PERSEPSI MASYARAKAT PADA PEMANFAATAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL (TABONGO) (Studi kasus di Desa Tolomato, Kecamatan Suwawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango)
1
oleh Mey Yulan Moko, Rauf A. Hatu*, Yowan Tamu** Jurusan Sosiologi, Fkultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
[email protected]
ABSTRAK Moko, Mey, 2015. “Persepsi Masyarakat Pada Pemanfaatan Tanaman obat tradisional (Tabongo)”.Skripsi, Jurusan S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo, 2015. Dibawah bimbingan Bapak Dr.Rauf A. Hatu, M.Si selaku pembimbing I, dan ibu Yowan Tamu, MA selaku pembimbing II. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat pada pemanfaatan tanaman obat tradisional dalam hal ini lebih di khususkan pada tanaman obat tradidional andong ( Tabongo) serta dapat mengetahui tardisi pengobatan yang masih di gunakan oleh masyarakat dalam pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat tradisional yang tumbuh dipekarangan rumah, kebun ataupun yang tumbuh liar di hutan. Guna mencapai tujuan penelitian di atas, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sebab penelitian kualitatif deskriptif ini dipandang peneliti dapat membuktikan, dan menjawab apa yang menjadi permasalahan pada penelitian ini. Berdasarkan temuan dari penelitian ini, peneliti memperoleh hasil bahwa masyarakat memandang tanaman obat tradisional (tabongo) dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan juga sebagai tanaman adat. Tanaman ini dipercaya dapat menyembuhkan beberpa jenis penyakit seperti wasir dan luka. Pengguunaaannya tidak tergolong sulit. karena bahan yang mudah di peroleh, baik itu dari pekarangan rumah, kebun ataupun yang tumbuh liar di hutan, serta pengetahuan akan meramu obat tradisional yang dimiliki masyarakat yang memudahkan proses pengobatannya. Penggetahuan meramu tanaman obat sudah merupakan warisan budaya yang dimiliki masyarakat dan telah lahir secara turun temurun dimasyarakat menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan dan memanfaatkan tanaman obat dalam pengobatan. Disamping itu, tanaman ini dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman adat yang di gunakan dalam prosesi adat seperti beat dan mandi lemon pada anak perempuan. Kata kunci : Persepsi masyarakat, Tanaman obat tardisional, Tabongo (andong)
PENDAHULUAN Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obta sudah merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Ini dapat di lihat dengan banyaknya jenis-jenis tumbuhan yang dapat di manfaatkan 1
Mey Yulan Moko. 281411015. Jurussan S1 Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Dr.Rauf A. Hatu, M.Si,
sebagai obat. Pemanfatan tanaman obat sudah di gunakan dari zaman ke zaman, seperti (1) Mesir kuno, 2500 tahun sebelum Masehi, para ahli kesehatan/pengobatan selalu memanfaatkan tanaman-tanaman obat, bahkan telah dihimpun catatan-catatannya yang terkenal dengan Papyrus Ehers, kini disimpan di Universitas Leipzig Jerman. Sejumlah besar resep pengunaan produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gajala penyakit, dan diagnosanya tercantum dalam Papyrus Eherr tersebut. (2) Yunani Kuno, misalnya Hyppocrates (466 tahun Sebelum Masehi) seorang dokter/tabib pada waktu itu telah banyak memanfaatkan : Konium, kayu manis, hiosiamina, gentiana, gom arab, mira, bunga kamil,dan lain lain sebagai bahan-bahan pengobatan pasien-pasiennyadan ternyata sangat mujarab. (3) Otto Brunfels, seorang ahli botani Jerman telah menulis buku Herbarium Vivae Icones sekitar abad ke-16, merupakan buku pertama yang memuat gambar-gambar tanaman, sedang pada tahun 1737 Linaeus, seorang ahli botani Swedia telah berhasil pula menerbitkan buku Genera Plantarum, yang selanjutnyabuku-buku tersebut menjadi buku pedoman utama sistematik botani. (4) Perkembangan demi perkembangan telah tercapai, sehingga selanjutnya seorang apoteker bernama Martius dalam bukunya yang berjudul Grundriss der Parmakognosie des Pflanzenreicies telah berhasil mengolong-golongkan tanaman-tanaman obat menurut segi morfologi, dan dengan demikian tanaman-tanaman tertebut dapatdiketahui kemurniannya. (5) Pada akhirnya,atas jasa-jasa Egon Stahl, seorang ahli tanaman obat Jerman, telah berhasil mengemukakan hasil-hasil penelitian zat-zat yangterkandung dalam tanaman-tanaman obat, maka berbagai jenis tanaman obat kini merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi pembuatan obat-obatan yang mutahir.2 Oleh karena itu tidak heran lagi apabila pemanfaatan tanaman obat masih banya digemari oleh masyarakat, karena pada dasarnya pemanfaatan tumbuhan obat tradisional merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang berakar kuat dalam budaya bangsa, oleh karena itu baik dalam ramuan maupun dalam penggunaanya sebagai obat tradisional masih berdasarkan pengalaman yang diturunkan generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan (Dalimartha, 2000).3 Pemanfaatan tanaman obat juga masih digemari oleh sebagian besar masyarakat Desa Tolomato. Desa Tolomato merupakan Desa hasil pemekaran dari Desa Tolomato yang ada di Kecamatan Suwawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango, Kecamatan Suwawa Tengah. Dalam sejarahnya Desa ini di beri nama Desa Tolomato karena di ambil dari sebuah nama dari salah satu pengunungan yang ada di Desa Tolomato. Hal ini terjadi karena pada zaman dahulu ada seorang petani yang membuka lahan pertanian dengan menggunakan tiga buah alat pertanian yaitu parang, pacul dan tajak. Oleh sebab itu Desa ini di beri nama Desa Tolomatao. Sesuai dengan sejarahnya Tolomato berari tiga macam alat pertanian. Desa Tolomato masih terlihat masih sangat alami, sehingga masih terdapat banyak jenis tanaman obat yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Pengetahuan akan manfaat tanaman obat diperoleh masyarakat secara turun temurun. Seperti tanaman obat tabongo. Masyarakat masih memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat sekaligus sebagai tanaman adat. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang "Persepsi Masyarakat Pada Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional (Tabongo).
2
Dina Naemah. Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Bagi Masyarakat Dayak di Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. fakultas kehutanan universitas lambung mangkurat banjarbaru. 2012. hlm 23 3 Yosmin Wakur. pemanfaatan tumbuhan obat di Desa rumoong, rumoong atas ii, tumaluntung, tumaluntung i kecamatan tareran kabupaten minahasa selatan. Program Satudi Ilmu Kehutanan. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.Universitas Sam Ratulangi. 2013
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan sebuah rumusan masalah yaitu Bagaiman proses pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat tabongo, Bagaimana pandangan masyarakat pada pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat tabongo. KAJIAN PUSTAKA Persepsi Masyarakat Persepsi bisa diartikan sebagai pandangan seseorang atau individu tentang keadaan lingkungnya. Dimana setiap individu melakukan pengamatan melalui pengalaman ataupun aktivitas sehari hari sehingga dapat membedakan mana yang baik dan bisa di terima dalam lingkungan hidupnya. Menurut Thoha ( 1998:23), persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan maupun pendengaran. Wirawan (1995:77), menjelaskan bahwa proses pandangan merupakan hasil hubungan antara manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa lampau, minat, sikap, intelegensi, dimana hasil atau penelitian terhapa apa yang diinderakan akan mempengaruhi tingkah laku. Definisi persepsi juga diartikan oleh Indrawijaya (2000:45), sebagai suatu penerimaan yang baik atau pengambilan inisiatif dari proses komunikasi.4 Persepsi merupakan cara pandang setiap masyarakat yang di dasarkan atas pengalaman. Sehingga masyarakat akan mampu memberikan suatu kesimpulan terhadap apa yang dialami dan diamati dalam lingkungannya, termasuk didalamnya bagaimana masyarakat memandang atau memberikan penilaian terhadap tanaman obat yang nantinya dapat digunakan sebagai alternative pengobatan. serta bagaimana masyarakat memberikan argument apakah dengan menggunakan tanaman obat dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka atau tidak. Dengan persepsi masing-masing masyarakat akan mampu memilih dan bertindak. Masyarakat merupakan segerombolan atau sekelompok orang yang mendiami atau tinggal bersama disuatu wilayah dalam waktu yang lama. Ralph Linton dalam Harsojo (1997:144) menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas tertentu”. 5Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan, tersatukan dan terlebih dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Bila di kombinasikan antara persepsi dan masyrakat, maka penulis memberikan definisi bahwa persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana masyarakat yang hidup bersama dan tinggal bersama memberikan pandangan terhadap hal-hal yang bersifat unik dan menarik pada lingkungan tempat tinggalnya. Tradisi dan Pengobatan Tradisional Dalam pengertian secara literal, tradisi mengacu pada kebiasaan atau kepercayaan manusia, institusi, ataupun juga artefak yang diwariskan dari generasi kegenerasi selanjutnya. meski muatan tradisi sangatlah beragam, tradisi biasanya mengacu pada beberapa elemen budaya 4
Olha Panigoro.Skripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Kehidupan Sosiologi.Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Gorontalo.2013.hlm 10 5 Olha Panigoro. Op.Cit.hlm 11
Generasi
Muda.
Jurusan
yang dianggap sebagai bagian dari warisan bersama sebuah kelompok sosial. Tradisi merupakan adat kebiasaan yang turun temurun yang dari dahulu sampai dengan sekarang masih terus dilaksanakan dan memiliki penilaian dan anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang baik dan benar dalam pandangan hidup mereka. seperti halnya menurut James Dananjaja berbagai unsur kebudayaan misalnya filsafat, kepercayaan, kesenian, kesusteraan, mode pakaian, dan adat istiadat popular mencerminkan pandangan hidup suatu masyarakat. 6 Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai “buah budi manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagian yang pada lahirnya bersifat tertib dan aman. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.7 Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan (Asmino, 1995).8 Tanaman Obat Tradisional (Tabongo) Tanaman obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat tradisional seringkali juga disebut dengan istilah “Toga”. Tanaman obat keluarga pada hakikatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan Tanaman obat keluarga merupakan beberapa jenis tanaman obat pilihan yang ditanam dipekarangan rumah atau lingkungan sekitar rumah. Tanaman obat-obatan tradisional adalah tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tanaman tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Pada umumnya yang dimaksud dengan obat tradisional adalah ramuan dari tumbu-tumbuhan yang berkhasiat obat. Tumbuhan obat adalah salah satu bahan utama produk-produk jamu, hal ini seperti yang dikemukakan Kartasapoetra (1992 :3) menyatakan bahwa: tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum tercampur atau belum diolah. Maksudnya yaitu tanaman tinggal dipetik dan diracik, kemudian langsung dikonsumsi. Sedangkan Siswanto (1997:3) menyebutkan tumbuhan obat adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu, tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat. Maksudnya yaitu tanaman obat tradisional 6
Kamisah, tradisi becekan diDesa Bandung Rejo Kecamatan Buliyohuto Kabupaten Gorontalo, Skripsi,Program Study Sosiologi Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo, 2014,hlm.8. 7 Sulasman& Setia Gumila.Teori-Teori Kebudayaan.2013.Cv Pustaka Setia.Bandung. Hlm.19 8 Lihat Jurnal.Rahmat Dermawan.Peran Battra Dalam Pengobatan Tradisional Pada Komunitas Dayak Agabag Di Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan.2013. Mahasiswa Program S1 Konsentrasi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Vol 1 (4): 50-61 ISSN 0000-0000. hlm 54
digunakan sebagai bahan untuk membuat obat (bahan dasar yang untuk membuat obat). Tabongo dikenal masyarakat luas sebagai tanaman andong. Tabongo memiliki nama daerah hanjuang (sunda), andong (Jawa), penjuang (Dayak), kayu urip (Madura), endong (Bali). Andong memiliki rasa manis, hambar, dan bersifat menyejukkan. Diantaranya menyejukkan darah, menghentikan pendarahan, dan menghilangkan bengkak karena memar (antiswelling). Tanaman andong biasa di tanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman atau kuburan, dipakai sebagai tanaman pagar atau pembatas di perkebunan. Andong berasal dari Asia Timur dan biasa di temukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.900 m dpl (Dalimartha, 2006). Andong terbagi atas dua jenis yaitu tanaman andong merah dan tanaman andong hijau. Tanaman andong merah termasuk perdu tegak dengan tinggi 2-4 m, jarang bercabang, batang bulat, keras, bekas daun rontok berbentuk cincin. Daun tunggal dengan warna hijau ada juga yang berwarna merah kecoklatan. Letak daun tersebar pada batang, terutama berkumpul di ujung batang. Helaian dan panjang berbentuk lanset dengan panjang 20-60 cm dan lebar 5-13 cm. Ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, pertulangan menyirip dan tangkai daunnya berbentuk talang. (Dalimartha, 2006).).9 Masyarakat Indonesia umumnya menggunakan tanaman sebagai obat tradisional yang diwariskan secara turun – menurun. Salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman Andong. Bagian tanaman Andong yang berkhasiat sebagai obat adalah bunga, akar dan daun. Akar tanaman Andong berkhasiat untuk mengobati air kemih berdarah, wasir berdarah, nyeri lambung dan ulu hati. Daun tumbuhan Andong banyak sekali digunakan sebagai obat sakit kepala, diare, disentri, TBC paru, asma, sakit kulit, inflamasi mata, sakit punggung, rematik dan encok (Wijayakusuma, 1994).10 Sistem Sosial Sistem sosial adalah suatu sistem yang terdiri atas elemen-elemen sosial. Elemen-elemen sosial itu terdiri atas tindakan-tindakan sosial yang dilakukan individu-individu yang berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam sistem sosial terdapat individu-individu yang berinteraksi dan bersosialisasi sehingga tercipta hubungan-hubungan sosial. Keseluruhan hubungan sosial tersebut membentuk struktur sosial dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya akan menentukan corak masyarakat tersebut. Suatu sistem sosial tidak hanya berupa kumpulan individu. Sistem sosial juga berupa hubungan-hubungan sosial dan sosialisasi yang membentuk nilai-nilai dan adat-istiadat sehingga terjalin kesatuan hidup bersama yang teratur dan berkesinambungan. Menurut Selo Soemardjan mengacu pendapat Loomis suatu sistem sosial harus terdiri atas sembilan unsur sebagai berikut : 1. Kepercayaan dan Pengetahuan Unsur kepercayaan dan pengetahuan merupakan unsur yang paling penting dalam sistem sosial karena perilaku anggota dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka yakini dan apa yang mereka ketahui tentang kebenaran, sistem religi, dan cara-cara penyembahan kepada sang pencipta. 9
H Sitanggang. Habitat tanaman andong. 2011. Universitas Sumatra Utara Lihat Jurnal. Eva Marliana aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun andong. Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012.hlm 72 10
2. Perasaan Perasaan adalah keadaan jiwa manusia yang berkenaan dengan situasi alam sekitarnya termasuk di dalamnya sesama manusia. Perbedaan latar belakang budaya suatu masyarakat akan membedakan keadaan kejiwaan masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang menghasilkan situasi kejiwaan tertentu yang bila sampai pada tingkat tertentu harus dikuasai agar tidak terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan. 3. Tujuan Dalam setiap tindakannya manusia mempunyai tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut, yaitu suatu hasil akhir atas suatu tindakan dan perilaku seseorang yang harus dicapai melalui perubahan maupun dengan cara mempertahankan suatu keadaan yang sudah bagus. 4. Norma/Kaidah/Peraturan Sosial Norma adalah pedoman-pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut kelompok atau masyarakat. Norma-norma sosial merupakan patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam situasi-situasi tertentu dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma-norma sosial dipelajari dan dikembangkan melalui sosialisasi sehingga menjadi pranata-pranata sosial. 5. Kedudukan (Status) dan Peran (Role) Kedudukan adalah posisi seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, hak-hak, serta kewajibannya. Kedudukan menentukan apa yang harus seseorang perbuat bagi masyarakat. Dalam pandangan mengenai individu, Weber cenderung menempatkannya dalam kerangka tindakan. atau sekedar pada pola interaksi individu. Satu hal penting dalam pemahaman weber adalah arti “Subjektif”. yakni berhubungan dengan kategori interaksi manusia. Bagi Weber, dunia yang kita saksikan terwujud karena tindakan sosial. Hasil dari kajian Weber mengenai tindakan sosial dapat dikatakan berupa data empiris. Tindakan sosial menurut Weber terbagi atas dua. Pertama, reactive behavior yakni reaksi perilaku spontan yang memiliki subjective meaning atau dengan kata lain, tindakan yang dilakukan sekedar spontanitas belaka berikut tak berkelanjutan. Tindakan semacam ini adalah tindakan yang tak bertujuan atau tak disadari sebelumnya oleh seseorang. Tindakan yang dilakukan seseorang hanya begitu saja misalnya rasa sakit, batuk, bersin, mengejapkan mata, menguap dan lain sebagainya. Konsep tindakan yang dimaksudkan adalah perilaku otomatis seseorang yang tidak melibatkan proses pemikiran dalam melakukan tindakan. Akan tetapi Weber tidak memfokuskan perhatiannya pada reactive behavior. yang menjadi focus kajian Weber adalah social action, muncul dari stimulus atau respon atas perilaku yang menjalankan funsinya sebagai anggota dalam masyarakat. Secara tak langsung, tindakan ini lebih bersifat subjektif pada tindakan yang dilakukan aktor dalam lingkungan masyarakat. Melalui kedua tipe metodologi yang dikenalkan Weber, fokus kajian tersebut kemudian berkembang ke dalam empat tipe tindakan dasar. Pertama, Tradisional action, “tindakan tradisional” adalah tindakan yang diulang secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaanya. Tindakan semacam ini adalah tindakan warisan yang diturunkan dari generasi yang lalu atau berlaku secara turun temurun. Kedua, affectual action ”tindakan afeksi”, tindakan ini didasarkan pada sentiment atau emosi yang di miliki seseorang. Tergambar dari beberapa tindakan seperti gembira, marah atau takut. Hal ini akan mempengaruhi tindakan atau respon orang dalam melakukan suatu tindakan. Ketiga, instrumentally rational
action, tindakan yang pada dasarnya di lakukan mengingat eksisnya kepentingan maupun tujuan tertentu. Dengan kata lain tindakan yang di lakukan oleh seseorang di dasarkan pada pertimbangan dan pilihan yang secara sadar di pilih untuk mencapai sebuah tujuan. Keempat, value rational action “tindakan rasionalitas nilai’. Tindakan semacam ini terkait dengan komitmen yang dilakukan dengan penuh kesadaran berikut tak lepas dari nilai – nilai agama, hukum, juga berbagai bentuk nilai lainya.11 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hal ini karena masalah yang diteliti merupakan suatu situasi sosial yang sifatnya deskriptif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto12. Oleh karena itu, data dalam penelitian ini merupakan data-data deskriptif, yakni data yang berupa kata-kata dan tidak menekankan pada angka (kuantitas) tertentu. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan makna dari peristiwa yang ada. Sugiyono mengungkapkan bahwa, “metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang mendalam, yakni data yang mengandung makna”.13 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum lokasi penelitian Sejarah Desa Pada masa lalu penduduk hidup dan menetap secara berkelompok, yang kemudian semakin lama jumlah penduduknya semakin bertambah sehingga akhirnya muncul beberapa pendapat dari beberapa orang untuk membuat suatu kerapatan masyarakat yang kemudian di pimpin oleh seorang tokoh masyarakat yang bernama Telebuato. Dengan melihat perkembangan penduduk, maka dibentuklah suatu Desa yang diberi nama Desa Lompotoo yang dipimpin oleh seorang kepala Desa yang bernama Telebutao sejak tahun 1855 s/d 1855. Pada waktu itu Desa ini masih didominasi oleh penjajah ( masa pormesta ), maka masih banyak masyarakat yang bekerja sebagai pekerja rodi. masyarakat di perintahkan untuk menanam kapas dan kelapa untuk kepentingan para penjajah. Seiring berjalannya waktu, sampai pada tahun 1942 pemerintahan berlanjut dan mengalami beberapa kali pergantian Kepala Desa dengan perubahan struktur pemerintah Desa yang sudah mulai terstruktur dengan baik, dimana sudah ada pembagian tugas dan wewenang dalam mengatur Desa. Hal ini dapat dilihat dari struktur pemerintah Desa yang ada, dimulai dari kepala Desa, sekertaris Desa, dan kepala dusun serta lembaga formal lainnya seperti LKMD (Lembaga ketahan Masyarakat Desa). Pada masa ini Desa Lompotoo dilanda musibah gempa bumi dan banjir sehingga banyak masyarakat yang banyak kehilangan sumber penghasilan mereka. Namun secara perlahan masyarakat sudah mulai bangkit dengan berusaha kembali untuk membuka lahan pertanian dan merekapun sudah merasa 11
Koko Wijayanto.Max Weber Biografi Singkat, Karya Utama & pengantar pemikiran. Universitas Gajah Mada. (Online). http://kolomsosiologi.blogspot.com/2011/04/max-weber-biografi-singkat-karya-karya.html. Diakses 16 februari 2015 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2011, hlm 6 13 ibid. hlm 13
nyaman karena sudah merasakan kebebaan dari belenggu penjajah. Masyarakat mulai berusaha membuat usaha sebagai sumber penghidupan mereka dengan bertani dan berternak.. Jenis tanaman pertanian yang mereka tanam seperti jagung, cabe, umbi umbian dan tanaman tahunan seperti kelapa, kemiri, cacao dan lainnya. Serta sudah mulai terbentuk kelompok kerja gotong royong oleh para masyarakat yang dikenal dengan sebutan Gulunga. Pada masa ini pula sudah mulai dibangun sarana fasilitas umum berupa sekolah, mesjid, jalan Desa, kantor Desa yang kemudian dari waktu ke waktu sudah mengalami perkembangan dan renovasi yang lebih baik. Pada tahun 1999 masyarakat sudah mulai belajar proses musyawarah melalui diadakannya pemilihan kepala Desa secara demokrasi/pilihan langsung oleh masyarakat. Dan terpilihlan seorang kepala Desa yang bernama Harun Alaina dengan struktur Desa yang sudah mulai terstruktur seperti sekarang ini dimana pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa, sekertaris Desa, dibantu oleh para kepala urusan dibidangnya masing-masing, kela Dusun, serta lembaga BPD ( Badan Permusyawaratan Desa ) dan LPM yang merupakan perubahan nama dari LKMD. Dengan kondisi kehidupan yang sudah mulai berkembang, kondisi infrastruktur Desa sudah lebih baik. Seperti jalan yang sudah diaspal, penambahan sarana peribadahan seperti mesjid dan lainnya yang mendukung pelaksanaan pembangunan Desa. Masyarakatnya pun masih tetap mempertahankan budaya Gorontalo Gulunga ( Gotong Royong ) melalui pelaksanaan acara/kegiatan umum, keagamaan dan lainnya.14 Pada pertemuan rapat, baik tokoh masyarakat, tokoh agama dan kaum pemuda yang diadakan pada tanggal 3 agustus 2005, terjadi persetujuan akan diadakan pemekaran Desa Lompotoo menjadi dua Desa yaitu Dusun I menjadi satu Desa dan dusun III dan IV menjadi satu Desa. Setelah sosialisasi yang di laksanakan dari Dusun I dan II lahirlah nama Desa Tolomato yang diambil dari nama pegunungan yang ada di Desa Lompotoo sehingga terjadi nama Desa Tolomato. Yang sejarahnya pada zaman dahulu ada petani yang mebuka lahan pegunungan dengan menggunakan 3 macam alat pertanian yaitu parang, pacul dan tajak. Oleh karna itu, Desa Tolomato diartikan sebagai tiga macam alat pertanian, setelah bertahun-tahun pegunungan itu dinamakan gunung Tolomato oleh masyarakat Tolomato. Berdasarkan usulan dari panitia pemekaran DPRD Kabupaten Bone Bolango yang ditandai dengan disahkannya Desa Tolomato pada tanggal 6 januari 2006 sekaligus dikeluarkannya peraturan daerah No 17/2006 oleh pemerintah daerah Kabupaten Bonebolango, maka Desa Tolomato menjadi satu Desa devenitif dengan ditandai pelantikan kepala Desa Tolomato pada tanggal 7 februari 2006 yaitu Bapak Drs.Tahir B. Kaiha B.Sc.15 Potensi sumber daya manusia Hidup dan tinggal di sebuah Desa yang cukup jauh dari daerah perkotaan ataupun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan, tenunya sangat berpengaruh terhadap pola pikir setiap masyarakat yang menetap di wilayah tersebut. Seperti halnya di Desa Tolomato, Desa ini belum begitu banyak penghuninya sehingganya masih jarang terlihat bangunan bangunan yang megah di Desa ini, melainkan Desa ini masih terlihat alami dan bersentuhan dengan alam. Tabel 1 Jumlah penduduk Desa Tolomato Jumlah laki-laki 390 14 15
Data Desa 2009 Data Desa 2011
Jumlah perempuan Jumlh total Jumlah kepala keluarga (Sumber Data Desa Tolomato 2014)
Usia 0-12 bln 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun 25 tahun 26 tahun 27 tahun 28 tahun 29 tahun 30 tahun 31 tahun 32 tahun 33 tahun 34 tahun 35 tahun 36 tahun 37 tahun
Laki-laki 2 3 12 4 6 12 5 5 10 7 8 4 9 9 9 14 8 8 7 9 5 12 7 7 2 5 9 3 5 6 9 2 8 8 5 7 10 7
379 769 213
Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan usia Perempuan Usia Laki-laki 3 39 tahun 8 8 40 tahun 5 9 41 tahun 3 6 42 tahun 6 6 43 tahun 2 4 44 tahun 12 8 45 tahun 5 1 46 tahun 3 8 47 tahun 4 7 48 tahun 5 6 49 tahun 4 7 50 tahun 0 6 51 tahun 4 6 52 tahun 4 7 53 tahun 0 8 54 tahun 3 5 55 tahun 1 11 56 tahun 2 7 57 tahun 6 9 58 tahun 4 4 59 tahun 4 7 60 tahun 3 5 61 tahun 7 7 62 tahun 1 6 63 tahun 4 7 64 tahun 2 2 65 tahun 0 4 66 tahun 2 7 67 tahun 1 7 68 tahun 2 5 69 tahun 4 6 70 tahun 0 9 71 tahun 0 6 72 tahun 2 8 73 tahun 2 9 74 tahun 0 10 75 tahun 0 2 Lebih dari 5
Perempuan 5 4 9 3 5 8 4 6 1 2 5 5 2 3 4 5 4 7 6 4 1 1 2 4 0 2 1 2 3 0 3 1 3 2 1 2 2 6
38 5 7 ( Sumber Data Desa Tolomato 2014)
75 tahun Total
390
379
Berdasarkan tabel 1 dapat di lihat bahwa Desa Tolomato belum padat penduduk sehingga dapat dikatakan bahwa Desa ini masih terdapat banyak lahan kosong yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bertani dan menggarap kebun. Jika dilihat dari tabel 2 diketahi banyaknya tenaga produktif di Desa Tolomato yang memungkinkan masyarakat memiliki pekerjaan dan tidak menjadi pengangguran. Namun rendahnya tinggkat pendidikan yang dimiliki masyarakat menjadi foktor penghambat bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hasil Penelitian dan Pembahasan Eksistensi tanaman obat tradisional di Desa Tolomato Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahawa sebagian besar masyarakat Desa Tolomato masih melestarikan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman obat untuk penyembuhan atau pencengahan penyakit, pengobatan tersebut dilakukan dengan meracik sendiri obat yang dibutuhkan. Faktor pendukung dalam pelestarian tanaman obat tradisional ini adalah masih tersedianya tanaman obat yang diperlukan, menghemat biaya dan tidak mengandung bahan kimia. Hal ini sejalan dengan pendapat Gitawati dan Handayani (2008) yang menyatakan bahwa penggunakan obat tradisional masih digemari oleh sebagian besar masyarakat, karena penggunaan obat tradisional lebih aman dan lebih murah dibandingkan dengan obat-obat konvensional yang berupa obat kimiawi.16 Kepercayaan akan tanaman obat di Desa Tolomato tidak pernah lekang oleh Zaman. Hal ini dibuktikan dengan tersedianya bermacam-macam klinik kesehatan serta tenaga dokter namun tidak begitu berpengaruh terhadap masyarakat. Dimana sebagian besar dari masyarakatnya masih menjadikan pengobatan tradisional yaitu dengan memanfaatkan tanaman obat sebagai alternative utama serta pertolongan pertama dalam penangan kesehatan. Hal ini juga masih digunakan bahkan sampai saat ini. Pengetahuan akan meramu dan memanfaatkan tanaman obat ini terus di gunakan masyarakat dari generasi kegenasi sehingga eksistensi tanaman obat di Desa ini masih sangat kental. Proses pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman obat tradisional (tabongo) Meramu obat tradisional sudah merupakan kebiasan yang di lakukan oleh masyarakat Desa Tolomato. Dimana masyarakatnya masih banyak memanfaatkan dan menggunakan tanaman obat tradisional dalam pengobatan. Penggunaanya dilakukan dengan meracik atau meramu sendiri obat yang di perlukan. Seperti tanaman obat tabongo masyarakat memanfaakan tanaman ini untuk mengobati luka dan obat wasir. Masyarakat lebih sering menggunakan tanaman ini untuk penyembuhan luka. Seperti yang di katakana oleh ibu Hadjia Djaini bahwa :
16
Surli Anggria Murni.Op.Cit hlm 230.
Gambar 5 Tanaman Obat Tabongo “Cara mo baracik ini tabongo jadi obat luka bo gampang skali. bomo ambe kamari barapa helai itu depe daun, baru cuci abis cuci tumbu kase alus baru taru di luka.Penggunaan tabongo ini torang so pake berkali-kali deng so terbukti. Depe daun olo sangat berkhasiat. Bomo ambe kamari 4 atau 5 helai depe daun, baru mo rebus dengan 2 galas air sampe bomo jadi satu galas. Tapi masih mo tamba deng kayu manis geraka dan madu, supaya menambah rasa. Depe khasiat ini rebusan daun tabongo ini untuk diabetes. deng TBC.” Maksud dari ibu Hadija adalah : Cara meracik tanaman ini menjadi obat sangat mudah. Untuk obat luka diperlukan beberapa helai daun tabongo segar atau sesuai yang di butuhkan lalu di cuci bersih dan ditumbuk sampai halus, kemudian ditempelkan pada luka”. Penggunaan tanaman obat ini sudah di lakukan masyarakat berkali-kali dan sudah terbukti khasiatnya. Daunnya pun sangat berkhasiat untuk kesehatan. Kita hanya memerlukan 4 atau 5 helai daun tabongo kemudian beberapa helai daun tabongo di cuci bersi dan di rebus dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas saja tapi perlu di tambahkan dengan kayu manis, geraka dan madu untuk menambah rasa pada ramuan. Rebusan daun tabongo ini berkhasiat untuk menyembuhkan diabetes dan TBC. Persepsi Masyarakat pada pemanfaatan tanaman obat tradisional ( Tabongo) Dari hasil penelitian ini, menunjukan bahwa persepsi masyarakat pada pemanfaatan tanaman obat tradisional sangat tinggi. Dimana masyarakat memandang bahwa obat tradisional sangat berkhasiat dan sudah terbukti khasianya. Diamping itu, masyarakat memandang bahwa penggunaan obat tradisional jauh lebih baik dari pada menggunakan obat medis. Khusus untuk tanaman obat andong (tabongo), masyarakat memandang bahwa, tanaman ini dapat bermanfaat sebagai obat dan juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman adat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional adalah (1) Jarak tempat tinggal masyarakat yang jauh dari perkotaan. Jarak merupakan alasan masyarakat lebih memilih menggunakan pengobatan tradisional karena masyarakat memperkirakan jarak tempuh dengan kondisi masyarakat yang sakit. Jarak yang terbilang jauh, 15 kilo meter dari Desa menuju Kota hanya menunda-nunda waktu dalam penanganan atau pertolongan pertama terhadap masyarakat yang sakit. (2) Dapat menghemat biaya. Dengan kondisi masyarakat yang mata pencahariannya rata-rata petani menyebabkan alasan masyarakat lebih memilih menggunakan ataupun memanfaatkan tanaman obat tabongo. Terutama dalam penangan luka, Masyarakat sudah tidak perlu membeli obat genetik ataupun ke dokter karena masih dapat ditangani dengan menggunakan daun tabongo. (3) Bahan yang mudah diperoleh. Dengan tersedianya tanaman obat tabongo menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman obat ini. Tanaman
ini mudah di peroleh masyarakat karena tanaman ini banyak yang tumbuh liar di hutan dan banyak di tanam masyarakat di pekarang rumah. (4) Mujarab atau berkhasiat. Penggunaan akan tanaman obat sering digunakan masyarakat karena khasiatnya yang sudah terbukti. (5). Pengalaman dan pengetahuan meramu tanaman obat. Penggunaan tanaman obat masih digunakan masyarakat karena pengalaman dan pengetahuan masyarakat akan meramu obat tradisional. Dimana pengetahuan ini di peroleh masyarakat secara turun temurun. (6) Obat tradisional lebih baik dari pengobatan medis. Masyarakat memandang bahwa, tanaman obat tradisional lebih baik dari pada obat medis. Ini sebabkan masyarakat memandang bahwa obat tradisional tidak mengandung bahan kimia sehingga tidak berbaha untuk digunakan. Tabongo sebagai obat tradisional Pada umumnya masyarakat Desa Tolomato menggunakan tanaman obat tradisional dengan cara meracik tanaman obat menjadi sebuah ramuan yang dapat bermanfaat sebagai obat. Penggunaan obat tradisional sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu kala. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tanaman obat merupakan warisan budaya yang dimili oleh masyarakat. Seperti tanaman obat tabongo. Dimana tanaman ini di percaya masyarakat sebagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit seperiti wasir dan obat luka. disamping itu tanaman ini di percaya masyarakat sebagai tanaman yang berkhasiat sebagai penangkis hal-hal yang bersifat jahat.
Gambar 9 : Situasi rumah masyarakat yang masih menanam tabongo di depan rumah. Dari gambar di atas, dapat di lihat bahwa masyarakat masih mempercayai tanaman tabongo sebagai tanaman obat yang dapat bermanfaat sebagai tanaman yang dapat menangkis hal-hal yang besifat jahat. Berikut hasil wawancara peneliti dengan ibu Amina Talaku : “Tabongo perlu ditanam dimuka rumah, supaya kalu ada yang ba kirim jahat-jahat somo ta tabongo disitu. Tabongo itu kalu depe bahasa indonesia penangkis atau penangkal. Ini tabongo ini biasa olo torang jaga pake akan ba obat orang ada diabetes.” Maksud dari perkataan ibu Amina adalah : Tanaman obat Andong (tabongo) dipercaya dapat menangkis hal-hal yang bersifat jahat. Oleh karena itu, tanaman ini perlu ditanam di depan rumah. Disamping itu tanaan ini juga sering kita gunakan untuk mengobati penyakit diabetes.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa tabongo dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan penyakit. Terutama untuk menyembuhkan luka dan diabetes. Lanjut dari itu pernyataan akan kepercayaan khasiat tabongo dapat menangkis hal-hal jahat ternyata bukan hanya sekedar kepercayaan yang dianut masyarakat saja. Berdasarkan hasil penelitian Dede Hayanti (et all) bahwa Akar tanaman Hanjuang (tabongo) memiliki bagian ujung dan pangkal akar yang berukuran hampir sama besar. Akar tanaman tersebut juga memiliki cabang-cabang halus yang menyebar keseluruh media tanah, sehingga tanaman hanjuang dapat menyerap ion-ion yang larut dalam air seperti unsur hara yang ikut masuk bersama aliran air sehingga dapat menangkal radikal bebas. Oleh karena itu tanaman ini perlu disarankan di tanam di pinggir jalan atau depan rumah.17 Tabongo sebagai tanaman adat. Berdasarkan hasil penelitian, di ketahui bahwa tanaman obat tradisional tabongo tidak hanya dimanfaatkant sebagai tanaman obat, namun tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai tanaman adat yang di gunakan dalam prosesi beat dan mandi lemon untuk anak perempuan. Dalam prosesi beat dan mandi lemon tidak hanya menggunakan tanaman tabongo dalam prosesi pelaksanaannya. Dimana dalam prosesi ini membutuhkan beberapa jenis tanaman seperti Polohungo. Seperti yang di ungkapkan oleh ibu Fitria Tombunu:
Gambar 12 : Wawancara dengan ibu Fitria Tombunu “Ini tabongo bukan Cuma torang jaga pake akan ba obat. tapi ini tanaman biasa torang pake dalam adat beat deng mandi lemon. Baru bukan Cuma tabongo sasaja yang mo pake akan di adat itu. ada olo tanaman polohungo. pokoknya ada macam-macam polohungo yang mo pake.” Maksud dari ibu Fitria adalah : tabongo tidak hanya digunakan atau dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Namun tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai tanaman adat yang di gunakan dalam prosesi beat dan mandi lemon. Dimana dalam prosesi ini juga di butuhkan beberapa jenis tanaman polohungo (purin). Pada umumnya, pemanfaatan tumbuhan dalam setiap prosesi adat terutama dalam beat dan mandi lemon, tidak bisa di gantikan dengan jenis tumbuhan lain karena memiliki makna 17
Lihat Jurnal. Dede Haryanti (et all). Potensi Beberapa Jenis Tanaman Hias sebagai Fitoremediasi Logam Timbal (Pb) dalam Tanah. Program Studi Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Volume 16 Nomor 2(D) April 2013
yang kompleks yang tidak bisa di tinggalkan termasuk dalam prosesi beat. Pendapat ini diperkuat oleh ibu Hadija Djaini yang mengatakan bahwa : “ ini tabongo torang jaga pake di adat beat deng mandi lemon karena mengandung makna ini tanaman.Depe makna kalu dalam prosesi beat dan mandi lemon ini samua kotoran-kotoran pa torang pe badan mo takaluar, supaya torang itu mo bersih, mo terpuji deng disegani karna dia mo pukul-pukul deng tabongo deng polohungo.Deng yang paling penting tabongo deng polohungo ini tidak bisa mo ganti deng tanaman lain, karena dalam ba beat deng mandi lemon memang mo pake itu tabongo deng polohungo. So jadi torang pe budaya itu di beat mo pake tabongo deng polohungo. Maksud perkataan ibu Hadija adalah Dalam prosesi adat beat atau mandi lemon, harus menggunakan jenis tanaman seperti tabongo dan polohungo, tanaman ini tidak bisa diganti dengan tanaman-tanaman lain, karena tanaman ini sudah biasa digunakan dalam prosesi adat beat dan mandi lemon pada masyarakat suwawa”. Ini disebabkan adanya makna yang terkandung di dalamnya. yakni, dalam prosesi beat ini, tabongo (andong) dan polohungo (purin) akan di gunakan untuk memukul-mukuli badan kita saat akan dimandikan dalam prosesi beat. Makna yang terkandung didalamnya yaitu, apabila badan kita dipukul-pukuli dengan tabongo (andong) dan polohungo (purin) kotoran-kotoran dalam tubuh kita akan keluar serta pembawaannya yang terpuji serta nurani yang suci dan pergaulan yang baik dan bersih. Hasil wawancara di atas bisa terlihat pada pendapat Kartin Lihawa (2013), bahwa, dalam ritual momeati mempunyai nilai kultur etnis suwawa dalam ritual dan peradatan tersebut. Seperti dowumo polobungo (daun purin) mengandung nilai keindahan, keteguhan dan keberanian mempertahankan kesucian diri dalam hidup seperti sifat tumbuhan tersebut. Daun purin juga melambangkan tujuh martabat manusia dan keindahanya. Tujuh martabat itu meliputi Obahasa, piqili, ayuma, popoli, ilimu, kalibi, kauli artinya sopan santun bahasanya, pembawaannya yang terpuji, cita-cita yang luhur, kepribadian yang diteladani, berilmu pengetahuan yang berguna, nurani yang suci, dan pergaulan yang baik dan bersih.18 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasl penelitian ini, dapat di tarik beberapa kesimpulan. Yaitu : Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman obat sudah merupakan kepercayaan masyarakat yang sudah di yakini masyarakat dari masa ke masa. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman obat tradisional tabongo dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit seperti diabetes, TBC dan dapat menyembuhkan luka. Masyarakat lebih memilih menggunakan pengobatan tradisional yaitu dengan memanfaatkan tanaman obat karena tanaman ini mudah di peroleh, menghemat biaya serta tidak mengandung bahan kimia. dan yang paling utama adalah kondi Desa yang kurang akan fasilitas kesehatan serta jauh dari lokasi berobat menyebabkan masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional Tanaman obat tabongo tidak hanya dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman obat. Tetapi tanaman ini juga dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman adat yang digunakan masyarakat dalam prosesi adat beat dan mandi lemon untuk anak perempuan. 18
Kartin Lihawa. Skripsi. Leksikon dan nilai kultur Suwawa-Gorontalo dalam ritual momeati. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. 2013. hlm 46
Penggunaan tanaman tobongo dalam prosesi adat tidak bisa diganti dengan jenis tumbuhan lain
Saran Diharapkan kepada masyarakat agar kiranya tidak hanya terfokus untuk berobat dengan cara tradisional yakni dengan memanfaatkan tanaman obat. Akan tetapi alangkah baiknya jika masyarakat lebih memanfaatkan tenaga-tenaga kesehatan seperti dokter untuk mendeteksi penyakit apa yang di derita sehingga dapat mempermudah proses pengobatan, walaupun penggunaan tanaman obat ini sudah terbukti khasiat dan manfaatnya, melalui dokter kita akan mampu mengetahui bahaya atau tidak tanaman yang digunakan. Hal ini dapat dilakukan agar masyarakat tidak akan meraba-raba dan ragu dalam pemilihan tanaman obat yang akan di jadikan bahan untuk di ramu. Sangat tepat jika masyarakat menggunakan tanaman obat sebagai bahan pertolongan pertama dalam penanganan kesehatan. Karena dinas kesehatan telah menyarankan agar kiranya masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama dalam penanganan penyakit dengan memanfaatkan TOGA ( tanaman obat keluarga). Oleh karenanya dihapkan kepada pemerintah Desa ataupun Pemerintah daerah agar kiranya pemanfaatan tanaman obat ini dapat disorot dan disediakan sarana dan prasarana untuk meramu sehinnga pemanfaatan tanaman obat ini akan mendapat sorotan dari masyarakat luas sebagai hasil karya ramuan obat. Khususnya untuk Desa Tolomato. DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Arif Subyantoro & FX Suwarto.2007.Metode & teknik penelitian sosial. Yokyakarta. Cv andi Offset. Atjung. Tanaman obat dan minuman segar.1985.Jakarta. cv yasaguna George Foster. 2009..Antropologi Kesehatan..UI-Press Hanun Marimbi. 2009.Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta.Nuha Medika Momon Sudarma. Sosiologi Kesehatan.2012. Jakarta. Edward Tanujaya Sugeng. Tanaman apotik hidup.2001.Semarang.Aneka ilmu Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Sulasman & Setia Gumilar. 2013.Teori-Teori Kebudayaan. Bandung: Cv Pustaka Setia. Yayat Priati. Pengenalan Dini Obat alami. 2010. Tanggerang. Panca anungrah sakti Zainul Daulai.2011.Pengetahuan Tradisional ( Konsep Dasar Hukum, dan Prakteknya). Makasar: Pt Graja Grapindo Persada. B. KARYA ILMIAH
Dina Naemah.2012. Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Bagi Masyarakat Dayak di Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. fakultas kehutanan universitas lambung mangkurat banjarbaru. H Sitanggang. Habitat tanaman andong. 2011. Universitas Sumatra Utara Henny Emma Inonta Simbala.2007. dalam disertasinya Keaneka Ragaman Floristik dan pemanfaatannya sebagai Tanaman Obat.Bogor. Iffa izza.Isolasi.2011.Karakterisasi dan identifikasi bakteri endofit dari tanaman mahkota dewa (phaleria marcocapra) yang berpotensi sebagai penghasil antimikroba. program studi biologi fakultas sains dan teknologi universitas islam negeri sunan kalijaga Yogyakarta. Kamisah.2014 tradisi becekan diDesa Bandung Rejo Kecamatan Buliyohuto Kabupaten Gorontalo, Skripsi,Program Study Sosiologi Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Kartin Lihawa. Skripsi. Leksikon dan nilai kultur Suwawa-Gorontalo dalam ritual momeati. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. 2013 Nursiyah. Skripsi. Studi deskriptif tanaman obat tradisional yang digunakan orangtua untuk kesehatan anak usia dini di gugus melati kecamatan kalikajar kabupaten wonosobo. Pendidikan guru pendidikan anak usia dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.2013. Olha Panigoro.Skripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Kehidupan Generasi Muda.Jurusan Sosiologi.Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Gorontalo.2013 Sani Winanti. et.al. membudidayakan bunga mahkota dewa (phaleria marcrocarpa) sebagai tanaman berkhasiat dan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat di daerah kunir kabupaten lumajang. Universitas Negeri Malang 2010 Sang Ketut Sudirga. pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional di desa trunyan kecamatan kintamani kabupaten bangli. Jurusan Biologi Fakultas MIPAUniversitas Udayana.2012 Yosmin Wakur. pemanfaatan tumbuhan obat di desa rumoong, rumoong atas ii, tumaluntung, tumaluntung i kecamatan tareran kabupaten minahasa selatan. Program Satudi Ilmu Kehutanan. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.Universitas Sam Ratulangi. 2013 C. JURNAl A.E. Dumatubun. Kebudayaan, kesehatan orang papua dalam perspektif antropologi kesehatan. Antropologi Papua (ISSN: 1693-2099) Volume 1. No. 1, Agustus 2002
Dede Haryanti (et all). Potensi Beberapa Jenis Tanaman Hias sebagai Fitoremediasi Logam Timbal (Pb) dalam Tanah. Program Studi Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Volume 16 Nomor 2(D) April 2013 Denilya Suswita. studi etnobotani dan bentuk upaya pelestarian tumbuhan yang di gunakan dalam upacara adat kendurisko di beberapa kecamatan di kabupaten kerinci jambi. Vol. 2, No. 1, Tahun 2013 Dwi Karwisi Peni (Et, all). Pertumbuhan, Kadar Klorofil-Karotenoid, Saponin, Aktivitas Nitrat reduktase Anting-anting (Acalypha indica L.) pada Konsentrasi Asam Giberelat (GA3) yang Berbeda. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. ISSN: 1693-2242 Eva Marliana aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun andong. Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 Eva Oktavidiati et al. Pertumbuhan tanaman dan kandungan total filantin dan hipofilantin aksesi meniran (Phyllanthus sp. L)2011. Hlm.26. ISSN 0853-8212 I wayan Hendra Kusmadi. Et.Al.Pengaruh Ketinggian Tempat, Mulsa dan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Rendemen Minyak Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus). ISSN: 2301-6515 Vol. 2, No. 1, Januari 2013. Lusia Oktora Ruma Kumala Sari. pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Staf Pengajar Program Studi Farmasi Universitas Jember. ISSN : 16939883. Vol. III, No.1, April 2006, 01 - 07 Novri Y. Kandowangko. kajian etnobotani tanaman obat oleh masyarakat Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo. Jurusan Biologi FMIPA UNG 2011 Nurdiyanti. Sistem kepercayaan komunitas adat terpencil suku akit di desa penyengat. jurusan sosiologi – fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas riau. Jom FISIP Volume 2 No. 1Februari 2015 Rahmat Dermawan.Peran Battra Dalam Pengobatan Tradisional Pada Komunitas Dayak Agabag Di Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan.2013. Mahasiswa Program S1 Konsentrasi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Vol.1 (4): 50-61 ISSN 0000-0000 Sunanti Z. Soejoeti. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakitdalam Konteks Sosial Budaya Surli Anggria Murni.Eksistensi Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional (TOT) Suku Serawai Diera Medikalisasi kehidupan. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. ISSN : 2302-6715. Volume 1 Nomor 3 Desember 2013 Vivi Lisdawati. et.al. Brine shrimp lethality test (BSLT) dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan kulit biji mahkota dewa. Bul. Panel. kesehatan. Vol. 34 no, 3,2006:111-118
D. INTERNET Irwan Hadi Saputra.2013.” Sistem Sosial dan Sartifikasi Sosial”. (Online). http://www.plengdut.com/2013/10/Sistem-Sosial-dan-Struktur-Sosial.html . Diakses 16 Februari 2015 Koko Wijayanto.Max Weber Biografi Singkat, Karya Utama & pengantar pemikiran. Universitas Gajah Mada. (Online). http://kolomsosiologi.blogspot.com/2011/04/max-weber-biografisingkat-karya-karya.html. Diakses 16 februari 2015