Sri hartati dan Sulistyawati, Identifikasi Potensi dan Pendayagunaan Sumber Pangan Lokal
Identifikasi Potensi dan Pendayagunaan Sumber Pangan Lokal untuk Penganekaragaman Pangan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Sri Hartati dan Sulistyawati Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, FAPERTA, Univet Bantara Sukoharjo Jl. Letjend S. Humardani No. 1 Kampus Jombor Sukoharjo Abstrak Industrialisasi pangan yang beraneka adalah wujud kongkrit pengembangan keanekaragaman pangan. Pengembangan keanekaragaman pangan terutama yang bersumberdaya pangan lokal (indigenous food) perlu mendapat dukungan Pemerintah Daerah. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan pendayagunaan sumber pangan lokal untuk penganekaragaman pangan di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. Data sekunder didapat dari survey kelembagaan (Institutional Survey) pada dinas terkait di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo yakni Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistis dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan verifikasi lokasi dan dianalisis. Hasil identifikasi ditinjau dari aspek produksi (ketersediaan) menunjukkan bahwa pangan lokal yang paling potensi dikembangkan untuk penganekaragaman pangan di kabupaten Sukoharjo adalah ubi kayu, kemudian jagung dan kacang tanah, sedang dari aspek pengolahan, industri yang paling siap untuk penganekaragaman adalah yang berbahan baku ketela pohon. Kata-kata kunci : Penganekaragaman pangan, Ketahanan pangan, Pangan lokal
Pendahuluan Usaha inovasi dan pengembangan teknologi dalam beberapa program pertanian pada beberapa dekade ini mayoritas difokuskan pada tanaman padi, oleh karena itu perkembangan inovasi dan teknologi pada tanaman pangan lain sangat lambat bahkan tertinggal. Sebagai konsekuensinya kebijakan konsumsi keanekaragaman pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras kurang berhasil. Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Sukoharjo (2006) disebutkan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di kabupaten Sukoharjo adalah masih tingginya ketergantungan pangan masyarakatnya pada beras, sementara di sisi lain masih adanya lahan kritis dan pekarangan yang belum dimanfaatkan dengan komoditas umbi-umbian (uwi, gembili, garut, talas) yang dapat menggantikan konsumsi beras. S. Manuwoto dan D. Martianto (2003) menyatakan bahwa riset di bidang diversifikasi pangan harus banyak diarahkan pada beberapa hal, salah satunya adalah perlunya riset pengembangan komoditas pangan pokok, pencarian dan pengembangan pangan pokok alternatif, tidak lagi fokus pada beras. Penelitian pada potensi pangan lokal (indigenous food) harus semakin digalakkan. Penganekaragaman pangan masa depan menurut (P. Hariyadi et al, 2003) adalah usaha penganeka ragam pangan menuju status gizi yang lebih baik dan sehat, menghindari ketergantungan salah satu sumber pangan, dan berkembang atas partisipasi masyarakat. Dilihat dari aspek basis produksi dan ‘vocal point’ dalam pengembangan WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
30
No.1/Volume 19/2010 WIDYATAMA penganekaragaman pangan akan lebih didasarkan pada keanekaragaman sumberdaya lokal dan daerah, serta dengan peningkatan peran swasta dan pemerintah daerah.. Industrialisasi pangan yang beraneka adalah wujud kongkrit pengembangan keanekaragaman pangan. Industrialisasi anekaragam pangan alternatif juga memerlukan komitment pemerintah daerah (melalui DKP Daerah). Upaya industrialisasi aneka ragam pangan secara sadar harus dikembangkan berbasis pada sumber daya lokal (indigenus) baik mutu maupun keragamannya. Diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi potensi dan pendayagunaan sumber pangan lokal untuk penganekaragaman pangan di Kabupaten Sukoharjo. Penganekaragaman pangan perlu dilakukan untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan. Dukungan pemerintah daerah penting dalam mengembangkan keanekaragaman pangan terutama yang bersumberdaya pangan lokal/ndigenous food (A.Suryana, 2001; A.Suryana, 2003). Banyak potensi daerah yang perlu dikembangkan untuk mendukung penganekaragaman pangan, demikian pula daerah Sukoharjo. Belum diketahui potensi pangan lokal apa saja yang ada di wilayah kabupaten Sukoharjo yang dapat dikembangkan untuk pendayagunaan penganekaragaman pangan, sehingga diperlukan suatu penelitian awal agar diketahui potensi tersebut yaitu dengan dilakukan identifikasi terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan pendayagunaan sumber pangan lokal untuk penganekaragaman pangan di Kabupaten Sukoharjo tinjauan aspek ketersediaan (produksi) dan aspek pengolahan. Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh gambaran (deskripsi) tentang sumber pangan lokal di Kabupaten Sukoharjo yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber pangan non beras untuk penganekaragaman pangan. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. Menurut H. Nawawi (2005) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki. Teknik pengumpulan data adalah observasi langsung dengan alat pengumpul data adalah daftar cek (check list). Data yang diperoleh berupa data sekunder. Data sekunder didapat dari survey kelembagaan (Institutional Survey) pada dinas terkait di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo yakni Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistis dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan verivikasi lokasi dan dianalisis. Diagram alir jalannya penelitian secara keseluruhan dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
31
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sri hartati dan Sulistyawati, Identifikasi Potensi dan Pendayagunaan Sumber Pangan Lokal
mulai
Penetapan tujuan
Survey kelembagaan untuk memperoleh data sekunder
Veryfikasi lokasi Tidak valid
valid
Analisa
Penulisan laporan
selesai
Gambar 1. Diagram Alir Jalan Penelitian Hasil Penelitian Dan Pembahasan Identifikasi potensi dan pendayagunaan sumber pangan lokal untuk penganekaragaman pangan di kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dalam penelitian ini ditinjau hanya dari dua aspek yaitu aspek ketersediaan (produksi) dan aspek pengolahan. Aspek penganekaragaman pangan menurut G.Ismail (2003) meliputi aspek produksi, aspek pengolahan, aspek distribusi dan aspek konsumsi pangan tingkat rumah tangga. Aspek produksi mendasarkan pada luas panen dan produksi tanaman yang dihasilkan, sedang aspek pengolahan mendasarkan pada keberadaan industri pengolahan makanan yang menggunakan bahan baku tanaman lokal (S.Widowati, dkk, 2002). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, jenis tanaman pangan yang ada di Kabupaten Sukoharjo terdapat sekitar 7 (tujuh) jenis yang banyak dibudidayakan para petani, meskipun beberapa tanaman lain juga dijumpai namun jumlahnya relatif sedikit, misalnya garut, uwi, gembili, dan lain-lain. Tanaman pangan yang paling
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
32
No.1/Volume 19/2010 WIDYATAMA dominan adalah padi. Tanaman pangan yang ada di Sukoharjo dapat dikelompokkan menjadi tanaman pangan sebagai berikut : 1. Tanaman pangan kelompok umbi-umbian (ketela pohon, ketela rambat) 2. Tanaman pangan kelompok serealia meliputi jagung dan padi 3. Tanaman pangan kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau) Aspek produksi Aspek produksi dalam identifikasi pangan dalam penelitian ini ditinjau dari luas panen dan produksi tanaman pangan yang selama ini ada di kabupaten Sukoharjo. Data luas panen dan produksi tanaman pangan (tanaman bahan makanan) menurut jenisnya selama 3 (tiga) tahun 2005, 2006 dan 2007 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Pemkab Sukoharjo seperti tampak pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Luas panen tanaman pangan (tanaman bahan makanan) menurut jenisnya di Kabupaten Sukoharjo (2005 -2007) No. Jenis Luas Panen (Ha) 2005 2006 2007 1 Padi sawah dan padi gogo 46.440 49.422 46.171 2 3
Jagung Ketela pohon
4 5 6
Ketela rambat Kacang tanah Kacang Kedelai
5.336 5.489
5.625 5.224
5.072 5.114
7 11.754 3.971
3 10.344 4.314
2 9.711 4.251
7
Kacang hijau 108 58 46 Dari Tabel 2 terlihat bahwa luas panen tanaman pangan di kabupaten Sukoharjo didominasi padi kemudian kacang tanah berikutnya adalah ketela pohon dan jagung hampir sama. Padi mendominasi luas panen, hal ini menunjukkan bahwa kabupaten Sukoharjo adalah salah satu kabupaten penyandang beras di Jawa Tengah. Luas panen pada tahun 2007 mengalami penurunan baik padi maupun non padi. Pemberitaan Solopos, (26 Agustus 2008) menyatakan bahwa lahan pertanian Sukoharjo susut 15 ha/tahun. Tahun 2006 penyusutan lahan pertanian antara 70-80 ha per tahun, sedang tahun 2007 penyusutan lahan pertanian karena beralih fungsi mencapai 15 ha. Tabel 3. Produksi tanaman pangan (tanaman bahan makanan) menurut jenisnya di Kabupaten Sukoharjo (2005 -2007) Produksi (Ton) No. Jenis 2005 2006 2007 1 Padi sawah dan padi gogo 299.206 322.426 319.720 2 3
Jagung Ketela pohon
4 5 6
Ketela rambat Kacang tanah Kacang Kedelai
7
Kacang hijau
33
28.042 106.283
21.415 91.181
22.448 93.133
96 15.345 8.107
41 14.526 7.089
27 15.181 9.187
133
72
58
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sri hartati dan Sulistyawati, Identifikasi Potensi dan Pendayagunaan Sumber Pangan Lokal
Meskipun dari Tabel 2 tampak bahwa luas panen berbagai jenis tanaman mengalami penurunan, namun demikian dari Tabel 3 terlihat tidak semua jenis tanaman juga menurun dengan produksinya. Hal itu dapat dilihat dari produksi jagung, ketela pohon, kacang tanah dan kacang kedelai pada tahun 2007 meningkat dibanding tahun 2006. Ditinjau antara ketersediaan dan kebutuhan, ketela pohon (ubi kayu) di kabupaten Sukoharjo mengalami surplus sekitar 19.228 ton pada tahun 2007 (Solopos, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa secara produksi ketela pohon mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pangan lokal dalam penganekaragaman pangan. Aspek pengolahan Aspek pengolahan dalam penelitian ini didasarkan pada adanya industri-industri pengolahan makanan yang terdapat di Sukoharjo baik industri mikro/rumah tangga, industri menengah maupun industri besar terutama yang berbahan baku pada tanaman pangan non beras yang ada di Sukoharjo. Data dapat di lihat pada Tabel 3. Tabel 3. Industri Pengolahan Makanan di kabupaten Sukoharjo No.
Nama Industri
Kecil (K) Menengah (M) Besar (B) K K
Kedelai Kedelai
Kapasitas Produksi (Ton) 3.747,54 5.707,21
Bahan baku
Jumlah Unit Usaha (unit)
1 2
Tempe Tahu
3
Emping mlinjo
K
melinjo
593,62
540
4
Kerupuk Rengginan Marneng Pengolahan kacang tanah Jenang Tape Tepung tapioka
K K K K
gandum Beras ketan jagung Kacang tanah
469,99 22,50 150,00 900,00
182 16 10 60
K K M-B
Beras Ketala pohon Ketala pohon
454,50 398,87 11.000,00
30 86 1
5 6 7 8 9 10
464 293
Sumber : Disperindagkop kab.Sukoharjo (2006) cit . Anonim (2008)
Dari Tabel 3 tampak bahwa industri pengolahan yang mendukung dengan besarnya produksi tanaman yang potensi adalah industri tepung tapioka dengan kapasitas yang cukup besar yang berada di Desa Genengsari, Kecamatan Polokarto, kabupaten Sukoharjo. Adanya industri tepung tapioka akan lebih memberi peluang dikembangkannya produksi ketela pohon yang sudah relatif besar di kabupaten Sukoharjo. Seperti pendapat Welirang, F (2003) bahwa budaya makan tepung adalah kunci tercapainya ketahanan pangan. Dalam bentuk tepung makanan akan mudah disimpan, dibentuk menjadi makanan lain (lebih fleksibel), (Haryadi, 2003) dan bisa dicampur untuk mendapatkan efek optimal dalam cita rasa dan harga (Welirang, F, 2003). Sementara Indyah, S. U, (2001) menyatakan bahwa dalam bentuk tepung bahan makanan akan memberikan sifat yang lebih fleksibel dalam pengolahan selanjutnya. Terjadinya interaksi antara komponen-komponen bahan yang diolah menjadi lebih mudah dan cepat karena luas permukaannya menjadi berlipat ganda dibandingkan bentuk bukan tepung. WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
34
No.1/Volume 19/2010 WIDYATAMA Komoditas kedua setelah ketela pohon yang mempunyai potensi adalah jagung, namun diketahui jagung di Sukoharjo penggunaan yang dominan adalah sebagai pakan ternak, sehingga industri pengolahan yang ada belum mendukung. Industri pengolahan yang ada adalah industri marning yang diketahui adalah makanan camilan yang orang mengkonsumsi hanya dalam jumlah kecil. Kacang tanah juga mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Ditinjau dari luas panen dan produksi yang terus meningkat setiap tahun, juga antara ketersedian dan kebutuhan juga mengalami surplus. Namun, potensi tersebut tidak sebesar ketela pohon yang telah mempunyai dukungan industri dalam skala menengah sampai besar. Industri pengolahan kacang yang ada di Desa Mertan, kecamatan Bendosari masih tergolong industri kecil. Kebutuhan kacang kedelai di kabupaten Sukoharjo sebenarnya besar dilihat dari banyaknya industri tempe dan tahu. Namun pemenuhan kebutuhan tersebut belum tercukupi bahkan diketahui minus. Dari data yang diespos dari Solopos (2008) diketahui ketersediaan mencapai 8.407 ton, sedang kebutuhannya 8.769 ton pada tahun 2007 sehingga terjadi minus 352 ton. Menurut data tersebut, pemenuhan kebutuhan kedelai di kabupaten Sukoharjo selama ini masih dari impor. Kacang hijau dan ketela rambat, di kabupaten Sukoharjo produksinya masih kecil dan juga dukungan industri pengolahan juga belum seberapa sehingga dapat dikatakan potensi untuk dikembangkan sebagai pangan lokal penganekaragaman masih banyak hal yang dilakukan dan membutuhkan dukungan semua pihak. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dari aspek pengolahan, potensi pangan lokal yang siap dikembangkan untuk penganekaragaman pangan adalah pengolahan ketela pohon. Kesimpulan Ditinjau dari aspek produksi (ketersediaan), teridentifikasi bahwa pangan lokal yang potensi dikembangkan untuk penganekaragaman pangan di kabupaten Sukoharjo berturut-turut adalah ubi kayu, jagung dan kacang tanah. Sedang dari aspek pengolahan industri yang paling siap untuk penganekaragaman adalah yang berbahan baku ketela pohon. Daftar Rujukan Anonim. 2008. Melihat Kondisi Pertanian di Sukoharjo Pascabanjir (Bagian I) : Petani Diminta Waspadai Serangan Hama Selama Masa Tanam 2008. Solopos Minggu Pon 10 Februari. Achmad Suryana, 2001. Kebijakan Ketahanan Pangan. Makalah Seminar Ketahanan Pangan kerjasama Fak. Tekn. Pertanian UGM dengan PT. Indofood Bogasari Tbk. Yogyakarta. Achmad Suryana, 2003. Refleksi 40 Tahun dan Perspektif Penganekaragaman Pangan dalam Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. Dalam Forum Kerja Penganekaragaman Pangan 2003, Jakarta. Dedi M. Masykur Riyadi, 2003. Kebijakan Pangan Mendukung Penganekaragaman Pangan. Dalam Forum Kerja Penganekaragaman Pangan 2003, Jakarta.
35
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sri hartati dan Sulistyawati, Identifikasi Potensi dan Pendayagunaan Sumber Pangan Lokal
Gusmar Ismail, 2003. Jagung sebagai Pangan Pokok Alternatif dalam Penganekaragaman Pangan. Dalam Forum Kerja Penganekaragaman Pangan 2003, Jakarta. Hadari Nawawi, 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Indyah S Utami, 2001. Makanan Berbasis Tepung. Seminar Ketahanan Pangan FTP UGM dengan PT. Indofood Bogasari Tbk. Yogyakarta. Purwiyatno Hariyadi, 2003. Pengindustrian Aneka Ragam Pangan : Menuju Ketahanan Pangan Nasional. Dalam Forum Kerja Penganekaragaman Pangan 2003, Jakarta. S.Widowati, S. Dewi Indrasari, A. Thontowi dan Koes Hartojo, 2002. Identifikasi Potensi dan Pendayagunaan Sumber Pangan Lokal untuk Penganekaragaman Pangan di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kumpulan Abstrak Seminar Nasional dan Konggres PATPI, Malang. Sjafrida Manuwoto dan Drajat Martianto, 2003. Refleksi Empat Puluh Tahun Pengembangan Penganekaragaman Pangan : Lessons Learned ang What Have to be Done. Forum Kerja Penganekaragaman Pangan 2003, Jakarta. Welirang, F, 2003. Budaya Makan Tepung untuk Merajut Pembangunan Pertanian Gizi Bangsa, Ekonomi Rakyat, dan Industri Terkait. Dalam Forum Kerja Penganekaragaman Pangan 2003, Jakarta.
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
36