e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA Putu Iishvari Radha Devi1 , I Gusti Agung Oka Negara2, Ida Bagus Gede Surya Abadi3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur, setelah diterapkan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus untuk memperbaiki proses pembelajaran. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur yang berjumlah 43 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes objektif pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 75% berada dalam kategori sedang dengan ketuntasan klasikal 62,79% sedangkan pada siklus II memperoleh persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 89% berada dalam kategori tinggi dengan ketuntasan klasikal 90,69%. Hal ini menunjukkan peningkatan persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 14% dan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II sebesar 27,9%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur. Kata-kata kunci : saintifik, team games tournament, pengetahuan IPA Abstract This study aims to improve the mastery of knowledge competencies fifth grade science students of SD Negeri 1 Sanur, after applied scientific approach based cooperative learning team games tournament (TGT). This research was classroom action research conducted in two cycles to improve the learning process. The subjects were fifth grade students of SD Negeri 1 Sanur was numbered 43 peoples. Collecting data in this study was conducted using multiple choice objective test to determine competency mastery of knowledge Science. The data was analyzed using descriptive statistical analysis techniques and quantitative descriptive analysis. The results of this research is showing that an increase of knowledge mastery of competencies science in the first cycle the average percentage of knowledge mastery of competencies Science by 75% under the category of middle with classical completeness 62,79% while in the second cycle obtains the mean percentage science knowledge mastery of competencies average by 89% under the category of high with 90,69% classical completeness. This shows an increase in the average percentage of mastery of competencies cycle of 14% and knowledge of Science classical completeness of the first cycle to the second cycle of 27,9%. Based on these results, it is conclud that the application of a scientific approach based cooperative learning Team Games Tournament (TGT) may improve the mastery of knowledge competencies of fifth grade science students of SD Negeri 1 Sanur. Keywords : scientific, team games tournament, sience knowledge
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Potensi-potensi siswa perlu dikembangkan dalam pendidikan untuk memahami konsep-konsep pembelajaran sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik. Oleh karenanya, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan kurikulum pembelajaran dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013, dimana dalam kurikulum 2013 proses pembelajarannya adalah berpusat pada siswa, menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa. Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Dalam kurikulum 2013 ini digunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan komunikasi (Kurniasih dan Sani, 2014:29). Kelima komponen ini terdapat dalam suatu rencana pembelajaran tematik di Sekolah Dasar (SD) pada kelas yang sudah menggunakan tematik integratif seperti kelas I, II, III, IV, V dan VI. Tematik integratif merupakan susunan beberapa mata pelajaran yang dikemas dalam satu pelajaran tematik. Mata pelajaran yang dapat dikemas di antaranya Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Seni Budaya dan Keterampilan (SBdP), dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (PJOK). Pada proses pembelajaran di sekolah mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang menjadi satu tema, salah satunya adalah muatan materi IPA. Muatan Materi IPA merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian
besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Anggapan sebagian besar peserta didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan (Susanto, 2014:165). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 21 Nopember 2015 di SD Negeri 1 Sanur, ditemukan hasil belajar penguasaan kompetensi pengetahuan IPA di kelas V masih berada pada kategori rendah. Dari seluruh siswa yang berjumlah 43 orang, siswa yang tergolong tuntas 18 orang (41,8%) dan siswa yang tidak tuntas berjumlah 25 orang (58,1%). Hal ini dimungkinkan karena pemahaman dalam penguasaan kompetensi pengetahuan IPA belum dikuasai oleh beberapa siswa yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal. Hasil belajar tersebut berdasarkan hasil ulangan akhir semester I. Hasil belajar dikatakan tuntas atau berhasil apabila telah memenuhi standar Ketuntasan Belajar (KB) sekolah yaitu 75 baik secara individu maupun klasikal di kelas V. Rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPA ini juga di pengaruhi karena pembelajaran IPA di kelas tidak diciptakan dengan suasana yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Oleh karena kurang menariknya pembelajaran IPA ini, maka akan timbul rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Dari permasalahan tersebut perlu solusi perbaikan dengan adanya upaya untuk mengubah paradigma pembelajaran lama menjadi paradigma pembelajaran baru dengan menerapkan pembelajaran yang relevan. Saat ini telah berkembang berbagai strategi, model dan media pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan dalam pendekatan saintifik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran inkuiri, kuantum, PBL, CTL, STAD, TGT, NHT dan lain sebagainya. Salah satu hal yang menyenangkan dan menarik bagi anak di sekolah dasar adalah permainan.
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Permainan yang dirancang dalam proses pembelajaran merupakan permainan akademik yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan merangsang agar siswa aktif bekerjasama dalam pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang merancang permainan akademik dalam penerapannya yaitu pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Rusman (2014:224) mengemukakan “TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda”. Menurut Slavin (2015:166), pembelajaran TGT terdiri dari lima komponen, yaitu penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (team), permainan (game), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Penerapan pembelajaran ini akan dapat memberikan pengalaman langsung yang bersifat konkret dalam permainan akademik yang dialami siswa dalam tournament. Pembelajaran ini akan dapat menguatkan ingatan siswa terhadap materi yang dipelajarinya karena permainan akademik yang dialami siswa dalam tournament berfungsi sebagai tinjauan untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajarinya sebelum siswa mengikuti tes individual, maka melalui kombinasi pendekatan saintifik dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa karena berorientasi pada aktivitas siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan sehingga siswa semakin antusias dan berminat untuk belajar. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sugiartana (2013) yang hasilnya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPA dan sikap ilmiah siswa kelas VB SD Negeri 3 Banjar Jawa. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Gugus Batur-Bangli.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul ”Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sanur”. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sanjaya (2009:33) penelitian tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan guru yang berangkat dari adanya kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang bersifat aktual di dalam kelasnya atau di sekolahnya sendiri dengan atau tanpa adanya program latihan secara khusus. Dalam penelitian jenis tindakan yang digunakan adalah penelitian tindakan kalaboratif, yaitu kerjasama antara guru dan peneliti. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu rangkaian langkahlangkah. Setiap langkah terdiri dari empat tahapan, yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan, hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan refleksi awal. Setelah melakukan tahap refleksi hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan siklus I dan II berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tindakan pada siklus I dan II dilaksanakan dalam empat kali pertemuan dengan tiga kali pembelajaran dan satu kali evaluasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sebuah latar penelitian di SD Negeri 1 Sanur Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dengan subjek yang melibatkan seluruh siswa kelas V dengan jumlah 43 siswa yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Data yang diperlukan adalah data tentang hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Data tentang hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dapat dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yaitu tes objektif pilihan ganda biasa. Tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan pada umumnya terdiri atas: kalimat pokok yang berupa pertanyaan belum lengkap, diikuti oleh empat kemungkinan jawaban (alternatif a, b, c, dan d) yang dapat melengkapi pertanyaan tersebut. Untuk penskoran yaitu skor 0 untuk siswa yang menjawab salah dan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar pada setiap item butir soal (Agung, 2010:40). Skor hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kemudian dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2014:110) Teknik analisis statistik deskriptif adalah “cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menerapkan rumus-rumus statistik deskritif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Sedangkan menurut Agung (2012:67) Metode analisis deskritif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Langkah-langkah metode analisis statistik deskriptif yang dilakukan dalam menganalisis data hasil penguasaan kompetensui pengetahuan IPA adalah sebagai berikut.
Keterangan : X = titik tengah (2) f = frekuensi fk = frekuensi kumulatif fX = frekuensi x skor c) Untuk menentukan tabel distribusi frekuensi dapat menggunakan rumus sebagai berikut. Rentangan (R) = skor tertinggi (Xt) – skor terendah (Xr) + 1 Keterangan : (Agung, 2014:142) (3) Jika R<15 maka data tersebut disusun ke dalam tabel data tunggal. Sebaliknya jika R>15 maka data sebaiknya disusun ke dalam tabel data bergolong. d) Menghitung mean digunakan rumus sebagai berikut.
M
fx N
(Agung, 2014:143)
(4)
Keterangan : M = Rata-rata (mean) ∑fx = Jumlah nilai seluruh siswa N = Banyaknya siswa e) Menghitung median digunakan rumus sebagai berikut.
1 / 2n f kb f m
Me = b + i
(5)
Keterangan : Me = Median (Agung, 2014:143) b = Batas bawah kelas interval n = Banyaknya data fkb = Frekuensi komulatif bawah kelas median fm = Frekuensi pada kelas median
a) Mencari jumlah skor siswa (individu) sebagai berikut. skor perolehan siswa Nilai = x 100% skor maksimal ideal (1) (Agung, 2014:143)
f)
Menghitung modus digunakan rumus sebagai berikut. Mo =
b1 b1 b2
b + i
Keterangan :(Agung, 2014:143) (6) Mo = Modus b = Batas bawah kelas interval modus i = Interval kelas b1 = Frekuensi Mo-frekuensi kelas yang lebih rendah b2 = Frekuensi Mo-frekuensi kelas yang lebih tinggi
b) Menyusun interval kelas Tabel 1. Interval kelas Kelas X F Fk fX interval
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
g) Menyajikan Data ke dalam Grafik Poligon dan Menentukan Letak Mean, Median dan Modus dalam Kurva
M(%) = M x 100% SMI (Agung, 2014:144) (7) Keterangan : M(%) : Persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA M : Rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA SMI : Skor maksimal ideal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
f
Gambar 1. Kurve Keterangan : (Agung, 2014: 144) f = frekuensi X = skor
X
b) Tingkat hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat ditentukan dengan membandingkan M(%) dan hasilnya dikonversikan ke dalam tabel PAP skala lima seperti terlihat pada tabelberikut.
Langkah-langkah metode analisis deskritif kuantitatif yang dilakukan dalam menganalisis penguasaan kompetensi pengetahuan IPA adalah sebagai berikut. a) Mencari persentase rata-rata (M%) dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Tabel 2. PAP dengan Skala Lima Persentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Sumber : Agung (2014:145) c) Tingkat Ketuntasan Belajar (KB) secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut. KB = Banyak siswa yang tuntas x 100% (8) Banyak siswa yang mengikuti tes
Kriteria
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik poligon sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus I hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa adalah 75%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus I berada pada tingkat penguasaan 65%-79% dengan kategori sedang dan ketuntasan belajar siswa 62,79%. Dari hasil siklus I, terlihat bahwa penelitian ini belum maksimal karena 80% siswa secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II. Dari data tabel distribusi frekuensi penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
Gambar 2. Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siklus I Berdasarkan gambar grafik poligon tersebut dapat dilihat Mo < Me < M (69 < 74 < 75), sehingga dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pada siklus I sebagian yang belum tuntas karena gambar grafik poligon menunjukkan kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor pada siklus I berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil refleksi proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus I sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tetapi ditemukan beberapa kekurangan yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan. Sehingga kekurangan-kekurangan saat proses pembelajaran perlu diperbaiki agar hasil yang diperoleh dapat ditingkatkan. Adapun kekurangan yang dimaksud diantaranya : 1) Siswa masih bingung dan belum bisa konsentrasi dalam mengikuti penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan. 2) Beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan banyak siswa yang lain-lain atau bermain, sehingga strategi mengajar perlu ditingkatkan. 3) Sangat sulit mengatur siswa ke dalam kelompok heterogen dan kelompok homogen. 4) Beberapa siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, terbukti dengan hanya beberapa siswa saja yang mampu menjawab pertanyaan dari guru atau kelompok lain. 5) Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa di kelompoknya yang kemampuannya rendah. Bertolak dari kekurangan-kekurangan pada siklus I, maka perlu adanya perbaikan pelaksanaan tindakan yang selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Adapun perbaikan yang dilakukan adalah 1) Menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa lebih paham dengan pembelajaran yang dilaksanakan. 2) Memberikan penguatan, motivasi dan perhatian kepada siswa sehingga siswa lebih tertarik dan bisa konsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Guru harus mempersiapkan model pembelajaran TGT dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya Guru harus teliti dan menyiapkan soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah dalam menentukan pembagian kelompok
heterogen maupun homogen. 4) Membimbing dan mendampingi siswa ketika berdiskusi serta memberikan stimulus untuk memotivasi siswa agar fokus dalam kegiatan tersebut. 5) Guru harus membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. Dari data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus II sudah mengalami peningkatan yang cukup besar. Berdasarkan hasil analisis persentase rata-rata hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa adalah 89%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus II berada pada tingkat penguasaan 80%-89% dengan kategori tinggi dan ketuntasan klasikal siswa 90,69%. Berdasarkan hasil tersebut, maka penelitian ini dihentikan. Hal ini dikarenakan tingkat penguasaan materi secara klasikal telah mencapai target di atas ketuntasan minimal 80%. Dari data tabel distribusi frekuensi penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik poligon sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siklus II Berdasarkan gambar grafik poligon tersebut dapat dilihat Mo > Me > M (94 > 92 > 89), sehingga dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur yang menunjukkan kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor pada siklus II berada di kategori tinggi.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Melalui perbaikan proses kompetensi pengetahuan IPA sudah pembelajaran dan pelaksanaan tindakan berlangsung sesuai dengan perencanaan siklus I, pada pelaksanaan siklus II telah dan telah mencapai indikator keberhasilan. terjadi adanya peningkatan pada Melalui pelaksanaan tindakan yang penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dilakukan pada siklus II sebagai tindak siswa. Adapun temuan-temuan yang lanjut dari kendala yang ditemukan pada diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus I, sehingga dapat terjadi peningkatan siklus II yaitu : 1) Siswa sudah mulai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA terbiasa dengan penerapan pendekatan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur. Hal saintifik berbasis pembelajaran kooperatif ini terlihat dari adanya peningkatan ratatipe TGT yang diterapkan dan lebih tertarik rata persentase (M%) dari siklus I ke siklus dengan media kartu soal dibandingkan II, sehingga penelitian ini cukup sampai di dengan media yang digunakan siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus sebelumnya. 2) Siswa dapat mengikuti berikutnya. kegiatan pembelajaran dengan lebih Penyajian hasil penelitian tersebut tenang. 3) Sudah lebih mudah mengatur memberikan gambaran bahwa dengan siswa ke dalam kelompok heterogen dan penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat kelompok homogen. 4) Hampir seluruh siswa sudah cukup aktif dalam mengikuti meningkatkan penguasaan kompetensi pembelajaran dan mampu menjawab pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri pertanyaan dari guru atau kelompok lain. 5) 1 Sanur. Siswa berkemampuan tinggi sudah terbiasa Berdasarkan hasil analisis data yang dan lebih mudah memberikan penjelasan telah dilakukan, diketahui bahwa kepada siswa di kelompoknya yang penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kemampuannya rendah. siswa siswa mengalami peningkatan dari Secara umum proses pembelajaran siklus I ke siklus II. Ringkasan data dengan penerapan pendekatan saintifik penguasaan kompetensi pengetahuan IPA berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat pada tabel berikut. untuk meningkatkan penguasaan Tabel 3. Rekapitulasi Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siklus I dan Siklus II No. Kategori 1. Persentase Rata-rata 2. Ketuntasan Klasikal
Siklus I Siklus II 75% 89% 62,79% 90,69% dan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II 27,9%. Peningkatan persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I dan Siklus II disajikan pada gambar berikut.
Berdasarkan tabel yang telah dipaparkan, secara umum terlihat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur mengalami peningkatan pada siklus II. Dilihat pada siklus I persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 75% berada dalam kategori sedang dengan ketuntasan klasikal 62,79% sedangkan pada siklus II memperoleh persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 89% berada dalam kategori tinggi dengan ketuntasan klasikal 90,69%. Hal ini menunjukkan peningkatan persentase ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 14%
Gambar 4. Peningkatan Persentase Rerata Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kooperatif tipe TGT yaitu siswa bebas berinteraksi dan mengeluarkan pendapatnya, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran, mendidik siswa untuk bersosialisasi dengan orang lain, menumbuhkan rasa toleransi antarsiswa, meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dibahas, dan siswa bebas mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensinya masing-masing. Dilihat dari kelebihan pembelajaran TGT tersebut, maka penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih (2014) hasil penelitiannya bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik diterapkan untuk siswa daripada pembelajaran konvensional, karena siswa lebih nyaman untuk mengeplorasikan kemampuan yang ada pada dirinya. Demikian juga hasil penelitian dari Dea (2012) menyatakan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur.
Peningkatan ini terjadi setelah diterapkannya pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa secara efektif. Hal ini didukung oleh pendapat Daryanto (2014:51) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstuk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Begitu pula dengan pembelajaran TGT, menurut Rusman (2014:224) menyatakan bahwa pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Berdasarkan pemaparan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu proses pembelajaran yang bersifat ilmiah dan dipadukan dengan unsur permainan yang bisa menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar, sehingga dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran dan dapat membantu tercapainya tujuan dari kegiatan pembelajaran. Kelebihan pembelajaran
PENUTUP Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 75% berada dalam kategori sedang dengan ketuntasan klasikal 62,79% sedangkan pada siklus II memperoleh persentase ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 89% berada dalam kategori tinggi dengan ketuntasan klasikal 90,69%. Hal ini menunjukkan peningkatan persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 14% dan ketuntasan
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
klasikal dari siklus I ke siklus II sebesar 27,9%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Sanur. Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1) Kepada siswa, agar mampu meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan dengan cara lebih fokus dalam mengikuti proses pembelajaran agar penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dapat lebih ditingkatkan secara optimal. 2) Kepada guru, dalam proses pembelajaran dapat menerapkan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe TGT agar nantinya dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. 3) Kepada Kepala SD Negeri 1 Sanur, sekolah hendaknya dapat menyiapkan fasilitas dan media pembelajaran untuk setiap tema agar media yang ada dapat mendukung guru dalam menerapkan model pembelajaran. 4) Kepada peneliti, hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk meneliti permasalahan dalam aspek kognitif dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Cahyani, Ni Putu Evi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 12 Dauh Puri. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. _______. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Yogyakarta: Gava Media Depdikbud. 2014. Lampiran 1 Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Dea Parmawati, Putu. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Berbantuan LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 17 Pemecutan Denpasar. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A Gede. 2010. Evaluasi Pendidikan. Singajara : Undiksha. _______. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : Undiksha.
Dewi, Agung Ayu Manika. 2014. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD di Gugus BaturBangli. Tesis (tidak diterbitkan). Jurusan Studi Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha.
_______. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : Undiksha. _______. 2014. Statistika Dasar untuk Pendidikan. Yogyakarta : Deepublish. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidika. Jakarta : Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Ferdiantini, Ni Wayan Aniek. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 4 Lodtunduh. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : Yrama Widya.
Sugiartana, Made Slamet. 2013. Penerapan Model TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Banjar Jawa Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Slavin,
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kurniasih, Imas dan Berlin, Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep Dan Penerapan. Surabaya : Kata Pena. Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Lampiran IV Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran.Kemendikbud
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : CV. Alfabeta. _______. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Maharani, Ervina. 2014. Panduan Sukses Menulis Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Parasmu. Ratih
Robert E. 2015. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
_______. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : CV. Alfabeta.
Wulandari,A.A. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 5 Sanur Pada Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Supardi. 2015. Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Taniredja, dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi Aksara.
_______. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers.
10