e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS VIII KECAMATAN SAWAN Ni Made Eny Rismayanti1, Ni Wayan Arini2, Made Sumantri3 1,2,3
Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus VIII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2014/2015. Populasi penelitian ini adalah kelas V di Gugus VIII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2014/2015. Sampel penelitian berjumlah 23 orang siswa kelas V SD Negeri 2 Sudaji dan 26 orang siswa kelas V SD Negeri 3 Sudaji. Instrumen penelitian ini berupa tes hasil belajar IPA. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thit = 5,81 dan ttab = 2,021. Hal ini berarti bahwa thit > ttab. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dari rata-rata ( X ), diketahui ( X ) kelompok eksperimen sebesar 18,67 dan ( X ) kelompok kontrol sebesar 14,08. Hal ini berarti bahwa ( X ) eksperimen > ( X ) kontrol. Dengan demikian pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus VIII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2014/2015. Kata kunci: pendekatan saintifik, media lingkungan sekitar, hasil belajar Abstract This quasi experimental research was aimed to find out the difference of science achievement between students who learnt science by using scientific approach combined with environmental media and students who learnt by using conventional approach. This research was designed as post test only control group design. The population of this research was fifth grade students in cluster VIII Sawan sub-districtin academic year 2014/2015. The samples of this research were fifth grade students which consisted of 23 students of SD N 2 Sudaji and 26 students of SD N 3 Sudaji. The instrument that was used in this study was test. Data that were obtained were analyzed by using descriptive statistic and inferential statistic (T-test). The result of the analysis was thit = 5,81 and ttab =2,021. It meant that thit > ttab. The analysis showed that there was significant difference of science achievement between students who learnt science by using scientific approach combined with environmental media and students who learnt by using conventional approach. The average ( X ) of students achievement showed that the average of experiment group was 18,67 and the average of control group was 14,08. Which meant that the average ( X ) of experiment group > the average ( X ) of control group. Thus, scientific approach combined with environmental media influenced the science achievement of fifth grade students in cluster VIII Sawan sub-district in academic year 2014/2015. Keywords: scientific approach, environmental media, learning result
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 PENDAHULUAN IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang terdapat dalam kurikulum di Indonesia dan selalu diberikan pada setiap jenjang pendidikan sehingga IPA perlu dikembangkan dalam setiap proses pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010) bahwa pembelajaran IPA pada tingkat manapun harus dikembangkan. Dengan cara memahami berbagai pandangan tentang makna IPA yang dalam konteks pandangan hidup dapat dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia, oleh karena itu pendidikan IPA dapat dijadikan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, Suastra (2009:1) menyatakan “IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia tersebut mengenal diri dan alam sekitarnya”. Oleh karena itu, diharapkan pendidikan IPA di sekolah mampu menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri maupun lingkungan yang ada di sekitarnya serta mengembangkan secara lebih lanjut untuk dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA di SD sampai saat ini masih sering melupakan dimensi proses yang ada. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Trianto (2010) yang menyatakan bahwa kecenderungan pembelajaran IPA pada saat ini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. “IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan para ilmuan selama berabad-abad” (Sudana, Dewa Nyoman dan I Gede Astawan, 2013:3). Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan siswa untuk menjawab soalsoal yang diberikan oleh guru, sehingga IPA sebagai dimensi proses, sikap, dan aplikasi tidak tertuang dalam proses pembelajaran. Padahal, dalam pembelajaran IPA dimensi proses sangatlah penting karena merupakan proses untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran IPA. Susanto (2013) menyatakan bahwa proses dalam
memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains (science process skills) yaitu, keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan dalam proses menemukan konsep IPA seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Dalam hal ini, bukan berarti hal tersebut menuntut siswa SD untuk membuat penelitian yang lengkap, hanya saja siswa akan diperkenalkan secara bertahap misalnya dengan melakukan pengamatan secara cermat dan melaporkan hasil pengamatannya. Dimensi proses tersebut tidak hanya berfungsi untuk menunjang perkembangan siswa dalam memperoleh pengetahuan, tetapi dimensi proses juga berfungsi untuk membantu siswa memperoleh kemampuan dalam menggali dan menemukan pengetahuannya. Dengan menggunakan dimensi proses, pada akhirnya akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses oleh siswa. Pembelajaran IPA di SD masih dihadapkan dengan berbagai masalah fasilitas, baik berupa buku, media, dan dana sehingga dalam penerapannya tampak kurang memadai sehingga mutu pembelajaran IPA rendah. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SD gugus VIII Kecamatan Sawan pada tanggal 29 Januari 2015, saat proses pembelajaran IPA berlangsung, dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA, guru masih menekankan pada keterampilan mengerjakan soal dan murid hanya terpaku pada materi yang diberikan oleh guru. Guru hanya menggunakan pembelajaran konvensional yaitu ceramah. Siswa cenderung pasif dan hanya mencatat, mendengarkan sesuai perintah guru tanpa berupaya untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Melihat kondisi yang terjadi di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan yang masih menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran atau pembelajaran berpusat pada guru berpengaruh negatif terhadap siswa yaitu lemahnya pemahaman siswa memahami materi yang sedang dipelajari, sehingga memengaruhi hasil belajar siswa.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 2 Februari 2015 dengan guru kelas V di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan, pencapaian KKM pada mata pelajaran IPA tidaklah mudah. Tentunya ada kendala yang dialami guru dalam mengarahkan siswa untuk dapat mencapai KKM. Salah satu kendala yang dihadapi adalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran IPA yang diterapkan oleh guru. Fasilitas pembelajaran IPA yang kurang memadai juga menjadi faktor yang
memengaruhi pencapaian KKM yang diharapkan, karena siswa belajar hanya menggunakan sumber buku saja. Kondisi tersebut diperkuat dengan hasil pencatatan dokumen yang dilakukan di seluruh SD Gugus VIII Kecamatan Sawan. Berdasarkan studi dokumen pada pembelajaran IPA, didapatkan rata-rata nilai KKM mata pelajaran IPA yang dimiliki setiap SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan sebagai berikut.
Tabel 1. KKM Mata Pelajaran IPA Kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan SD Negeri 1 Sudaji SD Negeri 2 Sudaji SD Negeri 3 Sudaji SD Negeri 4 Sudaji SD Negeri 5 Sudaji SD Negeri 6 Sudaji
KKM Mata Pelajaran IPA Nilai Rata-rata Kelas Kelas V 65 60,95 68 65,95 65 62,88 64 60,31 65 64,93 65 60,92 (Sumber: SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan)
Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan mengenai keberhasilan pencapaian nilai KKM IPA Kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan selama ini tergolong masih rendah dan belum mencapai hasil belajar yang maksimal. Penyampaian materi yang diberikan kepada siswa masih menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga menyebabkan siswa kurang aktif pada proses pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Siswa secara tidak langsung dipaksa untuk mengingat informasiinformasi yang diberikan oleh guru tanpa dituntut untuk memahami informasi yang didapatkan dengan menghubungkannya dengan situasi yang dialami siswa. Guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran yang memerhatikan dimensi dari IPA. Dimensi IPA yang dimaksudkan adalah dimensi IPA sebagai produk dan proses. Berkaitan dengan dimensi IPA sebagai produk dan proses, seharusnya
pembelajaran yang dilaksanakan mengajarkan pada siswa bagaimana pengetahuan tersebut ditemukan oleh siswa. Masih banyak guru yang yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih dan mengaplikasikan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu, keaktifan, minat dan motivasi belajar siswa. Guru harus memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dari siswa tersebut, sehingga dapat memengaruhi hasil belajar. Pendekatan yang cocok digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah pendekatan yang berorientasi pada siswa. Salah satu pendekatan yang mampu mengembangkan peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing untuk mengembangkan potensi siswa yaitu dengan menggunakan pendekatan saintifik. Kurniasih dan Berlin (2014:29), menyatakan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan saintifik di dalam proses pembelajaran, maka akan menjadikan siswa terlibat aktif di setiap proses pembelajaran. Siswa juga diberikan kebebasan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga mampu menanamkan konsep dibenaknya. Langkah-langkah dalam pendekatan saintifik terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar /mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pada langkah mengamati, siswa diberikan kesempatan untuk mengamati lingkungan di sekitar sekolah untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar. Pada langkah menanya, siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang ditemukan di lingkungan sekitar sekolah terkait dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Pada tahap mengumpulkan informasi, siswa mencari informasi lain dengan cara membaca buku, melakukan wawancara, melakukan eksperimen, sehingga siswa benar-benar mampu untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Pada langkah mengasosiasi/menalar, siswa mengolah informasi-informasi yang telah didapatkan baik dengan cara melakukan eksperimen, mengamati lingkungan sekitar dan juga membaca buku sumber, sehingga menemukan suatu keterkaitan antara informasi satu dan informasi yang lainnya. Pada langkah mengomunikasikan, siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil analisisnya baik secara lisan maupun tertulis. Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu menyusun laporan dengan baik, sehingga mampu menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Siswa memperoleh kesempatan belajar dengan memanfaatkan
berbagai sumber. Dengan menggunakan pendekatan saintifik, siswa diberikan pemahaman bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak hanya tergantung dari informasi yang diberikan oleh guru saja. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan mampu mendorong peserta didik dalam mencari tahu pengetahuan dari berbagai sumber melalui observasi dan tidak hanya karena diberi tahu oleh guru. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi dari mana saja, kapan saja, dan tidak hanya bergantung pada informasi yang diberikan oleh guru dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Sudjana (2006) menyatakan bahwa berbagai bidang studi yang dipelajari oleh siswa di sekolah, hampir bisa dipelajari dari lingkungan, seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kesenian, keterampilan, olahraga, kesehatan, kependudukan, ekologi, dan lain-lain. Adanya bantuan lingkungan sekitar dalam belajar menyebabkan pembelajaran akan dirasa lebih bermakna oleh siswa dan menjadi wahana untuk mengembangkan potensi siswa. Dengan menggunakan lingkungan sebagai media belajar akan memberikan siswa berbagai kebebasan bergerak dan menyalurkan kreativitas. Lingkungan bisa memberikan inspirasi kepada siswa sehingga mendapatkan pengalaman baru yang bermanfaat. Terlebih lagi dalam pembelajaran IPA, pada setiap konsep pembelajarannya akan cepat dipahami siswa apabila dilakukan praktik dan secara nyata belajar di lingkungan sekitar terkait dengan materi yang dibelajarkan. Apabila diberikan pembelajaran IPA berbantuan media lingkungan, anak akan mendapat pengalaman langsung dengan sumber belajar dan dapat menemukan hal baru yang lebih bermakna bagi dirinya, sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar. Pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar adalah suatu pendekatan yang dapat melibatkan siswa untuk belajar aktif dengan mengkonstruk pengetahuannya sendiri menggunakan sumber belajar lingkungan, sehingga siswa mampu mengaitkan antara materi yang sedang dipelajarinya dari kehidupan nyata
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 siswa tersebut. Selain itu, anak akan mendapatkan pengalaman langsung dengan sumber belajar dan dapat menemukan hal baru yang bermakna bagi dirinya dan orang lain, sehingga dalam pembelajaran siswa tidak akan merasa jenuh dan dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan, aktif, dan efektif. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015. METODE Penelitian ini tergolong quasi experiment karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diukur dan dikontrol secara ketat. Penelitian dilaksanakan di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada rentangan waktu semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang dimulai dari bulan April sampai Mei 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD yang ada di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang berjumlah 6 kelas. Untuk mengetahui kesetaraan hasil belajar IPA siswa kelas V di masing-masing sekolah dasar tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan menggunakan analisis varian satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf
signifikansi 5%, didapatkan nilai Fhitung sebesar 1,85. Nilai Ftabel pada dbA = 5, dan dbdalam = 114 sebesar 2,30. Artinya, Ftab > Fhit sehingga Ho diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng adalah setara. Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik random sampling. Dari enam sekolah dasar yang ada di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, dilakukan pengundian tahap pertama untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil undian tahap pertama, diperoleh sampel dua kelas yaitu kelas V SD Negeri 2 Sudaji dengan jumlah siswa 23 orang dan siswa kelas V SD Negeri 3 Sudaji dengan jumlah siswa 26 orang. Selanjutnya, untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan pengundian tahap kedua. Melalui proses pengundian tersebut, diperoleh kelas V SD Negeri 2 Sudaji sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 3 Sudaji sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (pembelajaran konvensional). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest-only control group design. Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
Tabel 2. Rancangan Penelitian Kelas Eksperimen Kontrol
Treatment 65 65
(Sumber : Sugiyono, 2010:112)
X
Keterangan: O1 = post-test terhadap kelompok eksperimen O2 = post-test terhadap kelompok kontrol
–
Post-test 60,95 60,92 = treatment terhadap kelompok eksperimen (pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar) = treatment terhadap kelompok kontrol (model pembelajaran konvensional)
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. (1) Menentukan sekolah tempat melakukan penelitian. (2). Mengunjungi sekolah yang telah dipilih dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian. (3) Menentukan populasi dan sampel penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan. (4) Menyusun instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. (5) Melakukan uji kesetaran pada populasi dengan menggunakan uji anava. Setelah diperoleh kesetaraan, dilakukan teknik pengundian untuk menentukan sampel. Dari sampel tersebut dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. (6) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, yaitu: 1) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 2) menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), 3) menyiapkan alat dan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. (7) Menyiapkan instrumen penelitian, yaitu: 1) menyiapkan tes hasil belajar sesuai dengan materi yang dikaji 2) menyiapkan kunci jawaban tes yang akan digunakan. (8) Mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen dengan dosen IPA, kemudian menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda instrumen tersebut. (9). Memberikan perlakuan pembelajaran terhadap kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen dengan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. (10). Memberikan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilaksanakan setelah perlakuan pembelajaran. (11). Melakukan analisis data hasil belajar sesuai data yang diperoleh. (12). Menyusun laporan penelitian. Instrumen pengumpulan data hasil belajar IPA adalah tes objektif. Butir pertanyaannya berjumlah 25 soal. Setiap item diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan skor 0 bila siswa menjawab salah. Skor setiap jawaban
kemudian dijumlahkan dan jumlah skor tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPA. Rentang skor yang mungkin diperoleh siswa adalah 0-25. Skor 0 merupakan skor minimal ideal dan skor 25 merupakan skor maksimal ideal hasil belajar. Suatu instrumen penelitian dikatakan baik jika sudah memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas (Arikunto, 2003). Sebelum tes disebarkan kepada siswa, maka tes yang dibuat diuji terlebih dahulu melalui validasi pakar. Setelah direvisi, instrumen diujicobakan di lapangan. Data yang diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk kurva polygon. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t (polled varians) dengan rumus sebagai berikut. t
(1)
x x 1 2 2 2 n n s n 1s 1 1 2 1 2 2 n n 2 n 1 2 1
1 n
2
(Student dalam Koyan, 2012:33) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis data dilakukan di tiap-tiap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 3 sebagai berikut.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Mean (M) Median (Md) Modus (Mo) Standar Deviasi Varians
Kelompok Eksperimen 18,67 19,4 20,36 2,67 7,11
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen modus lebih besar daripada median dan median lebih besar daripada mean (Mo>Md>M). Dengan kata lain, kurva pada kelompok eksperimen adalah kurva juling negatif. Artinya, sebagian besar skor cenderung tinggi. Kurva tersebut dapat disajikan pada gambar di bawah ini.
Kelompok Kontrol 14,08 12,9 12,6 2,92 8,52
sebagian besar skor cenderung rendah. Kurva tersebut dapat disajikan pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol Setelah menganalisis data dengan mencari mean, median, modus dilanjutkan dengan menghitung uji prasyarat analisis data. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas sebaran data post-test hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam tabel 4 berikut.
Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Selanjutnya, pada kelompok kontrol, modus lebih kecil daripada median dan median lebih kecil daripada mean (Mo<Md<M). Dengan kata lain, kurva pada kelompok kontrol adalah kurva juling positif. Artinya,
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA No. 1 2
Kelompok Data Hasil Belajar Post-test Eksperimen Post-test Kontrol
χ2 6,0842 2,0877
Nilai Kritis dengan Taraf Signifikansi 5% 7,815 5,591
Status Normal Normal
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 2
2
Kriteria pengujian, jika hit tab dengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. 2 2 Sedangkan, jika hit tab , maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan 2 rumus Chi-Square, diperoleh hit hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 2 6,0842 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti, 2 hasil belajar IPA kelompok hit eksperimen 2
lebih
kecil
2
dari
tab
normal. Sedangkan,
2
hit
hasil belajar IPA 2
kelompok kontrol adalah 2,0877 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan db = 2 2 adalah 5,591. Hal ini berarti, hit hasil belajar IPA kelompok kontrol lebih kecil dari 2 2 2 tab ( hit tab ), sehingga data hasil belajar IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya, uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antarkelompok eksperimen dan kontrol. Hasil uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 5 berikut ini.
2
( hit tab ), sehingga data hasil belajar IPA kelompok eksperimen berdistribusi Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sumber Data
Fhit
Ftab dengan Taraf Signifikansi 5%
Status
Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
1,198
2,07
Homogen
Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftab. Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhit hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,198, sedangkan Ftab dengan dbpembilang = 25, dbpenyebut = 22, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,07. Hal ini berarti bahwa varians data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel di berikut ini.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Kelompok
N
Db
Eksperimen Kontrol
23 26
47
Berdasarkan tabel hasil penghitungan uji-t di atas, diperoleh thit sebesar 5,81, sedangkan ttab dengan dk = 23+26-2 = 47 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab),
Mean ( x ) 18,67 14,08
s2
t hitung
t tabel
7,11 8,52
5,81
2,021
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar melalui pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015. Pembahasan Hasil analisis data hasil belajar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar adalah 18,67 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 14,08. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 5,81 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,021. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional disebabkan oleh tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah: Pertama, pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar lebih menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran melalui langkahlangkah mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi/ menalar, dan mengomunikasikan. Pada langkah mengamati, siswa diberikan kesempatan untuk mengamati lingkungan di sekitar sekolah untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar. Hal tersebut membuat siswa lebih aktif dalam mempelajari materi yang akan dipelajari karena siswa diberikan kesempatan menggali pengetahuannya melalui pengamatan secara langsung, sehingga siswa dapat memahami informasi yang diperoleh. Pada langkah menanya, siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang ditemukan di lingkungan sekitar sekolah terkait dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Pada tahap mengumpulkan informasi, siswa mencari sumber lain yang terkait dengan materi yang akan dipelajari. Siswa mencari informasi lain dengan cara membaca buku, melakukan wawancara, melakukan eksperimen, sehingga siswa benar-benar mampu untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Pada langkah mengasosiasi/menalar, siswa mengolah informasi-informasi yang telah didapatkan baik dengan cara melakukan eksperimen, mengamati lingkungan sekitar dan juga membaca buku sumber, sehingga menemukan suatu keterkaitan antara informasi satu dan informasi yang lainnya. Pada langkah mengomunikasikan, siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil analisisnya baik secara lisan maupun tertulis. Hasil yang telah dikerjakan bersama dalam satu kelompok atau secara individu kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru dan siswa yang lainnya. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Siswa memperoleh kesempatan belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber. Dengan demikian, siswa belajar tidak hanya dari buku atau dari guru. Siswa belajar memanfaatkan lingkungan sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Temuan di atas sesuai dengan penjelasan Kurniasih dan Berlin Sani (2014), yang menyatakan bahwa langkahlangkah pendekatan saintifik bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 peserta didik bahwa dalam mengenal materi yang dipelajari, informasi tidak hanya didapatkan dari buku ataupun guru, melainkan informasi bisa berasal dari mana saja dan kapan saja, sehingga diharapkan peserta didik dapat mencari informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Dengan suasana yang demikian, guru dan siswa dapat saling bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan siswa dapat memahami materi yang diajarkan dengan baik. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan pembelajaran konvensional yang dalam proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Di dalam pembelajaran konvensional, guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Rasana (2009) bahwa pembelajaran konvensional merupakan sebuah model pembelajaran yang ditandai dengan penyajian langsung konsep-konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian ceramah oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas oleh guru, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti oleh siswa. Pembelajaran yang demikian kurang memberikan pengalaman dan tantangan baru bagi siswa sehingga dapat mengurangi motivasi dan minat siswa untuk belajar, dan berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. Kedua, pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar sesuai dengan karakteristik IPA yang selalu berhubungan dengan suatu proses penemuan. Artinya, siswa memiliki kewajiban untuk menggali dan menemukan sendiri pengetahuannya agar lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Trianto (2009) bahwa menurut teori konstruktivisme, salah satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Ketiga, penggunaan media lingkungan sekitar sebagai media dalam pendekatan saintifk dapat membuat proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Media lingkungan sekitar merupakan segala sesuatu yang terdapat di alam sekitar sekaligus merupakan faktor kondisional yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor yang berperan penting dalam proses pendukung belajar seorang siswa. Dengan demikian, media lingkungan sekitar mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa diberikan kebebasan untuk menggali pengetahuannya sendiri dengan menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran, sehingga media lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Temuan ini didukung oleh penjelasan Sudjana dan Ahmad Rivai (2006) yang menyatakan bahwa lingkungan dapat menjadikan kegiatan belajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga motivasi belajar siswa menjadi lebih tingg dan berdampak baik untuk hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Marjan (2014), yang menunjukkan bahwa terdapat 1) perbedaan hasil belajar biologi pembelajaran pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains. Dalam pembelajaran ini, keaktifan siswa sangat ditekankan dalam proses belajar. Selain itu, pendekatan saintifik juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep pengetahuannya secara mandiri, membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Hal ini akan menumbuhkan kebermaknaan dalam proses pembelajaran, materi pelajaran menjadi mudah untuk diserap dan sulit dilupakan oleh siswa. Penelitian yang terkait dengan penggunaan media lingkungan sekitar yang telah dilakukan oleh Astuti (2013), menunjukkan bahwa hasil belajar IPA kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diketahui adanya perbedaan nilai rata-rata. Nilai rata-rata pada kelompok eksperimen = 73,58 sedangkan pada kelompok kontrol = 63,74. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh model
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 quantum learning berbantuan media lingkungan sebagai sumber belajar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Gugus III Kerobokan Badung tahun ajaran 2012/2013. Peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV tersebut dikarenakan pada siswa kelompok eksperimen diterapkan model quantum learning dengan lingkungan sebagai salah satu sumber belajarnya. Materi pembelajaran akan cepat dipahami siswa apabila dilakukan praktik dan secara nyata belajar di lingkungan sekitar terkait dengan materi yang sedang dibelajarkan. Sesuai dengan karateristik siswa kelas IV SD, yang masih dalam tahap operasional konkret apabila diberikan pembelajaran IPA berbantuan media lingkungan, anak mendapat pengalaman langsung dengan sumber belajar dan dapat menemukan hal baru yang bermakna bagi dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, lingkungan sangat cocok digunakan sebagai sumber belajar. Siswa SD akan lebih cepat memahami suatu materi apabila dikonkretkan dengan lingkungan. Lingkungan juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami dan menghayati aspekaspek lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga tidak asing dengan lingkungan dan dapat memupuk rasa cinta siswa terhadap lingkungan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional kelas V Semester Genap SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015 . Hal tersebut diperoleh dari hasil penghitungan uji-t, thit sebesar 5,81, sedangkan, ttab (dengan db= 47 dan taraf signifikansi 5%) adalah 2,021. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dari rata-rata ( X ), diketahui ( X ) kelompok eksperimen sebesar 18,67 dan ( X )
kelompok kontrol sebesar 14,08. Hal ini berarti ( X ) eksperimen > ( X ) kontrol. Dengan demikian, pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di gugus VIII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2014/2015. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Siswa-siswa di SD harus selalu terlibat aktif dalam setiap mengikuti pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan mendapatkan pengetahuan baru melalui pengalaman yang ditemukan sendiri; (2) Guru yang menemukan permasalahan yang sama dengan penelitian ini khususnya dalam proses pembelajaran IPA disarankan agar menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa; (3) Kepala sekolah agar menyarankan kepada guru untuk menggunakan suatu pendekatan yang relevan dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa; dan (4) Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan saintifik berbantuan media lingkungan sekitar agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami, diantaranya masalah waktu pelaksanaan penelitian dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Astuti,
Rai. 2013. “Pengaruh Model Quantum Learning Berbantuan Media Lingkungan terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus III Kerobokan Badung”. Artikel Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Koyan. 2012. Statistik Pendidikan: Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Marjan, Johari. 2014. “Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat”. Artikel Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Rasana, Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave: Model-model Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudana, Dewa Nyoman dan I Gede Astawan. 2013. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2006. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. -------. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.