Laporan Hasil Penelitian
PENGARUH PUPUK HAYATI DAN KOMPOS TANDAN KOSONG SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL
Oleh Ir. Susana Tabah Trina Sumihar, MP Dosen Tetap Fakultas Pertanian
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2012
1
ABSTRAK
Permintaan bibit kelapa sawit yang semakin meningkat karena semakin banyaknya pengusaha yang menanam modal pada perkebunan kelapa sawit dan juga petani biasa telah banyak mengalihkan komuditi usaha pertanian mereka menjadi tanaman kelapa sawit menyebabkan kebutuhan akan bibit kelapa sawit juga meningkat. Untuk mengantisipasi kebutuhan akan bibit kelapa sawit, dibutuhkan pembibitan skala besar sebagai suplai penyedian bibit kelapa sawit unggul, berkualitas dan berproduksi tinggi setelah ditanam di lapang. Perlakuan pupuk hayati Feng Shou dan kompos Tandan Kosong Sawit (TKS) dapat berinteraksi sinergis dalam memberikan pengaruh yang positif untuk meningkatkan pertumbuhan bibit karena unsur hara yang terkandung dalam TKS seperti Nitrogen, Pospor dan kalium dapat diikat dan diuraikan oleh mikroorganisme yang terkandung di dalam pupuk hayati Feng Shou sehingga unsur hara tersebut menjadi unsur tersedia yang dapat di serap oleh tanaman. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pemberian pupuk hayati Fengshou hingga konsentrasi 15 ml/l air dapat meningkatkan tinggi bibit pada umur 10 MST (Minggu Setelah Tanam), pemberian kompos TKS hingga dosis 450 g/polibeg dapat meningkatkan tinggi bibit pada umur 12 MST dan cenderung menyumbangkan K-tukar terbanyak ke dalam media, pemberian pupuk hayati konsentrasi 13 ml/l air dan kompos TKS dosis 350 g/polibeg secara bersamaan dapat meningkatkan luas daun bibit kelapa sawit.
Kata kunci: Bibit Kelapa Sawit, Pupuk Hayati, Feng Shou, Kompos, Tandan Kosong Sawit,
2
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati dan setulus jiwa penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan atas berkat dan anugerahNya, penulis mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Pelaksanaan penelitian ini adalah salah satu wujud
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Judul penelitian ini adalah Pengaruh Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit terhadap Pertumbuhan Bibit kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Awal. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada: 1. Rektor Universitas HKBP Nommensen, 2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen, atas dukungan moril yang diberikan 3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen, atas bantuannya sehingga penulis bisa memperoleh bantuan dana untuk penelitian ini. 4. Ir.Rikwan Lumbangaol, yang sudah membantu dalam teknis pelaksanaan penelitian ini. 5. Rekan-rekan yang turut membantu memberi masukan kepada penulis. Akhir kata penulis berharap aghar kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna pengembangan ilmu dan teknologi budidaya kelapa sawit, khususnya di bidang pembibitan kelapa sawit. Medan, 28 Agustus 2012 Penulis,
Ir. Susana Tabah Trina Sumihar, MP
3
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ............................................................................................. ………… i KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………. ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………… iii DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………………… iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………………… vi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ………………………………………………………………………………… 1 1.2.Perumusan Masalah ………………………………………………………………………. 2 1.3.Tujuan Penelitian …………………………………………………………………………… 4 1.4.Hipotesis Penelitian ………………………………………………………………………. 4 1.5.Kontribusi Penelitian ……………………………………………………………………… 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Syarat Tumbuh Bibit Kelapa Sawit …………………………………………………. 5 2.2. Kompos Tandan Kosong Sawit ………………………………………………………. 5 2.3. Pupuk Hayati Feng Shou ………………………………………………………………. 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pembuatan Bedengan ………………………………………………………………….. 8 3.2. Pembuatan Naungan …………………………………………………………………… 8 3.3. Persiapan Media Tanam ………………………………………………………………. 9 3.4. Aplikasi Perlakuan ......................................................................... 9 3.5. Pengamatan Parameter ................................................................ 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian …………………………………………………………………………….. 14 4.2. Pembahasan …………………………………………………………………………………. 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………………… 45 5.2.Saran …………………………………………………………………………………………….. 45 Daftar Pustaka Lampiran
4
DAFTAR TABEL Halaman 1. Pengaturan Naungan Bibit Kelapa Sawit Berdasarkan Umur ………………… 9 2. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit ………………… 14 3. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit ………………… 15 4. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit ………………… 15 5. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit ……………….. 17 6. Rata-rata Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati ………………………. 18 7. Rata-rata Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati ……………………..18 8. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati ………………………. 19 9. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati ………………………. 19 10. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati ……………………..20 11. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati ……………………..20 12. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 21 13. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati. ……………………………….. 22 14. Rata-rata luas daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 25 15. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 28 16. Rata-rata Bobot Basah Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 31
17. Rata-rata Bobot Kering Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 31 5
18. Rata-rata Panjang akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 32 19. Rata-rata Bobot Basah Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 33 20. Rata-rata Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati …………………………………. 35 21. Rataan K-tukar (me/100gr) Akibat Perlalakuan Kompos TKS dengan Pupuk Hayati di Akhir Penelitian …………………………………………………………. 37
.
6
DAFTAR GAMBAR Halaman. 1. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati denganTinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST …………………………………………………………………………………………… 16 2. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Tinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST ………………………………………………………………………………………….. 17 3. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 6 MST …………………………………………………………………………………… 21 4. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 8 MST pada Berbagai Dosis Kompos TKS ………………………………. 23 5. Hubungan Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 8 MST pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Hayati ………………………………………. 24 6. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST pada Berbagai Dosis TKS …………………………………………… 26 7. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Hayati …………………………… 27 8. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST pada Berbagai Taraf Dosis Kompos TKS ……………………. 29 9. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST pada Berbagai taraf Konsentrasi Pupuk Hayati\ …………………. 30 10.Hubungan Dosis TKS dengan Berat Basah Akar Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST ……………………………………………………………………………………………. 34 11.Hubungan Dosis TKS dengan Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Umur 12MST …………………………………………………………………………………………….. 36
7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permintaan bibit kelapa sawit saat ini terus meningkat, disebabkan semakin banyaknya pengusaha yang menanam modal pada perkebunan kelapa sawit. Demikian juga petani biasa, telah banyak mengalihkan komuditi usaha pertanian mereka menjadi tanaman kelapa sawit. Untuk mengantisipasi kebutuhan akan bibit kelapa sawit, dibutuhkan pembibitan skala besar sebagai suplai penyedian bibit kelapa sawit unggul, berkualitas dan berproduksi tinggi setelah ditanam di lapang. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa luas panen kelapa sawit sejak tahun 2009 sampai 2010 di Sumatra Utara cenderung meningkat, yaitu 383.651,79 ha pada tahun 2009 menjadi 392.721,45 ha pada tahun 2010. Produksi Tandan buah segar (TBS) juga meningkat dari 4151.779,10 ton pada tahun 2009 menjadi 5.088.578,85 ton tahun 2010. Produksi tersebut berasal dari perkebunan rakyat, perkebunan negara, serta perkebunan swasta nasional. Produktivitas kelapa sawit sangat tergantung pada bibit yang digunakan. Tanaman kelapa sawit yang baik diperoleh jika bibit yang ditanam adalah bibit unggul yang responsif terhadap kultur teknis, antara lain pemupukan. Oleh karena itu perlu diberikan perhatian terhadap penyediaan bibit yang sehat dengan potensi hasil yang tinggi dan tersedia tepat waktu. Produksi kelapa sawit per hektar sudah dapat ditingkatkan melalui pengadaan bibit hasil pemuliaan tanaman. Jika sebelumnya produksi hanya 3 ton - 3,5 ton CPO/ha/tahun
8
maka kini dapat mencapai 5 ton - 6 ton CPO/ha/tahun bahkan melalui bibit kultur jaringan dapat ditingkatkan menjadi 7 ton - 9 ton CPO/ha/tahun.
1.2. Perumusan Masalah Tindakan yang dilakukan pada pembibitan kelapa sawit termasuk faktor yang sangat penting. Pertumbuhan bibit yang baik dan sehat hanya bisa diperoleh melalui pemeliharaan yang baik selama di pembibitan dan penyedian unsur hara di dalam polibag. Selama di pembibitan tanaman memerlukan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan media yang bebas dari patogen. Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tumbuhan dan memperbaiki kondisi tanah sehingga perakaran tumbuhan dapat tumbuh baik. Unsur hara adalah unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhan bibit yaitu dalam pembentukan akar, batang dan daun. Pertumbuhan bibit kelapa sawit yang jagur diperoleh melalui pemeliharaan yang baik terutama melalui pemberian pupuk yang tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara. Selain pemupukan, sifat media tanah yang digunakan khususnya sifat fisik tanah sangat menentukan pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, media pembibitan umumnya terdiri atas top soil yang dicampur dengan pasir maupun bahan organik sehingga diharapkan diperoleh media dengan kesuburan yang baik. Tandan kosong sawit diperkirakan mampu memperbaki sifat fisik tanah dan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi. Selain pemupukan, sifat media tanah yang digunakan khususnya sifat fisik tanah sangat menentukan pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, media pembibitan umumnya
9
terdiri atas top soil yang dicampur dengan pasir maupun bahan organik sehingga diharapkan diperoleh media dengan kesuburan yang baik. Tandan kosong sawit diperkirakan mampu memperbaki sifat fisik tanah dan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi. Pupuk hayati dan pupuk organik sudah lama dikenal dan dimanfaatkan petani. Selain mampu menyediakan berbagai unsur hara bagi tanaman, kedua jenis pupuk ini juga berperan penting dalam memelihara sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk anorganik memiliki kekurangan yakni bila dipakai secara berlebihan dan terus menerus dapat merusak tanah karena membuat tanah cepat mengeras, tidak gembur dan cepat menjadi asam. Pupuk hayati Feng Shou merupakan pupuk Hayati dengan formula terbaru dari Tiens. Manfaat dari Feng Shou adalah hasil panen meningkat lebih dari 30%, menambah ketahanan atau resitensi tanaman terhadap penyakit, dapat digunakan untuk berbagai kondisi tanah dan untuk semua jenis tanaman bermedia tanam tanah, dapat mengurangi pemakaian pestisida, fosfat yang terurai membantu menghasilkan Growth Hormone penstimulasi. Aplikasi Tandan Kosong Sawit (TKS) dan pupuk hayati Feng Shou diharapkan dapat berinteraksi sinergis karena halnya unsur hara yang terkandung dalam TKS seperti Nitrogen, Pospor dan kalium dapat diikat dan diuraikan oleh mikroorganisme yang terkandung di dalam pupuk hayati Feng Shou sehingga unsur hara tersebut menjadi unsur tersedia yang dapat di serap oleh tanaman. Ketersedian N2 dalam tanah yang mudah terimobilisasi dalam proses perombakan bahan organik dapat diikat oleh bakteri
10
penambat N2. Pospor dan kalium yang terkandung dalam TKS dapat dilarutkan oleh bakteri pelarut pospat dan kalium yang terkandung dalam Feng Shou.
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian pupuk Tandan Kosong Sawit dan pupuk hayati yang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pembibitan awal.
1.4. Hipotesis Penelitian 1. Pupuk Tandan Kosong Sawit meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. 2. Pupuk hayati meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. 3. Terdapat interaksi sinergis antara pupuk Tandan Kosong sawit dengan pupuk hayati sehingga pemberian secara bersamaan dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit.
1.5. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, antara lain: a. Memberikan
motivasi
kepada
mahasiswa
untuk
melakukan
penelitian
pemupukan secara hayati dan organik. b. Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam pembibitan kelapa sawit di pembibitan awal. c. Sebagai salah satu kewajiban staf pengajar dan perguruan tinggi dalam melakukan tridarma perguruan tinggi.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Syarat Tumbuh Bibit Kelapa Sawit Media tanah adalah tanah top soil gembur, tanah yang kurang gembur dapat di campur dengan pasir (3:1), dan bebas dari OPT. Tanah diayak dengan ayakan 2 cm. Menurut (Pahan, 2010) Lokasi pembibitan kelapa sawit baik di kebun tradisional maupun di areal pengembangan, harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut yaitu :
topografi datar untuk memudahkan pengaturan bibit dan mengurangi erosi akibat hujan dan penyiraman
dekat dengan sumber air dan air yang tersedia cukup banyak, terutama pada musim kemarau yaitu setara dengan curah hujan 10 mm perhari.
drainase harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang.
areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, tersanitasi dengan baik.
2.2. Kompos Tandan Kosong Sawit Salah satu limbah padat yang di hasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong sawit (TKS). Dalam proses pengomposan Tandan Kosong Sawit diberi urea dan limbah cair pabrik kelapa sawit serta dipelihara kadar airnya. Proses pengomposan tersebut menghasilkan kompos bermutu tinggi dengan kandungan C=35%, Nkj =2,34%, C/N=15, P=0,31%, K=5,53%, Ca=1,46%, dan Mg=0, 96% (Sutarta dkk, 2005).
12
Setiap ton TKS mengandung unsur hara yang setara dengan 3 kg Urea, 0,6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg Kiserit. Hasil analisa di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit menunjukkan bahwa kandungan hara dalam kompos TKS relatif
tinggi salah satu
keunggulan kompos TKS adalah kalium (K) yang tinggi, yaitu mencapai 5, 53% (Sutarta, 2005). Menurut Purwa (2007) manfaat Kalium (Potasium) bagi tanaman yaitu membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula. Membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Selanjutnya Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa kalium sangat berguna dalam pembelahan sel, pengaturan permeabilatas sel, pengaturan tata air dalam sel bersama dengan unsur kalium. Gejala kekurangan Kalium adalah daun mengalami klorosis, terdapat bercak jaringan mati. Bercak berukuran kecil, biasanya pada bagian ujung, tepi, dan jaringan antara tulang daun (Lakitan, 2008). Menurut Redaksi AgroMedia (2007) daun mengerut atau keriting, timbul bercak-bercak merah coklat, lalu kering dan mati dan perkembangan akar lambat.
2.3. Pupuk Hayati Feng Shou Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba yang menguraikan atau mengikat unsur hara sehingga unsur hara tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Umumnya mikroba yang digunakan adalah mikroba yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan yang diperoleh ke dua belah pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan hara yang diperlukan, sedangkan mikroba
13
mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya (Suriadikarta,dkk, 2006). Pupuk hayati Feng Shou merupakan pupuk Hayati dengan formula terbaru dari Tiens. Feng Shou mengandung beragam jenis mikroba khusus yang dapat membantu menguraikan senyawa Nitrogen (N), Fosfat (P), dan senyawa Kalium (K). Jenis-jenis mikroba Feng Shou adalah mikroba pilihan unggul dengan teknologi yang lebih canggih dan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan pupuk lain, yang memberikan hasil panen lebih optimal. Nitrogen berperan dalam pembentukan tunas atau perkembangan batang tanaman dan daun tanaman. Nitrogen juga berperan dalam membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein, nitrogen dibutuhkan untuk membentuk klorofil, asam nukleat dan enzim (Novizan, 2005). Kandungan mikroba yang terdapat dalam pupuk hayati Feng Shou adalah 1,52 x 105 Cfu/ml mikroba pelarut fosfat, 8 x 107 Cfu/ml Azosprillium sp, 9 x107 Cfu/ml Azotobacter sp, 9 x107 Cfu/ml Pseudomonas sp dan 2,5 x 104 Cfu/ml Bakteri Selulotik (Anonimus, 2010). Aplikasi Tandan Kosong Sawit (TKS) dan pupuk hayati Feng Shou diharapkan dapat berinteraksi sinergis karena unsur hara yang terkandung dalam TKS seperti Nitrogen, Pospor dan Nitrogen dapat diikat dan diuraikan oleh mikroorganisme yang terkandung di dalam pupuk hayati Feng Shou sehingga unsur hara tersebut menjadi unsur tersedia yang dapat di serap oleh tanaman. Ketersedian N2 dalam tanah yang mudah terimobilisasi dalam proses perombakan bahan organik dapat diikat oleh bakteri penambat N 2. Pospor dan kalium yang terkandung dalam TKS dapat dilarutkan oleh bakteri pelarut pospat dan kalium yang terkandung dalam Feng Shou.
14
BAB III METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk hayati dan kompos tandan kosong sawit (TKS) serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit, maka dilakukan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3.1. Pembuatan Bedengan Lahan percobaan dibersihkan dari gulma lalu dibentuk bedengan dengan cara menaikkan tanah. Bedengan dibuat 3 buah dengan tinggi setiap bedengan 30 cm dan jarak antara bedengan 1 m. Arah bedengan dibuat memanjang dari Utara ke Selatan dengan bantuan kompas sehingga setiap bedengan menrupakan pengelompokan berdasarkan jumlah cahaya matahari pagi yang diterima oleh bibit kelapa sawit.. Panjang setiap bedengan 13,1 m dengan leber bedengan 1,5 m. Pada tiap-tiap bedengan dibuat 16 petak percobaan. Masing-masing petak percobaan berukuran 180 cm x 30 cm dengan jarak antara petak percobaan 50 cm.
3.2. Pembuatan Naungan Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mengurangi sinar matahari secara langsung mengenai bibit. Selain itu, naungan berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di polibeg akibat terpaan air hujan. Dalam pembuatan naungan perlu diatur intensitas penerimaan cahaya matahari yang masuk. Pengaturan naungan di pembibitan awal dapat dilihat pada Tabel 1.
15
Tabel 1. Pengaturan Naungan Bibit Kelapa Sawit Berdasarkan Umur Bibit. Umur (bulan) 0-1,5 1,5-2,5 >2,5 (Buana. Modul M-100-203).
Naungan (%) 100 50 Naungan dihilangkan secara bertahap
3.3. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 1020 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki tekstur yang baik,gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu, bahan kimia). Sebelum dimasukkan kedalam polibag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 0,2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dan sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya
3.4. Aplikasi Perlakuan Perlakuan kompos TKS diaplikasikan pada saat menanam kecambah di polibag berdasakan dosis yang telah ditentukan. Kompos TKS diberikan secara tercampur dengan media pada saat menanam kecambah. Dosis kompos TKS yang dicobakan ada 4 taraf, yaitu: H0 = 0 % (tanpa aplikasi kompos TKS)) H1 = 5 % H2 = 10 % H3 = 15 %
16
Dosis anjuran kompos TKS pada tanaman tahunan adalah 30 ton/ha (Anonimus, 2007). Untuk mendapatkan dosis anjuran per polibeg dihitung dengan cara : Berat tanah 1 ha
= Luas lahan 1 ha x kedalaman perakaran x berat jenis tanah = 10000 m2 x 30 cm x 1,3 (BD tanah) ton = 10000 m2 x 0,3 m x 1,3 = 3900 ton = 3.900.000 kg
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑏𝑎𝑔 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑏𝑎𝑔 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑗𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 1 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
3 𝑘𝑔
= 3.900.000 𝑘𝑔 𝑥 30.000 𝑘𝑔 = 0,023 kg = 23 g/polibeg = 30 ton/ha
Pupuk hayati Feng Shou diaplikasikan dengan mencampur pupuk Feng Shou dengan air sesuai aturan pakai kemudian menyemprotkannya ke media bibit kelapa sawit. Konsentrasi pupuk hayati Feng Shou yang dicobakan ada 4 taraf, yaitu : P0
= 0 ml/1000 ml air/bibit kelapa sawit (tanpa aplikasi Feng Shou)
P1
= 10 ml/1 l air/bibit kelapa sawit
P2
= 20 ml/1 l air/bibit kelapa sawit
P3
= 30 ml/1 l air/bibit kelapa sawit
17
Perlakuan pupuk hayati Feng Shou diberikan pada bibit ketika bibit kelapa sawit mulai berdaun dua selanjutnya secara teratur pupuk hayati Feng Shou diaplikasikan 1 kali sebulan. Semua aplikasi perlakuan ini tuntas dikerjakan dalam satu hari saja. Aplikasi perlakuan juga diterapkan pada bibit cadangan. Di setiap kelompok hanya dibuat 1 cadangan saja untuk masing-masing perlakuan.
3.5. Pengamatan Parameter Pengamatan parameter mulai dilakukan setelah bibit mulai berdaun satu. Pengamatan parameter meliputi tinggi bibit (cm), diameter batang (mm), Jumlah daun (helai), total luas daun (cm2), bobot basah bibit (g), bobot kering bibit (g), panjang akar (cm), bobot basah akar (gr) dan bobot kering akar (gr). 3.5.1. Tinggi Bibit (cm) Pengukuran tinggi bibit dimulai saat bibit berumur 6 MST dengan interval waktu pengukuran 2 minggu sekali sampai minggu ke-12. Tinggi bibit diukur dari pangkal batang di atas tanah sampai ujung daun tertinggi. 3.5.2. Diameter Batang (mm) Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong pada pangkal batang. Pengukuran dilakukan setelah bibit berumur 6 MST dan 12 MST. 3.5.3. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun dihitung mulai dari daun muda yang telah membuka sempurna sampai daun yang paling tua. Pengamatan dilakukan pada saat bibit berumur 6 MST-12 MST dengan interval waktu pengamatan 2 minggu sekali.
18
3.5.4. Luas Daun (cm2) Luas daun dihitung dengan terlebih dahulu mengukur panjang daun. Panjang daun diukur mulai dari pangkal daun hingga ujung daun, sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun yang terlebar.
Luas daun dihitung dengan rumus sebagai berikut : L= p x l x k (cm2) Keterangan : L
= luas daun (cm2)
p = panjang daun (cm) l
= lebar daun (cm)
k
= konstanta : 0,57 untuk daun lanset (tidak membelah) dan 0,51 untuk daun yang telah membelah (Rasjidin, 1983). Pengukuran luas daun dimulai pada saat tanaman berumur 6 MST sampai dengan
12 MST dengan interval waktu pengamatan 2 minggu sekali. 3.5.5. Bobot Basah Bibit (g) Pengukuran bobot basah bibit dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke-12. Bibit dicabut dengan hati-hati agar dari bibit kelapa sawit tidak rusak kemudian dibersihkan, dicuci, dikeringkan dan ditimbang. 3.5.6. Bobot Kering Bibit (g) Pengukuran bobot kering bibit dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 12. Setelah ditimbang berat basahnya maka bibit tersebut langsung dibungkus dalam
19
kantong kertas, kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700C selama 48 jam. Bibit ditimbang berat keringnya 3.5.7. Panjang Akar (cm) Pengukuran panjang akar bibit dimulai dari pangkal akar sampai ujung akar tunggangnya. 3.5.8. Bobot Basah Akar (g) Pengukuran bobot basah akar dengan memotong akar pada pangkal akar dan ditimbang. 3.5.9. Bobot kering Akar (g) Pengukuran bobot kering akar dengan memotong akar pada pangkal akar kemudian dibungkus dalam kantong kertas dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 700C selama 48 jam. Akar ditimbang berat keringnya.
3.5.8. K-tukar (me/100 g) Unsur kalium di analisis dalam bentuk K-tukar (me/100g) di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Parameter ini tidak dianalisis secara statistika tetapi hanya digunakan sebagai pembanding serapan kalium oleh bibit kelapa sawit.
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Tinggi Bibit (cm) Berdasarkan sidik ragam diperoleh hasil perlakuan Pupuk Hayati Feng shou berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit umur 6, 8 dan 12 minggu setelah tanam (MST) (Lampiran1, Lampiran 2 dan Lampiran 4.), tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 10 MST (Lampiran 3). Perlakuan Kompos Tandan Kosong sawit berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit umur 6, 8 dan 10 MST (Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3), tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 12 MST (Lampiran 4). Rata-rata tinggi bibit dapat dilihat pada Tabel 2, 3, 4 dan 5.
Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit Tinggi Bibit pada Umur 6 MST (cm) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0) 8,58
F1 (5) 8,52
F2 (10) 10,57
F3 (15) 10,25
T1 (150)
8,42
10,28
8,30
9,73
9,18
T2 (300)
8,90
10,20
9,80
8,38
9,32
T3 (450)
10,43
9,60
11,03
11,43
10,60
Rata-rata
9,08
9,65
9,92
9,95
T0 (0)
21
Rata-rata 9,48
Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit Tinggi Bibit pada Umur 8 MST (cm) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg)
Pupuk Hayati (ml/l air)
T0 (0)
F0 (0) 11,07
F1 (5) 13,27
F2 (10) 15,77
F3 (15) 14,12
Rata-rata 13,55
T1 (150)
12,35
15,23
13,58
14,3
13,86
T2 (300)
13,58
14,48
15,7
11,68
13,86
T3 (450) Rata-rata
16,2
12,87
16,12
16,12
13,33
13,3
13,96
15,29
13,94
Tabel 4. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit Tinggi Tanaman pada Umur 10 MST (cm) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rata-rata
T0 (0) 11.58 13.03 15.60 18.10 14.58 T1 (150) 14.25 11.65 16.55 15.92 14.59 T2 (300) 16.97 14.60 18.44 18.98 17.25 T3 (450) 17.15 17.35 14.93 19.52 17.24 Rata-rata 14.99 aAB 14.16 aA 16.38 abAB 18.13 bB Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi pupuk hayati pada umur bibit sawit 10 MST yang menghasilkan bibit paling tinggi adalah perlakuan F3 (15 ml/l air) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan F₁ (5 ml/l air), berbeda nyata dengan Fₒ (0 ml/l air), tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan F₂ (10 ml/l air). 22
Gambar 1. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Tinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST
Hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan tinggi bibit pada umur 10 MST dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan tinggi bibit kelapa sawit pada umur 10 MST berbentuk linear positif, artinya semakin tinggi konsentrasi pupuk hayati yang diberikan hingga 15 ml/l air maka tinggi bibit kelapa sawit juga akan bertambah. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa, perlakuan kompos TKS pada bibit sawit umur 12 MST menghasilkan bibit sawit tertinggi pada dosis T3 (450 g/polibeg) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan T0 (0 gr/polibeg) dan berbeda nyata dengan T1 (5 gr/polibeg) tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2 (10 gr/polibeg).
23
Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit Tinggi Tanaman pada Umur 12MST (cm) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg) T0 (0) T1 (150)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0) 12.81 16.31
F1 (5)
F2 (10)
14.30 17.99
16.79 18.43
F3 (15) 17.58 17.70
Rata-rata 15.37 aA 17.61 bAB
T2 (300) 19.07 16.55 20.50 21.20 19.33 bcB T3 (450) 20.33 20.35 17.58 21.66 20.03 cB Rata-rata 17.13 17.30 18.33 19.54 Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan
Tinggi Bibit (cm)
25 20 15 ŷ = 0,010x + 15,73 R² = 0,953
10 5 0 0
150
300
450
Dosis Kompos TKS (gr/polibeg)
Gambar 2. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Tinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST
Hubungan dosis TKS dengan tinggi bibit pada umur 12 MST dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis kompos TKS dengan tinggi bibit pada umur 12 MST berbentuk linear positif. Artinya dengan semakin tinggi dosis kompos TKS yang diberikan hingga 450 gl/polibeg maka tinggi bibit kelapa sawit juga semakin bertambah.
24
4.1.2. Diameter Batang (cm) Daftar sidik ragam diameter batang bibit dicantumkan pada Tabel Lampiran 5 dan Tabel Lampiran 6. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang bibit kelapa sawit pada umur 6 dan 12 MST. Rata-rata diameter batang bibit pada umur 6 dan 12 MST akibat perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6.
Rata-rata Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST (cm)
Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg) T0 (0)
F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rata-rata
0,32
0,30
0,37
0,38
0,34
T1 (150)
0,35
0,33
0,33
0,35
0,34
T2 (300)
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
T3 (450)
0,38
0,38
0,37
0,38
0,38
Rata-rata
0,35
0,34
0,35
0,36
Tabel 7.
Pupuk Hayati (ml/l air)
Rata-rata Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (cm)
Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg) T0 (0)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rata-rata
0,50
0,55
0,64
0,68
0,59
T1 (150)
0,54
0,58
0,62
0,65
0,60
T2 (300)
0,57
0,63
0,64
0,61
0,61
T3 (450)
0,61
0,64
0,69
0,68
0,66
Rata-rata
0,56
0,60
0,65
0,66
25
4.1.3. Jumlah Daun (helai) Daftar sidik ragam jumlah daun pada umur bibit 6, 8, 10 dan 12 MST dicantumkan pada Tabel Lampiran 7 , Tabel Lampiran 8, Tabel Lampiran 9, dan Tabel Lampiran 10. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit baik pada umur 6, 8, 10, maupun 12 MST. Rata-rata jumlah daun bibit pada umur 6, 8, 10 dan 12 MST akibat perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati dapat dilihat pada Tabel 8, 9, 10 dan 11.
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST (helai) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg) T0 (0)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rataan
2,25
2,00
2,00
2,17
2,11
T1 (150)
2,17
1,83
1,83
2,00
1,96
T2 (300)
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
T3 (450)
2,00
2,00
2,00
2,17
2,04
Rataan
2,11
1,96
1,96
2,09
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST (helai) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg) T0 (0)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rata-rata
2,07
2,67
2,67
2,67
2,67
T1 (150)
2,50
2,50
2,50
2,50
2,50
T2 (300)
2,33
2,33
2,33
2,33
2,33
T3 (450)
2,67
2,67
2,67
2,67
2,67
Rata-rata
2,54
2,04
2,54
2,54
26
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada Umur 10 MST (helai) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) Rata-rata (g/polibeg) T0 (0)
2,83
3,00
3,00
3,33
3,04
T1 (150)
2,83
3,00
2,83
3,33
3,00
T2 (300)
2,83
3,17
3,00
3,00
3,00
T3 (450) Rata-rata
3,17
3,17
3,33
3,00
3,17
2,92
3,09
3,04
3,17
Tabel 11. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (helai) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) Rataan (g/polibeg) 2,75 3,17 3,17 4,17 3,32 T0 (0) T1 (150)
3,25
4,00
3,50
3,83
3,65
T2 (300)
3,50
3,50
3,83
3,67
3,65
T3 (450) Rata-rata
3,67
3,83
4,17
3,67
3,84
3,29
3,63
3,67
3,84
4.1.4. Luas Daun (cm²) Daftar sidik ragam luas daun pada umur bibit 6, 8, 10 dan 12 MST dicantumkan pada Tabel Lampiran11 , Tabel Lampiran 12, Tabel Lampiran 13, dan Tabel Lampiran 14. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap luas daun bibit kelapa sawit pada umur 6 MST. Interaksi antara kompos TKS dan pupuk berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap luas daun bibit sawit pada umur 8, 10 dan 12 MST dan tidak nyata pada umur 6 MST. Rataan luas daun bibit kelapa sawit pada umur 6, 8, 10, dan 12 MST akibat perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati dapat dilihat pada Tabel 12, 13, 14 dan 1 27
Tabel 12. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Total Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST (cm2) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/Poilibeg) T0 (0)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rata-rata
9,66
7,68
8,42
15,01
10.19
T1 (150)
5,82
10,10
12,00
10,40
9.58
T2 (300)
12,10
6,94
8,71
12,66
10.10
T3 (450)
12,87
6,69
7,62
12,67
9.96
Rataan
10,11abA
7,85aA
9,20abA
12,69bA
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi pupuk hayati yang memberikan luas daun yang terluas pada umur 6 MST adalah perlakuan F 3 (15 ml/l air), berbeda nyata dengan perlakuan F1 (5 ml/l air), berbeda tidak nyata dengan perlakuan F2 (10 ml/l air) dan F0 (0 ml/l air).
14
Luas daun (cm2)
12 10 8 6 ŷ = 0,057x2 - 0,680x + 10,03 R² = 0,991 Ymax=12,69cm2 , pada F opt=15 ml/l air
4 2 0 0
5
10
15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air)
Gambar 3. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 6 MST
28
Hasil analisis regresi (Gambar 3) menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit pada umur 6 MST berbentuk kuadratik. Artinya denagan pemberian dosis konsentrasi pupuk hayati optimum 15 ml/l air maka luas daun bibit semakin bertambah hingga luas daun maksimum 12,69 cm2. Tabel 13. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati. Total Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST (cm2) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/Poilibeg)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
T0 (0)
18.26 abAB
12.78 aA
27.54 cdBCD
29.02 cdCD
T1 (150)
24.06 bcBC
28.26 cdCD
27.84 cdCD
24.34 bcBC
T2 (300)
30.65 cdeCD
32.78 deCD
31.77 deCD
27.84 cdCD
T3 (450) 24.18 bcBC 32.89 deCD 26.59 cdBC 37.11 eD Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan.
Tabel 13 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk hayati pada umur bibit 8 MST menghasilkan daun yang terluas adalah F₃T₃, berbeda sangat nyata dengan perlakuan F₃T₁, F₂T₃, F₁Tₒ, FₒT₃, FₒT₁ dan FₒTₒ, berbeda nyata dengan perlakuan F₃T₂ , F₃Tₒ, F₂T₁, F₂Tₒ, dan F₁T₁, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan F₂T2, F₁T₃, F₁T₂ dan FₒT₂.
29
ŷ (T3) = 0,042x3 - 0,936x2 + 5,365x + 24,18 R² = 1 Y opt = 33,35 cm2, pada F = 4 ml/l air
40 35
Luas daun (cm2)
30
TT3
T0
25 20 15 10
ŷ (T0) = -0,044x3 + 1,075x2 - 5,354x + 18,26 R² = 1
5 0 0
5
10
15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air)
Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 8 MST pada Berbagai Dosis Kompos TKS
Hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit kelapa sawit pada umur 8 MST pada berbagai dosis TKS dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit kelapa sawit pada umur 8 MST berbentuk kubik pada F waktu T0 dan F waktu T3. Artinya dengan pemberian konsentrasi pupuk hayati optimum 4 ml/l air, daun bibit semakin luas hingga total luas daun optimum 33,35 cm2, kemudian tidak meningkatkan luas daun bibit lagi pada kosentrasi pupuk hayati 10 ml/l air namun luas daun bibit perlahan-lahan meningkat dengan pemberian sampai konsentrasi pupuk hayati 15 ml/l air. Hubungan antara kompos TKS dengan luas daun bibit kelapa sawit umur 8 MST pada berbagai konsentrasi pupuk hayati dapat dilihat pada Gambar 5.
30
ŷ (F3) = 0,000x2 - 0,051x + 28,9 R² = 0,996 F3
40 35
ŷ (F0) = -0,000x2 + 0,077x + 17,56 R² = 0,875
Luas Daun (cm2)
30
F1
25
F0
20
ŷ (F1)= -0,000x2 + 0,120x + 13,10 R² = 0,992 Ymax = 34 cm2, pada T opt. = 350 gr/polibeg
15 10 5 0 0
150
300
450
Dosis Kompos TKS (g/polibeg)
Gambar 5. Hubungan Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 8 MST pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Hayati. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis kompos TKS dengan luas daun bibit pada umur 8 MST berbentuk kuadratik. Artinya dengan pemberian pupuk TKS optimum 350 gr/polibeg, daun semakin luas hingga maksimum 34 cm2, kemudian tidak meningkat lagi dengan dosis TKS diatas 350 gr/polibeg. Secara umum luas daun pada semua taraf Kompos TKS yang paling tinggi yaitu pada pemberian pupuk hayati konsentrasi taraf F3 (15 ml /l air).
31
Tabel 14. Rata-rata luas daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST (cm2) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/Poilibeg)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
T0 (0)
20,34 abAB
14,81 aA
29,51 cdeBCD
31,22 cdeCDE
T1 (150)
25,68 bcBC
29,34 cdeBCD
29,30 cdeBCD
25,61 bcBC
T2 (300)
33.10 defCDE
34,83 efCDE
34,22 defCDE
29,76 cdeBCD
T3 (450)
27.32 cdBCD
36,23 efDE
29,53 cdeBCD
39,75 ef
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan. Tabel 14 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk hayati dan Kompos TKS pada umur 10 MST yang menghasilkan daun terluas adalah F₃T₃ , berbeda tidak nyata dengan perlakuan FₒT₂, F₁T₁, F₁T₂, F₁T₃, F₂Tₒ, F₂T₁, F₂T₂, F₂T₃, F₃Tₒ dan F₃T₂, tetapi berbeda nyata dan sangat nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya. Hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit kelapa sawit umur 10 MST pada berbagai dosis TKS dapat dilihat pada Gambar 6.
32
ŷ (T3)= 0,043x3 - 0,963x2 + 5,514x + 27,32 R² = 1 Y max =36,73, pada F opt = 4 ml/l air
45 40
T3
Luas Daun (cm2)
35 T0
30 25 20 15 10
ŷ (T0) = -0,044x3 + 1,069x2 - 5,343x + 20,34 R² = 1
5 0 0
5
10
15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air)
Gambar 6. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST pada Berbagai Dosis TKS.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit pada umur 10 MST kubik ketika F waktu T0 dan F waktu T3. Artinya dengan pemberian konsentrasi pupuk hayati optimum 4 ml/l air, luas daun semakin meningkat hingga luas daunnya mencapai maksimal 36,72 cm2 kemudian luas daun tidak bertambah lagi setelah konsentrasi pupuk hayati lebih besar dari 4 ml/l air tetapi luas daun mulai bertambah luasnya dari pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi antara 10 sampai dengan 15 ml/l air. Secara umum luas daun pada semua taraf konsentrasi Pupuk Hayati yang paling tinggi yaitu T3 kemudian diikuti dengan T0. Hubungan antara dosis kompos TKS dengan luas daun bibit kelapa sawit umur 10 MST pada berbagai taraf konsentrasi pupuk hayat dapat dilihat pada Gambar 7.
33
45 ŷ (F0)= -0,000x2 + 0,074x + 19,57 R² = 0,859 40
ŷ (F3) = 0,000x2 - 0,058x + 31,02 R² = 0,992
Luas Daun (cm2)
35 30
F3 F1 F0
25 20 ŷ (F1) = -0,000x2 + 0,108x + 15,14 R² = 0,991 Y max = 36,5 cm2, Pada T opt. = 400 gr/polibeg
15 10 5 0 0
150
300
450
Dosis Kompos TKS (g/polibeg)
Gambar 7. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Hayati.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan Kompos TKS dengan luas daun bibit sawit pada umur 10 MST berbentuk kuadratik ketika T pada Fₒ, F₁ dan F₃. Artinya dengan pemberian dosis kompos TKS optimum 400 gr/polibeg, bibit semakin luas hingga luas daun maksimum 36,5 cm2, kemudian luas daun tidak meningkat lagi dengan pemberian kompos TKS dengan dosis diatas 400 gr/polibeg bahkan luas daun semakin kecil. Secara umum luas daun pada semua taraf Kompos TKS yang paling tinggi yaitu F 3 di ikuti secara berturut-turut pada taraf F1 dan F0. Rata-rata luas daun bibit kelapa sawit pada umur 12 MST akibat perlakuan kompos TKS dan Pupuk Hayati dapat dilihat pada Tabel 15.
34
.Tabel 15. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Total Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (cm2) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
T0 (0)
21,17 abAB
15,56 aA
30,07 cdBC
31,98 cdCD
T1 (150)
27,60 bcBC
31,32 cdBCD
31,07 cdBCD
27,68 bcBC
T2 (300)
34,31 cdeCD
35,85 deCD
36,19 deCD
30,80 cdBC
T3 (450) 28,80 cdBC 34,85 cdeCD 32,49 cdCD 41,62 eD Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan. Tabel 15 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk hayati dengan kompos TKS pada umur 12 MST yang menghasilkan daun yang terluas adalah F₃T₃ , berbeda tidak nyata dengan perlakuan FₒT₂ , F₁T₂ , F₁T₃ , dan F₂T₂ , tetapi berbeda nyata dan sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit kelapa sawit umur 12 MST pada berbagai taraf dosis kompos TKS dapat dilihat pada Gambar 8.
35
45
ŷ (F0) = -0,043x3 + 1,062x2 - 5,351x + 21,17 R² = 1 Ymax = 35 cm2, pada F opt. = 13 ml/l air
40 Luas Daun (cm2)
35
T1
30 25 20 15 10 5 0 0
5
10
15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air)
Gambar 8. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST pada Berbagai Taraf Dosis Kompos TKS.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit pada umur 12 MST berbentuk kubik ketika F pada T1. Artinya dengan pemberian konsentrasi pupuk hayati hingga optimum 13 ml/l air, luas daun semakin bertambah dan maksimal 35 cm2, luas daun tidak meningkat lagi pada konsentrasi pupuk hayati di atas 13 ml/l air bahkan luas daun bibit kelapa sawit semakin menurun.
36
Luas Daun (cm2)
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
ŷ (F0) =
ŷ (F3)= 0,000x2 - 0,054x + 31,99 + 0,076x + 20,95 R² = 1 F3 R² = 0,897 F1
-0,000x2
F0 ŷ (F1) = -0,000x2 + 0,125x + 15,78 R² = 0,993 Ymax = 37 cm2, pada T opt. = 350 gr/polibeg
0
150
300
450
Dosis Kompos TKS (g/polibeg)
Gambar 9. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST pada Berbagai taraf Konsentrasi Pupuk Hayati.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis TKS dengan luas daun bibit pada umur 12 MST berbentuk kuadratik ketika T pada F0, T pada F1 dan T pada F3. Artinya dengan pemberian kompos TKS sampai optimum 350 gr/polibeg, bibit semakin meningkat luas daunnya sampai maksimum 37 cm2, kemudian luas daun tidak meningkat lagi pada dosis TKS di atas 350 gr/polibeg bahkan luas daun bibit sawit menurun. Secara umum luas daun pada semua taraf dosis TKS yang paling tinggi yaitu pada F3 di ikuti secara berturut-turut pada taraf F1 dan F0.
4.1.5. Bobot Basah Bibit (g) Daftar sidik ragam bobot basah bibit umur 12 MST dicantumkan pada Tabel Lampiran 15. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. Rata-rata bobot basah bibit kelapa sawit pada umur 12 mst akibat perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati dapat dilihat pada tabel 16. 37
Tabel 16. Rata-rata Bobot Basah Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Bobot Basah Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (g) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) (g/polibeg)
Rata-rata
T0 (0)
3,50
3,70
5,25
4,73
4,30
T1 (150)
4,07
3,73
3,57
5,57
4,24
T2 (300)
3,97
4,73
4,57
3,90
4,29
T3 (450) Rata-rata
4,73
4,77
5,13
6,00
5,16
4,07
4,23
4,63
5,05
4.1.6. Bobot Kering Bibit (g) Daftar sidik ragam bobot kering bibit umur 12 MST dicantumkan pada Tabel Lampiran 16. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. Rata-rata bobot kering bibit kelapa sawit pada umur 12 mst akibat perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Rata-rata Bobot Kering Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Bobot Kering Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (g) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) Rata-rata (g/polibeg) 0,90 1,07 1,10 1,43 1,12 T0 (0) T1 (150)
1,03
1,07
0,97
1,60
1,17
T2 (300)
1,03
1,30
1,30
0,93
1,14
T3 (450) Rata-rata
1,27
1,33
1,40
1,30
1,32
1,06
1,19
1,19
1,31
38
4.1.7. Panjang Akar (cm) Daftar sidik ragam panjang akar bibit umur 12 MST dicantumkan pada Tabel Lampiran 17. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. Rataan panjang akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST akibat perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Rata-rata Panjang akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Panjang Akar Bibit pada Umur 12 MST (cm) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) Rata-rata (g/polibeg) 21,40 28,27 29,63 30,10 27,35 T0 (0) T1 (150) T2 (300) T3 (450) Rata-rata
30,40
26,43
27,40
29,60
28,46
22,00
27,83
27,60
21,70
24,78
22,07
22,37
29,23
26,83
25,13
23,97
26,23
28,47
27,06
4.1.8. Bobot Basah Akar (g) Daftar sidik ragam bobot basah akar bibit kelapa sawit dicantumkan pada tabel lampiran 18. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar bibit kelapa sawit tetapi perlakuan kompos TKS berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah bibit kelapa sawit. Rata-rata bobot basah akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST akibat perlakuan pupuk hayati dan kompos TKS dapat dilihat pada tabel 19.
39
Tabel 19. Rata-rata Bobot Basah Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Bobot basah Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (g) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg) T0 (0)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rata-rata
0.70
0.87
0.80
0.80
0.79 aA
T1 (150)
0.87
0.90
1.07
0.93
0.94 aAB
T2 (300)
1.07
0.70
1.00
1.00
0.94 aAB
T3 (450)
1.23
1.67
1.13
1.57
1.40 bB
Rata-rata
0.97
1.04
1.11
1.08
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan
Tabel 19 menunjukkan bahwa perlakuan Tandan Kosong sawit pada dosis 450 g/polibeg (T₃) menghasilkan bobot basah akar tertinggi yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan Tₒ (0 g/polibeg), berbeda nyata dengan perlakuan T₁ (150 g/polibeg) dan T₂ (300 g/polibeg). Perlekuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar. Hubungan dosis TKS dengan berat basah akar bibit kelapa sawit pada umur 12MST dapat dilihat pada Gambar10.
40
1.60 Bobot Basah Akar (gr)
1.40 1.20 1.00 0.80 ŷ = 0,001x + 0,745 R² = 0,797
0.60 0.40 0.20 0.00 0
150
300
450
Dosis TKS g/polibeg
Gambar 10. Hubungan Dosis TKS dengan Berat Basah Akar Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis TKS dengan bobot basah akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST berbentuk linier. Artinya dengan meningkatnya dosis kompos TKS maka bobot basah akar bibit kelapa sawit juga semakin meningkat
4.1.9. Bobot Kering Akar (g) Daftar sidik ragam bobot kering akar dicantumkan pada tabel lampiran 19. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit tetapi perlakuan kompos TKS berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering bibit kelapa sawit. Rata-rata bobot kering akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST akibat perlakuan pupuk hayati dan kompos TKS dapat dilihat pada tabel 20.
41
Tabel 20. Rata-rata Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (g) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/polibeg) T0 (0)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
0.20
0.27
0.27
0.20
0.23 aA
T1 (150)
0.33
0.33
0.37
0.33
0.34 bAB
T2 (300)
0.30
0.27
0.33
0.30
0.30 aBA
T3 (450)
0.43
0.57
0.22
0.50
0.44 cB
0.32
0.36
0.30
0.33
Rataan
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan
Tabel 20 menunjukkan bahwa perlakuan Tandan Kosong sawit pada dosis 450 g/polibeg (T₃) menghasilkan bobot kering akar tertinggi yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan Tₒ (0 g/polibeg), berbeda nyata dengan perlakuan T₁ (150 g/polibeg) dan T₂ (300 g/polibeg). Perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Hubungan dosis TKS dengan bobot kering akar bibit kelapa sawit pada umur 12MST dapat dilihat pada Gambar 11.
42
0.50
Bobot Kering Akar (gr)
0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20
ŷ = 0,000x + 0,241 R² = 0,744
0.15 0.10 0.05 0.00 0
150
300
450
Dosis TKS (g/polibeg)
Gambar 11. Hubungan Dosis TKS dengan Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Umur 12MST Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis TKS dengan bobot kering akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST berbentuk linier. Artinya dengan meningkatnya dosis kompos TKS maka bobot kering akar bibit kelapa sawit juga semakin meningkat
4.1.10. K-Tukar (me/100 gr) Hasil analisis tanah di laboratorium mengenai K-tukar (K-tersedia) dicantumkan pada Tabel Lampiran 20. Rataan K-tukar (me/100 gr) Pengamatan ini tidak diuji secara statistik tetapi digunakan sebagai pembanding (trend) ketersediaan kalium yang disumbangkan oleh kompos TKS.
43
Tabel 21. Rataan K-tukar (me/100gr) Akibat Perlalakuan Kompos TKS dengan Pupuk Hayati di Akhir Penelitian Sebelum Setelah Perlakuan Perlakuan TxF F0 F1 F2 F3 Rataan T0
0,25 (r)
0,30 (s)
0,40 (s)
0,45 (s)
0,55 (s)
0,43 (s)
T1
0,25 (r)
0,45 (s)
0,60 (t)
0,54 (s)
0,65 (t)
0,56 (s)
T2
0,25 (r)
0,35 (s)
0,70 (t)
0,58(t)
0,64 (t)
0,57 (s)
T3
0,25 (r)
0,71 (t)
0,66 (t)
0,58 (t)
0,70 (t)
0,66 (t)
0,45 (s)
0,59 (t)
0,54(s)
0,64 (t)
Rataan
Keterangan : sr = sangat rendah (<0,10), r = rendah (0,10 – 0,20), s = sedang (0,30 – 0,50), t = tinggi (0,60 – 1,00), st =sangat tinggi (>1,00) Sumber : Hasil analisis tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit pada umur 10 MST , tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 6, 8 dan 12 MST. Perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap luas daun pada umur 6 MST, 8 MST, !0 MST dan 12 MST. Perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata pada diameter batang, jumlah daun, bobot basah bibit, bobot kering bibit, panjang akar, bobot basah akar dan bobot kering akar. Pupuk Hayati mengandung beragam jenis mikroba khusus yang dapat membantu mengikat senyawa Nitrogen (N) dan menguraikan Fosfat (P) dan Kalium (K). Kandungan
44
mikroba yang terdapat dalam pupuk hayati Feng Shou adalah 1,52 x 10 5 Cfu/ml mikroba pelarut fosfat, 8 x 107 Cfu/ml Azosprillium sp, 9 x107 Cfu/ml Azotobacter sp, 9 x107 Cfu/ml Pseudomonas sp dan 2,5 x 104 Cfu/ml Bakteri Selulotik (Anonimus, 2010). Pupuk hayati berpengaruh nyata terhahap tinggi bibit pada umur 10 MST. Hal ini karena adanya aktivitas organisme perombak bahan organik seperti mikroba dan mesofauna (hewan invertebrata) saling mendukung keberlangsungan proses siklus hara dalam tanah. Pupuk Hayati berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman disebabkan pupuk
hayati
mengandung
mikroorganisme
perombak
bahan
organik
dan
mikroorganisme dalam pupuk hayati dapat membantu mengikat senyawa Nitrogen (N) dan menguraikan Fosfat (P) dan Kalium (K). Mikroorganisme ini merupakan aktivator biologis terhadap penyediaan unsur hara bagi tanaman, di mana bakteri dapat membuat unsur yang terdapat dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur K yang telah terdekomposisi sebahagian dapat dirubah oleh bakteri pengurai K menjadi ion K + . Unsur kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman. Kalium berperan dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan fungsi traslokasi karbohidrat (Hakim, 1986). Mikroorganisme memproduksi enzim ekstraseluler untuk depolimerisasi senyawa berukuran besar menjadi kecil dan larut dalam air (subtrat bagi mikroba). Pada saat itu mikroba mentransfer substrat tersebut ke dalam sel melalui membran sitoplasma untuk menyelesaikan proses dekomposisi bahan organik. Aktivitas enzim selulase menurunkan jumlah selulosa sekitar 25% selama sekitar tiga minggu. Aktivitas lipase, protease, dan amilase meningkat dan menurun selama tahapan pengomposan.
45
Pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 6, 8 MST miroorganisme masih bekerja menguraikan dan mengikat unsur hara yang berada di dalam tanah tetapi belum menunjukkan pengaruh yang nyata, hasil baru terlihat pada umur bibit 10 MST, namun pada umur 12 MST aktivitas mikroorganisme mulai melemah diduga adanya mikroba yang telah tua/luruh. Dugaan lainnya dari pendapat ahli mengatakan bahwa keberhasilan penggunaan jasad hidup yang menguntungkan di bidang pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas sel yang ada di dalam inokulan, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber energi, pengaplikasian inokulan, faktor lingkungan (suhu, curah hujan) dan metode penyimpanan produk sebelum pakai (Suba, 1982, Nifal & Fao, dalam Hanafiah, 1995). Hal ini sesuai dengan pendapat hakim et al., (1986) bahwa aktivitas kehidupan organisme tanah sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah dan vegetasi. Pengaruh pupuk hayati berpengaruh tidak nyata pada diameter batang, bobot basah dan bobot kering bibit , panjang akar, bobot basah dan bobot kering akar karena penguraian bahan organik dan unsur hara di dalam tanah terbatas sehingga secara uji statistik menghasilkan pengaruh yang tidak nyata.
4.2.2. Pengaruh Kompos Tandan Kosong Sawit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan kompos tandan kosong sawit (TKS) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit, bobot basah dan bobot kering akar pada umur 12 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit pada umur 6, 8 dan 10 MST, diameter batang umur 6 MST dan 12 MST , jumlah daun pada semua umur pengamatan, luas daun umur 6 MST, bobot basah bibit, bobot kering bibit dan panjang akar pada umur 12 MST. 46
Pemberian kompos TKS belum berpengaruh secara nyata pada umur 6, 8 dan10 MST kecuali terhadap luas daun mulai umur 8, 10 dan 12 MST disebabkan bibit masih menggunakan faktor tumbuh seperti air dan unsur hara yang masih terkandung pada media, karena diduga unsur hara yang terdapat dalam kompos belum tersedia dari proses dekomposisi lanjut bahan organik, artinya tahap penguraian bahan organik relatif masih lambat. Pada umur 12 MST pertumbuhan bibit semakin cepat karena unsur hara sudah menjadi tersedia di dalam media tanam akibat dekomposisi TKS yang telah berjalan dengan sempurna. Unsur hara dalam TKS menjadi tersedia bagi tanaman untuk dipergunakan oleh bibit tanaman kelapa sawit dalam proses pertumbuhannya. Berdasarkan hasil analisis tanah pada tabel 18, didapat bahwa pemberian TKS dapat meningkatkan unsur K (K-tukar) dalam media pembibitan tanaman kelapa sawit. Secara umum, semakin banyak jumlah TKS yang diberikan, maka jumlak K-tukar dalam media pembibitan semakin meningkat dari keadaan awal yakni:T1F0 (0,45 me/100 g), T2F0 (0,35 me/100 g), T3F0 (0,71 me/100 g).
Hal ini lah yang menyebabkan pengaruh
pemberian TKS berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit tanaman kelapa sawit pada umur 12 MST. Kompos TKS telah banyak terurai dan menyumbang unsur kalium ke dalam media yang diduga menjadi unsur essensial bagi bibit, sehingga peranan kompos TKS akan terlihat nyata sejalan dengan ketersediaan unsur hara kalium karena unsur hara yang terkandung pada TKS yaitu
Nkj= 2,34%, P=0,31%, K= 5,53%, Ca=1,46%, Mg=0,96%
(Sutarta,2005) . Dengan ketersediaan kalium akan memperbaiki kesuburan tanah sehingga terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi antara bibit yang tidak mendapat perlakuan kompos TKS dengan yang mendapat perlakuan kompos TKS.
47
K-tersedia semakin meningkat dengan semakin tingginya kompos TKS yang diberikan hingga 450 g/polibeg, hal ini disebabkan kandungan kalium pada TKS yang paling tinggi mencapai 5,53% (Sutarta, 2005) sehingga mampu menyediakan unsur kalium di dalam tanah. Ketersediaan kalium diartikan sebagai kalium yang dapat pertukarkan dan diserap tanaman (Hakim, dkk, 1986). Kompos TKS merupakan bahan organik sehingga dalam proses pelepasan K-tersedia (diduga sebagai hasil proses dekomposisi dalam bentuk K20) terionisasi menjadi K+. Proses ini berlangsung dengan bantuan mikoorganisme tanah. Disamping itu, diduga pelepasan ion K+ mengikuti reaksi kimia biasa dengan air di dalam tanah. Dalam proses pertumbuhan tanaman mutlak membutuhkan karbohidrat hasil fotosintesis. Unsur kalium mengambil peranan penting dalam traslokasi korbohidrat dari daun ke bagian tanaman lainnya. Kalium terdapat di dalam cairan sel dalam bentuk ion K+ yang lebih berperan sebagai katalisator dalam proses tumbuh antara lain fotosintesis, traslokasi karbohidrat, sintesis protein dan pengaturan kadar air tanaman. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati, kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi osmotic sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur turgor sel ini, peran yang penting adalah dalam proses membuka dan menutupnya stomata pada tanaman (Lakitan, 2007). Semakin meningkatnya ketersedian kalium dengan pemberian kompos TKS mendorong tanaman untuk berfotosintesis untuk menghasilkan fotosintat. Fotosintat yang terbentuk akan ditansfer ke pucuk dan akar tanaman menyebabkan pembelahan sel pada bagian pucuk
48
semakin aktif dan mendorong perkembangan perakaran, sehingga tinggi bibit semakin meningkat (Lakitan , 1996) Pemberian kompos TKS dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah, porositas tanah dan daya merembes air sehingga aerasi menjadi lancar. Kompos tandan kosong sawit mampu meningkatkan efisiensi pemupukan karena Sutarta (2005) mengatakan bahwa dengan penambahan kompos TKS sebesar 5%, pemupukan dapat berkurang hingga 50% dengan hasil yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan 100% dosis pupuk standar. Disamping itu kompos TKS dapat membangkitkan kembali kesuburan tanah yang bekerja secara alamiah, menyimpan dan melepaskan hara untuk tanaman secara lambat, meningkatkan kehidupan mikroorganisme, memperbaiki pH tanah, membantu daya larut unsur-unsur anorganik dan memperbaiki aerasi tanah. Akan tetapi perlakuan kompos TKS berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan diameter batang. Hal ini diduga pola pembentukan daun dan pembesaran diameter batang relatif lambat, sehingga sulit dipengaruhi oleh perlakuan pemberian TKS, sama halnya diameter batang tidak berpengaruh nyata disebabkan faktor genetik tanaman. Menurut Loveless (1991) pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan. Dalam penelitian ini kompos TKS belum dapat mempengaruhi sifat genetik jumlah daun maupun diameter batang. Dengan peningkatan tinggi tanaman dan luas daun, seharusnya perlekuan bobot basah dan bobot kering bibit sudah berpengaruh nyata. Namun dalam penelitian ini, bobot basah dan bobot kering bibit berpengaruh tidak nyata.
Hal ini diduga,
perbedaannya ada pada bobot basah dan bobot kering akar yang menunjukkan perbedaan yang nyata antar dosis Kompos TKS. Bobot akar yang dimaksudkan dalam hal
49
ini ada pada akar-akar sekunder dan tersier, sementara perlakuan kompos TKS tidak memberikan berpengaruh yang nyata terhadap panjang akar primer. Menurut Lingga (2004), berkembangnya sistem perakaran yang baik mendorong perkembangan bagian atas karena terdapat korelasi antara perkembangan akar dan pertumbuhan bagian kanopi tanaman. Akar menyerap hara dari dalam tanah dan ditransportasi ke tajuk tanaman.
4.2.3 Pengaruh Interaksi Kompos TKS Dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Awal Hasil Uji statistik menunjukkan bahwa interaksi antara Kompos TKS dan Pupuk Hayati berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap luas daun pada umur 8, 10 dan 12 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun umur bibit 6 MST, tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, bobot basah dan bobot kering bibit, panjang akar, bobot basah dan bobot kering akar. Pengaruh yang nyata dan sangat nyata ini terhadap luas daun mungkin disebabkan Azosprillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp dan Bakteri Selulotik yang terkandung dalam pupuk hayati yang dapat mendekomposisikan lebih lanjut bahan organik yang terdapat pada kompos TKS dan melepaskan unsur-unsur yang berada di dalam bahan organik seperti K, N, Ca, Mg menjadi bahan tersedia yang dapat diserap oleh bibit tanaman kelapa sawit. Pemberian Kompos TKS yang semakin tinggi akan menyumbang unsur K, N, Ca dan Mg yang lebih banyak dan memberikan habitat yang lebih baik bagi bakteri yang berada di dalam pupuk hayati karena bahan organik tersebut merupakan sumber makanan bagi bakteri tersebut. Pupuk Hayati dan kompos TKS berpengaruh nyata terhadap luas daun disebabkan bakteri yang terkandung di dalam pupuk hayati 50
mengubah unsur N dan Mg menjadi bahan tersedia bagi tanaman. Menurut Hakim (1986), fungsi Nitrogen (N) merupakan penyusun setiap sel hidup karena terdapat pada seluruh bagian tanaman dan juga merupakan bagian dari penyusun enzim dan molekul klorofil. Nitrogen merupakan unsur esensial dalam menyusun protein. Protein ini digunakan untuk mengatur pertumbuhan secara keseluruhan. Peningkatan sintesis protein akan mendorong pembelahan dan pemanjangan sel, hal ini menyebabkan luas daun bibit kelapa sawit meningkat dengan diberikannya kompos TKS ke dalam Tanah. Unsur magnesium (Mg) juga berfungsi
sebagai penyusun klorofil dan membantu
translokasi fosfor dalam metabolisme bibit. Jadi kandungan fosfat pada bibit bisa ditingkatkan dengan cara menambah unsur magnesium (Irawan, 2001). Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis Kompos TKS dan kosentrasi pupuk hayati maka K tersedia yang ada di dalam tanah juga semakin tinggi, hal ini sesuai dengan hasil analisis tanah yang dilakukan di laboratorium pada akhir penelitian bahwa T3 (450 g/polibeg) dan F3 (15 ml/1 l air) didapatkan jumlah K-tukar rata-rata 0,70 me/ 100 g. Pengaruh pemberian kompos TKS dan pupuk hayati menyumbang unsur K, N dan Mg. Dalam hal ini diduga N dan Mg digunakan untuk pembentukan klorofil tanaman dan aktivasi enzim fotosistesis, sehingga mempengaruhi pembesaran total luas daun. Sedangkan unsur lainnya memberikan pengaruh yang seragam atau berpengaruh tidak nyata secara uji stasistik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman.
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN a. Pemberian Pupuk Hayati hingga konsentrasi 15 ml/l air dapat meningkatkan tinggi bibit pada umur 10 MST. b. Pemberian kompos TKS hingga dosis 450g/polibeg dapat meningkatkan tinggi bibit pada umur 12 MST. c. Pemberian pupuk hayati dan kompos TKS secara bersamaan memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan luas daun pada umur 8, 10 dan 12 MST. d. Pemberian pupuk hayati atau kompos TKS cenderung meningkatkan K-tukar dalam media tanam bibit kelapa sawit di pembibitan awal.
6.2 Saran
Untuk menghasilkan peningkatan luas daun bibit tanaman kelapa sawit, maka disarankan pemberian pupuk hayati sebesar 13 ml/1 l air dan pemberian kompos TKS sebesar 350 g/polibeg secara bersamaan.
Penggunaan
kompos
TKS
dengan
dosis
450
g/polibeg
cenderung
menyumbangkan K-tukar terbanyak sehingga media dapat digunakan untuk media selanjutnya sehingga dapat mengurangi pemberian pupuk K.
52
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Susanto, R. Y., Purba & A. E. Prasetyo. 2005. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. PPKS. Medan hal16, 11, 26. Anonimus. 1992. Kelapa Sawit. Kanisius. Yokyakarta. Anonimus. 2005. Statistik Kelapa Sawit di Sumatra Utara. Badan Pusat Statistik. Anonimus. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer andBiofertilizer). Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian. Bandung. Buana, L., Modul M-100-203.2005. Kultur Teknis Kelapa Sawit. PPKS; Medan Darmosarkoro, W., Sugiyono, H., Sentosa. 2007. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. PPKS. Medan hal 181. Guritno, B., S.M. Situmpul.1996. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta. Hakim, N.M., Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Rusdi Saul, Goban Hong, H.H. ailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah Universitas Lampung Press, Lampung. Harahap, Y.I., 2008. Kelapa Sawit dan Lingkungan. PPKS. Medan hal 17 Indonesia Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesarhttp://www.formatnews.com [diakses tanggal 23 Maret 2011] Irawan, A. H. S. R. 2001. Cara Khusus Menyuburkan Tanaman. Aneka, Solo. Kurniawan, Ambar. 2004. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. PPKS. Medan hal1-12 Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada, Jakarta Lakitan, B., 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, hal 68 Lubis, Adlin. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia. PPKS, Medan hal 1, 55, 112, 125, 126. Lingga, P., Marsono.1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 53
Lingga, P., Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta, hal.8, 15. Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. 26, 36, 38, 39, 40, 42,43, 53, 57, 58, 61,65. Pahan, I., 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Cet. 8. Penebar Swadaya. Jakarta hal 58,78,88,91,102-103. Petunjuk Teknis Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan Purwa, D.R., 2007. Petunjuk Pemupukan. Redaksi Agromedia. Jakarta Rosmakram, A., Dan N.W.Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kansius. Yogyakarta, hal. 50, 55, 60, 62, 126. Setymidjaya, D., 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta, hal. 16, 23, 24,26. Suradikarta, D., A. Simanungkalit, R.D.M., 2006. Pupuk Organik dan Pupuk hayati. Jawa Barat. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Sutarta, A., Darnoko. 2005. Peningkatan efektivitas Pemupukan Melalui Aplikasi Kompos TKS Pada Pembibitan Kelapa Sawit. PPKS. Medan hal 119, 120. 139. Thomas, R.L., Hardon. 1968. An ouTabel Lampiranine of breeding and selection in the oil palm. Malaysia Agr. Jurnal Vol.46, No.3. Widya, Yrama. 2009. Tanaman Kelapa Sawit/Tim Bina Karya Tani. Bandung hal 11.
54
LAMPIRAN
55
Lampiran 1. Tabel Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) pada Umur 6 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F. TABEL F. TABEL RAGAM F. HITUNG KERAGAMAN BEBAS KUADRAT 5% 1% Kelompok 2 27.437 13.718 5.148* 3.32 5.39 T 3 16.752 5.584 2.096tn 2.92 4.51 F 3 17.356 5.785 2.171tn 2.92 4.51 TF 9 32.950 3.661 1.374tn 2.21 3.06 Galat 30 79.939 2.665 Total 47 174.434 Koefisien Keragaman = 16,9 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) pada Umur 8 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok 2 99.451 T 3 24.824 F 3 22.900 TF 9 72.638 Galat 30 205.809 Total 47 425.622 Koefisien Keragaman = 18,5 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
49.725 8.275 7.633 8.071 6.860
56
7.248** 1.206tn 1.113tn 1.176tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) pada Umur 10 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% Kelompok 2 T 3 F 3 linier 1 kuadratik 1 kubik 1 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 20,2 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
147.53 84.72 108.84 81.44 19.931 7.466 74.85 308.86 724.82
73.76 28.24 36.28 81.44 19.93 7.46 8.31 10.29
7.16** 2.74tn 3.52* 7.91** 1.94tn 0.72tn 0.81tn
3.32 2.92 2.92 4.17 4.17 4.17 2.21
Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) pada Umur 12 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok 2 107.84 T 3 154.99 linier 1 147.72 kuadratik 1 7.10 kubik 1 0.16 F 3 44.53 TF 9 68.50 Galat 30 211.06 Total 47 586.946 Koefisien Keragaman = 14.7 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
53.92 51.66 147.72 7.10 0.16 14.84 7.61 7.03
57
7.664** 7.343** 20.997** 1.010tn 0.023tn 2.110tn 1.082tn
3.32 2.92 4.17 4.17 4.17 2.92 2.21
5.39 4.51 7.56 7.56 7.56 4.51 3.06
F TABEL 1% 5.39 4.51 4.51 7.56 7.56 7.56 3.06
Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Kelapa Sawit (mm) pada Umur 6 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F. TABEL F. TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F. HITUNG 5% 1% Kelompok 2 T 3 F 3 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 12.9 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
0.003 0.004 0.009 0.011 0.062 0.090
0.001 0.001 0.003 0.001 0.002
0.705tn 0.705tn 1.443tn 0.615tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Kelapa Sawit (cm) pada Umur 12 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMA BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% N Kelompok 2 T 3 F 3 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 17.5 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
0.047 0.065 0.026 0.027 0.350 0.515
0.023 0.022 0.009 0.003 0.012
58
2.000tn 1.860tn 0.751tn 0.254tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 7.
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit (helai) pada Umur 6 MST Sumber Derajat Jumlah F. TABEL F .TABEL RAGAM F. HITUNG Keragaman Bebas Kuadrat 5% 1% Kelompok 2 0.198 0.099 1.647tn 3.32 5.39 T 3 0.187 0.062 1.040tn 2.92 4.51 F 3 0.104 0.035 0.578tn 2.92 4.51 TF 9 0.188 0.021 0.347tn 2.21 3.06 Galat 30 1.802 0.060 Total 47 2.479 Koefisien Keragaman = 12.1 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
Lampiran 8.
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit (helai) pada Umur 8 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F. TABEL F. TABEL RAGAM F.HITUNG KERAGAMAN BEBAS KUADRAT 5% 1% Kelompok 2 1.500 0.750 4.355* 3.32 5.39 T 3 0.266 0.089 0.514tn 2.92 4.51 F 3 1.141 0.380 2.208tn 2.92 4.51 TF 9 1.630 0.181 1.052tn 2.21 3.06 Galat 30 5.167 0.172 Total 47 9.703 Koefisien Keragaman = 16,4 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
59
Lampiran 9. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit (helai) pada Umur 10 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F. TABEL F. TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F. HITUNG 5% 1% Kelompok
2 T 3 F 3 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 16,1 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
0.448 0.391 0.224 0.839 7.219 9.120
0.224 0.130 0.075 0.093 0.241
0.931tn 0.541tn 0.310tn 0.387tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 10. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit (helai) pada Umur 12 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok 2 T 3 F 3 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 16.0 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
2.010 0.854 1.104 2.854 10.156 16.979
1.005 0.285 0.368 0.317 0.339
60
2.969tn 0.841tn 1.087tn 0.937tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 11. Tabel Sidik Ragam Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm2) Umur 6 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL RAGAM F HITUNG KERAGAMAN BEBAS KUADRAT 5% 1% Kelompok 2 T 3 F 3 linier 1 kuadratik 1 kubik 1 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 41,2 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
44.078 2.696 149.900 49.341 99.245 1.314 174.834 504.644 876.151
22.039 .899 49.967 49.341 99.245 1.314 19.426 16.821
61
1.310tn 0.053tn 2.970* 2.933tn 5.900* 0.078tn 1.155tn
3.32 2.92 2.92 4.17 4.17 4.17 2.21
5.39 4.51 4.51 7.56 7.56 7.56 3.06
Lampiran 12. Tabel Sidik Ragam Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm2) Umur 8 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok
2
79.220
39.610 2.804tn
3.32
5.39
1 1 1
88.914 112.853 28.732
88.914 112.853 28.732
6.295* 7.990** 2.034tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1
630.958 177.178 6.462
630.958 177.178 6.462
44.673** 12.545** 0.457tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
T waktu F1 linier kuadratik kubik T waktu F2 linier kuadratik kubik T waktu F3 linier kuadratik kubik T waktu F4 linier kuadratik kubik F Galat Total
1 1 1
0.172 22.605 24.359
0.172 22.605 24.359
0.012tn 1.600tn 1.725tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1 3 30 47
115.704 145.882 0.878 190.835 423.713 2.048.465
115.704 145.882 0.878 63.612 14.124
8.192** 10.329** 0.062tn 4.504*
4.17 4.17 4.17 2.92
7.56 7.56 7.56 4.51
SUMBER KERAGAMAN
DERAJAT BEBAS
JUMLAH KUADRAT
RAGAM
F HITUNG
F TABEL 5%
F TABEL 1%
Kelompok T F waktu T1 linier kuadratik kubik F waktu T2 linier kuadratik kubik F waktu T3 linier kuadratik
2 3
79.220 610.422
39.610 203.474
2.804tn 14.406**
3.32 2.92
5.39 4.51
1 1 1
331.679 36.366 168.706
331.679 36.366 168.706
23.484** 2.575tn 11.945**
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1
0.024 44.506 0.348
0.024 44.506 0.348
0.002tn 3.151tn 0.025tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1
13.348 27.543
13.348 27.543
0.945tn 1.950tn
4.17 4.17
7.56 7.56
62
kubik F waktu T4 linier kuadratik kubik Galat Total
1
0.006
0.006
0.000tn
4.17
7.56
1 1 1 30 47
158.113 2.466 152.004 423.713 2.048.465
158.113 2.466 152.004 14.124
11.195** 0.175tn 10.762**
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
Koefisien Keragaman = 13,8 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata Lampiran 13. Tabel Sidik Ragam Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm2) Umur 10 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok T F TF Galat Total SUMBER KERAGAMAN Kelompok T waktu F1 linier kuadratik kubik T waktu F2 linier kuadratik kubik T waktu F3 linier kuadratik kubik
2 3 3 9 30 47
82.563 725.237 173.449 754.368 409.146 2.144.763
41.282 241.746 57.816 83.819 13.638
DERAJAT BEBAS
JUMLAH KUADRAT
RAGAM
2
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
F HITUNG
F TABEL 5%
F TABEL 1%
82.563
41.282 3.027tn
3.32
5.39
1 1 1
120.757 92.630 35.052
120.757 92.630 35.052
8.854** 6.792* 2.570tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1
729.550 129.101 3.670
729.550 129.101 3.670
53.493** 9.466** 0.269tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1
3.700 15.053 32.561
3.700 15.053 32.561
0.271tn 1.104tn 2.387tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
63
3.027tn 17.726** 4.239* 6.146**
T waktu F4 linier kuadratik kubik F Galat Total
1 1 1 3 30 47
SUMBER KERAGAMAN
DERAJAT BEBAS
Kelompok 2 T 3 F waktu T1 linier 1 kuadratik 1 kubik 1 F waktu T2 linier 1 kuadratik 1 kubik 1 F waktu T3 linier 1 kuadratik 1 kubik 1 F waktu T4 linier 1 kuadratik 1 kubik 1 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 12.6 % Keterangan tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat nyata
132.640 182.598 2.293 173.449 409.146 2.144.763
132.640 182.598 2.293 57.816 13.638
9.726** 13.389** 0.168tn 4.239*
4.17 4.17 4.17 2.92
7.56 7.56 7.56 4.51
F TABEL 1%
JUMLAH KUADRAT
RAGAM
F HITUNG
F TABEL 5%
82.563 725.237
41.282 241.746
3.027tn 17.726**
3.32 2.92
5.39 4.51
336.161 39.241 165.535
336.161 39.241 165.535
24.649** 2.877tn 12.138**
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
0.008 40.554 0.000
0.008 40.554 0.000
0.001tn 2.974tn 0.000tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
16.971 28.737 0.348
16.971 28.737 0.348
1.244tn 2.107tn 0.026tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
140.270 1.294 158.698 409.146 2.144.763
140.270 1.294 158.698 13.638
10.285** 0.095tn 11.636**
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
64
Lampiran 14. Tabel Sidik Ragam Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm2) Umur 12 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok T F TF Galat Total
SUMBER KERAGAMAN Kelompok T waktu F1 linier kuadratik kubik T waktu F2 linier kuadratik kubik T waktu F3 linier kuadratik kubik T waktu F4 linier kuadratik kubik F Galat Total
2 3 3 9 30 47
55.416 774.285 211.497 676.700 509.959 2.227.857
DERAJAT BEBAS
JUMLAH KUADRAT
27.708 258.095 70.499 75.189 16.999
1.630tn 15.183** 4.147* 4.423**
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
RAGAM
F HITUNG
F TABEL 5%
F TABEL 1%
3.32
5.39
2
55.416
27.708 1.630tn
1 1 1
131.454 106.744 23.475
131.454 106.744 23.475
7.733** 6.280* 1.381tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1
584.002 210.757 4.891
584.002 210.757 4.891
34.356** 12.398** 0.288tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1
22.903 16.544 25.104
22.903 16.544 25.104
1.347tn 0.973tn 1.477tn
4.17 4.17 4.17
7.56 7.56 7.56
1 1 1 3 30 47
153.792 171.310 0.011 211.497 509.959 2.227.857
153.792 171.310 0.011 70.499 16.999
9.047** 10.078** 0.001tn 4.147*
4.17 4.17 4.17 2.92
7.56 7.56 7.56 4.51
65
SUMBER KERAGAMAN
DERAJAT BEBAS
JUMLAH KUADRAT
RAGAM
F HITUNG
F TABEL 5%
F TABEL 1%
Kelompok 2 55.416 27.708 1.630tn 3.32 5.39 T 3 774.285 258.095 15.183** 2.92 4.51 F waktu T1 linier 1 330.598 330.598 19.449** 4.17 7.56 kuadratik 1 42.488 42.488 2.499tn 4.17 7.56 kubik 1 160.786 160.786 9.459** 4.17 7.56 F waktu T2 linier 1 0.000 0.000 0.000tn 4.17 7.56 kuadratik 1 37.914 37.914 2.230tn 4.17 7.56 kubik 1 0.105 0.105 0.006tn 4.17 7.56 F waktu T3 linier 1 15.545 15.545 0.914tn 4.17 7.56 kuadratik 1 35.915 35.915 2.113tn 4.17 7.56 kubik 1 3.074 3.074 0.181tn 4.17 7.56 F waktu T4 linier 1 195.265 195.265 11.487** 4.17 7.56 kuadratik 1 7.146 7.146 0.420tn 4.17 7.56 kubik 1 59.362 59.362 3.492tn 4.17 7.56 Galat 30 509.959 16.999 Total 47 2.227.857 Koefisien Keragaman = 13.4 % Keterangan: tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat nyata Lampiran 15. Tabel Sidik Ragam Bobot Basah Bibit Kelapa Sawit (g) Umur 12 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok 2 2.247 T 3 6.662 F 3 8.567 TF 9 8.525 Galat 30 72.573 Total 47 98.575 Koefisien Keragaman = 35.0 % Keterangan: tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat nyata
1.123 2.221 2.856 0.947 2.419
66
0.464tn 0.918tn 1.181tn 0.392tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 16. Tabel Sidik Ragam Bobot Kering Bibit Kelapa Sawit (g) Umur 12 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok 2 T 3 F 3 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 32.6 % Keterangan: tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
0.212 0.401 0.304 1.160 4.508 6.585
0.106 0.134 0.101 0.129 0.150
0.704tn 0.889tn 0.674tn 0.858tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 17. Tabel Sidik Ragam Panjang Akar Bibit Kelapa Sawit (cm) Umur 12 MST SUMBER DERAJAT JUMLAH F TABEL F TABEL KERAGAMAN BEBAS KUADRAT RAGAM F HITUNG 5% 1% Kelompok 2 307.853 T 3 127.834 F 3 112.501 TF 9 263.851 Galat 30 2.992.160 Total 47 3.804.199 Koefisien Keragaman = 37.8 % Keterangan: tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
153.926 42.611 37.500 29.317 99.739
67
1.543tn 0.427tn 0.376tn 0.294tn
3.32 2.92 2.92 2.21
5.39 4.51 4.51 3.06
Lampiran 18. Tabel Sidik Ragam Bobot Basah Akar Bibit Kelapa Sawit (gr) pada Umur 12 MST ;SUMBER KERAGAMAN
DERAJAT BEBAS
JUMLAH KUADRAT
Kelompok 2 T 3 ~linier 1 ~kuadratik 1 ~kubik 1 F 3 TF 9 Galat 30 Total 47 Koefisien Keragaman = 38.8 % Keterangan: tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
0.161 2.506 1.998 0.285 0.222 0.077 0.870 4.679 8.293
RAGAM
F HITUNG
F TABEL 5%
0.081 .835 1.998 0.285 .222 .026 .097 .156
0.517tn 5.355** 12.814** 1.829tn 1.424tn 0.165tn 0.620tn
3.32 2.92 4.17 4.17 4.17 2.92 2.21
F TABEL 1% 5.39 4.51 7.56 7.56 7.56 4.51 3.06
Lampiran 19. Tabel Sidik Ragam Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit (gr) pada Umur 12 MST SUMBER DERAJAT KERAGAMAN BEBAS
JUMLAH KUADRAT
Kelompok 2 0.020 T 3 0.274 ~linier 1 0.204 ~kuadratik 1 0.003 ~kubik 1 0.067 F 3 0.017 TF 9 0.154 Galat 30 0.373 Total 47 0.839 Koefisien Keragaman = 33.9 % Keterangan: tn = Tidak nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata
RAGAM 0.010 0.091 0.204 0.003 0.067 0.006 0.017 0.012
68
F HITUNG
F TABEL 5%
F TABEL 1%
0.821tn 7.352** 16.425** 0.268tn 5.363* 0.469tn 1.378tn
3.32 2.92 4.17 4.17 4.17 2.92 2.21
5.39 4.51 7.56 7.56 7.56 4.51 3.06
Lampiran 20. Hasil Analisa Tanah K-tukar (me/100 gr)
HASIL ANALISIS TANAH
No No. Lab No. Lokasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS PERTANIAN LABORATORIUM RISET & TEKNOLOGI
Jl. Prof. A.Sofyan No.3 Kampus USU Medan (20155)
Awal T0F0 T0F1 T0F2 T0F3 T1F0 T1F1 T1F2 T1F3 T2F0 T2F1 T2F2 T2F3 T3F0 T3F1 T3F2 T3F3
Parameter K-tukar (me/100) 0.25 0.30 0.40 0.45 0.55 0.45 0.60 0.54 0.65 0.35 0.70 0.58 0.64 0.71 0.66 0.58 0.70
Medan, 28 Maret 2012 Kepala : Kepala Laboratorium Prof. Dr. Ir. Sumono, MS
Analis :
( Prof. Dr. Ir. Sumono, MS ) Rudi
69
Lampiran 21. Deskripsi Bahan Tanam Bibit Kelapa Sawit Surat keputusan
: No. 316/kpts/TP.240/4/1985. 25 April 1985.
Persilangan
: Dura deli x Pisifera L2T, L7T, L9T, L147
Rerata jumlah tandan
: 14 tandan/pohon/tahun
Rerata berat tandan
: 16,0 kg
Produksi tandan buah segar Rerata
: 26-27 ton/ha/tahun
Potensi
: 36 ton/ha/tahun
Rendemen
: 23-26%
Produksi minyak Rerata
: 5,9-7,0 ton/ha/tahun
Potensi
: 7,9 ton/ha/tahun
Inti/buah
: 6,9%
Pertumbuhan meninggi
: 55-70 cm/tahun
Panjang pelepah
: 6,06 m
70