Mucholid, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika ...
75
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014
Oleh: Mucholid SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek
Absrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep konstruktivisme dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap minat belajar dengan pokok bahasan persamaan linear dua variabel pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Semester I dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan konstruktivisme dipilih karena lebih menekan bagaimana pengetahuan dibangun dengan bantuan pengalaman, pengetahuan awal dan keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyek-obyek dan peristiwa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , nilai rata-rata siswa pada siklus I 78,62 dengan persentase ketuntasan 79,31% meningkat pada siklus II menjadi 85,17% dengan persentase 89,66%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan ini dipertegas dengan adanya respon siswa yang menunjukkan respon positif dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru dengan persentase sebesar 81,39%. Kata kunci: pendekatan konstruktivisme, prestasi belajar, persamaan linear dua variabel
Rendahnya kemampuan siswa SMP dalam memahami dan memaknai matematika adalah masalah yang harus diperhatian dalam pengajaran matematika. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa dalam matematika menurut hasil survei IMSTEPJICA (2000) adalah bahwa dalam pembelajaran matematika guru terlalu berkosentrasi pada hal-hal yang prosedural dan mekanistik, pembelajaran berpusat pada guru, konsep matematika disampaikan secara informatif, dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam. Hal ini mengakibatkan penalaran dan kompetensi strategis siswa tidak berkembang sebagaimana mestinya. Kemampuan siswa di dalam menalar, mengkomunikasi dan mengkoneksikan matematis, serta memecahkan masalah dirasakan sangat kurang. Diperlukan upaya nyata yang
tepat, direncanakan dengan matang, dikaji dengan seksama agar kemampuan siswa dalam penalaran matematika dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Kurikulum matematika harus memberikan pengalaman belajar yang melibatkan siswa pada proses dan produk dalam sains dan teknologi. Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum diharapkan akan mendorong siswa menjadi pelajar yang aktif dan fleksibel. Secara khusus pendekatan ini akan: (1) memperhatikan perbedaan individu siswa, (2) memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mempelajari konsep-konsep esensial, (3) membekali siswa dengan keterampilan untuk memahami dunia melalui penyelidikan, dan (4) membekali siswa dengan keterampilan baik untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun bahanbahan yang diperlukan.
76
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Dalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan dan berbagai metode pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan siswa dalam rangka pendidikan baik pada suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat di dalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkannya, maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus maupun umum proses belajar itu tercapai. Usaha-usaha guru dalam mengatur dan menggunakan berbagai variabel pengajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam situasi kelas yang bersangkutan sangat penting. Upaya pengembangan strategi belajar tersebut berlandas pada pengertian bahwa mengajar merupakan suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar atau dengan kata lain membelajarkan siswa. Dari sini tercermin suatu pengertian bahwa belajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi pada proses. Kualitas proses akan memberikan alur dalam menentukan kualitas hasil yang dicapai. Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas bahwa faktor siswa sangat penting di samping faktor lain. Kepentingannya dapat ditinjau dari proses terjadinya, perubahan, karena salah satu
hakikat belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Perubahan itu akan memberikan hasil yang optimal jika perubahan itu memang dikehendaki oleh yang belajar, bermakna bagi siswa. Dengan kata lain proses aktif dari orang yang belajar dalam rangka tujuan tersebut merupakan faktor yang sangat penting. Dengan demikian maka belajar aktif akan memberikan hasil yang lebih bermakna bagi tercapainya tujuan dan tingkat kualitas hasil belajar tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa guru wajar memilih pendekatan yang boleh melibatkan siswa secara aktif dan berkesan dalam pembelajaran matematika. Pendekatan konstruktivisme yang berbentuk dinamik, membolehkan pelajar menggunakan imajinasi dan pemikiran untuk membuat interpretasi makna yang sesuai dengan konteks pengetahuan dan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasili-tator, yaitu pembimbing pengetahuan dan bukan sebagai penyampai pengetahuan. Kelebihan pendekatan konstruktivisme adalah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru (Nik Aziz, 1999). Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar. Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seseorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitif dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada dan proses ini dikenal sebagai accreation. Selain itu,
Mucholid, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika ...
konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenal sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan anlogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Menurut Wuryadi (2000) dalam proses pembelajaran, pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pembelajaran konstruktivisme diakui bahwa siswa pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme, diantaranya (l) murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran, (2) proses aktif ialah proses membuat segala sesuatu masuk akal, (3) interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya, dan (4) kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga pengalihan ketrampilan dan kemampuan.
77
Woodworth (1951) mengatakan bahwa prestasi (achivement) adalah actual ability and can be measured directly by use of lest. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diukur dengan menggunakan tes karena hasil belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan sikap. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang lain dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes. METODE PENELITIAN Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang. Carr dan Kemmis (1986), mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan. Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pogalan, dengan peneliti guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas
78
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan yang berjumlah 29 siswa. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah guru kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan, siswa Kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan, dan guru matematika dari kelas lain. Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, data dianalisis untuk diketahui hasilnya. Analisis data adalah kegiatan mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan yang dapat dikelola, disintesiskan, dicari polanya, ditentukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982). Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16).
Gambar 1 Aktivitas guru dan siswa
Grafik tersebut menunjukkan bahwa guru mampu menerapkan konstruktivisme pada pembelajaran siklus I dengan persentase sebesar 66,67% dalam kriteria baik dan berkembang menjadi 80,83% dalam kriteria sangat baik pada siklus II. Peningkatan juga terlihat pada siswa yang mampu menerima dan melaksanakan pembelajaran matematika dengan metode konstruktivisme yang diterapkan oleh guru pada siklus I dengan persentase sebesar 61,67% dalam kriteria baik dan berkembang menjadi 77,5% dengan kriteria sangat baik pada siklus II. Selain aktivitas belajar yang mengalami peningkatan, penerapan pendekatan konstruktivisme juga menunjukkan peningkatan pada prestasi siswa, hal tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika bagi siswa kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan menunjukkan peningkatan pada prestasi belajar siswa. Hal tersebut bisa dilihat pada grafik aktivitas guru dan siswa di bawah ini. Gambar 2 Prestasi belajar siswa
Mucholid, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika ...
Dari Gambar 2 terlihat bahwa nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 78,62 dengan persentase ketuntasan 79,31% meningkat pada siklus II menjadi 85,17 dengan persentase 89,66%. Dengan demikian penelitian ini berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi yang diperoleh oleh siswa Kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal ini ditujukan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan, khususnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Untuk prestasi belajar ditunjukkan pada hasil evaluasi pada siklus I, diperoleh dari 29 siswa Kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan tersebut diketahui, hasil belajar dengan kategori nilai kurang adalah 0,10-60,00 dengan frekuensi 6 dan persentase 20,69% menurun menjadi 0 siswa dengan persentase 0%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80,00 dengan frekuensi 19 dan persentase 65,52% menurun menjadi 15 siswa dengan persentase 51,72%, sedangkan kategori hasil belajar baik adalah 8,01-10,00 dengan frekuensi 4 persentase 13,79% meningat menjadi 1 siswa dengan persentase 48,28%. Dengn demikian penelitian ini terbukti mampu meningkatkan nilai siswa menjadi lebih baik.
Gambar 3 Distribusi prestasi belajar siswa
79
PENUTUP Kesimpulan Dalam pendekatan konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Nilai rata-rata siswa pada siklus I 78,62 dengan persentase ketuntasan 79,31% meningkat pada siklus II menjadi 85,17 dengan persentasi 89,66%. Distribusi belajar siswa selama siklus I dan II kategori nilai kurang adalah 0,10-60 dengan frekuensi 6 dan persentase 20,69% menurun menjadi 0 siswa dengan persentase 0%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80 dengan frekuensi 19 dan persentase 65,52% menjadi 15 siswa dengan persentase 51,72%, sedangkan kategori hasil belajar baik adalah 8,01-10 dengan frekuensi 4 persentase 13,79% meningat menjadi 1 siswa dengan persentase 48,28%. Penerapan pendekatan konstruktivisme berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Adanya peningkatan respon siswa yang menunjukkan respon yang sangat positif dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan persentase sebesar 81,39 %. Saran Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, agar siswa dapat terpacu minatnya dalam belajar. Pendekatan ini perlu diulang-ulang dengan memberikan dari materi sederhana menuju materi yang lebih variatif.
80
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
DAFTAR RUJUKAN Carr, W. & Kemmis, S. 1986. Becoming critical: education, knowledge and action research. Brighton, Sussex: Falmer Press. IMSTEP-JICA. 2000. Monitoring Report on Current Practice on Mathematics and Science Teaching and Learning. Bandung: IMSTEP-JICA. Nik Aziz Nik Pa. 1999. Pendekatan konstruktivisme radikal dalam pendidikan matematik. Kuala Lumpur: University Malaya. Rumelhart, D.E., & Norman, D.A. 1978. Accreation, tuning and restructuring: Three models of learning. Dalam Anderson, R.C., Spiro, R.J. dan
Montague, W.E. (ed.). Semantic factors in cognition. Hilldale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Waseso, I. 1994. Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Jakarta: BP3GSD. Woordworth, R. 1951. Psychology. New York: Hendry Holt & Co. Wuryadi. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Sains. Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi-Prosiding, 22 Agustus 2000, pp.18-23. Yogyakarta Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Malang: Banyu Media Publishing.