PENGUJIAN MESIN PEMIPIL JAGUNG MODEL PJM4-BALITSEREAL DI PETANI I.U.Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pengujian prototipe mesin pemipil khusus jagung model PJM4-Balitsereal dengan tipe kipas pembersih sentrifugal dan digerakkan oleh enjin 6,5 HP pada tahun 2008 di petani, Kecamatan Moncong Loe, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemipilan jagung dengan PJM4-Baltisereal dengan tipe kipas pembersih aksial dan digerakkan enjin 12 HP oleh Kelompok Pemuda Petani pada tahun 2007 dan 2008 di Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil pengujian PJM4-Balitsereal di Moncong Loe menunjukkan bahwa kapasitas pemipilan berkisar 2.343,242.343,60 kg/jam dengan kehilangan hasil 0,51-0,63% dan biji tidak terpipil 0,47-0,58%. Kadar air biji jagung Varietas BISI 2 sebelum dipipil adalah berkisar 20-22,6% . Bobot jagung tongkol yang dipipil dalam pengujian ini sejumlah 10,72 ton. Klasifikasi butir rusak 5,62% termasuk mutu III dan kadar kotoran 0,57% termasuk mutu I berdasarkan SNI 1991. Selain itu prototipe PJM4-Balitsereal dioperasikan oleh petani yang belum pernah menggunakan, tetap sangat efisien, yaitu efisiensi pemipilan 99,47-99,54%. Pemanfaatan mesin PJM4-Balitsereal tipe 12 HP di Plehari untuk memipil jagung sejumlah 26 ton pada musim hujan 2007 dan 68 ton pada tahun 2008. Pemipilan jagung tongkol sejumlah 26 ton diperlukan waktu 13 jam dan pemakaian solar 25,4 liter. Sedangkan pemipilan jagung tongkol sejumlah 68 ton diperlukan waktu 48 jam dan pemakaian solar sejumlah 112,4 liter. Jumlah tenaga orang yang digunakan adalah tujuh orang. Kata kunci: Pemipil Jagung , PJM4-Balitsereal , mutu jagung. PENDAHULUAN Di Indonesia jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Jagung di produksi sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat di lahan kering, sisanya terdapat di sawah irigasi 11% dan sawah tadah hujan 10% (Mink et al. 1987). Dewasa ini data lingkungan budidaya jagung tersebut telah mengalami pergeseran dan diestimasi bahwa areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturutturut menjadi 10-15% dan 20-30%, terutama pada areal produksi jagung komersial (Kasryno 2002). Petani umumnya menanam jagung pada awal musim hujan dan panen pada saat curah hujan masih tinggi. Dalam kondisi tersebut terdapat peluang infeksi 690
cendawan antara lain Aspergillus flavus yang mengeluarkan racun aflatoksin. Jamur tersebut optimum pertumbuhannya pada suhu 26ºC–32ºC pada kadar air biji diatas 17,55% dan kelembaban nisbi 83%-85% (Darmaputra et.al.1998). Umumnya, petani panen jagung dengan rangkaian proses sebagai berikut : panen dengan menebang tanaman jagung, petik jagung dari batang yang telah ditebang , kupas klobot, tongkol jagung dimasukkan ke dalam karung, diangkut ke rumah untuk dianginanginkan jika cuaca hujan di bawah rumah panggung atau di dalam rumah batu petani di Kecamatan Moncong Loe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan dan dijemur jika cuaca cerah (Firmansyah et.al. 2007). Sedangkan proses panen oleh Kelompok Pemuda Tani di
I.U.Firmansyah : Pengujian Mesin Pemipil Jagung Model PJM4-Balitsereal di Petani
Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan sama dengan petani di Moncong Loe. Perbedaannya cara penyimpanan tongkol jagung hasil panennya adalah tongkol jagung di dalam karung disimpan dalam gudang semi permanen oleh petani di Pleihari (Firmansyah, I.U. et.al. 2007), sedangkan tongkol jagung dihamparkan di bawah atau di dalam rumah petani di Moncong Loe. Umumnya pemipilan jagung yang dilakukan petani di Kabupaten Tanah Laut segera dilakukan setelah panen pada saat kadar air biji masih diatas 20 %, sehingga enam persen (6%) dari sampel biji petani, produk jagung pipilannya pecah lebih 3% dan kadar kotoran lebih dari 2%. Sedangkan butir pecah maksimum 3% dan kadar kotoran maksimum 2% berdasarkan SNI 1991. Jagung tongkoldalam karung hasil panen Kelompok Pemuda Tani setelah panen disimpan sementara dan dipipil jika harga jagung pipilan telah sesuai keinginan masing-masing anggotanya. Kadar air biji jagung yang disimpan juga masih berkisar 19-20%. (Firmansyah, I.U. et.al. 2006). Jagung tongkol yang dipipil pada kadar air > 20%, berpeluang biji pecah. Biji pecah dapat menyebabkan kadar aflatoksin meningkat dan hasil penelitian Echandi (1986) menyatakan bahwa jagung dipecahkan sampai 100%, kandungan aflatoksin mencapai 42 ppb pada jagung hibrida kuning dan 26 ppb pada jagung bersari bebas yang disimpan selama 4 hari pada suhu 30ºC. Menurut Tastra (1997) menunjukkan bahwa mesin pipil jagung SENAPIL mempunyai kapasitas kerja efektif dengan daya motor bakar penggerak 7 HP apabila dipergunakan untuk memipil tongkol jagung dengan diameter >5 cm adalah 1,1 ton/jam.Untuk diameter tongkol <5,0 cm dan >2,5 cm, masing – masing adalah 1,3 ton/jam dan 0,8 ton/jam/2 orang dan butir rusak 3–6%. Hasil pengujian tersebut tidak ada informasi kotoran yang tercampur dan biji pecah. Untuk itu dalam pengujian PJM4-Balitsereal butir jagung hasil pemipilannya dianalisis
691
Seminar Nasional Serealia 2011
mutu fisiknya berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SIN). Tujuan penelitian ini adalah menguji prototipe mesin pemipil jagung model PJM4-Balitsereal (tipe kipas pembersih sentrifugal, 6,5 HP, Solar) di tingkat petani Kecamatan Mocong Loe, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dan pemanfaatan model yang sama (tipe kipas pembersih aksial, 12 HP, Solar) di Kelompok Pemuda Tani, Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. BAHAN DAN METODE Bahan Prototipe mesin pemipil khusus jagung model PJM4-Balisereal (Kipas sentrifugal, 6,5 HP, Solar), yang tipe kipas pembersih sentrifugal dan ukuran daya enjin penggerak 6,5 HP. Bahan bakar minyak Solar yang dipakai sebagai sumber energi. Mesin ini dibuat di Instalasi Rekayasa dan Laboratorium Pascapanen, Balitsereal. Uji mekanisme Model PJM4-Balitsereal dilakukan di Bengkel. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian di tingkat petani pada tahun 2008 di Sulawesi Selatan. Petani jagung yang dimaksudkan adalah petani yang menanam sejumlah varietas unggul (hibrida dan atau bersari bebas) produk perusahaan swasta serta produk Balitsereal. Varietas jagung hibrida BISI 2 sebagai bahan uji. Metode Pengujian prototipe model PJM4Balitsereal dilakukan di tingkat petani lahan kering, Kecamatan Moncong Loe, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. pada tahun 2008. Model PJM4Balitsereal (Kipas Sentrifugal, 6,5 HP, Solar) digunakan memipil jagung varietas BISI2 dengan kisaran kadar air biji jagung tongkol adalah 20-22,6%. Jagung tongkol yang dipipil sejumlah 10,72 ton. Putaran selinder perontok pada pengujian ini ditetapkan 700 RPM, sesuai hasil pengujian di laboratorium lapang (Firmansyah et.al. 2007). Selama kegiatan pemipilan berlangsung, akan dilakukan
pengamatan dan pengukuran beberapa parameter seperti :Bobot biji utuh, rusak, tidak terpipil, dan benda-benda asing dari setiap sampel dari lubang pengeluaran (outlet) ,Laju pemasukan bahan (feed rate), dan kebutuhan tenaga kerja operator dan pembantu. Dari analisis contoh/sampel, waktu, efisiensi dan kapasitas pemipilan, dari lubang pengeluaran utama biji laju kerusakan biji dan kehilangan hasil dapat dihitung dengan Persamaan (1) (Puslit Engineering Teknologi Pertanian, 1990 ): A = B + C + D ...............................................(1) Dimana A = Total bobot jagung yang dipipil perunit waktu tertentu minimal tiap 30 menit B = Bobot biji jagung (utuh dan rusak) dari lubang outlet utama per unit waktu tertentu C = Bobot biji yang tidak terpipil dari semua lubang outlet per unit waktu tertentu. D = Bobot biji tercecer bersama tongkol maupun tercecer. Persentase biji rusak dihitung dengan Persamaan (2):
% biji rusak
E x 100% F
............... (2)
E = Bobot biji rusak dari sejumlah sampel tertentu yang diambil dari lubang (outlet) utama dari biji jagung F = Jumlah bobot total dari sejumlah sampel tertentu yang diambil dari lubang (outlet ) utama. Persentase kehilangan hasil dihitung dengan Persamaan (3):
% kehilangan hasil
G x 100% ..........(3) A
G = Jumlah ber biji jagung utuh, rusak dan tidak terpipil yang keluar dari semua lubang (outlet) kecuali outlet utama biji jagung
692
Persentase biji jagung tidak terpipil dihitung dengan Persamaan (4):
% biji tidak terpipil
H x 100% .....(4) A
H = Bobot biji jagung yang tidak terpipil dari semua lubang pengeluaran (outlet) per unit waktu tertentu Persentase kotoran dihitung dengan Persamaan (5):
% kotoran
Bobot kotoran x 100 % Bobot contoh sampel
........................................(5) Efisiensi pemipilan jagung dengan Persamaan (6):
dihitung
Efisiensi pemipilan 100% H% X% .......................................... (6) HASIL DAN PEMBAHASAN Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pengujian mesin pemipil khusus jagung model PJM4-Balitsereal dengan tipe kipas pembersih sentrifugal, daya motor penggerak 6,5 HP dan memakai bahan bakar minyak Solar telah diuji di petani lahan kering pada kisaran berat jagung yang dipipil (A) adalah 524,54004,7 kg jagung tongkol dengan ratarata 2675,3 kg dan berat biji jagung utuh dan rusak (B) adalah 445-3400 kg jagung tongkol dengan rata-rata 2271,1 kg. Jagung tongkol yang dipipil pada kadar berkisar 20-22,6%, biji yang tidak terpipil berkisar 2,78-23,19 kg Menurut Thahir et.al. (1988) bahwa kadar air biji jagung ± 18 % yang baik untuk dipipil. Petani jagung lahan kering telah mengetahui bahwa pada saat proses pemipilan jagung, mesin pemipil perlu alas plastik agar kehilangan hasil karena tercecer dapat ditekan (Tabel 1).
I.U.Firmansyah : Pengujian Mesin Pemipil Jagung Model PJM4-Balitsereal di Petani
Tabel 1. Bobot tongkol jagung, biji utuh, rusak, tidak terpipil, dan tercecer pada uji PJM4Balitsereal 6,5 HP di Petani, Kec. Moncong Loe, Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan. 2008. Uraian A (kg) B (kg) C (kg) D (kg)
Petani 1 524,5 445 2,78 0,00
Petani 2
Petani 3
Petani 4
Kisaran
Rata-rata
2403,4 2040 13,56 0,00
4004,7 3400 23,19 0,00
3769,5 3200 17,76 0,0
524,5-4004,7 445-3400 2,78-23,19 0,00
2675,3 2271,1 14,37 0,00
Keterangan : A = Total bobot jagung tongkol yang dipipil per unit waktu tertentu. B = Bobot biji jagung pipilan (utuh dan rusak) darilubang outlet utama per unit waktu tertentu. C = Bobot biji jagung tidak terpipil dari semua lubang outlet dari per unit waktu tertentu. D = Bobot biji jagung pipilan tercecer dan bersama tongkol maupun tercecer. - Tidak ada jagung pipilan tercecer dan bersama tongkol, karena dialasi dengan alas plastik ukuran 10 m x10m. - Varietas jagung BISI 2 dan kisaran kadar air biji 20-22,6%
Tabel 2. Rata-rata sampel bobot biji rusak dari dan jumlah bobot total, dan persentase biji jagung pipilan rusak pada uji PJM4-Balitsereal tipe 6,5 HP, Kec. Moncong Loe, Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan. Maros 2008. Uraian E (g) F (g) Persentase biji rusak (%)
Petani 1 13,83 100 13,83
Petani 2 7,6 100 7,6
Petani 3 0,83 100 0,83
Petani 4 0,26 100 0,26
Rata-rata 5,62 100 5,62
Keterangan : E = Bobot biji jagung pipilan rusak dari sejumlah sample dari lubang out let utama. F = Jumlah berat total dari sejumlah sample yang diambil dari lubang out let utama -Biji jagung pipilan rusak akibat pukulan gigi perontok pada saat proses pemipilan sedang berlangsung.
Prototipe PJM4-Balitsereal yang diuji di tingkat petani lahan kering juga memperlihatkan persentase biji rusak akibat pukulan gigi perontok (Peg tooth) pada putaran poros selinder perontok awal 700 RPM, yaitu berkisar 0,2613,83% dan rata-rata 5,62% (Tabel 2). Nilai ini masih diijinkan menurut klasifikasi dan mutu fisik SNI dan termasuk mutu III. Agar bisa menjadi mutu I, selain menggunakan mesin ini pada putaran selinder perontoknya 700 RPM, juga kadar air biji jagung tongkol harus diturunkan lagi menjadi ± 18 %. Parameter uji kinerja prototipe model PJM4-Balitsereal lainnya adalah persentase kehilangan hasil biji jagung pipilan dan biji jagung yang masih melekat pada tongkol / janggel akibat keluar melewati lubang pembuangan tongkol / janggel dan kotoran. Nilai ini adalah berkisar 0,51-0,63% dan rata-rata adalah 0,57% (Tabel 3). Umumnya biji jagung yang keluar lewat lubang pembuangan ukuran berkisar 2 mm. Hal ini bisa diatasi dengan pengaturan udara masuk yang berada di rumah kipas
693
Seminar Nasional Serealia 2011
pembersih dengan menutup lebih rapat lagi. Pengaturan udara masuk ke dalam rumah kipas pembersih belum dilakukan dengan baik oleh operator mesin ini walau sebelum pengujian telah diberitahu. Berdasarkan pengamatan pada saat pengujian model PJM4-Balitsereal biji tidak terpipil hanya terdapat di tempat pembuangan tongkol / janggel saja dan persentase biji tidak terpipil berkisar 0,47-0,58% dan rata-rata adalah 0,54% saja (Tabel 4). Untuk menekan biji tidak terpipil antara lain kadar air biji jagung tongkol yang akan dipipil adalah ± 18 %, atau jika petani tidak mampu menurunkan kadar air biji jagung tongkol putaran selinder perontok bisa ditambah menjadi 800 RPM. Hal ini tetap aman dengan putaran selinder perontok sampai 800 RPM , biji pecah masih termasuk mutu III SNI pada analisis mutu fisik di laboratorium, Kalimantan Selatan pada model lainnya yaitu PJM4Balitsereal, tipe 12 HP (Firmansyah et.al. 2007).
Tabel 3. Jumlah bobot biji jagung pipilan utuh, rusak, dan biji jagung tidak terpipil dan persentase kehilangan hasil pada uji PJM4-Balitsereal tipe 6,5 HP di Petani, Kec. Moncong Loe, Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan. 2008. Uraian Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Rata-rata G (kg) 2,88 15,16 24,94 19,37 15,5 A (kg) 524,5 2.403,4 4.004,1 3769,5 2.675,5 Persentase 0,55 0,63 0,62 0,51 0,57 kehilangan hasil (%) Keterangan : G = Jumlah bobot biji jagung pipilan utuh, rusak, tidak terpipil yang keluar dari semua lubang (out let ) kecuali lubang out let utama biji jagung. A = Total bobot biji jagung yang dipipil per unit waktu tertentu. Tabel 4. Bobot biji jagung tidak terpipil dan persentase biji tidak terpipil pada uji PJM4Balitsereal tipe 6,5 HP di petani, Kec. Moncong Loe, Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan. Maros 2008. Uraian Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Rata-rata H (kg) 2,78 13,56 23,19 17,76 14,32 A (kg) 524,5 2.403 4.004,7 3.769,5 2675,5 Persentase biji 0,53 0,56 0,58 0,47 0,54 tidak terpipil (%) Keterangan : H = Bobot biji jagung tidak terpipil dari semual ubang (out let per unit waktu tertentu. A = Total berat biji jagung yang dipipil per unit waktu tertentu. Tabel 5. Rata-rata berat kotoran, persentase kotoran, efisiensi pada uji PJM4-Balitsereal tipe 6,5 HP di petani lahan kering, Kec. Moncong Loe, Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan. 2008. Uraian Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Rata-rata Bobot kotoran (g) 0,2 0,13 0,16 0,56 0,26 Bobot contoh 100 100 100 100 100 sampel (g) Persentase 0,2 0,13 0,16 0,56 0,26 kotoran (%) Tabel 6. Persentase biji jagung tidak terpipil dan efisiensi pemipilan pada uji PJM4Balitsereal tipe 6,5 HP di petani, Kec. Moncong Loe, Kab. Maros , Prov. Sulawesi Selatan.2008. Uraian Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Rata-rata Persentase biji 0,53 0,32 0,46 0,46 0,44 tidak terpipil (H ) (%) Efisiensi pemipilan 99,47 99,68 99,54 99,54 99,54 (%) Keterangan : H % = Persentase biji jagung tidak terpipil dari semua lubang out let per unit waktu tertentu -Efisiensi pemipilan = 100% - H%
694
I.U.Firmansyah : Pengujian Mesin Pemipil Jagung Model PJM4-Balitsereal di Petani
Hasil penimbangan pada sample biji jagung pipilan yang lewat lubang (out let ) utama adalah berkisar 0,2-0,56 g dan rata-rata 0,26 g per 100 g contoh sample jagung pipilan (Tabel 5).Dengan demikian persentase kotoran pada pengujian prototype PJM4-Balitsereal adalah berkisar 0,2-0,56% dan rataratanya 0,26 %. Nilai ini masih termasuk mutu I berdasarkan SNI. Hasil perhitungan data pada pengujian prototype mesin pemipil khusus jagung mesin PJM4-Balitsereal di tingkat petani sangat efisien dengan nilai efisiensi pemipilan 99,54 % (Tabel 6). Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil analisis mutu pipilan terhadap sampel jagung pipilan pada pengujian PJM4-Balitsereal tipe 6,5 HP adalah kadar air butir jagung tongkol milik petani umumnya 21,05%. Nilai ini di luar mutu berdasarkan standar mutu SNI. Hal ini disebabkan petani lahan
kering panen jagung pada waktu musim hujan dan petani tidak bisa menjemur jagung tongkolnya. Namun demikian rata-rata persentase biji rusak dan pecah akibat pukulan gigi perontok (peg tooth) pada prototipe mesin pemipil kusus jagung dapat mempertahankan rata-rata mutu jagung pipilan dan masing-masing termasuk mutu I dan III. Adanya kipas pembersih sentrifugal pada prototipe mesin ini dapat menekan kadar kotoran sehingga hanya 0,27%. Nilai kadar kotoran ini termasuk mutu I. Diluar pengaruh proses pemipilan, klasifikasi butir warna lain umumnya termasuk mutu I. Nilai ini dapat dicapai karena benih jagung petani cukup baik sehingga tidak ada varietas lain yang tercampur dan tidak ada proses pengeringan. Proses pengeringan yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan warna biji sehingga butir warna lain dapat meningkat.
Tabel 7. Rata-rata kadar air, butir utuh, butir pecah, persentase butir rusak, kadar kotoran, warna lain pada uji PJM4-Balitsereal tipe 6,5 HP di petani l, Kec. Moncong Loe, Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan. 2008. Klasifikasi mutu SNI Petani Petani Petani Petani Kisaran RataMutu 1 2 3 4 rata SNI Kadar air (%) 22,6 21,6 20 20 20-22,6 21,05 a Butir utuh (%) 85,66 87,33 96,06 97,53 85,66-97,53 91,65 b Butir pecah (%) 0,46 3,13 2,33 1,36 0,46-3,13 1,82 I Butir rusak (%) 13,23 7,6 0,83 0,26 0,26-13,23 5,48 III Kadar kotoran (%) 0,23 0,13 0,16 0,56 0,13-0,56 0,27 I Warna lain (%) 0 0 0 0 0 0 I Keterangan : - a : Kadar air butir jagung pipilan di luar mutu SNI b : Tidak termasuk klasifikasi mutu SNI Rata-rata laju pemasukan jagung tongkol ke dalam lubang pemasukan utama (hopper) pada pengujian model PJM4-Balitseral adalah 39 kg per menit (Tabel 8). Nilai ini masih dibawah anjuran antara 40-45 kg/menit, karena operator belum biasa menggunakan mesin ini. Dengan rata-rata laju pemasukan jagung tongkol tersebut maka waktu efektif pada proses pemipilan ini berkisar dari 13,43-102,54 (Tabel 8). Nilai ini tergantung jumlah jagung tongkol yang dipipil. Jumlah jagung tongkol yang dipipil berkisar dari
695
Seminar Nasional Serealia 2011
524,5-4004,7 kg (Tabel 1). Total waktu pemipilan terdiriri atas waktu persiapan, proses pemipilan, dan berhenti operasi sejenak untuk pengarungan jagung pipilan adalah berkisar 55-300 menit tergantung jumlah jagung yang dipipil. Kapasitas pemipilan efektif pada prototipe mesin model PJM4-Balitsereal adalah 2.343,5 kg/jam pada putaran selinder perontok awal 700 RPM. Pada 700 RPM dengan motor penggerak 6,5 HP, mesin pemipil ini mengkonsumsi bahan bakar solar sejumlah 0,12 l/jam.
Tabel 8. Rata-rata laju pemasukan bahan, waktu efektif dan total waktu, kapasitas efektif , konsumsi pemakaian bahan bakar, dan kebutuhan tenaga operato pada uji PJM4-Balitsereal tipe 6,5 HP , Kec. Moncong Loe, Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan. 2008. Uraian
Petani 1
Petani 2
Petani 3
Petani 4
Kisaran
Laju pemasukan bahan (kg/mnt) Waktu efektif (menit) Waktu total (menit) Kapasitas pemipilan efektif (kg/jam) Konsumsi bahan bakar (ltr/jam) Kebutuhan tenaga operator dan pembantu (orang)
39,05
39,06
39,05
39,05
39,05-39,06
13,43 55 2.343,26
61,53 180 2.343,60
102,54 300 2.343,30
96,52 90 2.343,24
2.343,35
0,12
0,12
0,12
0,12
13,43-102,54 55-300 2.343,242.343,60 -
4
4
4
4
-
4
Pemanfaatan Mesin Pemipil Jagung PJM4-Balisereal tipe 12 HP di Tinkat Petani lahan Kering, Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel Laporan ketua kelompok petani di Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut bahwa mesin pemipil khusus jagung PJM4-Balisereal 12 HP, telah memipil jagung sebanyak 26 ton pada MH tahun 2007 dan 68 ton pada MH dan MK tahun 2008.Jagung pipilan sejumlah 68 ton diselesaikan dalam waktu 48 jam dan pemakaian BBM (solar) 112, 4 liter. Pemipilan jagung milik angota kelompok dengan mendatangi rumah para angotanya. KESIMPULAN Pemipilan jagung Varietas BISI-2 pada kadar air berkisar 20-22,6% sejumlah 10,72 ton dengan PJM4Balitsereal dapat menghasilkan jagung pipilan pada klasifikasi biji rusak 5,62% termasuk mutu III SNI dan klasifikasi kadar kotoran 0,57% termasuk mutu I SNI. Kinerja prototipe mesin pemipil khusus jagung adalah baik, yang diketahui dengan beberapa parameter, yaitu kapasitas pemipilan efektif di tingkat petani adalah 2343,35 kg/jam jagung tongkol dengan laju pengumpanan 39 kg/ menit. Persentase kehilangan hasil dan jagung tidak 696
terpipil, yang masing-masing berturutturut adalah 0,57% dan 91,65%. Selain itu prototipe PJM4-Balitsereal, yang dioperasikan oleh petani yang belum pernah menggunakan, tetap sangat efisien, yaitu dengan efisiensi pemipilan 99,54%. SARAN Masih perlu sosialisasi cara pemipilan jagung dengan mesin pemipil terutama kadar air pada saat dipipil < 20 % dengan tanda apabila biji jagung dtekan dengan kuku tidak membekas pada biji dan biji jagung. DAFTAR PUSTAKA Balitsereal, 2004. Renstra Balitsereal 2005-2009. 31 halaman (tidak dipiblikasikan) BPS dan Ditjen Produksi Tanaman Pangan, 2003. www.deptan.go.id Dharmaputra, O.S., Sunyata, dan W. Wakman. 1998. Penanganan Pascapanen, serangan serangga, dan cendawan, serta kontaminasi aflatoksin pada jagung. Prosiding dan Lokakarya Nasional Jagung. Badan Litbang Pertanian P. 594604 Firmansyah I.U, S. Saenong, B. Abidin, Suarni, Y. Sinuseng, J. Tandiabang, W. Wakman, A. Nadjamuddin, A.H.
I.U.Firmansyah : Pengujian Mesin Pemipil Jagung Model PJM4-Balitsereal di Petani
Ratarata 39
0,12
Talanca, F. Koes, Suwardi, O. Komalasari. 2005. Proses Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Kualitas Produk Biji Jagung Berskala Industri dan Ekspor. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan, Balitsereal. Laporan Tengah Akhir.
Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Komsumsi jagung dunia selama empat dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Agribisnis jagung di Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian
Firmansyah I.U, S. Saenong, B. Abidin, Suarni, Y. Sinuseng, J. Tandiabang, W. Wakman, A. Nadjamuddin, A.H. Talanca, F. Koes, Suwardi, O. Komalasari. 2006. Proses Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Kualitas Produk Biji Jagung Berskala Industri dan Ekspor. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan, Balitsereal. Laporan Tengah Akhir.
Mink, S, D., P. A. Dorosh, and D. H. Pery. 1987. Corn production systems. In: Timmer (eds). The Corn Economy of Indonesia. P. 62-87.
Firmansyah I. U., M. Aqil, Suwardi, Rahmawati. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen Jagung Mendukung PTT di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. Laporan Akhir Tahun. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, 2007.
697
Seminar Nasional Serealia 2011
Puslit Teknologi Enjiniring Pertanian Tepat Guna, 1990. Prosedur dan Sandi Uji “Alat Pemipil Jagung”. Departemen Pertanian. P. 3-6. Spott, M.F. 1981. Design of machine elements. Prentice – Hall of India Private Limited. New Delhi – 110001 Fifth Edition Tastra, I. K., E. Ginting dan Gatot, S.A.F. 1997. Strategi penerapan teknologi pascapanen primer jagung untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas, 11-12 September 1997.