1
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIK SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Wawan Awaludin Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi Bandung
ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual mempunyai perbedaan dengan yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme untuk mengajarkan pemahaman konsep matematika pokok bahasan bilangan pecahan pada peserta didik kelas V SD Negeri Cemarajaya I Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual mempunyai perbedaan dengan yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme. Populasi dalam penelitian ini adalah semuapeserta didik kelas V SD Negeri Cemarajaya I tahun pelajaran 2010/2011. Diambil dua kelas sebagai sampel. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, dalam pengertian yang diacak adalah kelasnya. Terpilih kelas VA sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan pembelajaran kontekstual dan kelas VB sebagai kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konstruktivisme. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual mempunyai perbedaan dengan yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme. Kata kunci : Hasil belajar, Pembelajaran kontekstual, Pembelajaran Konstruktivisme.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar. Demikian pula dalam pendidikan matematika yang pada hakikatnya adalah berpikir dan berbuat atau mengerjakan matematika ( Krismanto, 1995 ). Berdasarkan karakteristik dari matematika ( National Research Council, 1989 ), matematika mempunyai potensi yang besar untuk memberikan berbagai macam kemampuan dan sikap yang diperlukan oleh manusia agar ia bias mengelola berbagai hal yang ada di dunia ini dengan sebaik baiknya. Dengan demikian, pembelajaran matematika seharusnya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada permasalahan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan matematika masih relatif rendah di bandingkan dengan negara – negara lain yang ada di dunia. Salah satu indikator masih rendahnya kualitas pendidikan matematika di Indonesia dapat dilihat dari hasil tes
TIMSS ( Trends in International Mathematics and Science Study ) menempatkan Indonesia pada posisi ke – 34 dalam bidang matematika dari 38 negara peserta. Masih terkait dengan mutu pendidikan, khususnya jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga saat ini masih jauh dari yang di harapkan. Standarisasi UAN pada tahun 2007 dengan nilai – nilai masing masing mata pelajaran 4,51 dikeluhkan oleh pendidik dan orang tua siswa karena siswanya tidak dapat lulus ( Kurniawan, 2008 ). Permasalahan lainnya adalah matematika masih dianggap pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa karena terasa sukar dan tidak menarik, serta banyak orang belum merasakan manfaat matematika dalam kehidupan sehari – hari ( Asikin, 2001 ). Salah satu penyebab masih rendahnya kemampuan siswa dalam bidang matematika terjadi karena siswa kurang memahami yang meraka pelajari sebagaimana yang di ungkapkan oleh Depdiknas (2003), bahwa proses belajar mengajar di sekolah seringkali membuat kecewa. Apabila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dimana sebagian besar siswa masih berada pada kemampuan
2 pemahaman hafalan yaitu berupa faham yang dicontohkan guru, tapi masih belum mampu untuk memahami konsep dari bahan ajar tersebut, sehingga kesulitan jika guru memberikan contoh dalam situasi berbeda. Dengan situasi seperti itu, maka diperlukan upaya agar pembelajaran matematika di sekolah dapat memotivasi dan mendidik siswa untuk berpikir secara mandiri dan kreatif, sehingga pada akhirnya siswa memiliki kemampuan pemahaman yang komprehensif mengenai materi yang disajikan. Untuk itu penulis menawarkan pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konstruktivisme. Pembelajarannya dengan pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan konstruktivisme baru dalam pembelajaran matmatika, yang pertama – tama dikembangkan di Negara Amerika, yaitu dengan dibentuknya Washington State Consortium For Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Menurut Owens (2001) bahwa pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektivitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, 18 sekolah, 85 dosen dan profesor serta 75 orang guru yang sebelumnya sudah diberikan pembekalan pembelajaran kontekstual. Selanjutnya penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi dan hasilnya direkomendasikan untuk disebarluaskan pelaksanaannya. Hasil penelitian untuk tingkat sekolah, yakni secara signifikan terdapat peningkatan ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan secara utuh partisifasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut : Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasikan baru yang diterima. Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Kedua pengertian diatas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dlam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian
ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hundoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasarkan kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut. Dari uraian diatas, maka judul yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini : ” Perbandingan Hasil Belajar Matematik Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Dan Yang Menggunakan Pembelajaran Konstruktivisme ”. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen, karena menggunakan dua kelompok siswa yang berbeda yaitu kelompok siswa dengan pembelajaran kontekstual dan kelompok siswa dengan pembelajaran konstruktivisme. Penelitian ini menyelidiki tentang pengembangan perangkat pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konsrtuktivisme pada sub pokok bahasan pengertian, perbandingan dan urutan pecahan kelas V Sekolah Dasar Negeri Cemarajaya 1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta didik (LKS), Tugas Terstruktur dan Tes Hasil Belajar (THB). Selain itu, peneliti akan mengamati data penelitian yang meliputi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, respon peserta didik, serta ingin mengetahui hasil belajar peserta didik selama pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konstruktivisme. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri Cemarajaya 1 Desa Cemarajaya Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang, sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2010 -2011. PROSEDUR PENELITIAN Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penulis melakukan observasi tempat penelitian, mewawancarai guru, tempat penelitian, membuat RPP (Rencana Pelaksanan Pembelajaran), mempersiapkan bahan ajar, menyiapkan ijin penelitian, menguji cobakan soal yang akan diberikan pada saat penelitian.
3 2. Tahap Pelaksanaan Ditahap pelaksanaan penulis menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konstruktivisme dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Langkah – langkah pembelajaran : a. Siswa menceritakan pengalaman hidupnya kepada teman – temanya. b. Guru memberikan sajian materi. c. Siswa diminta berpikir kritis dalam mengumpulkan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan masalah. d. Siswa dapat memahami dan menghormati nilai – nilai, keyakinan, dan kebiasaan teman bergaul, tatanan sekolah dan masyarakat. e. Siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan dan mempresentasikan materi pembelajaran. 3. Tahap Evaluasi Dalam tahap evaluasi penulis memberikan pretest dan posttest untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa.
kelompok kontrol diperoleh rata – rata sebesar 15.79 dengan simpangan baku sebesar 5.64. untuk menguji normalitas digunakan uji statistik χ2 (chi – kuadrat). Dari perhitungan diperoleh χ2 hit untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing – masing 7.69 dan 6.86 sedangkan χ2tab pada taraf signifikan 0.01 adalah 11.3.Dari hasil pengujian statistik χ2 (chi – kuadrat) tersebut diperoleh kesimpulan bahwa data kedua kelompok berdistribusi normal. Setelah normalitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians kedua kelompok dengan uji statistik menggunakan uji F. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1.73 sedangkan X2tab yaitu F0.01 (37/37) dengan menggunakan interpolasi diperoleh 2.16 sehingga dapat disimpulkan varians kedua kelompok homogen. Langkah selanjutnya yaitu menguji perbedaan dua rata – rata dengan menggunakan uji t. dari hasil perhitungan diperoleh thit = 3.14 sedangkan ttab yaitu t0.99 (74) dengan menggunakan interpolasi diperoleh t0.99 (74) = 2.65. Dengan demikian thit > ttab dapat disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan awal kedua kelompok.
ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
c. Analisis Data Gain
a. Analisis Awal Data Dari hasil perhitungan awal data peneliti pada lampiran diperoleh rata – rata dan simpangan baku pada tes awal dan gain untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol seperti tabel dibawah ini : Kelompok Eksperimen Kontrol
Tes awal x S 20.53 7.42 15.79 5.64
Gain x S 25.29 6.90 18.63 8.19
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kemampuan rata –rata tes awal antar kelompok berbeda. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan awal kedua kelompok kontrol berbeda. Tetapi penafsiran tersebut belum menyimpulkan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan. Karena itu harus dilakukan analisis statistik terhadap data tes awal. b. Analisis Data Tes Awal Untuk mengungkap hasil tes awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho :µ1= µ2 (tidak terdapat perbedaan kemampuan awal kedua kelompok). H1 :µ1 ≠ µ2 (terdapat perbedaan kemampuan awal kedua kelompok).Pada tes awal diperoleh nilai rata – rata untuk kelompok eksperimen sebesar 20.53 dengan simpangan baku sebesar 7.42 sedangkan untuk
Karena pada tes awal kedua kelompok terdapat perbedaan kemampuan awal kedua kelompok maka dilanjutkan dengan analisis data gain. Untuk mengungkapkan hasil penelitian data gain digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho :µ1≠µ2 (hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual tidak lebih baik dari yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme). Ho :µ1> µ2 (hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme).Pada data gain diperoleh nilai rata – rata untuk kelompok eksperimen sebesar 25.29 dengan simpangan baku sebesar 6.90. Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh rata – rata 18.63 dengan simpangan baku sebesar 8.19 untuk menguji normalitas statistik χ2 (chi – kuadrat). Dari perhitungan diperoleh χ2 hit untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing – masing 9.89 dan 9.12 sedangkan χ2tab pada taraf signifikan adalah 11.3.Dari hasil pengujian statistik χ2 (chi – kuadrat) tersebut diperoleh kesimpulan bahwa data kedua kelompok berdistribusi normal. Setelah normalitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians kedua kelompok dengan uji statistik menggunakan uji F. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar Ftab yaitu dengan menggunakan interpolasi diperoleh 2.16 ini berarti bahwa Fhit < Ftab.Dari hasil uji statistik uji F tersebut diperoleh
4 kesimpulan bahwa varians kedua kelompok homogen. Langkah selanjutnya, yaitu menguji perbedaan dua rata – rata dengan menggunakan uji t. dari hasil perhitungan diperoleh thit 3.38, sedangkan ttab yaitu t0.99 (74) dengan menggunakan interpolasi diperoleh t0.99 (74) = 2.65. Dengan demikian thit > ttab maka tolak Ho dan terima H1 jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual mempunyai perbedaan dengan yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme. d. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan diatas, maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual mempunyai perbedaan dengan yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme, adalah sebagai berikut : pada saat pembelajaran siswa pada kelompok eksperimen terlibat secara aktif dalam pembelajaran karena pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil dan siswa diarahkan untuk menemukan sendiri konsep dari masalah yang ditemukan oleh guru sehingga apa yang dipelajari lebih membekas dibenak siswa. Sedangkan pada kelompok kontrol siswa hanyalah penerima informasi secara pasif karena pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak sehingga siswa hanya menyimak konsep yang disampaikan oleh guru. Hal itulah yang menyebabkan hasil belajar kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan pembelajaran kontekstual mempunyai perbedaan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan perlakuan pembelajaran konstruktivisme. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Penelitian yang membandinkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dan yang menggunakanpembelajaran konstruktivisme yang telah dilakukan di SD Negeri Cemarajaya I Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2010 -2011. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh penulis, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual mempunyai perbedaan dengan yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme.
b. Saran Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri Cemarajaya I dapat lebih meningkatkan pemberdayan kontekstual agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain. DAFTAR PUSTAKA Asikin, M. (2001).Matematika Realistik:Paradigma Baru Pembelajaran Matematika dan Upaya Peningkatan “Mathematical Communication ”. Makalah Seminar. Disajikan dalam Seminar Nasional Matematika di UNY Yogya, 21 April. Berns, R.G and Erickson, P.M. (2001). Contextual Teaching and Learning. The Highlight Zone : Researcha Work No. 5 (Online) Available:http://www.ncte.org/publicati ons/infosyntesis/highlight 05/index.asp ?dirid = 145 & dspid = 1. Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Menengah. Depdiknas. (2003). Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta. Hudoyo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Krismanto, AL. (2010). Beberapa Teknik, Model Dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah diberikan Pada Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan Matematika. Di STKIP Siliwangi Bandung, 03 Juli. Kurniawan, N. (2008). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui teknik Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Samudra Kulon. http://www.duniaguru.com. Html.Diakses 6 Juli 2010. NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, Va : Authur. Owens, T. (2001, Spring). Teacher Preparation for Contextual Teaching and Learning A Statewide Consortium Model. Portland, Oregon; Northwest Regional Educational Laboratory. Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
5 Tasker, R. (1992). Effective Teaching: What Can a Constructivist View of Learning Offer. The Australian Science Teacher JouTyrnal. 38(1), 25 – 34. Wheatley, G.H. (1991). Constructivist Perspective on Science and Mathematics Learning. Science Education Journal. 75 (1), 9 – 21.