BAHASA DALAM MASYARAKAT: SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Oleh Nuryadi Dosen Progam Studi Sastra Inggris, Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi Abstract This paper discusses about language in society which spreads horizontally and vertically. Horizontally or geographically, this paper explain why we speak differently in different regions. That means language consists of many dialects spreading horizontally. Some differences come from word choices, the pronunciation of words, and grammatical rules. Vertically socially, this paper explain why we speak differently in different social status. Some differences are due to age, sex, profession and whether English is a first language or not. Explaining the way people use language in different social contexts provides a wealth of information about the way language work, as well as about the social relationships in a community. This paper explore many aspects of language in society such as regional and social dialect, standard language, style, register, slang, jargon, argot, lingua franca, pidgin, Creole, and taboo. Keywords : social dialect, regional dialect, standard language PENDAHULUAN Ragam bahasa (language variation) secara umum dapat ditinjau dari dua hal. Yang pertama dari sudut pandang penuturnya, dan yang kedua menurut jenis pemakaiannya. Ragam bahasa yang ditinjau dari sudut pandang penuturnya dapat dirinci menurut patokan daerah, pendidikan dan sikap penutur (Alwi et al, 2003 :3). Sementara itu, ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu menurut pokok persoalan atau bidang, menurut sarananya, dan yang mengalami
percampuran atau interferensi (Alwi et al, 2003 : 6). Dialek dan Idiolek Ragam daerah (regional dialect) adalah ragam bahasa yang menyebar secara geografis atau horizontal. Ragam daerah disebut juga logat (Alwi et al, 2003 : 3) yaitu bentuk yang berbeda secara sistematis yang dapat saling dimengerti (mutually intelegible) dalam sebuah bahasa (Fromkin et al 2003 : 445). Dengan demikian, bahasa sebagai sebuah kesatuan terdiri atas bermacam-macam dialek
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
75
yang pada batas terendahnya adalah idiolek (Robins, 1989 : 61). Dialek dapat dikenali berdasarkan ciri khasnya yang meliputi tekanan (stress atau intonation), turun naiknya nada (pitch), dan panjang pendeknya bunyi (duration) yang membangun aksen yang khas (Alwi et al 2003 :4). Aksen adalah ciri wicara yang menunjukkan identitas dialek penutur. Aksen biasa digunakan untuk menyebut ciri bahasa yang diujarkan oleh yang bukan merupakan penutur aslinya (Fromkin et al 2003 : 447). Di Amerika Serikat ada bahasa Inggris dialek Boston, New York, orangorang kulit hitam keturunan Afrika di Chicago (Black English), orang-orang kulit putih di Denver, orang-orang Hispanik di Albuquergue dan sebagainya. Dialek bukan merupakan bagian inferior dari sebuah bahasa karena bahasa merupakan kumpulan dari banyak dialek. Perbedaan antardialek berdasarkan letak geografisnya dapat dilihat dalam peta dialek (dialect atlase atau dialect maps) yang dibatasi oleh garis yang disebut isoglos (Fromkin et al 2003 : 451). Isoglos membatasi satu dialek dengan dialek lainnya karena ciri-ciri linguistik (Romaine, 2000 : 136) tetapi dapat juga karena kondisi alam atau politik. Ciri-ciri dialek yang ditandai dalam isoglos tidak tersebar secara acak di suatu daerah melainkan cenderung mempunyai distribusi yang sama sehingga sebuah peta dialek memperlihatkan beberapa isoglos yang kira-kira mengikuti
garis yang sama, khususnya garisgaris yang berkaitan dengan ciri-ciri dalam gramatika (grammar) dan lafal (pronunciation). Idiolek adalah ciri ujaran pribadi dalam berbahasa yang tidak dipakai dalam pemakaian bahasa pribadi. Hal tersebut berarti setiap orang mempunyai ciri ujaran pribadi yang tidak sama. Idiolek disebut juga bahasa orang-perseorangan atau kebiasaan seseorang dalam berbicara (Robins, 1989 : 61). Bahasa Inggris mungkin terdiri dari lebih 450 juta idiolek atau setara dengan jumlah penutur bahasa Inggris yang akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Perbedaan gaya perseorangan dan perbedaan dialek merupakan akibat dari banyak sekali perbedaan tersendiri dalam berbicara dan menulis yang tampak pada segala tataran : dalam lafal, gramatika dan makna kata-kata tertentu. Contoh lafal dalam bahasa Inggris adalah lafal “r” getar di beberapa bagian Skotlandia, dan pemakaian kata-kata setempat yang berbeda maknanya di wilayah lain. Kata homely pada bahasa Inggris Britania berarti ‘sederhana’ atau ‘bersahaja’, sedangkan pada bahasa Inggris di Amerika Serikat kata tersebut berarti ‘tidak rupawan’ atau ‘kurang menarik’ (Robins, 1992 : 63). Dialek regional adalah dialek yang tersebar secara horizontal. Dialek regional dapat bercirikan perbedaan leksikal atau kosa kata yang digunakan dalam menunjuk objek yang sama (Fromkin et al 2003
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
76
: 448), perbedaan sintaktik dalam penyusunan kalimat yang mengacu sebuah peristiwa yang sama dan perbedaan fonologis pada kata yang sama (Fromkin et al 2003 : 453). Variasi regional meliputi pelafalan, sintaksis, dan kosakata. Contoh perbedaan kosa kata adalah freeway in Los Angeles tetapi thruway di New York, parkway di New Jersey tetapi motorway di Inggris. Variasi juga terjadi di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama sehingga ada bahasa Inggris aksen Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Perbedaan secara fonologis dicontohkan sebagai berikut : orang Selandia Baru mengucapkan kata dad yang terdengar seperti kata dead bagi orang Inggris, demikian juga bunyi bad terdengar seperti bed (Holmes, 2001 : 124). Perbedaan kosa kata dicontohkan sebagai berikut : untuk menyebut orang-tua tunggal, orang Australia menggunakan istilah sole parents, orang Inggris single parents, sedangkan orang Selandia Baru solo parents (Holmes, 2001 : 124). Contoh perbedaan sintaksis adalah sebagai berikut : orang Amerika Serikat mengucapkan do you have untuk menanyakan apakah seseorang mempunyai atau mendapatkan sesuatu, sedangkan orang Inggris mengucapkan have you got, orang Amerika Serikat mengucapkan did you eat untuk menanyakan apakah seseorang sudah makan, orang Inggris mengucapkan have you eaten. Orang Inggris menggunakan lift dan petrol sedangkan orang Amerika
menggunakan elevator dan gas. Di Inggris public school adalah sekolah swasta sedangkan di Amerika Serikat sekolah negri. Perbedaan dialek pada awalnya terjadi karena adanya perbedaan yang terjadi di suatu daerah tetapi tidak menyebar ke daerah lain. Ketika perbedaan terakumulasi di daerah tertentu dan bahasa tersebut membentuk karakter yang berbeda maka akhirnya menjadi dialek tersendiri. Dialek Sosial Dialek sosial (social dialect) adalah dialek yang dipakai oleh kelas sosial tertentu atau yang menyebar secara vertical di masyarakat. Yang dimaksud dengan kelas sosial adalah sekelompok orang dalam masyarakat yang mempunyai karakteristik atau norma-norma tertentu berdasarkan perbedaan status sosialnya. Kelompok sosial dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, jender, umur, pekerjaan atau profesi, pendidikan, pendapatan, dan sebagainya (Romaine, 2000 : 67). Pada awalnya, masyarakat menggunakan bahasa yang seragam tetapi pada saat masyarakat berkembang, pendidikan mempunyai peranan yang menentukan bentuk bahasa yang dipakai (Holmes, 2001 : 132). Sebagai contoh bahasa yang berkembang di lingkup vertikal yang digunakan oleh berbagai profesi berbeda-beda. Bahasa yang digunakan oleh kalangan militer berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh kalangan kedokteran,
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
77
sastrawan, dan politisi. Bahasa yang digunakan oleh golongan terpelajar berbeda dengan kaum yang tidak terpelajar. Penelitian yang dilakukan berkenaan dengan dialek sosial di banyak negara menunjukkan adanya hubungan yang tetap antara status sosial dan pola berbahasa. Orang dari kelompok sosial yang berbeda berbicara secara berbeda. Perbedaan yang paling mudah dijumpai adalah penggunaan kosakata yang berlainan (Holmes, 2001 : 135). Sebagai contoh, pada tahun 1950-an di Inggris orang dari status sosial yang berbeda menggunakan kosakata yang berbeda untuk menunjukkan hal yang sama. Orang dari status sosial atas menyebut sitting room, sedangkan orang dari status sosial yang lebih rendah menyebut lounge, orang dari status sosial atas menyebut lavatory, sedangkan orang dari status sosial yang lebih rendah menyebut toilet (Holmes, 2001 : 135). Bahasa Baku Ragam bahasa menurut pendidikan penuturnya menunjukkan perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan yang tidak, dan ragam bahasa orang yang berpendidikan atau terpelajar lazim diterima sebagai ragam baku (standard language) (Alwi et al 2003 : 45). Bahasa baku sebenarnya adalah sebuah dialek atau sekelompok dialek yang banyak persamaannya, yang mempunyai martabat tinggi sebagai bahasa orang terpelajar atau sebagai
bahasa suatu kelompok masyarakat terhormat (Robins, 1992 : 67). Dalam bahasa Inggris, lafal yang khas ini disebut lafal yang diakui (received pronunciation). Ragam bahasa baku atau bahasa standar disebut juga dominant dialect atau prestige dialect (Fromkin et al 2003 : 445), yaitu merupakan ragam bahasa yang dijadikan sebagai tolok bandingan bagi pemakai bahasa yang benar (Alwi et al 2003 :11). Ragam baku juga merupakan ragam bahasa yang diperkenalkan dalam buku ajar untuk pembelajaran orang asing yang mempelajari bahasa tertentu (Bloomfield, 1993 : 41). Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Kemantapan dinamis berarti kemantapan yang tidak kaku, yang cukup luwes atau fleksibel sehingga memungkinkan perubahan sistematik dan teratur dibidang kosa kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan yang diperlukan dalam kehidupan modern. Kecendekiaan berkaitan dengan perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar yang mengungkapkan penalaran yang teratur dan masuk akal (Alwi et al 2003 : 13-14). Ragam bahasa baku memiliki tiga fungsi yang bersifat simbolik dan satu fungsi yang bersifat objektif. Ketiga fungsi yang bersifat simblik itu adalah (1) sebagai pemersatu yang menghubungkan semua penutur dialek bahasa yang bersangkutan, (2) pemberi kekhasan, fungsi ini membedakan bahasa itu dari bahasa
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
78
lainnya, dan (3) pembawa kewibawaan, fungsi ini berhubungan dengan usaha orang untuk mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku itu sendiri. Fungsi objektif bahasa baku adalah sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa melalui norma dan kaidah yang jelas yang menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa orang atau golongan (Alwi et al 2003 : 14-16). Bahasa nasional (national language) adalah bahasa yang menjadi standar atau lingua franca di negara yang mempunyai banyak bahasa karena perkembangan sejarah : kesepakatan bangsa atau ketetapan undang-undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Di negara dengan banyak bahasa, pemerintah mendeklarasikan bahasa tertentu sebagai bahasa nasional dengan alasan politik (Holmes, 2001 : 97). Bahasa nasional adalah bahasa politik, kebudayaan dan unit-unit sosial yang lain. Bahasa nasional dikembangkan dan digunakan sebagai simbol nasional dan fungsinya adalah sebagai identitas bangsa dan alat pemersatu. Sementara itu, bahasa resmi (official language) adalah bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi, seperti dalam perundang-undangan dan surat-menyurat dinas, dan diakui sebagai sarana interaksi yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi jabatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Ada suatu negara yang mengunakan satu bahasa
sebagai bahasa resmi dan sekaligus bahasa nasional. Akan tetapi ada juga negara yang menggunakan bahasa yang berbeda sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi. Di India, bahasa Hindi tidak berhasil dengan baik digunakan sebagai bahasa nasional. Empat belas bahasa daerah akhirnya diakui sebagai bahasa nasional berdampingan dengan bahasa Inggris dan Hindi (Holmes, 2001 : 97). Gaya dan Laras Ragam bahasa menurut sikap penutur disebut langgam atau gaya (style) (Fromkin et al 2003 :472). Pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap lawan bicaranya yang dapat meliputi umur (age), jenis kelamin (sex) dan kedudukan lawan bicara (social status), tingkat keakraban (social distance), pokok persoalan yang dibicarakan (topic), dan tujuan penyampaian informasi (formal or informal) (Alwi et al, 2003 : 5). Sebagai contoh, bahasa yang digunakan oleh seorang siswa ketika bertutur dengan gurunya berbeda dengan bahasa yang digunakan ketika ia sedang bertutur dengan temannya, bahasa laki-laki berbeda dengan perempuan, dan bahasa anak-anak berbeda dengan orang tua. Gaya berbahasa adalah cara seseorang berbahasa, baik secara lisan atau tertulis yang berbeda dengan orang lain. Gaya berbahasa ditentukan oleh dua unsur yaitu pilihan kata (diksi) dan pilihan kalimat (sintaksis). Ada seseorang
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
79
yang kalimatnya tersusun panjangpanjang tetapi ada yang tersusun pendek-pendek. Contoh dalam bahasa Indonesia, ada seseorang yang lebih senang menggunakan kata senantiasa daripada selalu, ada orang yang lebih senang menggunakan kata sudah daripada telah. Gaya juga berkaitan dengan diglosia yaitu situasi yang menuntut pemakaian dua ragam pokok bahasa secara berdampingan untuk fungsi kemasyarakatan yang berbeda. Ragam pokok yang pertama disebut ragam tinggi (formal style), yaitu ragam yang biasa dipakai untuk sarana kepustakaan dan kesusasteraan yang muncul pada satuan masyarakat bahasa. Ragam pokok yang kedua disebut ragam rendah (informal style) yang muncul dan tumbuh dalam berbagai rupa dialek rakyat. Ragam tinggi digunakan untuk berbagai keperluan seperti, pidato resmi, khotbah atau ceramah, penyiaran, penulisan yang bersifat resmi termasuk tajuk rencana dan artikel dalam surat kabar, dan susastra. Ragam rendah biasa digunakan untuk percakapan yang akrab, tawarmenawar dalam jual beli, tulisan tak resmi seperti dalam surat antarpribadi, dan dalam kolom khusus surat kabar yang sengaja memeragakan ragam itu (Alwi et al 2003 : 10). Pada ragam tinggi digunakan standar baku sesuai dengan kaidah tatabahasa, sedangkan pada ragam rendah tidak berpedoman pada kaidah tatabahasa baku, seperti seringnya terjadi penyingkatan kata atau susunan kalimat. Sebagai contoh
pada ragam rendah Are you going to take the Linguistics I course disingkat menjadi Gonna take Ling I, Are you running the marathon? disingkat menjadi Running the marathon? atau You running the marathon? tetapi menyingkatnya bukan menjadi Are running the marathon ? Laras (register) merupakan tipe khusus dari gaya. Laras dicirikan oleh masyarakat pemakai bahasa dengan menggunakan kosakata atau pilihan kata dan kalimat yang berlaku untuk satu bidang khusus yang khas dalam golongan sosial. Laras bertalian dengan profesi (Holmes, 2001 : 124). Sebagi contoh bahasa yang digunakan oleh pengacara, dokter dan ulama, masing-masing mempunyai kekhasan sendiri. Ulama dalam menjelaskan konsep keagamaan akan memakai istilah Arab yang dilafalkan ke Arab-araban. Lingua Franca, Pijin dan Kreol Lingua franca berasal dari kata Frankish language yaitu bahasa Perancis yang pada mulanya digunakan sebagai bahasa diplomasi ketika Perancis berkuasa di daratan Eropa. Dalam pengertian dewasa ini, lingua franca adalah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar kelompok masyarakat yang mempunyai bahasa yang berlainan dan disepakati untuk digunakan bersama dalam suatu kawasan. Lingua franca kebanyakan dipakai oleh penutur asli bahasa lain. Pada awalnya, lingua franca adalah bahasa
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
80
kacukan dan akhirnya menjadi bahasa perantara yang dipakai oleh penutur asli bahasa lain (Fromkin et al 2003 : 469). Lingua franca pada awalnya adalah bahasa untuk kepentingan perdagangan (Fromkin et al 2003 : 468) yaitu ketika bangsa-bangsa Eropa mengadakan kegiatan penjelajahan samudera dan imperialisme. Bahasa Inggris menjadi lingua franca di negara-negara yang dijajah oleh Inggris, demikian juga dengan bahasa Perancis. Bahasa Latin juga menjadi lingua franca di zaman kekaisaran Romawi. Bahasa apapun dapat menjadi lingua franca. Di Afrika Timur didiami oleh ratusan perkampungan, masing-masing penduduk di perkampungan tersebut berbicara dengan bahasanya sendiri. Akan tetapi sebagian besar orang Afrika di daerah ini belajar bahasa Swahili sebagai bahasa kedua untuk berkomunikasi dengan penutur bahasa lain di tempat itu. Pada kasus ini bahasa Swahili juga menjadi lingua franca yang digunakan di pusat-pusat perdagangan. Situasi yang sama juga terjadi di Nigeria, bahasa Hausa juga menjadi lingua franca di negara ini. Pada kasus tertentu, ketika transaksi sosial antar-penutur asli bahasa yang berlainan dimulai, penutur tersebut biasanya menciptakan sebuah bahasa bersama yang baru dipahami oleh pembuatnya saja. Bahasa ini belum mempunyai penutur asli dan sepenuhnya merupakan bahasa yang marginal atau disebut pijin (pidgin) (Fromkin et al 2003 : 469). Pijin terjadi bila
dua kelompok penutur yang berbeda bahasa bertemu dan terjadi percampuran kosakata dan tata bahasa antara bahasa yang satu dengan yang lain. Terdapat banyak pijin di seluruh dunia, termasuk yang mendasarkan pada bahasa Inggris. Sebagai contoh adalah Tok Pisin. Tok Pisin adalah pijin yang mendasarkan pada bahasa Inggris yang digunakan secara luas di Papua Nugini. Dalam kasus ini, banyak kosakata dan struktur kalimat hanya berdasarkan pada satu bahasa dalam hal ini bahasa Inggris. Tok Pisin mempunyai sistem penulisan, dan kesusasteraan sendiri, bahkan digunakan untuk rapat-rapat di tingkat nasional. Dalam kasus ini, arti sebuah kata terkadang dimaknai sendiri oleh penuturnya. Misalnya, sun diartikan sebagai lamp belongs Jesus. Pada tahap selanjutnya, meski tidak selalu terjadi, pijin dapat menjadi kreol (creole), yaitu jika bahasa tersebut mendapatkan penutur asli (Fromkin et al : 472). Pijin yang muncul dari kontak antara dua bahasa dan jika hal itu menjadi stabil kemudian diturunkan kepada keturunannya maka bahasa itu disebut kreol. Istilah kreol berasal dari bahasa Portugis yang berarti orang kulit putih keturunan Eropa yang besar di daerah koloni tropis atau semi tropis. Dibandingkan dengan pijin, kreol memiliki lebih banyak unsur leksikal dan memiliki batasan gramatikal yang lebih luas dan jelas, sehingga lebih berpeluang menjadi bahasa yang mandiri secara utuh (Fromkin et al 2003 : 472).
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
81
Sebagai contoh bahasa Melayu pasar yang tersebar ke seluruh Nusantara dari Malaka sampai Menado, bahasa Melayu tersebut bercampur dengan bahasa setempat kemudian diturunkan kepada keturunannya, sehingga ada bahasa Melayu Ambon, Melayu Menado, dan sebagainya. Dahulu di Amerika Serikat, Kreol sering juga muncul pada budak perkebunan dari Afrika di area tertentu. Pada awalnya, banyak suku bangsa yang berbeda berkomunikasi dengan pijin-perkebunan, kemudian pijin diturunkan kepada keturunannya dan menjadi kreol. Kreol di Haiti berdasarkan bahasa Perancis, sedangkan Gulah adalah kreol berdasarkan bahasa Inggris pada keturunan Afrika yang tinggal di pantai di Georgia dan South Carolina, Amerika Serikat. Slang, Jargon dan Argot Slang adalah bahasa gaul (colloquial language) atau bahasa prokem, yaitu bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi internal dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti (Robins, 1992 : 62). Bahasa prokem dicirikan oleh penggunaan leksikon tertentu. Slang dapat terjadi melalui pemberian makna baru terhadap kata lama seperti rave menjadi an all-night dance party, grass menjadi marijuana, pig dan fuzz digunakan untuk menyebut police officer. Slang
juga dapat terjadi melalui penciptaan kata-kata baru seperti barf, flub, dan pub dan penggabungan kata-kata lama dengan makna baru seperti spaced out, right on, hang-up dan rip-off. Jargon adalah laras bahasa yang sengaja dipakai oleh kalangan tertentu tetapi tidak dipahami oleh kalangan di luar kalangan tersebut. Jargon biasanya berkenaan dengan kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan tertentu (Robins, 1992 : 62). Sebagai contoh airstream mechanism yang digunakan oleh ahli fonetik. Contoh jargon dalam linguistik adalah phoneme, morpheme, lexicon, dan phrase structure rule. Slang dan jargon dipakai oleh kelompokkelompok yang mempunyai hubungan yang erat dalam sebuah masyarakat. Pemakaian slang dan jargon pada kesempatan yang sesuai oleh orang yang bersangkutan membantu memberikan ‘orang dalam’ rasa kesatuan kelompok dan dapat membedakan mereka dengan orang luar. Sementara itu, argot adalah bahasa dan perbendaharaan kata yang bersifat rahasia dari suatu kelompok orang, misalnya bahasa para pencopet (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Argot dapat memberikan rasa aman bagi kelompok pengguna bahasa tersebut. Sebagai contoh dalam bahasa Inggris kata plaintiff yang berarti brought a chide from the attorney yang digunakan di pengadilan ketika mengadili kasus
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
82
kriminal. Para pelaku kriminal biasanya menggunakan argot untuk alasan keamanan sehingga pengadilan menggunakan argot tertentu untuk mengidentifikasi kelompok kriminal. Tabu atau Pantang Sejumlah kata dalam masyarakat mengandung tabu atau pantang bahasa, yaitu kata atau frasa yang tidak dapat sembarang digunakan (Fromkin et al 2003 : 476). Eksistensi kata yang tabu mengakibatkan penggunaan eufemisme, yaitu kata atau frasa lain yang digunakan untuk mengurangi efek yang tidak menyenangkan dari kata yang tabu tersebut (Fromkin et al 2003 : 468). Hal tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat banyak kata dalam sebuah bahasa yang memiliki konotasi yang menggambarkan nilai rasa yang terkandung (Fromkin et al : 481). Tabu berhubungan dengan dua ranah yaitu ranah supra natural atau kepercayaan dan ranah fisiologis. Ranah supranatural berhubungan dengan kepercayaan, sebagai contoh orang Yahudi tidak menyebut nama Tuhan tetapi dengan menggunakan istilah YHWH, orang Indonesia menyebutnya dengan istilah Yang di Atas. Penggunaan eufemisme pass away lebih enak kedenganrannya daripada die Ranah yang kedua adalah ranah yang berhubungan dengan faal manusia (fisiologis) sehingga dicari kata pengganti yang lebih halus yang disebut eufemisme.
Misalnya kata BAB (be-a-be) sebagai pengganti kata berak karena kata berak terdengar tidak sopan atau kurang enak. Tabu juga berkenaan dengan alat reproduksi, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh alat kelamin dengan menggunakan kata berjima’ yang artinya bersetubuh, yang dalam bahasa Inggris menggunakan istilah making love to untuk menyebut having sexsual intercourse. Digunakan eufemisme defecates untuk menggantikan shit, eufemisme breasts untuk tits dan sebagainya. SIMPULAN Bahasa yang digunakan dalam masyarakat tidak sama, variasi bahasa tersebut disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang menyebar secara horizontal disebut dengan dialek regional, sedangkan yang menyebar secara vertikal disebut dialek sosial. Perbedaan yang paling mudah diidentifikasi adalah penggunaan kosakata yang berbeda untuk menunjuk hal yang sama atau penggunaan struktur kalimat yang berbeda untuk menyatakan hal yang sama. Perbedaan tersebut disebabkan oleh status sosial yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan atau profesi, dan penghasilan. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan., Hans Lapoliwa, Anton. M Moeliono, Soenjono Dardjowidjojo, 2006. Tata
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
83
Bahasa Indonesia. Pustaka
Baku Jakarta
:
Bahasa Balai
Bloomfield, Leonard, 1995. Bahasa. Terjemahan Language oleh I. Soetikno. Jakarta : Gramedia. Fromkin, Victoria, R. Rodman, and N. Hyams. 2003. An Introduction to Language (seventh edition). Boston : Thomson Heinle. Holmes, Janet, 2001. An Introduction to Sociolinguistics. London : Longman. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Edisi ke-3. Jakarta. Balai Pustaka. Robins, R.H 1992 Linguistik Umum.Terjemahan General Linguistics oleh Soenarjati Djajanegara. Yogyakarta : Kanisius. Romaine, Suzanne, 2000. Language in Society: An Introduction to Sociolinguistic, 2nd edition. New York : Oxford University Press.
Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
84