perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Skripsi
Oleh: Ika Hindriyati X1207035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Oleh: Ika Hindriyati X1207035
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Andayani, M. Pd
Atikah Anindyarini, S.S., M. Hum
NIP 19601030198610201
NIP 19710107200642001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ika Hindiriyati. X1207035. PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011. Tujuan penelitian ini adalah : (1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar; (2) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2010/ 2011, mulai bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar yang berjumlah 40 siswa. Sumber data penelitian ini meliputi: peristiwa yang ada dalam proses pembelajaran menulis karangan argumentasi, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu rianggulasi sumber atau data, trianggulasi metode, dan review informan. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis interaktif berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat tahapan dalam setiap siklusnya, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta analisis dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan strategi Think Talk write; (2) terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan strategi Think Talk write. Peningkatan kualitas proses terefleksi dari (a) meningkatnya keaktifan siswa selama pembelajaran, (b) meningkatnya perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran; (c) meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Peningkatan kualitas proses tersebut ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketuntasan tiap siklusnya. Prasiklus, prosentase ketuntasan siswa adalah sebesar 36,84%, kemudian pada siklus I prosestase ketuntasan siswa sebesar 67,5% dan siklus II meningkat menjadi 77,5%. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari skor atau nilai pekerjaan siswa pada tiap siklusnya. Prasiklus , prosentase ketuntasan adalah sebesar 34,21%, kemudian pada siklus I, prosentase ketuntasan siswa adalah 69,23% , siklus II meningkat menjadi 80%. Peningkatan kualitas hasil tersebut ditandai dengan: (a) meningkatnya pengungkapan isi pada karangan siswa; (b) meningkatnya organisasi isi; (c) meningkatnya pemanfaatan kosakata; (d) meningkatnya pengembangan bahasa; (e) meningkatnya aspek mekanik.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh urusan lain. Dan hanya kepada Tuhanlah kamu berharap. (Q.s. Al-Insyirah;6-8)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ibundaku
Tri
Widyastuti
dan
Ayahandaku Sukirno yang senantiasa memberikan
kasih
sayang,
doa,
perhatiannya tanpa batas, dan kesabaran dalam membimbingku. 2. Adikku
Nur
Yunianto
yang selalu
memberi semangat untuk terus berjuang. 3. Wuwus Suryanto yang selalu memberi semangat di setiap langkahku. 4. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 2 Karanganyar
yang
telah
memberi
kesempatan
pada
penulis
untuk
melaksanakan penelitian. 5. Sahabatku Nonik, Meylinda, Retno, dan Apriska yang selalu memberi dukungan. 6. Teman-teman
program
Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2007. 7. Almamater.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepadapihak-pihak yang telah membantu. 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi; 2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis; 3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memerikan izin untuk menulis skripsi; 4. Dr. Andayani, M.Pd.
dan Atikah Anindyarini,
S.S.,M.Hum. selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar; 5. Drs. Wagiman, M.Pd., selaku kepala sekolah SMA N 2 Karanganyar yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian; 6. Sanusi, S. Pd, selaku guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia kelas X-5 SMA N 2 karanganyar yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian; 7. Semua siswa kelas X-5 Karanganyar yang telah membantu peneliti dalam penelitian;
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2007 yang telah memberi semangat kepada peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi; 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan pembaca.
Surakarta, Mei 2011
Peneliti
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL . .............................................................................................
i
PENGAJUAN.....................................................................................
ii
PERSETUJUAN . ..............................................................................
iii
PENGESAHAN..................................................................................
iv
ABSTRAK .........................................................................................
v
MOTTO .............................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ..............................................................................
vii
KATA PENGANTAR ........................................................................
viii
DAFTAR ISI ......................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah............................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
6
D. Manfaat Penelitian....................................................................
6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka. .................................................................
7
1. Hakikat Menulis. ........................................................
7
a. Pengertian Menulis. ................................................
7
b. Tahap Menulis........................................................
9
c. Asas-Asas Menulis .................................................
10
d. Jenis Tulisan...........................................................
11
2. Hakikat Menulis Argumentasi.....................................
13
a. Pengertian Argumentasi ........................................
13
b. Dasar Penulisan Argumentasi................................
14
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi di SMA.......................................................................
16
a. Hakikat Pembelajaran ...........................................
16
b. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA ................
21
c. Pembelajaran Menulis Argumentasi ......................
22
d. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi .......
23
4. Hakikat Strategi Pembelajaran Think Talk Write .........
29
a. Pengertian Strategi Pembelajaran ..........................
29
b. Strategi Think Talk Write ......................................
31
c. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Think Talk Write ...................................................
34
B. Kerangka Berpikir ............................................................
36
C. Penelitian yang Relevan ...................................................
37
D. Hipotesis Tindakan ...........................................................
39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................
40
B. Subjek dan Objek Penelitian ..............................................
41
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ...........................................
41
D. Data dan Sumber Data .......................................................
42
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................
42
F. Teknik Validitas Data ........................................................
43
G. Teknik Analisis Data .........................................................
44
H. Indikator Ketercapaian .......................................................
45
I. Prosedur Penelitian ............................................................
46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Prasiklus......................................................
51
B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian ........................
63
1. Deskripsi Siklus I ..........................................................
63
a. Perencanaan Tindakan .............................................
63
b. Pelaksanaan Tindakan...............................................
65
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Observasi..................................................................
67
d. Analisis dan Refleksi ................................................
71
2. Deskripsi Siklus II.........................................................
79
a. Perencanaan Tindakan .............................................
79
b. Pelaksanaan Tindakan...............................................
81
c. Observasi..................................................................
84
d. Analisis dan Refleksi ................................................
87
3. Deskripsi Antar Siklus...................................................
95
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................
97
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan ...........................................................................
106
B. Implikasi............................................................................
107
C. Saran .................................................................................
108
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
109
LAMPIRAN .......................................................................................
113
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval ..........
28
Tabel 2. Rincian Waktu Penelitian ......................................................
41
Tabel 3. Indikator Ketercapaian Tujuan ...............................................
45
Tabel 4. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Prasiklus .....................................................................
53
Tabel 5. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Prasiklus .....................................................................
58
Tabel 6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus I .......................................................................
72
Tabel 7. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus I ........................................................................
77
Tabel 8. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus II .......................................................................
89
Tabel 9. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus II .......................................................................
93
Tabel 10. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Antarsiklus ..........................................................................
95
Tabel 10. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi Antarsiklus ..........................................................................
commit to user xiii
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW .......................
35
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir ...................................................
37
Gambar 3. Model Analisis Interaktif ...................................................
44
Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Prasiklus ...................................................................
55
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Prasiklus ....................................................................
59
Gambar 6. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus I ......................................................................
74
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus I ....................................................................
78
Gambar 8. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus II ....................................................................
91
Gambar 9. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus II ...................................................................
commit to user xiv
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar ...........................................
113
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Prasiklus...........................
115
3. Catatan Lapangan Prasiklus ......................................................
117
4. Hasil Wawancara dengan Siswa Prasiklus ................................
121
5. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Prasiklus ..............................................................
125
6. Daftar Nilai proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Prasiklus...................................................................................
128
7. Hasil Pekerjaan Siswa Prasiklus ..............................................
130
8. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Prasiklus ............................
140
9. Foto-Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Prasiklus .........
141
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................
142
11. Catatan Lapangan Siklus I .......................................................
154
12. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I .................................
161
13. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran Menuli Argumentasi Siklus I ....................................................................................
165
14. Daftar Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I .....................................................................................
168
15. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I .................................................
170
16. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus I ..............................
182
17. Foto-Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I ...........
183
18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...........................
184
19. Catatan Lapangan Siklus II ......................................................
194
20. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II ................................
201
21. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus II....................................................................................
commit to user xv
205
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22. Daftar Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus II....................................................................................
208
23. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ................................................
209
24. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus II .............................
221
25. Foto-Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus II ..........
222
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum. Hal ini berarti setiap peserta didik dituntut untuk mampu menguasai bahasa yang mereka pelajari terutama bahasa resmi yang dipakai oleh negara yang ditempati peserta didik. Begitu pula di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi materi pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu dilakukan supaya peserta didik mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu menerapkannya dalam kehidupan masyarakat. Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan kemampuan yang menuntut adanya kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui tulisan. Kegiatan berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan oleh pihak penutur, dalam hal ini penulis. Sebenarnya kegiatan produktif terdiri dari dua macam yaitu berbicara dan menulis. Meskipun sama-sama merupakan kegiatan produktif, kegiatan tersebut mempunyai perbedaan yang utama, yaitu pada media dan sarana yang digunakan. Berbicara menggunakan sarana lisan, sedangkan menulis menggunakan sarana tulisan. Di samping itu, berbicara merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, yaitu menyampaikan gagasan pada lawan bicara pada waktu yang bersamaan menerima gagasan yang disampaikan lawan bicara. Jadi, dalam berbicara terjadi komunikasi timbal-balik, hal yang tidak dapat ditemui dalam menulis. Sementara itu, menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi oleh pihak yang dituju.
commit to user xvii
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aktivitas menulis merupakan salah satu manisfestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca, dan berbicara (Burhan Nurgiyantoro,2010: 422). Dalam buku yang sama juga dijelaskan apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar bahasa, untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtut dan padu. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Henry Guntur Tarigan (2008: 4) menyebutkan bahwa keterampilan menulis adalah yang paling sulit karena keterampilan ini membutuhkan kemampuan seseorang untuk menyajikan grafologi, struktur bahasa dan kata-kata agar maksud penulis dimengerti oleh pembaca. Dengan demikian dalam pengajaran bahasa diperlukan adanya kerjasama antara pendidik dan peserta didik, karena keterampilan menulis diperlukan banyak praktik dan latihan yang teratur. Tanpa adanya praktek dan latihan teratur maka akan mempunyai kualitas tulisan yang kurang baik. Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting dalam kehidupan, selain keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, berbicara, dan membaca. Kehidupan dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan informasi, sehingga kemampuan menulis sangat diperlukan. Kemampuan menulis ini diperlukan karena dengan orang menuliskan segala ide yang ada dalam pikiran mereka maka sampai kapan pun ide tersebut tidak akan hilang. Berbeda dengan orang yang tidak langsung menuliskan idenya. Dengan sekejap saja ide yang ada akan hilang karena keterbatasan dalam mengingat. Dengan demikian keterampilan menulis sangat diperlukan untuk mengingatkan seseorang terhadap ide-ide yang pernah ada dalam pikiran mereka dan telah ditransfer ke dalam bentuk tulisan. Barnas (2007) menyatakan bahwa kemampuan menulis para siswa, khusus siswa Sekolah Menengah Atas saat ini masih menduduki peringkat paling bawah apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan berbicara. Peringkat bawah ini ditunjukkan dengan salah satunya dalam aktivitas pembelajaran menulis argumentasi yang memprihatinkan. Banyak
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa menganggap bahwa menulis adalah kegiatan yang membosankan dan sangat sulit. Namun,
mereka tetap harus melaksanakan kompetensi yang sudah ada
dalam kurikulum. Pada semester dua ini siswa harus dapat menyelesaikan standar kompetensi mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Kompetensi dasar dari jabaran standar kompetensi tersebut meliputi: 1) menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi: 2) menulis gagasan untuk menyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasi; 3) menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat; 4) menyusun teks pidato (BSNP: 2006). Selama
ini
pembelajaran
menulis
argumentasi
dilakukan
secara
konvensional, dalam arti siswa diberi sebuah teori menulis argumentasi kemudian siswa melihat contoh pada Lembar Kerja Siswa dan akhirnya siswa ditugasi untuk membuat paragraf atau wacana argumentasi. Oleh karena itu, suasana belajar mengajar keterampilan menulis menjadi membosankan dan siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran tersebut. Selain itu siswa belum mampu mengidentifikasikan sebuah peristiwa atau pun gambaran yang ada dalam pikiran masing-masing untuk dirangkai ke dalam bentuk tulisan atau dalam kata lain siswa kurang dapat menggali ide dan gagasan. Fenomena yang saat ini terjadi dalam pembelajaran menulis di sekolah, khususnya SMA Negeri 2 Karanganyar berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan menunjukkan rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis siswa kelas X-5. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti rendahnya keterampilan menulis siswa, khususnya menulis argumentasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya (1) adanya minat dan motivasi siswa yang masih rendah, (2) kurangnya pembiasaan terhadap tradisi menulis menyebabkan siswa menjadi terbebani apabila mendapatkan tugas untuk menulis, (3) sebagian siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya, (4) siswa belum mampu dalam menuangkan ide/gagasan dengan baik, (5) siswa kurang bisa mengembangkan bahasa, (6) kurangnya pemahaman
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa terhadapa kaidah tatabahasa yang baik, (7) hasil tulisan siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan data (dapat dilihat pada lampiran halaman 140) diperoleh keterangan bahwa pada survai awal dari 38 siswa yang hadir hanya ada 13 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan 25 siswa lainnya masih belum mencapai KKM sebesar 65. Untuk nilai rata-rata, kelas tersebut mempunyai nilai 61,29. Selain penilaian hasil pembelajaran, dalam survai awal ini juga diambil penilaian proses pembelajaran. Dalam penilaian proses ini, ada beberapa kriteria yang menjadi tolak ukur. Kriteria tersebut meliputi aspek keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi. Berdasarkan hasil survai awal menunjukkan bahwa dari 38 siswa yang hadir, hanya ada 14 siswa yang mencapai nilai di atas 7 (dapat dilihat pada lampiran halaman 128). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X-5 masih rendah. Melihat kondisi demikian, akhirnya peneliti berusaha memberikan solusi alternatif dalam pembelajaran menulis supaya permasalahan yang terdapat pada siswa dapat teratasi. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi di kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar adalah menggunakan strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan komunikasi di antara siswa adalah strategi think talk write (TTW). Penerapan strategi TTW dapat mendorong siswa untuk berfikir, aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan baik, siap mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi TTW adalah aktivitas melihat, berbicara, mendengarkan, menulis. Melalui penerapan strategi think talk write dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa diajak untuk berpikir (think) melalui lembar permasalahan yang dibagikan guru pada siswa. Dengan adanya bacaan ini siswa dapat mempunyai gambaran tema yang akan ditulisnya. Setelah permasalahan dibagikan dan siswa
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencatat hal yang penting kemudian dikomunikasikan dalam kelompok kecil dalam aktivitas berbicara (talk). Diskusi merupakan proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman atau membuat keputusan. Tahap terakhir dalam strategi ini adalah write yaitu mengonstruksi pengetahuan hasil dari think dan talk secara individual yang dapat meningkatkan aktivitas menulis siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis. Penelitian tersebut diangkat dengan judul: ”Penerapan
Strategi Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Argumentasi
Pada Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, dibawah ini disajikan masalah yang akan dibahas dalam penelitiaan, yaitu: 1. apakah penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran
keterampilan
dapat menulis
argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011? 2. apakah penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write
dapat
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan: 1. kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; dan
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan salah satu teori belajar sehingga dapat dipakai sebagai referensi dalam upaya pelaksanaan penelitian lebih lanjut dalam aspek pengembangan teori yang sama namun dalam kelas yang berbeda. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Siswa termotivasi dalam pembelajaran keterampilan menulis 2) Keterampilan menulis argumentasi meningkat 3) Menambah pengalaman siswa dalam bekerja secara kelompok b. Bagi Guru 1) Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran tink talk write dengan tepat dalam pembelajaran menulis khususnya menulis argumentasi. 2) Guru dapat mengefektifkan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
keterampilan
berbicara
siswa,
khususnya
dengan
penggunaan tink talk write. 3) Bagi Sekolah 1) Menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif 2) Sebagai salah satu pilihan bagi guru untuk untuk melaksanakan pembelajaran.
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, dan HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Siswa dituntut untuk dapat menulis akan berbagai ide dan gagasan yang ada pada pikiran merka. Penuangan ide dalam tulisan tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ada dalam silabus yang dibuat oleh guru mata pelajaran. Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 4) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis sang penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keteramplan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain ialah menulis. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Selain itu, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 8), menyebutkan pengertian menulis: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3) bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakapcakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta
commit to user xxiii 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat dan waktu. Sabarti Akhadiah, et al (1999: 2) mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Secara lebih lanjut mereka menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses, sehingga dalam menulis seseorang harus melewati beberapa tahap antara lain, tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap-tahap itu harus dilalui oleh penulis untuk mendapatkan tulisan yang baik. Selain itu, sebuah tulisan pada akhirnya akan dibaca oleh pembaca, maka seorang penulis haruslah menguasai berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan. Dengan seorang penulis menguasai kedua aspek tersebut maka tulisan yang dihasilkan akan baik dan dapat dipahami oleh pembaca. Tidak heran jika Henry Guntur Tarigan (2008: 4) menyebutkan bahwa Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dengan latihan dan banyak praktik menulis maka seorang penulis akan terbiasa menuangkan kata dan membaca keadaan. The Liang Gie (2002: 3) berpendapat bahwa menulis diistilahkan mengarang yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Pendapat lain diunggapkan Burhan Nurgiyantoro ( 2010: 397), menulis merupakan aktivitas menghasilkan bahasa dan disampaikan melalui sarana tulisan. Dalam sebuah tulisan, gagasan yang bagus akan menarik pembaca dan kemudian akan membuat pembaca terinspirasi seperti yang ada dalam tulisan tersebut. Dari definisi-definisi menulis di atas, dapat
disimpukan bahwa
kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengemukakan gagasan melalui media bahasa berupa tulisan. Dapat pula dikatakan bahwa menulis adalah suatu aktivitas aktif produktif yang dilakukan dengan mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat. Kemampuan menulis diperoleh melalui latihan yang terus menerus.
commit to user xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tahap Menulis Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, Khaerudin Kurniawan (2005) menyebutkan penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah
ketika
pembelajar
menyiapkan
diri,
mengumpulkan
informasi,
merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya. Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang
dimilikinya
sedemikian
rupa,
sehingga
mengantarkannya
pada
ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam. Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-akan kita melupakan apa yang ada dalam benak kita. Kita berekreasi dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”. Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika
commit to user xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain. Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah selesai melakukan pekerjaan. Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. c. Asas-Asas Menulis Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang dapat dijadikan pedoman. Demikian juga dengan kegiatan menulis yang memerlukan asas sebagi pedoman. The Liang Gie (2002: 33-37) mengemukakan enam asas menulis yang disebut dengan asas menulis meliputi kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, dan penegasan. Berdasarkan asas kejelasan, setiap karangan haruslah jelas. Tulisan harus mencari gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat di salahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang. Sebagaimana halnya dengan asas yang pertama, asas menulis yang kedua tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan dengan kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya
commit to user xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata yang berlebihan untuk memeroleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas setting. Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir
gagasan
kepada
pembaca
dengan kecocokan
sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Untuk menepati asas ini, penulis harus memerhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman. Seperti halnya dua asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, akan tetapi tingkat apresiasi yang dimilikinya. Berdasarkan pada asas kesatupaduan, segala hal yang disajikan dalam tulisan memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema. Tulisan yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas yang sering disebut dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku untuk semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi. Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan harus memuat satu gagasan pokok, berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi maupun nonfiksi. Asas penegasan menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu memerhatikan asas ini. d. Jenis Tulisan Ada banyak jenis tulisan yang dapat dipilih oleh seorang penulis untuk menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya. Pemilihan jenis tulisan ini tergantung pada tujuan yang ditetapkan. Jenis tulisan ini meliputi: narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi.
commit to user xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Gorys Keraf (2004: 136) narasi merupakan satu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya pada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Jenis tulisan ini dapat berbentuk cerita fiktif (khayal) dan cerita nonfiktif (nyata). Narasi fiktif dapat dijumpai pada karya sastra, seperti cerpen dan novel, sedangkan narasi nonfiktif sering kali terdapat pada beritaberita di surat kabar. Tulisan jenis ini memiliki penanda, antara lain: (1) berupa cerita tentang peristiwa dan pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa kejadian yang benar-benar terjadi dapat pula berupa imajinasi semata, (3) terdapat konflik yang dapat menarik pembaca, (4) memiliki nilai estetika, khususnya narasi fiktif; (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya memuat dialog (Atar Semi, 1990: 33) Deskripsi disebut juga pelukisan atau penggambaran. Hal itu disebabkan rincian tentang objek tulisan dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca seolah ikut mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Karangan ini berhubungan dengan pengalaman panca indera pembaca seperti penglihatan seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Eksposisi adalah tulisan berbentuk paparan dilengkapi data-data kesaksian seperti gambar, grafik, foto-foto dengan tujuan memperjelas informasi yang disampaikan (Tim Reality, 2008: 760). Tujuan dari jenis tulisan ini adalah memberi informasi kepada pembaca tentang suatu masalah. Eksposisi ditandai dengan tulisan berupa: pengertian atau pengetahuan; menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, dan bagaimana; disampaikan dengan bahasa yang lugas serta bahasa yang baku, penggunaan bahasa netral, tidak memihak dan memaksakan sikap terhadap penulis. Gorys Keraf (2007: 3) berpendapat argumentasi merupakan tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti atau fakta-fakta yang menguatkan argumen penulis. Tulisan ini dikembangkan dengan pola pemberian contoh-contoh, analogi, sebab-akibat, atau dengan pola deduktif dan induktif. Pemaparan tulisan berdasarkan cara bernalar atau berpikir yang logis
commit to user xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga pembaca dapat menerima kebenaran yang disampaikan oleh penulis secara objektif, sedangkan karangan persuasi adalah jenis tulisan yang disampaikan dengan cara tertentu secara ringkas, menarik, serta berusaha memengaruhi pembaca (Tim Reality, 2008: 761).
2. Hakikat Menulis Argumentasi a. Pengertian Argumentasi Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pandangan orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Gorys Keraf, 2007: 3). Melalui argumentasi penulis berusaha merangkai fakta-fakta sehingga mampu menunjukkan suatu pendapat mempunyai kebenaran atau tidak. Dengan kata lain argumentasi adalah suatu cara bernalar yang berusaha untuk meyakinkan pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apapun yang dikatakan dengan memberikan pembuktian yang logis dan meyakinkan. Sementara itu, Attar Semi (1990: 47) menyebutkan argumentasi sebagai tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran berpendapat atau pernyataan dari penulis. Dalam argumentasi terdapat sebuah proses penalaran yang dapat dilakukan oleh penulis. Penalaran tersebut adalah bernalar dengan cara deduktif dan bernalar dengan induktif. Bernalar deduktif mempunyai arti bahwa seorang penulis dalam menuliskan karangannya mengungkapkan hal-hal yang bersifat umum terlebih dahulu baru kemudian mengerucut menjadi hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan bernalar induktif meupakan kebalikannya yaitu seorang penulis mengungkapkan hal-hal khusus terlebih dahulu baru kemudian hal yang umum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Judith (2009: 205) yang menyatakan bahwa deductive argument is argument that claim their conclusion necessarily follows from the premises, and inductive argument is argument that claim their conclusion probably follows from the premises.
commit to user xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya Tim Reality (2008: 760) mendefinisikan argumentasi sebagai tulisan yang bersifat memerngaruhi pembaca agar mau menerima atau setuju dengan pendapat penulis yang disajikan. Untuk memperkuat gagasan atau pendapat maka sebuah tulisan argumentasi disertai dengan data-data dan alasanalasan yang logis. Untuk dapat mengungkapkan hal-hal yang dapat mempengaruhi pembaca, seorang penulis argumentasi harus dapat berpikir kritis dan logis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gorys keraf (2004: 4) yang menyebutkan bahwa dasar sebuah tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis. Berpikir kritis berarti seorang penulis argumentasi harus tanggap terhadap situasi yang ada dan mampu mempertimbangkan baik buruknya suatu keadaan. Berpikir logis merupakan berpikir yang urut, sesuai dengan kenyataan. Senada dengan maksud di atas, Nippold (2010: 238) menyebutkan bahwa argumentative writing is a challenging communication task that calls upon sophisticated cognitive dan linguistic abilities. Menulis argumentasi merupakan perpaduan komunikasi tertulis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menulis argumentasi tidak terlepas dari proses berpikir dan kemudian menuangkan dalam tulisan dalam bentuk bahasa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi menekankan pada penguatan pendapat, pendirian atau gagasan disertai dengan alasan atau bukti yang memperkuat penulis. Dengan demikian sebuah gagasan tidak serta merta ditulis, tetapi penulisannya harus disertai dengan alasan yang logis. b. Dasar Penulisan Argumentasi Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah logika yang benar (Gorys Keraf, 2007: 101-102). Dengan memperhatikan kaidah logika yang benar maka pembaca akan mudah memahami apa yang disampaikan penulis. Demikian juga kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi. Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:
commit to user xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) pembicara atau pengarang harus mengetahui sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengetahui prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubungkan faktafakta dan informasi tersebut; 2) pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Mempertimbangkan pendapat lawan adalah dengan tujuan untuk mengetahui apakah di antara fakta-fakta yang diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, sehingga akan memperlemah pendapat lawan tadi. dan dapat juga terjadi bahwa fakta dan evidensi lawanlah yang benar, sehingga pendapat lawanlah yang harus diterima; 3) pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya yang jelas. Ia juga harus mengemukakan pola konsepkonsep dan istilah yang tepat; 4) pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya; 5) dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud yang mana lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya. (Gorys Keraf, 2007: 101-102). Sebagai bentuk tulisan yang paling umum digarap, argumentasi selalu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tubuh argumentasi, dan kesimpulan (Gorys Keraf, 2007: 104 ). Di bagian pendahuluan ini dijelaskan latar belakang permasalahan. Secara ideal pendahuluan mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta yang diperlukan untuk memahami argumentasinya. Kebanyakan penulis pemula menganggap pembaca sudah mengetahui sebagian besar permasalahan yang dibicarakan. Sikap ini kurang menguntungkan dan hanya akan menggagalkan argumentasinya. Kegagalan ini tidak hanya pada tulisan saja, tapi juga akan membuat pembaca tidak percaya. Kedua, tubuh argumentasi yaitu seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha penulis untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari permasalahan yang dikemukakan sehingga kesimpulanya juga benar. Hal terpenting pada bagian tubuh argumentasi adalah mengajukan pembuktian mengenai benar tidaknya data dan informasi yang diperoleh berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan. Kebenaran faktual ini harus didukung proses penalaran yang sahih dan logis
commit to user xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga pendapat atau kesimpulan yang diturunkan tidak dapat dibantah oleh siapapun. Kebenaran dalam penalaran dan konklusi itu mencakup beberapa kemahiran: kecermatan menyeleksi fakta yang benar, kekritisan dalam memberikan penilaian, penyajian atau penyusunan bahan secara baik dan teratur. Penyajian fakta, kesaksian, perumusan premis-premis, dan sebagainya dengan benar. Ketiga, kesimpulan yang berupa dalil yang telah teruji kebenarannya dalam isi argumentasi, atau berupa rangkuman umum dari materi yang telah dikemukakan.
3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi di SMA a. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran merupakan peristiwa yang tidak dapat dipisahkan dari belajar meskipun sebenarnya kedua hal tersebut adalah peristiwa yang berbeda. sering kali orang menyamakan istilah pembelajaran dengan istilah pengajaran karena tidak memahami hakikat kedua hal itu memberikan batasan yang berbeda tentang istilah pembelajaran dan pengajaran. Dalam pengajaran, guru dan murid berada di kelas (ruang) formal sedangkan dalam pembelajaran, kegiatan belajar mengajar dapat terjadi meski tanpa kehadiran guru. Oemar Hamalik (2001: 57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Batasan tersebut membawa pengertian bahwa pembelajaran tidak terbatas di dalam ruang saja tetapi juga diselenggarakan di luar kelas bahkan luar sekolah. Ada lima pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 58), yaitu: 1) pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa di sekolah; 2) pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah; 3) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik; 4) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; 5) pembelajaran adalah suatu proses
commit to user xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Selanjutnya Agus Suprijono (2011: 11-12) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan
pengajaran terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan bahwa pengajaran adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara mengajarkan diterjemahakan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik; guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didik sebagai pihak penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak sebagai ‘panglima’, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui. Agus Suprijono (2011: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. H. J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan (2000: 32-39) memberikan batasan pembelajaran atau instruction sebagai usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadi terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa. Dengan demikian, ada tiga ciri utama pembelajaran, yaitu: (1) ada aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik langsung maupun tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku untuk waktu yang lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang dilakukan secara sadar. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut H. J. Gino, et al (2000: 30) komponen tersebut
commit to user xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah guru; siswa; tujuan; isi pelajaran; metode; media; dan evaluasi. Guru merupakan seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Siswa adalah orang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan pelaksana pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan adalah perubahan yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. Isi pelajaran atau materi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Media merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran. Menurut H. J. Gino, et al (2000: 36-39) faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran antara lain: minat belajar, motivasi belajar, bahan belajar; alat bantu belajar; suasana belajar; kondisi siswa; kemampuan guru. Minat artinya kecenderungan yang agak menetap, mempengaruhi si subjek agar merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memunculkan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. Inovasi tersebut dapat berupa pemilihan media dan metode pembelajaran yang tepat dan variatif. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seorang secara sadar atau tidak untuk melakuakan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.
commit to user xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus dideusiakan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat dimintai olehnya. Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Alat bantu belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya buku, komputer, tape recorder, dan lain-lain. Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembalajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang baik antara lain yaitu: susana kekeluargaan, suasana sekolah yang nyaman, suasana kelas diatur fleksibel, jumlah siswa tidak terlalu banyak, dan siswa belajar secara bervariasi. Kondisi siswa merupakan keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud bukan hanya keadaan fisik, melainkan juga keadaaan psikis siswa. Kemampuan guru maksudnya adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, mengelola kelas, serta mangatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar. Kriteria yang menunjukkan kemampuan guru adalah sebagai berikut: a) guru menyampaikan materi dengan tepat dan tidak membosankan, namun tidak terkesan menggurui; b) guru harus bisa memilih metode dan cara mengajar yang tepat agar dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran; c) guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun di belakanag; d) guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegaiatan belajar mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pembelajaran merupakan proses interaksi anatara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tindakan ke arah yang positif.
commit to user xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya guru didukung oleh adanya materi pelajaran yang sesuai metode dan penggunaan media yang tepat. b. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan.
Dengan adanya mata pelajaran bahasa Indonesia siswa dapat
mengontruksikan semua pelajaran dengan baik karena semua mata pelajaran dapat dipahami dengan bahasa. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 1) menyebutkan keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan. Menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan
pikiran,
perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Henry Guntur Tarigan, 2008: 4). Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Pelajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga materi kesastraan. Kedua materi tersebut direncanakan dan mendapat bagian yang sama sehingga pengajarannya juga harus seimbang. Sebagai contohnya dalam pembelajaran menulis argumentasi secara tidak langsung materi pembelajaran menulis cerpen merupakan satu kesatuan dari materi kebahasaan dan materi sastra. Pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Atas (SMA) diakui masih sangat minim dan kurang aktraktif. Pembelajaran menulis di sekolah sering disebut dengan kegiatan yang memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena ide, pemikiran, hal baru, sejarah, ataupun cerita dapat disampaikan kepada orang lain secara lebih luas melalui media tulisan. Kesempatan besar untuk menyebarkan ide pemikiran perlu didukung dengan kemampuan menuliskan dan menyampaikan dalam bentuk tulisan secara baik. Itu artinya ide yang tertulis diharap dapat ditangkap, dan dimengerti oleh pembaca.
commit to user xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ide dan pemikiran yang dicurahkan dalam tulisan perlu ditetapkan tujuannya. Tujuan tersebut dapat berupa untuk apa tulisan dibuat dan untuk siapa tulisan tersebut ditujukan. Dengan demikian, penggunaan bahasa, istilah, dan ide yang akan disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Sehingga dalam pembelajaran menulis ini berarti kegiatan yang dilakukan mencakup memilih, menetapkan, dan mengembangkan sebuah karangan baik karangan sastra maupun nonsastra. Hal di atas membuktikan bahwa pembelajaran menulis di SMA perlu adanya perbaikan. Perbaikan tersebut dimulai dari guru yang bertugas sebagai fasilitator. Guru yang berperan sebagai fasilitator dapat membekali diri dengan pengetahuan keilmuan yang menjadi keahliannya dan membekali diri dengan ilmu mengenai inovasi cara pembelajaran yang menarik, maka guru tersebut dapat menciptakan pembelajaran menulis yang menarik. Dengan demikian, siswa akan lebih tertarik dan akan meningkatkan hasil pembelajaran dan proses pembelajaran. c. Pembelajaran Menulis Argumentasi Pembelajaran
bahasa
Indonesia
diarahkan
untuk
meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Pada jenjang SMA, standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global (BSNP, 2006: 260) Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan satu aspek yang harus diajarkan kepada siswa yang terangkum dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Di dalam kurikulum saat ini, untuk siswa kelas X ada beberapa keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa baik menulis dalam kategori kebahasaan maupun dalam kategori sastra. Salah satu kemampuan
commit to user xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menulis yang harus dikuasai oleh siswa SMA kelas X dalam kategori kebahasaan adalah menulis paragraf argumentasi. Berdasarkan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menulis argumentasi diberikan pada semester kedua dengan standar kompetensi, mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun kompetensi dasarnya adalah menulis gagasan untuk mendukung pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi. Materi yang harus
disampaikan
guru
dalam
membelajarakan
argumentasi meliputi ciri-ciri paragraf
keterampilan
argumentasi,
topi-topik
menulis paragraf
argumentasi, kerangka paragraf argumentasi, dan penggunaan kata penghubung dalam paragraf argumentasi. Untuk memperjelas materi tersebut, guru perlu memberikan contoh paragraf argumentasi. Selama pembelajaran menulis argumentasi berlangsung, kegiatan yang diharapkan antara lain: (1) mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentasi, (2) menyusun kerangka paragraf argumentasi, (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf argumentasi, (4) menggunakan kata penghubung antar klausa dalam paragraf argumentasi, dan (5) menyunting paragraf argumentasi yang ditulis teman. Semua rangkaian kegiatan tersebut harus dilaksanakan oleh siswa. Setiap siswa harus memulai kegiatan dalam pembelajaran mulai dari mendaftar topik sampai dengan menyunting paragraf argumentasi. Menulis argumentasi gagasan,
menyampaikannya
merupakan suatu proses merangkai ide atau dalam
bahasa
tulis
dan
bertujuan
untuk
mempengaruhi orang lain. Dalam tulisan tersebut harus mengandung ajakan agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Supaya mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal, guru harus memberi pemahaman yang jelas tentang tulisan argumentasi yang benar serta menggunakan strategi mengajar yang tepat.
commit to user xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi
Dalam menilai setiap pembelajaran ada dua hal yang harus dinilai, yakni nilai proses dan hasil sebuah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwiji Suwandi (2008:15) yang menyebutkan penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan 1. Penilaian proses pembelajaran Penilaian proses belajara-mengajar merupakan menyangkut penilaian terhadap kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan keterlaksanaan kegiatan belajar-mengajar (Nana Sudjana, 2010:1). Penilaian proses pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan lebih mengoptimalkan produktivitas beberapa hal yaitu: a) efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksiol; b) keefektifan dan relevansi bahan pengajaran; c) produktivitas kegiatan pembelajaran; d) keefektifan sumber dan sarana pembelajaran; e) keefektifan penilaian hasil dan proses pembelajaran ( Nana Sudjana, 2010: 57). Selanjutnya Nana Sudjana (2010: 60-62), menyebutkan kriteria yang dapat digunakan dalam penilaian proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) konsistensi kegiatan pembelajaran dengan kurikulum; b) keterlaksanaan guru; c) keterlaksanaan oleh siswa; d) motivasi belajar siswa; e) keaktifan para siswa; f) interaksi guru dan siswa; g) kemampuan dan keterampilan guru mengajar; h) kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Kurikulum adalah program pembelajaran yang telah ditentukan sebagai acuan yang harus dilaksanakan. Keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk aspek-aspek yang meliputi: (1) tujuan-tujuan pembelajaran; (2) bahan pengajaran yang diberikan; (3) jenis kegiatan yang dilaksanakan; (4) cara melaksanakan tiap jenis kegiatan; (5) peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan; dan (6) penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan. Keterlaksanaan guru yang dimaksud adalah sejauh mana kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan yang berarti. Keterlaksanaan guru ini dapat dilihat dalam: (1) mengondisikan kegiatan belajar siswa; (2) menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar; (3) waktu
commit to user xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang disediakan untuk kegiatan pembelajaran; (4) memberikan bantuan dan bimbingan pembelajaran pada siswa; (5) melaksanakan penilaian proses dari hasil pembelajaran; (6) kegiatan menggeneralisasikan hasil pembelajaran dan tidak lanjutnya untuk kegiatan pembelajaran berikutnya; Keterlaksanaan oleh siswa ini dinilai dari sejauh mana siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang telah ditentukan oleh guru tanpa mengalami hambatan. Keterlaksanaan oleh siswa ini dapat dilihat dari: (1) memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru; (2) semua siswa turut serta melakukan kegiatan pembelajaran; (3) tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagai mana mestinya; (4) memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru; (5) menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan guru. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dalam: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) semangat siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya; (3) tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya; (4) reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; (5) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut dapat dilihat dalam hal berikut: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau pada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) melatih diri dalam memecahkan soal atau maslah yang sejenis; (7) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Interaksi guru dan siswa ini berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam
commit to user xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam: (1) tanya jawab atai dialog antara guru dengan siswa atau anta siswa dengan siswa; (2) bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara inividu atau kelompok; (3) dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar; (4) senantiasa beradanya guru dalam situasi pembelajaran sebagai fasilitator pembelajaran; (5) tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya; (6) adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil pembelajaran yang diperoleh siswa. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang professional karena merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator untuk menilai kemampuan ini antara lain: (1) menguasai bahan pelajaran yang disampaikan pada siswa; (2) terampil berkomunikasi dengan siswa; (3) menguasai kelas sehingga mengendalikan siswa; (4) terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; (5) terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulis. Salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Dalam hal ini, aspek yang dilihat antara lai: (1) perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya; (2) kualitas dan kuantitas tujuan instruksional oleh para siswa; (3) jumlah siswa yang mencapai tujuan instruksional mencapai 75% dari jumlah instruksional yang harus dicapai; (4) hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. Berdasarkan kriteria tersebut dapat digunakan sebagai pegangan dalam menilai
kualitas proses
pembelajaran agar
upaya
memperbaiki proses
pembelajaran dapat ditentukan lebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian yang telah tercapai dan bagian-bagian yang belum tercapai. Dengan demikian hal yang belum tercapai dapat dipelajarai dan ditentukan untuk memperbaikinya.
commit to user xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Penilaian hasil pembelajaran Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22). Horward kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: (a) sikap keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan keterampilan; (c) sikap dan citacita. Masih dalam Nana sudjana, Gagne membagi kategori hasil belajar menjadi lima hal, yaitu: (a) informasi verbal; (b) keterampilan intelektual; (c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) keterampilan motoris. Penilaian hasil pembelajaran menulis yang ditekankan pertama kali adalah unsur bahasa, sedangkan yang kedua adalah unsur gagasan. Kebiasaan guru yang hanya menilai tulisan siswa dari kebahasaannya saja akan membuat penilaian berat sebelah. Apabila sebuah tulisan benar kebahasaannya tapi ide atau gagasannya tidak sesuai dengan situasi di mana tulisan itu dibuat, maka tulisan yang telah dibuat dengan susah payah tersebut akan tidak bermakna. Jadi, penilaian hasil menulis ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasi dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa secara tepat (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 298). Selanjutnya Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan penilaian terhadap sebuah karangan mempunyai kelemahan pokok yang berupa objektifitas penilaian rendah. Dalam penilaian tulisan khususnya karangan akan terlihat subjektifitas dari penilai. Nilai yang diberikan tergantung pada kehendak sang penilai. Hal ini dapat dibuktikaan dengan adanya satu karangan yang dinilai oleh dua orang akan mempunyai nilai yang berbeda. Oleh karena itu, harus dipikirkan bagaimana mencari model penilaian yang memungkinkan memperkecil subjektifitas penilai. Hartfiel (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2010: 440) menyatakan salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penskoran, yaitu dengan menggunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor serta dapat dipertanggungjawabkan. Model penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
commit to user xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval No 1
Aspek Penilaian I
Skor
Kriteria
27-30 SANGAT
BAIK:
padat
informasi,
S
substansif, pengembangan tesis tuntas,
I
relevan dengan permasalahan dan tuntas. 22-26 BAIK: informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbata, relevan tetapi tidak lengkap. 17-21 SEDANG: informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup. 13-16 KURANG:
tidak
berisi,
tidak
ada
substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.
2
O
18-20 SANGAT BAIK: ekspresi lancer, gagasan
R
diungkapkan dengan jelas, padat, tertata
G
dengan baik, urutan logis, kohesif.
A
14-17 BAIK: kurang lancer, kurang terorganisasi
N
tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung
I
terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap.
S
10-13 SEDANG: tidak lancer, gagasan kacau,
A
terpotong-potong,
S
pengembangan tidak logis.
I
7-9
KURANG:
tidak
urutan
komunikatif,
dan
tidak
terorganisasi, tidak layak nilai.
3
K
18-20 SANGAT BAIK: pemanfaatan potensi
O
kata canggih, pilihan kata dan ungkapan
S
tepat, menguasai pembentukan kata.
commit to user xliii
perpustakaan.uns.ac.id
A
digilib.uns.ac.id
14-17 BAIK: pemanfaatan potensi kata agak
K
canggih,
A
kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak
T
mengganggu.
A
pilihan
10-13 SEDANG: terbatas,
kata
dan
pemanfaatan sering
ungkapan
potensi
terjadi
kata
kesalahan
penggunaan kosa kata dan merusak makna. 7-9
KURANG:
pemanfaatan potensi kata
asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai.
4
PENGEMBANGAN 22-25 SANGAT BAIK: konstruksi kompleks B
tetapi
efektif,
hanya
terjadi
sedikit
A
kesalahan penggunaan bentuk bahasa.
H
18-21 BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif,
A
kesalahan kecil pada konstruksi kompleks,
S
terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna
A
tidak kabur. 11-17 SEDANG-CUKUP:
terjadi
kesalahan
serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur. 5-10
SANGAT KURANG:
tidak menguasai
aturan sintaksis, terjadi banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai.
5
M
SANGAT
BAIK:
menguasai
E
penulisan,
hanya
terdapat
K
kesalahan ejaan.
A
5
4
aturan beberapa
BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.
commit to user xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
N
3
I
SEDANG: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur.
K
2
KURANG:
tidak menguasai aturan
penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tulisan tidak layak nilai. (Diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro, 2010: 441-442)
4. Hakikat Strategi Pembelajaran Think Talk Write a. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan adalah cara-cara yang akan dipilih dan akan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya (Hamzah Uno, 2010: 1). Pendapat lain dikemukakan (Oemar Hamalik, 2003: 183) yang menyatakan bahwa strategi pengajaran merupakan penerjemahan filsafat atau teori mengajar menjadi rumusan tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi-situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik. Iskandarwassid
dan
Dadang
Sunendar
(2008:
9)
menyatakan
strategi
pembelajaran adalah kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran karena dalam strategi pembelajaran terdapat cara-cara yang akan digunakan pengajar untuk memilih kegiatan belajar selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan mengoptimalkan kualitas belajar mengajar yang terjadi di kelas.
commit to user xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hamzah Uno (2010: 3) menyatakan bahwa terdapat lima komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan. Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dalam sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dicapai peserta didik di akhir kegiatan. Pemberian apersepsi juga termasuk dalam kegiatan pendahuluan yang merupakan jembatan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Penyampaian informasi kepada peserta didik perlu memperhatikan beberapa hal meliputi urutan penyampaian, ruang lingkup materi yang disampaikan dan jenis materi. Urutan penyampaian materi diberikan berdasarkan pola yang tepat yaitu berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang sederhana atau mudah menuju hal yang lebih kompleks. Ruang lingkup materi yang disampaikan bergantung pada karakteristik peserta didik dan materi yang dipelajari. Ruang lingkup materi sudah tergambar pada saat penentuan tujuan pembelajaran. Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar dan dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Komponen strategi pembelajaran setelah partisipasi siswa adalah tes yang biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai proses pembelajaran. Komponen terakhir dari strategi pembelajaran adalah kegiatan lanjutan yang diberikan oleh guru (Hamzah Uno, 2010: 3-7). b. Strategi Think Talk Write Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008: 84) menyatakan Think Talk Write adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan komunikasi di antara siswa. Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau
commit to user xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdialog dengan dirinya sendiri setelah membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Strategi ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman dalam kelompok kemudian mengungkapkannya melalui tulisan (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008: 84). Campbell (1969) menyatakan a talk-write strategy would give student social-vocal reinforcement from their peer. Artinya dengan menggunakan strategi berbicara dan menulis maka akan memberi penguatan vokal-sosial dari kelompoknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan strategi Think Talk Write, maka seorang siswa akan mampu mengembangkan kemampuannya, khususnya menulis karena mendapat penguatan dari sebayanya. Aktivitas berpikir atau think yang dapat dilihat dari proses membaca teks kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan kemudian ke dalam bahasa sendiri dalam membuat atau menulis catatan kecil. Menurut Wiederhold dalam Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008: 85) membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Belajar rutin membuat atau menulis catatan setelah membaca akan merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama dan setelah membaca. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian integral dalam setting pembelajaran. Kemampuan
membaca,
dan
membaca
secara
komprehensif
(reading
comprehension) secara umum dianggap berpikir, meliputi membaca baris demi baris atau membaca yang penting saja (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008: 85). Menurut Gilhooly dalam Cece Wijaya (2007: 71) berpikir dapat didefinisikan sebagai serentetan proses-proses kegiatan merakit, menggunakan dan memperbaiki model-model simbolik internal. Arends (1997: 158) menambahkan bahwa berpikir adalah suatu kemampuan untuk menganalisa, mengkritik, dan menarik kesimpulan berdasar pada inferensi atau pendapat.
commit to user xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seseorang perlu berpikir agar dapat menggunakan informasi yang dimiliki dengan baik jika informasi yang diperoleh tidak lengkap. Menurut Cece Wijaya (2007: 79) upaya yang dapat dilakukan guru dalam membina siswa agar berpikir adalah dengan menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif, strategi mengajar lebih banyak ditampilkan keterampilan memecahkan masalah daripada menyampaikan pengetahuan dan mengajukan pertanyaan untuk bahan berpikir. Adanya pertanyaan-pertanyaan dari guru membuat siswa mulai mengembangkan cara-cara berpikir tertentu di bawah bimbingan guru. Tahap kedua setelah think adalah talk yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Talking juga dapat membantu guru untuk mengetahui pemahaman siswa dalam belajar, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. Proses komunikasi dipelajari siswa dalam kehidupan sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Proses komunikasi dapat dibangun di kelas secara alami dan mudah serta dapat dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Komunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas Hal ini dapat terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi sekaligus dapat berpikir bagaimana cara mengungkapkannya dalam tulisan. Keterampilan berkomunikasi dalam tahap talk dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan idenya melalui tulisan. Berkomunikasi atau berdialog baik antar siswa maupun guru juga dapat meningkatkan pemahaman. Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008: 85). Pentingnya tahap talk antara lain karena pemahaman siswa dibangun melalui konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna, siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi dan membuat definisi. Tahap diskusi juga membantu siswa dalam pembentukan ide (forming ideas), internalisasi ide, dan dapat meningkatkan dan menilai kualitas berpikir.
commit to user xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap ketiga dalam strategi TTW adalah write yaitu menuliskan hasil diskusi secara individual. Menulis membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang mereka alami Silberman (2001: 179). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bermanfaat bagi guru untuk dapat memantau kesalahan siswa, mengetahui konsep tulisan siswa, mengetahui kelebihan tulisan siswa. Aktivitas siswa selama fase menulis adalah menulis solusi terhadap masalah atau pertanyaan yang diberikan, mengorganisasikan semua pekerjaan agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan yang ketinggalan dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya. c. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Think Talk Write Urutan proses pembelajaran dalam strategi Think Talk Write dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan diskusi, dan dilanjutkan presentasi dari perwakilan kelompok. Tahap selanjutnya adalah mengkonstruksi hasil pengetahuan hasil dari tahap think dan talk secara individual. Sintaknya adalah: informasi, kelompok, diskusi, presentasi dan melaporkan. Kemudian langkah-langkah yang lebih rinci dijelaskan oleh Martinis Yamin dan Bansu I, Ansari (2008: 90) yaitu 1) guru membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang memuat situasi masalah; 2) siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think); 3) siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan, dilanjutkan presentasi dari perwakilan kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain (talk). Guru berperan sebagai fasilitator lingkungan belajar; 4) siswa mengkonstruksi pengetahuan secara individual (write). Pembagian teks bacaan yang berupa lembar aktivitas siswa ini tergantung pada materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dibagiakan masalah yang pada akhirnya
commit to user xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nanti dikembangkan menjadi sebuah karangan argumentasi. Setelah masalah dibagikan, siswa membuat kelompok yang terdiri dari 3-5 orang siswa. Kelompok tersebut mendiskusikan permasalahan yang didapat. Mereka dapat saling bertukar pendapat. Setelah permasalahan dipecahkan, setiap anggota kelompok dapat menyampaikan hasil diskusi yang diwakilkan satu orang siswa tiap kelompok. Kelompok lain memperhatikan dan dapat mencatat memberikan tanggapan. Setelah presentasi selesai, siswa menulis sendiri hasil pemecahan masalah. Peranan guru dalam metode pembelajaran Think Talk Write menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008: 84) adalah mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang siswa untuk berpikir, mendengar secara hati-hati ide siswa, menyuruh siswa mengungkapkan ide secara lisan dan tertulis. Guru juga memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalanpersoalan, menggunakan model, membimbing, dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan serta memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi serta memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi. Strategi pembelajaran Think Talk Write dapat digunakan dalam setiap pembelajaran. strategi ini dapat mengembangkan semua aspek yang ada pada siswa. Pengembangan aspek ini dimulai dari pengembangan diri sendiri yang dapat dilakukan dalam think dan write, kemudian dapat mengembangkan aspek kerja kelompok yang dilakukan dalam talk. Dengan adanya hal di atas maka dapat dikatakan bahwa terdapat kolaborasi antara siswa dengan guru. Guru yang memberikan pertanyaan pada siswa menunjukkan adanya kepedulian guru terhadap siswa untuk dapat aktif dalam kelas. Selain itu, dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar karena mereka merasa dipedulikan oleh guru mereka. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan desain pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran TTW.
commit to user l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
GURU
Situasi masalah open-ended
SISWA
Membaca teks dan membuat catatan secara individu
Think
Interaksi dalam grup untuk membahas isi catatan
Talk
Kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa
Konstruksi pengetahuan hasil think dan talk secara individu
Write
Gambar 1. Desain Pembelajaran dengan Strategi Pembelajaran TTW (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008: 89)
Berdasarkan skema di atas diketahui bahwa proses pembelajaran dengan strategi Think Talk Write dimulai dari tugas guru kepada siswa untuk menemukan masalah yang bersifat open-ended atau masalah yang mempunyai beberapa alternatif solusi, dalam hal ini adalah masalah yang akan dikembangkan menjadi karangan argumentasi. Siswa secara aktif merespon tugas guru dimulai dengan berpikir, berbicara dan menulis. Berpikir merupakan tahap dalam strategi TTW yaitu siswa membaca teks dan membuat catatan secara individual, dilanjutkan tahap talk yaitu interaksi dalam grup untuk membahas isi catatan serta presentasi untuk menciptakan diskusi kelas. Tahap terakhir dalam TTW adalah konstruksi
commit to user li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengetahuan hasil dari think dan talk secara individual. Tahap think, talk dan write yang dilakukan oleh siswa akan meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, kemampuan pemahaman dan komunikasi yang baik antarsiswa.
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMA belum dilaksanakan secara optimal. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoretis dan hafalan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan. Proses pembelajaran akan berjalan optimal apabila semua pelaku dalam pembelajaran tersebut dapat saling melengkapi. Jika guru membuat pembelajaran monoton, siswa akan cenderung bosan dan malas untuk mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis sering terjadi perhatian siswa tertuju pada
hal lain seperti mengobrol dengan teman,
mengganggu
teman,
menyandarkan kepala di meja, dan lain-lain. Selain itu, dalam kaitanya dengan pembelajaran menulis yang terjadi di sekolah pada umumnya guru hanya langsung meminta siswa untuk langsung menulis. Dengan adanya tuntutan tersebut siswa hanya langsung menulis tanpa mempunyai gambaran awal tentang apa yang akan ditulisnya. Pada akhinya, dengan tidak mempunyai gambaran awal tersebut siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kata-kata. Ada aspek lain yang memengaruhi, yaitu tidak adanya penekanan tentang aspek penilaian dari karangan yang dibuat, maka siswa hanya sekadar menulis apa yang ada dalam pikiran. Mereka cenderung tidak memperhatikan tata bahasa yang digunakan baik dari segi ejaan maupun organisasi kalimat. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa dapat menulis dengan baik dan siswa mempunyai sikap mejadi lebih baik. Pembelajaran akan lebih optimal jika
strategi yang digunakan tepat.
Melalui strategi pembelajaran Think Talk Write diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis dengan ditunjukkan adanya perubahan sikap siswa dari yang suka membuat gaduh (mengobrol dengan teman, mengganggu teman lain, keliling kelas) menjadi bersikap fokus pada pembelajaran menulis. Karena dengan menggunakan strategi ini siswa disuguhi
commit to user lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan suatu permasalahan yang menuntut siswa untuk berpikir, kemudian membicarakan permasalahan dengan teman, dan pada akhirnya mengontruksikan hasil pembicaraan dalam sebuah tulisan argumentasi. Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran:
Kondisi Awal
1. Guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sehingga siswa bosan 2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis sehingga perhatian siswa terhadap pembelajaranpun rendah (kelas gaduh, mengobrol dengan teman, mengganggu teman lain, menyandarkan kepala di meja, bermain kipas). 3. Hasil pembelajaran menulis siswa rendah.
Penggunaan strategi Pembelajaran Think Talk Write
Tindakan
Kondisi Akhir
1. Siswa antusias dalam pembelajaran menulis (kondisi siswa aktif bertanya, tidak melakukan aktivitas sendiri) 2. Hasil pembelajaran menulis meningkat Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
C. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Pertama
adalah Zakiyatul Fikriyyah dengan penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa terhadap Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Logika melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think Talk Write pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kudus
commit to user liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahun Pelajaran 2006/2007 (Skripsi). Jenis penelitian ini adalah PTK dengan tujuan penelitian untuk untuk menelaah kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMA Negeri 2 Kudus yang belajar dengan strategi Think Talk Write. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis yang belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write mengalami peningkatan hasil belajar. Aktivitas siswa dalam belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write adalah baik. Siswa dan guru menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran ini. Kesamaan penelitian Zakiyatul Fikriyyah dengan penelitian ini adalah strategi pembelajaran yang digunakan sama, yaitu dengan Think Talk Write. Selain itu subyek penelitian sama yaitu pada siswa kelas X. Namun, ada sedikit perbedaan dalam objek kajian, yaitu penelitian ini pada pelajaran bahasa Indonesia, sedangkan penelitian Zakiyatul Fikriyyah pada pelajaran matematika. Penelitian relevan yang berikutnya adalah Muhammad Fachrur Roza yang berjudul Penerapan Media Gambar Karikatur untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Pada Siswa Kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Ajaran 2009/2010 (Skripsi). Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil menulis argumentasi siswa dengan menggunakan media gambar karikatur. Penelitian tersebut menghasilkan simpulan bahwa penggunaan media karikatur dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan rincian sebagai berikut: pada siklus I, persentase keaktifan siswa mencapai 55%; pada siklus II, siswa yang aktif mencapai 68%; sedangkan pada siklus III mencapai 74%. Penelitian ttersebut juga menghasilkan simpulan bahwa penggunaan media karikatur dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis argumentasi. Rincianpeningkatan kualitas hasil pembelajaran tersebut adalah pada siklus I, nilai rata-rata siswa mencapai 62,87; siklus II mencapai 67,05; dan siklus III mencapai 73,60. Penelitian tersebut mempunyai kesamaaan objek penelitian yaitu samasama tentang peningkatan keterampilan menulis argumentasi. Persamaan lain
commit to user liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah tentang subjek yang digunakan adalah sama-sama siswa kelas X. Namun, dalam penelitian ini terdapat perbedaannya yakni tentang penggunaan langkah yang ditempuh untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentasi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fachrur Roza, ia menggunakan media karikatur, sedangkan peneliti menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write. Berdasarkan beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan berikutnya menyebutkan bahwa keterampilan menulis argumentasi siswa masih rendah. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tentang meningkatkan keterampilan menulis dengan strategi Think Talk Write.
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan: 1. strategi pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar. 2. strategi pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar.
commit to user lv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar. Sekolah ini beralamat di jalan Ronggowarsito, Bejen, Karanganyar. Di dalam ruangan kelas tersebut terdapat satu pasang kursi dan meja untuk guru, 20 meja untuk siswa, 40 kursi siswa. Di dinding depan kelas ada papan tulis (white board), diatasnya terdapat lambang garuda dan foto Presiden dan Wakil Presiden serta lambing garuda. Di sebelah barat papan tulis terdapat tempelan daftar pengurus kelas, jadwal piket, dan pengumuman. Sedangkan di sebelah timur papan tulis terdapat bendera OSIS. Pada dinding sebelah timur ada jendela besar dan di atas ada tempelan gambar pahlawan Cut Nyak Dien dan Kartini. Guru pengampu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas X-5 adalah Sanusi, S.Pd. Beliau adalah lulusan S1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Sebelas Maret. Beliau mengampu lima kelas termasuk kelas X-5. Alasan pemilihan sekolah ini adalah pertama, sekolah tersebut belum pernah menjadi objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Kedua, siswa kelas X mempunyai keterampilan menulis yang rendah. Ketiga, peneliti ingin meningkatkan kemampuan menulis siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas X-5. Hal tersebut dikarenakan menurut hasil survei awal peneliti dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, permasalahan di dalam pembelajaran menulis argumentasi terjadi di kelas X-5. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yakni mulai bulan Januari 2011 sampai Mei 2011. Tahap Persiapan survai awal sampai penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Januari sampai awal Maret 2011, pelaksanaan pada bulan Maret sampai April, sedangkan tahap penyusunan laporan pada bulan april sampai
commit to user 40 lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mei 2011. Adapun rincian waktu dan kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2. Rincian waktu penelitian N
Kegiatan
Jan 11
o 1
Feb 11
Mar 11
Apr 11
Mei 11
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Survai awal sampai penyusunan proposal
2
Menentukan informa, menyiapkan alat dan bahan
3
Pengumpulan data
4
Analisis data
5
Penyusunan laporan
B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011. Siswa kelas X-5 berjumlah 40 siswa, yang terdiri atas 24 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Dengan demikian, kelas X-5 ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu. Adapun objek penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan menulis argumentasi di kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa maupun staf sekolah lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Suharsimi Arikunto, dkk, 2010: 3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama.
commit to user lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 dengan menerapkan strategi pembelajaran Think Talk Write.
D. Data dan Sumber Data Data yang digunaan dalam penelitian ini adalah dokumen dan catatan lapangan hasil observasi. Adapun sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian informasi, meliputi: 1. proses pembelajaran menulis argumentasi. 2. informan atau nara sumber, yaitu guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar. 3. dokumen yang berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil karangan siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi/Pengamatan Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa (tradisional) maupun dengan strategi pembelajaran Think Talk Write. Dengan demikian, tujuan observasi ini adalah untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan. Dalam observasi ini, peneliti sebagai partisipasi pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Peneliti
hanya
bertindak
sebagai partisipan
yang mengamati
jalannya
pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi tempat
commit to user lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas. Hasil pengamatan peneliti diskusikan dengan guru yang bersangkutan kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dan mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian diterapkan dalam siklus selanjutnya. 2. Wawancara Mendalam (in dept interview) Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia kelas X-5 dan beberapa siswa kelas X-5. Wawancara dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap pembelajaran menulis argumentasi. Dari wawancara itu serta kegiatan pengamatan dan kajian dokuman yang telah dilakukan, diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan dengan pembelajaran berdiskusi dan faktor-faktor penyebabnya. 3. Penugasan Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil notulen diskusi siswa, hasil karangan argumentasi siswa dan nilai siswa.
F. Teknik Validitas Data Untuk mengkaji validitas data, digunakan teknik triangulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber data, trianggulasi metode. Trianggulasi sumber atau data adalah mengumpulkan data yang sama atau sejenis yang digali dari berbagai sumber yang berbeda.. Trianggulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasi observasi dan wawancara. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya apabila didukung dengan tindakan observasi dan wawancara dengan informan sebagai sumber lain. Dengan demikian, trianggulasi data mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, wajib menggunakan beragam sumber data yang
commit to user lix
perpustakaan.uns.ac.id
tersedia.
digilib.uns.ac.id
Misalnya membandingkan nilai siswa dari survai awal sampai akhir
atau dengan indikator.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan analisis interaktif. Teknik analisis deskripsi komparatif mencakup analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai antarsiklus maupun indikator kinerja. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menyusun tindakan selanjutnya sesuai dengan siklus yang ada Dalam analisis model ini, peneliti akan mencoba untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar menemukan cara atau strategi yang tepat untuk rencana pelaksanaan tindakan yang berikutnya. Analisis ini bertujuan untuk memperbaiki siklus yang sebelumnya agar dapat diperoleh pencapaian indikator yang telah direncanakan. Analisis model interaktif merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Pada saat melakukan tahap pengumpulan data, peneliti sudah melakukan reduksi dan display data sekaligus sesuai kemunculan data yang diperlukan. Proses analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data
Display data Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan Gambar 3. Model Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, dalam Sutopo, H.B.2002: 96)
commit to user lx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Indikator Ketercapaian Tujuan Kondisi setelah diadakannya Penelitian Tindakan Kelas ini, diharapkan keterampilan menulis argumentasi siswa kelas X-5 meningkat, baik pengamatan dalam proses berlangsungnya pembelajaran maupun hasil nilai pada keterampilan menulis argumentasi. Diharapkan dapat mencapai indikator sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran menulis, ditandai dengan: a. Keaktifan siswa selama pembelajaran b. Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran c. Minat dan Motivasi siswa selama pembelajaran d. Siswa tuntas jika memperoleh jumlah skor dari ketiga kriteria lebih dari 7 2. Hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi, ditandai dengan: a. Siswa mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, maupun idenya yang dituangkan dalam isi karangan. b. Siswa mampu mengorganisasikan sebuah gagasan menjadi paragraf yang runtut. c. Variasi kosakata yang dimiliki siswa lebih meningkat. d. Siswa mampu mengembangkan bahasa dalam karangan dengan baik. e. Siswa mampu menulis karangan dengan memperhatikan penggunaan EYD yang baik. f. Perolehan nilai hasil pembelajaran meningkat dan mencapai batas rata-rata sesuai batas ketuntasan belajar sebesar 65. Untuk mengetahui penigkatan kemampuan siswa, peneliti menilai hasil pekerjaan siswa berdasarkan pedoman penilaian yang telah disepakai antara peneliti dan guru. Selanjutnya apabila penelitian ini telah mencapai kentuntasan sebesar 75% baik dalam proses dan hasil pembelajaran, maka penelitian akan dihentikan. Secara lebih rinci, indikator kinerja tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut:
commit to user lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3. Indikator ketercapaian Tujuan Aspek yang diamati
Prosentase pencapaian
Cara ukur
Prasiklus Keaktifan; perhatian dan konsentrasi;
minat
37%
Berdasarkan pengamatan
35%
Berdasarkan lembar nilai
dan
motivasi Kemampuan
menulis
argumentasi
siswa Siklus I
Keaktifan; perhatian dan konsentrasi;
minat
70%
Berdasarkan pengamatan
70%
Berdasarkan lembar nilai
dan
motivasi Kemampuan
menulis
argumentasi
siswa Siklus II
Keaktifan; perhatian dan konsentrasi;
minat
75%
Berdasarkan pengamatan
75%
Berdasarkan lembar nilai
dan
motivasi Kemampuan
menulis
argumentasi
siswa
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan, yaitu: a. Melakukan identifikasi masalah yang ada di kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar b. Menganalisis masalah yang ditemukan dan mencarikan solusi alternatif berupa strategi pembelajaran Think Talk Write dalam pembelajaran menulis argumentasi.
commit to user lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Menyusun jadwal dan rancangan penelitian yang akan dilakukan d. Mempersiapkan sarana pembelajaran e. Mempersiapkan instrumen penelitian 2. Tahap Aplikasi Tindakan Penelitian ini bertujuan ingin meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar dengan menerapkan strategi pembelajaran Think Talk Write. Penelitian iyang dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dalam bentuk siklus-siklus. Suharsimi, dkk (2007: 104) menyebutkan bahwa setiap siklus dalam penelitian ini mencakup 4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). a. Rancangan Siklus I 1) Tahap perencanaan, mencakup kegiatan: a) menyusun rencana pembelajaran dengan materi menulis karangan argumentasi I. b) merancang skenario pebelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi Think Talk write. Pada pertemuan pertama, langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) guru memasuki kelas dan menyampaikan salam (b) guru mengondisikan siswa dengan melakukan presensi (c) guru memberikan apersesi dengan menanyakan pengalaman siswa membaca atau menulis karangan argumentasi (d) guru mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran (e) guru meminta siswa membagikan lembar fotokopi yang berisi materi (f) guru memberi penekanan materi pada langkah pembuatan karangan argumentasi (g) guru menanyakan kesulitan siswa argumentasi
commit to user lxiii
dalam membuat karangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(h) guru menjelaskan alur pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW (i) guru membagikan potongan kertas yang berisi teks permasalahan yang nantinya dikembangkan (j) guru meminta siswa memikirkan permasalahan yang dibagikan kemudian mencatat pendapat yang mendukung untuk dikembangkan menjadi kerangka karangan (k) guru meminta siswa mencari teman yang mendapat tema sama (l) guru meminta siswa mendiskusikan tema dengan teman (m) beberapa kelompok dengan masalah yang sama mempresentasikan hasil diskusi (n) kelompok lain yang temanya sama menanggapi hasil presentasi (o) selesai presentasi, guru meminta siswa kembali ke tempat masingmasing (p) siswa kembali ke tempat masing- masing dan menuliskan kerangka karangan menggunakan kata-kata sendiri (q) guru menayakan pada siswa tentang kesulitan yan dihadapi selama menulis kerangka karangan argumentasi (r) guru memberi tugas pada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan tentang kerangka karangan yang ditulis, informasi yang dicari tersebut digunakan sebagai bahan untuk menyusun karangan argumentasi (s) guru memberikan simpulan berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung (t) guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam Pertemuan kedua, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (a) Guru memasuki kelas dan menyampaikan salam. (b) Guru mengondisikan siswa dengan melakukan presensi (c) guru menanyakan tugas yang diberikan minggu sebelumnya
commit to user lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(d) guru menekankan tentang kriteria penilaian karangan dengan memberikan lembar fotokopi yang berisi aspek-aspek penilaian sebuah karangan (e) guru meminta siswa
menyiapkan kerangka karangan yang telah
dibuat pada pertemuan sebelumnya (f) guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang kesesuaian materi dengan kerangka yang telah dibuat (g) guru meminta siswa mengembangkan kerangka karangan berdasarkan informasi yang dicari (h) guru memantau kegiatan siswa (i) guru meminta siswa yang telah selesai menulis untuk mengoreksi sesuai dengan pedoman penilaian (j) guru meminta siswa mengumpulkan hasil karangan (k) guru menanyakan kesulitan siswa selama menulis karangan (l) guru memberikan simpulan (m) guru menutup pelajaran dengan doa bersama. 2) Tahap pelaksanaan Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit. Pembelajaran pada siklus ini dilakukan oleh guru, sedengkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran. 3) Observasi dan interpretasi Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran menulis berlangsung. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.
Peneliti mengamati
keaktifan siswa selama apersepsi dan pembelajaran berdiskusi. Peneliti juga mengamati aktivitas guru selama pembelajaran. Adapun kegiatan guru adalah menilai keterampilan menulis dengan mengisi rubrik penilaian yang telah disiapkan. Pada akhir pembelakjaran peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa dan guru. Data yang diperoleh dari observasi kemudian
commit to user lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. 4) Tahap analisis dan refleksi Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil observasi kemudian menyajikannya pada guru pengampu. Dari hasil analisis berupa kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran, peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Dari tahapan inilah diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah diberikan. b. Rancangan siklus II Pada siklus II dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I, tapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I. Dengan adanya perencanaan, maka kekurangan pada siklus I tidak akan terulang pada siklus II. Perbaikan pada siklus II masih menggunakan strategi Think Talk Write.
commit to user lxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan disajikan uraian hasil penelitian. Uraian hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah dari Bab I. Sebelum hasil penelitian ini dipaparkan, pada bab ini akan diuraikan kondisi awal prasiklus pembelajaran menulis karangan argumentasi dan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar. Setelah diuraikan hasil prasiklus, kemudian akan dipaparkan tentang pelaksanaan siklus dan hasil penelitian serta pembahasan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi.
A. Kondisi Awal Prasiklus Sebelum melaksanakan penelitian, perlu diadakan survai awal untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran khususnya menulis karangan argumentasi. Dengan adanya survai awal ini maka akan diketahui permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Keadaan awal atau permasalahan ini yang akan menjadi acuan penentuan tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran berikutnya. Survai awal dilaksanakan tanggal 1 Maret 2011 pukul 12.05 WIB pada saat pembelajaran menulis karangan argumentasi. Pada kegiatan suvai awal atau prasiklus ini, guru melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa dan peneliti duduk di belakang sebagai partisipan pasif yakni hanya mengamati jalannya proses pembelajaran. Pada kegiatan awal prasiklus, guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengondisikan siswa untuk memulai pembelajaran. Pengondisian tersebut terlihat saat guru meminta siswa untuk membersihkan papan tulis yang masih kotor. Setelah itu guru menanyakan siswa yang tidak hadir, beberapa siswa menjawab “Eko dan Yunita”. Setelah siswa menjawab pertanyaan, guru menulis siswa yang tidak hadir pada buku presesensi. Selain itu guru juga mengisi buku jurnal yang ada di meja guru.
commit to user 51
lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah melakukan presensi, guru berjalan tepat di depan semua siswa. Sebelum memulai pembelajaran guru meminta siswa menyiapkan buku, alat tulis, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Setelah itu, guru meminta siswa untuk membuka LKS tentang karangan argumentasi. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan apersepsi yang dilakukan guru dengan bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Tanya jawab tentang materi yang telah dilaksanakan sebelumnya ini sebagai wujud untuk mempersiapkan siswa pada pembelajaran materi yang baru. Setelah melakukan tanya jawab guru mulai menjelaskan tentang materi menulis argumentasi. Guru menjelaskan dengan ceramah dan mencatat materi menulis argumentasi yang penting di papan tulis. Hal-hal penting tersebut hanya ditulis poin-poinnya saja, seperti argumentasi adalah, langkah menulis argumentasi, contoh argumentasi. Pada proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memperhatikan penjelasan guru dengan tenang, mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru dengan ceramah, tapi ada juga siswa yang tidak memperhatikan guru. Mereka ada yang berbicara dengan teman sebangku, menyandarkan kepala di meja, menguap (ditunjukkan pada lampiran halaman 119). Hal-hal yang dilakukan siswa tersebut dikarenakan pada saat guru menjelaskan materi dengan ceramah dan tidak memantau kegiatan siswa. Hasil pantauan peneliti dari lembar observasi penilaian proses pembelajaran yang telah ditemukan, rentang nilai total 4 – 6 yang berarti kurang ada 24 siswa 63,16% dari 38 siswa yang hadir. Sedangkan siswa yang memperoleh jumlah skor 7 – 9 yang berarti sedang ada 9 orang siswa atau 23,69%. Jumlah skor total 10 – 12 berarti yang berarti baik tercatat ada 5 orang siswa atau 13,16%. Dengan ditemukannya fakta tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa kelas X-5 masih tergolong rendah. Untuk suatu kualitas proses pembelajaran yang maksimal, tentunya hasil tersebut masih jauh dari harapan. Berikut adalah tabel hasil penilaian proses pembelajaran pada saat prasiklus dan grafiknya.
commit to user lxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Prasiklus No
Nama A* 1 2 2 3 2 1 2 1 2 2 4 4 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 2 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 4 4 1 80 2,10
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eni Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng Pawiling 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Mura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih jumlah Rata-rata
commit to user lxix
Nilai B* 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 3 1 1 3 2 2 2 1 2 1 4 4 2 83 2,18
Total
Kriteria
4 7 6 7 7 5 6 4 6 7 10 10 6 6 7 7 6 4 5 4 6 6 10 4 7 7 4 5 8 6 6 4 4 6 5 10 11 5 238 6,26
Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang Baik Baik Kurang Kurang Sdang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Sedang Sedang Kurang Kurang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Baik Kurang ≤7= 14 siswa ≤7= 24 siswa
C* 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 3 2 76 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan pernyataan: A*:Keaktifan siswa selama pembelajaran meliputi: (1) mengajukan pertanyaan, (2) mengungkapkan pendapat, (3) menjawab pertanyaan, (4) memperhatikan pertanyaan orang lain, (5) menanggapi pertanyaan B*:Perhatian dan memperhatikan
konsentrasi siswa penjelasan
guru,
selam (2)
pembelajaran
mencatat
meliputi: (1)
penjelasan
guru,
(3)
mempelajari kembali materi yang diberikan, (4) tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas, (5) tidak mengobrol dengan teman C*: Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran meliputi: (1) mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu, (2) semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan, (3) mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asalasalan; (4) tidak bermalas-malasan di kelas dengan tidak bertopang dagu, tidak meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain, (5) tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran. Keterangan Nilai: 1. Penilaian menggunakan check list karena menurut S. Eko Putro Widoyolo (2009: 109) menyebutkan bahwa kelebihan check list adalah sangat fleksibel untuk mengecek kemampuan untuk semua jenis dan tingkat hasil belajar semua mata pelajaran. 2. Setiap indikator perilaku bernilai 1 (satu) 3. Nilai merupakan jumlah skor tiap indikator perilaku 4. Keterangan diisi dengan kriteria berikut: a. Nilai total 1 – 3 berarti kurang sekali b. Nilai total 4 – 6 berarti kurang c. Nilai total 7 – 9 berarti sedang d. Nilai total 10 – 12 berarti baik e. Nilai total 13 – 15 berarti baik sekali
commit to user lxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain dengan tabel, nilai proses pembelajaran menulis argumentasi juga disajikan dengan grafik. Berikut ini adalah gambar grafik nilai proses pembelajaran menulis argumentasi siswa pada prasiklus:
12
10
Rentang Nilai
8
6
4
2
0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Nomor Urut Siswa
Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Prasiklus
Keterangan: : Nilai Proses Prasiklus
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat mengenai hasil nilai proses pembelajaran yang diperoleh setiap siswa. Garis yang ditunjukkan memberikan informasi mengenai skor nilai yang diperoleh siswa. Siswa dengan nilai rendah tergambar dengan balok yang lebih pendek, sedangkan siswa yang nilai tinggi tergambar dengan balok yang lebih tinggi. Dalam setiap pembelajaran, guru selalu ingin dan berusaha untuk mengaktifkan siswa. Usaha tersebut dilakukan dengan cara memberikan
commit to user lxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesempatan pada siswa untuk bertanya, tapi ternyata banyak siswa yang tidak memanfaatkan kesempatan bertanya tersebut. Hal ini terjadi karena siswa kurang memahami bahwa penilaian tidak hanya pada hasil pembelajaran saja, tapi juga penilaian proses pembelajaran. Kebanyakan dari siswa akan menjawab pertanyaan jika sudah ditunjuk. Dalam menjawab pertanyaan pun mereka juga kurang bersungguh-sungguh. Terkadang siswa yang ada pada kelas tersebut hanya diam pada saat ditunjuk untuk menjawab pertanyaan Setelah guru menjelaskan materi tentang karangan argumentasi, guru memberikan tugas pada siswa untuk membuat karangan argumentasi. Selesai memberikan tugas, guru duduk di meja guru sambil membaca buku pendamping pelajaran, sedangkan kondisi kelas tenang karena siswa sibuk menulis.
Dari
pengamatan peneliti ada beberapa siswa yang tidak langsung menulis, tapi justru mengobrol dengan teman sebangku. setelah waktu tinggal 15 menit, guru meminta siswa untuk memeriksa pekerjaan mereka kembali. Waktu telah menunjukkan pukul 13.15 WIB, guru hanya melihat beberapa pekerjaan siswa yang duduk di deretan depan. Sehingga siswa yang duduk di deretan belakang tidak memeriksa pekeerjaan mereka, tapi justru berbincang dengan teman yang lain. Setelah waktu tinggal 5 menit guru meminta siswa mengumpulkan pekerjaan mereka ke meja guru. Pada akhir pembelajaran guru menutup pelajaran dengan doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut masih bersifat konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada guru, walaupun terkadang guru member kesempatan pada siswa untuk bertanya. Metode yang digunakan oleh guru hanya ceramah dan sedikit tanya jawab. Penugasan adalah sebagai evaluasi akhir pembelajaran. Simpulan hasil wawancara dengan siswa pada prasiklus tentang pembelajaran menulis argumentasi adalah sebagai berikut: (1) siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis di kelas; (2) dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis argumentasi siswa cenderung sulit untuk menemukan fakta atau alasan pendukung tema yang akan ditulis; (3) kecenderungan siswa bertanya kepada teman pada saat mengalami kesulitan; (4) guru langsung memberikan
commit to user lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tugas untuk membuat sebuah karangan dan jarang dikoreksi; (5) siswa kurang termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan simpulan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa siswa tersebut, diketahui bahwa pembelajaran menulis karangan argumentasi dianggap siswa membosankan. Dalam menyampaikan materi, guru mencatatat poin penting di papan tulis kemudian menjelaskan poin-poin tersebut dengan lisan. Pada inti pembelajaran siswa ditugasi untuk membuat sebuah karangan argumentasi sebagai wujud evaluasi pembelajaran. Pada pembelajaran ini siswa merasa kebingungan tentang hal yang akan ditulis. Siswa cenderung bingung karena tidak mempunyai gambaran tentang tema yang akan mereka tulis. Dengan adanya hal tersebut, ada beberapa siswa yang tidak langsung menulis saat guru memberi tugas. Siswa yang bingung, kemudian menunggu siswa lain menulis dan melihat hasil pekerjaan teman tersebut. Dari hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia, yakni bapak Sanusi, S. Pd yang dilaksanakan di ruang perpustakaan SMA Negeri 2 Karanganyar, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) menurut guru pembelajaran di kelas belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, misalnya saja siswa belum menguasai penggunaan ejaan dan tanda baca degan benar,penuangan
isi kurang sesuai
dengan tema tema yang dibahas; (2) guru hanya sebatas membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara umum tidak mendetail; (3) materi yang disampaikan guru hanya dengan ceramah; (4) siswa tidak terlalu aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya simpulan tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran tersebut masih bersifat konvensional, guru masih sangat dominan di dalam kelas, dan siswa kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel hasil nilai pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa pada prasiklus:
commit to user lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi pada Prasiklus No
Nama Isi
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eniy Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng P 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Nura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih Nilai rata-rata
14 18 15 18 16 13 14 17 17 15 17 18 17 13 17 18 18 17 18 21 17 20 14 17 18 16 13 13 17 14 17 18 13 12 13 17 18 20 16,02
Organisasi Isi 8 14 13 13 14 8 10 14 14 14 15 13 9 10 10 13 13 12 9 14 10 13 13 11 11 15 14 10 13 9 14 15 10 13 9 10 13 17 12,02
Skor Kosakata 14 13 15 12 15 10 14 15 9 13 13 12 9 13 15 15 16 14 14 15 11 14 15 12 10 14 14 13 14 14 15 16 14 12 14 14 17 15 13,53
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
commit to user lxxiv
Pengem Bahasa 18 18 18 15 18 13 18 18 12 18 14 12 10 15 16 18 13 16 11 14 16 18 18 11 13 18 18 15 19 18 16 19 12 20 15 17 18 16 15,84
Me ka nik 4 3 4 4 5 3 3 4 3 4 4 3 2 3 5 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3,66
Jumlah
58 66 65 62 68 47 59 68 55 64 63 58 47 57 53 67 63 63 55 68 57 69 64 55 55 66 63 57 67 59 66 72 53 62 55 62 69 72 61,29
Ket
TT T T TT T TT TT T TT TT TT TT TT TT TT T TT TT TT T TT T TT TT TT T TT TT T TT T T TT TT TT TT T T ≥65= 13 siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel
tersebut diperoleh informasi bahwa pretes yang
dilakukan pada saat survai awal prasiklus, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang hadir pada saat pembelajaran tersebut yaitu 38 siswa hanya 13 siswa yang mencapai nilai di atas batas ketuntasan. Dengan kata lain, ketuntasan belajar siswa dalam menulis karangan argumentasi hanya 34,21%. Proses penilaian hasil pembelajaran menulis karangan tersebut didasarkan pada pedoman menulis yang telah diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro. Selain dengan tabel, nilai hasil pembelajaran juga dapat digambarkan dengan grafik. Berikut ini adalah grafik batang nilai hasil pembelajaran pada prasiklus: 80 70
Rentang Nilai
60 50 40 30 20 10 0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Nomor urut Siswa
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Prasiklus
Keterangan: : Nilai Hasil Prasiklus
commit to user lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari grafik di atas, diperoleh informasi mengenai sebaran nilai yang diperoleh siswa. Siswa yang memperoleh nilai tinggi, digambarkan dengan balok yang tinggi. Begitu pula siswa yang memperoleh nilai rendah, digambarkan dengan
balok
yang
rendah
pula.
Grafik
tersebut
ditampilkan
untuk
menggambarkan lebih lanjut perolehan nilai siswa berdasaran tabel 5. Berdasarkan hasil evaluasi menulis karangan, observasi, dan wawancara dengan guru dan siswa, dapat direfleksi bahwa beberapa faktor yang menjadikan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa rendah adalah sebagai berikut: 1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis. Ketidaktertarikan siswa terhadap pembelajaran menulis terlihat pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, tapi justru berbincang dengan teman, menyandarkan kepala di meja, menguap. Selain itu pada saat guru member tugas menulis karangan argumentasi, banyak siswa yang mengeluh. Dari hasil penilaian proses pembelajaran menunjukkan bahwa dari 38 jumlah siswa yang hadir pada pertemuan tersebut, hanya ada 13 siswa yang mencapai batas tuntas yaitu memperoleh nilai lebih dari 7. 2. Siswa kesulitan dalam mengungkapkan dan mengorganisasikan gagasan. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara baik. Hal ini terlihat pada karangan siswa yang sebagian besar pengungkapan gagasan masih kacau, tidak terorganisasi, tidak runtut, dan ada beberapa gagasan yang diulang-ulang sehingga karangan belum kohesif dan koherensif. Hal tersebut dapat terlihat dalam contoh karangan siswa yang dapat dilihat pada lampiran halaman 137. Kesehatan adalah sesuatu yang paling berharga bagi tubuh kita. Kita bisa menjaga kesehatan kita dengan cara berolahraga dan makan makanan yang bergizi agar kita tidak mudah sakit.. Dalam penggalan karangan tersebut dapat terlihat bahwa antara kalimat satu dan kalimat berikutnya tidak mendukung. Seharusnya pada kalimat kedua dijelaskan pendapat yang mendukung keterangan bahwa kesehatan adalah
commit to user lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuatu yang berharga bagi tubuh kita. Pembuatan kalimat pendukung tersebut dapat diganti dengan “Dengan tubuh kita sehat maka segala aktivitas akan terlaksana dengan lancar. Apabila tubuh kita tidak sehat maka segala aktivitas akan terganggu, misalnya: kita tidak bisa belajar,tidak bisa bermain, dan lainlain”. 3. Siswa belum menggunakan ejaan serta tanda baca yang tepat. Berdasarkan hasil karangan siswa diketahui bahwa masih banyak terdapat kesalahan ejaan dan tanda baca. Siswa masih kesulitan dalam penulisan huruf kapital, pemakaian tanda koma, penulisan kata depan, dan penulisan singkatan. a. Penulisan huruf kapital, misalnya pada penggalan kalimat: Pencemaran udara (polusi udara) dapat menyebabkan: Kerusakan Saluran Pernapasan pada manusia, Mencemari lingkungan (khususnya lingkungan udara), Menimbulkan
Pemanasan
global,
Menimbulkan
air
hujan
yang
mengandung asam basa, Merusak lapisan ozon dan atmosfir bumi, dan lain sebagainya (dapat dilihat pada lampiran halaman 133). Penggunaan huruf besar pada kalimat tersebut adalah salah karena huruf “K, S, P, M” pada kata
“Pencemaran,
Kerusakan,
Saluran,
Pernapasan,
Pemanasan,
Menimbulkan, Merusak” bukanlah huruf pertama pada awal kalimat, tapi hanya pada kalimat penjelas dari kalimat sebelumnya sehingga hurufnya harus kecil sehingga penulisannya menjadi “pencemaran, kerusakan, saluran, pernapasan, pemanasan, menimbulkan, merusak”. b. Pada kehidupan kita sampah merupakan dampak lingkungan yang menimbulkan
masalah
bagi
manusia
Tapi
sampah
juga
dapat
dimanfaatkan bagi manusia (dapat dilihat pada lampiran halaman 131). Dalam kalimat tersebut seharusnya sebelum kata “tapi” terdapat tanda koma karena tanda koma tersebut untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi atau tapi. Selain itu penulisan “Tapi” pada kalimat tersebut seharusny huruf “T” kecil karena bukan huruf pertama pada awal kalimat.
commit to user lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Penulisan kata depan dan singkatan, misalnya pada kalimat: Sampah ini bisa juga di olah kembali menjadi barang-barang yg bagus (lampiran halaman 131). Kata di olah dalam kalimat tersebut seharusnya tidak dipisah karena “di” pada kata “di olah” bukan sebagai kata depan, tetapi sebagai awalan. Sedangkan kata yg seharusnya tidak disingkat, tetapi ditulis lengkap menjadi yang. 4. Guru belum menemukan strategi yang tepat untuk mengajarkan menulis karangan pada siswa. Dalam mengajarkan menulis karangan argumentasi pada siswa guru cenderung menngunakan cara konvensional, yaitu dengan ceramah. Dengan cara ini siswa hanya banyak mendengarkan penjelasan guru tentang hakikat karangan
argumentasi,
kemudian
menjelaskan
langkah-langkahnya,
selanjutnya guru memita siswa untuk membuat karangan argumentasi. Dengan guru langsung meminta siswa untuk mengarang, siswa kesulitan untuk menemukan fakta-fakta yang mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan utuh. Selain itu, mereka juga bingung tentang hal yang akan mereka tulis. Karena bingung menyebabkan mereka tidak langsung menulis karangan. Siswa justru menopang dagu, melihat teman lain yang sudah menulis, berbicara dengan teman lain. Pada akhir pembelajaran, karangan argumentasi yang telah dibuat dikumpulkan. Hasil dari karangan yang dibuat siswa pun tidak memuaskan. Banyak dari karangan siswa yang belum mencapai KKM, yaitu sebesar 65. Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, peneliti dan guru merasa perlu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa. Untuk itulah peneliti berdiskusi dengan guru untuk merencanakan langkah selanjutnya pada tanggal 5 maret 2011. Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan pada siklus I pada hari selasa, tanggal 8 Maret 2011.
commit to user lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. PELAKSANAAN TINDAKAN DAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dan refleksi peneliti pada survai awal pratindakan dan wawancara dengan guru dan siswa, tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Tidakan tersebut dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap siklus tersdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Maret 2011 di SMA Negeri 2 Karanganyar. Pada kesempatan ini peneliti berdisksusi dengan guru tentang beberapa hal, natara lain: (1)peneliti dan guru menyamakan persepsi tentang penelitian yang akan dilaksanakan, (2) peneliti mengusulkan diterapkannya strategi pembelajaran dalam pembelajaran menulis argumentasi, (3) peneliti dan guru sama-sama menyusun RPP untuk siklus I, (4) peneliti dan guru bersamasama merumuskan indikator pencapaian tujuan, (5) guru dan peneliti bersamasama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrument penelitian berupa tes dan nontes. Instrument tes digunakan untuk menilai hasil karangan siswa, sedangkan instrument nontes digunkan sebagai pedoman untuk menilai proses pembelajaran menulis karangan argumentasi, (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Dalam perencanaan tindakan tersebut disepakati bahwa siklus I akan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu 2x45 menit (2 jam pelajaran), tetapi karena di SMA Negeri 2 Karanganyar mempunyai kebiasaan salat dzuhur berjamaah, maka pada jam pelajaran terakhir hanya mempunyai alokasi waktu 85 menit. Dengan demikian pelaksanaan siklus I pada hari Selasa, tanggal 8 Maret 2011 dengan alokasi waktu 85 menit. Adapun skenario pembelajaran yang direncanakan dalam siklus I pada pertemuan pertama adalah: (1) guru memasuki kelas dan menyampaikan salam; (2) guru mengondisikan siswa dengan melakukan presensi (3) guru memberikan apersesi dengan menanyakan pengalaman siswa membaca atau menulis karangan;
commit to user lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) guru mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran; (5) guru meminta siswa membagikan lembar fotokopi yang berisi materi; (6) guru memberi penekanan materi pada langkah pembuatan karangan argumentasi; (7) guru menanyakan kesulitan siswa dalam membuat karangan argumentasi; (8) guru menjelaskan alur pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW; (9) guru membagikan potongan kertas yang berisi teks permasalahan yang nantinya dikembangkan; (10) guru meminta siswa memikirkan permasalahan yang dibagikan kemudian mencatat pendapat yang mendukung untuk dikembangkan menjadi kerangka karangan; (11) guru meminta siswa mencari teman yang mendapat tema sama; (12) guru meminta siswa mendiskusikan tema dengan teman; (13) beberapa kelompok dengan masalah yang sama mempresentasikan hasil diskusi; (14) kelompok lain yang temanya sama menanggapi hasil presentasi; (15) selesai presentasi, guru meminta siswa kembali ke tempat masingmasing; (16) siswa kembali ke tempat masing- masing dan menuliskan kerangka karangan menggunakan kata-kata sendiri; (17) di akhir pembelajaran guru menanyakan pada siswa tentang kesulitan yan dihadapi selama menulis kerangka karangan argumentasi; (18) guru memberi tugas pada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan tentang kerangka karangan yang ditulis, informasi yang dicari tersebut digunakan sebagai bahan untuk menyusun karangan argumentasi; guru memberikan simpulan berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsun; (19)guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam. Skenario pembelajaran yang direncanakan dalam siklus I pada pertemuan kedua adalah: (1) guru memasuki kelas dan menyampaikan salam; (2) guru mengondisikan siswa dengan melakukan presensi; (3) guru menanyakan tugas yang diberikan minggu sebelumnya; (4) guru menekankan tentang kriteria penilaian karangan dengan memberikan lembar fotokopi yang berisi aspek-aspek yang dinilai; (5) guru meminta siswa menyiapkan kerangka karangan yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya; (6) guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang kesesuaian materi dengan kerangka yang telah dibuat; (7) guru meminta siswa mengembangkan kerangka karangan berdasarkan informasi yang dicari; (8) guru memantau kegiatan siswa; (9) guru meminta siswa
commit to user lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang telah selesai menulis untuk mengoreksi sesuai dengan pedoman penilaian; (10) guru meminta siswa mengumpulkan hasil karangan; (11) guru menanyakan kesulitan siswa selama menulis karangan; (12) guru memberikan simpulan; (13) guru menutup pelajaran dengan doa bersama.
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Maret 2011 selama 2 jam pelajaran di ruang kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya pelajaran, sedangkan peneliti melakukan observasi dan duduk di belakang siswa sebagai partisipan pasif. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajatran menulis argumentasi pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: (1) guru memasuki kelas dan menyampaikan salam; (2) guru mengondisikan siswa dengan melakukan presensi; (3) guru memberikan apersesi dengan menanyakan pengalaman siswa membaca atau menulis karangan; (4) guru mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran; (5) guru meminta siswa membagikan lembar fotokopi yang berisi materi; (6) guru memberi penekanan materi pada langkah pembuatan karangan argumentasi; (7) guru menanyakan kesulitan siswa dalam membuat karangan argumentasi; (8) guru menjelaskan alur pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW; (9) guru membagikan potongan kertas yang berisi teks permasalahan yang nantinya dikembangkan; (10) guru meminta siswa memikirkan permasalahan yang dibagikan kemudian mencatat pendapat yang mendukung untuk dikembangkan menjadi kerangka karangan; (11) guru meminta siswa mencari teman yang mendapat tema sama; (12) guru meminta siswa mendiskusikan tema dengan teman; (13) beberapa kelompok dengan masalah yang sama mempresentasikan hasil diskusi; (14) kelompok lain yang temanya sama menanggapi hasil presentasi; (15) selesai presentasi, guru meminta siswa kembali ke tempat masing-masing; (16) siswa kembali ke tempat masing- masing dan menuliskan kerangka karangan menggunakan kata-kata sendiri; (17) di akhir pembelajaran guru menayakan pada
commit to user lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa tentang kesulitan yang dihadapi selama menulis kerangka karangan argumentasi; (18) guru memberi tugas pada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan tentang kerangka karangan yang ditulis, informasi yang dicari tersebut digunakan sebagai bahan untuk menyusun karangan argumentasi; (19) guru memberikan simpulan berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung; (20)guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam. Kegiatan yang dilakukan siswa di kelas adalah memberikan jawaban atas pertanyaan guru, mendengarkan penjelasan guru, berlatih memikirkan sebuah masalah, membicarakan masalah dengan teman, dan menuliskan hasil pembicaraan dalam sebuah karangan argumentasi. Dalam menulis kerangka karangan yang pada akhirnya nanti dikembangkan menjadi sebuah karangan, guru memberikan topik masalah yang berupa: bahaya penyakit jantung, melestarikan lingkungan, mentaati tata tertib sekolah, dan manfaat olah raga. Setelah siswa menulis karangan kerangka karangan kemudian dikumpulkan. Sebelum guru menutup pelajaran dan melanjutkan pembelajaran pada pertemuan berikutnya yakni pada hari Kamis, tanggal 10 Maret 2011, siswa diberi tugas untuk mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung kerangka karangan untuk dibuat karangan argumentasi utuh. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua adalah: (1) guru memasuki kelas dan menyampaikan salam; (2) guru mengondisikan siswa dengan melakukan presensi; (3) guru menanyakan tugas yang diberikan minggu sebelumnya; (4) guru menekankan tentang kriteria penilaian karangan dengan memberikan lembar fotokopi yang berisi aspek-aspek penilaian sebuah karangan; (5) guru meminta siswa
menyiapkan kerangka
karangan yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya; (6) guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang kesesuaian materi dengan kerangka yang telah dibuat; (7) guru meminta siswa mengembangkan kerangka karangan berdasarkan informasi yang dicari; (8) guru memantau kegiatan siswa; (9) guru meminta siswa yang telah menyelesaikan menulis karangan untuk mengoreksi kembali karangan argumentasi yang telah ditulis dan disesuaikan
commit to user lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan pedoman penilaian; (10) guru meminta siswa mengumpulkan hasil karangan; (11) guru menanyakan kesulitan siswa selama menulis karangan; (12) guru memberikan simpulan; (13) guru menutup pelajaran dengan doa bersama.
c. Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi Think Talk Write berlangsung pada hari Selasa, 8 Maret 2011 dan 10 Maret 2011 pukul 12.05 – 13.30 WIB (jam ke-7 dan ke-8). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif . Berdasarkan hasil pengamatan (dapat dilihat pada lampiran halaman 155160) yang telah dilakukan, diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan strategi Think Talk Write yakni, saat masuk kelas guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam setelah semua siswa tenang. Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk. Ada satu siswa yang tidak masuk dalam kegiatan pembelajaran ini. Siswa yang tidak masuk tersebut adalah Bafin Yudika. Ia tidak mengikuti pembelajaran karena sedang sakit. Pada saat melakukan presensi ini, di belakang terlihat beberapa siswa yang tidak memakai kaos kaki dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang duduk dibelakang dan tidak memakai kaos kaki ini terlihat takut dan meletakkan ujung sepatunya di kursi teman yang ada di depannya karena melihat peneliti duduk di dekat siswa tersebut. Siswa tersebut juga sesekali menengok ke belakang. Selesai melakukan presensi,
guru
melakukan apersepsi tentang
pembelajaran menulis argumentasi dengan menanyakan pengalaman siswa tetang membaca atau menulis karangan argumentasi. Beberapa siswa menjawab bahwa baru pertemuan sebelumnya membuat karangan argumentasi. Selain itu juga ada yang menjawab bahwa saat SMP sudah membuat karangan argumentasi. Selanjutnya kegiatan tanya jawab dilanjutkan dengan penyampaian materi menulis argumentasi. Penyampaian ini hanya secara singkat karena materi telah
commit to user lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Penekanan penyampaian materi hanya fokus pada langkah membuat karangan argumentasi dan memberikan contoh karangan argumentasi. Dengan memberikan penekanan pada langkah membuat karangan argumentasi diharapkan siswa lebih mengerti tentang pembuatan karangan argumentasi, sedangkan pemberian contoh diharapkaa siswa dapat dengan mudah mengenali karangan argumentasi. Penyampaian materi ini juga dilengkapi dengan lembar fotokopi yang berisi materi tentang langkah menulis argumentasi, dan contoh-contoh karangan argumentasi. Selain dijelaskan dengan lisan guru juga memberikan materi dengan tertulis agar daya serap siswa lebih baik. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan tanya jawab dengan siswa mengenai kesulitan membuat karangan argumentasi. Dalam kegiatan tanya jawab ini sebenarnya sebagai wujud untuk mengaktifkan siswa, tapi pada saat itu tidak ada siswa yang bertanya karena malu bertanya dengan guru atau malah justru takut. Mereka justru sering bertanya dengan teman sebangku atau teman yang duduknya berdekatan. Setelah itu, guru melanjutkan pembelajaran dengan menerangkan alur pembelajaran dengan menggunakan strategi Think Talk Write. Semua siswa diam dan tenang pada saat guru menerangkan alur pembelajaran karena baru pertama kali mendengar strategi pembelajaran tersebut. Karena baru pertama mendengar alur pembelajaran tersebut, maka beberapa siswa mengajukan pertanyaan mengenai alur pembelajaran dengan strategi Think Talk Write. Dengan adanya pertanyaan dari siswa, guru kembali menerangkan alur pembelajaran hingga siswa mengerti alur pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah semua siswa paham tentang alur pembelajaran yang akan dilaksanakan, guru melanjutkan pembelajaran dengan meminta salah satu siswa membagikan potongan kertas yang berisi masalah yang pada akhirnya nanti aakan dikembangkan menjadi karangan argumentasi. Pada saat pembagian tersebut semua siswa tenang dan mencermati masalah yang ada pada potongan kertas yang telah dibagikan. Dalam waktu yang telah ditentukan oleh guru, siswa mencermati dan mencatat fakta-fakta yang mendukung permasalahan tersebut. Setelah selesai, guru meminta siswa untuk mencari kelompok yang mendapat permasalahan yang
commit to user lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sama untuk berdiskusi. Dalam pencarian anggota kelompok tersebut kelas terlihat gaduh dan guru mengingatkan siswa agar tidak gaduh sehingga tidak mengganggu kelas lain. Hal yang sering terjadi pada saat membuat kelompok adalah ada siswa yang tidak mendapat kelompok karena tidak disukai
oleh siswa lain. Sama
dengan siswa kelas X-5 ini, Ada beberapa siswa yang tidak mau bergabung dalam kelompok. Dengan adanya kebijakan dari guru, akhirnya siswa yang tidak mendapat kelompok tersebut mendapat kelompok. Dalam penentuan kelompok tersebut guru menekankan bahwa setiap manusia itu sama. Jadi tidak diperbolehkan untuk saling bermusuhan. Semua siswa telah memperoleh kelompoknya, kemudian dilanjukan dengan diskusi. Fakta-fakta yang telah ditulis secara individu sebelumnya dibicarakan dalam diskusi kelompok. Hampir semua siswa sibuk dengan kelompoknya untuk berdiskusi. Namun, ada satu kelompok siswa laki-laki yang duduk di belakang pojok justru kipas-kipas dan ada juga yang melihat ke luar jendela. Dengan sigap guru memberi teguran pada siswa-siswa yang tidak melaksanakan tugas. Diskusi dilaksanakan dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, guru meminta salah satu kelompok yang mendapat tema sama mempresentasikan hasil diskusi, sedangkan kelompok lain yang temanya sama memberikan tanggapan atau respon. Dalam presentasi ini semua siswa tenang dan memperhatikan, sedangkan kelompok lain yang mendapat tema sama, memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlanjut sampai pada kelompok yang terakhir. Selesai presentasi, guru meminta siswa kembali ke tempat duduk masing-masing untuk membuat kerangka karangan yang akhirnya nanti dikembangkan menjadi karangan utuh. Selain itu, guru juga menugasi siswa untuk mengumpulkan
informasi
sebagai
bahan
tambahan
membuat
karangan
argumentasi pada pertemuan berikutnya. Pada akhir pembelajaran,guru menanyakan pada siswa tentang kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran hari tersebut. Ada siswa yang menjawab bahwa sulit dalam menentukan kelompok. Selain itu, ada juga yang menyarankan agar dalam pembuatan kelompok tidak perlu seperti yang telah dilaksanakan.
commit to user lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah selesai guru memberi simpulan tentamg pembelajaran, dan menutup pembelajaran dengan doa bersama dan mengucap salam. Pada pertemuan kedua, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa. Pada pertemuan kedua ini ada dua orang siswa yang tidak masuk. Pada pertemuan sebelumnya Bafin Yudika yang tidak masuk, kini ditambah dengan Robi Sudarwis yang tidak masuk. Mereka berdua tidak masuk karena sedang sakit. Bafin yudika sudah tidak masuk selama tiga hari, sedangkan Robi sudarwis baru sakit satu hari. Setelah itu guru menayakan tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu mengumpulkan informasi sebagai bahan untuk membuat akarangan argumentasi (sebagai wujud kegiatan apersepsi). Selanjutnya guru memberikan penekanan tentang penilaian menulis argumentasi. Penekanan kriteria penilaian ini disampaikan secara lisan dan juga dengan lembar fotokopi. Dalam memberikan lembar fotokopi yang berisi aspek penilaian, guru meminta bantuan pada dua orang siswa untuk membagikan pada setiap siswa. Dengan meminta bantuan siswa ini, maka waktu yang dibutuhkan untuk membagian lembar fotokopi tidak lama. Dalam penyampaian kriteria penilaian ini siswa cukup tenang dan siswasiswa yang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri pun juga mulai memperhatikan. Sikap siswa yang memperhatikan terhadap lembar tersebut karena biasanya mereka tidak tahu cara penilaian guru terhadap karangan yang mereka buat. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menyiapkan kerangka karangan yang telah dibuat, dan menyiapkan materi atau informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Guru meminta siwa memikirkan dan mendiskusikan dengan teman sebangku kesesuaian informasi yang dicari dengan kerangka karangan yang dibuat. Pada saat diskusi dengan teman sebangku ini, guru hanya mendatangai beberapa meja yang yang di depan, sehingga di belakang masih ada siswa yang sibuk dengan kegiatan sendiri, seperti kipas-kipas, mengganggu teman yang menulis, menyandarkan kepala dimeja. Setelah diskusi selesai, guru meminta siswa untuk mengembangkan kerangka karangka karangan menjadi karangan utuh berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Di dalam kegiatan menulis ini guru hanya memantau kegiatan siswa dari depan kelas.
commit to user lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beberapa siswa belum mulai menulis saat guru meminta mereka untuk mulai mengembangkan kerangka karangan. Sedangkan sebagian besar siswa telah sibuk menyusun kata untuk mengembangkan karangan. Melihat hal tersebut, guru mendatangi siswa yang belum memulai menulis dengan memberikan arahan. Selain itu, guru juga mendampingi siswa yang belum menulis tersebut sampai ia menulis. Setelah beberapa saat berlalu guru meminta siswa untuk kembali mengoreksi hasil karangan sebelum dikumpulkan dengan memperhatikan pedoman penilaian yang telah dibagikan. Beberapa siswa sudah mulai mengoreksi dengan membandingkan hasil karangan dengan pedoman penilaiana. Beberapa siswa masih sibuk menulis karangan. Setelah batas akhir pengumpulan, guru meminta semua siswa mengumpulkan hasil karangan ke depan kelas. Selesai mengumpulkan, guru menanyakan kesulitan siswa selam menulis karangan, kemudian siswa menjawab bahwa tidak ada kesulitan dalam kegiatan menulis. Pada akhir pembelajaran, guru menyimpulkan pembelajaran pada hari tersebut dan menutupnya dengan doa bersama. Doa bersama tersebut dipimpin oleh ketua kelas. Selesai berdoa, siswa berhamburan ke luar.
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I dapat dianalisis bahwa, nilai proses pembelajaran menulis argumentasi belum maksimal, walaupun telah mengalami peningkatan. Nilai proses pembelajaran menulis argumentasi dikatakan belum maksimal karena pada awalnya peneliti telah menetapkan ketuntasan nilai proses seluruh siswa yang mendapat nilai ≥ 7 adalah 68%, tapi setelah dilakukan tindakan pada siklus I siswa yang tuntas adalah 67,5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel hasil penilaian proses berikut.
commit to user lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi pada Siklus I No
Nama A*
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eni Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng Pawiling 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Mura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih Total Rata-rata
2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 1 98 2,45
Nilai B* 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 2 3 4 1 1 4 3 2 2 1 3 2 4 4 2 2 109 2,72
Keterangan pernyataan:
commit to user lxxxviii
Total
Kriteria
C* 3 3 3 4 3 2 2 1 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 1 2 1 2 2 4 2 3 2 2 1 3 2 3 1 2 3 2 4 4 2 2 102 2,55
7 9 9 10 9 6 7 5 7 9 6 12 12 9 9 9 9 10 5 7 5 8 7 11 5 9 8 5 3 9 7 8 5 5 9 6 11 12 6 5 310 7,75
Sedang Sedang Sedang Baik Sedang Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Kurang Baik Baik Sedang Sedang Sedang Sedang Baik Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Baik Kurang Sedang Sedang Kurang Kurang Sekali Baik Baik Baik Kurang Kurang Sedang Kurang Baik Baik Kurang Kurang ≥7 = 27 siswa ≤7= 13 siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A*:Keaktifan siswa selama pembelajaran meliputi: (1) mengajukan pertanyaan, (2) mengungkapkan pendapat, (3) menjawab pertanyaan, (4) memperhatikan pertanyaan orang lain, (5) menanggapi pertanyaan B*:Perhatian dan memperhatikan
konsentrasi siswa penjelasan
guru,
selam (2)
pembelajaran
mencatat
meliputi:
penjelasan
guru,
(1) (3)
mempelajari kembali materi yang diberikan, (4) tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas, (5) tidak mengobrol dengan teman C*: Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran meliputi: (1) mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu, (2) semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan, (3) mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asalasalan; (4) tidak bermalas-malasan di kelas dengan tidak bertopang dagu, tidak meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain, (5) tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran. Keterangan Nilai: 1. Penilaian menggunakan check list 2. Setiap indikator perilaku bernilai 1 (satu) 3. Nilai merupakan jumlah skor tiap indikator perilaku 4. Keterangan diisi dengan kriteria berikut: a. Nilai total 1 – 3 berarti kurang sekali b. Nilai total 4 – 6 berarti kurang c. Nilai total 7 – 9 berarti sedang d. Nilai total 10 – 12 berarti baik e. Nilai total 13 – 15 berarti baik sekali
Berdasarkan pengamatan peneliti, diperoleh informasi bahwa guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa hanya memiliki kesempatan terbatas untuk aktif dalam pembelajaran. hal ini terlihat pada saat penyampaian materi yang disampaikan oleh guru. Guru hanya menyampaikan materi dan siswa memperhatikan teks materi yang telah dibagikan. Walaupun pada akhir
commit to user lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyampaian materi guru meminta siswa untuk bertanya, tapi waktu yang diberikan terbatas. Berikut digambarkan grafik nilai proses pembelajara yang didasarkan dari data prasiklus dan siklus I. 14 12
Rentang Nilai
10 8 6 4 2 0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Nomor Urut Siswa
Gambar 6. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Prasiklus dan Siklus I
Keterangan: 1 – 40 : Nomor urut siswa
Warna
: Nilai proses prasiklus
0 – 80 : Rentang nilai
Warna
: Nilai proses siklus I
Berdasarkan tebel di atas dapat dikatakan bahwa nilai proses pembelajaran pada siklus I ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan Prasiklus. Peningkatan ini dibuktikan dengan perolehan nilai siswa ≥ 7 mencapai 27 siswa (67,5%), sedangkan pada pratindakan hanya 14 siswa (36,84%). Kemudian peningkatan ini juga dapat terlihat dari jumlah nilai rata-rata pada setiap kriteria yang telah ditetapkan. Pada kriteria keaktifan siswa pada awal pratindakan hanya memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 2,10, kriteria ini naik
commit to user xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi 2,45. Selanjutnya pada perhatian dan konsentrasi menncapai nilai ratarata kelas sebesar 2,18, kemudian nilai rata-rata kelas ini naik menjadi 2,72. Terakhir pada kriteria minat dan motivasi, nilai rata-rata kelas sebesar 2, sedangkan pada siklus pertama menjadi 2,55. Kenaikan aspek keaktifan siswa yang baru mencapai 0,35 poin dari pratindakan ke silklus I ini lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan aspek perhatian dan konsentrasi serta minat dan motivasi. Hal ini berdasarkan pengamatan, ada beberapa siswa yang masih sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Hal ini dikarenakan pada saat penyampaian materi tidak ada interaksi antara guru dan siswa, sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat yang penting saja. Meskipun pada akhir penyampaian materi guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, tapi waktu yang diberikan terbatas. Selain itu pada saat diskusi guru belum berkeliling ke semua kelompok untuk memantau kegiatan siswa. Dengan demikian kelompok yang tidak mendapat pantauan dari guru merasa bebas melakukan untuk tidak ikut andil menyampaikan pendapat dalam kelompoknya. Begitu juga dengan perhatian dan konsentrasi siswa juga mengalami peningkatan sebesar 0,44 poin. Walaupun mengalami peningkatan, tapi belum maksimal. Hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok. Kelompok yang tidak mendapat pantauan dari guru bebas melakukan aktivitas mereka sendiri. Aktivitas yang dialukan miaslnya, kipas-kipas, hanya sebagai pendengar diskusi kelompok. Berkaitan dengan minat dan motivasi siswa mengalami peningkatan sebesar 0,55 poin. Walaupun mengalami peningkatan, tapi guru belum secara maksimal dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Kurang mampunya guru untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa ini terlihat pada saat siswa mulai mengarang, Terlihat ada beberapa siswa yang belum mulai mengerjakan atau mulai menulis. Hal lain juga terlihat pada saat guru meminta siswa mengumpulkan hasil karangan, ada siswa yang belum mengumpulkan karangan sehingga siswa lain dan guru harus menunggu siswa tersebut selesai.
commit to user xci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal lain yang ditemukan pada siklus I ini adalah keluhan siswa terhadap cara pembentukan kelompok pada kegiatan diskusi. Siswa mengalami kesulitan dalam membuat kelompok yang temanya sama. Ada banyak siswa yang temanya sama, tapi harus empat orang dalam satu kelompok. Siswa cenderung memilih teman untuk dijadikan kelompok. Apabila antara satu siswa dengan siswa lain cocok, maka akan menjadi kelompok. Dengan demikian ada satu kelompok yang jumlah siswanya melebihi, tapi ada kelompok yang jumlahnya kurang. Dalam situasi tersebut guru menjadi penengah dengan memberi pengertian pada siswa bahwa dengan adanya pembentukan kelompok secara acak akan membuat siswa berbaur dan dapat mengenal serta mendalami karakter siswa lain. Apabila pembentukan kelompok menurut siswa akan membuat kelas tidak dapat berbaur dan solidaritas antar siswa akan kurang karena akan terbentuk kelompokkelompok tertentu. Kemudian guru meminta kelompok yang kelebihan anggota tersebut untuk mengurangi anggotanya dan anggota yang dikurangi tersebut masuk pada kelompok yang masih kurang. Dalam proses diskusi terlihat kelompok yang mendapat penambahan anggota tadi dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu, secara kualitas hasil pembelajaran yang dilihat dari hasil karangan siswa
masih belum maksimal walaupun terjadi peningkatan pada
pratindakan dan pascasiklus I. Adapun dari hasil nilai karangan siswa pada siklus I, diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa. Skor dalam tiap aspek karangan mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai sejumlah indikator dalam aspek penulisan karangan yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata, struktur kalimat, dan ejaan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel nilai hasil pembelajaran menulis argumentasi siswa pada siklus I.
commit to user xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 7. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi pada Siklus I No
Nama Isi
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eniy Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng P 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Nura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih Jumlah Rata-rata
18 19 17 20 20 14 18 19 15 18 17 19 17 16 18 19 19 18 18 17 20 15 21 20 18 18 20 16 20 17 20 22 15 18 19 20 20 19 18 712 18,25
Organisasi Isi 14 14 15 12 13 10 13 14 10 14 14 14 14 12 14 13 15 15 14 14 14 12 15 14 12 14 13 15 15 10 14 15 11 14 11 15 15 17 13 527 13,51
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
commit to user xciii
Skor Kosa Kata 12 13 13 14 17 14 15 14 13 14 14 13 12 10 13 14 15 14 14 12 15 13 13 12 13 13 14 13 13 14 13 15 12 14 14 13 14 16 14 528 13,54
Pengem Bahasa 15 18 18 18 16 16 16 18 16 17 18 18 18 12 15 11 18 18 18 14 17 16 18 18 14 18 18 18 18 18 18 17 18 18 13 18 20 20 18 661 16,95
Meka nik 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 5 3 4 4 4 3 3 4 4 5 3 5 3 3 4 2 4 5 2 4 4 4 4 5 4 145 3,72
Jumlah 63 67 67 68 70 58 65 70 57 67 67 69 63 53 65 61 71 68 68 60 69 59 71 69 60 68 68 65 70 61 69 74 58 68 61 70 73 77 67 2574 66
Ket
TT T T T T TT T T TT T T T TT TT T TT T T T TT T TT T T TT T T T T TT T T TT T TT T T T Tu ≥65= 27 Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dibandingkan dengan nilai karangan siswa pada saat prasiklus, nilai ratarata kelas keseluruhan aspek pada siklus I meningkat yakni dari 61,29menjadi 66. Dari kenaikan nilai rata-rata tersebut juga mempengaruhi nilai rata-rata setiap aspek. Hal ini terlihat pada aspek isi yang sebelumnya pada prasiklus nilai rataratanya adalah 16,02, kini meningkat pada siklus I menjadi 18,25. Aspek organisasi isi dari skor mencapai 12,02, naik menjadi 13,51 pada siklus I. Aspek kosakata pada prasiklus mencapai skor rata-rata 13,53, kemudian pada siklus I menjadi 13,54. Aspek pengembangan bahasa, pada prasiklus memperoleh skor 15,84, kemudian pada siklus I neik menjadi 16,59. Begitu juga dengan aspek mekanik yang mencakup aspek ejaan juga naik dari menjadi 3,72, yang semula dari 3,66. Berikut adalah grafik perolehan nilai hasil pembelajaran menulis argumentasi pada siklus I dibandingkan dengan nilai hasil pembelajaran pada prasiklus. 90 80 70
Rentang Nilai
60 50 40 30 20 10 0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Nomor Urut Siswa
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Menulis Karangan Argumentasi pada Siklus I
commit to user xciv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: 1 – 40 : Nomor urut siswa
Warna
: Nilai Hasil Prasiklus
0 – 80 : Rentang nilai
Warna
: Nilai Hasil Siklus I
Berdasarkan analisis tersebut, berikut dikemukakan refleksi dari kekurangan yang ditemukan baik guru maupun bagi siswa. Bagi guru untuk dapat direfleksi dapat dinyatakan bahwa: (1) guru hendaknya dapat memberi dorongan pada siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran dengan memberi pengarahan bahwa penilaian tidak hanya pada hasil menulis argumentasi, tetapi juga pada proses pembelajaran; (2) guru hendaknya lebih tegas pada siswa yang kurang memperhatikan dengan memberi pertanyaan, dengan memberikan pertanyaan maka siswa akan lebih termotivasi untuk dapat lebih fokus; (3) guru hendaknya tidak hanya berkeliling pada kelompok tertentu saja, tapi berkeliling pada tiap kelompok yang ada di kelas untuk memantau kegiatan siswa selama diskusi; (4) guru hendaknya dapat memberikan cara yang berbeda dalam penyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa tidak bosan menerima materi yang sama. Refleksi bagi siswa dapat dinyatakan bahwa: (1) siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran sehingga nilai yang diperoleh mencapai standar baik dalam nilai proses dan hasil pembelajaran; (2) siswa hendaknya dapat bersunggusungguh dalam pembelajaran dan tidak melakukan aktivitas sendiri di luar pembelajaran. Berdasarkan hasil siklus I yang belum maksimal, diperlukan adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II. Perbaikan dilakukan untuk mengatasi kekurangan-kekrangan yang terjadi pada siklus I. Selanjutnya pelaksanaan siklus II direncanakan pada hari selasa tanggal 21 Maret 2011 dan 24 maret 2011.
2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I disepakati bahwa siklus II perlu
adanya perbaikan. Persiapan dan perencanaan siklus dilaksanakan pada hari kamis tanggal 17 Maret 2011 di ruang perpustakaan SMA N 2 Karanganyar. Dalam
commit to user xcv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesempatan tersebut, peneliti menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran menulis karangan argumentasi yang dilaksanakan pada siklus I. Untuk mengatasi beberapa kekurangan pada pelaksanaan siklus I, akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran, guru perlu memperbaiki teknik mengajar yang diterapkan. Adapun urutan kegiatan yang direncanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut. Pada pertemuan pertama meliputi: (1) guru memasuki kelas dan mengucap salam; (2) guru mengecek kehadiran siswa; (3) guru mengondisikan siswa untuk siap menerima pembelajaran; (4) guru memutarkan sebuah video motivasi tentang menulis; (5) guru bertanya jawab dengan siswa tentang video dan sedikit materi menulis argumentasi; (6) guru membagikan potongan kertas yang berisi permasalahan; (7) guru meminta siswa memikirkan masalah yang telah dibagikan; (8) guru meminta siswa berkelompok dengan siswa yang mempunyai masalah yang sama dan nomor pada potongan kertas yang sama; (9) guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah yang didapat dalam kelompok; (10) guru berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa; (11) dalam waktu yang ditentukan siswa berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusi; (12) kelompok lain mendengarkan dan memperhatikan; (13) selesai diskusi guru meminta siswa kembali ke tempat duduk masing-masing untuk menuliskan hasil diskusi yang berupa kerangka karangan; (14) guru memberi tugas pada siswa mengumpulkan informasi yang mendukung kerangka karangan yang dibuat; (15) guru memberi simpulan; (16) guru menutup pembelajaran dengan doa bersama. Kemudian rencana kegiatan pada pertemuan kedua meliputi: (1) guru memasuki kelas dan mengucap slam; (2) guru mengecek kehadiran siswa dan mengisi buku jurnal; (3) guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tugas; (4) guru membagikan contoh hasil refleksi dari karangan argumentasi yang dibuat; (5) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hasil karangan yang telah dikoreksi; (6) guru meminta siswa untu menyiapkan informasi yang telah dicari; (7) guru meminta siswa menyiapkan kerangka karangan; (8) guru meminta siswa
commit to user xcvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengembangkan karangan berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan; (9) guru berkeliling untuk memantau kegiatan siswa; (10) setelah selesai guru meminta siswa kembali meneliti hasil karangannya; (11) guru meminta siswa mengumpulkan hasil karangan ke meja guru; (12) guru melakukan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran; (13) guru menutup pelajaran dengan doa bersama. Setelah rencana kegiatan disepakati oleh guru dan peneliti, maka siklus II akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 21 Maret 2011 dan Kamis, 24 Maret 2011. Pelaksanaan antara siklus I dan siklus II mempunyai tenggang 1 minggu karena siswa kelas X dan XI libur ujian sekolah kelas XII.
b. Pelaksanaan Siklus II Seperti yang telah direncanakan, siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2011 dan 24 Maret 2011. Pelaksanan tindakan dimuali pukul 12.00 WIB – 13.30 WIB. Pelaksanaan lebih awal dibandingkan dengan siklus I supaya dalam kegiatan pembelajaran lebih maksimal. Langkah-langkah yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi pada pertemuan pertama dalam siklus II ini adalah: (1) guru memasuki kelas dan mengucap salam; (2) guru mengecek kehadiran siswa; (3) guru mengondisikan siswa untuk siap menerima pembelajaran; (4) guru memutarkan sebuah video motivasi tentang menulis; (5) guru bertanya jawab dengan siswa tentang video dan sedikit materi menulis argumentasi; (6) guru membagikan potongan kertas yang berisi permasalahan; (7) guru meminta siswa memikirkan masalah yang telah dibagikan; (8) guru meminta siswa berkelompok dengan siswa yang mempunyai masalah yang sama dan nomor pada potongan kertas yang sama; (9) guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah yang didapat dalam kelompok; (10) guru berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa; (11) dalam waktu yang ditentukan siswa berdiskusi dan menyampaikan
hasil
diskusi;
(12)
kelompok
lain
mendengarkan
dan
memperhatikan; (13) selesai diskusi guru meminta siswa kembali ke tempat duduk masing-masing untuk menuliskan hasil diskusi yang berupa kerangka
commit to user xcvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karangan; (14) guru member tuga pada siswa untuk mengumpulkan informasi untuk mendukung kerangka karangan yang dibuat; (15) guru member simpulan; (16) guru menutup pembelajaran dengan doa bersama. Guru memasuki kelas dengan mengucap salam. Kemudian guru melakukan pengecekan pada kehadiran siswa. Setelah guru melakukan pengecekan terhadap kehadiran siswa, guru memutarkan video. Dalam video tersebut tergambar wawancara eksklusif acara “Kick Andy” dengan seorang anak kecil yang baru berusia 10 tahun sudah mampu menulis beberapa buku dengan ketebalan lebih dari seratus halaman. Pemutaran video ini dilakukan karena pada saat pembelajaran menulis masih ditemukan siswa yang menulis dengan meletakkan kepala di meja. Oleh karena itu, dengan adanya pemutaran video diharapkan mampu membantu mengatasi permasalahan pada siklus I dan dapat memotivasi siswa untuk gemar menulis dan dapat menghasilkan sebuah karya yang baik. Penghasilan karya yang baik ini dimulai dengan menulis karangan argumentasi yang baik dan benar. Selesai menayangkan video, guru bertanya jawab dengan siswa tentang tentang video yang ditayangkan dan sedikit materi menulis argumentasi. Awalnya guru menyampaikan satu pertanyaan tentang tanggapan siswa terhadap penayangan video, kemudian guru menunjuk satu siswa untuk menjawab. Pemberian pertanyaan terlebih dahulu baru menunjuk siswa bertujuan agar siswa dapat memikirkan jawaban terlebih dahulu. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan berikutnya masih berkaitan dengan menulis karangan argumentasi. Setelah mengajukan pertanyaan, guru meminta siswa yang menjawab pertanyaan pertama tadi menunjuk satu siswa lain menjawab pertanyaan berikutnya. Hal ini dilakukan agar kelas tidak didominasi oleh guru. Tanya jawab tersebut berlangsung sampai pertanyaan terakhir. Setelah melakukan kegiatan tanya jawab, guru melanjutkan dengan pembagian potongan kertas yang berisi masalah kemudian siswa mencari kelompok yang masalahnya sama. Pada pertemuan ini pencarian kelompok tidak dilakukan secara acak yang menyebabkan kelas menjadi gaduh dan menambah waktu pembelajaran. dengan demikian pada siklus II ini, pembentukan kelompok
commit to user xcviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hampir sama dengan siklus I, tetapi pada potongan kertas yang berisi masalah diberikan nomor. Maksudnya adalah setiap masalah nantinya akan dibahas dalam beberapa kelompok, sehingga dalam satu kelompok nanti akan mendapat potongan kertas dengan nomor dan masalah yang sama. Dengan demikian dalam satu kelompok tersebut hanya aka ada empat orang siswa dan tidak akan terjadi ada siswa yang tidak mendapatkan kelompok. Setelah siswa membuat kelompok dan berdiskusi, guru berkeliling dan mendatangi tiap kelompok untuk memantau aktivitas siswa. Dengan guru berkeliling ini diharapkan siswa lebih konsentrasi pada kegiatan pembelajaran. Hal yang dilakukan oleh guru tersebut juga sebagai bentuk refleksi dari kekurangan siklus I. Selesai kegiatan diskusi, masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka. Pada saat penyampaian hasil diskusi tersebut, kelompok lain memperhatikan. Pada akhir diskusi, masing-masing siswa kembali ke tempat masing-masing untuk menuliskan kerangka karangan berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok masing-masing. Selanjutnya guru memberikan tugas pada siswa untuk mengumpulkan berbagai informasi yang mendikung kerangka karangan yang telah dibuat. Pada akhir pembelajaran guru memberikan simpulan dan menutup pembelajaran. Sebelum berakhir, pembelajaran ditutup dengan doa bersama. Pada doa bersama ini akan dimulai jika semua siswa telah siap pulang semua. Sehingga siswa yang telah selesai membereskan perlengkapan menunggu siswa lain yang belum selesai. Langkah pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada pertemuan kedua dalam siklus II adalah: (1) guru memasuki kelas dan mengucap salam; (2) guru mengecek kehadiran siswa dan mengisi buku jurnal; (3) guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tugas; (4) guru membagikan contoh hasil refleksi dari karangan argumentasi yang dibuat; (5) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hasil karangan yang telah dikoreksi; (6) guru meminta siswa untuk menyiapkan informasi yang telah dicari; (7) guru meminta siswa menyiapkan kerangka karangan; (8) guru meminta siswa untuk mengembangkan karangan berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan; (9) guru berkeliling untuk
commit to user xcix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memantau kegiatan siswa; (10) setelah selesai guru meminta siswa kembali meneliti hasil karangannya; (11) guru meminta siswa mengumpulkan hasil karangan ke meja guru; (12) guru melakukan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran; (13) guru menutup pelajaran dengan doa bersama. Pelaksanaan siklus II ini sama seperti pada siklus I, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan argumentasi di kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti hanya duduk di belakang dan sesekali ke depan dan samping kelas untuk mengambil dokumentasi.
c. Observasi Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran menulis argumentasi dengan strategi pembelajaran Think Talk Write yang berlangsung pada hari Selasa, 21 Maret 2011 pukul 12.00-13.30. Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman obaservasi sebagaimana terlampir untuk menilai proses pembelajaran serta membuat catatan lapangan. Berdasarkan
hasil
pengamatan,
diperoleh
gambaran
kegiatan
pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi pembelajaran Think Talk Write (dapat dilihat pada lampiran halaman 195-200) adalah guru membuka pelajaran dengan mengucap salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa dan mengisi buku presensi. Setelah itu guru memberi pengarahan pada siswa tentang penilaian menulis karangan argumentasi adalah dari proses yang meliputi keaktifan, konsentrasi, dan motivasi selama pembelajaran serta hasil karangan. Hal ini dimaksud agar siswa mengerti dan dapat meningkatkan nilai dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video perbincangan acara “Kick Andy” dengan seorang anak yang baru usia 10 tahun. Video tersebut berisi perbincangan dengan seorang anak kecil yang telah mampu membuat buku. Dengan adanya
commit to user c
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemutaran video ini dihararapkan siswa dapat termotivasi untuk gemar menulis dan dapat menghasilkan karya yang baik. Selesai menayangkan video, guru bertanya jawab dengan siswa tentang video yang ditayangkan dan sedikit materi menulis argumentasi. Awalnya guru menyampaikan satu pertanyaan tentang tanggapan siswa terhadap penayangan video, kemudian guru menunjuk satu siswa untuk menjawab. Pemberian pertanyaan terlebih dahulu baru menunjuk siswa bertujuan agar siswa dapat memikirkan jawaban terlebih dahulu. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan berikutnya masih berkaitan dengan menulis karangan argumentasi. Setelah mengajukan pertanyaan, guru meminta siswa yang menjawab pertanyaan pertama tadi menunjuk satu siswa lain menjawab pertanyaan berikutnya. Hal ini dilakukan agar kelas tidak didominasi oleh guru. Tanya jawab tersebut berlangsung sampai pertanyaan terakhir. Selesai melakukan tanya jawab, guru kembali membagikan potongan kertas yang berisi masalah yang berbeda-beda dan nomor masalah yang berbeda pula. Pada pertemuan ini pencarian kelompok tidak dilakukan secara acak yang menyebabkan kelas menjadi gaduh dan menambah waktu pembelajaran. dengan demikian pada siklus II ini, pembentukan kelompok hamper sama dengan siklus I tetapi pada potongan kertas yang berisi masalah diberikan nomor. Maksudnya disini adalah setiap masalah nantinya akan dibahas dalam beberapa kelompok, sehingga dalam satu kelompok nanti akan mendapat potongan kertas dengan nomor dan masalah yang sama. Dengan demikian dalam satu kelompok tersebut hanya akan ada empat orang siswa dan tidak akan terjadi ada siswa yang tidak mendapatkan kelompok. Setelah siswa membuat kelompok dan berdiskusi, guru berkeliling dan mendatangi tiap kelompok untuk memantau aktivitas siswa. Dengan guru berkeliling ini diharapkan siswa lebih konsentrasi pada kegiatan pembelajaran. Hal yang dilakukan oleh guru tersebut juga sebagai bentuk refleksi dari kekurangan siklus I. Saat guru berkeliling ke setiap kelompok tersebut, beberapa siswa bertanya pada guru tentang kesulitan yang dihadapi atau mereka kurang paham terhadap masalah yang mereka peroleh. Guru tersebut dengan senang
commit to user ci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh siswa pada setiap kelompok. Selesai kegiatan diskusi, masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka. Pada saat penyampaian hasil diskusi tersebut, kelompok lain memperhatikan. Pada akhir diskusi, masing-masing siswa kembali ke tempat masing-masing untuk menuliskan kerangka karangan berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok masing-masing. Selanjutnya guru memberikan tugas pada siswa untuk mengumpulkan berbagai informasi yang mendukung kerangka karangan yang telah dibuat. Selesai memberikan tugas guru melakukan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran. Pembelajaran diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. Pada pertemuan kedua, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam kemudian mengabsen kehadiran siswa yang mengisi buku jurnal. Sebelum masuk dalam pembelajaran guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah melakukan apersepsi guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran ini. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan meminta siswa untuk membagikan contoh hasil refleksi karangan argumentasi siswa. Setiap siswa mendapat satu contoh karangan argumentasi yang telah dikoreksi. Kemudian guru melakukan tanya jawab terhadap karangan yang telah dikoreksi. Dalam karangan argumentasi yang telah dikoreksi tersebut jika ada kesalahan maka diberi tanda seperti dilingkari. Awalnya guru mengajukan sebuah pertanyaan tentang contoh kesalahan dalam karangan, kemudian guru menunjuk satu siswa untuk menjawab. Pemberian pertanyaan terlebih dahulu baru menunjuk siswa bertujuan agar siswa dapat memikirkan jawaban terlebih dahulu. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan berikutnya masih berkaitan dengan kesalahan yang ada dalam karangan. Setelah mengajukan pertanyaan, guru meminta siswa yang menjawab pertanyaan pertama tadi menunjuk satu siswa lain menjawab pertanyaan berikutnya. Hal ini dilakukan agar kelas tidak didominasi oleh guru. Selain itu juga agar siswa lebih aktif dan lebih konsentrasi dalam pembelajaran. Selain
commit to user cii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk meningkatkan keaktifan dan konsentrasi siswa, pembahasan atau tanya jawab hasil refleksi karangan tersebut juga dapat membuat siswa paham tentang kesalahan-kesalahan yang dibuat selama menulis karangan argumentasi. Dengan demikian mereka tidak akan mengulangi kesalahan terdahulu. Tanya jawab tersebut berlangsung sampai kesalahan terakhir dalam contoh. Selesai melakukan kegiatan tanya jawab, guru membagikan kertas folio dan meminta siswa untuk menyiapkan informasi yang telah dikumpulkan. Dirasa semua telah menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengarang, guru meminta siswa untuk mulai mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan argumentasi utuh berdasarkan informasi yang dikumpulkan. Pada saat siswa menulis, guru berkeliling untuk memantau kegiatan siswa. Hal ini bertujuan agar tidak ada siswa yang sibuk dengan aktivitas mereka sendiri. Dalam kegiatan menulis ini masih ada juga siswa yang belum menulis. Ia terlihat bingung dan sering melihat pekerjaan teman sebelahnya. Melihat kondisi seperti itu, guru mendatangi siswa tersebut dan menanyakan kesulitannya. Setelah diberi pengarahan dan ditunggui beberapa saaat oleh guru siswa tersebut akhirnya mulai menulis. Sampai batas akhir pengumpulan karangan, semua siswa telah mengumpulkan. guru melakukan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran ditutup dengan doa bersama dan dipimpin oleh ketua kelas.
d. Analisis dan Refleksi Proses pembelajaran menulis karangan dengan strategi Think Talk Write di kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar pada siklus II yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni hari Selasa tanggal 21 Maret 2011 dan hari Kamis tanggal 24 Maret 2011 dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Kualitas pembelajaran menulis karangan argumentasi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari tercapainya sejumlah indikator yang telah ditetapkan. Ketercapaian indikator tersebut meliputi meningkatnya keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa dalam proses
commit to user ciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran. Di samping itu, kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam siklus I dapat diatasi oleh guru pada siklus II. Pada siklus II siswa lebih aktif selama proses pembelajaran, siswa lebih memperhatikan penjelasan guru dan memiliki motivasi yang baik untuk mengikuti pembelajaran.keaktifan siswa meningkat terlihat dari semakin banyaknya siswa memperhatikan jika ada yang bertanya pada guru, siswa saling bertanya pada teman lain, teman lain yang juga menjawab pertanyaan yang diberikan. Perhatian siswa terhadap guru meningkat dengan ditunjukkan siswa tidak mengobro dengan teman lain, memperlajari materi yang telah diajarkan. Motivasi meningkat dengan ditunjukkan, siswa tidak mengeluh dalam menulis, dan mereka bersungguh-sungguh dalam menulis.
Keaktifan,
perhatian, dan motivasi siswa meningkat karena guru menyampaikan penjelasan materi dengan teknik yang menarik, misalnya dalam kegiatan bertanya jawab tidak hanya guru yang menentukan siswa yang menjawab pertanyaan, tapi juga dapat sesama siswa yang menentuka penjawab pertanyaan. Dengan adanya variasi pemberian pertanyaan tersebut, maka kelas tidak cenderung didominasi oleh guru saja. Namun, siswa juga mempunyai hak untuk berperan di dalam kelas. Selain itu, dengan adanya penayangan video akan menambah motivasi siswa untuk dapat menciptakan sebuah karya yang baik. Mereka termotivasi dengan seorang anak yang umurnya di bawah mereka sudah mampu menghasilkan karya yang baik, mengapa mereka yang usianya di atas anak tersebut tidak bisa. Untuk meningkatkan perhatian dan keaktifan siswa, guru juga berkeliling ke setiap kelompok. Dengan adanya hal ini maka semua siswa akan merasa diperhatikan sehingga mereka akan lebih konsentrasi. Selain itu, mereka juga akan lebih leluasa menanyakan kesulitan yang dihadapi terhadap masalah yang ada dalam kelompok mereka. Berdasarkan penilaian proses pembelajaran pada siklus II, hasilnya adalah sebagai berikut:
commit to user civ
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 8. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi pada Siklus II No
Nama A*
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eni Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng Pawiling 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Mura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih Jumlah Rata-rata
2 3 4 4 3 2 3 2 3 1 3 4 5 3 4 4 4 4 2 1 2 2 2 5 2 4 2 2 2 3 3 3 2 2 4 2 4 4 3 2 116 2,9
Nilai B* 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 2 5 4 5 3 4 3 5 2 3 2 4 3 4 2 3 4 2 3 5 3 4 2 2 5 2 4 4 2 2 130 3,25
commit to user cv
Total
Kriteria
C* 3 4 4 4 3 3 3 2 3 5 2 5 4 3 3 4 4 3 2 5 2 4 4 4 2 4 2 2 2 4 3 3 2 2 4 2 4 5 3 2 129 3,2
8 10 11 12 10 8 9 6 9 11 7 14 13 11 10 12 11 12 6 9 6 10 9 13 6 11 12 6 7 12 9 10 6 6 13 8 12 13 8 6 328 9,55
Sedang Baik Baik Baik Baik Sedang Sedang Kurang Sedang Baik Sedang Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Kurang Baik Baik Kurang Sedang Baik Baik Baik Kurang Kurang Sangat Baik Kurang Baik Sangat Baik Sedang Kurang ≥7 = 31siswa ≤7= 9 siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan pernyataan: A*:Keaktifan siswa selama pembelajaran meliputi: (1) mengajukan pertanyaan, (2) mengungkapkan pendapat, (3) menjawab pertanyaan, (4) memperhatikan pertanyaan orang lain, (5) menanggapi pertanyaan B*:Perhatian dan memperhatikan
konsentrasi siswa penjelasan
guru,
selam (2)
pembelajaran
mencatat
meliputi:
penjelasan
guru,
(1) (3)
mempelajari kembali materi yang diberikan, (4) tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas, (5) tidak mengobrol dengan teman C*: Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran meliputi: (1) mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu, (2) semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan, (3) mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atay tidak aslasalan; (4) tidak bermalas-malasan di kelas dengan tidak bertopang dagu, tidak meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain, (5) tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran. Keterangan Nilai: 1. Penilaian menggunakan check list 2. Setiap indikator perilaku bernilai 1 (satu) 3. Nilai merupakan jumlah skor tiap indikator perilaku 4. Keterangan diisi dengan kriteria berikut: a. Nilai total 1 – 3 berarti kurang sekali b. Nilai total 4 – 6 berarti kurang c. Nilai total 7 – 9 berarti sedang d. Nilai total 10 – 12 berarti baik e. Nilai total 13 – 15 berarti baik sekali
Selain ditampilkan dengan tabel, kenaikan proses pembelajaran menulis argumentasi juga ditampilkan dengan grafik diagram batang. Berikut disajikan gambar nilai proses pembelajaran menulis argumentasi yang dibandingkan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
commit to user cvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 14
Rentang Nilai
12 10 8 6 4 2 0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 Nomor urut siswa
Gambar 8. Grafik Nilai Proses Menulis Karangan Argumentasi pada Siklus II
Keterangan: : Nilai Proses Prasiklus : Nilai Proses Siklus I : Nilai Proses Siklus II
Berdasarkan tabel serta grafik hasil penilaian proses pembelajaran menulis argumentasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran pada siklus II ini. Pada siklus I nilai rata-rata keaktifan siswa sebesar 2,45, kemudian pada siklus II menjadi 2,9. Peningkatan juga terjadi pada perhatian dan konsentrasi siswa. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah sebesar 2,72, setelah dilaksanakan siklus II terjadi peningkatan menjadi 3,21. selanjutnya pada minat dan motivasi siswa pun juga mengalami peningkatan. Di siklus I, nilai rata-rata siswa sebesar 2,55, kemudian pada siklus II menjadi 3,2.
commit to user cvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara lebih rinci lagi keseluruhan skor tersebut telah mengalami peningkatan jika dibandingkan penilaian pada saat prasiklus dan siklus I. dari grafik yang disajikan pun juga tergambar bahwa terjadi peningkatan nilai proses pembelajaran menulis argumentasi dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Grafik tersebut menggambarkan bahwa gambar batang yang lebih tinggi menggambarkan bahwa nilai proses menulis siswa juga tinggi. Kemudian garis yang ada di depannya adalah gambaran dari nilai siklus I dan pratindakan. Adapun hasil kerja siswa berupa karangaan argumentasi pada siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan. Skor dalam setiap aspek penulisan karangan argumentasi mengalami peningkatan yang cukup baik. Nilai rata-rata kelas naik sebesar 3,7 poin, yakni dari 66 pada siklus I menjadi 69,7 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas hasil pebelajaran semakin meningkat setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Kenaikan tersebut terjadi pada seluruh aspek penilaian. Dari aspek isi, pada prasiklus nilai rata-rata siswa mencapai 16,02, kemudian pada siklus I menjadi 18,25, dan pada siklus II naik menjadi 19,55. Pada aspek organisasi isi siklus II terjadi peningkatan menjadi 14,56, yang semula pada prasiklus sebesar 12,02 dan pada siklus I sebesar 13,51. Dari aspek kosakata pun juga mengalami peningkatan menjadi 13,82, semula pada prasiklus sebesar 13,53 dan pada siklus I sebesar 13,54. Aspek struktur kalimat mengalami peningkatan, yang semula pada prasiklus sebesar 15,84, pada siklus I naik menjadi 16,95, dan pada siklus II naik menjadi 17,67. Begitu juga dengan aspek mekanik yang berupa ejaan mengalami peningkatan, dari nilai rata-rata sebesar 3,66 pada prasiklus, naik menjadi 3,72 pada siklus I, dan terakhir pada siklus II pun juga meningkat menjadi 3,95. Untuk lebih jelasnya, hasil perolehan nilai karangan argumentasi siswa pada siklus II ini dapat dilihat melalui tabel berikut.
commit to user cviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 9. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Siklus II No
Nama
Skor Isi
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eniy Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng P 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Nura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih Jumlah Rata-rata
22 19 18 21 19 17 17 18 21 21 17 22 18 18 17 20 22 20 19 22 22 16 20 21 18 21 20 18 18 20 19 21 22 16 18 16 22 25 22 19 782 19,55
Organisasi Isi 14 15 17 12 17 11 14 15 14 13 15 13 14 14 16 14 17 16 14 14 15 12 16 15 14 14 16 15 17 13 14 15 17 12 16 12 13 18 15 13 568 14,56
Kosa Kata 13 14 14 14 15 14 15 15 13 13 14 12 12 11 14 13 15 15 13 14 15 14 14 13 13 14 15 13 16 13 14 14 15 12 14 14 15 14 15 14 554 13,85
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
commit to user cix
Struktur Kalimat 18 18 18 18 18 16 18 18 12 18 20 19 19 17 18 12 19 18 18 18 19 16 19 19 15 19 18 18 19 20 18 18 16 19 18 18 19 19 20 19 716 17,9
Jumlah
Ket
Ejaan 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 3 3 4 4 4 5 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 3 158 3,95
71 70 71 69 73 62 68 68 63 69 71 71 66 61 68 63 77 73 69 71 75 62 72 73 64 72 71 68 74 70 69 72 74 63 72 64 74 80 77 68 2788 69,7
T T T T T TT T T TT T T T T TT T TT T T T T T TT T T TT T T T T T T T T TT T TT T T T T ≥65= 32 siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut digambarkan grafik hasil menulis karangan argumentasi yang dibandingkan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. 90 80 70
Rentang Nilai
60 50 40 30 20 10 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Nomor urut Siswa
Gambar 9. Grafik Nilai Hasil Menulis Karangan Argumentasi pada Siklus II Keterangan: : Nilai Hasil Prasiklus : Nilai Hasil Siklus I : Nilai Hasil Siklus II Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas telah berhasil mencapai hasil secara optimal. Walaupun dalam penilaian proses pembelajaran menulis karangan argumentasi ada 8 siswa yang belum tuntas, tapi peneliti hanya menargetkan 75% dari jumlah siswa dapat mencapai nilai ≥ 7. Ternyata pada siklus II ini telah mencapai target sebesar 77,5%, yaitu 31 siswa mendapat nilai ≥ 7. Begitu juga dengan kualitas hasil pembelajaran menulis argumentasi. Pada prasiklus yang tuntas dengan memperoleh nilai ≥ 65 adalah 13 siswa. Kemudian pada siklus I ada 27 siswa, terakhir pada siklus II mencapai 32 siswa. Walaupuan tidak semua siswa dapat lulus dalam batas minimal ketuntasan, tapi jumlah siswa yang tuntas sudah lebih dari indikator ketercapaian yang ditetapkan oleh peneliti. Selain itu, masalah yang dihadapi pada siklus I telah teratasi pada siklus II. Dengan demikian, peneliti dan guru melakukan kesepakatan bahwa penelitian dapat diselesaikan.
commit to user cx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Deskripsi Antarsiklus Data penilaian proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 10. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Antarsiklus No
Nama Siswa
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eni Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng Pawiling 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Mura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih Rata-rata Prosentase ketuntasan
Prasiklus 4 7 6 7 7 5 6 4 6 7 10 10 6 6 7 7 6 4 5 4 6 6 10 4 7 7 4 5 8 6 6 4 4 6 5 10 11 5 6,26 36,84%
commit to user cxi
Nilai Siklus I 7 9 9 10 9 6 7 5 7 9 6 12 12 9 9 9 9 10 5 7 5 8 7 11 5 9 8 5 3 9 7 8 5 5 9 6 11 12 6 5 7,75 67,5%
Keterangan Siklus II 8 10 11 12 10 8 9 6 9 11 7 14 13 11 10 12 11 12 6 9 6 10 9 13 6 11 12 6 7 12 9 10 6 6 13 8 12 13 8 6 9,55 77,5%
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas, terjadi peningkatan setelah dilakukan tindakan. Peda siklus I, siswa yang lulus KKM adalah sebesar 36,84%, siklus I naik menjadi 67,5%, dan terakhir pada siklus II
naik menjadi 77,5%. Adapun hasil nilai
karangan secara menyeluruh pada tiap siklus dapat disajikan pada tabel berikut. Tabel 11. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Antarsiklus No
Nama Siswa
1 Akbar Eko Maryanto 2 Alfianur Tegar Sriyanto 3 Anggi Mayang Sari 4 Ariska Mardi Liyanti 5 Ary kurniawan 6 Bafin Yudika Saputra 7 Deni Dwi Rohmad 8 Dhanu Fiarta S. P 9 Dian Widyaloka Wijayanti 10 Dicky Jerry Resa Rinanda 11 Eko Purnomo 12 Erna Dwi Susilowati 13 Eva Nur Rahma 14 Fauzi Putra Muammar 15 Frida Ayu Kusuma D 16 Intan Dwi Safitri 17 Isna Eni Putri Sholekhah 18 Laras Mugi Lestari 19 Maya Tutik Hestari 20 Muklis Budi M 21 Nimas Galuh Ajeng Pawiling 22 Novian Teguh Kurniawan 23 Mura Martina 24 Nurfitriyah Maritassari 25 Rendy Yohan Saputra 26 Reni Rahayu 27 Ria Ferawati 28 Ricky Handoko 29 Robi Sudarwis 30 Rosita Sri Utami 31 Septima Damayanti 32 Sri Wantini 33 Tri Yulian Lestari 34 Vicenzo Asaliah Hutama 35 Widiastuti Tri Yulianti 36 Yudi Prasetya 37 Yuli Susanti 38 Yulia Andalusia Zakiah 39 Yulinda Nuraini 40 Yunita Estiningsih Rata-rata Prosentase ketuntasan
Prasiklus 58 66 65 62 68 47 59 68 55 64 63 58 47 57 53 67 63 63 55 68 57 69 64 55 55 66 63 57 67 59 66 72 53 62 55 62 69 72 61,29 34,21%
commit to user cxii
Nilai Siklus I 63 67 67 68 70 58 65 70 57 67 67 69 63 53 63 61 71 68 68 60 69 59 71 69 60 68 68 65 70 61 69 74 58 68 61 70 73 77 67 66 69,23%
Keterangan Siklus II 71 70 71 69 73 62 68 68 63 69 71 71 66 61 68 63 77 73 69 71 75 62 72 73 64 72 71 68 74 70 69 72 74 63 72 64 74 80 77 68 69,7 80%
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa prosentase ketuntasan siswa pada prasiklus baru mencapai 34,21% dari 38 siswa yang mengikuti pembelajaran menulis karangan argumentasi atau hanya 13 siswa yang tuntas dengan nilai ≥65. Kemudian ketuntasan siswa meningkat pada siklus II menjadi 69,23% dari 39 siswa yang mengikuti pembelajaran menulis argumentasi atau 27 siswa. Selanjutnya pada siklus II siswa yang tuntas ada 32 siswa atau 80%
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan siklus I dan siklus II, guru berhasil melaksanakan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi pembelajaran Think Talk Write. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang meningkat dari setiap siklus yang dilaksanakan. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik di dalam kelas. Strategi pembelajaran ini juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menarik perhatian sisw agar lebih akatif dalam pembeljaran menulis, khususnya menulis karangan argumentasi. Keberhasilan
strategi
pembelajaran
Think
Talk
Write
dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dapat dilihat dari indikator-indikator yang telah dicapai oleh siswa. Berikut adalah indicator-indikator keberhasilan penelitian yang telah dicapai. 1. Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Karangan argumentasi Penerapan strategi Think Talk Write yang dilaksanakan dalam setiap siklus belum mampu secara maksimal meningkatkan kualitas proses menulis karangan argumentasi. Hal ini terlihat pada hasil akhir siklus I yang baru mencapai 67,5%, padahal peneliti menetapkan 70%. Walaupun pada siklus I belum maksimal, kekurangan pada siklus I telah tertutupi pada pelaksanaan siklus II yang telah mencapai 77,5%. a. Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis karangan argumentasi Dengan adanya strategi pembelajaran Think Talk Write dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi akan dapat menumbuhkan
commit to user cxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keaktifan siswa selama pembelajaran. hal ini disebabkan karena dalam strategi ini juga menggunakan diskusi kelompok untuk membahas permasalahan yang telah dibagikan. Dengan adanya diskusi kelompok ini, siswa dapat bertukar pendapat dalam kelompok dan mengajukan pendapat. Dengan adanya hal tersebut maka siswa kan lebih aktif dalam pembelajaran. Namun demikian dalm penilaian proses pembelajaran ini ada sedikit permasalahan. Setelah dilaksanakan siklus I, masih belum mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan oleh peneliti. Siswa belum banyak yang aktif karena guru masih sedikit mendominasi kelas. Misalnya saja dalam penyampaian materi, guru hanya sedikit melibatkan murid. Beliau hanya memberikan kesempatan pada siswa bertanya setelah guru menjelasan materi. Kemudian pada saat diskusi, guru hanya memantau kelompok yang ada di depan saja. Dengan adanya hal tersebut, ada beberapa siswa yang hanya diam mendenagrkan teman lain membahas permasalahan. Namun, kekurangan pada siklus I tersebut dapat diatasi pada siklus II. Pada siklus II ini guru sudah lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Misalnya saja, guru menunjuk satu siswa untuk menjawab pertanyaan, kemudian siswa tersebut menunjuk teman lain untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Dengan melibatkan siswa seperti itu maka selalu siap untuk menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan. Selain itu pada saat diskusi guru juga sudah berkeliling untuk memantau aktivitas siswa. Pada saat berkeliling ini juga dimanfaatkan oleh siswa untuk menanyakan hal yang belum dipahami. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui strategi pembelajaran Think Talk Write yang di dalamnya terdapat diskusi, dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keadaan demikian seperti yang dikemukakan oleh Dwitya Nadya (2010) dalam penelitiannya bahwa diskusi kelompok dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam menyatakan
commit to user cxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendapat yang dimiliki, bertanya kepada teman, dan menjawab pertanyaan teman. b. Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan. Perhatian dan konsentrasi siswa dinilai berdasrkan 5 aspek yang meliputi:(1) memperhatikan penjelasan guru, (2) mencatat penjelasan guru, (3) mempelajari kembali materi yang diberikan, (4) tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas, (5) tidak mengobrol dengan teman (diadaptasi dari Nana Sudjana, 2010: 60-62). Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan strategi Think Talk Write terjadi peningkatan pada aspek perhatian dan konsentrasi siswa selama mengikuti pembelajaran. Peningkatan tersebut terjadi pada setiap siklus, yang meliputi: pada saat pratindakan nilai rata-rata perhatian dan konsentrasi siswa adalah sebesar 2,18, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 2,72, dan terakhir pada siklus II meningkat menjadi 3,25. Dengan demikian pada siklus I perhatian dan konsentrasi siswa meningkat 0,54 poin, pada siklus II meningkat 0,53 poin. Selain dari nilai tersebut, secara garis besar keadaan yang terjadi di kelas dapat dideskripsikan bahwa pada siklus I siswa sudah lebih perhatian dan konsentrasi pada pembelajaran. Mereka memperhatikan penjelasan guru, mencatat yang mereka anggap penting, tapi masih ada beberapa siswa yang masih sibuk dengan aktiviatas mereka sendiri seperti kipaskipas, dan mengganggu teman lain. Namun demikian, keadaan seperti ini sudah lebih baik daripada keadaan pembeljaran pada saat prasiklus. Jumlah siswa yang sibuk dengan aktivitas sendiri lebih banyak dibandingkan dengan siklus I. Gambaran pada siklus II ini lebih baik dari siklus I, karena kekurangan pada siklus I telah dicari solusinya untuk memperbaiki siklus II. Pada siklus II guru berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau aktivitas siswa. Dengan guru berkeliling ini akan membuat pantauan lebih efektif sehingga siswa lebih konsentrasi pada permasalahan yang dibahas.
commit to user cxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Minat dan Motivasi dalam proses pembelajaran Tindakan dengan penerapan strategi Think Talk Write dapat membuat siswa lebih berminat dan termotivasi mengikuti pelajaran. Minat dan motivasi siswa yang dinilai dari beberapa aspek yang mencakup: (1) mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu, (2) semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan, (3) mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, (4) tidak meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain, (5) tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran (diadaptasi dari Nana Sudjana). Penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis argumentasi ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa setelah dilakukan tindakan. Pada saat prasiklus nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah sebesar 2, kemudian setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat menjadi 2,55, kemudian diberi tindakan kedua pada siklus II meningkat menjadi 3,2. Peningkatan pada siklus I adalah sebesar 0,55 poin, sedangkan peningkatan pada siklus II adalag sebesar 0,65 poin. Secara garis besar garis besar, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan strategi Think Talk Write minat dan motivasi siswa meningkat. Pada saat prasiklus banyak siswa yang mengeluh saat diminta menulis karangan argumentasi. Selain itu, juga ada beberapa siswa yang bertopang dagu, meyandarkan kepala di meja, menyandarkan kepala di pundak teman. Tapi setelah diberi tindakan dengan Think Talk Write, siswa mulai bersungguh-sungguh menngerjalan tugas dengan tidak bertopang dagu, ataupun menyandarkan kepala. Hal ini dikarenakan dalam strategi ini ada diskusi yang menuntut siswa dapat berperan dalam kelompok. Apabila mereka bertopang dagu atau menyandarkan kepala, mereka akan malu dengan teman lain yang aktif untuk membahas permasalahan. Pada siklus II juga ditambah dengan penayangan video
commit to user cxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang pembicaraan dalam acara “Kick Andy” yang pada acara tersebut menayangkan seorang anak kecil sudah mampu menulis beberapa buku. Dengan adanya penanyangan video ini, siswa lebih termotivasi untuk bersaing dengan anak tersebut dengan menghasilkan tulisan yang terbaik dengan diawali menghasilkan karangan argumentasi yang baik pula. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Stokes (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan elemen visual dalam pembelajaran dapat memberikan hasil positif. d. Perolehan nilai proses pembelajaran menulis argumentasi meningkat Secara keseluruhan dari aspek keaktifan, perhatian dan konsentrasi, minat dan motivasi siswa setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan strategi Think Talk Write mengalami peningkatan pada kualitas prosesnya. Dengan anyanya kualitas proses yang baik, maka sebagai acuan terhadap kualitas hasil yang baik pula. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dengan strategi Think Talk Write terlihat dari kenaikan jumlah total nilai rata-rata siswa dari siklus I ke siklus II. Pada saat prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 6,26, kemudian meningkat pada siklus II yaitu menjadi 7,75, dan pada siklus II meningkat menjadi 9,55. 2. Kemampuan Siswa dalam menulis Karangan Argumentasi Peningkatan
kualitas
proses
pembelajaran
juga
berdampak
pada
kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi. Kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil karangan setiap siswa dari setiap siklus yang dibandingkan dengan nilai siswa saat prasiklus. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari setiap indikator yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2010: 441-442), meliputi: isi, organisasi isi, pengembangan bahasa, kosakata, mekanik. a. Isi Siswa telah mampu menuangkan ide serta mengembangkannya menjadi karangan yang baik. Pengembangan isi menjadi lebih baik ini karena pada saat prasiklus siswa hanya diminta untuk langsung mengarang sehigga mereka belum mempunyai gambaran yang pasti tentang
commit to user cxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
permasalahan yang akan ditulis. Dengan demikian, hasil karangan yang ditulis siswa pun hanya beberapa baris dan kata-katnya pun cenderung banyak yang diulang. Kemudian setelah dilakukan tindakan pengungkapan karangan siswa meningkat, ditandai dengan semakin banyaknya kalimat yang dapat ditulis siswa. Selain itu dengan adanya diskusi kelompok akan menambah pengetahuan siswa dan dapat memecahkan masalah bersamasama kemudian menuliskannya dalam bentuk karangan. Penigkatan pengungkapan gagasan atau isi ini ditunjukkan dengan denga nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Pada prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 16,02, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 18,25, selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 19,55. b. Organisasi isi Berdasarkan hasil karangan siswa dalam setiap siklus diketahui bahwa siswa sudah dapat mengorganisasikan kalimat dalam paragraf. Dengan adanya pengorgaisasian kalimat dengan baik, maka pembaca akan mudah memahami isi yang dituliskan oleh penulis. Peningkatan pengorganisasian isi dapat ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata siswa setiap siklus. Pada prsiklus, nilai rata-rata siswa adalah 12,02 kemudian pada siklus I meningkat menjadi 13,51, terakhir pada siklus II meningkat menjadi 14,56. c. Kosakata Dengan karangan yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mampu memanfaatkan kata dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil karangan siklus I dan siklus II, dalam menggunakan kata siswa sudah bervariasi. Dengan adanya variasi ini, orang yang membacanya tidak akan bosan. Peningkatan penggunaan kosakata yang dilakukan siswa ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa selama tindakan. Awalnya nilai siswa pada saat prasiklus sebesar 13,53, meningkat pada siklus I menjadi 13,54, kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 13,85.
commit to user cxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pengembangan Bahasa Siswa sudah mampu mengembangkan bahasa dengan baik, hal ini terlihat dari struktur kalimat yang digunakan dalam menyusun karangan argumentasi. Pada prasiklus, siswa belum mampu mengembangkan bahasa dengan baik,sehingga kalimat tidak efektif. Ketidakefektifan ini, misalnya siswa menggunakan kata-kata yang tidak perlu sehingga menimbulkan kemubaziran. Contoh dari kemubaziran itu adalah banyak sekali industriindustri. Kata industri-industri sebenarnya sudah mewakili banyak industri, sehingga seharusnya kata yang digunakan banyak industri atau industri-industri.
Selain
itu,
ada
juga
kalimat
yang
maknanya
membingungkan atau kabur, seperti: manusia juga sering membuat ulah dengan menebang hutan secara liar sehingga tanah terkikis menyebabkan longsor dan air tidak bisa terserap oleh pohon sehingga terjadilah banjir, banjir juga bisa disebabkan oleh cuaca yang buruk dimusim penghujan, setiap hari hujan bahkan satu minggu hujan terus menerus turun, sehingga menyebabkan banjir yang merugikan masyarakat. Dalam kalimat tersebut dapat membingungkan pembaca karena setelah manusia menebang hutan secara liar akan menyebabkan tanah terkikis dari tanah terkikis tersebut menyebabkan longsor dan air tidak dapat diserap oleh pohon. Dengan demikian dapat diartikan bahwa yang menyebabkan tanah longsor dan air tidak ndapat diserap adalah tanah yang terkikis. Padahal yang menyebabkan air tidak dapat diserap adalah tidak adanya pohon karena ditebang. Selain itu, banjir yang disebabkan oleh cuaca buruk tidak mempunyai katan dengan ulah manusia yang menebang hutan secara liar, sehingga dapat dijadikan kalimat baru. Namun, setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan II, terjadi peningkatan dengan ditandai siswa sudah mampu mengembangkan kalimat dengan baik. Peningkatan pengembangan bahasa yang menjadi baik ini ditandai dengan naiknya nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Pada prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 15,84, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 16,95, dan pada siklus II meningkat menjadi 17,67.
commit to user cxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Mekanik Kesalahan mekanik yang sering dilakukan oleh siswa adalah dalam hal ejaan. Dalam karangan siswa sebelum dilakukan tindakan sering ditemukan sebagai berikut. 1) Kesalahan yang berupa penulisan huruf besar, misalnya: Di zaman maju ini banyak didirikan Industri-Industri yang berdampak lebih buruknya keadaan, atau yang lebih dikenal dengan pencemaran Industri. Pada kata industri seharusnya huruf “I” tidak ditulis dengan huruf besar karena bukan merupakan singkatan ataupun huruf pada awal kalimat, sehingga penulisannya menjadi “industri”. 2) Kesalahan tanda baca khususnya koma dan titik, miasalnya: Berbagai dampak sampah dapat merugikan manusia. Tapi banyak juga sampah yang bermanfaat. Setelah kata manusia diakhiri dengan tanda titik kemudian diikuti dengan kata tapi, seharusnya setelah kata manusia adalah koma, karena kata tapi menghubungkan dua hal yang berkebalikan dalam satu kalimat. Dengan demikian penulisannya menjadi: Berbagai dampak sampah dapat merugikan manusia, tapi banyak juga sampah yang bermanfaat. 3) Kesalahan penulusan kata baku, misalnya: kata adalah sering disingkat menjadi adlh, kata yang disingkat menjadi yg. 4) Kesalahan pembentukan kata, misalnya dalam hal penggunaan kata depan dan awalan. Penggunaan kata depan yang salah dalam karangan siswa seperti menunjukkan tempat diindonesia kata tersebut salah karena seharusnya di dipisahkan dari Indonesia karena sebagai kata depan yang menunjukkan tempat. Selain itu kata indonesia juga harus diawali dengan huruf besar karena menunjukkan nama negara. Dengan demikian penulisan yang tepat menjadi “di Indonesia”. Sedangkan penggunaan awalan yang salah, misalnya “di sebabkan”. Kata “di” seharusnya digandeng atau dirangkai dengan kata “sebabkan” karena kata sebabkan tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti, sehingga penulisan yang benar menjadi “disebabkan”.
commit to user cxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Walaupun demikian setelah dilakukan tidakan, nilai rata-rata siswa dalam mekanik meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada saat prasiklus nilai rata-rata siswa adalah sebesar 3,66, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 3,72, dilanjutkan pada siklus II menjadi 3,95. f. Perolehan nilai karangan siswa meningkat Berdasarkan nilai karangan argumentasi pada saat prasiklus, kemampuan siswa dalam menulis masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Pada saat prasiklus nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 61,29, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 66, dan pada siklus II, kembali meningkat menjadi 69,7. Dengan adanya peningkatan nilai yag dicapai siswa, menunjukkan bahwa penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa.
commit to user cxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/ 2011. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: a. Adanya peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada aspek ini siswa mulai mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Pada prasiklus jumlah nilai rata-rata siswa adalah sebesar 2,10, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 2,45, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 2,90. b. Adanya peningkatan perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran. Pada prasiklus rata-rata perhatian dan konsentrasi siswa adalah 2,18, dilanjutkan pada siklus II naik menjadi 2,72, dan pada siklus II menjadi 3,25. c. Adanya peningkatan minat dan motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Siswa semakin bersungguh-sungguh dalam menulis tanpa mengeluh. Peningkatan tersebut ditandai dengan jumlah nilai rata-rata pada prasiklus adalah sebesar 2,00, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 2,55, dan pada siklus II menjadi 3,20. d. Secara keseluruhan, peningkatan nilai proses pembelajaran menulis argumentasi pada prasiklus adalah sebesar 36,84%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 67,5%, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 77,5%. 2. Penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X-5
commit to user 106
cxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SMA Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/ 2011. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya beberapa indikator berikut: a. Pada aspek isi, pada prasiklus nilai rata-rata seluruh siswa adalah 16,02. Pada siklus I, meningkat menjadi 18,25. Kemudian pada siklus II, menjadi 19,55. b. Pada aspek organisasi isi, pada prasiklus adalah sebesarv12,02. Nilai ratarata tersebut meningkat pada siklus I, yaitu 13,51. Kemudian pada siklus II, kembali meningkat menjadi 14,56. c. Aspek kosakata pada prasiklus mempunyai nilai rata-rata sebesar 13,53. Kemudian pada siklus I, meningkat menjadi 13,54, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 13,85. d. Aspek pengembangan bahasa pada prasiklus adalah sebesar 15,84. Pada siklus I meningkat menjadi 16,95, kemudian pada siklus II menjadi 17,9. e. Aspek mekanik yang semula pada prasiklus mempunyai nilai rata-rata sebesar 3,69, pada siklus I meningkat menjadi 3,72. Terakhir, pada siklus II kembali meningkat menjadi 3,95. f. Secara keseluruhan, pada prasiklus siswa yang memperoleh nilai diatas batas kelulusan adalah sebesar 34,21% atau 13 siswa, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 69,23% atau 27 siswa. Selanjutnya pada siklus II meningkat kembali menjadi 80% atau 32 siswa.
B. Implikasi Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, memilih strategi yang digunakan dalam pembelajaran sebagai sarana menyampaikan materi. Faktor dari siswa yaitu keaktifan, prhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan harus diupayakan agar semua faktor tersebut dapat dipenuhi. Apabila guru memiliki kemampuan yang
commit to user cxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik dalam menyampaikan materi, kemampuan mengelola kelas, serta didukung teknik dan sarana yang memadai, maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Selain faktor tersebut, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan sangat mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan penggunaan strategi yang tepat akan dapat diterima siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan strategi Think Talk Write dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dapat meningkatkan kulaitas proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan strategi Think Talk Write (TTW) sebagai strategi dalam pembelajaran menulis argumentasi. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif guru mengajar menulis argumentasi yang dapat membuat siswa lebih aktif, lebih perhatian dan konsentrasi, serta memotivasi siswa untuk belajar. Dengan strategi ini siswa berlatih untuk berpikir, berbicara, dan menulis. Siswa juga tidak akan merasa bosan kerena dengan strategi TTW siswa dapat bertukar pendapat dengan teman dalam diskusi kelompok.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Siswa dapat berkerjasama pada saat kegiatan berbicara, khususnya pada saat diskusi. b. Siswa lebih perhatian dan konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung dan tidak mudah terganggu dengan hal-hal di luar pembelajaran. 2. Bagi Guru a. Guru harus memonitor dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan ketika mengikuti pembelajaran dengan strategi Think Talk Write.
commit to user cxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
b. Hendaknya
digilib.uns.ac.id
guru dapat mengubah pembelajaran menulis karangan
argumentasi yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa dengan strategi Think Talk Write. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya dapat berupaya untuk dapat selalu menciptakan iklim kerja yang kondusif melalui komunikasi terbuka. b. Hendaknya pihak sekolah dapat memberikan motivasi kepada guru agar dapat meningkatkan kinerja selama mengajar. Bentuk motivasi ini dapat dilakukan dengan mengadakan member suatu penghargaan pada guru yang mampu menggunakan strategi, metode, ataupun teknik inovatif dalam mengajar dikelas.
commit to user cxxv