e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SAVI BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SD Ni Kdk. Ariasih1, I.B.Gd.Surya Abadi2, IGA. A.Sri Asri3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SDN 4 Tonja. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan “Nonequivalent kontrol group design”. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 4 Tonja Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 93 orang siswa dan terbagi ke dalam dua kelas yaitu kelas VA dan kelas VB. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan instrumen berupa tes objektif pilihan ganda biasa dan data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik statistik t-test (ujit). Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan dk= 91 diperoleh hasil (thitung= 34,02 > ttabel = 2,000). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata untuk kelompok eksperimen adalah 79,60 dan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 61,71. Dengan demikian, dapat dikatakan model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 4 Tonja. Maka dapat direkomendasikan model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Kata kunci : Kooperatif Tipe SAVI, Media Konkret, Hasil Belajar Abstract The purpose of this study was to determine significant difference science learning outcomes of students that learned through cooperative learning model somatic, auditory, visual, intellectual aided concrete media with students that learned through conventional teaching fifth grade students four public elementary school Tonja . This study was quasiexperimental study with a draft "Nonequivalent control group design". The subjects were all students in fifth grade students four public elementary school Tonja Academic Year 2013/2014 consists of 93 students and divided into two classes , namely VA and VB classes . Science learning outcomes data was collected by instruments in the form of multiple choice objective test regular and these data were analyzed by using t - test statistiks ( t-test ). Based on the 5% significance level and df = 91 obtained results (tvalue = 34.02 > table = 2.000). This shows there are significant differences between the learning outcomes of students that learned science through cooperative learning model somatic , auditory, visual , intellectual aided concrete media with students that learned through conventional learning . The average value for the experimental group was 79.60 and the average value of the kontrol group was 61.71 . Thus, it can be said cooperative learning model somatic, auditory, visual, media -assisted concrete intellectual influence on science learning outcomes fifth grade students four public elementary school Tonja. It
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 can be recommended cooperative learning model somatic, auditory, visual, intellectual aided concrete media on science learning in elementary school. Key words : Cooperative Type SAVI , Concrete Media, Learning Outcomes
PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan serta kebutuhan dalam meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, manusia akan cenderung memperkaya kemampuan keterampilan hidup (life skill) untuk bertahan dalam era persaingan saat ini. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting disetiap Negara karena pendidikan akan menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara. Seiring dengan perkembangan zaman, dinamika pendidikan ditandai oleh suatu perubahan pemikiran mengenai hakekat pembelajaran itu sendiri yaitu mewujudkan pembelajaran sebagai suatu proses yang aktif. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun, hal ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang ada. Telah disadari bahwa dewasa ini kita masih dihadapkan pada berbagai masalah dalam pendidikan pada umumnya dan pendidikan sains khususnya. Pada dasarnya sains atau IPA adalah ilmu pengetahuan yang bidang sasarannya adalah alam semesta. Samatowa (2011) menjelaskan bahwa ada tiga aspek dalam
IPA yaitu: produk, proses dan habits of mind dimana produk adalah informasi tentang makhluk hidup, fisik, dan bumi yang menyangkut tentang pengetahuan mengenai alam sekitar, produk ini diperoleh dengan cara investigasi, proses adalah kemampuan untuk berpikir dan menyelesaikan masalah dan mengadakan penyelidikan, sedangkan habits of mind adalah keyakinan dan sikap sains, seperti tanggap untuk berpikir logis dan ketahuan yang besar atau bisa disebut dengan kebiasaan berpikir tingkat tinggi. Sutiah, dkk (2009) menjelaskan dalam Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran IPA salah satunya adalah agar siswa mampu mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan saling menghargai antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran IPA tidak cukup untuk disampaikan dalam pembelajaran dikelas yang dilakukan hanya melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Akan tetapi perlu diberikan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam tentang materi yang ada, sehingga tolak ukur dalam pembelajaran tidak hanya bertumpu pada hasil namun juga pada saat pembelajaran. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya seorang guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar, sehubungan dengan hal tersebut pemilihan sebuah model pembelajaran merupakan bagian penting dalam merencanakan atau mendesain pembelajaran agar terjadi interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber belajarnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Terkait dengan hal tesebut, perlu kiranya untuk mengembangkan model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran di SD terutama pada mata pelajaran IPA, salah satunya dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI berbantuan media konkret sebagai alat penyampaian pesan yang efektif di dalam pembelajaran. “Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar, dengan kata lain pembelajaran yang mengandung makna pembaharuan” (Suyatno, 2009:6). Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivis, pembelajaran kooperatif merupakan tahap belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Slavin, 2005:8). Dalam menyelesaiakkan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Sedangkan pembelajaran somatis, auditori, visual, intelektual merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan bahwa belajar harusalah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI adalah kependekan dari, somatis artinya gerakan tubuh (aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; auditori bermakna belajar melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; visual berarti belajar menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan intelektual bermakna belajar menggunakan kemampuan berpikir, menggunakan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Raharjo (2011:4) yang menyatakan “Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan
belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut”. Suyatno (2009:51) “model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri”. Selanjutnya Isjoni (2012:15) mengungkapkan “cooperative learning adalah suatu model pem-belajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”. Sedangkan Menurut Wahyuni, dkk (2012:128) “cooperative learning yaitu tahap yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi”. Menurut Meier (2002:91) “Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak, akan tetapi menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indera dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran”. Sejalan dengan pemikiran Meier, Suyatno (2009:65) mengemukakan “pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harusalah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa”. Sedangkan, Rusman (2010:373) menyatakan “pembelajarn SAVI merupakan cara penyajian suatu system pembelajaran yang lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami”. Belajar berdasarkan aktivitas secara umum jauh lebih efektif dari pada yang didasarkan prestasi, materi, dan media. Hal ini dikarenakan cara belajar itu mengajak orang untuk terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran. Adapun karakteristik dari model pebelajaran kooperatif somatis, auditori, visual intelektual, yakni: 1) ”Somatis” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuhsoma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar atau dengan kata lain belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). 2) Auditori merupakan belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. 3) Visual adalah belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. 4) Intelektual merupakan belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. Aspek intelektual dalam pembelajaran akan lebih terlatih jika siswa terlibat dalam aktivitas, seperti: memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, mengerjakan perencanaan tahaps, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan, menciptakan makna
pribadi, dan meramalkan implikasi suatu gagasan. Menurut Suyatno (2009:65) unsurunsur SAVI tersebut sangat berpotensi untuk melatihkan keterampilan proses IPA karena di dalam pembelajaran SAVI tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), tetapi juga memanfaatkan gerak tubuh (hands-on). Model pembelajaran kooperatif SAVI juga berpotensi mengatasi keragaman tipe belajar siswa yang terdapat dalam kelas. Dalam kegiatan ini terdapat empat siklus belajar yang harus dilaksanakan yaitu: tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan, dan tahap penampilan hasil. Penggunaan media sebagai sarana belajar siswa juga sangat mendukung pembelajaran siswa di sekolah, Menurut Piaget (dalam Kuswana, 2011:155) karakteristik berpikir seseorang beranjak dalam empat tahapan perkembangan intelektual. Usia anak SD (7-11 tahun) perkembangan berpikirnya berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak memerlukan pengalaman fisik seperti memanipulasi benda konkret untuk membentuk pengalaman logika berpikirnya. Dengan kata lain, pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis tetapi memerlukan benda-benda konkret (nyata) yang dapat diutak-atik sesuai dengan kenyataanya. Kegiatan ini dapat membantu perkembangan intelektualnya, dikarenakan kegiatan manipulatif dan kesempatan untuk mengeksplorasi sangat penting bagi anak-anak pada tahap ini, untuk membantu proses berpikirnya. Anak pada usia ini berperan aktif dalam pembentukan pengetahuannya melalui dunia nyata, menafsirkan informasi dari pengalaman dan mengadaptasinya dalam khasanah pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Perkembangan fisik pada anak usia SD tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya. Setiap jenis perkembangan saling berkaitan satu terhadap yang lain. Perkembangan anak pada usia ini bersifat holistik, terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya. Karakteristik anak usia ini adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, tertarik pada sesuatu yang baru, tertarik
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 pada gambar-gambar yang berwarna, senang melakukan eksplorasi, dan mencoba sesuatu yang baru. Terkait hal tersebut, media yang digunakan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran adalah media konkret. Media konkret adalah berbagai benda nyata yang berada disekitar lingkungan siswa yang dapat membantu guru untuk menyampaikan informasi yang mudah diterima oleh siswa (Corner 2011). Media konkret diperoleh dari benda-benda disekitar lingkungan anak yang memungkinkan guru untuk memenuhi pengajaran sesuai dengan alam atau lingkungan belajar siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan secara relevan oleh Suryati (2011) yang menyatakan bahwa penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V semester 1 SD no. 1 Banjar Tegal Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SDN 4 Tonja. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental semu (quasi experimental designs), karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi obyek penelitian terhadap perlakuan secara pasti atau dapat dikatakan bahwa peneliti tidak bermaksud dan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah kelas dan kondisi yang sudah ada dengan kata lain peneliti tidak bisa mengkarantina sampel. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas V SDN 4 Tonja, yang terdiri atas dua kelas paralel yaitu kelas VA dan VB. Pemilihan satu sekolah untuk populasi dikarenakan
pada SD tersebut terdapat dua kelas yang nantinya akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan informasi yang diperoleh, bahwa siswa dikelompokkan ke dalam kelas-kelas yang setara secara akademik maupun non akademik. Dikatakan setara karena di dalam pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas tersebut disebar secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang maupun tinggi dan tidak memandang status sosial siswa itu sendiri. Hal ini berarti tidak terdapat kelas unggulan dan kelas non unggulan yang dapat membedakan anatara kelompok satu dengan yang lainnya. Seperti yang diketahui populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen yang ada diwilayah penelitian). Oleh karenanya “apabila seorang peneliti meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka studi atau penelitinya disebut dengan populasi studi atau studi sensus” (Arikunto, 2010:108). Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini yang diteliti adalah keseluruhan siswa kelas V SDN 4 Tonja, sehingga penelitian ini menggunakan populasi studi. Anggota populasi dalam penelitian ini sebanyak dua kelas dengan jumlah keseluruhan siswa adalah 93 orang siswa yang terdiri dari 47 orang siswa laki-laki dan 46 orang siswa perempuan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2012:118). Pemilihan sampel ini tidak dilakukan dengan cara pengacakan secara individu, karenanya peneliti tidak dapat mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Dalam menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan teknik random sampling. Menurut Arikunto (2010: 95) “ Sampling acak (random sampling) digunakan oleh peneliti apabila populasi dari mana sampel diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri”. Terkait hal tersebut sampling acak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sampling acak kelas yang dilakukan dengan cara melakukan pengundian terhadap dua kelompok, dengan cara membuat sebuah gulungan kertas dan gulungan yang paling
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 pertama jatuh merupakan kelas eksperimen dan gulungan selanjutnya merupakan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengundian diperoleh hasil kelas VA sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebagai kelompok eksperimen. Setelah dilakukannya pengundian untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen selanjutnya akan dilakukan uji-t kesetaraan untuk mengetahui bahwa sampel benarbenar setara. Data yang dipakai adalah data nilai sumatif siswa pada saat duduk dikelas IV semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Setelah ditentukan kelas penelitian maka diuji kesetaraan kelas. Sebelum uji kesetaraan dilakukan telah didahului dengan uji normalitas dan homogenitas data yang diuji memenuhi syarat penggunaan uji t. setelah dilakukan pengujian uji t didapatkan thit (0,43) < ttab (2,00) sehingga kelas tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau kelas berkatagori setara. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaraan Kooperatif SAVI Berbantuan Media Konkret dan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu (quasy eksperimen), karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat (dikarantina). Dengan desain eksperimen Non Equivalent Kontrol Group Design. Dalam rancangan ini subjek diambil dari populasi, selanjutnya dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui proses radomisasi (secara acak). Kelompok eksperimen diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran kontekstual berbantuan media peta konsep, dan kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. dalam jangka waktu tertentu. Kemudian kedua kelompok diberikan posttest. Sebelum diberikan treatmen atau perlakuan subjek juga diberikan pretest. Pretest diambil dari nilai raport pada semester sebelumnya. Menurut Dantes
(2012:77) “pemberian pretest biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Pretest bertujuan untuk menyetarakan kelas yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut. Rancangan penelitian, digambarkan dalam Gambar 1. O1
X
O2
O3
-
O4
Gambar 1. Rancangan Eksperimen Non Equivalent Kontrol Group (Sugiyono, 2012 : 116) Keterangan: O1 dan O3 pertama = Pretest O2 dan O4 terakhir = Posttest X = Perlakuan (treatment) Penelitian ini menyelidiki pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Adapun tahapan adalah sebagai berikut. 1) Persiapan Eksperimen meliputi: (1) menyusun RPP serta mempersiapkan media dan sumber belajar (alat peraga, lks, silabus dan kurikulum) yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,(2) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPA siswa, (3) mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan wali kelas atau guru mata pelajaran IPA dan dosen pembimbing,(4) mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPS. 2) Pelaksanaan Eksperimen meliputi: (1) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia, (2) dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelompokeksperimen dan kelompok kontrol, (3) melaksanakan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa pendekatan pembelajaran kontekstual berbantuan media peta konsep, (4) memberikan perlakuan kepada kelompok kontrol berupa pembelajaran konvensional, serta diakhiri dengan menganaliisis data temuan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa pada ranah kognitif. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data yang bersifat kuantitaf, data tersebut merupakan data hasil belajar IPA siswa kelas V. Alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA pada penelitian ini adalah “Tes”. Menurut Sudjana (2010:35) “Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan”. Tes yang diberikan adalah tes objektif bentuk soal pilihan ganda biasa. Soal pilihan ganda biasa adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas: 1) Stem adalah pertanyaan/pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan, 2) Option adalah sejumlah pilihan atau alternative jawaban, 3) Kunci adalah jawaban yang benar atau paling tepat, 4) Distractor (pengecoh) adalah jawaban lain selain kunci (Sudjana,2010:48). Dilihat dari jenisnya data ini termasuk data primer, sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk data kuantitatif. Tes objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa ini digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA, tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari oleh siswa selama kegiatan penelitian ini dilaksanakan. Setiap soal disertai dengan empat buah option yang menjadi alternatif pilihan jawaban siswa, yaitu alternatif a, b, c dan d. Setiap soal diberikan skor satu, dengan ketentuan siswa menjawab soal benar, serta skor nol diberikan jika siswa menjawab salah dan tidak menjawab soal. Untuk mendapatkan hasil akhir dari tes yang diberikan, jawaban siswa yang dianggap benar dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor hasil belajar IPA siswa.
Data yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan analisis statistik parametric.Sebelum analisis hipotesis dilakukan didahului dengan menguji normalitas dan homogenitas data sebagai syarat penggunaan statistik parametric pengujian normalitas data digunakan uji analisis Chi-Square dan untuk menguji homogenitas varian kelompok eksperimen dan kontrol digunakan uji F Avley. Hipotesis penelitian diuji menggunakan rumus uji t. dengan rumus Polled Varian. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian quasi exsperimental design dengan rancangan penelitiannya adalah nonequivalen kontrol group design. Analisis data yang digunakan adalah uji-t atau t-test dengan objek yang diteliti adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 4 Tonja. Data pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu (1) hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret dan (2) hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Data kelompok eksperimen adalah data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret. Data tersebut didapatkan melalui kegiatan posttest yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran eksperimen. Berikut ini akan dijelaskan mengenai data hasil belajar IPA kelompok eksperimen yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram frekuensi. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut didapatkan hasil mean, median dan modus yang selanjutnya hasil tersebut digambarkan melalui grafik berdasarkan data yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi, maka diperoleh histogram frekuensi sebagai berikut pada Gambar 2.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 melalui grafik berdasarkan data yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi, maka diperoleh histogram frekuensi sebagai berikut pada Gambar 3
Gambar. 2. Histrogram kelompok eksperimen Data kelompok kontrol adalah data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Data tersebut didapatkan melalui kegiatan posttest yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran eksperimen. Berikut ini akan dijelaskan mengenai data hasil belajar IPA kelompok kontrol yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram frekuensi. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut didapatkan hasil mean, median dan modus yang selanjutnya hasil tersebut digambarkan
Gambar. 3. Histrogram kelompok eksperimen Lebih lanjut, data hasil belajar IPA siswa kelas V pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipaparkan dalam table dibawah ini. Berikut adalah ringkasan hasil pengujian baik kelompok eksperimen dan kontrol dalam Tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Perhitungan Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Rerata Skor Treatment Model Pembelajaran Jumlah siswa tiap kelas Skor Min Maks ( ) Model pembelajaran kooperatif 47 79,60 100 57 SAVI berbantuan media konkret Pembelajaran Konvensional 46 61,91 80 37 Berdasarkan Tabel 1 maka diuji prasyarat untuk bisa menggunakan pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji normalitas data dan homogenitas. Berdasarkan hasil Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat tersebut hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen pada taraf 2 signifikansi 5% dan dk= 5 memiliki X hitung sebesar 3,22 dan X2 tabel =11.07, ini berarti bahwa X2hitung < X2 tabel maka hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, pada hasil belajar IPA siswa dikelompok kontrol pada
taraf signifikansi 5% dan dk = 5 memiliki X2hitung sebesar 3,24 dan X2 tabel = 11.07 ini berarti bahwa X2hitung < X2 tabel maka data hasil belajar IPA kelompok kontrol juga berdistribusi normal. Berdasarkan data hasil belajar IPA terbukti bahwa sebaran data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal. Dan pengujian homogenitas data didapatkan hasil yaitu, Berdasarkan tabel tersebut, dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang (46-1) dan derajat kebebasan untuk penyebut (47-1) diketahui
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Ftabel = 1.65 dan Fhitung hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1.34. Ini berarti , sehingga hasil belajar IPA siswa dikategorikan homogen.
Adapun rekapitulasi hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Tabel Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Pada Taraf Signifikan 5% dan dk = 91 Kelas Penelitian Eksperimen Kontrol
Jumlah siswa (n) 47 46
Varians ( )
Rerata ( )
48,49 61,68
79,60 61,91
Berdasarkan tabel tersebut, dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 91. diperoleh nilai ttabel =2.000 dan nilat thitung sebesar 34,02. Karena nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel (34,02 > 2.000), maka hipotesis nol (H0) ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret dengan kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Pembahasan pada penelitian ini memaparkan hasil belajar IPA siswa pada materi tumbuhan hijau, baik pada kelompok yang dibelajarakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret maupun kelompok yang dibelajarkan melaui pembelajaran konvensional. Kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian sudah diuji kesetaraan kelompoknya. Kelompok eksperimen (kelas VB) dan kelompok kontrol (kelas VA) diuji nilai sumatifnya menggunakan uji-t dan diketahui bahwa kedua sampel telah setara secara akademik. Hal ini menunjukkan sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali kepada kelompok eksperimen dan 6 kali kepada kelompok kontrol, yang dilajutkan dengan pemberian post-test terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
dk
thitung
ttabel
Simpulan
91
34,02
2.000
Ho Ditolak
Secara umum, hasil penelitian ini dapat dideskripsikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari analisis data hasil belajar siswa pada taraf signifikansi 5% dan dk = 91 diperoleh thitung sebesar 34,02 sedangkan ttabel = 2,000 dengan rerata kelompok eksperimen adalah 79,60 dan kelompok kontrol adalah 61,91. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui thitung > ttabel ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarakan mengguanakan model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret. Secara teoretis, model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret merupakan model pembelajaran yang melibatkan keseluruhan panca indera siswa dengan bantuan media nyata sehingga lebih mengkonkretkan pengalaman siswa saat melaksanakan pembelajaran (Meier,2002:91). Model pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk melibatkan panca inderanya pada setiap kegiatan, yang di dalamnya meliputi belajar melalui berbuat dan bergerak, berbicara dan mendengarkan, mengamati dan menggambarkan, serta belajar melalui pemecahan masalah, yang dirangkum dalam empat tahap pelaksanaan yaitu tahap persiapan, penyampaian, pelatiahan dan tahap penampilan hasil. Menempatkan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar untuk saling membatu dan berinteraksi membuat siswa satu sama lainnya dapat
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 berdiskusi dan beragumentasi untuk mengasah khasanah ilmu pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan di dalam memahami sebuah materi pembelajaran. Selain itu, aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih nyaman dan lebih mudah untuk memahami materi, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama dan rasa percaya diri siswa. Melalui kegiatan yang dilakukan siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, daya tahan ingatan siswa lebih lama dengan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Serta model ini merupakan variasi yang cocok dan baik untuk semua gaya belajar. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang lebih ditekankan pada kebebasan dalam keteraturan, artinya guru bebas mendesain pembelajaran tetapi tetap wajib mengikuti alur pembelajaran yang telah ditetapkan dalam PERMENDIKNAS No.41 yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pembelajaran konvensional ini dalam prakteknya kurang menekankan interaksi yang baik yang seimbang antar siswa dan antara siswa dengan gurunya. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan, siswa kurang dilatih untuk mendeskripsikan sendiri pengetahuan yang telah dimilikinya serta siswa kurang dilatih untuk menjadi pemimpin diskusi yang mampu bertanggung jawab. Secara garis besar kegiatan pembelajaran ini meliputi (1) kegiatan pendahuluan yang terdiri dari absensi, appersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (2) kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, (3) kegiatan penutup yang terdiri dari kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Proses apersepsi dan elaborasi juga kurang memberikan aktivitas belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga pembelajaran masih terlihat menegangkan dan kurang menyenangkan sehingga menyebabkan pemahaman dan ingatan siswa terhadap suatu konsep kurang maksimal. Meskipun dalam pembelajaran konvensional digunakan metode selain ceramah, seperti halnya
pratikum dan penggunaan media, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan bukan pada proses pencarian pengetahuan itu sendiri. Berdasarkan landasan teoritik tersebut, model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret mampu memberikan peluang lebih tinggi dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa daripada pembelajaran konvensional. Selanjutnya, jika dilihat dari sudut pandang operasional empiris kedua kelompok belajar dengan difasilitasi lembar kerja siswa (LKS) dan melakukan eksperimen pada materi yang sama yaitu tumbuhan hijau. Perbedaannya terletak pada cara siswa dalam melaksanakan dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. LKS yang diberikan pada pembelajaran konvensional langsung diberikan kepada siswa tanpa dimulai dengan kegiatan menyenangkan dan siswa terfokus pada pengerjaan diskusi kelompok. Pembelajaran seperti ini cenderung membuat siswa merasakan suasana belajar yang monoton dan membosankan sehingga suatu materi atau konsep yang didiskusikan di dalam kelompok kurang mendapatkan perhatian yang baik oleh siswa dan siswa cepat melupakan konsep yang telah didiskusikannya tersebut. Sedangkan, dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret siswa memulai pengenalan konsep-konsep yang akan disajikan dalam materi IPA melalui pengamatan dan pencarian informasi oleh siswa dan melalui LKS yang diberikan siswa dapat lebih menggali dan memahami konsep-konsep IPA itu sendiri. Dengan suasana belajar seperti ini, siswa akan lebih cepat memahami suatu konsep IPA dan ingatan siswa terhadap konsep tersebut akan lebih tahan lama, dengan demikian hasil belajar IPA siswa akan lebih maksimal. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka terbukti secara teoritis dan empiris bahwa model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret lebih unggul daripada pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil belajar IPA secara maksimal. Beberapa kendala yang ditemui selama pembelajaran dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh model
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 4 Tonja adalah sebagai berikut. Pertama, siswa belum mampu menyesuaikan diri dengan model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret serta siswa belum bisa bereksplorasi secara maksimal dan mandiri untuk memecahkan suatu persoalan yang diberikan. Kedua, jarang melakukan percobaan. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menentukan prosedur-prosedur kerja sehingga menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan permasalahan dengan metode pratikum. Selain itu, fasilitas untuk melakukan percobaan kurang memadai sehingga kegiatan percobaan yang dilakukan kurang maksimal. Berbagai temuan dan kendala dalam penelitian ini memiliki implikasi, diantaranya mengelompokkan siswa di dalam pembelajaran perlu dilakukan karena dapat melatih siswa berpartisifasi aktif dalam memecahkan suatu permasalahan. Pemberian tugas sebelum pembelajaran terkait dengan materi yang akan dibahas di kelas perlu dilakukan untuk melatih siswa agar terbiasa dalam mempersiapkan diri sebelum pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk memaksimalkan hasil belajar IPA, karena siswa dapat mengoptimalkan penggunaan kelima panca inderanya saat melangsungkan pembelajaran yang lebih bermakna dan siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses aktif dalam pembelajaran berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. PENUTUP Berdasarkan paparan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan sebuah simpulan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional siswa kelas V SDN 4 Tonja Tahun Ajaran 2013/1014. Hal ini dapat dilihat berdasarkan taraf signifikansi 5% dan dk = 91 diperoleh hasil (thitung = 34,02 > ttabel = 2,000). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata untuk kelompok eksperimen atau kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret adalah 79,60 dan kelompok kontrol atau kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional adalah 61,71. Dengan demikian, dapat dikatakan model pembelajaran kooperatif somatis, auditori, visual, intelektual berbantuan media konkret berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 4 Tonja. Berdasarkan simpulan di atas maka saran yang dapat diberikan yaitu: 1) Bagi Sekolah Sekolah hendaknya selalu mendukung pembelajaran dengan penyediaan fasilitas yang lengkap dan tenaga pendidik yang professional sehingga pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan sarana dan prasarana yang memadai serta didukung peran guru yang berkualitas, hal ini dapat menunjang kualitas dan mutu pendidikan bagi siswa sehingga mencapai hasil yang optimal. 2) Bagi guru diharapkan Dalam upaya memperoleh hasil belajar yang maksimal khususnya pada mata pelajaran IPA dengan materi ajar tumbuhan hijau, disarankan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif SAVI berbantuan media konkret untuk menunjang keberhasilan dan keterlibatan siswa secara aktif di dalam pembelajaran. 3) Kepada Peneliti Lain, Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada pokok bahasan tumbuhan hijau, sehingga disarankan untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang beragam.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. -------, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Corner. 2011. “Karakteristik Siswa Media dan Metode Pembelajaran Di SD”. Tersedia pada http: //baliteacher. Blogspot. Com/2011/02/ karakteristik-siswa-media-danmetode. html. (diakses tanggal 31 januari 2013). Dantes, 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset. Isjoni, H. 2012. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011. Taksonomi Berfikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Meier,
Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbooks. Bandung: Kaifa.
Rusman. 2010. Pembelajaran: Profesionalisme Rajawali Pers.
Model-model Mengembangkan Guru. Bandung:
Samatowa,Usman. 2011. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: PT Indeks. Sudiasih, Ni Komang. 2011. Implementasi Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD N 1 Busung Biu Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD Singaraja:UNDIKSHA. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryati, I Gusti Ayu. 2011. Pengaruh Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V Semester I SD No. 1 Banjar Tegal Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD Singaraja:UNDIKSHA. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo:Masmedia Buana Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed. 3. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Wisiani, Kadek. 2011. Penerapan Pendekatan Savi Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Pada Siswa Kelas V Semester I Sd No. 1 Beratan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD Singaraja :UNDIKSHA.