Modul ke:
15
TEORI INTERPRETIF INTERAKSIONAL SIMBOLIK
Fakultas
FIKOM Program Studi
Public Relations
Dr. Edison Hutapea, M.Si.
Interaksionisme Simbolik Teori interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu-ilmu social, khususnya komunikasi. Lebih dari itu, teori interaksionisme simbolik juga memberikan inspirasi bagi kecenderungan semakin menguatnya pendekatan kualitatif dalam studi komunikasi. Pengaruh itu terutama dalam hal cara pandang holisitik terhadap gejala komunikasi sebagai konsekuensi dari prinsip berpikir sistemik yang menjadi prinsip dari teori interaksionisme simbolik.
Interaksionisme Simbolik
teori interaksionisme simbolik memandang bahwa makna-makna (meanings) dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompokkelompok social. Interaksi social memberikan, melanggengkan, dan mengubah aneka konvensi, seperti peran, norma, aturan, dan maknamakna yang ada dalam suatu kelompok sosial.
Interaksionisme Simbolik Barbara Ballis Lal dalam Littlejohn, (2002: 145) mengidentifikasi cara pandang interaksionisme simbolik sebagai berikut: a.Orang mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif tentang situasi yang dihadapi. b.Kehidupan social lebih merupakan prosesproses interaksi daripada struktur-struktur yang karenanya senantiasa berubah.
Interaksionisme Simbolik
c. Orang memahami pengalamannya melalui maknamakna yang ia ketahui dari kelompok-kelompok primer (primary groups), dan bahasa merupakan suatu hal yang esensial dalam kehidupan social.
d. Dunia ini terbangun atas objek-objek sosial yang disebut dengan sebutan tertentu dan menentukan makna-makna sosial.
Interaksionisme Simbolik
e. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran di mana objek-objek yang relevan serta tindakan-tindakan tertentu diperhitungkan dan didefinisikan.
f.
Kesadaran tentang diri sendiri seseorang (one’s self) merupakan suatu objek yang signifikan, dan seperti objek social lainnya, ia didefinisikan melalui interaksi social dengan orang lain.
Pemikiran Mead
bahasa memungkinkan kita untuk menjadi makhluk yang sadar diri (self conscious), yaitu sadar akan individualitas kita, dan unsur kunci dalam proses ini adalah simbol. Paham interaksionalisme simbolik membuat kita belajar untuk terus menerus memikirkan obyek secara simbolik. Pemikiran simbolik ini pada dasarnya akan membebaskan kita dari pembatasan pengalaman kita hanya atas apa yang betul-betul kita lihat, dengar atau rasakan
Pemikiran Mulyana sebagai pembentukan makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting dalam perspektif interaksi simbolis adalah diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna, penafsiran dan tindakan. Para peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, meramalkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan
Menurut Teoritisi Interaksi Simbolik
kehidupan sosial pada dasarnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”. Penganut Interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia disekeliling mereka. Perilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada. (Jones dalam Mulyana 2001 : 71
Blumer dan Kuhn
setidaknya satu hal dari tema interaksionisme simbolik, yaitu apa yang berlangsung di dalam benak manusia. Mereka tidak sepakat mengenai bagaimana hal itu harus diteliti. Blumer cenderung menggunakan introspeksi simpatetik dengan tujuan untuk masuk ke dalam dunia cakrawala pelaku dan memandangnya sebagaimana pelaku melakukannya.
Blumer dan Kuhn
Sementara Kuhn tertarik dengan fenomena empiris yang sama namun dia mendorong para sosiolog untuk menolak teknik-teknik yang tidak ilmiah dan sebagai gantinya menggunakan indikator-indikator perilaku yang tampak untuk mengetahui apa yang sedang berlangsung dalam benak para pelaku.
George Herbert Mead secara umum dipandang sebagai pelopor utama pergerakan interaksionis. Tiga konsep penting dalam teori Mead adalah masyarakat, pribadi dan pikiran. Masyarakat adalah sebuah gabungan tingkah laku kooperatif dari individu-individu yang terdiri dari suatun jaringan interaksi sosial dimana para partisipannya memberikan arti kepada aksi-aksi mereka sendiri maupun orang lain dengan menggunakan simbol-simbol
Cooley looking glass self oleh Cooley adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagai halnya kita melihat obyek sosial lainnya. Ide tentang looking glass self ini dapat dipecah-pecahkan ke dalam tiga komponen, yakni: pertama, kita membayangkan bagaimana kita menampakkan diri kepada orang-orang lain; kedua, kita membayangkan bagaimana penilaian mereka terhadap penampilan kita; ketiga, bagaimana kita mengembangkan semacam perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita tentang penilaian orang lain itu.
looking glass self self semata-mata berarti bahwa manusia bisa menjadi obyek dari tindakannya sendiri. Dia berbuat sesuatu terhadap dirinya sendiri dan mengarahkan dirinya dalam tindakan tertentu. Self memungkinkan manusia bisa berbuat sesuatu dan bukan Cuma bereaksi tehadap rangsangan atau stimuli yang berasal dari luar.
Terima Kasih Dr. Edison Hutapea, M.Si.