4
1998
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
panen pada pengolahan bahan ini menghasilkan peningkatan mutu, standardisasi proses dan produk, serta diversifikasi produk. Usaha pengolahan lebih lanjut sumber pangan dari organisme bahari menghasilkan produk lain berupa bahan bioaktif atau bahan penunjang yang diperlukan padapengolahan pangan itu sendiri atau pada pembuatan sediaan obat. Kemajuan di bidangmetode dan alat analisis kimia bahan alam memungkikan dilakukannyaisolasi, identifikasi dan elusidasi struktur senyawa kimia kandungan organisme bahari. Hal ini telah mengungkap potensi lain organismebahari sebagai sumber produk bioaktif di samping sebagai sumber bahan pangan. Perhatian orang terhadap produk alam hayati bahari meningkat karena adanya beberapa faktor penyebab, antara lain: (a) perkembangan alat selam (b) pengetahuan yang lebih baik tentang identifikasi dan klasifikasi organisme bahari (c) perkembangan cepat dalam ha1 metode isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif (d) adanya penemuan senyawa bioaktif baru dan berarti dari organisme bahari (e) kesadaran dan perhatian yang meningkat terhadap lingkungan bahari. Dari hasil penelitian telah dilaporkan, bahwa berbagai jenis senyawa yang telah diisolasi dari berbagai jenis organisme bahari mempunyai berbagai aktifitasfarmakologi (Lampiran I) antara lain antibiotik, antitumor, antikanker,antivirus, antileukemia,antikoagulan, antelmintik,antisklerosis, insektisida, antiinflamasi,dan sebagainya Mengingat potensi yang besar yang sampai saat ini relatif belum dimanfaatkan, produk alam hayati bioaktif bahari Indonesiaperlu diperhatikan dan dimulai pemanfaatannya untuk menunjang pembangunan negara di bidang pangan, kesehatan, pertanian, dan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan memperhatikan: (a) pendekatan multidisiplin dalam memecahkan masalah di bidang biologi, kimia, farmakologi, oseanologi,dan bidang disiplin ilmu lain yang terkait. (b) prasarana dan saranapenelitian yang perlu dilengkapi (c) memanfaatkan hail penelitian yang telah dicapai di luarnegeri
(d) kerjasama antar lembaga yang terkait untuk tujuan eksplorasi dan eksploitasi produk alam hayati bioaktif bahari. Untukmemenuhi kebutuhan terus-menerus di sampinguntuk menghindarkan kepunahan karena eksploitasi, maka perlu usaha budidayauntuksumber alam hayati bahri yang dimanfaatkan secara luas.
DAFTAR PUS" 1. Bouaicha N, et al. Cytotoxic Diterpenoids from The Brown Alga Dilophus ligutalus. J Nat Prod. 1992;56(10):1747-1752. 2. Shoei-Seng Lee, et al. Quaternary Alkaloids from Litsea cubeba and Cryptocarya konishii. J Nat Prod. 1993;56(11):1971-1976. 3. Arnmon HPT. The Situation of Phytotherapy in Europe Especially in The Field of Diabetes, Inflammation and Hepatitis, Prosiding Seminar Sehari Pernanfaatan Obat Bahan Alam, ITB, 25 September 1993. 4. Soejono Hadi, Sidik. Hasil Uji Klinik Sediaan Obat Fitofarmaka pada Penderita dengan Hepatitis, Prosiding Seminar Sehari Pemanfaatan Obat Bahan Alam, ITB. 25 September 1993. 5. Anjaneyulu ASR, et al. Isolation of New Aromatic Derivates from A Marine Algae Spe cies Cailer pa racemo sa. J Nat Prod. 1992;55(4): 496-49!3.
-. .---..
6. Schmitz FJ, T Yarnamoto. I ne ivvu unlrea srares~apanaernlnar on Bioorganic Marine Chemistry, Meeting Report. J Nat Prod. 1991;4(6):1469-1490. 7. Anjaneyulu ASR, CVS Prakash, UV Mallavadhanl. Two Caulerpin Analogues and a Sesquiterpene from Caulerpa racemosa, phytochernistry. 1991;30(9):3041-3042. 8. Numata A, et al. Cytotoxic Activity of Marine Algae and A Cytotoxic Principle of The Brown Algae Sargassum tortile. Chem Pharm Bull. 1991;39(8):2129-2131. 9. Kobayashi M, et al.. Marine Natural Products, XXVII, Distribution of Lanostane Type Triterpene Oligo Glycosides in Ten Kinds of Okinawan Sea Cucumber. Chem Pharm Bull. 1991;39(9):22822287. 10. Kobayashi J. Pharmacologically Active Metabolites from Symbiotic Microalgae in Okinawan Marine Invertebrates. J Nat Prod. 1989;52(2):225-238. 11. Samuelson G,JG Bruhn (Eds.). The Role of Natural Products in Drug Design. Acta Pharm. Nord. 1988;1(3):111-130, 175- 183. 12. Scheuyer PJ (Ed.). Marine Natural Products, Chemical and Biological Perspectitves. Vol. IV, Academic Press, 1981. 13. Soegiarto A dkk., Rumput Laut (Algae): Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI, Jakarta.
BUDIDAYA DAN PEMULIAAN TANAMAN OBAT
PENDAHULUAN
T
UMBUI-IAN obat adalah setiapjenis tumbuhan (flora) yang produk atau bagian tubuh (organ)nya dapat digunakan atau memiliki khasiat sebagai obat atau bahan baku obat. Banyak di antara tumbuhan yang masuk kelompok ini memiliki fungsi ganda, seperti untuk keperluan makanan dan minuman, penyegar dan aromatik, selain untuk obat-obatan. Bahkan sebagian bahkan merupakan tumbuhan pengganggu (gulma) seperti pada Tabel 1. Sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia ( I ) Indonesia sangat kaya akan jenis tumbuhan obat. Heyne (2) mengungkapkan tidak kurang dari 1000 spesies; selain dari 37 spesies tumbuhan racun ikan, 17jenis bahan aromatik, 32 jenis
penghasil tembakau dan I4 jenis penghasil biji-bijian dan buah. Sementara PT. EISAI (3) dalam bukunya "Medicinal Herbs Index in Indonesia" mengungkapkan tidak kurang dari 7000 spesies tanaman dan tumbuhan yang memiliki khasiat obat aromatik. Masalahnya adalah bahwa jenis dan ragam yang sangat besar itu belum sepenuhnya teridentifikasi karakteristik, sifat, kegunaan dan nilai ekonominya. Setiap jenis memiliki sifat khas yang memerlukan lingkungan dan persyaratan tumbuh yang berlainan. Bahkan Soehardjan (4) menyatakan bahwa setiap kultivar menghendaki perlakuan spesifik untuk dapat tumbuh dan menghasilkan secara optimal. Sehubungan dengan itu, tidaklah mungkin untukmengungkapkan teknik budidayadan pemuliaandari berbagaijenis tumbuhan obat itu secara rinci satu persatu dalam
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
Volume 4 No. 1
tulisan ini. Pada kesempatan ini dicoba diungkapkan secarakualitatif dan global dengan sedapat mungkin memberikan contoh untuk ilustrasi tentang pennasalahan, pemikiran, dan perkembangan pembudidayaan dan pemuliaan tumbuhan obat. Yang dimaksud dengan pembudidayaan tumbuhan obat adalah upaya tanam-menanam atau bercocok tanam, sebagaimana juga pada kelompok tumbuhan lainnya dilakukan untuk rnemperoleh kepastian mendapatkan hasil dari tanaman atau tumbuhan yang ditanam termaksud. Dibandingkan dengan upaya memanen hasil suatu tumbuhan; upaya bercocok tanam ini sudah tentu memerlukan tambahan daya (tenaga) dan biaya. Tambahan daya dan biaya itu diperlukan mulai dari kegiatan penyiapan lokasi (lahan), penyediaan benih bahan tanaman, menyemai, menanam, memelihara (menyiang, menggernburkan tanah), menyediakan sarana produksi (saprodi) untuk memelihara (pupuk, obat, dan sebagainya) sarnpai kepada memetik (panen) dan mengolah hasil. Seperti telah disinggung di muka, setiap jenis bahan kultivar menghendaki lingkungan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan menghasilkan secara optimal, walaupun pada dasarnya kemampuan tumbuh, daya hasil dan mutu hasil suatu tanaman ditentukan oleh karakteristik atau kemampuan genetik tanaman itu sendiri. Wahid (I) menggambarkan hubungan potensi genetik suatu tanaman dan lingkungannya seperti pada Gambar 1. Gambaran tersebut memperlihatkan, bahwaupayabudidaya (crop management) pada dasarnya diarahkan untuk memperbaiki kondisi ke-3 faktor lingkungan tumbuh (biotik, klimatik, dan adaptik) ke arah yang lebih menguntungkan yang diperlukan suatu tanaman untuk mewujudkan potensi genetiknya secara maksimal(1). Dapat dibayangkan, bahwa tambahan tenaga dan biaya yang diperlukan untuk membudidayakan suatu tumbuhan itu tidak kecil. Oleh karena itu, kencenderungan untuk tidak menanam, tetapi langsung memanen dari habitat aslinya akan selalu dipilih dan dilakukan. Namun demikian, memanen hasil suatu tumbuhan dari habitat aslinya mengandung resiko yang tidak kecil berupa terkurasnya populasi tumbuhan bersangkutan di habitat aslinya yang dikenal dengan istilah pengikisan atau erosi plasma nutfah tumbuhan bersangkutan. Akibatnya, sudah tentu dapat dibayangkan terjadinya kelangkaan, bahkan terancarnnya kelanggengan keberhasilan memanen h a i l tumbuhan bersangkutan dari habitat aslinya itu.
mutu hasil
I
Potensi genetik
I
Tidak terjaminnya kelanggengan atau kesinambungan memperoleh hasil suatu tumbuhan obat dari habitat aslinya akan mengancarn pula kelestarian dalarn memproduksi obat tradisional bersangkutan. Sugati (5) menyatakan, bahwa kelestarian produksi obat tradisional tergantung kepada kelestarian jenis tumbuhan obat bersangkutan sebagai bahan baku. Hal rnana, sangat penting untuk disadari oleh kalangan penghasil obat tradisional. Dengan meningkatnya produksi obat tradisional, mengakibatkan pula makin tingginya ancaman kepunahan dan kemampuan dalam penyediaan simplisia dari tumbuhan liar. Pendapat senada dikemukakan pula oleh Amzu dan Haryanto (6). Oleh karena itu langkah konkrit perlu tetap digalang untuk mengupayakan domestikasi dan pembudidayaan tumbuhan obat terutamauntuk spesies yang telah masuk kelompok tererosi (Tabel I a). Apalagi mengingat, bahwa melalui pembudidayaan, tingkat produktifitas yang lebih tinggi dapat dicapai, terutama dengan dukungan penelitian. Tabel la. Spesies turnbuhan obat yang rnulai jarang dan tererosi Narna latir 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Alyxi, A. stc Alston~as c h o o l Arcangelisia flava Fibraureachoroleuca Aquilaria becariana A. malaccensis Cibotium borometr Cinnamomumsintoc C. culilawan Cryptocaryaaromatica Curcuma petiolata Euchreata horsfieldii Elaeocapum gmndfloms Eurycomma longifolia Ficus deltoides Kadsura scandens Mesua ferrea Merremia mammosa Oroxylum indicum Parkia roxburghii Pimpinella pruatjan Parameria barbata RaMesia patma Rauwolfia serpentina Strychnos lucia S. ignatii Sympbcos odoratissima Usnea sp. Santalum album Voacanga grandinora
BiOtik
Tindakan Bndidaya atau crop management
L 1 Gambar 1. Hubungan saling p e n g a ~ hantara berbagai faktor lingkungan dan upaya budidaya dalam mewujudkan potensi genetik tanaman.
Narna dacsrah Pulasari Pulasari Pulai KOkoneng Ki koneng Gaharu Gaharu Paku sirnpai Sintok Kayu lawang Sintok Ternu puteri Pranajiwa Anyang-anyang Pasak burni Tabat barito Ki lebur Nagasari Bidara upas Bungli Kedawung Purwoceng Kayu rapet Patrna Pulepandak Bidara laut Cetek Kisariawan Kayu angin Cendana Harnperu badak
Beberapa tanaman yang juga digunakan sebagai bahan baku obat tradisional ternyata terrnasukjenis gulma (Tabel I b). Soehardjan (4) mengungkapkan dari berbagai sumber informasi, bahwa keadaan dan cara pembudidayaan tanaman obat yang dilaksanakan petani ternyatarata-rataproduksi yang dicapai masih rendah, yaitu: temulawak 1,3 ton keringha, jahe 0,6 ton keringtha, kunyit2,I ton kering/ha, lempuyang0,S ton keringha, kumis kucing 0,1 ton kerindha, kencur 0,7 ton kerindha. tlasil penelitian memperlihatkan bahwa produksi itu masih dapat ditingkatkan menjadi: temulawak5-14 ton keringhqjahe 11-22 ton kerindha, kunyit 8-1 1 ton kerindha, lempuyang 2- 8 ton kerindha, kumis kucing 1-1,5 ton keringha, kapulagasabrang 0,6-0,8 ton kerindha, serta kencur 3-6 ton keringha.
/,0+\
Lingkungan idup
5
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
6
Teknologi yang saat ini tersedia cukup dapat memberikan input memadai untuk sejumlah jenis tumbuhan obat yang banyak dibutuhkan. Meskipun demikian, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, masih diperlukan penelitian pembudidayaan tanaman obat untuk memungkinkan penerapan teknologi maju. Dengan penerapan teknologi maju, penyediaan simplisia yang sesuai dengan persyaratan Materia Medika Indonesia dalam rangka peningkatan obattradisional menjadi obat fitoterapi, diharapkan dapat terpenuhi. Peningkatan penda~atan~ e t a ndan i ekspor simplisia diharapkan juga dapat dicapai. Dukungan pene litian budiclaya ini semakin terasa pula dengan mengingat banyaknya ragam jenis turnbuhan obat yang ada, yang tidak hanya memerlukan lingkungan tumbuh yang berbeda, tetapi jugacara perbanyakan (Tabel 2) dan pemeliharaan yang berbeda. Informasi awal tentang hasil penelitian telah dirangkum Soediarto (7) yaitu tentang cara budidaya dan penanganan pasca panen simplisiatanarnanrimpang, seperti temu kunci, temu hitam, kunyit, temu lawak, temu putih, laos, bangle, jahe, dan lempuyang gajah; simplisiaakar, seperti: ipeka dan pule pandak; simplisiatema,seperti: poko, pepermin, dan timi; simplisia daun seperti saga, klausena, digitalis,kumis kucing, dan tempuyung sertasimplisia buah seperti kapolaga sabrang, kemukus, dan adas. Informasi lebihjauh dihimpun dalam prosiding Seminar Pembudidayaan Tanaman Obat oleh Universitas Jenderal Soedirman-Punvokerto, 1985, Buku Materia Media I (1977), I1 (1978), 111(1979), dan IV (1980) serta Buku TOGA (Tanaman Obat Keluarga) Depkes, 1983dan Balittro (1993) serta Buku Tumbuhan Obat LBN-LIPI. Infonnasi tersebut mencakup persyaratan tumbuh, cara budidaya sejumlah tanaman obat, antara lain mencakup tinggi tempat,jenis tanah, curah hujan, keperluan bibit, pengolahantanah, menyemai, menanam, menyiang, memupuk sertamemungut, mengolah dan menyimpan hasil. Tabel lb. Beberapa jenis gulma yang sering digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
-
Namia ilmiah Amaranrnus sprnosus L. Ageratum conyzoides L. Artemisia vulgaris L. Bidens pilosus L. Centella asiatica L. Urb. Eclipta prostrata (L), L. Elephantopus scaber L. Aneilesa nudiflorus (L) Wall. Euphorbia hirta L. Phyllanthus urinaria lmperata cylindrica (L) P.Beauv Sida rhombifolia L. Urena lobafa L. Cassytha fillifonis L. Oxalis corniculata L. Plantago major L. Portulaca oleracea L. Datura metel L. Physalis angulata L. Physalis peruviana L. Lantana canara L. Stachytarpheta jamaicensis Vahl.
Nama d a ~
-
ttayam aurl Wedusanl Babadotan Lokatmala Kentutan Pegagan Urang aring Tapakliman Talisaid Nangkaan Meniran Alang-alang Sadapori Pulutan Taliputri Cacalincingan Ki urata Krokot Kecubung Ceplukan . telur kodok Saliara
-
Penghimpunan berbagai informasi di atas semakin meningkat dengan semakin derasnya arus "back to nature", adanya perhatian berbagai media massa seperti Majalah Trubus dan Prisma serta merutinnya kegiatan seminar dan pertemuan ilmiah dari
1998
PERHIPBA dan POKJANASTOI. Diharapkan dengan merutinnya berbagai kegiatan seminar itu keterkaitan dan jalinan kerja antar berbagai institusi dapat dibina Saling dukung dan saling bantu di dalam pelaksanaan masing-masing tugas juga diharapkan dapat dikembangkan sehingga tanaman yang disarankan untuk diprioritaskan pembudidayaannya oleh rapat koordinasi lintas sektoral kebijaksanaan budidaya tanaman obat (Tabel 3) dan tanaman yang dicalonkan untuk fitofarmaka (Tabel 4) dapat dikembangkan pembudidayaannya
PEMULIAAN TANA
'AT
Dengan pemuliaan tanarnan obat diartikan segala langkah dan upaya yang dilakukan untuk memuliakan atau memperbaiki mutu bahan tanaman. Perbaikan mutu tanaman itu dalam pemuliaan tanarnan (benih, stek, rimpang dan lain-lain) lebih diarahkan kepada perbaikan mutu genetiknya. Jadi kalau budidaya berusaha memperbaiki lingkungan tumbuh agartanaman yang dibudidayakan mampu mewujudkan potensi genetiknya secara maksimal, pemuliaan berusaha untuk langsung mengarah kepadaperbaikan kemampuan genetik tersebut. Untuktumbuhan obat kegiatan ini bermuladari studi etnobotani, eksplorasi, dan pengkoleksian dalam rangkadomestikasi tumbuhan obat. Kegiatan manadiikuti oleh karakterisasi, identifikasi, evaluasi, dan seleksi untuk memperoleh mutu bahan tananam yang terbaik di antarayangada Untuk selanjutnyajikaperlu diikuti oleh kegiatan hibridisasi, yaitu penyilangan untukmenggabungkan berbagai sifat yang diperlukan atau mutasi untuk merubah paksa sifat genetik yang dimiliki oleh suatu individu ataupun populasi tanaman. Kegiatan hibridisasi sendiri dapat dilakukan di lapangan atau in vitro dalam cawan petri di laboratorium dengan teknik bioteknologi somaklonal, kultur anther dan sebagainya dalam rangka rekayasa genetika sebagai salah satu metode hibridisasi. Hibridisasi dapat dilakukan antar forma, kultivar, varietas, bahkan antar spesies sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sifat yang ingin digabungkan serta dukungan kemampuan teknologi yang dirniliki. Tabel 2. Berbagaijenis tanaman obat menurut c,ara perbanyak
~vlarr~oelah
Cangkokan
Arerut Tikim/salatum Salderi Kapolaga Akar binasa Bidara upas
Belimbing Wuluh Delima Jambu biji Jambu mete
rumpun Pinang Jambu biji Lada costus Pepaya Gambir Cengkeh Pala Budara upas Asam jawa Nagasari Pacar (inai) Sidamala Kecubung Periatpare Kembang pukul Sembung Teh Jawer Sirawan Daun enwk Sambiloto Jambu mete Saga Delima
Kunci pepet Temulawak Temukunci Lengkuas Jahe Lempuyang wangi Kunyit Temuputri Bawang merah Kembang pukul4 Sudamala Gadung Kencur
Waru Cisyus Kumis kucing Cincau Puding Sirawan Kecubung Sirih Lada Akar binasa Kemukus Lada jawa Bebesaran Daun encok Teh Jawer kotok Kecibeling Sambiloto Gambir
Sumber: Disaridari Acung (1985), Sugeng (1984) dalam Wahid (8)
Volume 4 No. 1
7
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
Dukungan dan kemampuan teknologi nasional di bidang ini sudah cukup memadai, walaupun seringkali ketersediaan tenaga dan dana merupakan hambatan. Sebagai contoh: teknik tertinggi di bidang ini kultur anther untuk persilangan antar spesies dan lainlain sudah mampu dilakukan oleh laboratorium bioteknologi Balittro. Tetapi perkembangan dan pencapaian hasilnya sangat lamban karena terbatasnya dana dan tenaga yang dimiliki. Lebih jauh yang terpenting dalam pemuliaan ini adalah menetapkan arah dan sasaran yang ingin dicapai dalam pemuliaan itu. Secara umum pemuliaan mengarah kepada penemuan suatu varietas unggul. Ukuran keunggulun itu bisa berbeda untuk setiap jenis tanaman walaupun secara umum yang dimaksudkan dengan varietas unggul adalah: dayaadaptasi terhadap cekaman lingkungan lebih baikdaripada varietas lain, sehingga memungkinkan untuk ditanam dan dikembangkan pada berbagai tipe ekosistem; produktifitas lebih tinggi pada kondisi dan penggunaan input (masukan) yang sama; - lebih tanggap terhadap pemberian berbagai masukan, seperti pupuk dan obat-obatan; - lebih tahan terhadap serangan berbagai macam hama dan penyakit sehingga tidak menghendaki biayapemeliharaanyang tine; - memiliki mutu hasil yang tinggi dan sesuai dengan permintaan pasar (konsumen).
-
-
Sangat sulit untuk dapat menggabungkan ke-5 sifat unggul di atas dalam suatu varietas, karena biasanya varietas yang produktifitasnya tinggi lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki mutu hasil yang kurang baik, dan sebagainya. Sebaliknya varietas yang mutu hasilnya tinggi, produktifitasnya rendah, daya adaptasinya terhadap lingkungan rendah. Varietas yang tahan serangan hama dan penyakit tertentu kadang-kadang tidak tanggap terhadap pemberian berbagai masukan. Namun secaraumum varietas unggul yang diharapkan adalah yang mampu menggabungkan atau memiliki sebanyakmungkinsifat unggul yang dikehendaki. Tujuan untuk setiap tanaman dapat sangat spesifik, begitu pula untuk tumbuhan obat. Parapemuliatanaman (breeder) memerlukan penjelasan dan penjabaran lebih jauh, yang hams diutamakan, seperti pada temulawak umpamanya, apakah kadar kurkuminoid, atau yang tahan serangan hama dan penyakit, walaupun mungkin kadar eugenolnya rendah. Begitu pula pada lada, walaupun kadar piperinnya rendah, pada kakao walaupun kadar teobrominnya rendah, pada teh dan kopi walaupun kadar tein dan kofeinnya rendah, pada pala walaupun kadar miristisinnya rendah. Gambaran di atas menunjukkan, bahwa menetapkan sasaran pada pemuliaan tumbuhan (seharusnya tanaman, karena tumbuh belum dijangkau aspek budidaya) obat memang tidak mudah. Akibatnya, hasil dan kemajuan yang lebih pesat dicapai pada
kelompok tanaman obat multiguna, terutamauntuk tujuan di luar keperluan obat. Namun demikian, berhasil dikoleksinya sekitar 400 spesies tumbuhan obat di kebun koleksi Balittro dan berhasil ditangkarnya berbagai jenis tumbuhan obat yang sudah masuk kategori langka, seperti pasak bumi, punvotjan, kedaung dan lain-lain dapat dianggap sebagai petunjuk baik ke arah berhasilnya upaya pemuliaan tanarnan obat. Untuk lebih memacu kemajuan di bidang ini, kiranya peranan POKJANASTOI dalam mencari kesepakatan dalam menetapkan tujuan pemuliaan itu akan sangat menentukan; begitu pulaperanan dari rapat koordinasi lintas sektoral budidayatanaman obat yang dikoordinasikan Kepala Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya pembudidayaan tumbuhan obat, termasuk upaya pendomestikasian berbagai tumbuhan obat yang masuk kategori langka dan tererosi. Hasil yang lebih lamban dicapai di bidang pemuliaan terutama untuk kelompok spesifik tanaman obat. tIasil yang telah dicapai masih perlu ditingkatkan dengan sasaran yang lebih spesifik untuk keperluan obat yang sesuai dengan fitofarmaka dan penggunaan obat fitoterapi. Untuk itu, peranan konsultasi melalui POKJANASTOI dan koordinasi lintas sektoral Dit. Was. Obat Tradisional perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Wahid, I?Medicinal Plants and Aromatic Plants in Indonesia. Proc. of RECBINMAP in Asia, FAO-RAPPA Bangkok.
1993: 1331-137.
2. Heyne K. De Nuttige Planten van Indonesia, 3e druk. NV Uitgeverij van. Hoeve-'s Gravenhage. Bandung. 1950.
3.
Eisai Indonesia. Medicinal Herb Index in Indonesia,
1986.
4. Soehardjan M. Pengembangan Teknik Budidaya Tanaman Obat.
Pros. Seminar dan Lokakarya Pembudidayaan Tanaman Obat. Universitas Jenderal Soedirman. 1985: 53-62.
5.
Sugati S S. Pola Pengembangan Tanaman Obat. Pros. Seminar dan Lokakarya Pembudidayaan Tanaman Obat. Universitas Jenderal Soedirman. 1985: 22-31.
6. Amzu E, Haryanto. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Indonesia. Pros. Seminar Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tropis Indonesia. 1990: 13-26. 7. Sudialto, Abisono S, Rusli, F'Chaerani, H Moko, N M Januwati. Tiga Puluh Tahun Penelitian Tanaman Obat. Seri Pengembangan No. 5. Badan Litbang Pertanian. 1985. 8. Wahid, P. Penyediaan Benih Tumbuhan Obat di Indonesia. Pros.
Seminar dan Lokakarya Pembudidayaan Tanaman Obat dan Pameran Obat Tradisional. Universitas Jenderal Sudirman.
1993: 35-52. 9. Balittro. Penelitian Penguasaan Teknologi Budidaya dan Pasca
Panen Tanaman Obat Multiguna untuk Bahan Baku Fitofarmaka. Usulan Penelitian, 1995.
Warta Turnbuhan Obat Indonesia Tabel 3. Prioritas tanaman obat yang dibudidayakan Namadaerah
Bagiantanaman
Kencur
Kaempferiaehizoma Retrofradi
~NC~US
Zingiberis rtiizoma Curcumaerhiioma Kunyit
Curcumaedomestlcae rhizome
Pule pandak
Rauwomae radix
Kapolaga
Ammomi fructus
Kumis kuang
Orthosiphonisfolium
Pulasari
Alyxiae cortex
Kedawung
Parkii semen
Temuhiiam
Curcumae aeruginosa rhizoma
Adas
Foenoculifructus
Langkuas
Languatis rhizoma
Daunjambu mete
Anacardii folium
Buah pare
Momordicae fructus
Pegagan
Centella herba
Lernpuyanggajah
Zingiberis Ze~mbetirhizoma
Lempuyangpahit
Zingiberis americais rhizoma
Jayu angin
Usnea sp.
Pasakbumi
Euricomae radix
Delima putih
Punicae fructus cortex
Temukuna
Boesenbergiae rhizoma
Pub
Alstoniae cortex
Mungsi
Coptici f ~ c t u s
Pisang batu
Musa balbisiana
Bangle
Zingiberis purpurei rhizorna
Tempuyung
Sonchi herba
Temukund
Boesenbergia mboma Phyllanthiherba
Meniran Biara laut
Strychnos lucidae cortex
Asam
Tamarinda pulpa crudurn
Kayurapet
Parameriae cortex
Mesoyi
Massoiae cortex
Pulae
Alstoniae cortex
Jungrahab
Baeckeaefoliurn
Sambildo
Andrographis herba
Sariawan
Syrnplodfolium
Separantu
Sindorae fructus
Jati belanda
Guazumaefoliurn
Kemukus
Cubabae fructus
Maia Sembung
Aeglis rnarmeloisfolium
Jambu biji
Psidifolium
Blkumaefolium
Greges oto
Equiseti herba
Secang
Sappan lignum
Pda
Myristicae semen
Tmi
Thymi herba
Bidara upas
Marremiaerhiiorna
Sintok
Sintox cortex
Kayu ules
lsorae fructus
Tabel 4. Daflar tanaman obat untuk calon fitofarmaka Tanaman obat Temulawak (Cucuma xanthwhoza Roxb.) Kunyit (Curcuma domastica Val.) Baweng putih (Alliumsativum Linn) Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Handeuleum (Daun ungu) (Grathophyllum picum Grfiff) Tempuyung (Sonchus arvensis Linn) Kejibeling (Strobilanthescrispus 81.) Labu merah (Cucurbifa moschata Duch) Kaluk (Saoropus andrugynus Men) Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Seledri (Apium graveolens Linn) Pare (Momordica charantia Linn) Jambu biji (klutuk) (Psidium guajava Linn) Ceguk (Wudani) (Quisqualis indica Linn) Jambu mede (Anacardrum 0cc)OCC)dentalLinn) e Sirih (Piper betle Linn) Saga telik (Abrus precatorium Linn.) Sembung (Blumea balsamifera D.C.) Benalu teh (Loranfhusspec div.) Pepaya (Carica papaya Linn) Brotowali (Tinospora ruphiiBoerl) Pegagan (kaki kuda) (Centella asiafica Urban) Legundi (Vitex trigolia Linn) lngu (Ruta graveolena Linn) Sidowayah (Woodfordia florbunda Salibs) Pala (Myristica fragrans Houn) Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) Jahe (Halia) (Zingiber officinale Rosc) Delima putih (Punica granaturn Linn) Dringo (Acorus calamus Linn) Jemk nipis (Citrus aurantifolia Swingk) Sumber: (9)
Bagian tanarnan
Penggunaanl indikesi potensial
.. ..
Hepatitiskronik, artrilis
Daun
Hepatitis kronik, artritis, anliseplik Handidiasis. hiperlipidimia Hiperlipidemi
Daun
Hemoroid
Daun
Nefrolitiasis,diuretik
Daun
Nefrolitiasis, diuretik
Biji
Taaniasis
Daun
Maningkatkan produksi AS1 Diuretik
Daun
Daun, Hipertensi s e l u ~ htanaman Buah, biji Diabetes melitus. Kontrasepsi pria Daun Diare Biji Daun
Askariasis, oksiuriasis Analgesik
Daun
Antiseptik
Daun
Stomalitis aftosa
Daun
Analgesik. antipiretik Antikanker
Batang Geteh Daun Biji Batang Daun
Daun Daun Daun Buah
Surnber papain Antimalaria Konlrasepsi Antimalaria, diabetes melitus Diuretik. antiseptik antikeloid, hipertensi Anliseptik Analgesik antiseptik Antiseptik. diurelik Sedal~f
Seluruh tanaman Antiseptik, Daun Diabetes melitus Umbi Analgesik, antipiretik inflamasi Kulit Analgesik, anlipiretik buah Antiseptik, antidiare Umbi Sedatif Buah
Antibatuk