1
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS LABORATORIUM DI SMP NEGERI 6 MAGELANG
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Disusun Oleh: Pangastuti Linuwih Q.100.110.154
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
2
NASKAH PUBLIKASI
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS LABORATORIUM DI SMP NEGERI 6 MAGELANG
Oleh:
Pangastuti Linuwih Q.100.110.154
Telah Disetujui Oleh :
Prof. Dr. A. Ngalim, MM.,M.Hum
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
3
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS LABORATORIUM DI SMP NEGERI 6 MAGELANG 1
2
3
Pangastuti Linuwih, A. Ngalim, Dewi Candraningrum 1
Tenaga Pendidik Kota Magelang 2 Staf Pengajar UMS Surakarta 3 Staf Pengajar UMS Surakarta
Abstract The purposes of this research are to describe (1) the layout of laboratorybased English learning, (2) the material of laboratory-based English learning, (3) the teachers’ and students’ activities in the laboratory-based English learning, and (4) the monitor and evaluation of laboratory-based English learning. This research is basically a qualitative research with ethnography research design. For the data collection techniques, it uses the observation, interview, and documentation. Data analysis technique uses an interactive model of analysis. Data validity uses a triangulation technique. The results of the research show that (1) the layout of laboratory-based English learning was created by giving attention to the need of students. The comfort condition was created by installation of Air Conditioner (AC) and sound system in the corner of the room. The tables and chairs were set by the formation of U letter and in each table was equipped with a headset for listening learning. (2) the material for the laboratory-based English learning consisted of the speaking and learning materials. The story telling material was considered to be a complicated and complex material. The delivery of material was done through demonstration method and used several media such as film, LCD, tape recorder. (3) Teachers and students were active in doing the laboratory-based English learning. Teachers prepared learning activities and gave motivation in a guidance, reward and punishment. Through the incorporation of a variety of methods, teachers were able to activate students such as doing the listening, speaking, discussion, and debating. Students had the opportunity to compete through a loud reading and a story telling. (4) Monitoring and evaluation of the laboratory-based English learning were done during the learning process. The evaluation was done in written, spoken, and practical tests to know students’ skill in listening and speaking. Students who excel got a reward and followed enrichment program. On the contrary, those who had not achieved KKM score, got warning and entered the remedial program. Keywords: learning, language English, laboratory PENDAHULUAN Dalam meningkatkan pelajaran bahasa Inggris di SMP terdapat beberapa permasalahan yang seharusnya dipertimbangkan. Permasalahan tersebut antara lain meliputi kurikulum, kinerja guru, proses pembelajaran, materi ajar,
4
metode dan teknik mengajar, fasilitas belajar, motivasi, dan lain sebagainya (Ruston, 2006: 2). Dalam masalah ini peranan guru harus lebih ditingkatkan lagi agar pelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajran yang disenangi oleh siswa. Seorang guru harus dapat memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Inggris. Di
samping
itu
guru
hendaknya
mengajar
siswa
dengan
mempergunakan cara atau teknik yang bervariasi dan menarik agar kegiatan pembelajaran bahasa Inggris tidak membosankan. Yang lebih penting lagi guru harus mengajarkan semua kompetensi dasar yang dituntut oleh Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kompetensi dasar yang dimaksud adalah mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Keberhasilan pengajaran sangat ditentukan manakala pengajaran tersebut mampu mengubah diri peserta didik. Perubahan tersebut dalam arti dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik sehingga peserta
didik
dapat
memperoleh
manfaatnya
secara
langsung
dalam
perkembangan pribadinya (Widhy, 2011: 1-2). Untuk menciptakan pembelajaran Bahasa Inggris sebagaimana tersebut diatas maka diperlukan laboratorium dan media pembelajaran yang mendukung terciptanya perbelajaran Bahasa Inggris yang kreatif dan inovatif. Karena berdasarkan pendapat Gagne dan Briggs (dalam Widhy, 2011: 2) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dengan
demikian media adalah komponen sumber belajar atau
wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Yang diharapkan akan terjadi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Namun
kendala saat ini adalah kurangnya waktu untuk melaksanakan praktikum di Laboratorium karena waktu sudah banyak digunakan untuk menyelesaikan materi. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran Bahasa Inggris yang berbasis
5
laboratorium, artinya pembelajaran konsep dilakukan bersamaan dengan kegiatan praktikum di laboratorium. Pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan dalam laboratorium tidak hanya meminta siswa untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, namun siswa akan melakukan praktik pemeblajaran secara lebih bebas dan terarah. Siswa dapat menggunakan fasilitas yang tersedia di laboratorium seperti microphone, LCD, media pembelajaran, dan lain sebagainya sehingga siswa dapat berlatih berbicara, mendengarkan, dan juga menulis. SMPN 6 Magelang merupakan salah satu sekolah di Kota Magelang yang memiliki prestasi yang bagus terutama prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa inggris. Di sekolah tersebut telah diberikan fasilitas yang mendukung termasuk laboratorium bahasa. Peralatan yang ada di laboratorium bahasa Inggris antara lain instructor console sebagai mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD Player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang kedap suara. Melihat lengkapnya fasilitas yang diberikan tidak mengherankan jika siswa SMPN 6 Magelang pernah meraih prestasi debat bahasa inggris tinggak kota Magelang. Menurut Semiawan (dalam Ahzania, 2012: 5) komunikasi ilmiah dapat dilakukan secara verbal (lisan) maupun dengan non verbal (tulisan). Berkomunikasi secara verbal dapat dilakukan dengan cara mengadakan seminar atau mengundang orang lain untuk menyampaikan ide-idenya Sedangkan secara non verbal dapat dilakukan dengan membuat laporan hasil penelitian yang memuat data-data, gambar, grafik atau sejenisnya Pembelajaran berbasis laboratorium adalah strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mempraktekkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik menggunakan sarana laboratorium (Aenul, 2012: 1). Laboratorium adalah tempat kerja/praktek untuk unjuk kerja atau melakukan percobaan/ekspriment dapat berupa tempat real dan maya (virtual). laboratorium dapat berupa Bengkel, Rumah sakit, Studio, Laut, Pasar, Hotel, Perkantoran, Pabrik dan lain-lain.
6
Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, kesempatan untuk melakukan aktivitas menulis, membaca, mendengar, dan berbicara perlu disediakan fasilitas dan suasana yang mendukung pembelajaran. Fasilitas yang mendukung tersebut disediakan di laboratorium bahasa. Menurut Pandu (2011: 1-2). Perlengkapan atau fasilitas standar ,ada 3 macam, yaitu perangkat utama, furniture dan kelengkapan ruangan, terakhir perangkat multimedia. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium adalah hasil penelitian Buck, Bretz and Towns (2008) dengan judul “Cahacterizing the Level of Inguiry in the Undergraduate Laboratory”. Fakultas mengontrol tingkat untuk penyelidikan yang dilengkapi dengan kurikulum yang disesuaikan dan diimplementasikan di laboratorium. Penggunaan dari rubrik ini yaitu menawarkan suatu metode untuk pencelaan pengevaluasian laboratorium, programatik, dan untuk mengontrol perubahan dalam kurikulum untuk perkembangan penyelidikan. Scott Weese ( 2009, The American Biology Teacher) : “Teacher and school board personnel should be proactive and address any potential safety concerns with laboratory practices in their classrooms,and work with relevant experts
to
develop
comprehensive
and
clear
protocols
and
guidelines…”Mengatakan bahwa penggunaan laboratorium dapat membantu siswa dalam kegiatan belajar mengajar namun penggunaan laboratorium harus didampingi oleh guru atau orang yang sudah ahli. Sean Cavanagh ( 2009, Education Week): “ Which trains teachers and students together and has them work side by side in the classroom on language labs. Students are expected to serve as leader after they complete the training and return
to
class,helping
their
classmates
make
sense
of
activity…”mengatakan siswa dan guru harus saling bekerja sama
the
lab dalam
mempelajari hal-hal yang ada di laboratorium agar mereka lebih memahami fungsinya disaat mereka melakukan praktek. Sandra Rutherford (2007, Science Activities) mengatakan penggunaan laboratorium sangat membantu siswa dalam mengambil kesimpulan terhadap materi yang sedang mereka pelajari.
7
Penelitian Leung dan Funga (2005) dengan judul “Enchancement of classroom facilities of primary school and its impact on learning behaviors of students”. Ruang kelas (ruang praktek) adalah salah satu kunci tempat untuk mengelola siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pengeolaan tata ruang kelas yang baik dapat mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian mengenai
pembelajaran
berbasis
laboratorium
dengan
judul
penelitian
”Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di SMP Negeri 6 Magelang”.
Tujuan akan dicapai dalam penelitian ini adalah (a) Untuk
mendeskripsikan tata ruang pembelajaran Bahasa Inggris berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang. (b) Untuk mendeskripsikan materi pembelajaran Bahasa Inggris berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang. (c) Untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang. (d) Untuk mendeskripsikan monitor dan evaluasi pembelajaran Bahasa Inggris berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian yang berjudul Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang ini, digunakan metode penelitian deskriptive kualitatif. “Penelitian kualitatif secara umum sering disebut sebagai
penelitian
kualitatif
deskriptif
karena
dalam
mengembangkan
pemahaman, penelitian kualitatif cenderung tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan simbol–simbol angka,” (Sutopo, 2006: 4). Strategi penelitian menggunakan
pendekatan
studi
etnografi
(ethnographic
studies)
yaitu
mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Informan utama dalam penelitian ini adalah 3 guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas VII, VIII, dan IX. 3 siswa perwakilan masing-masing kelas serta kepala SMPN 6 Magelang. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah participation observation, interview yang mendalam dan analisis dokumen.
8
Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah-langkah anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions). Keabsahan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan cara triangulasi. Peneliti akan menggunakan triangulasi sumber data dan teknik. Triangulasi sumber data meliputi data guru bahasa Inggris, kepala sekolah dan siswa. Triangulasi teknik meliputi wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Dalam pengujian ini diharapkan memperoleh data yang benar–benar valid.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tata Ruang Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang Tata ruang kelas yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran didesain sedemikian rupa sehingga membuat nyaman siswa dan guru. Pihak sekolah menunjuk guru bahasa Inggris dan satu asisten untuk mengelola laboratorium termasuk dalam mengatur atta ruang sehingga nyaman untuk digunakan sebagai tempat pembelajaran. Asisten yang akan mengelola laboratorium memang khusus hanya mengelola laboratorium dan bertanggung jawab atas segala fasilitas yang ada di laboratorium. Asisten dan juga guru akan mendampingi siswa selama proses pembelajaran di laboratorium. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Scott Weese (2009) Mengatakan bahwa penggunaan laboratorium dapat membantu siswa dalam kegiatan belajar mengajar namun penggunaan laboratorium harus didampingi oleh guru atau orang yang sudah ahli. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Scott Weese (2009) dengan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya membahas mengenai peran guru dan juga
9
pendamping dalam kegiatan di laboratoium bahasa. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Scott Weese (2009) menjelaskan peran guru sebagai pendamping saja. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang peran guru tidak hanya sebagai pendamping saja, namun juga sebagai perencana yang memeprsiapkan segala sesuatunya termasuk tata ruang dan perabot yang akan digunakan. Formasi atau atau tata ruang pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium di SMPN 6 Magelang membentuk formasi huruf U. Disamping melakukan pengaturan tempat duduk dengan formasi huruf U, tata ruang pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium di SMPN 6 Magelang juga mengatur perlengkapan atau fasilitas yang menjadi perabot laboratorium. Fasilitas atau perabot yang terdapat di laborarium bahasa SMPN 6 Magelang diantaranya adalah televisi 29'', master teacher cc, televisi flat colour 7', master cassete recorder, student amply unit, student casset recorder, student head set, rom speaker, power suplay unit, conceting cable, student twin boom kd, teacher chair cd, teacher chair, student chair, student chair branded, dvd player, AC1,5 pk, dan juga materi pembelajaran. Guru mengatur ruang laboratoium semata-mata untuk memberikan nyaman kepada siswa sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik dan menghasilkan prestasi yang optimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Leung dan Funga (2005) dengan judul “Enchancement of classroom facilities of primary school and its impact on learning behaviors of students”. Ruang kelas (ruang praktek) adalah salah satu kunci tempat untuk mengelola siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pengeloaan tata ruang kelas yang baik dapat mencapai hasil yang maksimal. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Leung dan Funga (2005) dengan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai tata ruang kelas. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Leung dan Funga (2005) membahas dampakdari pengelolaan tata ruang terhadap hasil belajar. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang membahas menegnai tata ruang
10
kelas yang dilakukan oleh guru dan dibantu oleh asisten dengan memeprhatkan kondisi siswa dan juga memperhatikan tata letak fasilitas. Untuk pengaturan headset, pihak sekolah meletakkan dan memasang langsung di meja masing-masing siswa. Papan tulis dan juga layar monitor di letakkan di depan kelas sehingga pandangan siswa ke depan. Prabot lain yang berukuran kecil seperti student casset recorder, media pembelajaran, conceting cable dimasukkan ke dalam almari sehingga terlihat rapi. Dinding ruangan di cat warna putih yang memberikan kesan luas dan bersih. Pihak sekolah mengatur pemasangan sound system di bagian pojok atas ruangan. Setiap pojok ruangan dipasang sound system sehingga menghasilkan suara yang jelas ketika dilakukan pembelajaran listening dan speaking. AC dan kipas angin juga dipasang di langit-langit ruangan sehingga udara yang dikeluarkan menempati semua ruangan. Siswa dan guru tidak merasa panas ketika melakukan kegiatan pembelajaran di laboratorium bahasa. Kipas angin digunakan jika AC rusak atau sedang tidak bisa digunakan. Suasana yang tidak begitu panas dan dingin akan membuat awet peraboot laboratorium seperti TV, LCD, headset, VOD palyer dan lainnya. Materi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang Materi pembelajaran bahasa Inggris terdri dari empat materi besar yaitu reading, writing, listening, dan speaking. Tidak semua materi diberikan dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium. Guru bahasa Inggris akan menggunakan laboratorium bahasa ketika akan menyampaikan materi listening dan speaking. Pemilihan dua materi tersebut diberikan di laboratorium karena membutuhkan perlengkapan seperti sound system, headset, ruang yang luas dimana perlengkapan tersebut disediakan di laboratorium dan tidak disediakan di dalam ruang kelas. Ada materi yang dianggap susah bagi siswa yaitu story telling. Siswa merasa kesulitan ketika diminta untuk menceritakan kembali apa yang baru saja didengarkan. Hanya beberapa siswa yang mampu melakukannya. Materi story telling merupakan materi yang meminta siswa untuk menceritakan kembali apa
11
yang sudah didengar melalui headset. Materi disampaikan tidak hanya dengan ceramah saja, namun menggunakan media lain seperti tape recorder bahkan LCD. Penggunaan alat-alat tersebut akan mempermudah dalam penyampaian materi dan siswa lebih paham dengan penggunaan media tersebut. Guru juga menggunakan media film yang dapat diputar melalui LCD. Dari tayangan film tersebut siswa dapat belajar vocabulary, pronouncation, dan juga grammar. Metode demonstrasi dipilih guru sebagai metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Dapat dikatakan dengan penggunaan fasilitas yang disediakan laboratorium mempermudah siswa dalam menerima materi terutama materi listening dan speaking. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandra
Rutherford
(2007,
Science
Activities)
mengatakan
penggunaan
laboratorium sangat membantu siswa dalam mengambil kesimpulan terhadap materi yang sedang mereka pelajari. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Sandra Rutherford (2007) dengan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai materi yang diberikan pada pembelajaran laboratoirum melalui perlengkapan laboratorium. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Sandra Rutherford (2007) lebih menekankan pada fasilitas laboratoium yang digunakan dalam penyampaian materi. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang membahas secara umum materi dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium yaitu hanya materi speaking dan listening. Pihak sekolah mendatangkan ahli dari luar sebagai native speaker. Ahli dari luar tersebut biasanya didatangkan dari guru sekolah lain, turis luar negeri, ahli bahasa bahkan dosen. Pihak sekolah mendatangkan native speaker setiap enam bulan sekali atau tiga bulan sekala kadang dari Dosen UNS, UNNES dan juga UNY. Pihak sekolah mendatangkan native speaker untuk menyampaikan materi kepada siswa. Prestasi yang diraih siswa SMPN 6 Magelang dalam mata pelajaran bahasa inggris dapat dikatakan cukup bagus. Beberapa presatsi yang diraih diantaranya adalah mendapat kejuaraan dalam bahasa Inggris tingkat Kota
12
Magelang contoh kompetisi story telling antar sekolah maupn non akademik seperti debat bahasa Inggris dan pidato bahasa Inggris. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris tidak hanya sekedar menyampaikan materi saja, namun juga mengelola kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. Pada kegiatan awal hal yang dilakukan guru adalah mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran di laboratorium. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan adminittrasi, tempat, serta perlengkapan yang dibutuhkan. Administrasi yang dipersiapkan oleh guru adalah perangkat pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat materi listening dan speaking. Guru melakukan langka-langkah pembelajaran dengan melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Sumber belajar yang biasa digunakan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran pada materi listening adalah Buku teks yang relevan, CD/kaset, script percakapan dan/atau rekaman percakapan, dan gambar-gambar yang relevan. Dalam menyampaikan materi guru melakukan aktivitas yang tinggi termasuk dalam menggunakan metode pembelajaran. Guru menggunakan berbagai metode sehingga pembelajaran terkesan interaktif dan dua arah. Dapat dikatakan guru melakukan aktivitas mencipatakan situasi pembelajaran yang interaktif. Guru menggabungkan berbagai metode dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Ada kalanya saya menggunakan metode diskusi dan juga debat untuk melatih kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa. Metode-metodenya gabungan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa inggris berbasis laboratorium adalah metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan. Selama proses pembelajaran guru tidak lupa memberikan motivasi kepada siswa. Pemberian motivasi dilakukan dengan tujuan agar siswa selalu memiliki semangat untuk belajar dan mengikuti setiap tahap kegiatan pembelajaran. Guru memberikan pembinaan misalnya saja meminta siswa untuk berlatih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris dengan sesama
13
teman, menambah vocabulary, banyak melihat film berbahasa inggris dan belajar dari ucapan yang dilakukan pemainnya dan lain sebagainya. Guru juga memberikan reward dan punishment. Selama proses pembelajaran siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi yang dibahas. Seperti yang sudah dijelaskan di depan bahwa materi yang diberikan di labortaorium bahasa adalah materi listening dan speaking, untuk itu aktivitas belajar yang dilakukan siswa adalah melakukan listening dan speaking. Kegiatan listening yang dilakukan siswa adalah kegiatan mendengarkan apa yang dipurakan oleh guru baik berupa rekaman suara maupun rekaman video. Untuk rekaman audio siswa mendengarkan melalui headset, dan mencatat informasi yang penting. Setelah itu kadang siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru, atau bahkan menceritakan kembali dan akan dinilai kemampuan speaking. Siswa belajar speaking seperti menceritakan kembali, debat, diskusi, melakukan conversation kelompok. Siswa melaksanakan tugas dari guru termasuk melakukan kegiatan parktik seperti diskusi. Kegiatan diskusi tentu saja dilakukan secara berkelompok. Pembentukan kelompok diserahkan sepenuhnya kepada siswa, agar siswa merasa nyaman melakukan kegiatan pembelajaran dengan teman satu kelompoknya. Setiap kelompok akan diberikan kasus yang didiskusikan dan nantinya akan didebatkan dengan kelompok lainnya. Terdapat kelompok pro dan kontra yang akan berdebat yang nantinya akan mempertahankan setiap argument yang dikemukakan. Setalah selesai melakukan debat guru meminta siswa untuk membuat laporan baik individu dan kelompok. Kegiatan praktik ini membantuk siswa dalam melatih keterampilan berbicara atau komunukasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sean Cavanagh (2009) mengatakan siswa dan guru harus saling bekerja sama
dalam mempelajari hal-hal yang ada di
laboratorium agar mereka lebih memahami fungsinya disaat mereka melakukan praktek. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Sean Cavanagh (2009) dengan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang
14
memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran di laboratorium. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Sean Cavanagh (2009) lebih ditekankan pada aktivitas pembelajaran mandiri. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas listening dan juga speaking yang dilakukan secara mandiri dan juga kelompok. Siswa diminta untuk mengikuti berbagai kompetisi baik antar kelas maupun di luar sekolah. Kompetesi antar kelas misalnya saja kompetisi reading loud yaitu kompetisi membaca teks berbahasa Inggris. Ada pula lomba debat, pidato, dan juga story telling. Siswa dapat mengikuti kegiatan lomba antar kelas maupun antar sekolah se Kota Magelang. Melalui kegiatan kompetisi tersebut kemampuan berbahasa Inggris siswa dapat dilatih. Monitor dan Ealuasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Laboratorium di SMPN 6 Magelang Kegiatan monitoring dilakukan sepanjang pembelajaran bahasa Inggris berlangsung. Guru memonitor segala aktivitas yang dilakukan siswa sehingga kegiatan monitor dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan guru dalam mengamati perkembangan kemampuan siswa disetiap pembelajaran berlangsung. Sistem penilaian yang biasa digunakan adalah lisan, praktik, dan juga tertulis. Bentuk-bentuk penilaian tersebut disesuaikan dengan materi yang dibahas selama proses pembelajaran. Tes tertulis diberikan dalmabentuk bentuk multiple choice atau uraian. Untuk tes praktik biasanya tes speaking. Untuk tes lisan guru melakukan wawancara dengan menggunakan bahasa Inggris. Aspek penilaian dalam pembelajaran bahasa Inggris tidak hanya sekedar kemampuan siswa yang lebih dikenal dengan kemampuan kognitif saja, namun juga keterampilan berbahasa Inggris masing-masing siswa. Aspek yang dinilai dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah ketetarmpilan reading, writing, speaking, dan listening. Masing-masing aspek dinilai dengan menggunakan alat penilaian tersendiri apakah menggunakan Tanya jawab, lembar rubric, atau hanya soal uraian.
15
Penggunaan rubric dalam penilaian pembelajaran bahasa Ingrgis ini untuk melihat perubahan secara kualitatif dan kuantitatif keterampilan berbahasa Inggris siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Buck, Bretz and Towns (2008) mengontrol tingkat untuk penyelidikan yang dilengkapi dengan kurikulum yang disesuaikan dan diimplementasikan di laboratorium. Penggunaan dari rubrik ini yaitu menawarkan suatu metode untuk pencelaan pengevaluasian laboratorium, programatik, dan untuk mengontrol perubahan dalam kurikulum untuk perkembangan penyelidikan. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan di SMPN 6 Magelang dengan penelitian yang dilakukan oleh Buck, Bretz and Towns (2008) memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai alat evaluasi yang dibahas dalam penilaian pembelajaran bahasa Inggris. Hanya alat evalausi yang ditawarkan oleh Buck, Bretz and Towns (2008) adalah lembar rubric. Sedangkan alat penilaian yang digunakan di SMPN 6 tidak hanya menggunakan rubric saja, namun menggunakan alat evalausi tertulis seperti uaraian dan multiple choice dan juga unjuk kerja. Untuk keterampilan writing siswa diminta untuk menceritakan pengalaman pribadi yang akan dinilai vocabulary, dan juga grammar. Untuk listening siswa diminta untuk mendengarkan rekaman dan akan dilakukan Tanya jawab atau tes tertulis setelah siswa mendengarkan rekaman. Untuk keterampilan speaking siswa diminta untuk berbicara atau melakukan conversation dengan teman. Nilai yang diperoleh siswa nantinya akan dianalisis oleh guru sehingga nantinya apabila ada siswa yang mendapatkan nilai yang tinggi akan diberikan reward. Reward diberikan kepada siswa agar siswa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan belajarnya. Bagi anak yang nilainya baik oleh guru diberi poin dengan bintang bila sudah mengumpulkan 3 bintang diberi poin oleh guru. Adakalanya siswa yang memiliki point tertinggi diberikan hadiah oleh guru. Sedang bagi anak yang nilainya jelek/ tidak memenuhi target diberi tanda sendiri, jika sudah 3 kali diberi sangsi yang mendidik.
16
Nilai KKM untuk mata pelajaran bahasa Inggris di SMPN 6 Magelang adalah 7.00. Sejauh ini hasil dari pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium siswa SMPN 6 Magelang cukup baik. Nilai siswa sudah mencapai KKM sekitar 85%. Keaktifan dan keterampilan yang dimiliki siswa juga baik. Keterampilan listening dan speaking meningkat sebab dukungan guru dan juga fasilitas yang disediakan oleh pihak sekolah. Belajar yang rajin menjadikan kemampuan siswa dalam grammar semakin baik, vocabulary meningkat, dan pronouncation banyak mengalami peningkatan
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka simpulan dari penelitian ini adalah (a) Tata ruang pembelajaran Bahasa Inggris berbasis laboratorium di SMPN 6 Magelang di buat dengan memperhatikan kebutuhan siswa. Suasana nyaman diciptakan dengan pemasangan Air Conditioner (AC) dan sound system di bagian sudut atas ruangan. Meja kursi di atur dengan formasi huruf U dan disetiap meja sudah dilengkapi dengan headset untuk pembelajaran listening. (b) Materi pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium di SMPN 6 Magelang terdiri amteri speaking dan listening, sedangkan dua materi lainnya reading dan writing diebrikan di dalam kelas. Materi story telling atau menceritakan kembali merupakan materi yang diangap sulit bagi siswa. Penyampaian materi dilakukan melalui metode demonstrasi dan berbagai media seperti film, LCD, dan juga tape recorder. Native speaker sebagai sumber belajar seperti dosen dari UNS, UNY, dan UNNES. (c) Guru dan siswa aktif dalam melakukan pembelajaran bahasa Inggris berbasis laboratorium di SMPN 6 Magelang. Guru mempersiapkan kegiatan pembelajaran mulau dari RPP, izin penggunaan laboratorium, hingga mempersiapkan perlengakapan laboratorium. Pemberian motivasi diberikan guru dalam bentuk pembinaan, pemberian reward dan punishment. Melalui penggabungan berbagai metode guru mampu mengaktifkan siswa seperti melakukan aktivitas listening, speaking, diskusi, dan debat. Siswa diberikan kesempatan untuk berkompetisi melalui kegiatan reading loud dan dan juga story telling. (d) Monitoring dan evaluasi pembelajaran bahasa
17
Inggris berbasis laboratorium di SMPN 6 Magelang dilakukan selama proses pembelajaran. Guru memonitor setiap perkembangan yang diitunjukkan oleh siswa. Kegiatan evaluasi dilakukan dalam bentuk tes tertulis, lisan, dan praktik untuk mengetahui keterampilan listening dan speaking siswa. Siswa yang prestasinya baik akan mendapatkan reward dan masuk dalam program pengayaan. Sebaliknya apabila siswa belum mencapai nilai KKM akan mendapat teguran dan masuk dalam program remedial.
DAFTAR PUSTAKA Aenul. 2012. Pembelajaran berbasis laboratorium. http://aenul.wordpress.com/2012/07/12/pembelajaran-berbasislaboratorium/. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013. Ahzania. 2012. Model Pembelajaran Inquiry Berbasis Laboratorium Berbantuan Media CD Interaktif Pada Materi Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. http://ahzania27.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-inquiryberbasis.html. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013. Buck, Bretz and Towns. 2008. “Cahacterizing the Level of Inguiry in the Undergraduate Laboratory”. Journal of College Science Teaching. Vol 2 No 1. Pg: 52-58. Leung dan Funga. 2005. “Enchancement of classroom facilities of primary school and its impact on learning behaviors of students”. Journal of Facilities. Vol. 23 No 13. Pg: 585 - 594 Pandu. 2011. Perlengkapan Laboratorium Bahasa. http://laboratoriumbahasa.co.id/perlengkapan-laboratorium-bahasa. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013. Ruston. 2006. Penggunaan Materi Pembelajaran Yang Akrab Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Deskriptif Bahasa Inggris Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ranah Batam. http://rustonnasution.files.wordpress.com/2012/03/ptk-06_proposal_.pdf. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013. Sandra Rutherford. 2007. “Using a Laboratory Conclusion Rubric”. Journal Articles. Vol 43 No. 4 Page 9-14
18
Scott Weese. 2009. “Evaluation of Bacterial & Fungal Culture Practices in School Classrooms”. Journal of American Biology Teacher. Vol 3 No 3. Pg: 145149. Sean Cavanagh. 2009. “Teachers Partner With Students in Science Lab”. Journal of Education Week. Vol. 28 No 18. Pages: 8-9. Widhy. 2011. Pembelajaran IPA (Kimia) Berbasis Laboratorium. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBELAJARAN%20IPA%20 KIMIA%20BERBASIS%20LABORATORIUM.pdf. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013.