PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANG TUA TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
AKHMAD RIYADI NIM: 31 03 022
F A K U L T A S T A R B I Y A H INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2007
ABSTRAK Akhmad Riyadi (NIM. 3103022). Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang tua terhadap Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1). Tingkat keteladanan Akhlak Orang tua yang mempunyai anak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak; 2). Tingkat akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak; dan 3) Adakah Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang tua (X) terhadap Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun (Y) di Desa Purwosari Sayung Demak. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik korelasional. Subyek penelitian sebanyak 80 responden untuk variabel X, dan 80 responden untuk variabel Y, yaitu 15% dari populasi 536 anak remaja. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Stratified random Sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket tertutup, untuk menjaring data X dan data Y. Sedangkan Observasi dan interviu digunakan untuk mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh melalui angket. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipótesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa: korelasi antara keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak, adalah signifikan, hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,798 > r tabel pada taraf signifikansi 0,01 dan 0,05. Dari hasil uji t juga menunjukkan bahwa Thitung=11,69 > ttabel (0,01)=2,638 dan ttabel (0,05)=1,990, ini berarti signifikan, dan koefisien determinasinya r 2 = 0,6368. Hal ini menunjukkan bahwa 63,68 % nilai akhlak remaja usia 12-15 tahun ditentukan oleh keteladanan akhlak orang tua, melalui fungsi taksiran persamaan garis regresi: Y = 0,748X + 18,575. Pengujian hipótesis penelitian menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak, hal ini ditunjukkan oleh Freg = 137,486 > F tabel (0,01)=7,08 dan Ftabel (0,05)=4,00. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para orang tua dan seluruh penduduk desa tempat lokasi penelitian, para perangkat Desa Purwosari Sayung Demak, juga para pendidik umumnya, terutama dalam usaha untuk memberikan contoh dan keteladanan yang baik bagi pembinaan dan pembentukan akhlak anak- anaknya.
xi
Drs. Ikhrom, M.Ag. Tugurejo Rt. 02/03 No. 38 Tugu Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. Akhmad Riyadi Assalamu’alaikum Wr.Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara: Nama :
Akhmad Riyadi
NIM
3103022
:
Judul :
PENGARUH
KETELADANAN
AKHLAK
ORANG TUA TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Semarang, 28 Desember 2007 Pembimbing,
Drs. Ikhrom, M.Ag NIP. 150 268 786 xi
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. DR. Hamka Km. 1 (Kampus II), Telp/Fax. 024 7601295, 7615387
PENGESAHAN Skripsi Saudara : Akhmad Riyadi Nomor Induk
:
3103022
Judul
:
PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANG TUA TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK
telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 22 Januari 2008. Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun akademik 2007/2008. Ketua Sidang/Dekan,
Semarang, 22 Januari 2008 Sekretaris Sidang,
(Drs. Ikhrom, M.Ag)
(Mufidah, M.Pd)
Penguji I,
Penguji II,
(Drs. Ahmad Sudja’i, M.Ag)
(Fakhrur rozi, M.Ag) Pembimbing,
( Drs. Ikhrom, M.Ag ) NIP: 150 268 786
xi
MOTTO
ﷲ َ ﺍ ﺍﺟﻮ ﺮ ـﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ـﺔﹲ ِ ﹶﳌ َ ﻨﺣﺴ ﻮﺓﹲ ﺳ ﷲ ﹸﺃ ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺭﺳ ﻰ ﻢ ِﻓ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻟﹶـ ﹶﻘ (21: )ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ.ﺍـﺮ ْ ﷲ ﹶﻛﺜِﻴ َ ﺍﻭ ﹶﺫ ﹶﻛﺮ ﺮ ﻡ ﺍﹾﻷ ِﺧ ﻮ ـ َ ﺍﻟﹾﻴﻭ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.*
.(4 : ) ﺍﻟﻘﻠﻢ. ﻭﺍﻧﻚ ﻟﻌﻠﻰ ﺧﻠﻖ ﻋﻈﻴـﻢ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. AlQalam, 68:4).2
*
Kementerian Urusan Agama Islam Arab Saudi, Al-Quran dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma’ al Malik Fahd li Thiba’at al Mushaf asy Syarief, 1418 H), hlm. 670. 2 Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Arab Saudi, op. cit., hlm. 960.
xi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: •
Bapak dan Mamak tercinta, terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan atas doa dan kasih sayang Beliau.
•
Kakak dan adikku, terima kasih atas dorongan dan doa kalian semua.
•
Dik Afi, terima kasih atas segala motivasi dan kebaikanmu.
•
Almamater IAIN Walisongo Semarang.
xi
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan,
Semarang, 28 Desember 2007 Deklarator,
Akhmad Riyadi NIM. 3103022
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt, karena hanya dengan berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANG TUA TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata 1 Ilmu Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Skripsi ini selesai berkat bimbingan dari Ikhrom, M.Ag. Begitu banyak waktu, tenaga, dan pikiran yang dikorbankan untuk membimbing saya dengan sabar dan tulus serta ikhlas. Rasanya tiada kata yang saya ucapkan kepada Beliau, kecuali terima kasih yang sebesar-besarnya, teriring do’a jazakumullah ahsanal jaza’, jaza’an katsiira. Dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan yang bersifat moral maupun spiritual, secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada: 1. Prof. DR. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. Ikhrom, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. 3. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 4. Akhmadi selaku Lurah Desa Purwosari Sayung Demak dan seluruh perangkat desa yang telah berkenan memberi kesempatan dan bantuan sehingga penelitian dapat berjalan lancar. 5. Bapak, Mamak, kakakku dan adikku atas dorongan semangat, bimbingan, doa dan kasih sayangnya.
xi
6. Dik Afi, Iful, serta rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2003 atas motivasinya kepada penulis selama pembuatan skripsi. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah Swt membalas segala budi baik mereka dengan pahala yang lebih besar dari yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Semarang, 28 Desember 2007 Penulis
Akhmad Riyadi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
ABSTRAK PENELITIAN.........................................................................
ii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
vi
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
DAFTAR ISI..............................................................................................
x
DAFTAR TABEL......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xiv
BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah.....................................................
1
B.
Identifikasi Masalah ...........................................................
4
C.
Pembatasan Masalah ..........................................................
5
D.
Perumusan Masalah ...........................................................
7
E.
Manfaat Penelitian .............................................................
8
BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS...........
9
A.
Deskripsi Teori...................................................................
9
1. Keteladanan Akhlak Orang Tua...................................
9
a. Pengertian Keteladanan Akhlak.............................
9
b. Dasar Keteladanan Akhlak.....................................
10
c. Bentuk-bentuk Keteladanan Akhlak ......................
13
d. Aspek-aspek Keteladanan Akhlak .........................
14
2. Akhlak Remaja usia 12-15 Tahun................................
15
a. Pengertian Akhlak..................................................
15
xi
b. Dasar dan Tujuan Akhlak.......................................
20
c. Ruang Lingkup Akhlak ..........................................
22
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak ...........
25
3. Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang Tua terhadap Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun ...............
26
B.
Kajian Penelitian Yang Relevan ........................................
29
C.
Pengajuan Hipotesis ...........................................................
30
BAB III : METODE PENELITIAN..........................................................
31
A.
Tujuan Penelitian ...............................................................
31
B.
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................
31
C.
Variabel Penelitian .............................................................
31
D.
Metode Penelitian ..............................................................
33
E.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel. ........
33
F.
Metode Pengumpulan Data ................................................
34
G.
Teknik Analisis Data..........................................................
36
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................
39
A.
Deskripsi Data Hasil Penelitian .........................................
39
1. Data tentang Keteladanan Akhlak Orang Tua .............
39
2. Data tentang Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun..........
45
B.
Pengujian Hipotesis............................................................
50
C.
Pembahasan Hasil Penelitian .............................................
57
D.
Keterbatasan Penelitian......................................................
59
BAB V: SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP.....................................
61
A.
Simpulan ...........................................................................
61
B.
Saran-saran.........................................................................
61
C.
Penutup ..............................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia ......................
34
Tabel 3.2
Rumus Analisis Regresi .......................................................
38
Tabel 4.1
Data Hasil Angket Keteladanan Akhlak Orang Tua ............
39
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Keteladanan Akhlak orang Tua (X)....
43
Tabel 4.3
Interval Nilai & Kualifikasi Keteladanan Akhlak Orangtua
44
Tabel 4.4
Data Hasil Angket Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun ........
45
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun......
48
Tabel 4.6
Interval Nilai & Kualifikasi Akhlak Remaja Usia 12-15 th.
50
Tabel 4.7
Tabel Kerja Koefisien Korelasi Variabel X dan Y...............
51
Tabel 4.8
Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r Tabel...............
54
Tabel 4.9
Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor ...............................
55
Tabel 4.10
Uji Signifikansi Freg dengan F tabel...................................
57
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Histogram Keteladanan Akhlak Orang Tua ............... 43
Gambar 4.2
Histogram Akhlak Remaja Usia 12-15 tahun ............. 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kisi-kisi Instrumen Angket 2. Angket Keteladanan Akhlak Orang Tua 3. Angket Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun 4. Check List Tentang Keteladanan Akhlak Orang tua 5. Check List Tentang akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun 6. Hasil uji SPSS di Lab. Matematika Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo. 7. Surat Keterangan Penelitian dari Lurah Desa Purwosari Sayung Demak. 8. Surat izin Riset dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 9. Surat Penunjukan Pembimbing 10. Riwayat Penulis
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keluarga seringkali dijumpai seorang ayah berbohong kepada ibu, atau sebaliknya, atau keduanya berbohong kepada tetangga dan hal ini diketahui oleh anaknya. Namun pada waktu yang lain mereka menganjurkan anaknya untuk selalu berbuat jujur. Peristiwa ini akan membuat anak berkesimpulan bahwa tidak ada orang yang tidak berdusta. Demikian juga apabila orang tua mencuri, maka anak pun berkesimpulan bahwa tidak ada orang yang tidak mencuri.1 Sehingga anakpun kemudian meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal diatas menunjukkan bahwa bahasa tindakan lebih efektif dampaknya dari pada bahasa lisan, sehingga dalam pendidikan Islam dikenal sebuah ungkapan yang berbunyi; Lisanul hal afshah min lisan al-maqal. Ungkapan diatas bermakna bahwa keteladanan itu lebih efektif daripada nasihat-nasihat yang diberikan tanpa diimbangi oleh contoh-contoh konkret.2 Sering pula dijumpai orang tua yang mempercayakan pendidikan agama anaknya di sekolah saja. Tindakan orang tua seperti itu memang benar. Tapi ternyata itu belum mencukupi. Di sekolah pengajaran itu lebih banyak bersifat kognitif saja, berupa penyampaian pengetahuan. Adapun akhlak berhubungan dengan tingkah laku, maka harus ditanamkan sejak kecil kepada anak oleh orang tuanya sendiri. Caranya melalui keteladanan dan pembiasaan sejak kecil. Keteladanan (Modelling) dalam pendidikan merupakan metode paling efektif diantara metode-metode yang ada dalam membentuk perilaku moral (akhlak), spiritual dan sosial anak. Oleh karena itulah Nabi Muhammad Saw berhasil dalam menyebarkan agama Islam karena dalam segala kehidupannya,
beliau
selalu
mengedepankan
1
keteladanan
sebelum
Khatib Ahmad Santhut, “Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim”, Terjemah Ibnu Burdah, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), cet. I, hlm. 34-35. 2 Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005), cet.I, hlm. 160.
1
2 menterjemahkannya sendiri dalam ungkapan verbal (kata-kata).3 Sehingga dapat dikatakan keteladanan adalah inti dari metode pendidikan Nabi Muhammad Saw. Keteladanan Nabi Muhammad Saw bukan keteladanan yang absurd dan mustahil dicontoh oleh manusia umumnya. Ketika Nabi Muhammad Saw berinteraksi dengan Allah sang Khaliq, dengan sesama manusia dan dengan lingkungan, semuanya terdapat keteladanan yang dapat dijadikan sebagai bahan inspirasi moral bagi seseorang untuk melakukan hal yang sama. Interaksi edukatif yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw ini selanjutnya dapat dirumuskan dengan: akhlak manusia terhadap Allah, akhlak manusia dengan dirinya sendiri, akhlak manusia dengan manusia lainnya, dan akhlak manusia dengan lingkungan.4 Inti dari pendidikan Islam adalah penanaman akhlak mulia pada anak, sebagaimana keterangan Musthafa al-Ghulayaini dalam kitab ‘Idhah anNasyi‘in:
. ﺎﺷﺌـﲔﺍﻟﺘـﺮﺑﻴـﺔ ﻫﻲ ﻏﺮﺱ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﺍﻟﻔﺎﺿﻠـﺔ ﰲ ﻧﻔﻮﺱ ﺍﻟﻨ Pendidikan adalah penanaman akhlak mulia kedalam jiwa anak.5 Oleh karena itu pendidikan dalam keluarga memiliki peranan penting dalam usaha pembentukan akhlak mulia pada anak. Dalam keluarga pendidikan akhlak akan didapatkan anak sejak kecil dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Meskipun anak ketika dilahirkan telah membawa fitrah beragama, namun ia masih membutuhkan bimbingan orang lain untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan.6 Pendidikan anak oleh orang tua ini dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Hal ini 3
Ibid. Ibid, hlm.163. 5 Musthofa al-Ghulayaini, ‘Idhah an-Nasyi‘in, (Surabaya: Dar al-Ilmu, t.th.), hlm. 189. 6 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 47. 4
3 merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir.7 Juga karena pada masa perkembangannya, meniru kebiasaan orang tua adalah suatu hal yang sering anak lakukan.8 Kecenderungan anak untuk meniru ini dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah anak belajar melalui imitasi. Dasarnya adalah secara psikologis anak suka meniru dan membutuhkan tokoh teladan dalam hidupnya.9 Disinilah pentingnya peran orang tua sebagai model atau top figur bagi anak-anaknya. Tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak hendaklah terusmenerus dilakukan, hingga anak tersebut benar-benar matang pribadinya dan mencapai kedewasaan. Namun saat anak masih dalam usia remaja awal (12-15 tahun), biasanya anak akan mengalami masa kegoncangan. Fase remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa, masa pencarian identitas diri sehingga ia akan mudah sekali dipengaruhi.10 Disamping itu, tantangan zaman yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta makin luasnya pergaulan anak-anak ditengah masyarakat seiring dengan usia mereka yang mulai memasuki fase remaja, akan semakin memberatkan usaha orang tua untuk senantiasa memberikan keteladanan akhlak yang baik kepada anak-anaknya. Hal ini dikarenakan mereka dihadapkan pada figur lain selain orang tuanya, yang tidak semuanya berupa hal-hal yang baik, tapi bisa juga hal-hal yang buruk, misalnya: teman bergaul yang tidak baik dan media cetak dan elektronik yang buruk, seperti: perkelahian, perjudian, gambar-gambar porno, dan sebagainya. Mendidik anak agar tidak terpengaruh akhlak tercela di tengah masyarakat, dan mampu membedakan bahwa itu adalah akhlak tercela sehingga menjauhinya, adalah sebuah tugas yang tidak mudah. 7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2004), cet.IV. hlm. 25. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 25. 9 Lift Anis Ma’shumah, “Pembinaan Kesadaran Beragama”, dalam Ismail SM (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 226. 10 Endang Purwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Press, 2002), cet. II, hlm. 106.
4 Memberikan pendidikan agama dengan cara meneladankan kepada anak sejak kecil, serta selalu konsisten dalam memberikannya, akan menjadikan iman dan akhlak anak tetap kokoh, sehingga ia akan mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk dalam menghadapi zaman global ini.11 Dengan timbulnya pertanyaan apakah keteladanan akhlak orang tua tetap berpengaruh terhadap akhlak anaknya yang mulai memasuki masa remaja, yaitu pada masa transisi ini pribadi anak labil dan mudah terpengaruh, membuat peneliti tertarik untuk meneliti, mengkaji dan menulisnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANG TUA TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Keteladanan akhlak orang tua merupakan contoh akhlak yang baik dari orang tua di desa Purwosari Sayung Demak yang patut ditiru oleh anaknya. Merupakan keinginan dan harapan setiap orang tua, bahwa mereka mempunyai anak yang berakhlak mulia. Namun terkadang mereka tidak memulai dari dirinya untuk senantiasa memberikan keteladanan. Padahal mempunyai figur teladan merupakan kebutuhan manusia sehingga kemudian cenderung untuk menirunya. Termasuk juga anak yang cenderung untuk meniru orang tuanya. 2. Akhlak remaja usia 12-15 tahun adalah akhlak anak yang memasuki masa transisi dari kanak-kanak menuju kedewasaan, lingkungan pergaulan yang semakin luas, serta kemampuan bahasa yang juga semakin luas. Mereka mulai menyukai lingkungan group mereka, daripada lingkungan keluarga, yaitu orang tua. Disinilah adanya kekhawatiran bahwa pengaruh lingkungan akan lebih besar dari pada pengaruh keteladanan orang tua.
11
Ahmad Tafsir, “Pentingnya Pendidikan Agama dalam Keluarga”, dalam Ahmad tafsir (ed), Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. III, hlm. 9.
5 3. Akhlak remaja usia 12-15 tahun tidak lagi hanya dipengaruhi oleh keteladanan akhlak orang tua mereka saja, tetapi juga oleh faktor lain, seperti, lingkungan pergaulan. Orang tua yang merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya menjadi semakin kecil perannya sebagai model dan top figur. Disinilah bahwa orang tua harus konsisten dalam memberikan keteladanan akhlak, sehingga tetap berpengaruh terhadap anak mereka. C. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan menghindari adanya kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul diatas, maka terlebih dahulu penulis menjelaskan beberapa istilah dalam judul tersebut, sebagai batasan istilah-istilah yang diperlukan. Adapun istilah-istilah tersebut adalah: 1. Pengaruh Pengaruh berarti “daya yang ada/timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan/perbuatan seseorang”.12 Jadi, yang dimaksud pengaruh di sini adalah daya/kekuatan yang timbul dari keteladanan akhlak orang tua dalam membentuk akhlak seorang anak. 2. Keteladanan Akhlak Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang berarti: “perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru dan dicontoh”.13 Sedangkan dalam bahasa arab keteladanan ini diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah yang artinya anutan.14 Dalam al-Quran kata uswah selalu dihubungkan dengan kata hasanah, yang artinya baik, sehingga keteladanan yang penulis maksudkan disini adalah sikap atau perbuatan dari orangtua yang baik yang patut dijadikan contoh sehingga patut ditiru oleh anak-anaknya.
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi Ketiga, Cet. 3, hlm. 849. 13 Ibid, hlm. 1025. 14 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. 8, hlm. 42.
6 Kata akhlak, secara etimologi berasal dari bahasa Arab akhlaaq, jama’ dari khuluqun yang berarti “perangai, tabiat, adat, dan sebagainya.15 Sedangkan secara terminologi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.16 Dari pengertian akhlak diatas dapat dipahami bahwa istilah akhlak itu bersifat netral, belum menunjuk kepada baik dan buruk. Namun demikian
apabila istilah akhlak itu disebut tersendiri, tidak dirangkai
dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Akhlak disini adalah sifat yang tersimpan dalam jiwa yang menimbulkan suatu perbuatan atau perilaku yang mencerminkan akhlak itu sendiri, sehingga dapat diukur seberapa tingkat keteladanan akhlak itu sendiri melalui perilaku yang ditimbulkan. Dari uraian diatas yang dimaksud oleh penulis dengan keteladanan akhlak disini adalah keteladanan akhlak yang mulia, yaitu contoh akhlak mulia yang patut diteladani dari orang tua, baik akhlak terhadap Allah, terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, dan terhadap lingkungan. 3. Orang Tua Orang tua artinya 1. Ayah dan Ibu, 2. (orang tua) Orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang-orang yang dihormati (disegani di kampung).17 Atau, orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga/rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut bapak ibu.18 Jadi, orang tua yang dimaksud di sini adalah orang yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap anak dan dalam kehidupan sehari-hari biasa dipanggil dengan sebutan ayah atau ibu.
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa., op. cit., hlm. 19. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, (Beirut Libanon: Dar al-Kutub. Al-Ilmiyah, t.t), jilid.III, hlm. 58 17 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, et. al., op. cit., hlm. 802. 18 Thamrin Nasution dan Nurhalizah Nasution, Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), hlm. 1. 16
7 4. Remaja Usia 12-15 Tahun Remaja adalah masa anak telah memasuki masa perkembangan dari sikap tergantung (dependence) terhadap orang tuanya, menuju kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap estetika dan isu-isu moral.19 Masa ini merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju kehidupan orang dewasa, pertumbuhan fisik yang menyerupai manusia dewasa belum tentu diikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya.20 Menurut Konopka, sebagaimana dikutip Syamsu Yusuf, masa remaja terbagi menjadi beberapa fase, meliputi (a). Remaja awal: 12-15 tahun; (b). Remaja madya: 15-18 tahun; (c). remaja akhir: 18-22 tahun.21 Remaja yang penulis teliti adalah remaja awal, yaitu remaja usia 12-15 tahun, dengan asumsi bahwa pada masa ini pengaruh lingkungan selain keluarga sudah mulai dikenal remaja, disamping masih adanya pengaruh orang tua sejak kecil, sehingga menarik untuk diteliti. Objek penelitian ini adalah tentang akhlak remaja usia 12-15 tahun, yaitu akhlak remaja usia 12-15 tahun yang diduga mendapatkan pengaruh dari keteladanan akhlak orang tuanya di Desa Purwosari Sayung Demak. D. Perumusan Masalah Sesuai dengan judul yang diangkat, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimanakah keteladanan akhlak orang tua di Desa Purwosari Sayung Demak? 2. Bagaimanakah akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak? 3. Adakah pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12- 15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak?.
19
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), cet.V, hlm. 184. 20 Endang Purwanti dan Nur Widodo, op. cit., hlm. 106. 21 Syamsu Yusuf LN, op.cit., hlm. 184.
8 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagai wacana dan khasanah keilmuan dalam cara mendidik anak dan sebagai bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Secara praktisnya bila dari penelitian ini didapatkan hasil positif, yakni adanya pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja, maka penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi orang tua dalam mendidik anak dengan senantiasa memberikan keteladanan akhlak dan juga sebagai bahan
bagi remaja agar lebih meningkatkan akhlak mulia dan mampu
memilih keteladanan yang patut untuk ditiru.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Keteladanan Akhlak Orang Tua a. Pengertian Keteladanan Akhlak Orang Tua Keteladanan berasal dari kata dasar “teladan’ yang berarti perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh. 1 Sehingga keteladanan berarti hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Dalam bahasa Arab keteladanan diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, sebagaimana dikutip Thomas Patrik Hughes dalam bukunya Dictionary of Islam, uswah diartikan an example, “ is condition in which a man is in respect of another’s imitating him”.2 Artinya teladan adalah suatu keadaan seseorang dihormati oleh orang lain yang meneladaninya. Pengertian alAshfahani ini terkesan lebih luas karena keadaan ini bisa dalam hal kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan.3 Kata uswah terdapat dalam Al-Qur‘an dengan diberi sifat dibelakangnya dengan sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang berarti teladan yang baik.4 Menurut Kartini Kartono, keteladanan sama dengan modeling, yaitu bentuk pembelajaran seseorang bagaimana melakukan suatu tindakan dengan memperhatikan dan meniru sikap serta tingkah laku orang lain.5 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari 1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1995), Edisi ke II, cet.4, hlm. 1025. 2 Thomas Patrik Hughes, Dictionary of Islam, (New Delhi, Cosmo Publication, 1982), hlm. 657. 3 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 117 4 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 95. 5 Kartini Kartono, Kamus Psikologi, (Bandung: Satelit, 1987), hlm.285.
9
10
seseorang. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai metode pendidikan, yaitu keteladanan yang baik yang sesuai dengan pengertian uswah dalam ayatayat al-Qur‘an. Keteladanan dalam penelitian ini adalah keteladanan akhlak orang tua, sehingga pengertiannya adalah akhlak-akhlak yang baik, yang dapat ditiru, diikuti atau dicontoh dari orang tua. Adapun untuk pengertian akhlak akan dijelaskan tersendiri pada bagian akhlak. b. Dasar Keteladanan Akhlak Metode atau cara yang paling efektif dalam menanamkan prinsipprinsip ajaran dan nilai-nilai akhlak pada anak adalah dengan memberikan contoh. Sebagaimana yang diungkapkan Abdullah Ulwan sebagai berikut:
ﺍﻟﻘﺪﻭﺓ ﰱ ﺍﻟﺘـﺮﺑﻴـﺔ ﻫﻰ ﻣﻦ ﺍﳒﻊ ﺍﻟﻮﺳﺎﺋـﻞ ﺍﳌﺆﺛﹼـﺮﺓ ﰱ ﺇﻋـﺪﺍﺩ ﺍﻟﻮﻟـﺪ 6 .ﺎ ﻭﺍﺟﺘﻤﺎﻋﻴـّﺎﺧﻠﻘﻴـّﺎ ﻭﺗﻜﻮﻳﻨـﻪ ﻧﻔﺴـﻴ Keteladanan dalam pendidikan adalah suatu metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, individu dan sosial. Apabila kita mencermati sistem pendidikan Nabi Muhammad Saw, maka keteladanan merupakan metode yang paling mendominasi metode lainnya, terutama dalam bidang akhlak.7 Beliau selalu lebih dulu mempraktekkan semua ajaran dari Allah, sebelum menyampaikannya kepada umat. Keteladanan sebagai salah satu metode pendidikan didasarkan pada dua sumber, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Dalam al-Qur’an keteladanan diistilahkan dengan kata uswah hasanah, sebagaimana dalam surat al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:
6
633.
7
Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Aulad fi al-Islam, Juz. II, (Beirut: Dar as-Salam, 1893), hlm.
Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005), hlm. 153.
11
ﷲ َ ﺍ ﺍﺟﻮ ﺮ ـﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ـ ﹲﺔ ِ ﹶﳌ َ ﻨﺣﺴ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﷲ ﹸﺃ ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺭﺳ ﻰ ﻢ ِﻓ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻟﹶـ ﹶﻘ (21: )ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ.ﺍـﺮ ْ ﷲ ﹶﻛﺜِﻴ َ ﺍﻭ ﹶﺫ ﹶﻛﺮ ﺮ ﻡ ﺍﹾﻷ ِﺧ ﻮ ـ َ ﺍﻟﹾﻴﻭ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.8 Selanjutnya, setiap aktifitas yang dilakukan orang tua dalam bentuk perilaku sehari-hari, pada hakekatnya merupakan suri teladan. Hal ini disebabkan anak selalu mengamati, merekam kemudian meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Kebutuhan akan keteladanan dapat dipahami dari keterangan Abdurrahman an-Nahlawi bahwa manusia secara fitrah senantiasa mencari figur teladan yang akan dijadikan pedoman dan panutan dalam hidupnya. Oleh karena itulah Allah mengutus Nabi Muhammad Saw agar menjadi uswatun hasanah bagi seluruh manusia.9 Dalam
perspektif
psikologi,
bahwasanya
anak
dalam
perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.10 Hal ini karena secara insting manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk mencontoh atau mengikuti orang lain, terlebih lagi mereka yang dianggap sebagai figur atau panutan. Abdurrahman an-Nahlawi juga mengakui adanya insting beridentifikasi dalam jiwa manusia, ia mengatakan: Kebutuhan manusia terhadap teladan lahir dari gharizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa manusia, yaitu taqlid (peniruan). Gharizah dimaksud adalah hasrat yang mendorong anak, orang
8 Kementerian Urusan Agama Islam Arab Saudi, Al Quran dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma’ al Malik Fahd li Thiba’at al Mushaf asy Syarief, 1418 H), hlm.670 9 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha”, Terjemah Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hlm. 364. 10 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet.VII, hlm. 29.
12
yang lemah, dan orang yang dipimpin untuk meniru perilaku orang dewasa, orang kuat dan pemimpin.11 Mengenai identifikasi, Hiram E. Fitzgerald dan Ellen Strommen mengartikannya sebagai berikut: “Identification refers to a child’s internalization or incorporation of behaviors, attitudes, or other attributes of a model into his own personality”.12 Identifikasi memiliki arti internalisasi atau penyatuan perilaku, sikap, atau sifat-sifat yang lain dari seorang panutan kedalam kepribadian seorang anak. Dengan tidak disadari, anak mengambil sikap-sikap, watak, norma, nilai dan sifat-sifat yang lain dari tokoh identifikasinya. Proses ini dimulai sejak anak masih kecil, bahkan sejak anak lahir kedunia. Pada masa remaja pun proses identifikasi tetap berlangsung. Pada masa ini remaja mengalami proses identity formation (pembentukan identitas/jati diri) yang merupakan perkembangan utama bagi remaja. Dalam proses ini remaja sedang mencari manusia model yang dijadikan identitasnya.13 Pada mulanya remaja hanya merindukan sesuatu yang dianggap bernilai dan pantas dipuja, walaupun sesuatu itu belum mempunyai bentuk tertentu. Kemudian objek pemujaan itu menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi
yang
dipandang
mendukung
nilai-nilai
tertentu
(personifikasi nilai-nilai). Dengan demikian, sebaiknya orang tua menjadi pribadi-pribadi yang mampu memberi keteladanan akhlak. Sebab, keteladanan akhlak terutama dari orangtua akan menimbulkan gejala identifikasi positif yang sangat diperlukan dalam perkembangan anak mereka.
11
Abdurrahman an-Nahlawi, op.cit., hlm.367-368. Hiram E. Fitzgerald dan Ellen Strommen, Programmed Learning Aid For Developmental Psychology, (USA: Learning Systems company, 1972), hlm.91. 13 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet.I, hlm. 72. 12
13
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi proses peniruan atau taqlid ada beberapa tahap, yaitu: Pertama, keinginan untuk meniru dan mencontoh. Anak terdorong oleh keinginan halus yang tidak dirasakannya untuk meniru orang yang dikaguminya tanpa disengaja. Peniruan tidak disengaja ini tidak hanya mengarah pada perilaku yang baik saja, tetapi kadang-kadang merambah kepada tingkah laku yang tidak terpuji. Seseorang yang terpengaruh, secara tidak disadari akan menyerap kepribadian orang yang mempengaruhinya, baik sebagian atau keseluruhan. Kedua, kesiapan untuk meniru. Setiap tahapan mempunyai kesiapan dan potensi tertentu. Oleh karenanya Islam tidak memberikan perintah sholat pada anak yang usianya belum mencapai 7 tahun. Ketiga, Tujuan. Setiap peniruan mempunyai tujuan yang kadang diketahui oleh peniru dan kadang tidak. Peniruan biasanya berlangsung dengan harapan akan memperoleh sesuatu seperti yang dimiliki oleh orang yang dikaguminya. Apabila peniruan ini disadari, dan disadari pula tujuannya, maka peniruan ini tidak lagi disebut taqlid, tetapi merupakan kegiatan yang disertai dengan pertimbangan yang disebut ittiba’.14 Keempat, melakukan. Ketika anak memasuki tahap melakukan, ia akan mulai membiasakannya, sehingga lama kelamaan, sesuatu itu akan menjadi pribadinya. Apa yang dilakukannya bisa benar-benar serupa dengan apa yang ditirunya, namun juga bisa sebagian saja. c. Bentuk-bentuk Keteladanan Akhlak. Bentuk-bentuk keteladanan akhlak ada dua, yaitu:15 1). Keteladanan akhlak yang disengaja Ialah keteladanan yang memang disertai penjelasan atau perintah agar meneladani, atau bentuk peneladanan yang memang 14
Abdurrahman an-Nahlawi, op.cit., hlm. 368-371. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 143-144. 15
14
diupayakan secara sengaja, seperti seorang bapak yang mengajak serta anaknya melaksanakan sholat berjamaah di Masjid, dan seorang imam yang membaguskan shalatnya untuk mengerjakan sholat yang sempurna. Dalam hal ini Rasulullah Saw telah memberikan teladan langsung kepada para sahabat sehingga mereka telah banyak mempelajari masalah keagamaan dengan mengikuti teladan yang sengaja diberikan Rasulullah Saw. 2). Keteladanan akhlak yang tidak disengaja Ialah keteladanan yang terjadi secara langsung dengan memperhatikan pribadi sosok yang diikuti, baik dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat dan keikhlasan. Pengaruh keteladanan ini terjadi secara spontan dan tidak sengaja, ini berarti bahwa setiap orang yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertangggung jawab di hadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain, khususnya anak-anaknya. d. Aspek-aspek Keteladanan Akhlak Menurut Muhammad Daud Ali, akhlak terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, akhlak terhadap Allah atau Khaliq dan kedua, akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah).16 Akhlak terhadap makhluk terbagi menjadi dua yaitu (1) Akhlak terhadap manusia, yaitu: (a) diri sendiri, (b) sesama manusia lainnya (Rasulullah, keluarga, karib kerabat, tetangga dan masyarakat). (2) Akhlak terhadap bukan manusia, yaitu makhluk lain seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, alam dan lingkungan sekitar. Akhlak diatas merupakan akhlak-akhlak yang harus diteladankan oleh orang tua kepada anaknya dalam usaha menanamkan akhlak mulia 16
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet.3, hlm. 352.
15
anak mereka. Aspek-aspek keteladanan akhlak yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1). Keteladanan Akhlak terhadap Allah, meliputi antara lain: a). Takwa kepada Allah Swt b). Cinta dan Ridla kepada-Nya c). Bersyukur atas nikmat-Nya d). Tawakal 2). Keteladanan Akhlak terhadap diri sendiri, diantaranya: a). Jujur dan dapat dipercaya b). Rendah Hati c). Kerja Keras dan Disiplin d). Berjiwa Ikhlas e). Sabar f). Hidup Bersih dan Sehat 3). Keteladanan Akhlak terhadap sesama manusia, dibagi menjadi: a). Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat, diantaranya: saling menyayangi, berbuat baik, membina silaturahim. b). Akhlak terhadap tetangga, masyarakat, diantaranya: saling menghormati, tolong menolong, gotong royong. 4). Keteladanan Akhlak terhadap lingkungan, yaitu: a). Memelihara kelestarian lingkungan b). Menjaga kebersihan lingkungan c). Menyayangi makhluk hidup 2. Akhlak Remaja a. Pengertian Akhlak Remaja Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan bahasa (linguistic) dan pendekatan istilah (terminologik).
16
Akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa arab akhlaq () اﺧﻼق bentuk jamak dari al-khuluq ( ) اﻟﺨﻠﻖyang berarti: (1) tabiat, budi pekerti, (2) adat kebiasaan, (3) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (4) Agama, dan (5) kemarahan (al-gadab).17 Kata akhlak mempunyai segi-segi persesuaian dengan khalqun yang artinya kejadian, khaliq yang berarti; pencipta dan makhluq yang berarti yang diciptakan. Jadi perumusan arti akhlak adalah sebagai media adanya hubungan baik antara makhluk dengan khaliq, dan makhluk dengan makhluk. Kata akhlak mempunyai sinonim (persamaan arti) yaitu etika dan moral. Kata etika berasal dari bahasa Yunani Ethos dan moral berasal dari bahasa latin mores yang keduanya mempunyai arti “kebiasaan”.18 Menurut Hamzah Ya’kub, sebagaimana dikutip Asmaran As, etika adalah “ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.19 Sedangkan moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai/hukum baik atau buruk, benar atau salah.20 Tolok ukurnya adalah norma-norma yang hidup di masyarakat. Perbedaan akhlak dengan etika dan moral terutama menyangkut sumbernya. Akhlak bersumber dari al-Qur‘an dan al-Hadis, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. Karena itu penggunaan istilah etika dan moral yang mengandung pengertian akhlak harus ditambah dengan kata Islam, yaitu etika Islam atau moral Islam. 17
Kafrawi Ridwan (eds.), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet. 4, hlm. 102. 18 Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), cet.II, hlm. 26. 19 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 7. 20 Ibid., hlm. 8.
17
Sedangkan arti akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk pendapat dari para pakar, diantaranya: 1). Ibnu Miskawaih (w.421 H/1030 M), sebagaimana dikutip Rachmat Djatnika, mengatakan:
.ﺍﳋﻠﻖ ﺣﺎﻝ ﻟﻠـﻨﻔﺲ ﺩﺍﻋﻴـﺔ ﳍﺎ ﺍﱄ ﺍﻓﻌـﺎﳍﺎ ﻣﻦ ﻏﲑﻓﻜﺮ ﻭﺭﻭﻳـّﺔ Akhlak adalah keadaan dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan
tanpa
memerlukan
pemikiran
dan
21
pertimbangan.
Ibnu Miskawaih tidak mendefinisikan bahwa keadaan itu harus tertanam kuat/ tetap dalam jiwa. Berbeda dengan definisi diatas, definisi yang lebih luas diberikan oleh Imam al-Ghozali. 2). Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulum al-Din, mengatakan:
ﻔﺲ ﺭﺍﺳـﺨﺔ ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺼـﺪ ﺭ ﺍﻻﻓﻌــﺎﻝﻓﺎﳋﻠﻖ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻫﻴﺌـﺔ ﰱ ﺍﻟﻨ ﻓﺎﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﳍﻴﺌــﺔ.ﻳـﺔﺑﺴﻬﻮﻟـﺔ ﻭﻳﺴﺮ ﻣﻦ ﻏﲑ ﺣﺎﺟـﺔ ﺍﱃ ﻓﻜﺮ ﻭﺭﻭ ﻴﺖ ﺗﻠﻚﲝﻴﺚ ﺗﺼـﺪ ﺭﻋﻨﻬﺎ ﺍﻻﻓﻌـﺎﻝ ﺍﳉﻤﻴﻠﺔ ﺍﶈﻤﻮﺩﺓ ﻋﻘﻼ ﻭ ﺷﺮﻋﺎ ﲰ ﻴـﺖ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺼﺎﺩﺭﻋﻨﻬﺎ ﺍﻻﻓﻌـﺎﻝ ﺍﻟﻘﺒﻴﺤـﺔ ﲰ,ﺍﳍﻴﺌـﺔ ﺧﻠﻘﺎ ﺣﺴﻨﺎ 22 .ﺍﳍﻴﺌـﺔ ﺍﻟﱵ ﻫﻲ ﺍﳌﺼـﺪ ﺭ ﺧﻠﻘﺎ ﺳﻴـّﺌﺎ Akhlak adalah sifat yang tertanam (tetap) dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik, dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk. Dari pengertian al-Ghazali diatas dapat dipahami bahwa akhlak itu harus tertanam kuat /tetap dalam jiwa dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara akal, juga harus benar secara syariat Islam,
21
Rachmat Djatnika, loc.cit. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum ad-Din, Jilid III, (Semarang: Toha Putra, t.th.), hlm.52. 22
18
yaitu al-Qur‘an dan al-Hadis. Hal inilah yang membedakan akhlak dengan moral dan etika. Akhlak tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dan dengan segala yang terdapat dalam kehidupan ini, yaitu alam lingkungan. 3). Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlaq, sebagaimana dikutip Rachmat Djatnika mengatakan bahwa:
Akhlak ialah pembiasaan kehendak.
23
.ﺍﳋﻠﻖ ﻋـﺎﺩﺓ ﺍﻻ ﺭﺍ ﺩﺓ
Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak untuk berderma dilakukan terus menerus dan telah menjadi kebiasaan, maka kebiasaan itu dapat disebut akhlak dermawan. Namun bila kadangkadang berderma kadang-kadang bakhil, maka perbuatan ini tidak dapat disebut akhlak dermawan. Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau memenuhi beberapa syarat, yaitu: a). Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang sehingga tertanam kuat dalam jiwa dan b). Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan.24 Abuddin Nata menambahkan bahwa perbuatan itu dapat disebut akhlak (khususnya akhlak yang baik) apabila perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian dari orang lain.25
23
Rachmat Djatnika, op.cit., hlm. 27. Kafrawi Ridwan, et. al., Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), cet.X, hlm. 102. 25 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, edisi VI, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 6. 24
19
Istilah akhlak itu sendiri masih bersifat netral, belum menunjuk kepada hal-hal yang baik atau buruk. Namun apabila akhlak itu disebut tersendiri, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah yang mulia. Misalnya, seseorang mengatakan, ‘kamu benar-benar anak berakhlak”, maka maksudnya adalah kamu benarbenar mempunyai akhlak yang baik. 4). Elizabeth B. Hurlock: “Behaviour which may be called “true morallty” not only conforms to social standard but also is carried out voluntarily.26 Perilaku yang dapat disebut “moralitas yang sesungguhnya” tidak saja sesuai dengan standar sosial, melainkan juga dilaksanakan dengan kesukarelaan. Perilaku dalam pengertian Hurlock disini mensyaratkan adanya kesukarelaan atau keikhlasan, hampir sama dengan pengertian akhlak yaitu tanpa pertimbangan dan pemikiran. Akan tetapi tolok ukur dari definisi Hurlock hanya pada standar sosial saja, sehingga perilaku disini tidak dapat disebut dengan akhlak, akan tetapi hanya sebatas moral dan etika saja. Karena akhlak harus memenuhi adanya kebenaran secara aqliyah maupun syar’iyyah, sedangkan moral dan etika hanya sebatas ukuran manusia. Adapun remaja adalah masa anak telah mulai memasuki masa perkembangan
dari
sikap
tergantung
(dependence)
menuju
kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap estetika, isu-isu moral.27 Masa ini merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju kehidupan orang dewasa, yang pertumbuhan phisik yang
26
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Six Edition, (Graw Hill: Kogakusa LTD, t.t),
hlm.385. 27
Syamsu Yusuf LN, op. cit., hlm. 184.
20
menyerupai orang dewasa, belum tentu diikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya.28 Menurut Konopka, sebagaimana dikutip Syamsu Yusuf, masa remaja dibagi menjadi beberapa fase, meliputi: (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 18-22 tahun.29 Remaja dalam pembahasan disini adalah remaja awal, yaitu usia 12-15 tahun. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa akhlak remaja adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa remaja, yang darinya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu yang dalam pelaksanaannya sudah menjadi kebiasaan. Apabila keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syara’ (hukum Islam), maka disebut akhlak yang baik, dan sebaliknya bila perbuatan itu buruk, maka disebut akhlak yang tercela. b. Dasar dan Tujuan Akhlak 1). Dasar Akhlak Pedoman hidup agama Islam yang menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan adalah al-Qur‘an dan al-Hadis. Sebagaimana diungkapkan banyak ulama, bahwa akhlak berdasarkan pada ajaran Allah dan Rasul-Nya.30 Jadi dengan demikian jelas bahwa dasar daripada akhlak adalah al-Qur‘an dan al-Hadis. Dasar akhlak dalam al-Qur‘an, diantaranya surat al-Qalam ayat 4:
.(4: ) ﺍﻟﻘﻠﻢ. ـ ٍﻢﻋ ِﻈﻴ ﻠﹸ ٍﻖﻠﻰ ﺧﻚ ﹶﻟﻌ ﻭﺍِﻧـﱠ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam, 68:4).31 28
Endang Purwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Press, 2002), cet. II, hlm. 106. 29 Syamsu Yusuf LN, loc. cit. 30 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan, 2000), cet.IX, hlm. 263. 31 Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Arab Saudi, op. cit., hlm. 960.
21
Sedangkan dasar akhlak dalam al-Hadis, salah satunya adalah:
ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺣﺪ: ﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﻗﺎﻝﺛﲏ ﺃﰊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺣﺪ ﺪ ﺑﻦ ﻋﺠﻼﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ ﺑﻦ ﺣﻜﻴﻢ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺻﺎﱀ ﻋﻦ ﺃﰊﺪ ﻋﻦ ﳏﻤﺑﻦ ﳏﻤ ﻢ ـﺗﻤ ِﻟﹸﺄ ِﻌﹾﺜﺖـﻤـَﺎ ﺑ ِﺇﻧ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ:ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ 32 ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﲪﺪ. ﻕ ِﻼ ﺧ ﹶ ﺢ ﹾﺍ َﻷ ﺎِﻟﺻ Abdullah telah menceritakan kepadaku (ia berkata), Bapakku telah menceritakan kepadaku, (Ia berkata), Said bin Mansur telah menceritakan kepadaku, Ia berkata: Abdul Aziz bin Muhammad telah menceritakan kepadaku, dari Muhammad bin "Ajlan, dari al-Qa'qa' bin Hakim dari Abi Salih, dari Abi Hurairah, Ia berkata, Rasullullah Saw bersabda: “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Ahmad). Kedua dasar diatas merupakan perintah kepada manusia untuk berbudi pekerti, berperilaku yang baik, sebagaimana perilaku Rasulullah yang penuh dengan contoh-contoh teladan akhlak yang mulia. 2). Tujuan Akhlak Tujuan disyariatkannya akhlak adalah agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.33 Menurut Oemar Muhammad at-Taumy asy-Syaibani, tujuan akhlak adalah kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.34 Tujuan luhur dari segala tingkah laku menurut pandangan Islam adalah mendapatkan ridla dari Allah Swt. Ini berarti bahwa amal 32
M.Abd. Salam Abdussyafi, Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, Juz II, (Beirut Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), hlm. 504. 33 Erwati Aziz, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Mandiri, 2003), hlm. 101. 34 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung , (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 46.
22
perbuatan manusia tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semata, tetapi sebagai sarana untuk mendapatkan ridla Allah. Menurut Ahmad Amin, manusia dijadikan oleh Allah agar berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap sesama makhluk dan terhadap Allah, adalah karena Allah hendak menjadikan manusia makhluk yang tinggi, yang sempurna dan membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya.35 Dari beberapa rumusan tujuan diatas, maka dapat diambil pengertian bahwa tujuan akhlak adalah agar manusia itu berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai yang baik terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk, sehingga ia akan menjadi lebih tinggi dan sempurna derajatnya dari pada makhluk lainnya dan mendapatkan ridla dari Allah Swt, hingga akhirnya mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. c. Ruang Lingkup Akhlak Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, yaitu pola hubungan manusia dengan Allah (khaliq) dan hubungan dengan sesama makhluk (baik manusia maupun bukan manusia). Sehingga apabila di perinci sebagai berikut: - Akhlak terhadap Allah sang Khaliq. - Akhlak terhadap makhluk, terbagi dua: a). Akhlak terhadap manusia, dapat dibagi lagi menjadi: Akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain atau sesama manusia (Rasulullah, keluarga, teman /karib kerabat , tetangga, masyarakat). b). Akhlak terhadap bukan manusia, yaitu: alam/lingkungan (hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar). Sehubungan dengan hal tersebut diatas penelitian ini hanya memfokuskan pembahasan mengenai akhlak yang berhubungan dengan
35
Ahmad Amin, Etika (Akhlaq), (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 63.
23
Allah Swt, akhlak terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, dan terhadap lingkungan. 1). Akhlak terhadap Allah Yang dimaksud dengan akhlak terhadap Allah atau pola hubungan manusia dengan Allah Swt, adalah sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah Swt sebagai khaliq. Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia. Kedua, karena Allah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, akal pikiran dan hati sanubari, disamping tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dari makhluk Allah lainnya. Banyak sekali cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Dalam hal ini akhlak-akhlak yang perlu ditanamkan oleh orang tua, terutama dengan cara diteladankan kepada anak-anaknya dalam hubungannya dengan akhlak terhadap Allah, antara lain:36 1). Takwa Bertakwa kepada Allah, seperti: menunaikan shalat fardlu 5 waktu, menunaikan puasa pada bulan Ramadlan dan menjauhi semua yang dilarang-Nya, seperti: tidak berjudi dan sebagainya. 2). Cinta dan Ridla Salah satu cara mencintai Allah adalah dengan selalu berdzikir dan mengingat-Nya, memperbanyak doa dan membaca al-Qur‘an.
36
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, op.cit., hlm. 149-150.
24
3). Bersyukur Bersyukur atas nikmat Allah tidak hanya diucapkan dengan lisan, akan tetapi juga diwujudkan dengan perbuatan, yaitu dengan menggunakan nikmat yang telah diberikan Allah dengan sebaikbaiknya. 4). Tawakal Tawakal kepada Allah berarti menyerahkan semua urusan kita
sepenuhnya
kepada-Nya,
sesudah
melakukan
usaha
semaksimal yang kita sanggupi, sehingga kita benar-benar tidak mencampurinya lagi. 2). Akhlak terhadap diri sendiri Akhlak terhadap diri sendiri adalah pemenuhan kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri, baik yang menyangkut jasmani maupun rohani. Akhlak ini meliputi: a). Jujur dan dapat dipercaya b). Rendah Hati c). Kerja keras dan Disiplin d). Berjiwa Ikhlas e). Sabar f). Hidup bersih dan sehat.37 3). Akhlak terhadap sesama manusia, antara lain: a). Akhlak terhadap keluarga, kerabat; saling menyayangi, berbuat baik, membina silaturahim. b). Akhlak terhadap tetangga, masyarakat: saling menghormati, tolong menolong, dan gotong royong.38
37 Mahfudz Junaedi, (ed.), Aqidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah kelas X, (Semarang: CV.Ghani & SON bekerjasama dengan Kanwil Depag Jateng, 2004), hlm. 16-18. 38 Muhammad Daud Ali, op.cit., hlm. 357-358.
25
4). Akhlak terhadap lingkungan (hewan, tumbuh-tumbuhan, alam sekitar). Akhlak
terhadap
lingkungan
yang
diajarkan
al-Quran
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah di Bumi. Cara berakhlak terhadap lingkungan diantaranya: memelihara kelestarian lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menyayangi makhluk hidup.39 d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Akhlak Untuk
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terbentuknya akhlak ada tiga aliran yang sudah sangat populer, yaitu aliran Nativisme, Empirisme dan aliran Konvergensi. Aliran Nativisme yang dikembangkan oleh filsuf Arthur Schopenhauer berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam. Minat dan bakat semata-mata faktor kodrati yang ditentukan oleh hereditas atau pembawaan. Jika seseorang sudah memiliki pembawaaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.40 Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan itu baik maka seseorang akan menjadi baik, begitupun sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran Sedangkan aliran konvergensi (William Stern) berpendapat bahwa
pembentukan
akhlak
dipengaruhi
oleh
faktor
internal
(pembawaan dari diri) dan faktor eksternal (luar) yaitu pendidikan dan 39
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, op.cit., hlm. 152. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet.12, hlm. 59. 40
26
pembinaaan yang dilakukan secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.41 Dengan demikian faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak ada dua, yaitu faktor dari dalam, yakni potensi fisik, intelektual, dan hati (rohaniah) yang dibawa seseorang sejak lahir. Dan kedua adalah faktor dari luar yang dalam hal ini adalah orang tua, guru di sekolah, tokoh-tokoh serta pemimpin dalam masyarakat, dan lingkungan pergaulan lainnya seperti: teman bergaul, media informasi, dan lain-lain. 3. Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang tua terhadap Akhlak Remaja Anak yang mulai menginjak remaja dalam perkembangan dan tingkah lakunya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri anak dan faktor dari luar. Salah satu faktor dari luar yang dapat mempengaruhi akhlak remaja
adalah
lingkungan
keluarga
terutama
kedua
orang
tua.
Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad Saw, yang berbunyi:
:ﻋﻦ ﺃﰉ ﻫﺮﻳـﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨـﻪ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺮﺍﻧـﻪ ﺃﻭﺩﺍﻧـﻪ ﺃﻭﻳﻨـﺼﻣﺎﻣﻦ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﺇﻻ ﻳـﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬـﻮ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ.ﺴﺎﻧـﻪﳝﺠ Dari Abi Hurairah r.a, Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Al-Bukhari).42 Dalam lingkungan keluarga, orang tua yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak, baik jasmani maupun rohani. Proses pendidikan ini sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah, karena pada dasarnya (secara psikologi) seorang anak akan meniru dan meneladani orang tuanya. Dengan teladan ini timbullah gejala identifikasi positif, yaitu penyamaan diri dengan orang yang akan ditiru. Identifikasi positif itu 41
Abuddin Nata, op.cit., hlm.167. Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz.I, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), hlm. 413. 42
27
penting sekali dalam pembentukan pribadi dan akhlak anak.43 Proses peniruan ini berlangsung tidak hanya ketika anak masih kecil, hingga anak menginjak remajapun proses peniruan ini tetap berlangsung.44 Proses peniruan terhadap orang tua ini tidak saja pada hal-hal yang baik saja, tetapi juga pada hal-hal yang buruk. Bahkan dalam al-Quran banyak sekali ayat yang menceritakan tentang peniruan (taqlid) terhadap orang tua atau nenek moyang yang itu adalah hal-hal yang buruk, seperti dalam surat al-Maidah ayat 104, yang berbunyi:
ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺎﺪﻧ ﺟ ﻭ ﺎﺎ ﻣﺒﻨﺴ ﺣ ﺍﻮ ِﻝ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ ﺮﺳ ﻭِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ ﷲ ُ ﺰ ﹶﻝ ﺃ ـﺎﹶﺃﻧﺍ ﺇِﱃ ﻣﺎﹶﻟﻮﺗﻌ ﻢ ﻬ ﻴ ﹶﻞ ﹶﻟﻭِﺇﺫﹶﺍِﻗ .(104:)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ.ﻭ ﹶﻥ ﺘﺪﻬ ﻳ ﻭﻟﹶﺎ ـﺌﹰﺎﺷﻴ ﻮ ﹶﻥ ﻌﹶﻠﻤ ﻳ ﻢ ﻟﹶﺎ ﻫ ﺅ ﺎﻮﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺃﺑ ﻭ ﹶﻟ ﺎ ﹶﺃﺃﺑﺎ َﺀ ﻧ Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapakbapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (QS. al-Maidah:104). Seperti penjelasan identifikasi diatas, nilai-nilai yang dikenal akan masih melekat pada orang-orang yang disenanginya dan dikaguminya, jadi pada orang-orang dimana ia beridentifikasi. Identifikasi adalah salah satu proses yang ditempuh oleh anak dalam mengenal nilai. Sesuatu itu disebutkan baik, karena dilakukan juga oleh ayah atau ibu. Lambat laun nilai-nilai yang dimilikinya sendiri, tanpa membayangkan lagi orang-orang tempat nilai itu mula-mula “diambilnya” (transfer). Akhirnya anak memilikinya sendiri, sehingga ia melakukan shalat (misalnya), karena keinsyafan sendiri bukan karena demikian itu diperbuat oleh orang tuanya. Dengan demikian maka motif-motif (alasanalasan) anak memiliki akhlak yang baik bukan lagi karena ingin berbuat seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang disenanginya melainkan karena ia memahami nilai perbuatan itu.45 43
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filasafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1980), hlm.85 44 Syamsu Yusuf, op. cit. hlm. 72. 45 Ahmad D. Marimba. loc.cit
28
Uraian diatas menjelaskan bahwa nilai-nilai dalam hal ini akhlakyang dilakukan (diteladankan) orang tua akan ditiru oleh anak sejak kecil, bahkan hingga anak tersebut menginjak usia remaja. Hal serupa juga diungkapkan Abdullah Ulwan:
,ﺃ ﹼﻥ ﺍﳌﺮﰊ ﻫﻮ ﺍﳌﺜﻞ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﰲ ﻧﻈﺮ ﺍﻟﻄﻔـﻞ ﻭﺍﻷﺳﻮﺓ ﺍﻟﺼﺎﳊﺔ ﰲ ﻋﲔ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺑﻞ ﺗﻨﻄﺒﻊ ﰲ,ـﺎ ﻭﳛﺎﻛﻴﻪ ﺧﻠﻮﻗﻴـّﺎ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﻳﺸﻌﺮ ﺃﻭ ﻻ ﻳﺸﻌﺮﻳﻘﻠﺪﻩ ﺳﻠﻮﻛﻴ 46 .ـﺔﻧﻔﺴﻪ ﻭﺇﺣﺴﺎﺳﻪ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴـﺔ ﻭﺍﻟﻔﻌﻠﻴ Pendidik (orang tua) merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang semua tingkah laku dan akhlaknya akan ditiru, disadari atau tidak. Bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri anak baik ucapan maupun perbuatan. Pendapat diatas memberikan pengertian bahwa orang tua sangat berpengaruh dalam perkembangan akhlak anaknya. Hal senada juga dikatakan oleh Marvin W. Berkowitz bahwa: “Modeling can influence children’s moral development. Children closely observe their parents interaction with each other, with family members, and with people more generally, and from those observations learn a great deal about how to treat others”.47 Keteladanan dapat mempengaruhi perkembangan moral anak. Anak melihat dengan cermat pergaulan orang tuanya dengan orang lain, dengan anggota keluarga dan dengan masyarakat umum, dan dari penglihatan tersebut (mereka) belajar lebih banyak lagi tentang bagaimana perilaku lainnya. Berdasarkan uraian-uraian diatas semakin jelas kiranya bahwa keteladanan akhlak orangtua sangat berpengaruh terhadap akhlak anak (remaja), yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari.
46
Abdullah Ulwan , loc.cit. Marvin W. Berkowitz, “Fostering Goodness: Teaching Parents to Facilitate Children’s Moral Development”, http://parenthood.library.wisc.edu/Berkowitz/berkowitz.html. Diakses tanggal: 6 Januari 2008. 47
29
B. Kajian Penelitian Yang Relevan Sepengetahuan penulis, penelitian semacam ini bukan pertama kalinya dilakukan, namun ada penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai kesamaan pada variabel keteladanan saja atau akhlak saja. Diantara penelitian tersebut adalah: Skripsi Wahab Sya’roni berjudul Pengaruh Perhatian Orang tua terhadap Akhlak Siswa di MTs Negeri Balen Bojonegoro Jawa Timur yang menyimpulkan bahwa perhatian orang tua berpengaruh terhadap akhlak siswa di MTsN Balen Bojonegoro Jawa Timur.48 Skripsi ini, lebih memfokuskan pada pengaruh perhatian orang tua terhadap akhlak siswa, sedangkan perhatian itu sendiri adalah sebagian kecil daripada akhlak. Juga pengaruh perhatian orang tua disini adalah terhadap akhlak siswa, bukan terhadap anak. Walaupun skripsi diatas ada relevansinya dengan penelitian yang penulis lakukan, namun penelitian penulis ini jelas berbeda, karena penulis memfokuskan pada pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia12-15 tahun. Skripsi Maslahatul Amiroh yang berjudul Pengaruh Keteladanan Keluarga terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di desa Pantenan Kec. Paceng Gresik yang menyimpulkan keteladanan keluarga berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah anak usia Pendidikan Dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik.49 Skripsi ini memfokuskan pada keteladanan keluarga terhadap pelaksanaan ibadah anak. Arti keluarga terasa lebih luas, karena keluarga sendiri meliputi seluruh anggota, tidak hanya ayah dan ibu, tetapi juga kakak, adik serta anggota keluarga lainnya.
48
Wahab Sya’roni, Pengaruh Perhatian Orang tua terhadap Akhlak Siswa MTsN Balen Bojonegoro Jawa Timur, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: perpustakaan Fak.tarbiyah IAIN Walisongo, 2006). 49 Maslahatul Amiroh, Pengaruh Keteladanan Keluarga terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik, Skripsi IAIN Walisongo (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
30
Penelitian yang penulis lakukan ini lebih luas, jika kajian skripsi diatas memfokuskan pada pelaksanaan ibadah anak, maka penelitian ini fokus pada akhlak remaja. Pengaruh keteladanan yang penulis teliti adalah pada pengaruh keteladanan akhlak orang tua. Skripsi Nur Istianah yang berjudul Keteladanan Orang tua terhadap Kecerdasan Emosional Remaja di MA Tarbiyatul Banin Banat Alasdowo Dukuhseti Pati. Skripsi ini menyimpulkan bahwa persepsi anak tentang keteladanan orang tua berpengaruh terhadap kecerdasan emosional anak.50 Skripsi ini memfokuskan pada Persepsi Anak tentang Keteladanan Orang tua, hal ini dikarenakan penulisnya hendak mengukur keteladanan orang tua dari persepsi anak. Sedangkan variabel terikatnya adalah kecerdasan emosional. Sedangkan penelitian penulis ini berbeda dan layak untuk dilakukan, karena keteladanan orang tua penting sekali, terutama dalam masalah akhlak, dan dari karya-karya diatas, masalah keteladanan akhlak orang tua belum ada yang membahasnya. C. Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian adalah “jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”.51 Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis bahwa: terdapat pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Artinya, semakin tinggi keteladanan akhlak orang tua maka tingkat akhlak remaja akan semakin tinggi pula.
50
Nur Istianah, Pengaruh Keteladanan Orangtua terhadap Kecerdasan Emosional Remaja di MA Tarbiyatul Banin Banat Alasdowo Dukuhseti Pati, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006). 51 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet.14, hlm. 21.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis ingin mencapai beberapa tujuan, antara lain: 1. Untuk mengetahui tingkat keteladanan akhlak orang tua yang mempunyai anak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. 2. Untuk mengetahui tingkat akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari, terhitung mulai tanggal 4 Nopember 2007 sampai dengan 4 Desember 2007. Tempat penelitian di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Desa ini merupakan Ibukota Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, dan termasuk desa yang dilalui oleh jalur Jalan Pantura (Pantai Utara), yaitu Jl. Semarang-Demak, berada di ± km 9 dari Kota Madya Semarang. C. Variabel Penelitian Secara definitif, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 Berdasarkan atas pernyataan tersebut, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Keteladanan akhlak orang tua sebagai variabel independent atau bebas (X), yakni variabel yang mempengaruhi dengan indikator sebagai berikut: a. Keteladanan akhlak terhadap Allah SWT, dengan sub indikator: 1) Bertakwa kepada Allah, yaitu: menunaikan shalat, puasa dan tidak berjudi.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.XII, hlm. 96.
31
32 2) Cinta dan Ridla kepada-Nya, dengan cara: banyak berdzikir dan berdoa, dan membaca al-Quran. 3) Bersyukur atas nikmat-Nya 4) Bertawakal kepada-Nya. b. Keteladanan akhlak terhadap diri sendiri, dengan sub indikator: Jujur dan dapat dipercaya, rendah hati, kerja keras dan disiplin, berjiwa ikhlas, sabar, hidup bersih dan sehat. c. Keteladanan akhlak terhadap sesama manusia, antara lain: 1) Terhadap keluarga, karib kerabat, meliputi: saling menyayangi, berbuat baik, membina silaturahim. 2) Terhadap tetangga, masyarakat, meliputi; saling menghormati, tolong menolong dan gotong royong. d. Keteladanan
akhlak
terhadap
lingkungan,
yaitu:
memelihara
kelestarian dan kebersihan lingkungan, dan menyayangi makhluk hidup. 2. Akhlak remaja usia 12-15 tahun sebagai variabel dependent atau terikat (Y), yakni variabel yang dipengaruhi, dengan indikator sebagai berikut: a. Akhlak terhadap Allah Swt, dengan sub indikator: 1) Bertakwa kepada Allah, yaitu: menunaikan shalat, puasa dan tidak berjudi. 2) Cinta dan ridla kepada-Nya, dengan cara: banyak berdzikir dan berdoa, dan membaca al-Quran. 3) Bersyukur atas nikmat-Nya 4) Bertawakal hanya kepada-Nya. b. Akhlak terhadap diri sendiri, dengan sub indikator: Jujur dan dapat dipercaya, rendah hati, kerja keras dan disiplin, berjiwa ikhlas, sabar, hidup bersih dan sehat. c. Akhlak terhadap sesama manusia, antara lain: 1) Terhadap keluarga, karib kerabat, meliputi: saling menyayangi, berbuat baik, membina silaturahim. 2) Terhadap tetangga, masyarakat, meliputi; saling menghormati, tolong menolong dan gotong royong.
33 d. Akhlak terhadap alam lingkungan, yaitu: memelihara kelestarian dan kebersihan lingkungan, dan menyayangi makhluk hidup. D. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian adalah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan atau mengkaji suatu permasalahan. Oleh karena itu penelitian harus didasarkan pada penyelidikan dan pengumpulan data dengan analisa logis untuk tujuan tertentu. Cara yang dipakai dalam penelitian seperti ini disebut dengan metode penelitian. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, bersifat kuantitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu dengan mengambil sampel dari suatu populasi di lapangan dan menggunakan angket/kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2 Untuk mengatasi kelemahan angket digunakan teknik triangulasi, yaitu pengecekan data hasil angket dengan data dari metode lain, yaitu Observasi dan Interviu. Teknik analisis yang dipakai adalah korelasional. Teknik ini dipakai untuk mencari hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Teknik uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor. E. Populasi dan Sampel Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.3 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan orang tua muslim dan anaknya yang berusia 12-15 tahun di desa Purwosari Sayung Demak yang berjumlah 536 anak. Sedangkan sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang 4
diteliti. Atau dapat dikatakan pula bahwa sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian.5 Jadi sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek dengan menggunakan teknik 2
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES Indo, 1995), cet.II, hlm. 3. 3 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 108. 4 Ibid., hlm. 109. 5 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam pendidkan, (Jakarta: raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133.
34 tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan populasi penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 1015% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada keadaan.6 Berdasarkan pengertian di atas, dimana populasi penelitian ini besar, yaitu 536, sedangkan kemampuan peneliti terbatas, maka penulis mengambil sampel 15% dari jumlah populasi. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15% X 536 (remaja) = 80,4, dibulatkan menjadi 80 responden. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kelompok yang memiliki susunan bertingkat berdasarkan usia, sehingga dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik proportional stratified random sampling atau sampel acak secara proporsional menurut tingkat usia.7 Adapun sampel yang diperoleh sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia Usia
Jumlah
Proporsi
Proporsi tiap kategori
Sampel
12 tahun
99
99 / 536
0,18 X 80
14
13 tahun
168
168 / 536
0,31 X 80
25
14 tahun
119
119 / 536
0,22 X 80
18
15 tahun
150
150 / 536
0,29 X 80
23
536
80
F. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan 4 buah metode: 1. Angket Angket (Questionaires) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya/hal-hal yang ia ketahui.8 Metode ini dipergunakan untuk:
6
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 112. Ibid, hlm. 117. 8 Ibid., hlm. 128. 7
35 -
Mengukur tingkat keteladanan akhlak orang tua yang mempunyai anak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak.
-
Mengukur tingkat akhlak remaja usia 12-15 tahun di desa tersebut. Adapun bentuk angket ini adalah angket tertutup dengan bentuk
pilihan ganda, dengan memberikan daftar pertanyaan sebanyak 25 soal untuk dijawab responden secara tertulis. Setiap soal terdiri dari empat pilihan alternatif jawaban, A, B, C dan D. Adapun dalam pemberian skor peneliti mengkategorikannya sebagai berikut: - Untuk alternatif jawaban A diberi skor 4 - Untuk alternatif jawaban B diberi skor 3 - Untuk alternatif jawaban C diberi skor 2 - Untuk alternatif jawaban D diberi skor 1. 2. Observasi Observasi diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti” .9 Metode observasi yang digunakan di sini adalah observasi langsung yang dilakukan di Desa Purwosari Sayung Demak. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu mencari data yang tidak dapat diperoleh melalui metode lain. Jenis Observasinya adalah observasi partisipan, yaitu peneliti turut ambil
bagian
dalam
perikehidupan
responden.10
Agar
metode
Observasinya berjalan sistematis, maka digunakan Check List sebagai alat observasi. Adapun bentuk check list sebagaimana dalam lampiran. 3. Interviu Interviu sebagai metode pengumpulan data disini digunakan sebagai metode pelengkap, yaitu sebagai alat untuk mencari informasiinformasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain. Metode interviu juga digunakan sebagai batu pengukur atau kriteria, yaitu menguji kebenaran dan kemantapan suatu data yang telah diperoleh dengan cara 9
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid.II, (Yogyakarta: ANDI,2004), Edisi.II, hlm.
10
Ibid., hlm.158.
151.
36 lain. 11 Alat yang digunakan adalah sama dengan metode observasi, yaitu check list. 4. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata document, yang artinya barangbarang tertulis. Metode dokumentasi disini berarti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.12 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang objek penelitian yang didokumentasikan oleh pemerintah desa. Disamping itu metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah responden yang diteliti, yaitu jumlah remaja muslim Desa Purwosari Sayung Demak yang berusia 12–15 tahun. G. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, yaitu menganalisis adakah pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Adapun dalam pengolahan data ini, peneliti menggunakan tahapan, yaitu: 1. Analisis Pendahuluan Data dari hasil angket diberi skor pada setiap alternatif jawaban sesuai dengan bobot masing-masing jawaban, yaitu: jawaban A, B, C dan D diberi skor 4, 3, 2 dan 1. Kemudian nilai dimasukkan kedalam tabel data jumlah nilai tiap-tiap responden mengenai keteladanan akhlak orang tua (X) dan akhlak remaja usia 12 –15 tahun (Y). Selanjutnya untuk menentukan interval dan kualifikasi nilai dari masing-masing variabel tersebut dilakukan langkah–langkah sebagai berikut: a. Mencari nilai tertinggi (H) dan terendah (L). b. Menetapkan interval kelas, dengan rumus: i =
11 12
Ibid., hlm. 218. Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206.
R , dimana: K
37
R =H–L
dan
K = 1 + 3,3 log N
Keterangan: i = panjang interval, R = range, K= jumlah interval. c. Menentukan tabel frekuensi dan mencari mean dan standar deviasi (SD) dengan menggunakan rumus: M
d.
= M'+i
Melakukan
Σfx ' N
konversi
dan SD
nilai
= i
Σfx 2 ⎛ (Σfx ) ⎞ −⎜ ⎟ N ⎝ N ⎠
masing-masing
variabel
2
dengan
menggunakan nilai standar lima. 2. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis disini adalah menghitung lebih lanjut pada distribusi frekuensi dan dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium menggunakan Σxy , dimana: korelasi moment tangkar dengan rumus: rxy = (Σx 2 )(Σy 2 ) (ΣX)(ΣY) Σxy = ΣXY N Σx 2 = ΣX 2 -
( ΣX ) 2 ( ΣY ) 2 dan Σy 2 = ΣY 2 N N
b. Uji signifikansi korelasi, dengan menggunakan 2 cara, yaitu: 1). Menggunakan r tabel, dengan ketentuan jika rxy > r tabel, baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5% maka korelasi signifikan. 2). Menggunakan uji t dengan rumus: t hitung =
r ( N − 2) (1 − r 2 )
, dan
jika thitung > t tabel (0,01), dan t hitung > t tabel (0,05), maka signifikan. c. Mencari persamaan garis regresi, dengan rumus skor deviasi, yaitu:
y = ax dimana: y = Y − Y , sedangkan Y = a=
ΣY N
ΣX Σxy dan x = X − X dimana X = 2 N Σx
d. Mencari harga F dengan skor deviasi, dengan rumus:
38
Sumber variasi
Tabel 3.2: Rumus Analisis Regresi db JK RK
Regresi (reg)
1
Residu (res)
N-2
Total (T)
N-1
(Σxy ) 2 Σx 2
Σy 2 −
(Σxy) 2 Σx 2
Σy 2
F reg
JKreg dbreg
RKreg RKres
JKres dbres
-
-
-
Keterangan: N : Jumlah responden db : Derajat kebebasan JK : Jumlah kuadrat RK reg : Rerata kuadrat garis regresi RK res : Rerata kuadrat residu F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi.13 Langkah selanjutnya setelah diperoleh hasil penghitungan Freg adalah mengkonsultasikan Freg dengan Ftabel (Ft). Dengan kata lain jika: 1). Freg > dari Ft 1% dan Ft 5% maka signifikan, berarti hipotesis diterima. 2). Freg < dari Ft 1% dan Ft 5% maka non signifikan, hipotesis ditolak. 3. Analisis Lanjut Analisis ini dilakukan dengan cara menarik kesimpulan secara verbal mengenai pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak berdasarkan atas hasil dari penghitungan harga Freg setelah dikonsultasikan dengan harga F pada tabel. Jika dalam penghitungan ternyata Freg > harga Ft pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka kesimpulannya terbukti ada pengaruh positif yang meyakinkan keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari sayung Demak. Akan tetapi apabila dari penghitungan ternyata Freg < harga Ft pada taraf signifikansi 1% dan 5%, maka kesimpulannya tidak ada pengaruh yang meyakinkan keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. 13
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi. (Yogyakarta: ANDI, 2004), Edisi II, hlm. 2-17.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Deskripsi data disini adalah menyajikan dan menganalisis data tentang keteladanan akhlak orang tua dan akhlak remaja usia 12–15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Data ini asal mulanya diperoleh dari data yang bersifat kualitatif, kemudian diubah menjadi data yang bersifat kuantitatif. Data yang telah terkumpul, dimasukkan ke dalam tabel distribusi untuk tiap-tiap variabel. 1. Data tentang Keteladanan Akhlak Orang tua di Desa Purwosari Sayung Demak. Untuk mendapatkan data tentang keteladanan akhlak orang tua, peneliti menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data pokok yang diberikan kepada 80 responden, yaitu orang tua. Jumlah tersebut diambil dari 15% populasi orang tua yang memiliki anak remaja usia 12-15 tahun sejumlah 536 anak. Angket yang peneliti buat sebanyak 25 item pertanyaan, dan bersifat tertutup. Untuk menentukan nilai kuantitatif keteladanan akhlak orang tua, adalah dengan menjumlahkan jawaban dari responden sesuai dengan alternatif pilihan jawaban. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kemudian jumlah masing-masing alternatif jawaban yang dipilih dikalikan dengan bobot skor masing-masing. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diperoleh data dari 80 responden yang dijadikan sampel sebagai berikut: Tabel 4.1 Data tentang keteladanan akhlak orang tua di Desa Purwosari Sayung Demak (variabel X) Opsi Jawaban Skor Responden Jumlah A B C D 4 3 2 1 R_1 13 7 4 1 52 21 8 1 82 39
40
R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30 R_31 R_32 R_33 R_34 R_35 R_36 R_37 R_38
12 14 11 10 19 14 13 14 5 10 7 13 20 7 9 7 17 14 10 14 14 9 12 17 2 17 8 3 6 19 14 13 4 6 13 15 2
12 4 12 11 3 1 4 6 13 4 10 11 3 11 9 13 6 1 10 2 11 9 10 7 11 8 13 14 5 1 1 10 13 9 6 6 15
1 4 2 4 2 9 6 5 6 10 8 1 1 7 5 5 2 9 4 9 0 7 3 1 6 0 4 7 11 5 9 2 5 9 6 4 6
0 3 1 0 1 1 2 0 1 1 0 0 1 0 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6 0 0 1 3 0 1 0 3 1 0 0 2
48 56 44 40 76 56 52 56 20 40 28 52 80 28 36 28 68 56 40 56 56 36 48 68 8 68 32 12 24 76 56 52 16 24 52 60 8
36 12 36 33 9 3 12 18 39 12 30 33 9 33 27 39 18 3 30 6 33 27 30 21 33 24 39 42 15 3 3 30 39 27 18 18 45
2 8 4 8 4 18 12 10 12 20 16 2 2 14 10 10 4 18 8 18 0 14 6 2 12 0 8 14 22 10 18 4 10 18 12 8 12
0 3 1 0 1 1 2 0 1 1 0 0 1 0 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6 0 0 1 3 0 1 0 3 1 0 0 2
86 79 85 81 90 78 78 84 72 73 74 87 92 75 75 77 90 78 79 80 89 77 84 91 59 92 79 69 64 89 78 86 68 70 82 86 67
41
R_39 R_40 R_41 R_42 R_43 R_44 R_45 R_46 R_47 R_48 R_49 R_50 R_51 R_52 R_53 R_54 R_55 R_56 R_57 R_58 R_59 R_60 R_61 R_62 R_63 R_64 R_65 R_66 R_67 R_68 R_69 R_70 R_71 R_72 R_73 R_74 R_75
1 3 5 11 0 6 16 13 9 12 6 17 3 11 7 6 9 8 13 14 2 4 9 19 15 14 18 13 7 11 10 5 14 8 11 7 5
12 14 15 6 12 7 6 7 9 12 12 4 8 12 10 7 6 12 5 4 7 13 12 4 8 9 3 4 10 10 10 9 9 12 6 9 13
7 8 3 5 10 7 3 4 5 1 4 4 12 2 3 8 9 5 6 4 15 5 4 2 1 2 4 6 8 4 4 11 2 5 5 7 6
5 0 2 3 3 5 0 1 2 0 3 0 2 0 5 4 1 0 1 3 3 3 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 3 2 1
4 12 20 44 0 24 64 52 36 48 24 68 12 44 28 24 36 32 52 56 8 16 36 76 60 56 72 52 28 44 40 20 56 32 44 28 20
36 42 45 18 36 21 18 21 27 36 36 12 24 36 30 21 18 36 15 12 21 39 36 12 24 27 9 12 30 30 30 27 27 36 18 27 39
14 16 6 10 20 14 6 8 10 2 8 8 24 4 6 16 18 10 12 8 30 10 8 4 2 4 8 12 16 8 8 22 4 10 10 14 12
5 0 2 3 3 5 0 1 2 0 3 0 2 0 5 4 1 0 1 3 3 3 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 3 2 1
59 70 73 75 59 64 88 82 75 86 71 88 62 84 69 65 73 78 80 79 62 68 80 92 87 87 89 78 74 82 79 69 87 78 75 71 72
42
R_76 R_77 R_78 R_79 R_80 Jumlah
9 14 6 7 6
11 4 9 13 7
5 5 9 5 7
0 2 1 0 5
36 56 24 28 24
33 12 27 39 21
10 10 18 10 14
0 2 1 0 5
79 80 70 77 64
811
674
421
97
3244
2022
842
97
6205
Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah: a. Mencari nilai tertinggi (H) dan nilai terendah (L), yaitu: H = 92 dan L = 59 b. Menetapkan interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah: 1). Mencari banyaknya kelas interval dengan rumus: K
= 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 80 = 1 + 3,3 (1,903) = 1 + 6,2799 = 7, 2799 dibulatkan menjadi 7.
Jadi banyaknya kelas interval adalah 7. 2). Mencari Range dengan rumus: R
=H–L = 92 – 59
= 33
3). Menentukan panjang kelas interval dengan rumus: i=
R K
=
Keterangan:
33 7
= 4,714 dibulatkan menjadi 5.
i = Panjang kelas interval R = Range K = Banyaknya kelas interval.
c. Mencari mean dan standar deviasi (SD). Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi.
43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keteladanan Akhlak Orang tua (X) Interval f X x' f x' ( x' ) 2 fx'2 88 – 92
11
90
3
33
9
99
83 – 87
12
85
2
24
4
48
78 – 82
22
80
1
22
1
22
73 – 77
13
75
0
0
0
0
68 – 72
12
70
-1
-12
1
12
63 – 67
5
65
-2
-10
4
20
58 – 62
5
60
-3
-15
9
45
Σ f x'2 =235
Σ fx'=42
N=80
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data tersebut divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
Gambar 4.1 Histogram Keteladanan Akhlak Orang Tua 20 15 10 5 0 60
65
70
75
80
85
90
Untuk mencari mean variabel pengaruh keteladanan akhlak orang tua (variabel X) dapat dicari dengan rumus: M
Σfx ' N 42 = 75 + 5 80 = 75 + 5 (0,525)
= M'+i
, (ket: M '= mean terka)
= 75 + 2,625 = 77,625 dibulatkan menjadi 77,6.
44
Sedangkan untuk mencari standar deviasi (SD), menggunakan rumus: Σfx 2 ⎛ (Σfx ) ⎞ −⎜ ⎟ N ⎝ N ⎠
2
SD
= i
SD
= 5
SD
= 5
2 ,9375 − (0 ,525 )
SD
= 5
2,9375 − 0,275625
SD
= 5
2 , 661875
SD
= 5 (1,63152536)
SD
= 8,1576268 , dibulatkan menjadi 8,2.
235 80
⎛ 42 − ⎜ ⎝ 80
⎞ ⎟ ⎠
2
2
d. Membuat konversi nilai dengan standar skala lima.1 M + (1,5 SD) = 77,6 + 1,5 (8,2) = 89,9 = 90 keatas M + (1,5 SD) = 77,6 + 0,5 (8,2) = 81,7 = 82 keatas M – (0,5 SD) = 77,6 - 0,5 (8,2) = 73,5 = 74 keatas M – (1,5 SD) = 77,6 - 1,5 (8,2)
= 65,3 = 65 keatas
M – (1,5 SD) kebawah
= 65,3 = 65 kebawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval dan kualifikasi nilai sebagai berikut: Tabel 4.3: Interval Nilai dan Kualifikasi Nilai Keteladanan Akhlak Orang Tua
1
Interval Nilai
Kualifikasi
90 – 92
A (Istimewa)
82 – 89
B (Baik)
74 – 81
C (Cukup)
65 – 73
D (Kurang)
59 – 64
E (Buruk)
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), cet.II, hlm. 103.
45
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keteladanan akhlak orang tua sebesar 77,625 berada dalam kategori “cukup”, yaitu pada interval 74 – 81. 2. Data tentang Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun.
Untuk menentukan nilai kuantitatif akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak, adalah dengan menjumlahkan jawaban angket dari responden sesuai dengan frekuensi jawaban. Jumlah angket adalah 25, dan masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kemudian jumlah jawaban dikalikan dengan bobot skor jawaban masing-masing, sehingga dari penjumlahan itu akan diperoleh nilai maksimum sebesar 4 X 25=100, dan nilai minimum sebesar 1X25=25. Tabel 4.4: Data tentang akhlak remaja usia 12-15 tahun Responden
R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20
Opsi Jawaban A B C 13 3 9 8 12 5 6 7 7 11 11 3 14 6 5 17 6 2 14 2 9 14 4 4 15 3 7 10 10 4 13 4 6 7 13 5 16 7 2 12 12 1 10 4 10 5 9 11 6 8 11 18 3 4 15 4 6 11 10 4
D 0 0 5 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0
4 52 32 24 44 56 68 56 56 60 40 52 28 64 48 40 20 24 72 60 44
Skor 3 2 9 18 36 10 21 14 33 6 18 10 18 4 6 18 12 8 9 14 30 8 12 12 39 10 21 4 36 2 12 20 27 22 24 22 9 8 12 12 30 8
1 0 0 5 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Jumlah
79 78 64 83 84 90 80 79 83 79 78 77 89 86 73 69 70 89 84 82
46
R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30 R_31 R_32 R_33 R_34 R_35 R_36 R_37 R_38 R_39 R_40 R_41 R_42 R_43 R_44 R_45 R_46 R_47 R_48 R_49 R_50 R_51 R_52 R_53 R_54 R_55 R_56 R_57 R_58
9 19 10 3 17 6 14 9 5 5 16 13 9 5 6 8 7 3 2 3 6 10 2 4 15 11 6 11 5 15 14 9 8 2 10 9 12 10
10 3 11 14 6 8 11 10 7 13 4 3 11 7 12 12 11 14 7 15 14 9 10 12 7 12 8 9 11 3 4 15 11 10 7 11 7 9
6 2 4 8 2 11 0 6 9 6 3 9 4 8 4 5 7 7 14 5 4 4 6 8 3 2 7 5 9 5 4 1 5 6 8 5 6 6
0 1 0 0 0 0 0 0 4 1 2 0 1 5 3 0 0 1 4 2 1 2 7 1 0 1 4 0 0 2 3 0 1 7 0 0 0 0
36 76 40 12 68 24 56 36 20 20 64 52 36 20 24 32 28 12 8 12 24 40 8 16 60 44 24 44 20 60 56 36 32 8 40 36 48 40
30 9 33 42 18 24 33 30 21 39 12 9 33 21 36 36 33 42 21 45 42 27 30 36 21 36 24 27 33 9 12 45 33 30 21 33 21 27
12 4 8 16 4 22 0 12 18 12 6 18 8 16 8 10 14 14 28 10 8 8 12 16 6 4 14 10 18 10 8 2 10 12 16 10 12 12
0 1 0 0 0 0 0 0 4 1 2 0 1 5 3 0 0 1 4 2 1 2 7 1 0 1 4 0 0 2 3 0 1 7 0 0 0 0
78 90 81 70 90 70 89 78 63 72 84 79 78 62 71 78 75 69 61 69 75 77 57 69 87 85 66 81 71 81 79 83 76 57 77 79 81 79
47
R_59 R_60 R_61 R_62 R_63 R_64 R_65 R_66 R_67 R_68 R_69 R_70 R_71 R_72 R_73 R_74 R_75 R_76 R_77 R_78 R_79 R_80 Jumlah
4 13 5 12 7 13 19 1 12 11 13 11 13 10 7 13 4 13 9 11 8 13 6 5 14 8 6 15 5 13 6 7 8 11 8 12 13 3 5 11 6 5 7 7 748 714
4 5 4 5 2 1 2 4 5 5 4 11 3 4 6 8 5 5 9 8 11 10 450
4 16 39 3 20 36 1 28 39 0 76 3 0 48 33 0 52 33 0 52 30 1 28 39 3 16 39 0 36 33 0 32 39 3 24 15 0 56 24 0 24 45 1 20 39 6 24 21 1 32 33 0 32 36 0 52 9 1 20 33 3 24 15 1 28 21 93 2992 2142
8 4 10 3 8 1 10 0 4 0 2 0 4 0 8 1 10 3 10 0 8 0 22 3 6 0 8 0 12 1 16 6 10 1 10 0 18 0 16 1 22 3 20 1 900 93
67 69 76 89 85 87 86 76 68 79 79 64 86 77 72 67 76 78 79 70 64 70 6127
Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah: a. Mencari nilai tertinggi (H) dan nilai terendah (L), yaitu: H = 90 dan L = 57 b. Menetapkan interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah: 1). Mencari banyaknya kelas interval dengan rumus: K
= 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 80 = 1 + 3,3 (1,903) = 1 + 6,2799 = 7, 2799 dibulatkan menjadi 7.
Jadi banyaknya kelas interval adalah 7.
48
2). Mencari Range dengan rumus: R
= H–L
= 90 – 57 = 33
3). Menentukan panjang kelas interval dengan rumus:
i=
R , K
i =
33 7
= 4,714 dibulatkan menjadi 5.
i = Panjang kelas interval
Keterangan:
R = Range K = Banyaknya kelas interval. c. Mencari mean dan standar deviasi (SD). Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian
dimasukkan
kedalam tabel distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Akhlak Remaja Usia 12 – 15 tahun (X)
Interval
f
X
y'
f y'
( y' ) 2
fy'2
86 – 90
12
88
3
36
9
108
81 – 85
13
83
2
26
4
52
76 – 80
26
78
1
26
1
26
71 – 75
7
73
0
0
0
0
66 – 70
14
68
-1
-14
1
14
61 – 65
6
63
-2
-12
4
24
56 – 60
2
58
-3
-6
9
18
N=80
Σ fy'=56
Σ f y'2 =242
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data tersebut divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
49
Gambar 4.2 Histogram Akhlak Remaja usia 12-15 tahun 2 5 2 0 1 5 1 0 5 0 5 8
6 3
6 8
7 3
7 8
8 3
8 9
Untuk mencari mean akhlak remaja usia 12 – 15 tahun (variabel Y), dapat dicari dengan rumus: M
= M'+i (
Σfy ' ) N
= 73 + 5 (
56 ) 80
(Ket: M ' = mean terka )
= 73 + 5 (0,7) = 73 + 3,5 = 76,5 Sedangkan untuk mencari standar deviasi menggunakan rumus: SD = i
2
Σ fy 2 ⎛ ( Σ fy ) ⎞ −⎜ ⎟ N ⎝ N ⎠
SD = 5
242 ⎛ 56 ⎞ −⎜ ⎟ 80 ⎝ 80 ⎠
SD = 5
3, 025 − (0 , 7 )
SD = 5
3,025 − 0 , 49
SD = 5
2 ,535
2
2
SD = 5 (1,592168333) SD = 7,960841664 , dibulatkan menjadi 7,961.
50
d. Membuat konversi nilai dengan standar skala lima. M + 1,5 SD = 76,5 + 1,5 (7,961) = 88,4415 = 88 keatas M + 1,5 SD = 76,5 + 0,5 (7,961) = 80,4805 = 80 keatas M - 0,5 SD = 76,5 - 0,5 (7,961) = 72,5195 = 73 keatas M - 1,5 SD = 76,5 - 1,5 (7,961)
= 64,5585 = 65 keatas
M - 1,5 SD kebawah
= 64,5585 = 65 kebawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval nilai dan kualifikasi sebagai berikut: Tabel 4.6: Interval Nilai dan Kualifikasi Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun Interval Nilai
Kualifikasi
88 – 90
A (Istimewa)
80 – 87
B (Baik)
73 – 79
C (Cukup)
65 – 72
D (Kurang)
57 – 64
E (Buruk)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata akhlak remaja usia 12-15 tahun sebesar 76,5 berada dalam kategori “cukup”, yaitu pada interval 73 – 79. B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh positif dan signifikan keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak”. Untuk menguji apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak, digunakan rumus analisis regresi satu prediktor. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium 2. Menguji signifikansi korelasi tersebut 3. Mencari persamaan garis regresi 4. Analisis varian garis regresi.
51
Untuk mempermudah langkah-langkah analisis regresi, maka datadata hasil angket mengenai keteladanan akhlak orang tua (X) dan akhlak remaja usia 12-15 tahun dimasukkan terlebih dahulu kedalam tabel kerja koefisien korelasi. Tabel 4.7: Tabel Kerja Koefisien Korelasi antara Variabel Keteladanan Akhlak Orang tua (X) dengan Variabel Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun (Y) Responden X Y X2 Y2 XY R_1 82 79 6724 6241 6478 R_2 86 78 7396 6084 6708 R_3 79 64 6241 4096 5056 R_4 85 83 7225 6889 7055 R_5 81 84 6561 7056 6804 R_6 90 90 8100 8100 8100 R_7 78 80 6084 6400 6240 R_8 78 79 6084 6241 6162 R_9 84 83 7056 6889 6972 R_10 72 79 5184 6241 5688 R_11 73 78 5329 6084 5694 R_12 74 77 5476 5929 5698 R_13 87 89 7569 7921 7743 R_14 92 86 8464 7396 7912 R_15 75 73 5625 5329 5475 R_16 75 69 5625 4761 5175 R_17 77 70 5929 4900 5390 R_18 90 89 8100 7921 8010 R_19 78 84 6084 7056 6552 R_20 79 82 6241 6724 6478 R_21 80 78 6400 6084 6240 R_22 89 90 7921 8100 8010 R_23 77 81 5929 6561 6237 R_24 84 70 7056 4900 5880 R_25 91 90 8281 8100 8190 R_26 59 70 3481 4900 4130 R_27 92 89 8464 7921 8188 R_28 79 78 6241 6084 6162 R_29 69 63 4761 3969 4347 R_30 64 72 4096 5184 4608 R_31 89 84 7921 7056 7476 R_32 78 79 6084 6241 6162 R_33 86 78 7396 6084 6708 R_34 68 62 4624 3844 4216
52
R_35 R_36 R_37 R_38 R_39 R_40 R_41 R_42 R_43 R_44 R_45 R_46 R_47 R_48 R_49 R_50 R_51 R_52 R_53 R_54 R_55 R_56 R_57 R_58 R_59 R_60 R_61 R_62 R_63 R_64 R_65 R_66 R_67 R_68 R_69 R_70 R_71 R_72 R_73 R_74 R_75 R_76 R_77 R_78
70 82 86 67 59 70 73 75 59 64 88 82 75 86 71 88 62 84 69 65 73 78 80 79 62 68 80 92 87 87 89 78 74 82 79 69 87 78 75 71 72 79 80 70
71 78 75 69 61 69 75 77 57 69 87 85 66 81 71 81 79 83 76 57 77 79 81 79 67 69 76 89 85 87 86 76 68 79 79 64 86 77 72 67 76 78 79 70
4900 6724 7396 4489 3481 4900 5329 5625 3481 4096 7744 6724 5625 7396 5041 7744 3844 7056 4761 4225 5329 6084 6400 6241 3844 4624 6400 8464 7569 7569 7921 6084 5476 6724 6241 4761 7569 6084 5625 5041 5184 6241 6400 4900
5041 6084 5625 4761 3721 4761 5625 5929 3249 4761 7569 7225 4356 6561 5041 6561 6241 6889 5776 3249 5929 6241 6561 6241 4489 4761 5776 7921 7225 7569 7396 5776 4624 6241 6241 4096 7396 5929 5184 4489 5776 6084 6241 4900
4970 6396 6450 4623 3599 4830 5475 5775 3363 4416 7656 6970 4950 6966 5041 7128 4898 6972 5244 3705 5621 6162 6480 6241 4154 4692 6080 8188 7395 7569 7654 5928 5032 6478 6241 4416 7482 6006 5400 4757 5472 6162 6320 4900
53
R_79 R_80 Jumlah
77 64 6205
64 70 6127
5929 4096 487133
4096 4900 474393
4928 4480 479609
Dari tabel diatas diketahui bahwa: ΣX
= 6205
ΣY
= 6127
ΣX 2
= 487133
ΣY 2
= 474393
ΣXY
= 479609
N
= 80
Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil tabel kerja kedalam rumus analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, adapun langkahlangkahnya sebagai berikut: 1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y, dapat dicari melalui teknik korelasi moment tangkar dengan rumus sebagai berikut:
rxy
= Σxy
Σxy (Σx 2 )(Σy 2 )
= ΣXY -
, dimana: (ΣX)(ΣY) N
= 479609- 475225,4375
Σx 2
= ΣX 2 -
(ΣX ) 2 N
= 487133 -
38502025 80
= 479609 -
(6205)(6127) 80
= 4383,5625
= 487133 -
6205 2 80
= 487133 – 481275,3125
= 5857,6875
Σy 2
= ΣY 2 -
(ΣY ) 2 N
= 474393 -
37540129 80
= 5141,3875 Jadi, rxy
=
Σxy (Σx 2 )(Σy 2 )
= 474393 -
6127 2 80
= 474393 – 469251,6125
54
4383,5625
=
(5857,6875)(5141,3875) 4383,5625
=
=
30192791,23
4383,5625 = 0,798 5494,797
Besaran Koefisien Determinasinya, =(Rsquare) = rxy 2 = rxy 2 . 100 %
KP
= 0,798 2 . 100 %
= 0,636804 . 100%
= 63,68% 2. Menguji signifikansi korelasi a. Menggunakan r tabel Dari uji koefisien korelasi diatas dapat diketahui bahwa
rxyhitung=0,798, kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Jika rxy > r tabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% maka signifikan dan hipotesa diterima. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: 4.8. Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r Tabel N
rtabel
rxy
80
0,798
Kesimpulan
5%
1%
0,220
0,286
Signifikan
b. Menggunakan uji T, yaitu dengan rumus; thitung
=
=
r ( N − 2) (1 − r ) 2
=
0,798 . 8,8318 0,60266
0,798 80 − 2 1 − 0,636804
=
0,798 78 0,363196
= 11,69
Selanjutnya t hitung = 11,69 dibandingkan dengan t tabel (0,01:78) = 2,638, dan t
tabel (0,05:78)
= 1,990. Karena t
hitung
= 11,69 > t
tabel
0,01 =
2,638 dan t tabel 0,05 = 1,990, maka korelasi antara X dan Y signifikan. 3. Mencari persamaan garis regresi Persamaan garis regresi, dapat dicari dengan cara menggunakan skor deviasi, yaitu:
55
y = ax dimana y = Y − Y , jika
y = Y −Y
a=
Σxy Σx 2
x= X −X maka y = ax atau
a=
dimana Y =
=
Σxy Σx 2
ΣY N
dan x = X − X =
6127 80
= 76,5875
=
6205 80
= 77,5625
4383,5625 = 0,748 5857,6875
dimana X = Y −Y
ΣX N
=a(X −X )
dapat kita selesaikan
Y – 76,5875 = 0,748 (X – 77,5625) Y = 0,748X – 58,01675 + 76,5875 Y = 0,748X + 18,57075 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa persamaan garis linier regresinya adalah:
Y = 0,748X + 18,57075
4. Analisis Varian Regresi Untuk menguji varian garis regresi, maka digunakan analisis regresi bilangan F (uji F) dengan skor deviasi sebagai berikut: Tabel 4.9: Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor Sumber variasi
db
JK
RK
F reg
Regresi (reg)
1
(Σxy) 2 Σx 2
JKreg dbreg
RKreg RKres
Residu (res)
N-2
JKres dbres
-
Total (T)
N-1
-
-
Σy 2 −
(Σxy) 2 Σx 2
Σy 2
Keterangan: N
: Jumlah responden
db
: Derajat kebebasan
JK
: Jumlah kuadrat
RK reg : Rerata kuadrat garis regresi RK res : Rerata kuadrat residu F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi
56
Selanjutnya data-data
yang telah ada pada langkah pertama
(koefisien korelasi dengan skor deviasi) dimasukkan kedalam rumus: 1). JKtotal
=
Σy 2
= 5141,39 2). JKreg
=
4383,56 2 19215598,27 (Σxy) 2 = = = 3280,41 2 5857,69 5857,69 Σx
3). JKres
=
Σy 2 −
4). RKreg
=
3280,41 JKreg = = 3280,41 dbreg 1
5). RKres
=
JKres 1860,98 = = 23,86 dbres 78
Jadi Freg
=
RKreg 3280,41 = = 137,486 23,86 RKres
(Σxy) 2 = 5141,39 – 3280,41 = 1860,98 Σx 2
Selanjutnya nilai F yang diperoleh (Freg), dikonsultasikan dengan nilai Ft (Ftabel) pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Harga F pada tabel dinyatakan dengan Fα (dbreg : dbres) dimana dbreg =1 dan dbres=N-2. sehingga untuk taraf signifikansi 1% ditulis F0,01(1:78) dan untuk taraf signifikansi 5% ditulis F0,05 (1:78), dan oleh karena dbres= N-2 = 78 dalam tabel tidak ada, dan yang terdekat adalah 60, maka: F0,05 (1:60) = 4,00, dan F0,01 (1:60) = 7,08 Sebagaimana diketahui bahwa nilai Freg= 137,486 dengan demikian Freg > F0,05 (1:8) dan Freg > F0,01 (1:78). Hal ini menunjukkan adanya nilai signifikansi, dan P<0,01 dan P<0,05. Maksudnya hipotesis yang menyatakan bahwa akhlak remaja usia 12-15 tahun mempunyai ketergantungan dari keadaan keteladanan akhlak orang tua, atau dengan kata lain adanya pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun pada taraf signifikansi 1% maupun 5% dengan probabilitas atau kemungkinan salah lebih kecil dari 1% maupun 5%.
57
Tabel 4.10 Uji Signifikansi Freg dengan F tabel
Sumber Db Variasi
JK
RK
Regresi
1
3280,41
3280,41
Residu
78
1860,98
23,86
Total
79
5141,39
Freg
137,486
Ftabel 5%
1%
4,00
7,08
Kriteria
Signifikan
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penghitungan nilai variabel keteladanan akhlak orang tua dan akhlak remaja usia 12-15 tahun dari bentuk kualitatif kedalam bentuk kuantitatif, maka diketahui nilai rata-rata keteladanan akhlak orang tua di Desa Purwosari Sayung Demak sebesar 77,6. Hal ini berarti bahwa keteladanan akhlak orang tua di desa tersebut adalah cukup, yaitu pada interval nilai 74 – 81. Sedangkan perhitungan rata-rata akhlak remaja usia 12-15 tahun di desa tersebut adalah sebesar 76,5. Hal ini berarti bahwa akhlak remaja usia 12-15 tahun dalam kategori cukup, karena berada pada interval nilai 73 – 79. Untuk menguji apakah korelasi antara keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun itu signifikan, maka harga rxy yang telah diketahui = 0,798 dapat dikonsultasikan dengan rtabel dengan N=80 atau derajat kebebasan db = 80-2. Dari rtabel dengan N=80 (atau db=78) akan ditemukan harga r pada taraf signifikansi 1% = 0,286 dan r-tabel pada taraf signikansi 5% = 0,220. Karena harga rxy = 0,798 lebih besar dari harga rtabel maka disimpulkan bahwa korelasi keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak sangat signifikan. Koefisien determinasi (r 2) variabel keteladanan akhlak orang tua (X) dan variabel akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak (Y) adalah 0,798 2 =63,68. Dengan demikian pengaruh variabel (X) terhadap variabel (Y) sebesar 63,68%, sedangkan 36,32 % lainnya karena pengaruh faktor lain.
58
Selanjutnya dari uji signifikansi korelasi dengan menggunakan rumus Uji t, diperoleh hasil to=11,69. Hasil ini dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf kepercayaan 1 % (t0,01) dan 5% (t0,05). Dari hasil penghitungan nilai to = 11,69 sedangkan t0,01 (78) = 2,638 dan t0.05 (78) = 1,990 dengan demikian to > t0,01 (78) dan to > t0,05 (78) ini berarti signifikan. Sementara itu dalam uji Freg diketahui nilai Freg=137,486 kemudian hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel dengan taraf signifikan 1%, ditulis F0,01 (1:78) dan taraf signifikan 5% ditulis F0,05 (1:78), oleh karena pada tabel tidak ada nilai 78, maka diambil yang terdekat, yaitu 60, sehingga diketahui: F0,01 (1:60) = 7,08 dan F0,05 (1:60) = 4,00. Nilai regresi (Freg) sebagaimana telah diketahui, yaitu 137,486 dengan demikian, maka Freg > F0,01 (1:78) dan Freg > F0,05 (1:78), ini berarti signifikan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu “ada pengaruh positif dan signifikan keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di desa Purwosari Sayung Demak” diterima. Hal ini terbukti dengan diperolehnya harga F yang lebih besar dibanding dengan F pada tabel (N: 80) dengan signifikansi 5% dan 1%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keteladanan akhlak orang tua terbukti merupakan prediktor yang ikut menentukan akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Sehingga, semakin baik keteladanan akhlak orang tua, maka semakin baik pula akhlak remaja usia 1215 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Sebaliknya semakin kurang keteladanan akhlak orang tua, maka semakin kurang pula akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Hal ini ditunjukkan dengan persamaan garis regresi Y=0,748X + 18,575. Dalam koefisien determinasi (r2) pengaruh variabel keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak diketahui sebesar 63,68 % dan sisanya adalah pengaruh dari faktor lain, diantaranya adalah faktor intern remaja itu sendiri. Selain itu faktor
59
lingkungan pergaulan, lingkungan sekolah dan masyarakat, media massa dan eletronik juga dapat mempengaruhi akhlak remaja, karena semua lingkungan itu adalah tempat berinteraksi bagi remaja yang akhirnya akan ikut mempengaruhi akhlak dan tingkah laku mereka. D. Keterbatasan Penelitian
Hasil apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, namun disadari bahwa ada beberapa keterbatasan, walaupun demikian hasil penelitian yang diperoleh tersebut tetap dapat dijadikan acuan awal bagi penelitian selanjutnya. Dalam hal ini penulis perlu menjelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang dimaksud, antara lain: 1. Oleh karena penelitian ini mengukur tentang akhlak, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, maka dari metode angket terdapat kelemahan, yaitu tidak dapat mengetahui dengan jelas tingkat kemantapan data. Usaha peneliti memakai teknik triangulasi dengan cara observasi dan interviu juga kurang maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga dan biaya. 2. Penelitian ini tidak dapat mengukur secara tepat dan menyeluruh keteladanan akhlak orang tua dan akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Hal ini dikarenakan luasnya ruang lingkup variabel yang diteliti, sehingga penelitian ini hanya dapat mengukur sebagian kecil saja dari luasnya ruang lingkup akhlak. Yaitu yang ada dalam pembahasan penelitian ini saja.
3. Dikarenakan besarnya populasi penelitian, yaitu 536 remaja usia 12-15 tahun, sementara peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini hanya mampu mengambil 15% saja dari populasi yang ada, yaitu sebesar 80 responden untuk variabel X dan 80 responden untuk variabel Y. Oleh karena itu dalam pengambilan sampel tidak bisa secara persis mencerminkan akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak secara menyeluruh. Namun usaha penulis
60
untuk mengambil sampel secara proporsi sesuai strata/tingkat usia masingmasing, sudah dapat dikatakan representatif, meskipun jumlah sampel hanya 15% saja. 4. Tidak dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak itu hanya dipengaruhi oleh keteladanan akhlak orang tua saja, tetapi juga karena adanya faktor lain yang mempengaruhinya, misalnya faktor dari diri sendiri, media massa dan elektronik, teman pergaulan, lingkungan sekolah dan masyarakat di sekitarnya.
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan analisis uji hipotesis, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Keteladanan akhlak orang tua di Desa Purwosari Sayung Demak termasuk dalam kategori “cukup”. Hal ini dibuktikan dengan penghitungan rata-rata keteladanan orang tua sebesar 77,625 yang terletak pada interval 74 – 81. 2. Akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak termasuk dalam kategori “cukup”. Hal ini ditunjukkan dengan penghitungan rata-rata akhlak remaja di desa tersebut sebesar 76,5 yang terletak pada interval 73 – 79. 3. Dari analisis uji hipotesis terbukti bahwa ada pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja di Desa Purwosari Sayung Demak yang ditunjukkan dengan nilai Freg = 137,486 > Ft(1%) = 7,08 dan Freg = 137,486 > Ft(5%)= 4,00. Nilai korelasi (r) =0,798 > rtabel 1% = 0,286 dan r-tabel 5% = 0,220 , artinya bahwa hubungan antara keteladanan akhlak orang tua dengan akhlak remaja di Desa Purwosari Sayung Demak adalah signifikan. Hubungan tersebut signifikan juga berdasarkan hasil dari uji thitung = 11,69 > t0,01 (78) = 2,638 dan t0.05 (78) = 1,990. Sedangkan harga koefisien determinan (r2) = 0,6368
artinya
pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun adalah sebesar 63,68%. Hal ini ditunjukkan dengan persamaan garis regresi Y=0,748X + 18,575. Sedangkan 36,32% lainnya adalah pengaruh dari faktor lain. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak, maka berikut ini ada beberapa saran dari penulis yaitu: 61
62
1. Bagi orang tua: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kateladanan akhlak orang tua berpengaruh terhadap akhlak anak mereka yang mulai memasuki masa remaja, oleh karena itu orang tua seyogyanya selalu memberi contoh yang baik terutama dalam memberikan keteladanan akhlak. 2. Bagi Remaja: Seorang remaja harus senantiasa meneladani akhlak orang tua mereka, yaitu meneladani akhlak yang baik. Adapun akhlak yang buruk agar dihindari. Oleh karena masa remaja adalah masa dimana anak mulai mengerti mana yang baik dan buruk, sehingga seorang remaja harus pintar-pintar mencari tokoh idolanya C. Penutup Alhamdulillahi robbil alamin, Berkat rahmat dan hidayah Allah Swt, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang sederhana ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan kepada peneliti, baik berupa tenaga maupun doa. Semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Abdusysyafi, Muhammad Abd. Salam., Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, juz.II, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th. Al-Bukhari, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail., Shahih al-Bukhari, Juz.1, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th. Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya’ Ulum ad-Din, Jilid III, Semarang: Toha Putera, t.th. Al-Ghulayaini, Musthofa., ‘Idhatun Nasyi‘in, Surabaya: Dar al-Ilmu, t.th. Ali, Muhammad Daud., Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, cet. III. Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy., Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung , Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Amin, Ahmad., “Al-Akhlaq”, terj: Ethika (Akhlaq), Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Amiroh, Maslahatul, Pengaruh Keteladanan Keluarga terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di desa Pantenan Kec. Paceng Gresik, Skripsi IAIN Walisongo Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006. An-Nahlawi, Abdurrahman., “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha”, Terj: Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung; CV. Diponegoro, 1992. Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. 12. Armai, Arief., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Asmaran, As., Pengantar Studi Akhlak Jakarta: Rajawali Press, 1992. Aziz, Erwati., Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai Mandiri, 2003. Berkowitz, Marvin W., “Fostering Goodness: Teaching Parents to Facilitate Children’s Moral Development”, http://parenthood.library.wisc.edu/Berkowitz/berkowitz.html.
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Djatnika, Rachmat., Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996, cet.2. Fitzgerald, Hiram. E dan Ellen Strommen., Programmed Learning Aid for Developmental Psychology, USA: Learning Systems Company, 1972. Hadi, Sutrisno., Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi, 2004, Edisi II. -----------------, Metodologi Research, Jilid. II, Yogyakarta: ANDI, 2004, Edisi II. Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Hurlock, Elizabeth. B., Child Development, Six Edition, Graw Hill: Kogakusa LTD, t.th. Hughes, Thomas Patrik., Dictionary of Islam, New Delhi: Cosmo Publication, 1982. Istianah, Nur., Pengaruh Keteladanan Orangtua terhadap Kecerdasan Emosional Remaja di MA Tarbiyatul Banin Banat Alasdowo Dukuhseti Pati, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006. Junaedi, Mahfudz (ed.)., Aqidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah kelas X, Semarang: CV.Ghani & SON bekerjasama dengan Kanwil Depag Jateng, 2004 Kartono, Kartini, Kamus Psikologi, Bandung: Satelit, 1987. Kementerian Urusan Agama Islam Arab Saudi, Al-Quran dan Terjemahnya, Madinah: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarif, 1418 H. Marimba, Ahmad. D., Maarif, 1980.
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-
Ma’shumah, Lift Anis., “Pembinaan Kesadaran Beragama”, dalam Ismail SM (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Nasution, Thamrin dan Nasution Nurhalizah, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Jakarta: Gunung Mulia, 1989.
Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; logos Wacana Ilmu, 1997. ----------------- , Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Nizar, Samsul., Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Purwanti, Endang dan Nur Widodo., Perkembangan Peserta Didik, Malang: UMM Press, 2002, cet, II. Purwanto, M. Ngalim., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, cet.13. Ridwan, Kafrawi, et. al., Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, cet. IV. Sarwono, Sarlito Wirawan., Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, cet. VII. Shanthut, Khatib Ahmad., “Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim”. Terjemah Ibnu Burdah, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998, cet. I. Shihab, M. Quraish., Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 2000, cet. IX. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi., Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1995, cet. 2. Suryabrata, Sumadi., Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, cet.14. Sya’roni, Wahab, Pengaruh Perhatian Orang tua terhadap Akhlak Siswa MA d, Skripsi, Semarang: Perpustakaan Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006 Tafsir, Ahmad., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. IV. -----------------, Pendidikan Agama Rosdakarya, 2000, cet.III.
dalam
Keluarga,
Bandung:
Remaja
Thoha, M. Chabib., Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, cet.II Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Edisi III, cet III.
Ulwan, Abdullah., Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz.II, Beirut: Dar as-Salam, 1893. Untung, Moh. Slamet, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005, cet. I. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, Cet. 8. Yusuf, Syamsu., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005, cet.V.
RIWAYAT PENULIS Nama
: AKHMAD RIYADI
NIM
: 3103022
TTL
: Demak/13 Juli 1980.
Alamat
: Desa Purwosari Rt.02/III Kec. Sayung Kab. Demak.
Jenjang Pendidikan : - SDN 2 Purwosari,
lulus tahun 1992.
- SMPN 1 Sayung,
lulus tahun 1995.
- MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak lulus tahun 1998. - Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, masuk tahun 2003
Semarang, 28 Desember 2007 Penulis,
Akhmad Riyadi NIM. 3103022
1
Lampiran I. KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET PENELITIAN PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANGTUA TERHADAP AKHLAK ANAK REMAJA USIA 12-15 TH DI DESA PURWOSARI Variabel X: Keteladanan Akhlak Orangtua INDIKATOR Keteladanan akhlak terhadap Allah Swt: - Bertakwa kepada-Nya - Cinta dan Ridla kepada Allah - Bersyukur - Tawakkal Jumlah Keteladanan akhlak terhadap diri sendiri: -Jujur dan dapat dipercaya -Rendah hati -Kerja Keras dan disiplin -Berjiwa Ikhlas -Sabar -Hidup Bersih dan Sehat Jumlah Keteladanan akhlak terhadap sesama manusia: -Keluarga, karib, kerabat : - Saling menyayangi - Berbuat baik - Membina silaturrahim -Tetangga,Masyarakat : - Saling menghormati - Tolong Menolong - Gotong royong Jumlah Keteladanan akhlak terhadap lingkungan: -Memelihara Kelestarian lingkungan -Menjaga kebersihan lingkungan -Menyayangi makhluk hidup Jumlah Jumlah total
Nomor Soal Positif Negatif 1,2 4,5 6 7 6
3
1
8,9 10 11 12 13 14 6
Jumlah 3 2 1 1 7 2 1 1 1 1
1
7
8
0
8
23 24 25 3
0
3 25
15 16,17 18 19 20,21 22
Variabel Y: Akhlak Anak Remaja Usia 12-15 Tahun Butir Soal INDIKATOR Positif Negatif Akhlak terhadap Allah Swt: 3 1,2 - Bertakwa kepada-Nya 4,5 - Cinta dan Ridla kepada-Nya 6 - Bersyukur 7 - Tawakkal Jumlah 6 1
Jumlah
7
2
Akhlak terhadap diri sendiri: -Jujur dan dapat dipercaya -Rendah hati -Kerja keras dan Disiplin -Berjiwa Ikhlas -Sabar -Hidup bersih dan sehat Jumlah Keteladanan akhlak terhdap sesama manusia: -Keluarga, Kerabat, : - Saling menyayangi karib - Berbuat baik - Membina silaturrahim -Tetangga, Masyarakat:- Saling menghormati - Tolong Menolong - Gotong royong Jumlah Akhlak terhadap lingkungan -Memelihara kelestarian lingkungan -Menjaga kebersihan lingkungan -Menyayangi makhluk hidup Jumlah Jumlah Total
8,9 10 11 12 13 14 6 15 17 18 19 20,21 22 8
1
7
16
1
8
23 24 25 3
0
3 25
3
ANGKET PENELITIAN (Responden: Orang Tua)
Lampiran II.
I. IDENTITAS 1. Nama
:
2. Pekerjaan
:
3. Alamat
: Purwosari,
II. PETUNJUK UMUM 1. Isilah biodata Bapak/Ibu di atas terlebih dahulu. 2. Bacalah tiap-tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk menjawabnya. 3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan keadaan bapak/ibu setiap hari. 4. Jawaban Bapak/Ibu hanya semata-mata untuk keperluan dalam penelitian, sehingga jawaban jujur anda akan sangat membantu penelitian ini. 5. Jawaban serta identitas bapak/ibu akan dijamin kerahasiaannya. III. DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimanakah ibadah sholat wajib Bapak/Ibu setiap hari ? a. Ya, selalu tepat waktu
c. Kadang-kadang sholat
b. Sholat, tapi sering meng-qadla
d. Tidak pernah sholat
2. Bagaimanakah ibadah puasa Bapak/Ibu pada bulan Ramadlan? a. Selalu puasa
c. Kadang-kadang puasa
b. Puasa, tapi kadang batal
d. Tidak pernah puasa
3. Apabila ada hajatan/ngunduh mantu dilingkungan bapak/ibu, terus ada yang begadang dengan main kartu. Apakah Bapak/Ibu juga mengikutinya? a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya, Selalu
4. Setiap selesai melakukan sholat, apakah bapak/ibu berdoa/dzikir terlebih dahulu? a. Ya, Selalu berdoa
c. Kadang-kadang
b. Sering berdoa
d. Tidak pernah
5. Apakah bapak/ibu membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari? a. Ya, selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering.
d. Tidak pernah
4
6. Apabila Bapak/Ibu mendapat rejeki lebih dari Allah, apakah Bapak/Ibu biasa menabung? a. Ya, Selalu menabung untuk masa depan. b. Sering menabung. c. Jarang sekali menabung, itupun kalau ada sisa. d. Langsung habis, jadi tidak pernah menabung. 7. Jika anda pernah gagal dalam mencapai sesuatu, seperti: pekerjaan atau pendidikan, bagaimanakah sikap Bapak/Ibu? a. Berserah diri serta menerima dengan lapang dada dan terus berusaha b. Menerima apa adanya, tapi kadang malas untuk berusaha lagi. c. Kadang-kadang putus asa, sehingga jadi malas berusaha. d. Putus asa dan menyesali nasib, tidak mau berusaha lagi. 8. Suatu ketika bapak/ibu membeli sesuatu ditoko/warung, ternyata pengembalian uangnya kelebihan. Apakah Bapak/Ibu akan mengembalikan kelebihannya? a. Ya, selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Ketika Bapak/Ibu diberi amanat seseorang, apakah Bapak/Ibu melaksanakan dengan sesungguh hati? a. Ya, selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apakah anda suka berbicara kasar atau tidak sopan dengan orang lain, termasuk terhadap anak-anak anda? a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya, selalu
11. Bagaimanakah sikap Bapak/Ibu jika bekerja ? a. Suka kerja keras dan disiplin
c. Kerja semaunya dan tidak disiplin
b. Kerja keras tapi tidak disiplin
d. Malas, tidak mau bekerja
12. Ketika dilingkungan Bapak/Ibu ada penarikan iuran RT atau sumbangan pembangunan masjid atau mushola, bagaimanakah sikap bapak/ibu? a. Selalu ikhlas menyumbang
c. Kadang-kadang tidak ikhlas
b. Sering Ikhlas
d. Selalu Riya/Pamer
13. Bagaimanakah sikap Bapak/Ibu, saat sedang menghadapi masalah, seperti: kekurangan biaya hidup, sakit keras, atau kena musibah lainnya? a. Sabar dan sadar bahwa semua itu adalah cobaan dari Allah
5
b. Sabar, tapi kadang timbul rasa putus asa c. Sering putus asa d. Selalu marah-marah dan putus asa. 14. Apakah Bapak/Ibu setiap hari menjaga hidup bersih dan sehat, seperti: Olah Raga, tidak makan/minum yang beralkohol, tidak begadang? a. Ya, selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh. b. Sering menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh. c. Tidak begitu peduli dengan kebersihan dan kesehatan d. Suka begadang, dan minuman beralkohol. 15. Apakah anda selalu bertutur kata yang baik dan lemah lembut, termasuk kepada anak-anak anda? a. Ya, selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
16. Bagaimanakah
Bapak/Ibu
memperlakukan
anak,
misalnya:
ketika
menyuruhnya untuk belajar? a. Selalu membantu menumbuhkan kesadaran anak untuk belajar b. Sering menyuruh anak harus belajar, nggak boleh kemana-mana. c. Kadang-kadang saja menyuruh belajar, kalau lagi.ingat. d. Membiarkan saja, tidak pernah menyuruh belajar. 17. Ketika saudara atau tetangga anda ada yang sakit, apakah anda mengajak seluruh keluarga anda untuk menjenguknya? a. Ya, selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering.
d. Tidak pernah
18. Bagaimanakah hubungan anda terhadap keluarga/kerabat anda? a. Selalu terjalin hubungan baik
c. Kadang cekcok
b. Biasa-biasa saja
d. Selalu bermusuhan
19. Apabila tetangga anda ada yang meninggal dunia, apa yang anda biasa lakukan? a. Ikut ta’ziyah sampai selesai
c. di rumah saja
b. Ta’ziyah sebentar, lalu pergi kerja
d. Pergi menghindar
6
20. Apabila ada pengemis datang meminta sedekah, sedang anda sedang asyik nonton TV bersama anak-anak anda, apakah anda akan memberinya? a. Ya, selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Sama sekali tidak pernah
21. Bila tetangga meminjam sesuatu kepada anda, misalnya: uang atau barang, apakah anda bersedia meminjaminya? a. Selalu meminjami jika memang ada. b. Sering meminjami, tapi selalu menagih. c. Kadang-kadang, jika lagi terpaksa. d. Tidak pernah mau meminjami 22. Ketika tetangga anda sedang punya hajat mantu atau membangun rumah, apakah Bapak/Ibu ikut membantu lagan atau sambatan? a. Ya, selalu
c. Kadang-kadang.
b. Sering
d. Tidak pernah
23. Dimanakah Bapak/Ibu membuang sampah setiap hari? a. Selalu membuangnya di tempat sampah yang sudah saya sediakan b. Seringnya di tempat sampah, tapi sesekali juga di sungai. c. Seringnya membuang di sungai, tapi kadang di sungai. d. Selalu membuang sampah di sungai, soalnya lebih praktis dan ringan 24. Apakah Bapak/Ibu berusaha untuk menjaga kebersihan rumah/lingkungan? a. Ya, selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25. Apabila anda memiliki tanaman hias atau hewan piaraan seperti: burung, ayam atau kambing, apakah anda rajin merawatnya? a. Ya, selalu
c. Kadang-kadang.
b. Sering
d. Sama sekali tidak pernah
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan ”
7
Lampiran III.
ANGKET PENELITIAN (Responden: Anak)
I. IDENTITAS 1. Nama Anak
:
2. Nama Orang Tua : 3. Umur
:
II. PETUNJUK UMUM 1. Isilah biodata diri kamu di atas terlebih dahulu. 2. Bacalah tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk menjawabnya. 3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan keadaanmu setiap hari. 4. Pengisian angket ini adalah semata-mata untuk kepentingan penelitian. 5. Jawaban serta identitasmu akan dijamin kerahasiaannya. 6. Sebelum mengisi angket ini, bacalah basmalah terlebih dahulu. III. DAFTAR PERTANYAAN 1. Berapa kali kamu melaksanakan sholat wajib setiap hari? a. Selalu sholat 5 waktu.
c. 1-2 kali
b. 3-4 kali
d. Tidak pernah sholat
2. Ketika bulan Ramadlan apakah kamu melaksanakan puasa? a. Selalu puasa
c. Kadang-kadang puasa
b. Puasa, tapi kadang batal
d. Tidak pernah puasa
3. Pada suatu hari teman-teman kamu pada taruhan, apakah kamu ikut taruhan? a. Tidak pernah
c. Sering ikut
b. Kadang-kadang
d. Ya, selalu
4. Setelah selesai melaksanakan sholat, apakah kamu berdoa dulu sebelum meninggalkan tempat? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Apakah kamu mengaji/membaca al-Quran setiap hari? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Suatu hari orangtuamu memberi uang saku lebih banyak dari biasanya, apakah yang kamu lakukan?
8
a. Terima kasih kepada orangtua dan bersyukur, uangnya saya tabung /untuk keperluan yang bermanfaat seperti: membeli buku. b. Senang sekali karena bisa membeli mainan atau jajan, kalau ada sisa baru ditabung. c. Senang sekali dan langsung untuk jajan. d. Langsung habis, dan minta lagi 7. Jika kamu mendapat nilai jelek sekali di sekolah, atau tidak naik kelas, bagaimana perasaanmu? a. Berserah diri kepada Allah menerima dengan lapang dada dan terus belajar dengan giat. b. Menerima apa adanya, tapi kadang putus asa. c. Kadang-kadang putus asa, sehingga jadi malas berusaha. d. Putus asa dan menyesali nasib, tidak mau belajar lebih giat lagi. 8. Apabila kamu membeli sesuatu ditoko/warung, ternyata pengembalian uangnya kelebihan. Nah, apakah biasanya kamu akan mengembalikan kelebihannya? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Apabila kamu dititipi barang oleh temanmu, apakah kamu menjaganya dengan baik? a. Ya, selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apabila kamu berbicara dengan orang yang lebih tua, apakah kamu pernah berbicara dengan kasar? a. Tidak pernah
c. Sering.
b. Kadang-kadang
d. Selalu
11. Apakah kamu selalu belajar tepat waktu tanpa pernah diingatkan oleh orang tua? a. Selalu belajar tanpa diingatkan oleh orang tua. b. Belajar, kalau diingatkan dulu oleh orang tua. c. Kadang-kadang belajar, yaitu kalau mau ada ulangan. d. Tidak pernah belajar
9
12. Apabila kamu disuruh membeli sesuatu oleh orangtuamu, apakah kamu melaksanakannya? a. Selalu ikhlas melaksanakan. b. Melaksanakan, tapi agak terpaksa. c. Kadang-kadang melaksanakan, itupun karena terpaksa. d. Tidak pernah melaksanakan. 13. Bagaimanakah sikap kamu, jika kamu sedang ada masalah, seperti: sakit keras, atau musibah lainnya? a. Sabar, sadar bahwa semua itu adalah cobaan dari Allah b. Sabar, tapi kadang timbul rasa putus asa c. Sering putus asa d. Selalu marah-marah dan putus asa. 14. Apakah kamu menjaga kesehatan, seperti: menggosok gigi terlebih dahulu sebelum tidur? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering.
d. Tidak pernah
15. Apakah kamu selalu bertutur kata baik/sopan dengan orangtua? a. Ya, selalu sopan
c. Kadang-kadang sopan
b. Sering sopan
d. Tidak sopan sama sekali
16. Apabila orangtuamu menasihati kamu, apakah kamu membantahnya ? a. Tidak pernah
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Selalu
17. Apabila temanmu ada yang sakit, apakah kamu menjenguknya? a. Ya, selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
18. Suatu hari kamu bertengkar dengan teman kamu, lalu apa yang akan kamu lakukan? a. Saya akan meminta maaf terlebih dahulu. b. Memaafkan, jika dia meminta maaf duluan. c. Memaafkan, tapi sebenarnya dalam hati tidak. d. Tidak mau baikan lagi.
10
19. Bagaimana sikap kamu terhadap orang lain, terutama terhadap orang yang lebih tua? a. Selalu menghormati
c. Kadang-kadang hormat
b. Sering hormat
d. Tidak pernah hormat
20. Apabila disekolah kamu ada iuran/sumbangan, karena ada orangtua dari salah satu murid yang meninggal, apakah kamu ikut menyumbang? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering.
d. Tidak pernah
21. Teman kamu ingin meminjam sesuatu sama kamu, bagaimana sikapmu? a. Selalu meminjami jika memang ada. b. Sering meminjami. c. Kadang-kadang meminjami. d. Tidak pernah meminjami 22. Apakah kamu suka ikut gotong royong/kerja bakti membersihkan lingkungan, baik disekolah maupun dirumah? a. Ya, selalu ikut.
c. Kadang-kadang ikut
b. Sering ikut.
d. Tidak pernah
23. Apakah kamu suka membuang sampah di sembarang tempat? a. Tidak, selalu ditempat sampah b. Kadang-kadang sembarangan c. Sering di sembarang tempat d. Di jalan, sungai, selalu disembarang tempat. 24. Apakah kamu setiap hari membersihkan kamar kamu sendiri? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
25. Apabila kamu melihat hewan, seperti: ayam tertabrak motor dan masih hidup, bagaimana perasaanmu? a. Kasihan dan mengobatinya
c. Biasa saja,dan meninggalkannya
b. Kasihan tapi membiarkan saja
d. tertawa dan dibuat main-main.
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan ”