PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX D SMP NEGERI 1 ROWOKANGKUNG Idam Djunaedi Guru Matematika SMPN 1 Rowokangkung – Lumajang e-mail :
[email protected] Abstrak: Masalah umum yang terjadi di SMPN 1 Rowokangkung adalah masalah aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini disebabkan cara mengajar guru yang cenderung ceramah karena menganggap kemampuan siswa yang rendah dan takut materi tidak akan selesai. Pembelajaran di kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung saat ini masih cenderung menggunakan metode ceramah dimana proses pembelajaran berpusat pada guru. Pada penggunaan metode ceramah hampir tidak melibatkan aktivitas siswa, sehingga siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika adalah menggunakan pembelajaran aktif. Salah satunya menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW). TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan setiap siklus mengandung 4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Dari hasil analisis didapatkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan, dari siklus I diperoleh rata-rata persentase aktivitas think sebesar 60,2%, talk sebesar 68,7%, dan write sebesar 69,8%. Pada siklus II didapatkan rata-rata persentase aktivitas think sebesar 74,3%, talk sebesar 79,7%, dan write sebesar 84,2%. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (46,2%), siklus II (69,2%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Think Talk Write dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika Siswa Kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung. Kata Kunci: Think Talk Write, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar
PENDAHULUAN Pembelajaran matematika di SMPN 1 Rowokangkung pada saat ini masih cenderung menggunakan metode ceramah, dimana proses pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini dikarenakan in put siswa yang rendah, sehingga dominasi guru dalam pembelajaran sangat dominan sekali. Pada penggunaan metode ceramah hampir tidak melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran berjalan satu arah. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa terhadap matematika maka pembelajarannya harus dilakukan dengan cara yang menarik, salah satunya dengan pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif menurut Rusman (2014:324) merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Salah satu tipe model ppembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah Think Talk Write (TTW). Menurut Huda (2014: 218) Think Talk Write (TTW) adalah strategi/model pembelajaran yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang diperkenalkan pertama pertama kali oleh Huinker dan Laughlin ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi ini di gunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Strategi TTW memperkenankan siswa untuk memengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ia juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ideide melalui percakapan terstruktur. Sebagaimana namanya, strategi ini memiliki sintak yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk (berbicara/berdiskusi), dan write (menulis). Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat membuat siswa yang pasif menjadi aktif karena mendorong siswa
untuk berpikir, berbicara/berdiskusi, dan menyimpulkan sesuatu kemudian menuliskannya. Jika siswa sudah aktif dalam pembelajaran maka hasil belajar siswa juga akan meningkat. Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) menurut Shoimin (2014:214) sebagai berikut : (1) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya; (2) Siswa membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan secara individu tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam masalah tersebut. Ketika siswa membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think). Setelah itu siswa berusaha menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri ; (3) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa; (4) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang di berikan; (5) Dari hasil diskusi siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan ini siswa menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
Hasil penelitian Rahmawati (2015) menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan peran aktif dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Islam Darul Falah Sukodono Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas siswa meningkat, pada siklus I aktivitas siswa mencapai 55,12% menjadi 61,86% pada siklus II dan meningkat sebesar 9,92% pada siklus III menjadi 71,78% dengan kategori aktif. Hasil belajar juga meningkat dengan kategori hasil belajar amat baik. Pada siklus I nilai rata-rata 50,8 (hasil belajar kurang baik) dengan ketuntasan hasil belajar 20%, siklus II dengan rata-rata 74,5 (hasil belajar baik) dengan ketuntasan siswa sebesar 53,3% dan pada siklus III ketuntasan hasil belajar siswa naik menjadi 76,7% dengan nilai rata-rata 82,2 (hasil belajar amat baik). METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindaka Kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif, data-data yang dikumpulkan berupa angka-angka dan dideskripsikan dengan kata-kata atau kalimat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung yang berjumlah 26 siswa dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Rancangan penelitian ini menggunakan dua siklus, siklus I terdiri dari 5 kali pertemuan 4 kali tatap muka dan 1 tes dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit, sedang siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan dengan 2 kali tatap muka dan 1 kali tes. Dimana tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi (pengamatan), dan 4) refleksi.
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah : (1) Observasi (pengamatan), dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui tentang aktivitas belajar siswa saat penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada siswa kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung berlangsung. Observer dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran Matematika dengan harapan bisa mendapatkan data yang valid. (2) Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kognitif siswa. Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas lembar pengamatan (observasi) dan instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan untuk mengukur hasil belajar Matematika siswa kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung. Lembar pengamatan (observasi) lebih bersifat terstruktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung beberapa frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitian. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write. Lembar instrumen penilaian hasil belajar berupa ulangan harian yang berbentuk soal uraian dan dikerjakan siswa secara individu. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa. Penilaian atau tes diberikan di akhir siklus I dan siklus II.
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif yang didalamnya melibatkan kegiatan penelaahan seluruh data yang dikumpulkan, mereduksi, dan menganilis data serta membuat kesimpulan dari data tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dengan masing-masing terdiri dari 3 kali pertemuan dengan tatap muka dan 1 kali tes. Setiap
dalam siklus 2 kali siklus
Tabel 1. Hasil Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Aktifitas Siswa Siklus I P-I Perhatian dalam 68,7% pembelajaran Think 56,3% Talk 65,8% Write 66,9% Rata-rata 64,4%
terdiri dari 4 tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun hasil penelitian dari penelitian tindakan kelas ini dapat dilaporkan sebagai berikut. Siklus I Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada siklus I diperoleh data sebagaimana pada Tabel 1.
P-II
P-III
P-IV
Rata-rata
70,1%
73,3%
73,3%
71,7%
58,6% 67,8% 68,6% 66,3%
60,6% 70,6% 71,3% 68,9%
65,2% 70,6% 72,3% 70,3%
60,2% 68,7% 69,8% 67,6%
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tiap pertemuan aktifitas siswa belum mengalami peningkatan yang pesat atau masih kurang dengan kriteria keaktifan siswa yang ditentukan pada siklus I. Hasil aktifitas siswa pada pertemuan I didapatkan persentase pada aktivitas perhatian dalam pembelajaran diperoleh sebesar 68,7%, think sebesar 56,3%, talk sebesar 65,8%, dan write sebesar 66,9%, pada pertemuan II didapatkan perhatian dalam pembelajaran 70,1%, think sebesar 58,6%, talk sebesar 67,8%, dan write sebesar 68,6%, pada pertemuan III didapatkan perhatian dalam pembelajaran 73,3% , think sebesar 60,6%, talk sebesar 70,6%, dan write sebesar 71,3%, pada pertemuan IV didapatkan perhatian dalam pembelajaran 73,3%, think sebesar 65,2%, talk sebesar 70,6%, dan write sebesar 72,3%, dari tiap pertemuan
tersebut hasil persentasenya mengalami peningkatan namun belum sesuai dengan kriteria keaktifan siswa yang diharapkan peneliti. Hasil tes siklus I ditunjukkan pada Tabel 2. Dari hasil tes pada siklus I diperoleh nilai bahwa dari 26 siswa di kelas IX D, 14 siswa atau 53,8% mendapatkan nilai < 75 dan hanya 12 siswa atau 46,2%, yang mendapatkan nilai ≥ 75. Berdasarkan Tabel 2, tes akhir siklus I yang tuntas belajar ada 12 siswa atau 46,2%. Hal ini disebabkan siswa masih kesulitan memahami materi tentang kesebangunan. Dari hasil tes akhir siklus I dan aktifitas siswa belum sesuai dengan kriteria yang diharapkan dalam pembelajaran oleh karena itu perlu diadakannya perbaikan dalam siklus II.
Tabel 2. Hasil Tes Akhir Siklus I Keterangan
Tes Akhir Siklus I Tuntas Tidak Tuntas 12 14 46,2% 53,8% 64,2
Jumlah Siswa Prosentase ketuntasan belajar Rata-rata
Siklus II Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada siklus II diperoleh data sebagaimana pada Tabel 3. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II tersebut dapat dilihat bahwa hasil pertemuan I aktifitas perhatian dalam pembelajaran diperoleh sebesar 76,2%, think sebesar 71,8%, talk sebesar 79,1%, dan write sebesar 82,2%, pada pertemuan II didapatkan perhatian dalam pembelajaran 82,6% , think sebesar 76,7%, talk sebesar 80,2%, dan write sebesar 86,1%, dari tiap pertemuan tersebut hasil persentasenya mengalami peningkatan. Secara umum ratarata aktivitas belajar siswa pada siklus II mencapai 79,4% dan sudah mencapai Tabel 3. Hasil Aktifitas Belajar Siswa Siklus II Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan I
kategori aktif sesuai dengan kriteria yang dikehendaki peneliti minimal aktif. Hasil tes akhir siklus II dapat dibandingkan dengan hasil tes akhir siklus I. Perbandingan tes akhir siklus I dengan tes akhir siklus II dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil tes pada siklus II diperoleh nilai bahwa dari 26 siswa di kelas IX D, 18 siswa atau 69,2% mendapatkan nilai ≥ 75 dan hanya 8 siswa atau 38,2%, yang mendapatkan nilai < 75. Berdasarkan perbandingan pada Tabel 4, pada tes akhir siklus I didapatkan siswa yang tuntas belajar ada 12 siswa atau 46,2% sedangkan pada tes akhir siklus II yang tuntas belajar ada 18 siswa atau 69,2%. Sedangkan rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 64,2 pada siklus II sebesar 72,6.
Pertemuan II
Rata-rata
Perhatian dalam pembelajaran
76,2%
82,6%
79,4%
Think
71,8%
76,7%
74,3%
Talk
79,1%
80,2%
79,7%
Write
82,2%
86,1%
84,2%
Rata-rata
77,3%
81,4%
79,4%
Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Akhir Siklus I dengan Tes Akhir Siklus II Keterangan Tes Akhir siklus I Tes Akhir siklus II Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa 12 14 18 8 Prosentase ketuntasan 46,2% 53,8% 69,2% 38,2% belajar Rata-rata 64,2 72,6
Pembahasan Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, maka pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think Talk Write terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas IX D SMPN 1 Rowokangkung hal ini dikarenakan adanya pembelajaran yang aktif dimana siswa terlibat dalam proses pembelajaran sehingga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Walaupun secara ketuntasan belajar belum tuntas secara klasikal tetapi secara umum ketuntasan dan rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan. Pada penelitian ini aktivitas siswa yang diteliti sesuai dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) meliputi siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan materi oleh guru, siswa menuangkan ide/gagasan mengenai cara memecahkan masalah dalam LKS (Think), siswa berdiskusi dan saling menukar gagasan dalam kelompok (Talk), dan siswa menuliskan jawaban atas permasalahan dalam LKS (Write). Pada siklus I aktivitas siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan materi oleh guru memperoleh persentase sebesar 71,7% kategori cukup aktif, siswa menuangkan ide/gagasan mengenai cara memecahkan masalah dalam LKS (Think) memperoleh persentase 60,2% dengan kategori cukup aktif, siswa berdiskusi dan saling menukar gagasan dalam kelompok (Talk) memperoleh persentase sebesar 68,7% dengan kategori cukup aktif, dan siswa menuliskan jawaban atas permasalahan dalam LKS (Write)
memperoleh persentase sebesar 69,8% kategori cukup aktif. Dari aktivitas siklus I aktivitas terendah adalah siswa menuangkan ide/gagasan secara individu (Think) ini dikarenakan masih banyak siswa yang malu dan takut menuangkan ide/jawaban atas permasalahan yang dihadapi, rata rata siswa masih takut salah dan kurang percaya diri terhadap hasil jawabannya. Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 67,6%% dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II aktivitas siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan materi oleh guru memperoleh persentase sebesar 79,4% kategori aktif, siswa menuangkan ide/gagasan mengenai cara memecahkan masalah dalam LKS (Think) memperoleh persentase 74,3% dengan kategori cukup aktif, siswa berdiskusi dan saling menukar gagasan dalam kelompok (Talk) memperoleh persentase sebesar 79,7% dengan kategori aktif, dan siswa menuliskan jawaban atas permasalahan dalam LKS (Write) memperoleh persentase sebesar 84,2% kategori aktif. Semua aspek yang diamati pada aktivitas siswa mengalami peningkatan. Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus II adalah 79,4% dengan kategori aktif. Secara umum aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,6% dan masuk kriteria aktif seperti peneliti harapkan. Hasil belajar dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam penelitian ini siswa diberikan 2 kali tes yaitu tes 1 pada siklus I, dan tes 2 pada siklus II dengan
bentuk soal uraian. Masing-masing butir soal memiliki bobot nilai yang berbeda. Pada siklus I dengan nilai rata-rata 64,2. Jumlah keseluruhan siswa yang telah tuntas belajar adalah 12 siswa atau 46,2%, dan 14 siswa atau 53,8% dari jumlah keseluruhan siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil belajar siswa pada siklus II nilai rata-rata 72,6 mengalami peningkatan dari siklus I. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 18 siswa atau 69,2%, dan 8 siswa atau 38,2% dari jumlah keseluruhan siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Secara umum hasil ketuntasan belajar siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 23% dan rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 8,4. Walaupun belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dan rata-rata belum mencapai KKM, hal ini disebabkan materi kesebangunan merupakan materi yang sulit untuk dipahami siswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar yang cenderung mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, maka guru bisa menghentikan pemberian tindakan setelah pelaksanaan siklus II karena hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan dan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Rowokangkung. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa sebesar 67,6% meningkat pada siklus II menjadi 79,4% dengan kategori aktif, dan ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 46,2% meningkat pada siklus II menjadi 69,2% dan rata hasil belajar pada siklus I 64,2 meningkat pada siklus II menjadi 72,6 dengan kriteria baik. Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran: (1) Bagi guru mata pelajaran Matematika hendaknya mencoba menerapkan model pembelajaran Think Talk Write dikelasnya karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa menuangkan ide-ide dan dan berdiskusi serta membuat kesimpulan dari hasil diskusi sehingga dapat meningkatkan pula hasil belajarnya; (2) Bagi guru mata pelajaran lain untuk mencoba menggunakan model pembelajaran Think Talk Write atau pembelajaran aktif yang lain karena hal ini akan menimbulkan pembelajaran yang menyenangkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari paparan data dan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada mata pelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IX D SMPN 1
Huda,
DAFTAR PUSTAKA Amin, Moh. 2011, Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas untuk Penilaian Angka Kredit Guru. Jogyakarta: Inspirasi. Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran IsuIsu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmawati, Ayunda Eka. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Islam Darul Falah Sukodono Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sardiman,
A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Shoimin,
Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: ArRuzz Media
Suprijono, Agus. 2014. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.