HUBUNGAN KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KOTARIH TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010
OLEH: Nia Elceria Saragih
ABSTRAK NIA ELCERIA SARAGIH. NIM 061222120137. Hubungan Kemampuan Menentukan Ide Pokok Paragraf Dengan Kemampuan Menulis Kembali Dongeng Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kotarih Tahun Pembelajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kemampuan Menentukan Ide Pokok Paragraf Dengan Kemampuan Menulis Kembali Dongeng Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kotarih Tahun Pembelajaran 2010/2011. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kotarih Tahun Pembelajaran 2010/2011 yang berjumlah 172 orang. Sampel 18% x 172 orang yang diambil berjumlah 31 orang. Untuk menjaring data dalam penelitian ini digunakan tes bentuk penugasan yang berbentuk pilihan berganda test kepada siswa tentang kemampuan menentukan ide pokok paragraf dan penugasan kemampuan menulis kembali dongeng.
Kata Kunci: Kemampuan, ide pokok paragraf.
Pendahuluan Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan kompetensi berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Kepentingan itu bukan hanya sekedar mengisi waktu senggang tetapi yang lebih utama karena fungsinya sebagai sumber ilmu dan pengetahuan.
1
Dengan membaca siswa dapat memperoleh informasi dan pengetahuan. Melalui kegiatan membaca siswa dapat memahami atau menguasai materi pelajaran. Agar siswa dapat memahami isi bacaan siswa dituntut dapat menemukan ide-ide pokok bacaan. Menemukan ide pokok merupakan suatu kewajiban bagi pembaca ketika mencoba menambah wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Jika siswa mampu menentukan ide pokok dengan baik, maka pemahamannya mengenai bacaan tersebut akan baik pula, sehingga siswa lebih mudah untuk menulis kembali apa yang telah ia baca. Begitu pula halnya dalam menuliskan kembali dongeng yang dibaca. Untuk dapat menulis kembali dongeng dengan baik dan benar bergantung dalam kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada setiap paragraf yang terdapat dalam dongeng yang dibacanya. Kenyataannya, kemampuan menulis siswa SMP, khususnya dalam menulis kembali dongeng masih rendah. Setelah mengajarkan materi mengenai menuliskan kembali dongeng yang dilakukan penulis pada saat mengikuti kegiatan PPLT, rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini juga dikemukakan oleh Sukma Reza dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Kemampuan Menyimak Intensif dengan Kemampuan Menulis Kembali Dongeng Siswa Kelas VII SMP N 23 Medan Tahun Pembelajaran 2010/2011”. Dalam Skripsinya Sukma Reza menjelaskan bahwa kemampuan siswa menulis kembali dongeng masih tergolong cukup yaitu rata-rata 7,35. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami isi cerita dalam dongeng ketika membaca sehingga
2
kesulitan untuk menuliskanya kembali. Menulis kembali dongeng yang telah dibaca akan lebih mudah jika siswa memahami cerita dalam dongeng ketika membaca dongeng tersebut. Agar dapat memahami isi cerita dalam dongeng dengan baik siswa dituntut mampu menentukan ide pokok paragraf. Banyak siswa yang tidak mampu menuliskan kembali apa yang telah dibacanya. Meskipun pelajaran tentang menulis diajarkan, namun kekurangcermatan siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan guru kepada siswa menyebabkan hasil pembelajaran yang dicapai kurang baik. Hal ini disebabkan masih rendahnya usaha guru dalam mengajarkan materi menentukan ide pokok sehingga siswa kurang termotivasi untuk menuliskan kembali bacaan yang dibacanya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menulis kembali dongeng yang telah dibaca, siswa harus mampu menentuka ide pokok paragraf. Dengan demikian peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Kemampuan Menentukan Ide Pokok dengan Kemampuan Menulis Kembali Dongeng Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kotarih Tahun Pembelajaran 2010/2011”. Ide Pokok Paragraf Dalam bahasa Indonesia kita temui istilah-istilah seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok, gagasan utama dan kalimat pokok. Semuanya mengandung makna yang sama serta mengacu kepada pengertian kalimat topik. Djajasudarma (2006:20) menyatakan bahwa: Di dalam naskah yang terdiri atas beberapa paragraf, gagasan pokok itu dapat termuat dalam sebuah paragraf yang disebut paragraf pokok dan dikembangkan dengan paragraf pengembang yang
3
lain. Di dalam sebuah paragraf, gagasan pokok dapat diwujudkan dalam sebuah kalimat yang disebut kalimat pokok. Sehubungan dengan hal itu Sudaryat (2009:118) menyatakan bahwa: Setiap paragraf memiliki pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama terdapat dalam kalimat utama sedangkan pikiran penjelas terdapat dalam kalimat penjelas. Pikiran utama merupakan unsur yang menjiwai setiap paragraf sedangkan pikiran penjelas meupakan pikiran yang lebih menjelaskan pikiran utama. Ide adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran, gagasan cita-cita (Depdiknas, 2005:416). Pokok adalah yang terutama, yang sangat penting (Depdiknas, 2005:884). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ide pokok adalah gagasan utama yang lebih penting dari yang lain yang diwujudkan dalam sebuah kalimat. Uraian atau kalimat pengembang harus selalu terfokus pada ide pokok agar kita dapat memahami dengan jelas bacaan yang kita baca. Sesungguhnya ide pokok itulah inti karangan. Sedangkan ilustrasi dan contoh hanyalah sarana untuk menerangkan atau memperjelas ide pokok. Dengan demikian karangan menjadi jelas arahnya. Ide pokok selalu berfungsi sebagai subjek sedangkan ide pendukung berfungsi sebagai pelengkap dari ide pokok. Ide pokok biasanya ditulis secara eksplisit dalam kalimat utama Istilah paragraf ataupun alinea sudah sangat sering kita dengar. Alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema yang diragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih (Depdiknas, 2005:30).
Sedangkan menurut Sudaryat
(2009:117) menyatakan bahwa, “Paragraf atau alinea adalah unit minimum
4
sebagai wadah pengembangan tema. Paragraf bersifat transaksional dan hanya memiliki satu tema atau satu gagasan.” Kosasih (2006:22) menyatakan bahwa: Paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalimat lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat. Paragraf umumnya terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu.
Selanjutnya Tarigan ( 1987:10) menyatakan bahwa: Ada beberapa ciri atau karakteristik paragraf. (1) Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan, (2) umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat, (3) paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran, (4) paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat, (5) kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis - sistematis.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Letak Ide Pokok dalam Paragraf Menurut Sutarni (2008:113) ada beberapa jenis paragraf berdasarkan letak ide pokoknya yaitu. 1. Pada awal paragraf (deduktif) Ide pokok yang terletak di awal paragraf disebut dengan paragraf deduktif. Pengertian awal paragraf dapat merupakan kalimat pertama dan juga kalimat kedua. Cara inilah yang paling banyak digunakan. 2. Pada akhir paragraf (induktif)
5
Ide pokok dapat pula ditempatkan pada bagian akhir pada paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta ataupun uraian-uraian. Kemudiaan dari fakta-fakta itu penulis menggeneralisasikannya ke dalam sebuah kalimat inti. 3. Pada awal dan akhir paragraf (campuran) Paragraf ini disusun dengan mengemukakan hal umum, diikuti mengemukakan hal-hal khusus dan diakhiri dengan mengetengahkan hal-hal umum lagi. Hal umum yang dikemukan pada awal paragraf mempunyai maksud yang sama dengan hal umum yang diketengahkan pada akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Paragraf campuran dimulai dengan mengemukakan sebuah kalimat utama, kalimat utama itu dijelaskan dengan beberapa kalimat penjelas, kemudian diakhiri dengan mengemukakan kembali kalimat utama terdahulu. 4. Pada semua kalimat (deskripsi) Paragraf yang dikembangkan dengan pola ini memang tidak memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas, tetapi ia mempunyai ide utama seperti halnya paragraf yang lain. Hanya saja ide utama itu tidak dikandung oleh salah satu kalimat utama. Semua kalimat dalam paragraf ini mendukung pengungkapan ide utama. Jadi ide utama terletak pada semua kalimat dalam paragraf. Maka untuk memahami ide utama kita harus membaca seluruh kalimat dalam paragraf tersebut. Cara Menentukan Ide Pokok Ide pokok biasanya ditulis secara eksplisit dalam kalimat utama. Jika kalimat utama tidak dihadirkan secara eksplisit karena paragraf tidak mempunyai
6
kalimat utama maka ide pokok dapat disimpulkan sendiri oleh pembaca berdasarkan kalimat-kalimat dalam paragraf. Menurut Soedarso (2008:65) untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat, Anda harus berpikir bersama penulis. Penilaian Menentukan Ide Pokok Maryati dan Sutopo (2008:92) menyatakan indikator penilaian yang menunjukkan bahwa siswa mampu menentukan ide pokok paragraf diuraikan seperti berikut ini. 1. Menemukan letak ide pokok dalam paragraf dengan tepat 2. Dapat membedakan kalimat utama dengan kalimat penjelas dengan benar 3. Mampu mengidentifikasi jenis paragraf
berdasarkan letak ide pokok
dengan benar.
Menulis Kembali Dongeng a. Pengertian Menulis Kembali Dongeng menulis
adalah
kegiatan
berkomunikasi
secara
tertulis
dengan
menggunakan lambang-lambang tertentu untuk menyampaikan ide dan perasaan. Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian jaman dahulu yang aneh-aneh) (Depdiknas, 2005:274). Kemampuan menentukan ide pokok adalah kemampuan siswa untuk menemukan letak ide pokok pada bagian awal, akhir atau pada bagian awal dan akhir paragraf. Penilaian yang digunakan dalam menentukan ide pokok paragraf yaitu menemukan letak ide pokok dalam paragraf, membedakan kalimat utama
7
dengan kalimat penjelas, mengidentifikasi jenis paragraf berdasarkan letak ide pokoknya. Selanjutnya yang dimaksud dengan kemampuan menulis kembali dongeng adalah kemampuan atau kesanggupan siswa untuk menulis kembali gambaran isi cerita dongeng yang telah dibacanya dari awal hingga akhir cerita ke sebuah tulisan. Penilaian yang digunakan dalam menulis kembali dongeng yaitu latar dalam dongeng, tokoh-tokoh dalam dongeng, penggunaan bahasa, kesesuaian isi dongeng, kreativitas penulisan dongeng serta ejaan dan tanda baca. b. Langkah-langkah Menulis Kembali Dongeng Adapun langkah-langkah menulis kembali dongeng yang telah dibaca menurut Ida Ayu Kursini (dalam http://books.google.co.id/books?id) yaitu sebagai berikut. 1. Membaca dongeng dan membuat simpulan isi dongeng a) Setelah membaca dongeng tersebut tulislah judul, tokoh utama dongeng, watak tokoh utama, dan pesan yang terkandung dalam dongeng tersebut b) Tulis simpulan isi dongeng yang telah dibaca dengan bahasa yang mudah dipahami 2. Menentukan pokok-pokok isi dongeng yang dibaca a) Menentukan
pokok-pokok
isi
dongeng
dapat
dilakukan
dengan
menganalisis bagian-bagian penting dari dongeng tersebut atau dengan cara menentukan ide-ide pokok dongeng tersebut b) Catatlah ide-ide pokok dari dongeng tersebut 3. Menulis kembali isi dongeng yang telah dibaca dengan bahasa sendiri
8
a) Menulis pokok-pokok isi dongeng b) Mengembangkan pokok-pokok isi dongeng dengan kalimat yang jelas dan efektif menjadi kerangka dongeng c) Melengkapi/merangkai kerangka dongeng menjadi dongeng yang utuh d) Mengedit dongeng yang telah utuh tersebut dan memperbaiki ejaan, tanda baca dan tatabahasanya. c. Penilaian Menulis Kembali Dongeng Menurut Maryati dan Sutopo (2008:58) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis kembali dongeng yang talah dibaca adalah (1) memperhatikan urutan cerita dalam dongeng, (2) memperhatikan latar dalam dongeng, (3) mengingat tokoh-tokoh dalam dongeng dan (4) menggunakan bahasa yang komunikatif.
Kesimpulan 1. Kemampuan menentukan ide pokok paragraf
siswa kelas VII SMP N 1
Kotarih Tahun Pembelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor tertinggi 92 dan skor terendah 50, dengan rata-rata = 72,25 2. Kemampuan menulis kembali dongeng siswa kelas VII SMP N 1 Kotarih Tahun Pembelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 50, dengan rata-rata = 69,90 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan menentukan ide pokok paragraf dengan kemampuan menulis kembali dongeng siswa kelas VII SMP N 1 Kotarih Tahun Pembelajaran 2010/2011.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asmah, H.J. 1988. Kemampuan Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djajasudarma, Fatimah. 2006. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar Sumber. Bandung: Refika Aditama. Kosasih, E. 2006. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya. Marhiyanto, Bambang. 2003. Cerita Rakyat Nusantara Teladan Surabaya: AMANAH Maryati dan Sotopo. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Perpustakaan Pendidikan Nasional Nurhadi. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.. Reza, Sukma. 2009. Hubungan Kemampuan Menyimak Intensif dengan Kemampuan Menulis Kembali Dongeng Siswa Kelas VII SMP N 23 Medan TP 2008/2009. Medan: Unimed. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya. Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raya Grafindo Persada.
10
Sugiarto, Eko. 2009. Mengenal Dongeng dan Prosa Lama. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: ANGKASA. Tarigan, Henry Guntur. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA. Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Gramedia http://books.google.co.id/books?id http://tedjo21.files.wordpress.com.
11