PENILAIAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 OLEH NIA PURWANDARI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JULI 2013
ABSTRAK Nia Purwandari 311409010 2013. Penilaian Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tapa Tahun Pelajaran 2012/2013. Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I: Dr. Ha. Sayama Malabar, M.Pd, dan Pembimbing II: Ha. Sitti Rachmi Massie, S.Pd, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) apa sajakah teknik penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (2) apa sajakah bentuk instrumen penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (3) bagaimanakah rumusan soal pembelajaran keterampilan mendengarkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dilapangan dikumpulkan menggunakan teknik dokumen dan wawancara, dokumen dalam penelitian ini adalah silabus dan RPP yang disusun oleh guru sedangkan wawancara merupakan data pendukung dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan digunakan teknik penilaian penugasan, tes tulis, observasi, uraian, dan tes praktik atau kinerja. Bentuk instrumen yang digunakan adalah uraian, unjuk kerja, lembar observasi, dan uji petik kerja. Rumusan soal yang disusun tidak sesuai dengan indikator kompetensi dasar keterampilan mendengarkan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian keterampilan mendengarkan tidak sesuai dengan indikator pencapaian pada kompetensi dasar.
Kata kunci: Penilaian Pembelajaran, Keterampilan Mendengarkan.
PENDAHULUAN Ada dua aspek utama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, yakni aspek berbahasa dan aspek bersastra. Aspek berbahasa mencakup empat keterampilan, yakni keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah. Keterampilan mendengarkan adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif karena pada hakikatnya merupakan kemampuan menerima dan memahami isi pesan atau bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sasaran lisan (atau pendengaran). Keterampilan mendengarkan merupakan salah satu aspek keterampilan yang diajarkan di sekolah. Penyusunan bahan penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pembelajaran merupakan peran guru untuk
mencapai
pembelajaran
keterampilan
mendengarkan
yang
baik.
Kompetensi yang terkait dengan kegiatan mendengarkan misalnya, mendengarkan pembicaraan, berita radio atau televisi, sandiwara/ drama, puisi dan lain-lain. Tujuaya bermacam-macam, misalnya untuk menangkap pesan yang disampaikan, menanggapi,
mengomentari
mengesampingkan
atau
tujuan-tujuanya
sekedar yang
lain,
menikmati penilaian
saja.
Tanpa
keterampilan
mendengarkan di tekankan untuk mengukur kompetensi peserta didik memahami dan merespon pesan yang disampaikan secara lisan tersebut (Nurgiyantoro, 2012: 353). Begitu pentingnya tujuan keterampilan mendengarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, oleh sebab itu dalam KTSP SMP dicantumkan beberapa kompetensi dasar yang berkaitan dengan aspek mendengarkan baik di kelas VII, VIII maupun kelas IX. Khusus KTSP kelas VII, terdapat empak kompetensi dasar keterampilan mendengarkan baik untuk aspek berbahasa maupun bersastra.
Keempat kompetensi dasar tersebut, yaitu (1) 9.1 menyimpulkan pikiran, pendapat dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara; (2) 9.2 menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara; (3) 13.1 menanggapi cara pembacaan puisi; (4) 13.2 merefleksi isi puisi yang dibacakan. Kemampuan siswa pada keempat kompetensi dasar tersebut dapat diukur menggunakan teknik, bentuk instrumen penilaian dan soal yang autentik. Dengan cara seperti itu, maka keterampilan siswa memahami dan merespon pesan yang disampaikan secara lisan dapat diketahui. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia para guru diharapkan menyusun dan menerapkan penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Kenyataanya yang terjadi di sekolah pada umumnya kompetensi dasar keterampilan mendengarkan selalu dilewatkan dalam proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan guru diperoleh informasi bahwa para guru selalu menemukan kesulitan ketika akan melaksanakan penilaian keterampilan mendengarkan. Hal ini terlihat dari dokumen persiapan mengajar atau silabus dan RPP yang digunakan guru tidak sesuai untuk mencapai indikator pembelajaran yang disusun. Begitu pula antara indikator pencapaian kompetensi dengan teknik, bentuk instrumen penilaian pembelajaran dan rumusan soal yang disusun oleh guru tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai hal ini mengakibatkan pembelajaran keterampilan mendengarkan tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pembelajaran keterampilan mendengarkan seperti itu, yakni: (1) kompetensi dasar mendengarkan tidak diteskan baik pada ulangan harian, ulangan umum atau ujian nasional; (2) pembuatan bahan ajar mendengarkan membutuhkan alat perekam, sedangkan media tersebut belum dimiliki oleh setiap sekolah; (3) guru bahasa Indonesia belum terlatih atau belum terbiasa membuat bahan ajar yang berupa rekaman; (4) guru belum terlatih membuat instrumen penilaian keterampilan mendengarkan; (5) bentuk instrumen pembelajaran belum sesuai dengan kompetensi dasar yang
diajarkan; (6) guru kurang mahir dalam merumuskan soal-soal sesuai kompetensi dasar. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, penilaian pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan mendengarkan belum dilaksanakan sesuai tuntutan kurikulum.
PERMASALAHAN a. Apa sajakah teknik penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? b. Apa sajakah bentuk instrumen penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Tapa? c. Bagaimanakah rumusan soal pembelajaran keterampilan mendengarkan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Tapa?
LANDASAN TEORI a. Teknik Penilaian Untuk memperoleh data tentang proses dan hasil belajar siswa dapat menggunakan berbagai teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan kompetensi yang dinilai, Arifin ( 2011: 60-61) melihat ada 12 bentuk penilaian menurut pedoman BNSP yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut: Tes kinerja; demonstrasi; observasi; penugasan; portofolio; tes tertulis; tes lisan; jurnal; wawancara; inventori; penilaian diri; dan penilaian antar teman. b. Bentuk Penilaian Baik teknik dan bentuk keduanya saling berhubungan. Nurgiyantoro (2012; 89-142) membagi alat penilaian menjadi dua macam, yaitu tes dan nontes. 1. Tes Pembicaraan tentang bentuk tes sebenarnya masih bagian pembicaraan tentang teknik tes di atas. Dengan bentuk tes dimaksudkan bentuk-bentuk pertanyaan, tugas atau latihan yang harus dikerjakan oleh siswa. Secara garis besar dapat dibedakan adanya tiga macam bentuk tes, yaitu tes uraian, tes objektif, dan tes uraian objektif.
2. Nontes Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan peserta didik atau peserta tes tanpa melalui tes dengan alat tes. Ada sejumlah teknik nontes yang dapat dipergunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar antara lain teknik kuesioner, pengamatan, daftar cocok, wawancara, penugasan, portofolio, dan lain-lain. Penilaian diarahkan untuk menemukan informasi tentang kemampuan siswa secara utuh yang bukan hanya perkembangan dilihat dari segi intelektual saja akan tetapi juga sikap dan keterampilan. Selain dari pendapat di atas Sanjaya ( 2011: 187) membagi jenis-jenis evaluasi menjadi dua, yaitu:
1. Tes Tes dibagi pula ke dalam tiga jenis. Pertama tes berdasarkan jumlah peserta, kedua tes standar dan tes buatan guru, dan yang ketiga tes berdasarkan pelaksanaanya. 2. Nontes Nontes adalah alat evaluasi yang biasa digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non-tes sebagai alat evaluasi, dan di antaranya wawancara, observasi, penilaian produk dan penilaian portofolio. c. Cara Merumuskan Tes Pada Aspek Mendengarkan Tugas menyimak dapat dirancang untuk berbagai macam tujuan. Ghazali (2010 :189) membagi tugas menyimak menggunakan: (1) berbagai macam jenis teks, seperti pengumuman radio, lagu, dialog yang direkam, deskripsi lisan dengan diberikan media visual; (2) berbagai macam topik, seperti makanan, cuaca, keluarga, olahraga; (3) berbagai macam fungsi bahasa seperti memberi informasi, memberi peringatan, berusaha meyakinkan lawan bicara, memuji,
memberi petunjuk arah; (4) berbagai macam struktur wacana; dan (5) berbagai macam unsur linguistik.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Syamsuddin dan Damaianti (2006: 74) menyatakan penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi di tempat penelitian. Metode deskriptif adalah melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang ada: praktek-praktek yang sedang berlaku: keyakinan, sudut pandang, atau sikap yang dimiliki: proses-proses yang sedang
berlangsung:
pengaruh-pengaruh
yang
sedang
dirasakan:
atau
kecenderungan-kecenderungan yang sedang berkembang Furchan (2007: 39). Teknik pengumpulan data yang pertama di gunakan oleh peneliti adalah teknik dokumen. Menurut Bogdan dan Biklen (1998: 57) dokumen digunakan untuk menunjuk ke materi seperti potret, video, film, memo, surat, buku harian, kasus klinis rekam, dan sesuatu yang patut dikenang atau segala rupa yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan keterangan yang menjadi bagian dari studi kasus siapa sumber data utama dalam observasi partisipan atau pewawancaraan. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti selanjutnya adalah wawancara. wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan. Tujuan dilakukan wawancara untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya; rekonstruksi keadaan tersebut berdasarkan pengalaman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang; dan verifikasi, pengecekan dan pengembangan informasi (konstruksi, rekonstruksi, dan proyeksi) yang telah didapat sebelumnya Licoln dan Guba (dalam Syamsuddin dan Damaianti 2006: 94). Untuk menganalisis data dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (2009: 16-19), aktifitas yang
dilakukan peneliti dalam analisis data yaitu: reduksi data, penyajian data, simpulan atau verifikasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian yang meliputi teknik penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan,
bentuk
instrumen
penilaian
pembelajaran
keterampilan
mendengarkan dan rumusan soal pembelajaran keterampilan mendengarkan yang digunakan guru dalam pembelajaran (1) 9.1 menyimpulkan pikiran, pendapat seorang tokoh/narasumber yang sisampaikan dalam wawancara; (2) 9.2 menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara; (3) 13.1 menanggapi cara pembacaan puisi; (4) 13.2 merefleksi isi puisi yang dibacakan. Teknik penilaian penugasan, tes tulis, observasi, uraian dan tes praktik atau kinerja yang digunakan pada kompetensi dasar keterampilan mendengarkan tidak tepat. Bentuk instrumen penilaian uraian, unjuk kerja, lembar observasi, dan uji petik kerja yang digunakan pada kompetensi dasar keterampilan mendengarkan tidak tepat. Rumusan soal yang digunakan pada keterampilan mendengarkan tidak tepat jika akan mencapai indikator pencapaian kompetensi dasar keterampilan mendengarkan.
Pembahasan Teknik penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan dilakukan dengan cara kompetensi dasar harus disesuaikan dengan indikator pencapaian keberhasilan siswa. Secara umum dapat dikatakan bahwa jika alat penilaian digunakan untuk melakukan suatu kegiatan itu baik, peluang untuk mendapatkan hasil yang baik cukup besar. Sebaliknya, jika alat yang dipergunkan itu sendiri kurang dapat dipertanggungjawabkan, tipis (untuk tidak dikatakan mustahil) kemungkinan mendapatkan hasil yang diharapkan (Nurgiyantoro, 2012: 89). Kenyataanya yang terjadi di lapangan berbeda. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil yang tidak sesuai untuk penyusunan teknik penilaian
jika akan mencapai indikator yang sudah direncanakan. Hal ini dapat dilihat dari temuan teknik penilaian yang digunakan oleh guru adalah teknik penugasan, tes tulis, observasi, uraian dan tes praktik atau kinerja. Jika dilihat secara seksama teknik penilaian yang dicantumkan oleh guru dalam perangkat pembelajaran ini merupakan bagian dari bentuk instrumen penilaian bukan bagian dari teknik penilaian. Indikator yang akan di capai dalam pembelajaran sangat tinggi, tetapi guru menggunakan teknik penilaian untuk mengukurnya tidak sesuai. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Tapa kelas VII memiliki 2 tenaga pengajar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Setelah ditelusuri dari kedua guru ini mereka hanya menggunakan perangkat pembelajaran silabus dan RPP yang sama. Seharusnya, mereka menyusun teknik penilaian, bentuk instrumen penilaian dan rumusan soal sendiri dan harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ada dan indikator yang akan dicapai pada proses pembelajaran. Kenyataan
yang
ada
di
sekolah
teknik
penilaian
keterampilan
mendengarkan yang digunakan tidak sesuai dengan indikator pembelajaran yang akan dicapai. Teknik penilaian pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan mendengarkan yang tepat adalah teknik nontes. Hal ini sesuai dengan pendapat (Nurgiyantoro, 2012: 90) yang mengatakan bahwa teknik nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan siswa atau peserta tes tanpa melalui tes dengan alat tes. Selain itu, untuk mencapai indikator pembelajaran teknik penilaian nontes lebih sesuai digunakan untuk kompetensi dasar keterampilan mendengarkan. Hal demikian dipertegas dengan pernyataan (Sanjaya, 2011: 187) bahwa teknik nontes adalah alat evaluasi yang biasa digunakan untuk menilai aspek tingkah laku, termasuk sikap, minat dan motivasi. Khusus keterampilan mendengarkan dapat dipergunakan alat evaluasi tersebut karena untuk mengukur kemampuan siswa pada kompetensi dasar keterampilan mendengarkan tidak hanya dinilai dari pekerjaan siswa saja tetapi dilihat dari sikap, minat dan motivasi serta dorongan yang baik dari guru pada saat proses pembelajaran.
Bukan hanya teknik penilaian yang digunakan oleh guru saja yang tidak sesuai untuk mengukur kemampuan siswa. Dari hasil penelitian di dapatkan penyusunan teknik penilaian, bentuk instrumen dan rumusan soal yang tidak sesuai antara silabus dan RPP. Hal ini menunjukkan bahwa guru tidak memahami secara langsung indikator apa yang akan dicapai. Bentuk instrumen penilaian adalah salah satu bagian penunjang pada proses pembelajaran. Bentuk instrumen penilaian harus disesuaikan dengan teknik penilaian yang digunakan dalam pembelajaran. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia khusus keterampilan mendengarkan teknik penilaian yang sesuai ialah teknik penilaian nontes. Jika teknik penilaian yang digunakan adalah teknik nontes, maka bentuk instrumen penilaian yang digunakan harus sesuai dengan teknik nontes pula. Misalnya teknik penilaian yang digunakan adalah tes tertulis maka bentuk instrumen penilaian yang digunakan adalah tes uraian atau essay. Sebaliknya, jika teknik penilaian yang digunakan nontes maka bentuk instrumen penilaian yang digunakan adalah unjuk kerja atau performance. Hal ini sesuai dengan pendapat (Nurgiyantoro, 2012:91-142) yang membagi bentuk instrumen penilaian untuk keterampilan medengarkan yaitu: kuesioner atau angket, pengamatan atau observasi, wawancara, penugasan, penilaian produk dan penilaian portofolio. Dari hasil penelitian diperoleh data bentuk instrumen penilaian yang digunakan oleh guru adalah uraian, unjuk kerja, lembar observasi, uji petik kerja. Jika dicermati unjuk kerja dan lembar observasi merupakan bagian dari bentuk instrumen penilaian nontes. Akan tetapi, untuk menggunakan bentuk instrumen penilaian unjuk kerja dan lembar observasi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar keterampilan mendengarkan dan teknik penilaian yang digunakan. Penggunaan bentuk instrumen penilaian tidak semata dilihat bahwa bentuk instrumen penilaian itu merupakan bagian dari teknik nontes tetapi guru harus menyesuaikan dengan indikator yang akan dicapai pada proses pembelajaran. Guru juga harus memperhatikan bentuk instrumen penilaian antara silabus dan RPP, karena hal ini sangat penting sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran. Silabus yang sesuai berarti RPP juga demikian dan hal ini sangat menunjang keberhasilan siswa. Kesalahan penyusunan bentuk instrumen penilaian yang tidak sesuai akan sangat berpengaruh pada proses pembelajaran yang lebih ditakutkan lagi hal demikian akan berpengaruh pada hasil penilaian nantinya dan akan menyulitkan guru untuk melihat tingkat pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Dari pernyataan di atas untuk menghindari terjadinya hal demikian alangkah baiknya bentuk instrumen yang disusun harus disesuaikan antara silabus dan RPP dan yang paling penting keterkaitan antara teknik penilaian dan bentuk instrumen penilaian yang digunakan harus disesuaikan. Dari pengamatan yang dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa teknik penilaian dan bentuk instrumen yang disusun oleh guru tidak menggunakan pedoman atau contoh yang sesuai. Seharusnya, guru harus memperhatikan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Rumusan soal khusus keterampilan mendengarkan dirancang sesuai dengan indikator pencapaian pembelajaran keterampilan mendengarkan. Dalam rumusan soal guru harus lebih banyak merumuskan soal yang lebih menantang daya ingat, kecekatan, pemahaman, dan ketelitian siswa.
Biasanya dalam
merumuskan soal keterampilan mendengarkan penggunaan media merupakan penunjang utama seperti radio, televisi, leptop dan sound. Benda-benda ini lebih banyak
diperlukan
untuk
pembelajaran
bahasa
Indonesia
keterampilan
mendengarkan. Rumusan soal yang sesuai untuk keterampilan mendengarkan yakni dengan media radio, lagu, dialog yang direkam.
Untuk media radio dapat
diberikan contoh soal sebagai berikut: (1) dengarkanlah berita yang disiarkan di radio! (2) catatlah informasi yang ada dalam radio yang anda dengar tadi! (3) buatlah salah satu paragraf narasi yang berisi berita yang disiarkan di radio tadi menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar! Dari hasil penelitian yang ada di lapangan, penyusunan rumusan soal yang ada di dalam silabus dan RPP sangat berbeda. Sesuai pengamatan yang dilakukan
rumusan soal yang ada dalam silabus dan RPP hampir tidak diajarkan. Rumusan soal yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran hanya berpatokan pada buku pelajaran bahasa indonesia saja. Guru tidak pernah mengajarkan rumusan soal yang dirancang dalam silabus maupun RPP. Berdasarkan temuan tersebut yang menjadi pertanyaan mengapa rumusan soal itu tidak diajarkan? hal ini menjadi perbincangan yang menarik, kesalahan ini terjadi karena guru tidak mampu mengajarkan atau media pembelajaran yang akan digunakan yang tidak ada di sekolah. Menurut (Sanjaya, 2011: 70-71) ada empat kekeliruan dalam proses belajar mengajar. Pertama, ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkan sudah dipahami siswa atau belum. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berfikir kepada siswa. Komunikasi yang terjadi satu arah, hanya dari guru ke siswa tidak ada timbal-baliknya. Ketiga, guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasanya. Keempat, guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa. Kekeliruan seperti ini akan selamanya terjadi jika tidak diluruskan karena pada dasarnya guru mengajar bukan untuk menjadikan guru itu lebih pintar. Akan tetapi, guru mengajar untuk mencerdaskan siswanya dengan berbagi ilmu yang dia miliki dengan siswanya. Penyusunan teknik penilaian, bentuk instrumen penilaian dan rumusan soal yang sesuai merupakan penunjang utama agar terjadi proses pembelajaran yang seimbang antara guru dan siswa. Siswa akan lebih leluasa bertanya kepada guru tentang materi yang belum ia mengerti, dan guru akan lebih mudah menjawab pertanyaan siswa dengan pedoman yang menunjang yang disusun sendiri oleh guru mata pelajaran. Guru juga sangat berperan penting dalam proses pembelajaran. Menurut (Sanjaya 2011: 147) peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai sumber belajar, fasilitator, manajer, demonstrator, administrator, motivator, organisator dan evaluator. Guru berperan penting bagi siswa karena guru merupakan sumber pengetahuan mereka, guru yang menguasai materi
pembelajaran, guru yang menyusun perangkat pembelajaran, guru yang melaksanakan pembelajaran, guru yang menilai proses pembelajaran sampai guru yang memberikan penghargaan atas keberhasilan evaluasi dari siswa. Maka dari itu mengingat guru sangat penting dan sangat dibutuhkan, sebagai sesorang guru alangkah baiknya kuasailah materi yang akan diajarkan, susunlah perangkat pembelajaran dengan benar, ajarkan dengan benar kepada siswa dan berikanlah evaluasi yang sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
PENUTUP Simpulan Penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tapa tidak sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai. Hal ini dibuktikan oleh teknik penilaian, bentuk instrumen penilaian dan rumusan soal yang disusun oleh guru tidak sesuai untuk keterampilan mendengarkan. Saran Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada pihak-pihak berikut: a. Guru Bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan teknik penilaian, bentuk instrumen penilaian dan rumusan soal yang akan disusun. Guru bahasa Indonesia dalam menyusun teknik penilaian, bentuk instrumen penilaian dan rumusan soal hendaknya menyesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai. b. Dikpora Provinsi Gorontalo hendaknya mengadakan lokakarya khusus penilaian pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan mendengarkan. c. SMP Negeri 1 Tapa hendaknya memfasilitasi mata pelajaran bahasa Indonesia keterampilan mendengarkan dengan media yang dibutuhkan untuk mengukur kemampuan keberhasilan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Bogdan, Robert dan Sari Knopp Biklen. 1998. Qualitative Research For Education ( An Introduction To Theory and Methods). Boston London: Allyn and Bacon Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa (Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif). Bandung: Refika Aditama. Miles, Matthew dan Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru). Jakarta: UI Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE Sanjana, Wina. 2011. Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya