e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Ni Luh Putu Dewi Aryani 1, Putu Nanci Riastini2, I Nyoman Murda3 123
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected], cherm
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 5 Banyuning Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Make a Match berbabtuan media audiovisual. Penelitian ini merupakan tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitan ini adalah siswa kelas V semester genap di SD Negeri 5 Banyuning, yang berjumlah 35 orang. Objek penelitian yaitu motivasi dan hasil belajar IPA. Data motivasi belajar siswa diperoleh menggunakan metode kuisoner dengan instrumennya berupa angket motivasi dan data hasil belajar diperoleh menggunakan metode tes dengan instrumennya berupa soal obyektif. Data yang diperoleh dianalisis untuk mencari rata-rata dan persentase rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar siswa dari para siklus 60% kategori “rendah” menjadi 70,2% kategori “sedang” pada siklus I dan meningkat menjadi 81,06% kategori “tinggi” pada siklus II. Pada hasil belajar siswa, terjadi peningkatan dan pra siklus sebesar 60% kategori “rendah” menjadi 77,2% kategori “sedang” pada siklus I dan meningkat menjadi 86,3% kategori “tinggi” pada siklus II. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan Media Audiovisual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V semester genap di SD Negeri 5 Banyuning. Kata kunci: Make a Match, Motivasi, Hasil Belajar This study aims to determine the increase motivation and learning outcomes fifth grade science students at SDN 5 Banyuning District of Buleleng in the school year 2015/2016 as applied learning model Make a Match berbabtuan audiovisual media. This research is a class action (PTK) done in two cycles. This research subject is the second semester of fifth grade students at SDN 5 Banyuning, totaling 35 people. The object of research is motivation and learning outcomes IPA. Data obtained using the students' motivation questionnaire method with a questionnaire instrument of motivation and learning outcomes data obtained using the test method with the instrument in the form of an objective matter. The data obtained were analyzed for average and average percentage. The results showed an increase in the average percentage of students learning motivation of the cycle 60% category of "low" 70.2% of the category "medium" in the first cycle and increased to 81.06% of the category "high" on the second cycle. On the results of student learning, and pre-cycle increased by 60% the category of "low" to 77.2% of the category "medium" in the first cycle and increased to 86.3% of the category "high" on the second cycle. Thus, application of learning models Make a Match aided Audiovisual Media can improve motivation and learning outcomes of the second semester of fifth grade students at SDN 5 Banyuning. Keywords: Make a Match, Motivation, Learning Outcomes
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Winataputra (2007:118), pembelajaran merupakan ”kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik”. Artinya, pembelajaran harus menghasilkan siswa belajar berbagai cara, berbagai media, dan berbagai sumber, seperti siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi, atau media lainnya. Untuk mewujudkannya, guru memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran, termasuk pada pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA merupakan salah satu pembelajaran yang harus disiapkan guru dengan baik. Pembelajaran ini memunculkan rasa ingin tahu siswa untuk menggali berbagai pengetahuan yang baru tentang alam. Pengetahuan tersebut kemudian akan dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Samatowa, 2011). Untuk itu, pelaksanaan pembelajaran IPA harus menyenangkan dan mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa, bukan hanya hafalan. Menurut Al Muchtar (dalam Suparta, dkk 2015), kondisi pembelajaran IPA saat ini masih menekankan pada pengembangan aspek kognitif dari pada afektif dan psikomotorik. Pembelajaran 1 kurang menyentuh nilai sosial dan keterampilan. Pembelajaran juga menempatkan siswa sebagai penerima informasi, bukan sebagai pengembang kemampuan berpikir kritis dan mengakses penguasaan IPTEK. Suparta, dkk (2015: 23) menyatakan, “dampak dari persepsi ini dapat menimbulkan kualitas masukan bagi program ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan bidang studi yang lainnya”. Kenyataan demikian banyak terjadi di lapangan. Sebagai contoh, berdasarkan data yang diperoleh dari hasil studi
dokumen kelas V di SD Negeri 5 Banyuning pada tanggal 15 Desember 2015, diketahui bahwa hasil belajar kelas tersebut belum optimal. Nilai rata-rata kelas hanya mencapai 60, dengan persentase rata-rata sebesar 60%. Berdasarkan kegiatan observasi pada pembelajaran IPA di kelas V pada tanggal 15 Desember 2015, tampak dalam pembelajaran IPA didominasi guru menggunakan metode ceramah. Salah satu penyebab dari kondisi pembelajaran tersebut adalah siswa tidak berpatisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Siswa berpatisipasi dalam pembelajaran hanya siswa yang pandai saja, sedangkan siswa lainnya tidak menunjukkan keterlibatan dalam pembelajaran. Mereka yang tidak terlibat bahkan tidak berusaha menjawab dan tidak berani untuk bertanya kepada guru. Hal demikian menyebabkan siswa menjadi bosan, tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, dan suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V pada tanggal 15 Desember 2015 diperoleh informasi bahwa penggunaan media pembelajaran masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu dan kemampuan guru kurang mengkreasikan pembelajaran. Media pembelajaran sudah tersedia di sekolah tetapi tidak dipergunakan karena guru tidak mampu mengoperasikan media tersebut. Akibatnya, 60% siswa terlihat tidak memperhatikan pembelajaran yang diberikan dan sibuk dengan aktivitas mereka sendiri. Hal ini menandakan motivasi belajar yang dimiliki siswa rendah. Berdasarkan masalah yang ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar tersebut dikarenakan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) guru dalam menyajikan materi masih mempergunakan model yang konvensional, (2) kurangnya fasilitas media pembelajaran dalam menunjang proses pembelajaran, (3) 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 interaksi cenderung satu arah dari guru ke siswa sehingga mengakibatkan siswa kurang kreatif, (4) siswa menganggap guru sebagai satu-satunya sumber belajar, dan (5) siswa yang lebih pintar jarang mau membantu temannya yang kurang mampu kecuali diminta oleh guru. Faktor-faktor tersebut memicu rendahnya motivasi belajar siswa dan berujung pada rendahnya hasil belajar. Salah satu upaya guru yang dapat dilakukan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA adalah dengan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran yang demikian dapat diwujudkan dengan penerapan model make a match. Pembelajaran dengan make a match mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Karakteristik model pembelajaran make a match adalah adanya permainan “mencari pasangan”. Permainan “mencari pasangan” menggunakan kartu yang berisi soal dan jawaban soal dari kartu lain (Rusman, 2011). Siswa mencoba menemukan jawaban dari soal dalam kartunya yang terdapat pada kartu yang dipegang siswa lain. Berdasarkan kegiatan tersebut, model pembelajaran make a match cocok digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena pada model pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain, suasana belajar di kelas dapat diciptakan dalam suasana permainan, ada kompetisi antar siswa untuk memecahkan masalah yang terkait dengan topik pelajaran, dan adanya penghargaan (reward), sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan. Pelaksanaan model pembelajaran Make A Match akan lebih efektif bila didukung dengan media audio visual. Adanya bantuan media audio visual dalam pembelajaran IPA menyebabkan guru dapat dengan mudah menyampaikan materi pelajaran. Siswa pun mudah untuk
mengingat kembali materi yang telah dipelajari, memungkinkan peserta didik untuk berpikir kritis, menjadi pemecah masalah, lebih cenderung untuk mencari informasi, dan lebih termotivasi dalam proses belajar. Media audiovisual akan menggambarkan pengetahuan, sehingga siswa dapat membangun penafsiran mereka sendiri dari informasi yang diperoleh. Selain mampu menarik perhatian, penggunaan audiovisual juga mampu memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa akan lebih dipacu untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan lebih cenderung untuk menggali informasi sendiri, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berkualitas. Dengan demikian, model pembelajaran Make a Match berbantuan media audiovisual akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajarnya. Atas dasar paparan tersebut, maka hal tersebut sangat menarik untuk dicermati melalui sebuah penelitian. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif. Penelitian yang diangkat berjudul Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Berbantuan Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II Di SD Negeri 5 Banyuning Tahun Pelajaran 2015/2016. Rumusan masalah dalam penelitian adalah 1) Apakah penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 5 Banyuning Tahun ajaran 2015/2016 pada semester Genap, 2) Apakah penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 5 Banyuning Tahun ajaran 2015/2016 pada semester Genap. Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk peningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas V Semester II SD Negeri 5 Banyuning Tahun ajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media audiovisual. 2) Untuk 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Pelaksanaan, Pelaksanaan pembelajaran di kelas dilakukan berdasarkan RPP yang telah dirancang. Dalam pembelajaran, guru bertugas sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai pemantau (observer). Langkahlangkah kegiatan pembelajaran Make a Match adalah 1) Guru mengucapkan salam kepada siswa, 2)Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama, 3) Guru mengecek kehadiran siswa, 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 5) Siswa mengamati video yang ditampilkan guru, 6) Guru melakukan diskusi, tanya jawab, dan bermain mencocokkan kartu, 7) Guru memberikan tes individu tentang hasil dan proses pembelajaran yang telah terjadi, 8) Guru memberikan tindak lanjut berupa PR, 9) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam penutup. Observasi/Evaluasi, Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan ini, seluruh proses pembelajaran direkam dalam catatan observasi. Dalam tahap ini, peneliti bertindak sebagai observer yang bertugas untuk mengobservasi atau mengamati pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Selanjutnya, kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk mengumpulkan data motivasi dan hasil belajar IPA siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir siklus, yaitu pada pertemuan keempat. Data motivasi dikumpulkan dengan membagikan angket motivasi belajar pada siswa dan data hasil belajar dikumpulkan dengan melaksanakan tes hasil belajar. Refleksi, Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan siklus mengenai motivasi dan hasil belajar. Tujuan refleksi adalah untuk membangun kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-kelemahan dan hambatanhambatan yang dialami dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar atau acuan untuk menyempurnakan tahapan-tahapan
peningkatkan hasil belajar IPA iswa kelas V Semester II SD Negeri 5 Banyuning Tahun ajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media audiovisual.
METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah adalah siswa kelas V SD Negeri 5 Banyuning yang berjumlah 35 orang. Objek yang diteliti adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan oleh guru dan peneliti di dalam kelas melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa. Jenis PTK yang akan digunakan adalah PTK kolaboratif, yang melibatkan guru dan peneliti. Hubungan antara guru dan peneliti bersifat kemitraan untuk memikirkan persoalan-persoalan yang diteliti. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Masingmasing siklus dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes motivasi dan hasil belajar. Masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Tahapan tindakan siklus dijelaskan sebagai berikut. Perencanaan, Hal-hal yang dipersiapkan dan dilakukan sebagai bagian dari rencana tindakan adalah sebagai berikut. A. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi IPA. B. Peneliti dan guru bersama-sama melakukan hal-hal berikut. 1) Menganalisis kurikulum dan silabus IPA kelas V untuk menentukan materi yang akan digunakan, menyusun indikator dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan silabus, 2) Menyusun jadwal penelitian, 3) Menyepakati teknik pelaksanaan tindakan, 4) Menyusun (RPP) dan menyiapkan media, 5) Menyusun tes uraian untuk akhir silabus, 6) Menyusun angket untuk mengetahui motivasi siswa. 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 penelitian pada siklus selanjutnya. Pelaksanaan tindakan akan dihentikan apabila hasil akhir telah menunjukkan target yang ingin dicapai. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi metode kuesioner dan metode non tes. Dalam penelitian ini metode kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar. Instrumennya berupa angket motivasi untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar. Instrumen motivasi belajar disusun menggunakan skala Likert dengan 5 jenjang jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Metode tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah hasil belajar. Hasil tes adalah berupa skor atau bersifat interval. Instrumen tes uyang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah obyektif. Data yang telah dikumpulkan mengenai motivasi dan hasil belajar siswa dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Analisis dilakukan untuk mencari mean atau skor rata-rata dan persentase data tersebut. Persentase ini kemudian dikonversikan ke dalam Penilain Acuan Patokan (PAP) skala lima sesuai Tabel 1.
hasil belajar siswa mencapai persentase 80% atau dalam kategori tinggi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 5 Banyuning dilaksanakan selama empat minggu, yaitu dari tanggal 18 April sampai dengan 14 Mei 2016. Penelitian ini dilakukan di kelas V pada semester genap, dengan jumlah siswa adalah 35 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan dilaksanakan tes untuk mengukur motivasi dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan siklus I Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 April 2016 selama 2 x 35 menit pada jam 1-2, dari pukul 08.00 – 09.10 WITA. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan RPP model pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus I pertemuan 1. Pada pertemuan ini dibahas tentang pentingnya air bagi kehidupan manusia. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 April 2016 selama 2 x 35 menit jam 5-6, dari pukul 10.05-11-15 WITA. Pada pertemuan kedua membahas tentang proses daur air. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan RPP model pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus I pertemuan 2. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 25 April 2016 selama 2 x 35 menit pada jam 1-2, dari pukul 07.30-08.45 WITA. pada pertemuan ketiga membahas tentang penghematan air. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan RPP model pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus I pertemuan 3. Evaluasi tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 27 April 2016. Pada pertemuan ini, siswa diuji kemampuan dan pemahamannya tentang materi daur air dan penghematan air yang telah dipelajari. Siswa diberi tes hasil belajar dan angket motivasi untuk diisi. Setelah kegiatan observasi dan evaluasi, juga dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung pada siklus I. Berdasarkan
Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Motivasi Belajar IPA di SD Negeri 5 Banyuning Presentase Kriteria 90-100 Sangat Tinggi 70-89 Tinggi 60-69 Sedang 45-59 Rendah 0-40 Sangat Rendah Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan tindakan ini adalah terjadi perubahan atau peningkatan motivasi dan hasil belajar adalah 1)Peningkatan motivasi belajar siswa mencapai persentase 80%, 2) Peningkatan
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 hasil refleksi tersebut ditemukan beberapa kekurangan pada pelaksanaan tindakan yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I secara garis besar sudah sesuai dengan perencanaan. Walaupun demikian, masih tampak banyak kekurangan-kekurangan yang perlu untuk diperbaiki sehingga hasil yang telah diperoleh dapat ditingkatkan. Kekurangan-kekurangan yang ditemui adalah 1) Siswa yang mewakili menyampaikan hasil pembelajaran ke depan monoton hanya siswa yang pintar saja. Hal ini menyebabkan siswa yang lain kurang terlibat aktif di kelas, 2) Dari 35 siswa, 70% siswa mengikuti pembelajaran dengan senang dan aktif, sedangkan 30% siswa mengeluh untuk melakukan diskusi setelah melakukan permainan, 3) Dalam menyimpulkan materi pembelajaran, tidak semua siswa ikut aktif memberikan pendapat tentang kesimpulan dari materi yang telah dibahas. Tindakan perbaikan pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah 1) Guru memanggil siswa secara acak untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya, sehingga semua siswa menyiapkan diri untuk tampil di depan kelas, 2) Meningkatkan antusiasme siswa dalam melakukan diskusi dengan memberikan hadiah bagi kelompok yang bekerja sama dengan baik dan menjawab dengan tepat, 3) Guru menyuruh siswa untuk menutup buku dan menunjuk siswa secara acak untuk menyimpulkan materi. Pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 4 Mei 2016 selama 2 x 35 menit pada jam 5-6, dari pukul 10.05-11.15 WITA. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan RPP model pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus II pertemuan 1 (lampiran 12 halaman 106). Pada pertemuan ini dibahas tentang peristiwa alam yang terjadi di Indonesia, misalnya gempa bumi dan gunung meletus. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 9 Mei 2016 selama 2 x 35 menit jam
1-2, dari pukul 08.00-09-10 WITA. Pada pertemuan kedua membahas tentang dampak dari perisitiwa alam bagi kehidupan manusia dan peritiwa alam yang dapt dicegah dan tidak dapat dicegah. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan RPP model pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus II pertemuan 2. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Mei 2016 selama 2 x 35 menit pada jam 5-6, dari pukul 10.05-11-15 WITA. pada pertemuan ketiga membahas tentang kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan RPP model pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus II pertemuan 3. Evaluasi tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Mei 2016. Pada pertemuan ini, siswa diuji kemampuan dan pemahamannya tentang materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan kegiatan manusia terhadap permukaan bumi yang telah dipelajari. Siswa diberi tes hasil belajar dan angket motivasi untuk diisi. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini lebih maksimal dari pada pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pada siklus II ini, guru telah melaksanakan tindakan perubahan untuk mencapai indikator keberhasilan. Kendala-kendala yang muncul pada siklus I dapat dipecahkan pada siklus II. Temuan –temuan pada siklus II adalah 1) Proses pembelajaran sudah berjalan dengan optimal, karena dalam proses pembelajaran tidak terdapat siswa yang masih main-main, 2) Siswa sudah dapat bekerja sama dalam satu kelompok terutama dalam memahami pelajaran, karena siswa yang telah memahami materi pelajaran membagi pengetahuan kepada siswa yang belum memahami materi pelajaran, 3) Siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan senang dan aktif tanpa mengeluh saat melakukan diskusi setelah melakukan permainan, karena siswa ingin menjawab hasil diskusi dengan benar agar mendapatkan hadiah dari guru, 4) Siswa sudah mampu membuat kesimpulan yang sistematis dan sesuai dengan yang diharapkan. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Dari pelaksanaan tindakan yang semester genap SD Negeri 5 Banyuning telah dilakukan dengan menggunakan dapat dilihat pada tabel 2. model pembelajaran Make a Match berbantuan media audiovisual, maka motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V Tabel 2. Peningkatan Persentase Motivasi dan Hasil Belajar Variabel Tindakan Rata-rata Kriteria Peningkatan Persentase Pra Siklus 60% Rendah 10,2% Motivasi Belajar Siklus I 70,2% Sedang 10,86% Siklus II 81,06% Tinggi Pra Siklus 60% Rendah 17,2% Hasil Belajar Siklus I 77,2% Sedang 9,1% Siklus II 86,3 Tinggi Berdasarkan tabel di atas, maka data mengenai peningkatan persentase motivasi dan hasil belajar IPA siswa pada
pra siklus hingga siklus II dapat digambarkan dan bentuk grafik, seperti pada gambar 1 berikut.
Gambar 1 Grafik Peningkatan Persentase Motivasi dan Hasil Belajar Berdasarkan tabel dan grafik di atas, peningkatan terjadi pada motivasi belajar siswa dari pra siklus hingga siklus II. Peningkatan motivasi belajar dari pra siklus ke siklus I adalah sebesar 10,2%, dan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 10,85%. Selanjutnya, peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I adalah sebesar 17,2%,
dan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 9,1%. Dengan demikian, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model Make a Match berbantuan media audiovisual. Dengan demikian, siklus dihentikan sampai siklus II.
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 menjadikan siswa dapat mengamati peristiwa yang sering terjadi pada waktu lampau maupun yang terjadi di lingkungan secara langsung, sehingga siswa tidak lagi membayangkan peritiwa-peristiwa yang berkaitan dengan materi. Media audiovisual seperti powerpoint dan video pembelajaran dapat membantu menjelaskan pemahaman siswa sehingga pemahaman yang abstrak dan salah tafsir dalam pemaknaan dapat diatasi. Hasil penelitian ini didukung teori Mahadewi (2012) yang menyatakan bahwa konsep yang abstrak yang tidak dihadirkan di kelas secara langsung, dapat diatasi melalui penyajian media audiovisual sehingga konsep yang diterima siswa menjadi jelas dan mudah dipahami siswa. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan mengamati media audiovisual yang menjadikan pemahaman materi pelajaran lebih bermakna. Penerapan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran make a match dapat mengubah pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Apabila siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak pada meningkatnya motivasi belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajara, sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Rusman (2011) yang menyatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match termasuk kedalam model pembelajaran aktif yang mampu membantu siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji kemampuan yang telah mereka terima pada saat guru menyajikan materi pembelajaran. Selanjutnya, Sardiman (2011), menyatakan bahwa dengan adanya motivasi belajar yang baik dan usaha yang tekun, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Pembelajaran dengan membagikan kartu pada siswa diorientasika untuk mengembangkan pengetahuan siswa
PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan temuan mengenai motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV semester II SD Negeri 5 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Pembahasan ini menyangkut tentang motivasi dan hasil belajar IPA. Awal kegiatan, siswa mengamat materi yang disajikan menggunakan media audiovisual. Materi disampaikan menggunakan media powerpoint, sehingga mampu menarik perhatian siswa karena materi yang disajikan lebih singkat, jelas dan menarik. Selanjutnya untuk memberikan gambaran lebih dalam digunakan video pembelajaran yang membuat ketertarikan siswa tetap terjaga. Penyampaian materi menggunakan video pembelajaran membuat siswa tetap mengamati, memperhatikan serta mencatat hal-hal penting yang tidak terdapat dalam buku. Melalui kegiatan pengamatan, siswa dapat mengontruksi pengetahuannya. Kegiatan mengamati merupakan salah satu cara untuk membantu siswa dalam belajar, sehingga diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat belajar dengan baik. Temuan dalam penelitian ini sesuai dengan pernyataan Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2002) menyatakan bahwa pemanfaatan media audiovisual dalam pembelajaran dapat menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi peljaran yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga mampu mengontruksi pengetahuan siswa. Kegiatan mengamati dapat memudahkan siswa untuk mengumpulkan informasi terkait materi yang dipelajari, sehingga dapat membantu siswa untuk belajar dengan baik. Penggunakan media audiovisual seperti powerpoint dan video pembelajaran tidak dibatasi ruang dan waktu dalam penyajiannya sehingga memudahkan siswa untuk lebih memahami yang abstrak menjadi konkret. Melalui media powepoint, siswa dapat memahami materi yang diberikan diselingi penyajian materi menggunakan video pelajaran 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 melalui permasalahan untuk mengontruksi pengetahuannya. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) yang menyatakan bahwa keberhasilan penelitian disebabkan karena pembelajaran make a match yang berpusat pada siswa dan melibatkan siswa dalam memecahkan permasalahan sehingga, siswa dapat mengontruksi pengetahuan yang dimiliki dan menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna. Saat proses pembelajaran, siswa diberikan kartu berupa kartu soal dan kartu jawaban secara acak sesuai dengan materi pelajaran. Pada siklus I, masih banyak siswa yang belum memahami maksud dari setiap kartu yang dipegang sehingga, menjadikan siswa bermain-main dengan kartunya. Namun, pada siklus II siswa sudah memahami maksud dari setiap kartunya dan tidak ada lagi siswa yang bermain-main dengan kartu yang dipegang. Hal ini terbukti ketika guru membagikan kartu semua siswa tertib menerima kartu dan sudah terlihat semua siswa mulai memikirkan pasangan yang sesuai dengan kartu yang dipegang. Ketika proses pembelajaran, siswa diberikan kebebasan untuk mencari dan menemukan sendiri pasangan yang sesuai dengan kartu yang mereka pegang. Kegiatan mencari dan menemukan pasangan melakukan dengan cara berdiskusi antar siswa dan apabila siswa belum memahami boleh bertanya kepada guru, sehingga terjadi interaksi antar siswa dan guru. Kegiatan mencari pasangan dengan saling berdiskusi yang dilakukan membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan. Melalui kegiatan mencari dan menemukan pasangan, siswa akan saling berdiskusi, bertukar informasi, dan pengetahuan sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran semakin bermakna. Temuan dalam penelitian ini merujuk dalam pernyataan Syah (2000) yang menyatakan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses diskusi, bertukar informasi dan pengetahuan dapat menjadikan pemahaman siswa terhadap materi semakin baik dan lebih bermakna. Dengan demikian kegiatan mencari dan menemukan pasangan dapat membantu siswa belajar untuk membangun pemahamannya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widiasih (2013) menyatakan bahwa kepada siswa untuk saling berdiskusi tentang pengetahuan yang dimiliki untuk mendapatkan pemahaman yang bermakna. Hasil penelitian ini Febriyani (2014) juga menyatakan bahwa siswa melakukan aktivitas melalui diskusi dengan teman ataupun gurunya yang menjadikan pemahaman siswa lebih bermakna. Proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mencari, berdiskusi, serta menemukan pasangannya. Pada siklus I siswa masih belum mampu menemukan pasangan tepat waktu yang menjadikan banyak pasangan belum berhasil dan beberapa siswa masih dibantu guru dalam mencari pasangan. Namun, pada siklus II siswa dapat menemukan pasangannya dengan cepat tanpa bantuan dari guru. Hal ini dibuktikan setiap pasangan yang sudah berhasil kurang dari batas waktu yang diberikan melaporkan hasilnya kepada guru, dan hampir semua siswa sudah berhasil melaksakannya. Setiap siswa memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda, hal ini perlu diperbaiki melalui kegiatan mencari dan menemukan pasangan dengan cara berdiskusi dan berinteraksi antar siswa dan guru. Pernyataan dalam penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Syah (2000) yang menyatakan bahwa sifat dan karakter siswa dapat dirubah dan diperbaiki apabila siswa melakukan kontak dengan cara diskusi, berperan serta dan bertukar ilmu dengan teman sejawat ataupun guru. Siswa yang belajar dengan berdiskusi dapat memantapkan pemahamannya terhadap materi karena siswa saling bertukar 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Kegiatan berdiskusi dan saling bertukar informasi tentunya dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang terjadi selama proses pebelajaraan, sesuai dengan karakteristik make a match yang dinyatakan oleh Lie (2002) bahwa mengelola informasi untuk memecahkan masalah dapat dilakukan dengan cara mencari pasangan, berdiskusi dan saling bertukar informasi. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pebelajaraan yang diinginkan, dalam proses pembelajaran perlu melibatkan siswa agar saling berinteraksi dan berdiskusi sehingga konsep yang dipelajari lebih mudah dipahami siswa. Kegiatan pembelajaran make a match memberikan kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil temuan dengan pasangannya. Siswa mempresentasikan laporannya dengan percaya diri,tegas dan suara yang jelas. Pasangan yang tidak presentasi dapat mendengarkan presentasi temannya dengan baik untuk selanjutnya mengomentari hasilnya. Kegiatan mempresentasikan laporan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan berbicara. Saat mempresentasikan,siswa dituntut untuki dapat mencapaikan hasil laporan yang telah dilaporkan. Siswa harus mampu berbicara secara komunikatif dan efektif agar siswa dan guru mudah mengerti dan memehami apa yang disampaikan. Kegiatan presentasi ini dapat mendorong siswa untuk mengambil informasi bagi siswa yang mendengarkan presentasi dan menunjukkan pengetahuan bagi siswa yang melakukan presentasi. Selain itu, melalui kegiatan presentasi siswa dapat menunjukkan tingkat penguasaannya terhadap materin yang dipelaji dan keterampilan berkomunikasi. Lie (2002) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match melibatkan siswa dalam mengambil informasi, menunjukkan pengetahuan yang dimiliki serta meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa belajar untuk
membangun pemahamannya melalui kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Selain itu, untuk memberikan informasi dan percaya diri kepada setiap siswa dalam mempresentasikan hasil laporannya setiap pasangan diberikan penghargaan (reward). Peran reward dalam membangkitkan dan menumbuhkan motivasi belajar sangat besar. Pemberian reward berupa tepuk tangan dan pujian dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Dengan adanya semangat belajar, siswa menjadi lebih aktif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Pemberian reward juga akan memberikan kesan menyenangkan pada siswa sehingga termotivasi untuk mengulangi atau bahkan meningkatkan perbuatan menjadikan mendapatkan reward. Dengan demikian, reward merupakan cara yang dapat digunakan guru untuk membangkitkan, menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan Sardiman (2011) yang menyatakan bahwa hadiah (reward) merupakan suatu bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Situasi pembelajaran di kelas menampilkan berbagai aktivitas belajar yang dilakukan. Kelas didominasi oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar seperti membaca buku, mendengarkan penjelasan, memperhatikan video pembelajaran, mencatat materi yang tidak terdapat di buku siswa, mendengarkan presentasi pasangan, mengomentari hasil laporan pasangan, dan mengikuti setiap proses pembelajaran. Kegiatan belajar tidak berpusat pada pembelajaran. Saat situasi seperti ini siswa dituntut untuk dapat memahami dan menumbuhkembangkan pemahaman terhadap konsep yang dipelajari. Guru menciptakan pembelajaran yang konkret melalui kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan aktivitas belajar ini membantu siswa memperoleh pengetahuan dan 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 keterampilan belajar baru. Melalui pengetahuan dan keterampilan baru dan diperoleh, siswa dapat memahami materi yang dipelajari. Menurut pernyataan Suhana (2014) aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah bagi siswa untuk menumbuhkembangkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dengan hal itu, siswa dapat belajar melalui aktivitas untuk membangun pemahaman terhadap konsep yang dipelajari.
siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, 2) Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakanbagi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya, 3) Bagi peneliti lain, yang ingin meneliti kembali penerapan model Make a Match, hendaknya memerhatikan temuantemuan penelitian ini sebagai dapat sebagai salah satu referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.
PENUTUP Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) Penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan audiovisual dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas V Semester Genap SD Negeri 5 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata motivasi belajar siswa secara klasikal dari pra siklus sebesar 60% (kategori rendah) menjadi 70,2% (kategori sedang) pada siklus I dan meningkat menjadi 81,06% (kategori tinggi) pada siklus II. Dengan demikian, terjadi peningkatan motivasi belajar dari pra siklus ke siklus I adalah sebesar 10,2%, dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 10,85%, 2) Penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Semester Genap SD Negeri 5 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal dari pra siklus sebesar 62% (kategori rendah) menjadi 77,2% (kategori sedang) pada siklus I dan meningkat menjadi 86,3% (kategori tinggi) pada siklus II. Dengan demikian, terjadi peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I adalah sebesar 17,2%, dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 9,1%. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian tindakan ini adalah 1) Guru Sekolah Dasar Negeri 5 Banyuning hendaknya sebagai alternatif menerapkan model pembelajaran Make a Match sebagai salah satu metode pembelajaran yang mampu memotivasi
UCAPAN TERIMA KASIH Dalam proses pembuatan skripsi ini, banyak bantuan yang diperoleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih terhadap Putu Nanci Riastini S.Pd, M.Pd dan Drs. Nyoman Murda, M.Pd yang selama ini telah memberikan arahan dan bimbingannya. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Dewi,
N.R.V.2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match berbantuan Media Kartu Bridge untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD Negeri Gulingan Kecamatan Menguwi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.
Febryani, N.P. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Berbantuan Media Dadu untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 4 Selat Kecamatan Sukasada. Skripsi. Tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.
11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Lie,
A. 2002. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas). Jakarta: Gramedia.
Syah,
M. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks
Widiasih, N. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Berbantuan Kartu Kata dab Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD Saraswati Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Skripsi. Tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.
Sardiman, 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Universitas Terbuka
Mahadewi, E. 2012. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suhana, C. 2014. Konsep Pembelajaran (Edisi Bandung: Refika Aditama
Strategi Revisi).
Suparta, Dewa Gede, dkk. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPA”. UNDIKSHA, Volume 5, (hlm. 23)
12