Daftar isi Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi lsotop dan Radiasi, 2006
PERAN TEKNIK NUKLIR DALAM AGROINDUSTRI
TANAMAN OBAT
M. Januwati Balai Penelitian
Tanaman
Obat dan Aromatik
ABSTRAK PERAN TEKNIK NUKLIR DALAM AGROINDUSTRI TANAMAN OBAT. Orientasi kepada produk bahan alam dalam bidang kesehatan yang oleh masyarakat dunia telah dianggap aman, sehingga memberi peluang berkembangnya agroindustri tanaman obat. Dukungan berbagai pihak diperlukan agar dalam pemanfaatan produk bahan alam dapat dilaksanakan terencana dan berkesinambungan. Upaya meningkatkan daya saing untuk menghasilkan komoditas unggulan yang mampu bersaing di pasar global dapat dicapai melalui strategi pengembangan agroindustri tanaman obat dengan pendekatan sistem terpadu, mulai pengelolaan sumber daya alam sampai teknik produksi. Teknologi radiasi dan isotop dalam agroindustri tanaman obat diharapkan dapat lebih berperan dalam operasional teknik produksi antara lain dalam pengembangan komoditas unggul, optimasi budidaya dan pasca panen sampai uji praklinis dan klinis. Penataan teknologi hulu-hilir untuk menangkap peluang perlu ditumbuh kembangkan secara nasional.
PENDAHULUAN Pemanfaatan Obat Bahan Alam (OBA) di dunia medis telah meningkat di seluruh dunia. Kesadaran dalam menempuh upaya kesehatan preventif dan pencarian obat yang bersifat am an dan sedikit mungkin memberi efek samping, yang ban yak dimiliki oleh kebanyakan obat-obat sintetik, mendorong untuk "kembali ke alam" sehingga dalam pengobatan orang semakin menginginkan obat yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Orientasi ini telah lama diungkapkan, data pemantauan seeara global oleh Me Alpin Thrope Warrier Ltd. pada tahun 1995 diperkirakan hanya meneapai nilai USD 7 000 juta (Endargo, 1996), dan sekarang data terakhir dari WHO menyebutkan pada tahun 2002 - 2005 (dari USA, Canada, United Kingdom dan Australia) dilaporkan bernilai USD 7 000 juta milliar (Kisyanto, 2004). Dan yang mendukung OBA tetap survive terse but (Purnomo, 2004) disebabkan adanya peningkatan popularitas produk natural dan meningkatnya kebutuhan obat komplementer. Adanya tren baru pengguna OBA dimana konsumen kelas "menengah" dan "orang tua" yang meneari natural medicine dan produk untuk memelihara kesehatan (purnomo, 2004), mendorong prospek pasar OBA semakin eerah. Langkah yang perlu dilakukan untuk lebih memantapkan peluang ini adalah adanya kajian interaksi antara penggunaan herbal dan obat modern, diantaranya interaksi "Farmakodinamik" (sifat yang mempunyai kesamaan, antagonistik atau efek samping) dan interaksi "Farmako-kinetik" yaitu sifat pengaruh herbal sehingga dapat merubah absorbsi, distribusi, metabolisme at au sekresi obat (Kisyanto, 2004).
Kegiatan yang mendukung kebijakan pengembangan OBA ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya alam tanaman obat seeara optimal bagi pembangunan kesehatan sekaligus pembangunan industri dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam tersebut. Penataan teknologi hulu-hilir termasuk pemanfaatan teknologi nuklir untuk menangkap peluang perlu ditumbuh kembangkan seeara nasional.
SUMBER DAY A ALAM Wilayah hut an tropika Indonesia memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang melimpah. Di wilayah ini terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya telah diketahui berkhasiat sebagai obat (Puslitbangtri, 1992). Ada sekitar 200 spesies tumbuhan yang terdapat dalam ramuan jamu yang diproduksi pabrik jamu di Indonesia. Perkembangan industri jamu dan obat tradisional dewasa ini meningkat dengan pesat. Ditambahkan pula pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga juga telah menjadi komoditas ekspror yang andal untuk menambah devisa negara. Berbagai informasi menunjukkan, bahwa negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Inggris, Belanda semakin ban yak mendatangkan obatobat tradisional, angkanya selalu naik tiap tahun (Karmawati et al., 1996; Purnomo, 2004). Peningkatnya pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku jamu dan komoditas ekspor diharapkan diikuti dengan tindakan usaha 27
Risalah Seminar flmiah
Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006
budidaya yang rasional, sehingga diperoleh bahan baku yang dapat me menu hi kebutuhan industri secara kualitas kuantitas dan kontinuitas. PERAN TEKNIK NUKLIR MENUNJANG AGROINDUSTRI TANAMAN OBAT Teknik nuklir melalui aktivitas radiasi dan isotop dapat mendukung pengadaan bahan baku industri. Beberapa penelitian telah dilakukan dari aktivitas hulu-hilir, diantaranya meliputi :
A. Teknik radiasi Aktivitas pemanfaatan teknik iradiasi telah dilakukan untuk kegiatan - kegiatan dalam upaya menyediakan bahan baku industri, mulai yang berkaitan dengan teknik budidaya , penanganan pasca panen, dan pengawetan produk OBA. 1. Membuat mutan, meningkatkan sifat genetik dalam peningkatan produksi, mutu dan ketahanan terhadap penyakit, 2. Menambah jenis pupuk organik, jenis zat pengatur tumbuh baru yang lebih efektif, yaitu melalui pencarian jenis baru. 3. Pengawetan untuk menunda pertunasan, mengendalikan hama dan mengendalikan mikroba patogen, kapang dan bakteri pada bahan baku untuk produk industri. Kegiatan mendukung teknik budidaya diperoleh dengan : 1. Membuat mutan di bidang pemuliaan, dalam penemuan varietas unggul penyiapan benih berkualitas, yaitu : a. Mutu dan produksi tinggi, melalui pembuatan mutan baru untuk memperbaiki sifat genetik sehingga diperoleh produksi dan mutu tinggi, serta menjadi varietas yang mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap serangan hama dan penyakit (Chosdu, et al., 1983).
b.
2.
28
Rimpang temu-temuan pada umumnya mudah bertunas. Dalam upaya penyediaan bahan tanam Balittro (2005), telah memanfaatkan teknik iradiasi untuk menekan pertumbuhan tunas pada jahe merah, kunyit dan temulawak. c. Ketahanan hama dan penyakit. Kajian untuk meningkatkan dalam pengelolaan organisme pengganggu untuk tanaman obat masih belum banyak dilakukan. d. Optimasi budidaya: menentukan modifikasi lingkungan Teknik pengendalian mikroba patogen dan gangguan hama diperlukan pada penanganan pasca panen.
Penyiapan bahan baku (segar, simplisia termasuk produk jamu, dan ekstrak terstandar), sehingga bebas cemaran mikroba. Dalam rangka menunjang industri pengawetan simplisia terus diupayakan sehingga tidak terjadi kerusakan bahan baku, karena kontaminan kapang dan bakteri yang melebihi batas maksimum yang ditentukan. Teknik iradiasi dapat menaikkan mutu dan higiene simplisia dan produk jamu. Pada umumnya telah ban yak dilakukan dengan fumigasi dengan gas etilen oksida, pemanasan pada suhu tertentu, iradiasi sinar ultra violet dan infra merah, tetapi hasilnya kurang memuaskan dibanding dengan iradiasi sinar gamma. Dosis iradiasi sebesar 5 kGy sudah dapat mengurangi jumlah mikroba sampai 4 desimal dan jumlah kapang sampai 5 desimal. Dosis iradiasi sebesar 0,06 - 0,15 kGy dapat digunakan me nunda pertunasan rimpang dan umbi, sedang dosis 0,40 - 1,00 kGy dapat digunakan untuk membasmi serangga (Hilmy, 1983). Dibanding dengan car a pemanasan bahwa akibat pemanasan pad a suhu 90°C dapat merubah aroma rempah, sedang dengan sinar infra merah tidak efektif untuk menurunkan cemaran mikroba. Biasanya penanganan pasca panen untuk bahan baku jenis rimpang dimaksudkan untuk memperlambat pertunasan sehingga mutu simplisia yang dihasilkan tetap dapat memenuhi mutu standar. Demikian juga untuk bahan baku dari biji, bunga, kayu, akar iradiasi dimaksudkan mengendalikan kerusakan karena hama, mikroba jenis kapang dan bakteri. Dosis iradiasi sebesar 0,06 - 0,15 kGy dapat digunakan untuk penundaan bahan baku simplisia dengan tumbuhnya pertunasan pada rimpang jahe, temulawak, kunyit, kencur, temu hitam dan berbagai jenis rimpang yang lain dan car a ini telah digunakan di beberapa negara misalnya ]epang, Canada dan Thailand. Pertunasan dapat ditunda selama 4 minggu at au lebih tergantung pada dosis iradiasi yang digunakan. Demikian juga untuk bahan baku dari biji, bunga, kayu, akar iradiasi dimaksudkan mengendalikan kerusakan karena hama, mikroba jenis kapang dan bakteri. Iradiasi pada dosis di bawah 10 kGy aman dan tidak meninggalkan residu kimia dan tidak merubah kadar dan karakterisasi minyak atsiri dari 10 jenis simplisia yang disimpan selama 6 bulan, terdiri atas biji pala, lada hitam, lad putih, ketumbar, kapolaga, kemukus, ad as dan cabe jawa (Hilmy, 1983; Chosdu et al., 1983 : Chosdu, 1996). Hasil penelitian Balittro (2005) dan Balittro (2006) menunjukkan bahwa teknik iradiasi dapat menekan cemaran mikroba Aspergillus f/avus dan Aspergillus niger terhadap simplisia dan ekstrak kental dan kering dari pegagan, jahe merah, kunyit, temulawak, mengkudu dan cabe jawa.
Risalah Semill8r llmiah
.Aplikasi lsotop dan Radiasi, 2006
Telah dicoba iradiasi pada tingkat 2,5 -10 kGy, sesuai rekomendasi Chosdu (1997). dan diperoleh semakin tinggi dosis iradiasi yang digunakan maka semakin tinggi daya tahan simpan simplisia. Perlakuan iradiasi tidak berpengaruh terhadap kandungan minyak atsiri, kadar kurkumin (kunyit dan temulawak) dan kadar scopoletin (mengkudul. Dan (Chosdu dan Erizal, 1998) menambahkan bahwa dosis iradiasi cenderung menurun selama penyimpanan. Sehingga teknik iradiasi dapat menjadi alternatif pada dukungan menyediaan bahan baku industri OBA. 3. Pengawetan produk, berupa serbuk, simplisia kering dan ekstrak kental dan kering. Pemanfaaatan sinar gamma untuk pengawetan simplisia dan prod uk olahannya, melalui pencegahan kontaminasi terhadap kapang dan bakteri, dan serangga sehingga dapat memperpanjang daya simpan (Chosdu, 19961· Pencegahan tumbuhnya tunas sampai 6 bulan dari jenis rimpang dan biji dengan dosis 0,06 kGy dan tidak menurunkan kandungan minyak atsirinya sehingga tetap sesuai standar mutu sebagai bahan baku indrustri dapat tetap dipenuhi (Hilmy dan Chosdu, 1985: Chosdu et al., 1994). 4. Analisis mutu melalui identifikasi mineral esensial untuk menunjang uji praklinis dan klinis (uji khasiat dan keamanan)
2. Aktivitas neutron untuk identifikasi mineral esensial (pengganti HPLC) Kegiatan untuk melakukan pengujian kualitas bahan baku. Sebagai contoh aktivitas neutron dapat mengidentifikasi sejumlah mineral Na, Rb, Ca, Sc, Cr, Fe, Co dan Se dalam rimpang temulawak. Demikian juga met ode ini dapat diaplikasikan untuk jenis temu-temuan yang lain (Chosdu et al., 2004).
B.
1. BALITTRO. 2004. Penyiapan bahan ekstrak terstandar Tanaman Obat mengkudu, sambiloto, cabe jawa dan purwoceng untuk industri fitofarmaka. Laporan Akhir .. Hasil Penelitian APBN Balittro
Teknik Isotop
Teknik isotop terdiri dari pemanfaatan tracer dan aktivitas neutron. Dapat dimanfaatkan mendukung beberapa kegiatan, diantaranya 1. Teknik tracer, 11 Dapat dimanfaatkan dalam penelusuran melalui hara berlabel, untuk rekomendasi pemupukan dan mengetahui proses metabolisme sekunder dalam menghasilkan bahan aktif tinggi. Modifikasi lingkungan dilakukan agar dapat diperoleh kandungan bahan aktif dari bahan baku industri yang digunakan. Dengan bantuan tracer bisa diketahui metabolisme sekunder terbentuk di bagian tanaman daun at au di akar. Hal ini dapat memudahkan dilakukan modifikasi melalui pengaturan hara dan air dalam tanah atau pengaturan penyinaran (Balittro, 20031. 21 Uji pra-klinis yang merupakan kegiatan uji keamanan dan khasiat. 31 Uji klinis, dilakukan untuk mendapatkan formula.
KESIMPULAN Prospek pasar Obat Bahan Alam semakin cerah. Pemanfaatannya telah meningkat di seluruh dunia. Perlu diupayakan kegiatan-kegatan yang dapat mendukung peluang berkembangnya agroindustri tanaman obat, sehingga pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku dapat digunakan secara bijaksana, mutu terjaga, tidak rusak oleh serangan hama dan cemaran mikroba, dan produk yang dihasilkan dapat menjadi komoditas unggulan. Teknik radiasi dan aktivitas isotop diharapkan dapat lebih berperan dalam penyediaan bahan baku sehingga memperoleh mutu standar, dan menjaga agar produk tetap berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
2. BALITTRO. 2005. Teknologi penyiapan bahan baku tanaman obat terstandar untuk produk obat bahan alamo Laporan Hasil Penelitian Kerjasama Balittro dengan PROM. 78 hal. 3. BALITTRO. 2006. Teknologi penyiapan bahan baku tanaman obat terstandar untuk produk obat bahan alamo Laporan Hasil Penelitian Kerjasama Balittro dengan PROM. 89 hal. 4. HILMY, N. 1983. Iradiasi rempah dan jamu, suatu tinjauan pustaka. Risalah Seminar N asional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi. BATAN, Jakarta. 6-8 Juni 1983 : 143 - 160. 5. PUSLITBANGTRI. 1992. 10 Tahun Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 1982 - 1991. Sumbangan Penelitian dalam Pembangunan Perkebunan Rakyat. 29
Risalal1 Seminar Ilmial1 Aplikasi Isofop dan Radiasi, 2006
6. ENDARGO, S. 1996. Pengembangan obat fitofarmaka menunjang agroindustri tanaman obat. Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat. Bogor, 28-29 Nopember1996: 105 - 114
7. KARMAWATI, E., D.S. EFFENDI dan P. WAHID. 1996. Potensi, peluang dan kendala pengembangan agroindustri tanaman obat. Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat. Bogor, 28-29 Nopember 1996: 23 - 41. 8. KISYANTO, Y. 2004. Pemanfaatan obat bahan alamo Makalah Pertemuan Konsultasi Riset Obat Tradisional. BPOM. Jakarta, 9 - 10 Juni 2004. 9. PURNOMO, H. 2004. Prospek obat bahan alamo Makalah Pertemuan Konsultasi Riset Obat Tradisional. BPOM. Jakarta, 9 - 10 Juni 2004. 1O.CHOSDU, R. 1997. Radiopasteurisasi kosmetika tradisional. Makalah Temuilmiah Kosmetika Dari Bahan Alami. Yogyakarta, 5 April 1997. 5 hal. 11. CHOSDU, R. 1996. Pemanfaatan sinar gamma untuk pengawetan simplisia tumbuhan obat dan produk olahannya. Prosiding Simposium Nasinal I Tumbuhan Obat dan Aromatik Apinmap. Bogor, 10 - 12 Oktober 199 :679 - 683
30
12.CHOSDU, R., J. MELLAWATI dan YUMIARTI. 2004. Identifikasi Chosdu, R. kandungan unsur makro dan mikro dalam temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Prosiding Seminar Nasinal Tumbuhan Obat Indonesia XXV, Tawangmangu, 24 - 28 April 2004: 569 - 576
K dan ERIZAL. 1998. 13.CHOSDU, Karakteritika radikal be bas simplisia tumbuhan obat yang diiradiasi sinar gamma. Pro siding Seminar Nasional II dalam Pembangunan. Yogyakarta, 5 6 Mei 1998 :271 - 277 14.CHOSDU, K, HILMY, N. dan ERLINDA, T. 1994. Pengaruh radiasi gamma dan kelembaban pada kemampuan Aspergillus flavus memprodksi aflaktoksin. Laporan Teknik PAIR. 15.HILMY, N dan CHOSDU, K 1985. Penundaan pertunasan rimpang dengan iradiasi gamma (I!. Curcuma domestica, Kamferia galanga, Curcuma xanthorriza, Curcuma aeruginosa. Majalah BATAN. Vol. XVIII, No.1, April: 3
Risalah Seminar Ilmiah. ,Aplikasi Isotop dan R3diasi, 2006
DISKUSI IDAWATI
SUHARYONO Tanaman obat banyak dipublikasikan. ternak, apakah sudah ? Dan melakukannya yang bermanfaat untuk
untuk manusia sudah Bagaimana tanaman obat banyak peneliti yang jenis tanaman obat apa ternak ?
M. jANUWATI Sudah ban yak formula/produk jamu untuk ternak, sebagian famili temu-temuan, sambiloto, sirih, mengkudu, mahkota dewa dll. KRISNA LUMBAN RAJA 1. Apakah bahan baku obat modern ? 2. Apakah obat dari tanaman obat dijamin tidak menimbulkan "side effect" ? M. jANUWATI 1. Bahan baku obat modern biasanya bahan aktifnya sintetis (bahan kimia) dan yang bukan bahan aktif dari tanaman dinamakan fitokimia 2. Penggunaan sesuai ukuran tertentu tidak ada side effect karena sudah meallui pengujian praklinik (uji khasiat, uji keamanan dan uji mutagenik) untuk fitofarmaka diteruskan uji klinik
Masalah mendasar dari kurang berkembangnya penggunaan tanaman obat di Indonesia adalah kekurangpercayaan konsuman terhadap hasil olahan tanaman obat oleh industri yang ada di Indonesia. 1. Kemungkinan pencampuran yang disengaja dengan bahan-bahan yang berbahaya 2. Bahan tanaman yang dikeringkan kurang higienis M. jANUWATI 1. Industri obat bahan alam dibina dan dalam pengawasan Badan paM, dengan mengikuti prosedur GMP seharusnya produksinya terjamin higienis dan mutu khasiatnya 2. Beberapa jenis bibit telah dilakukan penangkaran dan bisa dipesan ke Balitro at au petani penangkar binaan Balitro ANONIM Apakah juga sudah dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas obat dengan menggunakan peranan bioteknologi ? jika ada, dalam bentuk apa ? Bagaimana hasil yang telah diperoleh ?
M. jANUWATI HERWINARNI Tadi ibu menyebutkan tanaman Antanan punya potensi yang sangat baik dan mulai dilirik oleh negar Korea, sedangkan beberapa minggu yang lalu di TV dan media-media lainnya menyebutkan jamu Antanan produk Tiara Cipta Usaha ditarik dari peredaran, mengapa ? Kami dan keluarga BATAN ban yak yang menggunakan jamu Antanan tersebut. Sebagian pengganti jamu tersebut apa, yang setaraf Antanan
Telah dilakukan aktivitas bioteknologi dalam upaya peningkatan kualitas termasuk tahan hama dan penyakit sehingga produktivitas meningkat AHMAD N. KUSWADI Kalau merencanakan untuk memanfaatkan iradiasi untuk pengawetan obat apa tidak dipikirkan pengaruh radiasi terhadap metabolis sekundernya yang menjadi bahan aktif obat. Besar kemungkinan bahan aktif tersebut pecah/terurai oleh radiasi
M. jANUWATI Produk jamu Antanan setelah diuji terdapat bahan kimia sehingga oleh Pengawas ditarik dari peredaran. Untuk pengganti menurunkan asam urat dan kolesterol bisa digunakan prod uk yang menggunakan Antanan merk lain atau produk yang mengandung sambiloto, temulawak, sidagari (mempunyai bahan aktif penurun kolesterol dan asam urat) yang lain.
M. jANUWATI Sudah dilakukan penelitian oleh Balitro pengawetan simplisia dan ekstrak dari pegagan, sambiloto, jahe merah, kunyit, temulawak, cabe jawa dan mengkudu menunjukkan tidak ada perubahan penurunan bahan aktif (marker) untuk masing-masing tanaman tersebut
31
Risalah Seminar Ilmiah
Aplika!i Isotop dan Radiasi, 2006
RINDY P. TANHINDARTO
M. jANUWATI
Berita media massa di TV ada informasi bahwa kunyit sudah dipatenkan di jepang. Bagaimana antisipasi agar tanaman obat kita tidak lepas ke negara lain ?
1. Pemanfaatan tanaman obat dapat digolongkan menjadi produk dengan khasiat sebagai preventif dan kuratif. Saat ini sudah ada produk untuk therapi dalam bent uk fitoterapi ( mis. Curcumin) sudah diresepkan dokter 2. Produk ekstrak akan mengandung bermacammacam bahan aktif, dapat digunakan setelah melalui pengujian praklinik (uji khasiat dan keamanan) dan untuk pemakaian jangka panjang dilakukan juga uji mutagenik (menimbulkan efek penumbuh kanker atau tidak)
M. jANUWATI Perlu dukungan pemerintah konsekuensi untuk mengantisipasi kita tidak lepas ke negara lain.
dengan segara agar tanaman
SINGGIH SUTRISNO 1. Tanaman obat di Indonesia tidak digunakan untuk terapi dalam praktek kedokteran, statusnya saat ini sebagai pengobatan alternatif (tradisional) atau sebagai suplemen. Mengapa sampai saat ini tanaman obat belum digunakan dalam terapi penyakit secara konversional ? 2. Tanaman obat sudah banyak diketahui mengandung bahan aktif yang dapat mengobati penyakit tertentu, kalau yang dijual di pasar adalah ekstrak kasar, apakah hal ini tidak membahayakan kesehatan dari kandungan bahan aktif lainnya?
32
ROSIKA Bagaimana pendapat Ibu tentang obat tradisional instan (berupa kapsul, kaplet, pi! dll) yang telah dicampuri dengan bahan aktif lain, yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan hangat di media? M. jANUWATI Perlu pembicaraan yang intern dari Pemerintah (Badan POM). untuk sosialisasi protokol untuk pembuatan produk yang mengacu GMP (Good Manifacture Practies) dan melaksanakan peraturan yang berlaku