan (5) keberlanjutan (sustainability): mampu menjaga keberlanjutan dan kecukupansediaan pangan dalam jangka panjang tanpa merusak kualitas hidup Ketahanan pangan secara umum diartikan dalam Suryanan (2003) adalah (1) pangan yang cukup ditunjukkan oleh ketersediaan pangan, yang bukan hanya beras melainkan pangan yang berasal dari pangan nabati dan hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia untuk hidup sehat dan produktif; (2) pangan yang tersedia aman untuk dikonsumsi berarti bebas dari bahan kimia, mikroba dan zat-zat lainnya yang merugikan kesehatan manusia dan memenuhi persyaratan halal; (3) pangan dengan kondisi yang merata dapat diartikan pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh pelosok tanah air; dan (4) pangan dengan kondisi terjangkau diartikan pangan mudah diperoleh oleh setiap rumahtangga dengan harga terjangkau. Kemudian, Suryana (2003) mengemukakan bahwa ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintegrasi dan terdiri dari berbagai subsistem. Subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, subsistem kedua distribusi pangan dan subsistem konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergisitas dan interaksi antar ketiga subsistem sebagai satu kesatuan yaitu penyediaan pangan. Selanjutnya Soetrisna (2005), ada dua pilihan untuk mencapai ketahanan pangan pada tingkat nasional atau wilayah yaitu dengan (a) swasembada pangan yaitu pemenuhan kebutuhan pangan berasal dari
9
pasokan domestik, dan (b) kecukupan pangan melalui perdagangaan internasioan antar wilayah dengan kemampuan untuk mengimpor pangan. Ketiga aspek tersebut merupakan indikator
ketahanan pangan pada
berbagai level (World Bank, 1986 & FAO, 1996) dalam Maxwel, 2003, Ketersediaan pangan disuatu nasional, regional, global, rumah tangga dan individu ada 4 (empat) komponen yang dipenuhi: (a) Kecukupan ketersediaan pangan; (b) Stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun; (c) Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan; serta (d) Kualitas dan keamanan pangan. Tidak terpenuhinya keadaaa tersebut pada suatu wilayah, maka dapat disimpulkan bahwa wilayah tersebut tidak tahan pangan. Ketersediaan pangan sangat bergantung pada sumber daya alam, fisik dan manusia. Pemilikan lahan yang ditunjang iklim yang mendukung disertai SDM yang baik akan menjamin ketersediaan pangan yang kontinu. Akses pangan hanya dapat terjadi bila rumah tangga bepenghasilan cukup. Ketersediaan Pangan dan Produksi Subsistem
ketersediaan
mencakup
pengaturan
kestabilan dan
kesinambungan penyediaan pangan baik yang berasal dari produksi dalam negeri, cadangan pangan, impor dan ekspor.
Jumlah penduduk yang cukup besar,
membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar yang tentunya memerlukan upaya dan sumberdaya yang besar untuk memenuhinya. Sesuai dengan defenisi ketersediaan pangan adalah sejumlah bahan makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi setiap individu/penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natura maupun dalam bentuk unsur gizinya. Unsur gizi utama yang terkandung dalam bahan pangan adalah energi, protein, lemak, vitamin dan mineral (BPS, 1999). Kemudian menurut FAO (1984) ketersediaan pangan adalah tingkat dimana persediaan pangan dapat dimiliki oleh masyarakat yang tinggal disuatu negara, baik di daerah pedesaan maupun di kota. Ketersediaan pangan di suatu wilayah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
jumlah
dan
jenis
pangan
yang
dikonsumsi
penduduk.
Ketersediaan pangan harus dipertahankan sama atau lebih besar dari kebutuhan untuk konsumsi pangan penduduk. Jika keadaan ini tercapai maka ketahanan pangan (food availability) di suatu daerah atau wilayah ditentukan oleh berbagai 10
faktor seperti keragaan produksi pangan, tingkat kerusakan dan kehilangan pangan karena penanganan yang kurang tepat dan tingkat ekspor/impor pangan. Terjaminnya ketersediaan pangan merupakan salah satu dimensi dari pengertian ketahanan pangan.
Hadinsyah dan Martianto (2001), mengatakan
bahwa ketahanan pangan yang tangguh tidak mungkin terwujud tanpa garibisnis yang tangguh.
Kegiatan agribisnis yang menyediakan/menghasilkan produk
pangan juga non pangan akan mampu menekan impor bahan pangan. Bahkan hampir semua jenis pangan yang dipasarkan dan dikonsumsi berasal dari kegiatan agribisnis baik yang berbasis di dalam negeri maupun luar negeri. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh setiap orang / individu dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Aspek konsumsi berfungsi mengarahkan rumahtangga agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, Oleh karena itu pemanfaatan pangan dalam tubuh (food utility) dapat optimal, dengan peningkatan kesadaran atas pentingnya pola konsumsi pangan beragam dengan gizi seimbang mencakup energi, protein, vitamin dan mineral, pemeliharaan sanitasi dan higienis serta pencegahan penyakit infeksi dalam lingkungan rumahtangga. Menurut Suhardjo (1992), terdapat hubungan antara konsumsi pangan (energi dan protein) dengan status ekonomi, pengetahuan, sosial dan budaya rumah tangga yang tercermin dalam pola konsumsi masyarakat ditingkat rumahtangga dengan output status gizi masyarakat.
Kemudian Syarief dan
Martianto (1991), mengemukakan bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak saja dipengaruhi produksi atau ketersediaan pangan, tetapi dipegaruhi juga oleh daya jangkau ekonomi (daya beli), kesukaan/selera, pendidikan dan nilai sosial budaya pangan yang berlaku dalam masyarakat. Alan Berg dan Sayogo (1986), mengemukakan bahwa biaya hidup daerah urban lebih tinggi, menyebabkan tingkat pengeluaran/perkapita/hari konsumsi rata-rata total daerah urban dua kali lebih besar dibandingkan daerah pedesaan. Penduduk urban lebih suka membelanjakan pendapatan mereka untuk pangan 11
dibanding penduduk pedesaan, sedangkan dalam penelitian Mellor J.W dan Lele U.J dalam Alan Berg (1986) pola pembelanjaan makanan diantara kelompok orang miskin dan kaya tercermin dalam kebiasaan pengeluaran pendapatan untuk makanan, dengan demikian pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.
Kemudian ditambahkan Suhardjo
dan Martianto (1992), bahwa pada masyarakat berpendapatan rendah tingkat konsumsi energi maupun
protein belum sesuai dengan norma kecukupan.
Terdapat kecendrungan bahwa tingkat konsumsi protein di wilayah desa lebih rendah dibandingkan dengan wilayah kota.
Hal ini mengisyaratkan bahwa
keanekaragaman konsumsi makanan di wilayah khususnya, masih belum ditunjang oleh tercukupinya kualitas konsumsi energi dan protein. Kinerja subsistem konsumsi pangan secara kuantitatif adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG) rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ke VIII tahun 2004, dalam satuan rata-rata per kapita perhari secara kuantitatif konsumsi energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari dan protein 52 gr/kapita/hari dan secara kualitatif dengan acuan tingkat keragaman konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH) dengan skor 100 sebagai pola ideal yang akan dicapai pada tahun 2020. Ketersediaan Lahan Pertanian dan Perikanan Human
carrying
capacity
sebagai
tingkat
maksimal
penggunaan
sumberdaya alam akibat yang ditimbulkan dimana sumberdaya tersebut masih bisa digunakan secara berkelanjutan dimasa akan datang tanpa mempengaruhi kemampuan produksinya. Menurut Erlich dan Holderen (1971; 1974 dalam Anonymous, 1994) disebutkan bahwa dampak yang timbul adanya manusia pada suatu wilayah adalah sejumlah populasi, adanya kebutuhan konsumsi dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan.
Perkembangan saat ini perlu
memperhitungkan jumlah sumberdaya lahan produktif secara berkelanjutan yang dapat mensuppor penduduk wilayah pada tingkat pemenuhan konsumsi ideal dalam jangka waktu tak terbatas. Untuk mencapai neraca ketersediaan pangan pokok seperti beras yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan 12
kemammpuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Konsep pembangunan berkelanjutan adalah bahwa tujuan ekonomi dan ekologi harus saling mendukung dan terkait sehingga tidak terjadi “trade off” antar tujuan (Brundtland Report, 1987 dalam Nurmalina, 2007). Besarnya regional carrying capacity yaitu sumberdaya yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Produksi pangan dapat digunakan untuk memperkirakan regional carrying capacity, yaitu dengan mengukur total pangan pangan yang dapat diproduksi kemudian dibagi dengan tingkat kebutuhan konsumsi pangan standar per orang atau mempertimbangkan perubahan pada produksi pangan dengan meningkatnya teknologi, distribusi pangan, variasi pola konsumsi pangan penduduk dan ketersediaan sumberdaya lain seperti bahan bakar minyak (Richard, 2002 dalam Absari, 2007).
Perencanaan Penyediaan Pangan dengan Pendekatan PPH Pangan dan gizi merupakan salah satu sasaran rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) 2005-2025 sebagai unsur yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan SDM yang berkualitas adalah pembangunan perbaikan gizi secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi, harga pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang dan aman. Pangan mempunyai arti biologis juga mempunyai arti ekonomis dan politis. Ketahanan pangan salah satu prioritas dalam pembangunan jangka menengah tahun 2011-2015 yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI No 5/2010 dan Inpres No 3/2010 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAN-PG) yang terstruktur dan terinteg rasi dalam lima pilar yaitu (1) perbaikan gizi masyarakat melalui peningkatan ketersediaan pangan secara berkelanjutan, (2) peningkatan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin, (3) peningkatan pengawasan mutu pangan dan keamanan pangan, (4) peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, (5) penguatan kelembagaan pangan dan gizi (Bappenas, 2011). Perencanaan adalah suatu syarat mutlak untuk mengendalikan dan mengifisienkan pelaksanaan pembangunan antara lain pembangunan pangan dan gizi, yang berorientasi untuk peningkatan SDM yang berkualitas atau Human development Index (HDI) /Indeks Pembangunan Manusian (IPM) untuk men13
dukung komitmen pencapaian MDGs tahun 2015 dengan turunnya jumlah penduduk rawan pangan menjadi 8,5%.
Parameter yang digunakan dalam
perencanaan multisektoral untuk mengidentifikasi prioritas kebijaksanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang serta untuk mengetahui alternatif kebijakan program dibidang pangan dan gizi ukuran kesejahteraan masyarakat dari segi kemiskinan dan satus gizi sedangkan ukuran sumber daya manusia pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Tarigan, 2006). Salah satu paradigma baru pembangunan pangan setelah diberlakukannya otonomi daerah adalah perencanaan penyediaan pangan yang semula sentralistik dan lebih pada pertumbuhan ekonomi menjadi desentralistik dengan pertimbangan yang lebih konfrehensif, sehingga tujuan penyediaan pangan yang mantap dapat terwujud. Dalam konteks ini pemahaman mengenai Pola Pangan Harapan (PPH) masing-masing daerah menjadi semakin penting, baik pada subsistem ketersediaan pangan, distribusi pangan maupun konsumsi pangan,
maka perencanaan
pembangunan pangan sesuai kebutuhan untuk hidup sehat, aktif dan produktif dengan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia yaitu (1) ekonomi: pertani an, kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, perikanan, perdagangan, industri; (2) prasarana/sarana: lingkungan hidup, penataan ruang, pertanahan, infrastruktur pertanian dan pedesaan, ketransmigrasian, penanaman modal, koperasi dan usaha kecil menengah, pemberdayaan masyarakat dan desa, ketenagakerjaan; (3) kesra: kesehatan, kependudukan, keluarga berencana, pendidikan; (4) stabilitas dan keamanan nasional (Baliwati, 2010). Sejak diperkenalkannya konsep PPH dan skor PPH pada awal dekade 90-an di Indonesia, PPH sebagai dasar kebijakan pembangunan pangan mulai perencanaan hingga penilaian kecukupan gizi seimbang serta evaluasi penyediaan pangan, konsumsi atau diversifikasi pangan pada tingkat makro sebagai output pembangunan pangan. Menurut FAO-RAPA (1989) PPH sangat berguna untuk merumuskan kebijakan pangan dan perencanaan pertanian disuatu wilayah. PPH dalam perencanaan pertanian dan pangan akan mengetahui berapa kecukupan gizi penduduk. PPH juga memberikan patokan bagi perencanaan dibidang pangan dan pertanian untuk mengetahui kelompok pangan yang harus ditingkatkan produksinya atau keragaman pangan sesuai keadaan ekologi dan ekonomi suatu wilayah. 14
Tabel 1 Perbandingan PPH FAO-RAPA, Meneg Pangan 1994 dan Deptan 2001 FAO-RAPA N o
Kelompok Pangan
1.
Padi-padian
2. 3.
Umbi-umbian Pangan hewani
%
MinMax
Meneg Pangan (1994) % Bobot Skor
DEPTAN (2001) %
g/kap /hari
Bobot
Skor
40,0
40,0-
50,0
0,5
25,0
50,0
0,5
25,0
300,0
5,0
60,0
5,0
0,5
2,5
6,0
0,5
2,5
100,0
20,0
0,0-0,8
15,3
2,0
30,6
12,0
2,0
24,0
150,0
10,0
1,0
10,0
10,0
0,5
5,0
25,0
3,0
0,5
1,5
3,0
0,5
1,0
10,0
5,0
2,0
10,0
5,0
2,0
10,0
35,0
5,0-20,0
4.
Minyak & Lemak
10,0
5.
Buah/bjberminya
3,0
6.
Kacang-kacangan
6,0
7.
Gula
8,0
2,0-15,0
6,7
0,5
3,4
5,0
0,5
2,5
30,0
8.
Sayur dan Buah
5,0
3,0-8,0
5,0
2,0
10,0
6,0
5,0
30,0
250,0
9.
Lain-lain
3,0
0,0-5,0
0,0
0,0
0,0
3,0
0,0
0,0
(25)
Jumlah 100 100 Sumber: Hardinsyah et al. (2004) dalam Riyadi (2009).
93,0
100
5,0-20,0 0,0-3,0 2,0-10,0
100
Proporsi PPH pada (Tabel 1) diatas, kemudian Suharjo (1992), menyatakan dengan Desirable Dietary Pattern (DDP) atau Pola Pangan Harapan (PPH) maka perencanaan produksi dan penyediaan pangan dapat didasarkan pada patokan keseimbangan komoditas (baik secara absolut maupun relatif) seperti yang telah dirumuskan dalam PPH untuk mencapai sasaran kecukupan pangan dan gizi penduduk. PPH disajikan dalam bentuk komposisi kelompok pangan
memberi
peluang untuk membantu perencanaan produksi dan konsumsi pangan menentukan pilihan jenis pangan yang diinginkan diantara kelompok pangan disesuaikan dengan kondisi agroklimat setempat. Penyempurnaan
PPH dan skor
PPH dengan
mempertimbangkan:
(1) AKG energi berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) 2004 sebesar 2,200 kkal/kap/hari; (2) persentase energi (pola konsumsi energi) untuk PPH dihitung terhadap AKG energi (2,200 kkal sebagai penyebut); (3) Rating/bobot disempurnakan sesuai teori rating; (4) Skor maksimum PPH adalah 100 bukan 93; (5) Peran pangan hewani, gula serta sayur dan buah disesuaikan dengan PUGS; (6) Peran umbi-umbian ditingkatkan sejalan dengan kebijakan diversifikasi pangan pokok dan pengembangan pangan lokal; (7) Peran makanan lainnya terutama bumbu dan minuman lainnya tidak nihil (Hardinsyah et al., 2004)
15
Rating disempurnakan atau dimodifikasi sesuai pola pangan harapan berdasarkan anjuran FAO-RAPA (1989) dan prinsip penerapan sistim skor untuk penilaian konsumsi pangan berdasarkan Guthrie et al (1981), yaitu setiap kelompok pangan utama (tiga kelompok pangan utama) diberikan skor maksimum yang relatif sama, yaitu 33.3 bagi setiap kelompok pangan utama (berasal dari 100 dibagi 3). Kelompok pangan utama tsb adalah 1) pangan sumber karbohidrat dan energi (serealia, umbi-umbian, minyak dan lemak, dan buah/biji berminyak) dengan kontribusi energi 74%; 2) pangan sumber protein/lauk-pauk (kacang-kacangan dan pangan hewani) dengan kontribusi 17%; 3) zat pengatur/sayur dan buah dengan kontribusi energi 6%;
dan pangan lainnya (minuman dan bumbu)
kontribusi energi 3%. Bobot 0,5 berasal dari 33,3 dibagi 74, bobot 2,0 berasal dari 33,3 dibagi 17%, dan bobot 5,0 berasal dari 33,3 dibagi 6 (Hardinsyah, N., Sinulingga, dan D. Martianto (2000) dalam Baliwati (2009).
16
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai pada bulan Nopember sampai dengan bulan Desember 2010. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah retrospektif dengan menggunakan data dari instansi/lembaga
yang terkait dengan ketahanan pangan dan diolah dengan
menggunakan komputer Micosoft Excell, kemudian dianalisis secara deskriptif. Fokus
penelitian
adalah
mendiskripsikan
komponen-komponen
dalam
penyediaan pangan untuk mengetahui perkembangan serta menyusun perencanaan penyediaan pangan. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Jenis data sekunder diperoleh dari dinas/badan/instansi terkait dengan program ketahanan pangan yaitu; data Neraca Bahan Makanan (NBM) dan supply (produksi, stok pangan, ekspor dan impor pangan) dan demand data berupa data laporan konsumsi pangan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai,
khususnya data-data untuk mengkaji ketersediaan
pangan dan faktor-faktor yang menentukan perencanaan penyediaan pangan Kabupaten Sinjai menjadikan PPH sebagai instrumen perencanaan pangan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang dan jangka pendek berdasarkan kualitas data yang dipakai, seperti pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Jenis sumber dan cara pengumpulan data No 1
Jenis Data Ketersediaan pangan
Sumber data Cara pengumpulan Badan Pelaksana Penyuluhan Data sekunder dan Ketahanan Pangan Tahun 2005 s/d 2008 [BPPKP], Dinas Kesehatan
2
Ekspor/impor pangan
BPS, BPPKP, Disperindag dan Penanaman Modal,
Data sekunder ekspor/impor pangan tahun 2005 s/d 2008
3
Stok pangan
BPS Kantor devisi Bulog
Data sekunder Stok Pangan 2005 s/d 2008
4
Data Konsumsi
BPPKP, Dinkes
Data sekunder survei konsumsi
5
Potensi agroekologi Ketersediaan lahan
BPS, Dinas Tata Ruang, Dispertan & Hortikultura
Data sekunder potensi lahan
6
Keadaan demografi Produksi Penduduk
Data sekunder Sinjai dalam angka 2008
BPS
Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell, kemudian dianalisis secara deskriptif. Pengolahan data tersebut dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut: Analisis Situasi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Analisis trend produksi pangan wilayah selama lima tahun terakhir, kemudian dilakukan peramalan produksi pangan pada tahun 2011 – 2020. Analisis trend dan peramalan produksi pangan menggunakan. Least Square Method. Model persamaan regresi linier tersebut adalah: Ŷn = bo + b1Xn + ℮ Keterangan: Ŷn = besarnya produksi pada tahun ke-n (tahun dasar adalah tahun ke-0) bo = nilai trend yang merefleksikan produksi pangan sejak tahun dasar b1 = nilai slope, yang menggambarkan meningkat/menurunnya produksi pangan per tahunnya Xn = kode tahun ke-n yang diramalkan 18
℮ = nilai galat (error)
Kondisi ketersediaan dan pola konsumsi penduduk Kabupaten Sinjai tahun 2008 berdasarkan PPH dengan menggunakan Software Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah dan Analisis Pola Konsumsi Pangan Departemen GMSK IPB tahun 2005. Berdasarkan rekomendasi tersebut maka ditetapkan: a. Ketersediaan energi perkapita 2.200 kkal/kapita/hari dan protein 57 g/kapita/hari maka kondisi wilayah dikategorikan “tahan pangan”. b.
Konsumsi energi perkapita kurang dari 2.000 kkal/kapita/hari dan protein kurang dari 52 g/kapita/hari maka wilayah tersebut dikategorikan “konsumsi pangan baik”.
Rasio swasembada, analisis situasi ketersediaan pangan dilakukan berdasarkan informasi pengadaan pangan wilayah (data produksi, ekspor, impor dan cadangan pangan) dengan melihat rasio swasembada dari masing-masing jenis pangan strategis.
Untuk mengetahui besarnya rasio swasembada suatu jenis pangan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rasio Swasembada =
Produksi X 100 (Produksi + Impor – Ekspor)
Perencanaan Penyediaan dan Kebutuhan Konsumsi Pangan Proyeksi produksi pangan. Proyeksi produksi menggambarkan proyeksi jumlah pangan yang harus diproduksi untuk memenuhi proyeksi ketersediaan pangan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Asumsi yang digunakan dalam
menyusun proyeksi produksi adalah perubahan stock, ekspor dan pemakaian dalam wilayah/kabupaten (bibit, pakan, industri, tercecer) pada tahun-tahun berikutnya adalah tetap sama tahun dasar. Proyeksi produksi merupakan proyeksi ketersediaan setelah dijumlah dengan perubahan stock, ekspor dan pemakaian serta dikurangi impor. Prt = Kt + PS + E – I + ( P+B+M+BM+T) Keterangan: Prt = Proyeksi produski pada tahun t (yang dicari) Kt = Proyeksi ketersediaan (ton/tahun) pada tahun t (yang dicari) PS = Perubahan stock pada tahun dasar E = Penggunaan ekspor pada tahun dasar 19
I
= Penggunaan impor pada tahun dasar
P
= Penggunaan untuk pakan pada tahun dasar
B = Penggunaan untuk bibit M
= Penggunaan untuk industri makanan dapa tahun dasar
BM = Penggunaan untuk industri non makanan pada tahun dasar T
= Pangan yang tercecer pada tahun dasar (Riadi S., 2009)
Proyeksi skor dan komposisi PPH Ketersediaan Proyeksi skor mutu dan komposisi PPH ketersediaan pangan wilayah pada waktu tertentu, diharapkan di Kabupaten Sinjai mampu untuk mencapai skor PPH 100 pada tahun 2020 dengan menggunakan interpolasi linier. Tahun awal skor adalah hasil perhitungan PPH aktual, sedangkan target akhir skor mutu adalah skor PPH 2020.
Berikut adalah proyeksi skor mutu dan komposisi PPH
ketersediaan pangan sampai tahun 2020 dengan menggunakan interpolasi sederhana dengan rumus berikut: St = So + n (S2020 – So)/dt Keterangan: St
= Skor mutu pangan (PPH) tahun yang dicari
So
= Skor mutu pangan (PPH) tahun awal
n
= selisih antara tahun yang dicari dengan tahun awal
S2020 = skor PPH tahun 2020 (ideal 100) dt
= selisih tahun 2020 dengan tahun awal
Proyeksi ketersediaan energi (kkal/kap/hari) Proyeksi ketersediaan pangan dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan yang harus tersedia untuk konsumsi penduduk dalam jangka waktu tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk energi dalam setiap kelompok pangan sesuai dengan ketersediaan
aktual masing-masing komoditas dengan satuan
kkal/kapita/tahun dan ton/tahun, dengan rumus berikut: Kt = Ko + n (K2020 – Ko)/dt Keterangan:
20
Kt
= ketersediaan energi tahun yang dicari
Ko
= ketersediaan energi tahun awal
= selisih tahun yang dicari
n
K2020 = ketersediaan energi tahun 2020 yang dicari (ideal = 100) = selisih tahun 2020 dengan tahun awal
dt
4.4. Proyeksi kebutuhan ketersediaan energi (gram/kapita/hari) Hasil perkalian antara konstribusi masing-masing komoditas dengan ketersediaan energi dari kelompok pangan dengan cara sebagai berikut. Gt = Go + n (G2020 – Go)/dt Keterangan:
Gt = ketersediaan energi (gr/kap/hari) tahun yang dicari Go = ketersediaan energi (gr/kap/hari) tahun awal n = selisih tahun yang dicari G2020 = ketersediaan energi tahun 2020 yang dicari (ideal = 100) dt = selisih tahun 2020 dengan tahun awal
Proyeksi ketersediaan setiap komoditas pangan dalam satuan ton/tahun Hasil perhitungan ini adalah jumlah kebutuhan ketersediaan energi dengan satuan kkal/kap/hari setiap komoditas dalam kelompok pangan, kemudian dikonversi dalam satuan g/kap/hari (Gi) dengan rumus: Gram/kap/hari =
Energi komoditas x BDD% x 100 gr komoditas Kandungan energi komoditas pangan acuan
Diasumsikan setahun samadengan 365 hari maka proyeksi ketersediaan komoditas dalam satuan kg/kap/tahun adalah konversi proyeksi ketersediaan dalam satuan g/kap/hari menjadi kg/kap/hari dengan rumus: Kg/tahun
= Energi komoditas dalam g/kap/hari x 365 1000
Proyeksi ketersediaan komoditas dalam satuan ton/tahun merupakan konversi proyeksi ketersediaan dalam satuan kg/kap/tahun menjadi ton/tahun Ton/tahu
= Ketersediaan komoditas dalam g/kap/hari x proyeksi penduduk 1000
Proyeksi Kebutuhan Konsumsi berdasarkan PPH Proyeksi jumlah kebutuhan konsumsi energi dalam satuan kkal/kap/hari gram/kapita/hari dikonversi proyeksi konsumsi energi dalam satuan gram/kap/hari 21
menjadi konsumsi pangan (DKBM) dengan rumus: Gram/kap/hari =
Energi komoditas x BDD% x 100 gr komoditas Kandungan energi komoditas pangan acuan
Kg/tahun
= gram kebutuhan konsumsi x 365 1000
Ton/tahun
= kg/tahun kebutuhan konsumsi x jlh penduduk 1000
Proyeksi Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk dengan pendekatan ekstrapolasi/trend berdasarkan perkembangan pertumbuhan untuk meramalkan pada tahun t adalah: Pt = Po x (1 + L)(t-o) Keterangan : Po = jumlah penduduk tahun dasar
o = tahun dasar
L = laju pertumbuhan penduduk
t = tahun yang dicari
Kebutuhan luas lahan Proyeksi kebutuhan luas lahan yang diperlukan untuk mencapai target produksi sesuai potensi wilayah untuk memenuhi ketersediaan pangan penduduk sesuai kebutuhan gizi pada tahun 2011-2020 dengan menggunakan komoditas pangan acuan setiap kelompok pangan dengan rumus: 1 Tanaman semusim Luas Lahan = (proyeksi produksi/produktivitas)
Intentitas tanam 2 Tanaman perkebunan Luas Lahan = proyeksi produksi produktivitas 3 Hewan ruminansia Luas Lahan = (target produksi/konversi karkas X (1/% karkas) x luas kandang
Berat rata-rata 1 ekor ternak
Luas Lahan = target produksi (kg) X standar luas kandang Berat rata-rata 1 ekor unggas jlh unggas dlm kandang 4
Ikan (kolam/tambak) Luas Lahan =
target produksi (kg) Berat rata-rata 1 ekor ikan
22
X
standar luas kandang Populasi ikan dlm kolam standar
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1
Pencapaian ketersediaan pangan ideal dan konsumsi pangan ideal berdasarkan PPH ditunjukkan dengan skor PPH 100.
2
Dalam menentukan proyeksi penyediaan pangan tahun sasaran yang diharapkan dari produksi sendiri dan impor ditetpkan dengan pertimbangan rasio swasembada masing-masing komoditas sebagai acuan tahun 2008.
3
Tren produksi pangan nabati maupun hewani selama lima tahun terakhir mengikuti tren linier, kemudian dilakukan peramalan produksi pangan pada tahun 2011-2020 dengan menggunakan least square methode dengan model persamaan linier.
4
Kebutuhan luas lahan pertanian untuk produksi pangan nabati dan hewani melalui kegiatan budidaya (on-farm) pada tahun 2011-2020, diasumsikan produktivitas masing-masing komoditas sama pada tahun 2008.
5
Perbandingan (gap) ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan pertanian untuk kegiatan usahatani setiap komoditas (on-farm) didasarkan pada intensitas tanam, berat rata-rata untuk pangan hewani yang terjadi di Kabupaten Sinjai pada tahun 2008, kemudian memproyeksikan hingga tahun 2020, kemudian ditetapkan bila ketersediaan lahan aktual lebih rendah dari kebutuhan lahan tahun sasaran dikategorikan lahan pertanian yang tidak mampu mendukung kegiatan produksi, demikian sebaliknya ketersediaan lahan aktual lebih tinggi dari kebutuhan lahan sasaran dikategorikan mampu mendukung kegiatan produksi untuk pemenuhan penyediaan pangan wilayah.
6
Setiap kelompok pangan menggunakan pangan acuan dalam penentuan kebuthan lahan bagi kegiatan produksi pangan nabati dan hewani yang terdiri dari: Kelompok pangan padi-padian oleh padi (beras giling) dan jagung, umbi-umbian dengan ubi kayu,
kacang-kacangan dengan kacang tanah,
pangan hewani yaitu sapi, untuk telur dan daging ayang acuannya ayan ras, dan kelompok pangan sayur oleh wortel dan bunci dan buah dengan pisang.
23
Defenisi Operasional Penyediaan pangan adalah sejumlah pangan yang harus tersedia untuk konsumsi setiap penduduk Kabupaten Sinjai dalam jangka waktu tertentu, baik dalam bentuk natura maupun dalam unsur gizinya (energi, protein, lemak, vitamin dan mineral, yang diperoleh dari produksi dan impor, tanpa atau melalui jalur perdagangan. Kebutuhan konsumsi pangan aktual adalah jumlah pangan nabati dan panga hewani baik jumlah dan jenisnya yang dikonsumsi penduduk untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein pada saat survey konsumsi dilakukan. Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan ideal adalah estimasi jumlah pangan nabati dan hewani yang harus disediakan sesuai kaidah gizi seimbang kebutuhan konsumsi pangan penduduk baik jumlah dan keragamannya untuk hidup sehat dan aktif berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2011-2020. Neraca bahan makanan (NBM) adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang dapat menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk suatu wilayah (negara/provinsi/kabupaten) dalam kurun waktu tertentu. Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirabel Dietary Pattern adalah susunan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi, dari sembilan kelompok pangan (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan atau konsumsi pangan. Skor PPH adalah nilai mutu ketersediaan dan konsumsi pangan yang menunjukkan kondisi keberagaman ketersediaan dan konsumsi pangan, dengan asumsi semakin tinggi skor PPH, menunjukkan situasi ketersediaan pangan dan pola konsumsi pangan penduduk semakin beragam dan semakin baik mutu gizinya ideal (PPH=100). Perencanaan penyediaan pangan adalah suatu gambaran proyeksi jumlah dan ragam penyediaan pangan baik nabati maupun hewani untuk memenuhi target penyediaan pangan bagi konsumsi penduduk kearah ideal baik untuk jangka pendek, maupun jangka menengah sesuai potensi produksi dan ketersediaan lahan yang dimiliki. 24
Produksi pangan adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (tanaman pangan dan hortikultura, peternakan dan perkebunan) serta sektor perikanan, yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Proyeksi produksi pangan adalah estimasi jumlah setiap kelompok pangan atau komoditas nabati maupun hewani yang harus diproduksi untuk memenuhi ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai pada Tahun 2011-2020. Proyeksi ketersediaan pangan adalah estimasi jumlah pangan nabati dan pangan hewani yang harus disediakan untuk kebutuhan konsumsi penduduk Kabupaten Sinjai tahun 2011-2020. Gap proyeksi ketersediaan pangan dan konsumsi pangan adalah estimasi selisih hasil sejumlah pangan nabati dan pangan hewani yang tersedia dan kebutuhan konsumsi penduduk Kabupaten Sinjai dengan asumsi gap bernilai positif dianggap sudah melampaui kebutuhan konsumsi penduduk atau surplus dan bila bernilai negatif dianggap kebutuhan konsumsi penduduk belum terpenuhi (defisit). Impor pangan adalah sejumlah bahan pangan baik yang belum maupun sudah mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Kabupaten Sinjai. Ekspor pangan adalah sejumlah bahan pangan baik yang keluar maupun yang akan dikirim keluar dari wilayah Kabupaten Sinjai. Cadangan pangan adalah sejumlah bahan pangan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah sebagai cadangan pangan dan akan digunakan untuk keluarga miskin (raskin) dan bantuan sosial lainnya. Ketersediaan lahan pertanian dan perikanan adalah jumlah potensi lahan aktual yang tersedia untuk kegiatan usaha pertanian atau kegiatan budidaya (onfarm) pada tahun 2008. Proyeksi kebutuhan lahan pertanian dan perikanan adalah estimasi jumlah kebutuhan luas lahan pertanian dan perikanan untuk kegiatan usaha pertanian (on-farm) hingga tahun 2020 guna memenuhi target penyediaan dengan mempertimbangkan produktivitas, intensitas tanam untuk (palawija), ternak standar luas kandang dan berat rata-rata. 25
Intentitas Tanam adalah upaya peningkatan produksi secara intensifikasi dengan cara peningkatan Indeks Pertanaman (IP) atau jumlah intensitas penanaman dalam setahun pada lahan pertanian dan perikanan misalnya padi dua kali setahun.
26
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Kondisi Geografis Letak geografis dan luas wilayah. Kabupaten Sinjai merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi selatan yang berjarak 223 km dari ibu kota Makassar (ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Sinjai memiliki luas 81,996 Km2 atau 1.801 % dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Secara
devenitif Kabupaten Sinjai terdiri dari 9
kecamatan dan 80 desa/kelurahan. Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak antara 5o2’56” sampai 5o21’16” Lintang Selatan dan antara 119o56’30” sampai 120o25’33” Bujur Timur. Kabupaten Sinjai terletak di pantai timur bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan. Wilayah Sinjai berbatasan dengan, dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Peta Kabupaten Sinjai Secara ekonomi, daerah ini memiliki letak strategis karena memiliki dua jalur perhubungan, yaitu darat dan laut.
Jalur darat menghubungkan kota
kabupaten atau kota propinsi yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Sedang jalur laut digunakan untuk hubungan antar daerah di luar Provinsi Sulawesi Selatan.
27
Kondisi Geomorfologi Topografi.
Keadaan
topografi
wilayah
Kabupaten
Sinjai
cukup
beragam, mulai dari daerah sebelah selatan merupakan daerah bergunung sampai wilayah barat wlayahnya semakin bergunung sampai terjal/jurang.
Keadaan
wilayah yang medannya bergunung sampai terjal/jurang terdapat di Kecamatan Sinjai Barat dan Borong. Secara umum, konfigurasi medan wilayah Kabupaten Sinjai miring kearah utara dan timur, luas wilayah setiap ketinggian seperti tertera pada Tabel 3. Tabel 3 Luas dan persentase ketinggian dari permukaan laut di Kabupaten Sinjai No 1.
Elevasi (m dpl) 0 – 25
Luas (Ha) 4,541
Persentase (%) 5,54
2.
25 – 100
7,983
9,74
3.
100 – 500
45,535
55,53
4.
500 - 1000
17,368
21,18
5.
> 1000
6,569
8,01
Jumlah
81,996
100
Sumber: Kabupaten Sinjai dalam Angka, BPS ( 2008)
Berdasarkan letak ketinggian dari permukaan laut, 55,53 %
wilayah
Kabupaten Sinjai terletak pada ketinggian antara 100 – 500 m merupakan daerah landai dan bergelombang seluas 45.535 ha. Letak ketinggian ini secara umum menentukan pola pengelolaan dan pemanfaatannya, sebagai lahan pertanian yaitu lahan sawah dan lahan perkebunan; ketinggian 0 – 25 m merupakan daerah rawa, tambak dan lahan pertanian seluas 4.541 ha (5,54 %) digunakan untuk usaha tambak dan sawah tadah hujan; ketinggian 25 – 100 m merupakan daerah landai seluas 7.983 Ha (9,74 %) digunakan sebagai sawah tadah hujan dan lahan kering; ketinggian 500 - 1000 m merupakan daerah landai dan pegunungan seluas 17.368 ha (21,18 %) digunakan untuk lahan pertanian baik untuk tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, hutan rakyat dan sebagian kawasan lindung, sedangkan ketinggian lebih dari 1000 m, seluas 6.569 Ha (8,01 %) diperuntukkan sebagai kawasan lindung.
28
Kondisi Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Sinjai pada tahun 2009 adalah 228.304 jiwa yang tersebar pada Sembilan (9) kecamatan. Jumlah penduduk yang terbesar berada di Kecamatan Sinjai Utara dengan jumlah penduduk 37,586 jiwa, disusul Kecamatan Sinjai Selatan dengan jumlah penduduk 37,485 jiwa dan Tellulimpoe dengan jumlah penduduk 32.829 sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Pulau-Pulau Sembilan yang hanya 7.649 jiwa seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Sinjai menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 No
Kecamatan
Luas (Ha)
1
Sinja Barat
2
Sinjai Borong
66,97
3
Sinjai Selatan
131,99
4
Tellulimpoe
147,30
5
Sinjai Timur
71,88
6
Sinjai Tengah
129,70
7
Sinjai Utara
29,57
8
Bulupoddo
99,47
9
P. Sembilan Jumlah
135,53
7,55 819,96
Laki-Laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
11485
12112
23597
8344
8590
16934
17985
19500
37485
15851
16978
32829
14202
15566
29768
13418
13620
27038
17818
19,768
37586
7399
8019
15418
3723
3926
7649
110225
118079
Jumlah (jiwa)
Kepadatan Penduduk per km2
228304
174 253 284 223 414 208 1271 155 1013 444
Sumber: Kabupaten Sinjai dalam Angka, BPS (2010)
Kepadatan penduduk masing-masing wilayah sangat bervariasi. Wilayah kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Sinjai Utara, dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 1.271 jiwa/km2, disusul oleh Kecamatan Pulau Sembilan dengan kepadatan penduduk mencapai 1013 jiwa/km2 serta Kecamatan Sinjai Timur dengan kepadatan mencapai 414 jiwa/km2.
Tingkat
kepadatan berada jauh diatas wilayah-wilayah kecamatan lain, secara rata-rata 278 jiwa/km2, kecuali Kecamatan Bulupoddo dan Sinjai Barat dengan kepadatan penduduk yang paling jarang masing-masing dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 155 dan 174 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,95%
29
per tahun. Laju pertumbuhan penduduk masing-masing wilayah sangat bervariasi wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Laju pertumbuhan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2005-2008 Laju /Th Penduduk
Penduduk
Kecamatan 2005
2006
2007
2008
1
Sinjai Barat
22.840
22.928
22.705
22.756
2
Sinjai Borong
15.984
16.918
16.095
16.503
3
Sinjai Selatan
35.969
35.846
36.434
36.672
4
Tellulimpoe
31.827
31.681
31.391
33.137
5
Sinjai Timur
28.168
28.485
28.848
29.163
6
Sinjai Tengah
24.106
24.630
25.852
26.332
7
Sinjai Utara
38.223
38.011
39.397
38.249
8
Bulupoddo
15.776
16.032
15.475
15.598
9
P_Sembilan
7.537
7.689
7.325
220.430
222.220
Kabupaten Sinjai
223.522
7.533 225.943
(%) ‐0.1 1.2 0.7 1.4 1.2 3.0 0.1 ‐0.4 0.0
0.95
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai 2010
Kecamatan Sinjai Tengah laju tertinggi dicapai 3.0% per tahun kemudian disusul oleh Kecamatan Tellulimpoe dengan laju pertambahan penduduk sebesar 1,4% dan Kecamatan Sinjai Borong dan Kecamatan Sinjai Timur laju pertambahan penduduk sama 1,2%
per tahun.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Sinjai pada tahun 2008 adalah sebesar 0,95%. Kelembagaan Pangan Kabupaten Sinjai Potensi Sumber Daya Manusia BPPKP Berdasarkan Peraturan Bupati Sinjai Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai, pasal 4 dan 5 mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi, dan tugas pembantuan dibidang penyuluhan dan ketahanan pangan dan tugas lain.
30
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan mempunyai fungsi:
(a)
menyusun dan melaksanakan kebijakan teknis penyuluhan dan ketahanan pangan (sub sistem ketersediaan. Distribusi dan konsumsi, (b) menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang penyuluhan dan ketahanan pangan (sub sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi), (c) melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang penyuluhan dan ketahanan pangan, serta (d) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang penyuluhan dan ketahanan pangan. Susunan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai terdiri dari: (a) kepala badan, (b) sekretariat; sub bagian umum dan sub bagian perencanaan dan keuangan, (c) bidang pengembangan programa penyuluhan dan dan sumberdaya penyuluh; sub bidang pengembangan programa penyuluhan dan sub bidang pengembangan sumber daya penyuluh, (c) bidang mekanisme kerja, metode dan materi penyuluhan; sub bidang mekanisme kerja, kerjasama dan kemitraan dan sub bidang metode dan materi penyuluhan, (d) bidang ketahanan pangan; sub bidang distribusi, ketersediaan dan kelembagaan pangan serta sub bidang penganekaragaman konsumsi, kewaspadaan pangan dan gizi, (e) Balai Penyuluhan , dan (f) kelompok jabatan fungsional. Susunan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai diillustrasikan dengan Bagan Struktur Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan tertera pada Lampiran 7. Komposisi
sumberdaya
aparat
Badan
Peleksana
Penyuluhan
dan
Ketahanan Pangan yaitu 142 Orang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) 105 Orang, TPTHL 30 orang dan 7 orang tenaga sukarela dengan tingkat pendidikan sebagai berikut: Magister (S2) sebanyak 6 orang, Strata satu (S1) sebanyak 64 orang, D3 sebanyak 14 orang dan SLTA/SPMA sederajat sebanyak 57 orang. Secara umum Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggungjawab organisasi seiring dengan perkembangan dunia khususnya pembangunan bidang penyuluhan dan ketahanan pangan sesuai visi “ terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan daerah untuk menunjang ketahanan pangan nasional yang berbasis
31
kemandirian lokal” yang mengandung pengertian; (1) aspek ketersediaan semua masyarakat dapat mengakses/memiliki pangan sesuai kebutuhan hidup sehat, (2) aspek distribusi, ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai secara merata dan dapat dapat dijangkau daya beli masyarakat, dan (3) aspek distribusi terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat yang bersumber dari pangan. Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, BPPKP Kabupaten Sinjai menetapkan Misi pembangunan katahanan pangan yaitu: (1) meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya mengembangkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, daerah dan nasional,
(2)
meningkatkan mutu pelayanan,
pengkajian, pengembangan dan pemantapan kebijakan subsistem ketersediaan pangan, distribusi dan konsumsi, serta (3) koordinasi antar lintas sektoral yang harmonis. Situasi Ketersediaan Pangan Produksi Pangan Kabupaten Sinjai Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Perkembangan produksi serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan di Kabupaten Sinjai dari tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatannya fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan untuk kelompok pangan serealia seperti komoditi padi sebesar (-1,8%) tahun 2005 produksi padi sebesar 93.198 ton, kemudian tahun 2006 turun menjadi 88.200 ton, kemudian tahun 2007 sekitar 112.467 ton, tahun 2008 turun menjadi 82,232 ton. Komoditi jagung peningkatan produksi dengan rata-rata pertumbuhan mencapai (5.2%), produksi tahun 2005 sebesar 45.461 ton, tahun 2006 sebesar 46.719 ton, tahun 2007 sebesar 53.008 ton, dan 107.603 ton tahun 2008. Komoditi ubi kayu tahun 2005 sebesar 12,501 ton, turun menjadi 9,735 ton tahun 2006, tahun 2007 naik 13.4% (10,111 ton) dan 2,547 ton tahun 2008, pada Tabel 6. Tabel 6
Produksi padi dan palawija di Kabupaten Sinjai tahun 2005-2008
Komoditi 2005 Padi Jagung Ubi kayu Ubi jalar K. tanah
93.727 45.461 12.501 1.915 4.539
Produksi (ton) 2006 2007
2008
112.467 53.008 10.111 2.216 6.096
82.235 52.634 2.547 10.880 6949
88.200 46.719 9.735 1.275 3.937
Pertumbuhan Rata-rata (%) -1,8 5.2 31,0 40,0 47.2
Sumber : BPS & Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sinjai 32
Hasil produksi padi di Kabupaten Sinjai, masih rendah ini diakibatkan ada beberapa kecamatan yang lahan sawahnya tidak tertanami pada musim tertentu atau gagal panen serta berkurangnya luas areal akibat alih fungsi lahan sebesar (3.5%) dari tahun 2006 (42.280 Ha) sedangkan tahun 2008 menjadi 40,736 ha, namun itu belum berpengaruh secara signifikan terhadap produksi dan ketersediaan pangan. Komoditi kelompok pangan umbi-umbian seperti ubi kayu dan ubi jalar, mengalami peningkatan produksi dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya, ubi kayu sebesar 21,6%, tahun 2005 produksi ubi kayu sebesar 12.501 ton, tahun 2006 turun menjadi 9735 ton, tahun 2007 menjadi 10.111 ton dan tahun 2008 mencapai 10,880 ton. Sedangkan ubi jalar pertumbuhan rata-rata setiap dalam lima tahun (2005-2008) sebesar 40.0 %,
sedangkan untuk kelompok pangan
kacang-kacangan seperti kacang tanah mencapai 47.2%. Produksi Sayuran.
Produksi sayur-sayuran di Kabupaten Sinjai pada
tahun 2005 – 2008 sesuai dengan data Badan Pusat STatistik dan Dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura, selama tahun 2007-2008
laju pertumbuhan rata-rata per tahun naik
untuk komoditi terong sebesar
(60.7 %)
dengan
produksi tahun 2005 sebesar 12,8 ton, tahun 2006 mencapai 22,6 ton, tahun 2007 sebesar 74,7 ton, tahun 2008 sebesar 576,3 ton, kemudian buncis produksi tahun 2005 sebesar 125.50 ton, tahun 2006 sebesar 175 ton, tahun 2007 sebesar 283 ton, tahun 2008 sebesar 295.60 ton dengan rata-rata peningkatan produksi sebesar (4.5%), dan sawi rata-rata peningkatan produksi sebesar 1.0%. sedangkan laju pertumbuhan produksi sayur-sayuran yang menurun antara lain;
Kangkung
sebesar (-81.7%) dengan produksi 355 ton tahun 2007 dan turun menjadi 65 ton tahun 2008, kemudian disusul kubis rata-rata penurunannya (-49.6%), dengan produksi tahun 2006 sebesar 239 ton, tahun 2007 sebesar 605 ton, tahun 2008 sebesar 305.01 ton, sedangkan kentang laju penurunannya sebesar (-77,7%). Kelompok bumbu–bumbu seperti cabe rawit, cabe besar, tomat dan daun bawang, rata-rata
penurunan produksi per tahun untuk komoditi cabe besar
sebesar (-68.1%) dan tomat sebesar (-34.4%), daun bawang sebesar (-0.7%),. Produksi cabe tahun 2005 mencapai 40,30 ton, tahun 2006 mencapai sebesar 122
33
ton, tahun 2007 mencapai 259,50 ton, dan tahun 2008 mencapai 82,90 ton. Untuk bawang merah, bawang putih, semua didatangkan dari daerah lain (impor). Untuk komoditi kacang panjang terjadi penurunan produksi sekitar (-52,25%).
Produksi kacang panjang tahun 2005 sebesar 182,4 ton, tahun 2006
sebesar 119,0 ton, tahun 2007 181,1 ton, dan tahun 2008 sebesar 195,4 ton. Kacang merah mengalami penurunan produksi rata-rata petahun sebesar (-5.5%) tahun 2005
sebanyak 11,4 ton, tahun 2006 sebanyak 22,0 ton, tahun 2007
sebanyak 20,8 ton, dan tahun 2008 sebanyak 15,5 ton Perkembangan produksi sayur-sayuran di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Produksi sayur-sayuran di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008 Komoditi Sawi
2005 199,50
Produksi (ton) 2006 2007 145,00 192,00
2008 194,00
Pertumbuhan Rata-rata (%) 1.0
Kentang
482,50
119,00
291,00
65,00
-77.7
Kubis
225,00
239,00
605,00
305,01
-49.6
K. Panjang
182,40
119,00
181,10
87,00
-52.0
K. Merah
11,40
22,00
20,80
0,00
-5.5
Terong
12,80
22,60
74,70
190,00
60.7
Buncis
125,50
175,00
283,00
295,60
4.5
Cabe besar
40,30
122,00
259,50
82,90
-68.1
Cabe rawit
164,00
94,00
466,20
479,80
2.9
88,60
328,00
715,40
469,00
-34.4
D.bawang
174,00
413,00
410,00
413,00
0.7
Ketimun
297,00
-
106,00
165,00
55.7
Kankung
390,00
-
355,00
65,00
-81.7
Labu siam
493,00
-
357,00
295,00
-17.4
Bayam
107,00
-
70,00
30,00
-57.1
Tomat
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sinjai
Produksi buah-buahan. Produksi buah-buahan pada tahun 2005 – 2008 sesuai data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura pertumbuhan ratarata meningkat secara positif setiap tahun antara lain; langsat 53%, pisang 29%, nangka sebesar 38%, nenas sebesar 15%, jeruk 2% dan Markisa 1%.
Produksi
langsat tahun 2007 sebesar 1,745.18 ton, 4,235.10 ton tahun 2008 dan 4,822,0 ton
34
tahun 2008.
Produksi pisang 732.49 ton tahun 2007 menjadi 5,680 ton tahun
2008 kemudian disusul oleh buah lain yang mengalami peningkatan produksi (Tabel 8). Tabel 8 Produksi buah-buahan di Kabupaten Sinjai tahun 2005 - 2008 Komoditi Durian Langsat Rambutan Manggis Mangga Pisang Nenas Markisa Jeruk Nangka Alpukat
2005 936,05 1503,75 3.671,87 164,34 821,45 726,49 16,39 1.014,36 663,63 179,09 130,92
Produksi (ton) 2006 2007 1.370,33 1.022,69 1.745,18 1.487,24 4.696,43 3.800,60 147,78 134,40 930,98 846,72 732,49 720,51 30,11 23,21 671,92 668,98 799,23 739,35 346,66 223,37 221,54 185,03
2008 38,50 4235,10 2.083,40 0 336,60 5.680,00 22,00 915,80 700,60 466,40 38,50
Laju/th (%) -18.0 53.0 -10.0 -36.0 -17.0 29.0 15.0 1.0 2.0 38.0 -7.0
Sumber : BPS dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Produksi buah-buahan pada dataran tinggi rata-rata penurunan produksi yang terbesar pada buah manggis sebesar (-36%) dengan jumlah produksi 164.34 ton tahun 2005, kemudian turun menjad 134.4 ton pada tahun 2006. kemudian buah durian sebesar (-18%) dengan hasil produksi tahun 2006 sebesar 1,022.69 ton kemudian meningkat sebesar 1,370.33 ton tahun 2007 dan tahun 2008 turun menjadi 38.50 ton,
serta buah-buahan lainnya yang mengalami pertumbuhan
produksi negatif seperti; alpukat (-7%), mangga (-17%),
rambutan (-10%).
disebabkan oleh berkurangnya luas lahan pertanaman produktif dan iklim yang tidak mendukung, disamping itu masih rendahnya penggunaan varietas unggul serta luas pertanaman durian masih rendah khususnya pada daerah-daerah dataran tinggi. Produksi Perkebunan.
Produksi hasil perkebunan pada tahun 2005 –
2008 sesuai data Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. Rata-rata produksi komoditi perkebunan yang pertumbuhannya meningkat antara lain; aren sebesar 12.7% dengan produksi tahun 2005 sebesar 70 ton, tahun 2007 sebesar
71 ton, dan 80 ton pada tahun 2008,
Wijen rata-rata peningkatan
produksinya setiap tahun sebesar 26.1%, dengan produksi tahun 2005 sebesar 93,198 ton, 88,200 ton tahun 2006, 112,467 ton tahun 2007 dan 257 ton tahun
35
2008. Untuk komoditi kopi arabika rata-rata pertumbuhan produksinya sebesar 38,4%, dengan produksi 606 ton tahun 2005 kemudian turun menjadi 597 ton tahun 2006, meningkat menjadi 614 ton tahun 2007 dan 1.313 ton pada tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Produksi perkebunan di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008 Komoditas
2005
Produksi (ton) 2006 2007
Laju (%)
2008
Tan. Tahunan Kelapa
5.489
5.473
5.546
5.407
-0,5
Kopi robusta
2.839
2.831
2.841
3.129
3,4
Kopi arabika
606
597
614
1.313
38,4
1.761
1.755
1.761
1.852
1,7
Aren
70
-
71
80
12,7
Lada
2.380
2.370
2.386
2.669
4,0
959
951
957
1.034
-33,4
71
70
73
90
8,7
150
-
10
23
18,8
93.198
88.200
112.467
257
26,1
Jambu mete
Kemiri Pala Kayu manis Tan. Semusim Wijen
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai
Produksi bumbu-bumbu antara lain; kayu manis tahun 2007 sebesar 10 ton, kemudian 23 ton tahun 2007, dan 63 ton tahun 2008. Rata-rata produksi pala sebesar 8.7% dengan produksi 71 ton pada tahun 2005, kemudian produksi meningkat menjadi 73 ton tahun 2007, dan 90 ton tahun 2008
kopi arabika
sebesar 11.6%, kelapa sebesar 5,4% dan jambu mete sebesar 2.4%. sedangkan produksi komoditas perkebunan dengan laju pertumbuhan negatif setiap tahunnya seperti: kemiri sebesar (-33.4%) dan kopi arabika sebesar (-32.8%) dan kelapa sebesar (-0.5%). Perkembangan Produksi Pangan Hewani Peternakan. Perkembangan produksi pangan hewani khususnya sektor peternakan di Kabupaten Sinjai tahun 2005 –2008 yang mengalami peningkatan
36
rata-rata produksi sebesar 11.7%. Ternak besar yang rata-rata pertumbuhannya positif yaitu kerbau (105,4%) dengan produksi tahun 2005 sebesar 80 ton, tahun 2006 sebesar 24 ton, tahun 2007 sebesar 49 ton dan tahun 2008 sebesar 135 ton.
Produksi kambing rata-rata pertumbuhan pertahun 54.4%,
tahun 2005
sebesar 41 ton, tahun 2006 sebesar 37 ton, tahun 2007 sebesar 50 ton dan tahun 2008 sebesar 119 ton, demikian juga daging ternak sapi potomg mengalami peningkatan
produksi sebesar
15.7%.
sedangkan kuda terjadi penurunan
produksi (-17.2%) dengan produksi tahun 2005 sebesar 41 ton, tahun 2006 sebesar 68 ton, tahun 2007 sebesar 49 ton dan 18 ton tahun 2008. Perkembangan produksi daging, telur dan susu tahun 2005 – 2008 pada Tabel 10. Tabel 10 Produksi pangan hewani menurut jenis ternak di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008 Produksi (ton) Jenis Pangan Daging -Sapi potong -Kerbau -Kuda -Kambing -Ayam buras -Ayam ras -Itik Telur -Telur ras -Telur buras -Telur itik Susu Susu sapi perah Laju%
2005
2006
2007
2008
Laju Rata-rata (%)
215 80 41 41 359 107 11
448 24 68 37 662 245 3
504 29 49 50 753 460 13
416 135 18 119 872 403 14
15.7 105.4 -17.2 54.1 25.1 43.9 24.8
296 422 164
295 132 158
364 125 121
447 121 109
15.3 -76.1 -12.4
109
126
-
194
4.6 11.7
Sumber: BPS Kabupaten Sinjai Tahun 2008
Laju pertumbuhan daging unggas tahun 2005 – 2008 yang tertinggi ayam ras rata-rata per tahun sebesar 43.9% dengan produksi tahun 2005 sebesar 107 ton, tahun 2006 sebesar 245 ton, tahun 2007 sebesar 460 ton dan tahun 2008 sebesar 403 ton, sedangkan laju pertumbuhan daging unggas lainnya untuk ayam buras 25.1% dan itik 24.8%.
37
Telur.
Perkembangan produksi telur di Kabupaten Sinjai tahun 2005 –
2008 yang mengalami peningkatan positif hanya telur ayam ras dengan pertumbuhan rata-rata 15.3% per tahun, produksi telur ayam ras tahun 2005 sebesar 296 ton, tahun 2006 sebesar 245 ton, tahun 2007 sebesar 364 ton dan 447 ton tahun 2008. Untuk produksi telur rata-rata pertumbuhannya negatif antara lain: telur ayam buras sebesar (-76.1%), dan 12.4%, telur itik (-81 %) dengan produksi telur itik tahun 2005 sebesar 164.3 ton, tahun 2006 sebesar 158 ton, tahun 2007 sebesar 121 ton, tahun 2008 sebesar 109 ton. Susu. Perkembangan produksi susu di Kabupaten Sinjai tahun 2005– 2009 mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan produksi sebesar 18 % setiap tahunnya, dengan produksi tahun 2005 sebesar 109 ton, tahun 2006 sebesar 126 ton, atahun 2007 sebesar 194 ton dan tahun 2008 sebesar 194 ton. Ikan. Pemanfaatan potensi sektor perikanan dan kelautan dengan menjaga keseimbangan serta daya dukung lingkungan terpeliharanya kelestarian sumberdaya,
(carrying
capacity)
demi
dengan strategi yang dikembangkan
dengan peningkatan daya saing komoditi perikanan melalui pengembangan aquabisnis yang ramah lingkungan dibidang penangkapan dan pembudidayaan ikan. Kabupaten Sinjai memiliki asset wilayah perairan laut Teluk Bone dengan garis pantai wilayah daratan sepanjang 17 km dan wilayah kepulauan memiliki garis pantai sepanjang 11 km, disamping itu potensi tambak seluas 696 ha dan 357 ha hutan bakau/rawa-rawa. Potensi sumberdaya perikanan Kabupaten Sinjai cukup besar tahun 2005 – 2008, pertumbuhan rata-rata penangkapan ikan laut mencapai 5,99% dengan produksi tahun 2005 sebesar 23.360,30 ton, tahun 2006 sebesar 23.753,20 ton, tahun 2007 sebesar 24.267,50 ton dan 24.882.3 ton tahun 2008, Sedangkan budidaya ikan laut mengalami pertumbuhan rata-rata negatif sebesar (-17 %), dengan produksi tahun 2005 sebesar 158,30 ton, tahun 2006 sebesar 154,50 ton dan tahun 2008 sebesar 58 ton, untuk potensi perikanan darat pada umumnya terjadi penurunan produksi rata-rata secara negatif antara lain budidaya perikanan air tawar sebesar (-33%) seperti ikan 321,66 %
sedangkan budidaya di tambak seperti udang 116,89 %
dan ikan 63,13 %, dengan produksi ikan air tawar tahun 2005 sebesar 15,70 ton,
38
tahun 2006 sebesar 18,90 ton, tahun 2007 sebesar 359,70 ton dan tahun 2008 sebesar 66,20 ton. Sedangkan produksi ikan tambak, tahun 2005 sebesar 240,30 ton, tahun 2006 sebesar 113,30 ton, tahun 2007 sebesar 1.888 ton, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Produksi perikanan di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008 Jenis Perikanan 1. Perikanan laut -Penangkapan * Ikan *Udang *Jenis lainnya -Budidaya *Ikan 2. Perikanan darat -Budidaya tambak *Ikan *Udang *Kepiting -Bd. air tawar *Ikan *Udang 3. Perairan umum *Ikan Jumlah
2005
Produksi (ton) 2006 2007
2008
Laju (%)
23.360,3 848,3 -
23.753,2 913,8 -
24.267,5 414,5 646.8
24.654,0 404,2 317,4
31 -17 -17
158.3
154.0
56.3
58.0
-21
240,3 30,2 27,2
113,3 2,7 13,5
2.888,0 1.925,0 700,0
402,0 65,5 16,5
-14 -29 -17
15,7 -
18,9 -
359,7 -
66,2 1,5
-33 4
3,0 25.676,5
3,0 32.052,9
32.273,8
3,2 25.826,8
0 -11
Sumber : BPS dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sinja 2010
Tahun 2008 sebesar 392 ton dan tahun 2009 hasil tambak seperti bandeng sebesar 350 ton disusul udang sebesar 117 ton dan ikan mujair sebesar 56 ton. Sedangkan ikan air tawar seperti ikan mas sebesar 36 ton. Untuk produksi perikanan rata-rata pertumbuhannya negative antara lain kepiting budidaya tambak sebesar (-39,34 %) dan hasil perikanan laut seperti udang sebesar (-35,56 %) per tahun dan ikan sebesar (-16,22 %) per tahun. Perkembangan Impor dan Ekpor Pangan Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Sinjai sebagian besar pangan yang dikonsumsi adalah hasil produksi sendiri seperti serealia dan umbi-umbian dimana ketersediaan beras di Kabupaten Sinjai surplus berdasarkan hasil analisis surplus dan defsit beras tahun 2005 – 2008 setelah dikurangi dengan kebutuhan benih, pakan, tercecer (on farm – off farm), konsumsi, stok/cadangan 39
pangan dan ekspor, laju pertumbuhan ketersediaan pangan untuk komoditi beras mencapai 47,17 % , ketersediaan (surplus) tahun 2003 mencapai 23.009,96 ton, tahun 2004 mencapai 24.144,62 ton, tahun 2005 mencapai 25.216,18 ton, tahun 2006 mencapai 22.801,82 ton dan tahun 2007 mencapai 36.440,12 ton. Untuk komoditi jagung rata-rata pertumbuhan ketersediaan/suplus mencapai 70 % per tahun, demikian juga untuk kelompok umbi-umbian seperti ubi kayu dan ubi jalar peningkatan lebih dari 100 %,
sedangkan jenis pangan untuk
komoditas perikanan mencapai 90,06 %, maka untuk kedua jenis pangan penghasil karbohidrat dan pangan hewani yang bersumber dari perikanan bersumber dari produksi atau potensi sumber daya alam sendiri dengan kata lain tidak ada atau kurang dilakukan impor, namun kelebihan/suplus dapat diekspor baik antar daerah atau provinsi. Impor Pangan.
Jenis bahan pangan impor di Kabupaten Sinjai untuk
sektor peternakan berdasarkan jenis ternak yang paling banyak sejak tahun 2005 2009 adalah kelompok unggas yaitu ayam ras dengan laju pertumbuhan sebesar 37.8% , dengan ayam ras impor tahun 2005 sebesar 1.000 ekor, tahun 2006 sebesar 14.285 ekor, tahun 2007 sebesar 17.285 ekor dan tahun 2008 sebesar 23.969 ekor,
kemudian ayam buras sebear 24.1%
dan kambing
22,4%
denganjumlah impor tahun 2006 sebesar 155 ekor, tahun 2007 sebesar 240 ekor, tahun 2008 sebesar 50 ekor, keadaan impor pangan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Impor ternak berdasarkan jenis ternak di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008 Impor (ekor) Jenis ternak
2005
2006
1. Sapi perah 155 2. Sapi potong 80 539 3. Kerbau 40 17 4. Kuda 5. Kambing 1.756 6. Ayam buras 25 7. Ayam ras 1000 14.160 8. Itik 300 Sumber : Sinjai dalam Angka (BPS, 2009)
2007
2008
240 103 10 15 406 2.249 17.285 -
50 347 24 27 357 62.247 23.969 500
Laju (%)
sedangkan impor untuk komoditi peternakan yang pertumbuhannya
-165.0 -67.0 -36.7 11.1 21.5 24.1 37.8 0.0 negatif
40
(menurun) seperti sapi tahun 2005 sebesar 80 ekor, tahun 2006 sebesar 794 ekor, tahun 2007 sebesar 343 ekor dan tahun 2008 sebesar 397 ekor. Ekspor Pangan.
Jenis pangan ekspor Kabupaten Sinjai sebagian
besar adalah komoditi andalan Kabupaten Sinjai antara lain sektor pertanian tanaman pangan khususnya kelompok pangan padi-padian laju pertumbuhan ekspor seperti; beras jagung, dengan volume ekspor berfluktuasi masing-masing sebesar 34.5% dan 26.9% . Kelompok pangan hewani seperti; sapi potong menurun
(-17.2%) dan yang meningkat kambing 11.8%, kuda 181.2%
dan sapi potong 46.7% dan itik 566.8%. Sektor perkebunan yaitu kopra, kakao, lada, jambu mete, vanili, kopi, cengkeh, sektor peternakan seperti sapi potong, kambing, ayam buras, itik, kuda dan kerbau sedangkan sektor perikanan adalah ikan. Adapun volume ekspor Kabupaten Sinjai, pada Tabel 13. Tabel 13 Laju Ekspor komoditi pertanian di Kabupaten Sinjai 2005 – 2008 Jenis pangan
Ekspor (ton) 2006 2007
2005
Laju %
2008
Padi-padian 1. Beras 2. Jagung
5.365
8.268
39.747
30.584
34.5
331
487
520
-
26.9
Perikanan 1. Ikan
-
Perkebunan 1. Kopra 2. Kakao 3. Lada 4. Jambu mete 5. Cengkeh
-
Daging 1. Sapi perah 2. Sapi potong 3. Kerbau 3. Kuda 4. Kambing 5. Ayam buras 6. Ayam ras 7. Itik
2.971 36 7 -
7.329,9
8.364,9
7.471,9
0.7
-
414 532 8 6 171
0 0 0 0 0
2.946 30 56 2.114 716.743 4.257
3.637 270 32 1.615 3.271 1.721 5.000 28,386
0 -46,7 -17,2 -181,2 11,8 -163,0 0 566,8
Ekspor (ekor) 4.000 60 11 512 1.950 -
Sumber : BPS Kabupaten Sinjai.
41
Stok dan Penyaluran pangan. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2003 sebagai Lembaga Non Departemen (LPND) mengatur peran dan fungsi Perum Bulog untuk pelayanan masyarakat yang dibebankan oleh pemerintah santara lain pengamanan harga dasar pembelian gabah dan pendistribusian beras bagi keluarga miskin yang rawan pangan, dan pemupukan stok pangan nasional dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional/wilayah. Berdasarkan data distribusi pangan di Kabupaten Sinjai yang dikelola oleh Perum Bulog berupa penyaluran beras untuk keluarga miskin yang rawan pangan diatur dalam Keputusan Bupati Sinjai Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pagu alokasi beras untuk keluarga miskin sebesar 2.124,09 ton dengan harga Rp 1.600/kg dengan 52.200 RTM (13 kg/RTM). Stok awal untuk tahun 2006 sebanyak 585.431 kg, Tahun 2007 sebesar 86..385 kg, dan 158.505 kg tahun 2008, Beras yang masuk ke Perum Bulog tahun 2006 sebesar 1.541.015 kg, tahun 2007 sebesar 2.516.980 kg, dan 3.048.885 kg tahun 2008. Penyaluran beras untuk keluarga miskin dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Stok dan penyaluran Raskin (kg) di Kab Sinjai tahun 2006 – 2009 No
Uraian
Stok dan penyaluran Raskin (kg) 2006
2007
585.431
86.385
2008
Laju
2009
(%) 159.505 522.339 -115,60
1
Stok awal
2
Pemasukan
1.541.015
2.516.980 3.048.885 2.313.755 6,11
Jumlah I + II
2.126.445
2.603.365 3.208.394 2.836.090 6,01
3
Penyaluran Raskin
2.040.060 2..443.860 2.686.055 2.124.090 20,60
4
Stok akhir
86.385
159.505
522.339
712.000 13,50
Sumber : Kantor Devisi Dolog Kabupaten Sinjai
Stok pangan khususnya beras berfluktuasi dan sangat dipengaruhi keadaan hasil produksi yang ada ditingkat petani dan jumlah keluarga miskin penerima raskin. Penyaluran beras untuk keluarga miskin tahun 2006 sebanyak 2.060 kg, tahun 2007 sebanyak 2.443.860 kg, 2.686.055 kg tahun 2008 dan 2.124.090 kg tahun 2009 terdistribusi secara merata hingga dititik distribusi.
42
Rasio Swasembada Pangan Ukuran kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan pangan dan jaminan dalam penyediaan pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya aman dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dari potensi produksi dalam daerah, dengan pemanfaatan potensi sumberdaya, me- rupakan salah satu konsep indikator dalam mengukur kemandirian
pangan suatu wilayah untuk
menyediakan pangan yang bersumber dari potensi produksi, dilihat dari rasio swasembada indikator minimal 90% atau dengan kata lain ketergantungannya terhadap impor sangat kecil.
Kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan
pangan dari aspek produksi secara agregat ketersediaan pangan pada tahun 2008 dengan laju pertambahan penduduk sebesar 0,94 % per tahun, hasil analisis ketersediaan pangan untuk pemenuhan kebutuhan gizi secara aktual bukan menjadi masalah untuk kelompok pangan penghasil sumber energi yang bersumber dari kelompok pangan padi-padian dengan rasio swasembada untuk beras sebesar 166 ton dan jagung 100 ton, untuk komoditi buah-buahan diatas 100 ton, sedangkan untuk komoditi tomat sebesar 96 ton dan kentang 90 ton. Kelompok pangan hewani berdasarkan rasio swasembada bernilai negatif seperti daging sapi sebesar (-117) ton, daging kambing sebesar
(-18) ton,
sedangkan pangan hewani yang bernilai positif seperti; telur sebesar 79 ton, dikategorikan pemerintah Kabupaen Sinjai belum mampu menyediakan pangan atau wilayah tersebut belum mandiri khusuanya dalam penyediaan daging sapi, daging kambing, dan telur unggas. Sedangkan komoditi lainnya seperti; ayam buras sebesar 235 ton, ayam ras sebesar 96 ton, dalam kondisi lingkungan strategis sumberdaya alam sebagai basis produksi dapat memenuhi kebutuhan pangan wilayah melalui peningkatan teknologi kecuali kelompok pangan hewani khususnya ternak ruminansia peningkatan ketersediaan pangan hewani harus melalui impor, nampak rasio swasembada pangan stratgis, pada Tabel 15.
43
Tabel 15 Rasio Swasembada Pangan strategis berbasis potensi produksi di Kabupaten Sinjai tahun 2008 Komoditas
Tahun 2008 (ton) Produksi
Ekspor
Impor
1.Beras
76.773
30.584
0
Rasio swasembada 166
2.Jagung
52.634
0
0
100
3.Daging Sapi
416
1.666
298
-44
4.Daging kambing
119
1.045
268
-18
5.Daging ayam buras
872
676
9
235
6.Daging ayam ras
403
5
26
96
7.Telur
447
0
121
79
8.Susu
194
0
2
99
9. Ikan
25.827
7.472
0
141
10. Kentang
65
0
7
90
11. Tomat
469
0
21
96
12. Rambutan
2.083
500
0
132
13.Pisang
5.680
147
0
135
14. Alpukat
39
4
0
111
Kebupaten Sinjai dapat dilakukan pengembangan agribisnis untuk komoditi strategis yang mempunyai potensi dan keunggulan untuk dapat ditingkatkan sesuai sumberdaya yang ada dan bernilai ekonomi, antara lain komoditi padi-padian, sayur dan buah, dan hasil perikanan.
Karena
pangan
hewani asal ternak belum tercapai swasembada seperti daging ruminansia dan telur unggas, sehingga perlu masukan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan pangan melalui produksi domestik maupun impor. Ketersediaan Pangan berdasarkan NBM dan PPH Ketersediaan Pangan Aktual Ketersediaan pangan aktual diperoleh dari Neraca Bahan Makanan (NBM) yang dapat memberikan informasi tentang rencana pengadaan /penyediaan pangan, baik yang berasal dari produksi, ekspor-impor dan stok serta penggunaan
44
pakan, bibit, penggunaan untuk industri, serta informasi ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, Berdasarkan data ketersediaan pangan berdasarkan NBM Kabupaten Sinjai tahun 2008 diolah dan divalidasi dengan menggunakan Software Aplikasi Perencanaan Pangan dan Gizi Wilayah (Martianto et al 2005).
kemudian
dianalisis, untuk dapat diperoleh gambaran ketersediaan energi dan protein per kelompok pangan, secara umum keadaan ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2005-2008 memberi gambaran ketersediaan energi dan protein secara kuantitas diatas standar dengan rata-rata
ketersediaan pangan dalam satuan
gram/kapita/hari pada Tabel 16. Tabel 16 Ketersediaan pangan aktual dan ideal berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai tahun 2005-2008 No
Kelompok Pangan
Ketersediaan Pangan (gram/kap/hari) 2005
2006
Ideal
2007
2008
g/kap/hr
1.
Padi-padian
705,4
645,5
682,4
635,8
320,0
2
Umbi-umbian
104,9
117,2
141,6
146,5
100,0
3
Pangan Hewani
301,5
210,1
292,6
123
150,0
4
Minyak dan Lemak
6,5
3,6
25,2
12,0
25,0
5
Buah/Biji Berminyak
4,6
1,6
20,1
11,0
10,0
6
Kacang-kacangan
35,2
23,3
43,8
36,6
35,0
7
Gula
0,9
0,9
1,2
1,2
30,0
8
Sayur dan Buah
259,5
229,6
357
183
300,0
9
Lain-lain
0
0
0
0
86,5
Sumber: diolah/dikoreksi BPPKP Kabupaten Sinjai *) AKE 2,200 kkal/kap/hari
Kondisi ketersediaan pangan wilayah Kabupaten Sinjai Berdasarkan NBM dengan acuan
rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004)
ketersediaan energi sebesar 2.200 kkal/kapita//hari. Dibandingkan dengan ketersediaan energi harapan tersebut, perkembangan ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008, Ketersediaan pangan untuk konsumsi pangan tahun 2008 setelah divalidasi ketersediaan energi sebesar 1.528,1 gram/kapita/hari (36%) lebih tinggi dari yang direkomendasikan . Berdasarkan
45
perhitungan NBM 2005, 2006, dan 2007
ketersediaan energi per kelompok
pangan, masing-masing tahun 2005 sebesar 1.421,5 gram/kapita/hari (31%), tahun 2006 sebesar 1.231,9 gram/kap/hari (18%), dan 1,564. gram/kap/hari tahun 2007 (29%) lebih tinggi dari ketersediaan energi sebesar 1.121,5 gram/kap/hari tahun 2020. Aspek kualitas ketersediaan pangan dengan perbandingan antara kandungan energi dan zat gizi (protein dan lemak) berdasarkan angka kecukupan energi sebesar 50%, protein sebesar 10% dan lemak 20 % . Pada tahun 2008 ketersediaan pangan untuk konsumsi protein tersedia sebesar 89,49 g/kap/hari lebih tinggi dari (57 gram/kap/hari) yang direkomendasikan . Selanjutnya tahun 2005 mampu menyediakan protein sebesar 107 gram/kapita, tahun
2006 dan
2007 rata-rata 29,68 % - 38,27% diatas AKP yang dianjurkan (Tabel 17). Tabel 17 Komposisi energi protein dan lemak berdasarkan NBM di Kabupaten Sinjai tahun 2005-2008 Komposisi ketersediaan Tahun
Energi
Protein
Lemak
kkal/kap/hr % AKE (g/kap/hr) % AKP (g/kap/hr)
% AKL
2005
3,236
147.1
107
47
39
11.4
2006
2,719
123.6
93.7
39
40
8.7
2007
2,719
130.4
89.6
37
38
11.4
2008
2.909
132.6
113.5
42
72
64.4
Rata-rata
2,923
133.4
100.9
37.4
43.8
25.5
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai 2005-2008 *) AKE 2.200 kkal/kap, AKP 57 gr/kap (WNPG, 2004)
Energi diperlukan untuk tumbuh dan berkembang yang bersumber dari karbohidrat dan lemak dari setiap kelompok pangan baik pangan nabati maupun pangan hewani, sebagai penyumbang zat gizi yang wajib dipenuhi terutama energi, protein dan lemak digunakan untuk perkembangan, metabolism dan akivitas. disamping itu protein berfungsi mengganti sel-sel yang rusak. serta kandungan asam amino yang dapat memecah makanan menjadi zat gizi, pembentukan anti bodi.
Ketiga unsur ini sangat penting dalam pembentukan
46
kualitas sumber daya manusia. Kemudian diperkuat oleh Hamilton dan Whitney pada kajian kecukupan energi dalam Nikmawati E.E (1999) kebutuhan zat gizi (nutrient requirements) untuk mencapai kecukupan gizi (recommended dietary allowences) harus ditambah 1 – 5% dari kebutuhan. Ketersediaan protein untuk konsumsi didominasi dari pangan nabati dengan rata-rata ketersediaan protein nabati sebesar 66.59 gram/kap/hari dan ratarata protein hewani sebesar 30.73 gram/kap/hari (diatas standar 52 gr/kap/hari) dan dalam arahan Badan Ketahanan Pangan (2004) standar proporsi konsumsi protein yang terbaik adalah 80% protein nabati dan 20% protein hewani, dan dalam WNPG (2004) dijelaskan bahwa komposisi ketersediaan protein hewani untuk kebutuhan konsumsi per kapita perhari yang berasal dari ternak sebesar 6 gram dan 9 gram ikan. dengan demikian konsumsi protein nabati masih perlu ditingkatkan. Sumber protein hewani
sebagian besar bersumber dari
ikan, hal ini
ditunjang dengan letak wilayah Kabupaten Sinjai yang dikenal dengan tiga dimensi salah satunya potensi bahari/laut. Pada Tahun 2005 ketersediaan protein sebesar 106,82 g/kap/hari yang terdiri dari protein nabati sebesar 67,52 gram dan 39,30 gr protein hewani. Tahun 2006 turun menjadi 93,74 g/kap/hari (13,95%), terdiri protein hewani sebesar 30,96 gram/kapita/hari dan 62,78 gram protein nabati, kemudian tahun 2007 turun lagi ketersediaan protein dengan total 89,62 gram dan tahun 2008 ketersediaan protein naik lagi sebesar 99.10 gram/kapita/hari seperti pada Tabel 18. Tabel 18 Komposisi ketersediaan protein di Kab Sinjai tahun 2005-2008
Total protein (g/kap/hari)
2005 106,82
Tahun 2006 2007 93,74 89,62
2008 99,10
Protein hewani
39,30
30,96
22,71
29,93
30,78
Protein nabati
67,52
62,78
66,90
69,17
66,59
Ketersediaan protein
Rata-rata 97,32
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai *) AKP 57 gram/kapita/hari WNPG (2004)
Ketersediaan Pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) Kualitas ketersediaan pangan penduduk untuk konsumsi pangan secara
47
umum rata-rata total skor PPH ketersediaan pangan tahun 2005-2008 sebesar 82,87
(skor PPH = 100),
yang dikelompokkan dalam Sembilan
kelompok
pangan berdasarkan kebutuhan normatif penyediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk di Kabupaten Sinjai, adapun kelompok pangan yang sudah ideal seperti; padi-padian, umbi-umbian sedangkan kacang-kacangan tahun 2005 ideal kemudian turun ditahun 2006 sebesar 5%, lalu naik lagi tahun 2007 sebesar 5% hingga tahun 2008, Skor PPH untuk kelompok pangan hewani tahun 2005 sebesar 22,3, tahun 2007 naik menjadi 23,2 dan tahun 2008 turun sebesar 1,3% (22,9), secara jelas dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kondisi Skor PPH Ketersediaan per kelompok Pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2005 – 2008 Kelompok Pangan
PPH Ideal
Skor Pola Pangan Harapan 2005 2006 2007 2008
Laju (%)
1.
Padi-padian
25,0
25,0
25,0
25,0
25,0
0
2.
Umbi-umbian
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
0
3.
Pangan hewani
24,0
22,3
18,5
23,2
22,9
-2,23
4.
Minyak dan lemak
5,0
1,3
0,7
4,4
2,4
4,98
5.
Buah/biji berminyak
1,0
0,2
0,1
0,8
0,8
-4,00
6.
Kacang-kacangan
10,0
10,0
9,5
10,0
10,0
-7,49
7.
Gula
2,5
0,1
0,1
0,1
0,0
40,0
8.
Sayur dan buah
30,0
24,0
23,6
22,4
25,5
0,56
9.
Lain-lain
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
100,0
85,4
79,7
89,3
88,9
0,70
Total
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai 2005 – 2008
Kontribusi energi dari Sembilan kelompok pangan di Kabupaten Sinjai Tahun 2005–2008 secara umum
memperlihatkan kontribusi energi untuk
kelompok pangan sumber karbohidrat diatas standar anjuran WNPG (2004) 50% padi-padian dan 6% umbi-umbian,
12% pangan hewani, pada Tabel 20
menggambarkan kondisi ketersediaan
energi berdasarkan
standar kecukupan
energi sebesar 2.200 kkal per kapita/hari (WNPG, 2004), dan kontribusi energi dalam ketersediaan pangan (%AKE) sudah kelebihan (kuantitas),
sedangkan
48
berdasarkan keseimbangan gizi yaitu skor PPH ideal.
Hasil
per kelompok pangan belum
koreksi NBM Kabupaten Sinjai tahun 2006-2008 rata-rata
ketersediaan pangan sudah berada diatas standar, total ketersediaan energi tahun 2008 sebesar 3.006,3 kalori/kapita/hari dengan konstribusi energi sebesar 132,2 (% AKE) dalam ketersediaan pangan dan skor PPH sebesar 89,0. Kontribusi energi dan skor PPH dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Tingkat kontribusi energi dan skor PPH pada ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2006-2008 Komposisi Ketersediaan Pangan
Kelompok Pangan Padi-padia
2006 Kalori
AKE (%)
2008
2007 Skor PPH
AKE Skor AKE Skor Kalori (%) PPH (%) PPH
Kalori
2.120,0
96,4
25,0
2.230,0
89,2
25,0
2.061
93,7
25,0
152.0
6,9
2,5
178,0
7,7
2,5
187,0
8,5
2,5
Pangan hewani
200.0
9,1
18,2
109,5
11,6
23,2
254,0
11,5
22,9
Minyak &lemak
32.0
1,5
0,7
120,0
6,5
4,4
106,0
4,8
2,4
Bh/bj berminyak
3.0
0,1
0,1
38,0
1,6
0,8
21,0
0,9
0,8
Kacang-kacangan 105.0
4.8
9,5
115,0
8,7
10,0
166,0
7,5
10,0
Gula
3.0
0,1
0,1
4,0
0,2
0,1
4,0
0,2
0,1
Sayur dan buah
104.0
4.7
23,6
112,0
4,9
22,4
112,0
5,1
25,5
Lain-lain
0.0
0.0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0.0
0,0
2.719,0
123,0
79,7
3.094.0
130,4 89,2
2.909
132,2 88,9
Jumlah
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai tahun 2006-2008 *) AKE = 2.200 kkal/kap/hari (WNPG VIII, 2004)
Pada Tabel 20, Tahun 2006 konstribusi energi sebesar 123% dengan skor mutu pangan (PPH) sebesar 79,7 tahun 2007 konstribusi ketersediaan energi sebesar 130,4% dengan skor mutu pangan (PPH) sebesar 89,2. angka kecukupan energi meningkat sebesar 1,34% dengan skor PPH sebesar 88,9
maka kinerja
ketersediaan pangan Kabupaten Sinjai berdasarkan Skor PPH yang telah dicapai belum ideal (skor PPH = 100). Kondisi kualitas ketersediaan pangan berdasarkan kebutuhan pangan normatif untuk memenuhi
kebutuhan gizi atau tingkat
ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan belum ideal. Keragaman ketersediaan pangan berdasarkan skor PPH dan komposisi energi dalam ketersediaan pangan sesuai hasil perbandingan antara ketersediaan pangan aktual dan ideal tahun 2008 menunjukkan bahwa ketersediaan energi
49
untuk konsumsi per kapita per hari menurut jumlahnya dalam satuan kkal (2,889) sudah melebihi ketersediaan pangan harapan (2,200 kkal), dengan kontribusi energi pada ketersediaan pangan 132% AKE
dari harapan (50%), termasuk
kelebihan secara kuantitas menurut Departemen Kesehatan (1964) yaitu tingkat ketersediaan pangan (a) defisit berat (< 70% AKE), (b) defisit sedang (70-79% AKE); (c) defisit ringan (80-89% AKE); (d) normal (90-119% AKE) dan (e) kelebihan (> 120% AKE). dengan keragaman ketersediaan pangan untuk konsumsi tahun 2008 (skor PPH aktual 88.9) masih dibawah skor PPH ideal (100) padaTabel 21. Tabel 21 Kondisi ketersediaan pangan aktual dibanding ketersediaan ideal di Kabupaten Sinjai Tahun 2008 Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan aktual (2008) Ketersediaan Ideal Kelompok Pangan AKE AKE gr/kap/hr kkal PPH gr/kap/hr kkal PPH (%) (%) Padi-padian 635,8 2.061,0 93,7 25,0 320,0 1.100.0 50,0 25,0 Umbi-umbian
146,5
187,0
8,5
2,5
100,0
132,0
6,0
2,5
Pangan hewani
123,0
254,0
11,5
22,9
150,0
264,0
12,0
24,0
Minyak & Lemak
12,0
106,0
4,8
2,4
25,0
220,0
10,0
5,0
Bh/bj berminyak
3,1
21,0
0,9
0,8
10,0
66,0
3,0
1,0
Kacang-kacangan
36,6
166,0
7,5
10,0
35,0
110,0
5,0
10,0
Gula
1,2
4,0
0,2
0,1
30,0
110,0
5,0
2,5
Sayur dan buah
183
112,0
5.1
25,5
300,0
132,0
6,0
30,0
-
-
-
-
86,5
66,0
3,0
-
2.200,0 100,0
100,0
Lain-lain Jumlah
2.909,0 132,2
88,9
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM PPKP Kabupaten Sinjai tahu 2008
*) AKE 2,200 kkal/kap/hari (WNPG VIII, 2004
Gap Ketersediaan Pangan Aktual dan Ideal Gap ketersediaan pangan aktual dan ketersediaan pangan ideal tahun 2008 yang dikelompokkan menjadi sembilan kelompok bahan pangan secara positif atau ketersediaan energi diatas standar per kapita per hari setiap kelompok pangan yaitu kelompok pangan padi-padian sebesar 961 kkal, umbi-umbian sebesar 55 dan kacang-kacangan sebesar 56 kkal, sedangkan ketersediaan energi dalam kelompok pangan yang menunjukkan selisih negatif terbesar adalah minyak
50
dan lemak (-114), gula sebesar (-106 kkal), (-66) lain-lain, (-45) kkal buah/biji bermnyak , Sayur dan buah sebesar (-20) dapat dilihat padaTabel 22. Tabel 22 Gap ketersediaan aktual dengan ketersediaan pangan ideal di Kabupaten Sinjai tahun 2008 Kelompok Pangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Total
Ketersediaan Energi (kkal/kap) Aktual Kondisi ideal 2.061 187 252 106 21 166 4 112 0 2.909
1.100 132 264 220 66 110 110 132 66 2.200
Gap
Interpretasi
961 55 -12 -114 -45 56 -106 -20 -66 -
surplus surplus defisit defisit defsit surplus defisit surplus defisit
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai (BPPKP) tahun 2008
Gap ketersediaan pangan wilayah secara aktual per kelompok pangan terjadi akibat persediaan pangan yang bersumber dari produksi belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk selama periode tertentu secara ideal, gap dapat dijadikan acuan untuk penyediaan pangan baik dari produksi domestik atau impor hingga tahun 2020.
Tahun 2008 gap tertinggi pada
kelompok pangan per kapita per hari seperti kelompok pangan minyak dan lemak (-114) kkal , gula (-29) kkal, pangan hewani sebesar (-12) kkal,
buah biji
berminyak sebesar (-45), dan kelompok pangan lain-lain sebesar (-66,0).
Pada
tahun 2008 beberapa kelompok pangan pada tingkat ketersediaan pangan aktual dan ideal menunjukkan defisit pada pangan hewani (-27) gr/kap/hari, kelompok pangan minyak dan lemak -11 gr/kap/hari (-907)) ton, gula sebesar (-29) gr/kap/hari (-2.259) ton/tahun, kacang-kacangan sebesar (-21.826 ton), buah/biji berminyak sebesar (14.234) ton dan (-86,5) gr/kap/hari (-7.134 ton) kelompok pangan lain-lain. Sedangkan kelompok pangan yang surplus adalah kelompok pangan padi-padian sebesar 316 gr/kap/hari atau 26.051 ton, umbi-umbian sebesar 316 gr/kap/hari ( 5.078 ton) dan kelompok pangan kacang-kacangan 2 gr/kap/hari atau 114 ton.
Tingkat perbandingan antara ketersediaan aktual dan harapan
51
setiap kelompok pangan, pada Tabel 23. Tabel 23 Gap ketersediaan pangan aktual dan harapan setiap kelompok pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2008 Kelompok pangan
Ketersediaan Aktual g/kap
kg/th
Ketersediaan harapan
ton/th
g/kap
Gap ketersediaan
kg/th
ton/th
g/kap kg/kap ton/th
Padi-padian
636
232
52.441
320
117
26.390
316
115
26.051
Umbi-umbian
147
54
12.088
100
31
7.010
47
22
5.078
pangan hewani
123
45
10.144
150
55
12.370
-27
-10
-2.226
minyak & lemak
14
5
1.155
25
9
2.062
-11
-4
-907
Bh/bj berminyak
8
3
678
15
6
1.237
-7
-3
-577
kacang-kacangan
37
14
3.051
35
13
2.937
2
1
114
1
0
226
30
11
2.485
-29
-11
-2.259
183
67
15.092
300
110
24.741
-117
-43
-9.649
0
0
0
86.5
32
7.134 -86,5
-32
-7.134
gula sayur & buah 9lain-lain
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM PPKP Kabupaten Sinja tahun 2008
Konsumsi Pangan Aktual Penduduk di Kabupaten Sinjai Keragaman dan Skor PPH Konsumsi Pangan di Kabupaten Sinjai Konsumsi energi per kapita per hari pada tahun 2008 sebesar 2.394 kkal diatas lebih tinggi dari sandar (2.000 kkal) dengan 108,8% kontribusi energi (% AKE) pada ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk termasuk normal dan keragaman konsumsi pangan sesuai skor PPH sebesar 90,3 kategori belum ideal, kondisi skor PPH konsumsi masih perlu peningkatan hingga mencapai skor PPH 100 pada tahun 2020 pada kelompok pangan umbi-umbian, minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacang-kacangan, gula dan kelompok pangan lainlain. Perbedaan pola konsumsi pangan di Kabupaten Sinjai dipengaruhi oleh topografi serta waktu hari pasar dan usaha tani masyarakat, menggambarkan kemampuan
rumah
tangga
untuk
rumahtangganya, sesuai kebutuhan gizi
menyediakan
pangan
bagi
anggota
untuk hidup sehat, aktif dan produktif.
Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1986) dalam Suhardjo (1989) pola konsumsi pangan masyarakat antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan pangan,
sosial
budaya dan keadaan wilayah. Kondisi rata-rata konsumsi pangan penduduk secara kuantitas proporsi
52
keragaman pangan berdasarkan skor Pola Pangan Harapan secara absolute diatas standar total energi yang dikonsumsi tapi berdasarkan kecukupan keseimbangan gizi sesuai skor PPH yang dicapai kurang dari 100,Susunan skor PPH Konsumsi pangan penduduk pada Tabel 24. Tabel 24 Kondisi konsumsi pangan penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 2008 No
Gram/ kap/hr
Kelompok Pangan
1.
Padi-padian
2.
Umbi-umbian
3
Pangan Hewani
4
Minyak dan Lemak
5
Buah/Biji Berminyak
6
Kacang-kacangan
7
Gula
8
Sayur dan Buah
9
Lain-lain
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi tahun 2008 Kalori
452 22 264 1 11 30 28 361 41
Total
1.210 45 415 3 24 81 107 474 39 2,394
%
51 2 17 0 1 3 4 20 2 100
% AKE
55,5 2.0 18.9 0.2 0.8 3.7 4.9 21.5 1.8 108.8
Bobot
0,5 0,5 2,0 0,5 0,5 2,0 0,5 5,0 0,0
Skor Aktual
25 1 34 0 0,4 7,4 2,45 107,5 0,0 108,4
Skor Skor Maks PPH
Skor AKE
27,8 1,0 37,8 0,1 0,4 7,4 2,45 107,5 0,0 184,4
25 25,0 2,5 1,0 24 24 5 0,1 1 0,4 10 7,4 2,5 2,4 30 30,0 0,0 0,0 100 90,3
Sumber: Survei konsumsi BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 2008 *) Angka kecukupan energi (AKE) 2,000) kkal.kap.hari (AKP) 52 gr/kap/hari
antara
lain;
kelompok pangan umbi-umbian, kacang-kacangan, minyak dan
lemak, buah/biji berminyak, gula dan kelompok pangan lain-lain. Sedangkan sudah ideal seperti kelompok pangan padi-padian, pangan hewani dan kelompok pangan sayur dan buah. Pola konsumsi energi di Kabupaten Sinjai secara aktual normal berdasarkan kontribusi energi dalam konsumsi pangan, masyarakat agak
karena akses
tinggi terhadap sumberdaya produksi, jenis usaha
dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan.
Menurut
yang WNPG
(2004) standar kebutuhan protein yang bersumber dari pangan hewani sebesar 65 gram; terdri 12 gram daging ruminansia, 22 gram daging unggas, 17 gram telur, 14 gram susu dan 85 gram ikan. Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sinjai tahun 2008 berpedoman pada tingkat kecukupan konsumsi
energi dan protein penduduk Indonesia
berdasarkan Pola Pagan Harapan (PPH) untuk pemenuhan kebutuhan gizi yang ditetapkan (WNPG, 2004), pola konsumsi kalori per kapita per hari masingmasing 2000 kkal dan 52 gram protein. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan
53
pangan sesuai kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Kondisi pola konsumsi pangan aktual dan ideal di Kabupaten Sinjai tahun 2008 Kelompok Pangan
Konsumsi Aktual Konsumsi Ideal gram kkal % Skor gram kkal % Skor AKG AKG PPH PPH
Padi-padian
452
1210
55,0
25
300
1.000 50
25
Umbi-umbian
22
45
2,0
1
100
120
6
2,5
Pangan hewani
264
415
18,9
24
150
240
12
24,0
Minyak dan lemak
1
5
0,2
0,1
25
200
10
5,0
Buah/biji berminyak
11
24
0,8
0,4
10
60
3
1,0
Kacang-kacangan
30
81
3,7
7,4
35
100
5
10,0
Gula
28
107
4,9
2,4
30
100
5
2,5
Sayur dan buah
361
474
21,5
30,0
300
120
6
30
Lain-lain
41
39
1,8
0
86.5
60
3
0
2.000
100 100
Jumlah
2.394 108,8 90,3
Sumber: Survei konsumsi BPPKP Sinjai tahun 2008
Secara umum pola konsumsi pangan penduduk terhadap sumbangan kalori dan protein per kapita per hari pada tahun 2008 secara umum jumlah kalori sebesar 2.394 kkal/kap/hari (19.7%) lebih tinggi dari standar (2.000 kkal) dan 65 gram/protein (25%) lebih tinggi dari anjuran (52 gram). Jika dilihat proporsi Angka Kecukupan Gizi (AKG) masing-masing kelompok pangan baik secara absolut maupun secara normatif terhadap total konsumsi pangan mampu mencukupi kebutuhan pangan dan gizi penduduk, baik jumlah maupun mutunya.. Menurut Baliwati (2010), kualitas konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dari nilai skor PPH, semakin tinggi skor PPH semakin baik kualitas dan atau semakin beragam variasi jenis pangan yang dikonsumsi dari Sembilan kelompok pangan.. pada lima kelompok pangan perlu ditingkatkan hingga mencapai ideal (PPH 100). Melihat pola konsumsi di Kabupaten Sinjai sesuai hasil perbandingan konsumsi aktual dan ideal dilihat dari kegunaan pangan, padi-padian sebagai sumber tenaga, pangan hewani sebagai zat pembangun dan zat pengatur dari sayur dan buah, maka kelebihan konsumsi energi dapat disimpan dalam bentuk glikogen dalam tubuh.
Menurut Hardinsyah (2001) bila kebutuhan energi
54
terpenuhi sesuai kaidah PPH maka secara implisit kebutuhan zat gizi terpenuhi kecuali untuk zat gizi yang sangat kurang dalam Sembilan kelompok pangan. Komposisi konsumsi ideal sesuai standar Dewan Ketahanan Pangan (2006) dalam Widiasih S.C.L (2009) antara
lain; 275 gram padi-padian, 100 gram umbi-
umbian, 150 gram pangan hewani, 35 gram kacang-kacangan dan 250 gram sayur dan buah. Gap Konsumsi Aktual dan Ideal Kondisi pola konsumsi pangan aktual penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 2008 berdasarkan analisis gap menunjukkan defisit terbesar pada kelompok pangan lain-lain, kemudian umbi-umbian dan kacang-kacangan. Untuk perbaikan pola konsumsi pangan prioritas utama adalah yang masih defisit dan mempertahankan yang sudah ideal atau menurunkan porsi kebutuhan konsumsi karbohidrat dan lemak hingga ideal. Sedangkan bernilai positif pada setiap kelompok pangan menunjukkan konsumsi pangan penduduksudah Kelebihan seperti; padi-padian sebesar 436 ton (152 gr/kap/hari), 9.540 ton kelompok sayur dan buah, 1.920 ton pangan hewani,
Kelompok pangan dengan angka positif diasumsikan telah
melampaui kebutuhan konsumsi pangan seperti kelompok padi-padian, pangan hewani dan sayur dan buah,
kelebihan ini disimpan dalam tubuh sebagai
cadangan energi dan protein secara jelas lihat Tabel 26. Tabel 26 Kondisi gap konsumsi pangan aktual dan konsumsi pangan ideal di Kabupaten Sinjai tahun 2008 Konsumsi aktual Kelompok pangan
ton/th
Konsumsi ideal
gap konsumsi
ton/th Kg/th Gr/hr 83 18.673 152
ton/th
gr 452
Kg/th 125
19.109
gr/hr 300
Umbi-umbian
22
16
3.430
100
72
16.655
-78
-56
-12.815
Pangan hewani
264
87
13.150
150
50
11.229
114
27
1.920
Minyak dan lemak
1
0
571
25
3
649
-24
-3
-568
Buah/bj berminyak
11
0
5
10
0
3
1
0
2
Kacang-kacangan
30
4
1.311
35
9
2.076
-5
-5
-551
Gula
28
8
1.353
30
8
1.862
-2
-2
-39.536
361
202
69.429
300
181
50.889
102
126
9.540
41
126
3.049
86,5
15
3.464
-45.5
-111
3.049
Padi-padian
Sayur dan buah Lain-lain
Kg/th 42.4
436
Sumber: Diolah/dikoreksi BPPKP Kabupaten Sinjai
55
Gap ketersediaan dan konsumsi pangan.
Gap ketersediaan dan
konsumsi pangan penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 2008 digunakan sebagai arahan kebijakan dalam perbaikan pola konsumsi pada masa mendatang dengan naiknya rating skor Pola Pangan Harapan (100), dengan peningkatan penyediaan kebutuhan konsumsi pangan perkapita per hari seperti; pangan hewani sebesar (-141) gram, (-48) gr/kap/hari sayur dan buah, buah/biji berminyak (-7.8) gram dan lain-lain, sedangkan padi-padian sebesar 184 gram, 125 gram umbi-umbian dan 7 gram kacang-kacangan, kelompok pangan ini dapat diekspor (Tabel 27). Tabel 27 Gap ketersediaan pangan aktual dan konsumsi pangan aktual berdasarkan kebutuhan gizi di Kaupaten Sinjai Tahun 2008 Ketersediaan Aktual Konsumsi Aktual Gap Kap/hari Kap/hari Kap/hari gram kkal Ton/th gram kkal ton/th gram kkal ton/th Padi-padian 636 2.061 52441 452 1210 19.109 184 851 33,332 Umbi-umbian 147 187 12088 22 415 3.430 125 142 8,658 Pangan hewani 123 254 62.630 264 87 21.772 -141 167 40,858 Minyak & lemak 12 106 994 1 5 571 11 101 423 Bh/biji berminyak 3.1 21 678 11 24 907 -7.9 -3 -229 Kacang-kacangan 37 166 3.028 30 81 1.311 7 85 1,717 Gula 1 4.0 83 28 107 1.355 -27 -103 -1,265 Sayur dan buah 183 122 33.729 361 474 69.429 -48 -352 35,718 Lain-lain 0 0 0 41 39 3.049 -41 -39 -3,049 Sumber: Diolah/dikoreksi BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 2010 Kelompok Pangan
Perencanaan Penyediaan dan Konsumsi Pangan Manusia yang sehat dan cerdas memerlukan suatu susunan makanan yang mengandung zat gizi sesuai kecukupan energi dan protein (gizi seimbang) dengan pertimbangan potensi sumber daya yang dimiliki baik yang bersumber dari on farm maupun off farm dan impor sesuai konsep tiga guna makanan.
Hasil
penelitian konsumsi pangan Indonesia dalam Hardinsyah dan Briawan (1994) perencanaan konsumsi pangan sesuai prinsip-prinsip perencanaan konsumsi pangan dan penyediaan pangan diharapkan memenuhi kebutuhan gizi Pengembangan ketersediaan dan konsumsi pangan pada sembilan kelompok pangan secara aktual jumlah kalori melebihi aturan standar WNPG (2004), tapi secara normatif sesuai penilaian skor PPH kurang dari 100. Dengan demikian peran pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Sinjai disusun dalam RPJM atau RKPD sesuai arahan Kebijakan
56
Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2006-2009, baik secara sektoral atau lintas sektor guna peningkatan pencapaian program-program
unggulan daerah dan
kebijakan yang mengarah pada upaya peningkatan kualitas hidup manusia dan/atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Berdasarkan analisis gap selanjutnya dapat disusun proyeksi sejumlah pangan yang harus diproduksi untuk memenuhi proyeksi ketersediaan untuk kebutuhan konsumsi pangan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk setiap tahunnya. Proyeksi Produksi Pangan Proyeksi produksi menggambarkan proyeksi setiap jenis komditas yang harus diproduksi untuk memenuhi proyeksi ketersediaan yang mengacu pada target
ketersediaan
pangan
dalam
jangka
waktu
tertentu
dengan
mempertimbangkan perubahan stok, ekspor, impor dan penggunaan
pangan
lainnya hingga tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Proyeksi produksi jenis komoditas untuk pemenuhan ketersediaan pangan penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 2011 -2020 No
Jenis Komoditas 2011
1.
2.
3.
4. 5. 6.
Padi-padian Beras Jagung Umbi-umbian Ubi kayu Ubi jalar Kentang Pangan hewani Daging sapi Daging ayam Telur Susu Ikan Kacang-kacangan Kacang tanah Gula Gula merah Sayur dan buah Sayur Buah
Proyeksi Produksi (ton/tahun) 2013 2015 2017 2020
151.398 147.610
158.198 156.810
164.198 165.010
170.580 173.510
177,198 182,510
10.871 2.015 6.170
11.795 2.333 67.100
12.719 2.651 72.500
13.643 2.969 77.900
15.029 3.446 86.000
820 1.328 894 146 296.095
1.003 1.527 965 164 314.095
1.185 1.727 1.035 182 329.995
1.368 1.926 1.106 200 346.695
1.642 2.226 1.211 227 364,195
191.114
202.114
212.114
223.114
234,114
2.395
2.495
2.695
2.795
2.895
438.515 404.495
464.815 459.595
488.115 482.895
512.515 507.295
538.1100 532.8905
57
Proyeksi Kebutuhan Konsumsi berdasarkan PPH Proyeksi Skor dan Komposisi PPH Konsumsi Pangan Proyeksi konsumsi pangan penduduk diharapkan mencapai skor PPH 100 pada tahun 2020,
maka secara bertahap ditingkatkan 1.7% skor PPH setiap
tahunnya untuk mencapai ideal antara lain;
kelompok pangan umbi-umbian,
kelompok pangan minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacang-kacangan, gula dan kelompok pangan lain-lain.
Karena tak satupun
jenis makanan yang
mengandung secara lengkap zat gizi pada menu makanan untuk konsumsi pangan penduduk yang beragam dan sesuai kebutuhan gizi. Sedangkan skor PPH telah mencapai maksimal dipertahankan dan atau diturunkan hingga ideal seperti; kelompok pangan padi-padian, pangan hewani dan sayur dan buah.
Proyeksi
skor PPH tahun 2011 -2020 pada Tabel 29. Tabel 29 Proyeksi skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 Kelompok Pangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Skor PPH
2011 25,0 1,4 24,0 1,3 0,6 8,1 2,4 30,0 0,0 92,7
Skor Pola Pangan Harapan 2013 2015 2017 25,0 25,0 25,0 1,6 1,9 2,1 24,0 24,0 24,0 2,1 3,0 3,8 0,7 0,8 0,9 8,5 8,9 9,4 2,4 2,5 2,5 30,0 30,0 30,0 0,0 0,0 0,0 94,3 95,9 97,6
2020 25,0 2,5 24,0 5,0 1,0 10,0 2,5 30,0 0,0 100,0
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM BPPKP Kabupaten Sinjai
Proyeksi Konstribusi Konsumsi Energi (% AKE) Proyeksi kontribusi energi dalam konsumsi pangan menggambar kan sumbangan kalori dan protein pada setiap kelompok pangan yang akan dicapai hingga tahun 2020
sesuai capaiani konstribusi energi
yang ditetapkan oleh
WKNPG tahun 2004 dan klasifikasi yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk menilai tingkat kecukupan energi acuan standar; 50% padi-padian, % umbi-
58
umbian, 12 % pangan hewani, 10% minyak dan lemak, 3% buah/biji berminyak, 5% kacang-kacangan, 5% gula, 6% sayur dan buah dan 3% kelompok pangan lain-lain. Adapun kelompok pangan secara bertahap diturunkan sampai pada batas ideal seperti kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian dan kelompok sayur-sayuran. Sedangkan kelompok pangan yang dinaikkan secara bertahap antara lain pagan hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacangkacangan dan kelompok pangan lain-lain, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 Proyeksi Konstribusi Energi (% AKE) dalam konsumsi pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2011 – 2020 Kontribusi Pangan terhadap Angka Kecukupan Energi AKE (%)
Kelompok Pangan
2011 87,2
2013 78,9
2015 70,9
2017 62,4
2020 50,0
Umbi-umbian
7,9
7,5
7,0
6,6
6,0
Pangan hewani
9,7
10,2
10,7
11,2
12,0
Minyak dan lemak
6,0
6,9
7,8
8,7
10,0
Buah/bj berminyak
1,4
1,8
2,1
2,5
3,0
Kacang-kacangan
6,9
6,5
6,0
5,6
5,0
Gula
1,4
2,2
3,0
3,8
5,0
Sayur dan buah
6,7
6,5
6,4
6,2
6,0
Lain-lain
0,8
1,3
1,8
2,3
3,0
127,8
121,6
115,5
109,3
100,0
Padi-padian
Total
Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk dalam satuan gram/kap/hari. Proyeksi konsumsi pangan actual penduduk di Kabupaten Sinjai hingga tahun 2020 dengan harapan pola konsumsi penduduk semakin baik, beragam dan sesuai kebutuhan gizi yang harus dikonsumsi untuk hidup sehat seperti jumlah kelompok pangan yang berlebihan diiturunkan hingga mencapai ideal ditahun 2020 agar tidak menimbulkan masalah kesehatan yaitu kelompok padi-padian, pangan hewani dan sayur dan buah sedangkan kelompok pangan yang lain dinaikkan secara bertahap (minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula), untuk lebih jelas dapat dilhat pada Tabel 31.
59
Tabel 31 Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan dalam satuan gram/kapita/hari di Kabupaten Sinjai tahun 2011 - 2020 Kelompok Pangan Padi-padian
Kebutuhan konsumsi berdasarkan PPH (gram/kapita/hari)
2011 414,0
2013 388,7
2015 363,3
2017 338,0
2020 300,0
Umbi-umbian
41,5
54,5
67,5
80,5
100,0
Pangan hewani
129,8
134,3
138,8
143,3
150,0
Minyak dan lemak
7,0
11,0
15,0
19,5
25,0
Buah/bj berminyak
10,8
10,6
10,4
10,3
10,0
Kacang-kacangan
31,8
32,1
32,9
33,8
35,0
Gula
27,0
27,7
28,3
29,0
30,0
212,3
231,8
251,3
270,8
300,0
24,5
13,5
2,5
(8,5)
86,5
Sayur dan buah Lain-lain
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 2010
Proyeksi Kebutuhan Konsumsi Pangan per Komoditas Pangan (ton/tahun). Proyeksi skor mutu kosumsi pangan di Kabupaten Sinjai yang menjadi prioritas pada tahun 2011 – 2020 baik yang bersumber dari produksi domestik ataupun impor sesuai hasil evaluasi dari data konsumsi aktual penduduk berdasarkan kebutuhan gizi dengan penganekaragaman pangan sesuai prinsip gizi seimbang (PPH=100) tahun 2008,
guna peningkatan baik kuantitas maupun kualitas
penyediaan kebutuhan konsumsi pangan penduduk kearah sesuai harapan nasional untuk hidup sahat dan produktif (Tabel 28). Proyeksi kebutuhan pangan berdasarkan hasil survei konsumsi di Kabupaten tahun 2008 dalam satuan ton/tahun, konsumsi
sebagai acuan perencanaan
penyediaan pangan untuk konsumsi penduduk hingga tahun 2020
dalam wilayah Kabupaten Sinjai. Proyeksi kebutuhan pangan dalam setiap komoditas pangan dalam satuan ton per tahun sebagai hasil perkalian antara jumlah konsumsi aktual dikalikan jumlah penduduk tahun yang dicari dan dibagi seribu masing-masing komoditas dalam setiap kelompok pangan. Kelompok Padi-padian, Tahun 2011 harus disediakan sebesar 38.227 ton , kemudian tahun 2013 sebesar 39.374 ton, tahun 2015 sebesar 40.557 ton, tahun
60
2017 sebesar 41.747 ton dan 43.669 ton tahun 2020 . Penyediaan pangan yang terbesar pada kelompok padi-padian adalah beras, pada tahun 2011 sebesar 34.454 ton, tahun 2013 sebesar 35.448 ton, tahun 2015 sebesar 36.554 ton, tahun 2017 sebesar 37.627 ton dan 39.359 ton tahun 2020., kemudian bahan pangan terigu, pada tahun 2011 sebesar 3.773 ton, tahun 2013 sebesar 3.886 ton, tahun 2015 sebesar 4.003 ton, tahun 2017 sebesar 4.120 ton dan 4.310 ton tahun 2020., Dengan demikian pola konsumsi penduduk didominasi oleh beras. Sejalan dengan hasil penelitian tentang konsumsi pangan di Indonesia dalam Hardinsyah dan Briawan (1994) meunjukkan 60-80% konsumsi energi berasal dari beras dan menyumbang protein nabati sebesar 40 – 70%. Tabel 32 Proyeksi Kebutuhan konsumsi pangan (ton/th) Tahun 2011–2020 Kelompok Pangan Padi-padian Beras Terigu Umbi-umbian Ubik2ayu Ubijalar Sagu Pangan hewani Daging Telur Susu Ikan Kacang-kacangan Kacang tanah Kacang hijau Kedelai Gula Gula pasir Gula merah Sayur dan buah Sayur Buah Lain-lain Minuman Bumbu
Konsumsi aktual per kapita tahun 2008 gr/hr Kg/th 452 173 407 149 45 16 22 8 12 5 8 3 1 1 264 96 1 0.5 13 5 1 0 248 91 30 11 12 4 2 1 16 6 28 10 26 9 2 1 361 132 224 82 137 50 41 15 13 5 28 10
ton/th 39.499 33.948 3.717 1.833 1.028 683 122 21.999 112 1.121 87 20.679 2.500 991 194 1.315 2.333 2.126 207 30.082 18.647 11.436 3.417 1.120 2.297
Proyeksi Konsumsi (ton/tahun) 2011 38.227 33.597 3.773 1.861 693 693 123 22.327 113 1.138 89 20.988 2.537 1.006 197 1.335 2.368 2.157 30.531 18.925 11.606 3.467 1.132 2.331
2013
Tahun 2015
41.291 34.454 3.886 1.916 1.075 714 127 22.997 117 1.172 91 21.618 2.613 1.036 203 1.375 2.439 2.222 217 31.447 19.493 11.954 3.572 1.005 2.401
42.531 36.554 4.003 1.974 1.107 736 131 23.688 120 1.207 94 22.267 2.692 1.067 209 1.416 2.512 2.289 223 32.391 20.078 12.313 3.679 1.206 2.473
2017 22020 43.779 45.795 37.627 39.359 4.120 4.310 2.032 2.126 1.140 1.192 757 792 135 141 24.383 25.506 124 129 1.242 1.299 97 101 22.920 23.976 2.771 2.898 1.098 1.149 215 225 1.457 1.525 2.586 2.705 2.356 2.465 230 241 33.342 34.878 20.668 21.619 12.675 13.258 3.961 3.787 1.241 1.298 2.545 2.663
Kelompok Umbi-umbian, komoditi terbesar yang dikonsumsi penduduk adalah ubijalar pada tahun 2011 harus disediakan sebesar 1.861 ton , kemudian tahun 2013 sebesar 1.916 ton, tahun 2015 sebesar 1.974 ton, tahun 2017 sebesar
61
2.032 ton dan 2.126 ton tahun 2020..
Komoditi ubikayu sesuai kebutuhan
konsumsi penduduk pada tahun 2011 sebesar 1.044 ton, tahun 2013 sebesar 1.075 ton, tahun 2015 sebesar 1.107 ton, tahun 2017 sebesar 1.104 ton dan 1,140 ton tahun 2020, kemudian bahan pangan ubijalar tahun 2011 sebesar 676 ton, tahun 2015 sebesar 736 ton dan 792 ton tahun 2020,
dan kentang, pada tahun 2011
sebesar 127 ton, tahun 2015 sebesar 131 ton, dan 141 ton tahun 2020. Kelompok Pangan Hewani,
komoditi terbesar kebutuhan konsumsi
penduduk sebegai sumber protein hewani adalah ikan, karena wilayah Kabupaten Sinjai terdapat perairan bahari dengan panjang garis pantai 18 km dan satu wilayah kepulauan. Pada tahun 2011 kebutuhan komoditi ikan sebesar 20.988 ton, tahun 2013 sebesar 21.618 ton, tahun 2015 sbesar 21.618 ton, tahun 2017 sebesar 22.976 ton dan 23.976 ton tahun 2020. kemudian bahan pangan telur, pada tahun 2011 sebesar 1.138 ton, tahun 2015 sebesar 1.207 ton, tahun 2017 sebesar 1.242 ton dan 1.299 ton tahun 2020.
Konsumsi daging yang tertinggi adalah daging
unggas pada tahun 2011 sebesar 113 ton, tahun 2013 sebesar 117 ton, tahun 2015, tahun 2017 sebesar 124 ton dan 129 ton tahun 2020. Kebutuhan konsumsi susu untuk tahun 2011 sebesar 89 ton, tahun 2013 sebesar 91 ton, tahun 2015 sebesar 94 ton, tahun 2017 sebesar 97 ton dan 101 ton tahun 2020. Kelompok Pangan Kacang-kacangan,
Kebutuhan konsumsi pangan
yang bersumber dari kacang-kacangan adalah kacang tanah untuk tahun 2011 sebesar 1.006 ton, tahun 2013 sebesar 1.036 ton, tahun 2015 sebesar 1.067 ton, tahun 2017 sebesar 1.098 ton dan 1.149 ton tahun 2020. Kemudian kedelai pada tahun 2011 harus disediakan sebesar 1.335 ton , kemudian 1.357 ton tahun 2013, tahun 2015 sebesar 1.416 ton, tahun 2017 sebesar 1.457 ton dan1.525 ton tahun 2020. Selanjutnya komoditi kacang hijau pada tahun 2011 sebesar 197 ton, tahun 2013 sebesar 203 ton, tahun 2015 sebesar 209 ton, tahun 2017 sebesar 215 ton dan tahun 2020 sebesar 225 ton. Kelompok Pangan Gula, Jumlah kebutuhan pangan penduduk akan gula pasir yang harus diimpor sebesar 2.157 ton,pada tahun 2011, kemudian 2.222 ton tahun 2013, tahun 2015 sebesar 2.289 ton, tahun 2017 sebesar 2.356 ton dan 2.465 ton tahun 2020. Sedangkan gula merah pada tahun 2011 sebesar 211 ton,
62
tahun 2013 sebesar 217 ton, tahun 2015 sebesar 223 ton, tahun 2017 sebesar 230 ton dan 241 ton pada tahun 2020. Kelompok Sayur dan Buah, sayur-sayuran, pada tahun 2011
Kebutuhan konsumsi penduduk untuk
sebesar 18.925 ton , kemudian tahun 2013
sebesar 19.493 ton, tahun 2015 sebesar 20.078 ton, tahun 2017 sebesar 20.668 ton dan 21.619 ton pada tahun 2020, dan untuk
kelompok pangan buah-buahan,
pada tahun 2011 kebutuhan konsumsinya sebesar 11.606 ton , kemudian tahun 2013 sebesar 11.954 ton, tahun 2015 sebesar 12.313 ton, tahun 2017 sebesar 12.675 dan 13.258 ton paa tahun 2020, secara jelas dapat dilhat pada Tabel 26 diatas dengan harapan kebutuhan konsumsi penduduk terpenuhi dan kebutuhan gizi sesuai kebutuhan tubuh untuk hidup sehat dengan kebergaman variasi menu pangan yang dikonsumsi penduduk dan kualitas konsumsi pangan tercapai skor PPH 100. Proyeksi Ketersediaan Pangan di Kabupaten Sinjai Proyeksi Ketersediaan Pangan berdasarkan Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Untuk menganalisis proyeksi ketersediaan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH), baik skor total mapun skor setiap kelompok pangan yang harus disediakan setiap komoditas pada kelompok pangan dalam satuan ton untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Sinjai pada periode waktu tertentu,
data yang digunakan adalah data NBM (ketersediaan aktual)
Kabupaten Sinjai tahun 2008, dengan asumsi tahun 2008 skor PPH yang lebih baik (83,9) sebagai dasar untuk memproyeksikan ketersediaan
pangan
skor
PPH=100 pada tahun 2020. Untuk mencapai skor PPH ideal yaitu 100 dengan tingkat kecukupan energi dan protein setiap tahunnya baik secara total maupun setiap kelompok pangan. Dengan cara proyeksi linier maka pencapaian skor PPH yang ideal pada tahun 2020 dapat terwujud, apabila setiap tahunnya terjadi peningkatan sebesar 2 % , skor PPH pada tahun 2011 sebesar 91,7, tahun 2013 sebesar 93,6, tahun 2015 sebesar 95,3 dan
97,3 pada tahun 2017.
Proyeksi skor PPH ketersediaan
pangan di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 (Tabel 33).
63
Tabel 33 Proyeksi ketersediaan pangan berdasarkan skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 Kelompok Pangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Skor PPH
2011 25,0 2,5 23,2 3,1 0,6 10,0 0,7 26,6 0,0 91,7
Skor Pola Pangan Harapan 2013 2015 2017 25,0 25,0 25,0 2,5 2,5 2,5 23,5 23,7 23,4 3,9 4,4 3,5 0,8 0,9 0,7 10,0 10,0 10,0 1,5 1,9 1,1 28,1 28,9 27,4 0,0 0,0 0,0 95,3 97,3 93,6
2020 25,0 2,5 24,0 5,0 1,0 10,0 2,5 30,0 0,0 100,0
Skor PPH 100 pada tahun 2020 menggambarkan bahwa ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai secara kuantitas angka kecukupan energi (AKE) sama dengan 2.200 kalori/kapita/hari dan protein 57 gram/kapita/hari tercapai. Pada tabel 24, kelompok pangan yang telah mencapai skor
ideal pada tahun 2008 adalah
kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian. Kelompok pangan yang belum mencapai skor ideal adalah kelompok pangan minyak dan lemak, pangan hewani, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, sayur dan buah, gula, dan lain-lain yang diharapkan konstribusi energinya meningkat setiap tahun sampai tercapai konstribusi ideal (100) pada tahun 2020.
Proyeksi Ketersediaan Energi (kkal/kap/hari) berdasarkan PPH Proyeksi ketersediaan pangan ideal yang dinyatakan dalam bentuk energi dalam setiap kelompok pangan dengan satuan kkal/kapita/hari untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk dalam jangka waktu tertentu. Kelompok pangan telah mencapai skor maksimal
yaitu;
kelompok pangan padi-padian, umbi-
umbian dan kacang-kacangan, secara bertahap diturunkan hingga mencapai ideal pada tahun 2020.
Sedangkan kelompok pangan yang
belum mencapai skor
maksimal yang dianjurkan seperti; kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak, gula dan kelompok pangan lain-lain secara bertahap dinaikan baik kuantitas maupun kualitasnya. Kemudian ketersediaan energi kkal/kap/hari
64
dikonversi kedalam satuan gram/kapita/hari, ini merupakan jumlah pangan yang harus disediakan untuk memenuhi konsumsi penduduk yang optimal sesuai acuan ketersediaan aktual tahun 2008 lihat Tabel 34. Tabel 34 Proyeksi ketersediaan energi untuk konsumsi menurut kelompok pangan berdasarkan PPH (kkal/kap/hari) di Kabupaten Sinjai tahun 2011-2020.
Kelompok pangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Total
Rata-rata ketersediaan energi menurut kelompok pangan (kkal/kapita/hari) 2011 2013 2015 2017 2020 1.981 182 257 115 24 161 13 117 6 2.856
1.901 178 258 125 28 156 22 120 11 2.799
1.821 173 260 134 32 152 31 124 17 2.744
1.500 155 262 172 47 133 66 127 39 2.501
1.100 132 264 220 66 110 110 132 66 2.200
Proyeksi rata-rata ketersediaan pangan (dalam satuan gram per kapita per hari) berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). Pada tahun 2008 ketersediaan kelompok pangan padi-padian sebanyak 635,8 g/kap/hari, tahun 2011 sebanyak 556,9 g/kap/hari, tahun 2013 sebanyak 504,2 g/kap/hari dan tahun 2020 sebanyak 320,0 g/kap/hari. Sedangkan komposisi ideal per hari untuk konsumsi penduduk Kabupaten Sinjai untuk kelompok pangan umbi-umbian sebanyak 100 g/kap/hari, kelompok pangan hewani sebanyak 150 g/kap/hari , kelompok pangan minyak dan lemak sebanyak 25 g/kap/hari, kelompok pangan buah/buah biji berminyak sebanyak 10 g/kap/hari, kelompok pangan kacang-kacangan sebanyak 35 g/kap/hari, kelompok pangan gula sebanyak 30 g/kap/hari, kelompok pangan sayur dan buah sebanyak 300 g/kap/hari, dan kelompok pangan lain-lain yang diharapakan sebanyak 86,5 g/ka/hari, Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan pangan untuk konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sinjai dalam satuan ton per tahun, dilakukan konversi satuan pangan dari gram per kapita per hari dikalikan jumlah penduduk dibagi dengan 1000, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 35.
65
Tabel 35 Proyeksi ketersediaan energi (gram/kap/hari) dalam kelompok pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai tahun 2011 - 2020
Kelompok pangan
Rata-rata ketersediaan pangan untuk konsumsi (gram/kapita/hari) 2011 2013 2015 2017 2020
1
Padi-padian
556,9
504,2
451,6
399,0
320,0
2
Umbi-umbian
134,9
127,1
119,4
111,6
100,0
3
Pangan hewani
129,8
134,0
138,8
143,3
150,0
4
Minyak dan lemak
15,3
17,4
19,6
21,8
25,0
5
Buah/bj berminyak
5,0
6,0
7,0
8,0
10,0
6
Kacang-kacangan
36,2
35,9
35,7
35,4
35,0
7
Gula
8,4
13,2
18,0
22,8
30,0
8
Sayur dan buah
212,3
231,8
251,3
270,8
300,0
9
Lain-lain
16,5
27,5
38,5
49,5
86,5
Sumber: Diolah/dikoreksi NBM BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 2010
Peningkatan konstribusi masing-masing kelompok pangan tersebut adalah 6,9% kelompok gula, 30% kelompok buah/biji berminyak,
14,8% kelompok
pangan minyak dan lemak 10,4%, kelompok pangan hewani 4,4%, dan kelompok pangan lain-lain 30%. Kelompok pangan lain diturunkan secara bertahap setiap tahunnya sampai mencapai kondisi ideal tahun 2020 seperti kelompok padipadian,(12,1%), kelompok kacang-kacangan (6,7%), umbi-umbian (5,7%) dan kelompok sayur dan buah (2,4%).
Untuk mencapai keseimbangan proporsi antar
kelompok pangan , maka perlu dilakukan proyeksi terhadap konstribusi energi dari setiap kelompok pangan yaitu padi-padian sebesar (50%), umbi-umbian sebesar (6%), pangan hewani sebesar (12%), minyak dan lemak sebesar (10%), buah/biji berminyak sebesar (3%), kacang-kacangan sebesar(5%), gula sebesar (5%), sayur dan buah sebesar (6%), dan lain-lain (3%) secara jelas dapat dilihat pada Tabel 36.
66
Tabel 36
Proyeksi konstribusi energi (% AKE) dalam ketersediaan pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai tahun 2011-2020
Kelompok pangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Total
Konstribusi energi menurut kelompok pangan (%)/tahun 2011
2013
95,4 8,3 9,1 5,1 1,1 7,3 0,6 5.3 0,3 134,0
87,2 7,9 9,7 6,0 1,4 6,9 1,4 5.5 0,8 127,9
2015
2017
78,9 7,5 10,2 6,9 1,8 6,5 2,2 5,6 1,3 121,7
70,7 7,1 10,7 7,8 2,1 6,1 3,0 5.8 1,8 115,5
2020
50,0 6,0 12,0 10,0 3,0 5,0 5,0 6,0 3,0 100,0
Konstribusi energi dalam persen yang telah diproyeksikan sebelumnya kemudian dijabarkan proyeksi konstribusi energi dari setiap kelompok pangan menjadi satuan rata-rata ketersediaan energi dalam kal/kapita/hari untuk memenuhi angka kecukupan energi ideal tahun 2020. Proyeksi rata-rata ketersediaan energi
menurut kelompok pangan untuk
mencapai konstribusi ideal (PPH) pada tahun 2020 ada yang ditingkatkan dan ada pula diturunkan secara bertahap setiap tahunnya. Kelompok pangan yang harus ditingkatkan konstribusi energinya yaitu kelompok pangan hewani sebesar 4.4% per tahun, kelompok pangan minyak dan lemak sebesar 10.4% per tahun, gula sebesar 28.6% per tahun, buah/biji berminyak sebesar 14.8% per tahun, dan lainlain sebesar 38% per tahun.
Sedangkan kelompok pangan yang diturunkan
konstribusi energinya yaitu kelompok pangan padi-padian sebesar (10.3%) per tahun,
umbi-umbian sebesar (5.6%) per tahun,
minyak dan lemak sebesar
(6.3%) per tahun. Proyeksi ketersediaan pangan untuk kebutuhan Konsumsi sesuai Kebutuhan gizi. Diharapkan ketersediaannya hingga tahun 2020 mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk untuk hidup sehat dan produktif. Kelompok pangan padi-padian proyeksi ketersediaan yang terbesar diantara kelompok pangan lainnya, tahun 2020 sebesar 61.418 ton, seperti beras tahun 2011 sebesar 48.037 ton, tahun 2013 sebesar 49.979 ton, tahun 2015 sebesar
67
50.965, tahun 2017 sebesar 52.461 dan 54.877 ton tahun 2020 (Tabel 37) Tabel 37 Ketersediaan pangan aktual tahun 2008 dan Proyeksi ketersediaan pangan berdasarkan kebutuhan gizi (ton/tahun) di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 Ketersediaan aktual tahun 2008 gr/kap/hr ton/thn 636 52.353 568 46.770 68 5.583 0 0 146 12.049 27 2.227 116 9.566 3 256 123 10.144 11 940 8 643 6 470 1 107 97 7.908
Kelompok pangan Padi-padian Beras Jagung Terigu Umbi-umbian Ubi kayu Ubi jalar Kentang Pangan Hewani Daging sapi Daging ayam Telur Susu Ikan Minyak & Lemak Minyak kelapa Buah/Bj Berminya Kelapa Kacang-kacangan Kacang tanah Kacang merah Gula Gula pasir Gula merah Sayur dan buah Sayur Buah Lain-lain
Proyeksi ketersediaan pangan (ton/thn) 2011 53.763 48.037 5.726 0 12.356 2.283 9.810 262 10.427 964 660 482 110 8.204
2013 55.377 49.479 5.897 0 12.727 2.352 10.105 270 10.740 993 679 497 113 8.450
2015 56.965 50.965 6.075 0 13.109 2.423 10.408 278 11.062 1.023 700 511 117 8.704
2017 2020 58.714 61.418 52.461 54.877 6.253 6.541 0 0 13.494 13.816 2.494 2.609 10.714 11.207 286 300 11.387 11.911 1.053 1.101 669 754 489 551 119 126 8.959 9.372
12
2.711
2.780
2.864
2.950
3.037
3.176
3.1 38 37 1,0
256 3.101 3.018 82
262 3.180 3.095 85
270 3.275 3.188 87
278 3.374 3.284 90
286 3.473 3.380 92
300 3.633 3.536 97
0 1.0 183 108 75 0
0 107 15.092 8.907 6.185 0
0 110 15.524 9.037 6.257 0
0 113 15.990 9.308 6.444 0
0 117 16.470 9.587 6.637 0
0 121 16.954 9.869 6.832 0
0 126 17.736 10.323 7.147 0
Proyeksi Penduduk Kabupaten Sinjai Tahun 2008 225.943
2011 231.706
Kemudian disusul
proyeksi
2013 238.662
2015 245.827
2017 253.045
2020 264.695
kelompok sayur dan buah pada tahun 2011
ketersediaan yang diharapkan sebesar 15.524 ton, tahun 2013 sebesar 15.990 ton, tahun 2015 sebesar 16.470 ton, dan 17.736 ton pada tahun 2020. Kelompok pangan hewani diharapkan pada tahun 2011 sebesar 10.427 ton, tahun 2013 sebesar 10.740 ton, tahun 2015 sebesar 11.062 ton, tahun 2017 sebesar 11.387 ton dan tahun 2020 sebesar 11.911 ton. Proyeksi ketersediaan pangan untuk kelompok pangan minyak dan lemak pada tahun 2011 sebesar 2,780 ton, tahun 2013 sebesar 2.864 ton, tahun 2015
68
sebesar 2.950 ton, tahun 2017 sebesar 3.037 ton dan 3.176 ton pada tahun 2020. Sedangkan untuk kelompok buah/biji berminyak pada tahun 2011 sebesar 262 ton, 270 ton tahun 2013, 278 ton tahun 2015, 286 ton tahun 2017 dan 300 ton pada tahun 2020. Ketersediaan gula merah pada tahun 2013 sebesar 113 ton dan tahun 2020 sebesar 126 ton, Kelompok kacanga-kacangan tahun 2011 sebesar 3.186 ton, tahun 2013 sebesar 3.275 ton, tahun 2015 sebesar 3.374 ton, tahun 2017 sebesar 3.473 ton dan tahun 2020 sebesar 3.633 ton.
dan kelompok pangan
umbi-umbian tahun 2011 sebesar 12.356 ton tahun 2013 sebesar 12.727 ton, tahun 2017 sebesar 13.494 ton, dan tahun 2020 sebesar 13.816 ton. Untuk komoditi terigu dan gula pasir tidak diproduksi dalam daerah upaya pemenuhan pangan tersebut dengan cara impor. Proyeksi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam penyediaan pangan yang harus disediakan setiap tahunnya hingga tahun 2020, dengan memperhitungkan jumlah penduduk agar seluruh penduduk dapat
terpenuhi kebutuhan
pangannya
baik jumlah maupun mutunya
berdasarkan kebutuhan gizi untuk hidup sehat dan produktif berbasis potensi produksi dalam daerah. Gap Proyeksi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan berdasarkan Kebutuhan Gizi Penduduk Kabupaten Sinjai Tahun 2011 – 2020. Keadaan hasil analisis gap antara proyeksi ketersediaan dan konsumsi pangan secara kuantitas kebutuhan gizi penduduk pada beberapa kelompok pangan, ketersediaanya sudah melebihi kebutuhan konsumsi pangan penduduk antara lain; kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, kelompok pangan ini harus tetap dijaga agar ketersediaannya yang bersumber dari produksi dalam wilayah tidak menurun dan dapat tersedia sepanjang tahun.
Sedangkan
kelompok pangan yang masih defisit beberapa kebijakan pemerintah yang ditempuh: 1. Peningkatan produksi domestik secara intensif atau intentitas tanam seperti kelompok sayur untuk memenuhi kekurangan kebutuhan konsumsi sayur tahun 2015 sebesar 13.340 ton, tahun 2017 sebesar 13,732 ton dan 14,363 ton pada tahun 2020, demikian juga buah sebesar 20 ton hingga tahun 2015, tahun 2017 sebesar 21 ton dan 22 ton di tahun 2020.
Untuk kelompok pangan
69
hewani defisit terbesar pada komoditi ikan pada tahun 2013 sebesar 13,168 ton, tahun 2015 sebesar 13,563 ton, tahun 2017 sebesar 13,961 ton dan tahun 2020 sebesar 14,604 ton. demikian juga telur ketersediaannya juga masih defisit sebesar 675 ton pada tahun 2013, tahun 2015 sebesar 696 ton, tahun 2017 sebesar 753 ton dan tahun 2020 sebesar 748 ton.
Demikian juga
kelompok pangan kacang-kacangan seperti kedelai pada tahun 2013 sebesar 1,375 ton, tahun 2015 sebesar 1,416 ton, tahun 2017 sebesar 1,457 ton dan tahun 2020 sebesar 1,525 ton. Sedangkan untuk kacang hijau sebesar 2013 ton, tahun 2015sebesar 209 ton, tahun 2017 sebesar 215 ton dan tahun 2020 sebesar 225 ton. Serta kelompok pangan lain-lain. 2. Impor (100%) gula pasir pada tahun 2013 sebesar 2,117 ton, tahun 2015 meningkat menjadi 2,181 ton, tahun 2017 sebesar 2,245 ton dan tahun 2020 sebesar 2,349 ton, sedangkan gandum atau terigu pada tahun 2013 sebesar 3,886 ton, kemudian tahun 2015 sebesar 4,003 ton, tahun 2017 sebesar 4,120 ton dan tahun 2020 sebesar 4,310 ton, demikian juga bahan pangan minyak sawit, susu dan kelompok pangan lain-lain. 3. Ekspor, kebijakan ini dilakukan khusus pada komditi yang bernilai positif atau ketersediaannya teleh melebihi kebutuhan konsumsi pangan penduduk yang dianjurkan seperti; kelompok pangan padi-padian untuk komoditi padi (beras) pada tahun 2013 sebesar 13,991 ton, tahun 2017 sebesar 14,834 ton dan 15,518 ton tahun 2020. sedangkan jagung sebesar 5,897 ton tahun 2013, tahun 2015 sebesar 6,075 ton, tahun 2017 sebesar 6,253 ton dan 6,541 ton tahun 2020. Kelompok kacang-kacangan khusus kacang tanah tahun 2013 sebesar 2,152 ton, tahun 2015 sebesar 2,217 ton, tahun 2017 sebesar 2,282 ton dan 2,387 ton tahun 2020. dan kelompok pangan umbi-umbian dari ubi kayu dapat mengekspor pada tahun 2013 sebesar 1,277 ton, tahun 2015 sebesar 1,316 ton, tahun 2017 sebesar 1,354 ton dan 1,417 ton tahun 2020 , secara jelas gap proyeksi ketersediaan pangan dan proyeksi kebutuhan konsumsi pangan menurut komoditas dalam setiap kelompok pangan dapat dilihat padaTabel 38.
70
71
Ketersediaan Lahan Pertanian dan Perikanan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 sebagai arahan Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) tahun 2006 - 2009 antara lain menjamin ketersediaan kebutuhan pangan penduduk
melalui (1) pengamanan
lahan sawah di daerah irigasi, (2) pengembangan rehabilitasi lahan, (3) pelestarian sumberdaya air dan pengelolaan daerah irigas, sesuai potensi sumberdaya yang dimiliki. Maka pelaksanaan kebijakan pemerintah Kabupaten Sinjai khususnya ketahanan pangan secara sinergis dan pelaksanaan pembangunan hususnya sub sistem ketersediaan pangan guna pemenuhan kebutuhan pangan sesuai kebutuhan gizi. Dalam periode 1983 sampai 1993,
luas lahan pertanian mengalami
penurunan dari 16.7 juta hektar menjadi 15,6 juta hektar atau sekitar 109,8 ribu hektar per tahun (Deptan 2002), demikian kondisi penurunan luas lahan pertanian khusunya lahan sawah di Kabupaten Sinjai dalam waktu dua tahun sebesar 58 ha dengan laju alih fungsi lahan di Kabupaten Sinjai sebesar 0,2%, atau laju alih fungsi lahan wilayah sebesar 1,8%.
penurunan tersebut mempunyai implikasi
serius dalam penurunan produksi kelompok pangan padi-padian utamnya beras ini sangat berpengaruh terhadap penyediaan pangan, sekaligus produktivitas usahatani kelompok pangan padi-padian menurun secara makro,
yang mempengaruhi
keberhasilan pembangunan ketahanan pangan khususnya sub sistem ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Dalam perkembangannya untuk menilai penyediaan pangan yang berkelanjutan menurut Etkin (1992)
dalam Nurmalina (2007) melalui keber-
lanjutan ekologi, ekonomi, sosial budaya dan etika. Salah faktor penting dalam perencanaan penyediaan pangan wilayah adalah keberlanjutan ekologi yaitu ketersediaan lahan pertanian dan perikanan untuk memenuhi ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam daerah. Potensi ketersediaan lahan pertanian dan perikanan secara jelas lihat pada Tabel 39.
72
Tabel 39. Potensi ketersediaan lahan pertanian dan perikanan di Kabupaten Sinjai tahun 2006-2008 No
Jenis Lahan
Tahun 2007 13.575 696 69 747 357
2006 2008 Lahan sawah 13.619 13.561 Tambak 718 696 Kolam/empang 69 69 Padang rumput 847 547 Rawa-rawa 521 357 Lahan kering (perkebunan) 26.506 26.501 25.506 Jumla 42.280 41.945 40.736 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Laju alih Fungsi lahan (%) -0.2 -1.5 0 -19.3 -15.7 -1.9 -1.8
Poyeksi kebutuhan lahan adalah estimasi ketersediaan pangan dalam setiap kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk dan kebutuhan lainnya yang berpotensi dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Sinjai. salah satu acuan perbandingan yang digunakan potensi lahan tahun 2008, dan estimasi kebutuhan ketersediaan pangan dari Sembilan kelompok pangan dengan menggunakan komoditas pangan setara pada masing-masing kelompok pangan seperti kelompok pangan padi-padian yaitu beras, umbi-umbian dengan ubikayu, pangan hewani terdiri dari sapi, ayam dan ikan, kacang-kacangan dengan kacang tanah, sayur adalah wortel, terong, dan buah dengan pisang dan rambutan. Pengembangan komoditi jagung,
kacang tanah, umbi-umbian dan sayur-
sayuran (Tabel 39) pada lahan sawah sebagai tanaman sela atau tanaman tumpang sari, peningkatan produksi atau produktifitas melalui intensifikasi atau intensitas tanam sedangkan
untuk komoditi buah sebagai tanaman tumpang sari atau
tanaman sela dengan tanaman perkebunan. Kondisi ini dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan penduduk agar tersediia sepanjang waktu hingga tahun 2020. Proyeksi kebutuhan lahan sawah pada tahun 2013 seluas 13,327 ha, kemudian meningkat menjadi 13,926 han (365 ha) dan tahun 2020 kebutuhan lahan menjadi 14,454 ha (peningkatan kebutuhan lahan seluas 893 ha) dengan produktivitas padi sebesar 5,86 ton/ha.
Jika dibandingan dengan luas lahan
73
sawah sebesar 13,561 ha,
maka lahan yang ada tidak mampu menyangga
kebutuhan pangan penduduk khususnya beras. Sedangkan penyediaan daging ruminansia dan unggas, lahan yang ada masih
mampu mengakomodir
pengembangan hingga tahun 2020. Penyediaan pangan hewani khususnya ikan darat strategi pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk melalui peningkatan produksi sesuai pemanfaatan ruang dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan pemanfaatan rawa-rawa (perluasan). Proyeksi kebutuhan lahan pertanian dalam mendukung penyediaan pangan dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40 Proyeksi kebutuhan lahan untuk pengembangan komoditas strategis di Kabupaten Sinjai tahun 2013 - 2020
Jenis Komoditas Padi‐padian Beras
Produkti vitas (ton/thn) 5,86
Jagung Umbi‐umbian Ubi kayu
6,74
Tahun 2013 Kebutu Produksi han lahan (ton) (ha)
Tahun 2017 Kebutu Produksi han lahan (ton) (ha)
Tahun 2020 Kebutu Produksi han lahan (ton) (ha)
151.398
13.327
158.198
13.926
164.198
14.454
147.610
9.737
156.810
10.344
165.010
10.885
11,43
10.871
123
11.795
142
12.719
162
1,8 kg/ekor
1.328
126
1.527
145
1.727
164
894
85
965
92
1.035
99
146
342,4
164
384,7
182
426,9
0,9 kg/ekor
296.095
822
314.095
872
329.995
917
3,45
191.114
7495
202.114
7926
212.114
8318
1,84 5,52
438.515
12.472
464.815
13.220
488.115
13.883
Pangan Hewani Daging ayam Telur Susu sapi perah
Ikan (bandeng,karper) Kacang-kacangan Kacang tanah
400 kg/ekor
Sayur dan Buah Sayur (Buncis, terong)
74
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1
Rata-rata ketersediaan energi dan protein untuk konsumsi penduduk di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2005-2008 berdasarkan hasil evaluasi Neraca Bahan Makanan (NBM) sebesar 2.923 kkal/kap/hari dan 100,9 gram/kap/hari
Angka tersebut berada diatas standar (2.200
kkal/kap/hari dan 57 gram/kap/hari), sedangkan rata-rata skor PPH sebesar 85,8, ini me- nunjukkan masih dibawah ideal (PPH=100).
Jika dilihat
perkembangan ketersediaan energi dan protein dalam ketersediaan pangan baik jumlah maupun mutunya berfluktuasi (1,5%) dan rata-rata kontribusi energi dalam kelompok pangan didominasi oleh kelompok
padi-padian
sebesar 93,1% AKE, ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk di Kabupaten termasuk kelebihan/surplus. Ketersediaan protein di Kabupaten Sinjai tahun 2005-2008 adalah 25,9% - 36,7% protein hewani dan 63,3% 74,1% protein nabati dan didominasi oleh kelompok pangan padi-padian. 2
Konsumsi energi dan protein per kapita per hari di Kabupaten Sinjai pada tahun 2008 sudah diatas standar kecukupan kalori dan protein, berdasarkan WNPG VIII (2004), energi sebesar 2.394 kkal 2,000 kkal dan 52 gram protein, secara aktual total konsumsi kalori peduduk sebesar 2.394 kkal dan 119 gram protein, secara kualitas (keragaman pangan) berdasarkan skor PPH sebesar 90,3 masih lebih rendah dari standar ideal (PPH = 100). Kontribusi energi dalam konsumsi pangan penduduk sebesar 108,8 % AKE, konsumsi energi dalam kelompok pangan termasuk normal.
3
Proyeksi pemenuhan kebutuhan gizi dalam peningkatan kualitas konsumsi pangan penduduk melalui peningkatan produksi domestik secara intensif atau intentitas tanam (indeks pertanaman) ditingkatkan seperti kelompok sayur untuk memenuhi kekurangan kebutuhan konsumsi sayur tahun 2015 sebesar 13.340 ton, tahun 2017 sebesar 13.732 ton dan 14.363 ton pada tahun 2020, demikian juga buah sebesar 20 ton hingga tahun 2015, tahun 2017 sebesar 21 ton dan 22 ton di tahun 2020.
Untuk kelompok pangan
hewani defisit terbesar pada komoditi ikan pada tahun 2013 sebesar 13.168 75
ton, tahun 2015 sebesar 13.563 ton, tahun 2017 sebesar 13.961 ton dan tahun 2020 sebesar 14.604 ton. demikian juga telur ketersediaannya juga masih defisit sebesar 675 ton pada tahun 2013, tahun 2015 sebesar 696 ton, tahun 2017 sebesar 753 ton dan tahun 2020 sebesar 748 ton. Untuk kacangkacangan seperti kedelai pada tahun 2013 sebesar 1.375 ton, tahun 2015 sebesar 1.416 ton, tahun 2017 sebesar 1.457 ton dan tahun 2020 sebesar 1.525 ton. Sedangkan kacang hijau sebesar 2013 ton, tahun 2015 sebesar 209 ton, tahun 2017 sebesar 215 ton dan tahun 2020 sebesar 225 ton. Serta kelompok pangan lain-lain. 4 Impor (100%) gula pasir pada tahun 2013 sebesar 2.117 ton, tahun 2015 meningkat menjadi 2.181 ton, tahun 2017 sebesar 2.245 ton dan tahun 2020 sebesar 2.349 ton, sedangkan gandum atau terigu pada tahun 2013 sebesar 3.886 ton, kemudian tahun 2015 sebesar 4.003 ton, tahun 2017 sebesar 4.120 ton dan tahun 2020 sebesar 4.310 ton,
kelompok minyak dan lemak serta
susu. 5
Ekspor kebijakan ini dilakukan khusus pada komditi yang bernilai positif atau ketersediaannya melebihi kebutuhan konsumsi pangan penduduk yang dianjurkan seperti;
kelompok pangan padi-padian
untuk komoditi padi
(beras) pada tahun 2013 sebesar 13.991 ton tahun 2017 sebesar 14.834 ton dan 15.518 ton tahun 2020. sedangkan jagung sebesar 5.897 ton tahun 2013, 6.075 ton tahun 2015, 6.253 ton tahun 2017 dan tahun 2020 sebesar 6.541 ton. Kelompok kacang-kacangan khusus kacang tanah tahun 2013 sebesar 2.152 ton, tahun 2015 sebesar 2.217 ton, tahun 2017 sebesar 2.282 ton dan tahun 2020 sebesar 2.387 ton. dan kelompok pagan umbi-umbian dari ubi kayu ekspor pada tahun 2013 sebesar 1.277 ton, tahun 2015 sebesar 1.316 ton, tahun 2017 sebesar 1.354 ton dan tahun 2020 sebesar 1.417 ton. 6
Proyeksi ketersediaan pangan yang harus tersedia di Kabupaten Sinjai tahun 2011 - 2020 yang bersumber dari produksi dalam daerah dengan memper timbangkan penggunaan kebutuhan pangan lainnya, prioritas utama adalah kelompok pangan yang defisit:
pada pangan hewani seperti daging unggas
sebesar 1.328 ton pada tahun 2011, 1.527 ton tahun 2013 dan 2.226 ton tahun 2020, telur tahun 2011 sebesar 894 ton, 965 ton tahun 2013, 1.035 ton tahun 76
2015, 1.106 ton tahun 2017 dan 1.211 ton tahun 2020. Produksi ikan tahun 2013 sebesar 314.095 ton, 329.995 ton tahun 2015, 346.695 ton tahun 2017 dan 364.195 ton tahun 2020. Produksi susu sapi perah tahun 2011 sebesar 146 ton, 164 ton tahun 2013, 182 ton tahun 2015, 200 ton tahun 2017 dan 227 ton tahun 2020.
Prioritas kedua adalah kelompok pangan padi-padian,
umbi-umbian dan kacang-kacangan, jumlah yang harus diproduksi untuk memenuhi ketersediaan pangan. 7
Proyeksi kebutuhan lahan sawah pada tahun 2013 seluas 13.327 ha, kemudian meningkat menjadi 13.926 han (365 ha) dan tahun 2020 kebutuhan lahan menjadi 14.454 ha (peningkatan kebutuhan lahan seluas 893 ha) dengan produktivitas padi sebesar 5,86 ton/ha. Potens lahan sawah yang ada di Kabupaten Sinjai tidak mampu mendukung produksi khususnya komoditi padi (beras giling) tahun 2017 - 2020 hanya seluas 13,561 ha tahun 2008. Sedangkan komoditi jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan sayur sebagai tanam sela (tumpangsari) pada lahan sawah, sedangkan komoditi buah pada lahan perkebunan Maka strategi peningkatan produksi melalui kegiatan intensifikasi, ektensifikasi dan rehabilitasi. Saran
1
Hasil evaluasi Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Konsumsi pangan wilayah kabupaten sebagai arahan /acuan Kebijakan Pemerintah Daerah Sinjai dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
2
Ditetapkannya Peratuan Daerah Kabupaten Sinjai tentang Penetapan lahan abadi (pertanian dan perikanan) seluas 40,736 ha, untuk menjamin ketersediaan pangan dan kebutuhan konsumsi pangan penduduk
3
Pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan dan gizi secara terpadu dan terintegrasi antar semua sub sistem yang bersifat lintas bidang dan lintas sektor secara harmonis dan konsistensi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah..
4
Pelaksanaan kegiatan pembangunan ketahanan pangan berdasarkan hasil evaluasi Neraca Bahan Makanan sesuai kontribusi energi masing-masing kelompok pagan secara terintegrasi antar semua sub sistem yang bersifat lintas 77
bidang dan lintas sektor secara harmonis dan konsistensi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah..
78
DAFTAR PUSTAKA Alan Berg dan Sayogo, 1986. Peranan dalam Pembangunan Nasional (edisi Indonesia). Penerbit CV. Rajawali, Jakarta. Ariningsih E., dan Rahman HPS., 2008. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumahtangga Rawan Pangan, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Bagian Bina Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi Setda Provinsi Jawa Barat dengan Tim Bagian Kebijakan Pangan Departemen Gizi Masyarakat, FEMA-IPB. (Edisi 23-24 Agustus 2007). Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2005. Pedoman Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM). Departemen Pertanian. Baliwati YF, Roosita K., 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. ISBN 978-979-3764-68-9, Jakarta. http://www.bkp.deptan.go.id. html [23 Maret 2011] [BPPKP] Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan PanganKabupaten Sinjai, 2008. Analisis Konsumsi Pangan dengan Pendekatan NBM dan PPH. Pemerintah Kabupaten Sinjai. [BPPKP] Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai, 2010. Analisis Konsumsi Pangan dengan Pendekatan NBM dan PPH. Pemerintah Kabupaten Sinjai Berdasarkan Survey Konsumsi Tahun 2010 dan NBM tahun 2009 BPPKP Kabupaten Sinjai, 2008. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Sinjai. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Konsumsi Energi dan Protein Tahun 2007. http://www.bps.go.id. html [26 Oktober 2010] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Pemerintah Kabupaten Sinjai
Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2005.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Pemerintah Kabupaten Sinjai
Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2006.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Pemerintah Kabupaten Sinjai
Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2007.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Pemerintah Kabupaten Sinjai
Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2009.
[DKP-Deptan] Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009, Jakarta, DKP Deptan.
79
FAO-RAPA. 1989. Desirable Dietary Pattern. Di dalam Setiawan Budi. 1990. Penyusunan Model Sistem Perencanaan Penyediaan Pangan Berdasarkan Pola Konsumsi. Pasca Sarjana IPB. Bogor. Erizal Jamal dkk, 2005. Penguatan Ketahanan Pangan Rumahtangga dan Wilayah sebagai basis Ketahanan Pangan Nasional, Pusat Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hamid Busran. 2009. Kajian Kinerja Pembangunan Ketahanan Pangan pada Berbagai Institusi Terkait di Kabupaten Lampung Barat. Hardinsyah dan Martianto. 2001. Ketahanan Pangan yang Tangguh. Di dalam Kastaman R., Dea P.H., Baliwati YF., et al. 2009. Konsep Pembangunan Pertanian Kota Bandung. http://www.ar.itb.ac.id. Kuper, Adam, dan Jessica Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosisal. Divisi Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Maxwell S and Slater R. 2003. Food Policy old and New. View of UNICEF or IFAD. Muhammad Firdaus, Lukman M.Baga, Purdiyanti Pratiwi. 2008. Swasembada Beras dari Masa ke Masa [Telaah Efektifitas Kebijakan dan Perumusan Strategi Nasional]. Penerbit IPB Press. Kampus Darmaga: Bogor. Pearce II JA, Robinson RB. 1991. Strategic Management Formulation Implementation and control. Irwin Boston [PP No 68/2002]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan; Jakarta. [PP No 38/2007]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; Jakarta. [Permentan No 65/01-140/12/2010]. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 65/01-140 bulan Desember Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan; Jakarta. http://www.bkp. deptan.go.id. html [23 Maret 2011]. Rita Nurmalina, 2007. Model Neraca Ketersediaan Beras yang Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Pasca Sarjana IPB. Bogor. Riyadi Slamet. 2007. Analisis Situasi Penyediaan Pangan dan Strategi untuk Memantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten Kota Baru di Era Otonomi Daerah. Pasca Sarjana IPB. Bogor. Sani Asrul. 2010. Diet Sehat. http://www.dokter_herbal.com. html [Nopember 2010]. Sediaoetama A.D., 2009. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Dian Rakyat. Jakarta. Scott, Richard W. 2008. Institutions and Organiszation: Ideas and Interest. Third Edition Sage Publications: London.
80
Soekanto, Soerjono 1982. Sosiologi suatu Pengantar. CV Rajawali: Jakarta Suhardjo, 1989. Sosial Budaya Gizi. Departemen Pendididkan dan Kebudayaan, Dirjen. Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB Suhardjo. 2006. Pangan, Gizi dan Pertanian, terjemahan Universitas Indonesia, Jakarta. Sumardjo, 2001. Persentase Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor. Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Suryana Ahmad, 2003. Ketahanan pangan dan pembangunan pertanian kota. http://www.suarapembaruan.com.html. (27 Desember 2009). ……………….., 2004. Kemandirian Pangan Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Penerbit Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia (LISPI), Jakarta. Syarief H., 2009. Gizi Masyarakat dan Pembangunan Pertanian. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Tarigan Robinson, 2009. Perencanaan Pembangunan Wilayah (edisi revisi kedua). Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta Tonny, Fredian, 2004. Perspektif Kelembagaan dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citandy (Study Desentralisasi Pengelolaan dan Sistem Tata Pemerintahan Sumberdaya Alam). Project Working Paper Series No 04 (Pusat Study Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3-IPB) bekerjasama dengan Patnership for Governance Reform in IndonesiaUNDP, Bogor. [UU No 7/1996]. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan; Jakarta. [UU No 32/2004]. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah; Jakarta. Uphoff, Norman 1986. Local Institutionals Development: an Analytical Sourcebook with Cases. Kumarin Press: USA Uliana Dian Absari, 2007. Perencanaan Produksi Pangan Berdasarkan Daya Dukung Pangan Wilayah untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Pangan Penduduk di Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur. Pascasarjana IPB. Bogor. Wirawanto Dodi I, Utomo WH., 2004. Peran Teknologi dalam Mendukung Ketahanan Pangan didalam Usman S (editor), 2004. Politik Pangan, Yogyakarta; CIRED (Center for Indonesia Research and Development). Widyasih S.C.L., 2009. Analisis Konsumsi dan Kebutuhan untuk konsumsi Pangan di Prov Sumbar, Jateng dan Sulselra. Pascasarjana IPB. Bogor.
81
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian
Kabupaten Sinjai
82
Lampiran 2. Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Peraturan Menteri Pertanian No 65/Permentan/ 01-140/12/2010 )
Jenis Pelayanan Dasar Bidang Ketahanan Pangan I. a
SPM Indikator
Tahun Target (%)
Capaian
60
2015
100
2015
80
2015
60
2015
90
2012
60
2015
90
2015
90
2015
95
2015
80
2015
60
2015
Provinsi Ketersediaan dan Cadangan Pangan
1 Penguatan cadangan pangan
b
Distribusi dan Akses2 Ketersediaan informasi pangan pasokan, harga dan akses pangan didaerah c Penganekaragaman 3 Pengawasan dan pemdan keamanan pangan binaan keamanan panga
d
Penanganan 2 Penanganan daerah Kerawanan Pangan rawan pangan
II. Kabupaten/Kota a
b
c
d
Ketersediaan dan 1 Ketersediaan Cadangan Pangan energi dan protein perkapita 2 Penguatan cadangan pangan Distribusi dan akses pangan
Penganekargaman dan keamanan pangan
3 Ketersediaan informasi pasokan harga dan akses pangan di daerah 4 Stabilitas harga dan pasokan pangan 5 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 6 Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan
Penanganan 8 Penanganan daerah kerawanan pangan rawan pangan
Sumber : Badan Ketahanan Pangan tahun 2010
83
84
Lampiran 3 Gap proyeksi produksi pangan dan ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk di Kabupaten Sinjai Tahun 2011-2020 Proyeksi Produksi (ton/tahun) 2013 2015 2017 2020 Padi-padian 118,670 120,331 122,006 124,709 Beras 74,980 75,157 75,335 75,623 Jagung 43,690 45,175 46,671 49,087 Umbi-umbian 12,054 12,436 12,821 13,443 Ubikayu 2,029 2,100 2,171 2,286 Ubijalar 9,782 10,085 10,391 10,884 Kentang 243 251 259 273 Pangan hewani 20,785 20,290 22,234 23,410 Daging Sapi 1,188 1,218 1,248 1,296 Daging Ayam 645 666 686 720 Telur 483 497 512 537 Susu 111 115 118 124 Ikan 18,358 19,012 19,670 20,733 Kacang tanah berkulit 2,209 2,302 2,398 2,494 Gula merah 87 90 93 98 Sayur & buah 34,873 35,940 37,016 38,752 Sayur 28,861 29,732 30,610 32,026 Buah 6,012 6,208 6,406 6,726 Kelompok Pangan
Proyeksi Ketersediaan (ton/tahun) 2013 2015 2017 2020 55,377
57,040
58,714
61,418
49,479
50,965
52,461
54,877
5,897
6,075
6,253
6,541
12,727
13,109
13,494
13,816
2,352
2,423
2,494
2,609
10,105
10,408
10,714
11,207
270
278
286
300
10,740
11,062
11,387
11,911
993
1.023
1.053
1.101
679
700
669
754
497
511
489
551
113
117
112
126
8,450
8,704
8,959
9,372
3.188
3.284
3.38
3.536
35.561
36.628
37,704
39.44
15,990
16,470
16,954
17,736
9,308
9,587
9,869
10,323
6,444
6,637
6,832
7,147
2013 63,293 25,501 37,793 (673) (323) (323) (27) 10,045 195 (34) (14) (2) 9,908 2,206 84 34,837 19,553 (432)
Gap (ton/tahun) 2015 2017 63,291 63,292 22,696 22,874 38,922 40,418 (673) (673) (323) (323) (323) (323) (27) (27) 9,228 10,847 1,217 1,247 (3) 17 8 23 3 6 10,053 10,711 2,299 2,395 87 90 (1,764) (688) 19,863 20,741 (624) (426)
2020 63,291 20,746 42,546 (373) (323) (323) (27) 11,499 1,295 (34) (14) (2) 11,361 2,490 94 21,016 21,703 (421)
Dry stalk paddy /unhusked rice
Fresh Maize
6 Jagung basah
Maize
5 Jagung /
Unhusked rice / Rice
4 Gabah Krg Giling / Beras
-
-
76,773
-
Wheat Flour
3 Padi gagang Kering Giling /
-
0
(2)
0
0
0
52,634
48,521
82,235
(3)
Output
(4)
0
0
0
0
0
0
Masukan Keluaran in Stock
Input
Impor
(5)
0
0
0
0
0
0
0
0
52,634
48,521
82,235
(6)
before Export
0
Supply
Ekspor
Available
Changes Imports
an Stok
Perubah-
Kab/Kota
(Ton)
Production
2 Tepung gandum
Wheat
1 Gandum
CEREALS
I PADI-PADIAN /
(1)
Commodity
Jenis Bahan Makanan
Penyediaan
Produksi
Lampiran 4 Neraca Bahan Makanan (NBM) Kabupaten Sinjai Tahun 2008
Penyediaan
0
0
0
0
0
42,667
(7)
Exports
0
0
0
52,634
5,854
82,235
(8)
Available
Supply
Ekspor Kab/Kota
-
-
-
-
(10)
0
3,158
82
0
0
-
362 199
(9)
-
0
0
-
-
76,773
(11)
Food
-
-
0
0
39
461
(12)
Non Food
Makanan
Bukan
Manufacture for
Feed Seed Makanan
Pakan Bibit
Diolah untuk
(Ton)
Regional Utilization
Bahan
0
-
-
2,632
146
4,441
(13)
Waste
-
0
-
0
46,844
5,586
(14)
Food
Tercecer Makanan
Yang
Pemakaian dalam Kabupaten/Kota
kg/thn
-
0.00
207.33
24.72
-
0.00
(15)
kg/year
gr/hari
-
0.00
568.02
67.74
-
0.00
(16)
gr/day
-
2,060.71
0.00
1,814.83
245.88
-
0.00
(17)
-
53.06
0.00
47.03
6.03
-
0.00
(18)
cal/day gr/day
kal/hariProteins
Energi Protein
Per Capita Consumption Availability
20.89
0.00
19.94
0.95
-
0.00
-
gr/day
Fats
Lemak
(19)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Jumlah Penduduk : 225.943 jiwa
Groundnuts in shell
1 Kacang Tanah Berkulit /
PULSES NUT & OIL SEEDS
IV BUAH/BIJI BERMINYAK /
Brown sugar
2 Gula merah
Refined Sugar
1 Gula Pasir /
SUGAR
III G U L A /
Sagopith / Sago flour
5 Sagu / Tepung Sagu
Cassava/Tapioca
4 Ubi kayu/Tapioka
Cassava/Manioc
3 Ubi kayu/Gaplek
Cassava
2 Ubi Kayu /
Sweet potatoes
1 Ubi Jalar /
STARCHY FOOD
II MAKANAN BERPATI /
Lanjutan Lampiran 4
-
-
-
-
6,949
98
0
0
0
0
10,880
2,547
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6,949
98
0
0
0
0
10,880
2,547
0
0
0
0
0
0
0
0
6,949
98
0
0
0
0
10,880
2,547
-
-
-
-
-
0
218
51
-
-
-
-
-
-
-
-
6,602
-
-
0
0
0
0
0
0
-
-
0
0
0
826
17
347
-
0
0
0
0
232
255
-
98
0
0
0
0
9,605
2,225
-
0.43
0.00
0.00
0.00
0.00
42.51
9.85
-
1.19
0.00
0.00
0.00
0.00
116.47
26.97
-
0.01
4.40
-
0.01
0.00
1.31
0.00
0.00
0.00
0.99
0.32
4.40
0.00
186.20
0.00
0.00
0.00
152.45
33.74
-
0.04
0.04
0.00
0.39
0.00
0.00
0.00
0.30
0.10
-
3 Duku/
Papayas
8 Pepaya /
Pineapples
7 Nenas /
Mangoes
6 Mangga /
Waterapples
5 Jambu /
Durians
4 Durian /
Lanzon
Oranges
-
-
-
-
-
-
2 Jeruk besar
Avocados
-
4,660
1 Alpokat /
FRUITS
V BUAH-BUAHAN /
Coconut meat
6 Kelapa Daging
Coconut in husk
5 Kelapa Berkulit
21,523
-
4 Kacang Hijau /
Greenpeas
-
6,602
Groundnuts in shelled 3 Kedelai / Sayobean
2 Kacang tanah tanpa kulit
Lanjutan Lampiran 4
1,342
15,863
228
25
1,379
97
2,091
36
2,097
5,166
0
0
3,961
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,342
15,863
228
25
1,379
97
2,091
36
2,097
5,166
0
0
3,934
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,342
15,863
228
25
1,379
97
2,091
36
2,097
5,166
0
0
3,934
0
0
216
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
- 284
0
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,114
4,660
-
-
335
-
-
-
-
-
-
-
-
13
33
0
0
165
83
825
16
0
138
1
82
0
77
189
0
0
197
1,258
15,038
212
24
1,241
96
2,009
36
892
-
0
0
3,022
5.57
66.56
0.94
0.11
5.49
0.43
8.89
0.16
3.95
-
0.00
0.00
13.37
15.26
182.34
2.57
0.29
15.05
1.17
24.36
0.43
10.82
-
0.00
0.00
36.64
5.26
38.66
0.94
0.12
4.44
0.47
7.61
0.06
0.58
0.01
0.00
0.08
0.01
0.14
0.00
9.46
186.19
0.22
0.19
-
0.00
0.00
9.27
20.59
-
0.00
0.00
165.60
0.00
0.29
0.00
0.00
0.10
0.00
0.03
0.02
17.67
1.99
-
0.00
0.00
15.68
Cow Peas
Tomatoes
7 Tomat /
Cabbage
6 Kol / Kubis /
Potatoes
5 Kentang /
-
-
-
-
4 Kacang Panjang /
Kidney Beans
-
-
0
-
-
3 Kacang Merah /
Cucumber
2 Ketimun /
Shallot
1 Bawang Merah /
VEGETABLES
VI SAYURAN /
Others
13 markisa,
Sapodila
12 S a w o /
Zalaka edulis
11 Salak /
Rambutans
-
-
10 Rambutan /
Bananas
-
9 Pisang /
Lanjutan Lampiran 4
469
305
291
87
0
165
0
144
0
100
2,494
5,085
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
469
305
291
87
0
165
0
144
0
100
2,494
5,085
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
469
305
287
87
0
165
0
144
0
100
2,494
5,085
0
0
0
0
0
0
0
-
-
-
-
-
3
0
3
0
0
1
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
14
-
-
8
-
0
-
-
-
-
41
17
14
2
0
4
0
1
0
7
20
239
425
273
255
85
0
151
0
142
0
93
2,474
4,846
1.88
1.21
1.13
0.37
0.00
0.67
0.00
0.63
0.00
0.41
10.95
21.45
5.15
3.31
3.09
1.03
0.00
1.84
0.00
1.73
0.00
1.13
30.00
58.76
1.17
0.60
1.61
0.28
0.00
0.08
0.00
109.30
0.54
0.00
0.60
8.28
42.17
0.06
0.03
0.05
0.03
0.00
0.00
0.00
1.46
0.01
0.00
0.01
0.11
0.46
0.02
0.00
0.01
0.00
0.00
0.00
0.00
0.60
0.00
0.00
0.00
0.01
0.14
Pumpkin
-
20 Bumbu pala
Others
Others
-
0
-
19 Bumbu lainnya/lada
Garlic
18 Bawang Putih /
Spinach
17 Bayam /
Greenbeans
16 Buncis /
-
-
15 Labu Siam /
Radish
-
-
14 Lobak /
Swampcabbage
13 Kangkung /
Spring Onions
12 Bawang Daun /
Chinnese Radish
-
-
11 Petsai / sawi /
Eggplant
-
-
-
10 Terung /
Chilli
9 Cabe /
Carrots
8 Wortel /
Lanjutan Lampiran 4
90
2,669
0
30
95
295
0
69
413
194
190
420
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
90
2,669
0
30
95
295
0
69
413
194
190
420
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
90
2,669
0
30
95
295
0
69
413
194
190
420
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
17
0
0
0
1
0
0
3
0
1
3
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21
-
2
70
0
1
3
8
0
2
10
5
5
22
0
87
2,582
0
29
92
286
0
67
400
189
184
373
0
0.39
11.43
0.00
0.13
0.41
1.26
0.00
0.30
1.77
0.84
0.81
1.65
0.00
1.06
31.31
0.00
0.35
1.12
3.46
0.00
0.81
4.85
2.30
2.23
4.53
0.00
0.03 1.39
19.22
0.86
0.00
0.00
0.02
0.02
0.00
0.02
0.06
0.01
0.02
0.18
0.00
0.29
8.64
0.00
0.04
0.34
0.67
0.00
0.14
0.94
0.15
0.59
3.96
0.00
0.34
0.00
0.14
0.00
0.00
0.00
0.01
0.00
0.00
0.02
0.00
0.02
0.09
0.00
68
0
5 Daging Kuda /
6 Daging Babi /
Offal All Kind
10 Jeroan Semua Jenis /
Duck Meat
9 Daging Itik /
0
256
235
8 Daging Ayam Ras /
Improved Chicken Meat
662
7 Daging Ayam Buras /
Pork Meat
Horse Meat
Mutton Meat
0
369
234
447
-
-
4 Daging Domba /
Meat Goat
3 Daging Kambing /
Buffalo Meat
2 Daging Kerbau /
Beef Meat
1 Daging Sapi /
MEAT
VII D A G I N G /
Others
22 Bumbu lainnya/kemiri
Others
21 Bumbu /Kayu manis
Lanjutan Lampiran 4
391
154
136
384
0
49
0
250
164
335
1,034
23
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
391
154
136
384
0
49
0
250
164
335
1,034
23
0
0
0
0
0
0
0
0
22
202
0
0
391
154
136
384
0
49
0
250
142
133
1,034
23
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
7
19
0
2
0
13
7
7
27
1
391
146
129
364
0
47
0
238
135
126
1,000
22
1.73
0.65
0.57
1.61
0.00
0.21
0.00
1.05
0.60
0.56
4.43
0.10
4.75
1.77
1.57
4.42
0.00
0.57
0.00
2.88
1.63
1.53
12.13
0.27
39.54
6.03
5.77
4.73
13.35
0.00
0.67
0.00
4.44
1.37
3.17
3.29
0.75
0.28
0.29
0.80
0.00
0.10
0.00
0.48
0.31
0.29
0.33 5.97
3.35
0.01
80.94
0.07
2.82
0.30
0.51
0.39
1.10
0.00
0.02
0.00
0.27
0.01
0.21
1.41
0.06
0.00
Mozambique tilapia
4 Mujair
-
-
3 Bandeng
Milk fish
-
-
-
-
0
0
0
2 Ikan lele
Ocean field
1 Hasil laut
FISH
XI IKAN /
Imported milk
2 Susu impor /
Cow Milk
1 Susu Sapi /
MILK
IX S U S U /
Duck Eggs
3 Telur Itik /
Improved Hen Eggs
2 Telur Ayam Ras /
Local Hen Eggs
1 Telur Ayam Buras /
VIII T E L U R / E ggs
Lanjutan Lampiran 4
9
94
1
24,427
0
126
158
132
295
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
94
1
24,427
0
126
158
132
295
0
0
0
152
0
0
0
0
0
9
94
1
24,275
0
126
158
132
295
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
0
74
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
14
0
3,641
-
7
6
3
11
8
79
1
20,634
0
106
130
129
210
0.03
0.35
0.01
91.32
0.00
0.47
0.58
0.57
0.93
0.09
0.96
0.01
250.20
0.00
1.29
1.58
1.57
2.55
0.08
1.24
0.02
202.66
0.79
0.00
0.79
9.22
2.69
2.15
4.39
0.02
0.19
0.00
42.53
0.04
0.00
0.04
0.65
0.19
0.17
0.29
0.00
0.05
0.00
2.50
0.05
0.00
0.05
0.69
0.20
0.15
0.34
Palm Kernel
5 Inti Sawit
Palm Oils / Cooking Oils
4 Minyak Sawit / Minyak Goreng
Palm Oil
3 Minyak Sawit
Cooking Oil
2 Kopra / Minyak Goreng
Cooking Oil
1 Kacang Tanah / Minyak Goreng
LEMAX
X MINYAK /
Others
10 Lainnya
Common scids & Cutlle fishes
9 Cumi-cumi/Sotong
Blood cockles
8 Kerang darah
Crab/Swim crab
7 Kepiting/Rajungan
Crab/Swim crab
6 Udang
Common carp
5 Ikan mas
Lanjutan Lampiran 4
-
0
-
1,114
335
-
-
-
-
-
-
0
0
0
668
174
0
0
0
66
16
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
165
0
0
0
0
0
0
0
0
0
668
339
0
0
0
66
16
14
0
0
0
0
0
0
0
0
56
13
0
0
0
0
668
339
0
0
0
10
3
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
-
-
-
-
-
-
-
-
0
0
10
-
0
0
0
1
0
2
-
0
-
653
339
0
0
0
8
2
12
-
0.00
-
2.89
1.50
0.00
0.00
0.00
0.04
0.01
0.05
-
0.00
-
7.92
4.11
0.00
0.00
0.00
0.10
0.03
0.14
-
0.00
-
68.86
37.07
204.28
0.00
0.00
0.00
0.12
0.03
0.12
-
0.00
-
0.08
0.00
42.79
0.00
0.00
0.00
0.01
0.01
0.02
-
0.00
-
7.76
4.11
2.55
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Pig Fats
11 Lemak Babi /
Mutton fats
10 Lemak Domba /
Goat Fats
9 Lemak Kambing /
Buffalo Fats
8 Lemak Kerbau /
Cow Fats
7 Lemak sapi /
Palm Kernel/Cooking oil
6 Inti Sawit/Minyak goreng
Lanjutan Lampiran 4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Jumlah/Total
Hewani/Animal
Nabati/Vegetable
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
46.77 2,925.77 113.54
253.82
66.77
0.08
105.93 2,671.95
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.08
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
105.93
0.00
57.91
6.11
51.80
11.87
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
11.87
0.00
Sub Bidang Metode dan Materi Penyuluhan
Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Penyuluh BALAI PENYULUHAN
Sub. Bidang Mekanisme Kerja, Kerjasama dan Kemitraan
Bidang Mekanisme Kerja Metide dan Materi Penyuluhan
Subag Umum dan Kepegawaian
Sub. Bidang Pengembangan Programa Penyuluhan
Bidang Pengembangan Programa Penyuluhan dan Sumber Daya Penyuluh
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KEPALA BADAN
Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi Kewaspadaan Pangan & Gizi
Sub Bidang Ketersediaan dan Kelembagaan Pangan
Bidang Ketahanan Pangan
Subagian Perencanaan dan Keuangan
SEKRETARIAT
Lampiran 5 Struktur Organisasi Badan Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai (Peraturan Bupati Sinjai Nomor 2 Tahun 2007)
Lampiran 6 Keterangan izin penelitian