PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN
Oleh ARMITA RAYENDRA A24050834
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
ARMITA RAYENDRA. Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS dan ADE WACHJAR). Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman dengan produktivitas yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lain. Oleh karena itu, diperlukan penanganan hasil panen yang baik agar menghasilkan produksi yang berkualitas. Penanganan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pra pengolahan dimulai dari setelah buah dipotong dari pokoknya hingga sampai di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sebelum diolah. Kegiatan magang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis, serta memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit. Penulis dapat mempelajari penanganan Tandan Buah Segar (TBS) pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan. Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai bulan Juni 2009 di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. Metode yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan magang dengan berbagai tingkat jabatan, mulai dari karyawan harian lepas, pendamping mandor, hingga sebagai pendamping asisten afdeling. Selain itu penulis juga mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari data kantor kebun atau pabrik serta studi literatur. Produk yang berkualitas berkaitan dengan 3 kegiatan, yaitu panen, pengangkutan atau penanganan TBS, dan pengolahan. Kualitas pengangkutan dilihat dari kebersihan hanca dari hasil panen (TBS dan brondolan), panjang gagang buah, pengutipan brondolan di TPH, ada atau tidaknya buah restan di lapangan, produktivitas pengangkutan, dan efisiensi pengangkutan. Secara umum, penanganan tandan buah segar di Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura masih perlu diperbaiki lagi. Perbaikan diperlukan pada hal-hal teknis dan terutama pada pengelolaan pengangkutan, sehingga dapat mencapai standar perusahaan dan lebih menguntungkan perusahaan.
PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Armita Rayendra A24050834
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
:
PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN
Nama
:
ARMITA RAYENDRA
NIM
: A24050834
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr Ir Iskandar Lubis, MS) NIP : 19610528 198503 1 002
(Dr Ir Ade Wachjar, MS) NIP : 19550109 198003 1 008
Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,
(Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr) NIP : 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus : …………………………
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1986. Penulis merupakan anak ke-dua dari Bapak Jendra Muslim dan Ibu Anna Sat Dewi. Penulis sempat mengenyam pendidikan dasar di SD Tadika Puri, Jakarta Selatan selama 3 tahun dan menyelesaikannya di SDN Mexico 05 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 2001 penulis memulai pendidikan menengah atas di SMA Madania Boarding School selama 1 tahun dan menyelesaikannya hingga lulus pada tahun 2005 dari SMA Cenderawasih I, Jakarta Selatan. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur SPMB. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama masa pendidikan baik di SMP hingga perguruan tinggi, penulis aktif dalam kegiatan organisasi maupun menjadi panitia dalam beberapa event di kampus. Saat di SMP dan SMA, penulis menjadi pengurus OSIS sekolah dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler paduan suara. Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) masa jabatan 2006/2007 sebagai anggota divisi pengembangan pertanian dan 2007/2008 sebagai ketua divisi pengembangan pertanian (Bangtan). Saat menjabat sebagai ketua divisi Bangtan, penulis beserta rekan-rekan mengadakan acara Festival Tanaman (FESTA) ke 29. Selain memperoleh pendidikan formal, penulis juga melakukan kegiatan magang, yaitu magang di Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur pada tanggal 2 hingga 27 Juli 2007 dan magang di Kebun Raya Bogor pada bulan Februari 2008.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang skripsi ini. Karya ilmiah ini berjudul ”Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit ( Elaeis gineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan” yang merupakan laporan hasil kerja magang dan pengamatan yang penulis lakukan selama magang di PT Cipta Futura. Tulisan ini menjadi salah satu syarat kelulusan pada jenjang pendidikan Program Sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS, sebagai Dosen Pembimbing I dan II. Terima kasih atas segala bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini. 2. Bapak Ir Supijatno, MSi atas kesediaannya menguji serta memberikan saran dan perbaikan untuk karya tulis ini. 3. PT Cipta Futura Plantation, Sumatera Selatan atas kesempatan dan segala fasilitas yang diberikan untuk penulis dalam penyelesaian magang. 4. Bapak Sutan Hutasoit, SP selaku asisten Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura, terima kasih atas segala bimbingannya selama penulis magang. 5. Kedua orang tua, kakak dan adik-adik, serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril yang sangat berarti bagi penulis. 6. Hanum, Wenny, Hafith, Angga, Maya, Kampreters, Oonk, Emot, Inten, Tyas, Hepi, Ocha dan semua teman AGH 42 atas persahabatannya yang tidak akan terlupakan. 7. Teman-teman seperjuangan magang ( Wenny, Haryo, Robby, dan Aan) atas dukungan, bantuan dan persaudaraan yang telah diberikan. 8. Mathias Prathama atas dukungan, kebaikan, kesabaran, dan kasih sayangnya kepada penulis.
9. Seluruh staf dan karyawan Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura atas dukungan dan bantuannya. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL.......................................................................................... DAFTAR GAMBAR..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
vii viii ix
PENDAHULUAN.......................................................................................... Latar Belakang................................................................................... Tujuan.................................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. Botani Kelapa Sawit………………………………………………... Persyaratan Tumbuh………………………………………………... Panen……………………………………………………….………. Penanganan Tandan Buah Segar……………………………………
4 4 6 7 8
METODE MAGANG…..………………………………………………….. Tempat dan Waktu…………………………………………………. Metode Pelaksanaan...……………………………………………… Pengumpulan Data dan Informasi…..……………………………… Analisis Data dan Informasi………………………………………...
11 11 11 12 13
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG……………………………….. Letak Geografis…………………………………………………….. Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi………………………...…… Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan……………………………….. Kondisi Kebun dan Pertanaman……………………………………. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan…………………………..
14 14 14 15 16 18
PELAKSANAAN KEGIATAAN MAGANG……………………………. Aspek Teknis…………………....…………………………….…….. Perbaikan Infrastruktur………..……………………………… Pengendalian Gulma…………………...…………………….. Pengendalian Hama dan Penyakit……………………………. Pemupukan…………………………………………………… Susun Janjangan Kosong (SJJK)……………………………... Penunasan/Pemangkasan (Prunning)………………………… Pemanenan dan Produksi.……………………………………. Pengolahan Kelapa Sawit…………………………………….. Aspek Manajerial…………………………………………………... Pendamping Mandor…………………………………………. Pendamping Asisten Afdeling………………………………...
21 21 21 23 25 29 32 34 35 52 57 57 60
PEMBAHASAN…………………………………………………………… Kualitas Buah………………………………………………………. Pengangkutan Tandan Buah Segar di Dalam Hanca………………..
62 62 64
Pengangkutan Tandan Buah Segar ke PKS………………………… Perencanaan Kebutuhan Alat Angkut Buah……………………...… Pengontrolan Pengangkutan TBS…………………………………... Administrasi Pengangkutan…………………………………………
65 66 66 68
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. Kesimpulan…………………………………………………………. Saran………………………………………………………………...
69 69 70
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
71
LAMPIRAN………………………………………………………………..
72
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit.................................
8
2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari Tahun 2005 – 2008……………………………..……
16
3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009………………………………
20
4. Target dan Realisasi Produksi Panen Kelapa Sawit di Afdeling 7 Tahun 2009………………………………………………….…………..
35
5. Hasil Sensus Buah di Blok 107 B dan C Pada Tanggal 15 April 2009……………….…………………………………………………….
37
6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura
38
7. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura
42
8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan……………..
42
9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen………..
43
10. Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca…................
43
11. Presentase Gagang Panjang di Afdeling 7……………………………...
44
12. Kandungan ALB Minyak Sawit Mentah PT Cipta Futura……...………
45
13. Hasil Pengamatan Kualitas Kerja Pemuat………………………………
47
14. Kebutuhan Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura…..
48
15. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura, Bulan Februari 2009...…………………………………………………..
48
16. Kejadian Buah Restan di Afdeling 7 Bulan Januari - Mei 2009………..
49
17. Pengamatan Pengangkutan Hasil Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura
52
18. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar……………………………………………..………
63
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun……………………………
23
2. Beberapa Species Ulat Api……………………………………………...
25
3. Pemupukan di Samping Tumpukan Pelepah di Gawangan Mati……….
31
4. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).…………………………...…......
33
5. Susunan Pelepah di Gawangan Mati.…………………………………...
40
6. Potongan Gagang Panjang pada Tandan………………………………..
41
7. Proses Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) di PKS…………………
54
8. Pabrik Minyak Kelapa Sawit ...................................................................
55
9. Stasiun Pembuangan Janjang Kosong......................................................
56
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……………….………………….
73
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……..…………………
74
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……….…………….
75
4. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan Tahun 1999-2008……………...………………………………..
76
5. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation………………………………………………………………..
77
6. Luas Areal Tanaman di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2008..…….
78
7. Program dan Realisasi Panen Triwulan I Tahun 2009………………….
81
8. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation ……..………………………………………………...
82
9. Denah Jalur Deteksi Hama……………………………………………...
83
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan penghasil minyak nabati yang bisa diandalkan dan merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit menyumbang devisa cukup besar bagi pembangunan karena pada tahun 2005 volume ekspor minyak sawit mentah (CPO) mencapai 10 376 200 ton dengan nilai US $ 3 756 283 000. Pada tahun 2007 ekspor CPO meningkat menjadi 11 875 400 ton dengan nilai US $ 7 868 640 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Oleh karena itu, kelapa sawit memiliki potensi yang sangat besar. Selama lima tahun terakhir ini, luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh perkebunan di seluruh Indonesia mengalami kenaikan. Data Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 luas areal kelapa sawit mencapai 6 611 195 ha dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 17 373 202 ton, kemudian pada tahun 2009 luas areal pertanaman kelapa sawit meningkat menjadi 7 321 897 ha dengan produksi CPO sebesar 19 440 291 ton. Tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut Lubis (1992), kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Minyak kelapa sawit sejak tahun 1870 sudah digunakan dalam industri makanan dan pada tahun 1890 digunakan dalam industri lempengan timah. Selain digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan oleh berbagai industri sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, serta industri berat dan ringan. Minyak kelapa sawit juga dapat dibuat makanan seperti mentega, lemak untuk masak, bahan aditif coklat, pembuatan asam lemak lainnya, vanaspati, dan industri makanan ringan lainnya. Karena kegunaannya itu, minyak kelapa sawit banyak dibutuhkan, sehingga perlu terus dilakukan peningkatan produksi minyak kelapa sawit untuk memenuhi permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.
2 Kadar kolesterol minyak kelapa sawit hanya 12 – 19 ppm dengan rata-rata 16 ppm. Minyak sawit yang dimurnikan (refine) menjadi minyak goreng memiliki kandungan kolesterol yang lebih rendah lagi. Selain itu telah dibuktikan bahwa minyak kelapa sawit cenderung mengurangi terjadinya thrombotic pada urat nadi, tidak meningkatkan tekanan darah tinggi, dan tidak menimbulkan kanker. Cara
untuk
meningkatkan
produksi
kelapa
sawit
adalah
dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM), yaitu dengan menciptakan SDM yang memiliki kemampuan memadai dan menguasai bidang kerjanya. Selain peningkatan mutu SDM, peningkatan produksi kelapa sawit juga bisa dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pengolahan pabrik minyak kelapa sawit, memperluas areal penanaman kelapa sawit, serta menerapkan budidaya kelapa sawit secara benar. Selain peningkatan produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan kualitas minyak kelapa sawit. Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa sawit adalah kandungan asam lemak bebasnya (ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar air minyak kelapa sawit tersebut. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992), syarat mutu kandungan ALB (sebagai asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum adalah 5.00 % (bobot/bobot). Oleh karena itu, perlu diperhatikan kualitas minyak kelapa sawit. Kualitas minyak kelapa sawit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait dengan cara pemanenan sampai proses penanganan pasca panen. Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS (tandan buah segar) ke PKS akan menyebabkan terjadinya restan dan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir (Pahan, 2008). Faktor transportasi meliputi jarak pengangkutan TBS ke PKS, kondisi jalan, kondisi topografi lahan, serta jumlah dan kondisi alat angkut. Selain itu, ketepatan penanganan bahan juga dipengaruhi oleh perbandingan antara volume produksi kebun dengan volume penerimaan dan kapasitas pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem dan perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi perkebunan setempat.
3 Sesuai dengan hukum ekonomi bahwa untuk dapat memperoleh produksi optimal, salah satunya dengan melakukan efisiensi dalam berproduksi. Efisiensi dapat dilakukan dengan menggunakan input dan atau pengeluaran biaya serendah mungkin untuk memperoleh
hasil yang optimal. Untuk mencapai efisiensi
produksi, diperlukan analisis faktor produksi yang sangat mempengaruhi produksi tanaman, sehingga ditemukan biaya produksi yang dapat ditekan dan keefisienan serta keefektifan penggunaan input dapat tercapai.
Tujuan Secara umum, kegiatan magang bertujuan untuk: 1. Meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan
penulis
dan
memperoleh
pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit. 2. Penulis dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di perkebunan kelapa sawit. 3. Kegiatan magang ini bertujuan khusus untuk mempelajari penanganan Tandan Buah Segar (TBS) pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO yang dihasilkan.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman ini termasuk dalam famili Aracaceae (dulu disebut Palmae). Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, berakar serabut, memiliki batang tumbuh lurus ke atas, serta memiliki bunga jantan dan betina pada satu tanaman dengan tandan terpisah. Batang kelapa sawit berbentuk silinder. Sampai dengan tanaman berumur 12 tahun, batang masih tertutup oleh sisa pelepah yang ditunas, sehingga terkesan besar. Pertumbuhan panjang batang bervariasi antara 35-75 cm/tahun bergantung pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik (Pahan, 2008). Kelapa sawit yang dibudidayakan bisa mencapai ketinggian 30 m. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai tempat penimbunan nutrisi tanaman (PT Perkebunan X, 1993). Selanjutnya, Pahan (2008) menambahkan bahwa batang kelapa sawit memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah, serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan. Daun kelapa sawit adalah daun majemuk yang terdiri atas pelepah dengan panjang berkisar 7-9 m. Jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda dan masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang optimal, yaitu tanah yang subur dan lengas, kuncup akan cepat membuka sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat fotosintesis. Kutikula pada anak daun cukup tebal dan sangat resisten terhadap difusi uap air. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal biasanya memiliki 4050 daun parapinnate hijau yang telah membuka. Jumlah daun yang terbentuk lebih kurang 20-24 pelepah/tahun. Dari terbentuknya primordia sampai dengan spear (pelepah yang belum membuka) membutuhkan waktu dua tahun, jika sampai dengan gugur secara alami membutuhkan waktu sekitar 5-6 tahun. Pelepah
5 tumbuh pada batang dan tersusun spiral secara teratur antara pelepah satu dengan lainnya, yang disebut dengan phylotaksis. Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri atas pericarp yang terbungkus oleh eksocarp (kulit), mesocarp (yang biasanya disebut pericarp), dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 – 4 inti/kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio. Daging buah (mesocarpium) sampai 3 bulan setelah anthesis warnanya masih putih-kehijauan, menunjukkan bahwa masih terdiri atas air, serat dan klorofil, sedangkan minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah yang menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah terbentuk, yaitu terbentuknya karoten. Sebulan setelah penyerbukan, cangkang atau tempurung telah terbentuk sangat tipis dan lembut. Pengerasan cangkang berlangsung terus dan pada umur 3 bulan sudah mengeras serta berubah warna dari putih menjadi coklat muda. Pada umur 2 bulan terjadi perubahan pada inti (endocarpium atau nucleus seminis) dari bentuk cairan menjadi agar-agar. Pada umur 3 bulan inti sudah berbentuk padatan yang agak keras. Kematangan buah dapat dibedakan menjadi dua. Pertama adalah matang morfologis dimana buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak sudah optimal. Kedua, matang fisiologis yaitu ketika kematangan buah sudah lebih lanjut dan telah siap untuk tumbuh dan berkembang, biasanya 1 bulan sesudah matang morfologis. Menurut Pahan (2008) sampai saat ini kriteria kematangan buah yang sangat penting dalam proses pemanenan ditentukan berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh ke piringan yaitu 1 – 2 berondolan per kg tandan buah segar. Daging buah terdiri atas minyak, air dan serat. Kadar air dan minyak berubah menurut kematangan buah, sedangkan kadar serat pada daging buah hampir tetap, yaitu 13 % terhadap berat buah sejak 3 bulan sesudah anthesis sampai buah matang. Penelitian di Afrika menghasilkan bahwa kadar serat buah ini sebanyak 16 % kadang bervariasi 11 – 21 persen. Kadar serat sering dipakai sebagai salah satu cara menghitung kadar minyak pada daging buah secara tidak
6 langsung. Makin tinggi kadar serat pada daging buah maka akan memberi peluang lebih besar kehilangan minyak pada pengolahan (Lubis, 1992).
Persyaratan Tumbuh Topografi lahan pada perkebunan kelapa sawit berpengaruh pada produk dan kapasitas pemanen. Daerah yang bertopografi datar akan mempermudah pemanen dalam melaksanakan pemotongan Tandan Buah Segar (TBS) dan pengutipan berondolan dibandingkan dengan areal yang memiliki topografi yang bergelombang atau berbukit dengan kelerengan yang curam. Faktor-faktor geografis mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui perubahan faktor-faktor ekologi, seperti radiasi matahari dan bumi, panas, air, atmosfer, dan faktor-faktor biotik. Kondisi lahan yang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit adalah lahan dengan topografi datar sampai berombak, ketinggian 0-400 m di atas permukaan laut, lereng 0-15 %, ketebalan solum 60-80 cm, tekstur tanah bervariasi antara pasir berlempung, lempung berpasir, lempung liat berpasir, liat berpasir, dan liat. Tanah berdrainase baik dan tidak terjadi erosi cocok untuk pertanaman kelapa sawit. Sunarko (2007) menyatakan bahwa curah hujan tahunan 2 500 mm atau lebih akan menghasilkan potensi produksi sebesar 100 %, untuk curah hujan 2 500 – 2 000 mm potensi produksi yang dicapai sebesar 80 % dan curah hujan 1 500 atau kurang hanya memiliki potensi produksi 60 – 70 persen. Pahan (2008) menyatakan bahwa sebagian besar perkebunan komersial kelapa sawit dibangun pada daerah yang mempunyai neraca air positif selama 6 bulan atau lebih, yaitu kondisi di mana curah hujan lebih besar daripada evapotranspirasi di perkebunan. Kawasan ini termasuk dalam kelas iklim Af dan Am menurut klasifikasi Koppen (zona katulistiwa).
7 Panen Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Panen adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit, karena langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. Kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh cara pemanenan, maka kriteria panen yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase tinggi ( lebih dari 5 %). Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperolehnya juga rendah (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Kandungan ALB akan semakin besar dan kumulatif, apabila buah kelapa sawit yang telah dipanen itu tertunda pengolahannya. Jarak waktu antara buah yang telah dipanen dan pemrosesan buah itu yang paling baik adalah 6 jam. Pengetahuan mengenai kriteria matang panen sangat dibutuhkan agar didapat hasil panen dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah. Kriteria matang panen berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah. Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada tujuh fraksi dan derajat kematangan TBS yang baik, derajat kematangan TBS untuk dipanen berada pada fraksi 2 dan 3, seperti terdapat pada Tabel 1.
8 Tabel 1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit Fraksi
Kriteria Matang Buah
Derajat Kematangan
00
Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam pekat 1 – 12.5 % buah luar membrondol, buah berwarna hitam kemerahan 12.5 – 25 % buah luar membrondol, buah berwarna kemerahan 25 – 50 % buah luar membrondol, buah berwarna merah mengkilat 50 – 75 % buah luar membrondol, buah berwarna orange 75 – 100 % buah luar membrondol, buah berwarna dominan orange Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk
Sangat mentah
0 1 2 3 4 5
Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II
Sumber : Naibaho (1998) Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang ditentukan adalah : (1) tidak ada buah mentah yang dipanen, (2) tidak meninggalkan buah matang, (3) semua berondolan dikumpulkan dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dalam kondisi bersih, (4) membrondolkan tandan yang terlalu matang, (5) memotong gagang/tangkai tandan, dan (6) pelepah harus dipotong dengan baik.
Penanganan Tandan Buah Segar Terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak yang berasal dari daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Minyak pada daging buah pada 3 bulan setelah anthesis hanya 1.3 % dari berat daging buah, tetapi akan terus meningkat pesat menjadi maksimum menjelang panen, yaitu berkisar 50 – 60 persen. Kadar air tinggi pada buah muda dan akan menurun sejalan dengan peningkatan kadar minyak daging buah. Sintesis minyak yang masih terjadi pada tandan buah yang sudah dipanen dapat diabaikan karena jumlahnya kecil sekali. Hal yang lebih perlu diperhatikan
9 yaitu naiknya kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) pada tandan buah yang sempat menginap di tempat pengumpulan hasil (TPH) atau loading ramp pabrik. Penanganan tandan buah segar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan dari memetik buah sampai dengan tandan buah segar tersebut akan diolah di tempat pengolahan. Penanganan TBS sangat dipengaruhi oleh kegiatan sistem potong buah yang dilakukan, seperti kegiatan persiapan panen dan bagaimana organisasi potong buah dilaksanakan. Hal-hal yang perlu
dilakukan
dalam
mempersiapkan pelaksanaan
pekerjaan potong buah menurut Pahan (2008) yaitu: (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4) penyediaan alat-alat kerja. Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan jalan dan jembatan, pembersihan piringan tanaman, pasar rintis, dan rintis tengah, pemasangan titi rintis, pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), serta pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit. Organisasi potong buah dimulai dari penyusunan seksi potong buah dan penentuan ancak (panen diusahakan terkonsentrasi), kemudian pengaturan penggunaan alat panen yang tepat, penentuan jumlah tenaga kerja yang efisien, bagaimana teknis urutan pemotongan buah, sampai dengan pemeriksaan kriteria mutu buah dan potongan buah. Urutan pemotongan buah yang sebaiknya dilakukan menurut Pahan (2008) yaitu: (1) semua pelepah songgo dipotong rapat ke batang (pada tanaman tua), sedangkan pada tanaman muda pemotongan buah harus dilakukan tanpa memotong pelepah (curi buah); (2) janjang masak dipotong dan dibiarkan tetap di piringan, gagang/tangkai buah dipotong rapat tetapi jangan sampai terkena tandan; (3) mengorek dan sogrok semua berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah; (4) pelepah disusun di gawangan mati; (5) mengutip berondolan, tetapi masih tetap dipiringan serta bebas dari sampah-sampah dan batu; dan (6) memindahkan atau memajukan berondolan ke pokok berikutnya. Setelah memotong satu ancak, pemanen harus mengeluarkan buah ke TPH dan menyusun tandan dengan rapi, kemudian diberi nomor pemanen.
10 Transport buah sudah dapat dimulai paling lambat pukul 09.00 waktu setempat. Terdapat beberapa alat angkut yang dapat digunakan untuk mengangkut TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu lori, traktor gandengan, atau truk. Pengangkutan dengan lori lebih baik daripada dengan alat angkut lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi pada pengangkutan dengan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah sawit juga lebih banyak dan dapat meningkatkan kadar ALB pada buah yang diangkut. Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Penanganan TBS yang baik bertujuan untuk meningkatkan kualitas TBS, meningkatkan produktivitas pekerja, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) 2-3 %, menjaga keamanan TBS di lapangan, dan pengeluaran biaya yang minimum. Menurut Pahan (2008), cara panen yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi.
11
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di kebun kelapa sawit PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai bulan Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah dengan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten afdeling. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun serta hasil analisis rendemen dan mutu minyak harian di laboratorium mutu pabrik kelapa sawit. Selain itu, metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka. Data primer yang diperoleh dengan pengamatan langsung meliputi kriteria panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen, bobot janjang rata-rata (BJR), sensus buah, angka kerapatan panen, kualitas potong buah, pengamatan tangkai panjang belum dipotong dan buah matang tertinggal di pohon, buah tertinggal dalam hanca, berondolan yang tidak dikutip, kualitas kerja pemuat, serta selisih bobot pengangkutan. Sedangkan data sekunder yang didapat berupa lokasi dan letak
12 geografis kebun, keadaan tanah dan iklim (curah hujan, hari hujan, lama penyinaran, dan lain-lain) luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, data realisasi produksi TBS, rata-rata kandungan ALB bulan Maret-Mei 2009, data pengangkutan hasil panen, produktivitas pengangkutan buah, norma kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen perusahaan.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data primer dari seluruh pekerjaan lapangan produksi dengan melakukan pengamatan khusus pada setiap unit contoh pengamatan. Unit contoh pengamatan berupa tenaga kerja, tanaman, dan hasil panen. Pengamatan dilakukan di beberapa blok contoh, di TPH, dan pada alat angkut (truk). Pengamatan juga dilakukan saat kegiatan panen, pengumpulan buah di TPH, hingga kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik. Pengamatan dilakukan untuk mengamati produksi tandan buah segar (TBS), penerapan teknik budidaya, penerapan teknik panen, dan efisiensi pengangkutan. Pada pemanenan diamati cara pemetikan/pemotongan tandan, cara pemotongan gagang/tangkai buah, pengumpulan berondolan, dan kriteria kelas panen yang dilakukan pemanen contoh. Pada kegiatan pengumpulan tandan buah di TPH diamati ada atau tidak tandan afkir dan tandan mentah, pemotongan gagang/tangkai buah, susunan tandan di TPH, kebersihan tandan dan berondolan. Sedangkan pada kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik diamati jenis angkutan, jarak ke tempat pengolahan kelapa sawit (PKS), kapasitas produksi, waktu
berangkat
dari
TPH,
waktu
tiba
di
PKS,
bentuk/pola
jalan,
kondisi/perawatan jalan, pengoperasian kendaraan transport, serta ada atau tidaknya restan di lapangan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi
yang mendukung pelaksanaan magang dan pengamatan yang
dilakukan. Data yang mendukung tersebut seperti kondisi iklim di lapangan, kondisi lahan, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi, infrastruktur kebun, organisasi dan manajemen kebun, norma baku dan
13 rekomendasi anggaran pelaksanaan teknik budidaya atau cara pengelolaan, sampai ke pengolahan.
Analisis Data dan Informasi Data primer hasil pengamatan dengan berbagai peubah atau rekomendasi teknik yang diterapkan, dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kulitatif dilakukan dengan membandingkan fakta di lapangan dengan ketentuan yang berlaku di perkebunan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan rata-rata dalam persen.
14
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis Perkebunan PT Cipta Futura termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Jalur masuk utama menuju kebun melalui Kabupaten Muara Enim, jarak antara kota Muara Enim dengan lokasi kebun kurang lebih 35 km. Menuju lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan selama 2 jam perjalanan. Kondisi jalan agak rusak, yaitu jalan tanah dan terdapat beberapa jalan yang sudah diberi krokos. Jarak dari kota Palembang ke lokasi kebun kurang lebih 218 km. Wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Benakat dan Solar, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Peninggiran dan Desa Ulak Bandung, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Muara Enim, dan di sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada (MHP) di Kabupaten Lahat. PT Cipta Futura Plantation terdiri atas empat afdeling. Selama kegiatan magang, penulis melakukan semua kegiatan di Afdeling 7. Sebelah utara Afdeling 7 berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit lain, yaitu PT Surya Bumi Agro Langgeng; sebelah selatan berbatasan dengan Afdeling 1; sebelah barat berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8; sebelah timur berbatasan dengan Desa Ulak Bandung.
Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi Keadaan iklim di wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura termasuk ke dalam tipe B (basah) menurut Schdmidth-Ferguson. Daerah perkebunan ini memiliki curah hujan merata sepanjang tahun, dengan rata-rata 2 909 mm/tahun, hari hujan 148.6 hari/tahun, dan 10 bulan basah dan 2 bulan kering. (Lampiran 4). Suhu rata-rata berkisar antara 28 - 30 0C.
15 Tanah di PT Cipta Futura memiliki kandungan liat yang tinggi, termasuk ke dalam jenis tanah Podsolik Merah Kuning. Tanah berwarna merah kecoklatan dengan tekstur tanah dominan liat berdebu. Tingkat kesuburan tanah sedang sampai rendah dengan derajat kemasaman tanah (pH) 6.0 – 6.5. Topografi areal perkebunan sebagian besar berbukit dengan derajat kemiringan antara 7 – 9 %. Ketinggian tempat berkisar antara 50 – 100 m di atas permukaan laut (dpl). Di Kebun PT Cipta Futura terdapat beberapa areal berawa dan rendahan yang jika hujan deras, maka daerah tersebut akan tergenang.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.7/HGU/BPN/96, luas areal Perkebunan Ujan Mas - Muara Enim PT Cipta Futura Plantation mencapai 8 381 ha, dengan status Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. Penanaman pertama pada lahan seluas 19.79 ha dimulai pada tahun 1992 dan masih terus dilakukan perluasan lahan sampai sekarang. Penggunaan lahan tersebut terdiri atas areal pertanaman seluas 7 478 ha, areal pembibitan 5 ha, emplasmen 5 ha, dan areal yang tidak ditanami (tanah cadas, jurang, jalan, sungai, dan lain-lain) sebesar 893 ha. Pada awal pendirian kebun, perkebunan PT Cipta Futura ini dibagi menjadi delapan afdeling yang kemudian digabung menjadi empat afdeling, yaitu Afdeling 1, 6, 7, dan 8. Afdeling 1 terdiri atas areal dengan luas 847.01 ha, sedangkan Afdeling 6, 7, dan 8 memiliki luas areal berturut-turut 2 304.76 ha, 1 893.38 ha, dan 2 048.03 ha. Luas areal tanam tersebut sampai dengan bulan Juni 2008. Penulis melaksanakan kegiatan magang di Afdeling 7 yang memiliki total luas lahan yang ditanami sampai dengan bulan Desember 2008 sebesar 1 885.17 ha, terdiri atas luas areal tanaman menghasilkan (TM) 1 857.95 ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2 seluas 4.08 ha dan TBM 1 seluas 14.46 ha. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Lampiran 5. Afdeling 7 merupakan afdeling percontohan yang terdiri atas 20 blok. Setiap blok memiliki luas rata-rata
16 100 ha dengan masing-masing blok terdiri atas 4 petak, sehingga setiap petak memiliki luas rata-rata 25 ha.
Kondisi Kebun dan Pertanaman Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Perusahaan PT Cipta Futura merupakan hasil persilangan dari kelapa sawit Dura dan Psifera. Bibit yang digunakan berasal dari beberapa sumber, yaitu dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM), Dami, Bahlias Research Satation (BLRS), PT London Sumatera (Lonsum), dan dari PT Socfindo. Tanaman kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9.25 m x 9.25 m x 8.01 m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama kaki. Pada luas satu ha ratarata terdiri atas 130 pokok dengan memperhitungkan areal yang digunakan untuk jalan. Jika panjang pasar normal (± 10 m), rata-rata terdapat 54 pokok per pasar hidup. Penanaman di Kebun Ujan Mas dilakukan sejak tahun 1992 secara bertahap, sehingga umur tanaman bervariasi, mulai dari tanaman belum menghasilkan (TBM) hingga tanaman menghasilkan (TM). Pada tahun 1993, mulai dilakukan penanaman di Afdeling 7, yaitu pada Blok 69 dan 70. Di Afdeling 7 terdapat beberapa blok yang mengalami perluasan, sehingga di afdeling tersebut masih terdapat TM 1 dan TM 2, bahkan TBM. Luas areal tanam Afdeling 7 terlampir pada Lampiran 6. Setiap afdeling di PT Cipta Futura memiliki target produksi yang harus dicapai seperti terdapat pada Lampiran 7, terdapat program dan realisasi panen yang dibagi per triwulan. Setiap afdeling akan berusaha meningkatkan produktivitas tanaman. Pada Tabel 2 disajikan produksi dan produktivitas tanaman di Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008. Tabel 2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari Tahun 2005 - 2008 Tahun 2005
Luas (ha) 1 619.78
Produksi (ton) 43 550
Produktivitas (ton) 26.89
17 2006 1 619.78 32 709 2007 1 857.93 41 852 2008 1 857.93 37 108 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)
20.19 22.52 19.97
Produktivitas tanaman di Afdeling 7 dari tahun 2005 sampai dengan 2008 mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena terdapat areal TM baru di Afdeling 7 yang menghasilkan buah yang masih kecil, sehingga mempengaruhi produktivias secara keseluruhan. Jaringan jalan merupakan serangkaian jalur yang dapat dilalui untuk mentransportasikan TBS dari dalam blok hingga ke pabrik pengolahan. Jaringan jalan di Perkebunan Ujan Mas terdiri atas jalan angkong, pasar 2:1, jalan pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan poros). Jalan angkong adalah jalan yang terbentuk karena aktifitas pemanen yang sering kali melewati jalur tersebut. Jalur tersebut bersih dari gulma, hanya selebar ± 50 cm dan arah jalannya tidak lurus, bahkan sering kali melintasi beberapa pasar untuk menghindari areal jurangan. Jalur tersebut sangat memudahkan pemanen untuk melangsir TBS keluar menuju TPH. Pasar 2:1 merupakan jalur yang dibuat di antara dua barisan tanaman kelapa sawit. Jalur tersebut dibuat secara manual atau dengan cara kimia, yaitu penyemprotan herbisida. Pada setiap ujung pasar 2:1, terdapat TPH yang harus benar-benar bersih dari gulma. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada TBS atau berondolan restan karena tertutup gulma sehingga tidak terlihat oleh pengangkut. Jalan pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan poros) merupakan jalan yang dibangun dan dirancang untuk dilewati oleh kendaraan pengangkut buah (dump truck). Jalan tersebut terbentuk dari tanah liat berpasir yang dipadatkan. Perbedaan pada ketiga jalan tersebut adalah jalan pengumpul (jalan tengah) biasanya membelah petak dalam satu blok dan dilewati kendaraan pengangkut buah pada saat panen dilakukan di blok tersebut. Jalan pengumpul dibuat dengan arah utara-selatan dan tegak lurus dengan jalan utama (pada blok-blok tertentu). Sub jalan utama juga merupakan jalan pengumpul, tetapi lebih sering dilewati kendaraan pengangkut buah. Biasanya sub jalan utama
18 sudah
memiliki sirip ikan (parit tepi jalan). Jalan utama atau jalan poros
dirancang sedemikian rupa agar tahan dilalui kendaraan pengangkut buah setiap hari dengan lebar ± 10 m. Jalan poros terbuat dari tanah liat berpasir yang diberi lapisan krokos dan dipadatkan. Perkebunan PT Cipta Futura melakukan kegiatan rawat jalan yang dialokasikan pada blok-blok yang akan dipanen. Perawatan jalan dilakukan baik secara manual dengan menggunakan tenaga manusia, seperti menimbun jalan, maupun secara mekanik, yaitu dengan menggunakan alat berat.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang perkebunan terutama pertanaman kelapa sawit. Perkebunan Ujan Mas dipimpin oleh seorang chief magister yang diangkat langsung oleh direktur utama yang bertanggung jawab kepada direksi. Seorang chief magister memiliki tanggung jawab dalam mengelola dan mengorganisir kebun dalam hal membangun dan memelihara tanaman kelapa sawit, agar tercapai kualitas dan kuantitas produksi TBS yang optimal. Selain itu, chief magister juga memiliki tugas mengawasi administrasi kebun, pengadaan bahan produksi, keuangan, personalia, hingga pengamanan wilayah kebun dan inventaris perusahaan. Pengelolaan tenaga kerja di PT Cipta Futura dibedakan berdasarkan tenaga kerja staf dan non staf yang masing-masing tenaga kerjanya memiliki jabatan dan pangkat. Tenaga kerja staf merupakan karyawan yang biasanya memiliki jabatan mulai dari supervisor, asisten afdeling, sampai dengan manajer. Supervisor merupakan jabatan di atas mandor. Karyawan yang menjabat sebagai supervisor bisa memiliki pangkat senior supervisor, 1st supervisor, dan 2nd supervisor. Tenaga kerja non staf terdiri atas karyawan yang memiliki pangkat mandor dan operator. Pangkat mandor terdiri atas tiga tingkatan, yaitu senior mandor, 1st mandor, dan 2nd mandor, begitu pula dengan pangkat operator. Pangkat tersebut yang akan membedakan besarnya upah yang diperoleh, sedangkan tugas dan tanggung jawab berdasarkan jabatan yang diberikan.
19 Karyawan harian lepas (KHL) terdiri atas tenaga kerja pemanen, tenaga kerja pemeliharaan, pemuat buah, dan supir truk. Sistem pengupahan KHL berbeda dengan karyawan staf dan non staf perusahaan. KHL tersebut bekerja dengan sistem borongan. Besar upah harian KHL untuk tenaga kerja pemeliharaan bergantung pada prestasi kerja yang diperoleh dengan upah maksimal Rp 50 000,per orang per hari, sedangkan tenaga kerja pemanenan, pemuat buah dan supir truk mendapatkan upah dengan menggunakan sistem basis dan premi. Pemberian gaji dilakukan setiap minggu pertama pada bulan berikutnya sebanyak akumulasi pendapatan KHL selama satu bulan. KHL harus sudah berada di kantor afdeling pada pukul 06.00 WIB untuk mengikuti apel pagi bersama mandor pekerjaan masing-masing dan bekerja sampai pukul 15.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Total jumlah seluruh KHL yang bekerja di Afdeling 7 pada bulan Mei 2009 adalah 254 orang, dengan rincian seperti pada Tabel 3. Di Afdeling 7, yaitu afdeling dimana penulis melakukan kegiatan magang, tidak terdapat mandor pupuk sehingga tugas dan tanggung jawab mandor pupuk dilaksanakan langsung oleh supervisor pemeliharaan. Sedangkan mandor yang lain, yaitu mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan penyakit, serta mandor infrastruktur berjumlah masing-masing satu orang. Kegiatan pemanenan di PT Cipta Futura selain dilaksanakan oleh supervisor dan mandor panen, juga dibantu oleh kerani buah. Kerani buah di Afdeling 7 terdiri atas 5 orang, yaitu 4 orang kerani yang bertanggung jawab terhadap kegiatan transportasi TBS di lapangan dan seorang kerani buah yang bertugas mengurus administrasi dan perhitungan pengangkutan TBS afdeling ke PKS. Pada tingkat afdeling, pengelolaan kebun dipimpin oleh asisten afdeling. Asisten afdeling bertugas mengelola tenaga kerja yang berada pada tingkat afdeling, yaitu staf, non staf dan karyawan harian lepas (KHL). Dalam menjalankan tugasnya, asisten afdeling dibantu oleh supervisor afdeling. Asisten afdeling membawahi supervisor panen, supervisor pemeliharaan dan administrasi afdeling. Di Afdeling 7, supervisor panen membawahi mandor panen yang terdiri atas lima kemandoran yang dibantu oleh kerani buah. Sedangkan supervisor
20 pemeliharaan membawahi mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan penyakit, mandor pupuk, dan mandor infrastruktur. Urusan administrasi dan transportasi afdeling menjadi tanggung jawab bagian administrasi afdeling. Adapun struktur organisasi di tingkat afdeling terlampir pada Lampiran 8.
Tabel 3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009 No 1
2
Jumlah (orang)
Bagian Karyawan Staf Asisten Afdeling
1
Supervisor Afdeling
1
Supervisor Panen
1
Supervisor Pemeliharaan
1
Jumlah
4
Karyawan Non Staf Mandor Panen
4
Krani Afdeling
1
Krani Buah
4
Mandor Pemeliharaan
4
Administrasi Afdeling
2
Jumlah 3
15
Karyawan Harian Lepas Tenaga Kerja Pemanenan Tenaga Kerja Pemeliharaan
75 140
Pemuat Buah
19
Supir Truk
20
Jumlah
254 Total Karyawan
273
Sumber : Administrasi Afdeling 7 (2009) Asisten afdeling dan para supervisor merupakan karyawan staf, sedangkan para mandor, krani dan pegawai administrasi afdeling merupakan karyawan non
21 staf perusahaan. Afdeling 7 memiliki empat orang mandor panen dengan lima kemandoran panen. Mandor panen bertugas mengorganisir kegiatan pemanenan serta menjaga kualitas dan kuantitas pemanenan agar mencapai target.
22
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Perbaikan Infrastruktur Perawatan parit. Drainase merupakan usaha untuk mengurangi atau mengeluarkan air dari areal pertanaman. Terdapat tiga tipe dan ukuran saluran drainase, yaitu drainase lapangan (field drains), drainase pengumpul (collection drains), dan drainase pembuangan (outlet drains). Pada kegiatan magang di PT Cipta Futura, penulis melakukan kegiatan perbaikan infrastruktur yang berfungsi sebagai saluran drainase seperti perawatan parit, pembuatan parit, dan pembuatan sirip ikan. Kegiatan perawatan parit dilakukan untuk memperlancar aliran air dalam parit agar air dapat keluar dari areal dan tidak menggenangi tanaman kelapa sawit. Perawatan parit dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, parang, dan dodos. Gulma yang berada di bibir (tanggul) parit dibersihkan dengan dibabad atau didongkel jika gulma tersebut berkayu. Bibir parit harus bersih dari gulma sampai sejauh 1.5 m dari tepi parit. Lumpur di dalam parit diangkat dan ditarik ke bibir parit sehingga lumpur tersebut tidak masuk lagi ke dalam parit jika turun hujan. Untuk memperbaiki dan meratakan bentuk dinding parit digunakan dodos. Lebar parit dibuat 1.5 m dengan kedalaman ± 1 m. Pekerjaan rawat parit memiliki norma kerja 20 m/HK. Penulis melakukan kegiatan perawatan parit selama tujuh hari kerja dengan prestasi kerja 20 m/HK. Adapun kendala yang dihadapi saat melakukan kegiatan perawatan parit adalah terdapat lahan rawa yang menyulitkan, selain itu areal ditumbuhi gulma yang cukup lebat. Pembuatan parit. Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap air, kemudian mengumpulkannya, dan akhirnya dibuang ke luar areal. Dengan demikian, drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Standar ukuran parit yang ditetapkan di PT Cipta Futura adalah parit selebar 1.5 m dengan
23 kedalaman 1 m. Kegiatan pembuatan parit memiliki norma kerja 10 m/HK. Parit dibuat dengan tujuan sebagai drainase pengumpul yang berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan mengalirkannya ke pembuangan. Alat yang digunakan untuk membuat parit adalah cangkul, dodos, dan karung untuk mengangkat tanah. Tanah galian dibuang ke sebelah parit, tetapi harus diatur jangan sampai tanah tersebut masuk lagi ke dalam parit karena aliran air hujan. Dasar parit dibuat miring menuju ke daerah pembuangan sehingga air dapat mengalir. Pembuatan sirip ikan. Sirip ikan merupakan saluran air yang berada di pinggir jalan. Pembuatan sirip ikan bertujuan untuk mengalirkan air yang menggenangi jalan. Saluran air di pinggir jalan diperbaiki dengan menambah kedalamannya dan dasar saluran dibuat miring supaya air dapat mengalir ke tempat penampungan. Pembuatan tapak timbun. Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk mencegah pokok sawit yang ditanam di daerah rendahan, pasang surut, atau areal berawa tergenangi air pada saat curah hujan tinggi. Selain itu, tapak timbun juga berfungsi untuk memperkokoh akar tanaman agar tidak mudah rebah karena tanah di sekelilingnya tergenang air dan mempermudah kegiatan pemupukan tanaman. Tapak timbun dibuat dengan tinggi timbunan mencapai 0.5 m dengan jari-jari 2 m diukur dari pokok sawit. Tanah timbunan diambil dari tanah di sekitar tanaman. Timbunan dipadatkan dengan pelepah atau kayu sampai tanah benarbenar padat dan mengeras. Permukaan timbunan harus datar dan bebas dari tunggul dan akar-akar. Pada jari-jari 0.5 m dari pokok sawit, timbunan dibuat cekung ke dalam (Gambar 1). Hal ini dilakukan agar tanaman tidak tertimbun dan optimal dalam penyerapan air.
24
Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun
Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pada umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga timbul persaingan dengan tanaman yang dibudidayakan. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, dan nutrisi. Gulma juga mensekresikan zat kimia (alelopati) yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu, penting dilakukan pengendalian gulma untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknis pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. Pengendalian gulma di PT Cipta Futura dilakukan pada piringan dan gawangan (interrow). Tidak semua gulma harus diberantas karena tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan. Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan metode babad dempes, dongkel anak kayu, dan membersihkan gulma di piringan kelapa sawit. Babad dempes adalah kegiatan membabad gulma hingga 5 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan parang. Kegiatan babad gulma dilakukan oleh penulis di areal TM. Dongkel anak kayu (DAK) merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di gawangan tanaman sawit. Gulma yang harus didongkel di antaranya adalah
25 senduduk, putihan, teki, kucingan, senggani dan senggani betina, rumput blidang, anak sawit, dan semua jenis gulma berkayu lainnya. Pada kegiatan dongkel anak kayu pada TBM juga dilakukan pembersihan piringan dari segala jenis gulma maupun tanaman kacangan. Ukuran jari-jari piringan 2 m dari batang pohon sawit atau sampai ujung daun terluar. Batang tanaman sawit juga dibersihkan dari gulma yang melilit batang, seperti gulma Mikania micrantha. Gulma yang melilit batang kelapa sawit dibersihkan dengan cara memotong bagian bawah dari batang gulma terlebih dahulu agar gulma tersebut mati. Bongkahan tanah yang menempel pada akar gulma dongkelan harus dibersihkan atau dihancurkan. Gulma yang telah didongkel dikumpulkan dan ditumpuk. Selain itu, sampah berupa daun kering, pelepah kering, rumput kering, dan sebagainya harus dibersihkan. Pengendalian gulma secara manual di PT Cipta Futura dibagi menjadi beberapa rotasi. Untuk TBM 1 pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi (1 x 3) yaitu pengendalian gulma dilakukan secara tiga bulan sekali. Sedangkan untuk TBM 3 pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi enam bulan sekali (1 x 6), yaitu pengendalian gulma dilakukan enam bulan sekali. Pada TM pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi 1 x 12, yaitu pengendalian gulma dilakukan satu tahun sekali. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TBM 1 di Blok 70 perluasan. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 5 pokok/HK atau 0.03 ha, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 37 pokok/orang atau 0.28 ha. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih di bawah prestasi kerja KHL. Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan kurang lengkap (tidak ada parang), cuaca yang sangat terik, dan kemampuan serta kondisi fisik penulis yang tidak sekuat KHL. Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1 (pasar pikul) merupakan pengendalian gulma tanaman kelapa sawit yang berada di antara dua barisan tanaman kelapa sawit (jalan pikul) dengan menggunakan herbisida.
Herbisida
yang
digunakan
adalah
Smart
AS
(Glyphosate).
Penyemprotan pasar pikul 2:1 dilakukan sekaligus dengan penyemprotan tempat
26 pengumpulan hasil (TPH), dengan ukuran TPH standar 4 m x 3 m. Penyemprotan pasar 2:1 dan penyemprotan TPH bertujuan untuk memperlancar dan mempermudah kerja pengangkutan buah dari piringan ke TPH dan untuk memudahkan kegiatan lainnya seperti pemupukan. Penyemprotan pasar 2:1 menggunakan Glyphosate dengan konsentrasi larutan 7 ml/1 liter air atau 0.25 l/ha yang dimasukkan ke dalam knapsack sprayer. Penyemprotan harus dilakukan merata sepanjang pasar 2:1 dan diusahakan lurus. Lebar semprotan minimal 2 m dengan norma kerja 5 ha/HK. Selain kegiatan semprot pasar 2:1, terdapat pula kegiatan semprot lain-lain dan semprot piringan. Tujuan dari semprot (herbicide) ini sama, yaitu untuk mengendalikan gulma tetapi lokasi penyemprotannya yang berbeda. Semprot pasar 2:1 dilakukan untuk mengendalikan gulma pada pasar 2:1 (pasar pikul), semprot piringan untuk mengendalikan gulma di piringan pokok, dan semprot lain-lain dilakukan pada beberapa tempat saja dan pada gulma tertentu seperti Mikania micrantha, Asystasia intrusa, Setaria plicata, Scleria sumatrensis, pakis kawat, dan alang-alang.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama. Ulat api dan ulat kantong merupakan hama dengan populasi yang sedang meningkat di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation. Terdapat beberapa macam ulat api yang menyerang kelapa sawit di PT Cipta Futura, yaitu Setora nitens, Setothosea asigna, dan Darna trima (Gambar 2).
a. Setothosea asigna
b. Setora nitens
Gambar 2. Beberapa Species Ulat Api
c. Darna trima
27 Sedangkan jenis-jenis ulat kantong yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah Mahasena corbetti, Metise plana, dan Cremastopsyche pendula. Akan tetapi, serangan ulat kantong masih di bawah ambang ekonomi. Ulat api maupun ulat kantong menyerang bagian daun tanaman dan biasanya menyerang tanaman yang masih muda. Selain ulat, terdapat juga tikus. Tikus menyerang buah kelapa sawit, sehingga serangan tikus dapat berpengaruh langsung terhadap produksi minyak kelapa sawit. Serangan tikus dideteksi dengan cara melihat bekas gigitan pada buah yang dipanen. Setiap hari kerani buah melakukan pengamatan serangan tikus saat mengangkut TBS hasil panen. Selain kerani buah, mandor panen juga melakukan pengamatan serangan tikus ketika mengawasi panen, sehingga diperoleh laporan serangan sesudah dan sebelum pengangkutan. Pengamatan juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengamatan terhadap serangan baru dan serangan lama, sehingga dapat diperkirakan serangan tikus dengan lebih akurat. a) Pengendalian mekanis (manual) Pengendalian ulat secara mekanis dilakukan dengan beberapa cara. Pengendalian mekanis dilakukan mulai saat hama pada stadia ulat, masa pupa, hingga stadia kupu-kupu. Pada saat stadia ulat dan pupa, pengendalian dilakukan dengan cara hand picking (kutip ulat dan kutip kepompong). Kutip ulat biasanya dilakukan pada tanaman kelapa sawit TBM sampai TM yang belum terlalu tinggi. Jika tanaman sudah terlalu tinggi, maka akan menyulitkan pengutip ulat karena daun sudah tidak terjangkau. Ulat diambil dari daun kelapa sawit, dihitung, dan dimasukkan ke dalam botol. Sedangkan untuk kutip kepompong dilakukan di setiap pasar pada setiap pokok sawit. Kepompong banyak terdapat di tempattempat yang lembab, seperti tanah lembab yang berada di sekitar pokok sawit, di perakaran sawit, dan di bawah tumpukan pelepah (gawangan mati). Pengendalian manual terhadap tikus di Afdeling 7 dilakukan dengan menangkap tikus secara manual. Tidak terdapat pekerjaan untuk penangkapan tikus secara khusus, melainkan tikus ditangkap jika ada siapa pun termasuk pekerja yang menemukannya sewaktu di lapangan. Kepada siapa saja yang menangkap tikus hidup-hidup diberikan bayaran sebesar Rp 1 000/ekor.
28 b) Pengendalian biologis Pengendalian ulat api dan ulat kantong secara biologis di PT Cipta Futura dilakukan dengan menggunakan serangga, yaitu jenis kepik Pentatomidae. Untuk menarik kepik datang ke kebun, digunakan tanaman bunga pukul delapan. Bunga pukul delapan sengaja ditanam pada lahan-lahan kosong atau gawangan dekat jalan poros atau jalan lebar, tetapi bukan di pasar hidup. Pada saat ulat api dalam masa pupa atau kepompong, dilakukan pengendalian biologis dengan memanfaatkan cendawan yang hidup di tanah, yaitu cendawan Cordyceps. Cendawan tersebut merupakan musuh alami kepompong ulat api. Saat penulis melakukan kegiatan kutip kepompong, ditemukan beberapa kepompong yang sudah terserang cendawan ini. Pengendalian biologis untuk tikus di PT Cipta Futura menggunakan Tito alba (burung hantu). Sampai bulan Maret 2009 terdapat 35 buah sangkar Tito alba yang berada di Afdeling 7, tetapi yang berpenghuni hanya 15 sangkar dengan jumlah Tito alba 38 ekor. c) Pengendalian kimiawi Pengendalian hama secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida. Jenis insektisida yang digunakan di PT Cipta Futura Plantation adalah Decis dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l. Insektisida ini tergolong racun kontak. Selain itu, digunakan juga bahan perata dan perekat dengan merk dagang Agristick. Digunakan konsentrasi Decis dan Agristick masing-masing sebanyak 6 ml untuk 15 liter larutan. Setelah Decis dan Agristick dimasukkan ke dalam knapsack sprayer, kemudian knapsack sprayer diisi air bersih sampai penuh sehingga didapat larutan semprot sebanyak 15 liter. Kegiatan penyemprotan hama yang dilakukan penulis yaitu penyemprotan tanaman TBM di Blok 68. Tanaman kelapa sawit di blok tersebut masih pendek sehingga masih memungkinkan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan knapsack sprayer Solo. Penyemprotan hama ini menggunakan nozel berwarna merah yang dibalik. Pembalikkan nozel bertujuan untuk mendapatkan jangkauan semprot yang lebih luas. Penyemprotan diarahkan ke seluruh bagian daun kelapa sawit.
29 Teknis kegiatan penyemprotan adalah setiap pekerja diberikan satu jalur tanaman. Setiap pekerja harus menyemprot mengelilingi setiap tanaman kelapa sawit. Seluruh daun tanaman kelapa sawit harus basah terkena insektisida. Ulat api yang terkena semprot akan mati secara perlahan. Bagian perut ulat akan menggembung dan ulat menjadi berwarna kuning. Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat melakukan kegiatan penyemprotan hama adalah 0.8 ha. Sewaktu melakukan kegiatan ini penulis bekerja sendiri dan tidak bekerja bersama karyawan harian semprot. Prestasi kerja standar dari perusahaan adalah 2 ha/HK. Berbeda dengan tanaman belum menghasilkan (TBM), penyemprotan ulat api pada tanaman menghasilkan (TM) tidak menggunakan knapsack sprayer. Pada TM, tanaman sudah sangat tinggi sehingga penyemprotan menggunakan mesin EPS (Engine Power Sprayer). Alat tersebut dilengkapi dengan selang kompresor panjang dan galah (bambu panjang) untuk dapat menjangkau tajuk sawit yang tinggi. Konsentrasi yang digunakan yaitu 7 ml Decis dan 7 ml Agristick untuk 15 liter larutan. Gejala ulat api yang terkena semprot sama seperti gejala ulat api yang terkena semprotan oleh knapsack sprayer tetapi reaksinya lebih cepat. d) Deteksi hama Deteksi hama di PT Cipta Futura Plantation bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan hama terutama ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit. Deteksi hama dilakukan setiap bulan pada semua blok dalam afdeling. Di Afdeling 7, deteksi hama dilakukan pada 19 blok dengan waktu rata-rata 15 hari per bulan. Terdapat tiga macam aksi pada deteksi hama, yaitu aksi ½, aksi 1/5, dan aksi 1/10. Aksi ½ dilakukan jika serangan hama masuk pada golongan serangan sedang hingga berat. Sedangkan aksi 1/5 untuk serangan hama yang tergolong ringan, dan aksi 1/10 untuk areal yang tidak ada serangan. Pada periode saat penulis magang, deteksi menggunakan aksi 1/10, artinya deteksi dilakukan setiap selang 10 baris tanaman untuk tanaman TM. Sedangkan pada tanaman TBM atau di areal perluasan menggunakan aksi 1/5, yaitu deteksi dilakukan setiap selang 5 baris tanaman. Kegiatan deteksi hama dilakukan oleh dua kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 2 – 3 orang. Jika menggunakan aksi
30 1/5, maka kelompok detektor pertama melakukan deteksi pada jalur ke-1, kelompok detektor ke-dua melakukan deteksi di jalur ke-6, dan seterusnya deteksi dilakukan berselang 5 jalur. Jalur deteksi hama dapat dilihat pada Lampiran 9. Alat yang digunakan pada kegiatan deteksi hama adalah galah dan botol plastik. Galah digunakan untuk mengait dan menarik pelepah yang ada ulatnya, sedangkan botol plastik digunakan untuk menyimpan ulat dan atau kepompong yang diperoleh. Pada setiap pokok yang dideteksi, dicatat jumlah ulat dan jenis ulat serta dicatat pula jumlah kepompong yang diperoleh. Kepompong dicari di tanah lembab dekat pokok sawit. Hasil yang diperoleh dicatat pada form yang telah disediakan. Setelah melakukan deteksi hama, total ulat hasil deteksi dihitung berdasarkan jenis ulatnya, sehingga dapat diketahui persentase serangan masingmasing ulat. Kemudian hasil deteksi tersebut dilaporkan untuk ditindaklanjuti apakah perlu dilakukan penyemprotan atau tidak. Pengendalian penyakit. Saat penulis melakukan kegiatan magang, PT Cipta Futura tidak melakukan kegiatan pengendalian penyakit. Hal ini disebabkan oleh serangan penyakit tidak menyebabkan kerugian produksi. Serangan ulat dan tikus lebih mempengaruhi produksi, sehingga lebih difokuskan pada pengendalian ulat dan tikus. Pemupukan Pemupukan di PT Cipta Futura Plantation dilakukan berdasarkan hasil analisis daun yang dilaksanakan satu tahun sekali dan juga analisis tanah. Analisis tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan PT Asian Agri. Kemudian PT Asian Agri memberikan rekomendasi dosis pemupukan di setiap blok tanam berdasarkan hasil analisis. PT Cipta Futura menggunakan beberapa jenis pupuk di antaranya MOP (Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), ZA, Borate, Kiserit dan NPK. Pemupukan NPK hanya dilakukan pada tanaman TBM. Setiap blok memiliki dosis pemupukan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan hasil analisis daun serta umur tanaman. Pemupukan di PT Cipta Futura terdiri atas beberapa kegiatan, mulai dari pengambilan pupuk di gudang, pengangkutan pupuk ke lahan,
31 pelangsiran pupuk di lahan, penaburan pupuk, dan pengumpulan karung pupuk yang sudah kosong. Pengambilan pupuk di gudang. Pengadaan pupuk di PT Cipta Futura, bekerjasama dengan beberapa perusahaan pupuk dan perusahaan disribusi pupuk, seperti PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), PT Bumi Tani Subur, PT Sentana Adidaya Pratama Indonesia, dan beberapa perusahaan pengimpor pupuk lainnya. Pupuk di perkebunan PT Cipta Futura disimpan di dalam gudang pupuk yang berada di kantor pusat kebun. Seluruh afdeling di Kebun Ujan Mas tersebut, jika akan melakukan kegiatan pumupukan, harus mengambil pupuk di gudang dengan menyerahkan bon pupuk terlebih dahulu. Pengambilan pupuk dari gudang diawasi oleh petugas bagian logistik gudang dan mandor pupuk. Jumlah pupuk yang diangkut harus sesuai dengan jumlah pupuk yang tertulis pada bon pupuk yang dibuat. Pengangkutan pupuk kedalam dump truck dilakukan oleh karyawan pengerit. Truk yang telah terisi pupuk dengan jumlah yang sesuai, langsung berangkat ke lahan untuk mengecer pupuk. Pengangkutan pupuk ke lahan. Dump truck yang berisi pupuk, meninggalkan gudang dan langsung mengarah ke areal tempat pemupukan. Biasanya pemupukan dilakukan di beberapa blok sekaligus untuk mengefisienkan pekerja dan hari pemupukan. Sopir truk langsung diarahkan ke tempat-tempat yang akan menjadi jalur pengeceran pupuk. Kemudian pengeceran pupuk dilakukan oleh para karyawan pengerit setelah karyawan tersebut selesai mengangkut pupuk ke dalam truk. Pelangsiran pupuk di lahan. Pelangsiran atau pengeceran pupuk di lahan didampingi oleh mandor pupuk untuk memberi pengarahan dimana saja pupuk akan diecer. Perlu diperhatikan peletakan pupuk saat pengeceran. Mandor pupuk harus mengetahui kondisi jalur-jalur yang akan dipupuk untuk dapat menentukan berapa jalur untuk setiap karung pupuk. Terdapat beberapa pola dalam mengecer pupuk, yaitu pola 1:1, 1:2, dan 1:3. Arti dari 1:1 adalah 1 karung pupuk untuk 1 jalur pasar mati, 1:2 adalah 1 karung
32 untuk 2 jalur pasar mati. Begitu pula dengan 1:3, yaitu 1 karung pupuk untuk 3 jalur pasar mati. Penaburan pupuk. Pupuk yang telah dilangsir di areal, akan diambil oleh karyawan penabur untuk ditaburkan ke tanaman. Karyawan penabur pupuk akan mengambil jalur memupuk sebanyak yang telah diinstruksikan pada saat apel pagi. Kegiatan pemupukan di perusahaan ini menggunakan dua metode, yaitu pemupukan di samping tumpukan pelepah di gawangan mati untuk TM (Gambar 3) dan metode pemupukan di piringan untuk TBM. Metode pemupukan di samping pelepah di gawangan mati untuk TM baru dilakukan pada bulan Maret 2009.
Gambar 3. Pemupukan di Samping Tumpukan Pelepah di Gawangan Mati Pada TM pupuk ditabur di samping tumpukan pelepah di sepanjang gawangan mati yang disusun “huruf I” atau “huruf U”. Pupuk harus disebar merata sebanyak dosis yang ditentukan. Pupuk tidak diperbolehkan jika tertumpuk di satu tempat atau pupuk tersebar di tengah pelepah. Sedangkan pemupukan pada TBM disebar merata pada piringan atau bokoran kelapa sawit. Pengaplikasian pupuk dilakukan sebanyak dosis yang sudah ditetapkan. Takaran dosis tersebut dikonversikan ke dalam mangkok tempat sabun colek untuk memudahkan pekerja. Pupuk dari karung yang diecer, diambil oleh karyawan penabur dan dipindahkan ke dalam ember untuk memudahkan penaburan. Setiap karung pupuk diperuntukan untuk ½ jalur pasar saja dan dari ujung satunya terdapat penabur lain, sehingga penaburan pupuk bertemu di tengah-tengah jalur.
33 Kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh penulis saat menjadi KHL adalah kegiatan pemupukan MOP (Muriate of Potash). Pemupukan dilakukan di Blok 109 C dengan dosis pupuk 1.5 kg per pokok. Jika dikonversikan ke mangkok yang digunakan, yaitu satu mangkok berisi 0.6 kg MOP, maka dosis per pokok diberikan pupuk MOP sebanyak 2.5 mangkok. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 250 kg/ HK atau 5 karung pupuk dengan berat 50 kg per karung. Sedangkan norma kerja untuk karyawan harian pupuk dihitung berdasarkan hektar, yaitu 2 ha/HK. Semua pekerja harus menjaga kerapihan dan kebersihan kerja. Tidak boleh ada pupuk yang tercecer di jalan, maupun di pasar hidup (pasar 2:1). Pengumpulan karung pupuk yang sudah kosong. Setelah karyawan penabur selesai menabur pupuk, karung pupuk yang sudah kosong harus disimpan untuk dikumpulkan ke pengerit. Jumlah karung yang sudah kosong dihitung kembali dan jumlahnya harus sesuai dengan jumlah awal sewaktu pupuk diambil dari gudang. Selain itu, penghitungan karung kosong ini berfungsi juga untuk memeriksa apakah karyawan penabur telah menaburkan pupuk sebanyak yang sudah ditentukan. Karung-karung kosong yang sudah sesuai jumlahnya di bawa ke kantor afdeling dan disimpan di gudang. Kemudian karung-karung tersebut akan dibawa ke gudang di kantor pusat kebun pada keesokan harinya bersamaan dengan pengambilan pupuk untuk hari itu. Sebelum diterima oleh gudang pusat, karung akan dihitung terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jumlahnya sesuai. Susun Janjangan Kosong (SJJK) Susun janjangan kosong dapat mengendalikan pertumbuhan gulma karena menurut Pahan (2008), janjangan kosong (JJK) juga efektif sebagai mulsa. Selain itu, susun janjangan kosong juga merupakan kegiatan yang bertujuan sebagai pemupukan organik tanaman kelapa sawit karena kaya akan bahan organik yang dapat didekomposisi untuk menyuburkan tanah. Janjangan kosong banyak mengandung unsur-unsur makro yang diperlukan oleh tanaman, seperti N, P, K, dan Mg serta mengandung unsur hara lainnya (B, Cu, Zn, Fe, dan Mn). Menurut
34 rekomendasi, dosis aktual dan areal yang akan diaplikasikan JJK pada tanah mineral normal yaitu 250 kg/pokok atau 35 ton/ha. Sedangkan untuk tanah berpasir dapat ditingkatkan menjadi 360 kg/pokok atau 50 ton/ha. Kegiatan susun janjangan kosong di PT Cipta Futura Plantation, dilakukan pada blok-blok tertentu. Penyusunan dilakukan di areal datar sampai bergelombang untuk memudahkan pelangsiran dan penyusunan janjang. JJK diangkut oleh dump truck dari pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian diletakkan (didump) di pinggir petak. Tumpukan JJK tersebut akan dilangsir oleh pekerja untuk disusun di gawangan antar pokok kelapa sawit (Gambar 4). JJK disusun persegi dengan lebar 10 buah janjangan ke samping gawangan dan panjang 12 buah janjangan kearah pasar 2:1, sehingga dalam satu persegi terdapat 120 JJK yang disusun dengan arah yang sama (Gambar 4). Penyusunan JJK disusun dengan pangkal janjang menghadap kearah jalan dan tidak boleh sampai melewati pasar 2:1.
(a) Kegiatan Susun JJK
(b) JJK yang Sudah Disusun
Gambar 4. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK) Bobot JJK yang diangkut oleh satu truk rata-rata 3 - 3.5 ton. Satu tumpukan biasanya disusun menjadi 4 sampai 5 petak susunan janjang, sehingga yang terjadi di lapangan, dosis pemupukan janjang lebih besar daripada dosis yang direkomendasikan. Kegiatan SJJK dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti angkong, gancu, dan atau tojok. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 3 ton/HK, sama dengan prestasi kerja untuk karyawan. Upah untuk karyawan dihitung
35 berdasarkan target prestasi kerja, yaitu berdasarkan berapa ton JJK yang bisa disusun dalam satu hari kerja. Penunasan/Pemangkasan (Prunning) Prunning atau penunasan merupakan kegiatan pemangkasan pelepah yang dilakukan secara terpisah dari kegiatan pemanenan. Kegiatan pruning di PT Cipta Futura dilaksanakan oleh pemanen pada sisa hari panen dalam rotasi satu bulan, sehingga prunning biasa dilaksanakan pada akhir bulan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan rotasi, di setiap blok minimal satu tahun sekali. Prunning di PT Cipta Futura dilakukan dengan cara sistem hanca tetap, jadi setiap pemanen melakukan penunasan pelepah sesuai dengan nomor hanca yang sama dengan nomor pemanen tersebut. Secara teknis, penunasan yang dilakukan adalah memotong pelepah-pelepah tua atau pelepah sengkleh yang terdapat pada pokok sawit sebagai sanitasi tanaman. Kemudian merapikan jumlah pelepah yang ada dan menjadikannya songgo dua untuk membantu menahan TBS hingga saatnya dipanen. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah egrek dan parang atau kapak. Bentuk potongan pelepah dibuat membentuk huruf “V” dan rapat ke pokok untuk mempermudah kegiatan pemanenan selanjutnya. Setelah pelepah dipotong dari pokok, pelepah disusun rapi di gawangan mati dengan susunan huruf “I” atau huruf “U”. Pada saat melaksanakan kegiatan magang, penulis melakukan kegiatan pruning dan memperoleh prestasi pertama-tama 57 pokok, kemudian 79 pokok, hari berikutnya 133 pokok, dan terakhir 51 pokok per HK. Perhitungan upah untuk kegiatan penunasan dihitung per pokok tanaman yang dipangkas. Upah pemangkasan adalah Rp 600,- per pokok, tetapi dalam laporan perlu diketahui luas areal yang telah dipangkas, sehingga perlu dilakukan konversi dari jumlah pokok ke luas areal, dengan cara : Luas areal pruning (pemangkasan) = jumlah pokok yang dipruning / 130 pokok x 1 ha 57/130 pokok x 1 ha = 0.4 ha
36 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa penulis telah melakukan pruning seluas 0.4 ha pada kegiatan pruning pertama. Pemanenan dan Produksi Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang sangat penting karena merupakan sumber pendapatan perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Perusahaan Cipta Futura memiliki target produksi yang ditetapkan setiap tahun untuk dicapai oleh setiap afdeling. Produksi dan realisasi panen pada triwulan I tahun 2009 disajikan pada Lampiran 9. Target dan realisasi produksi yang dapat dicapai oleh Afdeling 7 pada tahun 2009 sampai dengan bulan Mei dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Target dan Realisasi Produksi Panen Kelapa Sawit di Afdeling 7 Tahun 2009 Produksi TBS Target Realisasi …………...(ton)…..…….… Januari 3 777.41 2 371.49 Februari 2 930.06 2 125.39 Maret 3 402.79 2 815.53 April 3 318.06 4 288.76 Mei 3 554.43 4 258.18 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009) Periode
Produksi terhadap Target (%) 62.78 72.54 81.86 129.26 119.80
Persentase realisasi panen tiap afdeling akan mencerminkan kualitas kerja karyawannya. Oleh karena itu, setiap afdeling berusaha meningkatkan produktivitas panen. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen mengenai persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen. Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang akan menunjang keberhasilan panen. Adapun persiapan panen yang dilakukan meliputi pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), pembuatan titian panen dan
37 jembatan panen untuk areal TBM yang berubah menjadi TM, perawatan pasar 2:1, pembersihan piringan, serta perawatan dan perbaikan jalan pada areal TM. Selain dilakukan persiapan di lapangan, perlu juga dilakukan persiapan alat panen untuk mempermudah pemanenan serta memperoleh kualitas panen yang baik. Peralatan panen yang digunakan di Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura tidak berbeda dengan peralatan panen di kebun kelapa sawit pada umumnya. Pemanen menggunakan egrek dan dodos untuk memotong tandan buah. Egrek merupakan alat potong dengan mata pisau berbentuk melengkung seperti arit. Alat tersebut memiliki gagang berupa tongkat yang panjangnya bisa diatur. Egrek digunakan untuk memotong TBS pada pohon yang sudah tinggi lebih dari 10 m atau pada tanaman kelapa sawit yang biasanya sudah berumur lebih dari 9 tahun. Dodos merupakan alat pemotong TBS dari pohon kelapa sawit yang masih pendek atau yang berumur muda, sekitar 3 – 8 tahun. Selain egrek dan dodos, pemanen juga memerlukan beberapa alat bantu panen yang lain, seperti angkong, tojok, kapak atau parang serta karung untuk mengumpulkan brondolan. Angkong merupakan alat angkut untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH, sedangkan tojok berupa tongkat besi dengan salah satu ujung yang runcing dan digunakan untuk mengangkat TBS. Kapak atau parang digunakan untuk memotong tangkai panjang atau memudahkan pemanen dalam menyusun pelepah. Angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi. Angka kerapatan panen diperoleh dari hasil sensus buah. Sensus buah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh mandor panen pada tanggal 15 setiap bulan. Tujuan sensus buah adalah untuk mengetahui AKP setiap bulan dan memperkirakan hasil pada rotasi panen berikutnya, sehingga dapat menentukan taksasi panen pada bulan tersebut sampai dengan enam bulan ke depan. Pada saat melaksanakan kegiatan magang, penulis diberi kesempatan untuk melakukan sensus buah bersama mandor panen. Sensus buah dilakukan di Blok 107 petak B dan C pada 15 April 2009. Pada kegiatan sensus tersebut diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 5.
38 Tabel 5. Hasil Sensus Buah di Blok 107 B dan C Pada Tanggal 15 April 2009 Umur Buah Menjelang Panen (bulan) Blok 107 B 1 2 3 4 5 6 Blok 107 C 1 2 3 4 5 6
Jumlah Tandan (tandan)
Jumlah Pohon Sampel
AKP (%)
1 13 24 18 14 11
21 21 21 21 21 21
4.7 61.9 114.3 85.7 66.7 52.4
4 26 35 19 10 10
25 25 25 25 25 25
16 104 140 76 40 40
Sumber : Hasil Pengamatan (2009) AKP dihitung dengan menggunakan pohon sampel. Pohon sampel di PT Cipta Futura diambil pada jalur yang sama pada setiap bulannya. Jalur tersebut ditentukan dengan memilih jalur secara acak pada blok sampel. AKP dapat dihitung dengan rumus : AKP =
Jumlah tandan matang x 100 % Jumlah pohon sampel
AKP digunakan untuk menghitung taksasi produksi. Taksasi produksi adalah kegiatan untuk memperkirakan produksi TBS kebun yang akan dihasilkan pada periode pemanenan tersebut yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi, jumlah tenaga kerja panen dan alat pengangkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS. Dari hasil pengamatan sensus buah yang penulis lakukan (Tabel 5) di blok 107 baik petak B maupun petak C menunjukkan bahwa pada bulan ke-3 setelah sensus, yaitu bulan Juli 2009 diperkirakan produksi TBS mencapai puncak atau biasa disebut dengan musim panen raya. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyiapkan tenaga kerja yang cukup dan melakukan perbaikan infrastruktur jalan untuk memperlancar panen pada bulan tersebut.
39 Kriteria matang panen. Penentuan kriteria matang panen sangat penting dilakukan, agar pemanen memotong tandan buah yang tepat. Secara teori, tandan buah yang ideal untuk dipanen ialah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin. Untuk memudahkan pemanenan, maka ditentukan kriteria matang panen dengan menggunakan parameter perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan seperti tercantum pada Tabel 1. Jumlah buah yang membrondol bergantung pada berat tandan, untuk berat tandan lebih dari 10 kg buah yang membrondol sebanyak 2 buah/kg dan untuk berat tandan kurang dari 10 kg buah yang membrondol sebanyak 1 buah/kg. Kriteria matang panen yang digunakan di Afdeling 7 PT Cipta Futura adalah apabila terdapat 1 brondolan jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen karena diasumsikan sudah terdapat beberapa buah membrondol, tetapi tersangkut di ketiak pelepah. Akan tetapi pengertian kriteria panen tersebut dipahami oleh pemanen jika terdapat 1 buah yang sudah membrondol, berarti buah sudah layak dipanen sehingga mengakibatkan terdapat beberapa buah yang termasuk dalam fraksi 0 dan 1 juga ikut terpanen. Penulis melakukan pengamatan terhadap derajat kematangan buah di Afdeling 7, PT Cipta Futura yang disajikan Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Kemandoran
Total TBS Sample
Buah Hasil Panen Mentah
Buah Hasil Panen
Matang
(Tidak ada (>1 brondolan) brondolan)
Busuk
…………………(TBS)……………… 1 309 12 294 3 2 322 7 306 9 3 328 8 306 14 4 151 2 147 2 5 377 27 345 5 Total 1 487 56 1 398 33 Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
Mentah
Matang
Busuk
…………..(%)……………
3.88 2.17 2.44 1.32 7.16
95.14 95.03 93.29 97.35 91.51
0.97 2.79 4.26 1.32 1.32
3.76
94.01
2.22
40 Rotasi panen. Rotasi (pusingan) panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen dipengaruhi oleh jumlah tenaga pemanen, kondisi hanca, luas areal yang dipanen, kondisi cuaca, dan AKP. Terdapat tiga macam rotasi di PT Cipta Futura, yaitu 10/15, 7/10, dan 5/7. Rotasi 10/15 biasa disebut juga 2 kali pusingan, artinya 10 hari panen dalam 1 rotasi dengan 5 hari cadangan, sehingga terdapat 2 kali panen pada blok yang sama dalam satu bulan. Rotasi tersebut digunakan saat kerapatan buah sedikit. Rotasi 7/10 artinya 7 hari panen dengan 3 hari panen cadangan. Sehingga terdapat 3 kali panen ditempat yang sama dalam sebulan atau biasa disebut 3 kali pusingan. Rotasi 5/7 yaitu 5 hari panen dengan 2 hari untuk hari cadangan, sehingga terdapat 4 kali panen di tempat yang sama dalam 1 bulan atau biasa disebut 4 kali pusingan. Rotasi 5/7 digunakan pada saat AKP tinggi. Pada saat penulis melakukan kegiatan magang, yaitu bulan Februari sampai dengan Juni, kebun PT Cipta Futura Afdeling 7 menggunakan rotasi 10/15 atau 2 kali pusingan. Rotasi tersebut merupakan rotasi yang optimum, karena pada saat itu AKP tidak terlalu tinggi. Sistem panen. Kegiatan panen di PT Cipta Futura menggunakan sistem panen hanca giring tetap. Mandor panen menentukan pembagian hanca setiap apel pagi. Pembagian hanca dilakukan berdasarkan nomor pemanen dan nomor hanca. Setiap pemanen memiliki nomor pemanen dan akan mendapatkan hanca dengan nomor yang sama. Akan tetapi pembagian tersebut bisa berubah bergantung pada banyaknya regu kerja (RK) pemanen yang hadir dan luas areal yang akan dipanen. Penulisan nomor blok dan nomor hanca dilakukan pada pokok sawit yang berada di pojok areal setiap blok. Penomoran tersebut sudah dilakukan sejak lama, yaitu dilakukan dari awal pembangunan kebun. Sedangkan penomoran hanca ada yang baru dilakukan, yaitu pembagian hanca pada blok-blok yang mengalami perluasan. Rata-rata luas satu hanca adalah 2.5 ha atau sekitar 6 pasar. Pada areal TM muda, luas satu hanca lebih luas dibandingkan dengan luas satu hanca di areal TM tua, karena tanaman masih pendek sehingga lebih mudah dalam pemanenan dan pengangkutannya.
41 Satu RK panen biasanya terdiri atas tiga orang tenaga kerja, yaitu satu orang yang bekerja memotong buah, satu orang pelangsir buah ke TPH, dan satu orang lagi sebagai pengutip berondolan. RK tersebut merupakan satu kesatuan dan yang terdaftar di kantor kebun hanya pemanennya saja, yaitu yang bekerja sebagai pemotong buah. Pelaksanaan panen. Setiap hari pelaksanaan panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh supervisor panen, mandor panen, dan pemanen. Pada apel pagi tersebut dilakukan absen pemanen, pengarahan untuk panen hari itu, evaluasi hasil kerja hari sebelumnya, dan terakhir dilakukan pembagian hanca panen. Setelah apel pagi, pemanen langsung menuju hancanya untuk melakukan panen. Standar pemanenan di PT Cipta Futura adalah pertama memotong pelepah yang menyangga tandan, kemudian pelepah tersebut disusun di gawangan mati. Setelah pelepah penyangga sudah dipotong, tandan kemudian dipanen dengan menggunakan egrek atau dodos (disesuaikan dengan tinggi pohon). Tandan yang sudah terpanen dipotong gagang panjangnya, kemudian di susun di TPH. Pemotongan pelepah yang menyangga tandan dilakukan rapat ke pokok. Hal ini bertujuan agar tidak ada buah yang tersangkut pada ketiak pelepah dikemudian hari. Pelepah yang telah dipotong disusun di gawangan mati membentuk huruf “I” atau huruf “U” (Gambar 5 a dan b), sedangkan untuk lahan miring, pelepah disusun mengikuti kontur lahan.
(a) Huruf “I”
Keterangan :
(b) Huruf “U” Arah susunan pelepah Pokok sawit
Gambar 5. Susunan Pelepah di Gawangan Mati
42 Pemotongan TBS dilakukan dengan alat yang sesuai dengan tinggi tanaman. TBS yang mempunyai gagang panjang dipotong serapat mungkin dengan buah, tetapi jangan sampai melukai buah. Oleh karena itu dianjurkan untuk memotong gagang panjang
dengan
model “V” atau biasa disebut “cangkem kodok”
(Gambar 6).
a. Potongan “V”
b. Potongan Rapat dengan Buah
Gambar 6. Potongan Gagang Panjang pada Tandan Selesai pemotongan gagang panjang TBS, kenek pemanen mengumpulkan buah beserta berondolan ke TPH. Tandan disusun dengan gagang menghadap ke atas arah jalan. Pemanen membuat catatan jumlah TBS dan karung brondolan yang dipanen pada hari itu. Di PT Cipta Futura, pemanen membuat catatan hasil panennya pada pelepah pohon sawit yang kemudian dilaporkan kepada mandor panen masing-masing. Pelepah tersebut berisi jumlah TBS dan jumlah karung brondolan, serta keterangan apakah hanca yang ditugaskan selesai atau tidak selesai dikerjakan. Pencatatan jumlah TBS harus berdasarkan tiap TPH yang diisi pada panen hari itu untuk memudahkan pengontrolan pengangkutan. Tenaga kerja pemanen. Tenaga kerja pemanen yang terdaftar di Afdeling 7 PT Cipta Futura pada tahun 2009 berjumlah 94 orang pemanen. Setiap pemanen yang terdaftar diperbolehkan melakukan kegiatan pemanenan dibantu maksimal oleh seorang kenek langsir dan seorang pengutip brondolan. Dengan demikian setiap regu kerja (RK) pemanen beranggotakan maksimal tiga orang tenaga kerja. Pengontrolan tenaga kerja pemanen perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas hasil kerja pemanen apakah sudah sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) panen yang ditetapkan oleh perusahaan dan agar produksi yang
43 terealisasi dapat sesuai dengan rencana tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja panen dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas kerja pemanen. Pengamatan kualitas kerja pemanen yang dilakukan penulis, meliputi pengamatan presentase buah matang tidak dipanen dan pengamatan pelepah sengkleh. Hasil pengamatan kualitas kerja pemanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Kemandoran
Total TBS Dipanen
Buah Matang Tidak Dipanen
% Buah Matang Tidak Dipanen
Pelepah Sengkleh (pelepah)
……………..(TBS)…..………
1 753 2 537 3 974 4 504 5 978 Total 3 746 Rata-rata/kemandoran Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
3 13 22 29 18 85 17
0.40 2.42 2.26 5.75 1.84 12.67 2.53
14 9 23 7 28 81 16
Penulis juga melakukan pengamatan mengenai kualitas kutip brondolan, yaitu meliputi brondolan tinggal, baik tertinggal di piringan, pokok sawit, pasar 2:1 maupun di gawangan mati yang disajikan dalam Tabel 8. Pengamatan dilakukan dengan membedakan jumlah TK setiap RK.
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan Jumlah Brondolan Tinggal TK dalam Piringan Pokok Pasar Gawang- Total 2:1 an Mati RK ………………...…(buah)………………….. 1 58 111 51 218 438 2 34 87 28 79 228 3 18 60 18 35 131 Rata39 86 38 116 279 rata
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
Presentase Brondolan Tinggal Piringan
Pokok
Pasar 2:1
Gawangan Mati
…..………..……(%)……....…………. 13.24 25.34 11.64 49.77 14.91 38.16 12.28 34.65 13.74 45.80 13.74 26.72 13.96
36.43
12.55
37.05
44 PT Cipta Futura menetapkan standar brondolan tinggal 3 buah brondolan per pokok. Penulis juga melakukan pengamatan brondolan tinggal per pokok berdasarkan kemandoran yang terdapat di Afdeling 7. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen Brondolan Tinggal Jumlah Jumlah KemanPokok TBS Pasar doran Pokok Piringan Total Panen Panen 2:1 …………..(buah)……………..
1 5 6 3 2 4 7 7 3 6 9 5 4 6 8 4 5 5 6 3 Total 26 36 22 Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
14 18 20 18 14 84
181 198 144 115 189 827
80 105 81 62 102 430
Brondolan Tinggal Per Per TBS Pokok ……….(%)…………
7.73 9.09 13.89 15.65 7.41
17.50 17.14 24.69 29.03 13.73
10.16
19.53
Selain mengamati kualitas kutip brondolan, terdapat pula beberapa kejadian buah tinggal di dalam hanca. Pemanen tidak mengeluarkan buah karena lupa atau terlewat. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab timbulnya kerugian bagi perusahaan. Rekapitulasi data pengamatan TBS tinggal dalam hanca disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca TBS TBS Tinggal Presentase TBS Tinggal KemanPanen Gawangan Gawangan doran Piringan Piringan (tandan) Mati Mati ………..…(tandan)………… ……….....(%)……….… 1 753 2 1 0.13 0.27 2 537 0 1 0.19 0.00 3 974 1 2 0.21 0.10 4 504 3 0 0.00 0.60 5 978 4 3 0.31 0.41 Total 3 746 10 7 0.83 1.37 Rata-rata per 2 1.4 0.17 0.27 Kemandoran Sumber: Hasil Pengamatan (2009)
45 Panjang gagang TBS menjadi salah satu parameter pengamatan kualitas kerja pemanen yang penulis amati (Tabel 11). Standar pemanenan di PT Cipta Futura mengharuskan TBS yang tersusun di TPH untuk diangkut sudah dipotong gagang panjangnya. Gagang panjang TBS akan merugikan perusahaan, yaitu hanya menambah berat semu TBS dan tidak menghasilkan minyak, melainkan merupakan penyerap minyak saat pengolahan sehingga mengurangi dan merugikan produksi minyak. Tabel 11. Presentase Gagang Panjang di Afdeling 7 Kemandoran
TBS Sampel
Gagang Panjang
% Gagang Panjang
……………….(tandan)………..……. 1 2 3 4 5 Total Rata-rata
345 186 256 219 227 1 233
8 4 8 5 5 30
2.32 2.15 3.13 2.28 2.20 2.43
Sumber : Hasil Pengamatan (2009) PT Cipta Futura menerapkan standar panjang gagang tidak boleh lebih dari 2 cm atau memotong gagang serapat mungkin dengan tandan, tetapi jangan sampai melukai buah. Oleh karena itu, disarankan untuk memotong gagang berbentuk “V”. Pengangkutan tandan buah segar. Faktor transportasi dalam pengelolaan kebun kelapa sawit memiliki peran yang cukup penting. Keterlambatan pengangkutan TBS ke PKS (restan) akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Pengangkutan TBS diusahakan dengan menghindari pelukaan pada buah. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah naiknya kadar asam lemak bebas (ALB). PT Cipta Futura memiliki rata-rata kandungan asam lemak bebas di bawah 2 %, yang artinya memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Adapun kandungan ALB dari CPO yang dihasikan oleh PT Cipta Futura disajikan pada Tabel 12.
46 Tabel 12. Kandungan ALB Minyak Sawit Mentah PT Cipta Futura Bulan
ALB (%)
Maret
1.84
April
1.84
Mei
1.92
Sumber : Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit PT Cipta Futura (2009) Kegiatan pengangkutan TBS dan berondolan merupakan kegiatan penanganan hasil panen yang terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari hanca ke TPH, dan pengangkutan dari TPH ke PKS. Pengangkutan TBS dari hanca ke TPH dilakukan oleh kenek pemanen, sedangkan pengangkutan TBS dan brondolan ke PKS dilakukan oleh bagian transportasi. Pengangkutan TBS bertujuan mengirimkan TBS dan brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS secara tepat, sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan pabrik kelapa sawit bekerja secara optimal. Kegiatan transpor buah merupakan mata rantai dari tiga faktor yaitu panen, pengangkutan dan pengolahan. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu seefisien mungkin. Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan dengan lancar. Pengangkutan TBS di PT Cipta Futura dilakukan oleh kerani buah, sopir dan pemuat yang bekerja sama dengan mandor dan supervisor panen. Kerani buah bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang sudah ditentukan oleh supervisor panen. Jalur pengangkutan buah yang menjadi tanggung jawab kerani biasanya dibagi per blok panen, satu kerani untuk satu blok panen. Mandor panen bertugas memberitahukan kerani buah mengenai tempat hanca yang dipanen dan berkoordinasi mengenai penempatan buah oleh pemanen.
47 Pemuat dan sopir truk merupakan satu tim yang bertugas mengangkut TBS dan brondolan dari lapangan hingga sampai di PKS. PT Cipta Futura menggunakan dump truck sebagai unit pengangkutan. Dump truck tersebut berkapasitas maksimum 6 ton dan di Afdeling 7 terdapat 20 unit dump truck. Pengaturan unit pengangkutan di PT Cipta Futura diatur oleh kerani buah dan dibagi sesuai dengan jalur yang terdapat di blok panen. Setiap pagi, kerani buah melaksanakan apel pagi bersama para pemuat. Kegiatan apel pagi tersebut berisi pengarahan dan evaluasi kerja para pemuat. Pada apel pagi juga dibagikan jalur dimana para pemuat harus bertanggung jawab untuk mengangkut hasil panen yang ada. Selain dibagi sesuai jalur, kadang-kadang sistem pengangkutan dibagi sesuai dengan nomor pemanen. Jika sistem pengangkutan dibagi sesuai nomor pemanen, pemuat yang mengangkut TBS hanya boleh memuat TBS dengan nomor pemanen bagiannya dan bertanggung jawab untuk mengangkut semua TBS tersebut (tidak ada buah restan) kecuali karena kondisi tertentu. Pemuat mulai melakukan pengangkutan setelah pembagian jalur selesai, yaitu dengan cara mendatangi TPH-TPH yang berada di jalurnya. TPH yang didatangi untuk memuat hasil panen adalah TPH yang hasil panennya (TBS dan berondolan) telah disusun rapi. Pemuat tidak diperbolehkan mengangkut TBS dengan gagang panjang dan atau
buah mentah. TBS dan berondolan yang
memenuhi kriteria kemudian dimuat ke dalam truk oleh pemuat dengan menggunakan tojok besi serta karung untuk memuat berondolan ke atas truk. Berondolan yang tercecer harus dikutip hingga bersih. Oleh karena itu, pemuat juga diharuskan membawa penggaruk untuk mengutip berondolan hingga bersih. Penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas kerja pemuat. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 13.
48 Tabel 13. Hasil Pengamatan Kualitas Kerja Pemuat
Pemuat
Jumlah TPH
Brondolan Tinggal Muat (buah) (kg)
TBS Muat
Rata-rata Tinggal (buah) TPH TBS
1 2 3 4 5 Total
7 18 35 28 23 111
13 37 74 49 41 214
54.0 243.0 40.5 270.0 81.0 688.5
36 2 170 3 227 3 160 2 187 2 780 12
1 1 1 1 1 5
Ratarata
22
43
137.7
156
1
2.4
Rata-rata Muat (kg) TPH TBS
7.71 13.50 1.16 9.64 3.52 35.54
1.50 1.43 0.18 1.69 0.43 5.23
Waktu Muat (menit) Total Efektif
111 120 200 140 180 751
90 100 165 115 150 620
150
124
Sumber: Hasil Pengamatan (2009) Apabila truk telah penuh, truk menuju pos SPB untuk membuat Surat Pengantar Buah (SPB) agar muatan dapat diantar ke pabrik untuk diolah. Sampai di PKS, truk bermuatan ditimbang, lalu truk menuju loading ramp untuk membongkar muatan dengan menuangkan (dump) langsung dari truk. Setelah selesai mengantar buah ke PKS, truk kembali melakukan kegiatan muat buah. Pada rit terakhir, sopir dan pemuat dianjurkan untuk menyisir kembali jalurnya untuk memastikan tidak ada buah restan atau buah yang terjatuh di jalan saat pengangkutan. Kebutuhan kendaraan pengangkutan panen harus diperhitungkan dengan baik agar seluruh hasil panen dapat terangkut ke PKS. Kebutuhan kendaraan dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah kendaraan =
Kebutuhan alat pengangkut (dump truck) di Afdeling 7 PT Cipta Futura disajikan pada Tabel 14 dengan kapasitas kendaraan 6 ton, waktu per trip 3 jam, dan waktu muat rata-rata per 1 HK 2.5 jam.
49 Tabel 14. Kebutuhan Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura Produksi Rata-rata Harian (ton)
Bulan Januari Februari Maret April Mei
80 89 108 112 138
Kebutuhan Unit Angkutan Perhitungan Realisasi ………….…..…(unit)…….………….. 16 18 18 18 21 18 19 18 23 18
Sumber : Data Afdeling 7 dan Hasil Pengamatan (2009) Kegiatan transportasi terutama untuk pengangkutan buah perlu dilakukan pengontrolan agar kegiatan pengangkutan berjalan dengan lancar. Produktivitas kendaraan angkut buah merupakan salah satu parameter yang dapat diamati untuk melihat apakah kegiatan pengangkutan sudah berjalan dengan baik. Produktivitas kendaraan angkut buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura, Bulan Februari 2009 Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rata-rata
BBM (liter) 68.0 318.0 688.0 883.0 1 493.0 1 845.0 2 149.0 108.0 178.0 448.0 933.0 14 035.0 1 914.5 2 236.5 213.0 459.0 969.0 1 315.0 1 922.0 2 392.0 478.6
Muatan Buah (ton)
Produktivitas Buah (ton/l)
27.00 170.74 275.30 464.00 661.69 816.04 926.37 36.00 65.00 186.52 340.42 560.96 821.07 982.50 43.50 283.36 459.61 622.77 802.92 976.16 476.1
0.39 0.54 0.40 0.52 0.44 0.44 0.43 0.33 0.36 0.41 0.36 0.40 0.43 0.44 0.20 0.62 0.47 0.47 0.41 0.40 0.42
Keterangan : Data Pengangkutan diambil dari 1 unit dump truck
Sumber: Kantor Afdeling 7 (2009)
50 Produktivitas pengangkutan sangat penting diperhatikan, karena akan mempengaruhi jumlah pengangkutan. Pengaturan yang baik perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya buah restan atau menginap di lapangan karena tidak terangkut pada hari panen. Selain itu, kondisi jalan yang baik akan mendukung kelancaran pengangkutan, sehingga tidak ada buah restan. Dalam hal produktivitas pengangkutan, perlu juga memperhatikan efisiensi pengangkutan. Salah satunya dengan melihat efisiensi pemakaian bahan bakar dibandingkan dengan kemampuan kendaraan angkut untuk mengangkut buah. Kondisi jalan yang rusak akan menyulitkan pengangkutan. Pada musim hujan, jalan Kebun Ujan Mas ini mengalami kerusakan karena jalan yang terbuat dari tanah, sehingga menyebabkan banyak truk pengangkut terpuruk yang mengakibatkan buah restan. Pada Tabel 16 disajikan data buah restan di Afdeling 7 dengan rata-rata tiga kali terjadi buah restan dalam satu bulan. Tabel 16. Kejadian Buah Restan di Afdeling 7 Bulan Januari-Mei 2009 Bulan Januari
Februari
Maret April
Mei
Tanggal 8 9 12 13 2 3 10 17 11 16 2 6 11 13 15 11 15
Panen
Pengangkutan
Restan
………….…..….….(ton)…….…….…….……... 61.632 54.192 7.440 63.390 45.288 18.102 102.606 78.288 24.318 137.556 84.744 52.812 93.425 91.392 2.033 76.921 45.837 31.084 67.604 58.294 9.310 101.223 56.278 44.945 151.969 130.332 21.637 115.391 111.183 4.208 122.084 117.904 4.180 145.305 70.19 75.115 82.575 76.875 5.700 172.588 167.095 5.493 172.535 132.081 40.454 86.227 84.732 1.495 148.820 89.706 59.114
Keterangan : Data pengangkutan diambil dari 20 unit dump truck
Sumber: Kantor Afdeling 7 (2009)
51 Administrasi panen. Administrasi panen sangat penting bagi perusahaan. Kegiatan administrasi panen meliputi kegiatan merekapitulasi hasil panen setiap harinya, yaitu merekap jumlah TBS dan brondolan yang dipanen beserta administrasi pengangkutannya. Selain itu, juga dihitung jumlah tenaga kerja yang digunakan beserta upah yang harus dibayar oleh perusahaan. Kegiatan pemanenan di lapangan setiap hari berlangsung hingga pukul 15.00 WIB. Pada pukul 15.00 pemanen diharapkan sudah tidak memanen lagi, tetapi melangsir buah dan mengutip berondolan untuk diletakkan di TPH dan segera melaporkan hasil kerjanya kepada mandor panen. Pelaporan hasil kerja pemanen paling lambat diterima pada pukul 16.00 WIB di kantor afdeling. Jika melewati pukul 16.00, jumlah TBS dan karung brondolan hasil kerja pemanen pada hari itu diambil dari data pengangkutan yang dibuat oleh kerani buah. Setelah laporan panen terkumpul, mandor panen merekapitulasi data hasil panen ke dalam buku laporan panen dan rekapitulasi panen, buku kerani afdeling, dan buku mandor serta alokasi panen. Buku laporan panen berisi laporan hasil panen masing-masing pemanen, yaitu berisi nomor pemanen, TBS dan karung brondolan yang dihasilkan, serta keterangan apakah hanca tersebut selesai dikerjakan atau tidak dan waktu pelaporannya. Setelah itu, direkap pada buku rekapitulasi panen yang berisi konversi ton panen per hektar, luas yang terpanen hari itu, jumlah TK (tenaga kerja), dan upah yang harus dibayar. Laporan panen tersebut lalu diserahkan kepada bagian administrasi kantor afdeling untuk dimasukkan ke lembar alokasi. Lembar alokasi tersebut berisikan ringkasan kerja afdeling selama satu hari, yaitu jumlah keseluruhan tenaga kerja dari semua kegiatan kerja, blok per kegiatan kerja, upah pekerja, dan hasil panen pada hari itu. Buku kerani afdeling juga diisi oleh mandor panen. Buku tersebut berisi rincian hasil panen yang diperoleh oleh pemanen setiap harinya, yaitu jumlah TBS dan brondolan, serta basis dan preminya. Administrasi pengangkutan. Pada kegiatan pengangkutan hasil panen di PT Cipta Futura khususnya di Afdeling 7, setelah truk pengangkut bermuatan penuh, truk menuju pos SPB untuk membuat SPB (Surat Pengantar Buah). SPB dibuat berdasarkan catatan sopir truk yang biasa disebut kopelan. Catatan tersebut
52 berisikan jumlah TBS dan karung brondolan yang diangkut oleh truk yang dicatat per nomor pemanen dan per TPH. Kerani buah bagian administrasi yang bekerja di pos SPB akan menghitung jumlah TBS dan karung brondolan yang tertulis di kopelan, kemudian mengkonversikannya ke dalam bobot TBS dan bobot karung brondolan untuk ditulis pada bon SPB. Pengkonversian TBS ke dalam bobot TBS, yaitu dengan cara mengalikan jumlah TBS dengan komidelnya. Komidel yaitu bobot janjang rata-rata (BJR) TBS yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan timbangan aktual. Di Afdeling 7 terdapat 2 macam komidel, yaitu komidel 19 kg/TBS untuk tandan yang berasal dari pokok kelapa sawit umur lebih dari atau sama dengan 9 tahun, sedangkan komidel 7 kg/TBS untuk tandan dari tanaman kelapa sawit di areal perluasan (3 – 8 tahun). Akan tetapi per tanggal 1 Mei 2009 komidel 7 diubah menjadi komidel 8, sesuai dari pemeriksaan di PKS. Setelah bon SPB terisi, bon tersebut diberikan kepada sopir pengangkut untuk diserahkan kepada pos timbangan di pabrik sebelum truk bisa mengeluarkan muatannya. Kerani buah bagian administrasi tersebut kemudian memasukkan data dari kopelan ke dalam buku kontrol TBS. Buku ini berisi jumlah TBS dan karung brondolan terangkut sesuai dengan nomor pemanennya, sehingga berfungsi untuk mengecek TBS pemanen mana yang belum terangkut. Perkiraan bobot muatan yang tercantum pada lembar SPB harus mendekati bobot aktual di PKS. Selisih bobot harus sekecil mungkin. Hal tersebut akan mempengaruhi pengangkutan hasil panen dari lapangan ke PKS dan mempengaruhi keamanan TBS serta administrasi panen. Selisih bobot yang jauh berbeda dapat menjadi salah satu faktor terjadi buah restan di lapangan. Kantor afdeling melakukan pengangkutan berdasarkan bobot perkiraan panen. Jika selisih terlalu besar, maka terdapat kemungkinan pengangkutan dianggap selesai karena bobot sudah mencapai perkiraan padahal masih terdapat buah di lapangan yang belum terangkut. Pada Tabel 17, penulis menyajikan hasil pengamatan mengenai selisih bobot aktual dan bobot perkiraan di SPB.
53 Tabel 17. Pengamatan Pengangkutan Hasil Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Total Muatan Perhitungan Aktual Selisih TBS Brondolan Bobot SPB PKS ………………..….….(kg)………………….… 1 150 162 3012 4460 1 448 2 132 108 2616 2410 206 3 171 216 3465 4850 1 385 4 120 243 2523 3330 807 5 192 162 3810 4600 790 6 142 297 2995 4150 1 155 7 206 297 4211 4810 599 8 120 81 2361 3540 1 179 9 185 189 3704 5390 1 686 10 218 216 4358 5380 1 022 11 170 756 3986 4850 864 12 310 324 6214 5660 554 13 235 135 4600 5020 420 14 185 189 3704 5080 1 376 15 128 54 2486 3460 974 16 206 243 4157 5490 1 333 17 99 324 2205 2880 675 18 147 81 2874 3870 996 19 184 405 3901 5350 1 449 92 27 1775 2660 885 20 225.45 3447.85 4362 990.15 Rata -rata 169.6 Sumber: Hasil Pengamatan (2009) No Sampel Pemuat
Selisih Bobot (%) 32.47 8.55 28.56 24.23 17.17 27.83 12.45 33.31 31.28 19.00 17.81 9.79 8.37 27.09 28.15 24.28 23.44 32.47 8.55 28.56 22.99
Pengolahan Kelapa Sawit Pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dilakukan di pabrik kelapa sawit (PKS). Pada saat menjadi asisten mandor, penulis diberi kesempatan untuk berkunjung ke PKS PT Cipta Futura Plantation. Hasil olahan kelapa sawit di PT Cipta Futura adalah CPO dan kernel. Inti kelapa sawit di perusahaan ini tidak diolah lebih lanjut menjadi minyak kernel, melainkan dijual dalam bentuk inti sawitnya saja atau yang biasa dikenal dengan sebutan kernel. Pengolahan kelapa sawit untuk menjadi CPO harus melewati beberapa tahapan proses dalam stasiun pengolahan.
54 Pada proses pengolahan TBS menjadi minyak kelapa sawit (MKS) di PKS, umumnya terdiri atas stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama terdiri atas tempat penerimaan buah (loading ramp), stasiun rebusan, pemipilan, pencacahan dan pengempaan, pemurnian, serta pemisahaan biji dan kernel. Sementara stasiun pendukung terdiri atas pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk, dan bengkel. Stasiun penerimaan buah (loading ramp). Pada stasiun penerimaan buah, TBS yang berasal dari kebun pertama kali diterima dan ditimbang di jembatan timbang. Setelah itu, buah dibawa ke tempat penampungan buah (loading ramp). Saat buah akan dituangkan (didump), dilakukan penyortiran buah. Sortasi buah yang dilakukan adalah sortasi untuk mengamati mutu buah yang diterima di PKS dan dilaksanakan di pelataran buah. Penyortiran tersebut bertujuan untuk memilih buah (TBS) yang layak/baik diolah di pabrik, sehingga dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar produksi dari segi kualitas, kuantitas, dan kelangsungan alat produksi. Jalur proses penerimaan TBS di PKS disajikan pada Gambar 7. TBS yang diterima di PT Cipta Futura Plantation adalah tandan buah normal yang diterima di pabrik maksimum 24 jam setelah dipotong dengan batasan waktu selambat-lambatnya tiba di pelataran sortasi jam 12 esok hari berikutnya1). Selanjutnya, pada stasiun penerimaan buah, TBS dimasukkan ke dalam lori. Pengisian lori yang baik jika lori dapat memuat tandan buah sebanyak kapasitas normal, yaitu 7.5 ton TBS per lori. Pengisian yang tidak penuh akan menyebabkan penurunan kapasitas olah sterilizer atau sebaliknya pengisian yang terlalu penuh akan mengakibatkan pintu maupun pelat rusak atau buah jatuh dalam bejana rebusan. Setelah lori terisi dengan baik, lori ditarik dengan menggunakan capstand untuk dipindahkan ke rail track stasiun sterilizer. Pemindahan tersebut menggunakan transfer carriage dengan kapasitas maksimal dua lori.
1)
Booklet standar kerja PT Cipta Futura, 2008
55
Gambar 7. Proses Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) di PKS
Stasiun perebusan (sterilizer). Lori-lori yang sudah terisi TBS tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam sterilizer. PT Cipta Futura memiliki 3 buah sterilizer dengan masing-masing sterilizer dapat memuat 3 buah lori (Gambar 8). Pengolahan minyak sangat bergantung pada keberhasilan proses perebusan. Halhal yang mempengaruhi perebusan adalah tekanan uap dan lama perebusan, serta pembuangan udara dan air kondensat. PT Cipta Futura menerapkan prosedur kerja di stasiun perebusan dengan menggunakan sistem double peak (dua puncak) atau tripel peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau secara otomatis. Perebusan triple peak (tiga puncak) memiliki waktu perebusan untuk TBS normal 90 menit, yaitu terdiri atas : (a) deaerasi selama 2 menit, (b) pemasukan uap dan pembuangan uap pada puncak I dan II selama 32 menit, (c) penahanan tekanan 2.8 – 3 kg/cm2 selama 49 menit, dan (d) pembuangan uap akhir selama 7 menit. Sedangkan untuk TBS under ripe,
56 waktu penahanan ditambah 5 menit dan untuk TBS over ripe waktu penahanan dikurangi 5 menit1).
( a) Stasiun Perebusan
(b) Lori untuk Mengangkut TBS di Stasiun Perebusan
Gambar 8. Pabrik Minyak Kelapa Sawit Proses perebusan buah dilakukan dengan tujuan : (1) agar daging buah menjadi lunak, (2) untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya, (3) untuk menambah kelembaban dalam daging buah sehingga minyak lebih mudah dikeluarkan (dipisahkan), (4) untuk mengkoagulasi protein sehingga proses pemurnian minyak lebih mudah. Stasiun penebahan/ perontokan (thressing). Pada tahap ini dilakukan perontokan yang bertujuan memisahkan berondolan dari tandan atau janjang. Buah masak yang telah dikeluarkan dari bejana rebusan dipindahkan ke rail track untuk menuju stasiun thressing. Setelah itu lori dimasukkan ke dalam drum trippler untuk dituang ke dalam thresser melalui hopper yang berfungsi untuk menampung buah hasil perebusan. Penuangan buah ke dalam bunch conveyor harus perlahan, kontinyu, dan merata sehingga brondolan menuju digester cenderung stabil. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpipil akan jatuh melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit elevator dan dibawa dengan distributing conveyor untuk didistribusikan ke tiap unit-unit digester. Sedangkan janjang tandan yang buahnya telah dirontokkan akan keluar ke stasiun pembuangan janjang kosong (Gambar 9.) 1)
Booklet standar kerja PT Cipta Futura, 2008
57 untuk diangkut dan disusun kembali ke lahan. Proses pengadukan/pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (screw press).
Gambar 9. Stasiun Pembuangan Janjang Kosong
Stasiun pengempaan (pressing). Pada tahap ini, dilakukan pengepresan minyak dengan cara mengaduk dan melumat buah sehingga akan keluar minyaknya. Buah yang masuk ke dalam digester diaduk selama 20 menit sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari biji. Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan cone 40-60 bar dengan menggunakan air pengencer bersuhu 90-95 0C sebanyak 20-25 % TBS, sehingga losses minyak kurang dari 4.5 % dan nut (inti) pecah kurang dari 20 persen. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji. Biji yang bercampur dengan serat masuk ke alat cake breaker conveyor untuk dipisah antara biji dan seratnya, sedangkan minyak kasar dialirkan ke stasiun klarifikasi (pemurnian). Stasiun pemurnian (clarification). Stasiun clarification disebut juga stasiun pemurnian, yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Minyak kasar hasil stasiun pressing dikirim ke stasiun pemurnian untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Pemurnian dilakukan dengan memisahkan minyak dari sludge, pasir, air dan kotoran-kotoran lainnya sehingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil) yang siap untuk dipasarkan. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan
58 dengan sistem pengendapan, sentrifugasi dan penguapan. Di PT Cipta Futura, kadar ALB yang dihasilkan yaitu kurang lebih 2 % dengan maksimum ALB yang dihasilkan 4 persen. Stasiun kernel. Di stasiun kernel dilakukan pengolahan nut sehingga dihasilkan (inti) dengan cangkang. Pemisahan inti kelapa sawit dilakukan dengan proses pengeringan biji, serta pemisahan kernel dan cangkang dengan teknik pemisahan basah yang dilanjutkan dengan pengeringan kernel. Pabrik kelapa sawit milik PT Cipta Futura memproses inti tidak sampai menjadi minyak hanya sampai berupa kernel (inti) saja Aspek Manajerial Selain bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), selama magang di PT Cipta Futura, penulis juga melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial kebun. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh penulis selama dua bulan terakhir dari masa magang, yaitu sebagai pendamping mandor dan sebagai pendamping asisten afdeling masing-masing selama satu bulan.
Pendamping Mandor Mandor merupakan sebutan untuk karyawan non staf yang biasa disebut dengan sebutan personil. Mandor adalah orang yang berhubungan langsung dengan pekerja di lapangan. Mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan arahan kepada karyawan, mengawasi pekerjaan karyawan, bertanggung jawab dalam memakai alat dan bahan, serta memiliki data program dan realisasi kerja. Mandor bertangung jawab langsung kepada asisten afdeling. Setiap sore setelah pulang menyelesaikan pekerjaan di lapangan, mandor harus membuat laporan mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan pada hari itu. Laporan yang harus dibuat dan dipertanggungjawabkan berupa laporan pemakaian alat dan bahan, laporan tenaga kerja, buku kerja mandor serta merencanakan program esok hari yang sesuai dengan target kerja. Semua itu dilaporkan kepada
59 asisten afdeling untuk diperiksa dan kemudian diserahkan ke kantor kebun pusat sebelum pukul 17.00 WIB. Selama menjadi pendamping mandor, penulis telah mendampingi beberapa mandor, yaitu mandor pupuk, mandor semprot, mandor panen dan kerani buah bagian administrasi. Bahkan penulis diberi tanggung jawab menjadi mandor susun JJK dan mandor rawat jalan. Kegiatan menjadi pendamping mandor dimulai dengan melakukan apel pagi setiap hari. Apel dilaksanakan di kantor afdeling dan dimulai pukul 05.30 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB. Pada saat apel pagi, dibahas rencana kerja untuk hari itu serta mengevaluasi hasil kerja hari sebelumnya. Selesai apel pagi bersama asisten afdeling dan mandor yang lain, mandor
akan
memberikan
pengarahan
kepada
karyawan
(KHL)
yang
dibawahinya. Pendamping mandor pupuk. Selama kegiatan magang di PT Cipta Futura, penulis menjadi pendamping mandor pupuk selama 10 hari kerja. Pemupukan yang penulis awasi adalah pemupukan Rock Phosphate (RP) dan pemupukan Ammonium Sulphate (ZA) pada TM, serta pemupukan NPK pada TBM. Adapun tugas dari pendamping mandor pupuk adalah mendampingi dan membantu mandor pupuk dalam mengkoordinasikan pekerjaan pemupukan, baik di lapangan sampai membuat laporan hasil kerja. Setelah ditetapkan menjadi pendamping mandor pupuk saat apel pagi, penulis membantu mandor melakukan perkiraan pemakaian tenaga kerja, jatah pupuk per karyawan, jumlah bahan yang dipakai, dan luas areal yang akan dipupuk. Setelah itu, penulis mendampingi mandor memberikan pengarahan kepada karyawan. Sebelum menuju areal yang akan dipupuk, penulis bersama mandor pupuk dan pengerit pupuk menuju gudang untuk mengambil pupuk. Sebelum mengambil pupuk di gudang, mandor mengurus administrasi terlebih dahulu. Penulis, sebagai pendamping mandor pupuk bertugas membantu mengawasi pengambilan dan pengangkutan pupuk dari gudang ke truk pengangkut.
Setelah
mengambil
pupuk,
penulis
membantu
melakukan
pengawasan pendistribusian pupuk di lapangan hingga pupuk diterima penabur untuk diaplikasikan ke lahan.
60 Pendamping mandor pupuk di lapangan bertugas mengawasi ketepatan cara pemupukan, ketepatan dosis pemupukan, memastikan semua pokok terpupuk, mengawasi jumlah karung pupuk yang sudah kosong untuk dikumpulkan dan dihitung kembali. Selain itu, pendamping mandor juga bertugas mengawasi kerja karyawan (KHL), apakah sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan atau tidak. Pada saat bertugas menjadi pendamping mandor pupuk, penulis diberikan satu blok atau beberapa petak untuk diawasi. Setelah selesai kegiatan di lapangan, penulis membantu mandor membuat laporan kegiatan. Laporan berisi jumlah pemakaian bahan, jumlah pemakaian tenaga kerja, dan luas areal yang dipupuk. Setelah itu penulis juga membantu mandor membuat bon pupuk untuk kegiatan pemupukan berikutnya. Pendamping mandor semprot (herbicide). Tugas pendamping mandor semprot adalah mendampingi mandor saat memberikan pengarahan kepada karyawan (KHL), membantu mengawasi pekerjaan di lapangan, mengawasi penggunaan herbisida, dan membantu membuat laporan hasil kerja. Saat menjadi pendamping mandor semprot, penulis melakukan pengawasan pada kegiatan semprot lain-lain. Semprot lain-lain adalah kegiatan penyemprotan lahan untuk mengendalikan beberapa gulma saja, seperti Mikania micrantha, Asystasia intrusa, Setaria plicata, Scleria sumatrensis, pakis kawat, dan alang-alang. Tidak semua rumput disemprot, karena akan menjadikan lahan mudah erosi karena gundul. Pendamping mandor panen. Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen dilakukan selama 4 hari kerja. Pada hari pertama, penulis juga ikut melakukan sensus buah di Blok 107 Petak B dan C. Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis mengawasi 5 – 8 orang pemanen. Adapun hal-hal yang diawasi saat menjadi pendamping mandor panen adalah inspeksi terhadap buah tinggal, panen buah mentah, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, buah gonjes (tandan yang tidak utuh atau terbelah karena kesalahan sewaktu dipanen), susun pelepah yang dipruning, serta pemotongan gagang panjang TBS sebelum disusun di TPH. Setelah melakukan pengawasan di lapangan, penulis membantu mandor membuat laporan panen harian untuk dilaporkan ke kantor kebun.
61 Kerani buah. Pekerjaan sebagai kerani buah merupakan pekerjaan yang paling banyak penulis lakukan selama dua bulan terakhir kegiatan magang. Selama menjadi kerani buah, penulis bertugas membantu bagian administrasi, yaitu mencatat total TBS yang diperoleh pemanen, mencatat jumlah TBS per blok sesuai dengan data muat buah menurut nomor pemanennya, serta menghitung jumlah TBS dan karung berondolan yang diangkut oleh pemuat ke dalam dump truck. Setelah dihitung jumlah TBSnya, selanjutnya kerani buah bagian administrasi membuat surat pengantar buah (SPB). Surat Pengantar Buah tersebut berisi perkiraan tonase TBS beserta berondolan yang diangkut oleh truk pengangkut, yaitu dengan mengalikan jumlah TBS dan jumlah karung berondolan dengan komidelnya yang sudah ditetapkan. Komidel adalah rata-rata bobot TBS atau bobot per satu karung berondolan. Penulis bekerja hingga semua TBS yang dipanen pada hari itu terangkut seluruhnya ke pabrik kelapa sawit (PKS). Sesekali penulis ikut ke lapangan membantu kerani buah melakukan perhitungan TBS dan karung berondolan yang telah disusun di TPH serta melakukan pengambilan sampel serangan tikus pada TBS yang telah dipanen. Mandor susun janjangan kosong (SJJK). Kegiatan penulis sebagai mandor SJJK dilakuan selama 4 hari kerja. Selama menjadi mandor, penulis mengawasi 4 hingga 24 orang pekerja. Sebagai mandor SJJK, penulis bertugas mengawasi KHL bekerja, menentukan tempat peletakan janjangan, dan melaporkan hasil kerja di lapangan ke kantor afdeling. Mandor rawat jalan. Kegiatan ini penulis lakukan hanya satu kali. Sebagai mandor rawat jalan penulis diberi tanggung jawab mengawasi 4 orang pekerja, yaitu 2 orang pekerja prunning tanaman yang berada di pinggir jalan dan 2 orang lagi pekerja penimbun jalan. Kegiatan rawat jalan tersebut dilakukan di dua blok yang berbeda, yaitu di Blok 104 dan Blok 106. Setelah selesai pekerjaan di lapangan, penulis melaporkan hasil kerja ke kantor afdeling.
Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling adalah pimpinan afdeling yang membawahi supervisor afdeling, supervisor panen, supervisor perawatan, dan kerani afdeling. Asisten
62 afdeling memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola afdelingnya dalam hal memberikan arahan dan perintah kepada supervisor afdeling, supervisor panen, supervisor perawatan, dan kerani afdeling, membuat program kerja, memiliki target realisasi per hari, melaporkan pemakaian tenaga kerja tingkat afdeling ke kantor kebun pusat setiap hari, memberikan penilaian hasil kerja bawahan, membimbing bawahan, membuat laporan keuangan dan laporan kemajuan kerja, membuat program prioritas kerja memberikan solusi pemecahan masalah, serta membina hubungan kerjasama dalam tim kerja dan lingkungan tempat tinggal. Kegiatan yang dilakukan asisten afdeling setiap hari adalah memimpin apel pagi para personil pukul 05.30 – 06.00 WIB. Pada apel pagi tersebut dilakukan evaluasi kerja hari sebelumnya lalu dilakukan pembahasan bagaimana solusinya. Selain itu, asisten afdeling juga memberikan penugasan dan pengarahan kepada para personil mengenai bagaimana merealisasikan program kerja pada hari tersebut. Setelah memimpin apel pagi para personil, asisten afdeling bertugas mengawasi seluruh kegiatan afdeling dalam satu hari, kemudian memeriksa serta mengevaluasi laporan seluruh kegiatan afdeling. Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten afdeling dilakukan pada bulan keempat kegiatan magang. Pada saat itu penulis memiliki tugas sama dengan saat menjadi pendamping mandor, tetapi penulis diberi tugas tambahan yaitu untuk mencermati kendala-kendala yang terjadi di lapangan, kemudian melaporkannya dan membantu mencarikan solusi supaya dapat diperbaiki pada keesokkan harinya.
63
PEMBAHASAN
Kehilangan minyak dan penurunan mutu selain terjadi di lapangan saat pemanenan TBS dan selama pengolahan di pabrik, dapat juga terjadi saat pengangkutan. Pengangkutan hasil panen (TBS dan brondolan) yang lebih cepat masuk ke pabrik dan tidak banyak menimbulkan kerusakan tandan akan memberikan mutu minyak yang baik. Menurut Lubis (1992), dinding sel yang rusak karena pelukaan akan segera menimbulkan proses enzimatik, autokatalisis atau hidrolisa yang akan menyebabkan rusaknya zat anti oksidan alami yang dimiliki yaitu tocopherol. Oksidasi tersebut akan menghasilkan peroksida yang selanjutnya terurai menjadi aldehide/keton yang menimbulkan bau. Pengelolaan transpor buah ditujukan agar tercapai peningkatan kualitas TBS, meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian < 3 %, kapasitas dan kelancaran pengolahan di PKS berjalan baik, keamanan TBS di lapangan terjaga, serta biaya transpor TBS efisien. Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa curah hujan yang terlalu tinggi dapat menjadi masalah, terutama terhadap jalan untuk transportasi. Seperti yang terjadi pada tahun 2008 di Perkebunan PT Cipta Futura, curah hujan tahunan mencapai 3 027 mm (Lampiran 4), sehingga merusak fasilitas jalan dan menyulitkan pengangkutan TBS ke pabrik.
Kualitas Buah Tujuan pengangkutan buah yang baik adalah agar diperoleh tandan buah segar yang layak olah dengan kandungan ALB serendah mungkin. Kandungan ALB buah juga dipengaruhi oleh kualitas buah saat dipanen. Oleh karena itu terdapat kriteria matang panen yang dibedakan menjadi beberapa fraksi. Pada setiap tingkatan fraksi kematangan buah memiliki rendemen minyak dan kandungan ALB yang berbeda, seperti yang disajikan pada Tabel 18.
64
Tabel 18. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar Fraksi Buah
Rendemen Minyak Kadar Asam Lemak Bebas …..…………………………..(%)…………….……………. 0 16.0 1.6 1 21.4 1.7 2 22.1 1.8 3 22.2 2.1 4 22.2 2.6 5 21.9 3.8 Sumber: Lubis (1992) Dari Tabel 18, panen fraksi 0 akan merugikan karena rendemen minyaknya masih rendah, sedangkan fraksi 4 dan 5 juga merugikan karena memiliki kadar ALB yang tinggi. Dari hasil pengamatan kualitas potong buah di Afdeling 7 (Tabel 6), total buah mentah yang dipanen adalah 3.76 %, buah matang 94.01 % dan busuk 2.22 %. Presentase pemanenan buah mentah cukup tinggi, hal ini terjadi karena sebagian pemanen kurang memahami instruksi mandor mengenai buah yang boleh dipanen. Oleh karena itu, perlu diberikan peraturan yang jelas bagi pemanen supaya tidak terjadi pemanenan buah mentah yang merugikan perusahaan. Adanya buah busuk yang dipanen menunjukkan bahwa rotasi panen yang dilakukan terlambat atau terlalu panjang. Keterlambatan rotasi panen bisa disebabkan oleh banyaknya tenaga kerja pemanen yang tidak masuk kerja, banyaknya hari libur, atau karena cuaca yang buruk. Pemanenan buah telalu matang (buah busuk) akan merugikan perusahaan berdasarkan kandungan minyak serta kandungan ALBnya. Jika kualitas TBS yang dipanen baik, yaitu TBS pada fraksi 2 atau 3, maka penanganan TBS pasca panen harus dilakukan dengan baik pula. Transportasi buah harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah kenaikan kadar ALB. TBS pada fraksi 2 dan 3 bisa dikatakan memiliki rendemen minyak tertinggi, tetapi kandungan ALB juga sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, TBS restan akan
65 sangat merugikan karena kadar ALB sudah tinggi sehingga akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Pengangkutan Tandan Buah Segar di Dalam Hanca Pengangkutan TBS dimulai dari setelah TBS dipotong dari pokok kelapa sawit hingga sampai di stasiun loading ramp di PKS. Kegiatan pengangkutan TBS dan berondolan terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari hanca ke TPH dan pengangkutan dari TPH ke PKS. Pada pengangkutan dalam hanca, Afdeling 7 PT Cipta Futura memberikan anjuran kepada pemanen untuk melakukan kegiatan pemanenan per pasar. Setelah selesai memotong buah pada satu pasar, pemanen langsung mengeluarkan semua TBS ke TPH sebelum melanjutkan pemanenan ke pasar berikutnya. Dengan demikian, diharapkan tidak terdapat buah atau brondolan tertinggal di lapangan karena lupa terangkut. Selain itu, pengangkutan TBS dan brondolan yang dilakukan per pasar juga dapat memudahkan dalam pengangkutan TBS dan brondolan ke PKS. Pada Tabel 10 dapat dilihat kualitas angkut TBS di dalam hanca. Presentase total TBS tinggal di piringan sebesar 1.37 % dan di gawangan mati sebesar 0.83 % (standar 0 %). TBS yang tertinggal di gawangan mati disebabkan oleh TBS terjatuh di gawangan mati dan tertutup tumpukan pelepah, sehingga kenek pemanen sebagai pelangsir buah tidak melihat TBS tersebut. Kejadian ini banyak terjadi terutama pada areal dengan tumpukan pelepah yang tidak rapi. Selain itu, kondisi areal juga mempengaruhi waktu dan mutu TBS yang diangkut. Kebun Ujan Mas milik PT Cipta Futura ini sebagian besar arealnya berbukit sehingga menjadi kedala pemanen saat mengeluarkan TBS dari dalam hanca. Tenaga kerja pemanen terdiri atas beragam jumlah orang per regu kerja, sehingga terdapat perbedaan cara yang berdampak pada perbedaan waktu dan mutu pengangkutan dari masing-masing regu kerja pemanen. Hasil pengamatan kualitas kutip brondol yang dilakukan penulis dengan mengambil sampel pada 3 macam regu kerja, yaitu regu kerja yang terdiri atas 1, 2, dan 3 orang tenaga kerja (Tabel 8) menunjukkan bahwa brondolan tinggal di gawangan mati rata-rata sebesar 37.05 % dari keseluruhan brondolan tinggal. Brondolan tinggal di pokok
66 sebesar 36.43 %, brondolan tinggal di piringan dan tinggal di pasar 2:1 masingmasing sebesar 13.96 dan 12.55 persen. Dari data tersebut, brondolan tinggal di gawangan dan di pokok lebih banyak daripada brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1. Banyaknya berondolan tinggal disebabkan oleh tidak diperhatikannya brondolan yang terdapat pada gawangan mati dan pada pokok sawit oleh pengutip brondolan dan tempatnya tidak terlalu terlihat. Pada gawangan mati brondolan tertutupi oleh tumpukan pelepah, sedangkan pada pokok tanaman brondolan terselip di ketiak pelepah. Standar yang ditetapkan oleh perusahaan adalah maksimal 3 buah berondolan tinggal per pokok. Dari hasil pengamatan penulis (Tabel 9), berondolan yang tertinggal cukup banyak, yaitu 10.16 % per TBS dan 19.53 % per pokok panen. Artinya terdapat berondolan tinggal sebanyak 11 buah per TBS dan 20 buah brondolan tinggal per pokok panen. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengawasan panen untuk meminimalisir kehilangan panen.
Pengangkutan Tandan Buah Segar ke PKS Pengangkutan hasil panen ke PKS membutuhkan pengelolaan yang baik agar tercapai tujuan yang diinginkan. Di Afdeling 7 PT Cipta Futura memiliki 20 unit kendaraan angkut buah. Kendaraan angkut tersebut berupa dump truck dengan kapasitas muatan maksimal 6 ton. Akan tetapi tidak semua unit pengangkutan tersebut bekerja mengangkut buah, karena setiap hari terdapat 1 kendaraan yang dialokasikan khusus untuk menjemput dan mengantar karyawan yang tinggal di luar areal kebun, yaitu di Kabupaten Muara Enim yang berjarak ± 35 km. Di PT Cipta Futura khususnya Afdeling 7, kegiatan transportasi meliputi pengangkutan buah ke pabrik, antar jemput karyawan dari afdeling ke lapangan atau sebaliknya, pengambilan material, dan lain-lain. Kebun PT Cipta Futura memiliki traktor Jonder Fergusson untuk membantu kelancaran pengangkutan hasil panen. Traktor tersebut merupakan kendaraan 4 WD yang biasanya digunakan untuk menarik dump truck bila terpuruk dan disetiap afdeling disediakan satu unit. Jika digunakan dengan pengelolaan yang
67 baik, maka traktor tersebut akan sangat membantu kelancaran pengangkutan hasil panen. Perencanaan Kebutuhan Alat Angkut Buah Pengelola kebun perlu merencanakan kebutuhan alat angkut buah sesuai dengan produktivitas kebun. Secara umum, presentase ALB pada buah setelah dipotong adalah 0.2 – 0.7 % dan setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0.9 – 1.0 % setiap 24 jam (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Oleh karena itu dibutuhkan perkiraan dan pengelolaan unit angkutan yang baik. Di Afdeling 7 (Tabel 14) unit angkutan yang tersedia kurang dari kebutuhan yang telah dihitung, sehingga terdapat buah restan sebanyak beberapa hari dalam satu bulan (Tabel 16). Hal tersebut juga disebabkan oleh belum maksimalnya operasional angkutan yang tersedia, produktivitas supir dan pemuat yang rendah, serta kondisi cuaca yang tidak mendukung. Penyebab lain adanya buah restan adalah karena kerani buah yang bertugas mengarahkan pemuat, tidak mengetahui dengan pasti dimana para pemanen meletakkan TBS. Hal tersebut disebabkan kurangnya koordinasi antara kerani buah dengan mandor panen.
Pengontrolan Pengangkutan TBS Pengontrolan pengangkutan TBS menjadi tanggung jawab kerani buah dan kerani afdeling. Pengontrolan dilakukan terhadap kualitas kerja pemuat, waktu muat, banyak muatan, dan produktivitas kendaraan pangangkutan buah. Hasil pengamatan kualitas kerja pemuat oleh penulis menunjukka rata-rata brondolan tinggal di TPH 2 sampai 3 butir brondolan (Tabel 13). Perusahaan masih mentolelir brondolan tinggal maksimal 3 butir. Kualitas kerja pemuat dalam hal kebersihan pengangkutan cukup baik sesuai dengan hasil pengamatan penulis. Waktu kerja total pemuat rata-rata 150 menit atau 2 jam 30 menit dengan waktu efektif 124 menit atau sekitar 2 jam. Waktu muat sangat penting dalam kegiatan pengangkutan TBS. Semakin cepat waktu yang terpakai untuk memuat buah, maka rit per truk akan meningkat. Jika rit per truk meningkat, maka
68 produktivitas pengangkutan juga akan meningkat, sehingga terjadinya buah restan dapat dihindari. Produktivitas kendaraan angkut adalah banyaknya muatan yang mampu diangkut oleh kendaraan angkut dalam satu hari kerja. Oleh karena itu, untuk mengawasi produktivitas dan efisiensi pengangkutan, setiap pagi, supir wajib menyerahkan surat tugas hari kemarin kepada bagian administrasi kendaraan. Surat tugas tersebut berisi apa saja kegiatan yang telah dilakukan pada hari tersebut, termasuk berapa kali dan berapa banyak kendaraan tersebut mengangkut buah ke PKS. Pegawai administrasi kendaraan tersebut kemudian mencatat kilometer yang tertera pada odometer kendaraan dan menyonding bahan bakar. Sonding merupakan kegiatan mengukur banyaknya minyak yang tersisa di tangki bahan bakar kendaraan. Setelah dilakukan penyondingan, dibuatkan bon pengisian bahan bakar agar supir dapat mengisi bahan bakar untuk menunjang kegiatan pada hari itu dan mendapatkan surat tugas baru. Dari kegiatan tersebut di atas, dapat diketahui penggunaan bahan bakar dan banyaknya muatan yang mampu diangkut oleh setiap kendaraan angkut, sehingga dapat dihitung efisiensi dan produktivitas setiap kendaraan angkut buah. Sistem pengisian solar di afdeling mengikuti standar yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu maksimal 60 liter untuk mobil yang beroperasi di dalam kebun, dan 80 liter untuk mobil yang ditugaskan menjemput karyawan dari luar kebun dengan pengisian 2 hari sekali. Banyak sedikitnya solar yang dibutuhkan oleh masing-masing mobil tidak hanya dipengaruhi oleh jenis kegiatan yang dikerjakan, tetapi faktor cuaca juga sangat menentukan. Biasanya, mobil akan membutuhkan bahan bakar lebih banyak pada musim hujan sehubungan dengan kondisi jalan yang buruk sehingga menyebabkan mobil sering terpuruk. Adapun standar yang ditetapkan perusahaan untuk kegiatan transportasi adalah 4.5 km/liter, 0.6 ton/liter dan 0.13 ton/km. Pada Tabel 15 dapat dilihat produktivitas kendaraan angkut di Afdeling 7. Rata-rata produktivitas untuk ton/liter 0.42. Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 tersebut masih di bawah standar perusahaan karena kapasitas optimum pengangkutan belum mencapai standar.
69
Administrasi Pengangkutan Administrasi pengangkutan dikerjakan oleh kerani buah bagian administrasi. Administrasi pengangkutan adalah kegiatan pendataan TBS dan brondolan hasil panen yang diangkut ke PKS. Afdeling 7 memiliki satu orang kerani buah bagian administrasi yang bekerja menghitung TBS dan brondolan yang diangkut per truk. Perhitungan dilakukan berdasarkan catatan (kopelan) supir. Pada lembar SPB dituliskan jumlah TBS dan brondolan terangkut beserta bobot perkiraannya. Bobot buah diperoleh dari hasil perkalian jumlah TBS dan komidelnya. Oleh karena terdapat dua bobot komidel di Afdeling 7, maka perkiraan bobot muatan truk sering tidak akurat, sehingga terjadi selisih bobot yang cukup besar antara perkiraan bobot di SPB dan penimbangan aktual di PKS seperti yang tersaji pada Tabel 17. Kesalahan perkiraan bobot tersebut perlu diperbaiki untuk menghindari kerugian bagi perusahaan. Selisih bobot yang terlalu besar, jika dibiarkan akan menimbulkan masalah, seperti adanya buah restan tetapi tidak diketahui dan baru ditemukan setelah beberapa hari. Hal tersebut terjadi karena pengangkutan di afdeling akan dihentikan jika perkiraan tonase pengangkutan sudah sesuai dengan perkiraan tonase yang dibuat mandor panen. Dengan demikan dapat terjadi kemungkinan terdapat dua atau tiga TPH yang tidak terangkut TBSnya atau yang paling sering terjadi adalah terdapat dua sampai tiga karung brondolan tidak terangkut karena perkiraan bobot yang jauh dari bobot aktualnya. Selain masalah buah restan, selisih bobot yang besar akan mengkhawatirkan keamanan TBS di lapangan. Bisa terjadi kemungkinan kehilangan TBS tanpa sepengetahuan pengelola kebun, karena tidak terlalu memperhatikan selisih bobot tersebut. Banyaknya masalah yang timbul pada kegiatan pengangkutan hasil panen tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas buah yang akan merugikan perusahaan. Pengangkutan di Afdeling 7 juga belum memenuhi standar produktivitas dan efisiensi perusahaan. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian khusus dari pihak kebun.
70
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang yang dilakukan di PT Cipta Futura Plantation, Sumatera Selatan,
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
penulis
dalam
melaksanakan pekerjaan di perkebunan kelapa sawit. Penulis memperoleh pengalaman bekerja dan dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di perkebunan kelapa sawit. Secara keseluruhan, kualitas kerja pemanen di Afdeling 7 masih kurang baik, karena masih terdapat buah tinggal baik di piringan maupun di gawangan mati, sedangkan standar buah tinggal perusahaan sebesar 0 %. Jumlah tenaga kerja pemanenan dalam satu regu kerja mempengaruhi kualitas pengangkutan hasil panen di dalam hanca. Regu kerja yang terdiri atas 3 orang tenaga kerja memiliki kualitas kerja yang lebih baik dibandingkan dengan regu kerja yang terdiri atas 1 atau 2 orang tenaga kerja. Panjang gagang TBS di Afdeling 7 sudah baik, karena panjang gagang rata-rata kurang dari 3 cm. Mutu buah panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura masih kurang baik, karena adanya buah mentah sebesar 3.76 % (standard 0 %) dan presentase buah matang sebesar 94.01 persen. Kualitas pengutipan brondolan di Afdeling 7 juga masih kurang baik. Brondolan tinggal di gawangan dan di pokok lebih banyak daripada brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1, karena tempatnya tidak terlalu terlihat oleh pengutip. Administrasi pengangkutan di Afdeling 7 PT Cipta Futura masih perlu diperbaiki. Terdapat selisih yang cukup besar antara bobot hasil panen yang diangkut dengan bobot aktualnya. Rata-rata produktivitas muatan per liter bahan bakar adalah 0.42 ton/liter (standar 0.6 ton/liter). Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 masih di bawah standar. Pemakaian BBM masih terlalu banyak dan tonase belum mencapai standar perusahaan. Alat angkut yang tersedia kurang dari
71 kebutuhan alat angkut yang diperlukan. PT Cipta Futura memiliki rata-rata kandungan ALB di bawah 2 %, artinya sudah memenuhi SNI, tetapi manajemen pengangkutan tetap harus diperbaiki karena masih terjadi buah restan sebanyak beberapa hari pada tiap bulannya.
Saran 1. Mutu buah dan kebersihan hanca berkaitan dengan kualitas kerja pemanen masih belum sesuai standar, sehingga diperlukan pengawasan panen yang baik. 2. Pemberian informasi kepada tenaga kerja pemanenan dalam hal kriteria buah layak panen perlu diperbaiki lagi, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan tidak terdapat buah mentah yang dipanen. 3. Perawatan infrastruktur terutama jalan perlu diperhatikan, agar tidak menghambat kelancaran transportasi buah ke pabrik. 4. Penggunaan buku kontrol TBS dalam pengangkutan hasil panen lebih dimaksimalkan lagi agar tidak terjadi TBS restan. 5. Perlu dilakukan penambahan alat angkut panen atau mengoptimalkan alat angkut yang tersedia di afdeling untuk menghindari terjadinya buah restan. 6. Dalam kegiatan pengangkutan hasil panen perlu adanya koordinasi antara kerani buah dan mandor panen, agar pengangkutan lebih produktif dan efisien. 7. Administrasi pengangkutan di PT Cipta
Futura
perlu
diperhatikan
ketepatannya, seperti melakukan pemeriksaan ulang terhadap komidel (BJR) untuk memperkecil selisih bobot perkiraan dan bobot aktual.
72
DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI). www.agribisnis.deptan.go.id. [07 Desember 2008]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 Secara Komprehensif dan Objektif. http://
[email protected]. [20 Oktober 2008]. ______. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2009. Direktorat Jenderal Perkebunan . Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal. Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 289 hal. Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. PT Perkebunan X. 1993. Vademecum Kelapa Sawit dan Karet Bidang Tanaman. PT. Perkebunan X (Persero). Bandar Lampung. 163 hal. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal. Tim Penulis Penebar Swadaya.1992. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 218 hal.
73
LAMPIRAN
73
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan No
Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
1 2 3 4 5 6 7
12-17 Februari 2009 18 Februari 2009 19 Februari 2009 20 Februari 2009 21 Februari 2009 23 Februari 2009 24 Februari 2009
Rawat Parit Rawat Parit Pembuatan Parit
8 9 10
25 Februari 2009 26 Februari 2009 27 Februari 2009
Tanam Bunga Pukul 8 Tanam Bunga Pukul 8
11
28 Februari 2009
12
2 Maret 2009
Pembuatan Tapak Timbun Stek Bunga Pukul 8
13 14
3-4 Maret 2009 5 Maret 2009
Pembuatan Bedengan Deteksi Hama (Ulat)
15 16 17 18
6 Maret 2009 7 Maret 2009 10 Maret 2009 11 Maret 2009
Susun Janjangan Kosong
19
12 Maret 2009
Deteksi Hama (Ulat)
20
13 Maret 2009
Deteksi Hama (Ulat)
21
14 Maret 2009
Deteksi Hama (Ulat)
Blok 94 A,B,C,D Blok 95 D
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
16 Maret 2009 17 Maret 2009 18 Maret 2009 19 Maret 2009 20 Maret 2009 21 Maret 2009
Blok 68, 69 Blok 69 Blok 81 A Blok 81 A Blok 93 Blok 93
34 35 36 37 38 39 40
28 Maret 2009 30 Maret 2009 31 Maret 2009 1-8 April 2009 11 April 2009 13 April 2009 14 April 2009
Tanam Bunga Pukul 8 Panen Panen Prunning Panen Panen Prunning Panen Prunning Panen Prunning Susun Janjangan Kosong Semprot Hama Tanam Bunga Pukul 8 Kutip Kepompong Kutip Kepompong Pupuk MOP Semprot Pasar 2:1 Dongkel Anak Kayu
23 Maret 2009 23 Maret 2009 24 Maret 2009 25 & 27 Maret 2009
Susun Janjangan Kosong
Pembuatan Parit Pembuatan Parit Deteksi Hama (ulat)
Susun Janjangan Kosong
Blok 83p (x12) Blok 93 C Blok 70 p Blok 107 Blok 70 p Blok 82 B Blok 109 A, B, C, D, Ap, Bp,Cp
Blok 81 Blok 81 Blok 104 A, 107 D Blik 95p
Prestasi Kerja Standar Penulis ...…..(satuan/HK)…… 20 m 20 m 20 m 20 m 10 m 5m 3 ton 1.5 ton 10 m 5m 10 m 8m 28.09 ha 160 tan 100 tan 3 ton
200 tan 100 tan 1.2 ton
2 pokok
0.4 pokok
200 tan
200 tan
-
50 m 34.64 ha
3 ton
2 ton
3 ton -
1 ton 20.73 ha
-
45.94 ha
-
25.09 ha
-
31.03 ha
Kantor Afdeling 7 Blok 69, 68A,D Blok 68 A+p, D, 69 A, B, C, D
Blok 106 A
Bagi Upah Susun Janjangan Kosong
Deteksi Hama (Ulat)
Blok 106 A Blok 82 A,B,C,D Blok 83 A.B,C,D+p Blok 93 A,B,C,D+p
Blok 94 Blok 94 Blok 94 Blok 107 Blok 68 Blok 69 Blok 94 B Blok 94 Blok 109 C Blok 107 C Blok 70 p
400 tan 75 TBS 75 TBS 2 ha 75 TBS 75 TBS 2 ha 75 TBS 2 ha 75 TBS 2 ha 3 ton 250 tan -
340 tan 16 TBS 26 TBS 0.4 ha 20 TBS 29 TBS 0.58 ha 49 TBS 0.97 ha 17 TBS 0.37 ha 1.2 ton 5 knapsack 250 tan 53 pokok 5 sack 5 knapsack 5 pokok
74
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan Prestasi Kerja No
Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
Jumlah KHL Diawasi (orang)
1
15-18 April 2009 Mengawasi Pemanenan
Blok 107, 109, 66
4 -7
2
20-22 April 2009 Mengawasi Pemupukan CIRP
Blok 68, 69, 70
25 - 29
3
23 April – 1 Mei 2009
Kerani Buah
Kantor Afdeling 7
4
2 Mei 2009
Mengawasi Pemupukan
Blok 70 p
5
4 Mei 2009
Kerani Buah
Kantor Afdeling 7
6
5 Mei 2009
Kunjungan ke PKS
PKS 4 C
7
6 Mei 2009
Mengawasi Semprot
8
7 Mei 2009
9 10
Luas Areal (ha)
Lama Kegiatan (jam)
10.25
11 11
13
-
13
7
-
13
13
-
12
-
-
-
Blok 70 AP1+AP2
23
58.38
11
Mengawasi Semprot
Blok 70 ABCD
23
67.70
11
8 Mei 2009
Bagi Upah
-
-
-
-
11-16 Mei 2009
Kerani Buah
Kantor Afdeling 7 & Camp 53
13
-
13
75
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan Prestasi Kerja No
Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
Jumlah KHL Diawasi (orang)
1
18-25 Mei 2009
Kerani Buah
Kantor Afdeling 7
2
26-27 Mei 2009
Mengawasi Pemupukan ZA
Blok 70, 80,81,82
3
28 Mei 2009
Mengawasi Susun Janjangan Kosong
Blok 107 C
4
29 Mei 2009
Mengawasi Pemupukan ZA
Blok 93, 94
5
30 Mei 2009
Mengawasi Susun Janjangan Kosong
Blok 107 C
6
1-2 Juni 2009
Mengawasi Pemupukan ZA
7
3 Juni 2009
8 9
13
Luas Areal (ha)
Lama Kegiatan (jam)
-
13
57 - 89
11
24
-
11
88
-
12
4
-
12
Blok 95, 102, 103
60 - 89
-
12
Kontrol TBS
Blok 81, 82, 83p
10
-
11
4-5 Juni 2009
Mengawasi Susun Janjangan Kosong
Blok 107 C
10 - 12
-
12
6 Juni 2009
Bagi Upah
-
-
-
-
10 8 Juni 2009
Mengawasi Semprot
Blok 93 C
23
-
12
11 9 Juni 2009
Mengawasi Rawat Jalan
Blok 104, 106
4
185.03
12
12 10 Juni 2009
Mengawasi Pemupukan ZA
Blok 109
83
182.82
12
Lampiran 4. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan Tahun 1999-2008 1999
Bulan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
Januari
396
14
311
16
221
14
362
17
362
18
733
23
507
21
251
20
277
17
444
20
386.4
18
Februari
189
15
188
6
262
14
333
17
397
21
640
25
238
20
324
22
321
19
161
13
305.3
17.2
Maret
306
14
400
10
157
14
522
22
331
17
246
16
511
20
251
17
218
15
434
15
337.6
16
April
3
1
275
6
219
15
255
16
312
20
582
22
215
13
169
11
473
21
348
15
285.1
14
Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
183
10
99
6
242
11
171
9
139
10
260
12
195
10
185
8
171
10
229
8
187.4
9.4
228
4
102
6
214
10
118
9
13
14
140
5
43
7
89
9
117
8
155
7
121.9
7.9
53
2
162
6
27
4
162
12
152
7
207
11
96
7
119
7
77
7
19
5
107.4
6.8
56
4
155
4
91
9
44
2
219
6
35
4
140
10
5
0.67
94
7
116
11
95.5
5.7
51
5
148
6
229
11
85
9
147
9
131
8
220
9
66
5
208
9
160
13
144.5
8.4
472
18
128
10
244
16
87
8
522
17
166
14
169
12
139
4
161
12
273
16
236.1
12.7
260
12
287
12
496
22
346
22
422
14
282
12
429
19
247
16
250
16
284
18
330.3
16.3
448
17
104
8
525
13
382
18
635
19
397
24
43
8
327
18
448
17
406
20
371.5
16.2
Total
2645
116
2359
96
2928
153
2868
161
3651
172
3823
176
2805
157
2172
142
2813
158
3027
162
2909
148.6
BB
8
11
10
9
11
11
9
9
12
11
10.1
BK
4
1
2
3
1
1
3
3
0
1
1.9
Sumber : Kantor Kebun Oscar Keterangan : CH : Curah Hujan HH BB BK
: Hari Hujan : Bulan Basah (> 60 mm) : Bulan Kering (< 60 mm)
Q=
Rataan BK (1.9) Rataan BB (10.1)
x 100 % = 18.81 %
Berdasarkan klasifikasi Schdmidth-Ferguson Termasuk tipe iklim B (basah) Tipe iklim A : 0.5%-14.3% , B : 14.3%-33.3% 76
Lampiran 5. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation
77
78
Lampiran 6. Luas Areal Tanaman di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2008 TM
A
792 1 655 1 153 3 600 2 330
6.09 12.73 8.87 27.69 17.92
B
2 718
20.91
C
330
2.53
D
828
P Sub Total
1 495 7 701
A
2 270
B
2 856
C
Petak
66
A B C Sub Total
67
68
69
70
TBM Luas ukur (Ha) 5.81 14.93 8.63 29.37 18.75
Blok
Jumlah pokok
Luas (Ha)
185
1.42
Luas ukur (Ha) 1.42
185
1.42
1.42
Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas Tanam (Ha)
Luas Statement (Ha)
7.51 12.73 8.87 29.11 17.92
7.23 14.93 8.63 30.79 18.75
19.79
20.91
19.79
2.04
2.53
2.04
6.37
7.12
6.37
7.12
11.49
11.49
11.49
11.49
59.22
59.19
59.22
59.19
17.45
16.03
17.45
16.03
21.97
21.59
21.97
21.59
3 201
24.63
24.31
24.63
24.31
D
2 577
19.83
22.98
19.83
22.98
AP Sub Total
445
3.42
6.04
3.42
6.04
11 349
87.30
90.95
87.30
90.95
A
2 514
19.34
21.18
19.34
21.18
B
4 032
31.02
32.74
31.02
32.74
C
2 668
20.52
23.84
20.52
23.84
D Sub Total
3 875
29.81
30.04
29.81
30.04
13 089
100.69
107.80
100.69
107.80
A
1 408
10.83
8.47
10.83
8.47
B
2 647
20.36
23.00
20.36
23.00
C
2 643
20.33
22.50
20.33
22.50
D
2 104
16.18
13.00
16.18
13.00
P Sub Total 80 A AP Sub Total A
7 589 16 391 3 401 660 4 061 2 773
58.38 126.08 26.17 5.08 31.25 21.33
57.49 124.46 27.27 5.08 32.35 14.31
72.84 140.54 26.17 9.28 35.45 21.33
72.62 139.59 27.27 9.28 36.55 14.31
B
1 925
14.81
20.39
14.81
20.39
C
1 165
8.97
14.92
8.97
14.92
26.13
28.73
26.13
28.73
81
82
83
1880 1880
14.46 14.46
15.13 15.13
546 546
4.20 4.20
4.20 4.20
D
3 397
DP Sub Total
80
0.62
0.62
0.52
0.62
9 340
71.86
78.97
71.86
78.97
A
2 847
21.90
21.46
21.90
21.46
B
4 234
32.57
29.99
32.57
29.99
C
2 076
15.97
18.98
15.97
18.98
D Sub Total
1 622
12.48
17.07
12.48
17.07
10 779
82.92
87.50
82.92
87.50
A
3 720
28.62
19.75
28.62
19.75
B
2 307
17.75
20.28
17.75
20.28
C
3 019
23.22
21.85
23.22
21.85
3 228 11 607 23 881
24.83 89.28 183.70
24.82 94.76 181.46
24.83 93.36 187.78
24.82 98.84 185.54
D AP Sub Total
530 530
4.08 4.08
4.08 4.08
79
Lampiran 6. (Lanjutan) TM Blok 93
Petak
A B C D DP Sub Total 94 A B C D Sub Total 95 A B C D AP Sub Total 102 A Sub Total 103 A B C D Sub Total 104 A B C D AP Sub Total 105 A Sub Total 106 A B C D Sub Total 107 A B C D Sub Total 108 A B C D P1 A P1 C P2 A P2 B P2 C Sub Total
Jumlah pokok 2 092 4 201 2 382 2 923 1 451 13 049 3 401 3 028 3 377 2 893 12 699 3 473 3 191 3 211 3 437 6 423 19 735 3 108 3 108 2 964 3 367 3 368 1 058 10 757 3 744 3 247 3 089 3 239 870 14 189 400 400 3 099 2 913 2 451 1 402 9 865 5 795 3 025 3 063 3 072 14 955 4 195 5 177 3 368 4 165 678 237 594 320 80 18 814
Luas (Ha) 16.09 32.32 18.32 22.48 11.16 100.37 26.16 23.29 25.98 22.25 97.68 26.72 24.55 24.70 26.44 49.41 151.82 23.91 23.91 22.80 25.90 25.91 8.14 82.75 28.80 24.98 23.76 24.92 6.69 109.15 3.08 3.08 23.84 22.41 18.85 10.78 75.88 44.58 23.27 23.56 23.63 115.04 32.27 39.82 25.91 32.03 5.22 1.82 4.57 2.46 0.62 144.72
TBM Luas ukur (Ha) 21.28 28.63 20.71 25.58 11.16 107.36 28.54 25.80 25.74 23.79 103.87 29.74 25.93 24.96 26.26 53.49 160.38 23.91 23.91 25.67 25.01 26.21 7.88 84.77 31.53 27.65 21.05 26.19 6.69 113.11 3.08 3.08 22.32 23.66 19.67 13.01 78.66 38.60 20.19 23.24 24.00 106.03 26.61 33.32 22.75 31.86 8.34 1.82 4.57 2.46 0.62 132.35
Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas ukur (Ha)
240 240
1.85 1.85
1.85 1.85
160 160
1.23 1.23
1.23 1.23
Luas Tanam (Ha) 16.09 32.32 18.32 22.48 11.16 100.37 26.16 23.29 25.98 22.25 97.68 26.72 24.55 24.70 26.44 51.26 153.67 23.91 23.91 22.80 25.90 25.91 8.14 82.75 28.80 24.98 23.76 24.92 7.92 110.38 3.08 3.08 23.84 22.41 18.85 10.78 75.88 44.58 23.27 23.56 23.63 115.04 32.27 39.82 25.91 32.03 5.22 1.82 4.57 2.46 0.62 144.72
Luas Statement (Ha) 21.28 28.63 20.71 25.58 11.16 107.36 28.54 25.80 25.74 23.79 103.87 29.74 25.93 24.96 26.26 55.34 162.23 23.91 23.91 25.67 25.01 26.21 7.88 84.77 31.53 27.65 21.05 26.19 7.92 114.34 3.08 3.08 22.32 23.66 19.67 13.01 78.66 38.60 20.19 23.24 24.00 106.03 26.61 33.32 22.75 31.86 8.34 1.82 4.57 2.46 0.62 132.35
80
Lampiran 6. (Lanjutan) TM Blok
Petak
Jumlah pokok
TBM
Luas (Ha)
109
A 5 558 42.76 B 4 525 34.80 C 4 502 34.63 D 4 143 31.87 P2 A 2 424 18.64 P2 B 1 646 12.66 P2 C 226 1.74 P2 D 744 5.72 Sub Total 23 768 182.82 Grand Total 241 530 1 857.93 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII (2009)
Luas ukur (Ha) 33.00 26.90 33.67 31.21 21.60 13.38 1.74 8.45 169.95 1 875.52
Jumlah pokok
3 541
Luas (Ha)
27.24
Luas ukur (Ha)
27.91
Luas Tanam (Ha) 42.76 34.80 34.63 31.87 18.64 12.66 1.74 5.72 182.82 1 885.17
Luas Statement (Ha) 33.00 26.90 33.67 31.21 21.60 13.38 1.74 8.45 169.95 1 903.43
Luas Areal Pengukuran
: 1 903.43
Pada bulan Sept s/d Nov ada penumbangan pokok kelapa sawit untuk pelebaran jalan.
Luas Areal TM
: 1 857.93
TM 438 pokok (3.37 ha) pada Blok 80, 81, 82, 83, 93, 94, 95, 103, 104, 106, 107, 108, dan 109.
Luas Areal TBM
:
TBM II 18 pokok (0.14 ha) pada Blok 108 P1 A dan 109 P2 A.
27.24
Blok 66 C ditambah 0.73 ha Blok 103 B dilakukan penumbangan 93 pokok ntuk lapangan sekolah (0.72 ha). Total Luas Areal Tanam
: 1 885.17
ha
Lampiran 8. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation
Manager Kebun
Asst. Afdeling
Supv. Afdeling
Supv. Panen
Supv. Perawatan
Krani Buah I
Mdr. Panen II
Krani Buah II
Mdr. Panen III
Krani Buah III
Mdr. Panen IV
Krani Buah IV
Mdr. Panen V
Krani Buah V
Krani Afdeling
Mdr. Dongkel
Mdr. Hama dan Penyakit
Mdr. Herbicide
Mdr. Infrastuktur
Mdr. Pupuk
82
Mdr. Panen I
Lampiran 9. Denah Jalur Deteksi Hama 1 11
6
1
6
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
-
X
I - IV
16
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
I Keterangan : -
11
: tanaman sampel yang dideteksi
II
III
-
1, 6, 11, …, 26
X
X
X
IV
: nomor tanaman sampel yang dideteksi baik dalam kolom maupun dalam baris
: detektor ke-
83
Lampiran 7. Program dan Realisasi Panen Triwulan I Tahun 2009 Luas Areal (ha) Triwulan I Program
% Realisasi
Realisasi
Produksi (ton) Program
% Realisasi
Realisasi
Produksi (Rp/ha) Program
% Realisasi
% Mutu
Realisasi
Januari
3 715.86
3 857.78
103.81
3 777.41
2 371.495
62.78
50 000
31 645
63.29
97.46
Februari
3 715.86
3 709.62
99.83
2 930.06
2 125.392
72.53
50 000
29 984
59.96
97.66
Maret
3 715.86
3 715.86
100.00
3 402.79
2 724.673
80.00
50 000
38 393
76.78
96.20
Total
11 147.58
11 283.26
10 110.26
7 221.560
50 000
33 340 66.67
91.11
Rata-rata
101.21
71.78
81