PERUBAHAN FONEM DALAM DIALEK MELAYU AMBON THE PHONEME CHANGING IN MALAY AMBON DIALECT Suharyanto Balai Bahasa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Pos-el: nnmtihnnnh@yahoo. co.id Naskah masuk: 5 Januari 2015; naskah direvisi:20-27 April 2015; naskah disetujui terbit: 26 Mei 2015. Editor Restu Sukesti. i
Abstrak Variasi bentuk dalam suatu bahasa timbul karena perubahan bunyi yang terjadi dalam bahasa yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan internal yang telah dialami oleh dialek Melayu Ambon selama periode perjalanannya, khususnya perubahan internal yang terjadi pada aspek fonologi. Analisis data penelitian ini menggunakan teori dialektologi diakronis dengan metode kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa selama periode perjalanannya dialek Melayu Ambon telah mengalami beberapa perubahan fonem. Perubahan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu korespondensi dan variasi. Perubahanyang berwujud korespondensi meliputi penggantian: PNI *b/- VK# -+ w, PM *k/#-V ->
g,PM*m/(K)Y-#-+y,PM*n/(K)V-#-->y,PM*e/-K#-+a,PM*e/#(K)-(K)->a,PM*u/-(K)#-+o, PM"u/#(K)-(K)-+o,PM*ay/-#-)e,pelesapan:MP*h/#-V +A,MP*h/-YK#-+A,MP*h/(K)V# -+A,MP*k/(K)V-# +@,}lP*? fKY-# -->A,MP*t/KV-# -)A,merger; MP*h,*k,*?,"tfKY-# *>@, MP *m,*n/ (K)Y-# -+ y,MP *e,*af - (K)# -+ a, MP *e,*af - (K)# -+ a, dan split MP *uf - (K)# -+ u dan o. Perubahan yang berwujud variasi meliputi sinkope, apokope, epentesis, paragoge, asimilasi, desimilasi, metatesis, dan subtitusi. Kata kunci: perubahan fonem, korespondensi, variasi
Abstract Tlrcforur aarirtiotrin onelanguagelnppens becsuse of the sound changingin the ltngrnge. Tltis resenrcltis nimed toknow theinternsl clmngingin Ambon Malny dinlect on plnnologic aspect drLirrgits existence. Tltis pnper uses diachronic dialectology theory in annlyzing data and npplying qualitntiae ntetlrcd. Fron tlrc nnalysis, it is known thnt dtting the Anrbon Mnlny existence tlrcre nre sorue pltonerues clmnging. The chnngtng nre clnssified into two categories: correspondence nnd asintion clnnge. The correspondence clmnge inchtdes
stbLitutions:PM"b/- VK# ->w,PMnk/#-V -+g,PM\n/(QV-# -+!,PM"n/(K)V-# -+!,PM*e/-K# -+ *h/#-V --> n, PM"{#(K) - (9 -->n, PM"t/- (K) # -->o, PM"ty'#(K) - (9-+o, PM"ty/- # -+e, deletions: MP *t/KV-# *?/KV-# +A,MP -+O, A,1\4P V-VK# -->A,MP "U(K)V-# -+O, MP \r/(l<)V-# +A,MP nrcrgers:MP *lL,"h"?,"t/KV-# -->A, MP "nt,*ry'(K)V-# -->G, MP "e,"n/- (K)# -+a, MP "qnn/- (K)# -+n, nnd split MP "u/- (9# -) u nnd o. The usintion change includes syncope, apocope, epentlresis, paragoge, assinrilntion,
di ssiruil st ion,
n
rctntlrcsi s, and sttbstittttion.
Key w or ds : pltoneru e cl n n g i n g,
c
rst
rue sp o n d e nc e, u ni ntio n
15
1. Latar Belakang Masalah Dialek Melayu Ambon merupakan satu di antara varian-varian bahasa Melayu yang tersebar luas di Kepulauan Nusantara. Dialek Melayu digunakan oleh penuturnya yang mendiami Pulau Ambon dan pulau-pulau sekitar-
nya. Varian Melayu tersebut diperkirakan sudah dikenal pada tahun 1400-an bersamaan dengan masuknya pengaruh Melayu di kawasan tersebut. Menurut Spenser dan Thomas, (dalam Fernandez, 2000:382) pada tahun 1480, pengaruh Melayu sudah mencapai Maluku (kecuali Maluku Tenggara). Oleh karena itu, adalah wajar apabila Collins (2005:89) menyebutbahwa dialek Melayu Ambon telah berkembang di kota Ambon pada abad ke-17. Secara lebih tegas Coolsma (dalam Collins,. 1"996:62) juga menyebut bahwa varian itu sudah dipakai di daerah tersebut sebelum tahun 1661, terutama dalam bentuk doa dan hafalan Kristiani. Pada abad ke-17 gereja-gereja Protestan di Ambon juga sudah menggunakan varian bahasa itu untuk kegiatan-kegiatan keagamaan mereka (Mooij dalam Collins, 1996:79). Menurut Collins (2005:a) dialek Melayu Ambon merupakan turunan bahasa Melayu Purba (MP). Penutur bahasa Melayu Purba ini mendiami daerah sistem sungai di Kalimatan Barat yang secara ekologis berupa rawa-rawa, tanah basah, delta, dan pantai. Dari daerah Kalimantan Barat, bahasa Melayu mulai menyebar ke berbagai penjuru Nusantara. Salah satu jalur penyebarannya dimulai dari Kalimantan Barat menuju ke arah utara di sepanjang pantai utara Kalimantan, kemudian menuju ke arah selatan dan kembali lagi ke arah barat. Arah perpindahan yang demikian merryebabkan l'rampir sebagian besar daerdh dengan sistem perairan yang penting di seluruh Pulau Kalimantan memiliki permukiman penufur bal'rasa Melayu. Dari pusat-pusat permukiman penutur Melayu di pantai Kalimantan Timur, sebagian dari mereka melanjutkan migrasi ke arah timur laut dan sampailah mereka di sebelah barat daya pulau Lttzor:., yang seka-
16
Widyapanva,
Volume 43, Nomor 1, Juni 201-5
rang dikenal sebagai Teluk Manila. Di daerah itu mereka tinggal menetap sehingga terbentuklah permukiman penutur Melayu di daerah tersebut. Karena sifat mengembara yang ada pada diri mereka, dari sini sebagian dari mereka melanjutkan migrasi lebih jauh ke arah timur sehingga sampailah di Pulau Ambon khususnya dan di Kepulauan Maluku pada umurrrnya. Untuk sampai di Pulau Ambon khususnya dan Kepulauan Maluku pada umumnya penutur Melayu harus melintasi wilayah yang demikian luas dan m€makan waktu yang begitu panjang. Dari aspek fl)aflg, perjalanan dengan melintasi wilayah yang demikian luas, tentunya juga dengan berbagaipenutur bahasa yang berbeda, memberikan kesempatan bagi bahasa Melayu untuk melakukan perubahan-perubahan eksternal. Sementara dari aspek waktu, perjalanan yang rnemerlukan waktu yang begitu lama memberikan kesempatan bagi bahasa Melayu untuk melakukan perubahanperubahan internal. Perubahan-perubahan itu dapat terjadi pada tataran fonologr, morfologi, semantik, maupun leksikal. Perubahan-perubahan yang dialami dialek Melayu Ambon, baik perubahan eksternal maupun perubahan internal, mengakibatkan dialek Melayu Ambon berbeda dengan varian-varian Melayu yang ada di daerah lain, dan juga berbeda dengan bahasa Melayu Purba sebagai bahasa induknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan internal yang telah dialami oleh dialek Melayu Ambon selama periode perjalanannya. Dengan berbagai pertimbangan, penelitian ini hanya membatasi diri uirtut< melihat perubahan internal yang terjadi
2.
Landasan Teori
Variasibentuk dalam suatu bahasa timbul karena perubahan bunyi yang terjadi dalam bahasa tersebut. Perubahan-perubahan itu menurut Crowly (1992:38-59) meliputi aferisis, sinkope, apokepe, protesis, epentesis, patagoge,
asimilasi, desimilasi, metatesis, dan kontraksi. Sementara menurut Mahsun (1995) perubahan dapat berupa perubahan dari satu fonem menjadi fonem yang lain atau penggantian, perubahan yang berupa pelesapan, perubahan yang berupa penambahan, perubahan yang berupa split, dan perubahan yar.g berupa
3.
Metode dan Teknik
Penelitian ini menggunakan tiga tahapan strategis yang dilakukan secara beruntun. Ketiga tahapan tersebut adalah tahap penyediaan data, tahap penganalisisan data, dan tahap pe-
nyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5). Penelitian ini menggunakan clata se-
merSet.
kunder yang diperoleh dari KnnnLs Balmsn Melnytt Antbon-lndonesin yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa respondensi, sedangkan perubahan bunyi yang (Takaria, D dan Pieter, C.1998). Untuk mengmuncul secara sporadik atau tidak terafur dise- hindari kesalahan trandkripsi,data, karena dabut variasi. Korespondensi berkaitan dengan lam kamus ini tidak disertakan cara pelafalandua aspek, yaitu aspek linguistik dan aspek geo- nya, data yang sudah terkumpul selanjutnya grafis. Dari aspek linguistik, perubahan bunyi diverifikasi dengan jalan meminta penutur yang berupa korespondensi terjadi karena per- dialek Melayu Ambon untuk mengucapkansyaratan linguistik tertentu, oleh karena it:u, nya. Data yang terkumpul ini selanjutnya didata tentang kaidah yang berupa korespon- analisis. Analisis data penelitian ini menggudensi tidak terbatas jumlahnya, sebanyak ben- nakan metode padan dengan teknik pilah untuk yang memperlihatkan lingkungan yang di- sur penentLl sebagai teknik dasar dan teknik persyarati oleh hadirnya kaidah itu. Dari aspek hubung banding memperbedakan sebagai tekgeografis, kaidah ini disebut korespondensi jika nik lanjutan (Sudarya nto, 1993:21,-27). Setelah daerah sebaran leksem-leksem yang menjadi data diananlisis, hasilnya disajikan dengan merealisasi kaidah perubahan bunyi tersebut ter- tode formal dan informal (Sudaryanto, jadi pada daerah pengamatan yang sama. Di- 1993:L45). katakan sama karena sebaran leksem-ieksem yang menjadi kaidah itu (untuk makna terten- 4. Pembahasan tu) dapat saja memperlihatkan daerah sebaran Sebelum membahas perubahan-perubahyang tidak sama. Hal ini mungkin disebabkan an bunyi yang terjadi pada dialek Melayu Ampengaruh antar daerah pengamatan (dialek bon terlebih dahulu akan diberikan gambaran atau subdialek) atau karena proses pemin- singkat mengenai karakteristik dan distribusi jaman. protofonem Melayu Purba, juga karakteristik Perubahan bunyi yang berupa variasi da- dan distribusi fonem Melayu Ambon. Hal ini pat ditinjau dari segi linguistik dan geografi. bertujuan agar jenis dan distribusi protofonem Dari segi linguistik, perubahan itu muncul bu- Melayu Purba dapat diperbandingkan dengan kan karena persyaratan lingkungan tertentu se- jenis dan distribusi fonem dialek Melayu Amhingga data yang menyangkut perubahan bon sehingga pelacakan perubahan bunyiyang yang berupa inovasi terbatas pada satu atau terjadi dalam clialek Melayu Ambon dapat lebih dua contoh saja. Adapun dari segi geografi, per- mudah dilakukan. ubahan itu disebut variasi jika daerah sebaran geografinya tidak sama (Mahsun, 1995:33-34). 4.1Sistem Fonem Proto Melayu
Menurut Mahsun (1995:28-29) perubahan bunyi yang muncul secara teratur disebut ko-
Menurut Adellar
(1994:1.57) bahasa Me-
layu Purba memiliki empat buah proto fonem vokal dan sembilanbelas buah proto fonem kon-
Perubahan Fonem dalam Dialek Melayu
Ambon
17
sonan. Keempat buah proto fonem vokal tersebut adalah /*i/ , /*e/ , f *af , dan /*u/ , sementara kesembilan belas buah proto fonem kon-
/*p/, /*b/, /*t/, /*d/, /*c/, /*j/, /"k/, /"9/, /*?/, /*rr./, /*n/, /*fi/,/"0/, /*s/,
sonan tersebut
Bagan
l
*l/, ** /, dan/ *y / . Ciri-ciri artiku/ "h/, / / ", /, / latoris proto fonem vokal dapat dilihat dalam Bagan 1 dan ciri-ciri artikulatoris proto fonem konsonan dapat dilihat dalam Bagan 2 berikut.
Proto Vokal PM
Depan Tengah
Belakang *u
>ki
Tinggi Sedang
*e
Rendah Diftong: *- uy, dan *-aw
*a l.
Bagan 2 Proto Konsonan PM
Labial
Palatal
VeIar
Giotal
*c
*k
*?
*b
Alveolar *t *d
"j
*o t)
*m
-n
^n
*g
Denta] *p
Hambat: tbs
:bs Nasal Frikatif
*s
Alir
*1
Semi-voka1
o\,v
Seperti sudah disebut di muka, bahasa Melayu Purba memiliki empat buah proto vokal, yalLu /*i/, /"e/ , f *af , dan /"u/ . Dari keempat buah proto vokal tersebut tiga buah proto vokal, yaltu /"i/ , /*e/, f *af , dan /*u/ , berdistribusi lengkap, tetapi sebuah proto vokal, yaitu /*e/ hanya dapat berdistribusi pada awal dan tengah kata. Seperti halnya proto vokal, tidak semua proto konsonan Melayu purba memiliki distribusi yang lengkap. Dari sembilan belas buah proto konsonan tersebu! sepuluh buah proto konsonarl yaitu /*p/, /*t/, /*k/ , /*or/, /"n/,
/*g/, /"s/, /*h/, /*r/, /.1/
lengkap, tujuh buah
berdistribusi proto konsonan,yaltu f*bf ,
/*d/, /*c/, /*j/, /*g/, /*fl/
berdistribusipada awal dan tengah kata, dua buah proto kon-
18
Widyapanv0,
Volume 43, Nomor 1, Juni 2015
*h
*r
"y sonan/ yaitu /*w/, /*y/ berdistribusi pada tengah kata, dan safu buah proto konsonan, yaitu /*? / hanya berdistribusi pada akhir kata. 4.2 Sistem Fonem Bahasa Melayu Ambon
Menurut Takaria & Pieter (1998:x) dialek Melayu Ambon memiliki lima buah fonem vokal dan delapan belas buah fonem konsonan. Kelima buah fonem vokal tersebut adalah /i/ , /e/, /a/, f of , dan /u/, dan kedelapan belas btlah vonem konsonan tersebut adalah /p/ , /b/,
/t/, /d/, /r/, /j/, /k/ /s/, /ro/, /n/,, /fl/, /g/, /s/, /h/, /r/, /l/, /*/, /y/. Ciri-ciri artikula-
toris fonem vokal dapat dilihat dalam Bagan 3 dan ciri-ciri artikulatoris fonem konsonan dapat dilihat dalam Bagan 4 berikut.
Bagan 3 Fonem Vokal Dialek Melayu Ambon Depan
Tengah
Tinggi
i
u
Sedang
e
o
Rendah Bagan
Bilabial
Hambat letup: Tbs Bs
Sengau
Belakang
4
a
Fonem Konsonan Dialek Melayu Ambon
Labio- ApikoDental alveolar
Lamino alveolar
Medio-
Dorso
palatal
velar
P
t
ci
k
b
d
j'
o tl
m
n
fl
a
Sampingan
Laringal
I
Geseran Geletar
Semi-vokal Berbeda dengan proto fonem vokal MP, kelima buah fonem vokal dialek Melayu Ambon berdistribusi lengkap, dalam pengertian semuanya dapat berdistribusi di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Sementara itu, delapan belas buah fonem konsonan dialek Melayu Ambon memiliki distribusi dalam kata yang berbeda-beda. Dari kedelapan belas buah fonem konsonan tersebut, sembilan buah fonem, yaitu
gi sehingga mdmbentuk keteraturan dalam banyak kata. Berikut ini adalah perubahan fonem
yang berwujud korespondensi dalam dialek Melayu Ambon. 4.3.1..L Penggantian Fonem
berdistribusi lengkap, tujuh buah fonem, yaitu
Dalam jenis perubahan ini, sebuah proto fonem Melayu Purba berganti menjadi fonem yang lain dalam dialek Melayu Ambon. Tipe perubahan ini meliputi perubahan-perubahan fonem berikut.
/b/, /n/, /fr/, /d/, /c/, /j/, /g/, /*/,d^ /y/
1)
berdistribusi pada awal dan tengah kata, dan satu buah fonem, y altlu / g / hanya berdistribusi pada tengah dan akhir kata.
Proto fonem Melayu Purba *b pada posisi ultima tertutup berganti menjadi fonem /w/ dalam dialek Melayu Ambon.
4.3Perubahan Fonem dalam Dialek Melayu Ambon
Contotrr:
/p/, /or/, /y/, /t/, /k/, /s/, /h/, /r/, /l/
'
sebut perubahan primer. Perubahan primer juga dapat terjadi dari sebuah perubahan sekunder yang terjadi dalam intensitas yang ting-
/w/
"bahfbabah -> bawa'bawah' *kaban -+ kawag 'kawan' -+ Iawag'lawan' "laban
4.3.1 Korespondensi Seperti sudah disebut di muka, perubahan bunyi yang muncul secara teratur disebut korespondensi. Perubahan jenis ini sering juga di-
Penggantian *b/-VK# -+
2)
Penggantian "k/#-v -+ /il Proto fonem Melayu Purba *k pada posisi penultima terbuka berganti menjadi fonern / g/ dalam dialek Melayu Ambon.
Perubahan Fonem dalam Dialek Melayu
Ambon
1,g
ultima tertutup berganti menjadi fonern
Conl.oh:
*kali -> gale'gali' *kusuk -) goso'gosok' *kait -+ gai'kait' 3) Penggantian.m/(K)V-#
-+
M
Proto fonem Melayu Purba "m pada posisi ultima tertutup berganti menjadi fonerrr /g/ dalam dialek Melayu Ambon.
Contoh:
*hayam -+ ayay'ayarn' *diem -) diag'diam' "hitem -) itag'hitam' Penggantian'rn/(K)V-# -+ /g/ Proto fonem Melayu Purba *mpada posisi ultima tertutup berganti menjadi fonern /y/ dalam dialek Melayu Ambon. Contoh: *agin -) agig'angin' *bulan -+ bulag'bulall'
-)
Sementara itu, proto fonem Melayu Purba *u pada posisi ultima tertutup yang berakhir dengan fonem /rn/, /n/, atau /g/akanberubah menjadi fonem o dengan realisasi morf [o] daiam dialek Melayd Ambon. I Contoh: %ehrm +' bclrg 'belum' *daun -) datg 'danrr' *embun -) rmbrg'embun' \.
4)
*buken
bukag'bukan'
Penggantian *a/ -K# -+ /a/ Proto fonem Melayu Purba *e pada posisi ultima tertutup berganti menjadi fonern / a/ dalam dialek Melayu Ambon. Contoh: *hatep -) atap 'atap'
8)
Penggantian "u/#(K) - (K)-+ /o/ Proto fonem Melayu Purba *u pada posisi penultima tertutup atau terbuka berganti menjadi fonem / o/ dalarn clialek Melayu Ambon. Contoh:
"dateg
6)
-+ -)
bukag'bukan' datag'datang'
Penggantian *e/#(K)
- K)
-+
/a/
Proto fonem Melayu Purba *e pada posisi penultima baik terbuka maupun tertutup berganti menjadi fonem / a/ dalan dialek Melayu
Ambon. Contoh: *beras
*mentah "empat
-) baras'beras' -) manta 'mentah' -) ampa'empaf
7) Penggantian.d- (K) # -+ /o/ Proto fonem Melayu Purba *u pada posisi
Widyaparw?,
Volume 43, Nomor 1, Juni 2015
-) -) -+
"kusuk
5)
*buken
/o/
dalam dialek Melayu Ambon. Contoh: *biluk -) bilok'bilok' nbugsu -) bogso'bungsu' *perut -) poro 'perut'
*guYug
"lumba
goso 'gosok' goyag'goyang'
lomba'lomba'
9)
Penggantian "uy/- # -+ /e/ Proto fonem Melayu Purba *ay pada posisi ultima terbuka berganti menjadi fonen f e/ dalam dialek Melavu Ambon. Contoh: *lantay *rantay
-) lante 'IantaT' -) rante 'rantai' -+ tape 'tapai'
"tapay l0)Perubahan
"a{-
#
+ /o/
,
Proto fonem Melayu Purba *aw pada posisi ultima terbuka berganti menjadi fonem / o/ dalam dialek Melayu Ambon.
Contoh:
-+ harimo 'harimau' *kasaw -) kaso'kasau' *rantaw -) ranto'rantalt' "hArimaw
4.3.'1,.2
Pelesapan Fonem
Dalam jenis perubahan ini, sebuah proto fonem Melayu Purba berubah menjadi fonem A atau" hilang dalam dialek Melayu Ambon. Tipe perubahan ini meliputi perubahan-perubahan fonem berikut. Proto fonem Melayu Purba *h pada posisi penultima terbuka akan berubah menjadi fonernA dalam dialek Melayu Ambon.
nhayam
2)
-) -) -)
Pelesapan "h/-
abu'ab'a'
atap'atap' ayag'ayarn'
YK # +
@
Proto fonem Melayu Purba *h pada posisi ultima tertutup sebelum vokal konsonan akan berubahmenjadi fonernZ dalam dialek Melayu
Ambon. Contoh: *lihat *tahu(?) *tuha(?)
3)
-) lia'lihat' -+ tau'tahu' -) tua't1ta'
Pelesapan *ly'(K)V- # -+ A
Proto fonem Melayu Purba *h pada posisi ultima tertutup akan berubah menjadi fonem A ddarn dialek Meiayu Ambon.
Contoh: *bunuh *darah
*jatuh
Pelesapan *tfKY-# -> @ Proto fonem Melayu Purba *t pada posisi ultima tertutup akan berubah menjadi fonem A dalarn dialek Melayu Ambon.
Contoh: *agkat -> aglia 'angkat' *ompat -) ampa'empaf *iket + ika'ikat' t
Contoh: *hatep
*brta? -) buta'buta' *buka? -) buka'buka' *duri? -> duri'duri'
6)
1) Pelesapan"hf#-Y -+ @
"habu
ultima tertutup akan beruball menjadi fonem A dalam dialek Melayu Ambon. Contoh:
-+ -) -)
bunu'bunuh' dara 'darah'
jatu'
4.3.L.3 Merger Dalam jenis perubahan ini, beberapa proto fonem Melayu Purba melebur menjadi satu fonem dalam clialek Melayu Ambon. Karena jenis perubahan ini melibatkan beberapa fonem
maka dalam pembicaraan jenis perubahan fonem ini sudah barang tentu akan berkaitan dengan jenis-jenis perubahan fonem lain yang sudah disebut sebelumnya. Tipe perubahan ini meliputi perubahan-perubahan fonem berikut.
1) Merger *h,*k,*7,*tfKV-# -+ @ Proto fonem Melayu Purba *h,*k,*?,*t pada posisi ultima tertutup secara bersamasama melebur menjadi fonem @ dalarr. dialek Melayu Ambon. Secara skematis perubahan fonem ini dapat digambarkan sebagai berikut.
jat:uh'
*h/KV-#
4)
Pelesapan "ly'(K)V-# -+ A Proto fonern Melayu Purba "k pada posisi ultima tertutup akan berubah menjadi fonem A dalarn dialek Melayu Ambon.
*yKV-#
,
*?/KV-#
*t/KV-#
Contoh:
*anak -) ana'anak' *baik -) bai'baik' "bugkuk -) bogko'bungkuk'
5)
Pelesapan"?/KY-# -+ A Proto fonem Melayu Purba *? pada posisi
Contoh:
"buah *busuk *daki? *perut
-) bua'buah' -) busu'busuk' -) daki 'claki' -) poro'perut'
Perubahan Fonem dalam Dialek Melayu Ambon
21
2)
Merger "m,*ny'(K)V-# -+ /g/ Proto fonem Melayu Purba *m, *n pad.a posisi ultima terfufup secara bersama-sama melebur menjadi fonem /g/ dalamdialek Melayu Ambon. Secara skematis perubahan fonem ini dapat digambarkan sebagai berikut.
s)
Split *ry'-
$)*
-+
/d
dan/o/
Proto fonem Melayu Purba nu pada posisi ultima berubah menjadi fonem /u/ dan /o/ dalam dialek Melayu Ambon. Secara skematis perubahan fonem ini dapat digambarkan sebagai berikut.
lul
*m/(I()V-#
\,,
*u /- (K) #
*n/(K)V -# Contoh:
*bulan -+ brilag'bulan' *balum -+ brlrg 'belum'
Merger *e,*a/ - (K)# -+ /a/ Proto fonem Melayu Purba *e, *a pada po. sisi ultima secara bersama-sama melebur menjadi fonem / a/ dalarn dialek Melayu Ambon. Secara skematis perubahan fonem ini dapat digambarkan sebagai berikut.
3)
*a, / - (K)#
*a / - (K)#
Contoh:
*llatep *akar
-+ --)
atap'atap' akar 'akar'
Merger *e,*4 # - (K) -+ /a/ Proto fonem Melayu Purba *a, *a pada posisi penultima secara bersama-sama melebur menjadi fonem / a/ dalarn dialek Melayu Ambon. Secara skematis perubahan fonem ini dapat digambarkan sebagai berikut.
4)
+a
/ - (K)#
*e / - (K)#
Contoh: *bunuh "bugsu
-)' bunu'bunuh' -) bogso'bungsu'
4.3.2 Variasi Seperti sudah disebut dimuka, perubahan bunyi yang muncul secara sporadis disebut variasi. Perubahan jenis ini sering juga disebut perubahan sekunder. Perubahan yang termasuk jenis'variasi dapat saja memiliki bentuk yang sama dengan korespondensi, hanya saja perubahan tersebut terjadi secara sporadis dan dalam frekuensi yang rendah sehingga tidak dapat ditentukan pola keteraturan perubahannya. Berikut ini adalah perubahan fonem yang berwujud variasi dalam dialek Melayu Ambon. 4.3.2.1, Sinkope
Perubahan bunyi yang berwujud sinkope dapat ditemukan pada kata barsi'bersilt' yung
merupakan warisan dari etimon MP "bArisilt 'bersilt'. Perubahan ini terjadi karena ketika melakukan pewarisan kata tersebut dialek Melayu Ambon melesapkan fonem / r/ pada posisi penultima tertutup. Selain pada kata tersebut, pioses sinkope juga ditemukan pada kata lai'lagi'yang merupakan warisan dari etimon MP "lngi 'lngi'. Dalam kata ini dialek Melayu Ambon melesapkan fonem /g/ pada posisi ultima terbuka. 4.3.2.2 Apokope
Contoh: *empat *agkat
22
-) -)
Widyapafwi,
Selain proses pelesapan bunyi pada akhir
ampa'empa{ agka 'angkat' volume 43, Nomor 1, Juni 2015
kata yang sudah membentuk kaidah perubahan teratur seperti yang sudah dijelaskan
di muka, di dalam dialek Meiayu Ambon juga ditemukan proses apokepe yang masih berwujud perubahan tidak teratur. Proses ini dapat ditemukan pada kata tuttt 'ttrtttp' yar.g merupakan warisan dari etimon MP *tttttLp 'tutttp'. Perubahan ini terjadi karena ketika melakukan pewarisan kata tersebut dialek Melayu Ambon melesapkan fonem /p/ pada posisi ultima tertutup.
lnntbu', sabnrng 'sebarang', d.an samnyat 'sentangnt'. Kata gili 'geli' merupakan warisan dari etimon MP *geli? 'geli', kata tnlnnjag 'telnnjnng' warisan etimon MP "tilanjag'telnnjntrg', kata knlnn rbu' kelanbu' warisan MP "kti nn rbu' kel nn tbu', kata sabnrny'sebarang' warisan etimon MP * ntbnrny'sebarang', dan kata snnmynt'sennngnt' warisan MP "nmmynt'senmngnt'. Fonem I pada posisi penuitima pada kata gili'geli'dialek Melayu Ambon timbul sebagai akibat perubahan 4.g.2.3 Epentesis fonemc menjadifonem i pada posisi yang sama Perubahan bunyi yang berwujud epentesis karena pengaruh fonetn i pada posisi ultima. dapat ditemukan pada kata bnln'belah' yang Pengaruh serupa juga terjadi pada fonem c pamerupakan warisan dari etimon MP "blnh da posisi penultima untuk kata talnnjny'telnn'belnh'. Perubahan ini terjadi karena ketika me- jnng', knlnntbu'kelnnrbu', snbnrny'sebarang', dan lakukan pewarisan kata tersebut dialek Melayu sannynt'senmngnt'. Fonem a pada posisi anAmbon menambahkan fonem apadaposisi pe- tepenultima pada ketiga kata tersebut timbul nultima terbuka. Selain pada kata tersebut, pro- akibat perubahan fonem z menjadi fonem c ses epentesis juga ditemukan pada kata hnykn karena pengaruh fonem ayar'g terdapat pada 'bengkak' dan hLds'ludnh' yang merupakan wa- posisi penultima. risan dari etimon MP "lngi 'lagi'. Kata baykn 'bengknk'merupakan warisan dari etimon MP 4.3.g Desimiiasi Perubahan jenis ini dapat ditemukan pada "beknk'bengknk' sementara kata hdn 'lttdnh' rnerupakan warisan dari etimon MP *luah'ludah'. kata lenn 'lennlt', pica 'pecnh' dan tnn ty 'taflant'. Pada proses pewarisan kata bayka'bengknk' Kata lenm 'lentnh' merupakan warisan dari dialek Melayu Ambon menambahkan fonem etimon MP "l emal t'lenml t', kata picn' pecnl t' rneypada posisi penultima tertutup dan pada kata rupakan warisan etimon MP "pxah'pecnh' dan lucln'ludalr' dialek Melayu Ambon menambah- kata tan ty 'tanfint' merupakan warisan MP * tsn cfi7' tttnanl . Sesuai dengan kaidah perubahkan fonem dpada posisi ultima terbuka. an teratur seperti yang sudah clijelaskan di 4.3.2.4 Paragoge muka, seharusnya proto fonem *a MP, baik paPerubahan jenis ini dapat ditemukan pada da posisi ultima maupun penultima, akan berkata balagny'belanga' yang merupakan warisan ubah menjadi fonem a dalam dialek Melayu dari etimon MP "bAlnyn 'belnngn'. Perubahan Ambon. Akibat proses desimilasi ini fonem a ini terjadi karena ketika melakukan pewarisan pada posisi penultima pada kata lnnn' lennlt' kata tersebut dialek Melayu Ambon menam- dialek Melayu Ambon berubah menjadi fonem bahkan fonem y pada posisi ultima. Selain pa- e sehihgga etimon MP "lennh'lenmll diwarisi da kata tersebut, proses paragoge juga ditemu- 'dalam bentuk kata lemn'lenmh'. Proses desimikan pada kata tnliyny'telinga'yang merupakan lasi pada kata ini mungkin dilakukan untuk warisan dari etimon MP *tAliga 'telingn'. Pada menghindari terjadinya homonimi kata mengkata ini dialek Melayu Ambon menambahkan ingat dalam dialek Melayu Ambon sudah terfonem g pada posisi ultima. dapat leksikal lnnm y ang dipakai untuk menandai durasi waktu. Pada kata picn'pecnh', proses 4.3.8 Asimilasi desimilasi ini mengakibatkan fonem a pada Perubahan jenis ini dapat ditemukan pada posisi penultima berubah menjadi fonem i. Sekata gili 'geli', tnlnnjny'telanjnng', knlnntbu 'kementara itu pada kata tnn ty 'tanant' proses Perubahan Fonem dalam Dialek Melayu
Ambon
23
desimilasi mengakibatkan fonem n pada posisi ultima berubah menjadi fonem o. Sejauh ini belum dapat ditentukan penyebab terjadinya proses desimilasi pada kedua kata tersebut.
- # -+ e; pelesapan:MP *h/#-Y -+ O,Mp *h/VK # -+ O,MP.h/(K)V- # -+ O, MP .k/(K)V-#
-) A, MP .?/KV-#
O, MP *t/KV-# -+ A; merger: MP *h,*k,*?,*t/KV-# + A, MP "m,*n/ (K)V-# + g, MP *e,*a/ - (K)# -+ a, MP *e,na/ 4.3.1.0 Metatesis (K)# -+ a; dan split MP.u/- (K)# -+ u dan o. Perubahan bunyi yang berwujud metatesis Perubahan yang berwujud variasi meliputi dapat ditemukan pada kata lidn 'lidah' yang sinkope, apokope, epentesis, paragoge, asimerupakan warisan dari etimon MP *dilah milasi, desimilasi. metatesis, dan subtifusi. 'litlnlt'. Perubahan ini terjadi karena ketika melakukan pewarisan kata tersebut dialek Melayu Ambon melakukan penukaran tempat antara 6. Daftar Pustaka fonem d pada posisi penultima dengan fonem Adelaar, Alexander K. 7994. Bnlmsn Melayik Purbn: Rekoitruksi Fonologi dnn Sebngian I pada posisi ultima. 4.3.11.
Subtitusi
Perubahan jenis ini dapat ditemukan pada kata garis 'garis', ktutiy 'leuning' dan lnlar 'lnlat'. Kata garis 'gnris'merupakan warisan dari etimon MP *baris 'garis' kata krLniy 'kuning'
-->
dnri Leksikon dan Morfologi. Jakarta: RUL. Collins, James T.1996. Bibliografi Diolek MelaytL di Indonesia Tinrur. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
wa- Collins, James T.2005. Bnlnsn Melnytt Balutsa , Dunis: Sejnrnh Singkat. Jakarta: Yayasan risan etimon MP *kunit 'lcuning' dankata lalar Obop indonesia. 'lnlnt' warisan MP *lalat 'lalnt'. Proses subtitusi mengakibatkan proto fonem *b MP pada posisi Crowley, Terry.1992. An Introductiott to penultima pada etimon "baris diwarisi sebagai fonem g. Demikian juga proto fonem *t pada posisi uitima pada etimon*ktuit diwarisi sebagai fonem U, dan proto fonem *t pada posisi ultima pada etimon*lnlet diwarisi sebagai fonem
/r/. 5.
Historicnl Linguistics. Auckland: Oxford University Press.
Fernandez, Inyo Yos.2000."Bnhnsa Melnyu Lnrantukn di Flores Tinur: Sebuah Tinjaunn dnri Perspektif Sejnralt" Pltrwo, Bambang Kaswanti(Ed).2000. Kajian Serbn Linguistik: Untuk Anton Moliono Perekn Bahasa.
Simpulan
Dalam periode perjalanan sejarahnya dialek Melayu Ambon telah mengalami perubahan fonologis yang mengakibatkan perbedaan, baik dengan bahasa Me1ayu Purba yang telah menurunkannya maupun dengan dialekdialek Melayu lainnya yang ada di Nusantara. Dialek Melayu Ambon mengalami perubahan, baik perubahan yang berwujud korespondeirsi
maupun perubahan yang berwujud variasi. Perubahan yang berwujud korespondensi meliputi penggantian: PM .b/- VK# -+ w, PM nk/ #-V -+ g, PM*m/(K)V-# -+ G, PM.n /(K)V-# -+ *e/ - K# -_> a, PM .e/#(K) (K) -+ a, pM U, PM .u/- (K) # -+ o, PM *u/#(K)- (K) -+ o,PM*ayf
Widyapanrv?, Volume 43, Nomor
1, Juni 2015
Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atmajaya dan BPK Gunung Agung.
Mahsun. 1995. Dialektologi
Diakronis.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sudaryanto.l993. Metode dan Aneka Teknik Anslisis Balmsa: Pengantar Penelitian , Wnhnna Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Takaria, D & Pieter, C.199B.Kanrus
Bahnsa
Melayu Antbon-lndone sia, J akarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaant Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.