e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA I Wayan Gunawan1, I Ketut Dibia2, Luh Putu Putrini Mahadewi3 1,2,Jurusan
PGSD, 3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu (1) untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dan (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 21 orang. Data hasil belajar dikumpulkan dengan instrumen tes pilihan ganda berjumlah 20 butir, sedangkan data kemampuan berpikir kritis dikumpulkan dengan instrumen tes uraian berjumlah 10 butir. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis statistik diskriptif. Hasil penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 6 Kawan menunjukan bahwa (1) terjadi peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 13, dari rata-rata 67 pada siklus I menjadi 80 pada siklus II, (2) terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 16 dari rata-rata 65 pada siklus I menjadi 81 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Peningkatan terjadi karena siswa termotivasi untuk belajar dengan adanya diskusi kelompok yang berisikan kegiatan berpikir (think), berbicara (talk) dan menulis (write). Kata kunci: think talk write, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar IPA Abstract The purposes of this study are to know the (1) increase of critical thinking skill in natural science subject of the fourth grade student of SD Negeri 6 Kawan in academic year 2015/2016 by applying cooperative learning method type think talk write (TTW) and (2) increase of the learning achivement in natural science of the fourth grade student of SD Negeri 6 Kawan in academic year 2015/2016 by applying cooperative learning method type think talk write (TTW) The present study made use of a classroom action research. The subject of the present study was fourth grade student of SD Negeri 6 Kawan in academic year 2015/2016 which consists of 21 student. The data of learning achievement collected with multiple choise instrument which consists of 10 items and the data of critical thinking of student collected with paraphrase instrument which consists of 10 iteams. The accumulate of data were analyzed by using descriptive statistical analysis method. The result of the study by using cooperative learning method type think talk write (TTW) in natural science learning of fourth grade student of SD Negeri 6 Kawan showed that (1) the increased average student critical thinking skill around 13 from average 67 in the cycle I becoming 80 in the cycle II, (2) the increased average learning achivement around 16 from average 65 in the cycle I becoming 81 in the cycle II. Based on the result of the study that applying of cooperative learning method think talk write (TTW) in natural
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 science learning of fourth grade student of SD Negeri 6 Kawan in academic 2015/2016 could be increased critical thinking skill and the student learning achivement. the increased occured because the student motivated by discusion group whith contains thinking, talking, and writing activities. Keywords: think talk write, critical thinking skill, learning achivement IPA
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia untuk memiliki suatu keahlian dan keterampilan dalam dirinya. Ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK) menuntut sumber daya manusia untuk memiliki keahlian dan keterampilan yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor. Berdasarkan hal tersebut pendidikan memiliki peranan penting dalam menghapi kemajuan dan teknologi yang sudah semakin berkembang di dunia ini. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Tujuan pendidikan nasional tersebut akan dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik jika komponen-komponen didalamnya dapat berjalan dengan baik. Salah satu komponen dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu aktifitas atau proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Asep, dkk (2008:9.3) menyatakan bahwa, “Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat
timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Komunikasi transaksioanal adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Guru atau tenaga pendidik memiliki peran sentral yakni sebagai pembimbing, fasilitator, model dan sekaligus manejer di sekolah. Guru merupakan motivator peserta didik dan sekaligus pencipta kondisi proses pembelajaran yang kondusif di kelas. Salah satu SD yang mengalami permasalahan adalah SD Negeri 6 Kawan Bangli. Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada guru kelas IV SD Negeri 6 Kawan pada tanggal 9 November 2015, menemukan bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Beliau menuturkan bahwa beberapa masalah yang dialami siswa siswa yaitu (1) siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan (2) kemampuan siswa dalam memahami konsep dan memecahkan masalah masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, selanjutnya dilakukan pengamatan langsung untuk mengetahui secara lebih nyata permasalahan yang terjadi selama pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 6 Kawan. Berdasarkan hasil obeservasi dengan melakukan pengamatan pelaksanaan pembelajaran didalam kelas IV SD Negeri 6 Kawan, ditemukan beberapa masalah yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran IPA yaitu berupa rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung beberapa bukti hasil pengamatan sebagai berikut: (1) pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional, artinya pembelajaran hanya dilakukan dengan menjelaskan teori, pemberian 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
contoh, dan diakhiri dengan latihan soalsoal. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah, menganalisis konsep-konsep, maupun mengambil keputusan dalam pembelajaran IPA (2) pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih kurang menarik, dan (3) perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran IPA masih kurang. Berdasarkan masalah di atas dapat dilihat saat proses pembelajaran IPA berlangsung, guru kurang inovatif dalam mengelola pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga siswa memiliki tingkat kejenuhan belajar yang dapat dikategorikan tinggi saat proses pembelajaran berlangsung. Contohnya, konsentrasi belajar dan fokus siswa dalam belajar hanya mampu bertahan sekitar 20 menit, setelah itu siswa cendrung melakukan aktivitas diluar konteks pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari (1) cara siswa mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok kurang bersungguh-sungguh, (2) perhatian siswa yang tidak terpusat ketika guru menyampaikan pembelajaran, dan (3) siswa sering membuat kegaduhan di dalam kelas. Perilaku siswa yang demikian menyebabkan siswa malas dalam mengasah kemampuan kognitif yang dimilikinya, sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir kritis. Selain permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, terdapat permasalahan lain berupa rendahnya hasil belajar IPA siswa. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tercermin dari hasil belajar siswa pada aspek kognitif siswa yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan hasil pencacatan dokumen berupa nilai ulangan harian siswa, diketahui jumlah siswa kelas IV sebanyak 21 orang siswa, rata-rata nilai ulangan harian IPA secara keseluruhan adalah 65,9. Berdasarkan nilai rata-rata kelas tersebut terdapat 9 orang siswa yang nilai rata-rata ulangan hariannya berada di atas KKM dan 12 orang siswa nilai rata-
rata ulangan hariannya berada dibawah KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA Kelas IV yang berlaku di SD Negeri 6 Kawan adalah 67. Jika dilakukan perhitungan, persentase nilai ulangan harian siswa yang berada dibawah KKM adalah sebesar 57,14 %, sedangkan 42, 86 % siswa memenuhi target KKM yang ditetapkan. Ini membuktikan bahwa rata-rata nilai ulangan harian IPA kelas IV SD Negeri 6 Kawan masih rendah, karena lebih dari setengah jumlah siswa secara keseluruhan nilai ulangan hariannya berada dibawah KKM. Rata-rata semua hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam proses pembelajaran guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Rusman (2010:104) menyatakan, “Dalam pembelajaran yang aktif, guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan serta sirkulasi dalam proses pembelajaran yang dilangsungkan. Sedangakan pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas siswa selama pembelajaran berlangsung”. Kegiatan belajar mengajar yang aktif dan kreatif ini berguna bagi siswa maupun guru. Pelaksanaan pembelajaran aktif dan kreatif ini diharapkan lebih menekankan pada kemampuan yang dimiliki oleh siswa, dengan hal tersebut diharapkan pembelajaran menjadi tidak berpusat pada guru. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara peserta didik, peserta didik dan guru, lingkungan dan sumber belajar lainya dalam rangka pencapain
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kompetensi dasar. Adanya interaksi yang ditunjukan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan salah satu ciri pembelajaran yang aktif di dalam kelas, untuk mewujudkan pembelajaran aktif ini, maka diperlukan pengalaman dasar yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaan. Pengalaman dasar tersebut dapat terwujud diantaranya dengan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang aktif selalu diiringi dengan aktivitas yang aktif dan serta adanya kemampuan cara berpikir siswa yang kritis terhadap materi yang dibelajarkan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut penanggulangan atau perbaikan dalam hal pola pembelajaran yang dapat membuat cara berpikir kritis siswa meningkat dan diiringi dengan meningkatnya hasil belajar siswa tersebut yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pmbelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan kerja sama secara maksimal dan masing-masing siswa belajar satu dengan lainya (Rusman,2010). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dalam pembelajaran IPA sangat cocok digunakan. Pengunaan model pemebalajaran ini bertujuan untuk membelajarkan siswa agar mampu unjuk kerja dan berdiskusi saat pembelajaran berlangsung. Interaksi antara siswa dengan siswa ini akan menyebabkan terjadinya shareing atau pertukaran pendapat yang dilandasi dengan pendapat logis dan ilmiah. Shareing yang menunjukan pendapat logis dan ilmiah dalam hal ini berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses berdiskusi secara berkelompok. Untuk mencapai kemampuan berpikir kritis dan meningkatnya hasil belajar IPA yang baik, maka pengembangan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan tahap perkembangan anak sekolah dasar yang berada pada tahap oprasional
kongkrit. Pembelajaran yang menarik sangat memperngaruhi kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar yang baik akan diraih oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka penting diadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 SD Negeri 6 Kawan Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.” METODE PENELITIAN Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 6 Kawan Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SD Negeri 6 Kawan kelas IV semester genap tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 21 orang siswa, yaitu terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Objek Penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Kawan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Rancangan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan ini akan dimulai dengan melakukan tindakan kalaborasi dengan guru kelas tempat melakukan penelitian. Permasalahan yang diteliti merupakan permasalahan nyata yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Permasalahan ini diharapkan dapat dipecahkan dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Pelaksanaan penelitian akan disesuaikan dengan langkah-langkah atau sintaks dalam model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Agung, 2014 :141) yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu : (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
observasi atau evaluasi dan, (d) refleksi. Keempat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah : 1) perencanaan yang meliputi perumusan masalah, penentuan tujuan, metode penelitian dan membuat rencana tindakan; 2) pelaksanaan tindakan sebagai upaya perubahan yang dilakukan; 3) pengamatan atau observasi dan evaluasi untuk mengamati hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan; 4) refleksi dilakukan dengan mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil dari tindakan yang dilakukan. Adapun desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat ditujukan pada gambar 1.
Peneliti dan guru ikut terlibat dalam pembelajaran dan perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan terhadap siswa dalam membelajarkan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dalam pembelajaran IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa adalah metode tes. Adi Suryanto, dkk (2009: 1.3) menyatakan bahwa tes dapat didifinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang potrait atau sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seorang atau kelompok orang yang dites (Agung, 2012). instrument pengumpulan data kemampuan berpikir kritis menggunakan tes uraian yang berjumlah 10 soal. Penggunaan tes uraian ini memungkinkan siswa tidak hanya sekedar menjawab namun dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa karena siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan kemampuan siswa tanpa diberikan pilihan jawaban seperti soal pilihan ganda. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa menggunakan instrument tes sebanyak 20 soal tes objektif, penggunan tes objektif ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar penguasaan indikator pembelajaran dan materi pejalajaran yang telah dikuasai oleh siswa Untuk mengetahui tingkat katagori peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa dilakukan dengan membandingkan rata-rata berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima pada tabel 1 dan tabel 2.
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksan aan
Observasi/ Evaluasi Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksan aan
Observasi/ Evaluasi
Gambar 1. Model penelitian tindakan kelas dalam dua siklus (Arikunto, 2104) Keterangan 1. Tahap perencanaan 2. Tahap pelakasanaan tindakan 3. Tahap observasi dan evaluasi 4. Tahap refleksi Dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kalaboratif. Penelitian tindakan kalaboratif yaitu kalaborasi atau kerjasama antara guru dan peneliti.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Persentase
Katagori
90-100
Sangat tinggi
80-89 65-79
tinggi sedang
55-64 0-54
rendah Sangat rendah
Tabel 2. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Peningkatan Hasil Belajar Persentase
Katagori
Persentase 90-100 80-89 65-79 55-64
Katagori Sangat tinggi tinggi sedang rendah
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti adalah (1) ketuntasan belajar menimal 80% dan berpedoman pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima, (2) setelah penerapan model pmebelajaran tipe think talk write (TTW) kemampuan siswa cenderung meningkat ke katagori baik atau sangat baik dan apabila indikator keberhasilan tercapai, penelitian dihentikan dan dijadikan simpulan dan pembahasan bahwa siklus tersebut telah mencapai rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA secara keseluruhan mencapai minimal 80%. Jadwal penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kalender akademik yang digunakan di sekolah tempat penelitian berlangsung. Mulai bulan februari adalah kegiatan persiapan penelitian, bulan maret sampai bulan april adalah kegiatan pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II, bulan mei adalah penyusunan laporan hasil penelitian.
sebagai berikut (1) tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan tes untuk mengukur hasil belajar IPA siswa. Pelaksanaan tindakan selama ini secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran materi pelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data tentang kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai degan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Data-data ini digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini. Dari hasil tes kemampuan berpikir kritis dan tas hasil belajar yang dilakukan terhadap siswa kelas IV semester genap SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 21 orang siswa, peneliti mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa yang diapakai untuk mengetahui persentase tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian yang telah dirancang. Untuk memperoleh data yang valid, digunakan instrumen penelitian
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa dalam proses pembelajaran pada masing-masing siklus yang telah dilakukan baik data pada siklus I maupun data yang diperoleh pada siklus II. Data yang diperoleh berdasarkan tes yang dilakukan tersebut kemudian dinanalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Dalam analisis yang dilakukan ini peneliti menghitung rata-rata (mean), mehitung nilai yang paling sering muncul (modus), menghitung nilai tengah (median) dari nilai hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil tes hasil belajar IPA siswa, serta menyajikan data ke dalam grafik polygon. Metode analisis satistik deskriptif kuntitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Setelah dikonversikan maka akan dapat diketahui persentase rara-rata nilai serta tingkatan nilai kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar berada pada katagori sangat tinggi /tinggi /sedang rendah/ sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis data, pada siklus I rata-rata nilai kemampuan berpikir kritris berada pada katagori SEDANG dengan persentase nilai ratarata sebesar 67%, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar IPA siswa berada pada katagori SEDANG dengan persentase
rata-rata nilai sebesar 65%. Berdasarkan data tersebut persentase ketuntasan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa secara klasikal belum mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti, karena masih berada dibawah 80%. Oleh karena itu peneliti akan mengadakan siklus II dengan memperhatikan kendala atau permasalahan yang terjadi pada siklus I, sehingga pada siklus II permasalahan tersebut dapat diatasi dan kriteria keberhasilan yang diingikan dapat tercapai. Berdasarkan hasil analisis data, pada siklus II rata-rata nilai kemampuan berpikir kritris berada pada katagori TINGGI dengan persentase nilai rata-rata sebesar 80%, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar IPA siswa berada pada katagori TINGGI dengan persentase ratarata nilai sebesar 81%. Berdasarkan data tersebut persentase ketuntasan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa secara klasikal sudah mencapai dan melebihi kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti yaitu sebesar 80%. Oleh karena itu penelitian ini dapat dinyatakan telah berhasil dan siklus tidak dilanjutkan lagi. Tingkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tingkatan Hasil Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA pada Siklus I dan Siklus II Jenis Data
Siklus
Rata-rata
Persentase peningkatan secara klasikal
Kemampuan Berpikir Kritis Peningkatan Hasil Belajar IPA
I II
67 80 13 65 81 16
67% 80% 13% 65% 81% 16%
I II
Peningkatan
Model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) menekankan pada pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok oleh siswa. Pada awal pembelajaran peneliti menyampaikan
tujuan pembelajaran, siswa menyimak materi yang dijelaskan oleh peneliti, kemudian pembentukan kelompok belajar, kerja kelompok dan peneliti dibantu guru mata pelajaran membimbing setiap
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kelompok agar cepat dapat memahami materi yang didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW), peneliti berkalaborasi dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV. Guru mata pelajaran membantu peneliti untuk melakukan observasi selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dalam tahap perencanaan. Observasi tersebut bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kendala yang muncul atau terjadi selama proses pembelajaran IPA berlangsung. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini pertama kali diterapkan di kelas IV SD Negeri 6 Kawan dalam proses pembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada pelaksanaan siklus, siswa merasa senang akan adanya pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang berisikan kegiatan berpikir (thing), kegiatan berbicara (talk), dan kegiatan menulis (write). Model pembelajaran ini dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, karena dalam belajar siswa diarahkan untuk belajar secara berkelompok. Melalui kegiatan belajar secara berkelompok ini akan terpupuk rasa tanggung jawab atau rasa berbagi dalam menyelesaikan LKS yang berisikan materi yang akan dibahas pada pembelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Shoimin (2014:215) yang menyatakan bahwa “Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe thing talk write (TTW) adalah (a) mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam memahami materi ajar, (b) dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa, (c) dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, (d) membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru dan dirinya sendiri”. Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I, peneliti terlebih
dahulu menyiapkan bahan pembelajaran dan segala sesuatu yang mendukung pelaksanaan penelitian. Semua persiapan dilakukan dalam tahap perencaanan. Shoimin (2014:214) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) adalah (1) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan siswa serta petunjuk pelaksanaannya, (2) peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil ini maka akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu, peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan dan menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan kedalam bahasa sendiri, (3) guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa), (4) siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan katakata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan, (5) dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dalam bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi, (6) perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberiikan tanggapan serta, (7) kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. Setelah tahap perencaanan selesai kemudian dilanjutkan dengan 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pelaksanaan tindakan, evaluasi atau observasi dan terakir kegiatan refleksi. Hasil observasi atau evaluasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I, menunjukan bahwa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe thing talk write terdapat beberapa kendala atau permasalahan yang harus diperbaiki. Adapun kendala atau permasalahan tersebut adalah (1) masih terdapat siswa yang kurang baik memperhatikan materi pelajaran yang dijelaskan, sehingga peneliti memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaanpertanyaaan sederhana yang berkaitan dengam pengembangan materi pelajaran dengan lingkungan siswa, (2) dalam diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang kurang aktif, sehingga peneliti dengan dibantu guru mata pelajaran perlu mengawasi siswa secara menyeluruh agar siswa aktif dalam diskusi kelompok, (3) sulitnya siswa bekerjasama dalam satu kelompok. Kerjasama ini dimaksudkan agar siswa yang sudah memahami materi pelajaran dapat memberikan penjelasan kepada temannya yang belum mengerti materi pelajaran. Sehingga peneliti dibantu guru mata pelajaran harus memotivasi siswa dengan menjelaskan bahwa kerjasama kelompok merupakan tanggung jawab bersama di setiap kelompok serta (4) dalam pelaksanaan kegiatan talk (berbicara), masih terdapat siswa yang malu untuk berbicara menyampikan hasil diskusi bersama kelompoknya. Hasil ini disebabkan karena siswa tersebut kurang aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan berpikir (think) mengenai pembahasan LKS bersama angota kelompok masingmasing. Berdasarkan hal tersebut, refleksi yang diberikan oleh peneliti adalah perlu diberikan pemahaman kepada siswa agar siswa benar-benar memperhatikan secara baik materi pelajaran yang dijelaskan dan secara aktif diskusi atau kerjasama dalam satu kelompok. Permasalahan yang timbul di atas disebabkan karena kurangnya informasi mengenai sintaks pembelajaran kooperatif tipe thing talk write (TTW), serta kurangnya tanggung jawab semua kelompok pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk memecahkan
permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran maka peneliti dan dibantu oleh guru mata pelajaran memberikan penjelasan dan informasi serta mengarahkan siswa sesuai dengan sintak pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Menurut Huda (2013:216) menyatakan, “Sebagaimana namanya, model pembelajaran kooperatif tipe thing talk write (TTW) ini memiliki sintak yang sesuai dengan dengan urutan didalamnya yakni berpikir (thing), berbicara, berdiskusi dan bertukar pendapat (talk), dan menulis (write)”. Dalam tahap penjelasan materi pelajaran, diskusi dan kerjasama kelompok, tahap berpikir (think), tahap berbicara (talk) dan tahap menulis (write), siswa harus benar-benar mengikuti semua tahap tersebut secara baik dengan motivasi bahwa kelompok merupakan tanggung jawab semua anggota kelompok dan nilai yang dicapai atau penghargaan kelompok yang didapatkan merupakan hasil bersama yang diperoleh dalam satu kelompok. Berdasarkan urain hasil penelitian yang telah dilakukan, telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa dari pembelajaran penelitian tindakan kelas siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Thing talk write menekankan perlunya peserta didik mengomunikasikan hasil pemikiranya. Pembelajaran ini dimulai dengan kegiatan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi) hasil becaannya dikomunikasikan dengan persentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil peresentasi (Ngalimun, 2014). Pada pembelajaran siklus I, tingkatan kemampuan berpikir kritis mata pelajaran IPA berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima berada pada katagori sedang dengan nilai ratarata sebesar 67% yang berada pada tingkat persentase antara 65-79. Secara klasikal, tingkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis yang besarnya 67% masih berada dibawah kriteria keberhasilan yang ingin dicapai (80%). Sedangkan dari hasil tes hasil belajar IPA siswa siklus I, tingkatan hasil belajar mata pelajaran IPA berdasarkan Penilaian 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Acuan Patokan (PAP) skala lima berada pada katagori sedang dengan persentase nilai rata-rata sebesar 65% yang berada pada tingkat persentase antara 65-79. Secara klasikal, tingkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis yang besarnya 65% masih berada dibawah kriteria keberhasilan yang ingin dicapai (80%). Dari refleksi tersebut, masih ada beberapa siswa yang mencapai nilai dibawah PAP skla lima dan persentase hasil belajar siswa secara klasikal masih belum dapat mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti, sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran, hal ini terbukti dengan siswa benar-benar memperhatikan materi pelajaran yang dijelaskan oleh peneliti serat aktif dalam bekerja secara berkelompok. Hal ini dibuktikan dengan (1) siswa sudah memperhatikan secara baik materi pelajaran yang dijelaskan, (2) siswa sudah aktif melakukan diskusi kelompok. Hal ini disebabkan karena dalam diskusi kelompok peneliti memberikan LKS yag berisi ringkasan materi pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran dan, (3) siswa sudah dapat bekerjasama dalam satu kelompok terutama dalam memahami materi pelajaran, karena siswa yang telah memahami materi pelajaran dapat membagi pengetahuan kepada siswa yang belum memahami materi pelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam satu kelompok merupakan tanggung jawab bersama untuk semua anggotanya. Dari pelaksanaan tes siklus II yang diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri 6 Kawan, diperoleh data rata-rata tingkatan kemampuan berpikir kritis mata pelajaran IPA berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima berada pada katagori tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 80% yang berada pada tingkat persentase antara 80-89. Secara klasikal, tingkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis yang besarnya 80% sudah berada pada kriteria keberhasilan yang ingin dicapai (80%). Sedangkan dari hasil tes hasil belajar IPA siswa siklus II, tingkatan hasil belajar mata pelajaran IPA
berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima berada pada katagori tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 81% yang berada pada tingkat persentase antara 80-89. Secara klasikal, tingkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis yang besarnya 81% sudah lebih tinggi dibandingkan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai (80%). Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar terjadi dikarenakan adanya perbaikan pembelajaran berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe thing talk write (TTW). Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe thing talk write (TTW) menurut Shoimin (2014:212) yang menyatakan bahwa “Thing talk write merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik dalam menulis”. Melalui penerapan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih kooperatif dan mampu bekerjasama antara anggota kelompoknya. Dibalik permasalahan yang muncul, terdapat beberapa kelebihan yang diperoleh dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Kelebihan tersebut adalah (1) siswa lebih mudah memahami materi pelajaran IPA karena selain mendengarkan penjelasan dari guru mata pelajaran, siswa juga memperoleh LKS yang isinya ringkasan materi pelajaran, dari LKS tersebut siswa lebih mudah untuk memahami materi pelajaran, (2) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena dalam penerapan model pembelajaran tipe think talk write (TTW) pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut untuk aktif baik dalam diskusi kelompok, baik ketika siswa melakukan proses berpikir (think), melakukan kegiatan berbicara (talk) dan ketika siswa melakukan kegiatan menulis (write), sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja serta, (3) hubungan sosial siswa yang satu dengan siswa yang lainnya menjadi lebih baik karena dalam kelompok siswa dituntut untuk bekerjasama dalam memahami materi pelajaran. Penerapan model pebelajaran pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) memiliki peranan besar dalam 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
tercapainya tujuan penelitian yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Kawan. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) secara optimal yaitu dengan melaksanaan pembelajaran sesuai dengan sintaks atau langkah pembelajaran yang dimiliki maka mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini didukung beberapa penelitian serupa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dalam proses pembelajaran. Pertama: penelitian Ni Made Rusnadi. dalam mimbar PGSD yang berjudul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA. Hasil akhir penelitian yang diperoleh yaitu adanya peningkatan ratarata kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament. Kedua: penelitian I Wayan Puspa Wiadnyana dalam mimbar PGSD yang berjudul penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe think talk write untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa. Hasil Akhir penelitian yang diperoleh yaitu adanya peningkatkan rata-rata nilai aktivitas dan hasil belajar Pkn siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe think talk write melebihi KKM. Berdasarkan perhitungan peningkatan secara klasikal tersebut, maka persentase peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA yang dimiliki oleh siswa telah mencapai dan melebihi kriteria keberhasilan sebesar 80% dan juga sesuai dengan ketuntasan belajar minimal yang berpedoman pada Penilain Acuan Patokan (PAP) skala lima yang telah ditentukan dengan persentase ketuntasan belajar siswa dan persentase hasil belajar secara klasikal telah mencapai dan melebihi kriteria keberhasilan sebesar 80%. Oleh karena itu, penelitian ini dapat
dinyatakan telah berhasil dan siklus tidak dilanjutkan lagi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut simpulan penelitian ini adalah (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV semester II SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran IPA. Pada siklus I rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 67 dengan persentase tingkat motivasi secara klasikal sebesar 67%. Sedangkan pada siklus II rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis siswa mencapai 80 dengan persentase tingkat secara klasikal sebesar 80%. Sehingga rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa naik sebesar 13%. Dengan demikian pada siklus II, kemampuan berpikir kritis siswa dan persentase kemampuan berpikir kritis secara klasikal telah mencapai kriteria keberhasilan dan persentase kemampuan berpikir kritis secara klasikal sama dengan atau lebih dari 80%. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap SD Negeri 6 Kawan tahun pelajaran 2015/2016. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 65%. Sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai dengan persentase hasil belajar secara klasikal sebesar 81%. Sehingga rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 16%. Dari 21 orang siswa, semuanya telah mencapai kriteria ketuntasan berdasarkan PAP skala lima sehingga ketuntasan belajar mencapai 100%. Dengan demikian pada siklus II, hasil belajar siswa dan persentase hasil belajar secara klasikal telah mencapai kriteria keberhasilan dan persentase hasil belajar secara klasikal sama dengan atau lebih dari 80%. Terkait dengan uraian dan simpulan diatas, maka dapat maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Bagi siswa hendaknya mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dengan baik dan aktif dalam setiap kegiatan proses pembelajaran, bagi guru hendaknya menggunakan model 11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dalam pembelajaran IPA maupun mata pelajaran lain, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan berperan aktif dalam proses pembelajaran, memilih dan menggunakan strategi mengajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan karakter peserta didik. Dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif inovatif kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) dalam proses pembelajaran agar siswa selalu bersemangat dan tidak jenuh dalam pembelajaran. Sekolah hendaknya berupaya senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah dasar dengan menerapkan berbagai tipe model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran. Peneliti lain hendaknya memilih dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) maupun tipe model pembelajaran kooperatif lainya dalam upaya mengatasi atau meneliti masalah pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Adi, Suryanto. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Agung, A. A. G. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publising. Arikunto, S. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asep. H.H,dkk. 2009. “Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta: Universitas Terbuka. Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran Mengembangakan Profesionalisme Guru. Bandung : PT Ganesindo. Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013”. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
12