PERILAKU KONSUMEN DAN BAURAN PEMASARAN PRODUIC BAKSO SAP1 DI DAERAH KOTA BOGOR (Studi Kasus Konsumen Bakso Kios)
SKRIPSI ASNAWI
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000
ASNAWI, 2000. Perilaltu I < o n s ~ ~ r n eda11 n B a l ~ ~ . aPemnsal.a~~ n Produlc Bdcso Sapi di D a e r a b K o t a Bogor (Studi Kasus K o n s u m e ~Baltso ~ Kios). Skripsi. Jurusa~i Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS Pernbimbing Angyota : Dr. Ir. Raclimat Pambudy, MS Bakso niempakan nlakanan jajanan yang dewasa ini cukup populel- dan digemari berbagai kalangan. Hal ini tercerrnin dari menjamurnya pel~jualmie bakso mulai dari warung-wamng kecil dan gerobak dorong hingga restoran me\vaIi. Bakso juga merupakan salah satu produk olahan yang memiliki poterlsi usalia untuk dikembangkan seperti jenis makanan,fir.st,food yang lain. Pe~nililia~i sampel penelitian ini menggunakan metode C'!rl.s/er Rcrr7donl Smipling.. Metode ini dipilih bel-dasarkan pertimbangan keberadaan kios-kios bakso yang tidak nierata di wilayah Kota Bogor untuk itu dipilih kios-kios bakso yang berada di dekat pusat keramaian sepel-ti terminal, pasar dan sekitar swalayan besar. Konsumen yang nienjadi responden adalah konsumen yang datang ke ltios-liios bilkso telwbut un(uli ~ i ~ ~ l n l i u h ; ~ ~ ~ pembelian bakso. Penelitian ini akan mengkaji permasalahan dengan metode penelitian deskriptif dan metode penelitian analitis. antara lain untuk : ( I ) Mengetaliui taliapPenelitian ini dilakukan bertujua~~ tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios (penerimaan pengal-~111. menilai, ~nembeli, sampai mengkons~~~iisi), (2) Menganalisis strategi baurar~ pemasaran bakso kios, (3) Menganalisis hubungan antara variabel intetisitas pembelian dengan variabel karakteristik konsumen kios (pengeluaran, tingkat umul-. tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Kebanyakan konsumen baltso kios niengetaliui keberadaan bakso kios untuk peitama kali dan seringkali dari perilaku "coba-coba" konsumen dan dari temari sementara isi infor~nasi yang paling banyak diinformasikan adalah rasa bakso Sebagian besar konsumen lnengarlggap bakso adalah m a k a ~ ~ ajajananlcemilan n yany bergizi dengan pilihan bakso yang tingkat resa dagingnya sedang, warna abu-abu gelap, bau daging rebus dan jumlah bakso 3-5 butir seporsi. Alasan terbanyak memilih kios adalah telnpat terdekat serta me~nbeli secara mendadak dan tetap mencari variasi walaupun merasa puas. Pe~nbelian tel-banywk antara 3-10 kali per bulan dengan motivasi terbanyak adalah rasa bakso. Pedagang bakso kios hams malnpu melakultan pengembangan produk bakso searah dengan preferensi atau selera konsunien. Harga bakso harus disesuaikar~ dengan persepsi harga termul-ah dan ter~iiahal nienumt s u d ~ ~pandang t ko~lsuri~e~i Penentuan lokasi kios dan penataan tata ruang harus dapat merangsang konsumell untuk melakukan pembelian meski pembelian itu tidak direncanakan sebelurnnya. Pedagang baltso kios harus mampu meinberikan pelayanan yang ~iiemuaslta~i kepada
pelanggan dengan harapan pelanggan tersebut nienjadi pelanggan setia dan ~nemberikanrekomendasi kepada pelanggan baru. Di antara karakteristik konsumen kios bakso hanya tinykat umur dan tinykat pendidiltan yang tidak berhubungan nyata dengan intensitas pelnbelian sedangkan variabel-variabel karakteristik konsulne~lyany lainnya (pengeluar;r~i per bulan dill1 jenis kelamin) berhubungan nyata denyan variabel intensitas pe~iibelian.Untult yang berminat dan ingin ~iienekuni usalla bakso, disaranka~i sebelunl liiasuk ke dalan~ usaha ini harm mengernbangkan produk bakso yang bermutu dan me~nilikicita rasa yang diminati oleh konsumen ~ ~ n t u kit11 perlu diupayakan penelitian untuk menemukan resep penibuatan bakso yang dapat niemuaskan Itonsumen. Me~iiuaska~i para langganan agar mereka dapat ~nenjadi erieit.siot~ .so/e.sntntt yang akan me~nberikan publisitas tentang pengala~nan yang mengesankan setelah mengkonsumsi bakso kepada orang lain secara "mulut ke mulut". Perlu diupayakan pemasaran produk bakso yang lebih ~nenyeluruhagar dapat meningkatkan penjualan terutama dalam ha1 promosi produk bakso Mencari kreasi baru dalam lial penyajian dan kemasan produk bakso agar dapat memudahkan konsumen dalaln penibelian.
PERILAKU ICONSUMEN DAN BAURAN PEWIASARAN PRODUIC BAICSO SAP1 DI DAERAH ICOTA BOGOR (Studi Kaslls I < o ~ l s u ~ nB:~liso e ~ ~ I
Skripsi ini ~nerupakansalah satu syarat ~ ~ n t u l t me~nperolehyelar Sarjana Peternnitan pada Fakultas Peternakan lnstitut Pertanian Boyor
Ole11 ASNAWI DO3496045
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ZOO0
PERILAKU KONSUMEN DAN BAURAN PEMASARAN PRODUK BAKSO SAP1 DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Konsumen Bakso Kios)
Oleh ASNAWI DO3496045
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 November 2000
\
Pembimbing Utama
P y b i bing Anggota
Ir. Zulfikar Moesa MS
Dr. Ir. Rachmat Pambudv. MS
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternaka11 Institut Pertanian Bogor
iReu& Ir. Richard W.E. Lumintang. MSEA
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 8 Oktober 1978, sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak M. Zejen dan Lbu Asyiah. Pendidikan dasar sampai menengah atas diselesaikan di Jakarta. Penulis lulus dari SD Ninvana Tmah Abang tahun 1990, kemudian penulis melanjutkan ke SMP Negeri 40 Bendungan Hilir dan lulus tahun 1993. Pendidikan sekolah menegah atas di selesaikan di SMA Negeri 35 Karet Tengsin Jurusan Biologi dan lulus tahun 1996. Penulis diterima dan terdafiar sebagai mahasiswa lnstitut Pertanian Boyor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 1996 pada jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SETP) Fakultas Peternakan. Selama kuliah, penulis sempat aktif di berbagai kegiatan dan organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah ikut dalam jajaran kepengurusan organisasi mahasiswa jurusanHIMASEIP tahun 1998. Penulis pernah ikut dalam pagelaran seni musik dan seni peran dalam berbagai kegiatan kesenian di kampus dan sempat aktif dalam kepanitian Aksi Peduli IPB (API) yang diadakan BEM IPB. Penulis pernali menjadi asisten dosen di beberapa rnata kuliah selama kuliah.
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis dapat mennyelesaikan tugas akhir ini dengan baik walaupun sepanjang proses pembuatannya menghadapi banyak kendala yang disebabkan oleh keterbatasan penulis. Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan studi penulis di Jurusan Sosial Ekonomi lndustri Peternakan Fakultas Peternakan di Institut Pertanian Bogor. Ueapan terima kasih yang tiada terhingga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu seeara langsung maupun tidak langsung dalal1l pembuatan tug as akhir dan penyelesaian studi penulis, yaitu : I. Bapak Ir. Zulfikar Moesa, MS selaku pembimbing utama dan Bapak Dr. Ir. Raehl1lat Pambudy, MS selaku pembimbing anggota yang telah l1lemberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis untuk kesempurnaan skripsi ini dengan penuh perhatian dan kesabaran. 2. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS dan Bapak Dr. Ir. Rudy Priyanto selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-l1lasukan yang berharga untuk perbaikan skripsi. 3. Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Peternakan yang l1lel1lpunyai andil besar dalam kelanearan pembuatan skI-ipsi dan penyelesaian studi penulis. 4. Kepada Ibu dan Bapak beserta udik dan kakak di rumah yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalal1l l1lenyeleshikan studio
5. Kepada selurllh penghllni "MOSTAR"
khllsusnya Endro, O'i, Baskoro,
Erwan, Udin, Faisal, Bono, Oday dan Arif yang telah memberikan batuan dan tumpangannya. 6. Kepada semua teman-temankll di SEIP yang telah memberikan dukungan dan saran-sarannya terlltama "Babe" , Marzuki, Rizal, Yusrizal, Amir, Nugraheni, Novilda, Rini, Yllli, Mega, dan banyak lagi yang lainnya yang tidak bisa diseblltkan satu per satu. 7. Tidak terlupa terima kasih pemdis sampaikan kepada Pak Udin yang telah memberikan bantuannya uiltuk kelancaran pembuatan skripsi ini Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kesalahankesalahan yang dibuat oleh penulis namun ini semua Illenjadi pengalaman yang berharga buat penulis. Segala keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penlilis Illejaui kendala dalam pembuatan skripsi ini dan untllk itu mohon maklulll at as keicillahankelelllahan dalalll skripsi ini.
Semoga tulisan ini dapat berguna bagi pihak-pihak
yang membutuhkan dan penulis sendiri.
Darmaga, November 2000
Penlliis
DAFTAR lSI I{alaman
RINGKASAN ........................... .
.11
LEMBAR PENGESAHAN ..................... .
. ... v
RIWAYATHIDUP ...................................... .
. .. VI
KATA PENGANTAR. .......................... .
.. VII
DAFTARISL. ................. .
. .. IX
DAFTAR TABEL...................................... .......... ...... .
. .. XI
DAFTAR LAMPIRAN ............................................. .
. ... XIIl
PENDAHULUAN ................................................................. . Latar Belakang Penelitian ............................................ . Perumusan Masalah .... . ..................... . Kegunaan Penelitian ........................... . Tujuan Penelitian ................................................. .
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... . Bakso ............................................................................. . Informasi Pangan ...................................................... .
.3
. ... 4 . .................. 4 . .5
.5 ... 6
Perilaku Konsumen ..................................................... .
.7
Tahap Menerima Pengaruh ................................ .
........ 8
Tabap Menilai ......................................... .
.9
Tahap Membeli ...................................... .
... 12
Halaman .. 12
Bauran Pemasaran ........... .
PROSEDUR PENELITIAN .. ......................... .
.. 15
Populasi dan Sampel..
.. IS
Desain ...................................................................... .
.. 15
Data dan Instrumentasi ............................................................ . ...... .... . 16 Pengumpulan Data ....................................................... .
. 16
Analisis Data ................................................................ .
.. 16
DEFINISI ISTILAH ................................... ..................... .
. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... .
..21
Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................... .
..21
Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios .......... .
.23
Perilaku Konsumen Bakso Kios ............................ .
..25
Bauran Pemasaran ......................................................... .
...... 34
Hubungan Variabel Karakteristik Konsumen dengan Intensitas Pembelian .38
KESIMPULAN DAN SARAN.
. .... 46
Kesimpulan ................. .
.............. 46
Saran ................. .
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... .
LAMPIRAN .............................................................................. .
. ......... 47
... 48 . .... 50
DAFTAR T ABEL
Nomor
Teks
Halal11an
1. Tingkat Konsumsi Daging Nasional Tahun 1996-1998 ..
. .... 1
2. Hasil Uji Organoleptis Bakso Sapi ............ .
..... 6
3. Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios .................... ..
. .. 24
4. Sumber Informasi Bakso ............................................................. .
. .. 26
5. Tahap Menerima Pengaruh """""""""'" ............ ..
... 27
.6. Persepsi Bakso Menurut Konsumen ................................. .
. .. 29
7. Preferensi Konsumen Bakso ...
... 3 I
8. Tahap Pembelian ""'" 9. Tahap Mengkonsumsi .............................................. ..
. .. 34
I O.Tablllasi Silang antara Pcngeillaran dan Inlcnsilas PCl11bclian ...
.. ]e)
II.Tablllasi Silang Hasil Transforl11asi antara Intcnsitas Pembelian dengan Tingkat Pengelllaran .................................. '
....... 39
12.Tabulasi Silang antara Tingkat Umur dan lntensitas Pembelian ..
. ...... 40
13. Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Umur ............. ..
..41
14.Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian.
..42
15.Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pendidikan ......................... ..
...42
16.Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dan Intensitas Pembelian..........
43
Halaman 17.Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas Pembelian dengan Jenis Kelamin ........................... . lS.Uji Independensi antara karakateristik Konsumen dengan Intensitas Pembelian ......................................................... .
. ................ 43
..... 45
DAFTAR LAMPlRAN No.
Teks
Halaman
I. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pengeluaran Per Bulan.... .........
51
2. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat UmuL.............. ................................
52
3. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pendidikan................................. ............................
53
4. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Jenis Kelamin...............................................................
54
PENDAHULUAN Latar Belalmng Penelitian Kualitas hidup suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat konsumsi akan protein hewani. Semakin tinggi tingkat konsumsi protein hewani suatu bangsa maka dapat dikatakan kualitas hidupnya semakin tinggi. Tingkat konsumsi daging nasional dari tahun ke tahun dewasa ini mengalami penurunan. Hal ini tak terhindarkan karena tiga tahun ke belakang bangsa Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang pada saat ini pun belum pulih sepenuhnya. Tabel 1. Tingkat Konsumsi Daging Nasional Tahun 1996- i 998 Tahun
Tingkat Konsumsi Daging (gram/kapita/hari)
1996
2,7
1997
2,57
1998
2,36
Sumber : Biro Pusat Statistik (1998)
Daging sebagai salah satu sumber protein hewani memiliki tingkat konsumsi yang relatif masih rendah, karena daging masih dianggap sebagai bahan pangan mewah dan harganya mahal. Oleh karen a itu diupayakan untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah dari daging yang bermutu rendah seperti tetelan atau pemanfaatan jenis daging yang kurang populer di masyarakat agar menjadi suatu yang lebih bernilai ekonomis. Bakso merupakan makanan jajanan yang dewasa ini cukup populer dan digemari berbagai kalangan. Hal ini tercermin dari menjamurnya . penjual mie bakso mulai dari gerobak dorong dan warung-warung kecii hingga
restoran mewah. Bakso juga merupakan salah satu produk olahan yang memiliki potensi usaha untuk dikembangkan seperti jenis makanan fast food yang lain (Sunarlim, 1992). Bakso berperan sebagai sumber gizi bagi masyarakat juga dapat menyerap tenaga kerja cukup banyak.
Ditin~au
dari segi gizi, bakso sapi merupakan sumber
protein hewani karena daging sapi mengandung protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manllsia. Dari segi penyerapan tenaga kerja , usaha bakso mcmblltllhkan tcnaga kerja mulai dari lokasi penggi:ingan, sampai daerah produsen dan sekal iglls pemasarannya. Pembuatan bakso yang pada umumnya menggunakan daging segar agar dihasilkan bakso yang kenyal dan kompilk. Bahan baku bakso umumnya berasal dari daging paha belakang sapi, akan tetapi dapat juga dibuat dari bagian karkas lainnya (Tarwotjo et aI, 1971). Kotler (1992) menyatakan.untuk bisa tetap bertahan biasanya para produsen meningkatkan efesiensi dalam hal biaya maupun produksi, dimana keduanya bertujuan untuk membuat harga dapat bersaing. Perbaikan mutu, pengembangan produk, perbaikan saluran distribusi dan memahami selera konsumen adalah langkahlangkah produsen untuk memajukan usahanya. Di antara sejumlah kegiatan tersebut, salah satu yang paling penting adalah bagaimana cara memahami selera konsumen. Ketatnya persaingan menyebabkan produsen harus berorientasi pada kebutuhan konsumen yang senantiasa mempunyai banyak pertimbangan dalam melakukan pembelian. Keberhasilan kegiatan pemasaran ditentukan oleh kepekaan dalam menanggapi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu, kemampuan dalam menyelami persepsi dan preferensi konsumen sehingga dapat diketahui mengapa
2
konsumen memilih suatu produk. Adanya perbedaan lingkungan, pengaruh teman, daya beli, budaya dan jenis produk akan membentuk perilaku konsumen yang berbeda. Hal ini dapat dijelaskan oleh suatu riset pemasaran yang berguna dalam mengambil keputusan, meminimalkan resiko usaha, dan mengembangkan strategi pemasaran lebih dini. Dengan mengetahui perilaku konsumen bakso, pengusaha dapat menentukan cara pemasaran yang tepat agar dapat menjaring pembeli lebih banyak Iagi. Pengusaha bakso harus mengetahui persepsi dan preferensi dari konsumen bakso agar dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam menetapkan bauran pemasaran yang sesuai dalam keputusan harga, produk, distribusi dan promosi.
Perumusan Masalah Bagi produsen pengetahuan mengenai perilaku konsumen sangat bermanfaat dalam mengembangkan strategi pemasaran seperti peluncuran produk baru, diferensiasi produk, pengembangan produk. Oleh karen a itu
penting untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen bakso. Adapun permasalahan spesifik yang akan dikaji lebih mendalam, dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios (penerimaan pengaruh, menilai,
membeli, sampai mengkonsumsi) yang berada
di dekat pusat-pusat keramaiaan di Kota Bogor. 2. Bagaimana strategi bauran pemasaran bakso kios setelah mengetahui perilaku konsumen.
3
3.
Bagaimana hubungan antara variabel intensitas pembelian dengan variabelvariabel karakteristik konsumen bakso kios (pengeluaran, tingkat umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin) yang berada di dekat pusat-pusat keramaian di Kota Bogor.
Kegunaan Penelitian Sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi serta masukan yang baik bagi pihakpihak yang membutuhkan. Bagi peneliti sendiri, penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang perilaku konsumen bakso sapi serta sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios (penerimaan pengaruh, menil&i,
membeli, sampai mengkonsumsi) yang berada
di dekat pusat-pusat keramaiaan di Kota Bogor. 2. Menganalisis strategi bauran pemasaran bakso kios setelah mengetahui perilaku konsumen. 3.
Menganalisis hubungan antara variabel intensitas pembelian dengan variabelvariabel karakteristik konsumen bakso kios (pengeluaran, tingkat umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin) yang berada di dekat pusat-pusat keramaian di Kota Bogor.
4
TINJAUAN PUSTAKA Bakso Bakso didefinisikan sebagai produk yang dibuat dari daging yang dihaluskan, dicampur dengan pati, dan dibentuk bulatan-bulatan kemudian dimasak dengan air panas (Tarwotjo et aI., dalam Aulia 1999). Bakso diduga berasal dari daratan Cina dan telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan jajanan yang dianggap murah (Sunarlim, 1992), Dalam istilah Cina, nama bakso berasal dari kata "bak" yang merupakan singkatan dari kata babi namun yang populer di Indonesia adalah yang dibuat dari daging sapi. Aulia (1999) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa bakso dagillg didefinisikan sebagai produk
ma.~anan
berbentuk bulatan atau lainnya yang diperoleh
dari eampuran dagimg ternakdan pati atau serelia dengan atau tanpa bahan tambahan pangan yang diizinkan. Berdasarkan ukurannya ada empat kelompok bakso yaitu : (1) Bakso ukuran keeil (diameter < 2 em), (2) Bakso ukuran sedang (diameter 2-3 em), (3) Bakso ukuran median (diameter 3-5 em), dan (4) Bakso ukuran super (diameter 57 em).
Daging yang digunakan untuk membuat bakso adalah daging yang sesegar mungkin yaitu segera setelah pemotongan tanpa mengalami proses penyimpanan sehingga dapat menghasilkan mutu yang baik. Daging yang sering digunakan untuk membuat bakso pada industri bakso umumnya berumur kurang dari dua jam setelah pemotongan atau pre-rigor (Sunarlim, 1992).
Dari hasil penelitian Nurmi (I995) menunjukkan hasil uji organoleptis terhadap bakso dengan kriteria penampilan, bau, rasa, kekenyalan, keempukan dan kesan terhadap 20 orang panelis. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan tingkat kesukaan terhadap
kriteria penampilan
diatas
tadi.
Masing-masing
kriteria
mempunyai kisaran tingkat kesukaan antara lain sangat suka, agak suka, biasa saj a, tidak suka, dan sangat tidak suka. Kriteria-kriteria tersebut diberi bobot nilai sesuai dengan tingkat kesukaannya antara i-5. Kesukaan tinggi (sangat tinggi) diberi bobot nilai 5 sedangkan tingkat kesukaan terendah (sangat tidak sUka) diberi bobot nilai 1. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi (323,5) untuk bakso yang dibuat dari potongan paha sapi dari pada yang dibuat dari lemusir sapi (273,5). Hal ini dapat dilihat di Tabel 2. Tabel2. Hasil Uji Organoleptis Bakso Sapi Kriteria Penampilan Bau Rasa Keempukan Kekenyalan Kesan Nilai
Paha 56,5 57,5 57,0 46,0 57,0 49,5 323,5
Lemusir 40,0 57,5 55,0 30,5 48,5 42,0 273,5
Sumber : Nurmi, A. (1995)
Informasi Pangan
Informasi pangan dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman, keluarga maupun pemimpin opini (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Sekarang ini kita sadari semakin luas peranan media masa dalam penjualan dan promosi yang membawa perubahan sosial dan sikap. Kekuatan media mas a dapat mempengaruhi pikiran
6
orang-orang, berpengaruh terhadap kebiasaan dan praktik kehidupan, serta dapat merubah tujuan hidup mereka (Sanjur, 1982). lumlah dan kualitas informasi dari semua alternatif yang mungkin akan menentukan kualitas keputusan yang dihasilkan serta tingkat kepuasan yang didapat dari keputusan tersebut. Informasi pangan yang masuk ke dalam keluarga diseleksi oleh nilai dasar yang ditentukan oleh empat faktor yaitu selera, nilai sosial makanan, manfaat kesehatan dan gizi serta harga subsitusi barang sejenis
(Hardinsyah dan
Suhardjo, 1987). Sumber informasi yang rnembuat konsumen tabu informasi dan informasi terbanyak tentang makanan tradisional Sunda lebih banyak berasal dari keluarga dan ternan dekat. Konsumen suku Sunda mendapat pengaruh untuk mengkonsumsi makanan tradisional Sunda di rumah makan Sunda dari keluarga (60 persen) dan ternan (16,6 persen), sedangkan konsumen bukan Sunda mendapat pengaruh dari ternan keluarga (57 persen) dan ternan (12 persen) (Candraningsih, 1995).
Perilaku Konsumen ~
, \/).G'I'"I(}'P
,\
\";>("''''<:",L''''\''''<,',<:;,~<"''r-·
1_ "',,. • ••• ,.'. '1'-- ... , ....... ' ,
_••••.• '
t/'/ Perilaku konsumen segal a sesuatu yang dilakukan individu untuk
.. <.,.,
'.-_.<'~.-.. ~
pencapaian
tujuan dan didalamnya mencakup cara-cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut (Winkel, 1984). Perilaku konsumen merupakan bagian dari ilmu perilaku manusia untuk mempelajari bagaimana individu bertindak dalam mengkonsumsi suatu komoditi atau jasa. Menurut Loudon dan Dellabitta (1984) perilaku konsumen merupakan suatu proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu dalam menilai, memperoleh dan
7
menggunakan barang atau jasa. Model-model perilaku konsumen dikembangkan sekarang ditekankan pada proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik sert" kognitif konsumen sebelum, selama, sesudah pembelian. Perilaku konsumen dapat ditinjau dari dua aspek. Dari aspek keilmuan perilaku konsumen didefinisikan ·.sebagai ilmu yang mempelajari semua aktifitas konsumsi didalam menilai, membeli dan menggunakan serta menjawab mengapa dan bagaimana konsumen bertindak. Dari aspek proses, perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dalam menilai, membeli dan menggunakan, seperti model Nicosia. Dalam model Nicosia, proses pengambilan keputusan dibagi empat tahap yakni, tahap menerima pengaruh, tahap menilai , tahap membeli dan tahap mengkonsumsi (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Perilaku pangan golongan atas lebih banyak dipengaruhi iklan televisi dibanding masyarakat golongan bawah. Golongan atas (66,7 persen) ini lebih banyak . mendapat masukan informasi mengenai produk pangan dari iklan televisi dibanding golongan menengah (33,3 persen) dan kelas bawah (0 persen), ini menunjukkan semakin tinggi golongan so sial ekonomi semakin tinggi mengkonsumsi produk pangan yang diiklankan di televisi (Mustari, 1994).
Tahap Menerima Pengaruh Pengaruh dapat berupa stimulus yang merupakan suatu isyarat (sosial, komersil atau non komersil) atau alat pendorong yang bersifat fisik untuk memotivasi seseorang dalam bertindak. Isyarat so sial dapat diperoleh dari teman-teman, rekan sejawat atau sekerja, anggota keluarga atau orang lain yang tidak berhubungan
8
dengan penjual. Isyarat komersil merupakan pesan yang dispollsori oleh sebuah perusahaan, pedagang atau orang-orang yang berhubungan dengan penjual. Stimulus yang berupa dorongan fisik terjadi ketika indera seseorang dipengaruhi spwen rasa haus, dingin, lapar dan sebagainya (Evans dan Bernam, 19S2). Pengaruh yang diterima konsumen biasanya berupa rasa tertarik, rasa mgll1 tahu, rasa senang, rasa lapar dan hal-hal lain yang menarik dari informasi pangan yang diterima. Secara umum pengaruh-pengaruh ini dapat dikelompokkan menjadi pengaruh internal dan pengaruh eksternal (Hardinsyah dan Suhardjo, 19S7). Hasil penelitian Mustari (1994) menyatakan bahwa anak umur 6-1S tahun (60 persen) lebih banyak mengkonsumsi bahan pangan dibandingkan dengan anak berumur IS tahun ke atas (40 persen). Ini menunjukan anak umur 6-1S tahun lebih cepat tertarik, terpengaruh dan mencoba suatu produk pangan yang diiklankan lewat media televisi ketimbang anak berumur IS tahun ke atas. Dari kedua golongan tersebut kelompok umur 6-lS tahun (55,5 persen) lebih banyak memperoleh informasi tentang produk pangan dari media televisi dari pada kelompok umur IS tahun ke atas (44,4 persen).
Tahap Menilai Pengaruh yang diterima konsumen berakumulasi dengan sikap (pikiran, perasaan, kepercayaan) konsumen yang dapat merangsang untuk memberikan penilaian terhadap pangan yang akan dibeli. Kemudian konsumen menyusun dan membentuk alternatif atau pilihan (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987) Dalam memilih alternatif yang terbaik konsumen mempertimbangkan satu atau lebih aspek yakni
9
aspek teknis, aspek ekonomis, budaya, kesehatan, gizi, agama atau kombinasi dari semua aspek tersebut (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Hasil penelitian Iuvitawati (I995) menyatakan untuk kriteria penilaian dalam memilih buah, segi kualitas dan kebersihan mendapatkan perhatian yang besar dari semua kelompok masyarakat. Pada kelompok masyarakat bawah sebesar 40 persen dan 35 persen sedangkan kelompok menengah sebesar 36 persen dan 33 persen. Pada masyarakat kelas atas persentasenya adalah 39 persen dan 38 persen. Dalam penelitian ini, tahap penilaian dijelaskan dengan melihat persepsi dan preferensi dari konsumen. Persepsi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), persepsi didefinisikan sebagai (1) tanggapan (penerimaan langsung) dari suatu sera pan, atau (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam penelitian ini mengacu
pada arti tanggapan konsumen terhadap produk bakso. Persepsi
seseorang mengenai suatu obyek dipengaruhi oleh fungsi sosial dan kepribadian. Dalam konteks ini maka ciri khas atau karekteristik sosial obyek yang dipersepsi memegang peranan penting (Sadli, 1985). Menurut Kotler (1992) seseorang dapat muncul dalam persepsi yang berbeda terhadap suatu obyek yang sama karena tiga proses yang berkenaan dengan persepsi yaitu penerimaan rangsangan, pell/bahan makna informasi dan pengingatan sesuatu yang kesemuannya dilakukan secant selektif. Menurut Almatsier et aI., (1982) faktor yang mempengaruhi pcrsepsi seseorang atas makanan adalah penampilan, rasa, demograpi, lingkungan, Illulu, dan selera.
10
Hasil penelitian luvitawati (1995) menunjukkan pendapat buah merupakan kebutuhan pokok terhadap kelompok masyarakat. Dengan hasil jajak pendapat itu menunjukkan sebagian besar kelompok masyarakat berpendapatan tinggi (76 persen) menyatakan setuju terhadap pendapat di atas. Pada masyarakat menegah dan bawah menyatakan kesetujuannya dengan persentase sebesar 66 persen dan 51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran yang tinggi dalam mengkonsumsi buah guna menjaga kesehatan. Preferensi. Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan terhadap makanan terscbut dan preferensi ini akan berpcngaruh tcrhadap konsumsi pangan tersebut. Preferensi terbentuk dari persepsi terhadap produk, presepsi yang sudah mengendap dan melekat akan menjadi preferensi (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Fisiologi,
perasaan,
dan
sikap
terintegrasi
mcmbcntuk
preferensi terhadap prod uk dan akhirnya membentuk perilaku konsumen. Meski preferensi mempunyai suatu struktur namun ini dapat berubah dan dapat dipelajari dari kecil. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama orang muda dan akan menjadi permanen jika sudah menjadi gaya hidup (Sanjur, 1982). Pada umumnya semua kelompok masyarakat memilih jenis buah-buahan yang paling sering dihidangkan adalah jeruk dan pisang. Pada masyarakat kelas bawah adalah persentasenya sebesar 22 persen dan 44 persen sedangkan pada masyarakat kelas atas persentasenya sebesar 19 persen dan 28 persen. Buah pepaya menempati peringkat pertama (29 persen), selanjutnya pisang (28 persen) kemudian disllsul jeI1lk (19 persen) dalam jenis buah yang sering dihidangkan dalam keluarga pada masyarakat menengah (Juvitawati,1995)
II
Tahap Membeli Keputusan membeli dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor kebudayaan meliputi budaya, sub budaya, dan kelas so sial. Faktor sosial mencakup kelompok preferensi, keluarga, peranan dan status. Faktor pribadi terdiri dari usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, dan sikap (Kotler, 1992). Setelah konsumen memilih yang terbaik menurutnya maka terjadilah transaksi pada tingkat harga tertentu. Dalam hal ini harga yang dibentuk pada tahap menilai. Pada tahap ini keputusan yang perIu diambil oleh konsumen adalah membeli dalam jumlah sedikit atau banyak bila cukup uang (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Ada tiga hal yang perlu diputuskan pada tahap ini yaitu tempat pembelian, cara pembelian, dan ketersediaan (Evans dan Bernam, 1982).
Bauran Pemasaran Kotler
(1992)
mendefinisikan
bauran
pemasaran
sebagai
perangkat
pemasaran yang digunakan untu!:: mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Ada banyak alat pemasaran, salah satunya adalah 4P yang terdiri dari produk (product), harga
(price), distribusi (place) dan promosi (promotion).
Produli Definisi produk menurut Kotler (1992) adalah segal a sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, at au dikonsulllsi sehingga dapat memuaskan suatu keingina!l atau suatu kebutuhan. Kepu!usan-
12
keputusan tentang produk mencakup atribut produk (mutu, ciri, model), merek dan kemasan dari produk yang akan dijual. Perencanaan bauran produk meliputi produk mana yang harus dikembangkan, dipertahankan, tinggal dipanen atau ditarik dari peredaran. Lumbantoruan (1993) dalam penelitiannya tentang bauran produk dalam pemasaran susu pasteurisasi pada PT. 1ndomilk, melaporkan bahwa adanya keragaman selera secara keseluruhan tidak dapat dipenuhi oleh satu jenis produk saja oleh karena itu perusahaan memproduksi susu segar rasa coklat dan tawar llnluk memenuhi selera pasar.
Ha .. ga
Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh konsllmen untuk mendapatkan suatll prodllk. Strategi harga meliputi penetapan harga, keseragaman harga, potongan harga, tingkat harga dan syarat-syarat pembayaran. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran pendapatan, unsur lainnya berhubungan dengan biaya.
yang
menghasilkan
~
PT. Indomilk menetapkan harga yang tinggi pada prodllk yang dihasilkall dengan tujuan untuk menguasai pangsa pasar dengan produk yang bermutll tinggi Dalam kebijakan harganya, PT. Indomilk menetapkan harga yang seragam bagi setiap distributor di wilayah pemasaran yang berbeda. Kebijakan ini berguna untuk merangsang penjualan pada daerah distribllsi yang jallh dari pabrik, memlldahkall pengawasan harga dan jika dilakukan promosi harga akan lebih mlldah dilakukan (Lumbantoruan, 1993).
13
Distribusi
Bauran
distribusi
adalah
gabungan
faktor-faktor
tentang
bagaimana
menentukan tempat atau lokasi distribusi untuk memenuhi pasar yaitu wilayah yang dijadikan sasaran pemasaran. Untuk menentukan saluran pemasaran yang akan dipilih, harus mempertimbangkan jenis dan sifat produk, sifat konsumen potensial, sifat saluran pemasaran yang ada (Kotler, 1992). Kotler (1992) juga mengemukakan bahwa sifat produk yang tidak tahan lama lebih membutuhkan pemasaran langsung karena jika tidak, ada kemungkinan barang akan rusak dan mengalami penanganan yang berpindah-pindah tangan.
Promosi
Menurut Kotler (1992), promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk dan untuk menyakinkan pelanggan agar membeli produk tersebut. Promosi dapat dilakukan dengan menggunakan empat alat utama yaitu iklan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan
pribadi.
Kepetusan-keputusan
pendistribusian anggaran
dalam
bauran
promosi
menyangkut
promosi kepada keempat alat promosi yang disebutkan
diatas.
14
U
menunjukkan proporsi terbesar (29,7 persen) pada umur 0-4 tahun diikuti dengan 1014 tablln (25,4 persen) dan seterusnya. Struktur penduduk Kota Bogar merupakan struktur penduduk muda karena terkonsentrasi pada umur 0-24 lahun (62,9 persen). Sebagian besar penduduk Kota Bogor mempunyai mala pencarian sebagai karyawan swasta (39,39 persen), perdagangan (18,37 persen), pegawai negeri (16,56 persen), tukang (7,36 persen), jasa (6,59 persen), pensiunan (5,75 persen), burllh tani (3,94 persen) dan ABRI (2,07 persen).
Gambaran Umum Pedagang Bakso di Kota Bogor Menurnt Wabyudin (1993) pedagang bakso sapi adalah salah satu bentuk usaha kecil
yang bersifat informal dan tradisional. Usaha bakso sapi sudah lama
dikenal masyarakat luas dan ada tiga macam cara beroperasi usaha pedagang jajanan yaitu : I. Pedagang yang berpangkal di pusat keramaian pada lokasi strategis 2. Pedagang yang mempunyai usaha tersebar di daerah pemuki man, dan 3. Pedagang keliling. Daerab Kota Bogor yang ramai dijadikan lokasi berjualan pedagang bakso antara lain ; terminal Merdeka, sekitar lokasi taman ropi, kawasan perdagangan Warung Jambu,Sukasari, Pasar Barn Bogor, Ciawi dan beberapa daerah terminal lainnya serta daerab wisata dan pemukiman penduduk (Yusrizal, 2000). Menurnt Deperindag Kota Bogor pedagang bakso tennasuk ke dalam kriteria pedagang keliling dan pedagang kaki lima yang menetap pada suatu lokasi. Keberadaan pedagang bakso ini sebagai salah satu bentuk usaha dari masyarakat yang
22
Tabe13. Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Wanita USia 20 tahun ke bawah 20-29 tahun 30-39 tahun 40-50 tahun 50 tahun ke atas Tingkat Pendidikan Akhir SD SMP SMA Akademi Sarjanallebih Pcke.jaan Utama Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri Wiraswasta Karyawan Swasta Mahasiswa Pelajar Pengeluaran Per Bulan Rp 150.000,- kebawah Rp 150.000, - 299.999,Rp 300.000, - 499.999,Rp 500.000, - 699.999,Rp 700.000,- ke atas
Frekuensi
Persentase (%)
22 28
44 56
8 24 15 2
16 48 30 4 2
10 10 23 2 5
20 20 46 4 10
7 7
14 14 26 30 10 6
13
15 5 , 0
10
25 9 3 3
20 50 18
6 6
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa konsumen bakso kios sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA dengan persentase sebesar 64 persen Tingkat pendidikan yang terendah yakni SD dan SMP masing-masing memiliki persentase 20 persen dan 20 persen, sementara tingkat pendidikan tertinggi yaitu Akademi dan Sarjana masing-masing memiliki proporsi 4 persen dan 10 persen.
24
Tahap Menerima Pengaruh Tingkat penerimaan pengaruh dapat dilihat dari tingkat ketertarikan konsulllen pada saat mendengar informasi tentang bakso. Tingkat ketertarikan yang paling banyak diungkapkan oleh konsumen adalah tingkat ketertarikan yang "biasa-biasa" saja dengan persentase 48 persen. Hal ini menunjukkan penyebaran informasi yang Jakukan oJeh pedagang kios bakso kurang dapat menarik perhatian konsumen. Tingkat ketertarikan yang berkategori
"tertarik" berada pada posisi berikutnya
dengan persentase 40 persen (Tabel 5). Tabel 5. Tahap Menerima Pengaruh Tahap Menerima Pengaruh Sil
Frekuensi
Persentase (,X.)
6 20 24 0 0
12 40 48 0 0
32 8
64 16 10 6
5
3 2
4
34 9
68 18
4 3
8 6
BiJa dilihat alas an kosumen mengkonsumsi bakso dapat dilihat Illotivasi apa yang tersembunyi dalam mengkonsulllsi. Alasan karena rasa bakso yang enak banyak dikemukakan oleh responden dengan persentase yang paling tinggi yakni sebesar 64
27
makanan cemilanljajanan (52 persen) sisanya 48 persen yang menganggap status bakso sebagai makanan hobi sementara yang menganggap bakso sebagai makanan utama tidak ada (Tabel 6). Tabel 6. Persepsi Bakso Menurut Konsumen Persepsi Bakso Menurut Konsumen Persepsi status bakso : Makanan jajananlc.emilan Makanan hobi Persepsi gizi bakso : Sangat bergizi Bergizi Biasa saja Tidak bergizi Persepsi harga te.-mural! : Rp 1000 Rp 1500 Rp 2000 Rp 2500 Rp 3000 Persepsi harga termahal : Rp 2000 Rp 2500 Rp 3000 Rp 3500 Rp 4000 Rp 4500 Rp 5000
Frekuensi
Persentase ('Yo)
26 24
52 48
5 27 15 J
10 54 30 6
10 13 17 6 4
20 26 34 12 4
5 9 14 3 2 3 14
10 18 28 6 4 6
~
28
Dalam Tabel 6 dapat dilihat persepsi konsumen terhadap tingkat gizi bakso yang paling banyak adalah pendapat tingkat gizi bakso yang "bergizi" (54 persen) Hal ini menjelaskan bahwa bakso sapi layak dikonsumsi untuk orang-orang yang mendambakan makanan bergizi dan murah. Persepsi tentang harga yang termurah dan termahal ditanyakan kepada reponden dengan pertanyaan terbuka agar tidak membatasi konsumen mengenai
29
Tahap Pembelian Dalam memilih tempat pembelian (kios) tentunya konsumen memiliki alasan tertentu. Alasan kedekatan lokasi merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan oIeh responden (56 persen). Hal ini tidaklah mengherankan karen a tidak banyak bakso kios yang mempunyai keunikan tertentu sehingga menjadi daya tarik untuk menarik konsumen dari tempat.. yang jauh. Ada 28 persen responden yang mengemukakan alasan memilih temp at pembeliannya kerena temp at langganan sedangkan yang Iainnya (I6 persen) mengemukakan alasan keterkenalan teillpat (TabeI8). TabeI 8. Tahap Pembelian Tahap Pembelian Alasan memiIih kios bakso : Terdekat Langganan TerkenaI Perilaku pembelian : Sering berganti temp at kios karena tidak puas Puas tapi ingin cari variasi Setia pada satu macam produk bakso kios . eara pengambilan keputusan pembelian : Terencana Mendadak
Bila dilihat perilaku pembelian
Frekuensi
Persentase ('Yo)
28 14 8
56 28 16
8 35 7
16
18 32
70 14 36
64
dari respoden, menunjukkan tidak banyak
dari respoden yang setia terhadap satu macam produk atau bakso kios, hanya 14 persen dari respond en. Kesetiaan ini kemungkinan Iebih disebabkan oIeh kedekatan Iokasi bukan karena cita rasa produk bakso atau kiosnya. Perbedaan yang tidak kuat terhadap produk bakso, membuaf konsumen tidak dapat membedakan antara satu
32
dengan yang lainnya sehingga walaupun puas tetapi ingin mencari variasi (mencari sesuatu yang beda). Hal ini gambarkan dengan tingginya persentase dari respond en yang memiliki perilaku pembelian seperti itu (70 persen). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Dari 50 responden, kebanyakan mengambil keputusan pembelian di tempat pembelian (point oj purchase) dengan cara pembelian yang mendadak (64 persen). Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya dorongan untuk melakukan pembelian yang tak direncanakan dan dalam taraf coba-coba. Sisa dari responden (36 persen) berperilaku pembelian bakso yang sudah terencana. Pembelian terencana terjadi karena pembelian itu sudah di agendakan dalam benak konsumen dan hal ini terjadi jika konsumen memiliki informasi yang memadai mengenai produk yang akan dibeli (Tabel 8).
Tahap Mcnglmnsumsi Kebanyakan responden mempunyat intensitas pembelian 3 -10 kali dalam
•
sebulan sebesar 50 persen dari responden. Hal ini menunjukan bahwa intensitas pembelian bakso kios per bulan ternyata relatif kecil. Responden yang intensitas pembelian kurang dari 3 kali per bulan memiliki persentase 36 persen sedangkan yang intensitas pembeliannya lebih dari 10 kali persentase 14 persen. Lebih jelas lagi, dapat dilihat pada Tabel 9.
33
Tabel 9. Tahap Mengkonsumsi Tahap Mengkonsumsi
Frekuensi
PCl"sentase ('X.)
7 25 18
14 50 36
17 33
34 66
Intensitas pembelian : Lebih 10 kali 3-10 kali Kurang 3 kali Perilaku mengganti nasi dengan bakso sekali waktu : Pernah Tidak pernah
Dalam penelitian ini dilakukan jajak pendapat yang menanyakan mengenal apakah pernah mengkonsumsi bakso untuk menggantikan nasi dalam sekali waktu pada saat lapar. Hasil jajak pendapat menunjukkan 34 persen dari responden menyatakan pernah melakukan hal tersebut dan sisanya menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun bakso bukan merupakan makanan pokok tetapi sekali waktu dapat menggantikan nasi jika dalam kondisi mehilangkan kejenuhan (TabeI9).
Bauran Pemasaran
Dengan mengetahui perilaku konsumen,
pedagang bakso kios
dapat
menentukan bauran pemasaran yang tepat agar dapat menjaring pembeli lebih banyak lagi. Pedagang bakso kios hams mengetahui persepsi dan preferensi dari konsumen bakso agar dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam menetapkan bauran pemasaran yang sesual dalam keputusan harga, produk, distribusi dan promosi.
34
Strategi P.-oduk
Variabel paling dasar dari pemasaran adalah produk, yang merupakan tawaran nyata yang akan dilempar ke pasar. Pedagang bakso kios
harus melakukan
pengembangan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Persaingan yang teljadi mengharuskan pedagang bakso kios memikirkan karakteristik produk atau atribut produk yang mampu bersaing dengan produk lain. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui preferensi konsumen tentang atribut produk bakso yang meliputi aroma bakso, tingkat rasa daging, warn a bakso, ukuran bakso, dan jumlah bakso seporsi. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa konsumen menginginkan aroma bakso daging rebus, tingkat rasa daging yang sedang, warna bakso abu-abu gelap, ukuran bakso sedang (diameter 3-5), danjumlah bakso antara 35 butir seporsi. Preferensi konsumen ini patut dijadikan acuan bagi pedagang bakso kios untuk pengembangan produk yang mengarah pada keinginan konsLlmen. Tidak terlepas daripada itLl juga pelayanan yang diberikan oleh pedagang bakso kios harus dapat memuaskan pelanggan agar tercipta kesetiaan terhadap produk bakso yang bersangkutan. Dalam bal ini pelayanan meliputi kecepatan dalam penyajian, keramahtamahan pelayan, dan fasilitas-fasilitas lain yang mendukung kegiatan kios.
Strategi Harga
Harga bakso kios perlu disesuaikan dengan nilai produk bakso kios yang ditawarkan menurut sudut pandang konsumen karena murah menurut padagang bakso kiso belum tentu murah menurut konsumen. Harga bakso kios sangat menentukan
35
keberhasilannya di pasar karena harga merupakan salah satu pertimbangan utama konsumen dalam memilih barang yang dikonsumsi. Penelitian ini mencoba untuk . mengetahui persepsi harga bakso kios termurah dan termahal menurut sudut pandang konsumen. Persepsi harga bakso kios termurah yang paling banyak mengemuka adalah pada tingkat harga Rp 2000 per porsi. Persepsi harga bakso kios termahal yang paling banyak mengemuka adalah pada tingkat harga Rp 3000 dan ,Rp 5000 per porsi yang keduanya memiliki persentase yang sarna (Tabel 6). Hal ini menunjukan bahwa spektrum harga dari bakso kios per porsi berkisar antara Rp 2000 - Rp 5 000. Titik terendah dan tertinggi dalam suatu spektrum harga merupakan titik psikologis harga yang sulit dilewati yang berarti, jika ada bakso kios per porsi yang harganya berada di bawah harga termurah, kemungkinan konsumen akan ragu-ragu untuk membelinya karena memiliki persepsi konsumen terhadap mutunya akan turun. Sebaliknya jika harga bakso kios per porsi tertinggi dilewati, kosumen akan merasa balma nilai persepsi mutu yang akan diterima lebih kecil dari harga yang hams dibayar dan konsumen akan menganggap harga itu terlalu mahal.
Strategi Distribusi Penentuan lokasi kios bakso yang strategis hams memperhatikan faktorfaktor seperti daya beli konsumen, pesaing di lokasi tersebut, dal1 keramaian tempatnya. Bila dilihat Tabel 8, alasan memilih temp at kios bakso yang paling banyak mengemuka adalah karena tempat kios bakso itu terdekat. Hal ini menunjukkan bahwa tidak banyak kios bakso yang memiliki keunikan tertentll hingga dapat dijadikan daya tarik untuk menarik konsumen dari tempat jallh. Kios bakso
36
harus mempunyai tingkat perbedaan (diferensiasi) yang memadai agar konsumen dapat cepat dan mudah menyimpan perbedaan tersebut dibenaknya. Kebanyakan konsumen bakso kios mengambil keputusan pembelian
di
temp at pembelian secara mendadak (Tabel 8) maka itu, dalam penataan tata ruang kios bakso sebisa mungkin harus dapat memberikan rangsangan atau dorongan kepada konsumen untuk melakukan pembelian. Suasana di dalam dan di luar kios harus nyata perbedaannya. Di dalam kios konsumen harus mendapatkan kios itu bersih, sejuk, rapi dan dapat memberikan kenyamanan bagi konsumen.
Strategi Promosi Tujuan promosi adalah mengkomunikasikan produk yang ditawarkan ke pasar agar konsumen mengetahui sebanyak mungkin produk tersebut. Untuk dapat menarik pelanggan, pedagang bakso kios harus mampu mempromosikan ciri khas produk baksonya yang dapat membedakannya dengan produk lainnya. Dalam Tabel 4 terlihat, informasi bakso kios untuk pertama kali lebih banyak berasal dari perilaku "coba-coba". Hal ini menunjukkan pedagang bakso kios kurang gencar dalam melakukan promosi. Pedagang bakso kios mengandalkan keaktifan konsumen mencari informasi dengan perilaku coba-cobanya dan mungkin juga tidak ada ciri khas produknya yang dapa! dipromosikan. Dalam Tabel 4 dapat dilihat bahwa sumber informasi yang memberikan informasi terbanyak tentang bakso kios adalah ternan konsumen tersebut maka dari itu pedagang kios bakso harus mampu memberikan kepuasan total dalam melayani
37
konsumen agar
mereka dapat memberikan rekomendasinya kepada orang lain
terutama ternan-ternan mereka.
Hubungan Variabel Karakterisrik Konsumen dengan Variabel Intensitas Pembelian Hubungan kedua variabel tersebut diuji dengan uji khi square (X 2)
yang
metodenya disebut uji indepedensi yang akan menguji hubungan antar variabel tanpa dapat menggambarkan bagaimana hubungan itu terjadi. AJasan menggunakan metode ini adalah data yang digunakan adalah data ordinal dan nominal. Untuk mendapat frekuensi ekpektasi lebih dari lima, tabel silang harus ditransformasi dengan menggabungkan baris dan kolom agar memiliki frekuensi ekpektasi lebih dari lima. Dalam penelitian ini tabel silang ditransformasi menjadi berukuran 2 x 2 berdasarkan patokan frekuensi tertinggi.
Pengeluaran Pada Tabel 10, terlihat tabulasi silang antara tingkat pengeluaran dan intensitas pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan transformasi.
38
Tabell0. Tabulasi Silang antara Pengeluaran dan Intensitas Pembelian Variabel Lebih 10 kali Pengeluaran Per Bulan 1 Rp 150.000,- ke bawah AntaraRp 150.000- 299.999,2 Antara Rp 300.000- 499.999,2 1 Antara Rp 500.000- 700.000,Rp 700.000,- ke atas 0 Total 6
Intensitas Pembelian 3 -10kali Kurang 3 kali 8 I 15 8 2 5 1 1 0 3 18 26
Total 10 25 9 3 3 50
Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya. Tabel 11. Tabulasi Silang Basil Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pengeluaran Variabel
Intensitas Pembelian
Pengeluaran Per Bulan Rp 300.000,- ke bawah Rp 300.000,- atau lebih
3 kali 26 6
~.tau
lebih
(22,4) (9,6)
32 Total Keterangan : ( ) Freknensi ekspektasi x2 hit = 5,348
Total
Kurang 3 kali 9
9
(12,6) (5,4)
35 15
18
50
Berdasarkan uji khi-kuadrat, diperoleh bahwa ada hubungan nyata antara besarnya pengeluaran per bulan dengan intensitas pembelian. Tabulasi silang hasil transformasi antara pengeluaran tier bulan dengan intensitas pembelian (Tabel 11) menjelaskan bahwa kedua variabel itu berhubungan nyata karena X2 besar dari X2
label
hit
(5,348) lebih
(3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a
=
0,05.
39
Pada Tabel II, terlihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3 kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berpenghasilan Rp 300.000,- ke bawah per bulan dengan jumlah responden 26 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang paling sering membeli bakso kios justru respond en yang berpenghasilan rendah (Rp 300.000,- ke bawah per bulan).
Tiogkat Vmor Pada Tabel 12, terlihat tabulasi silang antara tingkat umur dan intensitas pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan transformasi. Tabel 12. Tabulasi Silang antara Tingkat Umur dan Intensitas Pembelian Variabel Tingkat Umur 20 tahun ke bawah 20-29 tahun 30-39 tahun 40-50 tahun 50 tahun ke atas Total
Lebih 10 kali 2 4 .2
o o
8
Intensitas Pembelian 3 - 10 kali Kurang 3 kali 5 I 12 8 7 6
o o 24
2 I 18
Total 8
24 15 2 I
50
Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya.
40
Tabel 13. Tabulasi Silang HasiI Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Umur Intensitas Pembelian
Variabel Tingkat Umur
3 hli atau lebih
30 tahun ke bawah
°
3 tahun atau lebih Total Ketemgan : ( ) Frekuensi ekspektasi x2 hit = 2,395
23 9
(20,48) (I 1,52) 32
Total
Kurang 3 kali
9 9
(11,52) (6,48) 18
32 18 50
Melalui uji khi-kuadrat, diperoleh bahwa tidak ada hubungan nyata antara tingkat umur dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil tranformasi antara tingkat umur dengan intensitas pembelian (Tabel 13) menunjukkan bahwa kedua variabel itu tidak berhubungan nyata karena X\it (2,395) lebih kecil dari X2 tah,l (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a. = 0,05. Pada Tabel 13, terlihat keIompok yang paling sering (intensitas pembelian 3 kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berusia 30 tahun ke bawah dengan jumlah responden 23 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berusia muda (3
°
tahun ke bawah).
Tingkat Pendidikan Pada Tabel 14, terIihat tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan intensitas pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan transformasi.
41
Tabel 14. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian Variabel Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Akademi Sarjanallebih Total
Intensitas Pembelian Per bulan Kurang 3 kali Lebih IO kali 3 - 10 kali 5 2 3 5 2 3 7 I 15 I I 3 I I 18 7 25
°
Total IO IO 23 2 5 50
Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya. Tabel15. Tabulasi Silang HasiJ Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pendidikan Intensitas Pembelian
Variabel Tingkat Pendidikan SMAke bawah
3 kali atau lebih 10 (12,8)
SMA atau lebih
(! 9,2)
22
Total Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi X2 hit = 2,835
32
Total
Kurang 3 kali 10 (7,2)
20
(10,8)
30
8
18
50
Berdasarkan uji khi-kuadrat berikut ini diperoleh bahwa tidak ada hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil transformasi antara tingkat pendidikan
dengan intensitas pembelian (Tabel 15)
menunjukkan kedua variabel itu berhubungan nyata karena X\it (2,835) lebih kecil 2
dari X tabel (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a
= 0,05.
Pada Tabel 15, terJihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3 kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berpendidikan
42
SMA ke atas dengan jumlah responden 22 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berpendidikan baik (SMA ke atas).
Jenis Kelamin Pada Tabel 16, terlihat tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan intensitas pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan transformasi. Tabel16. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Wanita Total
Intensitas Pembelian Per bulan Lebih 10 kali 3 - 10 kali Kurang 3 kali 4 6 12 3 19 6 7 25 18
Total 22 28 50
Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya. Tabel 17. Tabulasi Silang Hasii Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Jenis Kelamin VariabeI Jenis Kelamin
Intensitas Pembelian 3 kali atau Iebih Kurang 3 kali
Total
Laki-Iaki
10
(14,08)
12
(7,92)
22
Wanita
22
(17,92)
6
(10,08)
28
Total Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi X' hit = 5,864
32
18
50
43
Melalui uji khi-kuadrat berikut ini diperoleh bahwa ada hubungan nyata antara jenis kelamin dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil transformasi antara jenis kelamin dengan intensitas pembelian (Tabel 17) menunjukkan kedua variabel itu berhubungan nyata karena X "i' (5,864) lebih besar dari X '"hd (3,84) pada 2
2
tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a = 0,05. Pada Tabel 17, terlihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3 kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berjenis kelamin wanita dengan jumlah responden 22 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berjenis kelamin wanita.
Tingkat Signifikasi
Sebenarnya variabel tingkat umur bukannya tidak mempunyai hubungan dengan variabel intensitas pembelian. Variabel tersebut punya hubungan tetapi tidak nyata (signifikan). Varibel tersebut mempunyai hubungan nyata jika tersebut lebih besar dari pada a
= 0,05.
ilabd
X\i.
variabel
(3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni
Untuk mengetahui tingkat signifikasi variabel-variabel karakteristik
konsumen berhubungan dengan variabel intensitas pembelian dapat dilihat dalam Tabel18.
44
Tabel 18. Uji Independensi·antara Karakteristik Konsumen dengan Intensitas Pembelian Variabel Karakteristik Konsumen Tingkat Pengeluaran Tingkat Umur Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin (*) berhubungan nyata
Nilai Kritis (X 2 ) 5,348 2,395 2,835 5,864
Tingkat Signifikasi 0,020' 0,122 0,092 0,015'
Dalam Tabel 18 dapat dilihat bagaimana hubungan antar variabel, ternyata tingkat umur dan tingkat pendidikan yang tidak mempunyai hubungan nyata dengan intensitas pembelian (0.= 0,05). Tingkat pengeluaran per bulan dan jenis kelamin mempunyai tingkat signifikasi lebih besar dari tingkat signifikasi yang dikehendaki
(0.= 0,05).
45
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kebanyakan konsumen bakso kios mengetahui keberadaan bakso kios untuk pertama kali dan seringkali dari perilaku "coba-coba" konsumen dan sementara isi informasi diinformasikan adalah rasa bakso. Sebagian besar konsumen menganggap bakso adalah makanan jajananlcemilan yang bergizi dengan pilihan bakso yang tingkat rasa dagingnya sedang, warna abu-abu gelap, bau daging rebus dan jumlah bakso 3-5 butir seporsi. Alasan memilih kios adalah tempat terdekat dan tetap mencari variasi walaupun merasa puas dengan pembelian per bulan antara 3-10 kali. Pedagang bakso kios harus mampu melakukan pengembangan produk bakso searah dengan preferensi atau selera konsumen yang tentunya harga bakso harus disesuaikan dengan persepsi harga menurut sudut pandang konsumen. Lokasi kios dan tata ruang harus dapat merangsang konsumen untuk melakukan pembelian. Di antara karakteristik konsumen kios bakso hanya tingkat umur dan tingkat pendidikan yang tidak berhubungan nyata dengan intensitas pembelian
sedangkan
variabel-variabel karakteristik konsumen yang lainnya (pengeluran per bulan dan jenis kelamin) berhubungan nyata dengan variabel intensitas pembelian.
Saran
Untuk yang berminat dan ingin menekuni lIsaha bakso, disarankall sebelulll masuk ke dalalll usaha ini harus mengelllbangkan produk bakso yang bermutu dan memiliki cita rasa yang diminati oleh konsllmen untuk itu perlu diupayakan
46
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, 1998. Pengembangan Aroma dan Cita Rasa Bakso dengan Penggunaan Flavour. Skripsi. Fateta. IPB, Bogor. Atmatsier, S. , I. Jus'at & Akma1.l993. Persepsi Pasien Terhadap Makanan di Rumah Sakit. Gizi Indonesia, Volume XVII, No. 1-2, HIm. 87-96 Candraningsih, F., 1995. Perilaku Konsumen Makanan Tradisional Sunda. Skripsi. Faperta, IPB, Bogor. Deperindag, 1999. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Elviera,G., 1988. Pengaruh Pelayuan Daging Sapi Terhadap Mutu Bakso. Skripsi. Fapet. IPB, Bogor. Evans, J. dan B. Bernam, 1982. Marketing. Macmillan Publishing. USA Hermawan, K., Elisawati, v., dan Wibowo, AS. 1996.36 Kasus Pemasaran Asli Indonesia. Elex Media Komputindo, Jakarta. Juvitawati, J., 1995.Analisis Profil Segmen Gaya Hidup dan Perilaku Konsumen Buah-Buahan di Kota Bogor. Skripsi. Faperta. IPB, Bogor Kotler,
P. 1992. Manajemen Pemasaran dan Analisa Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Edisi 8. Salemba Emapat, Jakarta
Lumbantoruan, R. 1997. Strategi Bauran Produk dan Bauran Harga Dalam Pemasaran Susu Pasteurisasi Pad a PT. Australian Milk Industri. Skripsi. Sosek Pertanian. Faperta. IPB, Bogor. Loudon, D.L., & AJ., Dellabitta, 1984. Consumen Behaviour. Mc Graw Hll International Books Co. '; Singapore Mulyono, S., 1992. Statistika Untuk Ekonomi. LPFE - UI, Jakarta. Mustari, AA., 1994. Pengaruh Komunikasi Iklan Pangan Lewat Televisi Terhadap Perilaku Konsumen. Skripsi. Faperta.IPB, Bogor. Nurmi, A, 1995. Sifat Fisik dan Palabitas Bakso Daging Sapi dan Domba. Skripsi. Fapet. IPB, Bogor
48
Rangkuti, F., 1997. Riset Pemasaran. PT Gramedia , Jakarta Sadli, S., 1985. Persepsi Masyarakat Mengenai Tempe. Simposium Pemanfaatan Tempe dalam Peningkatan Kesehatan dan Gizi Sanjur, D., 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. Pretice-Hall, Englewood, New York Sunarlim, R., 1992. Karekteristik Mutu Bakso Daging Sapi dan Pengaruh Natrium Klorida Terhadap Perbaikan Mutu. Disertasi, Pasca Sarjana. IPB, Bogor Suhardjo dan Hardinsyah, 1987. PeriIaku Konsumen. Diktat Yang Tidak Dipublikasikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Faperta.IPB, Bogor Soekarto, S.T., 1990. Bakso Sumber Protein. Majalah Mingguan Femina, No. 221XVII. Jakarta Tarwotjo, I., S. Hartini, S. Soekirman dan Soekarno. 1997. Komposisi Tiga Jenis Bakso. Akademi Gizi, Jakarta Wahyudin, U. 1993. Perdagangan Bakso di Salatiga. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB, Bogor Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia , Jakarta Yusrizal, 2000. Karakteristik Pedagang dan Prod uk Bakso Sapi serta Nilai Tambah Bakso Sapi di Kota Bogor. Skripsi. Fapet. IPB, Bogar.
49
LAMPI RAN
Lampiran 1.
Vji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pengeluaran Variabel
Intensitas Pembelian Per Bulan
J kali atau lebih
Pengeluaran Per Bulan
Total
Kurang 3 kali
Rp 300.000,- ke bawah
26
(22,4)
9
(12,6)
35
Rp 300.000,- atau lebih
6
(9,6)
9
(5,4)
15
Total Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi
32
18
50
X' hit ~ 5,348
Tabel memiliki derajat bebas, v ~
(2 -IX2 -1) ~ 1 dengan tingkat signiflkan a
=
0,05
2
sehingga diperoleh nilai kritis X 1abel =3,84 Nilai test statistik
X
,
=
(22,4-26)2 (12,6-9)' (9,6-6)' (5,4-9)' + +. + 22,4 12,6 9,6 5,4
2
Karena X
hit
~
5,358
lebih besar dari nilai kritis maka pengeluaran per bulan dependen
(faktor) terhadap intensitas pembelian bakso kios
5
Lampiran 2. Vji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Vmur Variabel Tingkat Umur
° °
Intensitas Pembelian 3 kali atau lebih
Total
Kurang 3 kali
3 tahun ke bawah
23
(20,48)
9
(11,52)
32
3 tahun atau lebih
9
(11,52)
9
(6,48)
18
Total
32
18
50
Ketemgan : ( ) Frekuensi ekspektasi
X2 hit = 2,395 Tabel memiliki derajat bebas, v
=(2 -IX2 -1) =1dengan tingkat signifikan a. = 0,05
sehingga diperoleh nilai kritis X2tabel =3,84 Nilai test statistik
X
2
=
(20,48-23)' (11,52-9)' (11,52-9)' (6,48-9)' + + + = 2,395 20,48 11,52 11,52 6,48
2
Karena X
hit
lebih kedl dari nilai kritis maka tingkat umur independen (bukan faktor)
terhadap intensitas pembelian bakso kios
5:
Lampiran 3. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pendidikan Variabel
Intensitas Pembelian
Tingkat Pendidikan
3 kali atau lebih
Total
Kurang 3 kali
SMAkebawah
10
(12,8)
10
(7,2)
20
SMA atau lebih
22
(19,2)
8
(10,8)
30
Total
32
18
50
Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi
X2 hit = 2,835 Tabel memiliki derajat bebas, v
= (2 -IX2 -I) = 1 dengan tingkat
signifikan a = 0,05
sehingga diperoleh nilai kritis X2tabel =3,84 Nilai test statistik %2
= (12,8-10)' + (7,2-10)' + (19,2-22)' + (10,8-8)' = 2,835 12,8
Karena
X2 hit
7,2
. 19,2
10,8
lebih kecil dari nilai kritis maka tingkat pendidikan independen (bukan
faktor) terhadap intensitas pembelian bakso kios
Lampiran 4. Vji Independen antara·Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Umur
Intensitas Pembelian
Variabel
J enis Kelamin
Total
3 kali atau lebih
Kurang 3 kali
Laki-Iaki
10
(14,08)
12
(7,92)
22
Wanita
22
(17,92)
6
(10,08)
28
Total Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi
32
18
50
X2 hit; 5,864
Tabel memiliki derajat bebas, v = (2- IX2- I) = I dengan tingkat signifikan a = 0,05 sehingga diperoleh nilai kritis X2tabo! =3,84 Nilai test statistik
2 (14,08-10)' (7,92-12)' (17,92-22)2 (10,08-6)' 8 X = + + + =5 64 14,08 7,92 17,92 10,08 '
Karena X2
hit
lebih besar dari nilai kritis maka pengeluaran per bulan depende"
(faktor) terhadap intensitas pembelian bakso kios
5