PERANCANGAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DENGAN METODE WALKABLE URBAN DI BALIMESTER JAKARTA TIMUR Johnsen Susiyo, Noegroho, Yanita Mila Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 Telp (62-21) 534 5830, Email :
[email protected]
ABSTRACT
The research aims to design a mixed region that starting point on transit oriented development that could form an environment that supports the activities of mass transportation and pedestrians. The research method used was a qualitative method. Analyses were performed with the application of urban analyzes and analyzes of transit oriented development with walkable urban methods. The results that the design of a regional transportation should bertitiktolak of a broader scope, not only of the tread design. Concluded that the design of transit oriented development method can create a walkable urban regions support the use of mass transportation in urban areas. (JS) Keywords : Transit Oriented Development, Walkable Urban, Balimester, Jakarta Timur
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk merancang sebuah kawasan campuran yang bertitik tolak pada transit oriented development sehingga dapat terbentuk sebuah lingkungan yang mendukung aktifitas moda transportasi massal dan pejalan kaki. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan dengan penerapan analisis-analisis perkotaan dan analisis mengenai transit oriented development dengan metode walkable urban. Hasil penelitian bahwa dalam perancangan suatu kawasan bertitiktolak transportasi harus dari lingkup yang lebih luas, tidak hanya dari tapak perencanaan. Disimpulkan bahwa perancangan transit oriented development dengan metode walkable urban dapat membuat sebuah kawasan mendukung penggunaan transportasi massal pada perkotaan.(JS) Kata Kunci : Transit Oriented Development, Walkable Urban, Balimester, Jakarta Timur
1
PENDAHULUAN Pertumbuhan infrastruktur di kota Jakarta tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi warganya. Hal ini terlihat pada keterbatasan infrastruktur yang terlihat di berbagai sektor, termasuk dalam sektor transportasi seperti kurangnya perkembangan moda transportasi massal yang tidak sebanding dengan jumlah populasi, pelebaran badan jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan, dan lain-lain. Kekurangan infrastruktur dalam sektor transportasi ini berdampak langsung pada kemacetan kota Jakarta yang bertambah parah setiap harinya. Kurangnya infrastruktur pada sektor transportasi membuat warga lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan menggunakan transportasi umum untuk berpergian. Hal tersebut berdampak pula pada pertambahan jumlah kendaraan di kota Jakarta setiap tahunnya yang mencapai 11% menurut Ditjen Hubdat. Kurangnya infrastruktur penunjang juga terlihat pada terminal Kampung Melayu yang terletak di kelurahan Balimester, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Infrastruktur yang dimaksud adalah seperti tidak adanya jalur pejalan kaki dan tidak tersedianya ruang tunggu penumpang. Selain itu, sirkulasi kendaraan di dalam terminal pun kurang diperhatikan dengan terjadinya perpotongan arah arus kendaraan yang satu dengan lainnya. Terminal Kampung Melayu ini direncanakan akan menjadi salah satu lokasi halte transit terpadu di Jakarta. Moda transportasi yang direncanakan melalui halte transit terpadu di daerah ini adalah monorel jalur biru, waterway Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur, transjakarta koridor 5, 7 dan 14, serta angkutan kota. Banyaknya moda transportasi yang akan melalui halte transit terpadu di terminal Kampung Melayu, membuat lokasi ini perlu disiapkan agar tidak menimbulkan masalah baru saat lokasi ini menjadi halte transit terpadu. Masalah saat ini, seperti kurangnya pengaturan arus dan tidak adanya tempat tunggu penumpang, perlu dicarikan solusinya agar pada saat bertambahnya moda transportasi yang masuk ke terminal ini, masalah ini tidak bertambah parah lagi. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya upaya penanganan untuk merapikan daerah Balimester yang berkaitan dengan perencanaan transportasi massal di daerah tersebut. Objek desain Transit Oriented Development (yang selanjutnya disebut TOD) dianggap salah satu objek desain yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut, dimana TOD merupakan penggabungan fungsi dari suatu lahan campuran dan kawasan transit. Penggabungan lahan tersebut meliputi sebuah kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta dekat dengan kawasan transit. Metode yang digunakan untuk mendukung objek desain tersebut adalah konsep walkable urban. Pemilihan konsep ini berdasarkan pada kemauan berjalan kaki masyarakat dan pengguna transportasi massal di terminal ini relatif tinggi. Hal ini tercermin pada banyaknya pejalan kaki yang masuk dan keluar terminal. Pengaplikasian konsep ini dengan cara memilih tempat terdekat dengan rencana lokasi halte transit terpadu, dimana lokasi yang terpilih akan didesain sebuah kawasan campuran yang mendukung aktifitas dari halte transit terpadu tersebut. Selain itu, masuknya desain kawasan campuran tersebut perlu memikirkan kegiatan warga sekitar juga. Hal ini yang membuat kawasan campuran tersebut memiliki fungsi hunian untuk warga di pemukiman padat, fungsi komersial untuk area perdagangan warga, fungsi ruang terbuka hijau yang memang diperlukan Jakarta, dan area parkir serta area pejalan kaki yang cukup untuk mendukung halte transit terpadu tersebut. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan sistem transportasi dengan transit oriented development dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah oleh Graham Currie yang mengkaji literatur dan penerapan pengembangan berbasis TOD, mengidentifikasi kelebihan dan hambatan untuk menerapkan bus-based TOD, serta oleh Aruna S. Reddi tentang TOD, cara mengimplementasikan dan contoh penerapan sehingga dapat diterapkan di India. Penelitian ini sendiri akan membahas tentang cara pengaplikasian konsep transit oriented development pada sebuah kawasan permukiman padat dan mencari solusi agar konsep TOD tersebut tidak menimbulkan masalah baru di kawasan tersebut. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kurangnya pengaturan infrastruktur transportasi kota di daerah pada penduduk sehingga mengakibatkan kemacetan pada daerah tersebut yang diakibatkan oleh penumpukan transportasi kota yang kurang teratur Tujuan penelitian ialah untuk merancang sebuah kawasan transit oriented development dengan menggunakan metode walkable urban agar terbentuk sebuah lingkungan yang mendukung aktifitas moda transportasi massal dan pejalan kaki.
2
Kota Kota, menurut Bintarto (1983) adalah sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan. Sebuah kota memiliki identitas tersendiri yang tercermin dari citra wawasannya. Penjabaran citra kota menurut Lynch (1960) yaitu: • Path (jalur) Jalur adalah rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum. Rute-rute sirkulasi tersebut antara lain, jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, dan lain-lain. Jalur tersebut akan memiliki fungsi lebih apabila jalur tersebut terhubung langsung ke sebuah tempat utama, seperti stasiun, tugu, alun-alun, dan lain-lain. • Edge (tepian) Tepian merupakan suatu batas arsitektural yang menjadi pembatas atau pemisah antara dua kawasan tertentu. Tepian berfungsi juga sebagai pemutus linear, seperti pantai, tembok, topografi, dan lain-lain. Tepian memiliki fungsi yang lebih berarti ketika kontinuitas memiliki batasan yang jelas. • District (kawasan) District merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Kawasan atau district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya). • Node (simpul) Merupakan sebuah simpul atau titik temu, dimana aktifitas dari berbagai arah saling bertemu di satu titik dan dapat berubah kea rah atau aktifitas lainnya, seperti persimpangan jalan, stasiun, jembatan, dan lain-lain. • Landmark (tengeran) Landmark atau tengeran adalah sebuah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari sebuah kota, misalnya gunung, menara, gedung, dan lain-lain. Unsur perencanaan tersebut mendefinisikan pengelompokkan fungsi dalam sebuah kota. Menurut Hamid Shirvani (1985), urban desain terbagi atas 8 prinsip-prinsip perencanaan, antara lain: • Tata guna lahan Prinsip ini menjelaskan tentang penggunaan lahan untuk menentukan fungsi terbaik dari lahan tersebut sehingga lahan tersebut berfungsi dengan semestinya. • Bentuk dan massa bangunan Bentuk dan massa bangunan ditentukan dati tinggi dan besarnya bangunan, massa bangunan, peraturan tata guna lahan (GSB, KLB), sempadan, skala, material, warna, dan sebagainya. • Sirkulasi dan perparkiran Sirkulasi merupakan salah satu elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota. Sirkulasi kota meliputi prasarana jalan, bentuk struktur kota, fasilitas perkotaan, dan kendaraan bermotor. Tempat parkir sendiri memiliki pengaruh langsung terhadap suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. • Ruang terbuka Ruang terbuka adalah ruang yang direncanakan untuk kebutuhan tempat-tempat pertemuan dan aktifitas bersama antar banyak orang yang memiliki kemungkinan dapat menimbulkan bermacammacam kegiatan umum di ruang tersebut. • Jalur pejalan kaki Sistem pejalan kaki yang baik adalah: • Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota • Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia • Lebih mengekspresikan aktiftas PKL dan mampu menyajikan kualitas udara • Penanda (signage) Perpapanan berfungsi sebagai petunjuk jalan, arah ke suatu kawasan tertentu pada jalan tol, atau di jalan kawasan kota. • Aktivitas Pendukung
3
Merupakan semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota, seperti taman kota, taman rekreasi, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. • Preservasi Preservasi adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelajaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti bangunan bersejarah. Transit Oriented Development (TOD) Transit oriented development, adalah penggabungan fungsi dari suatu lahan campuran dan kawasan transit, dimana penggabungan lahan tersebut meliputi sebuah kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta dekat dengan kawasan transit. (Transit-Oriented Development Guidebook, 2006) Menurut Peter Calthorpe, perencanaan kawasan TOD memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: • mengorganisasikan pertumbuhan dalam level regional menjadi lebih kompak dan transit supportive • menempatkan komersial, permukiman, perkantoran, dan fasilitas umum-sosial dalam jarak tempuh berjalan kaki dari stasiun transit • menciptakan jaringan jalan yang ramah pejalan kaki yang menghubungkan berbagai tujuan berpergian lokal • menyediakan permukiman dengan tipe, kepadatan dan biaya yang bervariasi • melestarikan habitat dan ruang terbuka dengan kualitas tinggi • membuat ruang publik sebagai focus dari orientasi bangunan dan kegiatan masyarakat mendorong penggunaan lahan dan redevelopment sepanjang koridor transit Sustainable Neighbourhood Sustainable development, menurut The Bruntland Commission, adalah development that meets the needs of today‘s generation without compromising the ability of future generations to meet their needs, yang artinya pembangunan yang memikirkan kebutuhan generasi saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ciri-ciri sebuah lingkungan yang dapat disebut telah menjadi sebuah lingkungan yang sustainable urban neighbourhood, antara lain: a. Kawasan yang dapat ditempuh dengan jalan kaki b. Penggunaan energi c. Daur ulang d. Air dan limbah e. Ruang terbuka hijau Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendukung insentifitas dari pengaplikasian rendah energi dan emisi kendaraan transportasi umum yang rendah, antara lain: • Siklus jaringan terintegrasi dengan kebijakan perencaaan perkotaan • Menyediakan jalur sepeda dan kendaraan rendah energi • Mengadakan stasiun pengisian bahan bakar untuk kendaraan listrik dan biodiesel (bahan bakar nabati) • Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dalam pusat kota dan lingkungan yang ramai • Pemberitaan kepada masyarakat Walkable Urban Walkable Urban adalah sebuah kawasan perkotaan yang mendukung aktifitas berjalan kaki sebagai bagian penting dari perjalanan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan transportasi, penggunaan lahan, dan karakter desain dari kawasan tersebut. Ciri-ciri sebuah kawasan yang perencanaannya menggunakan konsep walkable urban adalah sebagai berikut: • Manusia dari segala usia dan kemampuan memiliki akses yang mudah ke komunitas mereka dengan cara berjalan kaki • Manusia akan lebih banya berjalan kaki, dimana masyaratkat dan lingkungan akan menjadi lebih aman, sehat, dan ramah
4
• •
Orangtua akan merasa nyaman ketika anak-anak mereka bermain di luar karena tidak ada rasa khawatir dari ancaman kendaraan bermotor Anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak di luar dengan anak-anak lainnya
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif. Pemilihan pendekatan metode ini didasarkan pada penelitian yang tidak hanya fokus pada satu masalah saja, melainkan fokus terhadap beberapa masalah. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah sebagai berikut: • Observasi metode pengumpulan data kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. • Wawancara Metode ini merupakan percakapan dengan maksud tertentu, percakapan tersebut dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu • Dokumen metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Data dari dokumen dapat berupa dalam bentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya
HASIL DAN BAHASAN Pada sub-bab hasil dan bahasan akan membahas tentang aspek-aspek terkait seperti: tapak perencanaan, proyeksi kebutuhan terkait pembangunan di lahan perencanaan, perencanaan, serta tahapan pembangunan. Tapak Perencanaan Tapak terletak di kelurahan Balimester dan Kampung Melayu, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara Timur, Jatinegara Barat, dan Jalan Jatinegara Barat 4, Jakarta Timur, Jakarta. Analisa SWOT digunakan untuk mengetahui strategi desain yang dibutuhkan pada tapak perencanaan. Tabel 1 Analisis SWOT Kekuatan (strenghts) • Rencana kawasan menjadi terminal transportasi terpadu • Area komersial yang ramai
Kelemahan (weaknesses) • Sirkulasi dalam terminal belum terlalu diperhatikan • Kurangnya lahan parkir pada area komersial • Kurangnya fasilitas pejalan kaki Peluang (opportunities) • Merencanakan sebuah • Memperbaiki sirkulasi • Banyaknya moda kawasan yang dalam terminal agar moda mendukung aktifitas transportasi memiliki nilai transportasi yang melalui kawasan transportasi kota sehingga tambah area komersial bertambah • Menambahkan lahan • Kawasan menjadi hidup ramai karena aktifitas parkir dan fasilitas pejalan transportasi kaki agar kawasan menjadi ramai. Ancaman (threats) • Penambahan area • Perencanaan sebuah • Kurangnya ketertarikan komersial yang menarik kawasan transit oriented masyarakat menggunakan sebagai daya tarik development yang transportasi massal masyarakat ke dalam dilengkapi area kawasan pendukung terminal Sumber: Data Olahan Pribadi., 2013
5
Proyeksi Kebutuhan Terkait Pembangunan di Lahan Perencanaan Tapak perencanaan berada pada dua kelurahan, yaitu kelurahan Kampung Melayu dan Balismester. Jumlah penduduk saat ini sebanyak 246 jiwa pada Kampung Melayu dan 361 pada Balimester. Laju pertemubuhan penduduk pada Kampung Melayu sebesar 9,33% dan Balimester sebesar -1,33%. Berdasarkan data tersebut, proyeksi petumbuhan penduduk dalam 10 tahun untuk daerah Kampung Melayu menjadi 601 jiwa dan pada Balimester menjadi 316 jiwa dengan total sebesar 917 jiwa. Penduduk/KK pada kelurahan Kampung Melayu sebesar 3,01 jiwa/KK ,sedangkan pada Balimester sebesar 2,92 jiwa/KK. Berdasarkan data tersebut, total hunian yang diperlukan dalam 10 tahun kedepan adalah 200 hunian untuk penduduk Kampung Melayu dan 109 KK untuk penduduk Balimester. Luas kebutuhan parkir pada tapak untuk penghuni sebesar 1.377 m2 untuk motor dan 1.610 m2 untuk mobil. Kebutuhan parkir untuk area komersial sebesar 702 m2 untuk motor dan 1.820 m2 untuk mobil. Perkiraan kebutuhan parkir untuk pengguna transportasi kota sebesar 3.220 m2 untuk mobil dan 276 m2 umtuk motor. Kebutuha parkir tersebut berdasarka perhitungan apabila kendaraan tersebut parkir pada gedung parkir. Perencanaan Subbab ini menjelaskan tentang perencanaan tapak perencanaan berdasarkan analisis dan masalah pada tapak yang dapat disimpulkan sintesa desainnya.
No Pembahasan Urban Texture 1 Land Use
Analisis
Tabel 2 Perencanaan Masalah
Penyusunan kembali fungsi lahan pada tapak agar memiliki ruang terbuka
Bentuk massa bangunan didominasi oleh bentuk persegi panjang dengan sebagian besar material utama adalah dinding bata Lebar jalan pada tapak antara 2,5-5 meter
Maksimalisasi penggunaan lahan membuat kurangnya lahan terbuka dalam tapak Masih terdapat bangunan yang tidak permanen
Jalan kurang lebar dan kurang terurus
No Pembahasan Urban Circulation and Parking 4 Sirkulasi Kendaraan
Analisis
Masalah
Desain lebar jalan yang sesuai dengan kebutuhan akan jalan tersebut Sintesa
Tapak dikelilingi dua jalan arteri Jatinegara
Tapak dikelilingi jalan yang berpotensi menimbulkan kemacetan
5
Pedestrian hanya terdapat pada area komersial
Pejalan kaki tidak memiliki area khusus pada zona hunian
Tapak dilalui oleh berbagai macam
Penataan sirkulasi terminal yang
2
Building Form and Mass
3
Jalan
Pedestrian Ways
Urban Transportation 6 Urban Transportation
Lahan didominasi oleh fungsi hunian dan komersial
Sintesa
Desain bangunan ikut serta memperbaiki bangunan yang belum baik
Penempatan pintu masuk dan keluar dibagi pada dua titik agar tidak menambah kemacetan Penambahan area pejalan kaki pada tapak
Mengatur ulang sirkulasi dalam
6
No
Pembahasan
Urban Economy 7 Ekonomi Masyarakat
8
Activity Support
Urban Greenery 9 Urban Greenery
Urban Infrastruktur 10 Drainase
11
Persampahan
Micro Climate 12 Matahari
13
Angin
Analisis transportasi kota
Masalah kurang baik
Sintesa terminal agar tidak menimbulkan kemacetan
Mayoritas penduduk bekerja dalam sektor perdagangan dan jasa
Terdapat area komersial yang kurang tepat keberadaannya Keterbatasan ruang menyebabkan aktifitas sosial terbatasi
Merapikan kembali area komersial yang telah ada Merapikan kawasan hunian agar dapat menambahkan fungsi ruang terbuka
Keterbatasan lahan membuat warga kurang mempedulikan area hijau
Kurangnya lahan terbuka hijau pada tapak
Desain kawasan juga perlu menyediakan tempat untuk fungsi penghijauan
Ukuran drainase antara 15-30 cm
Ukuran drainase yang kecil dapat menyebabkan banjir pada kawasan Warga malas mencari tempat sampah umum sehingga terdapat sampah di jalan
Pelebaran ukuran drainase yang kurang besar
Tidak mendapatkan bayangan untuk mengurangi panas pada waktu sore hari
Menghadapkan massa bangunan ke arah timur laut untuk mengurangi matahari dari barat serta mendapatkan angina yang banyak
Keterbatasan ruang karena area hunian yang berdekatan
Titik pembuangan sampah kurang banyak
Ketinggian bangunan disekitar tapak tidak lebih tinggi dari tiga lantai
Memperbanyak titik pembuangan sampah dengan tempat yang tidak terlampau jauh
Angin kurang terasa pada daerah yang memiliki lebar jalan kecil Sumber: Data Olahan Pribadi., 2013
Building Envelope Peletakkan massa bangunan dalam kawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu area privat dan area publik. Area privat terletak pada bagian utara tapak, sedangkan area publik terletak pada bagian selatan tapak. Area komersial diletakkan di sepanjang lahan yang berbatasan dengan jalan utama sehingga mudah dijangkau oleh pengguna jalan.
7
Gambar 4.26 Zoning Tapak Sumber: Data Pribadi 2013 Lokasi tapak yang diapit oleh jalan arteri Jatinegara, berakibat pada ramainya arus lalu lintas pada jalan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka area yang berbatasan langsung dengan jalan utama tadi diperuntukkan bagi area publik. Area hunian diletakkan pada bagian utara tapak dengan alasan jalan yang berada di utara tapak tidak sebesar dan tidak seramai jalan arteri Jatinegara.
Gambar 4.27 Zoning Massa Sumber: Data Pribadi 2013 Street pattern and circulation Solusi agar tidak menambah kemacetan pada jalan arteri, maka pintu masuk dan keluar di letakkan pada masing-masing jalan arteri. Hal tersebut ikut mengurangi kemacetan karena kendaraan tidak keluar pada satu titik saja, tetapi dapat keluar di tempat lain sehingga titik kepadatan terpecah menjadi dua bagian.
8
Gambar 4.28 Pintu Masuk Sumber: Data Pribadi 2013
Infrastructure Sirkulasi kendaraan di dalam tapak menggunakan pola grid yang bertujuan untuk memudahkan arah sirkulasi pada tapak. arah sirkulasi kendaraan tersebut langsung tersambung ke jalan utama Jatinegara yang turut serta memudahkan pengendara.
Gambar 4.29 Sirkulasi Sumber: Data Pribadi 2013 Sistem pengaliran drainase pada tapak langsung menuju ke sungai Ciliwung. Hal tersebut yang menjadi dasar perencanaan letak titik drainase sehingga arahnya mengalir ke sungai Ciliwung. Arah aliran drainase juga mengikuti pola grid karena letak drainase sendiri berada di samping pedestrian.
9
Gambar 4.30 Drainase Sumber: Data Pribadi 2013
Open Space Peletakkan penghijauan pada tapak dilakukan secara menyebar agar kawasan tidak terkesan gersang. Beberapa titik pada kawasan memiliki zona hijau berupa ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari.
Gambar 4.36 Ruang Terbuka Sumber: Data Pribadi 2013
Tahap Pembangunan Tahapan pembangunan tapak ikut serta menggunakan lahan kosong yang ada di luar tapak. Lahan tersebut digunakan sebagai tempat sementara untuk tinggal dan berdagang selama pembangunan kawasan berlangsung. Tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1.Merelokasi sementara sebagian lahan yang berfungsi sebagai hunian. Lahan tersebut akan dibangun rusun pertama pada tapak 2.Setelah rusun pertama selesai, lahan hunian selanjutnya yang direlokasi, dimana lahan tersebut akan digunakan untuk membangun rusun kedua. 3.Selanjutnya tahap relokasi area pertokoan pada sisi barat tapak, dimana lahanya akan dibangun kembali pertokoan yang memiliki hubungan dengan rusun 4.Tahap selanjutnya merelokasi pertokoan pada timur kawasan 5.Tahap kelima ialah membangun area terminal pada tapak dimana terminal sementara akan pindah ke daerah barat tapak 6.Setelah terminal selesai, tahap terakhir adalah membangun area pertokoan pada barat tapak.
10
Gambar 4.37 Tahap Perencanaan Sumber: Data Pribadi 2013
SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab 1 sampai dengan bab 4 mengenai perancangan transit oriented development dengan metode walkable urban, maka dapat didapat kesimpulan sebagai berikut: • Perencanaan kawasan transit oriented development berupa perancangan sebuah kawasan yang mendukung aktifitas dengan menggunakan berbagai moda transportasi kota. • Penerapan metode walkable urban ke dalam kawasan dengan memperhatikan kenyamanan pejalan kaki selama beraktifitas di dalam kawasan. • Perencanaan objek desain TOD turut memperhatikan area komersial yang sudah ada saat ini agar perekonomian warga balimester tetep berjalan ketika perencanaan berjalan.
REFERENSI Bintarto, R. (1983). Interaksi Desa-kota Dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lynch, K. (1960). The Image of The City. Cambridge: MIT Press. Shirvani, H. (1985). Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Calthorpe, P. (1993). The Next American Metropolis. New York: Princeton Architectural Press. Bochner, B. S. (2010). Designing Walkable Urban Thoroughfares: A context Sensitive Approach. Washington, DC: Institute of Transportation Engineers.
11
RIWAYAT PENULIS Johnsen Susiyo lahir di kota Bekasi pada tanggal 29 Oktober 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2013.
12