PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)
Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN M. TAUFIQUR RAHMAN. Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang (I). (Dibawah bimbingan ADE WACHJAR dan NI MADE ARMINI WIENDI). Percobaan bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk injeksi batang (PIB) terhadap produksi tandan buah segar (TBS) tanaman kelapa sawit dan untuk memperoleh konsentrasi pupuk injeksi batang (PIB) yang dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang terbaik. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Bogor, mulai bulan Maret sampai dengan bulan September 2007. Bahan percobaan yang digunakan berupa tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun kesembilan (TM-9) varietas Marihat. Rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu kontrol (P0) dengan menggunakan air bersih, pupuk standar kebun (P1), PIB 5.55 % (P2), PIB 8.32 % (P3), PIB 11.10 % (P4), PIB 13.87 % (P5), dan PIB 16.65 % (P6). Terdapat 21 satuan percobaan dengan 3 tanaman contoh tiap satuan percobaan, kecuali pada perlakuan P0 dan P1 hanya 2 tanaman, sehingga seluruhnya terdapat 57 tanaman. Pengamatan dilakukan satu bulan sekali selama enam bulan. Adapun peubah yang diamati antara lain: jumlah pelepah daun per tanaman, jumlah tandan bunga (jantan dan betina) per tanaman, komposisi tandan buah segar (TBS) per tanaman berdasarkan umur, jumlah total TBS per tanaman, jumlah TBS yang dipanen per tanaman, bobot per TBS yang dipanen, bobot total TBS yang dipanen per tanaman, dan ketebalan mesokarp (daging buah). Di samping itu, dilakukan pula analisis tanah dan daun pada awal percobaan, serta analisis kadar lemak kasar pada awal dan akhir percobaan. Hasil sidik ragam pada peubah-peubah yang diamati menunjukkan bahwa pemberian PIB dengan konsentrasi yang berbeda hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah pelepah daun pada 4 dan 5 bulan setelah perlakuan (BSP) serta jumlah bunga jantan pada 5 BSP. Akan tetapi terhadap jumlah bunga betina, komposisi TBS berdasarkan umur (umur 1 – 6 bulan), jumlah total TBS per
tanaman, jumlah TBS yang dipanen per tanaman, bobot per TBS yang dipanen, bobot total TBS yang dipanen per tanaman serta ketebalan mesokarp buah kelapa sawit tidak berpengaruh nyata. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % pada 4 dan 5 BSP memberikan pengaruh yang nyata dalam menghasilkan jumlah pelepah daun terbanyak, yaitu masing-masing dapat meningkatkan jumlah pelepah daun sebesar 17.54 % dan 21.31 % dibandingkan dengan kontrol. Pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga jantan pada 5 BSP. Pemberian PIB dengan konsentrasi 8.32 % dan 16.65 % sama-sama memberikan jumlah bunga jantan terbanyak dibandingkan dengan kontrol pada 5 BSP. Pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % dapat meningkatkan kadar lemak total sebesar 16.78 % dibandingkan dengan sebelum perlakuan, serta memiliki kadar lemak total yang paling tinggi dibandingkan dengan kontrol, yaitu sebesar 51.80 persen.
PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh M. Taufiqur Rahman A01400022
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)
Nama
: M. TAUFIQUR RAHMAN
NRP
: A01400022
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Ade Wachjar, MS.
Dr. Ni Made Armini Wiendi
NIP. 130 875 718
NIP. 131 694 525
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah, pada tanggal 23 April 1982. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak H. Abd. Rahman Salam, BA. dan Ibu Hj. D. Lutfiyah. Pada tahun 1994 penulis lulus dari SDN 2 Bangsri, Jepara. Selanjutnya pada tahun 1997 penulis menyelesaikan studi di SLTP N 1 Bangsri, Jepara. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studi di SMU N 1 Bangsri, Jepara. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Studi Agronomi, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan ramat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang (I)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga, khususnya kepada: 1. Ibu, bapak, nenek, Mbak Ida dan Mas Sigit serta adik-adikku yang tidak henti-hentinya selalu memberi bantuan moral dan material, semangat, arahan, serta cintanya yang tulus kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS. dan Ibu Dr. Ni Made Armini Wiendi selaku dosen pembimbing skripsi atas segala saran, masukan, bimbingan, dorongan semangat dan kesabarannya yang diberikan kepada penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Bapak Ir. Supijatno, MSi. selaku dosen penguji atas kritik dan saran, serta masukannya untuk perbaikan skripsi ini. 4. Bapak Ir. Is Hidayat Utomo, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas segala saran, arahan, dan kesabarannya selama penulis menempuh kuliah. 5. Teknisi laboratorium PAU (Teh Nia, Teh Ara, dan Bapak Asep) yang selalu membantu penulis dalam setiap penyiapan bahan. 6. Bang Emi, Novan, Dimas, Hari, Gunawan, Udi, Iwa, Sugi serta temanteman eks-PIONEER 21 lainnya atas bantuan dan semangatnya. 7. Herman, Ghofur, Derry, Wides, Zofy, Arief, dan seluruh Agronomi’37 atas kebersamaannya, serta kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
Latar Belakang ........................................................................................
1
Tujuan .....................................................................................................
3
Hipotesis .................................................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
4
Botani Tanaman Kelapa Sawit ...............................................................
4
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit .................................................
7
Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit ...............................................
8
Pupuk Organik ........................................................................................ 10 Pupuk Anorganik .................................................................................... 10 Aplikasi Pupuk melalui Tanah ................................................................ 13 Aplikasi Pupuk melalui Daun ................................................................. 14 Aplikasi Pupuk melalui Batang .............................................................. 15 BAHAN DAN METODE ................................................................................ 16 Tempat dan Waktu .................................................................................. 16 Bahan dan Alat ....................................................................................... 16 Metode Percobaan .................................................................................. 16 Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan .................................................... 18 Pengamatan ............................................................................................. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 21 Hasil ........................................................................................................ 21 Pembahasan ............................................................................................ 35 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 39 Kesimpulan ............................................................................................. 39 Saran ....................................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 40 LAMPIRAN ..................................................................................................... 43
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1.
Dosis dan Aplikasi Pupuk Injeksi Batang pada Kelapa Sawit ............... 17
2.
Standar Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan........ 19
3.
Rata-rata Jumlah Pelepah Daun Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP .............. 22
4.
Rata-rata Jumlah Bunga Betina Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP............... 23
5.
Rata-rata Jumlah Bunga Jantan Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP............... 23
6.
Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 1 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP .............. 24
7.
Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 1 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 24
8.
Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 2 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP .............. 25
9.
Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 2 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 25
10. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 3 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP .............. 26 11. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 3 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 26 12. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 4 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP .............. 27 13. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 4 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 27
14. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 5 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP .............. 28 15. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 5 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 28 16. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 6 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP .............. 29 17. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 6 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 29 18. Rata-rata Jumlah Total TBS per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ........................ 30 19. Rata-rata Jumlah Total TBS per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 30 20. Rata-rata Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP............... 31 21. Rata-rata Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 31 22. Rata-rata Bobot per TBS yang Dipanen pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ........................ 32 23. Rata-rata Bobot per TBS yang Dipanen Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP........................................................ 32 24. Rata-rata Bobot Total TBS per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ........................ 33 25. Rata-rata Bobot Total TBS per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............................................ 33 26. Rata-rata Ketebalan Mesokarp Buah Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP ............. 34 27. Hasil Analisis Kadar Lemak Kasar Sebelum dan Setelah Perlakuan.... 34
Lampiran 1.
Kondisi Iklim Mikro Selama Percobaan Berlangsung ........................... 44
2.
Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan .............................................. 45
3.
Hasil Analisis Daun Sebelum Perlakuan................................................ 45
4.
Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP .................................................................... 46
5.
Sidik Ragam Jumlah Bunga Betina Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )............................. 47
6.
Sidik Ragam Jumlah Bunga Jantan Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )............................. 48
7.
Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 1 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ....................................... 49
8.
Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 2 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ....................................... 50
9.
Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 3 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ....................................... 51
10. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 4 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ....................................... 52 11. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 5 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ....................................... 53 12. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 6 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ....................................... 54 13. Sidik Ragam Jumlah Total TBS per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )............................. 55 14. Sidik Ragam Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )............................. 56 15. Sidik Ragam Bobot per TBS dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ........................................................................ 57
16. Sidik Ragam Bobot Total TBS per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )............................. 58 17. Sidik Ragam Ketebalan Mesokarp Buah dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) ............................. 59 18. Standar Jumlah dan Berat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Menurut Umur dan Kelas Lahan ............................................................ 60
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Lampiran
1.
Denah Percobaan Pemupukan Kelapa Sawit dengan Pupuk Injeksi Batang................................................................. 61
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam penerimaan devisa di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor utama minyak sawit dunia. Guna memenuhi permintaan pasar terhadap hasil-hasil industri kelapa sawit dilakukan usaha peningkatan di berbagai sektor. Salah satu usaha yang dilakukan saat ini adalah dengan memperluas areal pertanaman. Luas areal pertanaman kelapa sawit setiap tahunnya mengalami peningkatan. Areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2000 seluas 4 158 077 ha, meningkat menjadi 5 597 158 ha pada tahun 2005. Produksi kelapa sawit pun meningkat dari 7 000 508 ton pada tahun 2000 menjadi 12 451 981 ton pada tahun 2005. Volume ekspor kelapa sawit dari tahun 2000 sampai tahun 2004 juga mengalami peningkatan dari 4 110 027 ton menjadi 8 661 647 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Tanaman kelapa sawit memiliki beberapa keunggulan komparatif dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya dalam memenuhi konsumsi dunia. Beberapa keunggulan komparatif dari tanaman kelapa sawit tersebut antara lain biaya produksi yang murah, produktivitas yang tinggi, umur ekonomis yang panjang yaitu antara 25 – 35 tahun, risiko usaha yang kecil serta penggunaannya yang beraneka ragam. Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan, karena minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai macam hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega, sabun dan kosmetika, tetapi juga dapat menjadi substitusi bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang saat ini banyak digunakan berasal dari minyak bumi yang sumbernya tidak dapat diperbaharui (non renewable). Minyak sawit merupakan sumber bahan minyak nabati yang dapat diperbaharui (renewable), sehingga tidak akan pernah habis selama umat manusia mau membudidayakannya secara komersial. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan dan efisiensi produksi tanaman kelapa sawit, di antaranya yaitu dengan penggunaan bibit
2 unggul, perbaikan teknik budidaya dan penanganan pasca panen yang benar sehingga dapat meningkatkan nilai tambah (value added) pada produk akhir yang dihasilkan. Pemupukan merupakan salah satu aspek kegiatan dalam teknik budidaya yang memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan produksi dan efisiensi dalam proses produksi tanaman kelapa sawit tersebut. Dalam upaya mencapai produksi yang tinggi sesuai dengan potensi genetiknya, maka pemupukan merupakan faktor penentu utama khususnya pada keseimbangan konsentrasi dan jenis pupuk yang digunakan dan bukan pada tingkat konsentrasi yang tinggi (Thong dan Ng, 1978). Menurut Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro (1992), keseimbangan konsentrasi pupuk sangat penting dilakukan untuk menghindari adanya efek buruk akibat kekurangan atau kelebihan suatu unsur hara dari pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik hara makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Leiwakabessy dan Sutandi (1998) menyatakan bahwa pupuk digunakan untuk mengoreksi kekurangan hara tanaman, agar diperoleh nutrisi tanaman pada tingkat kesuburan tanah yang optimum dan meningkatkan kualitas tanaman. Program pemupukan yang baik adalah menyuplai sejumlah hara yang diperlukan oleh tanaman agar keuntungan yang diperoleh menjadi maksimal. Tanaman kelapa sawit dalam usahanya untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, membutuhkan unsur-unsur hara utama, baik hara makro maupun mikro yang biasanya diperoleh melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang lazim digunakan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit adalah Urea (45 % N), Rock Phosphate (30 – 40 % P2O5), Murriate of Potash (60 % K2O), Kieserite (27 % MgO), dan Borax (11 % B) (PT Socfin Indonesia (Socfindo) Medan, 1985). Soepardi (1983) melaporkan bahwa pupuk anorganik yang diaplikasikan melalui tanah dapat mengalami banyak hambatan untuk diabsorbsi oleh tanaman. Pupuk yang biasa dipergunakan di perkebunan adalah jenis pupuk yang berbentuk butiran yang diberikan melalui tanah dengan cara disebar pada piringan yang
3 mengelilingi tanaman kelapa sawit dengan jarak sekitar 1 – 1.5 m dari batang tanaman. Salah satu cara untuk mengatasi kendala pada pemupukan tersebut ialah pemupukan dengan cara injeksi batang. Pada pemupukan dengan cara injeksi batang, pupuk diberikan dalam bentuk larutan yang diinjeksikan melalui pipa ke dalam batang tanaman kelapa sawit. Dengan cara demikian pupuk dapat terserap seluruhnya oleh tanaman tersebut serta tidak merusak tanah.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari pengaruh pupuk injeksi batang (PIB) terhadap produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, dan (2) memperoleh konsentrasi pupuk injeksi batang (PIB) yang dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang terbaik.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh pemberian pupuk injeksi batang terhadap produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. 2. Terdapat konsentrasi pupuk injeksi batang yang optimal terhadap produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (oil palm) termasuk ke dalam: Kingdom: Plantae; Divisi: Tracheophyita; Subdivisi: Pteropsida; Kelas: Angiospermeae; Subkelas: Monocotyledoneae; Ordo: Cocoideaea; Famili: Palmae (Arecaceae); Subfamili: Cocoideae; Genus: Elaeis; dan Spesies: Elaeis guineensis Jacq. (Lubis, 1992). Setyamidjaja (2006) melaporkan bahwa terdapat dua spesies kelapa sawit berdasarkan asalnya yaitu Elaeis guineensis Jacq. (kelapa sawit Afrika) dan Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin). Tanaman kelapa sawit berasal dari kawasan Nigeria di Afrika Barat. Penyebaran tanaman kelapa sawit dari daerah asalnya secara tidak langsung terkait dengan perdagangan budak dari Afrika pada abad pertengahan. Pembagian tipe atau varietas kelapa sawit pada spesies Elaeis guineensis Jacq. didasarkan pada warna buah (kulit, exocarp) dan ketebalan cangkang (endocarp). Berdasarkan warna buah, kelapa sawit dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albascens, sedangkan berdasarkan ketebalan cangkang terdapat tipe Dura, Psifera, dan Tenera. Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah sampai batas permukaan air tanah (Fauzi et al., 2005). Pada tanaman kelapa sawit dewasa akar serabut primer berjumlah antara 8 000 – 10 000 dengan diameter antara 4 – 10 mm yang tumbuh dari bongkol atau pangkal batang dekat permukaan tanah (Yahya, 1990). Akar sekunder, tersier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah, bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara (Fauzi et al., 2005). Akar-akar sekunder muncul dari akarakar primer dengan diameter antara 2 – 4 mm dan panjang dapat mencapai 150 cm. Setengah dari akar-akar sekunder tersebut pertumbuhannya mengarah ke atas mendekati permukaan atas tanah. Akar-akar tersier muncul dari akar-akar sekunder dengan diameter antara 1 – 2 mm dan panjang antara 10 – 15 cm. Akarakar tersier tersebut tumbuh secara horisontal dekat dengan permukaan tanah.
5 Akar-akar kuarter terletak dekat permukaan tanah bersama-sama dengan akar-akar tersier, dengan diameter 0.5 mm dan panjang 2 cm. Akar-akar kuarter tersebut tersusun secara teratur sehingga tampak semacam lapisan anyaman yang tebal pada ketebalan 10 cm dalam lapisan tanah terbatas (Yahya, 1990). Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang tumbuh tegak lurus ke atas, berbentuk silindris dengan diameter 40 – 60 cm, serta pada pangkalnya membesar membentuk bonggol batang (bowl). Kecepatan tumbuh meninggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda bergantung pada tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertumbuhan (pertambahan tinggi) antara 25 – 40 cm per tahun. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit adalah kondisi di sekitar tanaman seperti keadaan iklim, pemeliharaan (terutama pemupukan), kerapatan tanaman dan umur tanaman (Setyamidjaja, 2006). Menurut Fauzi et al. (2005), daun kelapa sawit membentuk susunan daun yang majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Yahya (1990) menyebutkan keadaan yang demikian disebut dengan daun parapinnate, yaitu daun yang sejajar yang terdapat dalam helai daun. Menurut Lubis (1992), panjang pelepah daun bervariasi bergantung pada tipe varietas dan kesuburan tanah serta dapat mencapai panjang sembilan meter. Jumlah anak daun pada setiap sisi mencapai 125 – 200 helai dan panjang anak daun tengah mencapai 1.2 m. Fauzi et al. (2005) menambahkan, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Daun yang sehat dan segar berwarna hijau tua. Jumlah pelepah daun pada tanaman dewasa berkisar 40 – 50 pelepah. Kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga dengan phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun, yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya setiap kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak delapan buah. Pertumbuhan melingkar duduk daun dapat mengarah ke kanan atau ke kiri yang tersusun menyerupai spiral. Pada tanaman yang normal dapat dilihat dua set spiral
6 berselang delapan daun yang mengarah ke kanan dan berselang tiga belas daun mengarah ke kiri (Fauzi et al., 2005). Hartley (1977) menerangkan bahwa tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman monocious, artinya bunga jantan dan bunga betina terpisah, tetapi masih berada pada pohon yang sama. Bunga tersusun pada mayang (tandan) dan muncul pada setiap ketiak daun. Rangkaian bunga jantan terdiri atas batang poros dan cabang-cabang meruncing yang disebut dengan spikelet. Tiap tandan bunga jantan memiliki 100 – 250 spikelet yang panjangnya 10 – 20 cm dan berdiameter 1 – 1.5 cm. Masing-masing spikelet berisi 700 – 1 200 bunga jantan yang akan menghasilkan serbuk sari. Tandan bunga jantan dapat menghasilkan serbuk sari sebanyak 25 – 50 g. Setiap tandan bunga jantan tersusun atas enam helai benang sari dan enam perhiasan bunga. Satu tandan bunga betina memiliki 100 – 200 spikelet dan tiap spikelet memiliki 15 – 20 bunga betina. Tidak semua bunga betina tersebut akan berhasil membentuk buah sempurna yang matang, terutama bagian dalam. Bunga betina memiliki tiga putik dan enam perhiasan bunga. Lubis (1992) menambahkan, tandan bunga jantan dan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah jika bunga mekar (anthesis). Fase perkembangan bunga betina dapat diketahui dari perbedaan warna. Pada hari pertama sesudah mekar bunga berwarna putih, selanjutnya pada hari kedua bunga berwarna kuning gading, pada hari ketiga bunga berubah menjadi berwarna agak kemerahan (jingga) dan akhirnya pada hari keempat bunga berwarna merah kehitaman. Selama periode tersebut bunga berbau harum dan mengeluarkan lendir yang menarik serangga penyerbuk. Bunga jantan dalam satu spikelet tidak mekar bersamaan. Pada hari pertama setelah kelopak terbuka, serbuk sari keluar dari ujung spikelet, pada hari kedua di bagian tengah, selanjutnya pada hari ketiga di bagian bawah spikelet, dan pada hari ketiga tersebut bunga jantan mengeluarkan bau yang spesifik (Lubis, 1992). Bunga betina akan menjadi buah masak dalam waktu 4.5 – 6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Ukuran dan bentuk buah beragam menurut posisinya pada tandan. Buah yang terletak di bagian dalam tandan akan lebih kecil ukurannya dan bentuknya kurang sempurna dibandingkan dengan buah yang terletak di bagian
7 luar, karena kondisinya yang terjepit. Berat buah yang sudah matang bergantung pada tipe induknya, yang bervariasi dengan kisaran 13 – 30 gram dengan panjang mencapai 5 cm (Lubis, 1992). Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa kelapa sawit termasuk buah batu. Pada satu buah terdapat susunan sebagai berikut: 1) Kulit buah (exocarp) yang selama tiga bulan setelah penyerbukan warnanya masih putih kehijau-hijauan, tetapi 3 – 6 bulan berikutnya warnanya berubah menjadi kuning. 2) Daging buah (pulp, mesocarp) yang pada tiga bulan pertama tersusun dari air, serat, dan klorofil, pada tiga bulan selanjutnya terjadi pembentukan minyak dan karoten. 3) Cangkang (tempurung, shell, endocarp) yang pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah berumur tiga bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah dari putih menjadi cokelat muda kemudian cokelat. 4) Inti (kernel, endosperm) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan pada akhirnya padat serta agak keras.
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah antara 12 ºLU – 12 ºLS pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut (dpl) (Hartley, 1967). Menurut Ferwerda (1977), tanaman kelapa sawit menghendaki iklim dengan curah hujan antara 1 800 – 4 000 mm/th dan merata sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 25 ºC. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman dataran rendah, meskipun dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 900 m dpl. Lubis (1992) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tidak mengalami defisit air (curah hujan di bawah 250 mm/th). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah tanah yang memiliki ciriciri solum yang dalam (80 cm), pH 4.0 – 6.0, yang terbaik adalah 5.0 – 5.5, tekstur ringan (pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40%, liat 20 – 50 %).
8 Hartley (1967) menyatakan sifat kimia tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah yang memiliki kandungan hara yang tinggi, nilai rasio C/N mendekati 10, daya tukar Mg 0.4 – 1.0 me/100 g, K 0.15 – 0.20 me/100 g. Perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal. Yahya (1990) menyatakan bahwa tanah yang tidak banyak mengandung besi dan berdrainase baik sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit. Tanah pasir dan tanah gambut yang dalam kurang baik, tetapi pada umumnya tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di segala jenis tanah, asal lapisan tanahnya dalam dan memiliki drainase yang baik. Lubis (1992) menyatakan bahwa kelembaban udara yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah 80 %, lama penyinaran matahari antara 5 – 7 jam/hari dan kecepatan angin antara 5 – 6 km/jam dapat membantu terjadinya penyerbukan. Hartley (1977) mengemukakan beberapa peranan sinar matahari bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit, antara lain: (1) penaungan pada semua umur tanaman kelapa sawit dapat menurunkan pertumbuhan dan tingkat asimilasi tanaman, (2) kelapa sawit dewasa yang ternaungi dapat menurunkan produksi bunga betina, dan (3) pemotongan pelepah daun yang jaraknya terlalu berdekatan pada tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan produksi bunga betina.
Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998), pupuk diberikan agar kesuburan tanah tidak menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Soepardi (1983) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah cahaya, tunjangan mekanis, suhu, udara, air, dan unsur hara. Terkecuali cahaya, tanah menyediakan seluruhnya atau sebagian dari faktor-faktor tersebut. Pertumbuhan yang baik bergantung pada kombinasi yang berimbang dan menguntungkan antar faktorfaktor tersebut. Bila salah satu faktor tidak seimbang dengan faktor lainnya, faktor tersebut dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan tanaman.
9 Selanjutnya faktor yang paling tidak optimum menentukan tingkat produksi tanaman. Effendi (1996) menambahkan, lahan-lahan yang ditanami baik dengan tanaman semusim maupun tahunan yang terus menerus dalam jangka waktu lama akan dapat memiskinkan tanah, bila unsur hara yang diangkut oleh panen melebihi kecepatan pembebasan hara dari cadangan mineral tanah. Kemunduran kesuburan tanah memerlukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dan bila tidak dilakukan pemupukan maka produksi akan menurun, apalagi bila digunakan varietas-varietas baru yang umumnya memiliki produksi lebih tinggi, akan lebih cepat memiskinkan tanah. Areal tanaman kelapa sawit pada umumnya adalah lahan mineral bereaksi masam dan miskin unsur hara. Di lain pihak, kelapa sawit memerlukan unsur hara dalam jumlah banyak untuk menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang memuaskan, tanaman kelapa sawit harus dipupuk secara teratur dengan jumlah yang cukup sejak di pembibitan hingga tanaman menghasilkan (Siahaan, Suwandi dan Panjaitan, 1990). Jumlah unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman kelapa sawit berbedabeda menurut stadia perkembangannya. Pada stadia bibit dan tanaman belum menghasilkan (TBM), hara yang diserap tanaman seluruhnya digunakan untuk pembentukan bahan vegetatif, yaitu akar, batang dan daun (Siahaan et al., 1990). Sedangkan pada stadia produktif (tanaman menghasilkan), selain untuk pembentukan bahan vegetatif, hara yang diserap juga digunakan untuk pembentukan bahan generatif, yaitu tandan buah dan bunga jantan. Apabila hara tidak cukup tersedia bagi tanaman, maka dapat menyebabkan gejala defisiensi sehingga pertumbuhan, perkembangan dan produksi akan terganggu. Menurut Leiwakabessy (1988), pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanaman guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitas sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Selanjutnya Leiwakabessy dan Sutandi (1998) menggolongkan pupuk berdasarkan tipe senyawa yang dikandungnya menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
10 Pupuk Organik Pupuk organik adalah pupuk yang unsur haranya berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, baik berasal dari hewan maupun tumbuhan. Pupuk organik dapat berupa humus, pupuk hijau, atau pun pupuk kandang. Unsur hara yang berasal dari pupuk organik dapat diserap tanaman apabila telah terdekomposisi dengan baik. Pupuk organik yang telah terdekomposisi mempunyai ciri-ciri nisbah C/N berkisar antara 10 – 12, berwarna gelap, suhu tidak terlalu tinggi dan sudah tidak terlalu berbau (Leiwakabessy, 1988). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998), pupuk organik termasuk pupuk yang cara kerjanya tidak langsung berpengaruh terhadap tanaman dan daya kerjanya lambat (slow acting), sehingga pupuk organik akan berpengaruh efektif pada tanaman setelah terjadi pelapukan di dalam tanah. Dalam pertanian, pupuk organik bersifat multiguna yang bertujuan menyediakan unsur hara bagi tanaman, mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah, mencegah atau meminimalkan pencemaran lingkungan. Selain itu pupuk organik berperan sebagai sumber energi bagi jasad mikro sehingga secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Widayat, 2001).
Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik pupuk dengan menambahkan bahan kimia (anorganik) dengan kadar hara tinggi. Pupuk tersebut terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal hara yang dikandung oleh pupuk tersebut hanya satu macam, sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang terdiri atas dua atau lebih unsur hara (Lingga, 1999). Menurut Soepardi (1983), terdapat 13 unsur hara esensial yang diperoleh tanaman dari tanah. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dan fungsinya bagi tanaman, maka unsur hara dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang
11 diperlukan tanaman dalam jumlah banyak (N, P, K, Ca, Mg, S), sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit (Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl). Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan, pertumbuhan tanaman akan terhambat bila unsur hara makro dalam tanah kurang, terlalu lambat tersedia, atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lainnya. Nitrogen dan phosphor terdapat dalam jumlah sedikit dalam tanah mineral, juga sebagian besar dari kedua unsur tersebut berada dalam bentuk senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Unsur hara mikro, kecuali Fe (besi), ditemukan dalam jumlah sedikit dalam tanah dan jumlahnya yang tersedia bagi tanaman sangat rendah. Akibatnya, walaupun tanaman mengambilnya dalam jumlah sedikit setiap musim, efek penanaman bertahun-tahun dengan cepat dapat mengurangi jumlah yang semula tersedia. Pada unsur hara mikro, terdapat tiga keadaan tanah yang kemungkinan besar dapat menyebabkan unsur hara mikro menjadi penghambat, yaitu: (1) tanah berpasir, (2) tanah organik, dan (3) tanah sangat alkalin. Hal tersebut disebabkan jumlahnya yang sangat sedikit pada tanah-tanah berpasir dan organik, dan unsur hara mikro-tersedia yang sedikit dalam keadaan pH tinggi. Menurut Soepardi (1983), dari ketiga unsur hara makro yang digunakan sebagai pupuk (N, P dan K), nitrogen memberikan pengaruh yang paling mencolok dan cepat, terutama untuk merangsang pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun. Hampir pada seluruh tanaman, nitrogen merupakan pengatur penggunaan kalium, phosphor dan penyusun lainnya. Corley (1976) menyatakan, nitrogen merupakan pembentuk utama protoplasma sel, protein, asam amino, asam nukleat, amida dan alkaloid, yang berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman. Menurut Lubis (1992), pupuk nitrogen yang diberikan dalam jumlah besar akan mengakibatkan nisbah batang dan akar dari suatu tumbuhan meningkat. Islami dan Utomo (1995) menambahkan, pemupukan nitrogen dapat mempergiat perakaran yang lebih dalam dan lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan luas daun sehingga lebih banyak hasil asimilasi yang dipergunakan untuk pertumbuhan akar. Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa kekurangan
12 unsur nitrogen juga dapat menurunkan aktivitas pertumbuhan tanaman dengan dicirikan oleh daun yang menguning atau kuning kehijauan dan cenderung cepat gugur, sehingga kemampuan berfotosintesis berkurang, tanaman tumbuh kerdil dan sistem perakarannya terbatas. Phosphor (P) berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP, juga berperan dalam pembelahan sel melalui peran nukleoprotein yang ada di dalam inti sel. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah serta biji (Leiwakabessy, 1988). Islami dan Utomo (1995) juga menyebutkan bahwa unsur phosphor dapat memacu pertumbuhan akar. Hal ini didapatkan pada tanaman yang dipupuk dengan phosphor, ternyata mempunyai akar yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tanpa dipupuk. Keadaan ini disebabkan oleh ketersediaan phosphor akan meningkatkan laju fotosintesis yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan akar. Corley (1976) juga menyatakan bahwa phosphor merupakan komponen utama asam nukleat yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat kematangan buah, aktif pada setiap proses fisiologis, baik pertumbuhan maupun aktivitas generatif. Menurut Lubis (1992), kekurangan fosfat secara visual di lapangan sulit untuk dilihat dan cara memantaunya yang terbaik yaitu dengan analisis daun. Kalium (K) merupakan unsur hara yang berperan penting dalam proses metabolisme tanaman, yaitu sebagai katalisator berbagai enzim (Prawiranata et al., 1992). Unsur K juga berpengaruh terhadap terbukanya mulut daun, pengatur dalam proses pembentukan minyak, dan pengangkut hasil asimilasi ke seluruh jaringan tanaman (Corley, 1976). Selain itu, K paling banyak ditransfer ke tandan dibandingkan dengan unsur hara yang lain. Berbeda dengan unsur hara yang lain, K+ tidak bersenyawa dengan senyawa-senyawa organik tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1965). Jumlah kalium dalam tanah jauh lebih banyak daripada phosphor. Unsur K merupakan unsur yang mobil di dalam jaringan tanaman (Soepardi, 1983). Kebutuhan
tanaman
akan
kalium
cukup
tinggi.
Kekurangan
K
akan
13 mengakibatkan produksi tanaman berkurang sekali dan mengurangi resistensi terhadap penyakit (Leiwakabessy, 1988). Pemberian K yang berlangsung terus tanpa diimbangi dengan Mg akan menyebabkan kandungan Mg menurun drastis (Lubis, 1992). Menurut Leiwakabessy (1988), tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhan tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian yang tua menuju ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman. Tanaman perkebunan atau juga yang disebut dengan tanaman keras termasuk tanaman tahunan (perennial). Aplikasi pupuk pada tanaman perkebunan dapat diberikan melalui beberapa cara, antara lain melalui tanah, daun, dan batang.
Aplikasi Pupuk melalui Tanah Pada umumnya, jenis pupuk yang diaplikasikan melalui tanah berupa pupuk padat. Walaupun demikian ada juga pupuk yang berupa cairan yang diberikan langsung pada tanah dengan cara dicampurkan dalam air irigasi. Menurut Soepardi (1983), pupuk harus ditempatkan dalam tanah sedemikian rupa sehingga tanaman memperoleh keuntungan yang maksimal. Hal ini tidak hanya meliputi daerah penempatan, tetapi juga waktu penempatan dari pupuk. Akar merupakan organ tanaman yang bertanggung jawab pada penyerapan pupuk yang diaplikasikan melalui tanah. Menurut Kramer (1977) dalam Islami dan Utomo (1995), akar tanaman berfungsi sebagai: (1) organ yang bertanggung jawab agar tanaman dapat berdiri tegak pada tanah, (2) organ yang melakukan absorbsi hara dan air, (3) melakukan aktivitas metabolisme dan membentuk berbagai persenyawaan yang diperlukan oleh tanaman, dan (4) sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Soepardi (1983) menyatakan bahwa pemupukan melalui akar sering mengalami hambatan, sehingga suplai unsur hara ke dalam tanaman menjadi berkurang. Ketersediaan hara yang tidak mencukupi kebutuhan tanaman dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: (1) ketersediaan unsur hara dalam tanah
14 memang sulit, (2) lingkungan dalam tanah tidak memungkinkan akar untuk dapat menyerap hara yang bersangkutan, (3) angkutan hara dari akar ke bagian atas tanaman tidak lancar, (4) laju pertumbuhan yang terlalu cepat tidak dapat diimbangi oleh laju persediaan hara yang memadai di dalam tanah, dan (5) tindakan manusia yang menyebabkan ketersediaan hara tertentu di dalam tanah menjadi berkurang atau tidak tersedia.
Aplikasi Pupuk melalui Daun Pupuk yang diaplikasikan pada tanaman melalui daun disebut pupuk daun. Pupuk daun mengandung unsur hara makro dengan tambahan beberapa unsur hara mikro, tetapi ada pula pupuk daun khusus yang hanya mengandung unsur hara makro atau mikro saja. Pada umumnya, pemupukan melalui daun diberikan sebagai tambahan ataupun diberikan pada waktu-waktu tertentu pada saat penyerapan hara melalui akar kurang efektif. Selain itu, pemupukan melalui daun dapat mengurangi kerusakan akar akibat pemberian pupuk yang kurang merata di daerah perakaran. Menurut Lingga (1999), keuntungan pemberian pupuk melalui daun dibandingkan dengan pemberian pupuk melalui tanah, yaitu: (1) penyerapan pupuk lebih efisien, (2) jumlah pupuk yang diberikan lebih sedikit, (3) tidak menimbulkan kerusakan pada sistem perakaran tanaman, dan (4) memenuhi kebutuhan akan unsur hara mikro. Di samping beberapa keuntungan tersebut, Muhadjir, Darmijati dan Ratna (1989) menyatakan, ada beberapa kelemahan pada pemberian pupuk melalui daun, yaitu: (1) unsur hara yang diberikan terbatas, (2) konsentrasi atau dosis yang tinggi dapat menyebabkan keracunan (fitotoksisitas), dan (3) mudah tercuci oleh air terutama pada musim penghujan. Faktor lingkungan yang penting yaitu penyediaan air ke daun. Stomata yang terbuka akan menyerap air yang mengenainya (Prawiranata et al., 1992). Lingga (1999) menambahkan, jika air tersebut mengandung unsur hara, maka unsur hara akan masuk ke dalam jaringan tanaman bersamaan dengan air tersebut pada saat stomata terbuka.
15 Aplikasi Pupuk melalui Batang Aplikasi pupuk melalui batang disebut juga dengan injeksi batang. Aplikasi ini dilakukan dengan cara mengebor atau melubangi bagian batang tanaman untuk kemudian sebagai tempat memasukkan pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk cair atau pupuk yang sudah dibuat dalam bentuk larutan. PIB Novelgro Injection adalah salah satu pupuk injeksi batang produksi PT. NOVELVAR. Pupuk injeksi batang ini dirancang khusus untuk tanaman kelapa sawit, dengan target penghematan biaya pemupukan dan perawatan tanaman, sekaligus peningkatan hasil panen kelapa sawit dan peningkatan efisiensi pengolahan pabrik. Dosis yang direkomendasikan oleh perusahaan untuk tanaman kelapa sawit yang berumur 10 – 18 tahun adalah 1 bungkus (1 kg) pupuk injeksi batang + 9 liter air bersih + 100 cc ph Balancer, yang digunakan untuk kebutuhan 1 ha (135 pokok). Sesuai dengan aplikasinya, pupuk ini dibedakan menjadi tiga, yaitu Injection No. 1 dengan warna hijau, Injection No. 2 dengan warna merah, dan Injection No. 3 dengan warna biru 1) .
1)
Brosur Pupuk Injeksi Batang Kelapa Sawit
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Bogor, dengan ketinggian tempat ± 220 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, yaitu dari bulan Maret sampai dengan bulan September 2007.
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun kesembilan (TM-9) varietas Marihat dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m, pupuk (Urea, SP-36, KCl, Kieserite, Boraks, dan Pupuk Injeksi Batang (PIB)), pH Balancer, serta oxytetracycline sebagai antibiotik. Alat-alat yang digunakan antara lain cangkul, plang percobaan, mesin bor lengkap dengan mata bor, pipa injeksi, palu/martil, jerigen, ember, botol air mineral, gelas ukur, egrek, tali, timbangan, kantong plastik serta alat-alat tulis.
Metode Percobaan Dalam percobaan ini, rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu perlakuan konsentrasi pemupukan dengan menggunakan Pupuk Injeksi Batang (PIB). Dalam percobaan ini terdapat tujuh taraf perlakuan, yaitu kontrol (P0), pupuk standar kebun (P1), PIB 5.55 % (P2), PIB 8.32 % (P3), PIB 11.10 % (P4), PIB 13.87 % (P5) dan PIB 16.65 % (P6). PIB dengan konsentrasi 11.10 % merupakan rekomendasi dari perusahaan. Dosis dan aplikasi perlakuan PIB pada tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.
17 Tabel 1. Dosis dan Aplikasi Pupuk Injeksi Batang pada Kelapa Sawit
Jenis Pupuk
Urea (kg/tan/6 bln) SP 36 (kg/tan/6 bln) KCl (kg/tan/6 bln) Kieserite (kg/tan/6 bln) Borax (kg/tan/6 bln) PIB (g/9 tan/bln) -N (g/tan/6 bln) -P (g/tan/6 bln) -K (g/tan/6 bln) pH Balancer (ml/9 tan/bln) Air (ml/9 tan/bln)
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Kontrol Pupuk PIB PIB PIB PIB PIB Standar 5.55 % 8.32 % 11.10 % 13.87 % 16.65 % Kebun -
1.375
-
-
-
-
-
-
1.125
-
-
-
-
-
-
1.125
-
-
-
-
-
-
0.750
-
-
-
-
-
-
0.0375
-
-
-
-
-
-
-
34.96
52.45
69.93
87.41
104.89
-
-
3.19
4.78
6.37
7.97
9.56
-
-
3.74
5.60
7.47
9.34
11.21
-
-
5.81
8.71
11.61
14.52
17.42
-
-
6.30
6.30
6.30
6.30
6.30
420*
-
630
630
630
630
630
Keterangan : * = Untuk 6 tanaman/bulan
Pada setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 21 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 3 tanaman, kecuali pada perlakuan P0 dan P1 hanya 2 tanaman, sehingga seluruhnya diperlukan 57 tanaman. Gambar denah percobaan tercantum pada Gambar Lampiran 1. Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan acak kelompok sebagai berikut: Yij = μ + αi + βj + εij dimana: Yij = respon pengamatan kelompok ke-i pada perlakuan konsentrasi PIB ke-j μ
= rataan umum
18 αi
= pengaruh kelompok ke-i
βj
= pengaruh perlakuan konsentrasi PIB ke-j
εij
= pengaruh galat percobaan kelompok ke-i pada perlakuan konsentrasi PIB ke-j i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Apabila hasil dari sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata pada uji F taraf 5 %, maka uji statistik dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT). Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan Sebelum percobaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan sanitasi kebun. Pelaksanaan percobaan didahului dengan pengeboran pada batang tanaman yang memperoleh perlakuan P0 (kontrol), P2, P3, P4, P5, dan P6, sedangkan tanaman yang memperoleh perlakuan P1 tidak dilakukan pengeboran karena hanya menggunakan perlakuan pupuk standar kebun. Pengeboran batang tanaman kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan mesin bor berbahan bakar bensin lengkap dengan mata bor (diameter 22 mm dan panjang 33 cm), dengan ketinggian titik pengeboran 90 – 100 cm dari permukaan tanah, sedalam 9 inci (23 cm) serta sudut kemiringan 45o. Pipa injeksi yang digunakan berupa pipa PVC tipe AW ½ inci dengan diameter luar 21.8 – 22 mm dan tebal dinding 2.7 – 3.3 mm, yang dipotong-potong sepanjang 22 inci (56 cm). Selanjutnya pipa-pipa tersebut dipotong pada titik tengahnya sepanjang 11 inci (28 cm) dengan kemiringan 45o. Setelah itu, ujung pipa yang runcing dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran dengan menggunakan palu/martil dengan posisi mulut pipa menghadap ke atas. Perlakuan kontrol (P0) adalah perlakuan hanya dengan menggunakan air bersih, tanpa diberi pupuk standar maupun PIB. Perlakuan pupuk standar (P1) dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dengan dua kali aplikasi per tahun, sehingga pada percobaan ini pemupukan diberikan setengah dari dosis rekomendasi pemupukan standar kebun. Pupuk-pupuk anorganik tersebut disebar merata pada piringan masing-masing tanaman dengan
19 jarak 1 m dari batang tanaman. Standar dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Standar Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Kelompok Umur (tahun) 3-8 9 - 13 14 - 20 21 - 25
Urea 2.00 2.75 2.50 1.75
Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon/tahun) SP-36 MOP Kieserite 1.50 1.50 1.00 2.25 2.25 1.50 2.00 2.00 1.50 1.25 1.25 1.00
Sumber: Buana, Siahaan dan Adiputra (Ed.) (2003)
Pupuk injeksi batang (PIB) yang akan diaplikasikan pada tanaman yang memperoleh perlakuan PIB terlebih dahulu dilarutkan dengan air sesuai dengan konsentrasi masing-masing perlakuan, ditambah dengan pH Balancer sebanyak 0.7 ml untuk tiap tanaman. Dosis dari masing-masing perlakuan berturut-turut adalah: 34.96 g PIB/630 ml air (P2), 52.45 g PIB/630 ml air (P3), 69.93 g PIB/630 ml air (P4), 87.41 g PIB/630 ml air (P5), dan 104.89 g PIB/630 ml air (P6), masing-masing untuk sembilan tanaman. Larutan pupuk injeksi batang kemudian dimasukkan ke dalam pipa injeksi sebanyak 65 – 70 ml tiap tanaman dengan menggunakan botol air mineral yang tutupnya telah dimodifikasi. Pemberian PIB dilakukan satu bulan sekali.
Pengamatan Pengamatan dilakukan satu bulan sekali selama enam bulan. Adapun peubah-peubah yang diamati adalah: 1. Jumlah pelepah daun per tanaman. Jumlah pelepah daun dihitung berdasarkan pelepah daun yang telah membuka sempurna. 2. Jumlah tandan bunga (jantan dan betina) per tanaman. 3. Komposisi tandan buah segar (TBS) per tanaman berdasarkan umur. Jumlah TBS dihitung dan dikelompokkan menurut umur TBS, yaitu mulai dari umur 1 bulan hingga 6 bulan.
20 4. Jumlah total TBS per tanaman. 5. Jumlah TBS yang dipanen per tanaman. 6. Bobot per TBS yang dipanen. Bobot TBS diukur dengan menggunakan timbangan gantung. 7. Bobot total TBS yang dipanen per tanaman. 8. Ketebalan mesokarp (daging buah). Ketebalan mesokarp diukur dengan cara menusukkan jangka sorong pada tiga titik yang tempatnya berbeda pada setiap sampel buah. Sampel berjumlah lima buah setiap perlakuan dan dihitung rata-rata. Untuk menunjang percobaan, diperlukan data lain, yaitu: 1. Kadar hara tanah 2. Kadar hara (makro dan mikro) daun 3. Kadar lemak kasar Analisis kadar hara tanah dilakukan pada awal percobaan. Analisis hara (makro dan mikro) daun dilakukan pada awal percobaan dengan contoh daun diambil dari daun kesembilan. Helai anak daun yang diambil berada antara setengah sampai sepertiga dari ujung pelepah, masing-masing terdiri atas satu helai dari bagian kiri dan kanan pelepah. Helai anak daun kemudian dibersihkan dan sepertiga bagian ujung dan pangkalnya dibuang (Lubis, 1992). Analisis kadar hara tanah dan daun dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Analisis kadar lemak kasar sebelum perlakuan dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, sedangkan analisis setelah perlakuan dilakukan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan Lahan yang digunakan untuk percobaan adalah Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Bogor, yang memiliki ketinggian tempat ± 220 m dpl. Kondisi curah hujan bulanan rata-rata dari bulan Agustus 2006 sampai dengan bulan Agustus 2007 adalah sebesar 251.35 mm dengan jumlah hari hujan 18.23 hari, kelembaban udara 81.77 % serta suhu udara minimum 22.2 ºC dan maksimum 31.9 ºC (Tabel Lampiran 1). Selama percobaan berlangsung, gulma pada areal lahan percobaan relatif sedikit sekali. Hal ini diduga karena tanah di lahan percobaan hampir seluruhnya ternaungi oleh kanopi tanaman kelapa sawit yang rimbun, sehingga hanya sedikit sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah. Di lahan percobaan terdapat tiga tanaman kelapa sawit yang menjadi objek percobaan yang mengalami gejala warna daun menguning, yang selanjutnya teridentifikasi sebagai penyakit yang disebabkan oleh serangan cendawan Pestalotia palmarum. Penyakit ini kemudian ditindaklanjuti dengan pemberian antibiotik berupa oxytetracycline sebanyak 3 kapsul yang dilarutkan dalam 10 liter air yang kemudian dimasukkan ke dalam pipa injeksi sebanyak 65 – 70 ml per tanaman. Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa kandungan C-organik, N-total, P, Ca, K, Na, dan KB berada di bawah normal, dengan pH tanah 4.80, sedangkan Mg dan KTK tanah normal (Tabel Lampiran 2). Hasil analisis daun sebelum perlakuan menunjukkan bahwa unsur N, K, dan Mg berada di bawah normal, unsur Ca, Cu, dan Zn normal, sedangkan unsur P dan Mn berada di atas status hara normal (Tabel Lampiran 3).
Pertumbuhan, Perkembangan dan Produksi Tanaman Perlakuan pemberian PIB (Pupuk Injeksi Batang) dengan konsentrasi yang berbeda pada tanaman kelapa sawit yang diujicobakan hanya menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah pelepah daun dan jumlah bunga jantan pada bulan-bulan tertentu saja setelah perlakuan. Sedangkan untuk peubah-peubah
22 lainnya, perlakuan pemberian PIB dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil sidik ragam pada masing-masing peubah yang diamati disajikan pada Tabel Lampiran 4 sampai dengan 17. Jumlah pelepah daun. Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi PIB berpengaruh nyata terhadap jumlah pelepah daun pada 4 dan 5 bulan setelah perlakuan (BSP). Rata-rata jumlah pelepah daun tanaman kelapa sawit pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP tercantum pada Tabel 3. Pada 4 BSP, pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % menghasilkan jumlah pelepah daun kelapa sawit terbanyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan PIB 8.32 %, PIB 5.55 %, PIB 13.87 %, dan PIB 16.65 %. Begitu juga pada 5 BSP, pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % menghasilkan jumlah pelepah daun kelapa sawit terbanyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan PIB 8.32 %, PIB 5.55 %, dan PIB 13.87 %. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Pelepah Daun Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) 1 2 3 4 5 ……….……..….... (cm/buah) ……….…….…… 39.83 41.17 41.17 41.50c 40.83c 39.17 40.50 40.50 41.83bc 41.33c 42.00 44.22 44.22 45.33abc 46.33abc 44.00 46.00 46.00 47.33ab 48.56ab 46.89 48.33 48.89 50.33a 51.89a 41.11 42.78 43.00 45.11abc 46.44abc 41.67 43.44 43.89 44.78abc 45.78bc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam kolom yang sama, berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
Jumlah bunga betina. Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 5 menunjukkan bahwa pemberian PIB selama percobaan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina. Rata-rata jumlah bunga betina tanaman kelapa sawit pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP tercantum pada Tabel 4.
23 Tabel 4. Rata-rata Jumlah Bunga Betina Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 2.17 0.50 0.50 0.83 0.17 4.17 2.33 1.33 0.83 0.50 0.33 5.32 1.33 0.33 0.11 0.33 0.44 2.54 1.78 1.00 0.56 0.11 0.33 3.78 0.67 0.22 0.22 0.00 0.78 1.89 1.78 0.00 0.11 0.33 0.00 2.22 1.00 0.11 0.33 0.11 0.33 1.88
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Jumlah bunga jantan. Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 6 menunjukkan bahwa pemberian PIB berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga jantan pada 5 BSP. Rata-rata jumlah bunga jantan tanaman kelapa sawit pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP tercantum pada Tabel 5. Pemberian PIB 8.32 % dan PIB 16.65 % masing-masing menghasilkan jumlah bunga jantan kelapa sawit tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk standar kebun, PIB 11.10 % dan PIB 13.87 %. Tabel 5. Rata-rata Jumlah Bunga Jantan Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 0.83 0.67 0.17 0.17 0.00c 1.84 0.67 0.17 0.67 0.67 0.50ab 2.68 0.78 0.56 0.33 0.56 0.33bc 2.56 1.00 0.56 0.33 1.00 0.89a 3.78 0.78 0.78 0.56 0.67 0.56ab 3.35 0.78 0.56 0.56 0.67 0.78ab 3.35 0.67 0.67 0.33 0.89 0.89a 3.45
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam kolom yang sama, berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 % - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan ( x + 0.5) - Data yang disajikan merupakan data asli
24 Komposisi TBS berdasarkan umur. Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 7 menunjukkan bahwa pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit umur 1 bulan. Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 1 bulan pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 1 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 0.33 2.33 0.50 0.50 0.50 4.16 1.17 2.67 1.33 0.83 0.33 6.33 0.56 1.33 0.33 0.11 0.33 2.66 1.00 1.00 1.00 0.56 0.11 3.67 1.22 1.67 0.22 0.22 0.00 3.33 1.44 1.78 0.00 0.11 0.33 3.66 0.67 1.00 0.11 0.33 0.11 2.22
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 1 bulan berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 1 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 1.00 2.33 1.50 1.50 1.50 7.83 1.83 2.83 2.75 1.17 1.00 9.58 1.50 2.00 1.50 1.00 1.50 7.50 1.50 2.25 2.25 1.25 1.00 8.25 1.83 2.50 2.00 1.00 0.00 7.33 1.89 3.00 0.00 1.00 1.00 6.89 1.11 1.67 1.00 1.50 1.00 6.28
25 Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 8 menunjukkan bahwa pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit umur 2 bulan. Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 2 bulan pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 2 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Jumlah Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 0.00 0.33 2.33 0.50 0.50 3.66 0.17 1.17 2.67 1.33 0.83 6.17 0.00 0.56 1.33 0.33 0.11 2.33 0.44 1.00 1.00 1.00 0.56 4.00 0.00 1.22 1.67 0.22 0.22 3.33 0.22 1.44 1.78 0.00 0.11 3.55 0.67 0.67 1.00 0.11 0.33 2.78
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 2 bulan berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 2 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 0.00 1.00 2.33 1.50 1.50 6.33 1.00 1.83 2.83 2.75 1.17 9.58 0.00 1.50 2.00 1.50 1.00 6.00 1.00 1.50 2.25 2.25 1.25 8.25 0.00 1.83 2.50 2.00 1.00 7.33 1.00 1.89 3.00 0.00 1.00 6.89 1.33 1.11 1.67 1.00 1.50 6.61
26 Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 9 menunjukkan bahwa pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit umur 3 bulan. Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 3 bulan pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 3 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Jumlah Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 1.83 0.00 0.33 2.33 0.50 4.99 1.67 0.17 1.17 2.67 1.33 7.01 0.44 0.00 0.56 1.33 0.33 2.66 0.33 0.44 1.00 1.00 1.00 3.77 0.89 0.00 1.22 1.67 0.22 4.00 0.00 0.22 1.44 1.78 0.00 3.44 0.67 0.67 0.67 1.00 0.11 3.12
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 3 bulan berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 3 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 2.75 0.00 1.00 2.33 1.50 7.58 1.83 1.00 1.83 2.83 2.75 10.24 2.00 0.00 1.50 2.00 1.50 7.00 1.50 1.00 1.50 2.25 2.25 8.50 2.00 0.00 1.83 2.50 2.00 8.33 0.00 1.00 1.89 3.00 0.00 5.89 1.17 1.33 1.11 1.67 1.00 6.28
27 Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 10 menunjukkan bahwa pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit umur 4 bulan. Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 4 bulan pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 4 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Jumlah Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 0.83 1.83 0.00 0.33 2.33 5.32 0.67 1.67 0.17 1.17 2.67 6.35 0.11 0.44 0.00 0.56 1.33 2.44 0.33 0.33 0.44 1.00 1.00 3.10 0.44 0.89 0.00 1.22 1.67 4.22 0.22 0.00 0.22 1.44 1.78 3.66 0.44 0.67 0.67 0.67 1.00 3.45
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 4 bulan berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 4 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 1.75 2.75 0.00 1.00 2.33 7.83 1.00 1.83 1.00 1.83 2.83 8.49 1.00 2.00 0.00 1.50 2.00 6.50 1.50 1.50 1.00 1.50 2.25 7.75 1.33 2.00 0.00 1.83 2.50 7.66 1.00 0.00 1.00 1.89 3.00 6.89 1.50 1.17 1.33 1.11 1.67 6.78
28 Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 11 menunjukkan bahwa pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit umur 5 bulan. Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 5 bulan pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 5 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Jumlah Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 1.33 0.83 1.83 0.00 0.33 4.32 1.33 0.67 1.67 0.17 1.17 5.01 0.78 0.11 0.44 0.00 0.56 1.89 1.11 0.33 0.33 0.44 1.00 3.21 0.56 0.44 0.89 0.00 1.22 3.11 0.22 0.22 0.00 0.22 1.44 2.10 0.44 0.44 0.67 0.67 0.67 2.89
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 5 bulan berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 5 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 3.00 1.75 2.75 0.00 1.00 8.50 2.00 1.00 1.83 1.00 1.83 7.66 1.67 1.00 2.00 0.00 1.50 6.17 2.67 1.50 1.50 1.00 1.50 8.17 2.00 1.33 2.00 0.00 1.83 7.16 2.00 1.00 0.00 1.00 1.89 5.89 1.33 1.50 1.17 1.33 1.11 6.44
29 Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 12 menunjukkan bahwa pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit umur 6 bulan. Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 6 bulan pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 6 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Jumlah Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 0.50 1.33 0.83 1.83 0.00 4.49 0.33 1.33 0.67 1.67 0.17 4.17 0.22 0.78 0.11 0.44 0.00 1.55 0.56 1.11 0.33 0.33 0.44 2.77 0.56 0.56 0.44 0.89 0.00 2.45 0.00 0.22 0.22 0.00 0.22 0.66 1.11 0.44 0.44 0.67 0.67 3.33
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah TBS kelapa sawit umur 6 bulan berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 6 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……………...…... (tandan/pohon) …….....………… 1.50 3.00 1.75 2.75 0.00 9.00 1.00 2.00 1.00 1.83 1.00 6.83 1.00 1.67 1.00 2.00 0.00 5.67 1.17 2.67 1.50 1.50 1.00 7.84 1.25 2.00 1.33 2.00 0.00 6.58 0.00 2.00 1.00 0.00 1.00 4.00 2.50 1.33 1.50 1.17 1.33 7.83
30 Jumlah total TBS per tanaman. Selama percobaan berlangsung, perlakuan konsentrasi PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah total TBS per tanaman. Hal ini tertera pada hasil sidik ragam yang disajikan pada Tabel Lampiran 13. Rata-rata jumlah total TBS per tanaman pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-rata Jumlah Total TBS per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) 1 2 3 4 5 .……..………...… (tandan/pohon) …….......…. 4.83 6.67 5.83 5.50 4.17 5.33 7.83 7.67 7.83 6.50 2.11 3.22 2.78 2.78 2.67 3.78 4.22 4.11 4.33 4.11 3.67 4.78 4.44 4.22 3.33 2.11 3.89 3.67 3.44 3.89 4.00 3.89 3.56 3.44 2.89
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah total TBS per tanaman berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Rata-rata Jumlah Total TBS per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) 1 2 3 4 5 .……..………...… (tandan/pohon) …….......…. 4.83 6.67 5.83 5.50 4.17 5.33 7.83 7.67 7.83 6.50 2.67 3.22 2.78 2.78 3.00 3.78 4.22 4.11 4.33 4.11 4.11 4.78 4.44 4.22 3.33 2.33 4.33 4.11 3.78 4.28 4.00 3.89 3.56 4.00 3.28
31 Jumlah TBS yang dipanen per tanaman. Selama percobaan berlangsung, perlakuan konsentrasi PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah TBS yang dipanen per tanaman. Hal ini tertera pada hasil sidik ragam yang disajikan pada Tabel Lampiran 14. Rata-rata jumlah TBS yang dipanen per tanaman pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Jumlah Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Total 1 2 3 4 5 ……...……...…… (TBS/pohon) ……...……...…. 0.50 1.33 0.83 1.83 0.00 4.50 0.33 1.33 0.67 1.67 0.17 4.17 0.22 0.78 0.11 0.44 0.00 1.56 0.56 1.11 0.33 0.33 0.44 2.78 0.56 0.56 0.44 0.89 0.00 2.44 0.00 0.22 0.22 0.00 0.22 0.67 1.11 0.44 0.44 0.67 0.67 3.33
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata jumlah TBS yang dipanen per tanaman berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Rata-rata Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Jumlah Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Total 1 2 3 4 5 ……...……...…… (TBS/pohon) ……...……...…. 1.50 3.00 1.75 2.75 0.00 9.00 1.00 2.00 1.00 1.83 1.00 6.83 1.00 1.67 1.00 2.00 0.00 5.67 1.17 2.67 1.50 1.50 1.00 7.83 1.25 2.00 1.33 2.00 0.00 6.58 0.00 2.00 1.00 0.00 1.00 4.00 2.50 1.33 1.50 1.17 1.33 7.83
32 Bobot per TBS. Selama percobaan berlangsung, perlakuan konsentrasi PIB tidak berpengaruh nyata terhadap bobot per TBS. Hal ini tertera pada hasil sidik ragam yang disajikan pada Tabel Lampiran 15. Rata-rata bobot per TBS yang dipanen pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-rata Bobot per TBS yang Dipanen pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Rata-rata 1 2 3 4 5 ……...……...…… (kg/TBS) ………………..….... 6.29 8.83 9.00 11.59 0.00 7.14 6.83 11.28 11.17 14.78 3.00 9.41 3.56 8.00 1.89 3.94 0.00 3.48 7.92 5.26 3.83 3.97 8.89 5.97 7.92 8.11 7.50 8.80 0.00 6.47 0.00 2.06 3.78 0.00 4.39 2.05 8.59 7.25 6.86 11.11 8.03 8.37
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata bobot per TBS yang dipanen berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Rata-rata Bobot per TBS yang Dipanen Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Rata-rata 1 2 3 4 5 ……...……...…… (kg/TBS) ………………..….... 18.88 18.56 17.56 17.39 0.00 14.48 20.50 17.25 16.83 17.78 18.00 18.07 16.00 18.21 17.00 17.75 0.00 13.79 18.04 15.78 17.25 17.88 20.00 17.79 17.81 18.25 22.50 19.79 0.00 15.67 0.00 18.50 17.00 0.00 19.75 11.05 19.33 21.75 19.50 19.42 18.21 19.64
33 Bobot total TBS per tanaman. Selama percobaan berlangsung, perlakuan konsentrasi PIB tidak berpengaruh nyata terhadap bobot total TBS per tanaman. Hal ini tertera pada hasil sidik ragam yang disajikan pada Tabel Lampiran 16. Rata-rata bobot total TBS per tanaman pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Rata-rata Bobot Total TBS per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) 1 2 3 4 5 ………….… (kg/pohon) ………….… 8.58 24.75 14.75 32.25 0.00 6.83 24.17 11.17 31.58 3.00 3.56 13.83 1.89 7.89 0.00 9.72 16.39 5.56 6.00 8.89 9.83 10.28 10.28 16.94 0.00 0.00 4.11 3.78 0.00 4.39 21.44 9.22 8.67 13.61 12.06
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
Jumlah Total (kg/ha) 11 487.19 10 975.25 3 885.31 6 658.08 6 768.19 1 756.04 9 295.00
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Rata-rata bobot total TBS per tanaman berdasarkan jumlah tanaman yang berbuah pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Rata-rata Bobot Total TBS per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) Jumlah Total 1 2 3 4 5 ……...……...…… (kg/pohon) …………..…...….... 25.75 58.38 30.25 48.38 0.00 162.75 20.50 37.75 16.83 34.58 18.00 127.67 16.00 29.92 17.00 35.50 0.00 98.42 20.75 42.08 25.00 27.00 20.00 134.83 22.13 37.00 30.83 38.13 0.00 128.08 0.00 37.00 17.00 0.00 19.75 73.75 48.25 27.67 27.63 23.17 24.25 150.96
34 Ketebalan Mesokarp Buah. Selama percobaan berlangsung, pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap ketebalan mesokarp buah kelapa sawit. Hal ini tertera pada hasil sidik ragam yang disajikan pada Tabel Lampiran 17. Ratarata ketebalan mesokarp buah kelapa sawit pada berbagai taraf konsentrasi pupuk injeksi batang dari 1 hingga 5 BSP disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Rata-rata Ketebalan Mesokarp Buah Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
Bulan Setelah Perlakuan (BSP) 1 2 3 4 5 ……….……..….... (cm/buah) ……….…….…… 0.45 0.45 0.48 0.47 0.00 0.54 0.46 0.52 0.48 0.52 0.43 0.45 0.53 0.42 0.00 0.46 0.47 0.54 0.45 0.51 0.47 0.48 0.48 0.49 0.00 0.00 0.43 0.51 0.00 0.48 0.45 0.49 0.45 0.45 0.47
Keterangan: - Data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi dengan
( x + 0.5)
- Data yang disajikan merupakan data asli
Kualitas Buah. Hasil analisis buah kelapa sawit menunjukkan bahwa kadar air mengalami penurunan setelah aplikasi pemberian PIB, sedangkan kadar lemak total setelah perlakuan rata-rata mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Hasil analisis kadar lemak kasar sebelum dan setelah perlakuan disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Kadar Lemak Kasar Sebelum dan Setelah Perlakuan Kadar Kadar Lemak Total Asam Lemak Bebas ………………………..(%)……………… 31.06 35.02 -
Kadar Air Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Kontrol Pupuk Standar Kebun PIB 5.55 % PIB 8.32 % PIB 11.10 % PIB 13.87 % PIB 16.65 %
30.36 33.75 27.61 31.77 28.05 36.28 30.75
44.58 33.76 41.87 39.60 51.80 43.66 48.42
10.21 25.81 1.38 2.46 1.60 16.33 10.05
35 Pembahasan Hasil analisis tanah sebelum perlakuan menunjukkan bahwa pH tanah 4.8 (bereaksi masam), kandungan C-organik, N-total, P, Ca, dan K tergolong rendah, sedangkan Mg dan KTK tanah normal (15.06 me/100 g). Tanah pada lahan percobaan termasuk tanah yang memiliki tekstur liat (4.02 % pasir, 18.25 % debu, dan 77.73 % liat) (Tabel Lampiran 2). Menurut Lubis (1992), tekstur liat berpasir cukup baik bagi perkembangan akar dan mekanisme air. Dari hasil analisis daun sebelum perlakuan dapat diketahui bahwa kandungan unsur N, K, dan Mg rendah, Ca, Cu, dan Zn normal, sedangkan P dan Mn tinggi (Tabel Lampiran 3). Kandungan unsur P yang tinggi tersebut sangat berhubungan dengan kualitas biji dan buah, seperti yang dikemukakan oleh Fauzi et.al. (2005). Hasil percobaan pemberian PIB dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan tersebut hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah pelepah daun pada 4 dan 5 BSP serta jumlah bunga jantan pada 5 BSP. Akan tetapi terhadap jumlah bunga betina, komposisi TBS berdasarkan umur (umur 1 – 6 bulan), jumlah total TBS per tanaman, jumlah TBS yang dipanen per tanaman, bobot per TBS yang dipanen, bobot total TBS yang dipanen per tanaman serta ketebalan mesokarp buah kelapa sawit tidak berpengaruh nyata. Pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % pada 4 dan 5 BSP memberikan pengaruh yang nyata dalam menghasilkan jumlah pelepah daun terbanyak, yaitu masing-masing dapat meningkatkan jumlah pelepah daun sebesar 17.54 % dan 21.31 % dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga akibat adanya peran unsur Cu dan Zn. Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum perlakuan diperoleh data bahwa kandungan unsur Cu dan Zn berada pada status hara normal (Tabel Lampiran 2). Anwar (2000) melaporkan bahwa pemberian hara mikro B, Cu, dan Zn berpengaruh nyata terhadap diameter batang, tinggi bibit, dan jumlah daun, sedangkan pemberian Fe berpengaruh nyata terhadap klorofil daun, jumlah daun, diameter batang, dan tinggi bibit kelapa sawit. Pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga jantan pada 5 BSP (Tabel 4 dan
36 5). Pemberian PIB dengan konsentrasi 8.32 % dan 16.65 % sama-sama memberikan jumlah bunga jantan terbanyak dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena kondisi iklim mikro yang terjadi di lapangan. Curah hujan rata-rata bulanan selama setahun cukup tinggi, yaitu 251.35 mm dengan hari hujan 18.23 hari. Menurut Sunarko (2007), jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Bulan kering yang berturut-turut selama beberapa bulan dapat mempengaruhi pembentukan bunga (baik jumlah maupun seks rasionya) untuk dua tahun berikutnya. Lubis (1992) melaporkan bahwa jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (tidak lebih dari 180 hari per tahun). Defisit air yang tinggi menyebabkan produksi turun drastis dan baru normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak perkembangan bunga sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis terjadi kegagalan matang tandan. Setyamidjaja (2006) juga melaporkan bahwa curah hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah total TBS per tanaman yang dihasilkan selama percobaan berlangsung menunjukkan bahwa tanaman yang mendapat perlakuan pupuk standar kebun memiliki jumlah total TBS paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan dari awal percobaan tanaman yang mendapat perlakuan pupuk standar kebun memang telah memiliki jumlah TBS yang lebih banyak daripada yang lain. Jumlah total TBS per tanaman baik pada tanaman kontrol maupun yang memperoleh perlakuan pupuk standar kebun dari umur 0 – 4 BSP mengalami peningkatan, tetapi pada akhir percobaan (5 BSP) mengalami penurunan. Sampai dengan umur 2 BSP tanaman yang memperoleh perlakuan PIB rata-rata mengalami peningkatan jumlah total TBS, kemudian menurun seiring dengan bertambahnya umur perlakuan. Pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % menghasilkan jumlah total TBS tertinggi dibandingkan dengan perlakuan PIB
37 yang lain. Perlakuan PIB dengan konsentrasi 16.65 % justru menurunkan jumlah total TBS secara terus-menerus sampai dengan akhir percobaan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian PIB tidak berpengaruh nyata dalam menaikkan rata-rata bobot per TBS yang dipanen selama percobaan berlangsung (Tabel Lampiran 15). Rata-rata bobot per TBS yang dipanen selama percobaan memiliki kisaran bobot antara 3 – 9 kg per TBS (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata bobot per TBS yang dipanen selama percobaan masih berada di bawah standar produktivitas tandan buah segar untuk tanaman kelapa sawit yang berumur 12 tahun (TM-9) pada kelas lahan apapun (Tabel Lampiran 18). Bobot total TBS per tanaman bergantung pada bobot per TBS yang dipanen dan juga jumlah TBS yang dipanen per tanaman. Semakin tinggi bobot per TBS serta jumlah TBS yang dipanen, semakin besar pula bobot total TBS per tanaman, begitu juga sebaliknya. Hasil analisis tanah dan daun sebelum perlakuan menunjukkan bahwa unsur kalium yang terdapat dalam tanah maupun dalam tanaman (daun) berada di bawah normal atau tergolong rendah (Tabel Lampiran 2 dan 3). Hal ini diduga sebagai penyebab kurangnya produksi tandan buah segar baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga jumlah TBS, bobot TBS, dan ketebalan mesokarp buah kelapa sawit yang diproduksi tidak seperti yang diharapkan. Hasil analisis kadar lemak kasar menunjukkan bahwa perlakuan PIB dapat meningkatkan kadar lemak total dibandingkan dengan sebelum perlakuan (Tabel 27). Buah yang mendapat perlakuan PIB 11.10 % dapat meningkatkan kadar lemak total sebesar 16.78 % dibandingkan dengan sebelum perlakuan, serta memiliki kadar lemak total yang paling tinggi dibandingkan dengan kontrol, yaitu 51.80 persen. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) melaporkan bahwa kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan memberondol (terlepas dari tandannya). Kadar asam lemak bebas (ALB) pada buah yang mendapat perlakuan PIB 5.55 %, PIB 8.32 % dan PIB 11.10 % memiliki kadar ALB yang sesuai dengan standar mutu minyak sawit, sedangkan buah yang mendapat perlakuan kontrol,
38 pupuk standar kebun, PIB 13.87 %, dan PIB 16.65 % memiliki kadar ALB yang sangat tinggi, yang melebihi standar mutu minyak sawit. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya luka pada saat pemanenan dan penanganan pasca panen yang kurang baik. Menurut Lubis (1992), standar mutu minyak sawit mentah (CPO) adalah: asam lemak bebas maksimum 3.5 %, kadar air maksimum 0.10 %, kotoran maksimum 0.015 %, peroksida 0.5 me/kg, dan besi (Fe) 5 ppm. Meskipun dari kebun, tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikkan ALB. Bahan logam seperti besi, perunggu yang terdapat dalam minyak sawit dapat mendorong terjadinya oksidasi. Meskipun pada minyak sawit terdapat anti oksidan alami (tochopherol), tetapi jika kadar logam terlalu tinggi tidak akan mampu menahan oksidasi sehingga mutu minyak akan cepat menurun dalam penyimpanan. Soebronto, Maskuddin dan Naibaho (1991) juga melaporkan bahwa kerusakan fisik akibat transportasi ataupun penundaan panen dan pengangkutan akan meningkatkan jumlah buah luka atau memar ataupun rusak, sehingga merangsang bekerjanya enzim lipase. Sebagai akibatnya asam lemak bebas akan meningkat, sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitas minyak sawit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Perlakuan pemberian pupuk injeksi batang (PIB) pada kelapa sawit dengan konsentrasi yang berbeda hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah pelepah daun pada 4 dan 5 bulan setelah perlakuan (BSP) serta jumlah bunga jantan pada 5 BSP. Pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % pada 4 dan 5 BSP memberikan pengaruh yang nyata dalam menghasilkan jumlah pelepah daun terbanyak, yaitu masing-masing dapat meningkatkan jumlah pelepah daun sebesar 17.54 % dan 21.31 % dibandingkan dengan kontrol. Pemberian PIB dengan konsentrasi 8.32 % dan 16.65 % sama-sama memberikan jumlah bunga jantan terbanyak dibandingkan dengan kontrol pada 5 BSP. Pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % dapat meningkatkan kadar lemak total sebesar 16.78 % dibandingkan dengan sebelum perlakuan, serta memiliki kadar lemak total yang paling tinggi dibandingkan dengan kontrol, yaitu sebesar 51.80 persen.
Saran Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui adanya residual effect pada pemberian pupuk injeksi batang ini.
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R. dan M. M. Siahaan. 1994. Kursus Manajemen Perkebunan Dasar Bidang Tanaman. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan. Medan. 68 hal. Anwar, S. 2000. Fungsi, gejala dan penyebab terjadinya defisiensi unsur mikro pada tanaman kelapa sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 8 (2): 89 – 97 Buana, L., D. Siahaan, dan S. Adiputra (Ed.). 2003. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Medan. 168 hal. Corley, R. H. V. 1976. Physiological aspect of nutrition, p 157 – 164. In R. H. V. Corley, J. H. Hardon and B. J. Wood (Eds.). Oil Palm Research. Elsevier Sci. Publ. Co. Amsterdam. Darmosarkoro, W., E. S. Sutarta, Sugiyono, N. H. Dahlan dan H. H. Siregar. 2005. Peningkatan Efektivitas Pemupukan Kelapa Sawit. Seri Buku Saku. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 41 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003 – 2005 Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Effendi, S. 1996. Penggunaan pupuk di sub sektor perkebunan, hal 87 – 98. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Bogor. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2005. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Ferwerda. 1977. Oil palm, p 351 – 382 . In Paulo de T. Alvim and T. T. Kozlowski (Eds.). Ecophysiology of Tropical Crops. Academic Press. New York. Hartley, C. W. S. 1967. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq). Longman Group Limited. London. 704 p. . 1977. The Oil Palm. (Second Edition). Longman Inc..New York. 806 p. Islami, T. dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. 297 hal.
41 Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 294 hal. dan A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal. Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 hal. Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Muhadjir, F., S. Darmijati dan F. Ratna. 1989. Peranan pupuk daun dan zat pengatur tumbuh pada tanaman pangan. Bul. Agron., (Edisi Khusus): 82 – 96 Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1992. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid II. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 247 hal. PT Perkebunan X. 1993. Vademecum Budidaya Kelapa Sawit dan Karet. Bandar Lampung. 280 hal. PT Socfin Indonesia (Socfindo) Medan. 1985. Vademecum Kelapa Sawit. Medan. 198 hal. Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1965. Plant Physiology. Wadswarth Pub. Co., Inc. Belmont. California. 747 p. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Edisi Revisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Siahaan, M. M., Suwandi dan A. Panjaitan, 1990. Pemupukan tanaman kelapa sawit, hal 118 – 129. Dalam K. Pamin. (Ed.). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Perkebunan Medan. Soebronto, Maskuddin dan P. Naibaho. 1991. Komposisi asam lemak berdasarkan jumlah berondolan buah kelapa sawit. Buletin Perkebunan, 22 (3): 183 – 190. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
42 Thong, K. C. and W. L. Ng. 1978. Growth and Nutrient Consumption of Monocorp Cocoa Plant in Island Malaysia Soil. Int. Cocoa Coconut Conf. Kuala Lumpur. 25 p. Widayat, W. 2001. Teknologi produksi teh organik, hal 1 – 12. Dalam Winaryo. (Ed.) Budidaya Tanaman Organik. Seminar Budidaya Teh Organik. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Bahan Kuliah Tanaman Perkebunan Utama. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.
LAMPIRAN
44 Tabel Lampiran 1. Kondisi Iklim Mikro Selama Percobaan Berlangsung Bulan Agustus 2006 September Oktober November Desember Januari 2007 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Rata-rata
Curah Hujan (mm) 191.2 25.7 152.0 355.1 362.5 140.0 438.0 276.0 473.0 198.0 274.0 134.0 248.0 251.35
Hari Hujan (hari) 9 8 10 25 26 11 25 27 29 19 21 12 15 18.23
Kelembaban (%) 76 72 74 83 87 81 90 86 85 86 83 81 79 81.77
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor.
Suhu Udara (ºC) min maks 20.6 32.0 20.8 33.6 22.1 34.1 22.8 33.0 23.2 31.5 22.4 31.7 22.6 29.7 22.9 30.7 22.9 31.6 22.9 31.8 22.3 31.4 21.8 31.7 21.3 31.9 22.2 31.9
45 Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Parameter pH H2O pH KCl C-org (%) N-Total (%) P (Bray I) (ppm) Ca (me/100g) Mg (me/100g) K (me/100g) Na (me/100g) KTK (me/100g) KB (%) Al (me/100g) H (me/100g) Fe (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Tekstur: Pasir (%) Debu (%) Liat (%)
Keterangan :
Sebelum Perlakuan 4.80 3.90 1.68 0.18 5.20 0.78 0.45 0.13 0.13 15.06 9.89 2.38 0.21 3.76 1.32 1.72
Status Hara Sesuai 6.0 – 6.601) – 2.10 – 3.001) 0.21 – 0.301) 16 – 351) 6.0 – 10.01) 0.4 – 0.51) 0.4 – 0.71) 0.4 – 0.71) 13 – 251) 41 – 601) 30 – 601) – – – – 20 – 602) 10 – 402) 20 – 502)
4.02 18.25 77.73
Analisis Tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. 1) Adiwiganda dan Siahaan (1994) 2) PT Perkebunan X (1993)
Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Daun Sebelum Perlakuan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Unsur N (%) P (%) K (%) Ca (%) Mg (%) Fe (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Mn (ppm)
Sebelum Perlakuan 1.94 0.32 0.40 0.78 0.19 129.60 8.60 12.60 228.50
Status Hara Normal 2.60 – 2.901) 0.16 – 0.191) 1.1 – 1.31) 0.50 – 0.701) 0.30 – 0.451) – 5 – 81) 12 – 181) 352)
Keterangan : Analisis daun dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. 1) Darmosarkoro et al. (2005) 2) Anwar (2000)
46 Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
17.5569 124.3766 108.0367 20.3524 133.6828 123.6950 25.2459 147.6657 111.0374 44.9242 168.3675 99.5569 24.8647 269.8294 117.0301
8.7785 20.7294 9.0031 10.1762 22.2805 10.3079 12.6230 24.6110 9.2531 22.4621 28.0613 8.2964 12.4323 44.9716 9.7525
0.98 2.30
7.18
0.99 2.16
7.33
1.36 2.66
6.92
2.71 3.38*
6.38
1.27 4.61*
6.81
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada uji F taraf 5 %
47 Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Bunga Betina Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.5062 0.7707 1.9890 0.4040 0.8111 0.8112 0.0463 0.3167 0.5000 0.0209 0.3519 0.5779 0.0312 0.2672 0.4759
0.2531 0.1284 0.1658 0.2020 0.1352 0.0676 0.0232 0.0528 0.0417 0.0104 0.0586 0.0482 0.0156 0.0445 0.0397
1.53 0.77
29.35
2.99 2.00
27.35
0.56 1.27
22.27
0.22 1.22
24.97
0.39 1.12
22.20
48 Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah Bunga Jantan Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.2020 0.0581 0.5705 0.0534 0.1791 0.7413 0.0809 0.1191 0.7994 0.0631 0.3144 0.2314 0.1550 0.5182 0.1923
0.1010 0.0097 0.0475 0.0267 0.0299 0.0618 0.0404 0.0198 0.0666 0.0315 0.0524 0.0193 0.0775 0.0864 0.0160
2.12 0.20
19.53
0.43 0.48
24.64
0.61 0.30
27.62
1.64 2.72
13.07
4.84* 5.39*
12.52
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada uji F taraf 5 %
49 Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 1 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.0215 0.5559 0.6797 0.7278 0.6906 2.3568 0.4040 0.8111 0.8112 0.0463 0.3167 0.5000 0.0197 0.1601 0.4898
0.0107 0.0926 0.0566 0.3639 0.1151 0.1964 0.2020 0.1352 0.0676 0.0232 0.0528 0.0417 0.0098 0.0267 0.0408
0.19 1.64
20.46
1.85 0.59
31.32
2.99 2.00
27.35
0.56 1.27
22.27
0.24 0.65
23.91
50 Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 2 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.0293 0.3055 0.4622 0.0215 0.5559 0.6797 0.7278 0.6906 2.3568 0.4040 0.8111 0.8112 0.0463 0.3167 0.5000
0.0146 0.0509 0.0385 0.0107 0.0926 0.0566 0.3639 0.1151 0.1964 0.2020 0.1352 0.0676 0.0232 0.0528 0.0417
0.38 1.32
23.86
0.19 1.64
20.46
1.85 0.59
31.32
2.99 2.00
27.35
0.56 1.27
22.27
51 Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 3 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.3879 1.2980 1.3778 0.0293 0.3055 0.4622 0.0215 0.5559 0.6797 0.7278 0.6906 2.3568 0.4040 0.8111 0.8112
0.1940 0.2163 0.1148 0.0146 0.0509 0.0385 0.0107 0.0926 0.0566 0.3639 0.1151 0.1964 0.2020 0.1352 0.0676
1.69 1.88
31.10
0.38 1.32
23.86
0.19 1.64
20.46
1.85 0.59
31.32
2.99 2.00
27.35
52 Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 4 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.1883 0.2678 0.7202 0.3879 1.2980 1.3778 0.0293 0.3055 0.4622 0.0215 0.5559 0.6797 0.7278 0.6906 2.3568
0.0941 0.0446 0.0600 0.1940 0.2163 0.1148 0.0146 0.0509 0.0385 0.0107 0.0926 0.0566 0.3639 0.1151 0.1964
1.57 0.74
26.11
1.69 1.88
31.10
0.38 1.32
23.86
0.19 1.64
20.46
1.85 0.59
31.32
53 Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 5 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.6281 0.6414 1.1509 0.1883 0.2678 0.7202 0.3879 1.2980 1.3778 0.0293 0.3055 0.4622 0.0215 0.5559 0.6797
0.3140 0.1069 0.0959 0.0941 0.0446 0.0600 0.1940 0.2163 0.1148 0.0146 0.0509 0.0385 0.0107 0.0926 0.0566
3.27 1.11
28.15
1.57 0.74
26.11
1.69 1.88
31.10
0.38 1.32
23.86
0.19 1.64
20.46
54 Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 6 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.1628 0.4368 0.7419 0.6281 0.6414 1.1509 0.1883 0.2678 0.7202 0.3879 1.2980 1.3778 0.0293 0.3055 0.4622
0.0814 0.0728 0.0618 0.3140 0.1069 0.0959 0.0941 0.0446 0.0600 0.1940 0.2163 0.1148 0.0146 0.0509 0.0385
1.32 1.18
26.15
3.27 1.11
28.15
1.57 0.74
26.11
1.69 1.88
31.10
0.38 1.32
23.86
55 Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Jumlah Total TBS per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.5751 1.5858 1.8229 0.2648 2.0536 2.5401 0.0182 2.0400 2.2151 0.1448 2.2581 1.9789 0.3728 1.3721 2.0112
0.2876 0.2643 0.1519 0.1324 0.3423 0.2117 0.0091 0.3400 0.1846 0.0724 0.3763 0.1649 0.1864 0.2287 0.1676
1.89 1.74
19.49
0.63 1.62
20.18
0.05 1.84
19.46
0.44 2.28
18.54
1.11 1.36
19.84
56 Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.1628 0.4368 0.7419 0.6281 0.6414 1.1509 0.1883 0.2678 0.7202 0.3879 1.2980 1.3778 0.0293 0.3055 0.4622
0.0814 0.0728 0.0618 0.3140 0.1069 0.0959 0.0941 0.0446 0.0600 0.1940 0.2163 0.1148 0.0146 0.0509 0.0385
1.32 1.18
26.15
3.27 1.11
28.15
1.57 0.74
26.11
1.69 1.88
31.10
0.38 1.32
23.86
57 Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Bobot per TBS dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
7.3859 21.3005 37.8475 21.6688 19.9113 23.8661 11.2583 13.0160 42.7013 4.4090 26.8093 31.0047 1.4263 28.0635 35.2562
3.6929 3.5501 3.1540 10.8344 3.3186 1.9888 5.6292 2.1693 3.5584 2.2045 4.4682 2.5837 0.7132 4.6772 2.9380
1.17 1.13
60.14
5.45* 1.67
48.03
1.58 0.61
68.58
0.85 1.73
51.39
0.24 1.59
88.00
58 Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Bobot Total TBS per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
5.8530 18.5951 34.6001 27.3687 21.8042 41.7232 10.0907 11.2070 36.5115 13.3493 44.7792 52.1013 0.8778 16.8002 23.2723
2.9265 3.0992 2.8833 13.6844 3.6340 3.4769 5.0454 1.8678 3.0426 6.6746 7.4632 4.3418 0.4389 2.8000 1.9394
1.01 1.07
67.89
3.94* 1.05
56.61
1.66 0.61
72.69
1.54 1.72
110.23
0.23 1.44
86.41
59 Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Ketebalan Mesokarp Buah dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) ) Umur (BSP) 1
2
3
4
5
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat Ulangan Perlakuan Galat
db
JK
KT
FHit
KK (%)
2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12 2 6 12
0.0466 0.1240 0.2146 0.1377 0.0977 0.1141 0.0663 0.0975 0.2785 0.0236 0.1507 0.1753 0.0058 0.1643 0.2198
0.0233 0.0207 0.0179 0.0689 0.0163 0.0095 0.0332 0.0163 0.0232 0.0118 0.0251 0.0146 0.0029 0.0274 0.0183
1.30 1.16
15.23
7.24* 1.71
10.97
1.43 0.70
17.45
0.81 1.72
13.61
0.16 1.50
16.85
60 Tabel Lampiran 18. Standar Jumlah dan Berat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Menurut Umur dan Kelas Lahan Umur (tahun) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ratarata
T 21 20 18 17 16 15 13 12 10 10 10 8 8 7 7 6 6 5 5 5 5 4 4 9
Sumber: Keterangan:
I RBT TBS 3 9 6 17 8 21 10 25 12 28 14 30 16 30 18 30 20 30 20 30 20 30 23 23 23 23 26 25 26 25 28 24 28 24 30 22 30 22 31 20 31 20 35 18 35 18 20
24
Klasifikasi Lahan dan Produksi II III T RBT TBS T RBT TBS 16 3 7 14 3 6 20 5 15 20 5 13 18 7 19 18 6 16 17 9 22 17 8 19 16 11 25 16 10 23 15 13 27 15 12 25 13 15 27 13 13 25 11 17 27 11 16 25 10 19 27 10 17 25 10 19 27 10 17 25 10 19 27 10 17 25 8 22 25 8 20 23 8 22 25 8 20 23 7 24 24 7 22 22 7 24 24 7 22 22 6 26 22 6 23 20 6 26 22 6 23 20 5 29 21 5 27 19 5 29 21 5 27 19 5 27 19 5 24 17 5 27 19 5 24 17 4 30 17 4 28 16 4 30 17 4 28 16
T 14 19 17 16 15 14 12 10 9 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 5 5 4 4
9
9
18
22
9
16
20
IV RBT TBS 2 5 4 10 6 14 7 16 9 19 11 22 13 22 15 22 17 22 17 22 17 22 18 21 18 21 20 20 20 20 22 19 22 19 25 18 25 18 22 16 22 16 26 15 26 15 15
Suheimi S. dan A. U. Lubis dalam Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) T = Jumlah tandan/pokok/tahun RBT = Rata-rata berat satu tandan TBS = Tandan buah segar (ton/ha/th)
18
61 X X1
P5
X3
P6
X3
X2 X2 X3
X1 P4
X2
P1
X2
X3
X1
X2
P2 X1
X1
X3 P0
X2
P3
X1
X2
X1 X2
X1
X P4
X3
X3 X2
Ulangan III
X3
P6
X2
P5
X1
X1 X2
X1
P2 X1
X3
Ulangan I
P0
X3
X2 P3
X2
X1
P1
X2
P6
X2
X1 X1 P1
X2
X1
X3 X2
X1
P3
X3
P5
X3
X2 X1 X2
Ulangan II
P0
X3
X1 P4
X2
X1
X3 X2
P2 X1
Jalan
Keterangan:
X = Tanaman kelapa sawit
Gambar Lampiran 1. Denah Percobaan Pemupukan Kelapa Sawit dengan Pupuk Injeksi Batang