Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
PENGELOLAAN PERKULIAHAN MATA KULIAH BAHASA INGGRIS BERBASIS LABORATORIUM DI IKIP VETERAN SEMARANG Radeni Sukma Indra Dewi Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] Abstract The purposes of this research are to describe (1) the layout of laboratory based English learning, (2) the material of laboratory-based English learning, (3) the lecturers’ and students’ activities in the laboratory-based English learning, and (4) the monitor and evaluation of laboratory-based English learning. This research is basically a qualitative research with ethnography research design. For the data collection techniques, it uses the observation, interview, and documentation. Data analysis technique uses an interactive model of analysis. Data validity uses a triangulation technique. The results of the research show that (1) the layout of laboratory-based English learning was created by giving attention to the need of students. The comfort condition was created by installation of Air Conditioner (AC) and sound system in the corner of the room. The tables and chairs were set by the formation of U letter and in each table was equipped with a headset for learning listening. (2) the material for the laboratory-based English learning consisted of the speaking and learning materials. The story telling material was considered to be a complicated and complex material. The delivery of material was done through demonstration method and used several media such as film, LCD, tape recorder. (3) lecturers and students were active in doing the laboratory-based English learning. Lecturers prepared learning activities and gave motivation in a guidance, reward and punishment. Through the incorporation of a variety of methods, lecturers were able to activate students such as doing the listening, speaking, discussion, and debating. Students had the opportunity to compete through a loud reading and a story telling. (4) monitoring and evaluation of the laboratory-based English learning were done during the learning process. The evaluation was done in written, spoken and practical tests to know students’ skill in listening and speaking. Students who excel got a reward and followed enrichment program. On the contrary, those who had not achieved KKM score, got warning and entered the remedial program. Keywords : learning, English language, laboratory.
I.
PENDAHULUAN Dalam meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi terdapat
beberapa permasalahan yang seharusnya dipertimbangkan. Permasalahan tersebut antara lain meliputi kurikulum, kinerja guru, proses pembelajaran, materi ajar, metode dan teknik mengajar, fasilitas belajar, motivasi, dan lain sebagainya (Rustono, 2006 : 2). Dalam masalah ini peranan guru harus lebih ditingkatkan lagi agar pelajaran Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang disenangi oleh mahasiswa. Seorang dosen harus dapat memberikan dorongan atau motivasi kepada mahasiswa agar mahasiswa lebih tertarik untuk belajar Bahasa Inggris. Di samping itu hendaknya dosen mengajar mahasiswa dengan mempergunakan cara atau teknik yang bervariasi dan menarik agar kegiatan perkuliahan Bahasa Inggris tidak membosankan. Yang lebih penting lagi dosen harus mengajarkan semua kompetensi dasar yang dituntut oleh Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kompetensi dasar yang dimaksud adalah mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
67
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
Keberhasilan pengajaran sangat ditentukan manakala pengajaran tersebut mampu mengubah diri peserta didik. Perubahan tersebut dalam arti dapat menumbuh-kembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya (Widhy, 2011 : 1-2). Untuk menciptakan perkuliahan Bahasa Inggris sebagaimana tersebut di atas maka diperlukan laboratorium dan media pembelajaran yang mendukung terciptanya pembelajaran Bahasa Inggris yang kreatif dan inovatif. Karena berdasarkan pendapat Gagne dan Briggs (dalam Widhy, 2011 : 2) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dengan demikian media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan mahasiswa yang dapat merangsang mahasiswa untuk belajar. Yang diharapkan akan terjadi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Namun kendala yang saat ini dihadapi adalah kurangnya waktu untuk melaksanakan praktikum di Laboratorium karena waktu sudah banyak digunakan untuk menyelesaikan materi. Oleh karena itu dosen perlu merancang pembelajaran Bahasa Inggris yang berbasis laboratorium, artinya pembelajaran konsep dilakukan bersamaan dengan kegiatan praktikum di laboratorium. Perkuliahan Bahasa Inggris
yang
dilakukan
di
laboratorium
tidak
hanya
meminta
mahasiswa
untuk
mendengarkan apa yang disampaikan oleh dosen, namun mahasiswa akan melakukan praktik pembelajaran secara lebih bebas dan terarah. Mahasiswa dapat menggunakan fasilitas yang tersedia di laboratorium seperti microphone, LCD, media pembelajaran, dan lain sebagainya sehingga siswa dapat berlatih berbicara, mendengarkan, menulis dan membaca. IKIP Veteran Semarang adalah salah satu Lembaga Pencetak Guru di Jawa Tengah dan sekitarnya. Di institusi tersebut sudah disediakan fasilitas yang mendukung termasuk laboratorium bahasa. Peralatan yang ada di Laboratorium Bahasa Inggris antara lain adalah instructor console sebagai mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang kedap suara. Menurut Semiawan (dalam Ahzania. 2012 : 5) komunikasi ilmiah dapat dilakukan secara verbal (lisan) maupun dengan non verbal (tulisan). Berkomunikasi dengan verbal dapat dilakukan dengan cara mengadakan seminar atau mengundang orang lain untuk menyampaikan ide-idenya. Sedangkan secara non verbal dapat dilakukan dengan membuat laporan hasil penelitian yang memuat data-data, gambar, grafik atau sejenisnya. Pembelajaran
berbasis
laboratorium
adalah
strategi
pembelajaran
yang
memungkinkan peserta didik dapat mempraktekkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik menggunakan sarana laboratorium (Aenul, 2012 : 1). Laboratorium MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
68
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
adalah tempat kerja/praktek untuk unjuk kerja atau melakukan percobaan/eksperimen dapat berupa tempat real dan maya (virtual). Laboratorium dapat berupa bengkel, rumah sakit, studio, laut, pasar, hotel, perkantoran, pabrik dan lain-lain. Dalam Mata Kuliah Bahasa Inggris, kesempatan untuk melakukan aktivitas menulis, membaca, mendengar dan berbicara perlu disediakan fasilitas dan suasana yang mendukung pembelajaran. Fasilitas yang mendukung tersebut disediakan di laboratorium bahasa. Menurut Pandu (2011 : 1-2). Perlengkapan atau fasilitas standar, ada 3 macam, yaitu perangkat utama, furniture dan kelengkapan ruangan, terakhir perangkat multimedia. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium adalah hasil penelitian Buck, Bretz and Towns (2008) dengan judul “Characterizing the level of Inquiry in the Undergraduate Laboratory”. Fakultas mengontrol tingkat untuk penyelidikan yang dilengkapi dengan kurikulum yang disesuaikan dan diimplementasikan di laboratorium. Penggunaan dari rubrik ini yaitu menawarkan suatu metode untuk pencelaan pengevaluasian laboratorium, programatik, dan untuk mengontrol perubahan dalam kurikulum untuk perkembangan penyelidikan. Scott Weese (2009, The American Biology Teacher) : “Teacher and school board personnel should be proactive and address any potential safety concerns with laboratory practices in their classrooms, and work with relevant experts to develop comprehensive and clear protocols and guidelines…” Mengatakan bahwa penggunaan laboratorium dapat membantu mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar namun penggunaan laboratorium harus didampingi oleh dosen atau orang yang sudah ahli. Sean Cavanagh (2009, Education Week): “Which trains teachers and students together and has them work side by side in the classroom on language labs. Students are expected to serve as leader after they complete the training and return to class, helping their classmates make sense of the lab activity…” mengatakan bahwa mahasiswa dan dosen harus saling bekerja sama dalam mempelajari hal-hal yang ada di laboratorium agar mereka lebih memahami fungsinya di saat mereka melakukan praktek. Sandra Rutherford (2007, Science Activities) mengatakan penggunaan laboratorium sangat membantu mahasiswa dalam mengambil kesimpulan terhadap materi yang sedang mereka pelajari. Penelitian Leung dan Funga (2005) dengan judul “Enhancement of classroom facilities of primary school and its impact on learning behaviors of students.” Ruang kelas (ruang praktek) adalah salah satu kunci tempat untuk mengelola siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pengelolaan tata ruang kelas yang baik dapat mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian mengenai pembelajaran berbasis laboratorium dengan judul penelitian “Pengelolaan Perkuliahan Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di IKIP Veteran Semarang”. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah (a) Untuk mendeskripsikan tata ruang Perkuliahan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
69
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
Bahasa
Inggris
berbasis
Laboratorium
di
IKIP
Veteran
Semarang,
(b)
Untuk
mendeskripsikan materi Perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang, (c) Untuk mendeskripsikan aktivitas dosen dan mahasiswa dalam Perkuliahan Bahasa
Inggris
berbasis
Laboratorium
di
IKIP
Veteran
Semarang,
(d)
Untuk
mendeskripsikan monitor dan evaluasi Perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dalam proses pembelajaran pada umumnya dan dalam proses bahasa pada khususnya, ada empat istilah yang kadang-kadang dianggap sama dan kadang-kadang dianggap berbeda. Keempat istilah itu adalah pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran. Sejalan dengan Kurikulum 2006, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa yakni sebagai berikut : a. Pendekatan Integratif dan Whole Language Pendekatan whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004). Oleh karena itu, pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan pembelajaran
dengan
pembelajaran
membaca
dapat
keterampilan
diajarkan
menulis.
bersamaan
Demikian
dengan
juga
pembelajaran
berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara. b. Pendekatan Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok, sebaliknya keberhasilan individual adalah keberhasilan kelompok. c. Pendekatan Kontekstual Berns dan Erickson (2001: 2) mengungkapkan pengertian pendekatan kontekstual sebagai berikut : Contextual teaching and learning is a conception of teaching and MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
70
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations; and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires. d. Pendekatan Konstruktivis Pembelajaran konstruktivis merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswa
guna
mengonstruksi
pengetahuan
sendiri
berdasarkan
pengalamannya selama kegiatan pembelajaran. Mulyasa (2002) menyatakan dalam pembelajaran konstruktivis, pembelajaran melibatkan negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi. Wacana penyesuaian pikiran ini dapat dilakukan antara murid dengan guru, atau antara sesama murid. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam pembelajaran konstruktivis diperlukan atau harus tercipta hubungan kerja sama antara guru dengan murid dan antar sesama murid. e. Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pembelajaran bahasa untuk diarahkan pada pembentukan kompetensi komunikatif para siswanya yang terwujud melalui empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis). Ciri utama pendekatan komunikatif adalah adanya 2 kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya interaksi sosial. B. Metode Pembelajaran Bahasa Berbeda dengan pendekatan, metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Kalau pendekatan bersifat aksiomatik, metode bersifat procedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak metode. Richards dan Rodgers (2001: 15) menyatakan bahwa “Method is an overall plan for the orderly presentation of language material, no part of which contradicts, and all of which is based upon, the selected approach. An approach is axiomatic, a method is procedural. Within one approach, there can be many methods.” C. Teknik Pembelajaran Bahasa Pringgawidagda (2002: 58) yang mengemukakan bahwa teknik (technique) mengacu pada
pengertian
implementasi
kegiatan
belajar
mengajar.
Teknik
bersifat
implementasional, individual, dan situasional. Teknik ini mengacu pada cara guru melaksanakan belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Oleh sebab itu, dalam satu kali proses pembelajaran, guru diharuskan menggunakan bermacam-
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
71
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
macam teknik pembelajaran agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. D. Model Pembelajaran Bahasa Selain pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, masih ada satu lagi istilah baru yang sekarang banyak dipakai dalam pembelajaran. Istilah tersebut adalah model pembelajaran. Model dapat diartikan sebagai gambaran mental yang membantu mencerminkan dan menjelaskan pola piker dan pola tindakan atas sesuatu hal. Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa belajar.
III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian yang berjudul Pengelolaan Perkuliahan Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di IKIP Veteran Semarang ini, digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. “Penelitian kualitatif secara umum sering disebut sebagai penelitian kualitatif deskriptif karena dalam mengembangkan pemahaman, penelitian kualitatif cenderung tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan simbol-simbol angka,” (Sutopo, 2006 : 4). Strategi penelitian menggunakan pendekatan studi etnografi (ethnographic studies) yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau system. Informan utama dalam penelitian ini adalah 3 Dosen Mata Kuliah Bahasa Inggris dan Semester I Reguler Jurusan PG-PAUD IKIP Veteran Semarang. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah participation observation, interview yang mendalam dan analisis dokumen. Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions). Keabsahan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan cara triangulasi. Peneliti akan melakukan triangulasi sumber data dan teknik. Triangulasi sumber data meliputi data Dosen Mata Kuliah Bahasa Inggris dan Mahasiswa. Triangulasi teknik meliputi wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Dalam pengujian ini diharapkan memperoleh data yang benar-benar valid.
IV. PEMBAHASAN Tata ruang kelas yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran didesain sedemikian rupa sehingga membuat nyaman mahasiswa dan dosen. Pihak institut menunjuk Dosen Bahasa Inggris dan satu asisten dosen untuk mengelola laboratorium termasuk dalam mengatur tata ruang sehingga nyaman untuk digunakan sebagai tempat MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
72
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
pembelajaran. Asisten dosen yang akan mengelola laboratorium memang khusus hanya untuk mengelola laboratorium dan bertanggung jawab atas segala fasilitas yang ada di laboratorium. Asisten dosen dan Dosen akan mendampingi mahasiswa selama proses pembelajaran di laboratorium. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Scott Weese (2009) mengatakan bahwa penggunaan laboratorium dapat membantu mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar namun penggunaan laboratorium harus didampingi oleh dosen atau orang yang sudah ahli. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Scott Weese (2009) dengan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya membahas mengenai peran Dosen dan juga pendamping dalam kegiatan di laboratorium bahasa. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Scott Weese (2009) menjelaskan peran Dosen sebagai pendamping saja. Sedangkan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang peran dosen tidak hanya sebagai pendamping saja, namun juga sebagai perencana yang mempersiapkan segala sesuatunya termasuk tata ruang dan perabot yang akan digunakan. Formasi atau tata ruang Perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang membentuk formasi huruf U. Di samping melakukan pengaturan tempat duduk dengan formasi huruf U, tata ruang pembelajaran Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang juga mengatur perlengkapan atau fasilitas yang menjadi perabot laboratorium. Fasilitas atau perabot yang terdapat di laboratorium bahasa IKIP Veteran Semarang diantaranya adalah televisi 29”, master teacher cc, televisi flat colour 7”, master cassette recorder, student amply unit, student cassette recorder, student head set, room speaker, power supply unit, conceting cable, student twin boom kd, teacher chair, cd, teacher chair, student chair, student chair branded, dvd player, AC 1,5 PK, dan juga materi pembelajaran. Dosen mengatur ruang laboratorium semata-mata untuk memberikan rasa nyaman kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat menerima materi dengan baik dan menghasilkan prestasi yang optimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Leung dan Funga (2005) dengan judul “Enhancement of classroom facilities of primary school and its impact on learning behaviours of students”. Ruang kelas (ruang praktek) adalah salah satu kunci tempat untuk mengelola mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pengelolaan tata ruang kelas yang baik dapat mencapai hasil yang maksimal. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Leung dan Funga (2005) dengan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-samam membahas mengenai tata ruang kelas. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Leung dan Funga (2005) membahas dampak dari MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
73
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
pengelolaan tata ruang terhadap hasil belajar. Sedangkan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang membahas mengenai tata ruang kelas yang dilakukan oleh Dosen dan dibantu dengan asisten dosen dengan memperhatikan kondisi mahasiswa dan juga memperhatikan tata letak fasilitas. Untuk pengaturan head set, pihak institut meletakkan dan memasang langsung di meja masing-masing mahasiswa. Papan tulis dan juga layar monitor diletakkan di depan kelas sehingga pandangan mahasiswa ke depan. Perabot lain yang berukuran kecil seperti student cassette recorder, media pembelajaran, conceting cable dimasukkan ke dalam almari sehingga terlihat rapi. Dinding ruangan dicat warna putih yang memberikan kesan luas dan bersih. Pihak institute mengatur pemasangan sound system di bagian pojok atas ruangan. Setiap pojok ruangan dipasang sound system sehingga menghasilkan suara yang jelas ketika dilakukan pembelajaran listening dan speaking. AC juga dipasang di langit-langit ruangan sehingga udara yang dikeluarkan menempati semua ruangan. Mahasiswa dan dosen tidak merasa panas ketika melakukan kegiatan pembelajaran di laboratorium bahasa. A. Materi Perkuliahan Mata Kuliah Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di IKIP Veteran Semarang Materi pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris terdiri dari empat materi besar yaitu reading, writing, listening dan speaking. Tidak semua materi diberikan dalam perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium. Dosen Bahasa Inggris akan menggunakan laboratorium ketika akan menyampaikan materi tentang listening dan speaking. Pemilihan dua materi tersebut diberikan di laboratorium karena membutuhkan perlengkapan seperti sound system, headset dan ruang yang luas dimana perlengkapan tersebut disediakan di laboratorium dan tidak disediakan di dalam ruang perkuliahan. Ada salah satu materi yang masih dianggap susah oleh para mahasiswa yaitu story telling. Mahasiswa masih merasa kesulitan ketika diminta untuk menceritakan kembali apa yang baru saja didengarkan. Hanya beberapa mahasiswa yang mampu melakukan hal tersebut. Materi story telling merupakan materi dimana mahasiswa diminta untuk menceritakan kembali apa yang sudah didengar melalui headset. Materi yang disampaikan tidak hanya ceramah saja, namun juga menggunakan media lain seperti tape recorder bahkan LCD untuk menyampaikan presentasi. Penggunaan alat-alat tersebut akan memudahkan Dosen ketika menyampaikan Mata Kuliah Bahasa Inggris kepada mahasiswa dan mahasiswa juga lebih paham ketika media-media tersebut digunakan. Dosen juga menggunakan media film yang dapat diputar melalui LCD. Dari tayangan film tersebut mahasiswa dapat belajar tentang vocabulary, pronounciation, dan juga grammar. Metode demonstrasi dipilih oleh dosen sebagai metode yang digunakan dalam menyampaikan materi.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
74
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan penggunaan fasilitas yang disediakan maka laboratorium dapat mempermudah mahasiswa dalam menerima materi terutama materi listening dan speaking. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandra Rutherford (2007, Science Activities) mengatakan bahwa penggunaan laboratorium sangat membantu mahasiswa dalam mengambil kesimpulan terhadap materi yang sedang mereka pelajari. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Sandra Rutherford (2007) dengan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang memiliki persamaan dan perbedaan. Kedua-duanya sama-sama membahas mengenai materi yang diberikan pada pembelajaran laboratorium melalui perlengkapan laboratorium. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Sandra Rutherford (2007) lebih menekankan pada fasilitas laboratorium yang digunakan dalam penyampaian materi. Sedangkan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang membahas secara umum materi dalam pembelajaran Bahasa Inggris berbasis laboratorium yaitu hanya materi speaking dan listening. Pihak institut mendatangkan ahli dari luar sebagai native speaker. Ahli dari luar tersebut biasanya didatangkan dari turis luar negeri atau rekan sejawat. Pihak institut mendatangkan native speaker untuk menyampaikan materi kepada mahasiswa. Prestasi yang diraih oleh mahasiswa IKIP Veteran Semarang belum cukup terlihat hasilnya, karena penggunaan laboratorium bahasa baru dimulai sekitar dua semester. B. Aktivitas Dosen dan Mahasiswa dalam Pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang Aktivitas dosen dalam kegiatan pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris tidak hanya sekedar menyampaikan materi saja, namun juga mengelola kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. Pada kegiatan awal hal yang dilakukan oleh Dosen adalah mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam perkuliahan di laboratorium. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan administrasi, tempat serta perlengkapan yang dibutuhkan. Administrasi yang dipersiapkan oleh dosen adalah perangkat pelaksanaan perkuliahan (RPP) yang memuat materi listening dan speaking. Dosen melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Sumber belajar yang biasa digunakan dosen dalam melakukan kegiatan perkuliahan pada materi listening adalah buku teks yang relevan, CD/kaset, script percakapan dan/atau rekaman percakapan dan gambar-gambar yang relevan. Dalam menyampaikan materi dosen melakukan aktivitas yang tinggi termasuk dalam menggunakan metode pembelajaran. Dosen menggunakan berbagai metode sehingga perkulihan menjadi interaktif dan berlangsung secara dua arah. Dapat dikatakan bahwa dosen melakukan aktivitas yang menciptakan suasana perkuliahan menjadi interaktif. Dosen menggabungkan berbagai metode dalam mengelola kegiatan perkuliahan. Ada kalanya MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
75
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
dosen menggunakan metode diskusi dan juga debat untuk melatih kemampuan komunikasi bahasa inggris mahasiswa. Metode-metode gabungan yang digunakan oleh dosen dalam perkuliahan bahasa inggris berbasis laboratorium adalah metode ceramah, demonstrasi, Tanya jawab dan penugasan. Selama proses perkuliahan dosen tidak lupa memberikan motivasi kepada mahasiswa. Pemberian motivasi dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa selalu memiliki semangat untuk belajar dan mengikuti setiap tahap perkuliahan. Dosen memberikan pembinaan misalnya saja meminta mahasiswa untuk berlatih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris dengan sesama mahasiswa, menambah vocabulary, dengan banyak melihat film berbahasa inggris dan belajar dari ucapan yang dilakukan oleh pemainnya dan lain sebagainya. Dosen juga memberikan reward dan punishment. Selama proses perkuliahan mahasiswa melakukan kegiatan perkuliahan sesuai dengan materi yang dibahas. Seperti yang sudah dijelaskan di depan bahwa materi yang diberikan di laboratorium bahasa adalah materi listening dan speaking, untuk itu aktivitas belajar yang dilakukan mahasiswa adalah melakukan listening dan speaking. Kegiatan listening yang dilakukan mahasiswa adalah kegiatan mendengarkan video atau percakapan yang diputarkan oleh dosen baik berupa rekaman suara maupun rekaman video. Untuk rekaman audio mahasiswa mendengarkan melalui headset dan kemudian mencatat informasi yang penting berkaitan dengan pertanyaan yang diberikan. Setelah itu kadang mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dosen, atau bahkan menceritakan kembali dan akan dinilai kemampuan speakingnya. Mahasiswa mempelajari speaking seperti menceritakan kembali, debat, diskusi, dan melakukan conversation kelompok. Mahasiswa melaksanakan tugas dari dosen termasuk melakukan kegiatan praktik seperti diskusi. Kegiatan diskusi tentu saja dilakukan secara berkelompok. Pembentukan kelompok diserahkan sepenuhnya kepada mahasiswa, agar mahasiswa merasa nyaman untuk melakukan kegiatan perkuliahan dengan mahasiswa satu kelompoknya. Setiap kelompok akan diberikan kasus yang didiskusikan dan nantinya akan didebatkan dengan kelompok lainnya. Terdapat kelompok pro dan kontra yang akan berdebat yang nantinya akan mempertahankan setiap argument yang dikemukakan. Setelah selesai melakukan debat dosen meminta siswa untuk membuat laporan baik individu dan kelompok. Kegiatan praktik ini membantu mahasiswa dalam melatih keterampilan berbicara atau berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sean Cavanagh (2009) mengatakan bahwa siswa dan guru harus saling bekerja sama dalam mempelajari hal-hal yang ada di laboratorium agar mereka lebih memahami fungsinya di saat mereka melakukan praktek.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
76
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Sean Cavanagh (2009) dengan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran di laboratorium. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Sean Cavanagh (2009) lebih ditekankan pada aktivitas pembelajaran mandiri. Sedangkan penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas listening dan juga speaking yang dilakukan secara mandiri dan juga berkelompok. Mahasiswa diminta untuk mengikuti berbagai kompetisi baik antar kelas maupun di luar sekolah. Kompetensi antar kelas misalnya saja kompetisi reading loud yaitu kompetisi membaca teks berbahasa inggris. Ada pula lomba debat pidato, dan juga story telling. Melalui kegiatan kompetisi tersebut maka kemampuan berbahasa inggris mahasiswa dapat dilatih. C. Monitor dan Evaluasi Perkuliahan Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di IKIP Veteran Semarang Kegiatan monitoring dilakukan sepanjang perkuliahan Bahasa Inggris berlangsung. Dosen memonitor segala aktivitas yang dilakukan mahasiswa sehingga kegiatan monitor dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan dosen dalam mengamati perkembangan kemampuan mahasiswa di setiap perkuliahan berlangsung. System penilaian yang biasa digunakan adalah lisan, praktik, dan juga tertulis. Bentuk-bentuk penilaian tersebut disesuaikan dengan materi yang dibahas selama proses perkuliahan. Tes tertulis diberikan dalam bentuk multiple choice atau uraian. Untuk tes praktik biasanya adalah tes speaking. Untuk tes lisan dosen melakukan wawancara dengan menggunakan Bahasa Inggris. Aspek penilaian dalam perkuliahan Bahasa Inggris tidak hanya sekedar kemampuan siswa yang lebih dikenal dengan kemampuan kognitif saja, namun juga keterampilan berbahasa inggris masing-masing siswa. Aspek yang dinilai dalam perkuliahan Bahasa Inggris adalah keterampilan reading, writing, speaking dan listening. Masing-masing aspek dinilai dengan menggunakan alat penilaian tersendiri apakah menggunakan Tanya jawab, lembar rubric, atau hanya soal uraian. Penggunaan rubric dalam penilaian perkuliahan Bahasa Inggris ini untuk melihat perubahan secara kualitatif dan kuantitatif keterampilan berbahasa Inggris mahasiswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Buck, Bretz and Towns (2008) tentang mengontrol tingkat untuk penyelidikan yang dilengkapi dengan kurikulum yang disesuaikan dan diimplementasikan di laboratorium. Penggunaan dari rubric ini yaitu menawarkan suatu metode untuk pencelaan pengevaluasian laboratorium, pragmatic, dan untuk mengontrol perubahan dalam kurikulum untuk perkembangan penyelidikan. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan di IKIP Veteran Semarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Buck, Bretz and Towns (2008) memiliki persamaan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
77
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai alat evaluasi yang dibahas dalam penilaian pembelajaran Bahasa Inggris. Hanya alat evaluasi yang ditawarkan oleh Buck, Bretz and Towns (2008) adalah lembar rubric. Sedangkan alat penilaian yang digunakan di IKIP Veteran Semarang tidak hanya menggunakan rubric saja, namun menggunakan alat evaluasi tertulis seperti uraian dan multiple choice dan juga unjuk kerja. Untuk keterampilan writing, mahasiswa diminta untuk menceritakan pengalaman pribadi yang akan dinilai adalah vocabulary, dan juga grammar. Untuk listening, mahasiswa diminta untuk mendengarkan rekaman dan akan dilakukan Tanya jawab atau tes tertulis setelah mahasiswa mendengarkan rekaman. Untuk keterampilan speaking, mahasiswa diminta untuk berbicara atau melakukan conversation dengan mahasiswa lain. Nilai yang diperoleh mahasiswa nantinya akan dianalisis oleh dosen sehingga nantinya apabila ada mahasiswa yang mendapatkan nilai yang tinggi akan diberikan reward. Reward diberikan kepada mahasiswa agar mahasiswa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan belajarnya. Bagi mahasiswa yang nilainya baik oleh dosen diberi poin dengan bintang bila sudah mengumpulkan 3 bintang diberi poin oleh dosen. Adakalanya mahasiswa yang memiliki poin tertinggi diberikan hadiah oleh dosen. Sedangkan bagi mahasiswa yang nilainya jelek/tidak memenuhi target diberi tanda sendiri, jika sudah 3 kali diberi sangsi yang mendidik. Nilai KKM untuk Mata Kuliah Bahasa Inggris di IKIP Veteran Semarang adalah 7.00. Sejauh ini hasil dari Perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium mahasiswa di IKIP Veteran Semarang cukup baik. Nilai siswa sudah mencapai KKM sekitar 85%. Keaktifan dan keterampilan yang dimiliki siswa juga baik. Keterampilan listening dan speaking meningkat sebab dukungan dosen dan juga fasilitas yang disediakan oleh pihak institute. Belajar yang rajin menjadikan kemampuan mahasiswa dalam grammar semakin baik, vocabulary menjadi meningkat, dan pronounciation banyak mengalami peningkatan.
V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka simpulan dari penelitian ini adalah (a) Tata ruang perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang dibuat dengan memperhatikan kebutuhan mahasiswa. Suasana nyaman diciptakan dengan pemasangan Air Conditioner (AC) dan sound system di bagian sudut atas ruangan. Meja kursi diatur dengan formasi huruf U dan di setiap meja sudah dilengkapi dengan computer dan headset untuk listening. (b) Materi perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang terdiri dari materi speaking dan listening, sedangkan dua materi lainnya reading dan writing diberikan dalam ruang kuliah. Materi story telling atau menceritakan kembali merupakan materi yang dianggap sulit bagi mahasiswa. Penyampaian materi dilakukan melalui metode demonstrasi dan berbagai media seperti film, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
78
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
LCD, dan juga tape recorder. (c) Dosen dan mahasiswa aktif dalam melakukan perkuliahan Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang. Dosen mempersiapkan kegiatan perkuliahan mulai dari RPP, izin penggunaan laboratorium, hingga mempersiapkan perlengkapan laboratorium. Pemberian motivasi diberikan dosen dalam bentuk pembinaan, pemberian reward dan punishment. Melalui penggabungan berbagai metode dosen mampu mengaktifkan mahasiswa seperti melakukan listening, speaking, diskusi dan debat. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk berkompetisi melalui kegiatan reading loud dan juga story telling. (d) Monitoring dan evaluasi pembelajaran Bahasa Inggris berbasis laboratorium di IKIP Veteran Semarang dilakukan selama proses pembelajaran. Dosen memonitor setiap perkembangan yang ditunjukkan oleh mahasiswa. Kegiatan evaluasi dilakukan dalam bentuk tes tertulis, lisan, dan praktik untuk mengetahui keterampilan listening dan speaking mahasiswa. Mahasiswa yang prestasinya baik akan mendapatkan reward dan masuk dalam program pengayaan. Sebaiknya apabila mahasiswa belum mencapai nilai KKM akan mendapatkan teguran dan masuk dalam program remedial.
DAFTAR PUSTAKA
Aenul. 2012. Pembelajaran berbasis laboratorium.http://aenul.wordpress.com/2012/07/12/ pembelajaran-berbasis-laboratorium. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013. Ahzania. 2012. Model Pembelajaran Inquiry Berbasis Laboratorium Berbantuan Media CD Interaktif Pada Materi Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Kemampuan
Berpikir
Kreatif
Siswa
SMA.
http://ahzania27.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-inquiry-berbasis.html. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013. Buck, Bretz and Towns. 2008. “Cahacterizing the Level of Inguiry in the Undergraduate Laboratory”. Journal of College Science Teaching. Vol 2 No1. Pg: 52-58 Leung dan Funga. 2005. “Enchancement of classroom facilities of primary school and its impact on learning behaviors of students”. Journal of Facilities. Vol. 23 No 13. Pg: 585 - 594 Ruston. 2006. Penggunaan Materi Pembelajaran Ruston. 2006. Penggunaan Materi Pembelajaran Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Deskriptif Bahasa Inggris Siswa Kelas
VII
SMP
Negeri
1
Ranah
http://rustonnasution.files.wordpress.com/2012/03/ptk-06_proposal_.pdf.
Batam. Diakses
pada tanggal 15 Januari 2013 Sandra Rutherford. 2007. “Using a Laboratory Conclusion Rubric”. Journal Articles. Vol 43 No. 4 Page 9-14. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
79
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
Scott Weese. 2009. “Evaluation of Bacterial & Fungal Culture Practices in School Classrooms”. Journal of American Biology Teacher. Vol 3 No 3. Pg: 145-149. Sean Cavanagh. 2009. “Teachers Partner With Students in Science Lab”. Journal of Education Week. Vol. 28 No 18. Pages: 8-9. Widhy.
2011.
Pembelajaran
IPA
(Kimia)
Berbasis
Laboratorium.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBELAJARAN%20IPA%20KIMIA%20B ERBASIS%20LABORATORIUM.pdf. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
80